the root world of american education

50
LAPORAN BAB (CHAPTER REPORT) LANDASAN PEDAGOGI AKAR DUNIA PENDIDIKAN AMERIKA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pedagogi Oleh: Fatma Wati 1503241 Dosen Pembimbing Mata Kuliah : Drs. Babang Robandi, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

Upload: fatma-wati

Post on 01-Feb-2016

228 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Salah satu bab yang terdapat pada buku foundations of education karangan Ornstein, et al.

TRANSCRIPT

Page 1: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

LAPORAN BAB (CHAPTER REPORT)

LANDASAN PEDAGOGI

AKAR DUNIA PENDIDIKAN AMERIKA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pedagogi

Oleh:

Fatma Wati

1503241

Dosen Pembimbing Mata Kuliah : Drs. Babang Robandi, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

Page 2: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

IDENTITAS LAPORAN BAB

Cover :

Judul Buku : Foundations of Education

Penulis : Allan C. Ornstein;

Daniel U. Levine;

Gerald E. Gutek

bersama David E.Vocke

Penerbit : Wadsworth, USA

Edisi : Ke-11

Tebal : 580 halaman

Bagian yang diterjemahkan : Bagian 2 Sejarah dan Filsafat Pendidikan

Bab 3 Akar Dunia Pendidikan Amerika

Page 3: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

1

AKAR DUNIA PENDIDIKAN AMERIKA

Mengambil perspektif sejarah global, bab ini membahas asal mula pendidikan,

tujuan, dan perkembangannya pada budaya Cina, Mesir, Ibrani, Arab, dan Eropa. Dengan

melihat masa lalu, kita menemukan asal-usul lembaga pendidikan kontemporer, tujuan yang

direncanakan pendidikan, serta pengembangan metode pengajaran dan pembelajaran. Kita

dapat melihat bagaimana sejarah menciptakan pengalaman. Sepanjang sejarah, guru telah

menghadapi banyak kejadian dan pertanyaan yang belum terjawab tentang makna

pengetahuan, pendidikan, sekolah, serta pengajaran dan pembelajaran. Selama beberapa

periode sejarah, bagaimana kesempatan pendidikan sering dibatasi oleh diskriminasi

berdasarkan jenis kelamin, ras, dan kelas sosial ekonomi?

Saat Anda membaca bab ini, pertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut:

PERTANYAAN FOKUS

Bagaimana pengetahuan, pendidikan, sekolah, mengajar, dan belajar didefinisikan

pada periode sejarah?

Bagaimana tujuan pendidikan diungkapkan dan dikembangkan pada tiap periode

sejarah yang dibahas dalam bab ini?

Bagaimana ras, jenis kelamin, dan kelas sosial ekonomi mempengaruhi kesempatan

pendidikan pada masa lalu?

Kapan dan bagaimana sekolah dimanfaatkan untuk transmisi budaya atau perubahan?

Kurikulum apa (isi pendidikan) dan metode pengajaran apa yang digunakan pada

berbagai periode sejarah?

Bagaimana ide-ide pendidik terkemuka berkontribusi pada tujuan dan konteks

pendidikan kontemporer?

Mempelajari asal mula pendidikan Amerika menyediakan kesempatan bagi kita untuk

berpikir secara historis tentang pendidikan, terutama bagaimana tujuan pendidikan dibangun.

Kita juga dapat mulai berpikir secara historis tentang asal mula pendidikan Indonesia dengan

cara membuat autobiografi pendidikan sendiri. Asal mula ide dan keyakinan tentang

pendidikan dapat diketahui melalui pendidikan kakek-nenek, orang tua, serta Anda sendiri.

Kemudian, kita dapat menghubungkan antara pengalaman dengan perkembangan sejarah

Page 4: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

2

lebih luas yang dibahas dalam bab ini. Untuk membuat autobiografi pendidikan, hal-hal yang

dapat dilakukan antara lain (1) mewawancarai kakek-nenek, orang tua, dan orang lain

tentang pendidikan mereka; (2) mengidentifikasi dan memeriksa artefak, foto, catatan, dan

hal-hal lainnya yang berhubungan dengan pendidikan; (3) berpikir secara mendalam dan

merenungkan pengalaman pendidikan Anda sendiri. Kemudian, Anda dapat mencatat temuan

Anda dan mulai menulis autobiografi pendidikan. Jika melanjutkan membaca bab ini, Anda

akan menemukan ide-ide yang mendorong Anda untuk menambah atau merevisi autobiografi

pendidikan tersebut.

PENDIDIKAN PADA MASA PRASEJARAH

Transmisi Budaya. Narasi kita dimulai pada masa prasejarah, yaitu masa sebelum

membaca dan menulis ditemukan, ketika nenek moyang kita mewariskan budaya mereka

secara lisan, melalui lagu-lagu dan cerita, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita

dapat menemukan asal mula pembelajaran informal di keluarga sendiri dan menghargainya

mengapa sampai sekarang masih bertahan begitu kuat. Meskipun kita hidup di zaman

canggih yang informasi dapat disimpan dan diperoleh secara cepat melalui elektronik,

mempelajari pendidikan pada masa prasejarah dapat membantu kita memahami mengapa

sekolah sering menolak perubahan ketika mereka melatihkan keterampilan penting untuk

bertahan hidup kepada generasi muda.

Masyarakat zaman prasejarah menghadapi berbagai masalah bagaimana bertahan

hidup di lingkungan seperti kekeringan dan banjir, hewan liar, dan serangan dari kelompok

yang bermusuhan. Dengan mencoba-coba (trial and error), mereka mengembangkan

keterampilan bertahan hidup yang dari waktu ke waktu menjadi budaya. Agar budaya terus

berlanjut, harus ditularkan dari orang dewasa ke anak-anak. Melalui enkulturasi, anak-anak

belajar bahasa kelompok dan keterampilan dan mengasimilasi nilai-nilai moral dan agama.

Nilai Moral. Seiring berjalannya waktu, kelompok mengembangkan keterampilan

bertahan hidup dan mewariskan kepada generasi muda. Mereka merayakan peralihan masa

muda dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan ritual menari, musik, dan akting drama

yang menjadikan acara tersebut bersifat supranatural kuat dan membangkitkan respon moral.

Dengan demikian anak-anak belajar norma kelompok (perilaku yang dapat diterima) serta

Page 5: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

3

larangan atau tabu (perilaku yang dilarang). Kelompok dewasa, biasanya tetua suku seperti

imam dan kepala, menentukan tujuan pendidikan. Mereka melihat tujuan utama pendidikan

sebagai transmisi tradisi kelompok yang ada, pola budaya, dan keterampilan bertahan hidup.

Keinginan untuk melestarikan budaya yang ada, mereka menggunakan pendidikan untuk

membatasi perubahan.

Tradisi Lisan. Kurang menulis untuk merekam masa lalu mereka, masyarakat

prasejarah mengandalkan tradisi lisan-cerita-untuk mewariskan budaya mereka. Tetua atau

imam sering mendongeng, bernyanyi atau menarasikan masa lalu kelompok.

Menggabungkan mitos dan peristiwa sejarah yang sebenarnya, tradisi lisan mengembangkan

identitas kelompok dengan cara memberitahu generasi muda tentang pahlawan dari

kelompoknya, kemenangan, dan kekalahan. Lagu-lagu dan cerita membantu anak belajar

bahasa lisan kelompok, tradisi, dan nilai-nilai.

Cerita dan dongeng tetap menjadi strategi mengajar yang penting dan menarik saat

ini, terutama di TK dan sekolah dasar. Melalui cerita, anak-anak mengetahui budaya dan

pahlawannya, legenda, dan sejarah.

Sebagai pembuat alat, manusia membuat dan menggunakan tombak, kapak, dan alat-

alat lain, merupakan contoh teknologi yang paling awal. Seperti itu pula sebagai pengguna

bahasa, mereka menciptakan dan memanipulasi simbol. Mulai untuk mengekspresikan

simbol-simbol ini dalam tanda-tanda, piktograf, dan huruf-huruf dan menciptakan bahasa

tertulis yang merupakan lompatan budaya hebat untuk melek huruf (mengetahui huruf)-dan

kemudian sekolah. Ketika menulis diciptakan, anak-anak perlu diajarkan untuk membaca dan

menulis.

Dengan menulis dan membaca, menjadi mungkin untuk merekam masa lalu dan

membuat sejarah. Di tempat-tempat tertentu di seluruh dunia, kelompok tersebut

mengembangkan bahasa tulisan sendiri, yang dilengkapi tradisi lisan sebelumnya pada masa

prasejarah. Untuk menggambarkan perkembangan pendidikan, kita melihat tiga budaya kuno

yang mengagumkan: Cina, Mesir, dan Ibrani. Kita perlu melihat mereka terlebih dahulu

dalam konteks tradisi budayanya dan kemudian menghubungkannya dengan kehidupan kita

dan waktu.

Page 6: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

4

PENDIDIKAN PADA PERADABAN CINA KUNO

Sejarah panjang peradaban cina dan pengaruh besar menawarkan wawasan signifikan

terhadap evolusi pendidikan. Dengan penduduk terbesar di dunia, China modern adalah

kekuatan global penting. Secara historis, itu adalah kekaisaran yang peradabannya mencapai

puncak kejayaan politik, sosial, dan perkembangan pendidikan. Kekaisaran itu diperintah

oleh sejumlah dinasti, yang memerintah lebih dari empat puluh abad, dari 2200 SM sampai

1912 M. Banyak tradisi pendidikan-terutama Konfusianisme-yang berasal dari kekaisaran

Cina yang masih memiliki pengaruh saat ini.

Kontinuitas Budaya. Sejarah pendidikan China mengungkapkan upaya yang gigih

untuk mempertahankan keberlanjutan budaya. Seperti banyak orang, Cina awal adalah

etnosentris dan percaya bahwa bahasa dan budaya lebih unggul diantara yang lain.

mencemooh yang lain sebagai barbar, orang-orang Cina melihat ke dalam, melihat sedikit

nilai dalam budaya lain. Akibatnya, kekaisaran China enggan untuk mengadaptasi teknologi

dari budaya lain yang mengisolasi dan melemahkannya dan, pada abad ke-19, membuatnya

rentan terhadap eksploitasi asing. Tantangan bagaimana beradaptasi beradaptasi terhadap

ide-ide baru, terutama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan masih tetap

mempertahankan identitas budaya sendiri merupakan permasalahan penting pendidikan di

Cina dan di negara lain. Masalah ini menimbulkan pertanyaan tentang tujuan pendidikan

bahwa Anda sebagai seorang guru harus bertanya pada diri sendiri: Bagaimana Anda

mendorong siswa untuk menghargai budaya dan pencapaian ilmiah pada masa lalu serta

keterbukaan terhadap perubahan sosial dan teknologi? Apa hubungan antara kontinuitas

budaya dan perubahan, dan bagaimana pendidikan mempertimbangkan satu atau yang

lainnya?

PENDIDIKAN KONGHUCU

Berbeda dengan budaya Mesir dan Yahudi dibahas kemudian dalam bab ini, filsafat

Cina lebih memperhatikan tentang hidup di sini dan sekarang daripada pertanyaan

menyeluruh tentang kehidupan akhirat dan keabadian jiwa. Untuk menguji asal mula

pendidikan Cina, kita kembali ke abad ke-3 SM, ketika Cina dilanda gejolak politik dan

budaya. Selama periode pergolakan sosial tersebut, tujuan pendidikan adalah melestarikan

atau mengubah budaya. Tiga filosofi yang bersaing-Legalisme, Taoisme, dan Konghucu-

mengusulkan jalan berbeda atau tujuan pendidikan berbeda.

Page 7: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

5

Pada masa dinasti Qin, Legalisme, terkait dengan sarjana, Shih Huang Ti, menjadi

pejabat filsafat resmi kekaisaran China. Dengan alasan bahwa maklumat kaisar merupakan

hukum yang tidak dapat disangkal, Legalisme menganjurkan pemerintahan otoriter yang

sangat disiplin dengan tanpa ampun menjaga ketertiban. Khawatir dengan perbedaan

pendapat, Legalis memberlakukan sensor ketat untuk menekan filsafat alternatif seperti

Taoisme dan Konfusianisme. Menurut Legalis, tujuan pendidikan adalah untuk

memberlakukan definisi mereka tentang budaya Cina melalui indoktrinasi.

Taoisme, terkait dengan Lao Tzu, seorang filsuf yang hidup pada abad ke-6 SM,

masih mempengaruhi budaya dan pendidikan Cina. Taoisme menghadirkan alternatif

terhadap paham Legalisme. Dalam karyanya Tao Te Ching, yang dapat diterjemahkan

sebagai "The Way and Virtue” (cara dan kebaikan), Lao Tzu memulai pencarian filosofis

untuk menemukan jalan menuju realitas sejati sering tersembunyi oleh penampilan. Semua

hal, Lao Tzu mengaku, berasal dari dan mengikuti hal yang tak terlihat, yang mendasari,

kekuatan pemersatu yang bergerak melalui dunia. Berbeda dengan Legalis, yang ingin

mengendalikan yang lainnya, Lao Tzu menyarankan orang untuk berhenti berusaha untuk

mengendalikan orang lain dan peristiwa, mengikuti arus kehidupan, hidup sederhana dan

secara spontan.Menurut Taoisme, tujuan pendidikan adalah untuk mendorong refleksi diri

yang diperlukan untuk menemukan jati diri sejati dan menjadi bebas dari kontrol orang lain.

Kebutuhan Akan Kerukunan. Ketika dinasti Han berkuasa pada 207 SM,

Konfusianisme menggantikan Legalisme sebagai pejabat filsafat resmi China. Tidak seperti

filsuf Barat, Konfusius (551-479 SM) tidak berurusan dengan isu-isu teologis atau metafisik

tentang hubungan manusia dengan Tuhan atau alam semesta. Dia mempercayai bahwa

membangun kondisi untuk masyarakat etis jauh lebih penting daripada berusaha untuk

mencari jawaban atas pertanyaan yang tak terjawab. Berbeda dengan otoriter Legalis dan

secara politik tidak terlibat dengan Taois, Konfusius membangun filsafat pendidikan

berdasarkan hirarki etika terhadap tanggung jawab yang dimulai oleh kaisar dan jajarannya,

menyentuh setiap orang dalam masyarakat. Idealnya tentang hubungan hirarki dapat

digambarkan sebagai tangga etis dimana orang yang berdiri di setiap anak tangga terhubung

ke orang yang berdiri di atas dan di bawah. Tujuan utama pendidikan adalah untuk menjaga

masyarakat yang harmonis di mana setiap orang jelas tahu statusnya, tugas, dan tanggung

jawab, dan cara yang tepat untuk bersikap terhadap orang lain.

Page 8: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

6

Upacara Agama dan Tata Cara. Sistem etika Konfusius tentang pendidikan

karakter menekankan kesopanan-sopan santun, benar, dan perilaku yang sesuai. Konfusius

percaya bahwa anak-anak belajar untuk berperilaku secara etis ketika mereka memiliki

model yang jelas tentang perilaku baik yang mereka bisa ikuti. Guru perlu mewujudkan

model ini perihal kesopanan dan mempraktekkannya didalam kelas.

Konfusius percaya bahwa standar yang benar dari perilaku ada untuk setiap situasi

dan semua orang diharapkan dapat mengamati standar itu. Anak-anak menemukan perilaku

yang sesuai sebagai seperangkat ritual sehingga mereka menjadi terampil mengikuti prosedur

yang benar dimana semua orang diharapkan untuk melakukan dengan cara yang sama.

Catatan bahwa model Konghucu tentang pembentukan karakter menghilangkan unsur

kebetulan dari perilaku pada situasi yang tak terduga.

