tes desain majalah - april 2010

19
Redaksi KONTRIBUTOR Adi Wibowo Dosen Departemen Geografi A. Miadinar, Elgodwistra, Riza, Yuniar Mahasiswa Geografi UI - Angkatan 2006 Chotib Lembaga Demografi UI Imam Wayhudi, S.Si, M.MA XXX Iqbal Putut Alumni Geografi UI - Angkatan 2004 Kuswantoro Alumni Geografi UI - Angkatan 2002 Laju Gandharum Environmental Sustainable Development, National Central University (NCU), Taiwan Triarko Nurlambang Ketua Pusat Penelitian Geografi Terapan FMIPA UI PENASEHAT - Dr. Rokhmatuloh REDAKSI - Adi Wibowo, Iqbal Putut, Laju Gand- harum, Ratri Candra, Weling Suseno. STAFF AHLI - Astrid Damayanti, Sugeng Wica- hyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang ADMINISTRARSI - Ashadi Nobo ALAMAT REDAKSI - Gd. Departemen Geografi, FMIPA Universitas Indonesia, Kampus UI Depok Telp. (021) 7721 0658, 702 4405 Fax. (021) 7721 0659 Diterbitkan oleh: Forum Komunikasi Geografi Universitas Indonesia Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan saran dari pembaca, utamanya yang berkai- tan dengan masalah keruangan. Kirimkan tuli- san ke alamat redaksi atau email dengan diser- takan nama, alamat lengkap, nomor telepon serta Biografi. Daftar Isi 2 I Spatial Decision Support System (SDSS) for SEA Application on Local Development Training Program 6 I PETA MENGANDUNG MAKNA IPOLEKSOSBUD 14 I Mengenang Pak Adril 17 I BANJIR, MEGAPOLITAN dan KONUR BASI 19 I Manajemen Data Geospasial Berbasis Open Source Software GeoNetwork 23 I “MODERN” TERNYATA TIDAK MENJAMIN KESEJAHTERAAN YANG MERATA Volume 8 / No. 1 / April 2010

Upload: iqbal-ash

Post on 05-Jul-2015

207 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tes Desain Majalah - April 2010

Redaksi

KONTRIBUTOR Adi Wibowo Dosen Departemen Geografi A. Miadinar, Elgodwistra, Riza, Yuniar Mahasiswa Geografi UI - Angkatan 2006 Chotib Lembaga Demografi UI Imam Wayhudi, S.Si, M.MA XXX Iqbal Putut Alumni Geografi UI - Angkatan 2004 Kuswantoro Alumni Geografi UI - Angkatan 2002 Laju Gandharum Environmental Sustainable Development, National Central University (NCU), Taiwan Triarko Nurlambang Ketua Pusat Penelitian Geografi Terapan FMIPA UI

PENASEHAT - Dr. Rokhmatuloh REDAKSI - Adi Wibowo, Iqbal Putut, Laju Gand-harum, Ratri Candra, Weling Suseno. STAFF AHLI - Astrid Damayanti, Sugeng Wica-hyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang ADMINISTRARSI - Ashadi Nobo ALAMAT REDAKSI - Gd. Departemen Geografi, FMIPA Universitas Indonesia, Kampus UI Depok Telp. (021) 7721 0658, 702 4405 Fax. (021) 7721 0659 Diterbitkan oleh: Forum Komunikasi Geografi Universitas Indonesia Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan saran dari pembaca, utamanya yang berkai-tan dengan masalah keruangan. Kirimkan tuli-san ke alamat redaksi atau email dengan diser-takan nama, alamat lengkap, nomor telepon serta Biografi.

Daftar Isi

2 I Spatial Decision Support

System (SDSS) for SEA

Application on Local Development

Training Program

6 I PETA MENGANDUNG MAKNA

IPOLEKSOSBUD

14 I Mengenang Pak Adril

17 I BANJIR, MEGAPOLITAN dan KONUR

BASI

19 I Manajemen Data Geospasial

Berbasis Open Source Software

GeoNetwork

23 I “MODERN” TERNYATA TIDAK

MENJAMIN KESEJAHTERAAN YANG

MERATA

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Page 2: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Sekilas Tentang Keberadaan Pulau-Pulau Terdepan

di Indonesia Berdasarkan survey terakhir yang dilaksanakan oleh

Dishidros TNI-AL, Indonesia mempunyai 17.499 pulau

(sebelumnya 17.508 pulau). Dari jumlah tersebut hanya

7.349 pulau yang sudah diberi nama, sedangkan 10.150

pulau belum diberi nama tersebar di seluruh wilayah

Nusantara. Akan tetapi baru-baru ini UNCLOS

menyatakan bahwa jumlah pulau Indonesia ialah sekitar

13.000-an pulau. Diantara pulau yang sudah diberi

nama terdapat 67 pulau yang berbatasan langsung

dengan negara tetangga yang memerlukan perhatian

secara khusus oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah (sumber: Makalah Seminar Nasional

tanggal 17 April 2006 Pulau-Pulau Kecil Dipandang dari Sudut

Keamanan Wilayah NKRI Oleh Kolonel Laut (P) Marsetio, MM.,

Kepala Staf Guspurlaarmatim).

Diantara pulau-pulau ini terdapat pulau-pulau kecil

dengan kategori terluar. Menurut UU 27 Tahun 2007

ukuran pulau kecil adalah kurang dari hingga sama

dengan 2.000 KM2 (Dua Ribu Kilometer Persegi) yang

memiliki titik-titik dasar koordinat Geografis yang

menghubungkan Garis pangkal laut kepulauan sesuai

dengan hukum Internasional dan Nasional. Pulau-pulau

kecil terluar secara geograrfis berbatasan dengan laut

lepas dan perbatasan yang menjadi titik dasar (TD)

sebagai acuan dalam penetapan batas wilayah NKRI.

Pulau-pulau kecil perbatasan merupakan wilayah NKRI

yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga,

sehingga memiliki arti strategis dalam pembangunan.

Menurut survey yang dilakukan TNI AL dan Departemen

kelautan jumlah pulau kecil terluar adalah 92 (sembilan

puluh dua). Diantara Pulau-pulau kecil terluar terdapat

12 pulau yang mendapat perhatian khusus atau mem-

peroleh prioritas penanganan (Tabel 1). Berikut adalah

pemaparan beberapa pulau yang termasuk dalam kate-

gori Pulau-Pulau Kecil Terdepan, yaitu: Pulau Salura,

Pulau Ndana, Pulau Mangudu, dan Pulau Kotak.

PULAU SALURA

Pulau Salura merupakan salah satu dari empat pulau

kecil yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur. Secara

absolut Pulau Salura terletak pada 10o18’47” LS dan

120o11’33” BT. Daerah ini berbatasan dengan:

• Pulau Sumba di bagian utara.

• Samudera Hindia di bagian timur dan selatan.

• Pulau Mangudu, Pulau Kotak dan Samudera Hindia di

bagian barat.

Secara administratif Pulau Salura termasuk dalam

wilayah Kecamatan Karera, Kabupaten Sumba Timur.

Luas pulau ini kurang lebih sekitar 620 hektar (sumber:

Pengolahan data, 2009).

Aspek Geografi Fisik

Pulau Salura masih berada dalam

satu gugusan pulau dengan Pulau

Sumba, oleh karena itu kenampakan

fisik yang terlihat di pulau ini tidak

jauh berbeda dengan yang terdapat

di Pulau Sumba.

SEKILAS PROFIL PULAU-PULAU TERDEPAN

INDONESIA (P. Salura, P. Ndana, P. Mangudu, dan P. Kotak)

No. Nama Pulau Penduduk Provinsi Batas Negara Ciri 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Sekatung Marore Miangas Merampit Fani Fanildo Bras Rondo Berhala Nipa Batek Dana

Tidak Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada

Riau Sulut Sulut Sulut Papua Papua Papua NAD Sumut Riau NTT NTT

Vietnam Philipina Philipina Philipina Palau Palau Palau India Malaysia Singapura Timor Leste Australia

Mercusuar Mercusuar Mercusuar Mercusuar - - - Mercusuar Mercusuar Mercusuar Mercusuar Mercusuar

Oleh: Iqbal Putut

Tabel 1. 12 pulau-pulau kecil terdepan yang mendapat perhatian khusus.

