tinjauan hukum islam terhadap praktek skripsi … filepembagian harta waris kepada ahli waris...
TRANSCRIPT
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK
PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI
( Studi Kasus Pada Ibu Senen dan Bapak Kasiran di Desa Kasiyan
Kecamatan Puger Kabupaten Jember )
SKRIPSI
Oleh:
HENDRA WIJAYANTO NIM. C01207091
Instit ut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah
Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyah SURABAYA
2012
v
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian Lapangan dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Pembagian Warisan kepada Ahli Waris Pengganti ( studi kasus pada ibu Senen dan bapak Kasiran di Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember )”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : (1) Bagaimana deskripsi pembagian warisan kepada ahli waris pengganti di Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember (2) Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap pembagian warisan kepada ahli waris pengganti di desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
Dalam penelitian ini, data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dengan data sekunder melalui teknik dokumenter kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan kesimpulan dipraktis dengan logika deduktif.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa mbah Kasiran dan mbah Senen membagikan lahan sawah dengan luas 5280 m² kepada para ahli warisnya yang bernama Suparman, Supeno, Suparno, Titi dan Budi. Ahli waris yang bernama Suparno telah meninggal dunia sebelum pembagian harta warisan tersebut. Akhirnya peran Suparno digantikan oleh anaknya yang bernama Radit. Dalam hal ini Radit memperoleh bagian lebih banyak dengan alasan keadilan. Namun Titi sebagai ahli waris lainnya tidak terima dan akhirnya marah-marah. Dalam pembagian harta tersebut tidak langsung dimilki oleh ahli waris, namun harta tersebut akan dimilki setelah mbah Kasiran dan Senen meninggal. Adapun tinjauan hukum Islam terhadap pembagian harta waris kepada ahli waris pengganti sebelum pewaris meninggal menurut pandangan para ulama dan fiqih disebut dengan hibah, dan dalam KHI tidak boleh lebih dari 1/3 harta, namun menurut hukum adat jawa itu disebut warisan karena terdapat salah satu cara pembagian adat yang disebut penggantian atau pengoperan harta warisan.
Diharapkan pewaris memberikan harta – hartanya dalam status hibah, bukan dengan hal waris. Supaya dalam hal sedikit banyaknya harta tidak menjadi masalah dan bahkan tidak memutuskan tali kekerabatan antar sesamanya. Dan diharapkan para ahli waris yang tidak terima dengan pembagian tersebut, supaya berlapang dada dan menyadari hikmah-hikmah dari semua itu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM............................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN................................................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
MOTTO ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN.............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TRANSLITERASI............................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 11
C. Pembatasan Masalah................................................................... 12
D. Rumusan Masalah....................................................................... 12
E. Kajian Pustaka ............................................................................ 13
F. Tujuan Penelitian ........................................................................ 16
G. Kegunaan Hasil Penelitian .......................................................... 17
H. Definisi Operasional ................................................................... 17
I. Jenis Penelitian ........................................................................... 18
J. Data Yang Dikumpulkan............................................................. 18
K. Sumber Data……………………………………………………..
19
L. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….
20
M. Teknik Pengolahan Data………………………………………… 20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xii
N. Sistematika Pembahasan…………………………………………
21
BAB II HUKUM KEWARISAN ISLAM DAN AHLI WARIS
PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM
A. Hukum Kewarisan dalam Islam.................................................. 23
1. Sejarah Hukum Kewarisan Islam.......................................... 23
2. Pengertian Hukum Kewarisan Islam..................................... 33
3. Unsur-Unsur Hukum Kewarisan Islam.................................. 37
4. Sumber Hukum Kewarisan Islam.......................................... 40
5. Syarat-syarat Mewaris.......................................................... 42
6. Sebab Sebab Mewaris........................................................... 43
7. Penghalang Mewaris……………………............................... 45
8. Penggolongan Ahli Waris…………………………………... 51
9. Ketentua n Bagian Ahli Waris………………………………..
53
10.Asas – Asas Hukum Kewarisan Islam……………………… 56
11.Hibah dan Wasiat…………………………………………… 58
12.Kewarisan dalam Hukum Adat…………………………….. 60
B. Ahli Waris Pengganti ................................................................. 63
BAB III HASIL PENELITIAN TERHADAP PEMBAGIAN WARISAN
KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI OLEH IBU SENEN
DAN BAPAK KASIRAN DI DESA KASIYAN KECAMATAN
PUGER KABUPATEN JEMBER
A. Biografi Ibu
Senen……………………………………………..... ................... 70
B. Biografi Bapak Kasiran………………………………………......
70
C. Pemberian Warisan Kepada Ahli Waris Pengganti……………… 71
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xii
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN
KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI DI DESA KASIYAN
KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER
A. Analisis Terhadap Diskripsi Pembagian Warisan Kepada
Ahli Waris Pengganti di Desa Kasiyan Kecamatan Puger
Kabupaten Jember ...................................................................... 75
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Warisan Yang Dibagikan
Kepada Ahli Waris Pengganti Di Desa Kasiyan Kecamatan
Puger Kabupaten Jember ............................................................ 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 85
B. Saran-Saran................................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di antara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang
diteta pkan Allah adalah aturan tenta ng harta warisan, yaitu harta dan pemilikan
yang timbul akibat dari suatu kematian. Harta yang ditinggalkan oleh seseorang
yang telah meninggal memerlukan pengaturan tenta ng siapa yang berhak
menerimanya, berapa jumlahnya dan bagaimana cara mendapatkannya sesuai
aturan. 1
Warisan disebut juga merupakan harta peninggalan, para ulama
mazhab sepakat bahwa harta peninggalan beralih kepemilikannya kepada ahli
waris sejak kematian, sepanjang tidak ada hutang atau wasiat. Mereka juga
sepakat tenta ng beralihnya kepemilikan atas kelebihan hutang kepada ahli
waris. 2
Aturan tenta ng warisan tersebut diteta pkan Allah melalui firman-Nya
yang terdapat dalam al-Qur’an. Pasa dasarnya ketentuan Allah berkenaan dengan
kewarisan jelas maksud dan arahnya. Berbagai hal yang masih memerlukan
penjelasan, baik yang bersifat menegaskan ataupun yang bersifat merinci,
1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta: Kencana, 2008 ),hal 3 2 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, ( Jakarta: Lentera, 2008 ),hal 538
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
disampaikan Rasulullah SAW. melalui hadistnya. Walaupun demikian,
penerapannya masih menimbulkan wacana pemikiran dan pembahasan di
kalangan para pakar hukum Islam yang kemudian dirumuskan dalam bentuk
ajaran yang bersifat normatif.
Bagi umat Islam Indonesia, aturan Allah tenta ng kewarisan telah
menjadi hukum positif yang dipergunakan dalam Pengadilan Agama dalam
memutuskan kasus pembagian maupun persengketaan berkenaan dengan harta
waris tersebut. Dengan demikian maka umat Islam yang telah melaksanakan
hukum Allah itu dalam penyelesaian harta warisan, disamping telah
melaksanakan ibadat dengan melaksanakan aturan Allah tersebut, dalam waktu
yang sama telah patuh kepada aturan yang telah diteta pkan oleh Negara. 3
Dalam tradisi jahiliyah, masyarakat Arab memberikan warisan hanya
kepada kaum Adam, dan orang – orang yang sudah dewasa. Mereka hanya
menganggap sunnah memberikan harta peninggalan suami kepada istrinya.
Mereka juga memberikan harta warisan kepada saudara suami. Kaum jahiliyah
Arab memeberikan warisan berdasarkan sumpah dan kesepakatan yang
didasarkan saling membantu. 4
Faraidh ( pewarisan ) adalah segala hal yang berkaitan dengan
pembagian harta peninggalan. Faraidh bentuk jamak dari kata faridhah yang
bermakna sesuatu yang diwajibkan atau sesuatu yang dipastikan karena
3 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta: Kencana, 2008 ),hal 4 4 Wahbah Zuhaili, Fikih Imam Syafi’I jilid 3, ( Jakarta: Almahira, 2010 ),hal 78
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
pewarisan terkait erat dengan pembagian yang dipastikan atau ditentuka n.
Faridhah yang lumrahnya bermakna kewajiban , berubah makna menjadi bagian
yang telah ditentuka n dalam Al-Qur’an. Dan fardhu secara bahasa bermakna
kepastian, atau perkiraan. 5
Pengertian faraidh adalah bagian yang telah ditentukan secara syara’
untuk ahli waris. Dalil – dalil Al-Qur’an tenta ng faraidh yaitu surah an-Nisa’
ayat 11, 12, dan 176 yang menjelskan tentang pewarisan yang berbunyi dibawah
ini :
ÞΟä3ŠÏ¹θムª! $# þ’Îû öΝ à2ω≈ s9÷ρr& ( Ì x. ©%#Ï9 ã≅ ÷VÏΒ Åeá ym È÷ u‹ sVΡW$# 4 βÎ*sù £ä. [ !$|¡ÎΣ
s−öθ sù È÷ tGt⊥ øO$# £ßγ n=sù $sVè= èO $tΒ x8t s? ( βÎ)uρ ôMtΡ%x. Zοy‰Ïm≡ uρ $yγn= sù ß#óÁ ÏiΖ9$# 4 ϵ÷ƒ uθ t/Luρ
Èe≅ ä3Ï9 7‰Ïn≡uρ $yϑåκ÷]ÏiΒ â ߉¡9$# $£ϑÏΒ x8t s? βÎ) tβ%x. … çµs9 Ó$s!uρ 4 βÎ*sù óΟ©9 ä3tƒ … ã& ©!
Ó$s!uρ ÿ… çµrOÍ‘uρuρ çν#uθ t/ r& ϵÏiΒT| sù ß]è= ›W9$# 4 βÎ*sù tβ%x. ÿ… ã& s! ×οuθ ÷zÎ) ϵÏiΒT| sù â ߉¡9$# 4 .ÏΒ
ω÷èt/ 7π§‹ Ï¹uρ Å»θム!$pκÍ5 ÷ρr& A øyŠ 3 öΝ ä.äτ!$t/# u öΝä. äτ!$oΨ ö/r&uρ ω tβρâ‘ô‰s? öΝßγ •ƒ r& Ü> t ø% r&
ö/ä3s9 $Yèøÿ tΡ 4 ZπÒƒ Ì sù ∅ÏiΒ «!$# 3 ¨βÎ) ©! $# tβ%x. $ϑŠÎ= tã $VϑŠÅ3ym ∩⊇⊇∪ * öΝ à6s9uρ
ß#óÁ ÏΡ $tΒ x8t s? öΝ à6ã_≡ uρø—r& βÎ) óΟ©9 ä3tƒ £ßγ ©9 Ó$s!uρ 4 βÎ*sù tβ$2 ∅ßγ s9
5 Ibid, 77
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Ó$s!uρ ãΝà6n= sù ßì ç/”9$# $£ϑÏΒ z ò2t s? 4 . ÏΒ Ï‰÷èt/ 7π§‹ Ï¹uρ Ϲθム!$yγÎ/ ÷ρr&
&øyŠ 4 ∅ßγ s9uρ ßì ç/”9$# $£ϑÏΒ óΟçFø. t s? βÎ) öΝ ©9 à6tƒ öΝ ä3©9 Ó‰s9uρ 4 βÎ*sù tβ$2
öΝ à6s9 Ó$s!uρ £ßγ n= sù ß ßϑ›V9$# $£ϑÏΒ Λäò2t s? 4 .ÏiΒ Ï‰÷èt/ 7π§‹ Ï¹uρ χθß¹θè? !$yγÎ/
÷ρr& & øyŠ 3 βÎ)uρ χ%x. ×≅ ã_u‘ ß u‘θ ム»' s#≈n= 2 Íρr& ×οr&t øΒ$# ÿ…ã& s!uρ î r& ÷ρr& ×M÷z é&
Èe≅ ä3Î=sù 7‰Ïn≡uρ $yϑßγ ÷ΨÏiΒ â ߉¡9$# 4 βÎ*sù (#þθ çΡ%2 u sYò2 r& ÏΒ y7Ï9≡ sŒ ôΜßγ sù
â!%2 uà° ’Îû Ï]è= ›W9$# 4 . ÏΒ Ï‰÷èt/ 7π§‹ Ï¹uρ 4|»θム!$pκÍ5 ÷ρr& A øyŠ u öxî 9h‘!$Ò ãΒ 4 Zπ§‹ Ï¹uρ
zÏiΒ «! $# 3 ª!$# uρ íΟŠÎ= tæ ÒΟŠÎ= ym ∩⊇⊄∪
Artinya : ( 11 ) Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anakanakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibubapa, bagi masingmasingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibubapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagianpembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anakanakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. ( 12 ) Dan bagimu (suamisuami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteriisterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika Isteri isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutanghutangmu. jika seseorang mati, baik lakilaki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara lakilaki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masingmasing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika Saudarasaudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benarbenar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.
Dalam ayat 11 dan 12 di atas menjelaskan bahwa pembagian /
pengalihan harta pusaka bagi pewaris yang mempunyai keturunan. Kemudian
bagi pewaris yang tidak memiliki keturunan ( kalalah ), pengalihan harta pusaka
tetap dilaksanakan seperti pada ayat 176 dibawah ini :
y7tΡθçFøÿ tGó¡o„ È≅ è% ª! $# öΝ à6‹ ÏFøÿ ム’ Îû Ï' s#≈n= s3ø9$# 4 ÈβÎ) (# îτâ ö∆$# y7n= yδ §øŠs9 … çµs9 Ó$s!uρ
ÿ… ã&s!uρ ×M÷z é& $yγn= sù ß# óÁÏΡ $tΒ x8t s? 4 uθ èδuρ !$yγ èOÌ tƒ βÎ) öΝ ©9 ä3tƒ $oλ°; Ó$s!uρ 4 βÎ*sù
$tFtΡ%x. È÷ tFuΖ øO$# $yϑßγ n= sù Èβ$sVè= ›V9$# $®ÿÊΕ x8t s? 4 βÎ)uρ (#þθ çΡ%x. Zοuθ ÷zÎ) Zω%y Íh‘ [ !$|¡ÎΣuρ
Ì x. ©%#Î= sù ã≅÷W ÏΒ Åeá ym È ÷ u‹s[ΡW$# 3 ß Îi t6ムª!$# öΝ à6s9 βr& (#θ= ÅÒ s? 3 ª!$# uρ Èe≅ ä3Î/ > óx«
7ΟŠÎ= tæ ∩⊇∠∉∪
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Artinya : Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang lakilaki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) Saudarasaudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara lakilaki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Ayat – ayat tersebut diturunkan oleh Allah pada saat orang – orang
Arab sebelum islam itu hanya memberikan warisan kepada kaum lelaki saja,
sedangkan kaum perempuan tidak mendapatkannya, dan warisan hanya untuk
mereka yang sudah dewasa, anak – anak tidak mendapatkannya pula. Disamping
itu ada juga waris mewaris yang didasarkan pada perjanjian. 6
Setelah mengetahui beberapa pengertian tentang warisan atau faraidh,
dibawah ini akan disebutkan orang – orang yang berhak menerima warisan baik
dari pihak laki – laki ataupun perempuan. 7
1. Pewaris dari pihak laki – laki, ada 15 orang diantaranya :
a) Ayah
b) Kakek dari pihak ayah
c) Anak laki – laki
6 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 14, (Bandung: Al Ma’arif, 1988 ) 235 7 Ahmad Hariadi, Ilmu Faroidh “ Pembahasan Seputar Harta Warisan “, ( Pacitan: Perguruan Islam Pondok Tremas, 2004 ) 4 - 5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
d) Cucu laki – laki dari anak laki – laki
e) Saudara laki – laki sekandung
f) Saudara laki – laki seayah
g) Saudara laki – laki seibu
h) Anak laki – laki saudara laki – laki sekandung
i) Anak laki – laki saudara seayah
j) Paman kandung
k) Paman seayah
l) Anak laki – laki paman kandung
m) Anak laki – laki paman seayah
n) Suami
o) Orang laki – laki yang memerdekakan budak
2. Pewaris dari pihak perempuan, ada 10 orang diantaranya :
a) Ibu
b) Nenek dari pihak ibu
c) Nenek dari pihak ayah
d) Anak perempuan
e) Cucu perempuan dari anak laki – laki
f) Saudara perempuan sekandung
g) Saudara perempuan seayah
h) Saudara perempuan seibu
i) Istri
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
j) Orang perempuan yang memerdekakan budak
Dalam hukum kewarisan Islam terdapat juga istilah mawali, yang
diartikan sebagai ahli waris pengganti yakni mereka yang menjadi ahli waris
karena tidak ada lagi penghubung antara mereka dengan pewaris dengan kata lain
mereka merupakan orang yang menggantikan kedudukan orang sebagai ahli
waris, pergantian tersebut terjadi karena tidak adanya ahli waris yang seharusnya.
