tingkat konsumsi kopi berdasarkan pendapatan,...
TRANSCRIPT
TINGKAT KONSUMSI KOPI BERDASARKAN
PENDAPATAN, USIA, DAN HARGA DI KOTA DEPOK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh:
Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala
NIM : 1113084000067
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
i
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala
No Induk Mahasiswa : 1113084000067
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan ini, saya :
1. Tidak menggunankan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Oktober 2017
Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala
NIM. 1113084000067
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama lengkap : Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala
Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 11 April 1995
Alamat : Perumahan Bukit Rivaria sektor 2 blok H2 no.
12A RT 04 RW 011, Kecamatan Bedahan,
Kelurahan Sawangan, Kota Depok 16519
Nomor Handphone : 08568474653
E-mail : [email protected]
Latar Belakang Keluarga
Nama Ayah : Muhammad Raja Ulung Sembiring
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Agutus 1966
Nama Ibu : Raden roro Dian Galuh Seharjanti
Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 24 Juni 1972
Anak Ke dan Dari : 1 dari 3 Bersaudara
Pendidikan Formal
1. SD Negeri Anyelir 1 Depok Tahun 2001 - 2007
2. SMP Negeri 2 Depok Tahun 2007 - 2010
3. SMA Negeri 5 Depok Tahun 2010 - 2013
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 – 2017
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Teater Embun SMAN 5 Depok
2. Anggota Paduan Suara SMAN 5 Depok
3. Bendahara Palang Merah Remaja SMAN 5 Depok
4. Anggota Komunitas Pengusaha Kampus Depok
vi
5. Anggota Komunitas Wirausaha UINpreneurs
6. Sekretaris Departemen Kewirausahaan di Himpunan Mahasiswa Jurusan
Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Anggota Tim Kontrol Internal DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Non Formal, Seminar, dan Workshop
1. Workshop Kepemudaan : Integrity Goes To You, HMJ Ekonomi
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013
2. Seminar Rembuk Kebangsaan : Sosialisasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
sebagai Sistem Keuangan Baru Melalui Kebudayaan, 2013
3. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah, HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014
4. Workshop Entrepreneur : Moslem Billionaire, LDK Syahid, 2014
5. Company Visit Bank Indonesia, 2015
6. Seminar Nasional Kewirausahaan. FST Entrepreneurship Week, 2015
7. Relawan Belanja Bareng Yatim bersama PKPU Human Initiative, 2015
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of income, age and price
towards coffee consumption level in Depok City. The object of this study is the
coffee drinkers who live in Depok City and accustomed to consume coffee in
several places, such as home, coffee kiosk, or premium coffee shop. This reseach
uses descriptive quantitative analysis. Using questionnaire, there are 60
respondent selected as sample for this research using purposive sampling
technique. By multiple linier regression method, it was found that income (X1) and
age (X2) positively and significantly affect coffee consumption level (Y).
Meanwhile, price (X3) negatively and signifcantly affect coffee consumption level
(Y).
Keywords : Coffee consumption level, income, age, and price.
viii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pendapatan, usia, dan harga terhadap tingkat konsumsi kopi di Kota Depok. Objek
penelitian dari studi ini adalah penikmat kopi di Kota Depok yang gemar
meminum kopi baik di rumah, warung kopi (warkop), maupun di coffee shop
premium. Penelitia ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dengan
menggunakan kuesioner, responden yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 60 sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu
menggunakan teknik purposive sampling. Melalui metode regresi linier berganda
dapat terlihat bahwa variabel pendapatan (X1) dan usia (X2) berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap variabel tingkat konsumsi (Y), sementara itu
variabel harga (X3) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel
tingkat konsumsi (Y).
Kata kunci : Tingkat Konsumsi Kopi, Pendapatan, Usia, dan Harga.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmatNya dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta
salam penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang. Penelitian yang berjudul
Tingkat Konsumsi Kopi Berdasarkan Pendapatan, Usia, dan Harga di Kota
Depok ini merupakan salah satu prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, pengarahan, bimbingan serta memberikan dukungan
berupa semangat dan doa selama proses studi penulis hingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Adapun pihak-
pihak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keluarga tercinta, Ayahanda Ulung Sembiring dan Ibunda Dian Galuh
Suharjanti yang tidak pernah berhenti membimbing dan memanjatkan do’a
serta selalu mengiringi langkahku dengan penuh keikhlasan. Yah, Bun,
terimakasih untuk segala bentuk kasih sayang, dukungan, kesabaran, dan
kepercayaan yang diberikan kepada mba selama masa studi hingga mba
dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta untuk adik-adikku, Aji Bagaskoro
dan Rizky Fadhillah, terimakasih selalu menghibur dan memberi semangat
dikala kepenatan melanda penulis, serta menemani penulis selama masa
observasi untuk skripsi ini.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan berharga
yang diberikan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Ibu Najwa Khairina, SE, MA selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas perannya untuk selalu mengingatkan penulis dan
teman-teman lainnya dalam hal akademik.
4. Bapak Drs. Pheni Chalid, S.F., M.A., Ph.D selaku satu-satunya dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta arahan
kepada penulis dengan sabar dan bijaksana sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas banyak waktu yang telah
bapak luangkan dan ilmu yang telah bapak berikan. Semoga ilmu-ilmu
tersebut dapat bermanfaat bagi penulis di kemudian hari.
5. Seluruh tenaga pengajar di Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah
memberikan banyak ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu
yang telah diberikan menjadi manfaat bagi penulis di kemudian hari.
6. Seluruh karyawan baik di tingkat jurusan, fakultas, dan universitas yang
telah membantu penulis dalam mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi dalam berbagai kegiatan yang telah penulis jalani selama
masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Para sahabat terbaik, Ayu, Dita, Lina, Oki, Tanti, dan Wiwid. Terimakasih
sudah menciptakan persahabatan yang saling menjaga, mendoakan serta
mengingatkan, berbagi tawa dan tangis, serta memberikan segala bentuk
dukungan selama masa studi penulis hingga penulis menyelesaikan skripsi
ini.
8. Para sahabat lelaki terbaik ku, Bagus, Didi dan Kak Windi. Terimakasih
atas segala bentuk dukungan yang diberikan untuk penulis. Terimakasih
sudah bersedia menjadi tempat penulis berkeluh kesah dan bertukar
pikiran, serta bersedia selalu direpotkan oleh penulis dalam berbagai hal
selama masa studi penulis.
9. Seluruh teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2013,
Alvi, Gufron, Heri, Luthfan, Mahatir, Subhan, Yoga, Zekha, serta teman-
teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu secara
xi
lengkap. Terimakasih telah membantu penulis dalam segala hal, berbagi
canda tawa, dan membuat kenangan yang indah selama masa studi penulis.
10. Seluruh sahabat-sahabat di KKN DAUN yang menjadi salah satu tempat
penulis menghilangkan kepenatan dalam proses penyusunan skripsi.
Terimakasih atas segaja bentuk perhatian dan dukungan kepada penulis.
11. Seluruh teman-teman HMJ Ekonomi Pembangunan dan DEMA Fakultas
Ekonomi dan Bisnis atas kesempatan serta pengalaman berharga dalam
berorganisasi yang telah diberikan kepada penulis,
12. Seluruh responden, owner, serta barista yang berada di tempat peneliti
melakukan penelitian. Terimakasih telah meluangkan waktu dan
menciptakan kerjasama yang baik sehingga penelitian ini berjalan dengan
baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih memiliki
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala
bentuk saran, masukan dan kritik dari pembaca akan diterima oleh penulis guna
memperbaiki dan mengembangkan penelitian ini. Akhir kata, semoga penelitian
ini dapat berguna serta bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Oktober 2017
Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xviii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xxi
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 12
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 13
xiii
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 15
A. Landasan Teori ............................................................................ 15
1. Konsumsi .............................................................................. 15
a. Pengertian Konsumsi ....................................................... 15
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi ............. 17
c. Teori Konsumsi ................................................................ 20
2. Perilaku Konsumen ............................................................... 25
a. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach) ...................... 26
b. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach) ......................... 37
c. Pendekatan Atribut ........................................................... 28
3. Tingkat konsumsi .................................................................. 29
a. Konsep Umum ................................................................. 29
b. Konsep Badan Pusat Statistik .......................................... 30
4. Kopi ...................................................................................... 34
a. Pengertian Kopi................................................................ 34
b. Jenis-Jenis Minuman Kopi ............................................... 35
5. Pendapatan ............................................................................ 37
6. Usia ....................................................................................... 38
7. Harga ..................................................................................... 40
B. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 41
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 47
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 49
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 51
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................... 52
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 54
1. Studi Lapangan ..................................................................... 55
a. Observasi .......................................................................... 55
b. Kuesioner ......................................................................... 55
2. Jenis Data .............................................................................. 56
a. Data Primer ...................................................................... 56
b. Data Sekunder .................................................................. 57
D. Metode Analisis Data ................................................................... 57
1. Pemodelan Analisis Regresi Linier Berganda ...................... 57
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 58
a. Uji Normalitas .................................................................. 58
b. Uji Multikolinieritas ......................................................... 59
c. Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 62
d. Uji Autokorelasi ............................................................... 63
3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................ 63
4. Uji Hipotesis ......................................................................... 64
a. Uji Parsial (Uji t) .............................................................. 64
b. Uji Simultan (Uji F) ......................................................... 65
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................. 66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 69
xv
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 69
1. Ranah Kopi ........................................................................... 71
2. Barov Coffee ......................................................................... 72
3. Maxx Coffee ......................................................................... 73
4. Starbucks Coffee ................................................................... 75
5. Warkop Dua Empat .............................................................. 76
6. Warkop Puskesmas Sawangan ............................................. 76
B. Deskripsi Responden ................................................................... 79
1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 79
2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...................... 80
3. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan .............................. 81
4. Responden Berdasarkan Status Perkawinan ......................... 82
5. Responden Berdasarkan Tempat Biasa Meminum Kopi ...... 83
6. Jenis Minuman Kopi Yang Paling Sering Diminum
Responden ............................................................................. 84
7. Lama Responden Mengkonsumsi Kopi ................................ 85
8. Pengaruh Sosial Dalam Mengonsumsi Kopi ........................ 86
9. Responden Berdasarkan Alasan Utama Meminum Kopi ..... 87
10. Responden Berdasarkan Pendapatan yang Dimiliki ............. 89
11. Responden Berdasarkan Usia ............................................... 90
12. Responden Berdasarkan Rata-Rata Harga Kopi Per
Gelas yang Biasa Diminum .................................................. 91
13. Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Kopi
xvi
per Bulan ............................................................................... 92
C. Penemuan dan Pembahasan ......................................................... 93
1. Tabulasi Silang ..................................................................... 93
a. Total Pendapatan dan Tempat Biasa Untuk Meminum
Kopi .................................................................................. 93
b. Usia dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi ............... 94
c. Harga dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi ............ 95
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 97
a. Uji Normalitas .................................................................. 97
b. Uji Multikolinieritas ....................................................... 100
c. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 101
d. Uji Autokorelasi ............................................................. 101
3. Keluaran Regresi ................................................................ 102
4. Uji koefisien determinasi .................................................... 104
5. Uji Hipotesis ....................................................................... 104
a. Uji t ................................................................................ 104
b. Uji F ............................................................................... 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 111
A. Kesimpulan ................................................................................ 111
B. Saran .......................................................................................... 111
1. Saran Teoritis ...................................................................... 112
2. Saran Praktis ....................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 114
xvii
LAMPIRAN ................................................................................................... 117
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Ekspor 10 Komoditas Utama Tahun 2013 – Tahun 2016 Nilai
(FOB) : Ribu US$ ........................................................................ 2
Tabel 1.2 Konsumsi Per Kapita Dalam Rumah Tangga Setahun Menurut
Kelompok Bahan Minuman (Dalam Satuan ons) Tahun 2010 –
Tahun 2014 .................................................................................. 5
Tabel 1.3 Perbedaan-Perbedaan Antara Warung Kopi (Warkop),
Kedai Kopi, dan Coffee Shop Premium di Kota Depok ............ 10
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ............................................ 44
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ................................................ 67
Tabel 4.1 Perbedaan-Perbedaan dari Masing-Masing Tempat
Observasi ................................................................................... 78
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 79
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........................... 80
Tabel 4.4 Responden Bedasarkan Jenis Pekerjaan .................................... 81
Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Status Perkawinan .............................. 82
Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Tempat Biasa Meminum Kopi ........... 83
Tabel 4.7 Responden Berdasarkan Jenis Minuman Kopi Yang Paling
Sering Diminum ........................................................................ 84
Tabel 4.8 Responden Berdasarkan Sudah Berapa Lama Mengkonsumsi
Kopi ........................................................................................... 85
Tabel 4.9 Pengaruh Sosial Dalam Mengonsumsi Kopi ............................. 87
Tabel 4.10 Responden Berdasarkan Alasan Utama Meminum Kopi .......... 88
xix
Tabel 4.11 Responden Berdasarkan Pendapatan ......................................... 89
Tabel 4.12 Responden Berdasarkan Usia .................................................... 90
Tabel 4.13 Responden Berdasarkan Rata-Rata Harga Kopi ........................ 91
Tabel 4.14 Responden Frekuensi Rata-Rata Meminum Kopi dalam Satu
Bulan.......................................................................................... 92
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Total Pendapatan dan Tempat Biasa Untuk
Meminum Kopi ......................................................................... 93
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Usia dan Tempat Biasa Untuk Meminum
Kopi ........................................................................................... 95
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Harga dan Tempat Biasa Untuk Meminum
Kopi ........................................................................................... 96
Tabel 4.18 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ................................................. 99
Tabel 4.19 Hasil Uji Multikolinieritas ....................................................... 100
Tabel 4.20 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 101
Tabel 4.21 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................. 102
Tabel 4.22 Hasil Keluaran Regresi ............................................................ 103
Tabel 4.23 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................. 104
Tabel 4.24 Hasil Uji t ................................................................................ 105
Tabel 4.25 Hasil Uji F ............................................................................... 110
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Kota Depok ........................................................................ 69
Gambar 4.2 Kedai Ranah Kopi ..................................................................... 72
Gambar 4.3 Kedai Barov Coffee ................................................................... 73
Gambar 4.4 Kedai Maxx Coffee ................................................................... 74
Gambar 4.5 Kedai Starbucks Coffee ............................................................. 75
Gambar 4.6 Warkop Dua Empat ................................................................... 76
Gambar 4.7 Warung Kopi Puskesmas Sawangan ......................................... 77
Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ................................... 98
Gambar 4.9 Hasil Uji Normalitas dengan P Plot........................................... 98
xxi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Kerangka Berpikir ..................................................................... 49
Diagram 4.1 Penduduk Kota Depok Berdasarkan Umur ............................... 70
xxii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Produksi Kopi Tahun 2012 – Tahun 2015 (Dalam Ton) ............. 3
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ............................................................... 117
Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian ......................................................... 123
Lampiran 3 Jenis Kelamin Responden....................................................... 125
Lampiran 4 Pendidikan Terakhir Responden ............................................. 127
Lampiran 5 Jenis Pekerjaan Responden ..................................................... 129
Lampiran 6 Status Perkawinan Responden ................................................ 131
Lampiran 7 Tempat Biasa Responden Meminum Kopi............................. 133
Lampiran 8 Jenis Minuman Kopi Yang Digemari Responden .................. 135
Lampiran 9 Lama Waktu Responden Mengkonsumsi Kopi ...................... 137
Lampiran 10 Pengaruh Lingkungan Responden Untuk Mengkonsumsi
Kopi ............................................................................................... 139
Lampiran 11 Alasan Utama Respondenden Untuk Mengkonsumsi
Kopi ........................................................................................ 141
Lampiran 12 Usia Responden ...................................................................... 143
Lampiran 13 Pendapatan Responden ........................................................... 145
Lampiran 14 Harga Kopi Yang Biasa Responden Konsumsi ...................... 147
Lampiran 15 Frekuensi Responden Mengkonsumsi Kopi Dalam Satu
Bulan....................................................................................... 149
Lampiran 16 Hasil Uji Normalitas ............................................................... 151
Lampiran 17 Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................... 154
Lampiran 18 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................. 155
Lampiran 19 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................ 156
xxiv
Lampiran 20 Hasil Uji R Square ................................................................... 157
Lampiran 21 Hasil Uji T ............................................................................... 158
Lampiran 22 Hasil Uji F ............................................................................... 159
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) kata agraris memiliki arti yaitu, segala sesuatu yang
berhubungan dengan pertanian. Negara agraris memiliki pengertian sebagai
suatu negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai salah satu
pendorong pembangunan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
di negara tersebut. Pengertian lainnya adalah suatu negara yang mayoritas
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Indonesia disebut negara
agraris karena Indonesia memiliki keberagaman sumber daya alam pertanian
yang berlimpah, yang merupakan salah satu keunggulan yang bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian nasional. Indonesia
merupakan negara agraris yang sebagian mata pencaharian penduduknya
adalah dengan cara bertani atau berkebun sehingga sektor pertanian dan sub
sektor perkebunan sangat vital bagi Indonesia.
Sektor perkebunan di Indonesia memiliki beberapan komoditas yang
menjadi primadona dalam perdagangan dalam negeri maupun luar negeri.
Komoditi-komoditi perkebunan terbukti menjadi komoditi unggulan Indonesia
seperti yang tertulis dalam website resmi Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia terdapat 4 komoditi perkebunan yaitu karet, sawit, kakao dan kopi
yang termasuk dalam ekspor 10 komoditas utama. Seperti yang terlihat pada
gambar dibawah ini :
2
Tabel 1.1 Ekspor 10 Komoditas Utama Tahun 2013 – Tahun 2016
Nilai (FOB) : Ribu US$
NO. KOMODITI 2013 2014 2015 2016
1
Tekstil dan Produk
Tekstil 12.683.713,50 12.742.635,10 12.284.963,10 11.835.377,20
2 Elektronik 9.666.295,70 9.294.658,30 8.231.238,40 7.645.840,30
3 Karet dan Produk Karet 9.394.177,40 7.100.023,10 5.913.509,60 5.664.242,40
4 Sawit 15.838.850,20 17.464.904,70 15.385.275,30 14.366.754,00
5 Produk Hasil Hutan 9.043.477,20 9.293.110,40 9.008.276,40 8.542.125,00
6 Alas Kaki 3.860.393,90 4.108.448,50 4.507.024,30 4.639.859,30
7 Otomotif 4.426.015,30 5.172.761,30 5.372.717,40 5.802.560,50
8 Udang 1.481.284,30 1.815.229,80 1.356.322,50 1.492.420,90
9 Kakao 993.072,70 1.095.237,90 1.146.928,30 1.029.055,40
10 Kopi 1.174.044,50 1.039.609,50 1.197.735,10 1.008.549,10
Total 10 Komoditi Utama 68.561.324,70 69.126.618,60 64.403.990,40 62.026.784,10
Sumber : Badan Pusat Statistik dalam Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia , 2017
Tabel 1.1 menunjukkan ekspor 10 komoditi Utama dalam nilai (FOB) ribu
US$ selama tahun 2013 hingga tahun 2016. Dari 10 komoniti utama, dapat
dilihat bahwa 4 komoditi berasal dari sektor perkebunan yaitu karet, sawit,
kakao, dan kopi. Hal ini membuktikan bahwa sektor perkebunan di Indonesia
merupakan salah satu kontributor penerimaan devisa negara yang dapat
diandalkan.
Komoditi kopi menjadi salah satu primadona dalam komoditi pertanian
Indonesia yang memilik potensi untuk dikembangkan baik dalam negeri
maupun luar negeri. Dapat dilihat dari jumlah produksi kopi yang cukup tinggi
dalam beberapa tahun terakhir yang digambarkan dalam grafik dibawah ini :
3
Grafik 1.1
Produksi Kopi Tahun 2012 – Tahun 2015
(Dalam Satuan Ton)
Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia, diolah, 2017
Grafik 1.1 menunjukkan produksi kopi selama tahun 2012 hingga tahun
2015 dalam satuan ton. Dapat dilihat walaupun terdapat penurunan dari tahun
ke tahun, namun dari tahun ketahun jumlah produksi kopi selalu diatas
1.000.000 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kopi di Indonesia tidak
bisa dikatakan berskala kecil, tentu saja .dalam skala besar yang dapat
dikembangkan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Kopi sendiri dapat diolah menjadi berbagai olahan yang bermanfaat bagi
kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa olahan kopi yang dapat ditemui :
1. Cascara
1220000
1240000
1260000
1280000
1300000
1320000
1340000
1360000
1380000
1400000
2012 2013 2014 2015
PRODUKSI KOPI (dalam satuan ton)
PRODUKSI KOPI (dalamsatuan ton)
4
Cascara merupakan jenis minuman yang berasal dari kulit ceri kopi.
Cascara juga biasa disebut sebagai ‘teh dari kopi’.
2. Bubuk Kopi
Bubuk kopi merupakan bahan minuman yang berasal dari biji kopi
yang dapat diolah menjadi minuma kopi dengan aroma dan citarasa
tertentu.
3. Tepung Kopi
Tempung kopi merupakan jenis olahan kopi yang berasal dari buah
kopi yang dipisahkan dengan bijinya, lalu diolah menjadi tepung
kopi.Tepung roti biasanya digunakan untuk bahan membuat aneka
makanan.
