tes desain majalah - april 2010
TRANSCRIPT
Redaksi
KONTRIBUTOR Adi Wibowo Dosen Departemen Geografi A. Miadinar, Elgodwistra, Riza, Yuniar Mahasiswa Geografi UI - Angkatan 2006 Chotib Lembaga Demografi UI Imam Wayhudi, S.Si, M.MA XXX Iqbal Putut Alumni Geografi UI - Angkatan 2004 Kuswantoro Alumni Geografi UI - Angkatan 2002 Laju Gandharum Environmental Sustainable Development, National Central University (NCU), Taiwan Triarko Nurlambang Ketua Pusat Penelitian Geografi Terapan FMIPA UI
PENASEHAT - Dr. Rokhmatuloh REDAKSI - Adi Wibowo, Iqbal Putut, Laju Gand-harum, Ratri Candra, Weling Suseno. STAFF AHLI - Astrid Damayanti, Sugeng Wica-hyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang ADMINISTRARSI - Ashadi Nobo ALAMAT REDAKSI - Gd. Departemen Geografi, FMIPA Universitas Indonesia, Kampus UI Depok Telp. (021) 7721 0658, 702 4405 Fax. (021) 7721 0659 Diterbitkan oleh: Forum Komunikasi Geografi Universitas Indonesia Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan saran dari pembaca, utamanya yang berkai-tan dengan masalah keruangan. Kirimkan tuli-san ke alamat redaksi atau email dengan diser-takan nama, alamat lengkap, nomor telepon serta Biografi.
Daftar Isi
2 I Spatial Decision Support
System (SDSS) for SEA
Application on Local Development
Training Program
6 I PETA MENGANDUNG MAKNA
IPOLEKSOSBUD
14 I Mengenang Pak Adril
17 I BANJIR, MEGAPOLITAN dan KONUR
BASI
19 I Manajemen Data Geospasial
Berbasis Open Source Software
GeoNetwork
23 I “MODERN” TERNYATA TIDAK
MENJAMIN KESEJAHTERAAN YANG
MERATA
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Sekilas Tentang Keberadaan Pulau-Pulau Terdepan
di Indonesia Berdasarkan survey terakhir yang dilaksanakan oleh
Dishidros TNI-AL, Indonesia mempunyai 17.499 pulau
(sebelumnya 17.508 pulau). Dari jumlah tersebut hanya
7.349 pulau yang sudah diberi nama, sedangkan 10.150
pulau belum diberi nama tersebar di seluruh wilayah
Nusantara. Akan tetapi baru-baru ini UNCLOS
menyatakan bahwa jumlah pulau Indonesia ialah sekitar
13.000-an pulau. Diantara pulau yang sudah diberi
nama terdapat 67 pulau yang berbatasan langsung
dengan negara tetangga yang memerlukan perhatian
secara khusus oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah (sumber: Makalah Seminar Nasional
tanggal 17 April 2006 Pulau-Pulau Kecil Dipandang dari Sudut
Keamanan Wilayah NKRI Oleh Kolonel Laut (P) Marsetio, MM.,
Kepala Staf Guspurlaarmatim).
Diantara pulau-pulau ini terdapat pulau-pulau kecil
dengan kategori terluar. Menurut UU 27 Tahun 2007
ukuran pulau kecil adalah kurang dari hingga sama
dengan 2.000 KM2 (Dua Ribu Kilometer Persegi) yang
memiliki titik-titik dasar koordinat Geografis yang
menghubungkan Garis pangkal laut kepulauan sesuai
dengan hukum Internasional dan Nasional. Pulau-pulau
kecil terluar secara geograrfis berbatasan dengan laut
lepas dan perbatasan yang menjadi titik dasar (TD)
sebagai acuan dalam penetapan batas wilayah NKRI.
Pulau-pulau kecil perbatasan merupakan wilayah NKRI
yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga,
sehingga memiliki arti strategis dalam pembangunan.
Menurut survey yang dilakukan TNI AL dan Departemen
kelautan jumlah pulau kecil terluar adalah 92 (sembilan
puluh dua). Diantara Pulau-pulau kecil terluar terdapat
12 pulau yang mendapat perhatian khusus atau mem-
peroleh prioritas penanganan (Tabel 1). Berikut adalah
pemaparan beberapa pulau yang termasuk dalam kate-
gori Pulau-Pulau Kecil Terdepan, yaitu: Pulau Salura,
Pulau Ndana, Pulau Mangudu, dan Pulau Kotak.
PULAU SALURA
Pulau Salura merupakan salah satu dari empat pulau
kecil yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur. Secara
absolut Pulau Salura terletak pada 10o18’47” LS dan
120o11’33” BT. Daerah ini berbatasan dengan:
• Pulau Sumba di bagian utara.
• Samudera Hindia di bagian timur dan selatan.
• Pulau Mangudu, Pulau Kotak dan Samudera Hindia di
bagian barat.
Secara administratif Pulau Salura termasuk dalam
wilayah Kecamatan Karera, Kabupaten Sumba Timur.
Luas pulau ini kurang lebih sekitar 620 hektar (sumber:
Pengolahan data, 2009).
Aspek Geografi Fisik
Pulau Salura masih berada dalam
satu gugusan pulau dengan Pulau
Sumba, oleh karena itu kenampakan
fisik yang terlihat di pulau ini tidak
jauh berbeda dengan yang terdapat
di Pulau Sumba.
SEKILAS PROFIL PULAU-PULAU TERDEPAN
INDONESIA (P. Salura, P. Ndana, P. Mangudu, dan P. Kotak)
No. Nama Pulau Penduduk Provinsi Batas Negara Ciri 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Sekatung Marore Miangas Merampit Fani Fanildo Bras Rondo Berhala Nipa Batek Dana
Tidak Ada Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Ada
Riau Sulut Sulut Sulut Papua Papua Papua NAD Sumut Riau NTT NTT
Vietnam Philipina Philipina Philipina Palau Palau Palau India Malaysia Singapura Timor Leste Australia
Mercusuar Mercusuar Mercusuar Mercusuar - - - Mercusuar Mercusuar Mercusuar Mercusuar Mercusuar
Oleh: Iqbal Putut
Tabel 1. 12 pulau-pulau kecil terdepan yang mendapat perhatian khusus.
Seperti halnya Pulau Sumba, Pulau
Salura juga merupakan pulau
karang yang terangkat dan didomi-
nasi oleh bukit karang dan kapur,
dengan lembah yang terjal dan
sempit, serta batuan lepas.
Keadaan topografis secara umum
bagian barat pulau merupakan
daerah pesisir yang landai dengan
ketinggian tempat kurang dari 10
meter di atas permukaan laut. Se-
dangkan di bagian timur meru-
pakan daerah dataran tinggi den-
gan bukit-bukit yang ditutupi oleh
padang rumput serta hutan lebat di
bagian lembahnya, dengan titik
tertinggi yaitu sekitar 218 meter di
atas permukaan laut (sumber: Pengo-
lahan data, 2009).
Tidak jauh berbeda dengan yang
terlihat di Pulau Sumba (khususnya
Kabupaten Sumba Timur), keadaan
tanah di Pulau Salura juga men-
gandung pasir, kapur, dan batu
karang karena ratusan ribu tahun
yang lalu daerah ini berada di
bawah permukaan laut. Setelah
zaman es berlalu, daratan ini mun-
cul di atas permukaan laut, se-
hingga sering dijumpai berbagai
jenis hewan laut seperti kerang,
ikan dan tanaman laut yang telah
menjadi fosil di bukit-bukit karang.
Rumput-rumput pun tumbuh di
atas batu-batu karang.
Pulau ini beriklim tropis dengan
musim hujan yang relatif pendek
dan musim kemarau yang panjang
(delapan bulan). Suhu rata-rata
adalah 22,5 derajat sampai 31,7
derajat Celsius. Musim hujan bi-
asanya terjadi di bulan Desember
sampai Maret. Jumlah curah hujan
dalam setahun 1.860 milimeter,
sehingga daerah ini termasuk
daerah beriklim kering.
