toksisitas akut (ld50) mikropartikel ketoprofen hasil
TRANSCRIPT
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
49
TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL METODE
EMULSIFICATION-IONIC GELATION PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER
Revika Rachmaniar, Maria Ulfah, Heri Sastramihardja, Tuti Alawiyah
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
_____________________________________________________________________________
Abstrak
Telah dilakukan pengujian toksisitas akut berdasarkan nilai dosis letal 50 % (LD50) dari
mikropartikel ketoprofen hasil emulsification-ionic gelation terhadap mencit jantan galur Swiss
Webster. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan toksisitas akut ketoprofen setelah dibentuk
mikropartikel dengan metode emulsification-ionic gelation mengguanakan kitosan dan variasi
pH tripolifosfat (TPP) sebagai polimer dan penyambung silang. Untuk menentukan morfologi,
ukuran partikel, dan gugus fungsi, mikropartikel hasil dikarakterisasi menggunakan Scanning
Electron Microscopy (SEM) dan Fourier Transform Infra Red (FT-IR). Mikropartikel
ketoprofen hasil metode emulsification-ionic gelation dengan TPP pH 6 memiliki kelarutan
lebih tinggi tiga kali dibandingkan meningkat dibandingkan dengan kelarutan ketoprofen.
Pengujian toksisitas dilakukan dengan metode Reed Muench menggunakan 28 ekor, dibagi 7
kelompok dosis (kontrol, 5, 100, 200, 300, 400, dan 500 mg/kgBB) dan setiap kelompok terdiri
atas 4 ekor mencit. Nilai LD50 mikropartikel ketoprofen dengan TPP pH 6 sebesar 138
mg/kgBB, sedangkan nilai LD50 ketoprofen konvensional sebesar 145 mg/kgBB. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa metode emulsification-ionic gelation berhasil membentuk
mikropartikel ketoprofen sehingga meningkatkan kelarutan ketoprofen dalam air dan juga
meningkatkan toksisitasnya.
Kata Kunci : ketoprofen, emulsification-ionic gelation, kitosan, tripolifosfat, toksisitas akut,
LD50
Abstract
The acute toxicity based on 50% lethal dose (LD50) of ketoprofen micro particle as the result of
emulsification-ionic gelation on Swiss Webster male mice has been conducted. The aim of this
study was determine the acute toxicity of ketoprofen which was established as micro particle
using emulsification-ionic gelation method utilizing chitosan and pH variation of
tripolyphosphate (TPP) as polymer and cross-linker. The surface morphology, particle size and
functional groups of ketoprofen micro particle have been characterized by Scanning Electron
Microscopy (SEM) and Fourier Transform Infra Red (FTIR). Solubility ketoprofen micro
particle with pH 6 of TPP was three folds higher than untreated ketoprofen. Toxicity testing has
been conducted using reed muench, using 28 mice, divided into 7 groups (control, 5, 100, 200,
300, 400, and 500 mg/kg body weight) and each group consist 4 mice. LD50 value of ketoprofen
micro particle was 138 mg/kg body weight, meanwhile LD50 value of untreated ketoprofen 145
mg/kg body weight. It could be concluded that emulsification-ionic gelation method successfully
established ketoprofen micro particle so that increased its solubility in water and its toxicity
doses.
Key words: ketoprofen, emulsification-ionic gelation, chitosan, tripolyphosphate, acute toxicity,
LD50
___________________________________________________________________________
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
50
PENDAHULUAN
Ketoprofen merupakan obat golongan
AINS turunan asam alkanoat. Pada
penggunaan, ketoprofen cepat diabsorbsi
dengan kadar puncak dicapai pada 0,5-2,5
waktu paruh (T ½) eliminasinya pendek
(1,5-4 jam) (Rahman dkk, 2011).
Ketoprofen termasuk dalam
Biopharmaceutical Class System (BCS) II
yang memiliki permeabilitas tinggi, tapi
kelarutan dalam air rendah sehingga
bioavailabilitasnya rendah (Shohin, et al.,
2012; Nashwan, et al., 2011; Siswandi, et
al., 2015).
Salah satu cara dalam meningkatkan
kelarutan ketoprofen dapat dilakukan
dengan memformulasikan ketoprofen
menjadi bentuk mikropartikel. Metode
pembentukan mikropartikel dapat
dikerjakan secara sederhana dan dapat
menggunakan peralatan konvensional yaitu
metode koaservasi. Yang termasuk metode
koaservasi diantaranya adalah orifice-ionic
gelation dan emulsification-ionic gelation
(Agnihotri and Aminabhavi, 2004).