Sejak hirarki Konghucu mendefinisikan seseorang sebagai ayah, ibu, kakak, adik,

penguasa, atau subjek, tujuan pendidikan karakter adalah untuk belajar bagaimana

melakukan perilaku yang benar sesuai dengan peran dan kedudukan. Masyarakat

mempertahankan kerukunan sosial sehingga semua anggotanya belajar dan bertanggung

jawab terhadap perilaku sesuai kedudukan mereka.

Beberapa kritikus sekolah Amerika menyatakan bahwa mereka gagal dalam

menanamkan perilaku sopan dan nilai-nilai pada siswa. Catatan, bagaimanapun, peran

tersebut secara spesifik didefinisikan dalam sistem Konfusianisme dan tidak terbuka untuk

definisi diri seperti dalam masyarakat Amerika.

Konfusius mendirikan sebuah akademi untuk mempersiapkan siswa sebagai pejabat-

pejabat dalam pemerintah kekaisaran Cina. Ia menetapkan standar yang tepat untuk masuk

ke sekolah dan untuk pendidikan siswa dinas, periode pelatihan sebelum mereka menjadi

pejabat pemerintah. Konfusius percaya bahwa standar penerimaan akademik yang tinggi

akan memilih siswa yang memiliki motivasi tinggi. Ia mengajarkan murid-muridnya ritual

perilaku sopan, tata cara pengadilan, dan upacara. Seperti guru efektif lainnya, Konfusius

mengembangkan sistem yang baik dalam manajemen kelas. Ia memegang harapan yang

tinggi untuk murid-muridnya. Sebagai mentor, Ia mempertahankan jarak yang tepat dengan

murid-muridnya tetapi dekat dengan mereka. Di Cina, hubungan guru-murid, seperti

hubungan lainnya, yang dikenal baik dan dilakukan dengan seksama. Ia mengoreksi dan

mengkritik siswanya dalam hal positif dan dengan cara yang konstruktif. Mentoring penting

Page 9: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

7

dalam filsafat pendidikan Konfusius. Sebagai seorang guru, Konfusius dihargai oleh murid-

muridnya sebagai "master."

Guru Konfusianisme dipercayakan menjaga dan transmisi warisan budaya untuk

mempertahankan kelangsungan budaya dan kestabilan sosial. Kurikulum inti Konghucu

termasuk buku bagus terpilih seperti Classics of Change, of Documents,

of Poetry, of Rites, dan the Spring and Autumn Annals. Meringkas filosofi Konfusius, teks-

teks ini digunakan dalam pendidikan Cina dari 1313 M – 1905 M.

Hirarki. Konsep hubungan hirarki etika memiliki implikasi penting

dalam pendidikan, terutama pembentukan karakter. Konsep Konfusius pada hubungan

hirarki, dimana beberapa individu unggul dan yang lainnya dibawahnya, berbeda secara

signifikan dari ide umum di Amerika Serikat saat ini tentang hubungan berdasarkan

kesetaraan/kesamaan.

Dalam kondisi yang setara, individu terus menerus menegaskan hubungan mereka

dan membentuk keterbukaan baru atau batas-batas satu sama lain. Pendidikan karakter dalam

situasi kesetaraan membawa norma etika bahwa kita harus memperlakukan setiap orang

sama dan harus menghormati dan bahkan menghargai perbedaan mereka dari kita.

Sebaliknya, etika Konfusianisme mengatur pola definisi perilaku bukan fleksibel atau

mengalir apa adanya. Orang-orang diberikan berbagai tingkat hormat berdasarkan posisi

mereka, status, dan prestasi. Pendidikan karakter berarti belajar peran tertentu dalam jaringan

hubungan yang membentuk masyarakat dan untuk mengisi perilaku peran tertentu yang

ditentukan untuk menjaga harmoni sosial.

Karena perubahan, kebaruan, dan inovasi dapat menyebabkan hal-hal tak terduga-dan

perubahan yang tak dapat diperkirakan adalah masalah sosial-Konfusius berdasarkan pada

sistem etika tradisi. Sebuah praktik atau perilaku yang berkontribusi mempertahankan

perdamaian, keamanan, dan ketenangan di masa lalu itu dinilai layak menjadi bungkusan

dalam cara ritual berperilaku dan ditransmisikan ke dan dipraktekkan oleh orang-orang yang

ada. Menurut Konfusius, "Seorang pria yang layak menjadi guru mengetahui apa yang baru

dengan menjaga dalam pikirannya apa yang sudah ia ketahui." Sebagaimana Anda

membangun filsafat pendidikan dan merefleksikannya pada tujuan pendidikan,

membandingkan dan membedakan Konghucu dengan cita-cita dan nilai-nilai Amerika

Page 10: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

8

kontemporer. Bagaimana Anda akan mendefinisikan perilaku sopan dan nilai-nilai? Akankah

nilai-nilai ini merefleksikan standar tradisional atau menjadi terbuka?

Penghargaan terhadap Guru. Di Cina, hubungan guru-murid yang formal dan

diikuti aturan hirarkis perilaku yang disetujui. Siswa berperilaku baik ketika mereka

menemui guru dalam keadaan hormat dan penuh penghargaan. Hal ini untuk pendidikan,

pembelajaran, dan guru menjadi karakteristik penting dari pendidikan di Cina dan di Asia

Timur dimana Konfusianisme adalah intelektual utama dan tenaga pendidikan. Di Cina,

Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, Konfusius sangat dihormati sebagai filsuf terbesar di

dunia dan pendidik. Difusi Konfusianisme dari Cina ke negara-negara Asia lainnya

menggambarkan bagaimana ide-ide dan proses pendidikan ditransfer antar budaya.

KONTRIBUSI CINA TERHADAP PENDIDIKAN DUNIA DAN BARAT

Pentingnya Ujian. Pentingnya warisan pendidikan yang disumbangkan oleh Cina

kuno adalah sistem ujian nasionalnya. Pendidik Cina mengembangkan ujian tulis

komprehensif untuk menilai kompetensi akademik siswa. Siswa dipersiapkan untuk ujian

dengan mempelajari literatur Cina kuno dan teks Konfusianisme dengan guru-guru di

sekolah kekaisaran atau kuil. Ujian menekankan pada mengingat informasi yang dihafal

daripada memecahkan masalah yang sebenarnya. Kebutuhan akan perolehan skor tinggi pada

ujian nasional berarti bahwa guru harus mengajar untuk tes dan tidak mendorong diskusi atau

interpretasinya. Pemikiran alternatif dianggap sebagai ancaman bagi transmisi warisan dan

ketidakefisienan penggunaan waktu yang mengganggu untuk penghafalan jawaban yang

diantisipasi benar.

Standar & Penilaian. Proses ujian, seperti masyarakat, dioperasikan secara hierarkis

dan selektif. Siswa harus melewati serangkaian pemeriksaan ketat secara berurutan; jika

mereka gagal, mereka dikeluarkan dari process. Pada hari kekaisaran, hanya beberapa finalis

yang memenuhi syarat untuk posisi pegawai negeri tertinggi kekaisaran. Pendidikan dan

sistem pemeriksaan yang dilakukan secara khusus untuk laki-laki kelas atas. Perempuan,

yang tidak memenuhi syarat untuk posisi pemerintahan, juga dikeluarkan dari sekolah.

Saat ini, ujian nasional, terutama untuk masuk universitas, pendidikan mendominasi

pendidikan di Cina modern, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Negara-negara lain

seperti Inggris dan Perancis juga memberlakukan tes nasional.

Page 11: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

9

Di Amerika Serikat, Tidak ada anak yang tidak bersekolah pada 2001 perintah

pengujian tahunan siswa kelas 3-8 untuk mengukur pencapaian akademik dalam membaca

dan matematika. Alasan tindakan adalah bahwa jenis pengujian akan membuat sekolah dan

guru bertanggung jawab terhadap pencapaian akademik siswa mereka. Kritikus,

bagaimanapun, berpendapat bahwa tes standar mencegah strategi pengajaran alternatif dan

kreativitas dan mengurangi instruksi bahwa mengajar hanya untuk tes. Anda telah

mengambil tes standar sebagai siswa. Sebagai guru, Anda kemungkinan besar akan

mengurus mereka, dan dengan demikian Anda harus menentukan sejauh mana pemeriksaan

eksternal akan mempengaruhi pengajaran Anda.

PENDIDIKAN DI MESIR KUNO

Mesir Kuno-salah satu peradaban awal dunia-dikembangkan sebagai sungai-lembah

budaya. Karena kehidupan Sungai Nil-mempertahankan air, kelompok pertanian mendirikan

pemukiman desa kecil di tepi sungai dan mengorganisir kerajaan suku. Sekitar 3000 SM,

kerajaan ini dikonsolidasikan kedalam kerajaan besar, yang akhirnya menjadi raksasa politik

yang sangat terorganisir dan terpusat.

Kosmos Abadi. Keyakinan agama Mesir menegaskan ramalan asal mula gelar raja

Mesir, atau kaisar. Konsep ramalan kekaisaran memberi sosial, budaya, politik, dan stabilitas

pendidikan terhadap kekaisaran Mesir dengan memberkahinya dengan landasan supranatural.

Pengetahuan dan nilai-nilai dipandang sebagai refleksi secara tertib, tidak berubah, dan

kosmos abadi. Konsep raja-imam juga memberikan status tinggi elit imam dan kekuasaan

yang cukup besar dalam masyarakat Mesir. Sistem pendidikan memperkuat status ini dan

kekuasaan dengan membuat imam elit penjaga budaya negara. Berbeda dengan para sarjana

yang merupakan pendidik terkemuka di Cina, para ulama yang melakukan peran di Mesir.

Untuk sebagian besar sejarah, imam atau pemuka agama lain mengontrol banyak pendidikan

formal.

PERHATIAN MENYANGKUT AGAMA DAN SEKULER

Dalam pendidikan, orang-orang Mesir memperhatikan kehidupan dunia dan akhirat.

Meskipun sibuk dengan supranatural, mereka juga mengembangkan teknologi untuk

mengairi lembah Nil dan merancang dan membangun piramida besar Mesir dan bangunan

Page 12: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

10

kerajaan. Untuk mengelola dan mempertahankan kerajaan mereka yang luas, mereka

mempelajari administrasi sipil. Obsesi mereka terhadap mumifikasi mengarahkan mereka

untuk mempelajari kedokteran, anatomi, dan pembalseman. Mesir juga mengembangkan

sistem tulisan. Naskah hiegrolif memungkinkan mereka untuk membuat dan mewariskan

budaya tulisan. Ajaran menulis dan membaca kemudian menjadi fitur penting sekolah yang

telah berlangsung berabad-abad.

Kerajaan dan Sekolah Hukum. Mesir memerlukan birokrasi yang berpendidikan

untuk mengelola kekaisaran dan untuk mengumpulkan pajak. Pada 2700 SM, orang Mesir

telah membentuk sistem ekstensif di kerajaan dan sekolah hukum untuk melatih para ahli,

banyak diantara mereka adalah imam, dalam membaca dan menulis. Sekolah sebagai bagian

dari kerajaan telah memberikan contoh keterkaitan antara pendidikan formal dan agama.

Setelah pendidikan dasar, anak laki-laki belajar literatur yang dibutuhkan untuk profesi masa

depan mereka. Sekolah lanjutan khusus disiapkan untuk imam, pejabat pemerintahan, dan

dokter.

Para Ahli Pendidikan. Di sekolah-sekolah penulisan, siswa belajar menulis naskah

hieroglif dengan menyalin dokumen pada papirus, lembaran yang terbuat dari alang-alang

yang tumbuh di sepanjang Sungai Nil. Guru mendiktekan kepada siswa, siswa menyalin apa

yang mereka dengar. Tujuannya adalah untuk mereproduksi salinan teks yang benar, sesuai

aslinya. Seringkali siswa menyanyikan bagian singkat teks sampai mereka hafal secara

menyeluruh. Siswa tingkat lanjut belajar matematika, astronomi, agama, puisi, sastra,

kedokteran, dan arsitektur.

Pemimpin Mesir kuno telah merumuskan tujuan pendidikan yang berkelanjutan

sepanjang sejarah awal. Tujuan utama adalah untuk mewariskan cara menerjenahkan warisan

budaya yang telah disetujui yang telah dikembangkan oleh agama dan elit politik. Hal itu

bertujuan untuk menghasilkan banyak pemimpin. Hal ini juga mewariskan keterampilan

seperti membaca dan menulis dan studi lanjutan seperti pembalseman, obat-obatan,

administrasi sipil, dan arsitektur.

KONTROVERSI SEJARAH MESIR

Interpretasi Tradisional. Kiprah Mesir kuno dalam membentuk peradaban Barat

masih kontroversi. Pada tahun 332 SM, Alexander yang Agung (336-323 SM), Raja

Page 13: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

11

Masedonia, memimpin pasukannya menaklukkan Persia, Mesopotamia, dan Mesir.

Penaklukkannya terhadap Mesir memperkenalkan peradaban Helenistik, yang telah dibentuk

oleh budaya Yunani kuno. Berdasarkan pada interpretasi sejarah konvensional, peradaban

Mesir kuno bersifat sangat despotisme statis, dan warisan budaya yang utama terdiri dari

monumen arsitektur yang terkenal. Penafsiran ini melihat kebudayaan Yunani, terutama

demokrasi Athena, sebagai tempat kelahiran peradaban Barat.

Teori Bernal. Sejarawan Martin Bernal, dalam interpretasi yang sangat

kontroversial, berpendapat bahwa Yunani kuno meminjam banyak konsep tentang

pemerintah, filsafat, seni, ilmu pengetahuan, dan obat-obatan dari Mesir kuno. Selanjutnya,

orang-orang Mesir, yang berada di Afrika Utara, merupakan orang Afrika, sehingga asal-usul

budaya Barat dari orang-orang Afrika. Meskipun mereka mengetahui kemiripan Mesir dan

Yunani, Bernal mengatakan bahwa ia sangat kagum terhadap pengaruh Mesir terhadap

negeri Yunani kuno. Sementara itu sejarawan terus memperdebatkan masalah ini, temuan

tentatif menunjukkan hubungan Mesir-Yunani, secara khusus di Crete, orang-orang Yunani

diperkenalkan terhadap pengetahuan dan seni orang-orang Mesir.

Kontroversi sejarah yang menarik ini memiliki ideologi penting yang signifikan.

Siapa pun yang menafsirkan masa lalu memperoleh kekuatan untuk memperjelas dan

membentuk masa kini. Secara khusus, kontroversi berkaitan dengan perdebatan saat ini

tentang Afrosentrisme dan kurikulum Afrosentris di sekolah-sekolah. Ini juga

menggambarkan penularan ide dan proses pendidikan dari satu budaya ke yang lainnya.

TRADISI PENDIDIKAN HEBRAIC (IBRANI)

Monoteisme. Pendidikan Amerika, seperti budaya Barat, yang berakar dalam

terhadap tradisi Yahudi-Kristen. (Bagian periode abad pertengahan dan reformasi dalam

bab ini membahas tentang asal mula Kristen.) Di sini, kita meneliti Ibrani atau pendidikan

Yahudi, tradisi budaya dan agama yang sedang berlangsung untuk orang-orang Yahudi dan

referensi penting untuk orang-orang Kristen dan Muslim. Ketiga agama ini-Yahudi, Kristen,

dan Islam-yang monoteistik dalam keyakinan mereka pada satu Tuhan, Pencipta spiritual,

dan rasa hormat mereka terhadap buku suci, Alkitab (Bible) atau Al-Quran, yang isinya

diungkapkan oleh Tuhan kepada nabi. Dengan penekanan mereka pada membaca dan

Page 14: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

12

mempelajari kitab suci, ketiga agama menekankan literasi untuk membaca kitab suci, dan

pendidikan, untuk belajar dan menerapkan pesan tersebut dalam kehidupan.

