tidak rahasia laporan hasil penyelidikan tindakan
TRANSCRIPT
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
1
A. PENDAHULUAN
A.1 Permohonan Pengenaan Tindakan Pengamanan Perdagangan
1. Pada tanggal 13 Agustus 2012, Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia
(KPPI) menerima permohonan dari Asosiasi Produsen Tepung Terigu
Indonesia (APTINDO), untuk melakukan penyelidikan atas terjadinya lonjakan
impor Tepung Terigu yang menimbulkan kerugian bagi produsen tepung
terigu di Indonesia.
2. Setelah melakukan analisa terhadap bukti-bukti yang disampaikan dalam
permohonan, KPPI menemukan adanya bukti awal yang cukup untuk
memulai penyelidikan. Berdasarkan hal tersebut, KPPI memutuskan untuk
melakukan penyelidikan terhadap kenaikan volume impor tepung gandum,
kerugian yang dialami Pemohon, dan hubungan sebab-akibat antara kenaikan
volume impor dengan kerugian tersebut.
3. Pada tanggal 24 Agustus 2012, KPPI mengumumkan dimulainya
penyelidikan terhadap kenaikan volume impor Tepung Gandum melalui
surat kabar nasional Bisnis Indonesia dan menginformasikan melalui
siaran pers yang dimuat di website Kementerian Perdagangan pada
tanggal 28 Agustus 2012.
4. Pada tanggal yang sama, KPPI menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis tentang dimulainya penyelidikan terhadap kenaikan volume impor
Tepung Gandum kepada Pemohon dan Gabungan Importir Nasional
Seluruh Indonesia (GINSI).
5. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, ada 4 produsen tepung
gandum anggota APTINDO, yaitu PT. Berkat Indah Gemilang, PT. Golden
Grand Mills, PT. Lumbung Nasional Flour Mills, dan PT. Panganmas Inti
Persada, berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan, karena
mengalami kesulitan serius dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
2
6. Untuk menghindari kerugian yang tidak dapat diperbaiki, pada tanggal 13
November 2012, KPPI menyampaikan usulan pengenaan Bea Masuk
Tindakan Pengamanan Sementara (BMTPS) terhadap importasi tepung
gandum kepada Menteri Perdagangan RI.
7. Atas usul dari Menteri Perdagangan, pada tanggal 5 Desember 2012
Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 193/PMK.011/2012 mengenai pengenaan BMTPS untuk importasi
tepung gandum ke Indonesia yang diberlakukan selama 200 hari,
terhitung sejak tanggal diundangkannya PMK tersebut.
8. Dari 19 produsen tepung gandum di indonesia, terdapat 9 produsen
tepung gandum anggota APTINDO yang menjawab dan menyampaikan
kuesioner. Namun, PT. Golden Grand Mills dan PT. Sriboga Raturaya
tidak bersedia diverifikasi sehingga dikeluarkan dari penyelidikan.
Sedangkan 10 produsen tepung gandum diluar anggota APTINDO tidak
menjawab kuesioner, sehingga dikeluarkan dari penyelidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, IDN hanya diwakili oleh 7 produsen
tepung gandum anggota APTINDO yang mewakili 86% dari total produksi
nasional industri Barang Yang Sejenis dan selanjutnya disebut sebagai
Pemohon.
9. Selain itu, pada tanggal 19 Desember 2012, KPPI juga meminta
penjelasan melalui kuesioner kepada 24 importir tepung gandum.
Hasilnya, hanya 3 importir yang menjawab dan menyampaikan kuesioner
untuk dijadikan sebagai data dan informasi penunjang penyelidikan.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
3
A.2 Identitas Pemohon
Nama : Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO).
Alamat : Daniprisma Building, 4th Floor Jl. Sultan Hasanudin
No. 47-48 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta 12160.
Telp./Faks. : (021) 7205581 / (021) 7396505
E-mail : [email protected]
A.3 Barang yang Diproduksi oleh Pemohon
10. Pemohon memproduksi Barang Sejenis dengan Barang Yang Diselidiki
sebagaimana diuraikan dalam Bab D. Selain itu, Pemohon juga memproduksi
barang lain yaitu mie pasta, tepung industri, bran, dan pollard.
A.4 Pengumuman dan Notifikasi
11. Setelah melakukan analisa terhadap bukti-bukti yang disampaikan dalam
permohonan, KPPI menemukan adanya bukti awal yang cukup untuk
memulai penyelidikan. Tahapan penyelidikan selanjutnya yang terkait dengan
publikasi dan notifikasi adalah sebagai berikut:
a. Pemberitahuan dimulainya penyelidikan pada tanggal 24 Agustus 2012,
melalui pengumuman pada surat kabar nasional Bisnis Indonesia yang
dimuat pada tanggal 24 Agustus 2012 dan melalui Siaran Pers yang
dimuat dalam website Kementerian Perdagangan pada tanggal 28
Agustus 2012;
b. Pada tanggal yang sama, KPPI menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis tentang dimulainya penyelidikan kepada Pemohon dan Gabungan
Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI);
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
4
c. Pada tanggal 28 Agustus 2012, Pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan notifikasi Article 12.1(a) kepada Committee on
Safeguards di World Trade Organization (WTO), perihal dimulainya
penyelidikan atas kenaikan volume impor Tepung Gandum ke Indonesia
yang merugikan Pemohon, dan telah disirkulasi oleh WTO pada tanggal 4
September 2012 dengan nomor dokumen G/SG/N/6/IDN/19 (Lampiran 1);
d. Pada tanggal 27 November 2012, Pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan notifikasi Article 12.4 kepada Committee on Safeguards di
WTO, perihal pemberitahuan akan dikenakannya BMTPS atas importasi
Tepung Gandum ke Indonesia, yang disirkulasi oleh WTO pada tanggal
5 Desember 2012 dengan nomor dokumen G/SG/N/7/IDN/1 (Lampiran 2);
e. Pada tanggal 13 Desember 2012, Pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan suplemen notifikasi Article 12.1(a) kepada Committee on
Safeguards di WTO, perihal rencana dengar pendapat yang akan
diselenggarakan pada tanggal 17 Januari 2013, yang disirkulasi oleh
WTO pada tanggal 19 Desember 2012 dengan nomor dokumen
G/SG/N/6/IDN/19/Suppl.1 (Lampiran 3);
f. Pada tanggal 13 Desember 2012, Pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan suplemen notifikasi Article 12.4 kepada Committee on
Safeguards di WTO, yang disirkulasi oleh WTO pada tanggal
19 Desember 2012 dengan nomor dokumen G/SG/N/7/IDN/1/Suppl.1
(Lampiran 4), perihal pengenaan BMTPS terhadap importasi Tepung
Gandum ke Indonesia yang mulai berlaku sejak tanggal 5 Desember 2012
berdasarkan PMK Nomor 193/PMK.011/2012;
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
5
g. Pada tanggal 3 Januari 2013, Pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan notifikasi Article 12.5 kepada Council for Trade in Goods
di WTO, perihal hasil pelaksanaan konsultasi dengan negara eksportir
terbesar atas pengenaan BMTPS terhadap importasi Tepung Gandum
(Lampiran 5);
h. Pada tanggal 31 Mei 2013, Pemerintah Republik Indonesia
menyampaikan notifikasi Article 12.1(b) kepada Committee on
Safeguards di WTO, perihal hasil penyelidikan, yang disirkulasi oleh WTO
pada tanggal 5 Juni 2013 dengan nomor dokumen G/SG/N/8/IDN/15;
G/SG/N/10/IDN/15 (Lampiran 6).