Pembuatan mikrosfer dengan metode
emulsification-ionic gelation dibuat dari
polimer jenis-gel diproduksi dengan
melarutkan polimer dalam larutan berair,
mensuspensikan bahan aktif ke dalam
campuran, dan ekstrusi melalui perangkat
presisi, menghasilkan tetes mikro yang
jatuh ke dalam wadah pengerasan yang
diaduk perlahan. Wadah pengerasan
biasanya berisi larutan yang berfungsi
mentaut silang polimer dan membentuk
mikrosfer gel. Permukaan mikrosfer dapat
dimodifikasi lebih lanjut dengan pelapisan
menggunakan polimer polikationik, seperti
polilisin atau kitosan setelah pembuatan.
Kelebihan proses ini adalah sederhana dan
ringan dan tautan silang bersifat reversibel
secara fisik yang dilakukan dengan
interaksi elektrostatik, bukan tautan silang
kimia untuk menghindari kemungkinan
toksisitas pereaksi dan efek yang tidak
dikehendaki (Samad, et al., 2010).
Keuntungan dari metode emulsification-
ionic gelation lainnya adalah sederhana,
tidak toksik, dapat dilakukan pada
temperatur ruangan, ukuran dapat
disesuaikan, memiliki kapasitas baik untuk
berasosiasi dengan obat makromolekul
pada komposisi partikel.
Pada pembuatan mikropartikel
dengan metode emulsifikasi dibutuhkan
polimer dan bahan penyambung silang yang
berfungsi sebagai pengeras dan
mempertahankan bentukan mikropartikel
(Rijal, 2010). Kitosan merupakan amino
polisakarida hasil deasetilasi kitin, yaitu
polisakarida alami terbanyak kedua setelah
selulosa. Penelitian yang dilakukan oleh
Grimling, et al., 2014 menunjukkan bahwa
metode dispersi padat dari ketoprofen-
kitosan dapat meningkatkan kelarutan
ketoprofen. Kitosan mempunyai gugus
amin primer dengan senyawa disambung
silang dengan senyawa polianion.
Tripolifosfat (TPP) merupakan multivalen
anion non toksis yang dapat membentuk gel
melalui interaksi ionik dengan gugus amin
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
51
bermuatan positif dari kitosan (Nur, 2011).
Penelitian yang dilakukan Rijal dkk., 2010
pembentukan mikropartikel dengan metode
emulsification-ionic gelation menggunakan
pH Tripolifosfat yang bervariasi
mempengaruhi profil pelepasan
mikropartikel teofilin-kitosan. Semakin
tinggi pH tripolifosfat maka pelepasan
semakin lambat selain itu bentuk
mikropartikel yang dihasilkan sferis dan
halus.
Dalam rangka menjamin keamanan
dari produk sediaan mikropartikel
ketoprofen, perlu dilakukan uji toksisitas
akut. Hal ini didasarkan pada penelitian
yang telah dilakukan oleh Agnihotri and
Aminabhavi yaitu menyatakan bahwa
bentuk mikropartikel dapat meningkatkan
kelarutan, sehingga memungkinkan kadar
obat dalam plasma meningkat dan dapat
meningkatkan toksisitas. Uji toksisitas akut
adalah suatu pengujian yang dirancang
untuk mendeteksi efek toksik yang muncul
dalam waktu singkat setelah pemberian
sediaan uji dalam dosis tunggal, atau dosis
berulang yang diberikan dalam waktu 24
jam, atau dalam hal tertentu selama 7-14
hari (BPOM, 2009). Bila kematian
merupakan responnya maka dosis yang
menyebabkan kematian sebesar 50% dari
populasi spesies diistilahkan sebagai LD50
(Rice, 2001).
Berdasarkan hal tersebut, pada
penelitian ini akan dilakukan uji toksisitas
pada hewan uji mencit galur Swiss Webster
dari mikropartikel ketoprofen hasil metode
emulsification-ionic gelation menggunakan
kitosan sebagai polimer dan tripolifosfat
sebagai penyambung silang.
