this file has been cleaned of potential threats. if you confirm that...

46
21 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Entrepreneurship Entrepreneurship adalah proses dimulainya bisnis baru, yang biasanya atau secara umum untuk merespon suatu kesempatan. Peluang yang ada dikejar oleh entrepreneur dengan memperkenalkan produk atau layanan baru, atau juga dengan melakukan perubahan atau merevolusi (Robbin & Coulter, 2012). 2.2 Teori Entrepreneurship 2.2.1 Perspektif konseptual yang berkembang pada entrepreneurship Lowe & Marriot (2006) berpendapat, seiring dengan berjalannya waktu, perspektif yang berbeda mengenai pengusaha dan peran serta mereka dalam perekonomian telah diambil oleh berbagai penulis, beberapa penulis fokus pada kontribusi pengusaha untuk perubahan ekonomi, kemudian penulis lainnya fokus pada inovasi dan kreativitas pengusaha, selanjutnya beberapa penulis fokus bagaimana pengusaha mengatur faktor produksi, atau sumber daya, untuk memberikan nilai tambah, dan beberapa fokus pada kecenderungan pengusaha untuk mempertimbangkan risiko dan pencapaian reward.

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 21

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Entrepreneurship

    Entrepreneurship adalah proses dimulainya bisnis baru, yang biasanya

    atau secara umum untuk merespon suatu kesempatan. Peluang yang ada

    dikejar oleh entrepreneur dengan memperkenalkan produk atau layanan baru,

    atau juga dengan melakukan perubahan atau merevolusi (Robbin & Coulter,

    2012).

    2.2 Teori Entrepreneurship

    2.2.1 Perspektif konseptual yang berkembang pada entrepreneurship

    Lowe & Marriot (2006) berpendapat, seiring dengan berjalannya

    waktu, perspektif yang berbeda mengenai pengusaha dan peran serta mereka

    dalam perekonomian telah diambil oleh berbagai penulis, beberapa penulis

    fokus pada kontribusi pengusaha untuk perubahan ekonomi, kemudian penulis

    lainnya fokus pada inovasi dan kreativitas pengusaha, selanjutnya beberapa

    penulis fokus bagaimana pengusaha mengatur faktor produksi, atau sumber

    daya, untuk memberikan nilai tambah, dan beberapa fokus pada

    kecenderungan pengusaha untuk mempertimbangkan risiko dan pencapaian

    reward.

  • 22

    2.2.2 Perspektif Entrepreneurship

    Mengenai perspektif entrepreneurship, Lowe & Marriot (2006)

    memaparkan ringkasan perspektif entrepreneurship berdasarkan analisis

    Deakins & Freel (2003), sebagai berikut :

    a. The physiocrats

    Teori entrepreneurship dianggap berawal dari ilmu ekonomi.

    Cantillon yang menjadi bagian dari Cantillon Dan Say milik sebuah sekolah

    pemikiran Prancis yang dikenal sebagai 'physiocrats' melihat pengusaha

    memiliki peran kunci dalam ekonomi pembangunan berdasarkan hak

    kepemilikan masing-masing individu sebagai kapitalis.

    Dari pengamatan Cantillon, bahwa pengusaha adalah orang yang

    secara sadar membuat keputusan mengenai pengalokasian sumber daya,

    karena mereka memilih untuk membayar harga tertentu suatu produk untuk

    dijual kembali dengan harga yang tidak pasti, sehingga mengakibatkan juga

    ditanggungnya resiko yang diderita oleh perusahaan. Cantillon tidak meyakini

    bahwa pengusaha itu harus menjadi inovator, meskipun mereka

    memperkirakan permintaan akan suatu produk atau jasa, namun pengusaha

    tidak harus menjadi orang-orang yang pertama menciptakan produk atau jasa

    tersebut. Cantillon tidak melihat risiko atau ketidakpastian sebagai sebuah isu

    sentral, atau sebagai sebuah kekuatan untuk perubahan.

    b. The Austrian School

    Beberapa pandangan mengenai entreprenurship ini juga dikembangkan

    oleh Austrian School. Pada kondisi entrepreneurship, Kirzner tidak merasa

  • 23

    bahwa kepemilikan merupakan syarat yang diperlukan. Rasa frustrasi pembeli

    atau penjual yang bersedia menerima atau membayar pada harga yang lebih

    tinggi atau lebih rendah akan terjadi, ketikaadanya disekuilibrium pada pasar.

    Schumpeter melihat pengusaha sebagai seseorang yang istimewa,

    inovator, yang membawa sesuatu yang baru kepada sebuah proses.

    Schumpeter tidak setuju setiap orang bisa melakukan fungsi ini. Pengusaha

    mengubah sesuatu, dan mengadapi kendala serta adanya proaktif yang

    signifikan, namun tidak entrepreneurial sepanjang waktu. Aktivitas ini

    menjadi beragam dengan jenis lainnya dari aktivitas non-kewirausahaan,

    contohnya adalah 'manajemen'.

    c. Risk Taking

    Schumpeter bersikukuh bahwa jika pengusaha mendanai dirinya

    sendiri, maka ia dinggap bukan pembawa risiko. Jika orang lain berinvestasi

    dalam bisnis, lalu mereka akan membawa beberapa beban resiko. Pada

    kondisi tertentu, unsur risiko kecil dari unsur lainnya, contohnya jika pada

    saat perekonomian relatif stabil, akan lebih mudah untuk memprediksi apa

    yang mungkin terjadi di masa akan datang. Scumpeter berpendapat, ketika

    pengusaha menjadi yang pertama memasuki pasar, akan beresiko lebih besar

    daripada yang kedua atau ketiga. Adalah jenis langka dan berbakat pengusaha

    yang juga merupakan inovator sukses.

    Lowe & Marriot (2006) memaparkan bahwa Deakin & Freel (2003)

    menyatakan mengenai penulis lainnya sependapat, bahwa pengusaha adalah

    risk takers, dengan mengatakan bahwa risiko yang mereka ambil telah

  • 24

    dikalkulasi. Kesediaan para pengusaha untuk bekerja ekstra dan menerima

    risiko, sebagai elemen yang tidak diasuransikan namun mengharapkan

    keuntungan sebagai reward karena menanggung ketidakpastian.

    2.3 Usaha Kecil Menengah dan Produk Domestik Bruto

    Di Indonesia UKM adalah salah satu sektor yang digeluti oleh

    entrepreneur karena memiliki peran strategis dalam memicu pertumbuhan

    ekonomi suatu negara dan penciptaan lapangan kerja, selain itu juga sektor

    UKM mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi. Pada krisis ekonomi dan

    moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, sektor UKM memiliki

    daya tahan yang tinggi sehingga aktivitas usahanya tetap berjalan atau mampu

    bertahan (majalahukm.com, 2017).

    Merujuk kepada UU No.20 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro,

    Kecil, dan Menengah, Kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih

    lebih dari Rp.50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah) sampai dengan paling

    banyak Rp.500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah) yang didalamnya tidak

    termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan

    lebih dari Rp.300.000.000 (Tiga Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling

    banyak Rp.2.500.000.0000 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah). Kemudian

    untuk entitas Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih

    lebih dari Rp.500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling

    banyak Rp.10.000.000.000 (Sepuluh Milyar Rupiah) tidak termasuk tanah

  • 25

    dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

    Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan

    paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

    Dengan adanya unit UMKM di Indonesia, telah memberikan

    konstribusi Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun ke tahun mengalami

    peningkatan secara nasional.

    Menurut Sukirno (2008) Gross Domestic Product (GDP) atau produk

    domestik bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan,

    pada wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun oleh berbagai unit

    produksi.

    2.4 Jenis-jenis Usaha Kecil dan Menengah

    Menurut Lupiyoadi (2014) jenis-jenis usaha kecil dan menengah yang

    dimungkinkan dimasuki di Indonesia sebagai berikut :

    1. Bisnis jasa

    Bisnis jasa yang dewasa ini adalah merupakan yang terbesar dan mengalami

    pertumbuhan yang cepat dalam dunia bisnis kecil. Bisnis jasa juga membawa

    keuntungan yang sangat besar bagi usaha kecil yang mampu membuat inovasi

    tinggi. Misalnya: persewaan mobil, konsultan manajemen, jasa layanan

    internet, dan lain-lain.

  • 26

    2. Bisnis Eceran

    Bisnis eceran berupa bentuk bisnis kecil yang ditekuni oleh wirausaha kecil

    dan menengah. Bisnis eceran adalah satu-satunya kegiatan usaha yang

    melakukan penjualan produk manufaktur langsung kepada toko konsumen.

    3. Bisnis Distribusi

    Sama dengan bisnis jasa dan eceran, dominasi wirausaha kecil dan menengah

    sudah mulai keseluruh penjualan jumlah besar. Bisnis distribusi ini adalah

    satu-satunya bisnis yang melakukan pembelian barang dari pabrik atau

    produsen dan menjual kepada pedagang eceran.

    4. Pertanian

    Pertanian barangkali adalah salah satu bentuk usaha kecil yang tertua. Pada

    mulanya hasil pertanian dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri dan keluarga,

    dengan berjalannya waktu menjadi usaha yang cukup besar karena adanya

    ketergantungan satu sama lain. Mengenai hal ini contohnya adalah sebagian

    petani membutuhkan tanah dan sebagian lagi alat-alat, kemudian sebagian lagi

    ada yang membutuhkan pekerja.