4. Bahan Bakar Pengganti Gas
Selain daging dan biji kopi yang dapat diolah, kulit kopi juga dapat
diolah menjadi olahan yang dapat dimanfaatkan. Dewasa ini, kulit kopi
sudah mulai dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bakar pengganti
gas.
Dari keempat contoh jenis olahan kopi diatas, jenis olahan yang paling
digemari oleh masyarakat Indonesia adalah bubuk kopi yang diolah menjadi
berbagai jenis minuman kopi. Jenis olahan lain yaitu tepung kopi juga digemari
sejumlah masyarakat Indonesia walau tidak sepopuler bubuk kopi. Sementara
itu jenis olahan kopi cascara dan bahan bakar pengganti gas belum banyak
diketahui oleh masyarakat Indonesia.
5
Di Indonesia sendiri, jenis minuman kopi bukan merupakan hal yang
asing. Masyarakat di berbagai daerah menjadikan kegiatan meminum kopi
sebagai rutinitas harian, bahkan masyarakat di perkotaan banyak yang
menjadikan kegiatan mengkonsumsi kopi sebagai gaya hidup. Tak hanya soal
kebiasaan meminum kopi, namun beberapa daerah di Indonesia juga terkenal
menghasilkan biji kopi yang dapat disamakan dengan biji kopi dari negara-
negara produsen biji kopi lainnya. Jenis kopi yang menjadi andalan Indonesia
untuk di konsumsi antara lain Kopi Jawa, Kopi Mandailing, Kopi Toraja, Kopi
Gayo, Kopi Ijen, Kopi Kintamani, dan Kopi Robusta. Keunggulan kopi-kopi
spesial tersebut terletak pada cita rasa yang khas, nikmat dan sangat beragam,
yang tidak dimiliki oleh kopi yang berasal dari Brazil, Vietnam, dan negara
penghasil kopi lainnya.
Kopi kini hadir dengan segala variasi. Bila zaman dulu orang hanya tahu kopi
tubruk atau kopi susu yang dapat dinikmati di rumah ataupun di warung kopi
(warkop), kini baik jenis biji kopi, teknik peracikan, bahan, hingga perniknya
pun membuat kopi lebih menarik. Ini ditandai dengan kemunculan kedai-kedai
kopi baru dan euforia orang-orang mengenai kopi. Hal tersebut didukung oleh
Tabel 1.2 yang menunjukkan besarnya konsumsi per kapitadalam rumah tangga
setahun menurut kelompok bahan minuman selama tahun 2010 – 2014 yang
berasal dari website resmi Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Tabel 1.2
Konsumsi Per Kapita Dalam Rumah Tangga Setahun Menurut
Kelompok Bahan Minuman (Dalam Satuan ons)
6
Tahun 2010 – Tahun 2014
JENIS TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014
Teh 6.883 6.570 5.162 6.153 6.101
Kopi biji/bubuk 12.879 13.661 10.637 13.714 13.401
Coklat Bubuk 0.052 0.156 0.834 0.104 0.104
Sumber : Kementerian Pertanian RI, diolah, 2016
Tabel 1.2 menunjukkan besarnya konsumsi per kapita bahan minuman di
Indonesia dalam satuan ons dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Berdasarkan
tabel di atas, bila kopi disandingkan dengan bahan minuman lain yang sama-
sama digemari masyarakat yaitu teh dan coklat bubuk, kopi berada di urutan
pertama yang mendominasi konsumsi bahan minuman yang dilakukan oleh
masyarakat. Konsumsi kopi mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga
2011 dan mengalami penurunan pada tahun 2012, lalu kembali mengalami
kenaikan pada tahun 2013, dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2014
namun tidak terlalu signifikan.
Kopi merupakan minuman yang di kenal sebagai minuman dengan cita
rasa dan aroma yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari
gaya hidup sekaligus penghubung dalam berkomunikasi. Peningkatan taraf
hidup dan bertambahnya golongan menengah di Indonesia juga membawa
perubahan positif terhadap gaya hidup, terutama dalam gaya hidup meminum
kopi.
Dulu meminum secangkir kopi bisa dilakukan di rumah ataupun di warung
kopi (warkop), tetapi kini menikmati kopi dapat juga dilakukan di kedai kopi
dan coffee shop premium dengan segmen yang semakin luas, baik dari sisi
7
gender, rentang usia, serta jenis pekerjaan. Tradisi meminum kopi mengalami
perubahan yang besar dari segi usia maupun tempat. Hal ini menjadi peluang
yang cukup besar bagi produsen kopi dalam negeri untuk fokus menggarap
pasar lokal.
Sama seperti tradisi ngeteh, ngopi kini menjadi bagian dari gaya hidup
kaum urban, terlebih lagi kebiasaan itu tidak hanya menyerang kaum pria saja,
namun telah menyerang kaum wanita. Dalam pemilihan tempat ngopi pun
dapat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan seseorang. Semakin tinggi tingkat
pendapatan biasanya seseorang tersebut memilih tempat ngopi yang bergensi
untuk menuruti gaya hidupnya, sehingga gaya hidup seseorang berbanding
lurus dengan tingkat pendapatan.
Jika dahulu meminum kopi hanya identik pada pria dewasa, kini anak
muda baik laki-laki maupun perempuan juga gemar meminum kopi. Namun
dikalangan anak muda, kegiatan meminum kopi biasanya memiliki frekuensi
yang lebih sedikit dibanding dengan orang dewasa. Hal ini membuktikan
bahwa usia berbanding lurus dengan frekuensi ngopi seseorang yang
menjadikan ngopi sebagai bagian dari gaya hidupnya.
Banyak aktifitas dalam kehidupan masyarakat seperti rapat, pertemuan
bisnis, reuni, kencan dan lain sebagainya dihiasi dengan secangkir kopi. Tidak
hanya itu sejumlah tempat ngopi pun didesain secara khusus, sehingga suasana
minum kopi benar-benar membawa suasana segar dan nyaman. Hal inilah yang
membuat tren peminum kopi terus meningkat dari tahun ke tahun.
8
Hadirnya fenomena ini membuat para pengusaha melihat peluang bisnis
yang menjanjikan, sehingga munculah banyak kedai kopi dan coffee shop
premium yang menawarkan konsep one stop shopping. Dimana kehadiran
kedai kopi dan coffee shop premium ini dinilai yang paling sesuai dengan trend
dan gaya hidup kaum urban saat ini. Suasana yang nyaman, pilihan menu yang
berkualitas dengan harga yang beragam tentu merupakan alasan bagi
masyarakat untuk memilih kedai kopi dan coffee shop premium sebagai tempat
untuk refreshing, hang out, dan berkumpul dengan teman atau kerabat.
Pengunjung dapat memilih dimana tempat ia akan ngopi sesuai dengan
harga yang ingin ia beli. Semakin bergensi tempat tersebut, semakin mahal pula
harga kopi yang dijual ditempat tersebut. Pengunjung juga dapat memperoleh
keinginannya sekaligus dalam satu tempat misalnya pengunjung dapat
menikmati hiburan yang disediakan di tempat tersebut sambil menikmati
hidangan yang disediakan sekaligus sambil bekerja dengan memanfaatkan
fasilitas hotspot atau wifi yang kini banyak ditawarkan di kedai kopi dan coffee
shop premium yang berada di kota-kota wilayah industri atau kota-kota dimana
banyak kelas menengah berada, dalam hal ini termasuk pelajar dan mahasiswa.
Dengan maraknya keberadaan kedai kopi dan coffee shop premium ini
tidak membuat usaha warung kopi (warkop) sepi pengunjung. Warung kopi
(warkop) masih menjadi salah satu tempat favorit bagi penikmat kopi tanpa
harus merogoh kocek terlalu dalam. Sebagian orang memilih meminum kopi
di warung kopi (warkop) karena di dalam warung kopi, para pengunjung dapat
membaur dengan pengunjung lainnya dan membahas apa yang sedang menjadi
9
hot news saat itu atau hanya sekedar menguping. Jenis kopi yang dijual di
warung kopi (warkop) pun merupakan jenis kopi bubuk instan dari merk-merk
terkenal yang harganya tidak semahal jenis kopi yang dijual di kedai kopi dan
coffee shop premium.
Perkembangan tren meminum kopi seperti yang dijelaskan diatas biasanya
muncul di kota-kota besar, contohnya seperti di kota Jakarta. Tren meminum
kopi yang berkembang di kota Jakarta tersebut terbawa ke kota-kota sekitarnya,
salah satunya adalah kota Depok.
Sebagai kota yang memiliki beberapa kampus unggulan dan pilihan
hiburan wisata, Depok telah mengalami pertumbuhan jumlah usaha kuliner
resto dan kafe yang terus meningkat setiap tahunnya termasuk kedai kopi dan
coffee shop premium. Perkembangan kedai kopi dan coffee shop premium itu
sendiri di kota Depok memiliki intensitas yang termasuk pesat. Terbukti
dengan banyak bermunculannya kedai kopi dan coffee shop premium baik itu
yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan hasil pra
penelitian dalam bentuk observasi yang dilakukan oleh peneliti di 3 kecamatan
di kota Depok, bila dipukul rata jumlah kedai kopi di Depok sekitar 100 kedai
kopi, sementara jumlah coffee shop premium di Depok sebanyak 7 gerai.
Maraknya kedai kopi dan coffee shop premium di kota Depok tidak membuat
usaha warung kopi (warkop) kehilangan pelanggannya. Warung kopi (warkop)
masih memiliki tempat tersendiri di hati para penikmat kopi, terutama kelas
menengah kebawah. Jumlah warung kopi (warkop) tak kalah banyak dengan
kedai kopi dan coffee shop premium lainnya. Warung kopi (warkop) dapat
10
mudah ditemui di mana saja, umumnya di pertigaan jalan, perempatan jalan dan
beberapa tempat strategis lainnya. Berdasarkan hasil pra penelitian dalam
bentuk observasi yang dilakukan oleh peneliti di 3 kecamatan di kota Depok,
bila dipukul rata jumlah warung kopi (warkop) yang terdapat di Depok sekitar
400 gerai.
Berdasarkan hasil pra penelitian dalam bentuk observasi yang dilakukan
di warung kopi (warkop), kedai kopi, dan coffee shop premium yang berada di
kota Depok, peneliti mengamati bahwa ada beberapa perbedaan yang terdapat
pada tiga jenis tempat tersebut antara lain : gelas yang digunakan, fasilitas yang
tersedia, metode pembuatan kopi, serta topping yang disediakan untuk 1 gelas
kopi. Tabel 1.3 di bawah ini menjelaskan perbedaan-perbedaan apa saja yang
terdapat di antara warung kopi (warkop), kedai kopi, dan coffee shop premium
yang diperoleh berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti.
Tabel 1.3
Perbedaan-Perbedaan Antara Warung Kopi (Warkop), Kedai Kopi, dan
Coffee Shop Premium di Kota Depok
Perbedaan Warung Kopi
(Warkop) Kedai Kopi
Coffee Shop
Premium
Gelas Gelas beling Gelas beling,
cangkir
Gelas plastic,
gelas kertas
Fasilitas Tidak ada
Wifi, AC, atop
kontak, live
music, alat
permainan,
kamar mandi,
smoking area
Wifi, AC, stop
kontak, smoking
area
Metode
Pembuatan Kopi
Seduh Biasa
(diaduk
Mesin Espresso,
French Press,
Mesin Espresso,
Por Over.
11
menggunakan
sendok)
Pour Over,
Vietnam Drip,
Percolator.
Topping Tidak ada
Whipped cream,
foam, gula, susu,
sirup, coklat.
Whipped cream,
gula, susu, sirup
Sumber : Data Primer diolah, 2017
Semakin maraknya masyarakat dalam mengkonsumsi kopi di luar rumah
membuat para pemilik warung kopi (warkop), kedai kopi, dan coffee shop
premium berlomba-lomba memperoleh kepuasan konsumen yang akan
berakhir dengan terjadinya pembelian secara terus-menerus. Karena hal inilah
yang menyebabkan para pemilik warung kopi (warkop), kedai kopi, dan coffee
shop premium harus memahami faktor penyebab terjadinya keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian kopi. Menurut Setiadi (2003:12)
keputusan seseorang membeli suatu barang atau jasa untuk di konsumsi juga
di pengaruhi oleh ciri - ciri kepribadiannya termasuk usia, pekerjaannya,
kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian.
Dengan semakin digandrunginya kopi diberbagai golongan masyarakat
baik itu dari segi pendapatan, usia, dan jenis kelamin dengan tingkat harga yang
beragam, maka dapat dikatakan bahwa selain menjadi 10 komoditas utama
dalam ekspor tetapi kopi juga mulai menjadi salah satu komoditas utama baik
produksi ataupun konsumsi dalam negeri terutama dalam kategori bahan
minuman. Maka untuk meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang
membuat seseorang mulai menggandrungi kopi, maka dibuatlah penelitian ini
dengan judul “Tingkat Konsumsi Kopi Berdasarkan Pendapatan, Usia, dan
Harga Kopi di Kota Depok”.
12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, kini masyarakat di Kota Depok
melakukan kegiatan meminum kopi bukan hanya bisa dilakukan di rumah
ataupun di warung kopi (warkop) yang berada di pinggir jalan. Kini meminum
kopi dapat juga dilakukan di kedai kopi dan coffee shop premium yang dapat
dijumpai di pinggi jalan ataupun di mall dengan segmen yang semakin luas,
baik dari sisi gender, rentang usia, jenis pekerjaan dan harga kopi per gelas.
Seiring dengan semakin menjamurnya tempat ngopi berupa kedai kopi dan
coffee shop premium dapat pula meningkatkan tingkat konsumsi kopi
seseorang. Dalam terjadinya peningkatan tingkat konsumsi kopi tersebut
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Diantara nya faktor pendapatan,
usia, dan harga.
Seseorang yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi biasanya akan
mengkonsumsi kopi lebih banyak dibandingkan dengan seseorang yang
memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Maka dapat dikatakan bahwa
pendapatan dapat mempengaruhi tingkat konsumsi kopi seseorang. Yang
dimana kegiatan mengkonsumsi kopi tersebut sudah merupakan bagian dari
gaya hidup seseorang.
Dapat kita temui pengunjung di tempat-tempat ngopi baik itu warung kopi
(warkop), kedai kopi, maupun coffee shop premium berasal dari berbagai
rentan usia baik itu yang berusia muda hingga yang berusia tua. Namun
besarnya tingkat konsumsi kopi juga didasarkan kepada berapa usia seseorang
tersebut. Semakin tua usia seseorang maka semakin tinggi pula tingkat
13
konsumsi kopi nya. Namun sebaliknya, seseorang dengan usia muda biasanya
tingkat konsumsi kopi nya lebih rendah. Hal ini biasanya dikarenakan
seseorang yang berusia muda hanya ikut-ikutan dalam mengkonsumsi kopi,
berbeda hal nya dengan seseorang yang berusia tua yang memang menyukai
cita rasa kopi.
Keputusan seseorang untuk mengkonsumsi kopi juga biasa nya
dipengaruhi oleh harga yang ditawarkan oleh penjual kopi tersebut. Semakin
tinggi harga yang ditawarkan, maka semakin rendah tingkat konsumsi kopi
seseorang tersebut. Hal ini dikarenakan seseorang dengan tingkat pendapatan
tertentu lebih memilih mengalokasikan pendapatan nya ke harga kopi yang
lebih murah dibanding dengan membeli kopi dengan harga yang cukup mahal.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi beberapa pertanyaan yang muncul. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut sebagai berikut :
1. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap tingkat konsumsi kopi di
Kota Depok?
2. Seberapa besar pengaruh perbedaan usia terhadap tingkat konsumsi kopi di
Kota Depok?
3. Seberapa besar pengaruh harga kopi terhadap tingkat konsumsi kopi di Kota
Depok?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di
atas, maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah :
14
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap tingkat
konsumsi kopi di Kota Depok.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perbedaan usia terhadap
tingkat konsumsi kopi di Kota Depok.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga kopi terhadap tingkat
konsumsi kopi di Kota Depok.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di
atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan input
bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan untuk mengatasi
permasalahan ekonomi terutama masalah konsumsi di masyarakat.
2. Sebagai sarana pengetahuan untuk kalangan akademik maupun publik
mengenai konsumsi kopi di masyarakat.
3. Sebagai bahan masukan maupun referensi bagi penelitian-penelitian
selanjutnya pada bidang yang sama dengan penelitian ini.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsumsi
a. Pengertian Konsumsi
Dalam istilah sehari-hari konsumsi kerap diartikan sebagai
tindakan terhadap pemenuhan makanan dan minuman saja. Namun
pada sejatinya tindakan konsumsi lebih luas dari pengertian tersebut.
Dalam ekonomi, konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas
yaitu seluruh pembelian barang dan jasa akhir yang sudah siap
dikonsumsi oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya
(McEachern, 2001:490).
Secara epistemologi barang dapat dibedakan menjadi barang
tidak tahan lama (non durable goods) yaitu merupakan barang yang
habis dipakai dalam jangka waktu pendek, seperti makanan dan
pakaian. Sementara itu barang tahan lama (durable goods) yaitu
merupakan barang yang memiliki usia panjang seperti mobil, televisi,
dan alat-alat elektronik. Sementara itu jasa (service) meliputi
pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan
perusahaan seperti potong rambut dan berobat ke dokter (Mankiw,
2006:11-12). Fungsi utama dari barang dan jasa yang dikonsumsi
ialah untuk memenuhi kebutuhan langsung pemakainya (Soediyono,
1989).
16
Kata konsumsi itu sendiri dalam Kamus Besar Ekonomi diartikan
sebagai suatu tindakan manusia baik secara langsung maupun tak
langsung untuk menghabiskan atau mengurangi kegunaan (utility)
suatu barang pada pemuasan terakhir dari kebutuhannya (Sigit dan
Sujana, 2007:115). Menurut Gilarso (2003:89), konsumsi merupakan
titik pangkal dan tujuan akhir dari seluruh kegiatan ekonomi dalam
masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi merupakan aktivitas
yang dilakukan oleh individu atau rumah tangga untuk menghabiskan
nilai guna dari barang atau jasa.
Menurut Eugene A. Diulio dalam bukunya yang berjudul “Teori
dan Masalah dalam Uang dan Bank” (1993), konsumsi terbagi
menjadi 2 (dua) macam yaitu konsumsi rutin dan konsumsi sementara.
Konsumsi rutin adalah pengeluran untuk pembelian barang dan jasa
yang secara terus menerus dikeluarkan selama beberapa tahun.
sedangkan konsumsi sementara adalah setiap tambahan konsumsi
yang tidak terduga terhadap konsumsi rutin.
Konsumsi suatu negara terdiri atas konsumsi pemerintah dan
masyarakat. Namun yang menjadi perhatian dalam penelitian ini
adalah konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat karena nilainya
yang tidak hanya memberikan kontribusi besar bagi perekonomian,
melainkan juga karena sifatnya yang endogenus (Rahardja dan
Manurung, 2008:257). Endogenus adalah suatu objek atau variabel
yang dipengaruhi oleh satu atau beberapa variabel lainnya. Dalam hal
17
ini berarti bahwa tinggi atau rendahnya tingkat konsumsi seorang
individu akan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti ekonomi,
demografi, dan sosial budaya.
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi
Tinggi atau rendahnya tingkat konsumsi seseorang individu
dipengaruhi oleh berbagai hal. Berikut faktor-faktor yang
mempengaruhi seorang individu untuk melakukan tindakan konsumsi
menurut Rahardja Pratama dan Mandala Manurung dalam bukunya
yang berjudul “Pengantar Ilmu Ekonomi: Makroekonomi &
Mikroekonomi” (2008:264-268).
1) Faktor Ekonomi
a) Pendapatan
Untuk membeli barang konsumsi individu menggunakan
uang dari penghasilan atau pendapatan. Tingkat pendapatan
berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran konsumsi yang
dilakukan. Pada umumnya semakin tinggi pendapatan
individu/rumah tangga maka pengeluaran konsumsinya juga
akan mengalami kenaikan.
b) Tingkat Harga
Apabila harga barang/jasa kebutuhan hidup meningkat
maka konsumen harus mengeluarkan tambahan uang untuk
bisa mendapatkan barang/jasa tersebut. Atau, konsumen
dapat mengatasi dengan mengurangi jumlah barang/jasa
18
yang dikonsumsi, karena kenaikan harga menyebabkan
pendapatan riil masyarakat berkurang.
c) Ketersediaan Barang dan Jasa
Meskipun konsumen memiliki uang untuk membeli
barang konsumsi, ia tidak dapat mengkonsumsi barang/jasa
yang dibutuhkan apabila barang/jasa tersebut tidak tersedia.
Semakin banyak barang/jasa tersedia, maka pengeluaran
konsumsi masyarakat/individu akan cenderung semakin
besar.
d) Tingkat Bunga
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat
konsumsi karena orang lebih tertarik menabung di bank
dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi
dibanding dengan membelanjakan banyak uang.
e) Perkiraan Masa Depan
Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang
akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang
yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada
yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain
sebagainya.