Page 3: Tes Desain Majalah - April 2010

Seperti halnya Pulau Sumba, Pulau

Salura juga merupakan pulau

karang yang terangkat dan didomi-

nasi oleh bukit karang dan kapur,

dengan lembah yang terjal dan

sempit, serta batuan lepas.

Keadaan topografis secara umum

bagian barat pulau merupakan

daerah pesisir yang landai dengan

ketinggian tempat kurang dari 10

meter di atas permukaan laut. Se-

dangkan di bagian timur meru-

pakan daerah dataran tinggi den-

gan bukit-bukit yang ditutupi oleh

padang rumput serta hutan lebat di

bagian lembahnya, dengan titik

tertinggi yaitu sekitar 218 meter di

atas permukaan laut (sumber: Pengo-

lahan data, 2009).

Tidak jauh berbeda dengan yang

terlihat di Pulau Sumba (khususnya

Kabupaten Sumba Timur), keadaan

tanah di Pulau Salura juga men-

gandung pasir, kapur, dan batu

karang karena ratusan ribu tahun

yang lalu daerah ini berada di

bawah permukaan laut. Setelah

zaman es berlalu, daratan ini mun-

cul di atas permukaan laut, se-

hingga sering dijumpai berbagai

jenis hewan laut seperti kerang,

ikan dan tanaman laut yang telah

menjadi fosil di bukit-bukit karang.

Rumput-rumput pun tumbuh di

atas batu-batu karang.

Pulau ini beriklim tropis dengan

musim hujan yang relatif pendek

dan musim kemarau yang panjang

(delapan bulan). Suhu rata-rata

adalah 22,5 derajat sampai 31,7

derajat Celsius. Musim hujan bi-

asanya terjadi di bulan Desember

sampai Maret. Jumlah curah hujan

dalam setahun 1.860 milimeter,

sehingga daerah ini termasuk

daerah beriklim kering.

Aspek Geografi Sosial

Penggunaan tanah oleh masyara-

kat setempat sebagai tempat ber-

mukiman hanya terlihat di bagian

barat pulau, hal ini dikarenakan

bagian barat memiliki dataran ren-

dah dan pesisir yang paling luas

dibandingkan bagian pulau lain-

nya. Pemanfaatan tanah yang terli-

hat di bagian timur antara lain: pe-

rumahan, fasilitas pendidikan, serta

kebun/ladang. Tutupan hutan belu-

kar, hutan lebat, dan padang rum-

put terlihat mendominasi di bagian

tengah hingga bagian barat.

Daerah ini termasuk daerah yang

belum dimanfaatkan oleh pen-

duduk setempat, dikarenakan ket-

inggian tempat, serta bentuk

medan yang kurang mendukung

karena merupakan daerah perbuki-

tan dengan batuan-batuan lepas.

Menurut data statistik, jumlah pen-

duduk yang tinggal di pulau ini

mencapai 475 jiwa (sumber: Data

Statistik Sekretaris Desa, Desa Prai

Salura, 2009). Dengan jumlah pen-

duduk laki-laki sebanyak 240 orang

dan jumlah penduduk perempuan

sebanyak 235 orang. Terdapat 99

rumah yang ada di pulau ini, den-

gan jumlah Kepala Keluarga (KK)

sebanyak 110 (sumber: Data Statistik

Sekretaris Desa, Desa Prai Salura, 2009).

Dari segi penguasaan tanah, selu-

ruh wilayah pulau ini merupakan

tanah hak ulayat yang telah dikua-

sai oleh negara. Dari segi ke-

pemilikannya, belum satupun dari

bangunan-bangunan yang ada di

pulau tersebut, yang telah memiliki

sertifikat tanah.

Volume 8 / No. 1 / April 2010

Gambar 2. Morfologi P. Salura

Gambar 1. Lokasi P. Salura

Page 4: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

PULAU NDANA

Pulau Ndana terletak pada 10°59'11"LS 122°51'52"BT. Memiliki luas

sekitar 1562 hektar, secara geografis pulau ini terletak di sebelah sela-

tan Pulau Rote dan merupakan pulau paling selatan dari NKRI. Pulau

ini mempunyai ketinggian tempat yang relatif rendah, dengan titik

tertingginya adalah 48 mdpl. Mempunyai bentuk medan yang relatif

datar namun sedikit bergelombang di bagian tengah pulau. Mempun-

yai tipe vegetasi hutan kering, dataran rendah, dan batuan kapur.

Penggunaan tanah di pulau ini didominasi oleh hutan belukar, yang

sebagian tumbuh di batuan karang yang terangkat ketika proses

pembentukan pulau ini, di bagian tengah pulau dan padang rumput

di pinggir pantainya. Terdapat 5 buah danau yang kesemuanya terle-

tak pada penggunaan tanah hutan belukar di bagian tengah pulau.

Penggunaan tanah yang lainnya di pulau ini adalah untuk pangkalan

militer TNI AL. Pemanfaatan tanah di pulau ini dimanfaatkan oleh TNI

AL untuk pos penjagaan serta untuk asrama atau mess jaga para per-

sonil TNI yang tinggal di pulau tersebut. Terdapat pula areal di sekitar

pos jaga yang dimanfaatkan untuk landasan helikopter (helipad).

Gambar 3. Lokasi P. Salura (inset: Morfologi P. Ndana, sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Selain itu di pulau ini juga terdapat se-

bidang tanah yang dimanfaatkan untuk

menara suar yang tepatnya berada di

bagian selatan pulau ini. Dari segi pengua-

saan tanah, seluruh wilayah pulau ini meru-

pakan tanah hak ulayat yang telah dikuasai

oleh negara. Dari segi kepemilikannya

hanya 2 bidang tanah di pulau ini yang

telah bersertifikat yaitu asrama atau pos

TNI AL dan menara suar.

Gambar 4. Barak TNI AL (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Gambar 5. Menara suar

(Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Page 5: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

PULAU MANGUDU

Pulau Mangudu terletak pada 10°

19'48"LS dan 120°6'58"BT dengan

luas sekitar 145 hektar (sumber: Pen-

golahan data, 2009). Pulau ini berba-

tasan dengan Samudera Hindia di

bagian utara, barat, dan selatan,

serta berbatasan dengan Pulau Ko-

tak dan Pulau Salura di bagian

timurnya. Pulau ini juga diperkira-

kan sebagai pulau karang yang ter-

angkat. Bentuk medannya relatif

datar dengan ketinggian tempat

kurang dari 10 meter di atas per-

mukaan laut. Hampir seluruh

bagian pulau tertutup oleh padang

rumput dan semak belukar, dan

hanya terdapat sedikit hutan lebat

di bagian tengah pulau.

Terdapat beberapa bangunan yang

pernah digunakan sebagai tempat

tinggal/menetap (homestay), satu

bangunan dermaga, satu ban-

gunan suar yang masih berfungsi,

dan satu bangunan yang pernah

digunakan sebagai pos jaga oleh

Departemen Kelautan dan Peri-

kanan (DKP). Akan tetapi bangunan

-bangunan tersebut kini sudah ti-

dak terpakai lagi dikarenakan pulau

ini merupakan pulau yang tidak

berpenghuni. Dari semua ban-

gunan tersebut, hanya bangunan

suar yang mempunyai sertifikat

tanah, dan sisanya merupakan

tanah milik negara yang belum di-

manfaatkan lebih lanjut.

Gambar 8. Morfologi P. Mangudu, (Inset: Lokasi P. Mangudu, Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Gambar 7. Bangunan Homestay (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Gambar 6. Bangunan Pos DKP (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Page 6: Tes Desain Majalah - April 2010

PULAU KOTAK

Pulau Kotak terletak pada 10°18'50"LS dan 120°9'48"BT.

Mempunyai luas sekitar 10 hektar. Pulau ini berbatasan

dengan Samudera Hindia di bagian utara dan selatan,

berbatasan dengan Pulau Mangudu di bagian barat,

serta berbatasan dengan Pulau Salura di bagian timur.

Mempunyai bentuk pulau seperti bukit, dengan daerah

pesisir yang sempit. Didominasi oleh tutupan padang

rumput, serta sedikit hutan belukar di bagian tengah.