    5. Bisnis Manufaktur

    Bisnis manufaktur merupakan salah satu bisnis kecil yang membutuhkan

    modal untuk berinvestasi yang cukup besar dibandingkan dengan empat jenis

    usaha lainnya karena memerlukan tenaga kerja, teknologi, dan bahan mentah

    dalam kegiatan operasionalnya. Contohnya: Kerajinan tangan, percetakan, dan

    lain-lain.

  • 27

    2.5 Entrepreneurial Success

    Setiap orang bisa melakukan kegiatan kewirausahaan dengan mudah,

    namun apa yang membedakan entrpreneur sukses dengan yang kurang sukses

    adalah kemampuannya untuk mengembangkan bisnisnya dengan melihat

    kesempatan potensi usaha yang tinggi. Kemampuan untuk menarik anggota

    manajemen kunci, memotivasi karyawan, untuk menemukan lebih banyak

    konsumen dan membuat mereka kembali lagi serta meningkatkan hubungan

    yang mutakhir dengan pemodal adalah kemampuan yang harus dimiliki

    entrepreneur yang beriringan dengan pertumbuhan sebuah bisnis (Bygrave &

    Zacharakis, 2011). Menurut Zwerus (2013) entrepreneurial success adalah

    adanya kepercayaan diri dalam melakukan tugas bisnis, kepuasan dengan

    kemajuan, fase bisnis, peningkatan penjualan, pertumbuhan karyawan,

    peningkatan gaji dan pendekatan bisnis yang tepat.

    Selanjutnya menurut Umesh et al. (2005), successful entrepreneurial

    adalah memiliki peran penting didalam perkembangan perekonomian, dengan

    terdapatnya indikator pertumbuhan pendapatan, waktu operasional dan juga

    adanya stabilitas didalam organisasi. Rotter (1966) menjelaskan bahwa

    wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal atau internal

    dalam kesuksesannya. Kemudian menurut Philip (2010) succesful bisa

    memiliki bentuk yang berbeda, misalnya keberlangsungan hidup, laba,

    pengembalian investasi, pertumbuhan penjualan, jumlah pekerja,

  • 28

    kebahagiaan, reputasi, dan lainnya. Dengan kata lain, orang yang berbeda bisa

    mengartikan kesuksesan dengan makna yang berbeda.

    Menurut Perren (1999, 2000), entrepreneurial success telah

    didefinisikan dengan cara yang berbeda. Definisi yang paling mudah

    dipahami adalah dengan elemen tangible seperti pendapatan atau

    pertumbuhan perusahaan, penciptaan kekayaan pribadi, profitabilitas,

    keberlanjutan, omset perusahaan. Kemudian Watson et al. (1998)

    menyatakan, business success berhubungan dengan kesuksesan kegiatan

    perdagangan secara terus menerus dan kegagalan kewirausahaan terkait

    dengan kegiatan perdagangan tidak menguntungkan atau terhenti.

    2.5.1 Dimensi Entrepreneurial Success

    Zwerus (2003) pada penelitiannya membagi entrepreneurial success

    menjadi tiga dimensi, yang terdiri dari :

    1.Confidence

    Memiliki keyakinan yang kuat mengenai kerja mandiri akan menentukan niat

    untuk menjadi wiraswasta. Bagi entrepreneur, hal ini menunjukkan konsep

    kunci, ketika ini mengacu pada tindakan. Confidence terdiri dari keyakinan

    dalam melakukan tugas terkait bisnis, dan kepuasan dengan kemajuan.

    2. Progress

    Terkait tentang bagaimana wirausahawan baru lahir mengembangkan sebuah

    proses untuk memulai sebuah perusahaan atau usaha. Menggambarkan

  • 29

    hubungan antara proses memulai perusahaan dan pengukuran kinerja.

    Progress terdiri dari fase bisnis, penjualan, karyawan dan gaji.

    3. Approach

    Pendekatan dimensi ini, berdasarkan pada pengaruh sebab dan akibat. Hal ini

    berarti bahwa effectuation (akibat) adalah indikator kinerja kewirausahaan.

    Mengukur perilaku kewirausahaan dilakukan untuk menggambarkan

    hubungan dengan kesuksesan wirausaha. Dimensi approach mencakup

    variabel-variabel yang menyangkut proses menuju entrepreneurship, yang

    terdiri dari start-up activity, loans, causation and effectuation (sebab dan

    akibat).

    2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Entrepreneurial

    Success

    2.6.1 Management Skills

    Menurut Robbin & Coulter (2012), management adalah

    mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan kerja dari orang lain, sehingga

    kegiatan mereka selesai dengan efisien dan efektif. Kemudian menurut Yusuf

    (1995), good mangement adalah kemampuan yang dimiliki untuk

    pengembangan dan penerapan rencana yang baik pada bisnis, mendapatkan

    dan menggunakan sumber daya secara efektif, untuk menyeimbangkan

    kewajiban tradisional dengan permintaan bisnis, dan untuk menyimpan

    catatan dan pengendalian keuangan secara tepat atau akurat. Selanjutnya Nur,

    Salim & Djumahir (2014) mendefinisikan management capability pada

  • 30

    entrepreneur adalah seperangkat keterampilan dan kompetensi, baik secara

    administratif maupun operasional untuk menjalankan fungsi manajemen yang

    terdiri dari kemampuan perencanaan, mengorganisasikan, mengarahkan atau

    melakukan tugas dan melakukan pengawasan.

    Robbin & Coulter (2012), menyatakan bahwa ketika seorang manajer

    ingin sukses dalam bisnisnya, manajer harus menerapkan 1) management

    function 2) management rules 3) management skill. Robbin dan Coulter

    (2012) juga menjelaskan bahwa (Hendri Fayol adalah yang pertama

    mengembangkan management function, yang meliputi 1) planning, 2)

    organizing, 3) leading, 4) controlling, agar manajer melaksanakan aktivitas

    atau fungsi tertentu dengan mengkoordinasikan secara efisien dan efektif

    pekerjaan dari orang lain.

    Blawatt (2014) menjelaskan, pada satu sisi adanya kebutuhan

    manajemen yang berbeda yang hadir untuk menciptakan dan memperkenalkan

    sebuah perubahan dan inovasi karena era baru tidak akan merespon

    manajemen tradisional meskipun baik. Oleh sebab itu dibutuhkan model baru,

    yang mana orang-orang pada organisasi berperilaku organik, lebih

    entrepreneurial serta adanya keterkaitan memicu perilaku tim, adanya

    keterbukaan dan komunikasi yang transparan. Christensen (1997)

    memberitahu kita dalam bukunya Dilema Inovator, bahwa manajer di

    perusahaan tradisional melakukan semua hal dengan benar. ”Mereka

    melakukan penelitian terhadap pelanggan mereka, mempelajari lingkungan

    bisnis, penelitian dan pengembangan (R & D), dan investasi sumber daya

  • 31

    kepada inovasi incremental. Namun mereka tidak menerapkan inovasi baru

    benar-benar radikal yang mengubah dunia, karena tidak berhasil menjawab

    dan mengenalinya (Blawatt, 2014).

    Menurut Benzing, Chu & Kara (2009) dalam zimmerman & Chu

    (2013), ada tiga rangkaian variabel yang menjadi fokus kebanyakan studi

    yang meneliti success of entrepreneurial business: lingkungan eksternal

    (misalnya, kondisi industri), keterampilan manajerial dan pelatihan manajerial

    (misalnya, memelihara catatan akuntansi), dan ciri psikologis dan kepribadian

    pengusaha (misalnya dorongan untuk menjadi independen). Menurut Katz

    (1974) management skills adalah kemampuan untuk mempergunakan

    kesempatan secara efektif serta kecakapan untuk memimpin usaha-usaha yang

    penting.

    2.6.1.1 Basic Skills

    Katz (1974) menjelaskan, ada tiga keterampilan dasar yang harus

    dimiliki oleh seorang manajer, yakni :

    1. Keterampilan teknis (technical skill)

    Keterampilan teknis adalah kemampuan untuk menjalankan suatu bentuk

    pekerjaan tertentu yang melibatkan metode, proses, prosedur, atau teknik.

    Kegiatan ini seperti yang dilakukan akuntan, engineer, ahli bedah dan

    lainnya.

  • 32

    2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (human skill)

    Kemampuan manajer untuk dapat bekerja secara efektif sebagai bagian

    dari grup dan membangun kerja sama dengan tim yang ia pimpin, hal ini

    didukung dengan kemampuan untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi

    dengan baik.

    3. Keterampilan konseptual (conceptual skill)

    Keterampilan yang dimiliki oleh seorang manajer dalam berbagai ide,

    gagasan serta kebijakan-kebijakan yang dibuat.