2) Faktor Demografi
a) Komposisi Penduduk
19
Dalam suatu wilayah jika jumlah orang dengan usia
kerja produktif berjumlah banyak maka konsumsinya akan
tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi
suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan
sumber daya manusia di wilayah itu tinggi maka biasanya
pengeluaran wilayah tersebut ikut menjadi tinggi.
b) Jumlah Penduduk
Daerah yang memiliki jumlah penduduk banyak maka
tingkat konsumsi masyarakat juga tinggi. Begitu pula
sebaliknya, suatu daerah yang memiliki jumlah penduduk
sedikit tingkat konsumsinya tergolong rendah.
c) Letak Demografi
Masyarakat di pedesaan dalam hal konsumsi akan lebih
rendah dibandingkan dengan masyarakat di perkotaan.
Masyarakat di pedesaan hanya mengeluarkan sebagian
pendapatan untuk mengkonsumsi makanan saja, untuk non
makanan masih rendah. Sedangkan masyarakat di perkotaan
antara konsumsi makanan dan non makanan bisa dikatakan
hampir sama.
3) Faktor Non Ekonomi
a) Kebiasaan Adat Sosial Budaya
Kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat
konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat
20
istiadat untuk hidup sederhana biasanya masyarakatnya akan
memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah
yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya
masyarakatnya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar.
b) Gaya Hidup
Seseorang yang memiliki gaya hidup tinggi maka akan
memiliki pengeluran konsumsi yang tinggi pula. Gaya hidup
antara perempuan dengan laki-laki berbeda, hal ini yang
menjadi sebab kenapa pengeluaran konsumsi mereka
berbeda-beda. Latar belakang keluarga dan adat istiadat yang
berbeda membuat pengeluaran konsumsi seseorang yang
tinggal di kos dengan seseorang yang tinggal di rumah
bersama orang tua berbeda. Kebiasaan di rumah biasanya
akan diterapkan juga dalam kehidupan sehari-hari seseorang
tersebut. Ketika pendapatan seseorang meningkat, secara
langsung tingkat konsumsi juga mengalami peningkatan
yang biasanya digunakan untuk konsumsi bukan makanan.
c. Teori Konsumsi
1) Teori Konsumsi menurut John Maynard Keynes
Pada tahun 1930-an John Maynard Keynes menjelaskan
sebuah teori individu dalam berkonsumsi. Seperti yang dikutip
oleh Rahardja dan Manurung (2008:257), menurut Keynes,
jumlah konsumsi seorang individu saat ini (current income)
21
berhubungan langsung dengan pendapatan disposable yang
diperoleh pada saat ini (current disposable income). Pendapatan
disposabel disini merupakan pendapatan yang diterima oleh
seorang individu dan siap untuk dibelanjakan karena sudah
dikurangi dengan beban pajak dan penambahan biaya transfer.
Hubungan antara tingkat konsumsi dan pendapatan tersebut dapat
dijelaskan melalu fungsi konsumsi. fungsi konsumsi
menggambarkan tingkat konsumsi pada berbagai tingkat
pendapatan. Secara matematis, fungsi konsumsi Keynes adalah
sebagai berikut :
C = a + bYd
Keterangan:
C = konsumsi seluruh rumah tangga (agregat).
a = konsumsi autonomus, yaitu besarnya konsumsi ketika
pendapatan nol (merupakan konstanta).
b = marginal propensity to consume, yaitu perbandingan
antara
besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan, dapat juga
disebut dengan kecondongan mengkonsumsi. (0 < b ≤ 1)
Y = pendapatan disposable.
Sehingga secara garis besar teori konsumsi Keynes
menyatakan bahwa, (besar-kecil) konsumsi masyarakat
sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Sedangkan
22
unsur tabungan tidak terlalu berdampak terhadap perubahan
jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
2) Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis)
Teori konsumsi hipotesis siklus hidup ini dikembangkan oleh
Franco Modigliani, Albert Ando, dan Richard Brumberg. Teori
ini lebih menekankan kepada variabel sosial ekonomi dalam
suatu masyarakat, dimana yang menjadi perhatian adalah variabel
usia. Teori ini menerangkan bahwa pengeluaran konsumsi
masyarakat berdasarkan kepada pola penerimaan dan pola
pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi
oleh masa dalam siklus hidupnya.
Teori ini membagi tingkat konsumsi seseorang menjadi 3
bagian berdasarkan usia seseorang tersebut (Guritno dan Algifari,
1998:66-67) :
a) Orang cenderung menerima pendapatan yang rendah pada
usia muda, sehingga rasio tabungan akan berfluktuasi
seiring dengan perkembangan umur mereka yaitu ketika
semakin muda usia seseorang maka orang tersebut akan
mempunyai tabungan yang cenderung negatif (dissaving)
dan seseorang melakukan konsumsi bergantung pada orang
lain.
b) Pada usia menengah pendapatan seseorang cenderung
semakin tinggi dibandingkan saat usia muda, sehingga pada
23
usai menengah seseorang melakukan konsumsi dalam
kondisi saving. Pada usia menegah ini pula seseorang dapat
menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa
muda mereka. Karena pada tahap ini pengeluaran konsumsi
seseorang tidak bergantung pada orang lain.
c) Pada kategori usia tua atau usia tidak produktif, seseorang
cenderung akan mengambil tabungan yang dibuatnya
ketika masa usia menengah. Kemudian ketika seseorang
sudah tidak mampu lagi menghasilkan pendapatan sendiri,
sehingga bila ia tidak memiliki tabungan maka ia akan
mengalami kecenderungan dissaving dan pengeluaran
konsumsi seseorang tersebut kembali bergantung pada orang
lain seperti masa usia muda.
Teori ini menganggap bahwa pentingnya peranan kekayaan
(assets) sebagai penentu tingkah laku seseorang dalam
mengkonsumsi suatu barang. Konsumsi seseorang akan
meningkat apabila terjadi kenaikan pada tingkat kekayaan
seseorang tersebut yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan.
Sehingga teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup ini
berkesimpulan bahwa, konsumsi seseorang sangat dipengaruhi
oleh kekayaan atau besarnya pendapatan yang diperoleh.
Pendapatan yang diperoleh tersebut bergantung pada usia yang
dimiliki oleh seseorang itu sendiri.
24
3) Stagnasi Sirkuler dan Simon Kusnets (Teka-Teki Konsumsi)
a) Stagnasi Sirkuler (Circular Stagnasi)
Stagnasi sirkuler (Mankiw, 2007: 449) adalah keadaan
dimana terjadi depresi dalam jangka waktu yang panjang
tanpa batas. Hal ini dimungkinkan karena munculnya teori
Keynes yang mengungkapkan bahwa kecenderungan
mengkonsumsi rata-rata (APC) semakin menurun seiring
meningkatnya pendapatan. Jika hal ini terjadi secara terus
menerus, para ekonom memprediksi permintaan terhadap
barang dan jasa semakin turun dari waktu ke waktu dan akan
mengakibatkan lesunya investasi.
b) Teori Teka-Teki Konsumsi menurut Simon Kuznets
Simon Kuznets dalam buku “Makroekonomi” yang
ditulis oleh Gregory Mankiw (2007:450), menemukan bahwa
rasio konsumsi terhadap pendapatan cenderung stabil dari
satu dekade ke dekade selanjutnya meskipun terdapat
kenaikan pendapatan. Temuan ini menunjukkan bahwa
kecenderungan konsumsi rata-rata (APC) hampir konstan
dalam jangka waktu panjang. Hal ini menimbulkan adanya
teka-teki yang memotivasi diadakannya penelitian mengenai
konsumsi.
25
2. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana seorang konsumen
memutuskan berapa jumlah kombinasi barang atau jasa yang akan dibeli
dalam berbagai kondisi yang dihadapi. Bersama-sama konsumen individu
akan membentuk permintaan di pasar. Perilaku konsumen adalah tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen
merupakan perilaku yang ditunjukkan dalam mencari, membeli,
menggunakan, menilai dan memutuskan produk, jasa, dan gagasan yang
berhubungan dengan konsumsi (Schiffman and Kanuk, 2004:6).
Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana
didapati dalam hukum permintaan, yang menyatakan bahwa “bila harga
suatu barang naik maka jumlah yang diminta oleh konsumen akan barang
tersebut turun”. Hukum permintaan tersebut berlaku dengan asumsi ceteris
paribus. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang
mempengaruhi jumlah barang yang diminta dianggap tidak berubah atau
tetap (Boediono, 2002:138).
Berdasarkan teori ekonomi, permintaan timbul karena konsumen
memerlukan manfaat dari komoditas yang dibeli. Manfaat tersebut dikenal
dengan istilah utilitas (utility). Permintaan suatu komoditas
menggambarkan permintaan akan utilitas dari komoditas tersebut. Dengan
26
kata lain, permintaan suatu komoditas merupakan derivasi (penurunan)
dari utilitas yang diberikan oleh komoditas tersebut.
Dalam teori tingkah laku konsumen diterangkan dua hal berikut :
a. Alasan para konsumen untuk membeli lebih banyak barang pada
harga yang lebih rendah dan mengurangi pembelian pada harga yang
tinggi.
b. Bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi
dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya.
Ada beberapa pendekatan yang sering digunakan untuk menjelaskan
tingkah laku konsumen, yaitu:
a. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
Menurut pendekatan ini, utilitas dapat diukur dengan satuan uang,
dan tinggi rendahnya nilai utilitas tergantung pada subjek yang
menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin
berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati.
Asumsi dari pendekatan ini adalah:
1) Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan
kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
2) Diminishing marginal utility, artinya tambahan utilitas yang
diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya
konsumsi dari komoditas tersebut.
3) Pendapatan konsumen tetap
4) Uang memiliki nilai subjektif yang tetap.
27
5) Total utilitas adalah additive dan independent. Additive artinya
utilitas dari sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas
masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan independent
berarti bahwa utilitas X1 tidak dipengaruhi oleh tindakan
mengkonsumsi barang X2, X3 .... Xn dan sebaliknya. Dalam artian
manfaat dari sekumpulan barang yang dikonsumsi adalah fungsi
dari kuantitas masing-masing barang tersebut dan manfaat dari
satu barang tertentu tidak dipengaruhi oleh tindakan
mengkonsusmsi barang yang lain.
b. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)
Dalam pendekatan ini utilitas suatu barang tidak perlu diukur,
cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi
rendahnya utilitas yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok
barang. Pendekatan yang dipakai dalam teori ordinal adalah
inddiference curve, yaitu kurva yang menunjukkan kombinasi 2 (dua)
macam barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan sama.
Asumsi dari pendekatan ini adalah :
1) Konsumen rasional.
2) Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang
disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
3) Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu.
4) Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.
28
5) Konsumen konsisten, artinya bila barang A lebih dipilih daripada
barang B karena A lebih disukai daripada B, tidak berlaku
sebaliknya.
6) Berlaku hukum transitif, artinya bila A lebih disukai daripada B
dan B lebih disukai daripada C, maka A lebih disukai daripada C.
Artinya barang yang paling disukai oleh konsumen adalah barang
yang paling banyak memberikan manfaat.
c. Pendekatan Atribut
Pendekatan ini mempunyai pandangan bahwa konsumen dalam
membeli produk tidak hanya karena utilitas dari produk tersebut,
tetapi karena karakteristik atau atribut-atribut yang disediakan oleh
produk tersebut. Ada beberapa keunggulan pendekatan atribut antara
lain:
1) Terlepas dari diskusi mengenai bagaimana mengukur daya guna
suatu barang, yang merupakan asumsi dari pendekatan
sebelumnya.
2) Pendekatan ini memandang suatu barang diminta konsumen
bukan karena jumlahnya, melainkan atribut yang melekat pada
barang tersebut, sehingga lebih dapat dijelaskan tentang pilihan
konsumen terhadap produk.
3) Dapat digunakan untuk banyak barang, sehingga bersifat praktis
dan lebih mendekati kenyataan, serta operasionalnya lebih
mudah.
29
Keluarga mempunyai pengaruh penting dalam keputusan pembelian
untuk konsumsi. Dalam hal ini sikap orang tua memiliki hubungan kuat
dengan sikap anak dalam pengambilan keputusan konsumsi. Seperti yang
dikatakan Bennett dan Kassarjian yang dikutip oleh Assael dalam bukunya
“Consumer Bihavior and Marketing Action” (1992:79) bahwa sikap
terhadap kesehatan pribadi, pilihan item-item produk, sikap terhadap
sayuran yang direbus atau makanan kering, dan kepercayaan mengenai
nilai medis dari sop ayam semuanya diperoleh dari orang tua.
3. Tingkat konsumsi
a. Konsep Umum
Dalam kegiatan konsumsi, tingkat pengeluaran antar rumah
tangga tidak akan pernah sama persis. Tingkat pengeluaran ini bisa
juga disebut tingkat konsumsi (sebab konsumsi merupakan suatu
bentuk pengeluaran). Tingkat konsumsi berasal dari kata tingkat dan
konsumsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
tingkat memiliki arti klasifikasi atau tinggi rendahnya suatu objek,
sedangkan konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barang-
barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi
kebutuhannya (Samuelson & Nordhaus, 1996:123). Jadi, tingkat
konsumsi adalah tinggi atau rendahnya pengeluaran seseorang untuk
pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan
ataupun memenuhi kebutuhannya.
30
b. Konsep Badan Pusat Statistik
Tingkat konsumsi dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
kesejahteraan rumah tangga. Tingkat konsumsi yang tinggi pada
konsumsi makanan merupakan potret masyarakat dengan
kesejahteraan yang masih rendah. Sebaliknya tingkat konsumsi yang
tinggi pada konsumsi nonmakanan merupakan gambaran dari rumah
tangga yang lebih sejahtera. Hal ini disebabkan rumah tangga yang
memiliki pendapatan rendah hanya dapat fokus memenuhi kebutuhan
pokok demi keberlangsungan hidup rumah tangga sehingga tingkat
konsumsi tampak dominan pada konsumsi makanan. Sedangkan
rumah tangga yang memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dapat
memenuhi baik kebutuhan makanan maupun nonmakanan. Berikut
penjelasan Badan Pusat Statistik dalam bukunya yang berjudul
“Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia” (2011:57-113)
mengenai konsumsi makanan, minuman, tembakau serta konsumsi
nonmakanan.
1) Konsumsi makanan, minuman dan tembakau
a) Padi-padian, macam: beras, jagung basah dengan kulit, beras
jagung, sorgum, bulgur, dan nasi aking (sisa nasi yang
dikeringkan dan dimasak kembali).
b) Umbi-umbian, macam: sagu daripohon sagu, gaplek antara
lain gadung, oyek (beras yang dibuat dari singkong), uwi,
gembili, gogik, dan sagu dari ketela pohon.
31
c) Ikan, daging, cumi, kerang, penyu, ubur-ubur, dan teripang,
ikan dalam kaleng, ikan diawetkan, ubur-ubur diawetkan,
remis diawetkan, abon udang, dan bekicot diawetkan.
d) Daging, terdiri dari daging kambing, unggas, daging kaleng,
abon daging, daging yang diawetkan, daging kuda, daging
kelinci, ular, dan anjing, laron, belalang, tawon, dan marus
(darah ayam atau sapi).
e) Telor dan susu, meliputi telur penyu, telur angsa, telur asin,
baik mentah maupun yang siap dimakan matang, susu murni,
susu cair bubuk, dan susu bubuk bayi serta hasil dari
pengolahan susu seperti yogurt dan dadih.
f) Sayur-sayuran.
g) Kacang-kacangan, seperti kacang kedelai, kacang merah,
kacang polong, kacang tunggak, kacang bogor, kacang koro,
kacang jogo, dan kacang ercis/kapri, saridele, kembang tahu,
tepung hunkwe, dan makanan lainnya dari kacang-kacangan.
h) Buah-buahan.
i) Minyak dan lemak, meliputi minyak jagung, minyak kelapa,
minyak samin, minyak lemak dan santan instant, serta
minyak yang sudah dimurnikan.
j) Bahan minum, seperti gula merah (gula air), coklat instan,
gula saeharin, gula biang, coffe mix, nutrisari, exxence, madu
dan lain-lain.
32
k) Bumbu-bumbuan, seperti penyedap masakan/vetsin, bumbu
masak jadi/kemasan, cuka, jahe, lengkoas, kunyit, kayu
manis, jeruk purut, jeruk limau, sereh, tempoyak, jeruk nipis,
dan daun salam.
l) Konsumsi lain meliputi mi instan, bihun, bubur bayi
kemasan, soun, misoa, kwee tiau basah, vanili, dan macam-
macam bumbu kue, selai, meses dan lain-lain.
m) Makanan dan minuman jadi, misal roti tawar, kue basah,
makanan gorengan.
n) Tembakau dan sirih, meliputi rokok kretek filter, rokok
kretek tanpa filter, rokok putih, sirih/pinang termasuk
gambir, rokok klobot, rokok menyan, papir, daun kawung,
cerutu, klembak menyan, dan saos rokok/tembakau,
termasuk filter plastik.
2) Konsumsi bukan makanan/nonmakanan
a) Perumahan dan fasilitas rumah tangga, meliputi sewa rumah,
pembayaran air, pemeliharaan dan perbaikan generator, kayu
bakar dan bahan bakar lainnya.
b) Aneka barang dan jasa seperti; sabun cuci, bahan
pemeliharaan pakaian, biaya pelayanan obat, biaya obat,
biaya pelayanan pencegahan, biaya pemeliharaan kesehatan
seperti vitamin, jamu, urut, sumbangan pembangunan
sekolah SPP dan atau BP3, iuran sekolah lainnya, buku
33
pelajaran, foto copy buku pelajaran, baik untuk sekolah
maupun kursus, transportasi/pengangkutan umum, hotel,
penginapan, bioskop, sandiwara, olahraga, dan rekreasi
lainnya, upah/gaji pembantu rumah tangga, satpam, tukang
kebun, dan sopir, jasa lembaga keuangan (jasa ATM, jasa
kartu kredit, biaya transfer, dsb).
c) Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala, meliputi semua jenis
pakaian laki-laki dan perempuan dewasa, semua jenis
pakaian anak-anak, serta pengeluaran lainnya untuk pakaian,
alas kaki, tutup kepala serta handuk, mukena, sajadah, jubah,
ikat pinggang, semir sepatu, sikat sepatu, ongkos binatu, dan
gantungan pakaian.
d) Bahan tahan lama, terdiri dari; perbaikan perabot,
perlengkapan, dan perkakas rumah tangga, HP dan
asesorisnya termasuk perbaikannya, mainan anak dan
perbaikannya, pengeluaran untuk alat hiburan, binatang dan
tanaman peliharaan, barang tahan lama lainnya seperti
pemasangan instalasi listrik, pemasangan instalasi telepon
termasuk pesawat telepon, pemasangan instalasi ledeng,
ayunan, kereta bayi dan biaya perbaikannya.
e) Pajak, pungutan dan asuransi, seperti PBB, pajak kendaraan
bermotor, pungutan/retribusi iuran RT/kampung, sampah,
keamanan, perbaikan jalan, kebersihan, parkir, dan
34
sebagainya. Pengeluran berbagai jenis asuransi misalnya
asuransi kesehatan, asuransi jiwa serta asuransi kerugian.
Pengeluran lainnya seperti tilang, denda dan lainnya.
f) Keperluan pesta dan upacara/kenduri, seperti untuk pesta
perkawinan, khitanan dan ulang tahun, perayaan hari agama,
ongkos naik haji.
4. Kopi
a. Pengertian Kopi
Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses
pengolahan biji tanaman kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili
Rubiaceae dengan genus Coffea. Secara umum kopi hanya memiliki
dua spesies yaitu Coffea arabica dan Coffea robusta (Saputra E.,
2008:46).
Sebelum kopi dapat diminum, biji kopi perlu melalui proses yang
panjang yaitu mulai dari pemanenan biji kopi yang telah matang baik
dengan cara mesin maupun dengan tangan. Kemudian biji kopi yang
telah matang dikeringkan melalui proses pengeringan. Proses
selanjutnya yaitu penyangraian dengan tingkat derajat yang
bervariasi. Setelah disangrai, biji kopi digiling atau dihaluskan
menjadi bubuk kopi. Bubuk kopi tersebut yang menjadi bahan dasar
minuman kopi yang biasa dinikmati oleh banyak orang.
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman
berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia
35
di Benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi
kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu
minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai
kalangan masyarakat, termasuk di Indonesia.
b. Jenis-Jenis Minuman Kopi
Kopi merupakan salah satu minuman yang paling digemari oleh
seluruh orang di dunia. Bagi pecinta kopi, nikmat meminum kopi di
pagi dan sore hari memang tidak bisa tergantikan. Selain sebagai
minuman yang digunakan untuk menghilangkan rasa ngantuk, kopi
sekarang telah menjadi gaya hidup di sebagaian besar masyarakat.
Banyak masyarakat yang gemar meminum kopi dengan berbagai
macam racikan. Berikut beberapa racikan minuman kopi yang paling
digemari oleh masyarakat Indonesia :
1) Kopi Tubruk
Jenis racikan kopi ini asli dari Indonesia. Cara
menyajikannya sangat sederhana dan mudah. Biji kopi yang telah
disangrai dan digiling dituangkan dalam gelas sesuai keinginan
dan ditambahkan dengan air panas. Jika ingin mengurangi rasa
pahit kopi, biasanya ditambahkan gula dengan takaran sesuai
selera. Para penikmat kopi menyukai kopi tubruk karena
aromanya aromanya yang kuat dan rasanya yang khas.