Hubungan kekeluargaan antara pewaris dengan mawali berupa hubungan
kedarahan ke garis bawah atau ke garis sisi, atau ke garis atas. 8
Dalam buku Hukum kewarisan islam di Indonesia, Sajuti Thalib
mengemukakan juga bahwa mawali ialah ahli waris pengganti. Yang dimaksud
ialah ahli waris yang menggantikan seseorang untuk memperoleh bagian warisan
yang tadinya akan diperoleh orang yang digantikan itu. Sebabnya ialah karena
orang yang digantikan itu adalah orang yang seharusnya menerima warisan kalau
dia masih hidup, tetapi dalam kasus bersangkutan ini hendaklah merupakan
penghubung antara dia yang menggantikan ini dengan pewaaris yang
meninggalkan harta peninggalan. Mereka yang menjadi mawali ialah keturunan
anak pewaris, keturunan saudara pewaris atau keturunan orang yang mengadakan
semacam perjanjian mewaris dengan si pewaris. 9
8 Sukris Sarmadi, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997 ) hal 46
9 Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, ( Jakarta : Sinar Grafika, 1993 ) hal 80
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
Dalam Kompilasi Hukum Islam yang mengatur kewarisan terdiri dari 23
pasal, dari pasal 171 sampai dengan pasal 193. Tentang ahli waris pengganti,
Kompilasi Hukum Islam mengaturnya pada pasal 185 yang dirumuskan : 10
a. Ahli waris yang meninggal lebih dahulu daripada pewaris maka
kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang
tersebut pada pasal 173.
b. Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris
yang sederajat dengan yang diganti.
Dengan sedikit penjelasan dibawah ini :
Huruf a) secara tersirat mengakui hak kewarisan cucu melalui anak
perempuan yang terbaca dalam rumusan “ ahli waris yang meninggal
lebih dahulu “ yang digantikan anaknya itu mungkin laki – laki dan
mungkin pula perempuan. Sedangkan pada huruf b) menghilangkan
kejanggalan penerimaan adanya ahli waris pengganti dengan tetap
menganut atas perimbangan laki – laki dan perempuan. Tanpa anak pasal
ini sulit dilaksanakan penggantian ahli waris karena ahli waris pengganti
itu menurut asalnya hanya sesuai dengan system barat yang menempatkan
kedudukan anak laki – laki sama dengan anak perempuan.
10 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta : Kencana, 2004 ) 330 - 331
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Dalam kasus ini, pasangan Kasiran – Senen ( Pewaris ) mempunyai lima
orang anak yaitu Suparman, Supeno, Suparno, Titi, dan Budi ( sebagai ahli waris
). Pada tahun 1989 Suparno meninggal dunia dan meninggalkan anak yang
bernama Radit ( sebagai ahli waris pengganti ). Pada tahun 2001 pewaris
mengumpulkan anak – anaknya dengan maksud membagikan harta pusaka /
warisan dengan tujuan ditakutkan terjadi perselisihan apabila harta tersebut
dibagi setelah pewaris meninggal. Dengan mendatangkan Kepala Desa dan
Tokoh masyarakat setempat , karena harta / benda yang dibagikan adalah berupa
sawah, jadi sekalian perubahan kepemilikan atas sawah tersebut setelah
pembagian warisan. Dalam pembagian tersebut secara otomatis bagian Suparno
akan digantikan oleh Radit anaknya tapi menurut hukum yang ada bagian
Suparno tidak sepenunya milik Radit ( kata tokoh masyarakat setempat ), tapi
pewaris tidak mau menuruti kata – kata tokoh masyarakat tersebut dan meminta
supaya bagian Suparno ( alm ) teta p digantikan anaknya sepenuhnya bahkan
seperempat lebih banyak dari ahli waris lainnya dengan alasan keadilan terhadap
semua ahli waris walaupun salah satu ahli waris telah meninggal dunia sebelum
pembagian harta warisan selain itu dikarenakan saudara kandung dari Suparno (
alm ) sudah diberikan tanah untuk dibangun rumah. Akhirnya warisan tersebut
diberikan langsung kepada Radit. Dalam hal ini saudara dari Suparno (alm ) yang
bernama Titi keberatan dengan bagian yang diterima Radit, karena sawah yang
diterima Radit jauh lebih luas daripada sawah yang diterima para ahli waris. Tapi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
hal tersebut tidak sampai berujung ke Pengadilan. Hanya saja tali persaudaraan
sedikit pudar yang diakibatkan warisan tersebut.
Berangkat dari permasalahan di atas, penulis berkeinginan untuk
melakukan penelitian dan membahasnya dalam sebuah skripsi dengan judul “
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN
WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI ( STUDI KASUS PADA
IBU SENEN DAN BAPAK KASIRAN DI DESA KASIYAN KECAMATAN
PUGER KABUPATEN JEMBER ) “
B. Identifikasi Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi inti
permasalahan yang terkandung di dalamnya sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi tenta ng warisan yang dibagikan kepada ahli waris
pengganti.
2. Faktor – faktor apa sajakah yang melandasi warisan tersebut diberikan
kepada ahli waris pengganti
3. Bagaimana proses pembagian dan pemberian harta waris kepada ahli waris
pengganti
4. Apa saja dampak dari pemberian seluruh harta waris yang diberikan
langsung kepada ahli waris pengganti
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
5. Bagaimana tinjauan hukum islam terhadap pemberian seluruh harta waris
yang diberikan kepada ahli waris pengganti
C. Batasan Masalah
Dengan adanya suatu permasalahan di atas, maka untuk memberikan
arah yang jelas dalam penelitian ini penulis membatasi pada masalah –
masalah berikut ini :
1. Pelaksanaan pembagian harta warisan kepada ahli waris pengganti di Desa
Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
2. Menganalisis secara Hukum Islam mengenai pemberian harta warisan
kepada ahli waris pengganti yang dibagikan sebelum pewaris meninggal
3. Peneliti hanya meneliti di wilayah Desa Kasiyan Kecamatan Puger
Kabupaten Jember
D. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan bahasan pada kajian ini maka perlu adanya
perumusan masalah yang lebih sistematis. Masalah-masalah ini dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana deskripsi pembagian warisan oleh ibu Senen dan bapak
Kasiran kepada ahli waris pengganti di Desa Kasiyan Kecamatan Puger
Kabupaten Jember ?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap warisan yang dibagikan
sebelum pewaris meninggal kepada ahli waris pengganti di Desa
Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember ?
E. Kajian Pustaka
Diantara skripsi yang telah membahas tenta ng ahli waris pengganti
adalah skripsi yang ditulis oleh saudara M Yusup dengan judul “ persepsi
masyarakat islam Bali terhadap Kompilasi Hukum Islam pasal 185 ( 1 ) tetntang
ahli waris pengganti ( studi kasus masyarakat Desa Kampung Kusamba dengan
Desa Kampung Gelgel ) “. Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan skripsi
tersebut adalah msyarakat tersebut pada umumnya masih menggunakan system
kewarisan faraidh yang berdasarkan Al-Qur’an yang sudah baku, sehingga
keberadaan Kompilasi Hukum Islam tidak menjadi acuan untuk merubah
keadaan. Tentang ahli waris pengganti dalam pasal 185 KHI menerangkan bahwa
ahli waris yang meninggal lebih dulu dari pewaris maka kedudukannya dapat
digantikan oleh anaknya. Namun pada tahap selanjutnya, masyarakat tersebut
memahami dan mengadakan penyesuaian terhadap KHI, karena kewarisan islam
mempunyai asas keadilan berimbang.
Kemudian skripsi yang ditulis oleh saudara Muhammad Anwarul Ikhsan
dengan judul “ Analisis Hukum Islam terhadap penarikan kembali tanah wakaf
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
tambak oleh ahli waris pengganti di Desa Tirem Kecamatan Duduk Sampeyan
Kabupaten Gresik “. Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan skripsi
tersebut ialah menyatakan bahwa penarikan kembali tanah wakaf tambak oleh
ahli waris pengganti di Desa Tirem Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten
Gresik menurut hukum islam sebagaimana pendapat empat imam mazdhab
adalah dilarang kecuali pendapat Abu Hanifah. Diharapkan ahli waris pengganti
supaya menggantikan harta benda wakaf yang telah mereka jual kepada orang
lain dengan harta yang setara dengan harta wakaf yang sebelumnya. Selain itu
juga, dianjurkan bagi ahli waris pengganti memperbaiki silaturrahim dengan
penduduk Desa Tirem terut ama bagi pihak – pihak yang dirasa telah dirugikan
serta melakukan tobatan nasuha merupakan jalan yang terbaik guna memperbaiki
silaturrahim kepada Allah SWT dan bagi Ibu Hj. Agem sendiri apabila
melakukan wakaf supaya melihat ahli waris yang lain yang masih hidup sehingga
ahli waris tersebut dapat mendapatkan haknya sesuai apa yang telah diatur
dalam hukum islam.
Skripsi yang ditulis oleh Rizkiyah Hasanah dengan judul “ Studi analisis
hukum islam terhadap penyelesaian ahli waris pengganti di Pengadilan Agama
Pasuruan “. Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah
bahwa Pengadilan Agama Pasuruan pernah menerima perkara waris, namun
hakim memutus untuk tidak member cucu dari anak perempuan atas harta
pusakan kakek yang disebabkan pergantian tempat dalam waris. Hak pusaka
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
cucu atas harta pusaka kakek, sifatnya hanya terbatas dari anak laki – laki yang
dapat mewaris, selama ada anak laki – laki tertutup kemungkinan bagi cucu
untuk mewaris karena terhalang oleh anak laki – laki. Hakim Pengadilan Agama
tersebut memutus tanpa menggunakan KHI. Hal ini karena penyelesaian perkara
tersebut berkaiatan dengan pembagian waris yang pernah dilakukan pada masa
lalu, yakni tahun 1968 dengan pembagian sesuai faraidh.
Skripsi yang ditulis oleh saudara Yusuf Masruri dengan Judul “ Tinjauan
Hukum waris Islam terhadap ahli waris pengganti ( studi analisis pasal 185 ( 1 )
KHI )”. Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan skripsi tersebut adalah
kedudukan anak yang ayahnya meninggal dunia terlebih dahulu sebelum
kakeknya dalam hukum waris islam tidak menjadikan anak tersebut sebagai ahli
waris yang menggantikan kedudukan ayahnya, sebab secara hukum anak tersebut
terhalang oleh saudara – saudara ayahnya yang masih hidup. Dalam hukum waris
islam terdapat wasiat wajibah yang bertujuan untuk member kesempatan kepada
anak tersebut agar mendapat harta pusaka kakeknya. Artinya secara hukum si
kakek tersebut wajib berwasiat kepada cucunya atau anak yang ayahnya telah
meninggal terlebih dahulu. Pernyataan pasal 185 ( 1 ) KHI dapat dipahami
meskipun ayah dari anak tersebut mempunyai saudara lain yang masih hidup,
anak bisa tampil sebagai ahli waris yang menggantikan kedudukan ayahnya yang
telah meninggal dunia.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Kemudian skripsi yang ditulis oleh Muhammad Rustam Efendi dengan
judul “ Penerapan pasal 185 Kompilasi Hukum Islam tenta ng ahli waris
pengganti ( studi analisis di Pengadilan Agama Lamongan terhadap putusan
perkara No. 1096 / pdt.G / 2002 / PA.LMG )” dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam skripsi ini dijelaskan bahwa para hakim dalam menerapkan pasal 185 KHI
di Pengadilan Agama Lamongan dengan berdasarkan penafsiran bahwa anaknya
semua kelompok ahli waris yang disebutkan pasal 174 ayat 1 huruf a KHI, juncto
pasal 171 huruf c dapat menjadi pengganti kedudukan ahli waris yang telah
meninggal lebih dahulu daripada si pewaris, sedangkan cucunya tidak bisa.
Dengan kata lain, ahli waris pengganti tidak terbatas hanya pada garis lurus ke
bawah tetapi bisa juga dari garis kesamping dan dari garis ke atas. Pengadilan
Agama Lamongan member bagian warisan terhadap ahli waris pengganti yakni
anak perempuan dari saudara perempuan yang ketentua n bagian tidak boleh
melebihi bagian dari orang yang sederajat dengan orang yang diganti. Dengan
kata lain ahli waris pengganti mendapatkan porsi yang sama dengan ahli waris
langsung, yakni saudara perempuan kandung pewaris.
Untuk itu, penulis akan mengkaji tinjauan hukum islam terhadap warisan
yang diberikan langsung kepada ahli waris pengganti di Dusun Gadungan Desa
Kasiyan Kecamatan Puger Jember. Dalam hal ini, sesuatu yang berbeda tidak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
berarti sebelumnya tidak ada. Akan teta pi, sesuatu yang berbeda ini dapat berupa
sesuatu yang belum dikenal sebelumnya.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui deskripsi tenta ng pembagian warisan kepada ahli waris
pengganti di Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui hukumnya warisan yang dibagikan kepada ahli waris
pengganti di Dusun Gadungan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten
Jember.
3. Untuk mengetahui hukum dari bagian harta warisan yang diterima ahli waris
pengganti lebih dari 1/3
G. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian yang dapat diambil setelah melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dari segi teoiritis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan karya ilmiah
yang sejenis dalam studi Hukum kewarisan islam dalam permasalahan ahli
waris pengganti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
2. Dari segi praktis dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk
mengatasi dan mengantisipasikan masalah yang berkaitan dengan hasil karya
ini.
H. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
terdapat pada skripsi ini, maka dikemukakan definisi sebagai berikut.
Tinjauan : hasil meninjau, pandangan, pendapat ( sesudah
menyelidiki, mempelajari dan sebagainya ), perbuatan
meninjau.
Hukum Islam : seperangkat peraturan yang berdasarkan wahyu Allah
dan sunnah Rasul tenta ng tingkah laku manusia yang
diyakini berlaku untuk semua umat beragama islam. 11
Warisan : harta peninggalan, pusaka, sesuatu yang diwariskan
seperti harta , nama baik, harta pusaka
Ahli waris pengganti : ahli waris yang menggantikan seseorang untuk
memperoleh bagian warisan yang tadinya akan di
peroleh oleh orang yang digantikan itu.
I. Jenis Penelitian
11 Faturrahman jamil, Filsafat Hukum Islam, ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997 ) hal 12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dan menggunakan
pendekatan metode deskriptif analisis, disesuaikan dengan permasalahan dan
tujuan penelitian. Diharapkan pendekatan metodologi ini dapat menjangkau
secara konfrehensi tujuan penelitian tanpa mengurangi kadar akurasi
metodologis yang diinginkan.
J. Data Yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Penerapan KHI pasal 185 tenta ng pembagian harta waris yang melebihi
ahli waris lainnya kepada ahli waris pengganti yang terjadi di Desa
Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
2. Hasil wawancara di Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
K. Sumber Data.
Sumber data yang menjadi pijakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Sumber data primer
Sumber data yang diperoleh adalah dari wawancara dan dari
kelurahan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
2. Sumber data sekunder
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Sumber data yang diperoleh dalam kajian pustaka terhadap kitab-
kitab yang terkait dengan permasalahan diatas sebagai pelengkap dan
penguat sumber data primer yang meliputi:
1. Fikih Sunnah jilid 14, Sayyid Sabiq
2. Hukum Waris Islam, Suhrawardi K. Lubis, S.H dan Komis
Simanjuntak, S.H
3. Fiqh Islam, Sulaiman Rasjid
4. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Sajuti Thalib S.H
5. Ilmu Fiqh, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama
6. Hukum Kewarisan Islam, Amir Syarifuddin
7. Fiqih Imam Syafi’I jilid 3, Wahbah Zuhaili
8. Bidayatul Mujtahid jilid 5 ( terj.), Ibnu Rusyd
9. Fiqih Lima Mazhab, Muhammad Jawad Mughniyah
L. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Penelitian kepustakaan
Dengan metode ini dimaksudkan untuk menggali data literatur yang
dapat dijadikan landasan teori terhadap permasalahan yang akan
dibahas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
2. Teknik wawancara
Dengan mengadakan tanya jawab kepada obyek yang terkait dengan
permasalahan yang diteliti.
M. Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan dapat dikumpulkan selanjutnya penulis
akan melakukan pengolahan data dengan melakukan langkah-langkah
berikut:
1. Editing: memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yaitu:
kesesuaian, keselarasan, kelengkapan, keaslian, kejelasan relevansi, dan
keseragaman dengan permasalahan
2. Organizing: mengatur dan menyusun data-data tersebut sedemikian rupa
sehingga menghasilkan bahan untuk menyusun laporan skripsi dengan
baik.
3. Analyzing: menganalisis data dalam upaya kategorisasi data yang relevan
sebagai dasar bagi penulis untuk mengkaji teori dan mencari hubungan
fungsional dengan tema penelitian.
N. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini, kerangka teori diorganisasikan sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
BAB pertama memuat Pendahuluan yang meliputi: Identifikasi dan
Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Hasil Penelitian, Definisi Operasional, Kerangka Teori, (Metode
Penelitian yang mencakup Data Yang Dikumpulkan, Sumber Data), Teknik
Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data, Teknik Analisis Data.
BAB kedua, memuat deskripsi dari sistem kewarisan dalam hukum
kewarisan islam dan ahli waris pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam yang
membahas tenta ng pengertian dan sumber hukum kewarisan islam, syarat dan
rukun hukum kewarisan islam, sebab – sebab dan penghalang untuk menerima
waris, penggolongan ahli waris, ketentua n bagian ahli waris, waris pengganti
dalam fiqih, Kompilasi Hukum Islam dan Hukum Adat.
BAB ketiga, memuat hasil penelitian di Desa Kasiyan Kecamatan Puger
Jember terhadap pemberian warisan kepada ahli waris pengganti yang dalam hal
tersebut melebihi dari para ahli waris lainnya.
BAB keempat, memuat analisis, terdiri dari analisis hukum islam
terhadap warisan yang diberikan langsung kepada ahli waris pengganti di Desa
Kasiyan Kecamatan Puger Jember.
BAB kelima bab ini berisi tenta ng kesimpulan berikut saran-saran dalam
kaitannya dengan topik pembahasan skripsi ini.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
BAB II
HUKUM KEWARISAN DAN AHLI WARIS PENGGANTI
DALAM HUKUM ISLAM
A. Hukum Kewarisan Dalam Islam
1. Sejarah Hukum Kewarisan Islam
Pewarisan pada masa pra-islam di zaman jahiliyah orang – orang Arab
kehidupannya bergantung dari hasil perniagaan rempah – rempah serta hasil
jarahan dan rampasan perang dari bangsa – bangsa yang mereka takhlukkan.
Mereka beranggapan bahwa kaum lelaki yang sudah dewasa saja yang mampu
dan memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam memelihara harta kekayaan
mereka. Anggapan semacam di atas berlaku pula dalam hal pembagian harta
warisan. Itulah sebabnya mereka saat itu memberikan harta warisan kepada
kaum laki – laki, tidak kepada perempuan , kepada orang – orang yang sudah
dewasa, tidak kepada anak – anak, dan kepada orang – orang yang
mempunyai perjanjian prasetya.
Dari uraian diatas, dapatlah dipahami bahwa sebab – sebab yang
memungkinkan seseorang mendapat harta warisan pada zaman Jahiliyah
adalah : 1
1 Suparman Usman Dkk, Fiqih Mawaris, ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997 ), hal 2-3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
a. Adanya pertalian kerabat
b. Adanya ikatan janji prasetya
c. Adanya pengangkatan anak
Orang – orang yang mempunyai pertalian kerabat dengan si mati yang
menerima harta warisan terbatas pada kaum laki – laki yang sudah dewasa,
seperti anak laki – laki, saudara laki – laki, paman, dan anak – anak paman
dari si mati.
Pada masa awal Islam, kekuatan kaum muslimin sangat lemah, lantaran
jumlah mereka sedikit. Untuk menghadapi kaum musyrikin Quraisy yang
sangat kuat, Rasulullah saw meminta bantuan penduduk di luar kota Mekkah
yang sepaham dan simpatik terhadap perjuangan dalam memberantas
kemusyrikan.
Setelah menerima perintah Allah SWT, Rasulullah saw bersama – sama
sejumlah sahabat besar meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah. Di kota
yang baru ini Rasulullah saw dan para pengikutnya disambut dengan gembira
oleh orang – orang Madinah dengan ditempatkan di rumah – rumah mereka,
dicukupi segala keperluan hariannya, dilindungi jiwanya dari pengejaran
kaum musyrikin Quraisy, dan dibantu dalam menghadapi musuh – musuh
yang menyerangnya. Orang – orang yang menyertai hijrah Rasulullah saw dari
Mekkah disebut kaum Muhajirin, dan mereka yang menyambut kedatangan
Rasulullah saw di Madinah disebut kaum Anshar.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Untuk memperteguh dan mengabdikan persaudaraan kaum Muhajirin
dan Anshar, Rasulullah saw menjadikan ikatan persaudaraan tersebut sebagai
salah satu sebab untuk saling mewarisi satu sama lain. Misalnya apabila
seorang Muhajir meninggal dunia di Madinah dan ia mempunyai wali ( ahli
waris ) yang ikut hijrah, maka harta peninggalannya diwarisi oleh walinya
yang ikut hijrah. Sedangkan ahli warisnya yang enggan hijrah ke Madinah
tidak berhak mewarisi hartanya sedikitpun. Akan teta pi apabila Muhajir
tersebut tidak mempunyai wali yang ikut hijrah, maka harta peninggalannya
dapat diwarisi oleh saudaranya dari kaum Anshar yang menjadi wali karena
ikatan persaudaraan.
Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa sebab – sebab yang
memungkinkan seseorang mendapatkan harta warisan pada masa awal Islam
adalah : 2
a. Adanya pertalian kerabat
b. Adanya pengangkatan anak
c. Adanya hijrah ( dari Mekkah ke Madinah ) dan persaudaraan antara
kaum Muhajirin dan Anshar. Hijrah dan muakhkhah sebagai sebab
pewarisan dibenarkan Allah SWT dalam firman-Nya dalam surah
al-Anfal ayat 72 di bawah ini :
2 Ibid, hal 4-5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
¨β Î) zƒ Ï%©!$# (#θ ãΖtΒ#u (#ρã y_$yδ uρ (#ρ߉yγ≈y_uρ óΟÎγÏ9≡uθ øΒr' Î/ öΝÍκŦàÿΡr&uρ ’Îû È≅‹ Î6 y™ «!$#
t Ï% ©!$#uρ (#ρ uρ#u (#ÿρç|ÇtΡρ y7Í× ¯≈ s9'ρé& öΝ åκÝÕ ÷èt/ â !$u‹ Ï9÷ρr& <Ù ÷èt/ 4 t Ï% ©!$#uρ (#θ ãΖtΒ#u öΝ s9uρ (#ρã Å_$pκç‰
$tΒ / ä3 s9 ÏiΒ Ν ÍκÉJu‹≈ s9uρ ÏiΒ > óx« 4®Lym (#ρã Å_$pκç‰ 4 Èβ Î) uρ öΝ ä.ρç|ÇΖoK ó™$# ’Îû È Ïd‰9$#
ãΝ à6 ø‹ n=yèsù çóÇΖ9$# ωÎ) 4’n? tã ¤Θ öθ s% öΝ ä3 oΨ ÷ t/ Ν æηuΖ÷ t/ uρ ×,≈ sVŠÏiΒ 3 ª!$#uρ $yϑ Î/ tβθ è=yϑ ÷ès? ×ÅÁ t/
∩∠⊄∪
Artinya : Sesungguhnya orang – orang yang beriman dan berhijrah serta brjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang – orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan ( kepada orang – orang Muhajirin ), mereka itu satu sama lain lindung – melindungi. Dan ( terhadap ) orang – orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu, melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. ( Q.S. Al-Anfal, 8:72 ). 3
Kemudian pewarisan pada masa islam selanjutnya setelah aqidah
umat islam bertambah kuat, dan satu sama lain diantara mereka telah
terpuruk rasa saling mencintai, perkembangan islam semakin maju, pengikut
– pemgikutnya bertambah banyak, pemerintah islam sudah stabil, dan lebih
dari itu penaklukan kota Mekkah telah berhasil dengan sukses, maka
kewajiban hijrah yang semula sebagai sarana untuk menyusun kekuatan
antara kaum muslimin dari kota Mekkah dengan kaum muslimin yang ada di
kota Madinah dicabut dengan hadis Rasulullah saw :
) ر و اه البخا رى ومسلم ( هجر ة بعد الفتح ال
3 Depag.Al-Qur’an dan Terjemah. (Surabaya: Mahkota, 2001) hlm 273
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Artinya : Tidak ada kewajiban berhijrah setelah penaklukan kota Mekkah ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Demikianlah juga sebab – sebab pewarisan atas dasar ikatan
persaudaraan di-nasakh oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
É< ¨Ζ9$# 4’n<÷ρr& ÏΖÏΒ÷σ ßϑ ø9$$Î/ ôÏΒ öΝ ÍκŦàÿΡr& ( ÿ… çµã_≡uρø— r&uρ öΝ åκçJ≈ yγΒé& 3 (#θ ä9'ρé&uρ ÏΘ% tnö‘F $#
öΝ åκÝÕ ÷èt/ 4† n<÷ρr& <Ù ÷èt7 Î/ ’Îû É=≈ tFÅ2 «!$# zÏΒ ÏΖÏΒ÷σ ßϑ ø9$# t Ì Éf≈ yγßϑ ø9$#uρ HωÎ) β r&
(#þθ è=yèøÿs? #’n<Î) Ν ä3 Í←!$uŠÏ9÷ρr& $]ùρã ÷èΒ 4 χ% 2 y7Ï9≡sŒ ’Îû É=≈ tGÅ6 ø9$# #Y‘θ äÜó¡ tΒ ∩∉∪
Artinya : Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orangorang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteriisterinya adalah ibuibu mereka. dan orangorang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (warismewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orangorang mukmim dan orangorang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudarasaudaramu (seagama). adalah yang demikian itu Telah tertulis di dalam Kitab Allah.( Q.S. al Ahzab, 33;6 ). 4
Sebab – sebab pewarisan yang hanya berdasarkan laki – laki yang
dewasa, dan mengenyampingkan anak – anak dan kaum perempuan,
sebagaimana yang dilakukan oleh orang – orang Jahiliyah juga telah
dibatalkan oleh firman Allah swt dalam surat Nisa ayat 7 dan 11 dibawah ini :
ÉΑ% y Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁ tΡ $£ϑ ÏiΒ x8 t s? Èβ#t$ Î!≡uθ ø9$# tβθç/ t ø%F $#uρ Ï !$|¡ ÏiΨ=Ï9uρ Ò=ŠÅÁ tΡ $£ϑ ÏiΒ x8 t s?
Èβ#t$ Î!≡uθ ø9$# χθ ç/ t ø%F $#uρ $£ϑ ÏΒ ¨≅s% çµ÷ΖÏΒ ÷ρr& uèYx. 4 $Y7ŠÅÁ tΡ $ZÊρã øÿΒ ∩∠∪
4 Depag.Al-Qur’an dan Terjemah. (Surabaya: Mahkota, 2001) hlm 667
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Artinya : Bagi orang laki – laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu – bapak dan kerabatnya. Dan bagi orang wanita ada hak bagian ( pula ) dari harta peninggalan ibu – bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. ( Q.S. al Nisa, 4: 7 ). 5
ÞΟ ä3ŠÏ¹θ ムª!$# þ’Îû öΝ à2ω≈ s9÷ρr& ( Ì x. ©%#Ï9 ã≅÷V ÏΒ Åeáym È÷ u‹ sVΡW $# 4 ...
Artinya : Allah mensyariatkan bagimu tentang ( pembagian pusaka untuk ) anak – anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak laki – laki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan..( Q.S. alNisa, 4: 11 )
Sebab – sebab pewarisan yang berdasarkan janji prasetya dibatalkan
oleh firman Allah SWT :
(#θ ä9'ρé&uρ ÏΘ% tnö‘F $# öΝ åκÝÕ ÷èt/ 4’n<÷ρr& <Ù ÷èt7 Î/ ’Îû É=≈ tFÏ. «!$# 3 ¨β Î) ©!$# Èe≅ä3 Î/ > óx« 7ΛÎ=tæ
Artinya : ...orang – orang yang mempunya hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya daripada yang bukan kerabat di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ( Q.S. alAnfal, 8: 75 ). 6
Sedangkan pewarisan yang berdasarkan adanya pengangkatan anak (
adopsi ) dibatalkan oleh firman Allah SWT dalam surat al-Ahzab ayat 4-5 dan
ayat 40 dibawah ini :
5 Ibid.hlm 316 6 Ibid. hlm 274
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
$tΒuρ ≅yèy_ öΝ ä. u !$uŠÏã ÷Šr& öΝä. u !$oΨ ö/ r& 4 öΝ ä3 Ï9≡sŒ Ν ä3 ä9öθ s% öΝ ä3 Ïδ≡uθ øùr' Î/ ( ª!$#uρ ãΑθà)tƒ ¨, ysø9$# uθ èδ uρ
“ωôγtƒ ≅‹ Î6 ¡¡9$# ∩⊆∪ öΝ èδθ ãã ÷Š$# öΝ ÎγÍ←!$t/ Kψ uθ èδ äÝ|¡ ø%r& y‰ΖÏã «!$# 4 βÎ*sù öΝ ©9 (#þθ ßϑ n=÷ès?
öΝ èδ u !$t/#u öΝ à6 çΡ≡uθ ÷z Î* sù ’Îû È Ïe$!$# öΝ ä3‹ Ï9≡uθ tΒuρ
Artinya : ... Dan Dia tidak menjadikan anak – anak angkatmu sebagai anak kandungmu ( sendiri ). Yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan yang benar. Panggillah mereka ( anak – anak angkat itu ) dengan ( memakai ) nama bapak – bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui nama bapak – bapak mereka, maka ( panggillah mereka sebagai ) saudara – saudaramu seagama dan maula – maulamu... ( Q.S. alAhzab, 33: 45 ). 7
$Β tβ% x. ϑ ptèΧ !$t/ r& 7‰tnr& ÏiΒ öΝ ä3 Ï9% y Íh‘ Å3≈ s9uρ tΑθß™§‘ «!$# zΟs?$yz uρ z↵ ÍhŠÎ;Ψ9$# ...
Artinya : Muhammad sekali – kali bukanlah bapak dari seorang laki – laki diantara kamu, teta pi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi – nabi… ( Q.S. al-Ahzab, 33: 40 ) 8
Dari uraian di atas, dapatlaj dipahami bahwa dalam pewarisan Islam
kaum kerabat yang berhak menerima harta warisan tidak terbatas kepada
kaum laki – laki yang sudah dewasa, melainkan juga kepada anak – anak dan
perempuan. Dan dalam pewarisan Islam tidak dikenal adanya janji prasetya
dan pengangkatan anak ( adopsi ).
7 Ibid. hlm 666-667 8 Ibid. hlm 674
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Ikatan perkawinan ditegaskan menjadi sebab penerimaan warisan
sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an :
* öΝ à6 s9uρ ß#óÁ ÏΡ $tΒ x8 t s? öΝ à6 ã_≡uρø— r& β Î) óΟ ©9 ä3 tƒ £ßγ©9 Ó$ s!uρ 4 β Î*sù tβ$2 ∅ßγs9
Ó$ s!uρ ãΝ à6 n=sù ßìç/ ”9$# $£ϑ ÏΒ zò2t s? 4 .ÏΒ Ï‰÷èt/ 7π§‹ Ï¹ uρ Ϲθ ム!$yγÎ/ ÷ρr& &ø yŠ 4
∅ßγs9uρ ßìç/ ”9$# $£ϑ ÏΒ óΟ çFø. t s? βÎ) öΝ ©9 à6 tƒ öΝ ä3 ©9 Ó‰s9uρ 4 β Î*sù tβ$2 öΝà6 s9 Ó$ s!uρ
£ßγn=sù ßßϑ ›V9$# $£ϑ ÏΒ Λäò2t s? 4 .ÏiΒ Ï‰÷èt/ 7𠧋 Ϲ uρ χθ ß¹θ è? !$yγÎ/ ÷ρr& &ø yŠ ...
Artinya : Dan bagimu ( suami – suami ) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri – istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri – istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah dipenuhi semua wasiat yang mereka buat atau ( dan ) sesudah dibayar hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan setelah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau ( dan ) sesudah dibayar hutang – hutangmu... ( Q.S. al Nisa 4: 12 ). 9
Demikian juga dengan pemerdekaan budak ( sebagaimana ( الوالء
disebutkan dalam Hadis :
الوالء لحمة كلحمة انسب
Artinya : Wala’ mempunyai bagian sebagaimana kerabat mempunyai baian. ( H.R. Ibnu Hibban dan Hakim ).