Torah (Taurat). Dalam tradisi Ibrani, orang-orang Yahudi secara khusus dipilih oleh

Tuhan, yang mengungkapkan kebenaran dan hukum kepada mereka. Dari wahyu ini datang

perjanjian suci, perjanjian berbasis agama dan kesepakatan sanksi, yang mengikat orang

Yahudi kepada pencipta. Musa, yang memimpin orang-orang Yahudi dari perbudakan di

Mesir menuju tanah yang menjanjikan di Yudea, menerima wahyu ilahi di Gunung Sinai.

Wahyu ini merupakan bagian penting dari "Taurat", kitab suci diajarkan dan dipelajari oleh

orang-orang Yahudi dari masa kecil dan sepanjang hidup mereka. Taurat tertulis meliputi

lima Kitab Musa-Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Berdasarkan Taurat,

pendidikan Yahudi menekankan pembacaan dan komentar pada teks-teks suci dan studi

hukum dan norma moral dan etika mereka dan larangan.

Tujuan pendidikan Yahudi adalah menanamkan yang muda tentang tradisi budaya

mereka melalui proses yang dirancang dengan hati-hati pada transmisi keyakinan agama dan

ritual dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ini menekankan bahwa pembelajaran yang

didasarkan pada perjanjian suci antara Tuhan dan manusia yang mencakup pengamatan

perintah-perintah dan do’a dan kegiatan keagamaan yang diikuti dengan benar. Mengajar dan

belajar secara intrinsik berharga karena menyangkut perjanjian Tuhan dengan orang-orang

Yahudi dan juga merupakan alat untuk membentuk perilaku menurut aturan agama

kelompok. Belajar perjanjian ini secara turun-temurun dan seumur hidup, dimulai pada masa

kanak-kanak dan berlanjut sepanjang hidup.

Untuk anak-anak, tujuan pendidikan dasar Yahudi adalah untuk belajar bagaimana

berdo’a, untuk mengetahui dan mematuhi perintah-perintah, dan untuk mengidentifikasi

tempat- tempat khusus bagi orang Yahudi dalam sejarah. Pada mulanya, seperti kebanyakan

masyarakat awal, orang tua sebagai guru pertama yang bertanggung jawab terhadap

pendidikan anak-anak mereka. Orang tua, terutama ayah, mengajarkan Taurat dan ibadah

agama kepada anak-anaknya. Anak-anak belajar untuk menghormati ayah dan ibu mereka,

sebagai perintah-perintah yang telah ditentukan. Ketika masyarakat Yahudi menjadi lebih

menetap dan khusus, guru (tetua, imam, dan ahli Taurat) yang mengajarkan secara lebih

formal, seperti penambahan tempat sekolah, tetapi tidak menggantikan peran orang tua.

Page 15: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

13

Sekolah Keagamaan. Pada abad ke-7 SM, rabbis-orang yang mempelajari tulisan

suci-muncul sebagai guru diantara orang-orang Yahudi di Israel dan Babilonia. Di sekolah

keagamaan, metode pengajaran menekankan mendengarkan dengan seksama pembacaan

tulisan suci oleh guru, membaca, menghafal, dan resitasi hafalan. Tujuan belajar untuk

mendengarkan pembacaan teks suci adalah untuk membawa pesan kedalam pikiran pelajar.

Dengan mendengarkan, membaca, dan menghafal, siswa diharapkan dapat menginternalisasi

dan memahami makna pelajaran dan pesan. Untuk membangun kohesi dan identitas

kelompok, anak-anak mendengarkan cerita tentang peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah

orang Ibrani seperti eksodus dari Mesir. Kegiatan keagamaan diajarkan melalui

memperingati peristiwa tersebut.

Dalam perkembangan tujuan pendidikan itu, orang-orang Yahudi, seperti orang-orang

Mesir, ingin menularkan keyakinan beragama kepada anak muda untuk mengabadikan

mereka. Untuk orang-orang Yahudi, tujuan ini terkait dengan pembentukan dan pengabadian

kepada anak muda ke-ideal-an menjadi orang-orang khusus pilihan Tuhan.

Tradisi Ibrani mengusung konsep monoteisme kepada budaya Arab dan Barat. Yesus

Kristus, yang dipercaya orang-orang Kristen adalah anak Tuhan, dibesarkan dalam budaya

Yahudi. Orang Yahudi yang menjadi Kristen, seperti Saint Paul, membawa ajaran Kristen ke

seluruh Kekaisaran Romawi. Muslim mempercayai Muhammad, yang mengetahui ajaran

Yahudi dan ajaran Kristen, sebagai nabi dalam ajaran Islam. Sebagai ajaran agama, ketiga

tradisi keagamaan memberikan kontribusi dan pengaruh terhadap pendidikan.

PENDIDIKAN PADA MASA PERADABAN ROMAWI DAN YUNANI KUNO

Sejarah pendidikan pada masa Yunani dan Romawi Kuno menjelaskan asal-usul

budaya dan pendidikan Barat. Secara historis, budaya Barat didefinisikan dibentuk oleh

Eropa dan pemukiman orang-orang Eropa di Amerika Utara dan Selatan. Sebuah kontroversi

kontemporer adalah apakah pendidikan Amerika harus mentransfer inti budaya Barat atau

satu multikultural yang mencakup Afrika dan Asia.

Orang-orang Yunani dan Romawi berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

pendidikan seperti: Apa yang dimaksud dengan benar, baik, dan indah? Model apa yang

Page 16: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

14

harus digunakan pendidikan untuk mempersiapkan warga negara yang baik? Bagaimana

seharusnya respon pendidikan terhadap sosial, ekonomi, dan perubahan politik?

Pendidikan Homerik. Generasi bersemangat terhadap goncangan dramatis terhadap

sajak kepahlawanan Homer, Illiad dan Odyssey. Muncul sekitar 1200 SM, kepahlawanan

Homer membantu Yunani mendefinisikan diri mereka sendiri dan budaya mereka. Seperti

upacara ritual dalam masyarakat prasejarah, Penggambaran dramatis Homer pada

pertempuran prajurit Yunani melawan Trojans menyajikan tujuan pendidikan penting: (1)

memelihara kebudayaan Yunani dengan mewariskannya dari orang dewasa ke anak muda;

(2) membudidayakan identitas budaya Yunani berdasarkan mitos dan asal-usul sejarah; dan

(3) membentuk karakter generasi muda. Agamemnon, Ulysses, Achilles, dan prajurit lainnya

secara dramatis melambangkan dimensi heroik kehidupan. Menggunakan pahlawan ini

sebagai contoh, anak muda Yunani belajar moral dan nilai-nilai etika, perilaku yang

diharapkan dari prajurit-ksatria, dan cacat karakter yang menyebabkan jatuhnya seseorang.

Pendidikan Warga Negara. Yunani Kuno menjelaskan peran pendidikan dalam

sosialisasi politik, mempersiapkan warga negara yang baik. Sama seperti orang Amerika,

terutama studi-sosial pendidik, sering tidak setuju tentang cara mendidik warga negara yang

baik, orang-orang Yunani, juga memperdebatkan masalah ini. Berbeda dengan keterpusatan

Kekaisaran Cina dan Mesir, Yunani kuno dibagi menjadi kelompok kecil yang sering

bersaing satu sama lain, seperti Athena dan Sparta, mendefinisikan kewarganegaraan,

tanggung jawab dan hak-hak sipil yang berbeda. Athena, demokrasi, menekankan warganya

membagi tanggung jawab bersama dalam pengambilan keputusan. Sparta, saingan Athena,

merupakan militer diktator yang otoriter dimana warga mengikuti perintah pemimpin.

Sementara Athena memiliki aturan pendidikan yang bervariasi, Sparta menggunakan sistem

pendidikan ketat yang dikendalikan negara yang tujuan utamanya adalah untuk melatih

semua laki-laki berbadan sehat menjadi prajurit berani.

Pendidikan Formal dan Enkulturasi. Orang-orang Yunani memahami pentingnya

interrelasi enkulturasi-memasukkan dan partisipasi semua budaya kota negara-dalam

pendidikan formal. Melalui enkulturasi, pemuda Yunani dipersiapkan untuk menjadi warga

masyarakat mereka. Pendidikan formal, pada gilirannya, memiliki tujuan memberikan

pengetahuan untuk mewujudkan harapan masyarakat warganya. Misalnya, orang Atena

percaya bahwa manusia bebas membutuhkan pendidikan liberal untuk melakukan tugas

Page 17: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

15

sipilnya serta untuk mengembangkan kepribadiannya. Namun, mereka tidak melakukan hal

ini dalam pendidikan untuk perempuan.

Peran Budak. Orang-orang dari negara-kota Yunani menggunakan tenaga kerja

budak. Mayoritas budak termasuk perempuan dan anak-anak, merupakan tawanan perang

atau secara hukum dihukum menjadi budak. Meskipun beberapa budak terdidik mengajari

anak kaya di Athena, sebagian besar budak bekerja sebagai pekerja pertanian atau komersial.

Sementara orang-orang Athena mengembangkan konsep pendidikan liberal, mereka

membantahnya untuk budak mereka.

Pendidikan untuk Perempuan. Dalam masyarakat Yunani yang didominasi pria,

hanya sebagian kecil perempuan yang berpendidikan formal. Di Athena, di mana perempuan

memiliki keterbatasan hukum dan hak ekonomi, hanya sedikit yang dapat bersekolah.

Kebanyakan perempuan muda yang beruntung dapat diajar oleh seorang tutor di rumah.

Yang lainnya, seperti pendeta dari sekte, belajar ritual keagamaan di sekolah kuil. Berbeda

dengan wanita Athena yang diasingkan, perempuan muda Sparta menikmati gaya hidup dan

pendidikan yang lebih terbuka. Sistem pendidikan yang dikendalikan negara Sparta

menekankan pelatihan militer dan atletik. Wanita muda Spartan muda menerima pelatihan

fisik dan senam yang mempersiapkan mereka untuk menjadi ibu yang sehat untuk masa

depan tentara Spartan.

Kehidupan dan karir dari penyair Sappho (630-572 SM) sangat berbeda dengan

pendidikan yang diasingkan dari kebanyakan wanita Yunani. Pendukung awal kebebasan

perempuan, sajak-sajak Sappho menceritakan cinta diantara wanita. Dia percaya bahwa

perempuan harus dididik untuk pengembangan dirinya sendiri dan bukan untuk peran mereka

secara tradisional yang dianggap sebagai istri dan ibu masa depan. Dia mendirikan sebuah

sekolah perempuan di Mytilene, di pulau Lesbos, dimana ia mengajar perempuan bangsawan

muda tentang ritual pemujaan yang berkaitan dengan ibadah Aphrodite, serta budaya dan

keterampilan dan seni dekorasi seperti menyanyi, menari, bermain kecapi, menulis puisi, dan

prosedur praktek.

KAUM SOFIS

Pada abad ke-5 SM, kejayaan baru dibawa ke Athena dengan ekspansi kolonial yang

menghasilkan perubahan sosial dan pendidikan. Menantang bangsawan, peningkatan kelas

Page 18: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

16

komersial menginginkan pendidikan baru yang akan mempersiapkan mereka untuk

mengambil tindakan politik. Kaum Sofis, kelompok perjalanan pendidik, merancang

pendekatan baru dalam pengajaran yang menanggapi perubahan sosial ekonomi. Metode

mereka berbeda dengan pendidikan Homer yang mengandalkan cerita dan model dari masa

lalu yaitu melaui pendekatan filosofis yang menekankan hal-hal abstrak dan sangat

membutuhkan pemikiran umum tentang kealamian realitas.

Orang-orang sofis berjanji untuk menciptakan citra publik populer bagi siswa mereka

yang menuntun kearah status dan kekuasaan. Cara untuk kekuasaan, kaum Sofis mengatakan,

berasal dari kemampuan untuk berbicara secara efektif dan mempengaruhi audiens untuk

menerima argumen Anda. Berbicara di depan umum yang efektif, atau pidato, sangat penting

di Athena, dimana hal itu dapat digunakan untuk mempengaruhi seseorang dalam majelis

dan pengadilan.

Tata Bahasa, Logika, dan Retorika. Bagi Sofis, tujuan pendidikan adalah untuk

mengembangkan kemampuan komunikasi siswasehingga mereka bisa menjadi pendukung

dan legislator sukses. Subyek sofis yang paling penting adalah logika, tata bahasa, dan

retorika-mata pelajaran yang kemudian berkembang menjadi seni liberal. Logika, atau aturan

argumen yang benar, melatih siswa untuk mengatur presentasinya dengan jelas, dan tata

bahasa yang membangun kekuatan dalam menggunakan bahasa secara efektif. Retorika,

studi tentang pidato persuasif, sangat penting bagi orator masa depan.

Pengetahuan sebagai Alat. Sofis mengklaim bahwa mereka bisa mendidik siswanya

untuk memenangkan debat dengan mengajar mereka bagaimana untuk: (1) menggunakan

psikologi umum untuk menentukan apa yang menarik audiens secara emosional; (2)

mengatur argumen persuasif dan meyakinkan; dan (3) menjadi pembicara publik yang

terampil, yang tahu apa kata-kata, contoh, dan garis besar alasan yang harus digunakan untuk

memenangkan debat atau sidang hukum.

Jika mereka masih hidup hari ini, kaum Sofis kuno mungkin masih berpendapat

bahwa metode pendidikan mereka memberikan manusia apa yang mereka inginkan-

kemampuan untuk mengatur ide dan menyampaikannya sehingga dengan tegas

mempengaruhi audiens untuk menerima pernyataan mereka. Kritik dari Sofis, seperti

Socrates dan Plato, bagaimanapun, menyalahkan mereka bahwa mengajar siswa untuk

memperdebatkan setiap sisi dari sebuah isu dan memenangkan kasus, bukan berdasarkan

Page 19: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

17

komitmen untuk menecari kebenaran. Sofis seperti pembuat citra modern yang menggunakan

media untuk mempersiapkan kandidat politik dan selebriti atau untuk menjual produk kepada

konsumen. Meskipun perdebatan politik saat ini berlangsung di televisi, bukan berlangsung

di pusat kota Athena, kaum Sofis akan berpendapat bahwa teknik mereka tetap berguna.

Sangat penting untuk diketahui seorang audiens, untuk menarik kebutuhan mereka, dan

menggunakan keterampilan persuasi untuk meyakinkan mereka. Mereka akan

mempertimbangkan fokus kelompok yang modern, jajak pendapat publik, dan iklan politik

negatif akan berguna sebagai cara persuasif.

Metode Protagoras. Protagoras (485-414 SM), seorang Sofis terkemuka, merancang

5 cara strategi mengajar yang efektif. Ia (1) menyampaikan pidato yang luar biasa sehingga

siswa tahu guru mereka benar-benar bisa melakukan apa yang ia ajarkan; pidato ini juga

memberi mereka model untuk ditiru. Kemudian Protagoras mengharuskan siswa (2) meneliti

pidato orator terkenal untuk memperbanyak bahan belajar tentang contoh model; (3)

mempelajari mata pelajaran utama logika, tata bahasa, dan retorika; dan (4) memberikan

latihan pidato, yang siswa dinilai untuk memberikan umpan balik kepada siswa. Akhirnya,

(5) siswa menyampaikan pidato masyarakat. Metode Protagoras menyerupai pelatihan guru

pada program pendidikan, dimana calon guru mengambil kursus dalam seni liberal dan

pendidikan profesional, berlatih berbagai metode pengajaran, dan terlibat dalam pengalaman

nyata dan mahasiswa belajar berdasarkan saran yang diberikan guru berpengalaman yang

bekerja sama.