Sebagian kecil daerah di bagian timur pulau ini diman-

faatkan sebagai kebun campuran. Secara keseluruhan,

pulau ini belum mempunyai sertifikat tanah, dan masih

berada sepenuhnya dalam kekuasaan Negara.

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Gambar 9. Lokasi P. Kotak (Sumber: Pengolahan Data, 2010)

Gambar 10. Morfologi P. Kotak (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Gambar 11. Bangunan rumah (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)

Page 7: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

KONSEP KAWASAN KOTA TERPADU

MANDIRI

Kawasan Kota Terpadu Mandiri

(KTM) adalah kawasan transmigrasi

yang pembangunan dan

pengembangannya dirancang

menjadi pusat pertumbuhan yang

mempunyai fungsi perkotaan

melalui pengelolaan sumber daya

alam yang berkelanjutan.

Pengembangan kota sebagai pusat

pertumbuhan harus di ikuti oleh

pengembangan kawasan yang

merupakan tujuan awal dari

dikembangkannya konsep KTM ini.

Pelaksanaan pembangunan dan

pengembangan KTM di kawasan

transmigrasi dilakukan secara

bersama dan terpadu oleh

pemerintah, badan usaha/swasta

dan masyarakat. Untuk mendukung

pelaksanaan pembangunan dan

pengembangan KTM kawasan

transmigrasi yang lebih terarah baik

di tingkat pusat, propinsi,

kabupaten/kota diperlukan suatu

pengelolaan yang tepat-guna, baik

dalam tataran desain perencanaan,

organisasi, aktuasi, maupun

pengendalian (kontrol)

penyelenggaraan KTM.

MANAJEMEN PENGELOLAAN KAWASAN

KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Oleh: Imam Wahyudi, SSi. MMA

ABSTRAK : Pengembangan Kawasan kota terpadu mandiri yang berbasis perta-

nian,peternakan atau perkebunan selain harus didukung oleh tersedianya infrastruk-

tur proses produksi dan pemasaran hasil-hasil pertanian, peternakan atau perkebunan

juga harus didukung oleh tersedianya data dan informasi yang akurat, serta terban-

gunnya sistem pengambilan keputusan yang tepat. Ketiga modal ini menjadi dasar

kebutuhan dalam pengembangan serta pembangunan kawasan KTM secara lestari

dan berkelanjutan, pada akhirnya nanti kinerja dari ketiga unsur ini akan mampu men-

ingkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di kawasan kota terpadu mandiri secara

sistematis dan terukur. Keberhasilan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pe-

losok-pelosok negeri ini akan bermuara pada terciptanya kutub-kutub pembangunan

yang tersebar merata di seluruh Indonesia. Sistem informasi geografis yang menjadi

basis pengembangan sistem informasi spasial agribisnis di kawasan KTM merupakan

sistem yang tepat diterapkan dalam mendukung pengembangan dan pengelolaan

kawasan. Kemampuan SIG dalam melakukan inventarisasi secara spasial, mengolah

serta menganalisis akan mendukung sistem pengambilan keputusan (Decision Sup-port System) yang berbasiskan kawasan, serta dari aspek keruangan menjadi suatu

landasan yang tepat digunakannya sistem ini dalam manajemen pengelolaan kawa-

san kota terpadu mandiri di seluruh Indonesia.

Gambar 1. Kota terpadu mandiri di Indonesia

Page 8: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Untuk itu, diperlukan suatu sistem

manajemen penyelenggaraan

program KTM berbasis keruangan

lengkap dengan tim asistensi

teknis yang membantu dalam

kegiatan monitoring,

pengendalian dan evaluasi

terhadap pelaksanaan

penyelenggaraan pembangunan

dan pengembangan KTM kawasan

transmigrasi di lapangan, sesuai

dengan arah dan tujuan

pengembangan dan

pembangunan KTM.

PERAN INFORMASI SPASIAL

DALAM PENGEMBANGAN KAWA-

SAN

Pengembangan Kawasan kota

terpadu mandiri diarahkan untuk

lebih berbasis pada partisipasi

masyarakat sebagai mitra pemer-

intah dan pihak swasta sebagai

agen pembangunan atau dikenal

dengan CDD (Community Driven Development). Dalam CDD,

Masyarakat diposisikan sebagai

obyek dan subyek dari pemban-

gunan kawasan. Dalam tahap awal

pengembangan kawasan peran

serta masyarakat sangat dibu-

tuhkan, terutama dalam pen-

yediaan informasi tentang kawa-

san dan penentuan visi pemban-

gunan kawasan KTM kedepan

yang harus berbasis pada potensi

kawasan baik ditinjau dari sisi eko-

nomi maupun dari sisi spasial.

Di sisi lain, karena KTM ini salah

satu tujuannya ingin adanya

peran serta pihak swasta sebagai

bagian dari pembangunan kawa-

san KTM ini maka diperlukan

adanya data yang cepat, akurat

dan mampu menjawab kebutu-

han pihak swasta bila ingin mela-

kukan investasi di kawasan terse-

but. Kebutuhan akan suatu infor-

masi yang bersifat regional mau-

pun lokasional mau tidak mau

harus disajikan baik data maupun

informasinya dalam bentuk data

spasial. Where (dimana lokasinya?)

adalah pertanyaan yang akan tim-

bul bila pemerintah akan mem-

bangun prasarana KTM atau pihak

investor akan melakukan investasi

di lokasi KTM ini, jawaban dari

where ini akan menjadi hal yang

kompleks bila ingin menghasilkan

jawaban terbaik mengenai lokasi

yang tepat dan bisa dipertang-

gungjawabkan. Lanjutan dari

“where” tersebut adalah “why”

atau kenapa harus disana, why

inilah yang menggambarkan vari-

abel-variabel penyusun dalam

menentukan lokasi dan “who”

yang mengungkapkan subyeknya,

bisa status legal lokasi yang

dipilih, masyarakat yang mana

yang akan merasakan dampak

atau menjadi bagian dari ker-

jasama yang akan dilakukan pihak

swasta dalam melakukan investasi

tersebut, biasanya dalam tahap

implementasi akan diakhiri den-

gan “how” atau bagaimana pelak-

sanaannya. Semua konsep pertan-

yaan tersebut harus dapat dijawab

dengan suatu sistem informasi

yang mendukung terjadinya

proses pengambilan keputusan.

Peran pemerintah sebagai regula-

tor dan fasilitator pengembangan

kawasan diharapkan mampu men-

jembatani hubungan antara

masyarakat dengan pihak swasta,

dimana peran pemerintah di-

harapkan mampu meningkatkan

tingkat partisipasi masyarakat

dalam bekerjasama dengan pihak

swasta dalam pembangunan KTM,

disisi lain pemerintah juga ditun-

tut untuk memberikan pemicu

(trigger) agar kawasan KTM ini

menjadi suatu kawasan yang

menarik dan kompetitif bagi in-

vestor dan menjadikan masyara-

kat sebagai mitra bagi pihak

swasta .

Kota terpadu mandiri merupakan

suatu konsep pembangunan yang

berbasiskan kawasan, berbicara

masalah kawasan maka dalam

manajemen pengelolaannya tidak

akan terlepas dari masalah lokasi.

“What, where, why, who and how” adalah pertan-yaan yang akan kerap muncul dalam pengem-bangan lokasi berkaitan dengan perencanaan pembangunan kawasan KTM ini.

Penyajian data statistik yang bersi-

fat tabular tidak mampu secara

cepat dan akurat serta merepre-

sentasikan kebutuhan dalam men-

jawab pertanyaan tersebut. Dalam

penyajiannya data tabular hanya

mampu menyajikan data numerik

masing-masing satuan analisis,

tetapi tidak mampu menjadi me-

dia untuk melakukan analisis kore-

lasi antara satuan analisis yang

berdekatan, atau tidak mampu

menyajikan wilayah pengaruh bila

suatu keputusan atau kebijakan

dilaksanakan di satu lokasi.