A.5 Proporsi Produksi Pemohon
12. Berdasarkan hasil penyelidikan, total produksi Pemohon adalah sebesar 86%
dari total produksi nasional industri Barang Yang Sejenis. Sehingga Pemohon
dianggap mewakili Industri Dalam Negeri.
A.6 Periode Penyelidikan
13. Periode penyelidikan adalah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
B. RINGKASAN TANGGAPAN PIHAK YANG BERKEPENTINGAN
14. Sebagaimana diatur berdasarkan Article 3.1 WTO Agreement on Safeguards,
selama masa penyelidikan, KPPI antara lain telah menyelenggarakan dengar
pendapat, dan memberikan kesempatan konsultasi dimana pihak yang
berkepentingan yaitu, Pemohon, negara eksportir, eksportir, dan importir,
dapat menyampaikan bukti dan tanggapan secara tertulis, yang terkait
dengan penyelidikan. Ringkasan dari beberapa tanggapan dan pandangan
yang disampaikan adalah sebagai berikut:
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
6
B.1 Pemohon
15. APTINDO selaku Pemohon menyampaikan klaim dalam rangka mengajukan
permohonan safeguards, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Alasan APTINDO mengajukan permohonan safeguards adalah
berdasarkan data impor sebagai berikut:
Tabel 1: Volume Impor Tepung Gandum Tahun 2008-2011
Volume: Ton
Tahun
2008 2009 2010 2011
530.914 645.010 775.534 680.125 Sumber: BPS
b. Harga jual tepung gandum impor di pasar domestik lebih murah jika
dibandingkan dengan biaya produksi tepung gandum Pemohon,
sehingga sebagian besar anggota APTINDO mengalami penurunan
keuntungan dari tahun ke tahun, bahkan beberapa produsen
mengalami kerugian serius dan terancam bangkrut dengan kondisi
yang sulit diperbaiki apabila tidak segera dikenakan tindakan.
B.2 Negara Eksportir
B.2.1. Turki
Pemerintah Turki menyampaikan tanggapan antara lain:
16. Petisi versi tidak rahasia Pemohon, data dan informasinya sangat tidak
memadai. Dalam petisi tidak ditemukan penjelasan mengenai perkembangan
tak terduga.
17. Tren impor secara keseluruhan tidak terlihat mengalami lonjakan impor yang
mendadak (sudden) dalam waktu dekat (recent), secara tajam (sharp), dan
signifikan selama periode penyelidikan.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
7
18. Tidak ada hubungan sebab akibat antara kerugian yang dialami dengan
lonjakan impor yang terjadi.
19. Perlu diselidiki alasan PT. ISM Bogasari turut serta dalam permohonan,
mengingat kondisi finansial perusahaan yang baik dalam industri tepung
gandum, selain itu alasan PT. Sriboga Raturaya tidak dimasukkan dalam data
konsolidasi petisi, dan meminta klarifikasi apakah data konsolidasi sudah
termasuk data kinerja PT. Golden Grand Mills.
20. Pengenaaan TPP akan menyebabkan langkanya produk tepung gandum
sehingga merugikan konsumen di Indonesia.
21. TPP akan memberikan dampak negatif terhadap perdagangan bilateral antara
Turki dan Indonesia, sehingga meminta kepada Indonesia untuk
menghentikan penyelidikan safeguards yang sedang berjalan tanpa adanya
pengenaan TPP.
22. Dasar usulan pengenaan TPP kurang jelas, level kuota yang diusulkan terlalu
rendah, dan tingkat tarif yang diusulkan masih terlalu tinggi.
23. Meminta klarifikasi besaran kuota yang dialokasikan kepada setiap negara
eksportir, metode perhitungan porsi kuota, metode perhitungan tingkat tarif,
dan mekanisme di Indonesia apabila pengenaan kuota diterapkan.
Tanggapan KPPI:
24. Menanggapi recital 16, data dan informasi yang disampaikan oleh Pemohon
untuk kepentingan pengajuan permohonan safeguards telah memenuhi
ketentuan WTO dan sudah cukup kuat sebagai bukti awal untuk dimulainya
penyelidikan. Dalam Notifikasi Article 12.1(b) dijelaskan bahwa peningkatan
volume impor pada tahun 2008-2010 atas Barang Yang Diselidiki adalah
peristiwa yang tidak terduga sebelumnya, karena kenaikan volume impor
yang masuk ke Indonesia dengan harga di bawah biaya produksi Pemohon.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
8
Hal ini mengancam keberlangsungan beberapa perusahaan anggota
Pemohon, dan mengakibatkan penurunan keuntungan yang tajam.
25. Menanggapi recital 17, pada kasus US —Pipe Line, Panel menyatakan
bahwa kata ―recent‖ mengandung arti analisa retrospektif (analisa dengan
melihat masa lampau)", tetapi analisa tersebut bukan berarti harus dilakukan
terhadap kondisi impor pada tahun dikeluarkannya hasil penyelidikan. Hal
tersebut juga tidak berarti bahwa analisa tersebut harus secara khusus
melihat kondisi impor pada tahun akhir periode penyelidikan. Panel juga
menyatakan bahwa tidak ada ketentuan yang mengatur bahwa impor harus
meningkat sampai dengan saat ini. Peningkatan impor dapat dilihat dari
tahun-tahun sebelumnya, tetapi tidak harus meningkat hingga tahun terakhir
pada periode penyelidikan atau tahun yang sama dengan saat dikeluarkannya
hasil penyelidikan.
26. Menanggapi recital 18, dalam Notifikasi Article 12.1(b), dinyatakan bahwa
peningkatan volume impor di tahun 2008 – 2010 merupakan akibat dari
masuknya impor dengan harga di bawah harga domestik, sehingga pangsa
pasar impor meningkat. Kemudian bila dilihat dari kondisi impor yang terjadi di
tahun 2011, Pemohon mengalami penurunan laba dan beberapa perusahaan
bahkan mengalami kerugian finansial, karena pangsa pasar impor masih
cukup besar untuk mempengaruhi harga tepung gandum di pasar Indonesia,
sehingga Pemohon tidak dapat menaikkan harga jual untuk menutupi biaya
produksi.
27. Menanggapi recital 19, telah disampaikan di dalam Notifikasi Article 12.1(b):
a. Yang mengajukan permohonan TPP adalah APTINDO yang anggotanya
9 perusahaan, dimana salah satu anggotanya adalah PT. ISM Bogasari.
b. PT. Sriboga Raturaya merupakan anggota APTINDO, namun perusahaan
tersebut tidak bersedia diverifikasi sehingga dikeluarkan dari data kinerja
konsolidasi.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
9
c. Data kinerja PT. Golden Grand Mills masuk dalam data kinerja
konsolidasi. Namun, perusahaan tersebut menolak untuk dilakukan
verifikasi, sehingga KPPI memutuskan untuk mengeluarkan PT. Golden
Grand Mills dari penyelidikan.