METODOLOGI
Alat
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah spektrofotometer
ultraviolet-visible (Uv-Vis) (Shimadzu),
spektrofotometer fourier transform infra
red (FTIR) (Thermo Scientific Nicolet
iS5), Scanning Electron Microscopy (SEM)
(SEM Phenom FEI), Homogenizer
(Heidolph Silent Crusher M), magnetic
stirrer, shaker (IKA KS 130 basic), pH
meter (Mettler Toledo), sonde, dan alat
gelas laboratorium lainnya.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ketoprofen (Chemo),
kitosan (Black tiger), virgin coconut oil
(VCO) (VICO Bagoes), asam asetat teknis
(Shijiazhung xinlongwei chemical co., Ltd),
dan natrium tripolifosfat (Ruizheng
Chemical Co., Ltd)
Pembuatan Mikropartikel Ketoprofen-
Kitosan
Mikropartikel dibuat dalam tiga
formula dengan metode emulsification-
ionic gelation. Formula mikropartikel
ketoprofen dapat dilihat pada tabel 1.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
52
Kitosan 1 g didispersikan dalam asam
asetat 4% sampai terdispersi. Ketoprofen
dilarutkan dalam etanol 96 % kemudian
dimasukkan dalam larutan kitosan dan
diaduk menggunakan homogenizer sampai
homogen dengan kecepatan 10.000 rpm.
TPP 15 % dibuat dengan melarutkan 2,250
g TPP dalam 15 ml akuades dan di-adjust
menggunakan HCL 2N sampai pH sesuai
formula. Larutan TPP tersebut diteteskan
secara konstan ke dalam campuran kitosan-
ketoprofen sambil diaduk menggunakan
homogenizer dengan kecepatan 10.000 rpm
selama ± 15 menit. VCO diteteskan secara
konstan sambil diaduk dengan homogenizer
10.000 rpm sampai homogen selama ± 45
menit. Mikropartikel yang terbentuk
dikeringkan dengan cara dioleskan di kertas
perkamen atau kertas saring sambil dicuci
dengan wash benzene (± 5-10 ml) sebanyak
2 kali kemudian dipanaskan di atas hot
plate atau Lemari pengering pada suhu 50-
70 o
C sampai kering membentuk film dan
dikeruk kemudian disaring dengan corong
buchner menggunakan kertas Whattman
no.1 sambil dibilas lagi dengan
menggunakan wash benzene (± 5-10 ml)
sebanyak 5 kali. Mikropartikel dikeringkan
lagi menggunakan hot plate dengan
temperatur 50-70 oC untuk menghilangkan
bau wash benzene dan asam asetat
selanjutnya mikropartikel dikeringkan
kembali dalam oven pada suhu 40-50oC
selama 24 jam.
Evaluasi Mikropartikel
a. Karakteristik Gugus Fungsi dengan
Spektrofotometer Fourier Transform
Infra Red (FT-IR)
Ketoprofen, kitosan, tripolifosfat dan
mikopartikel ketoprofen dikarakterisasi
menggunakan fourier transform infra red
(FT-IR) untuk mengetahui apakah ada
gugus baru yang terbentuk atau tidak
dengan memanfaatkan serapan infra red.
Masing-masing sampel tersebut dikompres
kemudian dipindai pada resolusi 2 cm-1
pada bilangan gelombang 500-4000 cm1
(Grimling, et al., 2014).
b. Karakterisasi Ukuran, Bentuk, dan
Morfologi Permukaan Partikel
Analisis ukuran, bentuk, dan
morfologi permukaan partikel dilakukan
dengan menggunkan metode scanning
electron microscopy (SEM). Ketoprofen
dan mikropartiukel ketoprofen hasil proses
Bahan Formula
F1 F2 F3
Ketoprofen (g) 1 1 1
Kitosan (g) 1 1 1
Asam asetat 4% v/v (mL) 10 10 10
Minyak kelapa (VCO) (mL) 25 25 25
Larutan TPP 15 % 15 mL pH 2 15 mL pH 4 15 mL pH 6
Tabel 1. Formula Mikropartikel Ketoprofen-Kitosan
(Rijal, dkk., 2010: Bhumkar and Pokharkar, 2006)
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
53
emulsification-ionic gelation dikarakterisasi
menggunakan SEM pada tegangan 10,00
kV.
c. Uji Kelarutan
Uji Kelarutan dilakukan pada
ketoprofen dan mikropartikel ketoprofen
hasil proses emulsification-ionic gelation.