Hubungan ketiga komponen ini

dalam membangun KTM ini mem-

butuhkan ketersediaan data dan

informasi. Kemudahaan dalam

membaca data, mengolah, mela-

kukan analisis serta menyajikan

informasi menjadi hal yang utama

dalam pengembangan sistem in-

formasi berbasis kawasan, karena

dalam sistem informasi tersebut

tidak hanya stake holder yang ter-

libat, tetapi juga didalamnya akan

melibatkan unsur masyarakat

serta pihak swasta sebagai inves-

tor di kawasan tersebut.

Page 9: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Sistem informasi yang tepat dalam menjawab kebutu-

han tersebut adalah sistem informasi berbasis data

spasial, sistem informasi ini nantinya akan menjadi tu-

lang punggung dari penerapan manajemen pengel-

olaan kawasan KTM ini. Sistem informasi yang berbasis

data spasial ini saat ini lebih dikenal dengan nama Sis-

tem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi

Geografis (Geography Information System/GIS) meru-

pakan suatu konfigurasi sistem yang bekerja secara

sinergis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis

data hingga penyajian hasil dalam membantu pen-

gambilan keputusan dalam bentuk penggabungan

berbagai bentuk data (numerik, spasial, tekstual, grafik

hingga foto/multimedia) dalam format data keruangan

atau data spasial.

Ketersediaan informasi spasial ini akan mampu mendu-

kung pengembangan sistem manajemen kawasan di-

mana sistem informasi informasi geografis ini akan

mampu menjawab “what, where, why, who and how”

yang kerap muncul dalam tahap perencanaan maupun

dalam tahap pelaksanaan pengelolaan Kawasan KTM.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEBAGAI SISTEM IN-

FORMASI DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KTM

Manajemen pengelolaan berbasiskan kawasan dengan

Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam pelaksanaannya

nanti akan sangat membantu tidak saja untuk men-

jawab kebutuhan akan lokasi, tetapi juga akan mampu

menyajikan informasi tentang potensi kawasan KTM.

Bila dikembangkan lebih jauh, aplikasi SIG ini dapat

diterapkan dalam berbagai kebutuhan antara lain

seperti yang diungkapkan berikut ini.

Aplikasi SIG dalam perencanaan pengelolaan kawasan Penerapan SIG dalam perencanaan pengelolaan kawa-

san terkait dengan perlunya inventarisasi potensi dan

daya dukung lingkungan kawasan. Potensi kawasan

menyangkut tersajinya informasi data spasial berupa

topografi kawasan, data demografi masyarakat, data

kegiatan usaha serta komoditas eksisting serta sarana

dan prasarana yang telah ada di kawasan tersebut. In-

formasi tersebut berguna dalam membantu perenca-

naan pengelolaan kawasan dalam bentuk analisis

pengembangan kawasan berupa analisis pengemban-

gan struktur ruang kawasan, analisis pola ruang, anal-

isis alokasi fungsi ruang, sistem pengembangan trans-

portasi kawasan, penentuan komoditas unggulan,

pengembangan sarana dan prasarana kawasan yang

optimal serta melakukan analisis dampak dan daya

dukung lingkungan.

Gambar 2. Pola hubungan pengembangan wilayah dan sistem informasi

Hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan dalam diagram dibawah ini:

Page 10: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Aplikasi SIG dalam pelaksanaan

pengelolaan kawasan

Pelaksanaan pengelolaan kawasan

membutuhkan strategi yang tepat

dalam menentukan skala prioritas

pembangunan kawasan, terutama

pembangunan fisik. Mengingat

keterbatasan dana dan waktu

maka skala prioritas menjadi hal

penting. Bagaimana melakukan

pembangunan fisik dalam rangka

pengembangan kemandirian eko-

nomi kawasan yang menghasilkan

dampak positif yang paling luas di

masyarakat. Terutama bagi pen-

ingkatan ekonomi masyarakat.

Indikator-indikator yang diguna-

kan untuk mengukur tingkat ke-

majuan sebelum dan sesudah pe-

laksanaan pembangunan juga

dipersiapkan, sehingga setiap

kegiatan pembangunan yang dila-

kukan dapat terukur tingkat kema-

juannya, terukur tingkat keberha-

silannya dan bisa dipertanggung-

jawabkan hasilnya.

Dalam tahapan ini peran informasi

yang terbangun secara sistematis

menjadi hal yang penting, dengan

tersedianya data yang lengkap

maka kebutuhan akan informasi

dalam rangka pengambilan kepu-

tusan skala prioritas pemban-

gunan kawasan dapat dilaksana-

kan dengan tepat sasaran.

Aplikasi SIG dalam monitoring dan

evaluasi pelaksanaan pengelolaan

kawasan

Pelaksanaan kegiatan pemban-

gunan perlu dilakukan pengawa-

san dan monitoring, sehingga

hambatan atau permasalahan

yang terjadi di lapangan dapat

diketahui sedini mungkin dan da-

pat diambil tindakan yang tepat.

Dengan bantuan teknologi infor-

masi internet dan telepon selular

maka kegiatan monitoring dapat

dilakukan tidak harus langsung di

lapangan, namun kegiatan moni-

toring dapat dilakukan secara real-time atau dapat dilakukan se-

waktu-waktu dibutuhkan dengan

menempatkan petugas pendamp-

ingan di lokasi KTM. Hasil monitor-

ing tersebut digunakan dalam

melakukan evaluasi selama pelak-

sanaan pembangunan ataupun

saat melakukan pengelolaan ka-Gambar 3. Konsep pengembangan kawasan kota terpadu mandiri

Page 11: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Aplikasi SIG dalam pengelolaan potensi pertanian dan

perkebunan

Hampir seluruh kawasan transmigrasi merupakan ka-

wasan pengembangan pertanian atau perkebunan,

dengan manajemen pengelolaan berbasiskan SIG ini

akan mampu menjawab tentang potensi pertanian

atau perkebunan di kawasan KTM ini, bagaimana sis-

tem irigasinya, dimana lokasi pembangunan sistem

irigasi yang memiliki dampak positif paling besar per-

tanian di kawasan tersebut, berapa luas lahan yang

akan di airi, berapa estimasi peningkatan hasil panen

dalam beberapa tahun ke depan setelah dilaksana-

kannya pembangunan sistem irigasi, di mana saja ter-

jadi alih fungsi lahan, dan sebagainya. Informasi yang

disajikan dengan konsep SIG ini selain bermanfaat

dalam perencanaan, juga akan sangat membantu

dalam tahap forecasting, monitoring serta services se-

lama pengembangan KTM ini berlangsung.

Aplikasi SIG dalam pemasaran kawasan

Berbicara tentang pengembangan kawasan secara

mandiri maka tidak terlepas dari upaya mendatangkan

pihak ketiga dalam hal ini pihak swasta untuk

menanamkan modalnya di kawasan ini dalam bentuk

investasi. Dalam rangka menarik investor untuk berin-

vestasi di kawasan KTM maka perlu dilakukan pendeka-

tan strategi agar kawasan ini menjadi suatu kawasan

yang sangat potensial untuk dijadikan lahan bisnis

mereka. Upaya untuk menciptakan daya tarik kawasan

bagi investasi ini perlu dilakukan secara sistematis den-

gan ketersediaan data yang akurat. Penyajian informasi

yang lengkap akan sangat membantu pihak pengelola

dalam menentukan langkah-langkah yang strategis

dalam memasarkan kawasan ini. Langkah-langkah

strategis yang dimaksud antara lain menentukan ko-

moditas unggulan kawasan, membangun sistem perta-

nian komoditas unggulan dengan teratur, terencana

dan berkesinambungan. Selanjutnya bila hal tersebut

sudah direncanakan, harus diikuti dengan melakukan

strategi pemasaran kawasan, strategi tersebut antara

lain dengan menentukan positioning dan diferensiasi

kawasan.