    2.6.2 Product Quality

    Menurut Kotler & Armstrong (2012), product adalah apapun yang bisa

    ditawarkan kepada pasar untuk memperoleh perhatian, akuisisi, yang

    penggunaan atau konsumsinya, yang mungkin bisa memuaskan keinginan

    atau kebutuhan. Yang didalamnya termasuk benda fisik, layanan, orang,

    tempat, Organisasi dan juga gagasan. Kemudian Philip (2010) menyatakan

    products and services adalah sebagai inovasi dan berkualitas tinggi dari suatu

    produk, yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan UKM. Palmer (2003)

    menyatakan, product adalah apapun yang ditawarkan oleh organisasi kepada

    pelanggan potensialnya, baik itu berwujud atau tidak berwujud. Layanan tak

    berwujud sebagai produk. seperti rekening bank, polis asuransi, paket liburan

    dan lainnya. Kemudian Kotler & Armstrong (2012) mendefinisikan jasa

    adalah setiap tindakan atau perbuatan, manfaat maupun kepuasan yang dapat

    ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya, yang pada dasarnya

  • 33

    bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan

    sesuatu. Dengan demikian, jasa dititik beratkan pada suatu tindakan atau

    kegiatan. Kemudian lebih lanjut Kotler & Armstrong (2012) menyatakan

    product quality adalah karakteristik produk atau layanan yang memikul

    kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau

    tersirat.

    Manurung (2013) pada penelitiannya juga menemukan adanya

    pengaruh positif produk dan layanan terhadap kepuasan pelanggan. Meliza &

    Suardi (2013) menyatakan kesuksesan perusahaan akan meningkat dengan

    adanya kepuasan pelanggan tinggi. Yang mana sebelumnya kepuasan

    pelanggan memberikan dampak pada retensi pelanggan, sehingga akan

    meningkatkan kesuksesan usaha pada akhirnya.

    Benzing et l. (2009) menyatakan dalam Zimmerman & Chu (2013),

    bahwa berdasarkan laporan pengusaha di Vietnam reputasi kejujuran, karisma

    / keramahan, dan service pelanggan yang baik sebagai faktor kunci

    keberhasilan, sama seperti juga dalam memberikan produk yang baik dengan

    harga yang kompetitif.

    Kepuasan akan tergantung pada kualitas produk dan layanan. Berbagai

    ahli telah mendefinisikan kualitas sebagai “kesesuaian untuk digunakan”,

    “kesesuaian dengan persyaratan,” dan “kebebasan dari variasi”. Namun kami

    akan menggunakan American Society untuk definisi kualitas ini: Kualitas

    adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang menanggung

    pada kemampuannya untuk memuaskan yang dinyatakan atau kebutuhan yang

  • 34

    tersirat (www.asq.org, 2010 dalam Kotler & Keller, 2012). Lebih lanjut

    menurut Buntak, Krešimir & Nad (2012), product quality adalah kesesuaian

    produk dengan persyaratan konsumen, yang dalam jangka panjang

    menghasilkan kesesuaian produk untuk digunakan.

    Kotler & Keller (2012) menyatakan penjual dapat dikatakan

    menyampaikan kualitas ketika produk dan layanannya memenuhi atau

    melebihi harapan pelanggan. Sebuah perusahaan yang memenuhi sebagian

    besar kebutuhan pelanggan sepanjang waktu disebut perusahaan berkualitas.

    Buzzell dan Gale (1987) dalam Kotler & Keller (2012) menyatakan, product

    and service quality, kepuasan pelanggan dan profitabilitas perusahaan

    berhubungan erat.

    2.6.2.1 Eight Dimensions of Quality

    Garvin (1987) merumuskan delapan dimensi atau kategori kritis

    kualitas pada product atau service. Kedelapan dimensi kualitas tersebut

    adalah sebagai berikut :

    1. Performance (Kinerja)

    Kinerja mengacu pada karakteristik operasi utama produk. Contohnya pada

    sebuah mobil, kinerja akan mencakup sifat seperti, akselerasi pengendalian,

    kecepatan jelajah, dan kenyamanan berkendara.

    2. Features (Fitur)

    Features atau fitur merupakan dimensi kedua dari kualitas yang sering disebut

    aspek sekunder dari performance. Dapat dikatakan fitur merupakan

  • 35

    karakteristik pendukung atau pelengkap dari karakteristik utama dari produk.

    Contohnya adanya makanan dan minuman gratis di perjalanan pesawat

    terbang. Kemudian pada produk Kendaraan beroda empat, konsumen

    mengharapkan fitur-fitur pendukung seperti seperti DVD/CD player, sensor

    atau kamera mundur dan fitur-fitur lainnya.

    3. Reliability (Kehandalan)

    Kehandalan berhubungan dengan kemungkinan sebuah produk dapat

    berfungsi baik pada jangka waktu tertentu. Misalnya petani akan sangat

    terganggu jika peralatan kerjanya rusak selama musim panen pendek.

    4. Conformance (Kesesuaian)

    Yang terkait dengan dimensi kualitas adalah kesesuaian, atau sejauh mana

    karakteristik desain dan operasi suatu produk memenuhi standar yang telah

    ditetapkan. Hal ini dilakukan oleh Japanese manufactures and work of

    Genichi Taguchi yang mengukur kerugian dari waktu produk ketika mulai

    dikirim.

    5. Durability (Daya tahan)

    Durability dapat didefinisikan sebagai jumlah penggunaan yang didapat dari

    produk sebelum mengalami kerusakan dan penggantian lebih baik untuk

    perbaikan lanjutan. Durability suatu produk diukur dengan umur atau waktu

    daya tahan. Contoh pada lemari pendingin merk Frigidaire yang memiliki

    daya tahan 13.2 tahun.

  • 36

    6. Serviceability

    Serviceability adalah kemudahan layanan, atau kecepatan, kesopanan,

    kompetensi, dan kemudahan perbaikan. Serviceability sering dikaitkan dengan

    layanan purna jual yang disediakan oleh produsen seperti ketersediaan suku

    cadang dan kemudahan perbaikan. Misalnya pada Caterpillar menjamin

    pengiriman suku cadang keseluruh belahan dunia dalam waktu 48 jam.

    7. Aesthetics (Estetika/keindahan)

    Yang paling subjektif dari kedelapan dimensi kualitas adalah dua dimensi

    terakhir, karena hal ini merupakan masalah penilaian pribadi dan cerminan

    preferensi dari individu. Aesthetics adalah Dimensi kualitas yang berkaitan

    dengan tampilan, bunyi, rasa maupun bau suatu produk dari personal

    judgment. Contohnya pada kategori makanan yang dianggap memiliki

    kualitas terbaik adalah kaya akan rasa, alami, fresh, aroma dan terlihat

    menggugah selera.

    8. Perceived Quality (Kesan Kualitas)

    Pada dimensi ini adalah bagaimana kesan kualitas suatu produk yang

    dirasakan oleh konsumen. Dimensi Kualitas ini berkaitan dengan persepsi

    terhadap kualitas sebuah produk atau pun merek oleh konsumen. Sering kali

    konsumen memiliki keterbatasan informasi lengkap tentang atribut produk

    atau layanan, pengukuran tidak langsung oleh konsumen adalah dengan

    membandingkan merk. Contohnya adalah Honda dan Sony yang membuat

    produk di Amerika enggan mempublikasikan produk mereka “made in

    America”.

  • 37

    2.6.3 Financial Resources

    Financial resources adalah berbagai sumber pendanaan yang tersedia

    untuk operasi bisnis UKM (Oladele et al., 2014). Indarti & Langenberg (2004)

    menjelaskan, potensi sumber modal dapat berupa tabungan pribadi, jaringan

    pada keluarga besar, tabungan masyarakat (community saving) dan sistem

    kredit, atau lembaga keuangan dan bank. Wijewardena & De Zoysa (2005)

    menjabarkan bahwa capital accessibility terdiri dari dua variabel, yaitu

    ketersediaan modal dari pinjaman bank dan bentuk kredit lainnya.

    Kristiningsih & Trimarjono (2014) mendefinisikan sumber modal

    adalah asal modal yang diperoleh untuk kegiatan usaha. Thurik (2007) dalam

    Jasra, Khan, Hunjra, Rehman & Azam (2011) menyatakan untuk menjalankan

    operasi yang menguntungkan, sumber daya keuangan menjadi yang sangat

    penting bagi bisnis. Untuk mengakses sumber-sumber pendanaan, UKM

    memiliki kesulitan yang lebih besar, UKM juga memiliki keterbatasan sumber

    daya, ketergantungan pada satu produk, kurang memadainya sistem kontrol

    anggaran dan juga kurangnya skala ekonomi.

    Diseluruh belahan dunia, para pengusahanya terlihat memiliki masalah

    untuk mengakses modal, mengamankan pembiayaan, meyakinkan bankir dan

    mendapatkan pinjaman bank atau kredit dari pemasok. Sejumlah tantangan

    yang dihadapi oleh pengusaha telah disoroti oleh beberapa penelitian yang

    berkesesuaian dengan hal tersebut. Pembiayaan awal dan kredit, pengelolaan

    arus kas pada operasi awal dan perencanaan keuangan yang bisa juga tercakup

    didalamnya (Chowdury et al., 2013).