Aspek Geografi Sosial
Penggunaan tanah oleh masyara-
kat setempat sebagai tempat ber-
mukiman hanya terlihat di bagian
barat pulau, hal ini dikarenakan
bagian barat memiliki dataran ren-
dah dan pesisir yang paling luas
dibandingkan bagian pulau lain-
nya. Pemanfaatan tanah yang terli-
hat di bagian timur antara lain: pe-
rumahan, fasilitas pendidikan, serta
kebun/ladang. Tutupan hutan belu-
kar, hutan lebat, dan padang rum-
put terlihat mendominasi di bagian
tengah hingga bagian barat.
Daerah ini termasuk daerah yang
belum dimanfaatkan oleh pen-
duduk setempat, dikarenakan ket-
inggian tempat, serta bentuk
medan yang kurang mendukung
karena merupakan daerah perbuki-
tan dengan batuan-batuan lepas.
Menurut data statistik, jumlah pen-
duduk yang tinggal di pulau ini
mencapai 475 jiwa (sumber: Data
Statistik Sekretaris Desa, Desa Prai
Salura, 2009). Dengan jumlah pen-
duduk laki-laki sebanyak 240 orang
dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 235 orang. Terdapat 99
rumah yang ada di pulau ini, den-
gan jumlah Kepala Keluarga (KK)
sebanyak 110 (sumber: Data Statistik
Sekretaris Desa, Desa Prai Salura, 2009).
Dari segi penguasaan tanah, selu-
ruh wilayah pulau ini merupakan
tanah hak ulayat yang telah dikua-
sai oleh negara. Dari segi ke-
pemilikannya, belum satupun dari
bangunan-bangunan yang ada di
pulau tersebut, yang telah memiliki
sertifikat tanah.
Volume 8 / No. 1 / April 2010
Gambar 2. Morfologi P. Salura
Gambar 1. Lokasi P. Salura
Volume 7 / No. 1 / April 2009
PULAU NDANA
Pulau Ndana terletak pada 10°59'11"LS 122°51'52"BT. Memiliki luas
sekitar 1562 hektar, secara geografis pulau ini terletak di sebelah sela-
tan Pulau Rote dan merupakan pulau paling selatan dari NKRI. Pulau
ini mempunyai ketinggian tempat yang relatif rendah, dengan titik
tertingginya adalah 48 mdpl. Mempunyai bentuk medan yang relatif
datar namun sedikit bergelombang di bagian tengah pulau. Mempun-
yai tipe vegetasi hutan kering, dataran rendah, dan batuan kapur.
Penggunaan tanah di pulau ini didominasi oleh hutan belukar, yang
sebagian tumbuh di batuan karang yang terangkat ketika proses
pembentukan pulau ini, di bagian tengah pulau dan padang rumput
di pinggir pantainya. Terdapat 5 buah danau yang kesemuanya terle-
tak pada penggunaan tanah hutan belukar di bagian tengah pulau.
Penggunaan tanah yang lainnya di pulau ini adalah untuk pangkalan
militer TNI AL. Pemanfaatan tanah di pulau ini dimanfaatkan oleh TNI
AL untuk pos penjagaan serta untuk asrama atau mess jaga para per-
sonil TNI yang tinggal di pulau tersebut. Terdapat pula areal di sekitar
pos jaga yang dimanfaatkan untuk landasan helikopter (helipad).
Gambar 3. Lokasi P. Salura (inset: Morfologi P. Ndana, sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Selain itu di pulau ini juga terdapat se-
bidang tanah yang dimanfaatkan untuk
menara suar yang tepatnya berada di
bagian selatan pulau ini. Dari segi pengua-
saan tanah, seluruh wilayah pulau ini meru-
pakan tanah hak ulayat yang telah dikuasai
oleh negara. Dari segi kepemilikannya
hanya 2 bidang tanah di pulau ini yang
telah bersertifikat yaitu asrama atau pos
TNI AL dan menara suar.
Gambar 4. Barak TNI AL (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Gambar 5. Menara suar
(Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Volume 7 / No. 1 / April 2009
PULAU MANGUDU
Pulau Mangudu terletak pada 10°
19'48"LS dan 120°6'58"BT dengan
luas sekitar 145 hektar (sumber: Pen-
golahan data, 2009). Pulau ini berba-
tasan dengan Samudera Hindia di
bagian utara, barat, dan selatan,
serta berbatasan dengan Pulau Ko-
tak dan Pulau Salura di bagian
timurnya. Pulau ini juga diperkira-
kan sebagai pulau karang yang ter-
angkat. Bentuk medannya relatif
datar dengan ketinggian tempat
kurang dari 10 meter di atas per-
mukaan laut. Hampir seluruh
bagian pulau tertutup oleh padang
rumput dan semak belukar, dan
hanya terdapat sedikit hutan lebat
di bagian tengah pulau.
Terdapat beberapa bangunan yang
pernah digunakan sebagai tempat
tinggal/menetap (homestay), satu
bangunan dermaga, satu ban-
gunan suar yang masih berfungsi,
dan satu bangunan yang pernah
digunakan sebagai pos jaga oleh
Departemen Kelautan dan Peri-
kanan (DKP). Akan tetapi bangunan
-bangunan tersebut kini sudah ti-
dak terpakai lagi dikarenakan pulau
ini merupakan pulau yang tidak
berpenghuni. Dari semua ban-
gunan tersebut, hanya bangunan
suar yang mempunyai sertifikat
tanah, dan sisanya merupakan
tanah milik negara yang belum di-
manfaatkan lebih lanjut.
Gambar 8. Morfologi P. Mangudu, (Inset: Lokasi P. Mangudu, Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Gambar 7. Bangunan Homestay (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Gambar 6. Bangunan Pos DKP (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
PULAU KOTAK
Pulau Kotak terletak pada 10°18'50"LS dan 120°9'48"BT.
Mempunyai luas sekitar 10 hektar. Pulau ini berbatasan
dengan Samudera Hindia di bagian utara dan selatan,
berbatasan dengan Pulau Mangudu di bagian barat,
serta berbatasan dengan Pulau Salura di bagian timur.
Mempunyai bentuk pulau seperti bukit, dengan daerah
pesisir yang sempit. Didominasi oleh tutupan padang
rumput, serta sedikit hutan belukar di bagian tengah.
Sebagian kecil daerah di bagian timur pulau ini diman-
faatkan sebagai kebun campuran. Secara keseluruhan,
pulau ini belum mempunyai sertifikat tanah, dan masih
berada sepenuhnya dalam kekuasaan Negara.
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Gambar 9. Lokasi P. Kotak (Sumber: Pengolahan Data, 2010)
Gambar 10. Morfologi P. Kotak (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Gambar 11. Bangunan rumah (Sumber: Dok. Pribadi, 2009)
Volume 7 / No. 1 / April 2009
KONSEP KAWASAN KOTA TERPADU
MANDIRI
Kawasan Kota Terpadu Mandiri
(KTM) adalah kawasan transmigrasi
yang pembangunan dan
pengembangannya dirancang
menjadi pusat pertumbuhan yang
mempunyai fungsi perkotaan
melalui pengelolaan sumber daya
alam yang berkelanjutan.
Pengembangan kota sebagai pusat
pertumbuhan harus di ikuti oleh
pengembangan kawasan yang
merupakan tujuan awal dari
dikembangkannya konsep KTM ini.
Pelaksanaan pembangunan dan
pengembangan KTM di kawasan
transmigrasi dilakukan secara
bersama dan terpadu oleh
pemerintah, badan usaha/swasta
dan masyarakat. Untuk mendukung
pelaksanaan pembangunan dan
pengembangan KTM kawasan
transmigrasi yang lebih terarah baik
di tingkat pusat, propinsi,
kabupaten/kota diperlukan suatu
pengelolaan yang tepat-guna, baik
dalam tataran desain perencanaan,
organisasi, aktuasi, maupun
pengendalian (kontrol)
penyelenggaraan KTM.