Masing-masing ketoprofen dan
mikropartikel ketoprofen sebanyak 20 mg
dilarutkan dalam akuades kemudian
diagitasi menggunakan shaker pada
temperatur 25oC selama 24 jam dengan
kecepatan 400 rpm. Larutan kemudian
diambil sebanyak 5 ml dan disaring
menggunakan membran filter 0,45 µm
kemudian diukur menggunakan
spektrofotometer Uv-Vis pada panjang
gelombang maksimum ketoprofen (Food
and Drug Administration, 2000).
d. Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut didahului uji
pendahuluan untuk menentukan dosis awal
yang sesuai untuk dosis utama. Dosis awal
pada uji pendahuluan dapat dipilih dari
tingkatan dosis: 100, 500, 1000, dan 2000
mg/kg BB sebagai dosis yang dapat
menimbulkan efek toksik (BPOM, 2009).
Pada uji pendahuluan mikropartikel
ketoprofen hasil metode emulsification-
ionic gelation diperoleh dosis untuk uji
toksisitas akut pada rentang 50–500 mg/kg
BB. Setelah didapatkan dosis dari
percobaan pendahuluan, dilakukan
percobaan untuk memperoleh nilai LD50
yang sebenarnya. Mencit dibagi menjadi 7
kelompok perlakuan. Setiap kelompok
terdiri dari 4 ekor mencit jantan. Pada
pengujian toksisitas akut ini digunakan 6
tingkatan dosis, sedangkan 1 kelompok
lainnya yaitu sebagai kelompok kontrol
normal yang hanya diberi larutan pembawa
yaitu NaCMC. Interval waktu pengamatan
sekurang-kurangnya 24 jam pada setiap
dosis dan semua hewan harus diamati
sekurang-kurangnya selama 14 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi ukuran partikel, bentuk,
dan morfologi permukaan partikel
Hasil pemeriksaan bentuk dan
morfologi permukaan mikropartikel
ketoprofen-kitosan dapat dilihat pada
Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 (a)
tersebut ketoprofen sebelum dibentuk
mikropartikel memiliki bentuk batang
dengan bongkahan yang tidak beraturan dan
sisi tumpul. Pada Gambar 1. (b), (c), dan
(d) merupakan mikropartikel ketoprofen
hasil emulsification-ionic gelation yang
memiliki ukuran lebih kecil, berbentuk
batang, tidak beraturan, dan berpori-pori
besar di antara partikelnya. Proses
pembuatan mikropartikel ketoprofen
dengan metode emulsification-ionic
gelation memiliki banyak parameter yang
sangat mempengaruhi, seperti kecepatan
pengadukan, lama pengadukan, jumlah
penyambung silang, pH penyambung
silang, dan konsentrasi kitosan.
Ukuran partikel ketoprofen sebelum
dibentuk mikropartikel menggunakan
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
54
metode emulsification-ionic gelation adalah
sebesar 2,38 µm, sedangkan ukuran
mikropartikel ketoprofen menggunakan
metode emulsification-ionic gelation F1,
F2. Dan F3 secara berturut-turut 0,99, 1,32,
dan 1,78 µm. Ukuran partikel mikropartikel
ketoprofen mengalami penurunan ukuran
partikel dari ketoprofen karena ketoprofen
terlarut sempurna (terurai menjadi molekul)
dalam campuran pelarut yang digunakan.
Larutan ketoprofen terdispersi ke dalam
polimer dengan bantuan pengadukan yang
cukup kuat menggunakan homogenizer
dengan kecepatan 10.000 rpm sehingga
molekul ketoprofen diselubungi dengan
polimer dan dikuatkan dengan penyambung
silang agar molekul ketoprofen tidak
kembali bergabung dengan molekul lain.
Berdasarkan karakterisasi
menggunakan SEM dapat disimpulkan
bahwa mikropartikel mengalami penurunan
ukuran partikel dari ukuran semula dan
membentuk batang memanjang.
Gugus Fungsi Mikropartikel Hasil
Emulsification-Ionic Gelation
Hasil karakterisasi ketoprofen dan
mikropartikel ketoprofen hasil proses
emulsification-ionic gelation menggunakan
spektrofotometer fourier transform infrared
(FT-IR) dapat dilihat pada Gambar 2.