9 Ibid. hlm 316
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Jadi, sebab – sebab yang memungkinkan seseorang mendapatkan
harta warisan menurut Islam adalah : 10
a. Adanya pertalian kerabat
b. Adanya ikatan perkawinan
c. Adanya pemerdekaan budak
Pada pembahasan Kompilasi Hukum Islam, sejarah Hukum
Kewarisan Islam tidak terlepas dari hukum kewarisan zaman Jahiliyah.
Ringkasnya, perkembangan Hukum Kewarisan Islam dapat di paparkan
sebagai berikut : 11
a. Hukum kewarisan adat Arab pada zaman Jahiliyah menetapkan
tatacara pembagian warisan dalam masyarakat yang didasarkan atas
hubungan nasab atau kekerabatan, dan hal itu pun hanya diberikan
kepada keluarga yang laki – laki saja, yaitu laki – laki yang sudah
dewasa dan mampu memanggul senjata guna mempertahankan
kehormatan keluarga dan melakukan peperangan serta merampas harta
peperangan.
b. Perempuan dan anak – anak tidak mendapatkan warisan karena
dipandang tidak mampu memanggul senjata guna mempertahankan
kehormatan keluarga dan melakukan peperangan serta merampas harta
10 Suparman Usman Dkk, Fiqih Mawaris, ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997 ), hlm 6-10 11 “ Pembahasan Kompilasi Hukum Islam “ dalam http/www.hukumpedia.com ( 26 November 2011 )
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
peperangan. Bahkan orang perempuan yaitu istri ayah dan / atau istri
saudara dijadikan obyek warisan yang dapat diwaris secara paksa.
Praktik ini berakhir dan dihapuskan oleh Islam dengan turunnya Surat
An-Nisa’ Ayat 19 yang melarang menjadikan wanita dijadikan sebagai
warisan. Dalam Ayat tersebut Allah SWT berfirman :
c. Selain itu perjanjian bersaudara, janji setia, juga dijadikan dasar untuk
saling mewarisi. Apabila salah seorang dari mereka yang telah
mengadakan perjanjian bersaudara itu meninggal dunia maka pihak
yang masih hidup berhak mendapat warisan sebesar 1/6 ( satu per enam
) dari harta peninggalan. Sesudah itu barulah sisanya dibagikan untuk
para ahli warisnya. Yang dapat mewarisi berdasarkan janji bersaudara
inipun juga harus laki – laki.
d. Pengangkatan anak yang berlaku dikalangan Jahiliyah juga dijadikan
dasar untuk saling mewarisi. Apabila anak angkat itu telah dewasa
maka ia mempunyai hak untuk sepenuhnya mewarisi harta bapak
angkatnya, dengan syarat ia harus laki – laki. Bahkan pada masa
peermulaan Islam hal ini masih berlaku.
e. Kemudian pada waktu Nabi Muhammad SAW. Hijrah ke Madinah
beserta para sahabatnya, Nabi mempersaudarakan antara Muhajirin
dengan kaum Anshar. Kemudian Nabi menjadikan hubungan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
persaudaraan karena hijrah antara Muhajirin dengan Anshar sebagai
sebab untuk saling mewarisi.
f. Selain itu dalam pengajaran Hukum Waris pun terdapat berbagai
Mazhab, seperti halnya pada bidang – bidang lain. Perbedaan ini terjadi
karena faktor sejarah, tata kehidupan masyarakat, pemikiran, ketaatan
terhadap syari’ah, dan sebagainya yang berbeda – beda.
g. Sejak dikeluarkannya Undang – Undang No. 7 Tahun 1989 tenta ng
Peradilan Agama, dimana kekuasaan Pengadilan Agama untuk
memeriksa, mengadili serta menyelesaikan sengketa waris dipulihkan
kembali, maka kebutuhan terhadap hukum waris yang jelas, rinci,
mudah dan pasti serta sesuai dengan tata kehidupan masyarakat Islam
Indonesia yang bilateral semakin terasa mendesak. Untuk itu pulalah
kemudian dikeluarkan Kompilasi Hukum Islam ( KHI ) yang
diberlakukan dengan Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10
Januari 1991.
2. Pengertian Hukum Kewarisan Islam
Suatu definisi, biasanya dikemukakan untuk mendalami bidang yang
di definisikan itu, artinya mempelajari sesuatu tak cukup hanya mengetahui
definisi sesuatu itu. Begitu juga dengan hukum kewarisan, definisi – definisi
yang diuraikan dibawah ini memberikan gambaran mengenai hukum
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
kewarisan, sehingga suatu definisi merupakan langkah awal yang perlu dan
penting sebelum mempelajari dan membahas tentang hukum kewarisan.
Hukum Kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur tenta ng
peralihan harta warisan dari pewaris kepada ahli waris yang dalam hukum
Islam dikenal dengan beberapa ietilah seperti : faraidh, fiqih mawaris dan
lain – lain. Yang kesemua pengertiannya oleh para fuqaha ( ahli hukum fiqh )
dikemukakan sebagai berikut :
a. Hasbi Ash – Shiddieqy, Hukum Kewarisan Islam adalah : 12 suatu
ilmu yang dengan dialah dapat kita ketahui orang yang menerima
pusaka, orang yang tidak menerima pusaka, serta kadar yang
diterima tiap – tiap waris dan cara membaginya.
b. Abdullah Malik Kamal bin As – Sayyid Ssalim, Ilmu faraidh
adalah : 13 ilmu yang mempelajari kaidah – kaidh fikih dan ilmu
hitung yang berkaitan dengan harta warisan dan orang – orang
yang berhak yang mendapatkannya agar masing – masing orang
yang berhak mendapatkan bagian harta warisan yang menjadi
haknya.
c. Ahmad Zahari, Hukum Kewarisan Islam yaitu : 14 Hukum yang
mengatur tenta ng peralihan hak milik atas harta warisan dari
12 Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqhul Mawaris, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1973 ), hal 18 13 Abdullah Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, Sahih Fikih Sunnah ( Penterjemah Khairul
Amru Harahap dan Faisal Saleh ),( Jakarta : Pustaka Azzam, 2007 ), hal 682 14 Ahmad Zahari, Hukum Kewarisan Islam, ( Pontianak : FH Untas Press, 2008 ), hal 27
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
pewaris kepada orang – orang yang berhak menerimanya ( ahli
waris ), berapa besar bagiannya masing – masing, kapan dan
bagaimana cara peralihannya sesuai ketentua n dan petunjuk Al –
Qur’an, hadist dan ijtihad para ahli.
Sedangkan ungkapan yang dupergunakan oleh Al-Qur’an untuk
menunjukkan adanya kewarisan dapat dilihat pada tiga jenis, yakni al-irst,
al-faraidh, dan al-tirkah. 15
a. Al – Irts
Al – Irts dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar dari
kata waritsa, yaritsu, irtsan. Bentuk mashdar-nya bukan saja kata
irtsan, melainkan termasuk juga kata waritsan, turatsan, dan
wiratsatan. Kata – kata itu berasal dari kata asli waritsa, yang
berakar kata dari huruf – huruf waw, ra, dan tsa yang bermkna
dasar perpindahan harta milik, atau perpindahan pusaka.
Berangkat dari makna dasar ini, maka dari segi makna yang
lebih luas, kata al – irts mengandung arti perpindahan sesuatu dari
seseorang, atau perpindahan sesuatu dari suatu kaum kepada
kaum lainnya, baik berupa harta, ilmu atau kemuliaan.
b. Al – Faraidh
15 Ali Parman, Kewarisan Dalam Al – Quran, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995 ), hal 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Al – Faraidh dalam bahasa Arab adalah bentuk plural dari
kata tunggal faradha, yang berakar dari huruf – huruf fa, ra, dan
dha. Kata tersebut bermakna dasar yakni suatu ketentua n untuk
maskawin, menurunkan Al – Qur’an, penjelasan, penghalalan,
keteta pan yang diwajibkan, keteta pan yang pasti. Dengan
demikian secara operasional dapat ditegaskan bahwa dalam
konteks kewarisan, kata faraidh teta p dimaksudkan sebagai
pengalihan harta pewaris kepada ahli warisnya dengan saham
yang pasti.
Dalil Sunnah tenta ng faraidh terdapat dalam beberapa
hadist, diantaranya hadist yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud bahwa
sabda Rasulullah yang artinya: 16
“ Belajarlah dan ajarkanlah ilmu faraidh karena sesungguhnya aku
akan mati, ilmu juga akan dicabut dan ftnah merebak. Dua orang
akan berselisih soal warisan dan mereka tidak menemukan orang
yang dapat menyelesaikan masalahnya.”
c. Al – Tirkah
Al – Tirkah dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar dari
kata tunggal turaka, yang berakar dari huruf – huruf ta, ra, dan ka.
Oleh karena itu, kata tersebut mengandung beberapa makna dasar
16 Wahbah Zuhaili, Fikih Imam Syafi’I jilid 3, ( Jakarta : Almahira, 2010 ) hal 77
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
yakni membiarkan, menjadi, mengulurkan lidah, meninggalkan
agama, dan harta peninggalan 17 . Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tirkah adalah segala sesuatu yang ditinggalkan
oleh pewaris, baik berupa harta maupun hak. Dan tirkah itu dapat
dibagikan kepada ahli warisnya setelah dikurangi biaya
penguburan, pelunasan utang, atau wasiat pewaris.
Muhammad Jawad Mughniyah berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan tirkah atau harta peninggalan mayit adalah hal
– hal berikut ini : 18
a) Segala yang dimilikinya sebelum meninggal, baik berupa
benda maupun hutang, atau berupa hak atas harta, seperti
hak usaha.
b) Hak – hak yang menjadi miliknya karena kematiannya,
misalnya diyat ( denda ) bagi pembunuhan secara tidak
sengaja atau sengaja atas dirinya.
c) Harta yang dimilikinya sesudah dia meninggal, seperti
binatang buruan yang masuk dalam perangkap yang
dipasang ketika dia masih hidup, atau hutang yang
kemudian dibebaskan oleh pemilik piutang sesudah dia
17 Ali Parman, Kewarisan Dalam Al – Quran, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995 ), hal 30 18 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, ( Jakarta : Lentera, 2008 ) hal 535
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
mati, atau ada seseorang yang sukarela membayar hutang
- hutangnya
3. Unsur – Unsur Hukum Kewarisan Islam
Proses peralihan harta dari orang yang telah mati kepada yang masih
hidup dalam Hukum Kewarisan Islam mengenal tiga unsur, yaitu : 19
a. Pewaris atau yang mewariskan
Pewaris atau al-muwarrist yaitu seseorang yang telah
meninggal dunia dan meninggalkan sesuatu yang dapat beralih
kepada keluarganya yang masih hidup.
Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 171 huruf b mendefinisan
sebagai berikut : 20
Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang
dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan, beragama
islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan.
Ketentua n tenta ng pewaris ialah syarat yang harus
terpenuhi berkenaan dengan pewaris ini adalah “ telah jelas
matinya “. Hal ini memenuhi prinsip kewarisan akibat kematian,
yang berarti bahwa harta pewaris beralih kepada ahli warisnya
setelah kematiannya. Bila seseorang tidak jelas kematiannya dan
tidak ada pula berita tenta ng hidup dan matinya, maka hartanya
19 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta : Kencana, 2008 ) hal 204 20 Ibid. hlm 205
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
teta p menjadi miliknya yang utuh sebagaimana dalam keadaan
yang jelas hidupnya. Menganggap seseorang itu masih hidup
selama belum ada kepastian tenta ng kematiannya, dikalangan ahli
Ushul Fikih disebut “ mengamalkan prinsip istishab al-sifah “
b. Harta warisan
Harta warisan menurut Hukum Islam ialah segala sesuatu
yang ditinggalkan oleh pewaris yang secara hukum dapat beralih
kepada ahli warisnya, baik berupa benda bergerak maupun tak
bergerak.
Dalam menentukan bentuk hak yang mungkin dijadikan harta
warisan menurut perbedaan pendapat para ulama tersebut
Dr.Yusuf Musa mencoba membagi hak tersebut kepada beberapa
bentuk sebagai berikut : 21
a) Hak kebendaan; yang dari segi haknya tidak dalam berupa
benda / harta tetapi karena hubungannya yang kuat dengan
harta dinilai sebagai harta.
b) Hak – hak kebendaan tetapi menyangkut pribadi si
meninggal seperti hak mencabut pemberian kepada
seseorang.
21 Ibid. hlm 206
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
c) Hak – hak kebendaan teta pi menyangkut dengan kehendak
si mayit, seperti hak khiyar ( pilihan untuk melangsungkan
atau membatalkan sebuah transaksi ).
d) Hak – hak bukan berbentuk benda dan menyangkut pribadi
seseorang, seperti hak ibu untuk menyusukan anak.
c. Ahli waris dan haknya
Ahli waris yaitu orang yang berhak mendapat warisan
karena mempunyai hubungan kekerabatan, perkawinan atau
hubungan lainnya.
Disamping adanya hubungan kekerabatan dan perkawinan itu,
mereka baru berhak menerima warisan secara hukum dengan
terpenuhnya persyaratan sebagai berikut :
a) Ahli waris itu telah atau masih hidup pada waktu
meninggalnya pewaris
b) Tidak ada hal – hal yang menghalanginya secara hukum
untuk menerima warisan
c) Tidak terhijab atau tert utup secara penuh oleh ahli waris
yang lebih dekat
Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 171 huruf c, menyatakan
ahli waris adalah :
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan
darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama islam
dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
4. Sumber Hukum Kewarisan Islam
Sumber hukum kewarisan Islam digali dari keseluruhan ayat
hukum dalam al – Qur’an dan penjelasan tambahan yang diberikan oleh
Nabi Muhammad SAW dalam Hadits nya. Diantara ayat – ayat al –
Qur’an dan Hadits Nabi SAW yang secara langsung mengatur kewarisan
itu adalah sebagai berikut :
a. Ayat – ayat Al – Qur’an
a) Surat An Nisa’ ayat 7 22
ÉΑ% y Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁ tΡ $£ϑ ÏiΒ x8 t s? Èβ#t$ Î!≡uθ ø9$# tβθ ç/ tø%F $#uρ Ï !$|¡ ÏiΨ=Ï9uρ Ò=ŠÅÁ tΡ $£ϑ ÏiΒ
x8 t s? Èβ#t$ Î!≡uθ ø9$# χθ ç/ t ø%F $#uρ $£ϑ ÏΒ ¨≅s% çµ ÷ΖÏΒ ÷ρr& uèYx. 4 $Y7ŠÅÁ tΡ $ZÊρã øÿΒ
∩∠∪ Artinya : Bagi orang lakilaki ada hak bagian dari harta peninggalan ibubapa
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibubapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan.
Ayat ini mulailah memberikan ketentua n yang tegas
bahwasanya apabila seseorang meninggal dunia, harta benda
miliknya yang ditinggalkan, hendaknya dibagi kepada ahli warisnya
22 Depag. Al-Qur’an dan Terjemah.( Surabaya:Mahkota, 2001 ) hlm 116
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
yang ditinggalkan. Laki-laki dan perempuan sama-sama
mendapatkannya. Baik yang mati ibu ataupun bapak, atau keluarga
karib yang lain, yaitu saudara satu keturunan, yang kelak akan
dijelaskan berapa dan bagaimana pembagian itu. Di ujung ayat
dijelaskan bahwasanya bagian itu adalah “ bagian yang sudah
diteta pkan “. Artinya yang menentukan bagian ini adalah Tuhan
sendiri dan tidak seorangpun yang boleh mengubahnya. 23
b) Surat An Nisa’ ayat 33 24
9e≅à6 Ï9uρ $oΨ ù=yèy_ u’Í<≡uθ tΒ $£ϑ ÏΒ x8 t s? Èβ#t$ Î!≡uθ ø9$# χθ ç/ t ø%F $#uρ 4 t Ï% ©!$#uρ
ôNy‰s)tã öΝ à6 ãΖ≈ yϑ ÷ƒ r& öΝ èδθ è?$t↔sù öΝ åκz: ÅÁ tΡ 4 ¨β Î) ©!$# tβ% 2 4’n? tã Èe≅à2
& óx« #‰‹ Îγ x© ∩⊂⊂∪ Artinya : Bagi tiaptiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu
bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewarispewarisnya. dan (jika ada) orangorang yang kamu Telah bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.