28. Menanggapi recital 20, berdasarkan data yang diperoleh, kapasitas produksi
Pemohon sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan tepung gandum
domestik.
29. Menanggapi recital 21, Berdasarkan ketentuan WTO, setiap negara anggota
berhak memberlakukan pengenaan TPP setelah dilakukan penyelidikan yang
sesuai dengan aturan WTO.
30. Menanggapi recital 22 dan 23, KPPI telah melakukan konsultasi atas hasil
penyelidikan dengan negara-negara eksportir terbesar termasuk Turki, dan
memberikan kesempatan kepada negara-negara tersebut termasuk Turki
untuk menyampaikan pendapat.
B.2.2. Sri Lanka
Pemerintah Sri Lanka menyampaikan tanggapan antara lain:
31. Tidak ada lonjakan volume impor, tidak ada bukti kerugian serius atau
ancaman kerugian serius, tidak ada hubungan kausal, tidak ada analisa
perkembangan yang tak terduga, dan tidak ada analisis faktor lain.
32. TPP yang akan dikenakan masih terlalu tinggi dan kuota yang dialokasikan
kepada Sri Lanka harus sesuai dengan ketentuan WTO. Selain itu, perlu
penjelasan mengenai mekanisme pelaksanaan kuota di lapangan apabila
TPP diberlakukan dalam bentuk kuota.
Tanggapan KPPI:
33. Tanggapan atas recital 31 telah disampaikan pada recital 24, 25, dan 26.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
10
34. Menanggapi recital 32, telah dilakukan konsultasi atas hasil penyelidikan
dengan negara-negara eksportir terbesar termasuk Sri Lanka, dan
memberikan kesempatan kepada negara-negara tersebut termasuk Sri Lanka
untuk menyampaikan pendapat.
B.2.3. Ukraina
Pemerintah Ukraina menyampaikan tanggapan antara lain:
35. Pertanyaan mengenai Major proportion dari Pemohon.
36. Tidak ada lonjakan volume impor, tidak ada bukti kerugian, dan tidak ada
hubungan kausal.
Tanggapan KPPI:
37. Pemohon sudah memenuhi major proportion dengan mewakili 86% dari
total produksi nasional.
38. Tanggapan atas recital 36 telah disampaikan pada recital 25 dan 26.
B.2.4. Uni Eropa
Uni Eropa menyampaikan tanggapan antara lain:
39. Tidak ada peningkatan impor dalam waktu singkat, mendadak, menanjak
tajam dan signifikan, yang menyebabkan atau mengancam kerugian
serius.
40. Analisa perkembangan tidak terduga seharusnya dilakukan sebelum
penyelidikan dilaksanakan.
Tanggapan KPPI:
41. Tanggapan atas pertanyaan pada recital 39 telah disampaikan pada recital
25, serta di dalam Notifikasi Article 12.1(b).
42. Dalam kasus safeguards Amerika Serikat untuk produk baja, panel sepakat
bahwa Article 3 Agreement on Safeguards tidak mengharuskan otoritas
penyelidik untuk memberikan draft laporan temuan berkaitan dengan
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
11
unforeseen development kepada pihak yang berkepentingan sebelum laporan
temuan tersebut dipublikasikan.
B.2.5. Australia
Pemerintah Australia menyampaikan tanggapan antara lain:
43. Tidak ada peningkatan impor, perkembangan tak terduga, dan kerugian
serius. Ekspor Australia tepung gandum ke Indonesia telah berkurang secara
signifikan selama beberapa tahun terakhir.
44. BMTPS hanya dapat diambil di mana ada "keadaan darurat yang akan
menyebabkan kerusakan yang sulit diperbaiki apabila tidak segera diberikan
perlindungan".
Tanggapan KPPI:
45. Tanggapan atas recital 43 telah disampaikan dalam recital 24, 25, dan 26.
46. Menanggapi recital 44, telah disampaikan di dalam Notifikasi Article 12.4
bahwa BMTPS diberlakukan karena beberapa produsen mengalami kesulitan
likuiditas, solvabilitas dan ketidaksehatan finansial.
B.2.6. Singapura
Pemerintah Singapura menyampaikan tanggapan antara lain:
47. Sebagai negara berkembang meminta dikecualikan dari pengenaan TPP
karena pangsa pasar impor tepung gandum-nya kurang dari 3%.
Tanggapan KPPI:
48. Sesuai dengan ketentuan WTO, negara berkembang yang memiliki pangsa
pasar impor kurang dari 3% dikecualikan dari pengenaan TPP.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
12
B.2.7. Meksiko
Pemerintah Meksiko menyampaikan tanggapan antara lain:
49. Tidak terdapat ekspor tepung gandum Meksiko ke Indonesia selama periode
2008-2011, serta meminta agar ekspor tepung gandum Meksiko dikecualikan
dari penerapan TPP.
Tanggapan KPPI:
50. Sesuai dengan ketentuan WTO, negara berkembang yang memiliki pangsa
pasar impor kurang dari 3% dikecualikan dari pengenaan TPP.
B.2.8. Taiwan
Pemerintah Taiwan menyampaikan tanggapan antara lain:
51. Volume impor tepung gandum Indonesia dari Taiwan pada tahun 2011 kurang
dari 3% dari total impor, sehingga Taiwan meminta untuk dikecualikan dari
penyelidikan.
Tanggapan KPPI:
52. Sesuai dengan ketentuan WTO, negara berkembang yang memiliki pangsa
pasar impor kurang dari 3% dikecualikan dari pengenaan TPP.
B.3 Perusahaan/Asosiasi Eksportir
B.3.1. Prima Ceylon (Private) Limited (PCL):
PCL menyampaikan tanggapan antara lain:
53. Tidak terbukti adanya peningkatan impor, kerugian serius dan/atau hubungan
antara kerugian serius dengan peningkatan impor. Selain itu, petisi tidak
memberikan informasi mengenai unforeseen developments.
Tanggapan KPPI:
54. Tanggapan atas recital 53 telah disampaikan dalam recital 24, 25 dan 26.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
13
B.3.2. Central Anatolian Exporters Union (OAIB)
55. OAIB menyampaikan tanggapan antara lain:
a. Tidak adanya bukti yang cukup dari peningkatan impor, kerugian
serius/ancaman kerugian serius, dan atau hubungan kausal antara
kerugian serius yang dialami dengan peningkatan impor.
b. Elemen terpenting yang mendasari kenaikan volume impor berdasarkan
yurisprudensi WTO Appellate Body dalam kasus Argentina Footwear
adalah recent, sudden, sharp, and significant.
c. Ketentuan WTO mengharuskan adanya analisis unforeseen
developments dalam kaitannya dengan peningkatan impor, persyaratan
yang ketat untuk pengenaan tindakan pengamanan, serta jaminan ketat
untuk keadilan dan transparansi.