Kebenaran Abadi atau Relatif?. Pendekatan Sofis tentang pendidikan

meningkatkan kontroversi serius masih ada saat ini. Para Sofis menganut relativisme moral,

dengan alasan bahwa apa yang perlu kita ketahui tergantung pada keadaan dimana kita

hidup. Dalam banyak hal, kaum Sofis adalah perintis relativisme budaya yang ditemukan

dalam pragmatisme, postmodernisme, dan teori kritis, dibahas dalam bab tentang Akar

Filosofis Pendidikan. Socrates, Plato, dan Aristoteles mereka semua menantang relativisme

kaum Sofis dan bersikeras tentang keberadaan kebenaran abadi yang harus diketahui semua

orang. Isokrates, seorang guru orator, mencoba untuk menyelesaikan kontroversi dengan

mengatakan bahwa siswa dan warga tidak sekedar perlu mengetahui hal-hal yang benar,

melainkan juga bagaimana menerapkannya pada situasi kehidupan mereka.

Page 20: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

18

SOCRATES: PENDIDIKAN MELAUI UJIAN-DIRI

Berbeda dengan Sofis yang mengakui pengetahuan tergantung pada situasi dimana

orang menggunakannya, Socrates (469-399 SM) meyakini pengetahuan didasarkan pada apa

yang benar secara universal-kapan saja dan dimana saja. Socrates memegang peranan

penting dalam sejarah pendidikan karena ia dengan tegas membela kebebasan akademik

untuk berpikir, bertanya, dan mengajar. Dia juga merupakan guru bagi Plato, yang kemudian

membuat sistematika terhadap ide-ide Sokrates sehingga menjadi filsafat yang koheren.

Keunggulan Moral. Socrates menekankan prinsip-prinsip etika bahwa setiap orang

harus berusaha untuk menjunjung nilai moral, hidup bijaksana, dan bertindak rasional.

Keunggulan moral, dipercaya Socrates, jauh lebih unggul dibandingkan pelatihan teknis yang

diusung Sofis.

Peran Guru. Konsep Sokrates tentang peran guru berbeda dengan Sofis. Dia tidak

percaya bahwa pengetahuan atau kebijaksanaan bisa ditularkan dari seorang guru kepada

siswa karena ia percaya konsep pengetahuan sejati yang ada tersembunyi dalam pikiran

seseorang. Sebuah pendidikan yang benar-benar liberal akan merangsang peserta didik untuk

menemukan ide dengan membawanya menuju kesadaran kebenaran yang tersembunyi dalam

pikiran mereka.

Ujian-Diri, Dialog, dan Metode Sokrates. Socrates mendorong siswa untuk

melakukan ujian-diri kritis untuk menemukan dan membawa kesadaran kebenaran universal

hadir dalam pikiran setiap orang. Sebagai seorang guru, Socrates menanyakan pertanyaan

yang merangsang siswa untuk berpikir secara mendalam tentang sesuatu hal dan

merefleksikannya dengan arti kehidupan, kebenaran, dan keadilan. Dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan itu, siswa terlibat dalam diskusi yang ketat, atau dialog, dimana

mereka mengklarifikasi, mengkritik, dan merekonstruksi konsep dasar mereka. Pendekatan

dialog ketat ini, masih dikenal dengan metode Socrates, yang menantang guru dan siswa.

Mengunjungi pasar Atena, Socrates menarik sekelompok pemuda untuk bergabung

dengannya mendiskusikan beberapa masalah secara kritis, misalnya agama, politik, moral,

dan estetika. Tetapi sebagai kritik sosial, Socrates membuat perlawanan kuat. Kemudian,

seperti sekarang, beberapa orang, termasuk di tempat-tempat tinggi, takut bahwa berpikir

kritis akan menantang status quo dan menyebabkan kerusuhan. Pada 399 SM, setelah dituduh

Page 21: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

19

melakukan tindakan tidak menghormati para dewa dan merusak pemuda Athena, Socrates

dijatuhi hukuman mati, dan ia menolak untuk melarikan diri.

PLATO: KEBENARAN DAN NILAI ABADI

Realita sebagai Universal, Ide abadi. Plato adalah murid Sokrates (427-346 SM)

mengikuti jalan pendidikan mentornya. Plato mendirikan Akademi, sebuah sekolah filsafat,

pada 387 SM. Dia menulis Protagoras, wacana kebajikan, Republik dan Hukum, risalah

tentang politik, hukum, dan pendidikan. Menolak relativisme kaum Sofis, Plato berpendapat

bahwa realitas ada di dunia yang tidak berubah dari ide sempurna-konsep-konsep universal

seperti kebenaran, kebaikan, keadilan, dan keindahan. Contoh individu dari konsep-konsep

ini, sebagaimana ia muncul dalam pikiran kita, hanyalah ketidaksempurnaan representasi dari

konsep universal dan abadi yang berada dalam sebuah ide mutlak, Bentuk yang Baik. Filsafat

Plato adalah awal dari Idealisme, yang dibahas dalam bab Akar Filosofis Pendidikan.

Reminiscence. Teori Plato tentang pengetahuan disebut reminiscence, suatu proses

dimana individu mengingat kembali ide-ide yang ada, tetapi tersembunyi dalam pikirannya.

Reminiscence menyiratkan bahwa jiwa manusia, sebelum lahir, telah hidup dalam dunia

spiritual, sumber semua kebenaran dan pengetahuan. Saat lahir, ide-ide bawaan ditekan

dalam pikiran alam bawah sadar seseorang. Bagi Plato, pembelajaran berarti bahwa

menemukan kembali atau mengingat kembali ide-ide sempurna itu.

Universal versus Relatif. Para pendukung kebenaran universal dan nilai-nilai seperti

Plato menegaskan bahwa pengetahuan asli adalah intelektual, tidak berubah, dan abadi,

bukan relatif dan sensorik. Karena apa yang benar selalu benar, pendidikan juga harus

bersifat universal dan tidak berubah. Perdebatan tentang teori ini disajikan dalam kotak

Taking Issue.

Masyarakat Ideal Plato

Republik. Dalam Republik Plato, filsuf memproyeksikan rencana untuk masyarakat

yang sempurna yang diperintah oleh filsuf-raja, elit intelektual. Meskipun negera utopia

Plato tidak pernah dilaksanakan, ide-idenya dimanfaatkan dalam menggambarkan suatu versi

ideal jenis pendidikan tertentu. Republik membagi penduduk menjadi tiga kelas: (1) filsuf-

raja, atau penguasa intelektual; (2) organisasi pelengkap, atau pejuang militer; dan (3) para

Page 22: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

20

pekerja, yang menghasilkan barang dan menyediakan jasa. Kapasitas intelektual seseorang

akan menentukan tugas kelas nya. Mirip dengan mereka yang berpendapat, hari ini, bahwa

hasil tes dapat menentukan jenis pendidikan yang harus diterima seseorang, para pendidik di

Republik Plato mengelompokkan orang kedalam suatu kelompok berdasarkan kemampuan

intelektual mereka dan mendidik atau melatihny berdasarkan hal itu pula. Sebaliknya, kaum

Sofis berpendapat bahwa mereka bisa mendidik siapa saja yang mempelajari metode mereka.

Hubungan Pendidikan dan Peran Sosial. Setelah didikelompokkan kedalam kelas,

individu di Republik akan menerima pendidikan atau pelatihan yang mereka butuhkan untuk

melakukan tindakan tertentu, baik sosial, politik, dan ekonomi. Filsuf-raja, dididik untuk

kepemimpinan, juga bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kemampuan intelektual

generasi berikutnya dan menyiapkan mereka untuk peran yang ditakdirkan untuk mereka.

Kelas kedua, prajurit, dianggap lebih berani dibanding intelektual, akan dilatih untuk

mematuhi perintah dari filsuf-raja dan membela Republik dari serangan musuh-musuhnya.

Kelas ketiga dan merupakan kelas terbesar, para pekerja, akan dilatih sebagai petani dan

pengrajin. Dengan jalur pendidikan tertentu untuk masing-masing kelas, Republik

mempersiapkan anggotanya untuk fungsi tertentu, yang pada gilirannya berkontribusi

terhadap keadilan, yang didefinisikan Plato sebagai masyarakat yang harmonis dan berfungsi

efektif. Keadaan saat ini, pengelompokan siswa secara homogen di sekolah berarti

merencanakan penjaringan seperti Plato, mengkondisikan situasi kelas yang ada, bukan

mendorong mobilitas sosial.

Pendidikan untuk Perempuan. Berbeda dengan kebanyakan laki-laki Athena, Plato

berpendapat bahwa wanita memiliki intelektual yang sama seperti laki-laki dan harus

menikmati hak pendidikan dan tanggung jawab sipil yang sama dengan laki-laki. Wanita

yang memiliki kemampuan kognitif tinggi bisa menjadi anggota elit filosofis yang berkuasa;

yang lainnya yang memiliki intelektual lebih rendah akan diturunkan peringkatnya. Sama

halnya dengan laki-laki, perempuan akan menerima pendidikan atau pelatihan yang sesuai

dengan kemampuan mereka dan pekerjaan yang ditakdirkan untuk mereka.

Kurikulum Plato

Taman Kanan-kanak Negara. Tujuan pendidikan Plato di Republik adalah untuk

mempertahankan struktur kelas yang ada dan mencegah perubahan yang akan mengganggu

Page 23: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

21

harmoni sosial. Kurikulumnya sesuai dengan tujuan pendidikan dari hirarki, bukan egaliter

masyarakat. Khawatir bahwa orang tua akan menyampaikan ketidaktahuan dan prasangka

mereka kepada anak-anak, Plato ingin anak-anak dibesarkan oleh para ahli pada pendidikan

awal. Anak-anak, dipisahkan dari orang tua mereka, akan tinggal di asrama kanak-kanak

negara dimana mereka belajar nilai moral positif.

Kurikulun Dasar Plato. Dari usia 6-18, anak-anak dan remaja ke sekolah untuk

belajar musik dan senam. "Musik" didefinisikan secara luas termasuk membaca, menulis,

literatur, aritmatika, paduan suara, dan menari. Setelah menguasai membaca dan menulis,

siswa akan membaca klasik yang disetujui. Plato, yang dipercaya untuk melakukan sensor,

berpikir bahwa orang-orang muda hanya boleh membaca puisi-puisi tertentu yang dipilih

secara resmi dan cerita yang mencontohkan kebenaran, ketaatan kepada otoritas, keberanian,

dan kontrol emosi. Setelah menguasai matematika dasar, siswa belajar geometri dan

astronomi, yang membutuhkan kemampuan berpikir abstrak tingkat tinggi. Senam, berguna

untuk pelatihan militer, termasuk bertahan, panahan, lempar lembing, dan menunggang kuda,

yang mengembangkan koordinasi fisik dan ketangkasan.

Pendidikan Tinggi. Dari usia 18-20, siswa memperoleh pelatihan fisik yang intensif

dan militer. Pada umur dua puluh, calon filsuf-raja masa depan akan dipilih untuk mengikuti

pendidikan tinggi tambahan selama sepuluh tahun untuk materi yang lebih abstrak dan

matematika lanjutan, geometri, astronomi, musik, dan ilmu pengetahuan. Pada usia tiga

puluh, kelompok yang kurang intelektual akan menjadi PNS; sedangkan yang sangat

intelektual akan terus melanjutkan studi filosofis tinggi metafisika, mencari prinsip-prinsip

yang menjelaskan realitas tertinggi. Ketika studi mereka selesai, ia menjadi filsuf-raja akan

memerintah Republik. Pada usia lima puluh, filsuf-raja akan menjadi tetua Negarawan di

Republik.

ARISTOTELES: PENANAMAN RASIONALITAS

Murid Plato adalah Aristoteles (384-322 SM), guru Alexander yang Agung,

mendirikan Lyceum, sekolah filsafat Athena. Dia menulis secara ekstensif dalam bidang

fisika, astronomi, zoologi, botani, logika, etika, dan metafisika. Etika Nicomachean dan

Politik mempelajari pendidikan dalam kaitannya dengan masyarakat dan pemerintahan. Etika

Page 24: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

22

Aristoteles menekankan nilai memimpin kehidupan yang terintegrasi dan hidup harmonis

yang mengambil kursus moderat tengah, menghindari hal-hal ekstrem.

Tujuan Realitas. Berbeda dengan mentornya, Plato, yang percaya bahwa realitas ada

di ranah ide semata, Aristoteles menyatakan bahwa realitas ada secara obyektif. Dimana

Plato mencetuskan filsafat idealisme, Aristoteles mencetuskan filsafat realisme. Sementara

realisme Aristoteles berusaha mempersiapkan peserta didik untuk hidup dengan menekankan

realitas objektif, idealisme Plato mendorong pelajar untuk tujuan dunia yang lebih baik dan

lebih tinggi yang tidak terjangkau indra (keduanya, idealisme dan realisme dibahas dalam

bab akar filosofis pendidikan).

Aristoteles mencatat bahwa benda-benda ada di luar pikiran kita, tetapi percaya

bahwa, melaui sensasi dan abstraksi, kita dapat memperoleh pengetahuan tentang hal

tersebut. Aristoteles menegaskan bahwa manusia memiliki akal-kekuatan untuk berpikir dan

bernalar. Sebagai makhluk rasional, mereka memiliki potensi untuk mengetahui dan hidup

sesuai dengan hukum- hukum yang mengatur alam semesta.

Sensasi sebagai Awal Pengetahuan. Bagi Aristoteles, pengetahuan dimulai dengan

suatu sensasi dari benda-benda di lingkungan. Dengan abstrak penting obyek dari informasi

sensorik ini, membentuk konsep umum tentang objek. Penekanan Aristotelian pada

pengalaman indrawi sebagai awal mengetahui dan instruksi yang kemudian ditekankan oleh

pendidik pada abad ke-18 dan ke-19 seperti Pestalozzi.

Aristoteles tentang Pendidikan

Pendidikan untuk Menumbuhkan Rasionalitas. Dalam Politik, Aristoteles

berpendapat bahwa kebaikan, atau dalam hal sosial, masyarakat tergantung pada rasionalitas

warganya. Tujuan pendidikan adalah untuk menumbuhkan pendidikan yang bebas, orang

yang rasional bisa menggunakan nalar mereka untuk membuat keputusan dan untuk

memerintah dalam masyarakat. Aristoteles membedakan pendidikan liberal dengan pelatihan

teknis atau kejuruan. Ia mempercayai bahwa seni liberal memperluas wawasan seseorang,

kesadaran, dan pilihan, sedangkan pelatihan kejuruan terbatas pada pembelajaran

keterampilan tertentu. Perdebatan kontemporer antara seni liberal dan pendidik sering

merefleksikan masalah yang sama dalam debate Aristoteles dan filsuf Yunani lainnya, dan

Page 25: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

23

sebagai guru Anda mungkin mengalami masalah yang sama ketika siswa bertanya mengapa

mereka harus belajar sesuatu yang mereka yakin mereka tidak akan pernah

menggunakannya. Apa alasan Anda untuk mengajarkan keterampilan dan mata pelajaran

tertentu tetapi tidak yang lain? Bagaimana kita tahu pengetahuan dan keterampilan apa yang

akan kita gunakan di masa depan?

Kurikulum Aristoteles. Aristoteles merekomendasikan wajib belajar. Sekolah bayi

berupa kegiatan bermain, aktivitas fisik, dan cerita kepahlawanan dan moral. Anak-anak usia

7-14 tahun belajar membaca, menulis, berhitung dan kebiasaan moral yang tepat untuk

mempersiapkan mereka studi masa depan dalam seni liberal dan ilmu pengetahuan.