  • 38

    Robinson (1993) dalam Indarti & Langenberg (2004) pada

    penelitiannya menemukan, meskipun sumber kredit informal memiliki tingkat

    bunga yang tinggi, merupakan kontribusi yang sangat substansial bagi bisnis

    yang memulai usaha. Dinegara berkembang, dimana rasio modal terhadap

    tenaga kerja biasanya rendah dan jumlah kecilnya modal mungkin cukup

    untuk memulai bisnis.

    2.6.3.1 Sources Of Debt Financing

    Kemudian Rogers (2009) menyatakan sumber-sumber utama dari

    pembiayaan hutang adalah seperti tabungan pribadi, keluarga dan teman,

    angels investors, yayasan, pemerintah, bank, factors, pembiayaan dari

    pelanggan, pembiayaan pemasok, purchase order financing, dan kartu kredit.

    Penjelasan dari sumber-sumber di atas adalah sebagai berikut :

    1. Personal Savings

    Seorang entrepreneur sering kali menggunakan uangnya sendiri untuk

    membiayai perusahaannya. Terutama sekali terjadi pada tahap awal start- up.

    2. Family and Friends

    Pada tahap awal, hampir tidak dimungkinkan untuk mendapatkan pembiayaan

    dari hutang untuk start-up, keluarga dan teman merupakan alternatif yang

    lebih jelas sebagai sumber pembiayaan.

  • 39

    3. Angel Investors

    Investor malaikat biasanya adalah orang kaya yang berinvestasi masuk

    perusahaan yang tidak memiliki hubungan dalam bentuk apapun atau saling

    mengenal dengan entrepreneur sebelum melakukan investasi. Angels

    investors biasanya mantan pengusaha yang berpengalaman pada industri

    tertentu.

    4. Foundations

    Sumber modal lain yang menarik bagi pengusaha adalah philanthropic

    organization. Secara historis, yang mendapatkan hibah dan pinjaman dari

    organisasi ini hanya untuk entitas nirlaba. Namun pada awal tahun 1990-an,

    fondations telah memperluas kegiatan pinjaman mereka kepada perusahaan

    nirlaba yang memberikan kebaikan sosial.

    5. Government

    Program untuk memberikan pinjaman kepada pengusaha oleh instansi

    pemerintah daerah, negara bagian dan federal. Program ini biasanya bagian

    dari pembangunan ekonomi kota atau departemen perdagangan. Bentuk dari

    beberapa pinjaman pemerintah ini, menawarkan harga di bawah pasar

    sehingga menjadi sangat menarik bagi para entrepreneur.

    6. Banks without SBA Loan Programs

    Secara historis, bank tanpa program SBA (Small Business Administration)

    menggunakan jaminan personal sebagai jaminan utama mereka, termasuk juga

    oleh beberapa komunitas bank pembangunan, hal ini menyebabkan bank ini

    belum dianggap sebagai teman baik bagi entrepreneur. Bank ini akan

  • 40

    membutuhkan agunan dan menginginkan para entrepreneur mengerti aset

    macam apa yang bisa dilikuidasi untuk membayar mereka.

    7. Personal Guarantees

    Salah satu kelemahan terbesar dalam pembiayaan hutang dari bank adanya

    jaminan pribadi kepada entrepreneur, salah satu jaminan dari aset adalah

    rumah yang dimiliki.

    8. Nonbank Financial Institutions without SBA Loan Programs

    Lembaga keuangan nonbank tanpa program SBA juga memberikan

    pembiayaan hutang jangka panjang kepada entrepreneur cukup banyak,

    seperti perusahaan asuransi nasional Northwestern Mutual dan Prudential.

    Kebutuhan modal kerja, akuisisi bisnis serta untuk peralatan dan mesin, bisa

    dipenuhi dari pinjaman ini.

    9. Person-to-Person (P2P) Lending

    Bagi calon entrepreneur yang mengalami kesulitan kualifikasi sebelumnya,

    untuk produk pinjaman komersial atau SBA tradisional karena adanya

    peringkat kredit yang belum baik dan rekam jejak yang belum terbukti,

    dengan meningkatnya alternatif populer untuk modal awal adalah pinjaman

    P2P. Di situs Web seperti Prosper.com, Zopa (www.zopa.com), Lending Club

    (www.lendingclub.com), dan GlobeFunder (www.globefunder.com), para

    entrepreneur bisa terhubung dengan orang di seluruh dunia yang ingin

    meminjamkan uang dalam jumlah kecil kepada orang asing, dengan janji hasil

    yang lebih tinggi daripada produk perbankan pribadi tradisional mereka.

  • 41

    10. Factors

    Factors atau anjak piutang perusahaan adalah pemberi pinjaman berbasis aset.

    Aset yang digunakan untuk agunan adalah piutang perusahaan (AR). Sebagai

    contoh, ketika sebuah perusahaan menjual AR-nya dengan harga diskon

    kesebuah factor. Ini memungkinkan perusahaan peminjam mendapatkan uang

    tunai dengan segera, untuk produk yang dikirim atau layanan yang diberikan

    kepada konsumen mereka.

    11. Customer financing

    Pembiayaan ini terjadi ketika pelanggan bersedia memberikan modal kepada

    pemasok yang menyediakan produk berkualitas tinggi atau unik, yang

    mungkin tidak mereka sukai atau mampu membeli dari tempat lain.

    12. Supplier Financing

    Supplier atau pemasok secara otomatis telah menjadi pemodal ketika memberi

    pelanggan mereka kredit atau tenggang waktu pembayaran. Cara termudah

    entrepreneur untuk meningkatkan pembiayaan dari supplier mereka, adalah

    dengan menunda pembayaran tagihan.

    13. Purchase Order Financing

    Meskipun terlihat sama antara pembiayaan oleh anjak piutang (factors) dan

    pesanan pembelian (purchase order), namun kedua hal ini berbeda. Anjak

    piutang menyediakan pembiayaan setelah pesanan sudah diproduksi dan

    dikirim. Pada pesanan pembelian ini menyediakan modal pada tahap yang

    jauh lebih awal - ketika pesanan telah diterima oleh perusahaan. Hal ini untuk

  • 42

    mengantisipasi ketidak mampuan perusahaan untuk membeli persediaan,

    untuk memenuhi pesanan.

    14. Credit Cards

    Kemudian sumber akhir dari modal kerja hutang adalah kartu kredit. Pada

    survei National Small Business Association tahun 2007 menunjukkan bahwa

    kartu kredit merupakan pilihan pembiayaan yang paling umum yang

    digunakan entrepreneur untuk memenuhi kebutuhan modal. Usaha kecil yang

    tidak memenuhi syarat untuk memperoleh pinjaman bank, juga melihat kartu

    kredit untuk membiayai pertumbuhan bisnis mereka.

    2.6.3.2 Sources Of Finance SMEs

    Selanjutnya Oladele et al. (2014) menyatakan sumber-sumber

    keuangan Usaha Kecil Menengah (UKM) terdiri dari :

    1. Personal Savings

    Personal savings mengacu pada jumlah yang tersisa setelah dikurangi biaya

    pengeluaran konsumsi seseorang dari jumlah pendapatan sekali pakai dalam

    jangka waktu tertentu. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

    hampir semua dana yang dibutuhkan oleh pemilik UKM berasal dari personal

    savings. Personal savings dapat berasal dari daily contribution dan sejumlah

    nominal yang berada di bank.

    2. Informal Sources

    Sumber dari pembiayaan ini tidak membutuhkan kertas kerja yang serius atau

    dokumen-dokumen penting. Informal sources memberikan bantuan keuangan

  • 43

    kepada pemilik UKM dengan atau tanpa menuntut jaminan keamanan yang

    serius, kemudian juga dapat didasarkan kepada kesepakatan lisan atau dengan

    kesepakatan sederhana. Informal sources ini dapat berasal dari family, friends,

    cooperatives dan money lenders.

    3. Formal Sources

    Mengacu pada lembaga keuangan yang berlandaskan kekuatan hukum untuk

    melakukan kegiatan bisnis keuangan dan pada saat yang bersamaan juga

    dibebani dengan tanggung jawab membantu dalam pertumbuhan,

    pengembangan dan kelangsungan hidup UKM dengan menyediakan fasilitas.

    Namun sebelumnya UKM telah memenuhi kriteria tertentu seperti agunan

    yang biasanya digunakan untuk keamanan. Formal sources terdiri dari

    commercial banks dan microfinance bank.

    2.6.4 Market Orientation

    Filosofi market orientation, melampaui memuaskan kebutuhan, untuk

    memahami dan memuaskan kebutuhan laten pelanggan dan, dengan demikian

    jangka panjang menjadi fokusnya dan bersifat proaktif (Slater & Narver,

    1998). Manajemen pemasaran yang sukses memerlukan rangkaian tugas yaitu

    meliputi pengembangan strategi pemasaran dan perencanaan, menangkap

    wawasan pemasaran, menghubungkan dengan pelanggan, membangun brand

    yang kuat, membentuk penawaran pasar, mengantarkan dan

    mengkomunikasikan nilai, dan menciptakan pertumbuhan jangka panjang

    (Kotler & Keller, 2012). Yusuf (1995) menyatakan faktor-faktor pemasaran

  • 44

    terdiri dari the market, ukuran permintaan dan keterampilan promosi

    penjualan. Market oriented adalah seperangkat perilaku dan kegiatan dalam

    sebuah organisasi. Secara khusus seluruh generasi organisasi intelijen pasar

    yang berkaitan dengan customer needs pada saat ini dan pada masa akan

    datang, diseminasi dari intelijen antar departemen dan responsif keseluruhan

    organisasi terhadapnya (Kohli & Jaworski, 1990).