2) Kopi Luwak
36
Kopi luwak merupakan jenis racikan kopi khas Indonesia.
Racikan ini menggunakan biji kopi yang dipilah dari kotoran
luwak, yaitu binatang liar sejenis musang. Kopi ini sangat
digemari karena memiliki cita rasa yang sangat unik dan
berkualitas. Kopi jenis ini termasuk kopi yang paling mahal di
dunia.
3) Espresso
Espresso adalah kopi yang disajikan secara cepat kepada
pembeli. Espresso dihasilkan dengan cara melakukan ekstraksi
pada biji kopi yang sudah melalui proses penggilingan.
Dibutuhkan sebuah mesin espresso untuk meracik kopi dengan
cara ini. Meracik kopi ala espresso ini mulai dikenal di Italia.
4) Latte
Latte adalah kopi yang memadukan espresso dengan susu.
Sebagian barista mengatakan bahwa perbandingan yang ideal
antara kopi dan susu adalah 3:1. Sebagian lagi menggunakan
rasio 4:1. Intinya, jumlah kopi yang digunakan lebih banyak
daripada susu. Karena jumlah kopi yang lebih banyak digunakan,
latte hanya memiliki sedikit busa tipis di permukaan kopi.
5) Cappuccino
Jenis racikan kopi ini berasal dari espresso yang dicampur
dengan susu. Perbandingan antara kopi dan susu dalam
cappuccino adalah 1:3. Jenis racikan kopi ini identik dengan
37
tampilan busa atau foam yang banyak di permukaan kopi dan
rasanya yang halus dan manis. Cappuccino seringkali menjadi
pilihan bagi pencinta kopi yang ingin menikmati minuman kopi
yang ringan, karena lebih banyak kandungan susu di dalamnya.
6) Frappe
Tidak seperti kebanyakan kopi lainnya, frappe dibuat dengan
menggunakan air dingin sehingga tercipta es kopi. Frappe terbuat
dari kopi instan, air, gula dan es batu.
7) Mochaccino
Nama mocca berasal dari sejenis kopi asli dari Mocha,
Yaman. Racikan mochaccino berasal dari campuran espresso
dengan coklat dan susu. Kebanyakan target dari racikan
mochaccino adalah para pecinta kopi yang juga menyukai coklat.
5. Pendapatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendapatan adalah
hasil kerja (usaha atau sebagainya). Hal senada juga diungkapkan oleh
Reksoprayitno (dalam Mahyu Danil, 2013:37) yang menyatakan bahwa
pendapatan dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh
seseorang pada periode tertentu. Menurut Mubyarto dalam bukunya yang
berjudul “Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia” (2005:10), menyatakan
bahwa pendapatan adalah hasil berupa uang atau material lainnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan jumlah
penghasilan yang diterima oleh setiap anggota masyarakat dalam jangka
38
waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang telah
disumbangkan.
Menurut Mangkoesoebroto Guritno dan Algifari (1998:72),
pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat dapat digolongkan menjadi 2
yaitu :
a. Pendapatan permanen (permanent income) adalah pendapatan yang
selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan
sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji.
b. Pendapatan sementara (transitory income) adalah pendapatan yang
tidak selalu diterima seseorang pada periode tertetu dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya.
Sementara itu, menurut Richard G. Lipsey pendapatan dapat
diklasifikasi menjadi 2, yaitu :
a. Pendapatan pribadi adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau
dibayarkan kepada seseorang sebelum dikurangi dengan pajak
penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan pribadi dibayar
untuk pajak dan sebagian lainnya digunakan oleh rumah tangga untuk
kegiatan konsumsi dan digunakan untuk tabungan (saving).
b. Pendapatan disposible adalah pendapatan seseorang pada saat ini yang
dapat dibelanjakan atau ditabung yang telah dikurangi dengan pajak.
6. Usia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) usia adalah lama
waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Kamus Oxford
39
menjelaskan bahwa usia adalah lamanya waktu yang menunjukkan
seseorang hidup atau keberadaan dari suatu benda. Dalam penelitian ini,
secara umum kita dapat mengartikan usia sebagai lamanya periode waktu
dari kehidupan seseorang yang dimulai pada saat lahir hingga pada saat
ini.
Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya yang berjudul
“Psikologi Perkembangan” (1980:278-305) pembagian masa-masa
perkembangan mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat
perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati
dengan pembagian periodisasinya.
Berikut pembagian masa-masa perkembangan menurut Elizabeth B.
Hurlock :
a. Masa sebelum lahir (pranatal) : 9 bulan
b. Masa bayi baru lahir (new born) : 0 - 2 minggu
c. Masa bayi (babyhood) : 2 minggu - 2 tahun
d. Masa kanak-kanak awal (early childhood) : 2 tahun - 6 tahun
e. Masa kanak-kanak akhir (later chilhood) : 6 tahun - 12 tahun
f. Masa puber (puberty) : 12 tahun – 16 tahun
g. Masa remaja ( adolesence) : 16 tahun – 21 tahun
h. Masa dewasa awal (early adulthood) : 21 tahun - 40 tahun
i. Masa dewasa madya(middle adulthood) : 40 tahun - 60 tahun
j. Masa usia lanjut (later adulthood) : 60 tahun - meninggal
40
Usia seseorang dinilai dapat mempengaruhi jumlah pengeluarannya
untuk konsumsi. Pada individu yang berusia tidak produktif tingkat
konsumsinya cenderung lebih rendah dibanding dengan indivu yang
berusia produktif. Pada negara-negara dengan komposisi penduduk yang
didominasi oleh usia produktif, biasanya laju pertumbuhan ekonominya
digerakan salah satunya oleh tingkat konsumsi baik itu individu maupun
rumah tangga.
7. Harga
Dalam ilmu ekonomi, secara jelas menunjukan bahwa harga
merupakan salah satu faktor yang penting yang harus dipertimbangkan
dalam mengpengaruhi perilaku konsumen dalam memutuskan untuk
mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Dalam banyak kasus, harga
merupakan variabel keputusan yang paling penting yang diambil oleh
pelanggan karena berbagai alasan. Harga merupakan sejumlah uang atau
barang atau jasa yang ditukar pembeli untuk beraneka produk atau jasa
yang disediakan penjual. Sedangkan Steven dan Wiesberg (2007:276)
menyatakan harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan
pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Definisi harga menurut
Kotler dan Armstrong (2001: 439) adalah sejumlah uang yang dibebankan
atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen
atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa
tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah uang
yang telah ditetukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang
41
diperdagangkan dan sesuatu yang lain yang diadakan perusahaan untuk
memuaskan keinginan pelanggan serta merupakan salah satu faktor
penting dalam pengambilan keputusan pembelian.
B. Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Andy Umarah Yusuf Lubis pada
tahun 2015 yang berjudul “Pengaruh Faktor Pribadi Terhadap Pengambilan
Keputusan Pembelian Produk pada Music Coffee Dr. Mansyur Medan” telah
membuktikan bahwa pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
konsumen. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa pekerjaan dan
keadaan ekonomi tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, variabel
gaya hidup dan kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian konsumen. Nilai Adjusted R Square = 0,229 berarti 22,9
% faktor-faktor keputusan pembelian konsumen dapat dijelaskan oleh variabel
bebas (pekerjaan,keadaan ekonomi,gaya hidup dan kepribadian) terhadap
keputusan pembelian produk pada konsumen di music coffee Dr Mansyur
Medan.Angka R Square sebesar 0,275 menunjukkan bahwa 27,5 % keputusan
pembelian konsumen dapat dijelaskan oleh variabel pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup dan kepribadian sedangkan sisanya 72,5% di jelaskan
oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Dalam kesempatan yang berbeda, Endang Wiji Lestari, Idha Haryanto, dan
Surip Mawardi pada tahun 2009 melakukan sebuah penelitian yang berjudul
“Komsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor yang
42
Berpengaruh : Kasus di Kabupaten Jember”. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kopi perorangan 2,91 kg/tahun,
konsumsi kopi pada laki-laki 3,83 kg/tahun dan perempuan 1,97 kg/tahun.
Konsumsi kopi perorangan sangat dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur,
pendapatan, harga, aktivitas dan konsumsi rokok. Tingkat konsumsi pada
perempuan dipengaruhi secara nyata oleh faktor umur, harga dan konsumsi
rokok. Tingkat konsumsi kopi pada kelompok laki-laki dipengaruhi secara
nyata oleh faktor umur, harga, lama aktivitas dan konsumsi rokok. Mayoritas
kelompok umur ≤ 25 tahun mengkonsumsi kopi dengan jenis kopi campur.
Kelompok umur > 25 tahun mengkonsumsi kopi jenis kopi bubuk bermerek.
Frekuensi konsumsi kopi yang sering dilakukan responden adalah 1-2
cangkir/hari, dengan ukuran kemasan yang sering dibeli 0,01–0,10 kg.
Mayoritas peminum kopi mengkonsumsi kopi di rumah. Kelompok dengan
pendapatan kurang dari Rp1.000.000 per bulan mengkonsumsi kopi bubuk
curah, sedangkan kelompok dengan pendapatan lebih dari Rp1.000.000 per
bulan mengkonsumsi kopi bubuk bermerek.
Herlinae, Redianto, dan Yemima melakukan penelitian pada tahun 2015
dengan judul “Analisis Faktor Harga, Umur, dan Pendapatan Konsumen
Terhadap Permintaan Daging Babi pada Pasar Tradisional Kuala Kurun
Kabupaten Gunung Mas”. Data penelitian ini dianalisis menggunakan metode
deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel harga, umur
dan pendapatan konsumen secara simultan berpengaruh nyata terhadap
permintaan daging babi pada Pasar Tradisional Kuala Kurun, sedangkan
43
secara parsial variabel harga dan variabel umur tidak berpengaruh nyata
terhadap permintaan daging babi dan variabel pendapatan yang
berpengaruh nyata terhadap permintaan daging babi pada Pasar Tradisional
Kuala Kurun.
Pada tahun 2013, Mahyu Danil melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi Pada Pegawai Negeri
Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireun”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pola pengeluaran konsumsi PNS Kantor Bupati
Kabupaten Bireuen dan untuk mengetahui pengaruh pendapatan yang
diperoleh terhadap pola konsumsi PNS. Sampel dalam penelitian ini adalah
44 orang PNS, yang dianalisis secara deksriptif dan metode regresi sederhana
berdasarkan teori fungsi konsumsi. Hasil penelitian, menunjukkan pendapatan
PNS dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhankebuhan konsumsi, seperti
biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, biaya transportasi dan biaya lain-
lain. 82,8 % pendapatan diakomodasikan dalam konsumsi. Perubahan
pendapatan memiliki pengaruh sebesar 1,21% pada tingkah laku konsumsi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurmasari Sigit pada tahun 2016
dengan judul “Hubungan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dengan Perilaku
Konsumen dalam Mengkonsumsi Kopi di Kota Medan” menunjukkan bahwa
perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi di lokasi penelitian adalah
gemas mengkonsumsi kopi; ada hubungan yang nyata antara faktor budaya,
sosial, pribadi dan psikologis dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi
kopi; dan ada hubungan yang nyata antara umur, tingkat pendidikan,
44
pendapatan dan jumlah tanggungan dengan perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi kopi di lokasi penelitian.
Shabrina Masvira Halim melakukan penelitian pada tahun 2009 dengan
judul “Pengaruh Faktor Pribadi Terhadap Keputusan Pembelian Pada
Starbucks Coffee Shop Sun Plaza Medan” dan hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa variabel usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
dan kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian pada Starbucks Coffee Shop Sun Plaza Medan. Hal ini dapat dilihat
dari hasil uji F dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Berdasarkan uji t dari
kelima variabel bebas bahwa pekerjaan yang paling dominan mempengaruhi
keputusan pembelian pada Starbucks Coffee Shop Sun Plaza Medan. Analisis
koefisien determinan (R2) dilihat dari Adjusted R2 sebesar 78,70% yang berarti
variabel terikat yaitu keputusan pembelian dapat dijelaskan dengan
menggunakan variabel bebas yaitu usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup dan kepribadian sedangkan sisanya 21,30% dijelaskna oleh variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Sebelumnya
No Nama
Peneliti
Judul Tahun Variabel
Penelitian
Alat
Analisis
Hasil Penelitian
45
1 Andy
Umarah
Yusuf
Pengaruh
Faktor Pribadi
Terhadap
Pengambilan
Keputusan
Pembelian
Produk Pada
Music Coffee
Dr. Mansyur
Medan
2015 Pekerjaan
(X1),
Keadaan
Ekonomi
(X2), Gaya
Hidup (X3),
Kepribadian
(X4), dan
Keputusan
Pembelian
Produk (Y)
Analisis
deskriptif
Penelitian ini
membuktikan
pekerjaan,
keadaan
ekonomi, gaya
hidup dan
kepribadian
berpengaruh
secara positif dan
signifikan
terhadap
keputusan
pembelian
konsumen.
2 Endang
Wiji
Lestari,
Idha
Haryanto
, dan
Surip
Mawardi
Komsumsi
Kopi
Masyarakat
Perkotaan dan
Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh :
Kasus di
Kabupaten
Jember
2009 Harga (X1),
Pendapatan
(X2), Lama
Aktivitas
(X3), Umur
(X4),
Konsumsi
Rokok (X5),
Jenis
Kelamin
(X6), dan
Tingkat
Konsumsi
Kopi (Y)
Analisis
Deskriptif
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa rata-rata
konsumsi kopi
perorangan 2,91
kg/tahun,
konsumsi
kopi pada laki-
laki 3,83
kg/tahun dan
perempuan 1,97
kg/tahun.
Konsumsi kopi
perorangan
sangat
dipengaruhi oleh
faktor jenis
kelamin, umur,
pendapatan,
harga,
aktivitas dan
konsumsi rokok.
46
3 Herlinae,
Redianto
, dan
Yemima
Analisis Faktor
Harga, Umur,
dan
Pendapatan
Konsumen
Terhadap
Permintaan
Daging Babi
pada Pasar
Tradisional
Kuala Kurun
Kabupaten
Gunung Mas
2015 Harga (X1),
Umur (X2),
Pendapatan
(X3), dan
Permintaan
Daging Babi
(Y)
Analisis
Deskriptif
Hasil Penelitian
ini menunjukkan
bahwa variabel
Harga, Umur dan
Pendapatan
Konsumen
secara simultan
berpengaruh
nyata terhadap
permintaan
daging babi
pada Pasar
Tradisional
Kuala Kurun.
4 Mahyu
Danil
Pengaruh
Pendapatan
Terhadap
Tingkat
Konsumsi
Pada Pegawai
Negeri Sipil di
Kantor Bupati
Kabupaten
Bireun
2013 Pendapatan
(X) dan
Tingkat
Konsumsi
(Y)
Analisis
Deskriptif
Hasil penelitian,
menunjukkan
terdapatan
pengaruh yang
signifikan
pendapatan PNS
terhadap Tingkat
konsumsi. 82,8
% pendapatan
diakomodasikan
dalam konsumsi.
Perubahan
pendapatan
memiliki
pengaruh sebesar
1,21% pada
tingkah laku
konsumsi.
5 Nurmasa
ri Sigit
Hubungan
Faktor-Faktor
Sosial
Ekonomi
dengan
2016 Umur (X1),
Tingkat
Pendidikan
(X2),
Pendapatan
Analisis
deskriptif
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa ada
hubungan yang
nyata antara
47
Perilaku
Konsumen
dalam
Mengkonsumsi
Kopi di Kota
Medan
(X3), Jumlah
Tanggungan
(X3), dan
Perilaku
Konsumen
(Y)
umur, tingkat
pendidikan,
pendapatan dan
jumlah
tanggungan
dengan perilaku
konsumen dalam
mengkonsumsi
kopi di lokasi
penelitian.
6 Shabrina
Masvira
Halim
Pengaruh
Faktor Pribadi
Terhadap
Keputusan
Pembelian
Pada Starbucks
Coffee Shop
Sun Plaza
Medan
2009 Usia (X1),
Pekerjaan
(X2),
Keadaan
Ekonomi
(X3), Gaya
Hidup (X4),
Kepribadian
(X5), dan
Keputusan
Pembelian
(Y)
Analisis
deskriptif
dan
analisis
kuantitatif
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa variabel
usia, pekerjaan,
keadaan
ekonomi, gaya
hidup, dan
kepribadian
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
keputusan
pembelian pada
Starbucks Coffee
Shop Sun Plaza
Medan.
C. Kerangka Berpikir
Tingkat konsumsi kopi seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, salah
satunya adalah faktor ekonomi seperti pendapatan. Pendapatan yang dimiliki
oleh seseorang dapat mencerminkan daya beli seseorang yang akan
mempengaruhi tingkat konsumsi seorang individu terhadap suatu barang dan
48
jasa, dalam penelitian ini adalah kopi. Apabila pendapatan seorang individu
tinggi, maka berpengaruh terhadap tingkat konsumsi kopi seseorang tersebut
yang cenderung akan tinggi pula.
Selain itu, faktor demografi berupa usia penduduk juga turut dominan
mempengaruhi tingkat konsumsi kopi. Dengan semakin banyaknya tempat
ngopi yang tersebar di berbagai daerah menandakan bahwa kopi kini semakin
banyak diminati oleh masyarakat dari berbagai segmen termasuk pada rentan
usia baik itu yang berusia muda hingga berusia tua. Semakin diminatinya kopi
diberbagai rentan usia membuat tingkat konsumsi kopi pada seorang individu
dapat meningkat.
Selain pendapatan, faktor ekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi
tingkat konsumsi kopi seseorang adalah harga. Harga yang dimaksud adalah
harga yang dijual oleh penjual untuk satu gelas kopi. Seorang individu dengan
tingkat pendapatan tertentu cenderung memilih harga kopi yang sesuai dengan
kemampuan seseorang tersebut untuk membeli yang akan berpengaruh
terhadap tingkat konsumsi kopi seseorang.
Ketiga faktor yang telah dijelaskan diatas yaitu pendapatan, usia, dan
harga kemudian dianalisis dalam bentuk variabel independen (X) yang
kemudian mempengaruhi variabel dependen (Y) yang berupa tingkat konsumsi
kopi. untuk mempermudah dalam penelitian, maka skema kerangka berpikir
tersebut digambarkan sebagai berikut :
49
TINGKAT
KONSUMSI KOPI
(Y)
PENDAPATAN (X1)
HARGA (X3)
USIA (X2)
Diagram 2.1
Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis tidak lain merupakan jawaban atau dugaan sementara terhadap
masalah penelitian yang kemudian kebenarannya harus diuji secara empiris.
Dalam penelitian ini, berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan, disusun kesimpulan sementara sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh parsial yamg signifikan antara pendapatan terhadap
tingkat konsumsi kopi di Kota Depok.
2. Terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara usia terhadap tingkat
konsumsi kopi di Kota Depok.
3. Terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara harga terhadap tingkat
konsumsi kopi di Kota Depok.
50
4. Terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara pendapatan, usia, dan
harga terhadap tingkat konsumsi kopi di Kota Depok.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian diperlukan adanya suatu ruang lingkup atau batasan-
batasan penelitian. Kemudian dalam ruang lingkup tersebut dibutuhkan
penekanan pada aspek lokasi, waktu atau sektor, serta variabel-variabel yang
akan dibahas. Hal ini diperlukan bagi seorang peneliti agar penelitiannya tidak
keluar dari tujuan yang ingin dicapai.
Dalam penelitian ini, peneliti telah membatasi ruang lingkup penelitiannya
agar mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Ruang lingkup dalam
penelitian ini difokuskan pada satu variable terikat (variabel dependen) yaitu
tingkat konsumsi kopi dan tiga variabel bebas (variabel independen) yaitu
pendapatan, usia dan harga. Data yang digunakan merupakan data dari
variabel-variabel yang sedang terjadi pada saat survey berlangsung, yaitu pada
bulan Agustus 2017. Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data silang
(cross section). Objek penelitian ini adalah individu yang berada di Kota
Depok yang gemar mengkonsumsi kopi baik di rumah, warung kopi (warkop),
maupun di coffee shop premium. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa
pengaruh pendapatan, usia, dan harga terhadap tingkat konsumsi kopi di Kota
Depok, yang pada akhirnya akan ditarik kesimpulan untuk melihat pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial maupun
simultan.
52
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi merujuk pada keseluruhan jumlah orang yang akan diobservasi.
Populasi penelitian adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat
dibedakan satu sama lain (J Supranto, 2000:21). Menurut Santoso dan Tjiptono
(2002:79), populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki
kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok
dalam suatu riset khusus, populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan
jelas sebelum penelitian dilakukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa,
populasi adalah semua objek yang diteliti dalam penelitian. Populasi daalam
penelitian ini adalah seluruh individu di Kota Depok yang mengkonsumsi kopi.
Menurut Sukardi (dalam Johni, 2013:56) sampel adalah sebagian atau
wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel yang baik adalah sampel yang
representative, dengan arti bahwa sampel tersebut mampu mewakili
populasinya. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu.