Tanggapan KPPI:
56. Tanggapan atas recital 55 telah disampaikan dalam recital 24, 25 dan 26.
.
B.3.3. Manildra Pty. Ltd.:
Manildra menyampaikan tanggapan antara lain:
57. Penyelidikan harus dihentikan tanpa pengenaan tindakan karena tidak ada
lonjakan volume impor, tidak ada bukti kerugian serius atau ancaman
kerugian serius, tidak ada hubungan kausal, dan tidak ada analisa
perkembangan yang tak terduga.
58. BMTPS hanya dapat diambil apabila ada "keadaan darurat yang akan
menyebabkan kerusakan yang sulit diperbaiki apabila tidak segera diberikan
perlindungan."
Tanggapan KPPI:
59. Tanggapan atas recital 57 telah disampaikan dalam recital 24, 25 dan 26.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
14
60. Menanggapi recital 58, telah disampaikan di dalam Notifikasi Article 12.4 yang
disirkulasikan di WTO Committee on Safeguards bahwa BMTPS diberlakukan
karena beberapa produsen mengalami kesulitan likuiditas, solvabilitas dan
ketidaksehatan finansial.
B.4 Importir
B.4.1. Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT)
GPMT menyampaikan tanggapan antara lain:
61. TPP akan berdampak pada kenaikan harga pakan ikan, yang akan
berpengaruh terhadap biaya produksi budidaya ikan dan udang. Hal
tersebut dapat menyebabkan penurunan daya saing usaha perikanan
Indonesia. Diharapkan APTINDO dapat menyediakan tepung gandum
untuk pakan sesuai dengan spesifikasinya dengan harga yang bersaing
sehingga anggota GPMT tidak tergantung dari impor.
Tanggapan KPPI:
62. APTINDO telah menyampaikan kesanggupannya untuk memenuhi
permintaan GPMT apabila TPP diterapkan. Berdasarkan data yang diperoleh
KPPI, kapasitas produksi Pemohon sudah lebih dari cukup untuk memenuhi
kebutuhan tepung gandum domestik, meskipun tidak ada importasi tepung
gandum ke Indonesia.
B.4.2. PT. Prakarsa Alam Segar
Prakarsa Alam Segar menyampaikan tanggapan antara lain:
63. Penerapan safeguards supaya dapat ditinjau kembali oleh karena
perusahaan tersebut lebih banyak melakukan kegiatan impor dari Negara
Srilanka dan Australia.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
15
Tanggapan KPPI:
64. Rekomendasi pengenaan safeguards dilakukan berdasarkan hasil
penyelidikan KPPI dan telah dilakukan verifikasi data ke lapangan.
B.4.3. PT. Olaga Food
Olaga Food menyampaikan tanggapan antara lain:
65. Tidak mendukung adanya pengenaan BMTPS tepung gandum sebesar
20% karena akan memacu ekspansi dan pembangunan pabrik
penggilingan tepung gandum di dalam negeri.
Tanggapan KPPI:
66. Tanggapan atas recital 65 telah disampaikan dalam recital 64.
C. KONSULTASI DENGAN PIHAK YANG BERKEPENTINGAN
67. Berdasarkan Agreement on Safeguards, KPPI menyediakan kesempatan
untuk melakukan konsultasi kepada negara eksportir pemasok utama
tepung gandum di Indonesia terkait hasil temuan KPPI atas penyelidikan
kenaikan volume impor Barang Yang Diselidiki, yang telah disampaikan
melalui Notifikasi hasil temuan penyelidikan sesuai dengan Article 12.1(b)
pada tanggal 31 Mei 2013. Konsultasi dilaksanakan pada tanggal 7 Juni
2013 yang dihadiri oleh Turki, Sri Lanka, Ukraina, Uni Eropa dan
Australia, yang pada kesempatan tersebut menyampaikan tanggapan dan
pandangannya.
68. Selanjutnya KPPI mengirimkan surat kepada Negara-negara pemasok
tepung gandum terbesar ke Indonesia pada tanggal 13 Juni 2013 perihal
opsi usulan pengenaan TPP atas importasi tepung gandum.
69. Berdasarkan permintaan pihak terkait, KPPI memberikan kesempatan
untuk menyelenggarakan konsultasi bilateral dengan negara-negara
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
16
pemasok tepung gandum terbesar ke Indonesia yaitu Turki, Sri Lanka,
dan Ukraina, yang diberikan waktu pada tanggal 19-21 Juni 2013.
70. Berdasarkan permintaan Negara Australia, KPPI juga memberikan
kesempatan untuk menyelenggarakan konsultasi bilateral dengan
Australia pada tanggal 18 Juni 2013, perihal usulan pengenaan TPP atas
importasi tepung gandum.
71. Hasil sementara dari konsultasi bilateral adalah pemilihan opsi dari
kombinasi kuota dan tarif sebagai bentuk pengenaan TPP atas importasi
Tepung Gandum.
72. Setelah dilakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait dan
menimbang tidak memungkinkannya untuk pengenaan TPP dengan
bentuk opsi kombinasi kuota dan tarif, maka KPPI pada tanggal
13 Agustus 2013 mengirimkan surat kepada negara pemasok utama,
mengenai opsi usulan pengenaan TPP atas importasi Tepung Gandum
yang memungkinkan untuk dilaksanakan di Indonesia, yaitu berupa tarif
atau kuota.
73. KPPI memberikan kembali kesempatan untuk menyelenggarakan
konsultasi bilateral dengan Negara Turki yang diberikan waktu pada
tanggal 28 Agustus dan 27 September 2013, dan Negara Sri Lanka yang
diberikan waktu pada tanggal 19 Juli dan 16 September 2013, perihal opsi
usulan pengenaan TPP atas importasi Tepung Gandum berupa tarif atau
kuota, serta mekanisme teknis apabila pengenaan TPP atas importasi
Tepung Gandum adalah berupa kuota.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
17
D. HASIL PENYELIDIKAN
D.1 Barang Yang Diselidiki
D.1.1. Uraian Barang
Tabel 2. Uraian Barang dan Nomor HS berdasarkan BTKI 2012.
NOMOR HS URAIAN BARANG
1101.00.10 Tepung Gandum
1101.00.10.10 Tepung Gandum, Telah Difortifikasi
1101.00.10.90 Tepung Gandum, Lain-Lain
74. Penyelidikan dilakukan terhadap tepung gandum yang telah difortifikasi dan
tepung gandum lainnya dengan nomor HS. 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90.
D.1.2. Klasifikasi Tarif
Tabel 3. Klasifikasi Tarif Bea Masuk untuk Barang Yang Diselidiki
Nomor HS TARIF 2008 2009 2010 2011
1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90
MFN 0 5 5 5
AFTA 0 0 0 0
AANZ-FTA 5 5 5 3 Sumber: Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Kemenkeu RI
75. Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa tarif bea masuk MFN untuk
tepung gandum pada tahun 2011 adalah sebesar 5%, sedangkan untuk AFTA
sebesar 0%, dan AANZ-FTA sebesar 3%.