Pemeriksaan mikropartikel ketoprofen
dengan menggunakan spektrofotometer
fourier transform infrared (FT-IR) ini
bertujuan untuk melihat terbentuknya
ikatan sambung silang antara kitosan
Gambar 1. Morfologi permukaan (a) Ketoprofen, (b) F1, (c) F2, (d) F3.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
55
dengan tripolifosfat (TPP) yang
menandakan bahwa proses pembentukan
mikropartikel telah terjadi dan untuk
melihat apakah terbentuk gugus fungsi baru
dalam proses emulsification-ionic gelation
yang akan mengubah aktivitas farmakologi
mikropartikel ketoprofen. Dari hasil
pemeriksaan spektrum seperti yang terlihat
pada Gambar 2, terdapat perubahan pada
puncak dan intensitas transmitan
mikropartikel ketoprofen untuk semua
formula dibandingkan dengan ketoprofen,
kitosan, dan tripolifosfat (TPP). Puncak-
puncak yang muncul pada spektrum FTIR
mikropartikel terlihat pada bilangan
gelombang berturut-turut 1554,77; 1556,22;
1557,02 cm-1
untuk F1, F2, dan F3 yang
menunjukkan bahwa ikatan sambung silang
antara muatan ionik gugus negatif
tripolifosfat dari TPP dengan gugus positif
amino (R-NH3+
) dari kitosan terbentuk
selama proses pembuatan mikropartikel
dengan metode emulsification-ionic
gelation. Pada bilangan gelombang
berturut-turut yaitu 1086,70;1098,92;
1095,19 cm-1
muncul puncak untuk F1, F2
dan F3 yang menunjukkan gugus P-O pada
Zmikropartikel yang berasal dari puncak
khas TPP pada bilangan gelombang
1002,83 cm-1
. Puncak lain yang tampak
yaitu pada bilangan gelombang 1741,23;
1742,96; 1743,05 cm-1
berturut-turut untuk
F1, F2, dan F3 yang menunjukkan adanya
ikatan C=O renggang asam karboksilat
yang bersesuaian dengan puncak
ketoprofen yang mempunyai bilangan
gelombang 1692,01 cm-1
. Terjadi
pergeseran bilangan gelombang untuk
Gambar 2. Spektrum FTIR Mikropartikel Ketoprofen F1, F2, F3, ketoprofen, kitosan,
dan Tripolifosfat.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
56
gugus C=O dari ketoprofen ke arah
bilangan gelombang lebih tinggi karena
telah terbentuk ikatan hidrogen antara
ketoprofen dengan kitosan. Puncak terakhir
yang tampak yaitu pada bilangan
gelombang 3741,09; 3743,98; 3747,97 cm-1
berturut-turut untuk F1, F2, dan F3 yang
menunjukan adanya ikatan NH amino yang
bersesuaian dengan puncak kitosan yang
mempunyai bilangan gelombang 3733,29
cm-1
.
Berdasarkan data FTIR dapat
disimpulkan bahwa tidak terbentuk gugus
baru selain gugus yang menunjukan ikatan
sambung silang antara kitosan dan TPP,
terjadi ikatan hidrogen antara ketoprofen
dan kitosan, dan gugus dari masing-masing
komponen penyusun mikropartikel
ketoprofen hasil proses emulsification-ionic
gelation. Hal ini menunjukkan bahwa
proses emulsification-ionic gelation
berhasil membentuk ikatan sambung silang
antara kitosan-TPP dan ikatan antara
ketoprofen-kitosan tanpa membentuk gugus
baru yang menyebabkan perubahan
aktivitas farmakologi dari ketoprofen.
Uji Kelarutan
Hasil uji kelarutan ketoprofen dan
mikropartikel ketoprofen hasil
emulsification-ionic gelation dapat dilihat
pada tabel 2.
Berdasarkan data pada tabel 2,
mikropartikel ketoprofen hasil proses
emulsification-ionic gelation memiliki
kelarutan dalam air lebih tinggi
dibandingkan ketoprofen sebelum dibentuk
mikropartikel. Mikropartikel ketoprofen F1,
F2, dan F3 secara berturut-turut memiliki
kelarutan dalam air 2,23-, 2,46-, dan 2,71
kali lebih tinggi dibandingkan dengan
ketoprofen sebelum dibentuk mikropartikel.