Ayat ini mengingatkan bahwa bagi setiap harta peninggalan
dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, kami
jadikan pewarispewarisnya seperti anak, istri, dan orang tua. Dan
jika ada orangorang yang kamu telah bersumpah setia dengan
mereka, maka berikanlah kepada mereka bagiannya, sesuai dengan
kesepakatan kamu sebelumnya. Sesungguhnya Allah menyaksikan
23 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 4,( Jakarta : Pustaka Panjimas, 2003) hal 344-345 24 Depag. Al-Qur’an dan Terjemah.( Surabaya:Mahkota, 2001 ) hlm 116
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
segala sesuatu. Para ulama memahami kata janji setia dalam ayat
ini adalah janji setia antar pasangan suami istri. Dengan
demikian,ayat ini berpesan,”setiap orang Kami telah tetapkan
wariswarisnya yang menerima harta peninggalan. Mereka itu
adalah ibu bapak dan karib kerabat, serta pasangan suami istri.” 25
b. Hadits Nabi SAW 26
فما بقي فهو ال ولى الحقوا الفرا ئض با هلها : قال انبي صلى اهللا عليه وسلم ) متفق عليه ( رجل ذكر
Artinya : Nabi Muhammad saw, bersabda : berikanlah harta pusaka kepada orang – orang yang berhak. Sesudah itu, sisanya untuk orang laki – laki yang lebih utama. ( H.R Bukhari-Muslim )
5. Syarat Mewaris
Sebelum seseorang mewaris haruslah dipenuhi tiga syarat yaitu : 27
a. Meninggal dunianya pewaris
Seseorang dinyatakan meninggal, baik secara hakiki
maupun secara hukum. Seseorang tidak mungkin dibagi harta
warisannya sebelum kematiannya diketahui secara pasti atau
sebelum hakim memutuskan orang tersebut telah meninggal,
seperti terhadap orang hilang yang tidak diketahui hidup atau
matinya. Apabila hakim telah menetapkan bahwa orang tersebut
25 M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah vol 2, ( Jakarta:Lentera Hati,2002 ) hal 421 26 Fatchur Rahman, Ilmu Waris, ( Bandung : PT Al Ma’arif, 1975 ) hal 33 27 Muhammad Ali Al Shabuni, Hukum Waris Menurut Al-Quran dan Hadis,( Bandung :
Trigenda Karya, 1995 ) hal 46
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
telah meninggal dunia berdasarkan beberapa petunjuk, maka harta
waris bisa dibagi. Jadi syaratnya adalah seseorang secara pasti
telah meninggal atau atas pertimbangan hukum.
b. Hidupnya ahli waris
Ahli waris secara jelas masih hidup ketika pewarisnya
meninggal, ahli waris bisa menggantikan kedudukan pewaris
setelah pewaris tersebut diketahui telah meninggal, barulah
kemudian harta berpindah kepadanya dengan jalan warisan.
Dengan demikian ahli waris harus ada ketika orang tersebut
meninggal, agar hak pemilikan harta tersebut manjadi jelas.
c. Mengetahui golongan ahli waris
Kedudukan ahli waris berdasarkan hubungannya dengan
pewaris harus diketahui secara pasti dan jelas, seperti sevagai
suami atau istri, anak kandung, saudara kandung, dan sebagainya,
sehingga memudahkan dalam menentukan pembagian
waarisannya. Besar bagian waris akan berbeda jika hubungan
dengan pewaris berbeda.
6. Sebab – Sebab Mewaris
Harta orang yang telah meninggal dunia dengan sendirinya
berpindah kepada orang yang masih hidup yang mempunyai hubungan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
dengan orang yang meninggal tersebut. Hubungan yang dimaksud adalah
yang menyebabkan orang menerima warisan, yaitu :
a. Hubungan Kekerabatan
Hubungan kekerabatan adalah hubungan yang ditentuka oleh
adanya hubungan darah yang ditentuka n pada saat adanya
kelahiran. 28
Hubungan kekerabatan dalam garis lurus kebawah ( anak, cucu dan
seterusnya ), garis lurus keatas ( ayah, kakek dan seterusnya ),
maupun garis kesamping ( saudara – saudara ) dan mereka saling
mewaris satu sama lainnya sesuai dengan keteta pan Allah dalam
Al-Qur’an, baik dari garis laki – laki / ayah naupun dari garis
perempuan / ibu.
b. Hubungan Perkawinan
Hak saling mewaris antara suami istri yang disebabkan adanya
hubungan hukum yaitu perkawinan. Berlakunya hubungan
kewarisan antara suami istri didasarkan pada :
a) Adanya akad nikah yang sah
28 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta : Kencana, 2008 ) hal 175
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
b) Keduanya masih terkait perkawinan ketika salah satu
meninggal dunia, termasuk juga istri yang dalam masa
iddah setelah di talak raji’i
c. Hubungan Wala
Adanya hubungaan antara seorang hamba dengan orang yang
memerdekakan hamba dapat mewarisi harta hamba yang
dimerdekakannya, berdasarkan hadis Rasulullah saw yang artinya
: 29
Artinya : “Sesungguhnya hak wala itu untukmorang yang memerdekakan “( Sepakat ahli hadis )
Dan Hadis Rasulullah saw yang di riwayatkan oleh Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim di bawah ini : 30
الوالء لحمة كلحمة النسب ال يباع وال يوهب
Artinya : “ Hubungan orang yang memerdekakan hamba dengan hamba itu seperti hubungan keturunan dengan keturunan, tidak dijual, dan tidak dihibahkan ( diberikan ).”
d. Hubungan Seagama
Hak saling mewaris sesama umat islam yang pelaksanaannya
melalui Baitulmaal. Hubungan ini terjadi apabila seorang islam
29 Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid Jilid 5 ( terj ). ( Jakarta : Pustaka Amani, 1995 ) hlm 71 30 Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah jilid 14 .(Bandung : Al-Ma’arif,1987) hlm 259
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris, sehingga hartanya
diserahkan ke Baitulmaal untuk digunakan untuk umat Islam.
Sabda Rasulullah saw :
ا نا وارث من ال وارث له
Artinya : “ Saya menjadi waris orang yang tidak mempunyai ahli waris “. ( Riwayat Ahmad dan Abu Dawud ) 31
7. Penghalang Orang Mewaris atau Menerima Warisan
Ulama telah sependapat bahwa saudara lelaki sekandung
menghalangi saudara lelaki seayah, saudara lelaki seayah menghalangi
anak – anak lelaki dari saudara lelaki sekandung, dan anak – anak saudara
lelaki sekandung menghalangi anak – anak lelaki dari saudara lelaki
seayah. 32
Adapun penyebab terhalangnya pewarisan ada empat, yaitu sebagai
berikut:
1) Pembunuhan
Pembunuhan yang dilakukan oleh ahli waris kepada orang yang
mewariskannya dengan alasan dan cara apapun, baik pembunuhan itu
karena menjalankan qishas, hudud, dan selainnya; lupa atau sengaja;
secara langsung atau menggunakan penyebab lain. 33 Para ulama
mazhab juga sepakat bahwa pembunuhan yang sengaja dan tidak
31 Dian Khairul Umam. Fiqih Mawaris. ( Bandung : Pustaka Setia, 2000 ) hlm 26 32 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid 5 ( terj ), ( Jakarta : Pustaka Amani, 1995 ) hal 47 33 Wahbah Zuhaili, Fikih Imam Syafi’I jilid 3, ( Jakarta : Almahira, 2010 ) hal 85
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
memiliki alasan yang benar, mengakibatkan pelakunya terhalang
menerima waris. Ini berdasarkan atas hadis Nabi yang berbunyi : 34
ال ميراث للقا تل
Artinya : Tidak ada hak waris bagi pembunuh
Sebab, jika seorang pembunuh mendapatkan warisan bisa jadi mereka
akan berusaha untuk membunuh orang yang akan mewariskannya.
Pelarangan warisan ini untuk kemaslahatan, sebab pembunuhan bisa
mempercepat kematian yang merupakan salah satu unsur diperolehnya
warisan.
Pada dasarnya pembunuhan itu suatu kejahatan yang dilarang keras
oleh agama. Namun, dalam beberapa keadaan tertentu pembunuhan
itu bukan suatu kejahatan yang membuat pelakunya berdosa. Dalam
hal ini pembunuhan itu dikelompokkan kepada dua macam
diantaranya : 35
a. Pembunuhan secara hak dan tidak melawan hukum, yaitu
pembunuhan yang pelakunya tidak dinyatakan pelaku
kejahatan atau dosa, termasuk dalam kategori pembunuhan
seperti ini adalah :
a) Pembunuhan terhadap musuh dalam medan perang
b) Pembunuhan dalam pelaksanaan hukuman mati
34 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, ( Jakarta : Lentera, 2008 ) hal 546 35 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta : Kencana, 2008 ) hal 195
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
c) Pembunuhan dalam membela jiwa, harta dan
kehormatan
b. Pembunuhan secara tidak hak dan melawan hukum, yaitu
pembunuhan yang dilarang oleh agama dan terhadap
pelakunya dikenakan sanksi dunia dan akhirat. Pembunuhan
seperti inilah yang disebut kejahatan. Diantaranya :
a) Pembunuhan sengaja san terencana; yaitu suatu cara
pembunuhan yang dalam pelaksanaannya terdapat
unsur kesengajaan.
b) Pembunuhan tersalah yaitu pembunuhan yang
didalamnya tidak te rdapat unsur kesengajaan, baik arah
atau perbuatan; seperti melempar burung tetapi
mengenai orang dan mati.
c) Pembunuhan seperti sengaja, yaitu pembunuhan yang
terdapat padanya dua unsur kesengajaan yaitu berbuat
dan arah teta pi alat yang digunakan bukanlah alat
lazim mematikan.
d) Pembunuhan yang diperlakukan seperti tersalah, yaitu
pembunuhan yang tidak memiliki unsur kesengajaan
berbuat tetapi membawa kematian seseorang. Seperti
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
terjatuh dari tempat ketinggian dan menimpa orang
sampai mati.
Terhalangnya si pembunuh dari hak kewarisan dari orang yang
dibunuhnya itu disebabkan oleh tiga alasan sebagai berikut :
a. Pembunuhan itu memutus hubungan silaturrahim yang merupakan
salah satu penyebab adanya hubungan kewarisan.
b. Untuk mencegah seseorang yang sudah ditentukan akan menerima
warisan untuk memppercepat proses berlakunya hak itu.
c. Pembunuhan adalah suatu kejahatan atau maksiat, sedangkan hak
kewarisan adalah suatu nikmat. Maka dari itu maksiat tidak boleh
dipergunakan untuk mendapatkan warisan.
2) Berbeda Agama atau kafir
Berbeda agama berarti agama pewaris berbeda dengan ahli waris,
dengan demikian maka seorang muslim tidak mewarisi dari orang
kafir, dan seorang kafir tidak mewarisi dari seorang muslim; karena
hadits yang diriwayatkan oleh empat orang ahli hadits, dari Usamah
bin Zaid, bahwa Nabi saw bersabda :
حدثنا حيىي بن حيي وابو بكر بن شيبه واسحق بن ابرهيم والفظ ليحىي قال حيىي حدثنا ابن
عيييه عن الزهرى عن على بن حسني عن عمرو بن عثمان عن اسامه بن زيد ان النيب
. صلى اهللا عليه وسلم قال ال يرث املسلم الكافر وال يرث الكافر املسلمArtinya : Telah menceritakan kepada kami yahya bin yahya dan abu
bakar bin syaibah dan ishak bin ibrahim adapun redaksiya dari yahya, yahya berkata telah mengkabarkan kepada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
kami ibnu uyaiyah dari zuhri dari ali bin husain dari umar bin utsman dari usamah bin bin zain sesungguhnya nabi Muhammad SAW telah berkata “orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang kafirpun tidak dapat mewarisi hata orang Islam.” 36
Diriwayatkan oleh Mu’adz, Mu’awiyah, Ibnu Musayyab, Nasruq
dan An-Nakha’I, bahwa sesungguhnya seorang muslim itu mewarisi
dari seorang kafir, dan tidak sebaliknya. Yang demikian ini seperti
halnya seorang muslim laki – laki boleh menikah dengan seorang kafir
perempuan; dan seorang kafir laki – laki tidak boleh menikah dengan
seorang muslim perempuan.
Adapun orang – orang yang bukan muslim, maka sebagian mereka
mewarisi sebagian yang lain, karena mereka dianggap satu agama. 37
3) Perbudakan
Budak atau seorang hamba, tidak mendapat warisan dari
kerabatnya, agar warisan tersebut tidak diambil tuannya. Padahal
tuannya bukan kerabat si hamba. Dalam hal ini, terkenallah ungkapan
fuqaha,” Hamba dan segala hak miliknya adalah kepunyaan tuannya.”
Dengan demikian, seorang hamba tidak mendapat warisan, agar
hartanya tidak beralih kepada tuannya, baik dia sebagai hamba secara
murni ( qin ), hamba yang dijanjikan kemerdekaannya setelah tuannya
36 Subulussalam juz III. Hal 98 37 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah jilid 14, ( Bandung : PT AL-Ma’arif, 1987 ) hal 261
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
meninggal (mudabbar), maupun hamba yang dijanjikan merdeka
dengan tebusan sejumlah uang (mukatab), seperti yang disebutkan
dalam Firman Allah :
öΝ èδθ ç7Ï?% s3 sù ÷β Î) öΝ çGôϑ Î=tæ öΝ Íκ Ïù #Zöyz ( Artinya : … dan buatlah perjanjian dengan mereka jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka.” ( Q.S. An-Nuur : 33 )
Semua status kehambaan diatas menjadi penghalang bagi
seseorang untuk mendapatkan warisan dari orang lain, begitu juga
sebaliknya, seseorang tidak bisa mendapatkan warisan dari seorang
hamba karena hamba tidak mempunyai harta. 38
4) Pembunuhan dengan sengaja yang di haramkan
Apabila pewaris membunuh orang yang mewariskan dengan cara
yang zalim, maka dia tidak lagi mewarisi, karena hadits yang
diriwayatkan oleh An-Nasa’I, bahwa Nabi saw bersabda :
ليس للقا تل شيء
Artinya : Orang yang membunuh itu tidak mendapatkan warisan sedikitpun.
Adapun pembunuhan yang tidak sengaja, maka para ulama berbeda
pendapat didalamnya. Berkata Asy-Syafi’i : setiap pembunuhan
menghalangi pewarisan, sekalipun pembunuhan itu dilakukan oleh
38 Muhammad Ali Al Shabuni, Hukum Waris Menurut Al-Quran dan Hadis,( Bandung : Trigenda Karya, 1995 ) hal 48
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
anak kecil atau orang gila, dan sekalipun dengan cara yang benar
seperti had atau qishash. Aliran Maliki berkata : sesungguhnya
pembunhan yang menghalangi pewarisan itu adalah pembunuhan yang
sengaja bermusuhan, baik langsung atau melalui perantara. 39
Kompilasi Hukum Islam pada Buku II, Pasal 173 menyatakan
seorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan Hakim yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang teta p, dihukum karena : 40
a. Dipersalahkan karena telah membunuh atau mencoba membunuh
atau menganiaya berat kepada pewaris.
b. Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan
bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam
dengan hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih besar.
8. Penggolongan Ahli Waris
Para ahli waris yang mempunyai hak waris dari seorang yang
meninggal dunia baik yang ditimbulkan melalui hubungan keturunan
( zunnasbi ), hubungan periparan ( asshar ), maupun hubungan perwalian
( mawali ). Dapat dikelompokkan atas dua golongan, yakni (1) golongan
yang hak warisnya mengandung kepastian, berdasarkan itt ifaq oleh para
ulama atau sarjana hukum Islam, dan (2) golongan yak hak warisnya
masih diperselisihkan (ikhtilaf) oleh para sarjana hukum Islam.
39 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah jilid 14, ( Bandung : PT Al-Ma’rif, 1987 ) hal 260 40 Kompilasi Hukum Islam, Media Centre, hal 176
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Golongan ahli waris yang disepakati hak warisnya terdiri atas 15
orang laki – laki dan 10 orang perempuan. Mereka adalah :
1) Kelompok ahli waris laki – laki
a. Anak laki – laki
b. Cucu laki – laki pancar laki – laki dan seterusnya ke bawah
c. Bapak
d. Kakek
e. Saudara laki – laki sekandung
f. Saudara laki – laki sebapak
g. Saudara laki – laki seibu
h. Anak laki – laki saudara laki – laki sekandung
i. Anak laki – laki saudara laki – laki sebapak
j. Paman sekandung
k. Anak laki – laki paman sekandung
l. Anak laki – laki paman sebapak
m. Suami
n. Orang laki – laki yang memerdekakan budak
2) Kelompok ahli waris perempuan
a. Anak perempuan
b. Cucu perempuan pancar laki – laki
c. Ibu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
d. Nenek dari pihak bapak dan seterusnya ke atas
e. Nenek dari pihak ibu dan seterusnya ke atas
f. Saudara perempuan sekandung
g. Saudara perempuan seibu
h. Isteri
i. Orang perempuan yang memerdekakan budak
Dari duapuluh lima ahli waris tersebut sebagian mempunyai
bagian ( fardh ) tert entu, yakni bagian yang telah ditentuka n kadarnya (
furudhul muqaddarah ), mereka disebut ahli waris ashabul furudh atau
dzawil furudh; sebagian lainnya tidak mempunyai bagian tert entu, teta pi
mereka menerima sisa pembagian setelah diambil oleh ahli waris ashabul
furudh, mereka disebut ahli waris ‘ashabah.