Positioning kawasan adalah suatu pendekatan untuk

menentukan konsep utama pengembangan kawasan

kota terpadu mandiri sehingga visi dan misi serta

pengembangan kawasan KTM ini mempunyai arah

yang jelas dan terukur. Positioning dikembangkan ber-

dasarkan diferensiasi produk unggulan yang membe-

dakan kawasan KTM ini dengan kawasan sekitarnya

atau dengan kawasan lainnya. Misalnya. KTM Lunang

Silaut sebagai KTM yang memiliki komoditas unggulan

kelapa sawit dan sapi. Maka positioning KTM ini seba-

gai KTM kelapa sawit yang ramah lingkungan. Kenapa

disebut ramah lingkungan/berwawasan lingkungan,

karena pengelolaan yang dilakukan dilahan-lahan milik

rakyat (bukan hasil bukaan hutan), pemupukannya

menggunakan pupuk organik dari sapi, pengangkutan

Tandan Buah Segar (TBS) dengan sapi, limbah kelapa

sawitnyapun diolah untuk menjadi pakan sapi. Energi

rumah tangga disuplai dengan teknologi biogas dari

kotoran sapi dan limbah kelapa sawit. Diferensiasi KTM

dengan konsep sawit ramah lingkungan menjadi

“Brand” bagi kawasan KTM ini. Bahkan selanjutnya da-

pat dilakukan sertifikasi produk oleh lembaga interna-

sional mengenai produk sawit ramah lingkungan ini. Di

pasaran Eropa, Amerika Utara dan Jepang, produk

yang memiliki sertifikasi ramah lingkungan akan lebih

mudah diterima mereka dan memiliki harga jual yang

lebih tinggi dibandingkan hasil kelapa sawit yang

dikelola secara konvensional, terkait begitu pekanya

masalah lingkungan saat ini. Ini merupakan salah satu

contoh membangun positioning, diferensiasi dan

brand dari masing-masing KTM, sehingga tiap-tiap

KTM tersebut memiliki konsep, visi, misi dan tujuan

yang jelas. Kebutuhan informasi dalam membangun

positioning, diferensiasi dan brand ini mutlak diperlu-

kan, terutama informasi tentang potensi kawasan yang

sesungguhnya. Informasi yang didisain untuk kebutu-

han positioning, diferensiasi dan brand digali berdasar-

kan data dan informasi yang dikembangkan secara

spasial.

Upaya memasarkan kawasan tersebut juga harus

mampu mengidentifikasikan siapa-siapa investor yang

potensial menanamkan modalnya di kawasan KTM,

untuk itu perlu dilakukan upaya segmentasi pihak in-

vestor potensial. Ke semuanya ini memerlukan penya-

jian informasi yang cepat, akurat, menarik dan mampu

melakukan integrasi kegiatan pembangunan serta me-

masarkannya melalui strategi pemasaran yang tepat.

Sistem Informasi Geografis akan menjadi bagian

penting dalam mendukung pengembangan strategi

pemasaran kawasan dimana informasi yang disajikan

oleh sistem ini mampu menjadi basis data dalam mem-

bangun positioning, diferensiasi dan brand serta sis-

tem informasi dalam pengambilan keputusan

(Decision Support System Management/DSSM).

Page 12: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Aplikasi SIG dalam memasarkan kawasan

Sistem Informasi Geografis tidak saja sangat mem-

bantu dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan,

tetapi akan sangat membantu dalam memasarkan ka-

wasan kepada pihak swasta agar mau melakukan in-

vestasi di kawasan tersebut. Sistem informasi Geografis

yang menggabungkan data atribut maupun data

spasial mampu menyajikan kepada pihak investor in-

formasi tentang kondisi eksisting kawasan, infrastruk-

tur yang telah ada, daya dukung kawasan (SDM, ling-

kungan, status kepemilikan lahan), serta potensi dari

kawasan KTM. Kebutuhan informasi kawasan oleh in-

vestor menjadi hal yang penting karena akan akan me-

nentukan cost production mereka serta business plan

mereka. Pengembangan sistem informasi kawasan ini

akan menjadi aset yang penting bagi pengelola kawa-

san dalam upaya memberikan services yang lengkap

dan akurat bagi investor maupun calon investor di ka-

wasan KTM di seluruh Indonesia.

Aplikasi SIG dalam pemasaran komoditas unggulan

kawasan

Kemampuan SIG juga dapat diaplikasikan dalam mela-

kukan analisis daya dukung pasar dalam memasarkan

komoditas unggulan yang dikembangkan oleh pihak

investor di kawasan tersebut, mulai dari kegiatan pe-

metaan dan analisis mengenai preferensi konsumen,

daya jangkau pasar, keberadaan target market, com-petitivenes, cost and income analysis. Promosi pem-

bangunan KTM dengan konsep-konsep serta position-ing kawasan tersebut merupakan bagian yang juga

penting agar pembangunan dapat dilakukan tidak saja

oleh pemerintah dan masyarakat, tetapi juga menda-

pat dukungan oleh pihak swasta. Pemanfaatan SIG ini

akan membantu pihak yang berkompetan dalam mer-

ancang market strategy (segmentation, positioning, diferentiation) maupun marketing mix (produk, price, place and promotion).

PENUTUP

Dalam pelaksanaan perlu dilakukannya penyediaan

data spasial digital secara terintegrasi sebagai media

melakukan analisis dan evaluasi masterplan. Hingga

saat ini, penyediaan data spasial baru dalam tahap

penyediaan data base spasial dan beberapa model

informasi penyajian antara data spasial dengan data

tabular untuk masing-masing KTM. Berdasarkan hal

tersebut maka perlu dikembangkan suatu pusat

pengelolaan data dan informasi tentang Kawasan Kota

Terpadu Mandiri, mengingat cukup banyaknya Kaw.

KTM yang secara eksisting dikembangkan di Indonesia

dan akan banyak lagi yang akan dikembangkan di selu-

ruh Indonesia.

Kelengkapan dan ketersediaan data dan infor-

masi merupakan hal yang mutlak keberadaanya bila

ingin memperoleh hasil yang maksimal. Dalam pelak-

sanaannya terdapat kendala-kendala salah satunya

adalah “data ada dimana-mana, namun saat diperlukan

menjadi dimana-mana tidak ada data”. Kemudian

dalam penerapan pembanguan data spasial, terdapat

beberapa sumber kekeliruan yang sering terjadi dalam

membangun suatu Sistem Informasi Geografis bagi

perencanaan wilayah, hal ini perlu diwaspadai dalam

pelaksanaan pembangunan data, antara lain :

1. Penetapan variabel ; penguasaan masalah dalam

menentukan variabel dan mengelompokkan ting-

kat akurasi variabel. Penentuan suatu data men-

jadi variabel yang tidak sempurna/ tidak kompre-

hensif akan berdampak pada ketajaman output

yang dihasilkan. Peranan SDM yang profesional

diharapkan mampu mengeliminasi tingkat kesala-

han yang mungkin timbul.

2. Sumber informasi yang sudah kedaluarsa ; umum

terjadi di daerah berkaitan dengan updating data

yang tidak pernah dilaksanakan.

3. Penggunaan skala peta yang tidak sesuai pelak-

sanaan tumpang susun (overlay) informasi, walau-

pun secara teknologi GIS akan tetap mampu me-

lakukan prosesing data namun informasi yang

dihasilkan tidak seperti yang diinginkan.

4. Kesalahan Pembuatan model spasial dalam pen-

golahan sistem informasi spasial. Penetapan ru-

musan model dan mekanisme pengoperasian

model akan berpengaruh terhadap ketepatan

output yang dihasilkan. Peranan tenaga profe-

sional diharapkan lebih mampu memperkecil

tingkat kesalahan yang timbul.

Jelasnya, pemanfaatan teknologi Informasi yang didu-

kung oleh Sumber Daya Manusia yang profesional,

diharapkan akan mampu memberikan masukan ber-

harga bagi daerah dalam mengeksplorasi dan meren-

canakan menejemen pengelolaan SDA kawasan secara

arif, bijaksana dan berkelanjutan.***

Page 13: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Kabupaten Polewali Mandar

(Polman) adalah salah satu dari 5

kabupaten yang ada di Propinsi

Sulawesi Barat, yang terus giat

mencari potensi yang bisa dikem-

bangkan dalam berbagai sektor.

Pada saat dilakukan survei daerah

ini masih bernama Kabupaten

Polewali Mamasa (Polman). Sejak

1 Januari 2006, daerah ini resmi

bernama Kabupaten Polewali

Mandar, seiring dengan berdirinya

Kabupaten Mamasa dengan

proses pemekaran.

Untuk sektor pariwisata kabu-

paten ini giat menggali dan

mengembangkan kemungkinan

adanya lokasi pariwisata baru, baik

yang alam maupun yang budaya.