Kurikulum ini juga termasuk senam dan musik untuk mengembangkan ketangkasan fisik dan

sensitifitas emosional. Usia 15-21 tahun, pemuda mempelajari konsep pendidikan liberal

Yunani- matematika, geometri, astronomi, tata bahasa, sastra, puisi, retorika, etika, dan

politik. Pada usia 21 tahun, siswa akan beralih ke mata pelajaran tingkat lanjut, seperti fisika,

kosmologi, biologi, psikologi, logika, dan metafisika. Aristoteles, seperti Plato, percaya

bahwa setiap tahapan pendidikan harus mengarah dan mempersiapkan siswa untuk tahap

berikutnya yang lebih tinggi. Kemudian, Dewey dan progresif lainnya menyerang doktrin

pendidikan sebagai persiapan, dengan alasan bahwa siswa harus mengejar kepentingan

mereka dan memecahkan masalah mereka. Apakah kamu berpikir tujuan pendidikan adalah

untuk mempersiapkan untuk studi masa depan atau untuk memecahkan masalah yang ada

dalam kehidupan seseorang?

Peran Terbatas bagi Perempuan. Mempercayai perempuan secara intelektual lebih

rendah dari laki-laki, Aristoteles hanya memperhatikan pendidikan laki-laki. Perempuan

muda dilatih untuk melakukan tugas rumah tangga dan membesarkan anak yang diperlukan

untuk peran masa depan mereka sebagai istri dan ibu.

Teori Pengetahuan Aristoteles

Ilmu Pengetahuan sebagai Konsep Berdasarkan Objek. Aristoteles, seorang

Realis, berbeda dengan Plato, seorang Idealis, bahwa pengetahuan timbul dari ketahuan kita

tentang obyek dan bukan dari ide yang sudah ada sebelumnya. Pengetahuan, dalam

kurikulum sekolah, berfokus pada mengklasifikasikan objek kedalam mata pelajaran.

Page 26: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

24

Misalnya, jika Anda mengajar botani menurut metode Aristoteles, Anda bisa mengajarkan

tentang pohon sebagai kelas, kategori umum dalam realitas botani, dan juga tentang pohon

tertentu yang merupakan anggota individual kelas.

Pengaruh Abadi Aristoteles. Tujuan utama sekolah Aristotelian adalah untuk

mengembangkan rasionalitas masing-masing siswa. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah

harus menawarkan subjek kurikulum-materi yang ditentukan berdasarkan keilmiahan dan

disiplin keilmuan. Dalam persiapan calon guru mereka, guru perlu memperoleh pengetahuan

ahli mata pelajaran dan belajar metode yang diperlukan untuk memotivasi siswa dan

mentransfer pengetahuan kepada siswa. Filsafat Aristoteles berpengaruh besar dalam

pendidikan barat. Seiring dengan doktrin Kristen, itu menjadi dasar pendidikan abad

pertengahan, yang akan dibahas kemudian dalam bab ini, dan Realisme dan Perennialisme,

dibahas dalam bab tentang akar filosofis Pendidikan.

ISOKRATES: ORATORIUM DAN RETORIKA

Retirisian Yunani Isokrates (436-388 SM) signifikan untuk pengembangan teori

pendidikan, yang menekankan pengetahuan dan kemampuan retorika. Menjelaskan metode

pengajarannya dalam Against the Sophist, Isokrates mengarahkan jalan tengah antara Sofis

dan Plato.

Penekanan pada Retorika. Isokrates mengidentifikasi tujuan utama pendidikan

sebagai persiapan berpikir jernih, rasional, kejujuran, dan negarawan yang dapat dipercaya.

Masyarakat yang baik, ia percaya, memerlukan pendidikan untuk para pemimpin berbudi

dan efektif. Studi liberal, Isokrates menyatakan bahwa retorika, didefinisikan sebagai

ekspresi rasional pemikiran, sangat penting dalam pendidikan para pemimpin politik.

Pendidikan retorika harus menggabungkan seni dan ilmu pengetahuan dengan keterampilan

komunikasi yang efektif. Menentang penekanan Sofis pada keterampilan hubungan

masyarakat dan mempengaruhi masyarakat, Isokrates menyatakan tujuan retorika sebagai

perdebatan untuk kebijakan yang baik yang benar-benar memajukan kesejahteraan

masyarakat. Siswa Isokrates, yang menghadiri sekolah selama empat tahun, belajar retorika,

politik, sejarah, dan etika. Mereka menganalisis dan meniru Model orasi dan mempraktekkan

berbicara di depan umum. Sebagai guru dan mentor, Isokrates percaya bahwa ia bertanggung

Page 27: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

25

jawab untuk mempengaruhi siswa dengan demonstrasi pengetahuannya, keterampilan

berbicara, dan perilaku etis.

Keseimbangan Plato dan Sofis. Meskipun Isokrates menentang kaum Sofis, ia juga

menolak Plato bahwa pendidikan hanya berupa teoritis dan abstrak. Bagi Isokrates,

kontribusi pendidikan untuk pelayanan publik dipandu oleh pengetahuan. Isokrates

mempengaruhi tradisi retorika dalam pendidikan: khususnya, teori pendidikan Quintilian

Romawi. Dengan mengenali dimensi humanistik retorika, Isokrates juga berkontribusi

terhadap pendidikan liberal yang ideal.

Transmisi filsafat Plato, Aristoteles, dan Isokrates ke Roma dan kemudian ke budaya

Barat menggambarkan pergerakan ide pendidikan dari tempat dan waktu asal mereka ke

tempat dan periode sejarah lain.

PENDIDIKAN DI ROMA KUNO

Sementara budaya Yunani dan pendidikan berkembang di Mediterania timur, orang-

orang Romawi mengkonsolidasikan posisi politik mereka di semenanjung Italia dan

kemudian menaklukkan seluruh wilayah Mediterania. Ketika Roma tumbuh dari Republik

kecil menjadi kerajaan besar, orang-orang Romawi disibukkan dengan perang dan politik.

Setelah mereka menjadi kekuatan kekaisaran, mereka berkonsentrasi pada administrasi,

hukum, dan diplomasi yang diperlukan untuk mempertahankan kerajaan mereka. Sedangkan

Yunani memperdebatkan masalah filosofis, orang-orang Romawi berkonsentrasi pada

mendidik praktisi politik, mampu melakukan administrasi, dan mampu hal-hal umum.

Hukum Romawi, terdiri dari 12 tabel, dikembangkan menjadi sistem hukum yang

dirancang luas untuk menyelesaikan perselisihan hak properti dan kepemilikan yang

dijadikan sebagai dasar untuk hukum Barat. Sangat terampil dalam arsitektur dan teknik,

orang Romawi membangun jaringan jalan yang luas yang memfasilitasi perdagangan dan

pergerakan cepat pasukan militer mereka di seluruh kekaisaran. Mereka membangun sistem

saluran air yang membawa air segar dari pegunungan ke Roma dan kota-kota lainnya.

Mereka mengembangkan desain arsitektur yang menggunakan lengkungan dan kolom untuk

mendukung kuil dan bangunan umum.

Akses Pendidikan. Seperti di Yunani kuno, hanya sebagian kecil dari Roma yang

secara resmi berpendidikan. Sekolah hanya dihadiri oleh laki-laki yang mampu membayar

Page 28: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

26

uang sekolah. Sedangkan perempuan muda kelas atas sering belajar membaca dan menulis di

rumah atau diajarkan oleh tutor, anak laki-laki dari keluarga-keluarga ini menghadiri Ludus,

sekolah dasar, dan kemudian sekolah menengah diajarkan oleh guru tata bahasa Latin dan

Yunani. Anak laki- laki dikawal ke sekolah oleh budak Yunani terdidik, disebut pendidik,

dimana kata pedagogi, yang berarti seni instruksi, yang dikembangkan.

Orator Ideal. Pendidikan Roma yang ideal dibuktikan dalam orator. Orator Romawi

yang ideal adalah orang berpendidikan yang secara luas dan bebas hidup di masyarakat-

senator, pengacara, guru, pegawai pemerintah, dan politisi. Untuk menguji orator ideal

orang-orang Romawi, kita beralih ke Quintilian.

Quintilian: Penguasa Oratori

Instruksi Berdasarkan Tahap Perkembangan. Marcus Fabius Quintilianus (35-95

M), atau Quintilian, adalah salah satu dari kekaisaran Roma yang paling diakui rhetoricians.

Kaisar menunjuk dia sebagai kursi pertama retorika Latin.

Institutio Oratoria para Quintilian, sebuah risalah pendidikan yang sistematis,

membahas (1) persiapan pendidikan untuk mempelajari retorika, (2) teori retorika dan

pendidikan, dan (3) praktek berbicara di depan umum atau deklamasi. Quintilian

menekankan perlu instruksi dasar pada kesiapan dan tahap perkembangan pelajar.

Mengantisipasi persiapan calon guru modern, ia mengakui pentingnya perbedaan individu

siswa, menyarankan agar instruksi sesuai dengan kesiapan dan kemampuan siswa, dan

mendesak guru memotivasi siswa dengan cara membuat pelajaran menarik dan

menyenangkan.

Quintilian mengembangkan versi awal pembelajaran berbasis tahapan yang

berhubungan dengan pola perkembangan manusia. Dia mengakui pentingnya anak usia dini

dalam membentuk pola perilaku dewasa. Untuk tahap pertama, dari lahir sampai usia 7

tahun, ketika anak-anak berusaha secara impulsif untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan mereka, ia menyarankan orang tua untuk memilih perawat terlatih dan pandai

bicara, pendidik, dan sahabat bagi anak-anak mereka.

Membaca dan Menulis. Pada tahap kedua pendidikan Quintilian, umur 7-14 tahun,

anak harus belajar dari pengalaman akal, membentuk ide-ide yang jelas, dan melatih

Page 29: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

27

ingatannya. Dia belajar menulis bahasa yang ia bisa ucapkan. Guru utama, atau litterator,

yang mengajarkan membaca dan menulis dalam Ludus, harus memiliki karakter yang layak

dan kompetensi mengajar. Instruksi dalam membaca dan menulis harus lambat dan

menyeluruh, anak-anak belajar alfabet dengan menelusuri satu set huruf gading. Seperti

pendidik Maria Montessori berabad-abad kemudian, Quintilian menyarankan bahwa anak-

anak belajar menulis dengan menelusuri garis huruf. Mengantisipasi pendidikan modern, ia

mendesak bahwa sekolah memasukkan istirahat untuk permainan dan rekreasi sehingga

siswa bisa menyegarkan diri dan memperbaharui energi mereka.

Belajar Seni Liberal. Untuk tahap ketiga pendidikan, usia 14-17 tahun, Quintilian

menekankan seni liberal. Secara dua bahasa dan dua budaya, siswa belajar tata bahasa,

sastra, sejarah, dan mitologi Yunani dan Latin. Siswa juga belajar musik, geometri,

astronomi, dan senam.

Belajar Retorika. Calon orator melakukan studi retorika, tahap keempat, dari usia

17-21 tahun. Di bawah kategori studi retoris, Quintilian memasukkan drama, puisi, hukum,

filsafat, berbicara di depan umum, deklamasi, dan debat. Deklamasi-latihan berbicara

sistematis-yang sangat penting. Setelah siap dengan baik, orator pemula berbicara kepada

khalayak umum di forum dan kemudian melanjutkan menguasai retorika untuk ahli kritik.

Guru mengoreksi kesalahan siswa dengan otoritas tetapi juga dengan kesabaran,

kebijaksanaan, dan pertimbangan. Program Quintilian tentang studi retorika menyerupai

pendidikan calon guru kontemporer. Praktek orasi seperti praktek mengajar. Supervisor yang

menilai keterampilan kelas guru menyerupai master retorika yang mengkritik kemampuan

berbicara orator pemula.

KONTRIBUSI YUNANI DAN ROMAWI TERHADAP PENDIDIKAN BARAT

Seni liberal. Budaya dan pendidikan barat mewarisi warisan yang kaya dari Yunani

kuno dan Roma. Banyak dari struktur budaya dan pendidikan yang berbentuk peradaban

Barat dikembangkan pada arena meraka. Percaya bahwa mungkin untuk menumbuhkan

keunggulan manusia, orang Yunani dan Romawi memberi pendidikan sebagai peranan

penting dalam mempromosikan kesejahteraan politik suatu masyarakat. Beberapa praktisi

pendidikan Yunani-Romawi, bagaimanapun, termasuk didalamnya perbedaan antara

Page 30: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

28

pendidikan liberal dan pelatihan kejuruan, telah menyebabkan kontroversi kurikuler

berlangsung sepanjang sejarah pendidikan Barat.

Banyak ide-ide yang berasal dari orang Yunani dan Romawi mempengaruhi ulama

Arab, yang memelihara dan menginterpretasikannya. Ketika orang-orang Eropa menerima

beasiswa Arab, ide-ide ini ditransmisikan kembali ke Eropa dan kemudian untuk budaya

Amerika.

ISLAM, PEMBELAJARAN BAHASA ARAB, DAN PENDIDIKAN

Muhammad, Al-Quran. Peradaban Islam, yang berasal dari orang-orang Arab,

menjadi budaya global dan gaya pendidikan melalui kemampuannya untuk menyerap,

menafsirkan, dan mentransfer pengetahuan dari satu wilayah dunia ke yang lainnya. Asal-

usul budaya Islam dimulai dengan Muhammad (569-632 M), seorang pembaharu dan dai

agama Arab, yang dihormati oleh para pengikutnya sebagai yang terakhir dan yang paling

penting dari para nabi Tuhan. Mohammad memulai misi agamanya di Saudi, di Mekah, di

610, di mana ia berkhotbah perlunya iman, doa, pertobatan dan kehidupan dengan nilai-nilai

moral. Disebut keyakinan Islam, sebuah agama baru, dengan kitab suci, Al-Quran, atau

Qur'an. Seperti Yahudi dan Kristen, Islam, merupakan agama monoteistik, mengakui

keberadaan satu Tuhan, Pencipta alam semesta.

Ditulis dalam bahasa Arab, Al-Quran menetapkan rukun iman dan ketaatan agama.

Shalat yang harus dilakukan lima kali setiap hari saat fajar, siang, pertengahan siang hari,

saat matahari terbenam, dan malam. Al-Quran memerintahkan umat Islam untuk memberi

kepada orang miskin. Setiap tahun, di bulan Ramadhan, puasa dari makanan, minuman, dan

hubungan seksual yang dilakukan dari fajar sampai matahari terbenam. Pergi ke Mekah-Haji-

merupakan kewajiban bagi mereka yang secara fisik dan secara finansial mampu

melakukannya.

Sekarang ini, Islam adalah agama yang penganutnya seperdelapan dari populasi

dunia. Ini merupakan agama dominan di negara-negara Arab di Timur Tengah dan Afrika

Utara, dan pengaruhnya yang meluas ke Indonesia, Malaysia, dan Pakistan, serta negara-

negara lainnya di Asia. Selain itu, Muslim, penganut Islam, hidup di negara-negara di

seluruh dunia, walaupun sering sebagai minoritas.

Page 31: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

29

Pada 661 M, pasukan Arab menduduki dan mengukuhkan Islam sebagai agama resmi

di Palestina, Suriah, Persia, dan Mesir. Kota-kota seperti Baghdad, Kairo, Damaskus, dan

Cordoba dikenal sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan Islam. Baghdad, khususnya,

pusat pendidikan terkemuka, menarik para sarjana Arab, Yunani, Persia, dan Yahudi.

Pengikut Muhammad meluaskan pengaruh Islam melalui penaklukan dan konversi.

Setelah penaklukan mereka di Afrika Utara, orang-orang Arab menguasai Spanyol. Di sini,

orang-orang Islam Arab dan Kristen Barat tidak hanya berjuang untuk kekuasaan dan

wilayah tetapi juga meminjam ide dari setiap yang lainnya. Selama periode Moorish,

Cordoba, dengan populasi 500.000 orang, 700 masjid, dan 70 perpustakaan, menjadi pusat

pendidikan dan budaya terkemuka. Islam, atau Moorish, kerajaan Spanyol bertahan sampai

1492, ketika mereka ditaklukkan oleh tentara Kristen Spanyol.