D.1.3. Spesifikasi Barang Yang Diselidiki
76. Dari penyelidikan KPPI diperoleh spesifikasi tepung gandum yang diproduksi
oleh Pemohon adalah sebagai berikut:
a. Tepung gandum fortifikasi adalah tepung yang dibuat dari endosperma biji
gandum dengan penambahan zat dan vitamin antara lain besi (Fe), seng
(Zn), vitamin B1, vitamin B2, dan asam folat.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
18
b. Tepung gandum non fortifikasi adalah tepung yang dibuat dari
endosperma biji gandum namun tidak diberikan tambahan zat/vitamin
untuk pakan ternak.
D.1.4. Bahan Baku
77. Bahan baku Tepung Gandum yang diproduksi oleh Pemohon adalah biji
gandum yang berasal dari Australia, Amerika Serikat, Kanada, dan India.
Hampir tidak ada penghasil gandum di Indonesia sehingga Pemohon harus
melakukan impor.
D.1.5. Proses Produksi Barang Yang Diselidiki
78. Proses pengolahan gandum menjadi tepung gandum dibagi dalam 2 proses,
yakni proses pembersihan dan penggilingan. Pada proses pembersihan,
gandum dibersihkan dari kotoran seperti debu, kerikil, dan biji-biji lain selain
gandum. Setelah itu dilakukan proses penambahan air (dampening) agar
gandum memiliki kadar air yang diinginkan. Proses kedua adalah
penggilingan (milling) yang meliputi proses breaking, reduction, sizing, dan
tailing. Prinsip proses penggilingan adalah memisahkan endosperm dari
lapisan kulit. Selama proses penggilingan dihasilkan produk-produk samping
seperti pollard, bran, dan tepung industri. Tujuan dari tahap penggilingan ini
untuk memperoleh hasil ekstraksi yang tinggi dengan kualitas tepung yang
baik.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
19
D.1.6. Jalur Distribusi Pemasaran
Bagan 1: Alur Distribusi Tepung Gandum
Sumber: Pemohon
79. Jalur distribusi yang dilakukan oleh produsen Pemohon, dilakukan melalui 2
(dua) mata rantai jalur distribusi besar sebagaimana tercantum dalam
bagan 1, yaitu:
a. Barang Yang Diselidiki didistribusikan langsung kepada distributor besar
atau diserap oleh industri skala besar dan Usaha Kecil Menengah (UKM).
b. Barang Yang Diselidiki masuk dalam gudang-gudang distributor, dan
didistribusikan kepada grosir atau UKM. Dari grosir didistribusikan
kembali untuk dikonsumsi oleh UKM lainnya, industri rumah tangga, atau
konsumsi rumah tangga.
PRODUSEN
LOKAL
INDUSTRI
PENGGUNA
DISTRIBUTOR
INDUSTRI
UKM
GROSIR
UKM RETAIL
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
20
D.1.7. Kegunaan Barang
Berdasarkan Kegunaan Barang yang diselidiki, tepung gandum dibedakan
menjadi :
80. Tepung gandum yang telah difortifikasi dengan HS. 1101.00.10.10.
Kegunaan dari tepung gandum yang difortifikasi dibedakan berdasarkan
kadar protein yang menentukan tingkat glutennya. Gluten memiliki sifat
mampu memberikan kekenyalan pada tekstur makanan yang dibuatnya.
Adapun pengelompokan tepung gandum yang telah difortifikasi berdasarkan
kegunaannya adalah sebagai berikut:
a. Tepung Gandum Protein Tinggi
Tepung gandum jenis ini mempunyai kadar protein yang paling tinggi
dengan kandungan proteinnya mencapai 11-13%. Jenis tepung ini
paling cocok digunakan dalam pembuatan roti.
b. Tepung Gandum Protein Sedang
Tepung gandum jenis ini mempunyai kadar protein 8-10%, sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan tepung gandum jenis hard wheat.
Tepung ini cocok digunakan dalam pembuatan aneka cake, bolu dan
kue basah lainnya.
c. Tepung Gandum Protein Rendah
Tepung gandum jenis ini mempunyai kadar protein paling rendah yaitu
sekitar 6-8%. Tepung ini cocok digunakan dalam pembuatan kue yang
renyah, seperti biskuit atau keripik.
81. Tepung gandum selain yang telah difortifikasi dengan HS.1101.00.10.90 pada
umumnya digunakan sebagai bahan baku untuk produksi pakan ternak.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
21
D.2 Impor
D.2.1. Impor Absolut
Tabel 4. Impor Barang Yang Diselidiki Secara Absolut
Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011
Jumlah (Ton) 530.914 645.010 775.534 680.125
Peningkatan (%) 21,5 20,2 (12,3)
Tren (%) 10
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
82. Sebagaimana terlihat dalam Tabel 4 di atas, telah terjadi kenaikan volume
impor Barang Yang Diselidiki, sebesar 21,5% dari tahun 2008 ke tahun 2009,
dan sebesar 20,2% dari tahun 2009 ke tahun 2010, meskipun terjadi
penurunan sebesar 12,3% dari tahun 2010 ke tahun 2011. Secara
keseluruhan, tren kenaikan volume impor pada periode penyelidikan tahun
2008 sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 10%.
D.2.2. Pangsa Pasar Impor Tiga Negara Terbesar
Tabel 5. Pangsa Pasar Impor Tiga Negara Terbesar
Uraian Negara S.O.I 2008 (%) S.O.I 2011 (%)
Turki 42,8 57,0
Sri Lanka 11,5 30,5
Ukraina 0,2 4,6
Negara Lainnya 45,5 7,9 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) dan diolah.
83. Berdasarkan pada tabel 5, pangsa pasar ketiga negara pengekspor Tepung
Gandum terbesar ke Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat
dari tahun 2008 ke tahun 2011.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
22
D.2.3. Pangsa Pasar Impor Negara Lainnya
Tabel 6. Pangsa Pasar Impor Negara Lainnya
Pada Tahun 2011
Uraian Negara S.O.I 2011 (%)
Belgia 3,26
Australia 2,19
Jepang 0,63
Singapura 0,60
Malaysia 0,49
Argentina 0,47
India 0,09
Vietnam 0,04
Polandia 0,02
Federasi Rusia 0,02
Korea Selatan 0,01
Spanyol 0,01
Republik Rakyat Cina 0,01 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
84. Negara berkembang dengan pangsa pasar dibawah 3% pada tahun 2011
adalah Singapura, Malaysia, Argentina, Vietnam, Korea Selatan, dan
Republik Rakyat Cina. Secara keseluruhan pangsa pasar Negara
berkembang yang dibawah 3% adalah kurang dari 9%, sehingga apabila TPP
diterapkan, negara-negara tersebut dikecualikan dari TPP sesuai ketentuan
WTO.