Karena tidak terdapat data sekunder yang menjelaskan secara tepat jumlah
individu di Kota Depok yang mengkonsumsi kopi, menyebabkan tidak ada nya
kerangka sampel. Oleh sebab itu maka teknik penarikan sampel yang dipilih
adalah teknik nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang
53
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2014:120).
Sesuai dengan karakteristik sampel yang dibutuhkan, maka teknik
pengambilan sampel probabilitas yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah metode purposive sampling, ialah pengambilan anggota
sampel dari populasi yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan dari
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono 2014:122).
Alasan peneliti menggunakan teknik purposive sampling karena tidak
semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang telah peneliti
tentukan. Oleh karena itu, peneliti memilih teknik purposive sampling dengan
menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang
harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Adapun pertimbangan-pertimbanga atau kriteria-kriteria yang telah
peneliti tentukan adalah sebagai berikut:
1. Individu yang gemar meminum kopi.
2. Individu yang berusia minimal 18 tahun.
3. Individu yang bertempat tinggal di Kota Depok.
Dalam penelitian ini, pengambilan jumlah sampel disesuaikan dengan
pendapat Roscoe dalam Sugiyono (2007:74) yang memberikan saran-saran
tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini :
54
1. Ukuran sampel yang layak untuk penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500.
2. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate
(korelasi atau regresi berganda misalnya) maka jumlah anggota sampel
minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya jumlah
variabel penelitian 5 variabel (independen & dependen), maka jumlah
sampel minimal = 5 x 10 = 50 orang.
Kemudian menurut Sudman dan Blair, salah satu penentu ukuran sampel
adalah dengan pendekatan non statistic dimana sampel didapatkan dengan
pertimbangan tertentu dengan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
oleh periset-periset yang lain (Istijanto, 2009:128). Berdasarkan pendapat-
pendapat para ahli tersebut diatas, maka peneliti menetapkan bahwa jumlah
sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, data memegang peranan penting sebagai alat
pembuktian hipotesis agar tercapainya tujuan dalam suatu penelitian. Peneliti
harus mengetahui jenis data apa saja yang diperlukan dan bagaimana caranya
mengidentifikasi, mengumpulkan, serta mengolah data tersebut. Metode
pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian.Dalam hal pengumpulan
data sebagai kelengkapan dari penelitian, peneliti memperoleh informasi, data,
serta bahan-bahan pendukung lainnya dengan menggunakan beberapa sumber
data yaitu :
55
1. Studi Lapangan
Berikut ini beberapa cara pengumpulan data lapangan yang dilakukan
dalam penelitian ini:
a. Observasi
Observasi yaitu sebagai teknik pengumpulan data yang
mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang diamati tidak terlalu
besar (Sugiyono, 2012:145).
Observasi dilakukan mulai dari bulan Maret hingga Mei.
Observasi dilakukan di lokasi yang berbeda-beda yaitu di beberapa
warung kopi, kedai kopi, coffee shop premium yang berada di Kota
Depok.
b. Kuesioner
Teknik yang menggunakan angket/kuesioner adalah suatu cara
mengumpulkan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar
pertanyaan kepada responden dnegan harapan mereka akan
memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2010:167).
Jawaban dari responden kemudian diolah dengan alat ukur
statistik untuk mendapatkan pendekatan kuantitatif terhadap
pertanyaan penelitian. Kelebihan dari teknik kuesioner adalah :
1) Kuesioner mudah dikelola
2) Data yang diperoleh dapat dipercaya
3) Penetapan kode, analisis, interpretasi data relatif sederhana.
56
Sementara itu kekurangan dari teknik kuesioner adalah
memungkinkan bahwa responden tidak mampu atau tidak bersedia
memberikan informasi yang diharapkan dan penyusunan pertanyaan
yang mudah dipahami merupakan hal yang tidak mudah.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
angket terbuka untuk variabel usia, harga, dan tingkat konsumsi kopi,
sementara angket model tertutup digunakan untuk variabel
pendapatan.
2. Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari jenis data yang
berbeda. Berikut ini adalah jenis data dan cara memperoleh data penelitian
:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dengan
melakukan penelitian lapangan terhadap responden yang dituju. Data
primer diperoleh dari sumber pertama yaitu individu ataupun
perseorangan. Data primer secara khusus dikumpulkan untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Data primer akan diperoleh melalui
penyebaran kuesioner kepada sampel yang sudah ditentukan (Umar,
2010:130). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari observasi,
kuesioner. dan dokumentasi.
57
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang diolah dan disajikan
oleh pihak lain (Umar, 2010:36). Dalam penelitian ini hanya
menggunakan satu macam data sekunder, yaitu digital resource
(sumber digital). Digital resource merupakan data dalam bentuk
digital yang diperoleh melalui website terkait, jurnal digital, berita
digital dan bahan bacaan lainnya dalam bentuk digital.
D. Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner
dikelompokkan dan dibersihkan (cleaning) sehingga menjadi informasi yang
mudah dikenali dan layak untuk dianalisis yang pada akhirnya dapat dijadikan
dasar pengambilan kesimpulan. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
bantuan software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.
Terdapat empat tahap analisis data dalam penelitian ini yaitu pemodelan
analisis regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi
(Adjusted R2), dan uji hipotesis. Berikut ini adalah penjelasan tiap tahap analisis
data yang digunakan :
1. Pemodelan Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan
fungsional antara beberapa variabel bebas (independent) secara bersama-
sama terhadap variabel terikat (dependent). Persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara
variabel bebas (independent) yaitu pendapatan (X1), usia (X2),dan harga
58
(X3) terhadap variabel terikata (dependent) yaitu tingkat konsumsi kopi
(Y). Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini mempunyai
persamaan sebagai berikut :
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝑒
Di mana :
Y = Tingkat konsumsi kopi
𝛼 = Konstanta
𝑋1 = Pendapatan
𝑋2 = Usia
𝑋3 = Harga
𝛽1, 𝛽2, 𝛽3, 𝛽4 = Koefisien Regresi
𝑒 = Residual
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus
dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2012:70). Data yang baik dan layak dalam penelitian adalah
yang memiliki distribusi normal. Menurut Ghozali (2011:163-165),
ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak, yaitu dengan cara :
59
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram dan juga dapat melihat
dari Normal Probability Plot. Untuk mendeteksi normalitas dapat
dilakukan dengan melihat sebaran data yang menyerupai lonceng
atau tidak menyerupai lonceng pada histogram dan melihat
sebaran data disekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah
diagonal pada Normal Probability Plot.
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan cara analisis grafik dapat menyesatkan
kalau tidak hati-hati, karena secara visual terlihat normal, namun
secara statistik justru sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan
analisis statistik dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov.
Dalam kolmogorov-smirnov apabila nilai sig. < 0,05 maka data
tidak terdistribusi dengan normal. Namun jika nilai sig > 0,05
maka data terdistribusi dengan normal.
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2011:106), uji multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang
60
memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
nol.
Untuk mendeteksi adanya multikolineritas adalah dengan melihat
(1) tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih jika dijelaskan oleh variabel
bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10
atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan
tingkat kolinieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai
tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolinieritas 0,95.
Wing Wahyu Winarno pada bukunya “Analisis Ekonomika dan
Statistika dengan SPSS” pada tahun 2011, menjelaskan kondisi
terjadinya gejala multikolinieritas dengan dideteksinya beragam
alternative cara sebagai berikut :
1) Nilai koefisien determinasi (R2) tinggi, tetapi variabel independen
banyak yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
2) Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen.
Apabila koefisiennya rendah, maka dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat gejala multikolinieritas.
61
3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi jenis ini dapat
digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih
variabel independen yang secara bersama-sama (misalnya X2 dan
X3) mempengaruhi satu variabel independen yang lainnya
(misalnya X1).
Apabila model prediksi memiliki gangguan multikolinieritas
akan menimbulkan akibat-akibat seperti estimator yang masih bersifat
BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), tetapi memiliki varian dan
kovarian yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat estimasi. Dan
juga interval estimasi cenderung lebar dan nilai statistic uji t akan
kecil, sehingga menyebabkan variabel independen tidak signifikan
secara statistic dalam mempengaruhi variabel dependen (Winarno,
2011).
Untuk menghilangkan gejala multikolinieritas, terdapat beberapa
alternatif cara yang dapat digunakan oleh para peneliti (Winarno,
2011). Cara-cara tersebut antara lain :
1) Membiarkan model mengandung gejala multikolinieritas karena
estimatornya masih dapat bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak
terpengaruh oleh ada atau tidaknya korelasi antar variabel
independen. Namun yang menjadi catatan adalah mutikolinieritas
akan menyebabkan standard error yang besar.
62
2) Menambahkan data observasi bila memungkinkan karena
masalah multikoliniertias biasanya muncul karena jumlah
observasinya sedikit.
3) Menghilangkan salah satu variabel independen, terutama yang
memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain. Namun
apabila menurut teori variabel independen tersebut tidak mungkin
untuk dihilangkan, berarti harus tetap dipakai.
4) Mentransformasikan salah satu atau beberapa variabel, termasuk
misalnya dengan melakukan diferensiasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011:139), uji heteroskedasitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas.
Pada praktiknya heteroskedastisitas banyak ditemui pada data
cross section karena pengamatan dilakukan pada individu berbeda
pada saat yang sama. Akan tetapi bukan tidak terdapat pada data time
series dikarenakan ketika menganalisis perilaku data yang sama dari
waktu ke waktu fluktuasinya akan relatif lebih stabil (Widarjono,
2007: 29).
63
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual atau observasi
dengan residual lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data
yang bersifat runtun waktu karena sifat dari data pada saat ini yang
dipengaruhi oleh data-data masa sebelumnya. Meskipun demikian,
tetap dimungkinkan bahwa gejala otokorelasi dapat dijumpai pada
data yang bersifat cross section atau data silang.
3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi (Adjusted R2) ini digunakan untuk
mengukur kedekatan hubungan yang dipakai. Koefisien determinasi
menunjukkan kemampuan garis regresi untuk menerangkan variasi
variabel terikat (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X) (Ajija,
2011:34). Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu (0 < R2
< 1). Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol memiliki arti bahwa
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
sangat terbatas.
Sebaliknya, dengan nilai R2 yang mendekati nilai satu berarti bahwa
variabel independen yaitu dalam penelitian ini adalah variabel pendapatan,
usia, dan harga mampu memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen yaitu dalam penelitian ini adalah
variabel tingkat konsumsi kopi.
64
4. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
(independen) secara masing-masing (parsial) atau individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada
tingkat singnifikansi 0,05 (5%). Menurut Ghozali (2012:80), uji
statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen yaitu pendapatan, usia, harga secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen yaitu tingkat
konsumsi kopi. Apabila sig. t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima.
Demikian pula sebaliknya, jika sig. t lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak. Bila H0 ditolak ini berarti ada hubungan yang signifikan
antara variabel independen dan variabel dependen.
Menurut Nachrowi (2006:17), hipotesis yang digunakan adalah :
1) H0 : βi = 0
Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas
(independen) yaitu dalam penelitian ini adalah variabel
pendapatan, usia, dan harga tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara parsial terhadap variabel terikat (dependen)
yaitu dalam penelitian ini adalah variabel tingkat konsumsi kopi.
2) H1 : βi ≠ 0
65
Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas
(independen) yaitu dalam penelitian ini adalah variabel
pendapatan, usia, dan harga mempunyai pengaruh secara parsial
terhadap variabel terikat (dependen) yaitu dalam penelitian ini
adalah variabel tingkat konsumsi kopi.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
(independen) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat
singnifikansi 0,05 (5%).
Apabila F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05, jika F hitung
> F tabel maka secara simultan (bersama-sama) seluruh variabel bebas
(independen) mempengaruhi variabel terikat (dependen). Selain itu,
dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas
lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi = 0,05), maka
variabel bebas (independen) secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen). Sedangkan jika
nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi
= 0,05), maka variabel bebas (independen) secara simultan (bersama-
sama) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen).
Menurut Nachrowi (2006:16), hipotesis yang digunakan adalah :
66
1) H0 : β1 = β2 = β3 = 0
Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas
(independen) yaitu dalam penelitian ini adalah variabel
pendapatan, usia, dan harga tidak mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap variabel terikat (dependen) yaitu dalam
penelitian ini adalah variabel tingkat konsumsi kopi.
2) H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0
Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas
(independen) yaitu dalam penelitian ini adalah variabel
pendapatan, usia, dan harga mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap variabel terikat (dependen) yaitu dalam
penelitian ini adalah variabel tingkat konsumsi kopi.
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik yang sifatnya berubah-ubah dari unit ke unit,
kebalikan dari variabel ini adalah konstanta (Sedarmayanti dan Syarifudin,
2011:71), sedangkan operasional variabel mendefinisikan variabel secara
operasional yang berdasarkan kepada karakterisitik yang diamati dengan
tujuan mempermudah peneliti dalam melakukan observasi secara cermat
terhadap suatu objek penelitian. Setiap variabel yang terlibat dalam suatu
penelitian harus didefinisikan. Hal ini untuk mendapatkan kesamaan makna
dan kejelasan batasan dari tiap variabel.
67
Berikut operasional variabel yang digunakan oleh peneliti yang dapat
dijelaskan dalam tabel dibawah ini :
TABEL 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Pengukuran
1
Tingkat Konsumsi
Kopi (Y)
Tingkat konsumsi kopi yang
dimaksud adalah besaran
frekuensi responden dalam
meminum kopi selama satu
bulan.
Skala Interval.
2 Pendapatan (X1)
Pendapatan yang digunakan
dalam penelitian ini terbagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Pendapatan utama
2. Pendapatan tambahan
3. Uang saku
Skala Interval.
3 Usia (X2)
Usia yang digunakan adalah
usia responden pada saat
mengisi kuesioner.
Skala Interval.
4 Harga (X3)
Harga yang dimaksud
adalah besaran rupiah yang
harus dikeluarkan oleh
Skala Interval.
68
responden untuk setiap 1
cangkir kopi.
69
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambar 4.1
Peta Kota Depok
Sumber : Google maps, 2017
Kota Depok adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat. Kota ini terletak
tepat di selatan Jakarta, yaitu di antara Kota Jakarta dan Kota Bogor. Kota
Depok merupakan salah satu kota penyangga Jakarta bersama dengan Kota
Bekasi, Tangerang dan Bogor.
Penduduk Kota Depok didominasi oleh penduduk usia produktif dengan
umur 20-39 tahun dengan persentase 37% dari total jumlah penduduk.
Sementara penduduk usia non-produktif, yaitu di atas umur 60 tahun, hanya
sebesar 6% dari populasi penduduk Kota Depok.
70
Diagram 4.1
Penduduk Kota Depok Berdasarkan Umur
Sumber : BPS Kota Depok, diolah
Sebagai kota penyangga Jakarta dan kota dengan penduduk usia produktif,
Kota Depok mengalami perubahan dari segi kegiatan ekonomi baik berupa
sektor produksi maupun konsumsi masyarakat. Perubahan yang terjadi dari sisi
konsumsi adalah tumbuhnya tingkat konsumsi di masyarakat Kota Depok.
Salah satunya adalah munculnya minat mengonsumsi kopi.
Tumbuhnya minat mengonsumsi kopi tersebut dibuktikan dengan banyak
bermunculannya kedai kopi dan coffee shop premium di Kota Depok baik itu
yang berasal dari luar negeri maupun lokal. Tidak ada data yang pasti ada
berapa banyak kedai kopi dan coffee shop premium yang kian menjamur di
Kota Depok. Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan, Kecamatan Cinere dan Kecamatan
34%
37%
23%
6%
0-19
20-39
40-59
60<
71
Beji dari 11 kecamatan yang terdapat di Kota Depok, ditemukan jumlah kedai
kopi di kecamatan Sawangan sebanyak 10 kedai, di kecamatan Cinere
sebanyak 6 kedai, dan di kecamatan Beji sebanyak 12 kedai. Jika dipukul rata,
tiap kecamatan di Kota Depok terdapat 9 kedai kopi di tiap kecamatan yang
berada di Kota Depok. Sementara itu peneliti menemukan jumlah coffee shop
premium yang tersebar di Kota Depok sebanyak 6 gerai yang terdapat di
beberapa pusat perbelanjaan.
Terdapat pula warung kopi (warkop) yang masih memiliki tempat
tersendiri di hati para penikmat kopi, terutama kelas menengah ke bawah.
Jumlah warung kopi (warkop) tak kalah banyak dengan kedai kopi dan coffee
shop premium lainnya. Warung kopi (warkop) dapat mudah ditemui di mana
saja, umumnya di pertigaan jalan, perempatan jalan dan beberapa tempat
strategis lainnya. Berdasarkan hasil pra penelitian dalam bentuk observasi yang
dilakukan oleh peneliti di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan, Kecamatan
Cinere dan Kecamatan Beji dari 11 kecamatan yang terdapat di Kota Depok,
ditemukan jumlah warung kopi di kecamatan Sawangan sebanyak 35 warung
kopi, di kecamatan Pancoranmas sebanyak 40 warung kopi, dan di kecamatan
Beji sebanyak 42 warung kopi. Jika dipukul rata, tiap kecamatan di Kota Depok
terdapat 39 warung kopi di tiap kecamatan yang berada di Kota Depok.
Adapun beberapa tempat ngopi di Kota Depok yang menjadi perhatian
peneliti di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Ranah Kopi
72
Gambar 4.2
Kedai Ranah Kopi
Sumber : Dokumentasi pribadi
Ranah Kopi merupakan kedai kopi yang terletak di daerah Margonda.
Ranah kopi mulai beroperasi sejak tahun 2013. Kafe ini mempunyai jam
operasi dari pukul 07:00 hingga 23:00. Kopi yang disajikan dan menjadi
favorit di kedai kopi ini di antaranya kopi tubruk khas Indonesia dari
Toraja dan Aceh Gayo dan cappuccino. Harga yang ditawarkan bervariasi
mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 28.000 per gelasnya. Dalam sebulan,
Ranah Kopi didatangi sekitar 1.000-1.700 orang pengunjung yang datang
dari berbagai golongan masyarakat.
Selain menyajikan kopi, Ranah Kopi juga mempunyai fasilitas seperti
wi-fi dan AC, smoking area, colokan listrik di setiap meja dan juga kamar
mandi.
2. Barov Coffee
73
Gambar 4.3
Kedai Barov Coffee
Sumber : Dokumentasi pribadi
Barov Coffe merupakan kedai kopi yang terletak di daerah Cinere.
Barov Coffee mulai beroperasi pada tahun 2015. Kedai ini memiliki jam
operasi dari pukul 09:00 hingga 24:00. Barov Coffe biasa melayani 800-
1300 pengunjung per bulannya.
Kopi yang disajikan di tempat ini di antaranya kopi espresso, latte dan
cappucino. Di antara jenis kopi tersebut, kopi capuccino merupakan kopi
yang paling digemari oleh pengunjung kedai. Harga yang ditawarkan
berkisar di antara Rp 22.000 hingga Rp 31.000 per gelas.
Barov Coffee juga mempunyai fasilitas berupa wi-fi, alat musik, alat
permainan, ruangan ber-AC, colokan listrik di beberapa meja dan juga
kamar mandi.
3. Maxx Coffee
74
Gambar 4.4
Kedai Maxx Coffee
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Kedai kopi di Kota Depok juga merambah pusat-pusat perbelanjaan
seperti mall. Salah satu kedai kopi yang berada di dalam mall adalah Maxx
Coffee yang terletak di Margonda. Maxx Coffee mulai beroperasi pada
tahun 2016. Jam operasi Maxx Coffee mengikuti jam operasional mall
yaitu pukul 10:00 hingga 22:00. Jumlah pengunjung per bulan di tempat
ini berkisar di antara 900-1500 orang.
Jenis kopi yang disajikan di Maxx Coffee di antaranya latte dan
cappuccino. Jenis Kopi cappuccino merupakan jenis kopi yang paling
digemari oleh pengunjung coffee shop ini. Harga yang ditawarkan berada
di kisaran Rp 15.000 hingga Rp 56.000 per gelas. Maxx Coffee juga
mempunyai fasilitas untuk menunjang kenyamanan pengunjungnya
berupa ruangan ber-AC, wi-fi, dan smoking area.
75
4. Starbucks Coffee
Gambar 4.5
Kedai Starbucks Coffee
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Starbucks Coffee merupakan salah satu kedai kopi terkenal yang
menjalankan bisnisnya di Kota Depok. Salah satu gerai Starbucks Coffee
adalah yang berada di dalam salah satu pusat perbelanjaan di Kota Depok
yaitu Margo City yang mulai beroperasi pada tahun 2006. Jam operasional
coffee shop premium ini mulai dari pukul 10:00 hingga 22:00. Dalam
sebulan, Starbucks Coffee ini didatangi sekitar 1.000 hingga 1.800 orang
pengunjung.
Adapun jenis kopi yang menjadi favorit di tempat ini di antaranya
latte, macchiato dan cappucino. Harga yang ditawarkan pun bervariasi
sesuai jenis kopi, yaitu mulai dari Rp 21.000 hingga Rp 58.000 per gelas.