MANAJEMEN PENGELOLAAN KAWASAN
KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Oleh: Imam Wahyudi, SSi. MMA
ABSTRAK : Pengembangan Kawasan kota terpadu mandiri yang berbasis perta-
nian,peternakan atau perkebunan selain harus didukung oleh tersedianya infrastruk-
tur proses produksi dan pemasaran hasil-hasil pertanian, peternakan atau perkebunan
juga harus didukung oleh tersedianya data dan informasi yang akurat, serta terban-
gunnya sistem pengambilan keputusan yang tepat. Ketiga modal ini menjadi dasar
kebutuhan dalam pengembangan serta pembangunan kawasan KTM secara lestari
dan berkelanjutan, pada akhirnya nanti kinerja dari ketiga unsur ini akan mampu men-
ingkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di kawasan kota terpadu mandiri secara
sistematis dan terukur. Keberhasilan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pe-
losok-pelosok negeri ini akan bermuara pada terciptanya kutub-kutub pembangunan
yang tersebar merata di seluruh Indonesia. Sistem informasi geografis yang menjadi
basis pengembangan sistem informasi spasial agribisnis di kawasan KTM merupakan
sistem yang tepat diterapkan dalam mendukung pengembangan dan pengelolaan
kawasan. Kemampuan SIG dalam melakukan inventarisasi secara spasial, mengolah
serta menganalisis akan mendukung sistem pengambilan keputusan (Decision Sup-port System) yang berbasiskan kawasan, serta dari aspek keruangan menjadi suatu
landasan yang tepat digunakannya sistem ini dalam manajemen pengelolaan kawa-
san kota terpadu mandiri di seluruh Indonesia.
Gambar 1. Kota terpadu mandiri di Indonesia
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Untuk itu, diperlukan suatu sistem
manajemen penyelenggaraan
program KTM berbasis keruangan
lengkap dengan tim asistensi
teknis yang membantu dalam
kegiatan monitoring,
pengendalian dan evaluasi
terhadap pelaksanaan
penyelenggaraan pembangunan
dan pengembangan KTM kawasan
transmigrasi di lapangan, sesuai
dengan arah dan tujuan
pengembangan dan
pembangunan KTM.
PERAN INFORMASI SPASIAL
DALAM PENGEMBANGAN KAWA-
SAN
Pengembangan Kawasan kota
terpadu mandiri diarahkan untuk
lebih berbasis pada partisipasi
masyarakat sebagai mitra pemer-
intah dan pihak swasta sebagai
agen pembangunan atau dikenal
dengan CDD (Community Driven Development). Dalam CDD,
Masyarakat diposisikan sebagai
obyek dan subyek dari pemban-
gunan kawasan. Dalam tahap awal
pengembangan kawasan peran
serta masyarakat sangat dibu-
tuhkan, terutama dalam pen-
yediaan informasi tentang kawa-
san dan penentuan visi pemban-
gunan kawasan KTM kedepan
yang harus berbasis pada potensi
kawasan baik ditinjau dari sisi eko-
nomi maupun dari sisi spasial.
Di sisi lain, karena KTM ini salah
satu tujuannya ingin adanya
peran serta pihak swasta sebagai
bagian dari pembangunan kawa-
san KTM ini maka diperlukan
adanya data yang cepat, akurat
dan mampu menjawab kebutu-
han pihak swasta bila ingin mela-
kukan investasi di kawasan terse-
but. Kebutuhan akan suatu infor-
masi yang bersifat regional mau-
pun lokasional mau tidak mau
harus disajikan baik data maupun
informasinya dalam bentuk data
spasial. Where (dimana lokasinya?)
adalah pertanyaan yang akan tim-
bul bila pemerintah akan mem-
bangun prasarana KTM atau pihak
investor akan melakukan investasi
di lokasi KTM ini, jawaban dari
where ini akan menjadi hal yang
kompleks bila ingin menghasilkan
jawaban terbaik mengenai lokasi
yang tepat dan bisa dipertang-
gungjawabkan. Lanjutan dari
“where” tersebut adalah “why”
atau kenapa harus disana, why
inilah yang menggambarkan vari-
abel-variabel penyusun dalam
menentukan lokasi dan “who”
yang mengungkapkan subyeknya,
bisa status legal lokasi yang
dipilih, masyarakat yang mana
yang akan merasakan dampak
atau menjadi bagian dari ker-
jasama yang akan dilakukan pihak
swasta dalam melakukan investasi
tersebut, biasanya dalam tahap
implementasi akan diakhiri den-
gan “how” atau bagaimana pelak-
sanaannya. Semua konsep pertan-
yaan tersebut harus dapat dijawab
dengan suatu sistem informasi
yang mendukung terjadinya
proses pengambilan keputusan.
Peran pemerintah sebagai regula-
tor dan fasilitator pengembangan
kawasan diharapkan mampu men-
jembatani hubungan antara
masyarakat dengan pihak swasta,
dimana peran pemerintah di-
harapkan mampu meningkatkan
tingkat partisipasi masyarakat
dalam bekerjasama dengan pihak
swasta dalam pembangunan KTM,
disisi lain pemerintah juga ditun-
tut untuk memberikan pemicu
(trigger) agar kawasan KTM ini
menjadi suatu kawasan yang
menarik dan kompetitif bagi in-
vestor dan menjadikan masyara-
kat sebagai mitra bagi pihak
swasta .
Kota terpadu mandiri merupakan
suatu konsep pembangunan yang
berbasiskan kawasan, berbicara
masalah kawasan maka dalam
manajemen pengelolaannya tidak
akan terlepas dari masalah lokasi.
“What, where, why, who and how” adalah pertan-yaan yang akan kerap muncul dalam pengem-bangan lokasi berkaitan dengan perencanaan pembangunan kawasan KTM ini.
Penyajian data statistik yang bersi-
fat tabular tidak mampu secara
cepat dan akurat serta merepre-
sentasikan kebutuhan dalam men-
jawab pertanyaan tersebut. Dalam
penyajiannya data tabular hanya
mampu menyajikan data numerik
masing-masing satuan analisis,
tetapi tidak mampu menjadi me-
dia untuk melakukan analisis kore-
lasi antara satuan analisis yang
berdekatan, atau tidak mampu
menyajikan wilayah pengaruh bila
suatu keputusan atau kebijakan
dilaksanakan di satu lokasi.
Hubungan ketiga komponen ini
dalam membangun KTM ini mem-
butuhkan ketersediaan data dan
informasi. Kemudahaan dalam
membaca data, mengolah, mela-
kukan analisis serta menyajikan
informasi menjadi hal yang utama
dalam pengembangan sistem in-
formasi berbasis kawasan, karena
dalam sistem informasi tersebut
tidak hanya stake holder yang ter-
libat, tetapi juga didalamnya akan
melibatkan unsur masyarakat
serta pihak swasta sebagai inves-
tor di kawasan tersebut.
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Sistem informasi yang tepat dalam menjawab kebutu-
han tersebut adalah sistem informasi berbasis data
spasial, sistem informasi ini nantinya akan menjadi tu-
lang punggung dari penerapan manajemen pengel-
olaan kawasan KTM ini. Sistem informasi yang berbasis
data spasial ini saat ini lebih dikenal dengan nama Sis-
tem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi
Geografis (Geography Information System/GIS) meru-
pakan suatu konfigurasi sistem yang bekerja secara
sinergis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis
data hingga penyajian hasil dalam membantu pen-
gambilan keputusan dalam bentuk penggabungan
berbagai bentuk data (numerik, spasial, tekstual, grafik
hingga foto/multimedia) dalam format data keruangan
atau data spasial.