Golongan ahli waris yang masih diperselisihkan hak warisnya
adalah keluarga terdekat ( zul arham ) yang tidak disebutkan didalam
Kitab Allah tentang bagiannya. Mereka dikenal dengan sebutan dzawil
arham. 41
9. Ketentua n Bagian Ahli Waris 42
1) Ahli waris yang mendapatkan bagian seperdua
Ada lima kelompok, sebagai berikut :
41 Suparman Usman, Fiqih Mawaris, ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997 ) hal 63-65 42 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’I jilid 3, ( Jakarta : Almahira, 2010 ) hal 91-96
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
a. Suami, apabila tidak terdapat anak atau cucu dari anak laki –
laki
b. Anak perempuan jika dia seorang saja
c. Cucu perempuan dari anak laki – lakiketika tidak terda pat anak
perempuan
d. Saudara kandung
e. Saudari seayah ketika tidak terdapat saudari kandung
2) Ahli waris yang mendapatkan bagian seperempat
Ada dua kelompok sebagai berikut :
a. Suami yang bersama dengan anak atau cucu dari anak laki –
laki
b. Istri yang tidak bersama anak atau cucu dari anak laki-laki
3) Ahli waris yang mendapatkan bagian seperdelapan
Pemilik hak waris seperdelapan ada satu kelompok yaitu istri
ketika suaminya mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki dan
seterusnya.
4) Ahli waris yang mendapatkan bagian dua pertiga
Ada tiga kelompok sebagaimana berikut :
a. Dua anak perempuan atau lebih apabila tidak bersamaan
dengan anak laki-laki atau ahli waris lainnya yang
menghalanginya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
b. Dua cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih, baik mereka
dari satu ayah atau beberapa ayah
c. Dua saudari atau lebih yang sekandung, atau seayah ketika
tidak ada saudari kandung dan tidak ada ahli waris yang
mengakibatkan mereka mendapatkan sisa atau
menghalanginya.
5) Ahli waris yang mendapatkan bagian sepertiga
Ada dua kelompok, diantaranya :
a. Ibu yang tidak bersama dengan anak atau cucu dari anak laki-
laki, dua saudara dan saudari, sekandung atau tidak, yang
terhalangi bila bersama ahli waris lainnya, seperti saudara
seibu . baik bersama kakek maupun tidak.
b. Dua saudari atau lebih yang seibu
6) Ahli waris yang mendapatkan bagian seperenam
Ada tujuh kelompok, sebagaimana berikut :
a) Ayah ketika bersama anak atau cucu dari anak laki-laki, baik
laki-laki atau perempuan.
b) Kakek mendapatkan seperenam asal tidak ada ayah
c) Ibu ketika bersama anak atau cucu dari anak laki-laki, atau
bersama para saudara dan saudari, dua atau lebih.
d) Nenek dari ayah atau ibu ketika tidak ada ibu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
e) Cucu perempuan dari anak laki-laki yang bersama dengan anak
perempuan kandung atau bersama cucu perempuan dari anak
laki-laki yang lebih dekat darinya, dan tidak ada ahli waris
ashabah karena untuk menyempurnakan bagian dua pertiga.
f) Saudari seayah, satu atau lebih dari saudari kandung dan tidak
ada ahli waris ashabah.
g) Saudari seibu ketika tidak ada keturunan yang menerima waris
dari kalangan laki-laki atau orang tua yang menerima waris
dari kalangan laki-laki pula.
10. Asas – Asas Hukum Kewarisan Islam
Asas – asas Hukum Kewarisan Islam dapat digali dari keseluruhan
ayat-ayat hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan penjelasan tambahan
dari hadits Nabi Muhammad SAW, dalam hal ini dapat dikemukakan lima
asas : 43
a. Asas Ijbari
Yaitu peralihan harta dari orang yang telah meninggal dunia
kepada orang yang masih hidup berlaku dengan sendirinya tanpa
tergantung kepada kehendak pewaris atau ahli waris. Asas Ijbari
dalam hukum kewarisan Islam. Seandainya pewaris mempunyai
hutang yang lebih besar dari warisan yang ditinggalkannya, ahli
43 Amir syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam ( Jakarta : Kencana, 2004 ) hal 16-28
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
waris tidak dibebani untuk membayar hutang tersebut, hutang
yang dibayar hanya sebesar warisan yang ditinggalkan oleh
pewaris.
b. Asas Bilateral
Bahwa seseorang menerima hak kewarisan dari kedua belah pihak
garis kerabat, yaitu pihak kerabat garis keturunan laki-laki dan
pihak kerabat dari garis keturunan perempuan.
c. Asas Individual
Bahwa harta warisan dapat dibagi-bagi untuk dimilki secara
perorangan. Ini berarti setiap ahli waris berhak atas bagian yang
didapatnya tanpa tergantung dan terikat dengan ahli waris lainnya.
Keseluruhan harta warisan dinyatakan dalam nilai tertentu yang
mungkin dibagi-bagi, kemudian jumlah tersebut dibagikan kepada
setiap ahli waris yang berhak menurut kadar masing-masing. Bisa
saja harta warisan tidak dibagi-bagikan asal ini dikehendaki oleh
ahli waris yang bersangkutan, tidak dibagi-baginya harta warisan
itu tidak menghapuskan hak mewaris para ahli waris yang
bersangkutan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
d. Asas Keadilan Berimbang
Asas ini dapat diartikan adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban antara yang diperoleh dengan keperlun dan kegunaan.
Secara dasar dapat dikatakan bahwa faktor perbedaan jenis
kelamin tidak menentukan dalam hak kewarisan, artinya laki-laki
mendapatkan hak kewarisan begitu pula perempuan mendapat hak
kewarisan sebanding dengan yang di dapat oleh laki-laki.
e. Asas Kewarisan Semata Kematian
Bahwa peralihan harta seseorang kepada orang lain itu berlaku
setelah yang mempunyai harta tersebut meninggal dunia dan
selama yang mempunyai harta masih hidup maka secara kewarisan
harta itu tidak dapat beralih kepada orang lain.
11. Hibah dan Wasiat
a. Hibah
Pada dasarnya setiap orang dapat menghibahkan (barang
milik) sebagai penghibah kepada siapa saja yang ia kehendaki
dalam keadaan sehat wal afiat. Hibah dilakukan oleh penghibah
tanpa pertukaran apapun dari penerima hibah. Hibah dilakukan
secara suka rela demi kepentingan seseorang atau demi
kemaslahatan umat. Pengertian hibah adalah pemberian seseorang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
kepada para ahli warisnya, sahabat, atau kepada urusan umum
sebagian atau seluruh harta benda kepunyaannya sebelum ia
meninggal dunia. Menurut tuntunan Islam hibah merupakan
perbuatan yang baik, oleh sebab itu pelaksanaan hibah seyogyanya
dilandasi rasa kasih saying, bertujuan yang baik dan benar. Di
samping itu barang-barang yang dihibahkan adalah barang-barang
yang halal dan setelah hibah diterima oleh penerima hibah tidak
dikhawatirkan menimbulkan mala petaka baik bagi pemberi
maupun penerima hibah. 44
Syarat sahnya hibah adalah dibawah ini :
a) Ijab ialah pernyataan yang dilakukan oleh pihak yang
member hibah. Pernyataan tersebut di dalam masyarakat
beraneka ragam realisasi dan mekanismenya sesuai dengan
hukum yang hidup dan bertumbuh di dalam masyarakat.
b) Qabul ialah penerimaan pemberian oleh pihak yang
dihibahi. Baik penerimaan tersebut dilakukan secara jelas
tegas maupun secara samar-samar. Adapun wujud bentuk
maupun mekanisme penerimaan pemberian di dalam
masyarakat pasti beraneka ragam pula.
44 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam,( Jakarta : Rineka Cipta, 1992 ) hal 371
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
c) Qabda ialah penyerahan milik yang dilakukan oleh
penghibah kepada yang dihibahi. Jadi dalam hal ini terjadi
penyerahan milik dari pemberi kepada yang diberi. Adapun
wujud , bentuk dan mekanisme penyerahan milik tersebut
di tengah-tengah masyarakat beraneka ragam sesuai
dengan perasaan hukum yang hidup dan bertumbuh di
dalamnya. 45
b. Wasiat
Dalam istilah syara’, wasiat itu adalah pemberian
seseorang kepada orang lain baik berupa barang, piutang ataupun
manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat sesudah
orang yang berwasiat mati. 46
Sedangkan syarat-syarat sahnya wasiat adalah sebagai berikut :
a) Orang yang member wasiat (pewasiat) sudah akil baligh,
mempunyai banyak pikiran sehat, benar-benar berhak atas
harta benda yang akan diwasiatkan. Disamping itu
pewasiat tidak berada di bawah pengaruh yang tidak
45 Ibid, hal 373 46 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,( Bandung : Al Ma’arif, 1987 ) hal 230
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
menguntungkan seperti : tert ipu, terpaksa dan keadaan-
keadaan lain yang sejenis.
b) Orang yang menerima wasiat (penerima wasiat) harus ada
pada saat wasiat tersebut dilakukan, atau penerima wasiat
masih ada pada saat pemberi wasiat meninggal dunia.
c) Ketentua n jumlah yang boleh diwasiatkan tidak lebih dari
1/3nya. Perhitungan ini harus mengingat; telah dikurangi
hutang piutang almarhum dan telah dipotong biaya/belanja
penguburan almarhum.
d) Pernyataan yang jelas. Dalam hal ini pemberi wasiat
menyatakan dengan jelas mengenai isi wasiatnya di
hadapan dua orang saksi. 47
12. Kewarisan dalam Hukum Adat
Pewarisan adalah bagaimana pewaris berbuat untuk meneruskan
atau mengalihkan harta kekayaan yang akan ditinggalkan kepada para
waris ketika pewaris itu masih hidup dan bagaimana cara warisan itu
diteruskan penguasaan dan pemakaiannya atau cara bagaimana
melaksanakan pembagian warisan kepada para waris setelah pewaris
wafat. Proses pewarisan dikala pewaris masih hidup dapat berjalan dengan
cara penerusan atau pengalihan (Jawa,lintiran), penunjukan
47 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam,( Jakarta : Rineka Cipta, 1992 ) hal 375-376
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
(Jawa,cungan), atau dengan cara berpesan, berwasiat, beramanat
(Jawa,weling,wekas).
a. Penerusan atau Pengalihan
Dikala pewaris masih hidup adakalanya pewaris telah
melakukan penerusan atau pengalihan kedudukan atau jabatan
adat, hak dan kewajiban dan harta kekayaan kepada waris,
terut ama kepada anak lelaki tert ua menurut garis kepapak-an,
kepada anak perempuan tertua menurut garis ke-ibuan, kepada
anak tert ua laki-laki atau anak tert ua perempuan menurut garis ke-
ibu-bapak-an. 48
Proses penerusan barang-barang harta kekayaan kepada
anak-anak, kepada ketururnan keluarga itu, telah mulai selagi
orang tua masih hidup. Agar segala sesuatu dapat menjadi jelas,
maka kita dapat mengambil sebuah contoh terhadap pemberian
atau penerusan harta kekayaan berupa sawah sebelum pewaris
meninggal. Pemberian itu bersifat mutlak, sawah disuruh catatkan
di dalam daftar tanah desa atas nama anak tersebut, pewarisan
sawah itu disaksikan oleh kepala desa supaya menjadi terang. “
Balik nama” istilah bagi masyarakat adat jawa untuk pengoperan
48 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat,( Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990 ), hal 95
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
harta kekayaan tersebut dilakukan dengan persetujuann kepala
desa. 49
b. Penunjukan
Apabila penerusan dan pengalihan hak dan harta kekayaan,
itu berarti telah berpindahnya pengusaan dan pemilikan atas harta
kekayaan sebelum pewaris wafat dari pewaris kepada waris, maka
dengan perbuatan penunjukan oleh pewaris kepada waris atas hak
dan harta tert etu, maka berpindahnya penguasaan dan pemilikan
baru berlaku dengan sepenuhnya kepada waris setelah pewaris
wafat. Jadi seseorang yang mendapat penunjukan atas harta
tert entu sebelum pewaris wafat belum dapat berbuat apa-apa
selain hak pakai dan hak menikmati. 50
c. Berpesan atau Wasiat
Adakalanya seorang pewaris karena sakitnya sudah parah
dan merasa tidak ada harapan lagi untuk dapat terus hidup, atau
mungkin juga karena akan bepergian jauh dan kemungkinan tidak
akan kembali lagi ke kampung halamannya, lalu berpesan kepada
anak istrinya tenta ng harta kekayaannya. Dengan demikian maka
pesan itu barulah berlaku setelah sipewaris ternyata tidak kembali
lagi atau sudah jelas wafatnya. Jika kemudian ternyata pewaris
49 Soepomo, Bab-bab Tentang hukum Adat,( Jakarta : Pradnya Paramita, 1989 ), hal 82 50 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat,( Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990 ), hal 97
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
masih hidup dan kembali ke kampung halamannya, maka ia tetap
berhak untuk merubah atau mencabut pesannya. 51
B. Ahli Waris Pengganti
a.Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam
Dalam Kompilasi Hukum Islam pengaturan tentang ahli waris
dimuat dalam buku II secara jelas dan yang merupakan ketentuan yang
diatur dan berlakunya ahli waris pengganti dalam pembagian warisan
yang selama ini tidak dikenal dalam mazhab Syafi’i.
Ahli waris pengganti pada dasarnya ahli waris karena penggantian,
dapat diartikan sebagai orang – orang yang menjadi ahli waris karena
orang tuanya yang berhak mendapatkan warisan meninggal lebih dahulu
dari pada pewaris sehingga kedudukannya digantikan olehnya.
pasal 185 KHI berbunyi :
Ayat 1 : Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada si pewaris,
mereka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka
yang tersebut dalam pasal 173.
Ayat 2 : Bagian bagi ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari
bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti. 52
51 Ibid, hal 99 52 Himpunan Peraturan Perundang-undangan,( Wacana Intelektual ), hal 329
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Jadi dengan ada dan berlakunya Kompilasi Hukum Islam sebagai
acuan dalam menyelesaikan masalah kewarisan di Indonesia khususnya
dalam hal adanya / tampilnya ahli waris pengganti sebagai yang
mewaris bersama-sama dengan ahli waris lainnya.
b. Ahli Waris Pengganti Menurut Ulama Fiqih
Para ulama fiqih mengemukakan pendapatnya bahwa yang disebut
dengan ahli waris pengganti bagi mereka adalah para ahli waris yang
menerima bagiannya bukanlah bagian ahli waris yang mereka gantikan,
yang artinya bahwa mereka tidak sepenuhnya menggantikan kedudukan
ahli waris yang menghubungkan mereka kepada pewaris. Mereka
menerima hak waris karena kedudukannya sendiri sebagai ahli waris. 53
Khusus masalah cucu, ijtihad yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit
dalam menentukan bagian cucu yang berhak memperolah harta
kakeknya haruslah cucu melalui garis keturunan laki – laki, sepanjang
tidak ada saudara laki-laki dari ayahnya yang masih hidup. Umpamanya
dapat dilihat dalam skema di bawah ini :
53 Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam,( Bandung : Refika Aditama, 2002 ) hal 57
P
A B
Ca Cb
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Seorang kakek (P) mempunyai dua orang cucu laki-laki ( Ca dan Cb )
satu orang anak dari anak laki-laki (A) dan satu orang anak perempuan
(B), kedua anak kakek A dan B meninggal lebih dahulu dari kakek, pada
waktu kakek meninggal dunia, maka cucu laki-laki dari anak laki-laki
(Ca) berkedudukan sebagai ashobah bin nafsih dan cucu laki-laki dari
anak perempuan (Cb) berkedudukan sebagai dzawil arham. Dalam hal
ini seluruh harta kakek akan diwarisi oleh cucu laki-laki dari anak laki-
laki (Ca), sedangkan cucu laki-laki dari anak perempuan (Cb) tidak
mendapat warisan.
