toksisitas akut (ld50) mikropartikel ketoprofen hasil

11
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.VI, No.1, Januari 2017 49 TOKSISITAS AKUT (LD 50 ) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL METODE EMULSIFICATION-IONIC GELATION PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER Revika Rachmaniar, Maria Ulfah, Heri Sastramihardja, Tuti Alawiyah Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia _____________________________________________________________________________ Abstrak Telah dilakukan pengujian toksisitas akut berdasarkan nilai dosis letal 50 % (LD 50 ) dari mikropartikel ketoprofen hasil emulsification-ionic gelation terhadap mencit jantan galur Swiss Webster. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan toksisitas akut ketoprofen setelah dibentuk mikropartikel dengan metode emulsification-ionic gelation mengguanakan kitosan dan variasi pH tripolifosfat (TPP) sebagai polimer dan penyambung silang. Untuk menentukan morfologi, ukuran partikel, dan gugus fungsi, mikropartikel hasil dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Fourier Transform Infra Red (FT-IR). Mikropartikel ketoprofen hasil metode emulsification-ionic gelation dengan TPP pH 6 memiliki kelarutan lebih tinggi tiga kali dibandingkan meningkat dibandingkan dengan kelarutan ketoprofen. Pengujian toksisitas dilakukan dengan metode Reed Muench menggunakan 28 ekor, dibagi 7 kelompok dosis (kontrol, 5, 100, 200, 300, 400, dan 500 mg/kgBB) dan setiap kelompok terdiri atas 4 ekor mencit. Nilai LD 50 mikropartikel ketoprofen dengan TPP pH 6 sebesar 138 mg/kgBB, sedangkan nilai LD 50 ketoprofen konvensional sebesar 145 mg/kgBB. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode emulsification-ionic gelation berhasil membentuk mikropartikel ketoprofen sehingga meningkatkan kelarutan ketoprofen dalam air dan juga meningkatkan toksisitasnya. Kata Kunci : ketoprofen, emulsification-ionic gelation, kitosan, tripolifosfat, toksisitas akut, LD 50 Abstract The acute toxicity based on 50% lethal dose (LD 50 ) of ketoprofen micro particle as the result of emulsification-ionic gelation on Swiss Webster male mice has been conducted. The aim of this study was determine the acute toxicity of ketoprofen which was established as micro particle using emulsification-ionic gelation method utilizing chitosan and pH variation of tripolyphosphate (TPP) as polymer and cross-linker. The surface morphology, particle size and functional groups of ketoprofen micro particle have been characterized by Scanning Electron Microscopy (SEM) and Fourier Transform Infra Red (FTIR). Solubility ketoprofen micro particle with pH 6 of TPP was three folds higher than untreated ketoprofen. Toxicity testing has been conducted using reed muench, using 28 mice, divided into 7 groups (control, 5, 100, 200, 300, 400, and 500 mg/kg body weight) and each group consist 4 mice. LD 50 value of ketoprofen micro particle was 138 mg/kg body weight, meanwhile LD 50 value of untreated ketoprofen 145 mg/kg body weight. It could be concluded that emulsification-ionic gelation method successfully established ketoprofen micro particle so that increased its solubility in water and its toxicity doses. Key words: ketoprofen, emulsification-ionic gelation, chitosan, tripolyphosphate, acute toxicity, LD 50 ___________________________________________________________________________

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

49

TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL METODE

EMULSIFICATION-IONIC GELATION PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

Revika Rachmaniar, Maria Ulfah, Heri Sastramihardja, Tuti Alawiyah

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

_____________________________________________________________________________

Abstrak

Telah dilakukan pengujian toksisitas akut berdasarkan nilai dosis letal 50 % (LD50) dari

mikropartikel ketoprofen hasil emulsification-ionic gelation terhadap mencit jantan galur Swiss

Webster. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan toksisitas akut ketoprofen setelah dibentuk

mikropartikel dengan metode emulsification-ionic gelation mengguanakan kitosan dan variasi

pH tripolifosfat (TPP) sebagai polimer dan penyambung silang. Untuk menentukan morfologi,

ukuran partikel, dan gugus fungsi, mikropartikel hasil dikarakterisasi menggunakan Scanning

Electron Microscopy (SEM) dan Fourier Transform Infra Red (FT-IR). Mikropartikel

ketoprofen hasil metode emulsification-ionic gelation dengan TPP pH 6 memiliki kelarutan

lebih tinggi tiga kali dibandingkan meningkat dibandingkan dengan kelarutan ketoprofen.

Pengujian toksisitas dilakukan dengan metode Reed Muench menggunakan 28 ekor, dibagi 7

kelompok dosis (kontrol, 5, 100, 200, 300, 400, dan 500 mg/kgBB) dan setiap kelompok terdiri

atas 4 ekor mencit. Nilai LD50 mikropartikel ketoprofen dengan TPP pH 6 sebesar 138

mg/kgBB, sedangkan nilai LD50 ketoprofen konvensional sebesar 145 mg/kgBB. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa metode emulsification-ionic gelation berhasil membentuk

mikropartikel ketoprofen sehingga meningkatkan kelarutan ketoprofen dalam air dan juga

meningkatkan toksisitasnya.