Ulama Islam menerjemahkan teks dari penulis Yunani kuno terkemuka seperti

Aristoteles, Euclid, Archimedes, dan Hippocrates kedalam bahasa Arab. Karya yang

diterjemahkan menjadi penting dalam pendidikan Islam dan, melalui kontak antara orang-

orang Arab dan Eropa, yang diperkenalkan kembali ke pendidikan Barat. Secara khusus,

Ibnu Rusyd, atau Averroes (1126-1198) menulis komentar penting pada Aristoteles yang

mempengaruhi pendidik skolastik orang-orang Eropa abad pertengahan.

Ulama Islam telah memberikan kontribusi untuk astronomi, matematika, dan

kedokteran. Dalam matematika, ulama Arab mengadopsi sistem nomor dari India tetapi

membuat penambahan penting dari nol. Inovasi ini memungkinkan untuk mengganti sistem

penomoran Latin yang rumit.

Dalam masyarakat global dan ekonomi abad ke-21, ada peningkatan interaksi antara

masyarakat Arab dan Islam dan Eropa dan Amerika. Jumlah orang Arab dan Islam telah

meningkat di banyak negara Eropa seperti Perancis, Inggris, dan Italia, serta di Amerika

Serikat. Beberapa interaksi ini telah ditutupi oleh kecurigaan dan permusuhan karena

serangan teroris, seperti serangan 9/11, dan perang di Irak. Namun, ada juga interaksi positif

di luar negeri dan di Amerika Serikat, di mana telah ada upaya dialog dan saling pengertian,

khususnya melalui program pendidikan multikultural. Sekarang ini, banyak orang Amerika

belajar lebih banyak tentang peradaban Arab dan Islam. Banyak sekolah dan perguruan

tinggi Amerika sekarang memasukkan unit dan kursus budaya Arab dan agama Islam.

Page 32: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

30

PENDIDIKAN DAN BUDAYA ABAD PERTENGAHAN

Kemunduran dan Kebangkitan dalam Pembelajaran. Sejarawan menunjuk

periode waktu antara jatuhnya Roma dan kebangkitan kembali (500-1400 M) sebagai Abad

Pertengahan, atau periode abad pertengahan, dalam jangka waktu antara akhir era klasik

Yunani-Romawi dan awal periode modern. Periode abad pertengahan ditandai oleh

penurunan dalam pembelajaran dan kebangkitannya kembali oleh pendidik skolastik.

Lembaga Belajar. Setelah Kekaisaran Romawi di barat runtuh, Gereja Katolik Roma

dipimpin oleh Paus di Roma mengisi sebagian kekosongan dalam bidang politik, budaya, dan

pendidikan. Pendidikan dasar formal Eropa jatuh ke gereja pada jemaah gereja, chantry

(musik liturgi), dan sekolah monastik. Pada tingkat menengah, kedua sekolah monastik dan

katedral (yang dilakukan oleh uskup) menawarkan kurikulum keagamaan dan seni liberal.

Beberapa universitas seperti Paris, Bologna, Salerno, Oxford, dan Cambridge menyediakan

pendidikan tinggi dan pendidikan profesi dalam bidang teologi, hukum, dan kedokteran.

Kelompok pedagang dan pengrajin juga mendirikan sekolah kejuruan untuk melatih keahlian

mereka dalam perdagangan tertentu. Ksatria, bangsawan militer, mempelajari taktik

pertempuran dan kode kesatria.

Akses Sekolah. Seperti pada awal era Yunani dan Romawi, kelas dan jenis kelamin

membatasi sekolah hanya untuk sebagian kecil. Mayoritas siswa laki-laki belajar untuk karir

keagamaan sebagai pendeta atau biarawan. Kebanyakan budak, biasanya buta huruf, bekerja

sebagai buruh tani di perkebunan feodal.

Pendidikan Perempuan Kelas Menengah. Pendidikan perempuan di masyarakat

abad pertengahan bervariasi sesuai dengan kelas sosial ekonomi mereka. Meskipun Kristen

abad pertengahan menekankan kesetaraan spiritual perempuan dan sifat sakramental

pernikahan, perempuan masih diasingkan ke peran gender tradisional yang telah ditentukan.

Perempuan muda kelas budak dan petani belajar tugas rumah tangga dan membesarkan anak

dengan meniru ibu mereka. Perempuan dari kelas atas belajar peran sesuai dengan kode

ksatria, yang berarti mengelola kehidupan rumah tangga istana atau rumah bangsawan.

komunitas agama Gereja memberikan kesempatan pendidikan bagi beberapa wanita.

Komunitas biara, seperti biara, memiliki perpustakaan dan sekolah untuk mempersiapkan

biarawati mengikuti aturan agama dari komunitas mereka. Meskipun keterbatasan ini

Page 33: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

31

mungkin untuk pendidikan perempuan, sekolah dan universitas abad pertengahan yang

disediakan untuk laki-laki, menjamin dominasi sosial laki-laki.

Hildegard dari Bingen. Hildegard dari Bingen (1098-1179 M), seorang ilmuwan

kondang, dididik sebagai seorang biarawati dalam aturan Benediktin. (Dalam Gereja Katolik,

perintah agama disebut setelah pendiri mereka; misalnya, Benediktin mengikuti aturan yang

ditetapkan oleh St.Benediktus) Hildegard adalah kepala biara, atau unggul, dari sebuah biara

Benedictine di Jerman, dimana dia mengarahkan kondisi agama dan pendidikan para

biarawati. Seorang sarjana, guru, penulis, dan komposer, Hildegard, seperti kebanyakan

pendidik abad pertengahan, mengikuti bingkai acuan agama Kristen. Dia menulis The Ways

of God dan The Book of Divine Works untuk memandu perkembangan spiritual perempuan

dalam komunitasnya. Seorang pendidik serbaguna, Hildegard menciptakan himne

keagamaan dan menulis traktat medis tentang penyebab, gejala, dan cara perawatan penyakit.

AQUINAS:PENDIDIKAN SKOLASTIK

Kombinasi Keyakinan dan Penalaran. Pada abad ke-11, pendidik abad

pertengahan telah mengembangkan SKOLASTIK-sebuah metode beasiswa dan

pembelajaran teologis dan filosofis. Skolastik mengacu pada kitab suci dan ajaran keyakinan

Kristen dan penalaran manusia, terutama filsafat Aristoteles, sebagai sumber pelengkap

kebenaran. Skolastik percaya bahwa Bible dan ajaran Gereja menyampaikan kebenaran

supranatural. Pikiran manusia bisa menyimpulkan prinsip-prinsip alam bahwa, ketika

diterangi oleh keyakinan, mengarahkan pada kebenaran.

Menghubungkan kitab dengan penalaran Yunani. Filsafat skolastik dan

pendidikan mencapai puncaknya di Summa Theologiae oleh Saint Thomas Aquinas (1225-

1274), seorang teolog Dominika di Universitas Paris. Aquinas berusaha untuk mendamaikan

pihak berwenang-yaitu, untuk menghubungkan ajaran Kristen dengan filsafat Yunani

Aristoteles. Aquinas menggunakan keyakinan dan penalaran untuk menjawab pertanyaan

dasar konsep Kristen tentang Tuhan, sifat manusia dan alam semesta, dan hubungan antara

Tuhan dan manusia. Bagi Aquinas, manusia memiliki tubuh fisik dan jiwa spiritual.

Meskipun mereka hidup sementara di Bumi, tujuan utama mereka adalah untuk memperoleh

keabadian dengan Tuhan di surga. Aquinas setuju dengan Aristoteles bahwa pengetahuan

manusia dimulai dalam sensasi dan dilengkapi dengan konseptualisasi.

Page 34: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

32

Dalam de Magistro (Mengenai Guru), Aquinas menggambarkan pekerjaan guru

sebagai kombinasi anatara keyakinan, cinta, dan pembelajaran. Guru harus menjadi sarjana

yang kontemplatif dan reflektif, ahli dalam mata pelajaran mereka, instruktur yang aktif dan

terampil, dan pecinta kemanusiaan. Ide Aquinas menyarankan kepada kita sekarang bahwa

calon guru, seperti halnya semua guru, harus memiliki pekerjaan, atau panggilan untuk

mengajar, dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang materi pelajaran mereka. Dia

juga menekankan perlunya guru untuk merefleksikan pengajaran mereka untuk menemukan

makna yang lebih dalam dari apa yang mereka lakukan di dalam kelas.

Disiplin Mata Pelajaran dan Materi. Guru skolastik merupakan pendeta, atau

anggota komunitas agama, yang mengajar di sekolah pemerintah dan dilindungi oleh gereja.

Mengikuti tradisi seni liberal Yunani-Romawi, kurikulum diselenggarakan kedalam mata

pelajaran formal. Misalnya, pada pendidikan tinggi disiplin mata pelajarannya yaitu logika,

matematika, alam dan filsafat moral, metafisika, dan teologi. Dalam pengajarannya,

Skolastik menggunakan silogisme- enalaran deduktif-untuk membuat oraganisasi

pengetahuan. Mereka menekankan prinsip dasar dan implikasinya. Selain pendidikan formal,

Aquinas mengakui pentingnya pendidikan informal melalui keluarga, teman, dan lingkungan.

Filsafat Aquinas, disebut Thomisme, telah mempengaruhi pendidikan di sekolah Katolik,

dimana ia berfungsi sebagai dasar sekolah-keyakinan komunitas. Di Amerika Serikat,

sekolah-sekolah Katolik adalah sistem sekolah non publik terbesar, terdaftar sebanyak

2.270.000 siswa, atau 44,4 persen dari seluruh pendaftar sekolah swasta. Thomisme juga

mempengaruhi humanis seperti Robert Hutchins, Jacques Maritain, dan Mortimer Adler,

yang dibahas dalam bab tentang Akar Filsafat Pendidikan.

KONTRIBUSI ABAD PERTENGAHAN TERHADAP PENDIDIKAN BARAT

Menjaga dan Menginstitusionalkan Pengetahuan. Pendidik abad pertengahan

mencatat, menjaga, dan mewariskan pengetahuan dengan menghadirkannya dalam kerangka

skolastik berdasarkan agama Kristen dan filsafat Aristoteles. Sekolah dan universitas Paroki,

biara, dan katedral semuanya mentransmisikan pengetahuan sebagai subyek terorganisir.

Periode abad pertengahan membentuk jembatan budaya antara pendidikan klasik Yunani-

Romawi dan pendidikan modern.

Page 35: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

33

HUMANISME KLASIK RENAISSANCE

Kembali Mempertahankan Aspek Humanistik Klasik. Renaissance, masa transisi

antara abad pertengahan dan modern, Dimulai pada abad ke-14 dan mencapai puncaknya

abad ke-15. Ditandai oleh penekanan kembali aspek humanistik dari Yunani dan Latin

klasik. Seperti skolastik abad pertengahan, pendidik Renaissance, disebut humanis klasik,

melihat ke masa lalu bukan masa depan. Berbeda dengan skolastik, bagaimanapun, humanis

klasik mendasari pengajaran mereka lebih pada literatur dari pada teologi.

Humanisme Klasik di Italia. Di Italia, pusat seni dan sastra dari Renaissance,

humanis melihat diri mereka sebagai kritikus dan penjaga pengetahuan. Dante, Petrarch, dan

Boccaccio, penulis hebat dari usia mereka, menulis dalam bahasa Italia bukan dalam bahasa

Latin. Bangsawan Italia mendirikan sekolah humanis untuk mendidik anak-anak mereka

kembali pada pengajaran klasik.

Anggota Istana sebagai Contoh. Berdasarkan studi mereka terhadap Yunani dan

Latin klasik, pendidik humanis menemukan model keunggulan sastra dan gaya dan

mengembangkan para punggawa sebagai contoh ideal manusia berpendidikan. Baldesar

Castiglione (1478-1529) dalam The Book of the Courtier menggambarkan para punggawa

sebagai manusia bijaksana dan diplomatik, yang menerima pendidikan liberal dalam literatur

klasik, menjalankan aturannya dengan gaya dan kemewahan.

Berpikir kritis. Pendidik humanis Renaissance yang berupa sastra-penulis, penyair,

penerjemah, dan kritikus. Seorang seniman-guru dan kritikus dari masyarakat dan perasa,

mereka membawa kecerdasan, pesona, dan sindiran serta pengetahuan dalam pekerjaan

mereka. Mereka berusaha untuk mendidik secara kritis pikiran orang-orang yang bisa

menantang kebiasaan yang ada dan mengekspos dan membenarkan

keadaan dalam literatur dan kehidupan. Di Eropa Utara, sarjana humanis klasik,

secara kritis memeriksa teks-teks teologi abad pertengahan, membuka jalan bagi reformasi

Protestan.

Tetapi humanis Renaissance sering menjaga jarak dengan orang banyak, menyaring

konsepsi mereka tentang sifat manusia dari literatur lama secara hati-hati. Ketika minuman

anggur digunakan untuk menyemarakkan makan malam elegan, pendidikan humanis hanya

diperuntukkan bagi orang-orang tertentu: pendidikan tidak disediakan untuk semua orang

tapi dinikmati oleh para elit.

Page 36: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

34

Keterbatasan Akses Sekolah. Renaissance tidak secara dramatis memperluas

kehadiran sekolah. Sekolah persiapan dan menengah humanis mendidik anak dari kaum

bangsawan dan kelas atas. Sekolah dasar diperuntukkan bagi kelas ekonomi menengah. Anak

dari kelas sosio-ekonomi lemah menerima sedikit, jika ada, sekolah formal.

ERASMUS: KRITIK DAN HUMANIS

Pendidikan Erasmus. Desiderius Erasmus (1465-1536), Pimpinan kaum humasnis

klasik Renaissance terkemuka, menjelaskan guru model sebagai humanis Kristen

kosmopolitan. Erasmus menekankan fitur pemersatu Kristen dimiliki oleh semua penganut

bukan ajaran yang memisahkan mereka. Meskipun ia bisa menjadi kritikus sarkastik,

Erasmus memiliki disposisi lembut ketika datang ke pendidikan anak-anak. Menasihati orang

tua dan guru menjadi model budaya dan etika yang layak untuk anak-anak mereka, Erasmus

memperkenalkan pentingnya membentuk kecenderungan anak pada pendidikan awal

kehidupan.

Erasmus percaya bahwa wawasan dan persiapan akademik guru sangat penting untuk

kesuksesan mengajar sebagai pendidik humanis. Guru perlu memiliki ekumenis dan

pandangan global yang tidak dibatasi oleh minat yang rendah. Sebagai bagian dari persiapan

calon guru, guru perlu berpendidikan dalam seni liberal, terutama bahasa klasik Yunani dan

Latin, sastra, sejarah, dan agama.

Promosi Buku dan Sastra. Sebagai seorang humanis, Erasmus sangat peduli dengan

literatur pengajaran. Dia menyarankan agar cara untuk memotivasi siswa melalui membaca

buku-buku yang baik memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi maksud penulis dalam

kehidupan mereka sendiri. Ia mendorong guru untuk menggunakan percakapan, permainan,

dan kegiatan untuk mengikustrasikan arti buku. Erasmus mengembangkan metode berikut

untuk mengajar sastra: (1) menyajikan biografi penulis; (2) mengidentifikasi jenis pekerjaan,

atau genre; (3) membahas plot; (4) merefleksikan nilai moral buku dan implikasi filosofis;

(5) menganalisis gaya penulisan penulis.