Pada pendapat lainnya, Hazairin menyimpulkan adanya
sistem penggantian dalam hukum kewarisan Islam berdasarkan pada
firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat 33 dengan istilah Mawali, yaitu
ahli waris karena penggantian, yaitu orang-orang yang menjadi ahli waris
karena tidak ada lagi penghubung antara mereka dengan si pewaris.
Para mujtahid terdahulu pada umumnya berpendapat bahwa
kelompok yang disebut sebagai ahli waris pengganti itu, hak yang mereka
terima bukanlah hak yang seharusnya diterima oleh ahli waris yang
digantikannya. Hal ini terlihat dalam contoh dibawah ini :
a) Bagian yang diterima oleh cucu laki-laki adalah sebagaimana yang
diterima oleh anak laki-laki. Cucu perempuan dari anak laki-laki
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
menerima warisan sebagaimana yang diterima oleh anak perempuan,
tidak sebagaimana hak yang diterima oleh anak laki-laki yang
digantikannya dan yang menghubungkannya kepada pewaris.
b) Kakek menerima bagian sebagaimana yang didapat oleh ayah, baik
sebagai dzawil furud maupun sebagai ashabah. Tetapi kakek tidak
berkedudukan sebagai ayah sebagaimana terlihat dalam beberapa hal
:
1) Ayah dapat menutup hak kewarisan saudara, teta pi kakek
dapat mewaris bersama saudara, kecuali menurut ulama
Hanafi, kakek juga menutup kewarisan saudara.
2) Ayah dapat menggeser hak kewarisan ibu dari sepertiga harta
menjadi sepertiga dari sisa harta dalam masalah gharawayni.
Dalam hal ini kakek tidak dapat disamakan dengan ayah.
c) Hak kewarisan nenek tidak sama dengan hak kewarisan ibu, karena
nenek dalam keadaan bagaimanapun tetap menerima seperenam,
sedangkan ibu kadang-kadang menerima sepertiga yaitu bila pewaris
tidak ada meninggalkan anak.
d) Saudara seayah tidak sepenuhnya menempati kedudukan saudara
kandung, sebagaimana terlihat dalam keadaan dibawah ini :
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
1) Saudara laki-laki kandung dapat menarik saudara perempuan
kandung menjadi ashabah, sedangkan saudara seayah tidak
dapat berbuat begitu.
2) Saudara kandung dapat berserikat dengan saudara seibu dalam
masalah musyarakah, sedangkan saudara seayah tidak dapat
diperlakukan demikian.
3) Anak saudara menerima warisan sebagai anak saudara, demikian pula
paman dan anak paman menerima hak dalam kedudukannya sebagai
ahli waris tersendiri.
Khusus menyangkut dengan masalah cucu, dalam keadaan apapun
mujtahid terdahulu tetap menempatkannya sebagai cucu, bukan sebagai
pengganti ayahnya. Cucu yang dimaksud disini khusus cucu melalui anak
laki-laki 54
Berdasarkan pendapat diatas, maka cucu yang ayahnya sudah
terlebih dahulu meninggal dunia, tidak berhak menerima warisan
kakeknya bila saudara laki-laki dari ayahnya itu ada yang masih hidup.
Sajuti Thalib mengemukakan pendapat bahwa ahli waris pengganti
itu diambil dari pengertian mawali, maksudnya ialah ahli waris yang
menggantikan seseorang untuk memperoleh bagian warisan yang tadinya
akan diperoleh orang yang digantikan itu. Sebabnya ialah karena orang
54 Ibid, 270-273
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
yang digantikan itu adalah orang yang seharusnya menerima warisan
kalau dia masih hidup, teta pi dalam kasus bersangkutan dia telah
meninggal lebih dahulu dari si pewaris. 55
Sajuti Thalib mendasarkan argumentasi atau pendapatnya pada
ajaran kewarisan bilateral menurut Qur’an dan hadits khususnya dalam
masalah cucu dengan menafsirkan firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat
33 yang diuraikan dalam beberapa garis hukum, sebagai berikut :
a. Dan bagi setiap orang kami ( Allah ) telah menjadikan mawali
( ahli waris pengganti ) dari ( untuk mewarisi ) harta
peninggalan ibu bapaknya ( yang tadinya akan mewarisi harta
peninggalan itu).
b. Dan bagi setiap orang kami ( Allah ) telah menjadikan mawali
( ahli waris pengganti ) dari ( untuk mewarisi ) harta
peninggalan aqrabunnya ( yang tadinya akan mewarisi harta
peninggalan itu )
c. Dan bagi setiap orang kami ( Allah ) telah menjadikan mawali
( ahli waris pengganti ) dari ( untuk mewarisi ) harta
peninggalan tolan seperjanjiannya ( yang tadinya akan
mewarisi harta peninggalan itu )
d. Maka berikanlah kepada mereka warisan mereka. 56
55 Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, ( Jakarta : Sinar Grafika, 1995 ) hal 80
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Dengan demikian menurut ajaran bilateral Hazairin yang dianut
oleh Sajuti Thalib beserta murid-murudnya dikenal dengan lembaga
bijplaatsvervulling atau penggantian ahli waris.
Sedangkan menurut ajaran Syafi’i (patrilinial) dikenal juga
penggantian sepanjang cucu melalui anak laki-laki bila tidak ada anak
laki-laki yang bukan ayah dari cucu tersebut masih hidup. 57
Zaid Ibnu Tsabit berkata : cucu laki-laki dan cucu perempuan
kelahiran anak laki-laki, melalui anak laki-laki sederajat dengan anak, jika
tidak ada anak laki-laki yang masih hidup. Cucu laki-laki seperti anak laki
cucu perempuan seperti anak perempuan, mereka mewaris dan menghijab
seperti anak dan tidak mewaris cucu bersama dengan anak laki-laki.
( Diriwayatkan oleh Imam Bukhari ) 58
Jadi, cucu melalui anak laki-laki menempati kedudukan anak laki-
laki. Bila ia sendirian, ia mengambil semua harta. Bila bersama dalam
jenis kelamin yang sama, mereka berbagi sama banyak dan bila berbeda
kelamin, mereka berbagi dengan bandingan seorang laki-laki mendapat
sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Bila disamping mereka
ada ahli waris yang lain, mereka mendapat sisa harta sesudah pembagian
ahli waris lain sebagai zul furud.
56 Ibid, hal 29 57 M Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan
Menurut Hukum Perdata, ( Jakarta : Sinar Grafika, 1994 ) hal 129 58 Ibid, 125
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
BAB III
HASIL PENELITIAN TERHADAP PEMBERIAN WARISAN KEPADA AHLI
WARIS PENGGANTI
A. Biografi Ibu Senen
Nama : Senen
Umur : 87 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 12 Desember 1925
Agama : Islam
Alamat : Desa Kasiyan Kec. Puger Kabupaten Jember
Pendidikan : Tidak Bersekolah
B. Biografi Bapak Kasiran
Nama : Kasiran
Umur : 99 Tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 20 Maret 1913
Agama : Islam
Alamat : Desa Kasiyan Kec. Puger Kabupaten Jember
Pendidikan : Tidak Bersekolah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
C. Pemberian Warisan Kepada Ahli Waris Pengganti
Di Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember, terdapat salah
satu pasangan suami istri yang bernama mbah Kasiran dan mbah Senen. Dari
data yang saya peroleh, Kasiran lahir pada Tahun 1913 dan saat ini sedang
berumur 99 Tahun. Sedangkan Senen lahir pada Tahun 1925 dan berumur 87
tahun. Pernikahan mereka berselisih umur 12 Tahun. Dari pernikahan tersebut
mbah Kasiran dan mbah Senen di karuniai lima ( 5 ) orang anak yang masing –
masing bernama : Suparman, Supeno, Suparno, Titi dan yang terakhir Budi. 1
Pada tahun 1989, Suparno meninggal dunia dan sudah dikaruniani
anak yang bernama Radit. Dari perkawinan atau pernikahan mbah Kasiran dan
mbah Senen, mereka memiliki lahan sawah yang luasnya 5280 m² yang
kemudian akan dibagikan kepada ahli warisnya sebagai warisan bukan sebagai
hibah dengan cara pembagian yang menganut pada hukum adat jawa pada
umumnya. Pada tahun 2001 mbah senen ( pewaris ) mengumpulkan anak –
anaknya dan para cucunya yang bisa hadir dengan maksud dan tujuan
membagikan harta pusaka / warisan. Dalam kepemilikannya akan di kuasai
penuh oleh ahli waris setelah mbah Senen meninggal. Dalam hal ini ditakutkan
terjadi perselisihan apabila harta tersebut di bagi setelah pewaris meninggal.
Dengan mendatangkan Kepala Desa dan Tokoh Masyarkat yang bernama
Bapak Rosyidin
1 Hasil Wawancara dengan Bpk Budi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
Setelah semuanya berkumpul, pembagian pun segera dilaksanakan.
Karena harta / benda yang dibagikan berupa sawah, jadi sekalian perubahan
nama kepemilikan ( Balik nama / suwalek jeneng ) atas sawah tersebut. Dari
lahan sawah yang luasnya 5280 m² yang keberadaan lokasinya yang berbeda
maka bagian – bagiannya yang di dapat oleh para ahli warisnya adalah sebagai
berikut.
a) Suparman mendapatkan bagian sak kedok / tanduran wong 6 ( istilah
sana ) dengan luas 990 m²
b) Supeno mendapatkan bagian sak kedok / tanduran wong 6 dengan luas
990 m²
c) Suparno ( alm ) mendapatkan bagian sak kedok / tanduran wong 8
dengan luas 1320 m²
d) Titi mendapatkan bagian sak kedok / tanduran wong 6 dengan luas 990
m²
e) Budi mendapatkan bagian sak kedok / tanduran wong 6 dengan luas 990
m²
Sebelum acara pembagian tersebut di tutup, Titi tidak terima karena
bagian Suparno ( alm ) lebih banyak dari lainnya dan anehnya lagi mengapa
bagian tersebut bisa langsung diberikan semua kepada Radit teta pi semuanya
tidak protes dengan keputusan mbah Senen, karena dirasa sudah sepantasnya
Radit menggantikan posisi Suparno ( alm ). Mbah senen pun menjawab
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
dikarenakan sebelum pembagian dilaksanakan Suparno sudah meninggal
terlebih dahulu, maka saya serahkan kepada Radit untuk menggantikan posisi
ayahnya dan menerima seluruh bagian ayahnya.
Dalam hal ini posisi Radit sebagai ahli waris pengganti mendapatkan
bagian lebih banyak dari ahli waris lainnya, maka Pak Rosydin yang diundang
ikut berkomentar bahwa menurut hukum Islam bagian Suparno tidak
sepenuhnya digantikan oleh Radit, karena Radit seharusnya mendapatkan 1/3
saja dari luas sawah yang diterima Suparno. Mendengar kata – kata dari Pak
Rosydin tersebut Titi yang awalnya tidak setuju semakin emosi dan marah –
marah dan mnyetjui saran dari tokoh masyarakat tersebut. Akan teta pi pewaris
tidak mau menuruti kata – kata dan saran dari Pak Rosydin tersebut dan
meminta supaya bagian Suparno ( alm ) teta p digantikan Radit sepenuhnya
meskipun bagian tersebut lebih banyak dari ahli waris.
Dalam hal pembagian tersebut dengan alasan keadilan terhadap
semua anak – anak mbah Senen dan Mbah Kasiran. Suparno meniggal terlebih
dahulu dan tidak mendapatkan apa – apa dari pewaris, karena Suparman,
Supeno, Titi, dan Budi sudah diberikan bantuan untuk membangun tempat
tinggal atau rumah masing, sedangkan Suparno ( alm ) belum pernah diberikan
apa – apa.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
Akhirnya pembagian pun selesai, teta pi Titi teta p marah – marah dan
bergegas pulang kerumahnya. Setiap kali Titi bertemu dengan Radit pasti
membicarakan langsung masalah hal itu dan mbah Senen juga kerap dimarahi
gara – gara hal tersebut. Akibatnya, walaupun tidak sampai di bawa ke
Pengadilan, namun tali persaudaraan sekidit pudar yang diakibatkan oleh
pembagian warisan tersebut. Pada tahun 2004 Suparman meninggal dunia dan
anak cucu dari Suparman pun teta p baik kepada Radit. Dan pada tahun 2010
Titi meninggal dunia juga, tetapi teta p membawa dendam buruk kepada Radit
hingga turun kepada anak – anaknya. Tetapi pewaris membiarkan saja dan
bilang kepada Radit untuk membiarkannya saja.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB IV
ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN
KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI
A. Analisis Terhadap Deskripsi Pembagian Warisan Oleh Ibu Senen dan Bapak
Kasiran Kepada Ahli Waris Pengganti Di Desa Kasiyan Kecamatan Puger
Kabupaten Jember.
Bagi umat Islam melaksanakan peraturan – peraturan sesuai syari’at
yang dalam hal ini adalah mengenai pembagian harta pusaka sebagai suatu
keharusan dalam kehidupan rumah tangga di setiap masyarakat. Dalam
menjalankan dan melaksanakannya pun berbeda – beda di setiap daerah di
Indonesia. Dalam pembagian harta pusaka atau harta warisan tidak lah sah jika
meninggalkan salah satu rukun di bawah ini.
1. Mauruts, yaitu harta benda yang ditinggalkan oleh si mati yang bakal di
bagikan ataupun diberikan kepada ahli waris. Dalam hal ini Sawah seluas
5280 m² merupakan harta yang akan di bagikan kepada para ahli waris.
2. Muwarrits, yaitu orang yang meninggal dunia atau orang yang
mewariskan. Dalam hal ini pewaris adalah Mbah Kasiran dan Mbah
Senen walaupun saat pembagian pewaris belum meninggal dunia. Tetapi
dalam masyarakat tersebut juga menggunakan hukum adat jawa yang
memperbolehkan pembagian warisan sebelum pewaris meninggal dunia.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
3. Warist, yaitu orang yang akan mewarisi harta peninggalan tersebut atau
harta yang akan ditinggalkan tersebut lantaran mempunyai sebab – sebab
untuk mempusakai seperti adanya ikatan perkawinan, hubungan darah
( keturunan ) dan hubungan hak perwalian dengan si muwarrist. Dalam
hal ini Radit sebagai ahli waris pengganti bisa dikatakan mempunyai
hubungan darah atau keturunan dengan Mbah Kasiran dan Mbah Senen.
Di Indonesia sendiri mengenai kewarisan di atur dalam Kompilasi
Hukum Islam yang terdiri dari 23 pasal, dari pasal 171 sampai dengan pasal 193.
Sekedar perbandingan antara fikih faraid dengan Kompilasi Hukum Islam
tersebut dapat dilihat pada beberapa gambaran dari tiap – tiap pasal di bawah ini
:
Pasal 171 tenta ng ketentua n umum. Anak pasal a). menjelaskan tenta ng
Hukum Kewarisan sebagaimana juga terdapat dalam kitab – kitab fikih dengan
rumusan yang berbeda. Anak pasal b). membicarakan tenta ng pewaris dengan
syarat beragama islam dan anak pasal c). membicarakan tenta ng ahli waris yang
disamping mensyaratkan adanya hubungan kekerabatan dengan pewaris juga
harus beragama islam. Hal ini serupa dengan yang dibicarakan dalam fikih
sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Anak pasal d. dan e. juga tidak berbeda
dengan fikih. Anak angkat dan baitul mal telah disinggung sebelum ini. Dengan
demikian keseluruhan pasal ini telah sejalan dengan fikih. 1
1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta : Kencana, 2008 ) hal 328
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
Maksud dan isi dari penjelasan pasal 171 yang dikemukakan Amir
Syarifuddin ialah mensyaratkan adanya hubungan kekerabatan dengan pewaris
dalam hal ini cucu laki – laki sebagai ahli waris pengganti termasuk hubungan
kekerabatan tersebut.
Kemudian mengenai ahli waris pengganti dalam Kompilasi Hukum
Islam diatur pada pasal 185. Anak pasal a). menjelaskan bahwa kedudukan ahli
waris yang meninggal lebih dulu dapat digantikan oleh anaknya. Anak pasal b).
menjelaskan bahwa bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian
ahli waris yang digantikan. 2
Jadi dengan berlakunya Kompilasi Hukum Islam sebagai acuan dalam
menyelesaikan masalah kewarisan di Indonseia khususnya dalam hal ahli waris
pengganti yang mewaris bersama-sama dengan ahli waris lainnya.