Ketersediaan informasi spasial ini akan mampu mendu-
kung pengembangan sistem manajemen kawasan di-
mana sistem informasi informasi geografis ini akan
mampu menjawab “what, where, why, who and how”
yang kerap muncul dalam tahap perencanaan maupun
dalam tahap pelaksanaan pengelolaan Kawasan KTM.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEBAGAI SISTEM IN-
FORMASI DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KTM
Manajemen pengelolaan berbasiskan kawasan dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam pelaksanaannya
nanti akan sangat membantu tidak saja untuk men-
jawab kebutuhan akan lokasi, tetapi juga akan mampu
menyajikan informasi tentang potensi kawasan KTM.
Bila dikembangkan lebih jauh, aplikasi SIG ini dapat
diterapkan dalam berbagai kebutuhan antara lain
seperti yang diungkapkan berikut ini.
Aplikasi SIG dalam perencanaan pengelolaan kawasan Penerapan SIG dalam perencanaan pengelolaan kawa-
san terkait dengan perlunya inventarisasi potensi dan
daya dukung lingkungan kawasan. Potensi kawasan
menyangkut tersajinya informasi data spasial berupa
topografi kawasan, data demografi masyarakat, data
kegiatan usaha serta komoditas eksisting serta sarana
dan prasarana yang telah ada di kawasan tersebut. In-
formasi tersebut berguna dalam membantu perenca-
naan pengelolaan kawasan dalam bentuk analisis
pengembangan kawasan berupa analisis pengemban-
gan struktur ruang kawasan, analisis pola ruang, anal-
isis alokasi fungsi ruang, sistem pengembangan trans-
portasi kawasan, penentuan komoditas unggulan,
pengembangan sarana dan prasarana kawasan yang
optimal serta melakukan analisis dampak dan daya
dukung lingkungan.
Gambar 2. Pola hubungan pengembangan wilayah dan sistem informasi
Hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan dalam diagram dibawah ini:
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Aplikasi SIG dalam pelaksanaan
pengelolaan kawasan
Pelaksanaan pengelolaan kawasan
membutuhkan strategi yang tepat
dalam menentukan skala prioritas
pembangunan kawasan, terutama
pembangunan fisik. Mengingat
keterbatasan dana dan waktu
maka skala prioritas menjadi hal
penting. Bagaimana melakukan
pembangunan fisik dalam rangka
pengembangan kemandirian eko-
nomi kawasan yang menghasilkan
dampak positif yang paling luas di
masyarakat. Terutama bagi pen-
ingkatan ekonomi masyarakat.
Indikator-indikator yang diguna-
kan untuk mengukur tingkat ke-
majuan sebelum dan sesudah pe-
laksanaan pembangunan juga
dipersiapkan, sehingga setiap
kegiatan pembangunan yang dila-
kukan dapat terukur tingkat kema-
juannya, terukur tingkat keberha-
silannya dan bisa dipertanggung-
jawabkan hasilnya.
Dalam tahapan ini peran informasi
yang terbangun secara sistematis
menjadi hal yang penting, dengan
tersedianya data yang lengkap
maka kebutuhan akan informasi
dalam rangka pengambilan kepu-
tusan skala prioritas pemban-
gunan kawasan dapat dilaksana-
kan dengan tepat sasaran.
Aplikasi SIG dalam monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pengelolaan
kawasan
Pelaksanaan kegiatan pemban-
gunan perlu dilakukan pengawa-
san dan monitoring, sehingga
hambatan atau permasalahan
yang terjadi di lapangan dapat
diketahui sedini mungkin dan da-
pat diambil tindakan yang tepat.
Dengan bantuan teknologi infor-
masi internet dan telepon selular
maka kegiatan monitoring dapat
dilakukan tidak harus langsung di
lapangan, namun kegiatan moni-
toring dapat dilakukan secara real-time atau dapat dilakukan se-
waktu-waktu dibutuhkan dengan
menempatkan petugas pendamp-
ingan di lokasi KTM. Hasil monitor-
ing tersebut digunakan dalam
melakukan evaluasi selama pelak-
sanaan pembangunan ataupun
saat melakukan pengelolaan ka-Gambar 3. Konsep pengembangan kawasan kota terpadu mandiri
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Aplikasi SIG dalam pengelolaan potensi pertanian dan
perkebunan
Hampir seluruh kawasan transmigrasi merupakan ka-
wasan pengembangan pertanian atau perkebunan,
dengan manajemen pengelolaan berbasiskan SIG ini
akan mampu menjawab tentang potensi pertanian
atau perkebunan di kawasan KTM ini, bagaimana sis-
tem irigasinya, dimana lokasi pembangunan sistem
irigasi yang memiliki dampak positif paling besar per-
tanian di kawasan tersebut, berapa luas lahan yang
akan di airi, berapa estimasi peningkatan hasil panen
dalam beberapa tahun ke depan setelah dilaksana-
kannya pembangunan sistem irigasi, di mana saja ter-
jadi alih fungsi lahan, dan sebagainya. Informasi yang
disajikan dengan konsep SIG ini selain bermanfaat
dalam perencanaan, juga akan sangat membantu
dalam tahap forecasting, monitoring serta services se-
lama pengembangan KTM ini berlangsung.
Aplikasi SIG dalam pemasaran kawasan
Berbicara tentang pengembangan kawasan secara
mandiri maka tidak terlepas dari upaya mendatangkan
pihak ketiga dalam hal ini pihak swasta untuk
menanamkan modalnya di kawasan ini dalam bentuk
investasi. Dalam rangka menarik investor untuk berin-
vestasi di kawasan KTM maka perlu dilakukan pendeka-
tan strategi agar kawasan ini menjadi suatu kawasan
yang sangat potensial untuk dijadikan lahan bisnis
mereka. Upaya untuk menciptakan daya tarik kawasan
bagi investasi ini perlu dilakukan secara sistematis den-
gan ketersediaan data yang akurat. Penyajian informasi
yang lengkap akan sangat membantu pihak pengelola
dalam menentukan langkah-langkah yang strategis
dalam memasarkan kawasan ini. Langkah-langkah
strategis yang dimaksud antara lain menentukan ko-
moditas unggulan kawasan, membangun sistem perta-
nian komoditas unggulan dengan teratur, terencana
dan berkesinambungan. Selanjutnya bila hal tersebut
sudah direncanakan, harus diikuti dengan melakukan
strategi pemasaran kawasan, strategi tersebut antara
lain dengan menentukan positioning dan diferensiasi
kawasan.
Positioning kawasan adalah suatu pendekatan untuk
menentukan konsep utama pengembangan kawasan
kota terpadu mandiri sehingga visi dan misi serta
pengembangan kawasan KTM ini mempunyai arah
yang jelas dan terukur. Positioning dikembangkan ber-
dasarkan diferensiasi produk unggulan yang membe-
dakan kawasan KTM ini dengan kawasan sekitarnya
atau dengan kawasan lainnya. Misalnya. KTM Lunang
Silaut sebagai KTM yang memiliki komoditas unggulan
kelapa sawit dan sapi. Maka positioning KTM ini seba-
gai KTM kelapa sawit yang ramah lingkungan. Kenapa
disebut ramah lingkungan/berwawasan lingkungan,
karena pengelolaan yang dilakukan dilahan-lahan milik
rakyat (bukan hasil bukaan hutan), pemupukannya
menggunakan pupuk organik dari sapi, pengangkutan
Tandan Buah Segar (TBS) dengan sapi, limbah kelapa
sawitnyapun diolah untuk menjadi pakan sapi. Energi
rumah tangga disuplai dengan teknologi biogas dari
kotoran sapi dan limbah kelapa sawit. Diferensiasi KTM
dengan konsep sawit ramah lingkungan menjadi
“Brand” bagi kawasan KTM ini. Bahkan selanjutnya da-
pat dilakukan sertifikasi produk oleh lembaga interna-
sional mengenai produk sawit ramah lingkungan ini. Di
pasaran Eropa, Amerika Utara dan Jepang, produk
yang memiliki sertifikasi ramah lingkungan akan lebih
mudah diterima mereka dan memiliki harga jual yang
lebih tinggi dibandingkan hasil kelapa sawit yang
dikelola secara konvensional, terkait begitu pekanya
masalah lingkungan saat ini. Ini merupakan salah satu
contoh membangun positioning, diferensiasi dan
brand dari masing-masing KTM, sehingga tiap-tiap
KTM tersebut memiliki konsep, visi, misi dan tujuan
yang jelas. Kebutuhan informasi dalam membangun
positioning, diferensiasi dan brand ini mutlak diperlu-
kan, terutama informasi tentang potensi kawasan yang
sesungguhnya. Informasi yang didisain untuk kebutu-
han positioning, diferensiasi dan brand digali berdasar-
kan data dan informasi yang dikembangkan secara
spasial.