Oposisi terhadap Kekejaman. Erasmus dalam The Education of the Christian

Prince (1516) menyampaikan penentangannya terhadap perang dan kekejaman. Dia

menyarankan tutor pangeran untuk memastikan bahwa dia belajar tentang orang-orang

kerajaannya-tentang tradisi mereka, adat istiadat, pekerjaan, dan permasalahan. Berbeda

Page 37: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

35

dengan Niccolo di Bernardo Machiavelli (1469-1527), seorang humanis Italia, yang

mendesak raja harus memerintah dengan rasa takut dan manipulasi, Erasmus menyarankan

pangeran untuk mendapatkan cinta dan rasa hormat rakyatnya untuk mempelajari seni

perdamaian, terutama diplomasi, untuk menghindari perang.

KONTRIBUSI RENAISSANCE TERHADAP PENDIDIKAN BARAT

Penekanan terhadap Bahasa dan Sastra Klasik. Humanis Renaissance

menekankan pengetahuan Latin dan Yunani sebagai keunggulan dari orang yang

berpendidikan. Selama berabad-abad, preferensi humanis klasik ini membentuk pendidikan

barat menengah dan tinggi. Di Eropa dan Amerika Serikat, banyak perguruan tinggi dan

universitas mensyaratkan pengetahuan bahasa Latin untuk masuk perguruan tinggi sampai

akhir abad ke-19.

Ilmu Pengetahuan Humanistik (bukan Saintifik). Penting untuk mencatat bahwa

Erasmus dan pendidik Renaissance lainnya bergerak ke arah humanistik, atau berpusat

manusia, bukan konsepsi pengetahuan teosentris. Namun, mereka mengeksplor perhatian

terhadap sastra, bukan sains. Pendekatan sastra yang humanis terhadap pendidikan kemudian

ditantang oleh Rousseau, Pestalozzi, Spencer, dan Dewey (dibahas dalam bab tentang

Perintis Pengajaran modern), yang semuanya menentang instruksi yang menekankan literatur

dibanding pengalaman.

Percetakan. Di Eropa, penemuan mesin cetak pada 1423 memajukan keaksaraan dan

sekolah secara dramatis. Sebelum mesin cetak, siswa susah payah membuat salinan teks

mereka melalui dikte dari guru. Kuliah universitas masih merupakan latihan dimana siswa

merekam kata-kata profesor mereka.

Pada pertengahan abad ke-15, printer Eropa mencoba dengan jenis logam bergerak.

Johannes Gutenberg, tukang perhiasan Jerman, menciptakan paduan logam tahan lama untuk

membentuk huruf pada mesin cetak. Bible-nya, pada 1455, merupakan buku pertama yang

dicetak. Percetakan tersebar di seluruh Eropa, meningkatkan penghasilan dan memotong

biaya buku. Membuat informasi dapat diakses oleh banyak pembaca. Percetakan meresmikan

revolusi informasi, sebuah inovasi teknologi penting, yang konsekuensinya adalah

munculnya penyebaran informasi elektronik komputer.

Page 38: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

36

REFORMASI AGAMA DAN PENDIDIKAN

Kebebasan dari Otoritas Paus. Reformasi agama Protestan pada abad 16 dan 17

dirangsang oleh perubahan signifikan sosial, ekonomi, dan politik di Eropa. Kritik humanis

dari otoritas skolastik melemahkan pusat kekuasaan gereja Katolik untuk menegakkan

konformitas agama. perubahan ekonomi menghasilkan munculnya kelas menengah, yang

mulai menahan aristokrat otoritas politik lama. Munculnya negara nasional terpusat

menggeser kesetiaan orang terhadap raja mereka sendiri dan jauh dari paus. Pendiri agama

Protestan-seperti John Calvin, Martin Luther, Philipp Melanchthon, dan Ulrich Zwingli-

berusaha untuk membebaskan diri dan pengikut mereka dari otoritas wewenang kepausan

dan membuat doktrin dan praktek agama mereka sendiri. Meskipun demikian, reformis

Protestan merumuskan teori pendidikan mereka sendiri, mendirikan sekolah mereka sendiri,

mengembangkan kurikulum mereka sendiri, dan membesarkan anak-anak mereka menurut

keyakinan reformis.

Perluasan Literatur Populer. Luther, Melanchthon, Calvin, dan pemimpin

Reformasi lain memperhatikan diri mereka dengan berbagai pertanyaan pengetahuan,

pendidikan, dan sekolah karena mereka ingin menggunakan senjata budaya yang kuat untuk

memajukan Protestan. Pada pertanyaan pengetahuan, mereka menegaskan bahwa setiap

orang memiliki hak untuk membaca Bible sebagai sumber utama kebenaran agama.

Mengenai membaca Bible penting untuk keselamatan, reformis Protestan mempromosikan

sekolah dasar universal untuk memajukan keaksaraan.

Protestan mendirikan sekolah vernakular untuk mengajar anak-anak bahasa lisan

yang lazim digunakan dalam layanan agama mereka-misalnya, Jerman, Swedia, atau Inggris

bukan bahasa Latin. Sekolah dasar, di bawah kontrol denominasi, menawarkan kurikulum

dasar membaca, menulis, berhitung, dan agama. Katolik liturgi tetap dalam bahasa Latin

bukan bahasa vernakular, meskipun, untuk bersaing dengan Protestan, sekolah-sekolah

Katolik juga mulai mengajar bahasa vernacular bersamaan dengan bahasa Latin.

Katekismus. Protestan dan Katolik menggunakan sekolah untuk mengindoktrinasi

anak-anak dengan keyakinan dan praktik agama yang benar. Hanya anggota dari pejabat

gereja secara resmi dipekerjakan sebagai guru, dan guru diawasi ketat untuk memastikan

mereka mengajar ajaran yang disetujui. Bahkan, pengawasan dan perizinan guru

dikembangkan selama reformasi. Untuk memastikan kesesuaian doktrinal, pendidik agama

Page 39: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

37

mengembangkan metode instruksi katekismus. Dalam bentuk pertanyaan-dan-jawaban,

katekismus meringkas doktrin dan praktek denominasi tertentu. Meskipun menghafal selalu

menjadi ciri sekolah, metode katekismus memperkuatnya. Ada keyakinan bahwa jika anak-

anak hafal katekismus, mereka akan menginternalisasi ajaran-ajaran gereja mereka. Format

pertanyaan-dan-jawaban menghasilkan pegangan yang kuat pada sekolah yang juga

digunakan dalam mengajar mata pelajaran sekuler seperti sejarah dan geografi.

Misalnya, Catechism of the Church of Geneva Calvin yang menggunakan metode

pertanyaan dan jawaban:

Guru: Apa tujuan kehidupan manusia?

Siswa: Untuk mengenal Tuhan yang menciptakan manusia.

Pada abad ke-19, metode yang sama muncul di History of the United States

Davenport:

Q. Kapan pertempuran Lexington berlangsung?

A. Pada 19 April 1775; pertumpahan darah pertama pada revolusi Amerika.

Peningkatan Keaksaraan. Dengan menekankan literasi populer dan meningkatkan

kehadiran sekolah, reformasi Protestan meningkatkan partisipasi di sekolah dan menambah

laju aksara. Misalnya, hanya 10 persen pria dan 2 persen wanita di Inggris yang mengenal

aksara pada 1500. Pada 1600, angka itu meningkat menjadi 28 persen pria dan 9 persen

perempuan, dan, pada 1700, hampir 40 persen pria Inggris dan sekitar 32 persen perempuan

Inggris yang mengenal huruf. Laju keaksaraan lebih tinggi di Eropa utara daripada Eropa

selatan, di daerah perkotaan daripada pedesaan, dan diantara kelas atas sosial-ekonomi

daripada kelas rendah.

Peningkatan Kehadiran Sekolah. Ketika angka-angka ini ditunjukkan, reformis

ingin perempuan dan laki-laki untuk menghadiri sekolah dasar vernakular, dan upaya mereka

meningkatkan kehadiran sekolah untuk kedua jenis kelamin. Namun demikian, reformis

Protestan terus mempersiapkan sekolah menengah dan persiapan humanis klasik bergengsi

untuk anak laki-laki kelas atas. Sekolah menengah dan persiapan seperti gymnasium Jerman,

sekolah tata bahasa Inggris-Latin, dan lycée Perancis mempersiapkan anak laki-laki kelas

Page 40: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

38

atas dalam bahasa Latin dan Yunani, bahasa klasik yang dibutuhkan untuk masuk

universitas. Elit ini dipersiapkan untuk peran kepemimpinan dalam gereja dan pemerintahan.

Banyak karakter kuat-Calvin, Zwingli, Ignatius Loyola, dan Henry VIII diantara mereka-

membuat dampak pada Reformasi Protestan dan Reformasi Katolik Romawi. Martin Luther

adalah reformis Protestan Jerman terkemuka yang memiliki pengaruh luas ke seluruh Eropa

utara.

LUTHER: REFORMIS PROTESTAN

Luther Menantang Gereja Katolik. Martin Luther (1483-1546) berdiri sebagai

salah satu reformis keagamaan yang paling penting dalam membentuk sejarah dan

pendidikan Barat. Seorang biarawan Augustinian di Jerman, Luther telah menumbuh-

kembangkan kritis praktek Katolik. Pada tahun 1517, di Wittenberg ia memposting 95

Tesisnya yang terkenal di pintu gereja istana, menantang otoritas Paus dan Gereja Katolik

Roma. Tantangan Luther mempercepat Reformasi Protestan, yang tersebar di seluruh Eropa

Barat.

Pendidikan sebagai Bagian dari Perbaikan Agama. Luther mengakui pendidikan

sebagai sekutu kuat reformasi agama. Dia melihat gereja, negara, keluarga, dan sekolah

sebagai lembaga reformasi penting. Percaya bahwa keluarga memiliki peran penting dalam

membentuk karakter dan perilaku anak-anak, Luther mendorong keluarga untuk membaca

Bible dan berdoa. Dia juga ingin orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak memperoleh

pelatihan kejuruan sehingga mereka bisa mendukung diri mereka sebagai orang dewasa dan

menjadi warga negara yang produktif.

Luther tentang Sekolah. Surat Luther ke Walikota dan Aldermen Semua Kota di

Jerman yang berbasis Sekolah Kristen menyarankan para pejabat publik untuk mengambil

tanggung jawab pendidikan. Menekankan keuntungan sekolah politik, ekonomi, dan

spiritual. Sekolah, Luther bersikeras, harus diatur dan diperiksa oleh pejabat pejabat negara

untuk memastikan bahwa guru mendidik anak-anak dalam doktrin agama yang benar dan

melatih mereka untuk menjadi warga negara yang mengenal huruf, tertib, dan produktif.

Pendidikan lanjutan di gimnasium da universitas akan mempersiapkan menteri terdidik untuk

gereja Lutheran.

Page 41: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

39

Luther tentang Pendidikan Perempuan. Pendapat Luther terhadap pendidikan

perempuan merefleksikan pandangan tradisional tentang peran gender tetapi juga berisi

beberapa ide-ide liberal. Dipengaruhi oleh Saint Paul, ia percaya bahwa suami, sebagai

kepala rumah tangga, memiliki wewenang atas istrinya. Tugas domestik dan membesarkan

anak tetap menjadi tugas perempuan. Di sisi lain, penekanan Luther pada membaca Bible

dalam bahasa sendiri berarti bahwa anak perempuan serta halnya anak laki-laki untuk

menghadiri sekolah vernakular dasar. Sekolah memberi wanita pengetahuan, jika seorang

bawahan, berperan dalam pendidikan anak-anak mereka sendiri.

Kode-kode sekolah. Untuk merancang dan melaksanakan reformasi pendidikan,

Luther sangat bergantung pada pendidik humanis, Philipp Melanchthon (1497-1560). Pada

tahun 1559, Melanchthon menyusun School Code of Würtemberg, yang menjadi model untuk

negara Jerman lainnya. Kode menspesifikasi bahwa sekolah vernakular dasar didirikan di

setiap desa untuk mengajar agama, membaca, menulis, berhitung, dan musik. Sekolah klasik

sekunder, gymnasien, untuk memberikan instruksi Latin dan Yunani bagi pemuda yang

diharapkan melanjutkan pendidikan ke universitas.

KONTRIBUSI REFORMASI TERHADAP PENDIDIKAN BARAT

Reformasi Protestan mengkonfirmasi beberapa perkembangan pendidikan dari

Renaissance, terutama sistem dual-track sekolah. Sementara sekolah vernakular

menyediakan instruksi dasar untuk kelas sosial ekonomi rendah, sekolah tata bahasa humanis

klasik mempersiapkan laki-laki kelas atas untuk pendidikan tinggi. Masyarakat Eropa

membawa sistem dual-track sekolah ini ke daerah lain.

Reformis Protestan menekankan pada membaca Bible mempengaruhi pendidik

selanjutnya untuk terus memperhatikan keaksaraan. Hal ini mempercepat pergerakan ke arah

sekolah universal.

Dari zaman kuno sampai abad ke-21, agama mempengaruhi pendidikan dan sekolah.

Banyak sekolah yang dan disponsori oleh berbagai gereja, kuil, dan masjid. Di Amerika

Serikat, sekolah awal dan perguruan tinggi juga diafiliasi dengan denominasi agama. Saat

ini, sekitar 4.000.000 siswa sekolah dasar dan menengah AS menghadiri sekolah afiliasi

keagamaan.

Page 42: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

40

Pada abad ke-18, penalaran panjang dan Pencerahan naturalisme dan rasionalisme, di

Eropa dan Amerika, menantang pengaruh agama terhadap pendidikan.

PENGARUH PENCERAHAN TERHADAP PENDIDIKAN

Penalaran dan Metode Saintifik. Berbeda dengan skolastik abad pertengahan dan

humanis Renaissance yang mendasarkan ide-ide mereka tentang pendidikan terhadap masa

lalu, para filsuf Pencerahan, ilmuwan, dan pendidik memeriksa saat ini dan memandang ke

depan untuk masa depan. Bukan mengandalkan tradisi, Pendidik pencerahan menekankan

penggunaan akal dan metode ilmiah untuk meningkatkan situasi sekarang dan menciptakan

masa depan yang lebih progresif. Mereka menggunakan metode ilmiah dari pengamatan

empiris untuk menemukan bagaimana alam dan alam semesta bekerja. Dalam pendidikan,

mereka mengamati anak-anak, terutama tahap perkembangan, bermain, dan kegiatan mereka,

untuk membangun instruksi metode alami. Pandangan pencerahan bahwa anak-anak yang

secara alami baik dan guru harus mendasari instruksi pada kebutuhan dan kepentingan anak

mempengaruhi reformis pendidikan-Rousseau, Pestalozzi, dan pendidik progresif, yang

dibahas dalam bab-bab tentang Perintis Pengajaran dan Pembelajaran dan Akar Filosofis

Pendidikan.

Para pemimpin Revolusi Amerika, seperti Benjamin Franklin dan Thomas Jefferson,

yang ide-idenya dibahas dalam bab Pengembangan Sejarah Pendidikan Amerika, terutama

dipengaruhi oleh ideologi politik pencerahan. Deklarasi Kemerdekaan dan Konstitusi

mewujudkan prinsip-prinsip Pencerahan seperti hak alami kehidupan, kebebasan, dan

mengejar kebahagiaan dan kebebasan pemerintahan republik dari absolutisme.

Ide-ide pencerahan berakar di Amerika Serikat, dimana mereka memelihara

keyakinan optimis dalam demokrasi politik dan pendidikan universal. Mereka mempengaruhi

penekanan Franklin pada pendidikan utilitarian dan saintifik dan argumen Jefferson untuk

pemisahan gereja dan negara dan pendidikan di sekolah-sekolah yang didukung negara.

Yakin dengan kemampuan mereka untuk mengarahkan masa depan mereka sendiri, orang-

orang Amerika memandang pendidikan sebagai kunci kemajuan.