D.3 Kerugian
85. KPPI memeriksa semua data dan informasi yang tersedia terkait kondisi
aktual industri dalam negeri. Selain itu, dilakukan verifikasi lapangan terhadap
kinerja industri dalam negeri pada bulan November-Desember 2012.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
23
D.3.1. Konsumsi Nasional
Tabel 7. Konsumsi Nasional, Jumlah Impor, dan Pangsa Pasar
No. Uraian Satuan Tahun
2008 2009 2010 2011
1 Konsumsi Nasional Indeks 100 111 119 133
2 Jumlah Impor Ton 530.914 645.010 775.534 680.125
3 Pangsa Pasar Impor %
Indeks 100 109 122 96
4 Pangsa Pasar Industri Dalam Negeri
% Indeks
100 98 96 101
Sumber: BPS dan APTINDO
86. Selama Periode Penyelidikan konsumsi nasional telah mengalami tren
peningkatan sebesar 9,7%. Pada tahun 2011, konsumsi nasional meningkat
sebesar 14 poin indeks dibandingkan dengan tahun 2010. Di lain pihak,
pangsa pasar Industri Dalam Negeri mengalami penurunan sampai dengan
tahun 2010 walaupun pada tahun 2011 terjadi peningkatan.
87. Selama Periode Penyelidikan jumlah impor Barang Yang Diselidiki telah
mengalami kenaikan, yaitu dengan tren sebesar 10%. Walaupun pada tahun
2011 jumlah impor mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010,
namun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terjadi kenaikan volume
impor Barang Yang Diselidiki, dari sebesar 530.914 ton ditahun 2008 menjadi
645.010 ton ditahun 2009, dan menjadi 775.534 ton ditahun 2010;
88. Sehubungan dengan terjadinya kenaikan jumlah impor Barang Yang
Diselidiki, pangsa pasar impor mengalami peningkatan selama Periode
Penyelidikan, yaitu dengan tren sebesar 5%. Walaupun pada tahun 2011
pangsa pasar impor mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010,
namun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 terjadi kenaikan pangsa
pasar impor Barang Yang Diselidiki, yaitu dari 100 poin indeks menjadi 122
poin indeks; dan
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
24
89. Sebaliknya, pangsa pasar Industri Dalam Negeri mengalami penurunan
selama Periode Penyelidikan dengan tren sebesar 6%. Walaupun pada tahun
2011 pangsa pasar Industri Dalam Negeri mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2010, namun dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2010 terjadi penurunan pangsa pasar Industri Dalam Negeri, yaitu dari
100 poin indeks menjadi 96 poin indeks.
D.3.2. Kinerja
Tabel 8. Data Kinerja Pemohon
No Uraian Satuan Tahun
2008 2009 2010 2011
1 Penjualan
Domestik Indeks 100 108 120 133
2 Produksi Indeks 100 108 121 135
3 Kapasitas
Terpakai % Indeks 100 101 109 115
4 Laba Indeks 100 198 220 84
5 Tenaga
Kerja Indeks 100 99 98 102
6 Persediaan
(Stock) Indeks 100 194 343 497
7 Produktivitas Indeks 100 109 124 132
Sumber: Hasil Verifikasi KPPI
90. Penjualan domestik dan produksi mengalami peningkatan selama periode
penyelidikan dan pada periode yang sama kapasitas terpakai serta
produktivitas juga meningkat. Namun demikian, keuntungan Pemohon pada
tahun 2011 mengalami penurunan yang drastis yaitu sebesar 136 poin indeks
dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini disebabkan karena Pemohon
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
25
terpaksa menurunkan harga jualnya agar dapat bersaing dengan barang
impor yang dijual dibawah biaya produksi Pemohon;
91. Produksi Pemohon mengalami peningkatan selama periode penyelidikan,
namun Pemohon tidak dapat mengoptimalkan penjualan domestiknya
sehingga pada periode tersebut terjadi peningkatan persediaan dari 100 poin
indeks di tahun 2008 menjadi 497 poin indeks di tahun 2011;
92. Sesuai dengan perkembangan penjualan domestik dan produksi Pemohon
pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, kapasitas terpakai Pemohon
mengalami peningkatan dari 100 poin indeks pada tahun 2008 menjadi
sebesar 115 poin indeks di tahun 2011. Terjadinya peningkatan produksi yang
menyebabkan peningkatan kapasitas terpakai pada industri Pemohon selama
periode penyelidikan, bukan sepenuhnya disebabkan oleh adanya
peningkatan penjualan domestik. Dalam hal ini, selama periode tersebut
terdapat data persediaan yang meningkat cukup tajam dari 100 poin indeks
menjadi 497 poin indeks. Sehingga apabila jumlah persediaan tersebut
dikeluarkan dari perhitungan produksi, maka kapasitas terpakai industri
Pemohon hanya akan sebesar 54%, 53%, 56%, dan 57% selama periode
penyelidikan, yaitu sedikit di atas tingkat break even point industri tepung
gandum secara umum;
93. Hal yang dapat mendorong peningkatan kapasitas terpakai adalah
peningkatan penjualan domestik dan peningkatan pangsa pasar. Meskipun
konsumsi nasional meningkat sebesar 33% selama periode penyelidikan,
namun pangsa pasar industri dalam negeri cenderung stabil jika dibandingkan
antara tahun 2008 dengan 2011, bahkan pada 2009-2010 mengalami
penurunan. Sedangkan, selama periode tersebut volume impor meningkat
sebesar 21% selama 2008-2010 walaupun terjadi penurunan yang relatif
tajam pada tahun 2011. Dalam hal ini, dapat diambil kesimpulan bahwa
barang impor lebih banyak mendapatkan keuntungan atas adanya
peningkatan konsumsi tepung gandum domestik, jika dibandingkan dengan
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
26
penjualan dari Pemohon yang peningkatannya relatif rendah. Selain itu dapat
juga disimpulkan bahwa peningkatan yang terjadi atas persediaan disebabkan
oleh adanya barang impor;
94. Terjadinya penurunan laba yang dialami pada tahun 2011 disebabkan oleh
ketidakmampuan Pemohon untuk menaikkan harga ketika terjadi peningkatan
harga bahan baku, dimana biaya produksi dalam negeri masih lebih tinggi jika
dibandingkan dengan harga barang impor;
95. Tenaga kerja Pemohon mengalami pengurangan dari tahun 2008 ke tahun
2010, dengan angka pengurangan sebesar 2,4% pada tahun 2009 dan 1,5%
pada tahun 2010 dibandingkan tahun sebelumnya, walaupun selanjutnya
pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 4,6% menjadi 102 poin
indeks;
96. Jika kita melihat kondisi impor, harga jual impor dari pemasok utama berada
di bawah biaya produksi Pemohon, bahkan ada yang hanya selisih sedikit di
atas biaya bahan baku. Melihat persaingan tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa terjadi depresiasi harga pada penjualan domestik yang
menyebabkan penurunan laba tertinggi pada tahun 2011, karena produsen
domestik tidak dapat melakukan penyesuaian harga ke level yang dapat
menutupi kenaikan biaya bahan baku dan biaya investasi yang telah
dilakukan.
