teori mengenai pembntukan rekahan pada batuan
TRANSCRIPT
TEORI MENGENAI PEMBENTUKAN REKAHAN
PADA BATUAN
Banyak teori yang dikemukakan untuk menjelaskan terjadinya kekandasan pada batuan bila mengalami suatu gaya tekanan,Terutama :
Dalam hal pembentukan rekahan-rekahan gerus / shear fractures dan hubungannya dengan besarnya sudut yang mereka bentuk
Di alam , 2 gejala tegasan :
• Tekanan dan• Tarikan
– dibawah suatu tarikan (tension), batuan patah melalui bidang-bidang patahan yang tegaklurus arah tegasan (tensile stress),
– dibawah suatu tekanan, maka tiap bidang , kecuali bidang yang 3 akan membentuk poros-poros tegasan, dalam benda itu akan dipengaruhi oleh :
• tegasan normal• Tegasan geser (shering stress)
TEGASAN-TEGASAN GESER
• Tegasan-tegasan geser secara teoritis besarnya akan maksimum pada bidang-bidang yang membuat sudut 450 dengan poros tegasan utama terbesar dan terkecil, dan berpotongan pada poros menengah,
• Tetapi dalam kenyataannya sudut antara 2 rekahan geser itu besarnya kurang dari 900
Sumbu tegasan
Pada dasarnya pada batuan akan menghasilkan 3 macam rekahan
disebabkan tekanan
1. Pecah melalui 2 bidang yang saling berpotongan (shear plane), dimana sudut perpotongannya yang terkecil mengapit poros utama tegasan , yang terbesar mengapit poros tegasan minimal, poros menengah searah dengan perpotongan 2 bidang
Extension fractures/Tension Gashes/ Cleavage fractures
2. Tekanan akan menimbulkan gaya tegangan pada bidang-bidang tegaklurus arah tekanan, timbul pecah/rupture melalui bidang-bidang P & Q, sedangkan R tegaklurus padanya, rekahan yang timbul disebut extension fractures/cleavage fractures/tension gashes
Di alam biasanya membentuk gash veins
Release fracture
3. Kalau tekanan P menjadi berkurang, atau hilang sama sekali, maka pecahan akan terbentuk lagi, tetapi melalui bidang-bidang pecah yang tegaklurus pada P dan rekahan yang demikian disebut release fractures
Teori Mohr_Coulombtentang pembentukan shear fractures
• Bila suatu tegasan tekanan (direct sress) dikenakan pada suatu batuan, maka rekahan geser (shearing stress) akan terjadi dengan arah yang sejajar dengan 2 bidang dimana tegasan gesernya bekerja paling maksimal, dan pada saat yang sama tegasan normal adalah paling kecil. Bidang-bidang tersebut akan saling berpotongan melalui garis-garis sejajar dengan σ2 sudut lancipnya selalu akan dibagi 2 oleh σ1
Gambar Bidang Geser
Perhatikan Gambar - B di atas:
σ1 : tekanan yang dibebankan pada batuan, σ2 & σ3 = 0A – C = uraian gaya
Cos θ = τ/ σ , τ = σ1 cos θ
Sin θ = σ/ σ1 σ = σ1 sin θSin θ = AD/ AC AC = AD/ sin θ
Jika pada gambar ada ukuran luas , maka AC = 1/sin θ
Pada gambar :
• σ1 : tekanan yang dibebankan pada batuan σ2 & σ3 = 0
• A – C = uraian gaya
• Cos θ = τ/ σ , τ = σ1 cos θ
• Sin θ = σ/ σ1 σ = σ1 sin θ
• Sin θ = AD/ AC AC = AD/ sin θ
Jika pada gambar ada ukuran luas , maka AC = 1/sin θ
Komponen Normal σ gaya / satuan luas
• σ/ σ1, AD/ AC• σ/ AC = σ1 sin θ
1/sin θ
σ = σ1 sin2θ
Komponen τ = gaya / satuan luas• τ / AC = σ1 cos θ
1/sin θ
τ = σ1 cosθsinθ
Secara singkat
• Kekandasan batuan akan terjadi bila : tegasan geser dapat melampaui Kohesi + daya tahan– τ = (τ0 + σ tan φ)
– Dimana : τ = tegasan geser total
Pergeseran pada bidang geser ini hanya mungkin terjadi bila tahanan dalamnya dapat dilampaui, ini berarti bahwa patahan tidak akan terjadi pada bidang-bidang yang membuat sudut 450, tetapi pada suatu bidang dimana terdapat perbandingan yang paling besar antara komponen geser (τ), tahanan dalam dan persenyawaan molekul (kekuatan bahan)
Sudut yang dibuat antara σ dan bidang geser , adalah
θ = ± (450 - ½ Ø),
Ø = angle of internal friction (sudut geser dalam batuan).
dimana Ø = ± 100-500, untuk batuan , tetapi biasanya antara Ø = ± 300-400
Kalau kita perhatikan arah daripada komponen normal (σ), maka komponen ini akan berfungsi lebih meningkatkan baik tahanan dalam maupun kekuatan batuan, maka dengan demikian geseran akan lebih mudah terjadi pada bidang-bidang yang membuat sudut kurang dari 450 dengan σ1, karena dalam hal demikian tegasan normal akan menjadi lebih kecil.
Tabel
(θ)a (σ = σ1 sin2θ)b (τ = σ1 cosθsinθ)
00 0,0000 0,0000
100 0,3000 0,1710
200 0,1165 0,3214
300 0,2500 0,4330
400 0,4130 0,4925
450 0,5000 0,5000
500 0,5870 0,4925
600 0,7500 0,4330
700 0,8832 0,3214
800 0,9700 0,1710
900 1,0000 0,0000