    Secara umum market oriented berkaitan dengan berbagai proses dan

    kegiatan yang terkait dengan menciptakan dan memuaskan pelanggan dengan

    terus menilai needs dan wants (Uncles, 2000). Kristiansen et al. (2003) dalam

    Indarti & Langenberg (2004) menjelaskan, peluang new market termasuk

    temuan products atau services baru yang ditawarkan kepada pelanggan yang

    telah ada sebelumnya dan juga mendapatkan pelanggan baru untuk products

    atau services yang telah ada. Narver & Slater (1990) memberikan konsep

    market orientation adalah sebagai aktivitas-aktivitas penerimaan dan

    pemprosesan informasi pasar, pengkoordinasian dan penciptaan nilai

    kemanfaatan bagi pelanggan.

    Menurut Kotler & Armstrong (2012) sekumpulan pembeli aktual dan

    potensial dari product atau service disebut market. Selanjutnya Kotler & Keller

    (2012) menyatakan, adanya pelanggan dengan pasar secara besar, luas, atau

    beragam, perusahaan tidak dapat terhubung dengan kesemuanya. Namun

    mereka bisa membagi pasar tersebut menjadi kelompok konsumen atau

    segmen dengan kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Kemudian agar

    segmen pasar yang mana terlayani dengan efektif, perusahaan perlu melakukan

  • 45

    identifikasi. Keputusan ini membutuhkan pemahaman yang tajam tentang

    perilaku konsumen dan pemikiran strategi yang cermat. Untuk

    mengembangkan rencana pemasaran terbaik, pemahaman terhadap apa yang

    membuat masing-masing segmen unik dan berbeda oleh para manajer sangat

    diperlukan. Melakukan identifikasi dan juga memuaskan segmen pasar yang

    tepat, seringkali menjadi kunci sukses pemasaran. Seperti Buttle (1996)

    menulis dalam Stone & Foss (2001), ‘‘Pemasaran tidak lagi hanya tentang

    pengembangan, penjualan dan pengiriman produk. Namun hal ini semakin

    memperhatikan mengenai perkembangan dan pemeliharaan hubungan jangka

    panjang yang saling memuaskan dengan customer”.

    2.6.4.1 Dimension of Market Orientation

    Mokhtar, Yusoof & Ahmad (2014) menjelaskan market orientation

    terdiri dari empat dimensi yaitu sebagai berikut :

    1. Customer Focus

    Kegiatan di organisasi yang berfokus pada memperoleh informasi dan

    kepuasan pelanggan dan kekuatan lainnya yang mungkin mempengaruhi

    kebutuhan mereka.

    2. Market Intelligence

    Intelligence generation juga sangat penting bagi organisasi karena kegiatan

    mengumpulkan informasi tidak hanya pada kebutuhan pelanggan saja, tetapi

    juga dari luar sistem organisasi seperti pesaing, teknologi, peraturan

    pemerintah dan kekuatan lingkungan lainnya (Kohli & Jaworski, 1990).

  • 46

    3. Market Dissemination

    Dalam market orientation memerlukan i) adanya satu atau lebih departemen

    yang aktif dalam kegiatan yang diarahkan untuk mengembangkan pemahaman

    tentang kebutuhan pelanggan saat ini dan masa depan dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi mereka, (ii) di seluruh departemen saling berbagi pemahaman

    mengenai hal ini, dan (iii) berbagai departemen terlibat dalam kegiatan yang

    dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan terpilih (Kohli & Jaworski,

    1990).

    4. Responsiveness

    Responsiveness merupakan tindakan yang diambil sebagai tanggapan terhadap

    intelligence yang dihasilkan dan disebarluaskan (Kohli & Jaworski, 1993).

    Menanggapi kebutuhan pasar oleh organisasi diperlukan setelah diseminasi

    informasi hal tersebut antar departemen dan individu di dalam organisasi yang

    berorientasi pasar (Mokhtar et al., 2009).

    2.7 Hipotesis Penelitian dan Model Penelitian

    Pada penelitian yang dilakukan Zimmerman & Chu (2013) kepada

    entrepreneur yang berada di Venezuela menemukan good general

    management skills adalah salah satu faktor yang paling penting terhadap

    kesuksesan mereka. Dalam hal success factors, para entrepreneur

    menempatkan peringkat yang sama sebagai faktor terpenting dalam

    kesuksesan mereka adalah good general management skill, pelatihan yang

  • 47

    tepat, pemeliharaan catatan penjualan/pengeluaran yang akurat, dan

    keterlibatan politik. Dalam penelitian Nur et al. (2014) diperoleh temuan,

    bahwa management capabilities mempengaruhi kinerja bisnis meskipun pada

    tingkat yang tidak signifikan. Menurut Yusuf (1995) faktor penting yang

    menentukan kesuksesan usaha UKM adalah manajemen yang efektif.

    Kemudian pada temuan yang diperoleh dari penelitian Philip (2010), faktor

    management and know-how adalah salah satu faktor yang signifikan

    mempengaruhi kesuksesan bisnis di Bangladesh. Demikian juga pada hasil

    penelitian Ghosh & Kwan (1996) di Australia/Newzealand dan di

    Singapore/Malaysia, pada dua grup negara tersebut ditemukan keberhasilan

    SME terkait erat dengan effective management. Demikan juga dengan

    penelitian yang dilakukan Islam & Al Mukit (2013), bahwa management

    know-how menentukan kesuksesan SME. Hasil penelitian Ginting (2012),

    diperoleh hasil adanya variabel pengaruh positif dan signifikan manajemen

    terhadap keberhasilan pengusaha restoran di Desa Helvetia Tengah Medan.

    Entrepreneurs dibawah naungan One-District-One-Industry (ODOI)

    programme di Malaysia sepakat, bahwa management skills dibutuhkan untuk

    kesuksesan bisnis pada temuan penelitian (Kader, Mohamad, & Ibrahim,

    2009). Penelitian Widjaya, Riswanto & Suryawan (2014) juga memperoleh

    temuan faktor management skills memberikan pengaruh yang signifikan

    terhadap women entrepreneurial success. Variabel good general management

    skills, manajemen yang efektif, management know-how, effective management

  • 48

    dan management skills memiliki makna yang similar. Oleh karena itu,

    hipotesis yang disajikan adalah sebagai berikut :

    Hipotesis 1:

    Management skills memberikan pengaruh signifikan terhadap

    kesuksesan usaha UKM di Pekanbaru.

    Hasil penelitian Meliza & Suardi (2013) menunjukkan products and

    services memberikan pengaruh positif signifikan terhadap kesuksesan usaha

    UKM. Dengan pengembangan produk secara berkelanjutan untuk

    menciptakan produk unik dan inovatif serta kualiatas yang tinggi akan

    meningkatkan daya saing dengan kompetitornya. Kemudian pada temuan

    yang diperoleh dari penelitian Philip (2010) menunjukkan products and

    services memiliki peran penting dalam memastikan keberhasilan bisnis UKM.

    Dengan produk yang inovatif, kualitas, biaya, kehandalan, dan jasa adalah

    kunci dimensi strategis dalam mendukung keberhasilan bisnis. Temuan pada

    penelitian Sarker (2014) bahwa faktor quality assurance yang didalamnya

    terdapat variabel quality of product or service adalah termasuk faktor yang

    kritis untuk kesuksesan entrepreneur wanita. Begitu juga dengan hasil

    penelitian Wijewardena & De Zoysa (2005) menemukan faktor product

    quality memberikan pengaruh positif dan signifikan kepada perusahaan.

    Penelitian Che Rose, Kumar & Li Yen (2006) menemukan adanya keterkaitan

    signifikan antara quality of products and services yang berada didalam

    spesifik kompetensi terhadap pertumbuhan usaha. Variabel products and

  • 49

    services, quality assurance, quality of products and services dan product

    quality memiliki makna yang similar. Oleh karena itu, hipotesis yang

    disajikan adalah sebagai berikut :

    Hipotesis 2:

    Product quality memberikan pengaruh signifikan terhadap kesuksesan

    usaha UKM di Pekanbaru.