Hal tersebut disebabkan oleh pH
tripoliposfat, ikatan hydrogen, ukuran
partikel, dan pori-pori antar mikropartikel.
pH tripolifosfat sangat mempengaruhi
pelepasan obat. Semakin asam pH
tripolifosfat, semakin kuat ikatan sambung
silang antara kitosan-TPP pada
mikropartikel sehingga pelepasan obat akan
semakin lambat. Dari hasil Tabel 2. diatas
dapat dilihat bahwa kelarutan yang paling
besar pada F3 karena pH tripolifosfat yang
kurang asam menyebabkan jumlah ikatan
penyambung silang sedikit dan
pelepasannya lebih mudah sehingga
kelarutan meningkat. Ikatan hidrogen yang
terbentuk antara ketoprofen dan kitosan
dapat menyebabkan kelarutan mikropartikel
ketoprofen meningkat karena mudahnya
ikatan ini terlepas ketika kontak dengan air.
Sampel Kadar Terlarut (µg/ml)
Ketoprofen 183,70
F1 408,99
F2 451,04
F3 497,08
Tabel 2. Hasil uji kelarutan dalam air ketoprofen dan mikropartikel ketoprofen hasil
emulsification-ionic gelation.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
57
Ukuran partikel mikropartikel ketoprofen
proses emulsification-ionic gelation juga
lebih kecil dibandingkan dengan ketoprofen
sebelum dibentuk mikropartikel sehingga
menyebabkan luas permukaan
mikropartikel ketoprofen lebih besar. Luas
permukaan mikropartikel ketoprofen yang
lebih besar menyebabkan permukaan
kontak dengan air lebih besar sehingga
kelarutannya pun meningkat. Adapun pori-
pori yang terbentuk antar mikropartikel
ketoprofen dapat menyebabkan kelarutan
meningkat karena air akan mudah masuk ke
dalam pori-pori sehingga mikropartikel
akan mudah pecah dan menyebabkan
kelarutan meningkat. Kelarutan
mikropartikel ketoprofen mengindikasikan
absorpsi ketoprofen pun meningkat
sehingga toksisitas pun meningkat. Oleh
sebab itu, uji toksisitas perlu dilakukan
terhadap mikropartikel ketoprofen.
Pengujian Toksisitas Akut
Pengujian toksisitas akut merupakan
uji pendahuluan mengenai tingkat
keamanan suatu bahan uji, dalam hal ini
adalah mikropartikel ketoprofen. Pengujian
toksisitas akut dilakukan terhadap
mikropartikel ketoprofen yang memiliki
kelarutan tertinggi, yaitu mikropartikel
ketoprofen F3. Pengujian ini dilakukan
melalui pengamatan mortalitas selama 14
hari. Hasil pengamatan mortalitas mencit
jantan yang dilakukan selama 14 hari
setelah pemberian mikropartikel ketoprofen
dapat dilihat pada tabel 3.
Pada hasil analisis menggunakan
Reed Munch menunjukan bahwa
mikropartikel ketoprofen F3 memiliki nilai
LD50 sebesar 138 mg/kg BB, sedangkan
ketoprofen sebelum dibentuk mikropartikel
dengan metode emulsification-ionic
gelation memiliki nilai LD50 sebesar 145
mg/kgBB (AHFS, 2002). Dengan demikian,
mikropartikel ketoprofen F3 memiliki
toksisitas lebih tinggi dibandingkan dengan
ketoprofen sebelum dibentuk mikropartikel.