Dalam Bab ini, kami telah menyarankan cara-cara dimana Anda mungkin menulis

autobiografi pendidikan Anda sendiri dan mengembangkan filosofi pendidikan Anda sendiri.

Page 43: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

41

Anda mungkin ingin merefleksikan dan merevisi otobiografi dan filsafat Anda tentang

pendidikan ketika Anda membaca tiga bab berikutnya. Bab tentang Pelopor Pengajaran dan

Pembelajaran mempertimbangkan bagaimana mentor mempengaruhi pendidikan seseorang.

Ketika Anda membaca bab ini, Anda dapat mengidentifikasi mentor Anda dan

menambahkan komentar ini kedalam otobiografi dan filsafat Anda. Kemudian bab tentang

Perkembangan Sejarah Pendidikan Amerika, memberikan kesempatan untuk menempatkan,

narasi pendidikan Anda sendiri dalam konteks sejarah ini. Bab tentang Akar Filosofis

Pendidikan mendorong Anda untuk mengembangkan filosofi pendidikan Anda dan

hubungannya dengan otobiografi pendidikan Anda.

Setelah mengetahui akar dunia pendidikan Amerika Serikat, Saya mencoba

merefleksikannya terhadap pendidikan di Indonesia berdasarkan kepada sumber-sumber

bacaan yang telah dibaca dan pengalaman. Berikut pembahasan mengenai Akar

Pendidikan Indonesia.

Page 44: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

42

AKAR PENDIDIKAN INDONESIA

PENGARUH PENDIDIKAN ZAMAN PRASEJARAH

Manusia pada zaman prasejarah mentransmisikan pendidikan, pengetahuan,

keterampilan, nilai-nilai, dan kebudayaan melalui komunikasi lisan dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Cara mewariskan kebudayaan seperti ini masih berlangsung sampai

saat ini di Indonesia. Dimana, anak-anak kecil yang belum bisa membaca akan

dikenalkan terhadap berbagai hal melaui cerita, dongeng atau menyampaikan secara

langsung berupa nasehat kepadanya. Tidak jarang, dibuatkan lagu pada beberapa hal

sehingga Anak mudah mengingat dan menghafalkannya dengan cara yang

menyenangkan.

PENGARUH PENDIDIKAN ISLAM

Berdasarkan keyakinan atau agama yang dianut oleh penduduknya, Indonesia

termasuk negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Hal ini sesuai dengan

pernyatan yang diungkapkan Ornstein, et al (2011: 79) bahwa “Islam merupakan agama

dominan di negara-negara Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara, dan pengaruhnya

yang meluas ke Indonesia, Malaysia, dan Pakistan, serta negara-negara lainnya di Asia”.

Teori Awal Masuknya Islam di Indonesia

Sebagian besar sejarah mencatat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia

(dulunya bernama Nusantara) pada abad ke-13. Namun, pada beberapa tulisan

lainnya tercatat bahwa Islam telah ada di Indonesia sebelum itu. Hal ini menyebabkan

teori-teori yang berkembang masih menjadi kontroversi sampai saat ini.

Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di

kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat, Ahmad Mansur Suryanegara

mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar, antara lain:

1) Teori Gujarat, India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat, India

melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Menurut

pendapat sebagian besar orang, teori ini tidaklah benar. Hal ini dikarenakan

Page 45: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

43

Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, sedangkan kenyataan Islam di Indonesia

didominasi Mazhab Syafi'i.

2) Teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia

yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke Nusantara sekitar abad

ke-13 M.

3) Teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah

melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Hamka

mengungkapkan “pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengabarkan

bahwa ditemukan kelompok bangsa Arab yang telah bermukim di pantai Barat

Sumatera (Barus)”. Lebih lanjut pada sumber lain disebutkan bahwa daerah

penghasil batu kapur yaitu Kota Barus (Sibolga-Sumatera Utara) sudah

digunakan oleh para fir’aun di Mesir untuk proses pemakaman mumi fir’aun.

Sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa jika jauh sebelum Islam datang,

masyarakat Nusantara sudah berhubungan dengan dunia luar. Ada kemungkinan

Islam sudah masuk di Nusantara terjadi pada masa Kenabian atau masa hidupnya

Nabi Muhammad SAW.

Pendidikan Islam

Pendidikan Islam lebih dikenal dengan Surau/langgar yang lebih

mengutamakan pelajaran praktis, dan belum terdapat pemisahan mata pelajaran

tertentu seperti sekarang ini. Dimana, pendidikan bertujuan untuk mengenalkan

manusia dengan Tuhan dan ajaran agama Islam. Pendidikan Islam diajarkan oleh

ulama, sebagai guru. Tidak hanya belajar tentang ajaran agama, ilmu pengetahuan

yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupannya juga diajarkan di Surau

tersebut.

Pendidikan Islam di Indonesia berkembang pesat, salah satu buktinya yaitu

dengan berdirinya beberapa kerajaan Islam diantaranya, kerajaan Samudra Pasai,

kerajaan Perlak, kerajaan Aceh Darussalam, kerajaan Demak, kerajaan Mataram,

kerajaan Banjarmasin, dll. Akan tetapi model pendidikannya didasarkan pada sistem

kedaerahan. Pada periode ini memang sulit untuk menentukan secara pasti kapan dan

dimana Surau atau langgar dan pesantren yang pertama berdiri. Kendati demikian

Page 46: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

44

dapat diketahui bahwa pada abad ke-17 M di Jawa telah terdapat pesantren Sunan

Ampel di Surabaya, Sunan Giri di Gresik, Sunan Bonang di Tuban, dsb. Namun,

sejarah mencatat bahwa jauh sebelum itu telah ada sebuah pesantren dihutan Glagah

Arum (sebelah selatan Jepara) yang didirikan oleh Raden Fatah pada tahun 1475 M.

PENGARUH PENDIDIKAN ZAMAN PENJAJAHAN

Zaman Penjajahan Belanda

Pada abad ke-17 M atau tahun 1601 M kerajaan Hindia Belanda datang ke

Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah

daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, VOC. Sejak itu

hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat itu antara kerajaan-

kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini

menyebabkan kegiatan pelaksanaan pendidikan Islam mengalami berbagai kendala dan

rintangan.

Pada zaman pemerintahan Deandels, Kebijakan VOC terhadap pendidikan

didasarkan pada prinsip komersial atau bisnis. Penjajah beranggapan bahwa hanya

sekolah-sekolah pemerintah atau staats onderways saja yang mendatangkan hasil bagi

kepentingannya. Mereka menganggap bahwa pesantren, langgar/surau, dan Masjid itu

tidak diperlukan karena hanya akan meninggikan akhlak rakyat dan sebagai sumber

semangat perjuangan rakyat yang dapat menjatuhkan mereka.

Memasuki abad ke-19, saat Van den Bosch menjabat Gubernur Jenderal, Belanda

menerapkan sistem tanam paksa yang membutuhkan banyak tenaga ahli. Keadaan ini

membuat Belanda mendirikan 20 sekolah untuk penduduk Indonesia di setiap ibukota,

dimana pelajar hanya boleh berasal dari kalangan bangsawan. Ketika era tanam paksa

berakhir dan memasuki masa politik etis, beberapa sekolah Belanda mulai menerima

pelajar dari berbagai kalangan yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Rakyat.

Pada akhir era abad ke 19 dan awal abad ke 20, Belanda memperkenalkan sistem

pendidikan formal bagi masyarakat Indonesia dengan struktur sebagai berikut:

ELS (Europeesche Lagere School) – Sekolah dasar bagi orang Eropa.

HIS (Hollandsch-Inlandsche School) – Sekolah dasar bagi pribumi.

Page 47: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

45

MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) – Sekolah menengah.

AMS (Algeme(e)ne Middelbare School) – Sekolah atas.

HBS (Hogere Burger School) – Pra-Universitas.

Zaman Penjajahan Jepang

Memasuki masa pendudukan Jepang, sistem pendidikan Belanda dihentikan

dan digantikan oleh sistem pendidikan dari Jepang. Berbeda dengan sistem pendidikan

Belanda yang dibatasi hanya untuk kalangan tertentu, pendidikan yang diterapkan Jepang

tersedia bagi semua kalangan. Jepang menyediakan struktur sekolah sebagai berikut:

Sekolah rakyat (Kokumin Gakko) sebagai pendidikan dasar.

Sekolah menengah sebagai pendidikan menengah.

Sekolah kejuruan bagi guru.

Jepang melarang sekolah mengadakan pendidikan dalam bahasa Belanda.

Mereka menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama diikuti bahasa Jepang

sebagai bahasa kedua. Selain itu, Jepang juga banyak menanamkan ideologi mental

kebangsaan dengan memberlakukan tradisi, seperti menyanyikan lagu kebangsaan

Jepang, senam bersama menggunakan lagu Jepang (taiso), mengibarkan bendera,

dan penghormatan terhadap kaisar.

PENDIDIKAN INDONESIA SETELAH KEMERDEKAAN

Era 1945-1965

Setelah Indonesia merdeka, Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-

KNIP) mengusulkan pembaruan pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara, yang saat itu

menjabat Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia, membentuk Panitia

Penyelidik Pengajaran untuk menyediakan struktur, bahan pengajaran, dan rencana

belajar di Indonesia. Kurikulum ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bernegara

dan bermasyarakat, meningkatkan pendidikan jasmani, dan pendidikan watak. Dari upaya

tersebut, disusunlah kurikulum SR 1947 yang terdiri dari 15 mata pelajaran.

Page 48: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

46

Pendidikan dan pengajaran bertujuan membentuk manusia susila yang cakap dan

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan

masyarakat dan tanah air. Pada periode ini, pendidikan di Indonesia telah tersusun atas

beberapa jenjang yang merupakan pengembangan dari jenjang yang terdapat pada zaman

pendudukan Belanda. Tingkatan pendidikan tersebut antara lain:

1. Taman Kanak-kanak (TK)

TK dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian A (anak 4 tahun) dan bagian B (anak 5

tahun). TK ditujukan untuk membantu perkembangan anak, serta interaksi anak

dengan alam dan lingkungan masyarakat sekitar.

2. Sekolah Dasar (SD)

SD berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan dasar pengetahuan yang

dibutuhkan anak.

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Siswa diharapkan dapat memperdalam keilmuan dasar dan memanfaatkannya sebagai

keterampilan untuk hidup di masyarakat.

4. Sekolah Menengah Atas (SMA)

SMA merupakan lembaga yang mengajarkan keahlian atau keterampilan spesifik.

Oleh karena itu, SMA sering disebut juga sekolah kejuruan. Masa pendidikan

berlangsung 4 tahun dimana lulusan SMA akan mendapat gelar sarjana muda.

5. Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi di Indonesia terdiri dari Universitas, Institut, Sekolah Tinggi,

dan Akademi. Universitas minimum terdiri dari 4 fakultas yang meliputi bidang

keagamaan, ilmu budaya, ilmu sosial, ilmu eksakta, dan teknik. Institut bertujuan

melaksanakan pendidikan dan melakukan penelitian. Sekolah tinggi difokuskan pada

pendidikan untuk satu cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan akademi menyediakan

pendidikan untuk keahlian khusus.

6. Pendidikan Guru

Pendidikan guru di Indonesia mengalami dinamika sepanjang periode ini. Awalnya,

terdapat Pendidikan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang tergabung dalam

Universitas FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Ketidakpuasan atas

FKIP membuat departement PP & K mendirikan Institut Pendidikan Keguruan (IPK)

Page 49: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

47

yang menimbulkan konflik antar kedua belah pihak. Konflik ini ditengahi oleh

Presiden melalui Kepres No. 3/1963 dimana FKIP dan IPG dilebur menjadi IKIP.

Era 1965-1995

Memasuki tahun 1965, pendidikan di Indonesia memiliki misi untuk mengajarkan

dan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Untuk melaksanakan misi tersebut, departemen

pendidikan dan kebudayaan menyusun kurikulum yang mencakup prinsip dasar

Pancasila.

Implementasi dari misi tersebut diawali dengan perubahan kurikulum di setiap

jenjang pendidikan. Melalui kurikulum SD 1968, pendidikan dasar diharapkan dapat

menyampaikan materi untuk mempertinggi mental budi pekerti, memperkuat keyakinan

agama, serta mempertinggi kecerdasan dan keterampilan. Sementara itu, kurikulum SMP

ditambah dengan pembentukan kelompok pembinaan jiwa pancasila, kelompok

pembinaan pengetahuan dasar, dan kelompok pembinaan kecakapan khusus. Kurikulum

SMA juga disempurnakan dengan tujuan membentuk manusia pancasila sejati,

mempersiapkan untuk masuk ke perguruan tinggi, serta mengajarkan keahlian sesuai

minat dan bakat.

Pada tahun 1989, melalui UU No. 2/1989, jenjang pendidikan di Indonesia

diperbarui menjadi tiga jenis yaitu:

Jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP).

Jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK).

Jenjang pendidikan tinggi (Universitas, Institut, Akademi, atau Sekolah Tinggi).

Era 1995Sekarang

Indonesi masih mempertahankan sistem pendidikan sebelumnya dengan

melakukan pengubahan pada beberapa aspek, misalnya perubahan kurikulum. Dimana,

pengaruh politik sangat dominan memberikan pengaruh dalam hal ini. Sebagaimana yang

kita lihat, setiap pergantian periode pemerintahan tertentu biasanya diiringi oleh

perubahan beberapa hal dalam pendidikan, walaupun hanya berupa pengubahan nama

ataupun pengembangan dari program sebelumnya.

Page 50: THE ROOT WORLD OF AMERICAN EDUCATION

48

Pesantren sendiri, sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia yang terkendala

pada zaman penjajahan dan menjadi diskriminatif, tidak punah begitu saja. Ia tetap

terjaga meskipun tidak mendominasi sistem pendidikan. Pesantren dengan ciri yang khas

dan unik dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di Indonesia. Seiring dengan

kemajuan sistem pendidikan Indonesia secara keseluruhan, pendidikan Islam di Indonesia

juga mengalami perkembangan dan memiliki struktur/tingkatan pendidikan, antara lain:

Madrasah Ibtidaiyah

Madrasah Tsanawiyah

Madrasah Aliyah

Universitas Islam.

Secara umum, dapat kita simpulkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia

dipengaruhi oleh keduanya, baik budaya barat maupun timur. Budaya barat yang

ditinggalkan oleh penjajah dan budaya timur yang dipengaruhi oleh peradaban Islam di

Indonesia. Kemudian, pendidikan mengajarkan baik teori maupun praktis, baik pengetahuan

saintifik maupun keagamaan. Bahkan, budaya mentransmisikan budaya dan pendidikan

secara lisan masih ada sampai sekarang. Walaupun terdapat perkembangan berbagai tata cara

pendidikan, namun itu berupa improvisasi dalam pendidikaan, sementara cara lama masih

diadopsi dan disesuaikan dengan keadaan saat ini.

Lebih lanjut, semakin merosotnya moral generasi muda bangsa ini, dirasa perlu untuk

mencantumkan kompetensi inti spiritual dan sosial (disamping kognitif dan psikomotor)

secara eksplisit dalam kurikulum terbaru saat ini. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan

dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat, kondisi politik dan ekonomi, perkembangan

teknologi, dan berbagai hal lainnya yang mempengaruhi kehidupan manusia. Apakah selama

ini pendidikan Indonesia tidak mendidik spiritual dan sosial? Bukan, namun selama ini

kompetensi spiritual dan sosial hanya terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran dan tidak

dituliskan secara eksplisit. Lalu, apakah dengan disebutkan secara eksplisit akan

meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia? Hal itu masih menjadi pertanyaan sampai kita

melihat pengaruh penerapan kurikulum tersebut.