Fasilitas lain yang berada di kedai ini adalah wi-fi, ruangan ber-AC,
colokan listrik, smoking area dan kamar mandi.
76
5. Warkop Dua Empat
Gambar 4.6
Warkop Dua Empat
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Warkop Dua Empat merupakan salah satu kedai kopi yang beroperasi
mulai tahun 2015 di daerah Pancoranmas. Salah satu perbedaan warung
kopi ini dengan yang lainnya adalah jam operasinya yang 24 jam sehari.
Jumlah pengunjung dalam sebulan berkisar di antara 900-1200 orang per
bulannya. Harga kopi yang disajikan di warung kopi ini sendiri cukup
murah, yaitu sekitar Rp 2.500 hingga Rp 7.500 per gelasnya.
Jenis kopi yang disajikan adalah kopi-kopi instan seperti Torabika,
Nescafe, dan Coffeemix. Jenis Kopi Coffeemix merupakan jenis kopi yang
paling digemari oleh pengunjung warung kopi ini. Fasilitas lain yang
disediakan oleh warkop ini adalah wi-fi dan TV kabel.
6. Warkop Puskesmas Sawangan
77
Gambar 4.7
Warung Kopi Puskesmas Sawangan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Di Kota Depok sendiri mulai bermunculan kedai kopi sederhana yang
tersebar di pinggiran kota. Salah satunya yang berada di daerah Sawangan.
Warung kopi ini sudah cukup lama beroperasi, yaitu dari tahun 2005.
Warung kopi ini mulai beroperasi pukul 06:00 hingga 24:00.
Dalam satu bulan, warung kopi ini melayani sekitar 500-700 orang
pengunjung. Harga kopi yang disajikan di warung kopi ini sendiri cukup
murah, yaitu sekitar Rp 2.500 hingga Rp 5.000 per gelasnya.
Jenis kopi yang disajikan di tempat ini di antaranya kopi hitam merk
Liong dan Kopi Susu merk ABC. Kopi Susu ABC tersebut juga
merupakan jenis kopi yang paling digemari oleh pengunjung waung kopi
ini. Berbeda dengan jenis kedai kopi lain, tidak ada fasilitas penunjang
kenyamanan di warung kopi ini.
Dapat disimpulkan perbedaan-perbedaan yang terdapat di masing-masing
tempat observasi diatas sebagai berikut :
78
Tabel 4.1
Perbedaan-Perbedaan dari Masing-Masing Tempat Observasi
Perbedaan-
Perbedaan
Kedai Kopi Coffee Shop Premium Warung Kopi
(warkop)
Ranah
Kopi
Barov
Kopi
Maxx
Coffee
Starbucks
Coffee
Warkop
24
Warkop
Puskesmas
Sawangan
Tahun
Beroperasi 2013 2015 2016 2006 2015 2005
Jam
Operasional
07:00 –
23:00
09:00 –
24:00
10:00 –
22:00
10:00 –
22:00 24 jam
06:00 –
24:00
Jenis
minuman
kopi yang
menjadi
favorite
Toraja,
Aceh Gayo,
Cappuccino
Espresso,
Latte,
Cappuccino
Cappuccino
Latte,
Cappuccino,
Machiato
Kopi
Instan
Merk
Coffeemix
Kopi
Instan
Merk Kopi
Susu ABC
Harga
Rp 15.000
– Rp
28.000
Rp 22.000
– Rp
31.000
Rp 15.000
– Rp
56.000
Rp 21.000 –
Rp 58.000
Rp 2.500
– Rp
7.500
Rp 2.500 –
Rp 5.000
Jumlah
pengunjung
dalam 1
bulan
1000 –
1700 orang
800 – 1300
orang
900 – 1500
orang
1000 – 1800
orang
900 –
1200
orang
500 – 700
orang
Fasilitas
Wifi, AC,
Smoking
Area,
Colokan
Listrik, dan
kamar
mandi
Wifi, Alat
musik, alat
Permainan,
AC, Kamar
Mandi, dan
Colokan
Listrik.
AC, Wifi,
dan
Smoking
Area
Wifi, AC,
Colokan
Listrik,
Smoking
Area, dan
Kamar
Mandi
Wifi dan
TV Kabel Tidak Ada
Salah satu perbedaan yang mencolok adalah dari segi pendapatan dalam 1
bulan. Terlihat bahwa pendapatan warung kopi (warkop) paling sedikit
dibanding tempat lainnya. Hal ini dikarenakan dari segi harga yang disajikan
di warkop paling murah diantara tempat lain. Selain dari segi harga, jumlah
pengunjung warung kopi (warkop) dalam 1 bulan pun paling sedikit dibanding
79
tempat lain. Hal ini terjadi karena masyarakat mulai beralih ngopi dari warung
kopi (warkop) ke kedai kopi dan coffee shop premium seiring dengan
maraknya kedai kopi dan coffee shop premium di Kota Depok.
B. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kota Depok yang
mengkonsumsi kopi. Adapun jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 60
responden yang dipilih secara acak.
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai identitas responden berdasarkan
jenis kelamin, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, status perkawinan, tempat
biasa meminum kopi, jenis minuman kopi yang paling sering diminum, lama
mengkonsumsi kopi, dipengaruhi/diajak pertama kali oleh siapa untuk
meminum kopi, dan alasan utama meminum kopi. Penggolongan yang
dilakukan terhadap responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
secara jelas mengenai gambaran responden sebagai objek penelitan.
1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan teknik kuesioner, maka didapatkan hasil persebaran
responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 4.2
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Pria 39 65%
Wanita 21 35%
Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017
80
Pada tabel diatas terlihat bahwa konsumen kopi di Kota Depok
didominasi oleh responden pria sebanyak 39 orang dengan persentase
sebesar 65%. Sedangkan responden wanita berjumlah 21 orang dengan
persentase sebesar 35%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi kopi tidak
hanya dilakukan oleh laki-laki, tapi juga mulai diminati oleh perempuan.
Hasil ini dipengaruhi oleh ketersediaan responden melalui metode
purposive sampling yang dilakukan.
2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan
formal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan teknik kuesioner, maka didapatkan hasil persebaran
responden berdasarkan pendidikan terakhir dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3
Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Frekuensi Presentase
SMP/Sederajat 6 10%
SMA/Sederajat 13 21,7%
D3/Sederajat 6 10%
S1 23 38,3%
S2 9 15%
S3 3 5%
Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017
81
Dari penelitian yang telah dilakukan, kebanyakan responden memiliki
pendidikan terakhir S1 sebesar 38% dari total responden yang ada. Posisi
kedua ditempati responden dengan pendidikan SMA/sederajat dengan
persentase 21,7%. Kemudian diikuti oleh responden dengan pendidikan
terakhir S2 sebesar 15%. Sementara responden dengan pendidikan terakhir
D3 dan SMA/sederajat memiliki persentase yang lebih kecil lagi, yaitu
hanya sebesar 10% untuk kedua kategori pendidikan terakhir tersebut.
Sementara responden dengan pendidikan terakhir S3 adalah yang paling
kecil, yaitu 5% dari total responden yang ada.
3. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan teknik kuesioner, maka didapatkan hasil persebaran
responden berdasarkan jenis pekerjaan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Responden Bedasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentase
Pelajar 1 1,7%
Mahasiswa 11 18,3%
Pegawai Swasta 26 43,3%
Pegawai Negeri 7 11,7%
Wirausaha 9 15%
Lainnya 6 10%
Total 60 100,0%
Sumber : Data primer diolah, 2017
82
Pada tabel diatas terlihat bahwa dari keseluruhan responden dalam
penelitian ini, jenis pekerjaan yang paling banyak ditekuni oleh responden
adalah pegawai swasta berjumlah 26 orang dengan persentase sebesar
43,3% dan jenis pekerjaan yang paling sedikit ditekuni oleh responden
adalah pelajar yang berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 1,7%.
Sedangkan responden yang menjadi mahasiswa berjumlah 11 orang
dengan persentase sebesar 18,3%, responden dengan jenis pekerjaan
sebagai pegawai negeri berjumlah 7 orang dengan persentase sebesar
11,7%, responden dengan jenis pekerrjaan sebagai wirausaha berjumlah 9
orang dengan persentase sebesasr 15%, dan responden dengan jenis
pekerjaan lainnya yang tidak terdapat dalam pilihan kuesioner berjumlah
6 orang dengan persentase sebesar 10%.
4. Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan teknik kuesioner, maka didapatkan hasil persebaran
responden berdasarkan status perkawinan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.5
Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status Perkawinan Frekuensi Persentase
Lajang 25 41,7%
Menikah 27 45%
Pernah Menikah 8 13,3%
Total 60 100
83
Sumber : Data primer diolah, 2017
Mayoritas responden yang menjadi sampel penelitian memiliki status
menikah, yaitu sebesar 45%. Persentase tersebut hanya sedikit lebih tinggi
dibanding responden dengan status lajang yang memiliki persentase
41,7%. Sementara terdapat pula responden dengan status pernah menikah
sebesar 13,3%.
5. Responden Berdasarkan Tempat Biasa Meminum Kopi
Tabel 4.6
Responden Berdasarkan Tempat Biasa Meminum Kopi
Tempat biasa untuk
meminum kopi Frekuensi Persentase
Rumah 6 10%
Warung Kopi (Warkop) 4 6,7%
Kedai Kopi 34 56,6%
Coffee Shop premium 16 26,7%
Total 60 100%
Sumber : Data Primer, diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan responden biasa
menikmati kopi di kedai-kedai kopi di Kota Depok, yaitu sebesar 56,6%
dari total responden. Selain itu, responden juga cukup banyak yang
menikmati kopi di coffee shop premium, yaitu sebesar 26,7%. Selain di
kedua tempat tersebut, terdapat pula 10% responden yang menikmati kopi
di warung kopi dan 6,7% responden yang menikmati kopi di rumah.
84
Hasil ini membuktikan bahwa responden memperhatikan kualitas
tempat meminum kopi yang mereka kunjungi. Kedai kopi dan coffee shop
premium kebanyakan memiliki fasilitas tambahan seperti wi-fi dan
ruangan yang nyaman. Fasilitas-fasilitas tersebut menambah kenyamanan
responden dalam menikmati kopi atau berbincang-bincang dengan teman
dalam waktu yang lama. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa menikmati
kopi juga memiliki fungsi sosial yang erat dan dipengaruhi atribut-atribut
kenyamanan tempat meminum kopi. Walau untuk menikmati fasilitas-
fasilitas tambahan tersebut, pengunjung harus membayar harga yang lebih
mahal dibandingkan warung kopi biasa.
6. Jenis Minuman Kopi Yang Paling Sering Diminum Responden
Kopi memiliki beberapa varian yang cita rasa yang berbeda. Setiap
penikmat kopi mempunyai preferensi yang berbeda mengenai kopi yang
biasa mereka konsumsi. Jenis kopi ini erat kaitannya dengan pola
konsumsi kopi dari responden.
Tabel 4.7
Responden Berdasarkan Jenis Minuman Kopi Yang Paling Sering
Diminum
Jenis Minuman Kopi Frekuensi Persentase
Kopi Instan 4 6,7%
Kopi Hitam/Tubruk 21 35%
Kopi dengan campuran
(susu/krim/cokelat) 23 38,3%
Lainnya 12 20%
Total 60 100%
85
Sumber : Data primer diolah, 2017
Hasil yang didapat adalah mayoritas responden lebih menyukai kopi
dengan campuran susu/krim/coklat, yaitu sebesar 38,3%. Angka tersebut
berbeda tipis dengan responden yang lebih menyukai kopi hitam/tubruk
yang mempunyai persentase 35%. Terdapat pula sebagian kecil responden
sebesar 6,7% yang lebih menikmati kopi instan. Sementara untuk jenis
kopi lainnya yang tidak terdapat dalam kuesioner adalah sebesar 20%.
Hasil ini dapat diartikan berimbangnya jumlah responden yang
menikmati rasa kopi yang murni dan responden yang menyukai rasa kopi
yang lebih manis. Dalam hal ini, kopi yang memiliki campuran susu lebih
mudah dinikmati oleh orang yang baru mulai menikmati kopi, sedangkan
kopi hitam biasa dinikmati oleh orang yang sudah sering mengkonsumsi
kopi.
7. Lama Responden Mengkonsumsi Kopi
Selain jenis kopi, pola konsumsi seorang individu juga dapat dilihat
dari lama individu tersebut mengonsumsi suatu barang. Maka, diajukanlah
pertanyaan untuk melihat seberapa lama responden terbiasa mengonsumsi
kopi. Hasilnya terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8
Responden Berdasarkan Sudah Berapa Lama Mengkonsumsi Kopi
Berapa lama meminum kopi Frekuensi Persentase
< 1 tahun 16 26,7%
1 - 3 tahun 18 30%
86
3 - 5 tahun 15 25%
> 5 tahun 11 18,3%
Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017
Dari tabel di atas, terlihat persebaran yang cukup merata di antara
responden dengan beberapa jangka waktu konsumsi kopi. Responden yang
telah mengonsumsi kopi pada kisaran 1-3 tahun sebesar 30%, responden
yang mengonsumsi kopi kurang dari 1 tahun sebesar 26,7%, dan
responden yang mengonsumsi kopi pada kisaran 3-5 tahun sebesar 25%.
Terdapat pula responden yang telah mengonsumsi kopi lebih dari 5 tahun
sebesar 11%.
Dengan tersebarnya lama responden mengonsumsi kopi, dapat
disimpulkan bahwa kopi memang mulai digemari oleh responden dalam
beberapa tahun terakhir. Selain itu, responden yang lama juga semakin
mudah menemukan tempat-tempat meminum kopi yang nyaman sehingga
makin menikmati kopi itu sendiri.
8. Pengaruh Sosial Dalam Mengonsumsi Kopi
Keputusan seseorang mengonsumsi kopi juga tidak terlepas dari
pengaruh lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini juga akan
memperkuat kelekatan variabel-variabel sosial terhadap perilaku ekonomi.
Hasil yang didapat dari pertanyaan ini terlihat dalam tabel di bawah.
87
Tabel 4.9
Pengaruh Sosial Dalam Mengonsumsi Kopi
Dipengaruhi Oleh Frekuensi Persentase
Keluarga 18 30%
Teman 32 53,3%
Tidak ada 10 16,7%
Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
mayoritas responden mengonsumsi kopi karena dipengaruhi oleh teman,
yaitu sebesar 53,3%. Pihak kedua yang mempengaruhi konsumen kopi
adalah keluarga, yaitu sebesar 30%. Sedangkan responden yang
mengonsumsi kopi karena keinginan sendiri adalah sebesar 16,7%.
Hasil ini menunjukkan keterkaitan yang erat antara faktor sosial dan
keputusan ekonomi. Keterkaitan ini ditunjukkan dengan keputusan
mengonsumsi kopi yang lebih dikarenakan pengaruh orang lain, baik
keluarga maupun teman. Ditambah dengan kenyamanan tempat-tempat
ngopi yang dapat dijadikan tempat menghabiskan waktu bersama orang
terdekat.
1. Responden Berdasarkan Alasan Utama Meminum Kopi
Terkait dengan tempat meminum kopi yang dilengkapi fasilitas-
fasilitas yang menambah kenyaman, masyarakat tidak hanya mengunjungi
88
menikmati kopi untuk melepas dahaga saja, tapi juga untuk melepas lelah,
menghabiskan waktu dan tujuan lainnya. Untuk itu, pertanyaan ini
diajukan kepada responden untuk melihat alasan responden mengonsumsi
kopi.
Tabel 4.10
Responden Berdasarkan Alasan Utama Meminum Kopi
Alasan utama Frekuensi Persentase
Ketagihan 16 26,7%
Melepas dahaga 12 20%
Menyegarkan pikiran 8 13,3%
Hangout dengan kerabat 13 21,7%
Lainnya 11 18,3%
Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017
Hasil yang didapat adalah kebanyakan responden mengonsumsi kopi
karena ketagihan dengan cita rasa kopi yang dikonsumsi, yaitu sebesar
26,7%. Selain itu, terjadi persebaran yang cukup merata antara berbagai
alasan utama mengonsumsi kopi lainnya. Responden yang mengonsumsi
kopi untuk hangout dengan kerabat sebesar 21,7%, responden yang
mengonsumsi kopi untuk melepas dahaga sebesar 20% dan responden
yang mengonsumsi kopi untuk menyegarkan pikiran sebesar 13,3%.
Terdapat pula responden yang mengonsumsi kopi untuk alasan lainnya
sebesar 18,3%.
89
Dengan cukup tingginya responden yang mengonsumsi kopi sambil
hangout dengan kerabat, makin menguatkan bahwa konsumsi kopi kini
sudah merupakan sebagian dari gaya hidup yang tidak terhindarkan dari
kegiatan sehari-hari para pengonsumsi kopi.
10. Responden Berdasarkan Pendapatan yang Dimiliki
Besarnya tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi
seseorang dalam mengkonsumsi kopi. Untuk itu perlu diketahui rata-rata
tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masing-masing responden dalam
satu bulan agar kita dapat mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsi kopi responden dalam satu bulan. Berikut tabel yang
menggambarkan rata-rata tingkat pendapatan responden dalam satu bulan
:
Tabel 4.11
Responden Berdasarkan Pendapatan
Total Pendapatan Frekuensi Persentase
1.000.000 – 4.500.000 28 46,67%
4.500.000 – 8.000.000 21 35%
8.000.000 – 11.500.000 11 18,33%
Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017
Dari data diatas didapatkan hasil bahwa kebanyakan responden
memiliki pendapatan diangka Rp 1.000.000 – Rp 4.500.000 yaitu
sebanyak 28 responden atau sebesar 46,67%. Sementara itu responden
90
dengan pendapatan Rp 4.500.000 – Rp 8.000.000 sebesar 35% dari 60
responden atau sebanyak 21 responden. Dari 60 responden yang diteliti,
pendapatan Rp 8.000.000 – Rp 11.500.000 merupakan tingkat pendapatan
yang paling sedikit dimiliki oleh responden yang diteliti, yakin sebanyak
11 orang atau sebesar 18,33%.
Dengan hasil yang didapat tersebut, didapatkan bahwa responden
dengan tingkat pendapatan menengah kebawah masih mendominasi
tempat-tempat ngopi di Kota Depok. Hal ini berbanding lurus dengan
tingkat konsumsi kopi responden yang dipengaruhi oleh tingkat harga
yang ditawarkan oleh para pemilik warung kopi (warkop) dan kedai kopi
yang relaitf terjangkau.
11. Responden Berdasarkan Usia
Usia seseorang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam
mengkonsumsi kopi baik itu jenis kopi yang diminum, alasan utama
meminum kopi, hingga tingkat konsumsi kopi. Berikut adalaj tabel yang
mengklasifikasikan responden berdasarkan usia :
Tabel 4.12
Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
18 – 26 Tahun 20 33,33%
27 – 35 Tahun 28 46,67%
36 – 44 Tahun 12 20%
Total 60 100%
91
Sumber : Data primer diolah, 2017
Dari data yang didapat, dapat diketahui bawah responden yang berusia
antara 18 sampai 26 tahun sebanyak 20 responden atau sebesar 33,33%,
responden yang berusia antara 27 sampai 35 tahun sebanyak 28 responden
atau sebesar 46,67%, sementara itu responden yang berusia anatara 36
sampai 44 tahun sebanyak 12 responden atau sebesar 20%.
12. Responden Berdasarkan Rata-Rata Harga Kopi Per Gelas yang Biasa
Diminum
Keputusan responden untuk membeli kopi dipengaruhi oleh harga
yang ditawarkan oleh tempat ngopi tersebut yang mana nanti nya akan
berpengaruh terhadap frekuensi responden meminum kopi dalam satu
bulan. Berikut tabel rata-rata harga kopi per gelas yang paling sering
diminum oleh responden :
Tabel 4.13
Responden Berdasarkan Rata-Rata Harga Kopi
Harga Kopi Frekuensi Persentase
3.000 – 18.000 12 20%
18.000 – 33.000 37 61,67%
33.000 – 48.000 11 18,33%
Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa dari
60 responden yang bersedia mengisi kuesioner terdapat 12 responden atau
92
sebesar 20% yang memilih kopi dengan harga per gelas sebesar Rp 3.000
– Rp 18.000, sebanyak 37 responden atau sebesar 61,67% yang memilih
harga per gelas sebesar Rp 18.000 – Rp 33.000, dan sisanya sebanyak 11
responden atau sebesar 18,33% memilih untuk membeli kopi dengan harga
per gelas sebesar Rp 33.000 – Rp 48.000.
13. Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Kopi per Bulan
Tingkat konsumsi kopi seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal,
contohnya seperti pendapatan yang dimiliki seseorang, usia seseorang,
harga yang ditawarkan oleh penjual kopi, hingga gaya hidup. Untuk dapat
meneliti lebih lanjut tentang tingkat konsumsi kopi seseorang, maka perlu
diketahui frekuensi rata-rata seseorang dalam satu bulan dalam
mengkonsumsi kopi. Berikut adalah tabel frekuensi rata-rata seseorang
mengkonsumsi kopi dalam satu bulan :
Tabel 4.14
Responden Frekuensi Rata-Rata Meminum Kopi dalam Satu Bulan
Frekuensi Meminum
Kopi Frekuensi Persentase
20 – 26 gelas 18 30%
27 – 33 gelas 24 40%
34 – 40 gelas 18 30%
Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017
Dari data diatas, ditemukan bahwa dari 60 responden yang diteliti
terdapat sebanyak 18 responden atau sebesar 30% memiliki frekuensi
93
meminum kopi antara 20 hingga 26 gelas dalam satu bulan, sementara itu
paling banyak responden yang memiliki frekuensi meminum kopi antara
27 hingga 33 gelas dalam satu bulan yaitu sebanyak 24 responden atau
sebesar 40%, dan 18 responden lainnya atau sebesar 30% memiliki
frekuensi meminum kopi antara 34 hingga 40 gelas dalam satu bulan.
C. Penemuan dan Pembahasan
1. Tabulasi Silang
a. Total Pendapatan dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi
Tabulasi silang ini dilakukan untuk melihat karakteristik
pengunjung tempat ngopi berdasarkan pendapatan yang dimiliki.
Untuk melihat hal tersebut, pendapatan responden dibagi menjadi 3
tingkatan, yaitu pendapatan Rp 1.000.000-4.500.000, Rp 4.500.000-
8.000.000, dan Rp 8.000.000-11.500.000. Hasil yang didapat adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.15
Tabulasi Silang Total Pendapatan dan Tempat Biasa Untuk
Meminum Kopi
Total Pendapatan
Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi
Total Rumah
Warung
Kopi
(Warkop)
Kedai
Kopi
Coffee
Shop
Premium
1.000.000 – 4.500.000 1 1 14 12 28
4.500.000 – 8.000.000 5 3 11 2 21
8.000.000 – 11.500.000 0 0 9 2 11
Total 6 4 34 16 60
Sumber : Data Primer, diolah
94
Dari tabel di atas terlihat bahwa kedai kopi adalah kedai kopi
adalah tempat yang paling disukai oleh semua tingkat pendapatan.
Walaupun begitu, untuk tingkat pendapatan Rp 1.000.000 hingga Rp
4.500.000 terdapat perbedaan tipis antara responden yang menyukai
kedai kopi dan coffee shop premium.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden lebih menyukai
kedai-kedai kopi yang lebih mudah ditemukan dibanding coffee shop
premium. Responden juga tidak banyak yang memilih rumah dan
warung kopi sebagai tempat ngopi dikarenakan kurang beragamnya
jenis kopi yang disajikan. Cukup banyaknya responden dengan
pendapatan rendah yang memilih coffee shop premium menandakan
bahwa pendapatan tidak menghalangi responden untuk menikmati
kopi dengan kualitas yang tinggi dan tentunya lebih mahal.
b. Usia dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi
Beberapa tahun yang lalu, kopi diidentikkan dengan individu
yang berusia tua, namun saat ini kopi mulai dinikmati oleh berbagai
golongan usia masyarakat. Hal ini dikarenakan mulai beragamnya
jenis tempat ngopi yang dapat dikunjungi oleh masyarakat. Untuk
melihat hubungan usia dan tempat ngopi tersebut, dilakukan tabulasi
silang dengan hasil sebagai berikut:
95
Tabel 4.16
Tabulasi Silang Usia dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi
Usia
Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi
Total Rumah
Warung
Kopi
(Warkop)
Kedai
Kopi
Coffee
Shop
Premium
18-26 0 1 14 5 20
27-35 4 2 12 10 28
36-44 2 1 8 1 12
Total 6 4 34 16 60
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan hasil di atas, kedai kopi menjadi jenis tempat ngopi
yang paling banyak dikunjungi oleh responden dari berbagai golongan
usia. Walaupun begitu, pada golongan usia 27-35 tahun terdapat
perbedaan tipis antara responden yang lebih suka mengunjungi kedai
kopi dan coffee shop premium.
Banyaknya responden yang mengunjungi coffee shop premium
tersebut dikarenakan pada tingkat usia tersebut, responden memiliki
tingkat konsumsi dan interaksi sosial yang tinggi sehingga memilih
coffee shop premium yang juga dapat dijadikan tempat berkumpul
bersama teman atau sahabat terdekat. Responden pada tingkatan usia
tersebut juga cenderung memiliki pendapatan yang lebih stabil
dibanding responden usia 18-26 sehingga lebih mudah mengakses
coffee shop premium.
c. Harga dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi
Tabulasi silang ini dilakukan untuk melihat karakteristik
pengunjung tempat ngopi berdasarkan harga kopi yang biasa
96
responden beli. Untuk melihat hal tersebut, harga dibagi menjadi 3
tingkatan, yaitu harga Rp 3.000 sampai Rp 18.000, Rp 18.000 sampai
Rp 33.000, Rp 33.000 sampai Rp. 48.000. Hasil yang didapat adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.17
Tabulasi Silang Harga dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi
Harga
Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi
Total Rumah
Warung
Kopi
(Warkop)
Kedai
Kopi
Coffee
Shop
Premium
Rp 3.000 – Rp 18.000 6 4 2 0 12
Rp 18.000 – Rp 33.000 0 0 32 5 37
Rp 33.000 – Rp 48.000 0 0 0 11 11
Total 6 4 34 16 60
Sumber : Data Primer, diolah
Dari tabel di atas terlihat angka yang paling besar yaitu 32
responden memilih kedai kopi sebagai tempat yang paling disukai
dengan tingkat harga Rp 18.000 hingga Rp 33.000. Walaupun begitu,
untuk tingkat harga antara Rp 3000 hingga Rp 18.000 terdapat
perbedaan yang tipis antara responden yang menyukai rumah, warung
kopi dan kedai kopi untuk tempat ngopi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden lebih menyukai
kedai-kedai kopi yang lebih mudah ditemukan dan menawarkan harga
yang cukup terjangkau dibanding coffee shop premium. Responden
juga hanya sedikit yang memilih rumah dan warung kopi sebagai
tempat ngopi dengan harga yang sangat terjangkau dikarenakan
97
kurang beragamnya jenis kopi yang disajikan dan kurangnya fasilitas
bila dibandingkan dengan kedai kopi dan coffee shop premium.
Dengan banyaknya responden memilih kedai kopi dengan tingkat
harga yang cukup terjangkau yaitu Rp 18.000 hingga Rp 33.000
menandakan bahwa harga yang ditawarkan cukup besar
mempengaruhi keputusan responden untuk memilih tempat ngopi.
2. Uji Asumsi Klasik
Analisis regresi memerlukan pemenuhan syarat berbagai asumsi agar
model estimasi dapat digunakan sebagai alat estimasi yang baik dan
memenuhi syarat sebagai kualitas data yang baik. Kualitas data dikatakan
baik ketika data yang ada memenuhi asumsi BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator), yaitu koefisien regresi yang linear, tidak bias, konsisten
(walaupun sampel diperbesar menuju tak terhingga, taksiran yang didapat
akan tetap mendekati nilai parameternya), serta efisien (memiliki varians
yang minimum).
a. Uji Normalitas
Salah satu asumsi dalam analisis regresi linier berganda adalah
sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel yang digunakan
dalam penelitian memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.
Berikut hasil uji normalitas untuk penelitian ini :
98
Gambar 4.8
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram
Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan histogram dengan
program SPSS, terlihat pada gambar 4.8 bahwa sebaran data
berbentuk menyerupai lonceng di histogram. Maka dapat dikatakan
bahwa data berdistribusi normal.
Gambar 4.9
Hasil Uji Normalitas dengan P Plot
Sumber : Data primer diolah, 2017
99
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan normal P-P Plot
(probability plot) dengan program SPSS, terlihat pada gambar 4.9
bahwa titik-titik data yang tersebar disekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan pola
grafik yang normal. Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi
normal.
Tabel 4.18
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 1,86159063
Most Extreme Differences Absolute ,079
Positive ,078
Negative -,079
Test Statistic ,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,849
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data primer diolah, 2017
Selain menggunakan histogram dan P-P Plot, uji normalitas juga
dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan program
SPSS. Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.18
didapatkan angka signifikansi sebesar 0,849 yang lebih besar dari
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
100
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk
memastikan apakah di dalam sebuah model regresi ada interkorelasi
atau kolinearitas antar variabel bebas. Interkorelasi adalah hubungan
yang linear atau hubungan yang kuat antara satu variabel bebas atau
variabel prediktor dengan variabel prediktor lainnya di dalam sebuah
model regresi. Dalam penelitian ini, ada tidaknya gejala
multikolinieritas dilihat dari nilai tolerance dan Varian Inflation
Factor (VIF). Berikut hasil uji multikolinieritas untuk penelitian ini :
Tabel 4.19
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Pendapatan 0,337 2,967
Usia 0,332 3,012
Harga 0,933 1,072
Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.19 diatas, dapat dijelaskan bahwa model
regresi pada penelitian ini tidak mengalami gangguan
multikolinieritas atau tidak terdapat korelasi antara variabel bebas.
Hal ini terlihat pada tolerance untuk ketiga variabel bebas yang lebih
dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas yang
nilainya lebih dari 95% dan nilai Varian Inflation Factor (VIF) tidak
lebih dari 10.
101
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menunjukan bahwa
variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada
heteroskedastisitas kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi
menunjukan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu
atau lebih variabel. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas
dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Berikut hasil uji
heteroskedastisitas untuk penelitian ini :
Tabel 4.20
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,660 1,096 2,426 ,019
Pendapatan -1,039E-008 ,000 -,021 -,093 ,926
Usia -,025 ,042 -,135 -,592 ,556
Harga -1,801E-005 ,000 -,132 -,969 ,337
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Data primer diolah, 2017
Dari hasil uji heteroskedasitas di atas, terlihat masing-masing
variabel independen mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar
dari 0,05. Hal ini menandakan tidak adanya gejala heteroskedasitas
dalam model penelitian
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi biasa dilakukan dalam data time series, namun
tidak menutup kemungkinan autokorelasi dapat terjadi dalam data
102
cross section. Maka, dari itu uji autokorelasi dilakukan untuk
memastikan data yang digunakan memenuhi asumsi BLUE. Berikut
hasil uji autokorelasi untuk penelitian ini :
Tabel 4.21
Hasil Uji Autokorelasi
Tabel di atas menunjukkan koefisien durbin watson sebesar1,092.
Nilai ini memenuhi kriteria data yang tidak mengalami autokorelasi
berdasarkan Sunyoto (2011) yang menyatakan bahwa data tidak
mengalami autokorelasi jika mempunyai nilai durbin watson di antara
-2 hingga 2.
3. Keluaran Regresi
Analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel
independen (pendapatan, usia, dan harga) terhadap variabel dependen
(tingkat konsumsi kopi). Dengan menggunakan program SPSS versi 20,
berikut ringkasan keluaran regresi dengana menggunakan program
tersebut :
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
,936a ,877 ,870 1,911 1,092
a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Usia, Harga
b. Dependent Variable: KonsumsiKopi
Sumber : Data primer diolah, 2017
103
Tabel 4.22
Hasil Keluaran Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12,444 1,728 7,203 ,000
Pendapatan 3,980E-007 ,000 ,183 2,270 ,027
Usia ,594 ,067 ,724 8,898 ,000
Harga -9,936E-005 ,000 -,165 -3,394 ,001
a. Dependent Variable: KonsumsiKopi
Sumber : Data primer diolah, 2017
Dari hasil keluaran diatas, persamaan regresi yang diperoleh adalah :
Y = 12,444 + 0,000000398 X1 + 0,594 X2 – 0,00009936 X3
Keterangan :
Y = Tingkat konsumsi kopi
X1 = Pendapatan
X2 = Usia
X3 = Harga
Persamaan regresi yang telah diperoleh diatas dapat menjelaskan bahwa
variabel pendapatan akan berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi kopi.
Dapat dilihat dari nilai koefisiennya adalah sebesar 0,000000398. Variabel usia
akan berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi kopi. Dapat dilihar dari nilai
koefisiennya adalah sebesar 0,594. Variabel harga akan berpengaruh negatif
104
terhadap tingkat konsumsi kopi. Dapat dilihat dari nilai koefisiennya adalah -
0,00009936.
4. Uji koefisien determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat kemampuan
variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara
bersama-sama. Uji ini dilakukan melalui program SPSS dengan hasil
sebagai berikut.
Tabel 4.23
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan uji yang telah dilakukan, nilai adjusted R2 yang
didapatkan adalah sebesar 0,87. Hal ini menandakan variabel pendapatan,
usia, dan harga (variabel independen) dapat mempengaruhi variabel
tingkat konsumsi kopi (variabel dependen) sebesar 87%, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian.
5. Uji Hipotesis
a. Uji t
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Uji ini merupakan bagian
dari metode regresi linier berganda. Untuk mengetahui apakah
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
,936a ,877 ,870 1,911
105
variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap
variabel dependen, dapat dilihat dengan membandingkan nilai
signifikansi setiap variabel dengan tingkat signifikansi 5 persen atau
0,05. Berikut adalah hasil uji t untuk penelitian ini :
Tabel 4.24
Hasil Uji t
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12,444 1,728 7,203 ,000
Pendapatan 3,980E-007 ,000 ,183 2,270 ,027
Usia ,594 ,067 ,724 8,898 ,000
Harga -9,936E-005 ,000 -,165 -3,394 ,001
a. Dependent Variable: KonsumsiKopi
Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan uji yang telah dilakukan dengan program SPSS di
atas, dapat disimpulkan dari ketiga variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model regresi, bahwa ketiga variabel
independen yaitu variabel pendapatan, variabel usia, dan variabel
harga berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel
dependen yaitu variabel tingkat konsumsi kopi. Berikut rincian tiap
variabel dari hasil uji t diatas :
1) Variabel Pendapatan
Untuk variabel pendapatan terlihat mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,027 atau dapat dikatakan nilainya lebih
kecil dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini dapat kita simpulkan
106
bahwa variabel pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi kopi
secara nyata atau signifikan. Adapun nilai koefisien yang didapat
bernilai positif yaitu sebesar 3,980e-007. Hal ini menunjukkan
jika pendapatan seseorang meningkat sebesar 1 satuan, maka
tingkat konsumsi kopi pada setiap individu akan meningkat
sebesar 0,000000398.
Berdasarkan nilai signifikansinya, terlihat bahwa variabel
usia memiliki pengaruh yang sangat kuat dibanding variabel
harga dan variabel pendapatan.
Hasil ini membuktikan bahwa teori konsumsi menurut John
Maynard Keynes mengenai konsumsi seorang individu saat ini
(current income) berhubungan langsung dengan pendapatan
disposable yang diperoleh pada saat ini (current disposable
income) dapat diaplikasikan dalam penelitian ini. Semakin tinggi
pendapatan yang dimiliki oleh seseorang maka semakin tinggi
pula tingkat konsumsi yang dimiliki orang tersebut, begitu juga
sebaliknya.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Endang Wiji Lestari, Idha Haryanto, dan Surip Mawardi
pada tahun 2009 yang menemukan bahwa konsumsi kopi
perorangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah pendapatan yang dimilikinya.
107
Berdasarkan data yang diperoleh dari 60 responden yang
diteliti, pendapatan terbanyak yang diperoleh adalah sebesar Rp
1.000.000 – Rp 4.500.000 yaitu sebanyak 28 responden (lihat
tabel 4.11). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Depok
yang paling banyak mengkonsumsi kopi adalah masyarakat
menengah kebawah yang memiliki pendapatan antara Rp
1.000.000 hingga Rp 4.500.000.
2) Variabel Usia
Untuk variabel usia terlihat mempunyai nilai signifikansi
sebesar 0,000 atau dapat dikatakan nilai nya lebih kecil dari nilai
signifikansi 0,05. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa variabel
usia mempengaruhi tingkat konsumsi kopi secara nyata atau
signifikan. Adapun nilai koefisien regresi yang didapat bernilai
positif yaitu sebesar 0,594. Hal ini menunjukkan jika usia
responden meningkat sebesar 1 satuan, maka tingkat konsumsi
kopi pada setiap individu akan meningkat sebesar 0,594.
Berdasarkan nilai signifikansinya, terlihat bahwa variabel
usia memiliki pengaruh yang sangat kuat dibanding variabel
harga dan variabel pendapatan.
Hasil ni membuktikan bahwa teori konsumsi hipotesis siklus
hidup (Life Cycle Hypothesis) yang dikembangkan oleh Franco
Modigliani, Albert Ando, dan Richard Brumberg mengenai
pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan kepada pola
108
penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada
umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya (usia).
Semakin tua umur seseoang maka semakin tinggi pula tingkat
konsumsi yang dimiliki orang tersebut, begitu juga sebaliknya.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Endang Wiji Lestari, Idha Haryanto, dan Surip Mawardi
pada tahun 2009 yang menemukan bahwa konsumsi kopi
seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah usia yang dimilikinya. Hal senada juga diungkapkan oleh
Shabrina Masvira Halim pada tahun 2009 bahwa variabel usia
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
kopi
Berdasarkan data yang diperoleh dari 60 responden yang
diteliti, rentan usia terbanyak adalah ditingkat 27 tahun hingga 35
tahun yaitu 28 responden (lihat tabel 4.12). Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat Kota Depok yang paling banyak
mengkonsumsi kopi adalah individu yang memiliki usia
produktif.
3) Variabel Harga
Untuk variabel harga terlihat mempunyai nilai signifikansi
sebesar 0,001 atau dapat dikatakan lebih kecil dari nilai
signifikansi 0,05. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa variabel
harga mempengaruhi tingkat konsumsi kopi secara nyata atau
109
signifikan. Adapun nilai koefisien regresi yang didapat bernilai
negatif yaitu sebesar -9,936E-005. Hal ini menunjukkan jika
ketika harga meningkat sebesar 1 satuan, maka tingkat konsumsi
kopi akan menurun sebesar 0,00009936. Dengan kata lain,
terdapat hubungan terbalik di antara harga dan tingkat konsumsi
kopi.
Berdasarkan nilai signifikansinya, terlihat bahwa variabel
harga memiliki pengaruh yang lebih kuat dibanding variabel
pendapatan namun tidak lebih kuat dibanding variabel usia.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Endang Wiji Lestari, Idha Haryanto, dan Surip Mawardi
pada tahun 2009 yang menemukan bahwa konsumsi kopi
seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah harga per gelas dari kopi yang akan diminum. Hal senada
juga diungkapkan oleh Herlinae, Redianto, dan Yemima
melakukan penelitian pada tahun 2015 bahwa variabel harga
berpengaruh nyata terhadap permintaan suatu barang yang dapat
digambarkan dengan tingkat konsumsi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari 60 responden yang
diteliti, harga terbanyak yang didpilih oleh responden sebesar Rp
18.000 hingga Rp 33.000 yaitu sebanyak 37 responden (lihat tabel
4.13). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Depok yang
paling banyak mengkonsumsi kopi adalah masyarakat yang
110
memilih untuk membeli segelas kopi dengan harga yang cukup
terjangkau.
b. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel independen
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan
melalui program SPSS. Uji F dapat dilihat dengan membandingkan nilai
signifikansi uji F dengan tingkat signifikansi 5 persen atau 0,05. Berikut
adalah hasil uji F untuk penelitian ini :
Tabel 4.25
Hasil Uji F
Model
Sum of
Square Df
Mean
Square F Sig.
1 Reggresion 1455,468 3 485,156 132,877 ,000b
Residual 204,466 56 3,651
Total 1659,933 59
a. Dependent Variable: KonsumsiKopi
b. Predictors: (Constant), Pendapatan, Usia, Harga
Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan hasil uji di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi yang
didapat adalah 0,000 atau dapat dikatakan lebih kecil dari taraf signifikansi
0,05. Hal ini menandakan bahwa variabel indepeden yakni pendapatan,
usia, dan harga berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel
dependen yakni tingkat konsumsi kopi secara bersama-sama atau simultan.
111
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah didapat, maka kesimpulan yang dapat
diambil mengenai analisis tingkat konsumsi berdasarkan pendapatan, usia, dan
harga di Kota Depok adalah sebagai berikut :
1) Variabel pendapatan mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,027 atau lebih
kecil dari nilai signifikansi 0,05 (tabel 4.23). Maka hal ini dapat
menyimpulkan bahwa variabel pendapatan mempengaruhi tingkat
konsumsi kopi secara signifikan.
2) Variabel usia mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil
dari nilai signifikansi 0,05 (tabel 4.23). Maka hal ini dapat menyimpulkan
bahwa variabel usia mempengaruhi tingkat konsumsi kopi secara
signifikan.