    Penelitian Meliza & Suardi (2013) menunjukan faktor resources and

    finance memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesuksesan UKM

    di Jakarta, karena kelangsungan kegiatan usaha UKM salah satunya

    ditentukan oleh pembiayaan usaha sebagai instrumen vital. Selanjutnya hasil

    penelitian Wijewardena & De Zoysa (2005) menemukan capital accessibility

    menjadi salah satu faktor yang memberikan pengaruh signifikan postitif pada

    perusahaan. Dengan demikian sangat jelas sekali, capital accessibility

    merupakan prasyarat penting untuk mempersiapkan dan kesuksesan dalam

    kegiatan bisnis manufaktur. Kurangnya modal adalah kendala utama terutama

    untuk mengembangkan perusahaan manufaktur kecil diseluruh dunia, oleh

    sebab itu telah banyak dikutip dalam literatur. Begitu juga dengan penelitian

    Jasra et al. (2011), menunjukkan bahwa faktor yang paling penting adalah

    financial resource dalam keberhasilan bisnis yang dirasakan oleh usaha kecil

    dan menengah. Kontribusi yang signifikan dalam pembangunan negara juga

    diberikan oleh keberhasilan usaha kecil dan menengah. Hasil penelitian

    Chittithaworn et al. (2011) menunjukkan bahwa salah satu faktor yang

  • 50

    signifikan yang mempengaruhi keberhasilan usaha UKM di Thailand adalah

    resources and finance. Demikian juga dengan temuan penelitian Ginting

    (2012), bahwa variabel keuangan memberikan pengaruh positif terhadap

    keberhasilan pengusaha restoran di Desa Helvetia Tengah Medan. Pada

    penelitian yang dilakukan oleh Chowdhury et al. (2013), diperoleh bahwa

    capital access mempengaruhi entrepreneurial success secara signifikan.

    Temuan pada hasil penelitian yang dilakukan Islam & Al Mukit (2013)

    diperoleh bahwa financial supports juga menentukan kesuksesan SME.

    Menurut Yusuf (1995) pada hasil penelitiannya menyimpulkan faktor penting

    yang menentukan kesuksesan usaha UKM adalah access to finances. Variabel

    resources and finance, capital accessibility, keuangan, financial supports,

    access to finances dan financial resources memiliki makna yang similar. Oleh

    karena itu, hipotesis yang disajikan adalah sebagai berikut :

    Hipotesis 3:

    Financial resources memberikan pengaruh signifikan terhadap

    kesuksesan usaha UKM di Pekanbaru.

    Kemudian temuan pada penelitian Fritz & Mundorf (1994) market

    orientation adalah faktor kritis yang paling penting untuk corporate success.

    Market orientation menentukan bagaimana sebuah usaha mampu memiliki

    daya saing, memuaskan pelanggan dan profitabilitas jangka panjang tercapai.

    Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Pelham (2000)

    mengasilkan temuan adanya hubungan yang kuat antara market orientation

  • 51

    dengan pengukuran kinerja. Elemen market orientation yang paling

    berpengaruh adalah respon yang cepat terhadap informasi negatif kepuasan

    pelanggan, dasar strategi untuk menciptakan nilai bagi pelanggan,

    menanggapi dengan cepat tantangan persaingan, dan pendeteksian yang cepat

    dalam perubahan preferensi produk pelanggan.

    Penelitian yang dilakukan Chittihaworn et al. (2011) memperoleh

    temuan, customer and market adalah faktor yang positif dan signifikan

    mempengaruhi kesuksesan UKM di Thailand. Pada sisi lain, instansi

    pemerintah tidak sepenuhnya menjadi tempat bergantung bagi UKM di

    Thailand; mereka harus berusaha untuk menemukan jalan kemajuan mereka

    sendiri dengan mengandalkan strategi yang memungkinkan mereka untuk

    masuk atau mengakses pasar baru, berupaya meningkatkan pendapatan serta

    juga memperluar basis pelanggan. Dengan memulai market intelligence UKM

    di Thailand akan menjadi lebih baik memahami kebutuhan dan keinginan

    pasar. Pemahaman tersebut akan membantu dalam mengantarkan nilai

    superior bagi para pelanggan dan lebih dari yang dapat dilakukan oleh pesaing

    mereka.

    Hasil penelitian Islam & Al Mukit (2013) menunjukkan bahwa

    keberhasilan UKM ditentukan dengan strategi pasar yang diikuti dan

    aksesibilitas pasar. Pertumbuhan sektor UKM bergantung pada sejumlah

    faktor, termasuk faktor-faktor yang terkait pasar produk dan layanan

    dihasilkan dan didistribusikan. Begitu juga dengan hasil penelitian

    Wijewardena & De Zoysa (2005) menemukan faktor marketing stragegy

  • 52

    memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kesuksesan atau

    pertumbuhan SME di negara berkembang.

    Jaworski & Kohli (1993) pada hasil penelitiannya menemukan

    keterkaitan antara market orientation dan kinerja bisnis, tampak kuat di

    seluruh konteks lingkungan dengan berbagai tingkat turbulensi pasar,

    intensitas persaingan, dan turbulensi teknologi. Pada penelitian Narver &

    Slater (1990), ditemukan bahwa pada komoditi dan non komoditi bisnis,

    market orientation adalah penentu yang penting dari profitabilitas.

    Pada penelitian Mokhtar et al. (2009) menunjukkan bahwa ada lima

    faktor penentu keberhasilan praktik market oriented dalam konteks

    perusahaan manufaktur di Malaysia yaitu market focus, market action, market

    planning, market feedback dan market coordination, kemudian juga

    memberikan pengaruh positif terhadap kinerja.

    Indarti & Langenberg (2004) menjelaskan, agar bertumbuh pesat,

    UKM harus mampu merespon peluang new market. Kristiansen et al. (2003)

    dalam Indarti & Langenberg (2004) menjelaskan, peluang new market

    termasuk temuan products atau services baru yang ditawarkan kepada

    pelanggan yang telah ada sebelumnya dan juga mendapatkan pelanggan baru

    untuk products atau services yang telah ada. Kemudian temuan pada hasil

    penelitian Mokhtar et al. (2014) mengungkapkan adanya hubungan yang

    signifikan antara market orientation sebagai faktor penentu keberhasilan

    terhadap kinerja UKM. Variabel customer and market dan market orientation

  • 53

    memiliki makna yang similar. Oleh karena itu, hipotesis yang disajikan adalah

    sebagai berikut :

    Hipotesis 4:

    Market Orientation memberikan pengaruh signifikan terhadap

    kesuksesan usaha UKM di Pekanbaru.

    Pada penelitian ini, model penelitian yang digunakan adalah model

    asosiatif, yaitu untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel

    lainnya yang dilakukan melalui penelitian. Tujuan yang ingin dicapai oleh

    peneliti untuk mengetahui hubungan antara variabel management skills

    product quality, financial resources dan market orientation terhadap

    entrepreneurial success, sehingga bentuk model penelitian ini dapat dilihat

    pada gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Model Penelitian

    Sumber : Hasil Olahan Penulis dari Widjaya et al. (2014); Chittitthaworn et al.

    (2011); Jasra et al. (2011); Mokhtar et al. (2014).

    Entrepreneurial

    Success

    (Y)

    Management Skills

    (X1)

    Market Orientation

    (X4)

    Product Quality

    (X2)

    on

    Financial Resources

    (X3)

    H4

    H1

    H2

    H3

  • 54

    2.8 Penelitian Sebelumnya

    Tabel 2.1 Rangkuman Seluruh Variabel Pada Penelitian Terdahulu

    Nama

    &Tahun

    Judul

    Penelitian

    Tujuan

    Penelitian

    Hasil

    Penelitian

    Zimmerman

    & Chu

    (2013)

    Motivation,

    Success, and

    Problems of

    Entrepreneurs

    di Venezuela

    Studi

    inimenguji

    motivasi

    pengusaha di

    Venezuela,

    masalah yang

    mereka hadapi,

    dan faktor-

    faktor

    kesuksesannya.

    Competition, a weak

    economy, and foreign

    exchange limitations

    are problems, while

    good general

    management skills,

    appropriate training,

    accurate record

    keeping, and political

    involvement adalah

    faktor-faktor

    kesuksesannya.

    Meliza &

    Suardi

    (2013)

    Analisis Faktor-

    Faktor Yang

    Mempengaruhi

    Persepsi

    Kesuksesan

    Usaha Kecil

    Menengah

    (UKM) Di

    Wilayah DKI

    Jakarta.

    Penelitian ini

    bertujuan untuk

    menentukan

    faktor-faktor

    yang

    mempengaruhi

    kesuksesan

    UKM di

    Jakarta.

    Hasil penelitian

    menyatakan bahwa

    faktor-faktor yang

    signifikan

    mempengaruhi

    kesuksesan UKM di

    Jakarta adalah

    entreprenuer

    characteristics,

    products and services,

    the way of doing

    bussiness and

    cooperation, resource

    and finance, dan

    external environment.

    Sedangkan faktor

    management and

    know-how, customer

    and market, Strategy

    tidak signfikan.

  • 55

    Philip

    (2010)

    Faktor-faktor

    yang

    Mempengaruhi

    Kesuksesan

    Bisnis Small &

    Medium

    Enterprises

    (SMEs).

    Tujuan dari

    penelitian ini

    adalah untuk

    mengidentifi-

    kasi faktor

    penentu

    kesuksesan

    SMEs di negara

    yang belum

    berkembang

    seperti

    Bangladesh.

    Hasil analisis regresi

    menunjukkan bahwa

    faktor paling

    signifikan yang

    mempengaruhi

    kesuksesan bisnis

    SMEs di Bangladesh

    adalah products and services, the way of

    doing business,

    management know-

    how and, external

    environment.

    Kemudian Characteristics of

    SMEs dan resources

    and finance

    ditemukan tidak

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    Kesuksesan Bisnis

    SME di Bangladesh.

    Chittittha

    worn et al.