Dengan kondisi geografis yang

lengkap mulai dari wilayah pantai

sampai wilayah pegunungan, dan

dengan keadaan alam yang indah

dan mempesona serta keane-

karagaman seni budaya, menem-

patkan kabupaten ini menjadi

salah satu tujuan wisata yang

menarik. Wilayah pantai dengan

pasir putih dan terumbu karang

yang indah. Objek air panas, air

terjun dan pemandangan alam

pegunungan juga menjadi suatu

hal yang menarik

Selain daya tarik wisata alam yang

berupa wisata bahari dan

agrowisata, yang tidak kalah

menarik adalah wisata budaya

berupa peninggalan sejarah pur-

bakala. Hal ini ditunjang pula den-

gan aneka hasil kerajinan rakyat

untuk cenderamata berupa anya-

man, sulaman, kerang-kerang,

perabot rumah tangga, pembua-

tan tenunan sarung khas Mandar,

Perahu Sandeq dan kerajinan tan-

gan lainnya dari batang kelapa,

juga merupakan potensi wisata

yang menjanjikan. Berbagai hi-

dangan khas daerah ini juga bisa

dijadikan wisata kuliner untuk

para wisatawan baik domestik

maupun mancanegara.

Secara geografis letak wilayah Ka-

bupaten Polman terletak antara

12o5’00’’ BT sampai 12o50’00’’ BT

dan 2o40’00’’ LS sampai 3o32’00’’

LS. Jarak tempuh dari ibukota Pro-

pinsi Sulawesi Selatan 255 km.

Batas-batas wilayahnya antara

lain : sebelah Utara adalah Kabu-

paten Mamasa; di sebelah Selatan,

Teluk Mandar; di sebelah Timur,

Kabupaten Pinrang; dan di sebe-

lah Barat, Kabupaten Majene. Se-

bagian besar Kabupaten Polman

terdiri atas wilayah bergunung

sampai curam, dengan kemirin-

gan lereng berkisar antara 0 – le-

bih dari 40%. Wilayah datar dijum-

pai pada beberapa tempat, seperti

di Kecamatan Polewali dan tem-

pat-tempat lain dengan aktivitas

ekonomi yang tinggi. Luas Kabu-

paten Polman adalah 4.781,53

km2, sebelum pemekaran. Setelah

pemekaran luasnya berkurang

menjadi 3.240,56 km2.

Kabupaten Polman yang meru-

pakan bagian dari Pulau Sulawesi

yang kaya akan fauna dan flora

endemik dan unik, sebagai akibat

dari posisi peralihan dan evolusi di

dalam zona geologi yang kom-

pleks. Zona peralihan ini, yang

menghubungkan Benua Sunda

dan Sahul (Australo-Papua), oleh

para biologiwan dikenal sebagai

kawasan Wallacea. Pulau Sulawesi

secara biogeografis merupakan

wilayah perpaduan antara fauna

benua Asia dengan Australia dan

masih belum banyak diketahui

dengan baik Menurut seorang

biologiwan (Andrew, 1992) di pu-

lau ini terdapat 30 jenis burung

pemangsa diurnal, enam jenis di

antaranya endemik. Salah satu

burung pemangsa endemik yang

terdesak hidupnya adalah Elang

Sulawesi (Spizaetus lanceolatus ).1

Mangrove, Terumbu Karang dan

Pantai di Teluk Mandar

Pantai Teluk Mandar sebagai

bagian dari Kabupaten Polman

memiliki keindahan yang berbeda

dengan pantai lainnya. Hamparan

pantai yang berkarang dengan

pasir putihnya dan pulau-pulau di

sekitarnya yang memiliki terumbu

karang yang indah dan sebagian

lagi ditumbuhi mangrove men-

jadikan pantai ini punya karakter-

istik tersendiri.

PELUANG DAN KENDALA PENGEMBANGAN PARIWISATA

KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROPINSI SULAWESI BARAT

Oleh: Tjiong Giok Pin Staf Pengajar Departemen Geografi, FMIPA UI

Page 14: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

1 Elang Sulawesi Spizaetus lanceolatus Deskripsi singkat : Elang-alap berukuran sedang, 56-64 cm, tanpa bulu jambul yang mencuat. Bulu dewasa: sayap dan bagian belakang/punggung coklat gelap, sisi atas bulu ekor coklat gelap dengan empat palang hitam, sisi bawah abu-abu coklat dengan tiga palang hitam dan abu-abu coklat di ujung bulu ekor; kepala dan tengkuk coklat gelap; garis moustachial dan mesial coklat gelap sampai kehitaman pada tenggorokan abu-abu kecoklatan. Dada merah karat sampai coklat berangan dengan bintik-bintik hitam yang sangat kecil, perut dan bagian bawahnya coklat karat dengan berpalang putih; cakar cukup panjang dengan garis-garis halus coklat kotor dengan bulu penutup bawah kaki yang kuning terang (Brown & Amadon, 1968). Warna paruh dan kuku tidak diketahui, namun tam-paknya sama dengan spesies lain. Panjang sayap 335-402 mm, indeks ekor/sayap 69-74%, rata-rata indeks tarsus/sayap 23% (Sozer & Nijman, 1995). Sampai umur satu tahun pertama mengeluarkan suara berulang-ulang dengan cepat "kee-kee-kee" (42-50 kali per 10-11 detik: Van Balen, 1991). Wilayah sebaran (range): Sulawesi (Indonesia) dan pulau-pulau di sekitarnya yaitu Muna, Butung, Banggai dan Sula (del Hoyo dkk,. 1994; Coates dkk., 1997) Distribusi dan status: Hutan dataran rendah dan pegunungan dari 250m sampai lebih dari 1500m (White & Bruce, 1968); men-ghuni hutan primer dan hutan pamah sekunder yang tinggi, hutan perbukitan dan hutan pegunungan, kadang hingga pedesaan yang terbuka. Sedikit terpencar tapi tersebar luas mulai dari permukaan laut sampai 2300 m dpl (Coates dkk., 1997), Meyburg dan Van Balen (1994) menyatakan sebagai jenis yang tidak jarang. Kebiasaan: Elang Sulawesi cenderung untuk berburu dari tajuk hutan sebaik di daerah terbuka dalam hutan. Tercatat ber-sarang pada bulan Agustus di pohon besar pada ketinggian 1600m (Burton, 1989).

Semua ini merupakan potensi ekowisata yang me-

madukan antara ekosistem hutan mangrove dan pano-

rama alam pantai yang belum seluruhnya digali dan

dimanfaatkan.

Hutan mangrove umumnya dijumpai di pesisir Teluk

Mandar, meskipun cukup memprihatinkan karena se-

bagian besar kondisinya sudah rusak, tetapi di be-

berapa pulau seperti di Pulau Panampeang, Pulau

Karamassang masih relatif baik. Pada umumnya kete-

balan hutan mangrove di kawasan ini berkisar antara

10-200 meter dari garis pantai.

Pulau Panampeang adalah pulau kecil yang meru-

pakan pulau karang yang terletak paling luar di

perairan Teluk Mandar yang ditumbuhi mangrove dan

memiliki pantai yang relatif landai. Sedangkan Pulau

Karamassang merupakan pulau kecil dan tidak berpen-

duduk, serta terletak di kawasan perairan Teluk Mandar

paling Selatan.

Pulau Battowae merupakan pulau yang paling besar di

kawasan Teluk Mandar, dan sudah banyak bangunan

permanen dan sekolah. Pulau Battowae merupakan

pulau yang memiliki hutan mangrove paling luas.

Pulau Salamah atau disebut juga Pulau Tanggae. Pulau

ini berdekatan dengan Pulau Battowae, tetapi luasnya

lebih kecil. Hutan mangrove di daerah ini tumbuh

sepanjang kawasan pesisir pulau, karena posisinya ter-

lindung oleh Pulau Battowae.

Di sepanjang pesisir Binuang juga banyak ditumbuhi

mangrove. Letaknya yang terlindung dari hempasan

gelombang dan subtratnya yang berasal dari lumpur

liat sangat menguntungkan untuk tumbuhnya man-

grove. Terumbu Karang dijumpai di beberapa pulau

antara lain di Pulau Battowae, Pulau Salamah, Pulau

Karamassang, Landea dan Panampeang.