Upaya memasarkan kawasan tersebut juga harus
mampu mengidentifikasikan siapa-siapa investor yang
potensial menanamkan modalnya di kawasan KTM,
untuk itu perlu dilakukan upaya segmentasi pihak in-
vestor potensial. Ke semuanya ini memerlukan penya-
jian informasi yang cepat, akurat, menarik dan mampu
melakukan integrasi kegiatan pembangunan serta me-
masarkannya melalui strategi pemasaran yang tepat.
Sistem Informasi Geografis akan menjadi bagian
penting dalam mendukung pengembangan strategi
pemasaran kawasan dimana informasi yang disajikan
oleh sistem ini mampu menjadi basis data dalam mem-
bangun positioning, diferensiasi dan brand serta sis-
tem informasi dalam pengambilan keputusan
(Decision Support System Management/DSSM).
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Aplikasi SIG dalam memasarkan kawasan
Sistem Informasi Geografis tidak saja sangat mem-
bantu dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan,
tetapi akan sangat membantu dalam memasarkan ka-
wasan kepada pihak swasta agar mau melakukan in-
vestasi di kawasan tersebut. Sistem informasi Geografis
yang menggabungkan data atribut maupun data
spasial mampu menyajikan kepada pihak investor in-
formasi tentang kondisi eksisting kawasan, infrastruk-
tur yang telah ada, daya dukung kawasan (SDM, ling-
kungan, status kepemilikan lahan), serta potensi dari
kawasan KTM. Kebutuhan informasi kawasan oleh in-
vestor menjadi hal yang penting karena akan akan me-
nentukan cost production mereka serta business plan
mereka. Pengembangan sistem informasi kawasan ini
akan menjadi aset yang penting bagi pengelola kawa-
san dalam upaya memberikan services yang lengkap
dan akurat bagi investor maupun calon investor di ka-
wasan KTM di seluruh Indonesia.
Aplikasi SIG dalam pemasaran komoditas unggulan
kawasan
Kemampuan SIG juga dapat diaplikasikan dalam mela-
kukan analisis daya dukung pasar dalam memasarkan
komoditas unggulan yang dikembangkan oleh pihak
investor di kawasan tersebut, mulai dari kegiatan pe-
metaan dan analisis mengenai preferensi konsumen,
daya jangkau pasar, keberadaan target market, com-petitivenes, cost and income analysis. Promosi pem-
bangunan KTM dengan konsep-konsep serta position-ing kawasan tersebut merupakan bagian yang juga
penting agar pembangunan dapat dilakukan tidak saja
oleh pemerintah dan masyarakat, tetapi juga menda-
pat dukungan oleh pihak swasta. Pemanfaatan SIG ini
akan membantu pihak yang berkompetan dalam mer-
ancang market strategy (segmentation, positioning, diferentiation) maupun marketing mix (produk, price, place and promotion).
PENUTUP
Dalam pelaksanaan perlu dilakukannya penyediaan
data spasial digital secara terintegrasi sebagai media
melakukan analisis dan evaluasi masterplan. Hingga
saat ini, penyediaan data spasial baru dalam tahap
penyediaan data base spasial dan beberapa model
informasi penyajian antara data spasial dengan data
tabular untuk masing-masing KTM. Berdasarkan hal
tersebut maka perlu dikembangkan suatu pusat
pengelolaan data dan informasi tentang Kawasan Kota
Terpadu Mandiri, mengingat cukup banyaknya Kaw.
KTM yang secara eksisting dikembangkan di Indonesia
dan akan banyak lagi yang akan dikembangkan di selu-
ruh Indonesia.
Kelengkapan dan ketersediaan data dan infor-
masi merupakan hal yang mutlak keberadaanya bila
ingin memperoleh hasil yang maksimal. Dalam pelak-
sanaannya terdapat kendala-kendala salah satunya
adalah “data ada dimana-mana, namun saat diperlukan
menjadi dimana-mana tidak ada data”. Kemudian
dalam penerapan pembanguan data spasial, terdapat
beberapa sumber kekeliruan yang sering terjadi dalam
membangun suatu Sistem Informasi Geografis bagi
perencanaan wilayah, hal ini perlu diwaspadai dalam
pelaksanaan pembangunan data, antara lain :
1. Penetapan variabel ; penguasaan masalah dalam
menentukan variabel dan mengelompokkan ting-
kat akurasi variabel. Penentuan suatu data men-
jadi variabel yang tidak sempurna/ tidak kompre-
hensif akan berdampak pada ketajaman output
yang dihasilkan. Peranan SDM yang profesional
diharapkan mampu mengeliminasi tingkat kesala-
han yang mungkin timbul.
2. Sumber informasi yang sudah kedaluarsa ; umum
terjadi di daerah berkaitan dengan updating data
yang tidak pernah dilaksanakan.
3. Penggunaan skala peta yang tidak sesuai pelak-
sanaan tumpang susun (overlay) informasi, walau-
pun secara teknologi GIS akan tetap mampu me-
lakukan prosesing data namun informasi yang
dihasilkan tidak seperti yang diinginkan.
4. Kesalahan Pembuatan model spasial dalam pen-
golahan sistem informasi spasial. Penetapan ru-
musan model dan mekanisme pengoperasian
model akan berpengaruh terhadap ketepatan
output yang dihasilkan. Peranan tenaga profe-
sional diharapkan lebih mampu memperkecil
tingkat kesalahan yang timbul.
Jelasnya, pemanfaatan teknologi Informasi yang didu-
kung oleh Sumber Daya Manusia yang profesional,
diharapkan akan mampu memberikan masukan ber-
harga bagi daerah dalam mengeksplorasi dan meren-
canakan menejemen pengelolaan SDA kawasan secara
arif, bijaksana dan berkelanjutan.***
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Kabupaten Polewali Mandar
(Polman) adalah salah satu dari 5
kabupaten yang ada di Propinsi
Sulawesi Barat, yang terus giat
mencari potensi yang bisa dikem-
bangkan dalam berbagai sektor.
Pada saat dilakukan survei daerah
ini masih bernama Kabupaten
Polewali Mamasa (Polman). Sejak
1 Januari 2006, daerah ini resmi
bernama Kabupaten Polewali
Mandar, seiring dengan berdirinya
Kabupaten Mamasa dengan
proses pemekaran.
Untuk sektor pariwisata kabu-
paten ini giat menggali dan
mengembangkan kemungkinan
adanya lokasi pariwisata baru, baik
yang alam maupun yang budaya.
Dengan kondisi geografis yang
lengkap mulai dari wilayah pantai
sampai wilayah pegunungan, dan
dengan keadaan alam yang indah
dan mempesona serta keane-
karagaman seni budaya, menem-
patkan kabupaten ini menjadi
salah satu tujuan wisata yang
menarik. Wilayah pantai dengan
pasir putih dan terumbu karang
yang indah. Objek air panas, air
terjun dan pemandangan alam
pegunungan juga menjadi suatu
hal yang menarik
Selain daya tarik wisata alam yang
berupa wisata bahari dan
agrowisata, yang tidak kalah
menarik adalah wisata budaya
berupa peninggalan sejarah pur-
bakala. Hal ini ditunjang pula den-
gan aneka hasil kerajinan rakyat
untuk cenderamata berupa anya-
man, sulaman, kerang-kerang,
perabot rumah tangga, pembua-
tan tenunan sarung khas Mandar,
Perahu Sandeq dan kerajinan tan-
gan lainnya dari batang kelapa,
juga merupakan potensi wisata
yang menjanjikan. Berbagai hi-
dangan khas daerah ini juga bisa
dijadikan wisata kuliner untuk
para wisatawan baik domestik
maupun mancanegara.