    (2011)

    Faktor-faktor

    yang

    Mempengaruhi

    Kesuksesan

    Bisnis Small &

    Medium

    Enterprises

    (SMEs) di

    Thailand.

    Penelitian ini

    berusaha untuk

    mengidentifi-

    kasi faktor-

    faktor yang

    mempengaruhi

    kesuksesan

    bisnis small and

    medium

    enterprises

    (SMEs)

    di Thailand.

    Hasil analisis regresi

    menunjukkan bahwa

    faktor paling

    signifikan yang

    mempengaruhi

    kesuksesan bisnis

    SMEs di Thailand

    adalah

    SMEs characteristics,

    customer and market,

    the way of doing

    business, resources

    and finance, and

    external

    environment.

    Management know-

    how, Product and

    Services, and Strategy

    ditemukan tidak

    berpengaruh

    signifikan terhadap

  • 56

    Kesuksesan Bisnis

    SME di Thailand.

    Widjaya et

    al.

    (2014)

    Pengaruh

    Management

    Skill, Financial

    Investor dan

    Human Capital

    Terhadap

    Women

    Entrepreneurial

    Success.

    Tujuan

    penelitian

    adalah untuk

    penyelidikan

    faktor yang

    mempengaruhi

    keberhasilan

    kewirausahaan

    perempuan.

    Hasil penelitian

    menunjukkan

    Management Skill,

    Financial Investor

    dan Human Capital

    memiliki pengaruh

    terhadap

    kewirausahaan

    perempuan.

    Yusuf

    (1995)

    Faktor

    Keberhasilan

    yang Penting

    untuk Small

    Business:

    Persepsi

    Entrepreneur di

    Pasifik Selatan.

    Artikel ini

    membahas studi

    tentang faktor

    penentu

    keberhasilan

    yang dirasakan

    oleh pengusaha

    Pasifik Selatan,

    sebagai hal

    yang diperlukan

    untuk

    keberhasilan

    operasi small

    business di

    wilayah ini.

    Good Management,

    Satisfactory

    government support,

    Access to finances

    and

    Personal qualities &

    traits, merupakan

    faktor-faktor penentu

    keberhasilan untuk

    small business.

    Marketing factors,

    Overseas exposure,

    level of education &

    training, prior

    experience in business

    and political

    affiliation bukanlah

    faktor-faktor penentu

    keberhasilan untuk

    small business.

    Nur et al.

    (2014)

    Entrepreneur-

    ship

    Orientation,

    Market

    Orientation,

    Business

    Strategy,

    Tujuan

    penelitian ini

    adalah untuk

    mengukur dan

    menganalisis

    pengaruh

    Entrepreneur-

    Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa:

    Orientation

    Entrepreneurship

    memainkan peran

    penting untuk

    meningkatkan market

  • 57

    Management

    Capabilities

    TerhadapBusi-

    ness

    Performance;

    Studi pada

    Percetakan

    Small And

    Medium

    Enterprise di

    Kendari".

    ship

    Orientation,

    Market

    Orientation,

    Business

    Strategy and

    Management

    Capabilities on

    Business

    Performance

    pada

    Percetakan

    Small and

    Medium

    Enterprises

    (SMEs) di

    Kendari.

    orientation, Business

    Strategy, management

    capabilities dan

    Business

    Performance. Market

    Orientation yang

    tinggi dapat

    meningkatkan

    Business

    Performance.

    Business Strategies

    yang tepat dapat

    meningkatkan

    Business

    Performance.

    Management

    Capabilities dapat

    mempengaruhi

    Business Performance

    walaupun pada level

    yang tidak signifikan.

    Ginting

    (2012)

    Analisis Faktor-

    Faktor Yang

    Mempengaruhi

    Keberhasilan

    Usaha (Studi

    Kasus Pada

    Pengusaha

    Rumah Makan

    Di Kelurahan

    Helvetia

    Tengah Medan)

    Tujuan

    penelitian ini

    adalah untuk

    mengetahui

    faktor-faktor

    yang

    mempengaruhi

    keberhasilan

    usaha (studi

    kasus pada

    pengusaha

    rumah makan di

    Kelurahan

    Helvetia

    Tengah

    Medan).

    Analisis Kuantitatif

    dengan metode

    regresi berganda, hasil

    penelitian

    menunjukkan adanya

    pengaruh yang positif

    dan signifikan dari

    variabel produksi,

    pemasaran, organisasi

    dan manajemen serta

    keuangan pada

    pengusaha rumah

    makan di kelurahan

    Helvetia Tengah

    Medan.

    Islam & Al

    Mukit

    (2013)

    Faktor-faktor

    yang

    Menentukan

    Studi ini

    bertujuan untuk

    mengidentifi-

    Hasil menunjukkan

    bahwa keberhasilan

    UKM ditentukan

  • 58

    Kesuksesan

    SMEs di

    Bangladesh.

    kasi faktor-

    faktor yang

    berperan

    penting bagi

    kesuksesan

    SMEs di

    Bangladesh.

    oleh

    the entrepreneur’s

    authority on business

    and the market

    strategy followed,

    nature and

    type of business and

    financial supports,

    management know-

    how, use of modern

    technology, market

    accessibility and the

    networking,

    government policy

    and support,

    favorable external

    environment, and the

    owner’s personal

    qualities.

    Ghosh &

    Kwan

    (1996)

    Analisis faktor

    kunci

    keberhasilan

    SMEs: Studi

    Komparatif

    Singapura /

    Malaysia dan

    Australia / New

    Zealand.

    Penelitian ini

    meneliti dan

    membanding-

    kan faktor-

    faktor kunci

    kesuksesan,

    tantangan, dan

    masalah yang

    dihadapi SMEs

    di Singapura,

    Malaysia dan

    Australia.

    Kedua sampel

    melaporkan bahwa

    faktor-faktor yang

    berkontribusi terhadap

    SMEs yang sukses

    terkait erat dengan

    having a good

    customer relationship,

    effective management,

    and marketing.

    Kader et al.

    (2009)

    Faktor-Faktor

    Kesuksesan

    untuk

    Small Rural

    Entrepreneurs

    under the One-

    District-One-

    Industry

    (ODOI)

    Paper ini

    menyajikan

    faktor-faktor

    penentu small

    business

    success seperti

    yang dirasakan

    dan dialami

    oleh rural

    Terlepas dari

    pentingnya faktor

    internal dan eksternal,

    paper ini menemukan

    bahwa faktor

    eksternal lebih

    dominan daripada

    faktor internal

    berkontribusi terhadap

  • 59

    Programme di

    Malaysia.

    entrepreneurs.

    kesuksesan bisnis

    para pengusaha

    ODOI.

    Wijewardena

    & De Zoysa

    (2005)

    Sebuah studi

    analitik faktor

    penentu

    kesukesan pada

    manufacturing

    SMEs.

    Tujuan dari

    penelitian ini

    adalah untuk

    menguji,

    melalui

    penyelidikan

    empiris, faktor-

    faktor yang

    akan

    berkontribusi

    pada kesukesan

    atau

    pertumbuhan

    SMEs dalam

    pengembangan

    negara.

    Hasilnya

    menunjukkan

    seperangkat enam

    faktor yang dapat

    diidentifikasi secara

    terpisah yang

    memiliki dampak

    positif dan signifikan

    terhadap kesuksesan

    perusahaan sampel.

    Faktor-faktor ini,

    ketika diperingkat

    dalam urutan

    kepentingannya,

    adalah sebagai

    berikut: customer

    orientation, product

    quality,

    efficient management,

    supportive

    environment, capital

    accessibility, dan

    marketing strategy.

    Sarker

    (2014)

    Faktor Penentu

    Kesuksesan

    Women

    Entrepreneurs

    di Bangladesh -

    Sebuah Studi

    Berdasarkan

    Wilayah

    Khulna.

    Tujuan dari

    penelitian ini

    adalah untuk

    mengidentifi-

    kasi faktor-

    faktor penting

    untuk women

    entrepreneurs

    success

    (Mengandung

    25 Variabel)

    dan juga untuk

    mengidentifi-

    kasi apakah ada

    Studi ini telah

    mengidentifikasi 8

    faktor kunci yang

    sangat penting untuk

    women entrepreneurs

    success. Yaitu

    Access to technology,

    Interpersonal Skill,

    Business Feature,

    Training and

    Motivation, Social

    security and freedom,

    Assistance and easy

    regulation, Family

  • 60

    hubungan

    antara age,

    marital status,

    education

    level and the

    success

    factorsnya.

    support and quality

    assurance, Risk

    encountering.

    Che Rose et

    al.

    (2006)

    Dinamika

    Faktor

    entrepreneurs

    success dalam

    mempengaruhi

    venture growth

    Penelitian ini

    bertujuan untuk

    menyelidiki

    atribut formal

    dan informal

    dari para

    pendiri usaha

    yang

    berkontribusi

    terhadap

    venture growth.

    Studi ini menemukan

    hubungan yang

    signifikan antara

    venture growth dan

    entrepreneurs dengan

    high personal

    Initiative, yang

    difokuskan pada

    bidang kompetensi

    tertentu dalam

    operations, finance,

    marketing dan human

    resources. Pada

    operations ini, para

    pendiri usaha harus

    fokus terhadap quality

    of products and

    services.