Tabel 9. Perbandingan Harga
Tahun Harga
Gandum Impor
Harga Tepung Gandum Impor Biaya Produksi Pemohon Per Unit
Harga Tepung Gandum Pemohon
Rata-rata
Turki Sri
Lanka Ukraina Australia Belgia
2008 100 189 169 202 187 216 206 172 197
2009 100 104 93 128 95 122 106 130 164
2010 100 125 112 147 111 159 132 134 179
2011 100 132 115 162 113 155 159 141 166 Sumber: Hasil Verifikasi KPPI dan BPS
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
27
97. Berdasarkan tabel 9 di atas, terlihat bahwa biaya produksi Pemohon per unit
lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga tepung gandum impor pada tahun
2009-2011, walaupun pada tahun 2008 biaya produksi Pemohon per unit
yaitu sebesar 172 poin indeks sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan
harga tepung gandum impor yaitu sebesar 189 poin indeks. Bahkan pada
tahun 2009 harga gandum impor lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga
tepung gandum impor dari Turki dan Ukraina.
D.3.3. Perkembangan Tidak Terduga
98. Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk menurunkan tarif MFN secara
bertahap pada Barang Yang Diselidiki adalah dalam rangka membuka pasar
dan memberikan kesempatan industri dalam negeri untuk berkembang
sekaligus menjaga keamanan pasokan pangan. Kebijakan tersebut
mengakibatkan kenaikan volume impor tepung gandum. Namun, terjadinya
kenaikan volume impor tepung gandum tersebut disertai dengan harga jual di
pasar domestik di bawah biaya produksi Pemohon, sehingga menyebabkan
permintaan tepung gandum impor meningkat tajam, dimana hal ini tidak dapat
diduga sebelumnya. Peningkatan impor yang tajam tersebut mengancam
kelangsungan hidup sejumlah Industri Pemohon, serta menyebabkan
penurunan laba secara drastis dan/atau kerugian finansial terhadap
Pemohon.
E. FAKTOR LAIN
99. Sebagaimana terlihat dalam Tabel 10, bahwa terjadi kelebihan kapasitas
pada industri dalam negeri, namun dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa kapasitas
terpakai mengalami peningkatan, dan kapasitas terpakai yang mengalami
peningkatan tersebut melebihi dari standar break even point untuk industri
komoditi yang sensitif seperti tepung gandum. Maka dapat disimpulkan bahwa
kerugian yang dialami oleh Industri Dalam Negeri bukan disebabkan oleh
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
28
ketidakmampuan Industri Dalam Negeri untuk dapat memenuhi kebutuhan
nasional, tetapi karena adanya barang impor yang mempengaruhi kinerja
keuangan Industri Dalam Negeri.
Tabel 10. Konsumsi Nasional dan Kapasitas Terpasang Pemohon
No. Uraian Volume (Indeks)
2008 2009 2010 2011
1 Konsumsi Nasional 100 111 119 133
2 Kapasitas Terpasang Pemohon
145 155 161 170
Sumber: Hasil verifikasi KPPI
100. Meskipun Pemohon sangat tergantung pada impor gandum yang harganya
berfluktuasi sesuai dengan penawaran dan permintaan di pasar internasional,
tetapi Pemohon dapat mengatasi hal tersebut dengan menggunakan forward
contract pembelian bahan baku dan manajemen pengendalian persediaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, kerugian serius Pemohon
merupakan akibat dari lonjakan impor tepung gandum yang dijual di pasar
domestik dengan harga yang kadang-kadang berada di bawah harga bahan
baku, bukan disebabkan oleh ketergantungan pada impor gandum.
101. Persaingan antara Industri Dalam Negeri tidak menyebabkan penurunan
keuntungan Pemohon, namun penurunan keuntungan Pemohon lebih
disebabkan oleh tepung gandum yang berasal dari impor, yang dijual di pasar
domestik dengan harga di bawah biaya produksi Pemohon.
102. Harga produk industri hilir yang menggunakan tepung gandum sebagai bahan
baku, secara umum masih tetap stabil dengan permintaan yang meningkat.
Sehubungan dengan itu, tidak ada tekanan dari industri hilir tepung gandum
kepada produsen tepung gandum untuk menurunkan harga jual tepung
gandum. Sehingga tekanan harga dari industri hilir bukan merupakan
penyebab penurunan keuntungan dari Pemohon.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
29
103. Berdasarkan recital 99-102, KPPI berpandangan bahwa tidak ada faktor lain
yang berkontribusi terhadap kerugian serius yang diderita oleh Pemohon, di
samping peningkatan volume impor dari Barang Yang Diselidiki.
F. RENCANA PENYESUAIAN STUKTURAL
104. Penyesuaian struktural yang akan dilakukan oleh Pemohon dengan adanya
pengenaan TPP adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan sistem pemantauan iklim dalam memprediksi pasokan
bahan baku gandum di seluruh dunia, serta memaksimalkan penggunaan
sistem forward contract dan manajemen pengendalian persediaan dalam
pembelian bahan baku, untuk mengatasi kelangkaan dan fluktuasi harga
gandum di pasar internasional.
b. Diferensiasi produk dengan cara memproduksi tepung gandum
sesuai dengan SNI tepung gandum khusus pakan ternak, guna
memenuhi kebutuhan industri pakan ternak di Indonesia.
c. Peningkatan keterampilan para pekerja dengan cara pelatihan-pelatihan
di internal maupun eksternal.
d. Melakukan investasi pembelian tongkang dan kapal penarik tongkang
untuk efisiensi biaya logistik biji gandum.
e. Menambah lokasi depo/gudang dalam rangka efisiensi biaya logistik dan
mempercepat waktu pendistribusian tepung gandum.
G. HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT
105. Meskipun Industri Dalam Negeri mampu meningkatkan produksi dan
penjualan domestik yang pada gilirannya juga meningkatkan kapasitas
terpakai dan produktivitas, namun justru terjadi penurunan keuntungan yang
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
30
cukup tajam dari tahun 2010 ke tahun 2011. Penurunan tersebut merupakan
akibat dari ketidakmampuan Industri Dalam Negeri untuk meningkatkan harga
jual, dengan terjadinya peningkatan biaya bahan baku. Dengan demikian,
terjadinya peningkatan kapasitas terpakai dan penjualan domestik tidak
diimbangi oleh peningkatan pendapatan. Di samping itu, terjadi peningkatan
yang cukup tajam pada persediaan karena ditahannya persediaan oleh
beberapa produsen yang mengharapkan adanya kenaikan harga.
106. KPPI telah menganalisa pengaruh penurunan laba ini yang disebabkan oleh
kondisi impor, walaupun volume impor tersebut menurun pada tahun 2011.
Sebagai catatan, tepung gandum merupakan komoditas dengan harga yang
bersifat sensitif dan ketersediaan impor dengan harga di bawah biaya
produksi Industri Dalam Negeri memiliki dampak negatif yang sangat
signifikan terhadap kinerja Pemohon. Walaupun, impor pada tahun 2011
menurun, namun pangsa pasar impor masih sangat signifikan dan bisa
berpengaruh terhadap perkembangan harga.
107. Berdasarkan pada tabel 7, pangsa pasar Industri Dalam Negeri terhadap
konsumsi nasional mengalami penurunan dari tahun 2008-2010, hal ini
disebabkan adanya peningkatan impor selama periode penyelidikan.