Secara geografis letak wilayah Ka-
bupaten Polman terletak antara
12o5’00’’ BT sampai 12o50’00’’ BT
dan 2o40’00’’ LS sampai 3o32’00’’
LS. Jarak tempuh dari ibukota Pro-
pinsi Sulawesi Selatan 255 km.
Batas-batas wilayahnya antara
lain : sebelah Utara adalah Kabu-
paten Mamasa; di sebelah Selatan,
Teluk Mandar; di sebelah Timur,
Kabupaten Pinrang; dan di sebe-
lah Barat, Kabupaten Majene. Se-
bagian besar Kabupaten Polman
terdiri atas wilayah bergunung
sampai curam, dengan kemirin-
gan lereng berkisar antara 0 – le-
bih dari 40%. Wilayah datar dijum-
pai pada beberapa tempat, seperti
di Kecamatan Polewali dan tem-
pat-tempat lain dengan aktivitas
ekonomi yang tinggi. Luas Kabu-
paten Polman adalah 4.781,53
km2, sebelum pemekaran. Setelah
pemekaran luasnya berkurang
menjadi 3.240,56 km2.
Kabupaten Polman yang meru-
pakan bagian dari Pulau Sulawesi
yang kaya akan fauna dan flora
endemik dan unik, sebagai akibat
dari posisi peralihan dan evolusi di
dalam zona geologi yang kom-
pleks. Zona peralihan ini, yang
menghubungkan Benua Sunda
dan Sahul (Australo-Papua), oleh
para biologiwan dikenal sebagai
kawasan Wallacea. Pulau Sulawesi
secara biogeografis merupakan
wilayah perpaduan antara fauna
benua Asia dengan Australia dan
masih belum banyak diketahui
dengan baik Menurut seorang
biologiwan (Andrew, 1992) di pu-
lau ini terdapat 30 jenis burung
pemangsa diurnal, enam jenis di
antaranya endemik. Salah satu
burung pemangsa endemik yang
terdesak hidupnya adalah Elang
Sulawesi (Spizaetus lanceolatus ).1
Mangrove, Terumbu Karang dan
Pantai di Teluk Mandar
Pantai Teluk Mandar sebagai
bagian dari Kabupaten Polman
memiliki keindahan yang berbeda
dengan pantai lainnya. Hamparan
pantai yang berkarang dengan
pasir putihnya dan pulau-pulau di
sekitarnya yang memiliki terumbu
karang yang indah dan sebagian
lagi ditumbuhi mangrove men-
jadikan pantai ini punya karakter-
istik tersendiri.
PELUANG DAN KENDALA PENGEMBANGAN PARIWISATA
KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROPINSI SULAWESI BARAT
Oleh: Tjiong Giok Pin Staf Pengajar Departemen Geografi, FMIPA UI
Volume 7 / No. 1 / April 2009
1 Elang Sulawesi Spizaetus lanceolatus Deskripsi singkat : Elang-alap berukuran sedang, 56-64 cm, tanpa bulu jambul yang mencuat. Bulu dewasa: sayap dan bagian belakang/punggung coklat gelap, sisi atas bulu ekor coklat gelap dengan empat palang hitam, sisi bawah abu-abu coklat dengan tiga palang hitam dan abu-abu coklat di ujung bulu ekor; kepala dan tengkuk coklat gelap; garis moustachial dan mesial coklat gelap sampai kehitaman pada tenggorokan abu-abu kecoklatan. Dada merah karat sampai coklat berangan dengan bintik-bintik hitam yang sangat kecil, perut dan bagian bawahnya coklat karat dengan berpalang putih; cakar cukup panjang dengan garis-garis halus coklat kotor dengan bulu penutup bawah kaki yang kuning terang (Brown & Amadon, 1968). Warna paruh dan kuku tidak diketahui, namun tam-paknya sama dengan spesies lain. Panjang sayap 335-402 mm, indeks ekor/sayap 69-74%, rata-rata indeks tarsus/sayap 23% (Sozer & Nijman, 1995). Sampai umur satu tahun pertama mengeluarkan suara berulang-ulang dengan cepat "kee-kee-kee" (42-50 kali per 10-11 detik: Van Balen, 1991). Wilayah sebaran (range): Sulawesi (Indonesia) dan pulau-pulau di sekitarnya yaitu Muna, Butung, Banggai dan Sula (del Hoyo dkk,. 1994; Coates dkk., 1997) Distribusi dan status: Hutan dataran rendah dan pegunungan dari 250m sampai lebih dari 1500m (White & Bruce, 1968); men-ghuni hutan primer dan hutan pamah sekunder yang tinggi, hutan perbukitan dan hutan pegunungan, kadang hingga pedesaan yang terbuka. Sedikit terpencar tapi tersebar luas mulai dari permukaan laut sampai 2300 m dpl (Coates dkk., 1997), Meyburg dan Van Balen (1994) menyatakan sebagai jenis yang tidak jarang. Kebiasaan: Elang Sulawesi cenderung untuk berburu dari tajuk hutan sebaik di daerah terbuka dalam hutan. Tercatat ber-sarang pada bulan Agustus di pohon besar pada ketinggian 1600m (Burton, 1989).
Semua ini merupakan potensi ekowisata yang me-
madukan antara ekosistem hutan mangrove dan pano-
rama alam pantai yang belum seluruhnya digali dan
dimanfaatkan.
Hutan mangrove umumnya dijumpai di pesisir Teluk
Mandar, meskipun cukup memprihatinkan karena se-
bagian besar kondisinya sudah rusak, tetapi di be-
berapa pulau seperti di Pulau Panampeang, Pulau
Karamassang masih relatif baik. Pada umumnya kete-
balan hutan mangrove di kawasan ini berkisar antara
10-200 meter dari garis pantai.
Pulau Panampeang adalah pulau kecil yang meru-
pakan pulau karang yang terletak paling luar di
perairan Teluk Mandar yang ditumbuhi mangrove dan
memiliki pantai yang relatif landai. Sedangkan Pulau
Karamassang merupakan pulau kecil dan tidak berpen-
duduk, serta terletak di kawasan perairan Teluk Mandar
paling Selatan.
Pulau Battowae merupakan pulau yang paling besar di
kawasan Teluk Mandar, dan sudah banyak bangunan
permanen dan sekolah. Pulau Battowae merupakan
pulau yang memiliki hutan mangrove paling luas.
Pulau Salamah atau disebut juga Pulau Tanggae. Pulau
ini berdekatan dengan Pulau Battowae, tetapi luasnya
lebih kecil. Hutan mangrove di daerah ini tumbuh
sepanjang kawasan pesisir pulau, karena posisinya ter-
lindung oleh Pulau Battowae.
Di sepanjang pesisir Binuang juga banyak ditumbuhi
mangrove. Letaknya yang terlindung dari hempasan
gelombang dan subtratnya yang berasal dari lumpur
liat sangat menguntungkan untuk tumbuhnya man-
grove. Terumbu Karang dijumpai di beberapa pulau
antara lain di Pulau Battowae, Pulau Salamah, Pulau
Karamassang, Landea dan Panampeang.
Dengan potensi yang ada, berupa pantai pasir putih,
mangrove dan terumbu karangnya, pantai yang ada di
Kabupaten Polman ini dapat dikembangkan sebagai
daerah tujuan wisata. Sebagai daerah wisata yang ber-
basis pada potensi sumberdaya alamnya, maka peren-
canaan perlu dengan pendekatan yang multidisiplin.