    Manurung

    (2013)

    Pengaruh

    Produk dan

    Layanan

    Terhadap

    Kepuasan

    Pelanggan di

    Hotel Inna

    Dharma Deli

    Medan.

    Untuk

    mengetahui

    pengaruh

    produk dan

    layanan

    terhadap tingkat

    kepuasan tamu

    di Hotel Inna

    Dharma Deli

    Medan.

    Hasil penelitian

    menemukan produk

    dan layanan memiliki

    pengaruh positif

    terhadap kepuasan

    pelanggan di Hotel

    Inna Dharma Deli

    Medan.

    Jasra et al.

    (2011)

    Faktor Penentu

    Business

    Success dari

    Studi ini

    meneliti peran

    faktor kunci

    Penelitian ini

    menyimpulkan bahwa

    ada hubungan yang

  • 61

    Small and

    Medium

    Entreprises

    (SMEs).

    dalam

    kesuksesan

    SMEs di

    Pakistan. Studi

    ini juga

    menyelidiki

    hubungan

    antara

    kesuksesan

    SME dan

    penentunya.

    Faktor-

    faktornya

    adalah financial

    resources,

    marketing

    strategy,

    technological

    resources,

    information

    access,

    government

    support dan

    business plan.

    signifikan antara

    business success dan

    penentunya. Hasilnya

    juga menunjukkan

    bahwa financial

    resources adalah

    faktor yang paling

    penting dalam

    business success yang

    dirasakan oleh SMEs.

    Kristiningsih

    &

    Trimarjono

    (2014)

    Analisis Faktor-

    faktor yang

    Mempengaruhi

    Perkembangan

    Usaha Kecil

    Menengah

    (Studi Kasus

    pada UKM di

    Wilayah

    Surabaya).

    Penelitian ini

    bertujuan untuk

    mengetahui

    faktor yang

    dapat

    menentukan

    Pengembangan

    UKM.

    Hasilnya

    menunjukkan bahwa

    39 variabel yang

    dianalisis, ternyata

    hanya ada 13 variabel

    yang berpengaruh

    signifikan terhadap

    perkembangan UKM

    di Surabaya.Variabel

    adalahnya Willingness

    of hard work

    (hardworker),

    confidence,

    Willingness to learn,

    ambition to go

    forward, the

    intelligent to

    communicate, the

  • 62

    proximity of the

    location with the

    industry, the ease of

    obtaining new

    markets, information

    on competitors,

    business

    opportunities, product

    development

    information, ease of

    access to capital,

    support the

    Government's policy,

    and the ability to

    manage financial.

    Chowdhury

    et al.

    (2013)

    Faktor Sukses

    Small and

    Medium Sized

    Enterprises

    (SMEs)

    Entrepreneur:

    Bukti dari

    Bangladesh.

    Untuk menilai

    faktor-faktor

    yang

    mempengaruhi

    kesuksesan

    entrepreneur

    small and

    medium sized

    enterprises dari

    Bangladesh.

    Experience dan

    education berkorelasi

    positif sementara age

    berkorelasi negatif

    dengan kesuksesan.

    Market,

    infrastructure, capital

    access, political

    environment,

    mempengaruhi

    entrepreneurial

    success secara

    signifikan.

    Jaworski &

    Kohli

    (1993)

    Market

    Orientation:

    Antesenden dan

    Konsekuensi.

    Penelitian ini

    membahas

    pertanyaan:

    Apakah

    keterkaitan

    antara

    market

    orientation dan

    business

    performance

    bergantung

    pada

    Akhirnya, hubungan

    antara market

    orientation dan

    performance

    tampaknya menjadi

    kuat diseluruh

    environmental contex

    yang dikarakterisasi

    oleh berbagai tingkat

    market turbulence,

    competitive intensity,

    dan technological

  • 63

    environmental

    contexs?

    turbulence.

    Mokhtar et

    al.

    (2009)

    Market

    orientation

    Faktor Penentu

    Kesuksesan

    Manufaktur di

    Malaysia dan

    dampaknya

    pada financial

    performance.

    Studi ini

    mengkaji

    faktor-faktor

    penentu

    kesuksesan

    market

    orientation

    dalam konteks

    perusahaan

    Malaysia.

    Selain itu, studi

    ini menyelidiki

    hubungan

    antara

    market

    orientation dan

    financial

    performance.

    Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa

    ada lima faktor

    penentu kesuksesan

    praktik market

    orientation dalam

    konteks perusahaan

    manufaktur Malaysia:

    market

    focus, market action,

    market planning,

    market feedback dan

    market coordination.

    Hasilnya juga

    menunjukkan market

    action dan market

    planning secara

    positif terkait dengan

    financial

    performance.

    Mokhtar et

    al.

    (2014)

    Elemen Utama

    Market

    Orientation

    pada Kinerja

    UKM

    wirausahawan

    Malaysia.

    Paper ini untuk

    menilai

    hubungan

    antara Market

    Orientation

    faktor penentu

    keberhasilan

    dan kinerja

    UKM Malaysia.

    Temuan

    mengungkapkan

    adanya hubungan

    antara market

    orientation faktor

    penentu keberhasilan

    dalam kinerja UKM.

    Khususnya pada

    komponen customer

    focus dan market

    dissemination

    ditemukan memiliki

    hubungan yang

    signifikan dengan

    kinerja UKM.

  • 64

    Indarti &

    Langenberg

    (2004)

    Faktor-faktor

    yang

    mempengaruhi

    business

    success

    dikalangan

    SMEs: Bukti

    empiris dari

    Indonesia.

    Di Indonesia,

    terlepas dari

    fakta bahwa

    beberapa UKM

    telah menurun

    atau stagnan,

    beberapa

    yang lain telah

    sukses dan

    tumbuh.

    Faktor apa yang

    mempengaruhi

    business

    success

    dikalangan

    SMEs?

    Studi saat ini

    bertujuan untuk

    menjawab

    pertanyaan

    utama ini.

    Berdasarkan survei

    hingga 100 UKM,

    penelitian

    mengungkapkan

    bahwa

    marketing, technology

    dan capital access

    mempengaruhi

    business success

    secara positif

    signifikan, sementara

    legality terjadi dengan

    arah yang negatif.

    Narver &

    Slater

    (1990)

    Pengaruh

    Orientasi Pasar

    pada

    Profitabilitas

    Bisnis.

    Pengembangan

    pengukuran

    yang valid dari

    market

    orientation dan

    menganalisis

    pengaruhya

    terahadap

    kinerja bisnis.

    Temuan penelitian

    mendukung hipotesis,

    bahwa pada komoditi

    dan non komoditi

    bisnis, market

    orientation adalah

    penentu yang penting

    dari profitabilitas.

    Siguaw et al.

    (1998)

    Pengaruh

    market

    orientation

    pemasok pada

    market

    orientation

    distributor dan

    channel

    relationship:

    perspektif

    Penulis

    mengembang

    kan model efek

    yang mungkin

    terjadi dan

    secara empiris

    memeriksa

    konsekuensi

    dari market

    orientation

    Market orientation

    distributor tidak

    memiliki pengaruh

    langsung secara

    signifikan terhadap

    satisfaction with

    financial performance

    distributor.

  • 65

    distributor .

    pemasok pada

    market

    orientation

    distributor dan

    faktor hubungan

    saluran lainnya.

    Rachmat

    (2007)

    Orientasi

    Pelanggan,

    Orientasi Pasar

    dan Inovasi

    Serta

    Pengaruhnya

    Terhadap

    Kinerja Bisnis

    Hotel

    Berbintang Tiga

    di Indonesia.

    Penelitian ini

    bertujuan untuk

    mengeksplorasi

    pengaruh

    strategi

    pemasaran

    dengan orientasi

    pelanggan,

    orientasi pasar,

    dan inovasi

    terhadap kinerja

    bisnis di hotel

    bintang tiga

    hotel di

    Indonesia, salah

    satunya untuk

    menguji

    pengaruh

    orientasi pasar

    terhadap kinerja

    bisnis.

    Orientasi pasar

    merupakan faktor

    yang tidak

    berpengaruh

    signifikan terhadap

    kinerja bisnis.

    Fritz &

    Mundorf

    (1994)

    Market

    Orientation dan

    Corporate

    Success:

    Temuan dari

    Jerman

    Sebuah

    penelitian yang

    dilakukan untuk

    mengetahui

    konstribusi

    market

    orientation dan

    dimensi

    manajemen

    lainnya

    terhadap

    corporate

    success.

    Market orientation

    adalah faktor kritis

    yang paling penting

    untuk corporate

    success.

  • 66

    Zwerus

    (2003)

    Planning dan

    Entrepreneurial

    Success.

    Tesis ini

    bertujuan untuk

    mengidentifi

    kasi planning

    dimensions:

    precision,

    progress dan

    external

    orientation

    terhadap

    entrepreneurial

    success dalam

    program

    inkubator.

    Precision dan

    external orientation

    (external to VLT

    program)

    berpengaruh positif

    terhadap

    entrepreneurial

    success, sementara itu

    progress dan external

    orientation (not

    having VLT program)

    tidak berpengaruh.