3) Variabel harga mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,001 atau lebih kecil
dari nilai signifikansi 0,05 (tabel 4.23). Maka hal ini dapat menyimpulkan
bahwa variabel harga mempengaruhi tingkat konsumsi kopi secara
signifikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan didalam penelitian ini. Untuk itu
peneliti mempunyai beberapa saran agar dapat dilakukan penyempuraan pada
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian serupa. Saran pertama
112
adalah saran teoritis yang merupakan saran-saran yang diajukan kepada pihak-
pihak yang ingin menyempurnakan penelitian ini. Sedangkan saran kedua
adalah saran praktis yang merupakan saran-saran yang diajukan kepada pihak-
pihak yang berpentingan dan pemangku kebijakan. Adapun saran-saran
tersebut yakni :
1. Saran Teoritis
a. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan pengembangan
model penelitian dengan menggunakan variabel-variabel lain dalam
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi
kopi diluar dari variabel dalam penelitian ini. Hal ini akan
memberikan tambahan informasi dan memberikan pemahaman
tersendiri tentang partisipasi setiap individu dalam kegiatan ekonomi.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk memperoleh jumlah
sampel yang lebih banyak agar dapat memperkecil tingkat kesalahan
dalam penelitian berikutnya.
c. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa usia ternyata
merupakan variabel yang memiliki peran sasngat penting dalam
mempengaruhi tingkat konsumsi kopi seorang individu. Dengan
demikian maka hal ini dapat dijadikan sebagai landasan bagi peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut tentang tingkat konsumsi
kopi.
113
2. Saran Praktis
a. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, usia merupakan variabel
yang sangat penting dalam mempengaruhi tingkat konsumsi kopi
seorang individu. Oleh karena itu, seorang individu harus dapat
mengontrol tingkat konsumsi kopi nya mengingat bahwa tingkat
konsumsi kopi yang terus meningkat akan menyebabkan pengaruh
yang buruk terhadap kesehatan seorang individu pada rentan usia
tertentu.
b. Melihat dari hasil penelitian yang dilakukan, warung kopi merupakan
tempat yang paling sedikit digemari oleh responden. Oleh karena itu,
bagi para pemilik warung kopi (warkop) sebaiknya melakukan variasi
menu minuman kopi dan penambahan sejumlah fasilitas agar tidak
kalah oleh kedai kopi dan coffee shop premium yang dari waktu ke
waktu semakin banyak digemari oleh masyarakat.
c. Bagi kementerian terkait dan pengusaha kopi Indonesia sebaiknya
bekerjasama untuk lebih mengenalkan kopi khas Indonesia kepada
masyarakat agar dapat meningkatkan daya beli dan daya saing kopi
khas Indonesia di tingkat nasional.
d. Kepada kementerian terkait juga diharapkan dapat melakukan
berbagai bantuan agar pengusaha-pengusaha kecil menengah di
industri kopi khas Indonesia baik berupa bantuan fasilitas alat
produksi maupun bantuan berupa peningkatan kompetensi sumber
daya manusia.
114
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, Shochrul R, dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba Empat, Jakarta,
2011.
Algifari & Guritno Mangkoesoebroto. “Teori Ekonomi Makro”, STIE YKPN,
Yogyakarta, 1998.
Badan Pusat Statistik. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2011.
http://www.bps.go.id, diakses pada 03 Mei 2017 pukul 16:33 WIB.
Badan Pusat Statistik Kota Depok. Kota Depok Dalam Angka 2017.
https://depokkota.bps.go.id/index.php/publikasi/167, diakses pada 09
September 2017 pukul 21:45 WIB.
Boediono. “Ekonomi Mikro: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi”, Edisi 2,
BPFE,Yogyakarta, 2002.
Diulio, A. Eugene. “Teori dan Masalah dalam Uang dan Bank”, Erlangga, Jakarta,
1993.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,
Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang, 2011.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20”,
Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang, 2012.
Gilarso, T, Drs, SJ. “Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro”, Kanisius, Yogyakarta, 2003.
Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi”, FEB UIN, Jakarta, 2012.
Hariwijaya dan Triton. “Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis”, Suku Buku,
Jakarta, 2011.
Hermawa, A. “Penelitian Bisnis-Paradigma Kuantitatif”, Grasindo, Jakarta, 2006.
Hurlock, Elizabeth .B. ”Psikologi Perkembangan”, Erlangga. Jakarta, 1980.
H, Assael. “Consumer Bihavior and Marketing Action”, Kent. Publishing
Company, Boston, 1992.
Istijanto. “Aplikasi Praktis Riset Pemasaran”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2009.
115
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 10 Komoditi Utama dan Potensi.
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/10-main-and-potential-
commodities, diakses pada 26 Juni 2017 pukul 16:50 WIB.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Konsumsi Per Kapita Dalam Setahun
Menurut Kelompok Bahan Minuman (ons) tahun 2009 – 2014.
http://aplikasi2.pertanian.go.id/konsumsi/tampil_susenas_kom_th.php,
diakses pada 30 April 2017 pukul 20:35 WIB.
_____. Data Keluaran Berdasarkan Komoditas.
https://aplikasi2.pertanian.go.id/bdsp2/id/komoditas, diakses pada 10 Mei
2017 pukul 16:50 WIB.
Kotler, Philip dan Armstrong. “Prinsip-prinsip Pemasaran”, Edisi kedelapan.
Erlangga, Jakarta, 2001.
Lipsey, Richard G. “Pengantar Makroekonomi”, Erlangga, Jakarta, 1993.
Mahyu Danil. “Pengaruh Pendapatan terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai
Negeri Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen”, Jurnal Ekonomika
Universitas Almuslim Bireuen Aceh, Vol. IV No. 7 Maret 2013.
Mankiw, Gregory. “Pengantar Ekonomi Makro”, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
_____. “Makroekonomi”, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta, 2007.
McEachern, William A. “Ekonomi Mikro”, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Mubyarto. “Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia”, LP3ES, Jakarta, 2005.
Nachrowi, Djalal dan Usman, Hardius, “Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrikauntuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. “Pengantar Ilmu Ekonomi:
Mikroekonomi & Makroekonomi”, LPFEUI, Depok, 2008.
Samuelson, Paul A., William D. Nordhaus. “Makro Ekonomi”, Erlangga, Jakarta,
1996.
_____. “Ilmu Makroekonomi”, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, 2004.
Santoso, Singgih, dan Fandy Tjiptono. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”,
PT. Elexmedia Computindo, Jakarta, 2002
Saputra E. “Kopi”, Harmoni, Yogyakarta, 2008.
116
Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. “Consumer Behavior”, 8th Edition, Pearson
Prantice Hall, New Jersey, 2004.
Setiadi, Nugroho J. “Perilaku Konsumen”, Kencana, Jakarta, 2003.
Setiawan, Maman. “Data Entry dan Eviews Application”, LP3E FE UNPAD,
Bandung, 2005.
Sigit Winarno dan Sujana Ismaya. “Kamus Besar Ekonomi”, Pustaka Grafika,
Bandung, 2007.
Soediyono, R. “Ekonomi Mikro: Perilaku, Harga Pasar dan Konsumen”, Edisi 3,
Liberty, Yogyakarta, 1989.
Sugiyono.“Metedologi Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D”, Alfabeta, Bandung, 2007.
_____. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, Alfabeta, Bandung,
2012.
_____. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, Alfabeta, Bandung,
2014.
Sunyoto, Danang, Drs. “Praktik SPSS Untuk Kasus”, Nuha Medika, Yogyakarta,
2011.
Supranto, J. “Statistik Teori dan Aplikasi”, Erlangga, Jakarta, 2000.
Taff, J Steven dan Sanford Weisberg. “Compensated Short Term Conservation
Restrictions May Reduce Sale Prices”, The Appraisal Journal, 2007.
Umar, Husein. “Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen”, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2010
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi”, Ekonisia FE UII,
Yogyakarta, 2007.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 20011
Yamin, Sofyan dan Kurniawan, Heri. “SPSS Complete”, Salemba Infotek, Jakarta,
2009.
Zulganef. “Metode Penelitian Sosial dan Bisnis”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008.
117
LAMPIRAN
118
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam.
Perkenalkan, saya Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala mahasiswi
Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi saya
guna mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (S.E).
Jika Bapak/Ibu/Saudara/i memenuhi kriteria dibawah ini :
1. Gemar meminum kopi.
2. Berusia minimal 18 tahun.
3. Bertempat tinggal di Kota Depok.
Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk memberikan jawaban yang
sesuai dengan keadaan sebenarnya dan apa adanya pada kuesioner sehingga
penelitian ini menjadi objektif. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan
dijamin kerahasiaannya dan akan digunakan untuk kepentingan penelitian semata.
Apabila Bapak/Ibu/Saudara/i memiliki pertanyaan terkait kuesioner ini, silahkan
hubungi saya melalui :
Whatsapp/sms : 08568474653
Email : [email protected]
Terima kasih atas kesediaan dan waktu yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan untuk
mengisi kuesioner ini. Semoga dibalas dengan pahala dan dimudahkan segala
urusannya.
Hormat saya,
Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Melial
119
Tingkat Konsumsi Kopi Berdasarkan
Pendapatan, Usia, dan Harga di Kota Depok
Hari/tanggal :
Lokasi :
BAGIAN 1. Karakteristik Responden
1. Usia : Tahun
2. Jenis Kelamin : □ Pria □ Wanita
3. Pendidikan Terakhir : □ Tidak tamat SD □ Tamat
SD/Sederajat
□ SMP/Sederajat □ SMA/Sederajat
□ D3/Sederajat □ S1
□ S2 □ S3
4. Jenis Pekerjaan : □ Pelajar □ Mahasiswa
□ Pegawai Swasta □ Pegawai
Negeri
□ Wirausaha □ Lainnya,
sebutkan ……..
5. Status Perkawinan : □ Lajang □ Menikah
□ Pernah Menikah
6. Tempat Anda biasa untuk mengkonsumsi kopi
No. Kuesioner
120
□ Rumah
□ Warung Kopi (warkop)
□ Kedai Kopi
□ Coffee Shop premium (Starbucks, Excelso, Coffee Bean & Tea Leaf,
Maxx Coffee, dll)
BAGIAN 2. Tingkat Pendapatan
1. Pendapatan Utama
Pendapatan bulanan yang merupakan gaji pokok dari tempat Anda bekerja.
(Jika anda seorang mahasiswa atau pelajar dan belum mempunyai pendapatan
utama, silahkan pilih angka 0 pada pilihan dibawah ini).
□ < Rp. 1.000.000
□ Rp. 1.000.000 – Rp. 4.000.000
□ Rp. 4.000.000 – Rp. 7.000.000
□ Rp. 7.000.000 – Rp. 10.000.000
□ > Rp. 10.000.000
2. Pendapatan Tambahan
(Pendapatan bulanan yang diperoleh di luar gaji pokok dari tempat Anda
bekerja dan uang saku yang Anda peroleh sebagai pelajar atau mahasiswa. (Jika
Anda tidak memiliki pendapatan tambahan, silahkan pilih angka 0 pada pilihan
di bawah ini).
□ < Rp. 1.000.000
□ Rp. 1.000.000 – Rp. 4.000.000
□ Rp. 4.000.000 – Rp. 7.000.000
□ Rp. 7.000.000 – Rp. 10.000.000
□ > Rp. 10.000.000
121
3. Uang Saku
(Uang saku bulanan yang Anda peroleh sebagai pelajar atau mahasiswa. (Jika
Anda seorang pekerja dan bukan seorang pelajar atau mahasiswa silahkan pilih
angka 0 pada pilihan di bawah ini).
□ < Rp. 1.000.000
□ Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000
□ Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000
□ Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000
□ > Rp. 4.000.000
BAGIAN 3. Pola Konsumsi Kopi
1. Frekuensi rata-rata Anda meminum kopi dalam 1 bulan
Gelas.
2. Rata-rata harga kopi per gelas yang biasa Anda minum
Rp.
3. Jenis minuman kopi yang paling sering Anda minum
□ Kopi Instan
□ Kopi Hitam/Tubruk
□ Kopi dengan campuran susu/krim/cokelat (Latte, Cappuccino, Macchiato,
Mocha, dll)
□ Lainnya…………
BAGIAN 4. Informasi Terkait Pola Konsumsi Kopi
1. Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi kopi
□ < 1 tahun
□ 1 – 3 tahun
122
□ 3 – 5 tahun
□ > 5 tahun
2. Dipengaruhi / pertama kali diajak oleh siapa untuk mengkonsumsi kopi
□ Keluarga
□ Teman
□ Tidak ada
3. Alasan utama Anda meminum kopi
□ Ketagihan
□ Melepas dahaga
□ Menyegarkan pikiran
□ Hangout dengan kerabat
□ Lainnya………………
123
LAMPIRAN 2
TABULASI DATA PENELITIAN
No. Tingkat Konsumsi Pendapatan Usia Harga
1 25 3500000 30 30000
2 33 5500000 35 32000
3 37 8500000 40 22000
4 39 11000000 42 25000
5 35 8500000 35 26000
6 33 5500000 32 29000
7 31 3500000 30 30000
8 35 6500000 36 24000
9 32 5500000 35 26000
10 31 3500000 30 29000
11 33 5500000 34 25000
12 34 8500000 40 21000
13 32 6500000 33 20000
14 29 3500000 27 25000
15 32 5500000 31 17000
16 30 3500000 28 20000
17 27 1500000 25 22000
18 25 1000000 22 24000
19 27 3500000 24 17000
20 24 1500000 21 20000
21 25 3500000 24 5000
22 26 5500000 28 17000
23 22 2500000 24 20000
24 20 1500000 21 23000
25 25 3500000 23 18000
26 22 2000000 20 20000
27 26 5000000 23 25000
28 22 2000000 19 30000
29 25 4000000 24 24000
30 29 5500000 26 21000
31 29 5500000 26 20000
124
32 30 6500000 31 15000
33 40 8000000 33 7000
34 34 3500000 30 15000
35 36 5500000 35 5000
36 37 6500000 39 3000
37 36 5500000 37 5000
38 38 6500000 41 14000
39 34 5500000 38 20000
40 30 3500000 34 27000
41 28 2500000 32 34000
42 31 5500000 33 30000
43 29 3500000 30 35000
44 25 2500000 27 38000
45 22 1500000 23 40000
46 26 4000000 24 35000
47 23 3500000 20 37000
48 20 1500000 18 40000
49 22 2500000 23 35000
50 27 3500000 25 31000
51 32 5500000 34 27000
52 35 6500000 39 25000
53 37 8500000 40 22000
54 40 11000000 42 20000
55 35 8500000 35 26000
56 33 5500000 32 35000
57 31 3500000 30 34000
58 35 10000000 36 31000
59 32 8500000 35 30000
60 25 6500000 30 37000
125
LAMPIRAN 3
JENIS KELAMIN RESPONDEN
No. Jenis Kelamin
Pria Wanita
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
126
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √
127
LAMPIRAN 4
PENDIDIKAN TERAKHIR RESPONDEN
No. Pendidikan Terakhir
SMP/Sederajat SMA/Sederajat D3/Sederajat S1 S2 S3
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
128
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √
129
LAMPIRAN 5
JENIS PEKERJAAN RESPONDEN
No. Jenis Pekerjaan
Pelajar Mahasiswa Pegawai Swasta Pegawai Negeri Wirausaha Lainnya
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
130
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √
131
LAMPIRAN 6
STATUS PERKAWINAN RESPONDEN
No. Status Perkawinan
Lajang Menikah Pernah Menikah
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
132
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √
133
LAMPIRAN 7
TEMPAT BIASA RESPONDEN MEMINUM KOPI
No. Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi
Rumah Warung Kopi (warkop)
Kedai
Kopi Coffee Shop Premium
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
134
32 √
33 √
34
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √
135
LAMPIRAN 8
JENIS MINUMAN KOPI YANG DIGEMARI RESPONDEN
No. Jenis Minuman Kopi yang Paling Sering Diminum
Kopi Instan Kopi Hitam/Tubruk Kopi dengan campuran
(susu/krim/cokelat) Lainnya
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
136
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √
137
LAMPIRAN 9
LAMA WAKTU RESPONDEN MENGKONSUMSI KOPI
No. Lama Waktu Meminum kopi
< 1 tahun 1 - 3 tahun 3 - 5 tahun > 5 tahun
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
32 √
33 √
34 √
138
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √
139
LAMPIRAN 10
PENGARUH LINGKUNGAN RESPONDEN UNTUK MENGKONSUMSI
KOPI
No. Dipengaruhi Oleh
Keluarga Teman Tidak Ada
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
140
31 √
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √
141
LAMPIRAN 11
ALASAN UTAMA RESPONDENDEN UNTUK MENGKONSUMSI KOPI
No. Alasan Utama
Ketagihan Melepas Dahaga Menyegarkan
Pikiran Hangout dengan Kerabat Lainnya
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
142
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √
143
LAMPIRAN 12
USIA RESPONDEN
No. Usia
1. 30
2. 35
3. 40
4. 42
5. 35
6. 32
7. 30
8. 36
9. 35
10. 30
11. 34
12. 40
13. 33
14. 27
15. 31
16. 28
17. 25
18. 22
19. 24
20. 21
21. 24
22. 28
23. 24
24. 21
25. 23
26. 20
27. 23
28. 19
29. 24
30. 26
31. 26
144
32. 31
33. 33
34. 30
35. 35
36. 39
37. 37
38. 41
39. 38
40. 34
41. 32
42. 33
43. 30
44. 27
45. 23
46. 24
47. 20
48. 18
49. 23
50. 25
51. 34
52. 39
53. 40
54. 42
55. 35
56. 32
57. 30
58. 36
59. 35
60. 30
145
LAMPIRAN 13
PENDAPATAN RESPONDEN
No. Pendapatan Utama Pendapatan Tambahan Uang Saku Total Pendapatan
1 2500000 1000000 0 3500000
2 5500000 0 0 5500000
3 8500000 0 0 8500000
4 10000000 1000000 0 11000000
5 8500000 0 0 8500000
6 5500000 0 0 5500000
7 2500000 1000000 0 3500000
8 5500000 1000000 0 6500000
9 5500000 0 0 5500000
10 2500000 1000000 0 3500000
11 5500000 0 0 5500000
12 8500000 0 0 8500000
13 5500000 1000000 0 6500000
14 2500000 1000000 0 3500000
15 5500000 0 0 5500000
16 2500000 1000000 0 3500000
17 0 0 1500000 1500000
18 0 0 1000000 1000000
19 2500000 1000000 0 3500000
20 0 0 1500000 1500000
21 0 2500000 1000000 3500000
22 5500000 0 0 5500000
23 0 1000000 1500000 2500000
24 0 1500000 1500000
25 2500000 1000000 0 3500000
26 0 1000000 1000000 2000000
27 2500000 2500000 0 5000000
28 0 1000000 1000000 2000000
29 0 2500000 1500000 4000000
30 5500000 0 0 5500000
31 5500000 0 0 5500000
146
32 5500000 1000000 0 6500000
33 5500000 2500000 0 8000000
34 2500000 1000000 0 3500000
35 5500000 0 0 5500000
36 5500000 1000000 0 6500000
37 5500000 0 0 5500000
38 5500000 1000000 0 6500000
39 5500000 0 0 5500000
40 2500000 1000000 0 3500000
41 2500000 0 0 2500000
42 5500000 0 0 5500000
43 2500000 1000000 0 3500000
44 2500000 0 0 2500000
45 0 0 1500000 1500000
46 2500000 1500000 4000000
47 0 2500000 1000000 3500000
48 0 0 1500000 1500000
49 2500000 0 0 2500000
50 2500000 0 1000000 3500000
51 5500000 0 0 5500000
52 5500000 1000000 0 6500000
53 8500000 0 0 8500000
54 10000000 1000000 0 11000000
55 8500000 0 0 8500000
56 5500000 0 0 5500000
57 2500000 1000000 0 3500000
58 10000000 0 0 10000000
59 8500000 0 0 8500000
60 5500000 1000000 0 6500000
147
LAMPIRAN 14
HARGA KOPI YANG BIASA RESPONDEN KONSUMSI
No. Harga
1 30000
2 32000
3 22000
4 25000
5 26000
6 29000
7 30000
8 24000
9 26000
10 29000
11 25000
12 21000
13 20000
14 25000
15 17000
16 20000
17 22000
18 24000
19 17000
20 20000
21 5000
22 17000
23 20000
24 23000
25 18000
26 20000
27 25000
28 30000
29 24000
30 21000
31 20000
148
32 15000
33 7000
34 15000
35 5000
36 3000
37 5000
38 14000
39 20000
40 27000
41 34000
42 30000
43 35000
44 38000
45 40000
46 35000
47 37000
48 40000
49 35000
50 31000
51 27000
52 25000
53 22000
54 20000
55 26000
56 35000
57 34000
58 31000
59 30000
60 37000
149
LAMPIRAN 15
FREKUENSI RESPONDEN MENGKONSUMSI KOPI DALAM SATU
BULAN
No. Frekuensi
1 25
2 33
3 37
4 39
5 35
6 33
7 31
8 35
9 32
10 31
11 33
12 34
13 32
14 29
15 32
16 30
17 27
18 25
19 27
20 24
21 25
22 26
23 22
24 20
25 25
26 22
27 26
28 22
29 25
30 29
150
31 29
32 30
33 40
34 34
35 36
36 37
37 36
38 38
39 34
40 30
41 28
42 31
43 29
44 25
45 22
46 26
47 23
48 20
49 22
50 27
51 32
52 35
53 37
54 40
55 35
56 33
57 31
58 35
59 32
60 25
151
LAMPIRAN 16
HASIL UJI NORMALITAS
152
153
154
LAMPIRAN 17
HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS
155
LAMPIRAN 18
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
156
LAMPIRAN 19
HASIL UJI AUTOKORELASI
157
LAMPIRAN 20
HASIL UJI R SQUARE
158
LAMPIRAN 21
HASIL UJI t
159
LAMPIRAN 22
HASIL UJI F