Langkah awal untuk mengantisipasinya adalah dengan
membuat arahan secara lebih detail terhadap perma-
salahan perkembangan di kawasan pantai. Pengaturan
garis sempadan; penentuan peruntukan lahan; inten-
sitas pembangunan yang dikaitkan dengan daya tam-
pung kawasan agar tidak terjadi ketidakseimbangan
alam; dan sistem penghubung yang dapat menghasil-
kan suatu kegiatan lain; merupakan berbagai usaha
yang harus dilakukan untuk mengatur perkembangan
pariwisata dikemudian hari.
Pengaturan dan Penyusunan Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan di Kawasan Pantai di Teluk Mandar
merupakan salah satu usaha dalam mangantisipasi dan
diupayakan menjadi bagian dari suatu perangkat pe-
doman dan pengendalian pembangunan fisik yang
akan menjadi alat untuk membantu memecahkan per-
masalahan yang ada. Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan dimaksudkan untuk memberikan arahan
perwujudan fisik suatu kawasan yang mengacu pada
Rencana Tata Ruang yang lebih tinggi tingkatannya
agar tercipta suatu kawasan yang terkendali. Tujuan
dari penyusunan ini adalah untuk mewujudkan ling-
kungan kawasan yang kaya dengan variasi, jatidiri, dan
mempertahankan kondisi lingkungan agar tetap baik.
Dengan demikian dapat memberikan arahan pada
daerah tersebut yang dapat memenuhi kepentingan
atau aspirasi masyarakat, pemanfaatan sumberdaya
dan daya dukung lahan yang optimal.
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Di Desa Bala Kecamatan Balanipa terdapat fasilitas
wisata berupa Casebo, Pondok Wisata dan Panggung
Kesenian. Obyek wisata ini berada pada poros jalan
Propinsi (Trans Sulawesi bagian Barat). Pantai Palippis
dan Labuang yang terdapat di desa ini memiliki pano-
rama alam yang indah dan menarik. Di sana dapat di-
jumpai hasil paduan pasir putih, perbukitan, tebing
dan goa alam sepanjang pantai kurang lebih 3 km. Dari
tempat ini dapat disaksikan terbenamnya matahari di
laut lepas Selat Makassar.
Fasilitas rumah wisata dan Casebo juga terdapat di
Pantai Sappoang, Kelurahan Ammasangan, Kecamatan
Binuang. Panorama pantai yang indah juga dapat
disaksikan dari tempat ini.
Lokasi obyek wisata lainnya yang terdapat di Ke-
camatan Binuang adalah Pulau Gusung Toraja. Lokas-
inya dikelilingi oleh Pulau Karamasang, Pulau To-
salama, Pulau Battoa dan Pulau Panampeang (Desa
Tonyaman) Kecamatan Binuang. Pulau tanpa penghuni
ini dapat ditempuh dengan perahu motor kurang lebih
15 menit. Pulau Gusung Toraja mempunyai luas kurang
lebih 1.5 Ha merupakan salah satu obyek wisata den-
gan panaroma pantai yang indah dihiasi oleh pasir
putih dan coklat yang bersih, cocok untuk tempat ber-
jemur, berenang, memancing dan rekreasi.
Air Terjun Kunyi dan Tapango
Obyek wisata air terjun ini terdapat di Desa Kunyi,
Kecamatan Anreapi, dapat dijangkau dengan kenda-
raan bermotor. Air terjun ini memiliki ketinggian seki-
tar 30 meter dan bertingkat 3 dengan airnya yang
jernih, dan bersih. Dari tingkat 3 dapat melihat pano-
rama alam yang indah serta kota Polewali.Wisata alam
di daerah pegunungan ini sangat nyaman, dengan
udara yang segar dan potensi agrowisata yang bera-
neka, karena di daerah ini banyak ditanam langsat,
durian, rambutan , dan kopi.
Di tempat ini pula sedang dikembangkan pem-
bangkit energi alternatif dengan menggunakan turbin
dengan menggunakan aliran air dari sungai setempat.
Obyek wisata air terjun lainnya terletak di Desa
Tapango, Kecamatan Tapango. Air terjun Tapango
memiliki ke unikan tersendiri.
Agrowisata Kanang
Daerah Kanang terletak di Desa Batetangnga, Ke-
camatan Luyo yang berjarak kurang lebih 1.5 km dari
poros jalan propinsi. Lokasinya dapat dicapai dengan
kendaraan roda empat.
Foto 1. Panorama Alam Pantai Balanipa (Sumber: Dokumentasi penulis)
Foto 2. Panorama Alam Pantai Kecamatan Binuang (Sumber: Dokumentasi penulis)
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Di daerah Kanang dapat di-
jumpai perkebunan rakyat yang
terdiri atas durian, langsat dan
rambutan yang luasnya sekitar
400 Ha. Ada juga perkebunan cok-
lat. Di sekitar perkebunan itu ter-
dapat sungai-sungai yang masih
alami dan dapat dinikmati oleh
para wisatawan sambil mencicipi
buah-buahan yang ada pada
musimnya.
Buah durian dan langsat dari
Polman telah dikenal di Sulawesi
karena aroma dan manisnya, se-
hingga menjadi pemasok utama
durian dan langsat untuk Kota
Makassar.
Bendungan Sekka-Sekka
Bendungan Sekka-Sekka ini
terletak di Desa Batupanga, Ke-
camatan Luyo. Letaknya sekitar 5
km dari poros jalan propinsi, dan
dapat dijangkau dengan kenda-
raan roda empat.
Selain dimanfaatkan untuk
irigasi persawahan, bendungan ini
juga menjadi objek wisata tirta
yang memiliki panorama alam
indah. Sebagai tempat perman-
dian, olah raga air, memancing,
rekreasi bendungan yang dikelil-
ingi perbukitan ini sekaligus juga
dimanfaatkan sebagai tempat isti-
rahat yang nyaman. Dari tempat
ini pula, kalau kita beruntung da-
pat melihat Burung Elang Sulawesi
yang terbang melintas.
Atraksi Budaya Polman
Saeyang Pattu’du Saeyang Pattu’du (Kuda
Menari) adalah salah satu atraksi
budaya yang unik Suku Mandar.
yang bisa melibatkan hingga 100
ekor kuda. Saeyang Pattu’du ini
ditunggangi oleh gadis-gadis
jelita diiringi pukulan rebana den-
gan syair dan lagu bernuansa Is-
lam, di depan seseorang yang
melantunkan kalinda’da
(berbalasan pantun) yang dituju-
kan kepada penunggang kuda
tersebut.
Setiap kali mendengar bunyi
gendang dan rebana, seketika kaki
-kaki kuda ini bergerak-gerak naik
turun, ke depan, ke belakang atau
ke samping. Gerakan kaki ini dii-
kuti dengan gerakan kepala
seperti mengangguk-angguk,
menggeleng-geleng, atau me-
neleng ke kiri dan kanan. Persis
seperti penari. Semakin cepat atau
semakin keras bunyi tetabuhan,
semakin cepat pula gerakan kaki
kuda-kuda itu.
Foto 5. Panorama Alam Pantai Kecamatan Binuang (Sumber: Dokumentasi penulis)
Foto 3. Sungai di daerah Kanang (Sumber: Dokumentasi penulis)
Foto 4. Perkebunan coklat rakyat(Sumber: Dokumentasi penulis)
Setiap kali mendengar bunyi gendang dan
rebana, seketika kaki-kaki kuda ini bergerak-gerak naik
turun, ke depan, ke belakang atau ke samping. Gerakan
kaki ini diikuti dengan gerakan kepala seperti men-
gangguk-angguk, menggeleng-geleng, atau meneleng
ke kiri dan kanan. Persis seperti penari. Semakin cepat
atau semakin keras bunyi tetabuhan, semakin cepat
pula gerakan kaki kuda-kuda itu.