Hal ini disebabkan mikropartikel
ketoprofen F3 memliki kelarutan lebih
tinggi dibandingkan dengan ketoprofen
sehingga kadar obat yang terabsorbsi akan
lebih besar. Menurut kriteria Hodge dan
Sterner (Derelanko, 2008), nilai LD50 ini
memiliki makna toksikologi bahwa potensi
toksisitas mikropartikel ketoprofen F3
termasuk dalam kategori sangat toksik yaitu
Kelompok
Jumlah Mortalitas Kumilatif Mencit (%)
Hari Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kontrol (NaCMC 0,5 %) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dosis I (50 mg/kg BB) 0 0 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Dosis II (100 mg/kg BB) 0 0 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Dosis III (200 mg/kg BB) 0 0 25 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 Dosis IV (300 mg/kg BB) 0 25 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Dosis V (400 mg/kg BB) 0 25 50 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Dosis VI (500 mg/kg BB) 0 50 75 75 75 75 75 100 100 100 100 100 100 100
Tabel 3. Hasil Pengamatan Mortalitas Kumulatif Mencit Selama 14 Hari setelah
Pemberian Mikropartikel Ketoprofen
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
58
di antara 50–500 mg/kg.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian dapat
disimpulkan bahwa metode emulsification-
ionic gelation menggunakan kitosan
sebagai polimer dan variasi pH TPP dapat
membentuk ketoprofen menjadi
mikropartikel tanpa merusak masing-
masing zat. Mikropartikel ketoprofen yang
terbentuk memiliki kelarutan dalam air
hingga 2,71-kali lebih tinggi dibandingkan
dengan ketoprofen. Nilai LD50 dari
mikropartikel yang memiliki kelarutan
tertinggi (mikropartikel ketoprofen F3)
yaitu sebesar 138 mg/kg BB yang berarti
potensi toksisitas mikropartikel ketoprofen
F3 termasuk dalam kategori sangat toksik.
DAFTAR PUSTAKA
Agnihotri, S.A., and Aminabhavi, T.M.
2004. “Recent advance on chitosan
based micro and nanoparticles in
drug delivery.” J. Of Controlled
Release, 100: 6-18.
Bhumkar, D.R., and Pokharkar, V.B. 2006.
“Studies on Effect of pH on
Crosslinkingof Chitosan with
Natrium Tripolyphosphate”. AAPS
Pharm Seci Tech, 7 (2): 1-6.
BPOM. 2009. Prosedur Operasional Baku
Uji Toksisitas Praklinik. Jakarta :
Pusat Riset Obat dan Makanan
Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia. Hal
96-99.
Grimling, B., Gorniak, A., Meler, J.,
Szczesniak, M., and Pluta, J. 2014.
“Characterisation and Dissolution
Properties Of Ketopropen In Binary
Solid Dispersion With Chitosan.”
Progress on Chemistry and
application of chitin and its
Derivatives, 19: 23-32.
Nashwan, Y.K., Alaa, A.A., Moafaq, M.,
and Saad, A.H. 2011. “Solubility
and dissolution improvement of
ketoprofen by solid dispersion in
polymer and surfactant using
solvent evaporation method”. Int J
Pharm Pharm Sci, 3: 431-435.
Nur, I. S. 2011. “Preparasi dan
Karakterisasi Kitosan-Tripolifosfat
Sebagai Eksipien dalam Sediaan
Farmasi.” Skripsi. Depok: Jurusan
Farmasi FMIPA Universitas
Indonesia. Hal 4-6.
Rahman, L., Ismail, I., dan Wahyudin, E.
2011. “Kapasitas Jerap Niosom
Terhadap Ketoprofen dan Prediksi
Penggunaan Transdermal.”
Majalah Farmasi Indonesia, 22(2):
85-91.
Rice, R.H. Cohen, D.E. 2001. Toxic
reponses of the skin, In Casarett
and Doull’s Toxicology : The Basic
Science of Poisons (C.D.Klaassen,
Ed). New York: McGraw Hill. P.
529.
Rijal, M.A.S., Mikail, A., dan Sari, R.
2010. “Pengaruh pH Larutan
Tripolifosfat Terhadap
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
59
Karakteristik Fisik SertaProfil
PelepasanMikropartikel Teofilin-
Chitosan.” Majalah Farmasi
Airlangga, 8(2) : 28-29.
Samad, A., Tariq, M., Alam, M. I and
Akhter, M. S. 2010. “Collloid in
Drug Delivery.” Microsphere A
Novel Drug Delivery System.
Taylor and Francis Group, LLC.
Pp 456-463.
Shohin, I.E., Kulinich, J.I., Ramenskaya,
G.V., Abrahamsson, B., Kopp, S.,
Langguth, P., Polli, J.E., Shah,
V.P., Groot, D.W., Barends, D.M.,
and Dressman, J.B. 2012.
“Monographs for immediate-
release solid oral dosage forms:
Ketoprofen.” J. Pharm. Sci., 101:
3593-3603.
Siswandi., Rusdiana, T., and Levita J. 2015.
“Virtual screening of coformersfor
ketoprofen co-crystallization and
the molecularproperties of the co-
crystal.” J App Pharm Sci, 5 (06):
078-082.