Syafi’iyah dan Hanabilah memutlakkan harta peninggalan kepada
“segala yang ditinggalkan oleh pewaris , baik berupa harta benda maupun hak –
hak.” 3
Dalam kasus ibu Senen dan bapak Kasiran di desa Kasiyan
Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Pembagian harta warisan dilaksanakan
sebelum pewaris meninggal dunia, dalam hal ini salah satu ahli warisnya
meninggal terlebih dahulu yang kemudian digantikan oleh anak nya sebagai
cucu dari pewaris. Pasangan Kasiran dan Senen memberikan warisannya
2 Ibid. 330 3 Fatchur Rahman. Ilmu Waris. ( Bandung : Alma’arif, 1975 ) hlm 38
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
sebelum mereka meninggal yang dilakukan dengan mengumpulkan para ahli
warisnya. Pada saat pembagian Suparno tidak bisa hadir karena sudah
meninggal terlebih dahulu sebelum pembagian harta warisan. Akhirnya anak
dari Suparno yang menggantikan untuk hadir. Dalam kasus tersebut pembagian
harta tidak melalui pengadilan hanya melalui pihak desa dan tokoh masyarakat.
Dalam pembagiannya Radit sebagai anak dari Suparno (alm)
mendapatkan bagian yang lebih besar dari ahli waris lainnya. Yaitu dari luas
harta 5280 m². para ahli waris nya mendapatkan bagian sawah dengan luas 990
m². teta pi Radit sebagai ahli waris pengganti mendapatkan bagian yang luasnya
yakni 1320 m². yang pada akhirnya saudara kandung Suparno (alm) tidak
terima dengan pembagian tersebut. Dan menginginkan pembagian secara
Hukum Islam yang sudah disarankan oleh Kepala Desa dan Pak Rosyidin
sebagai tokoh masyarakat.
Dalam Hukum Kewarisan Islam yang dijelaskan oleh Kompilasi
Hukum Islam Pasal 185 menyatakan bahwa bagian ahli waris pengganti tidak
boleh lebih dari sepertiga harta. Dalam hal tersebut telah melanggar aturan
islam. Seharusnya Radit mendapatkan lahan sawah dengan luas 330 m². sisanya
dibagikan kembali kepada ahli waris lainnya atau saudara kandung dari Wasito
(alm) seperti yang disarankan oleh Kepala Desa dan Pak Rosyidin sebagai tokoh
masyarakat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Warisan Yang Dibagikan Oleh Ibu Senen dan
Bapak Kasiran Kepada Ahli Waris Pengganti Di Desa Kasiyan Kecamatan
Puger Kabupaten Jember.
Dikala pewaris masih hidup adakalanya pewaris telah melakukan
penerusan atau pengalihan kedudukan, hak dan kewajiban dan harta kekayaan
kepada ahli waris. Cara penerusan atau pengalihan harta kekayaan dari pewaris
kepada ahli waris yang sudah berlaku seharusnya menurut hukum adat setempat.
Termasuk dalam arti penerusan atau pengalihan harta kekayaan dikala pewaris
masih hidup ialah diberikannya harta kekayaan tertentu sebagai dasar untuk
kelanjutan hidup kepada anak-anaknya yang akan mendirikan rumah tangga
baru.
Mengenai pemberian warisan kepada ahli waris pengganti yang
dilakukan oleh pasangan Mbah Kasiran dan Senen adalah wajar – wajar saja,
karena terkadang harta kekayaan milik seseorang tersebut dibagi – bagikan
kepada anak- anaknya ketika ia masih hidup. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya perselisihan diantara anak-anak tersebut jika pembagian
harta kekayaan tersebut dibagi-bagikan setelah ia meninggal dunia. Seorang
pemilik barang berhak dan bebas membagi – bagikan harta kekayaan kepada
anak saudaranya atau kepada orang yang dianggap akan menjadi ahli warisnya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
menurut kehendak sendiri, sehingga pada prinsipnya tidak akan terjadi
perselisihan diantara mereka. 4
Itulah yang sebenarnya berada di benak pasangan Kasiran dan Senen
terhadap cara pembagiannya yang menurutnya benar. Namun pada kenyataanya
tata cara pembagian yang dilakukan Kasiran dan Senen menimbulkan
perpecahan dan perselisihan diantara para ahli waris. Dengan dibagikan sebelum
meninggal malah membawa beban tersendiri. Titi sebagai ahli waris tidak
terima dengan keputusan Kasiran dan Senen untuk memberikan harta warisan
berupa lahan sawah yang lebih luas kepada anak dari Suparno ( alm )
Dalam hukum adat tidak ada peraturan yang menentukan bahwa
pembagian harta peninggalan tidak ditentuka n besar kecilnya bagian harta
waris yang diterima oleh ahli waris.
Ibnu Jarir mengatakan dari potongan ayat pada Surat An-Nisa: ayat
33 dibawah ini : 5
$£ϑ ÏΒ x8 t s? Èβ#t$ Î!≡uθ ø9$# χθ ç/ t ø%F $#uρ Yakni berupa harta peninggalan kedua orang tua dan kaum kerabat. Takwil
ayat: bagi masing-masing dari kalian, hai manusia, telah kami jadikan para
‘ashobah yang akan mewarisinya. Yaitu dari harta pusaka yang ditinggalkan
oleh orang tua dan kaum kerabatnya sebagai warisannya
4 Oemarsalim. Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia. (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) hlm 78 5 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi. Tafsir Ibnu Kasir Juz 5. ( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001 ) hlm 90
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
Firman Allah SWT :
t Ï% ©!$#uρ ôNy‰s)tã öΝ à6 ãΖ≈ yϑ ÷ƒ r& öΝ èδθ è?$t↔sù öΝ åκz: ÅÁ tΡ Artinya : Dan ( jika ada ) orang – orang yang kalian telah bersumpah setia
dengan mereka, maka berilah kepada mereka bagiannya. ( An-Nisa: 33 ) 6
Yaitu terhadap orang-orang yang kalian telah bersumpah setia atas nama iman
yang dikukuhkan antara kalian dan mereka, berikanlah kepada mereka
bagiannya dari harta warisan itu, seperti halnya terhadap hal-hal yang telah
kalian janjikan dalam sumpah-sumpah yang berat. Sesungguhnya Allah
menyaksikan perjanjian dan transaksi yang terjadi di antara kalian.
Menurut penulis memaparkan pendapat diatas ialah bahwa pemberian
warisan yang dilakukan oleh Kasiran dan Senen sudah benar kalau berpedoman
dengan ketentua n hukum waris adapt, teta pi dalam ketentua n Kompilasi Hukum
Islam tidak dibenarkan pembagian harta waris sebelum pewaris meninggal
dunia.
Menurut ketentua n Kompilasi Hukum Islam cara pembagian harta
waris kepada ahli waris pengganti sudah benar dan sejalan dengan cara
pembagian menurut Ahl Al-Qarabah pada pendapat Beni Ahmad Soebani yakni
mengelompokkan dan memberikan urutan dalam pembagian hak waris, dengan
meng-qiyas pada jalur ‘ashobah, dengan demikian, menurut ahlul qarabah, yang
pertama kali berhak menerima warisan adalah keturunan pewaris ( anak, cucu,
6 Depag. Al-Qur’an dan Terjemah.(Surabaya : Mahkota, 2001) hlm 122
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
dan seterusnya ). Bila mereka tidak ada yang berhak menerima warisan
pokoknya adalah ayah, kakek dan seterusnya. Jika tidak ada juga barulah
keturunan saudara laki-laki ( keponakan ). Bila mereka tidak ada juga barulah
keturunan paman ( dari pihak ayah dan ibu ). Jika tidak ada barulah keturunan
mereka yang sederajat dengan mereka, seperti anak perempuan dari paman
kandung atau seayah. Dengan demikian, berdasarkan urutan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kelompok ahli waris yang lebih awal disebutkan dapat
menggugurkan kelompok berikutnya 7
Mengenai bagian Radit sebagai ahli waris pengganti lebih banyak
penulis akan memaparkan beberapa uraian yang berkaitan dengan hal tersebut.
Dalam hal ini Radit merupakan seorang cucu laki-laki dari anak laki-laki. Cucu
laki-laki mewarisi sebagai ahli waris ashabah bila anak sudah meninggal, baik
anak itu adalah ayahnya atau saudara dari ayahnya, kewarisan cucu laki-laki
sama dengan anak laki-laki. Ia dapat mewaris bersama dengan ahli waris yang
dapat mewaris bersama anak laki-laki dan menutup orang yang ditutup oleh
anak laki-laki. Tetapi dalam hukum adat seorang cucu boleh mewarisi seluruh
harta bapaknya sebagai ganti atau pengalihan harta.
Sebagai pendukung dari pendapat di atas tentang ahli waris
pengganti, penulis memakai pendapat Sajuti Thalib mendasarkan argumentasi
atau pendapatnya pada ajaran kewarisan bilateral menurut Qur’an dan hadits
7 Beni Ahmad Soebani. Fiqh Mawaris. (Bandung: Pustaka Setia, 2009) hlm 195
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
khususnya dalam masalah cucu dengan menafsirkan firman Allah dalam surat
An Nisa’ ayat 33 yang diuraikan dalam beberapa garis hukum, sebagai berikut :
a. Dan bagi setiap orang kami ( Allah ) telah menjadikan mawali
( ahli waris pengganti ) dari ( untuk mewarisi ) harta peninggalan
ibu bapaknya ( yang tadinya akan mewarisi harta peninggalan itu
).
b. Dan bagi setiap orang kami ( Allah ) telah menjadikan mawali
( ahli waris pengganti ) dari ( untuk mewarisi ) harta peninggalan
aqrabunnya ( yang tadinya akan mewarisi harta peninggalan itu )
c. Dan bagi setiap orang kami ( Allah ) telah menjadikan mawali
( ahli waris pengganti ) dari ( untuk mewarisi ) harta peninggalan
tolan seperjanjiannya ( yang tadinya akan mewarisi harta
peninggalan itu )
d. Maka berikanlah kepada mereka warisan mereka.
Masalah bagian ahli waris yang lebih besar, penulis memakai
Kompilasi Hukum Islam pada anak pasal 185 huruf b) yang menyatakan bahwa
bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi sepertiga bagian harta. Disini
sudah cukup jelas bahwa pasal tersebut sesuai dengan ketentua n Hukum Islam
bahwa bagian cucu laki-laki itu 1/3 yaitu sebagai ahli waris kerabat.
Jadi dalam kasus yang penulis angkat bahwa dapat ditarik sebuah
kesimpulan, bahwa ketentua n ulama fiqih tidak diperbolehkan ahli waris
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
pengganti menerima harta waris yang sama dengan ahli waris teta pi dalam
Koimpilasi Hukum Islam diperbolehkan. Menurut penulis dalam pembagian
harta waris lebih baik dilaksanakan di pengadilan supaya bagian – bagian yang
diperoleh para ahli waris dan ahli waris pengganti bisa jelas secara hukum.
Apabila pembagian harta waris tersebut dilakukan secara pribadi bisa
mengakibatkan ketidak adilan terhadap bagian-bagian yang seharusnya di dapat
oleh para ahli waris dan ahli waris pengganti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
.
1. Di Dusun Gadungan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember,
terdapat salah satu pasangan suami istri yang bernama mbah Kasiran dan
mbah Senen. Dari data yang saya peroleh, Kasiran lahir pada Tahun 1913
dan saat ini sedang berumur 99 Tahun. Sedangkan Senen lahir pada Tahun
1925 dan berumur 87 tahun. Pernikahan mereka berselisih umur 12 Tahun.
Dari pernikahan tersebut mbah Kasiran dan mbah Senen di karuniai lima ( 5 )
orang anak yang masing – masing bernama : Suparman, Supeno, Suparno,
Titi dan yang terakhir Budi.
Pada tahun 1989, Suparno meninggal dunia dan sudah dikaruniani anak yang
bernama Radit. Dari perkawinan atau pernikahan mbah Kasiran dan mbah
Senen, mereka memiliki lahan sawah yang luasnya 5280 m² yang kemudian
akan dibagikan kepada ahli warisnya sebagai warisan bukan sebagai hibah.
Pada tahun 2001 mbah senen ( pewaris ) mengumpulkan anak – anaknya dan
para cucunya yang bisa hadir dengan maksud dan tujuan membagikan harta
pusaka / warisan. Dalam kepemilikannya akan di kuasai penuh oleh ahli
waris setelah mbah Senen meninggal. Dalam hal ini ditakutkan terjadi
perselisihan apabila harta tersebut di bagi setelah pewaris meninggal. Dengan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
mendatangkan Kepala Desa dan Tokoh Masyarkat yang bernama Bapak
Rosyidin. Dalam hal ini bagian Radit sebagai cucu laki – laki sekaligus ahli
waris pengganti mendapatkan bagian yang lebih banyak dari pada ahli waris
saudara Suparno.
2. Terhadap pemberian warisan yang diberikan kepada ahli waris pengganti
sebelum pewaris meninggal ini merupakan termasuk dalam hibah, namun
karena kepemilikan harta warisan yang diberikan tersebut dimiliki setelah
pewaris meninggal, maka dapat dikatakan sebagai warisan. Tetapi dalam
hukum adat Jawa pemberian warisan tersebut bukan dikatan hibah tapi
memang warisan. Terhadap bagian ahli waris pengganti yang lebih besar dari
ahli waris lainnya itu tidak dibenarkan dan tidak diperbolehkan karena
berdasarkan pasal 185 huruf b) Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan
bahwa bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi sepertiga harta dan
dalam ketentuan hukum islam bahwa bagian cucu laki – laki itu 1/3 yaitu
sebagai ahli waris kerabat.
B. Saransaran
1. Kepada mbah Kasiran dan Senen, alangkah baiknya jika harta tersebut di
hibahkan bukan diwariskan. Agar tidak terjadi perselisihan dan tidak
melanggar aturan dalam hukum islam terhadap bagian ahli waris pengganti.
Karena jika dihibahkan, maka berapa besar jumlah harta yang diberikan itu
tidak jadi masalah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
2. Kepada ibu Titi yang tidak terima dengan pembagian tersebut, hendaklah
sadar diri karena bu Titi sudah mendapatkan harta sebagai bantuan untuk
membangun rumah dan sebagainya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Malik Kamal bin AsSayyid Salim, Sahih Fikih Sunnah, Jakarta :
Pustaka Azzam, 2007
Ahmad Hariadi, Ilmu Faroidh “ Pembahasan Seputar Harta Warisan “, Pacitan :
Perguruan Islam Pondok Tremas, 2004
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995
Ahmad Zahari. Hukum Kewarisan Islam. Pontianak : FH Untas Press, 2008
Al –Imam Abul Fida isma’il Ibnu Kasir AdDimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir,
Bandung :Sinar Baru Algensindo, 2001
Ali Parman. Kewarisan Dalam AlQur’an. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta : Kencana, 2008
Beni Ahmad Soebani. Fiqh Mawaris. Bandung : Pustaka Setia, 2009
Budi, Wawancara, Jember, 12 Januari 2012, 16.00 WIB
Bushar Muhammad, PokokPokok Hukum Adat, Jakarta : Pradnya Pramita, 1988
Dian Khairul Umam. Fiqih Mawaris., Bandung : Pustaka Setia, 1999
Depag, AlQur’an dan Terjemah, Surabaya : Mahkota
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Bandung : Alma’arif, 1975
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Hasbi AshShiddieqy, Fiqhul Mawaris, Jakarta : Bulan Bintang, 1973
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid 5 ( terj. ), Surabaya : Risalah Gusti, 1996
Ilmu Fiqh, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama
Muhammad Ali AshShabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, Jakarta : Gema
Insani Pres, 1995
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta : Lentera, 2008
Oemarsalim. DasarDasar Hukum Waris Di Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta,
1991
Otje Salman, Mustofa Haffas. Hukum Waris Islam. Bandung : Refika Aditama.
2002
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 1993
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 14, Bandung : al – maarif,1988
Soepomo, BabBab Tentang Hukum Adat, Jakarta : Pradnya Pramita, 1989
Sudarsono. Hukum Waris dan Sistem Bilateral. Jakarta : Rineka Cipta, 1991
Sukris Sarmadi, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997
Suparman Usman. Fiqih Mawaris. Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Umbar Wati, Wawancara, Jember, 13 Januari 2012, 09.15 WIB
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’I Jilid 3, Jakarta : Almahira, 2010
Yety, Wawancara, Jember, 13 Januari 2012, 17.20 WIB
http/www.hukumpedia.com, 30 Desember 2011, 14.27 WIB
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id