Dengan potensi yang ada, berupa pantai pasir putih,

mangrove dan terumbu karangnya, pantai yang ada di

Kabupaten Polman ini dapat dikembangkan sebagai

daerah tujuan wisata. Sebagai daerah wisata yang ber-

basis pada potensi sumberdaya alamnya, maka peren-

canaan perlu dengan pendekatan yang multidisiplin.

Langkah awal untuk mengantisipasinya adalah dengan

membuat arahan secara lebih detail terhadap perma-

salahan perkembangan di kawasan pantai. Pengaturan

garis sempadan; penentuan peruntukan lahan; inten-

sitas pembangunan yang dikaitkan dengan daya tam-

pung kawasan agar tidak terjadi ketidakseimbangan

alam; dan sistem penghubung yang dapat menghasil-

kan suatu kegiatan lain; merupakan berbagai usaha

yang harus dilakukan untuk mengatur perkembangan

pariwisata dikemudian hari.

Pengaturan dan Penyusunan Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan di Kawasan Pantai di Teluk Mandar

merupakan salah satu usaha dalam mangantisipasi dan

diupayakan menjadi bagian dari suatu perangkat pe-

doman dan pengendalian pembangunan fisik yang

akan menjadi alat untuk membantu memecahkan per-

masalahan yang ada. Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan dimaksudkan untuk memberikan arahan

perwujudan fisik suatu kawasan yang mengacu pada

Rencana Tata Ruang yang lebih tinggi tingkatannya

agar tercipta suatu kawasan yang terkendali. Tujuan

dari penyusunan ini adalah untuk mewujudkan ling-

kungan kawasan yang kaya dengan variasi, jatidiri, dan

mempertahankan kondisi lingkungan agar tetap baik.

Dengan demikian dapat memberikan arahan pada

daerah tersebut yang dapat memenuhi kepentingan

atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan sumberdaya

dan daya dukung lahan yang optimal.

Page 15: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Di Desa Bala Kecamatan Balanipa terdapat fasilitas

wisata berupa Casebo, Pondok Wisata dan Panggung

Kesenian. Obyek wisata ini berada pada poros jalan

Propinsi (Trans Sulawesi bagian Barat). Pantai Palippis

dan Labuang yang terdapat di desa ini memiliki pano-

rama alam yang indah dan menarik. Di sana dapat di-

jumpai hasil paduan pasir putih, perbukitan, tebing

dan goa alam sepanjang pantai kurang lebih 3 km. Dari

tempat ini dapat disaksikan terbenamnya matahari di

laut lepas Selat Makassar.

Fasilitas rumah wisata dan Casebo juga terdapat di

Pantai Sappoang, Kelurahan Ammasangan, Kecamatan

Binuang. Panorama pantai yang indah juga dapat

disaksikan dari tempat ini.

Lokasi obyek wisata lainnya yang terdapat di Ke-

camatan Binuang adalah Pulau Gusung Toraja. Lokas-

inya dikelilingi oleh Pulau Karamasang, Pulau To-

salama, Pulau Battoa dan Pulau Panampeang (Desa

Tonyaman) Kecamatan Binuang. Pulau tanpa penghuni

ini dapat ditempuh dengan perahu motor kurang lebih

15 menit. Pulau Gusung Toraja mempunyai luas kurang

lebih 1.5 Ha merupakan salah satu obyek wisata den-

gan panaroma pantai yang indah dihiasi oleh pasir

putih dan coklat yang bersih, cocok untuk tempat ber-

jemur, berenang, memancing dan rekreasi.

Air Terjun Kunyi dan Tapango

Obyek wisata air terjun ini terdapat di Desa Kunyi,

Kecamatan Anreapi, dapat dijangkau dengan kenda-

raan bermotor. Air terjun ini memiliki ketinggian seki-

tar 30 meter dan bertingkat 3 dengan airnya yang

jernih, dan bersih. Dari tingkat 3 dapat melihat pano-

rama alam yang indah serta kota Polewali.Wisata alam

di daerah pegunungan ini sangat nyaman, dengan

udara yang segar dan potensi agrowisata yang bera-

neka, karena di daerah ini banyak ditanam langsat,

durian, rambutan , dan kopi.

Di tempat ini pula sedang dikembangkan pem-

bangkit energi alternatif dengan menggunakan turbin

dengan menggunakan aliran air dari sungai setempat.

Obyek wisata air terjun lainnya terletak di Desa

Tapango, Kecamatan Tapango. Air terjun Tapango

memiliki ke unikan tersendiri.

Agrowisata Kanang

Daerah Kanang terletak di Desa Batetangnga, Ke-

camatan Luyo yang berjarak kurang lebih 1.5 km dari

poros jalan propinsi. Lokasinya dapat dicapai dengan

kendaraan roda empat.

Foto 1. Panorama Alam Pantai Balanipa (Sumber: Dokumentasi penulis)

Foto 2. Panorama Alam Pantai Kecamatan Binuang (Sumber: Dokumentasi penulis)

Page 16: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Di daerah Kanang dapat di-

jumpai perkebunan rakyat yang

terdiri atas durian, langsat dan

rambutan yang luasnya sekitar

400 Ha. Ada juga perkebunan cok-

lat. Di sekitar perkebunan itu ter-

dapat sungai-sungai yang masih

alami dan dapat dinikmati oleh

para wisatawan sambil mencicipi

buah-buahan yang ada pada

musimnya.

Buah durian dan langsat dari

Polman telah dikenal di Sulawesi

karena aroma dan manisnya, se-

hingga menjadi pemasok utama

durian dan langsat untuk Kota

Makassar.

Bendungan Sekka-Sekka

Bendungan Sekka-Sekka ini

terletak di Desa Batupanga, Ke-

camatan Luyo. Letaknya sekitar 5

km dari poros jalan propinsi, dan

dapat dijangkau dengan kenda-

raan roda empat.

Selain dimanfaatkan untuk

irigasi persawahan, bendungan ini

juga menjadi objek wisata tirta

yang memiliki panorama alam

indah. Sebagai tempat perman-

dian, olah raga air, memancing,

rekreasi bendungan yang dikelil-

ingi perbukitan ini sekaligus juga

dimanfaatkan sebagai tempat isti-

rahat yang nyaman. Dari tempat

ini pula, kalau kita beruntung da-

pat melihat Burung Elang Sulawesi

yang terbang melintas.

Atraksi Budaya Polman

Saeyang Pattu’du Saeyang Pattu’du (Kuda

Menari) adalah salah satu atraksi

budaya yang unik Suku Mandar.

yang bisa melibatkan hingga 100

ekor kuda. Saeyang Pattu’du ini

ditunggangi oleh gadis-gadis

jelita diiringi pukulan rebana den-

gan syair dan lagu bernuansa Is-

lam, di depan seseorang yang

melantunkan kalinda’da

(berbalasan pantun) yang dituju-

kan kepada penunggang kuda

tersebut.

Setiap kali mendengar bunyi

gendang dan rebana, seketika kaki

-kaki kuda ini bergerak-gerak naik

turun, ke depan, ke belakang atau

ke samping. Gerakan kaki ini dii-

kuti dengan gerakan kepala

seperti mengangguk-angguk,

menggeleng-geleng, atau me-

neleng ke kiri dan kanan. Persis

seperti penari. Semakin cepat atau

semakin keras bunyi tetabuhan,

semakin cepat pula gerakan kaki

kuda-kuda itu.

Foto 5. Panorama Alam Pantai Kecamatan Binuang (Sumber: Dokumentasi penulis)

Foto 3. Sungai di daerah Kanang (Sumber: Dokumentasi penulis)

Foto 4. Perkebunan coklat rakyat(Sumber: Dokumentasi penulis)

Page 17: Tes Desain Majalah - April 2010

Setiap kali mendengar bunyi gendang dan

rebana, seketika kaki-kaki kuda ini bergerak-gerak naik

turun, ke depan, ke belakang atau ke samping. Gerakan

kaki ini diikuti dengan gerakan kepala seperti men-

gangguk-angguk, menggeleng-geleng, atau meneleng

ke kiri dan kanan. Persis seperti penari. Semakin cepat

atau semakin keras bunyi tetabuhan, semakin cepat

pula gerakan kaki kuda-kuda itu.