Meskipun terjadi sedikit peningkatan terhadap pangsa pasar Industri Dalam
Negeri pada tahun 2011, namun pada kenyataannya masih berdampak
negatif terhadap kinerja Pemohon, terbukti dengan tingginya tingkat
persediaan yang membebani Pemohon sebagaimana terlihat pada tabel 8.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan telah terjadi efek volume.
108. Dari 7 Industri Dalam Negeri, sebanyak 4 industri masih berada dalam kondisi
yang kritis meskipun BMTPS telah dikenakan. Seluruh manfaat yang
diperoleh selama pengenaan BMTPS tersebut, tidak sebanding dengan
besarnya kerugian yang dialami dan investasi yang telah dilakukan
sebelumnya.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
31
109. Berdasarkan hasil temuan yang tercantum pada recital 105-108, KPPI
berpendapat bahwa terdapat bukti kuat adanya hubungan sebab-akibat
antara peningkatan volume impor Barang Yang Diselidiki dengan kerugian
serius yang diderita oleh Pemohon.
H. REKOMENDASI
110. Sehubungan dengan hasil penyelidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Terjadi lonjakan jumlah impor Barang Yang Diselidiki.
b. Terjadi kerugian serius yang dialami oleh Industri Dalam Negeri.
c. Adanya hubungan sebab-akibat antara lonjakan impor dengan kerugian
serius yang dialami oleh Industri Dalam Negeri.
111. Berdasarkan recital 110, KPPI merekomendasikan kepada Pemerintah
Republik Indonesia untuk mengenakan TPP terhadap impor ―Tepung
Gandum, dengan nomor HS. 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90".
Rekomendasi pengenaan TPP bisa berupa:
a. Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), atau
b. Kuota.
112. Pengenaan TPP berupa tarif Bea Masuk atau Kuota akan memberikan
kesempatan kepada industri dalam negeri untuk meraih pangsa pasar
khususnya bagi industri tepung gandum yang baru beberapa tahun
beroperasi. Diusulkan jangka waktu pengenaan selama 2 tahun yang dirasa
cukup efektif untuk memulihkan kinerja industri dalam negeri sesuai dengan
penyesuaian struktural yang direncanakan.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
32
113. Rekomendasi pengenaan TPP diusulkan sebagai berikut:
a. Alternatif Tarif
Tabel 11. Rekomendasi Pengenaan TPP berupa BMTP
Periode BMTP (%)
Tahun Pertama
(sejak tanggal dikeluarkannya PMK – 4 Desember 2013) 6
Tahun Kedua
(5 Desember 2013 – 4 Desember 2014) 4
b. Alternatif Kuota
Tabel 12. Rekomendasi Pengenaan TPP berupa Kuota
Periode Kuota (Ton)
Tahun Pertama
(sejak tanggal dikeluarkannya PMK – 4 Desember 2013) 200.000
Tahun Kedua
(5 Desember 2013 – 4 Desember 2014) 756.241
Tabel 13. Alokasi Kuota Negara-Negara Eksportir
Negara Pangsa Impor (%)
2011
Alokasi Kuota (Ton)
Tahun Pertama Tahun Kedua
Turki 57 114.000 431.057
Sri Lanka 31 62.000 234.435
Ukraina 5 10.000 37.812
Negara lainnya 7 14.000 52.937
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
33
Besaran alokasi kuota yang diberikan kepada negara eksportir adalah
berdasarkan pangsa impor Tepung Gandum tahun 2011, sebagaimana
tercantum dalam tabel 13. Alokasi kuota dengan sistem first come first serve
diberikan kepada negara lainnya diluar 3 negara eksportir terbesar.
114. Sesuai dengan ketentuan Pasal 90 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
2011(PP 34/2011) dan Article 9.1 WTO Agreement on Safeguards,
pengenaan TPP berupa BMTP maupun Kuota dikenakan terhadap semua
negara kecuali negara-negara berkembang dengan pangsa pasar impor
kurang dari 3% dari total volume impor, atau secara kolektif pangsa pasar
impor tidak melebihi 9%. Untuk itu, KPPI merekomendasikan agar TPP
dikenakan atas importasi Barang Yang Diselidiki yang berasal dari negara
manapun, kecuali importasi dari negara-negara yang tercantum dalam
Tabel 14.
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
34
Tabel 14: Daftar Negara-Negara yang Dikecualikan Dari TPP
No Negara No Negara
1 Albania 58 Kyrgyz Republic
2 Angola 59 Latvia
3 Antigua, and Barbuda 60 Lesotho
4 Argentina 61 Lithuania
5 Armenia 62 Macao, China
6 Bahrain, Kingdom of 63 Madagascar
7 Bangladesh 64 Malawi
8 Barbados 65 Malaysia
9 Belize 66 Maldives
10 Benin 67 Mali
11 Bolivia, Plurinational State of 68 Mauritania
12 Botswana 69 Mauritius
13 Brazil 70 Mexico
14 Brunei Darussalam 71 Moldova
15 Bulgaria 72 Mongolia
16 Burkina Faso 73 Morocco
17 Burundi 74 Mozambique
18 Cambodia 75 Myanmar
19 Cameroon 76 Namibia
20 Cape Verde 77 Nepal
21 Central African Republic 78 Nicaragua
22 Chad 79 Niger
23 Chile 80 Nigeria
24 China 81 Oman
25 Chinese Taipei 82 Pakistan
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
35
No Negara No Negara
26 Colombia 83 Panama
27 Congo 84 Papua New Guinea
28 Costa Rica 85 Paraguay
29 Côte d'Ivoire 86 Peru
30 Croatia 87 Philippines
31 Cuba 88 Qatar
32 Djibouti 89 Romania
33 Dominica 90 Rwanda
34 Dominican Republic 91 Saint Kitts and Nevis
35 Ecuador 92 Saint Lucia
36 Egypt 93 Saint Vincent & the Grenadines
37 El Salvador 94 Saudi Arabia
38 Fiji 95 Senegal
39 Former Yugoslav Republic of Macedonia
(FYROM)
96 Sierra Leone
40 Gabon 97 Singapore
41 Gambia 98 Solomon Islands
42 Georgia 99 South Africa
43 Ghana 100 Suriname
44 Grenada 101 Swaziland
45 Guatemala 102 Tanzania
46 Guinea 103 Thailand
47 Guinea Bissau 104 Togo
48 Guyana 105 Tonga
49 Haiti 106 Trinidad and Tobago
50 Honduras 107 Tunisia
51 India 108 Uganda
TIDAK RAHASIA
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN (SAFEGUARDS) ATAS
“TEPUNG GANDUM, DENGAN NOMOR HARMONIZED SYSTEM (HS.) 1101.00.10.10 dan 1101.00.10.90”
KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA
(INDONESIAN SAFEGUARDS COMMITTEE) Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Gedung I Lantai 9
Telp. (021) 3857758, Faks. (021) 3857758 E-mail: [email protected]
36
No Negara No Negara
52 Israel 109 United Arab Emirates
53 Jamaica 110 Uruguay
54 Jordan 111 Venezuela, Bolivarian Republic of
55 Kenya 112 Vietnam
56 Korea, Republic of 113 Zambia
57 Kuwait 114 Zimbabwe
Jakarta, November 2013