Atraksi Saeyang Pattu’du dilaksanakan pada
acara Maulid Nabi, Perkawinan, Khatam Alqur’an dan
acara syukuran. Acara Saeyang Pattu’du bisa ditemui di
sejumlah desa di Kabupaten Polman, tepatnya di Desa
Kappung Tulu dan Tinambung, dan desa-desa lain
yang masih berada di Kecamatan Balanipa dan Tinam-
bung.
Pakkacaping Pakkacaping (Pemain Kecapi) adalah salah satu
seni budaya tradisonal Mandar berupa petikan kecapi
diiringi syair lagu romantis dan petuah/nasehat yang
bernilai sastra tinggi ditujukan kepada tomioro (gadis
jelata yang sedang duduk) dipersandingkan dengan
seorang pemuda dan pemuda tersebut melakukan
Mappamacco (menaruh uang di depan tomioro).
Awalnya Pakkacaping ini dipertunjukkan dalam
istana Raja, namun saat ini menjadi hiburan umum
pada acara Perkawinan, Nazar dan acara syukuran lain-
nya.
Tarian Pattu’du
Tari Pattu’du adalah salah satu seni budaya tari
tradisional Mandar yang dianggap sakral. Tari ini sudah
dipertunjukkan dalam istana kerajaan, sejak Raja
Balanipa I (Todilaling) memerintah tahun 1520 M. Se-
belum menjadi Raja Balanipa, Todilaling
(Imanyambungi) diangkat sebagai pemimpin perang
kerajaan Goa, dan konon sewaktu Todilaling mangkat
44 orang penari Pattu’du, dayang-dayang dan penga-
wal yang setia turut serta masuk ke liang lahat.
Makam Raja Todilaling saat ini menjadi salah satu
objek wisata budaya/ cagar budaya. Letaknya di atas
bukit dengan pohon beringin yang rindang di Desa
Napo Kecamatan Balanipa, sekitar 3 km dari poros
jalan Provinsi.
Salah satu makam lain yang sering diziarahi oleh
para wisatawan di Polman adalah makam Syech Al
Ma’ruf. Makam ini berada di Pulau Tosalama, Desa Am-
masangan, Kecamatan Binuang dan dapat ditempuh
dengan perahu motor sekitar 10 menit.
Syech Al Ma’ruf adalah penyiar agama Islam per-
tama pada abad ke XVI di Binuang, memiliki pengeta-
huan agama Islam yang dalam dan luas, sehingga
diberi gelar Tosalama (orang yang dikeramatkan).
Perahu Sandeq
Perahu Sandeq adalah tipe perahu layar tradisional
Suku Mandar. Perahu ini bercadik berukuran panjang 9
– 16 meter dan lebar 0.5 – 1 meter. Pada jaman dahulu
perahu ini digunakan untuk menangkap ikan sampai
ke laut dalam serta sebagai alat transportasi jarak jauh
menjelajahi seluruh nusantara bahkan sampai ke Ma-
laysia, Singapura, Jepang dan Madagaskar. Kecepatan
tempuh perahu ini dapat mencapai 15 – 20 Knot atau
30 – 40 km per jam. Perahu ini dikenal sebagai perahu
layar tercepat dan tercantik yang mampu mengarungi
laut lepas sekalipun ombak besar.
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Foto 6. Perahu Sandeq yang hampir jadi (Sumber: Dokumentasi penulis)
Volume 7 / No. 1 / April 2009
Untuk melestarikan budaya
leluhur Suku Mandar dan menjadi-
kan sebagai obyek dan daya tarik
wisata, maka setiap peringatan
HUT Kemerdekaan RI, yaitu antara
tanggal 10 – 17 Agustus setiap
tahunnya diselenggarakan Lomba
Perahu Sandeq (Sandeq Race)
dengan rute Majene – Polewali –
Ujung Lero – Teluk Pare-Pare –
Barru dan berakhir di Pantai Losari
Makassar.
Sarung Tenun Sutera Mandar
Kain tenun khas Mandar yang
dikenal dengan Sarung Tenun
Sutra Mandar memiliki ciri dan
corak khas tersendiri, yaitu halus
dan cemerlang. Warnanya tidak
bisa luntur dan telah dikenal di
seluruh Nusantara.
Tenunan Sarung Sutra Man-
dar telah menjadi industri keraji-
nan rakyat dan terdapat di semua
Kecamatan pesisir Kabupaten Pol-
man. Biasanya kain ini digunakan
pada acara perkawinan, upacara
adat, acara syukuran lainnya dan
bagi tamu dari luar, dijadikan
cenderamata.
Hasil kerajinan rakyat yang
lain, yang dapat dijadikan
cenderamata, diproduksi di berba-
gai sentra industri rumah tangga
di Kecamatan Polewali dan Tinam-
bung. Ada yang berupa anyaman,
sulaman, kerang-kerang, perabot
rumah tangga, ataupun kerajinan
tangan lainnya dari batang kelapa,
juga rotan.
Makanan Khas Mandar
Makanan khas Mandar cukup
beraneka ragam antara lain Loka Anjoroi, Jepa dan Bau Peapi. Na-
mun yang sudah dikenal adalah
Golla Kambu terbuat dari gula
aren, beras ketan dan kelapa. Un-
tuk menambah aroma dan rasa
yang bervariasi, biasanya ditam-
bah durian, kacang dan wijen.
Golla Kambu sebagai makanan
khas Mandar dapat diperoleh di
Kecamatan Balanipa, Tinambung,
Campalagian dan Allu. Selain itu,
ikan asap dan ikan asin adalah
jenis makanan khas Mandar. Se-
mua jenis makanan khas mandar
bisa diperoleh di pasar-pasar tra-
disional.
Alat Transportasi
Alat transportasi yang terda-
pat di Kabupaten Polman bervari-
asi, ada yang masih tradisional ada
pula yang sudah modern. Delman
atau Dokar, yang dikenal dengan
sebutan Bendi, masih digemari
masyarakat sebagai alat angkut
yang menghubungkan antara ke-
camatan dengan daerah pede-
saan.
Foto 7. Pembuatan Sarung Tenun Mandar (Sumber: Dokumentasi penulis)
Foto 8. Kerajinan dari batang kelapa (Sumber: Dokumentasi penulis)
Volume 7 / No. 1 / April 2009
50 TAHUN GEOGRAFI UI KEGIATAN REUNI AKBAR
REUNI GEOGRAFI UI 50 TAHUN (1959-2009 Departemen Geografi berulang tahun ke 50 tanggal 27
Nov 2009. Perayaan di laksanakan tanggal 12 Desem-
ber 2009, Sabtu mulai pukul 8 – 16 WIB. Peserta me-
mang tidak terlau banyak hanya sekitar 200 orang ter-
masuk alumni, mahasiswa dan staf pengajar Departe-
men Geografi serta beberapa karyawan.
Acara dimulai pukul 8.15 dengan acara perdana se-
peda santai keliling kampus UI yang asri dengan jalur
sepeda yang menantang. Pemandangan hutan kota
yang rimbun turut menghanyutkan para alumni ke
dunia lain seperti suasana alam bebas yang masih se-
gar, tarikan napas dan udaranya membuat badan men-
jadi semangat. Setelah berjalan sejenak, berhenti di
depan kandang kijang dibawah pohon rindang. Pose
FE UI menantang untuk trek yang lebih ekstrim.
Mendekati gedung geografi trek sepeda menanjak
sedikit dengan latar belakang geduk rektorat UI
(administrasi) dan gedung Balairung tempat wisuda
bagi alumni baru. Beberapa peserta sudah menjadi
pejabat baik di pemerintah atau swasta, semoga yang
belum bisa menyusul, seperti urutan sepeda ada di
depan dan di belakang, mesti gantian sejalan dengan
waktu.. Setelah bersepa acara selanjutnya adalah sesi
acara santai sejenak sambil menunggu alamuni lain
yang belum hadir, maklum hari Sabtu ternyata masih
ada yang bekerja setangah hari.