Atraksi Saeyang Pattu’du dilaksanakan pada

acara Maulid Nabi, Perkawinan, Khatam Alqur’an dan

acara syukuran. Acara Saeyang Pattu’du bisa ditemui di

sejumlah desa di Kabupaten Polman, tepatnya di Desa

Kappung Tulu dan Tinambung, dan desa-desa lain

yang masih berada di Kecamatan Balanipa dan Tinam-

bung.

Pakkacaping Pakkacaping (Pemain Kecapi) adalah salah satu

seni budaya tradisonal Mandar berupa petikan kecapi

diiringi syair lagu romantis dan petuah/nasehat yang

bernilai sastra tinggi ditujukan kepada tomioro (gadis

jelata yang sedang duduk) dipersandingkan dengan

seorang pemuda dan pemuda tersebut melakukan

Mappamacco (menaruh uang di depan tomioro).

Awalnya Pakkacaping ini dipertunjukkan dalam

istana Raja, namun saat ini menjadi hiburan umum

pada acara Perkawinan, Nazar dan acara syukuran lain-

nya.

Tarian Pattu’du

Tari Pattu’du adalah salah satu seni budaya tari

tradisional Mandar yang dianggap sakral. Tari ini sudah

dipertunjukkan dalam istana kerajaan, sejak Raja

Balanipa I (Todilaling) memerintah tahun 1520 M. Se-

belum menjadi Raja Balanipa, Todilaling

(Imanyambungi) diangkat sebagai pemimpin perang

kerajaan Goa, dan konon sewaktu Todilaling mangkat

44 orang penari Pattu’du, dayang-dayang dan penga-

wal yang setia turut serta masuk ke liang lahat.

Makam Raja Todilaling saat ini menjadi salah satu

objek wisata budaya/ cagar budaya. Letaknya di atas

bukit dengan pohon beringin yang rindang di Desa

Napo Kecamatan Balanipa, sekitar 3 km dari poros

jalan Provinsi.

Salah satu makam lain yang sering diziarahi oleh

para wisatawan di Polman adalah makam Syech Al

Ma’ruf. Makam ini berada di Pulau Tosalama, Desa Am-

masangan, Kecamatan Binuang dan dapat ditempuh

dengan perahu motor sekitar 10 menit.

Syech Al Ma’ruf adalah penyiar agama Islam per-

tama pada abad ke XVI di Binuang, memiliki pengeta-

huan agama Islam yang dalam dan luas, sehingga

diberi gelar Tosalama (orang yang dikeramatkan).

Perahu Sandeq

Perahu Sandeq adalah tipe perahu layar tradisional

Suku Mandar. Perahu ini bercadik berukuran panjang 9

– 16 meter dan lebar 0.5 – 1 meter. Pada jaman dahulu

perahu ini digunakan untuk menangkap ikan sampai

ke laut dalam serta sebagai alat transportasi jarak jauh

menjelajahi seluruh nusantara bahkan sampai ke Ma-

laysia, Singapura, Jepang dan Madagaskar. Kecepatan

tempuh perahu ini dapat mencapai 15 – 20 Knot atau

30 – 40 km per jam. Perahu ini dikenal sebagai perahu

layar tercepat dan tercantik yang mampu mengarungi

laut lepas sekalipun ombak besar.

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Foto 6. Perahu Sandeq yang hampir jadi (Sumber: Dokumentasi penulis)

Page 18: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

Untuk melestarikan budaya

leluhur Suku Mandar dan menjadi-

kan sebagai obyek dan daya tarik

wisata, maka setiap peringatan

HUT Kemerdekaan RI, yaitu antara

tanggal 10 – 17 Agustus setiap

tahunnya diselenggarakan Lomba

Perahu Sandeq (Sandeq Race)

dengan rute Majene – Polewali –

Ujung Lero – Teluk Pare-Pare –

Barru dan berakhir di Pantai Losari

Makassar.

Sarung Tenun Sutera Mandar

Kain tenun khas Mandar yang

dikenal dengan Sarung Tenun

Sutra Mandar memiliki ciri dan

corak khas tersendiri, yaitu halus

dan cemerlang. Warnanya tidak

bisa luntur dan telah dikenal di

seluruh Nusantara.

Tenunan Sarung Sutra Man-

dar telah menjadi industri keraji-

nan rakyat dan terdapat di semua

Kecamatan pesisir Kabupaten Pol-

man. Biasanya kain ini digunakan

pada acara perkawinan, upacara

adat, acara syukuran lainnya dan

bagi tamu dari luar, dijadikan

cenderamata.

Hasil kerajinan rakyat yang

lain, yang dapat dijadikan

cenderamata, diproduksi di berba-

gai sentra industri rumah tangga

di Kecamatan Polewali dan Tinam-

bung. Ada yang berupa anyaman,

sulaman, kerang-kerang, perabot

rumah tangga, ataupun kerajinan

tangan lainnya dari batang kelapa,

juga rotan.

Makanan Khas Mandar

Makanan khas Mandar cukup

beraneka ragam antara lain Loka Anjoroi, Jepa dan Bau Peapi. Na-

mun yang sudah dikenal adalah

Golla Kambu terbuat dari gula

aren, beras ketan dan kelapa. Un-

tuk menambah aroma dan rasa

yang bervariasi, biasanya ditam-

bah durian, kacang dan wijen.

Golla Kambu sebagai makanan

khas Mandar dapat diperoleh di

Kecamatan Balanipa, Tinambung,

Campalagian dan Allu. Selain itu,

ikan asap dan ikan asin adalah

jenis makanan khas Mandar. Se-

mua jenis makanan khas mandar

bisa diperoleh di pasar-pasar tra-

disional.

Alat Transportasi

Alat transportasi yang terda-

pat di Kabupaten Polman bervari-

asi, ada yang masih tradisional ada

pula yang sudah modern. Delman

atau Dokar, yang dikenal dengan

sebutan Bendi, masih digemari

masyarakat sebagai alat angkut

yang menghubungkan antara ke-

camatan dengan daerah pede-

saan.

Foto 7. Pembuatan Sarung Tenun Mandar (Sumber: Dokumentasi penulis)

Foto 8. Kerajinan dari batang kelapa (Sumber: Dokumentasi penulis)

Page 19: Tes Desain Majalah - April 2010

Volume 7 / No. 1 / April 2009

50 TAHUN GEOGRAFI UI KEGIATAN REUNI AKBAR

REUNI GEOGRAFI UI 50 TAHUN (1959-2009 Departemen Geografi berulang tahun ke 50 tanggal 27

Nov 2009. Perayaan di laksanakan tanggal 12 Desem-

ber 2009, Sabtu mulai pukul 8 – 16 WIB. Peserta me-

mang tidak terlau banyak hanya sekitar 200 orang ter-

masuk alumni, mahasiswa dan staf pengajar Departe-

men Geografi serta beberapa karyawan.

Acara dimulai pukul 8.15 dengan acara perdana se-

peda santai keliling kampus UI yang asri dengan jalur

sepeda yang menantang. Pemandangan hutan kota

yang rimbun turut menghanyutkan para alumni ke

dunia lain seperti suasana alam bebas yang masih se-

gar, tarikan napas dan udaranya membuat badan men-

jadi semangat. Setelah berjalan sejenak, berhenti di

depan kandang kijang dibawah pohon rindang. Pose

FE UI menantang untuk trek yang lebih ekstrim.

Mendekati gedung geografi trek sepeda menanjak

sedikit dengan latar belakang geduk rektorat UI

(administrasi) dan gedung Balairung tempat wisuda

bagi alumni baru. Beberapa peserta sudah menjadi

pejabat baik di pemerintah atau swasta, semoga yang

belum bisa menyusul, seperti urutan sepeda ada di

depan dan di belakang, mesti gantian sejalan dengan

waktu.. Setelah bersepa acara selanjutnya adalah sesi

acara santai sejenak sambil menunggu alamuni lain

yang belum hadir, maklum hari Sabtu ternyata masih

ada yang bekerja setangah hari.