Kata Kunci : ketoprofen, emulsification-ionic gelation, kitosan, tripolifosfat, toksisitas akut,

LD50

Abstract

The acute toxicity based on 50% lethal dose (LD50) of ketoprofen micro particle as the result of

emulsification-ionic gelation on Swiss Webster male mice has been conducted. The aim of this

study was determine the acute toxicity of ketoprofen which was established as micro particle

using emulsification-ionic gelation method utilizing chitosan and pH variation of

tripolyphosphate (TPP) as polymer and cross-linker. The surface morphology, particle size and

functional groups of ketoprofen micro particle have been characterized by Scanning Electron

Microscopy (SEM) and Fourier Transform Infra Red (FTIR). Solubility ketoprofen micro

particle with pH 6 of TPP was three folds higher than untreated ketoprofen. Toxicity testing has

been conducted using reed muench, using 28 mice, divided into 7 groups (control, 5, 100, 200,

300, 400, and 500 mg/kg body weight) and each group consist 4 mice. LD50 value of ketoprofen

micro particle was 138 mg/kg body weight, meanwhile LD50 value of untreated ketoprofen 145

mg/kg body weight. It could be concluded that emulsification-ionic gelation method successfully

established ketoprofen micro particle so that increased its solubility in water and its toxicity

doses.

Key words: ketoprofen, emulsification-ionic gelation, chitosan, tripolyphosphate, acute toxicity,

LD50

___________________________________________________________________________

Page 2: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

50

PENDAHULUAN

Ketoprofen merupakan obat golongan

AINS turunan asam alkanoat. Pada

penggunaan, ketoprofen cepat diabsorbsi

dengan kadar puncak dicapai pada 0,5-2,5

waktu paruh (T ½) eliminasinya pendek

(1,5-4 jam) (Rahman dkk, 2011).

Ketoprofen termasuk dalam

Biopharmaceutical Class System (BCS) II

yang memiliki permeabilitas tinggi, tapi

kelarutan dalam air rendah sehingga

bioavailabilitasnya rendah (Shohin, et al.,

2012; Nashwan, et al., 2011; Siswandi, et

al., 2015).

Salah satu cara dalam meningkatkan

kelarutan ketoprofen dapat dilakukan

dengan memformulasikan ketoprofen

menjadi bentuk mikropartikel. Metode

pembentukan mikropartikel dapat

dikerjakan secara sederhana dan dapat

menggunakan peralatan konvensional yaitu

metode koaservasi. Yang termasuk metode

koaservasi diantaranya adalah orifice-ionic

gelation dan emulsification-ionic gelation

(Agnihotri and Aminabhavi, 2004).

Pembuatan mikrosfer dengan metode

emulsification-ionic gelation dibuat dari

polimer jenis-gel diproduksi dengan

melarutkan polimer dalam larutan berair,

mensuspensikan bahan aktif ke dalam

campuran, dan ekstrusi melalui perangkat

presisi, menghasilkan tetes mikro yang

jatuh ke dalam wadah pengerasan yang

diaduk perlahan. Wadah pengerasan

biasanya berisi larutan yang berfungsi

mentaut silang polimer dan membentuk

mikrosfer gel. Permukaan mikrosfer dapat

dimodifikasi lebih lanjut dengan pelapisan

menggunakan polimer polikationik, seperti

polilisin atau kitosan setelah pembuatan.

Kelebihan proses ini adalah sederhana dan

ringan dan tautan silang bersifat reversibel

secara fisik yang dilakukan dengan

interaksi elektrostatik, bukan tautan silang

kimia untuk menghindari kemungkinan

toksisitas pereaksi dan efek yang tidak

dikehendaki (Samad, et al., 2010).

Keuntungan dari metode emulsification-

ionic gelation lainnya adalah sederhana,

tidak toksik, dapat dilakukan pada

temperatur ruangan, ukuran dapat

disesuaikan, memiliki kapasitas baik untuk

berasosiasi dengan obat makromolekul

pada komposisi partikel.

Pada pembuatan mikropartikel

dengan metode emulsifikasi dibutuhkan

polimer dan bahan penyambung silang yang

berfungsi sebagai pengeras dan

mempertahankan bentukan mikropartikel

(Rijal, 2010). Kitosan merupakan amino

polisakarida hasil deasetilasi kitin, yaitu

polisakarida alami terbanyak kedua setelah

selulosa. Penelitian yang dilakukan oleh

Grimling, et al., 2014 menunjukkan bahwa

metode dispersi padat dari ketoprofen-

kitosan dapat meningkatkan kelarutan

ketoprofen. Kitosan mempunyai gugus

amin primer dengan senyawa disambung

silang dengan senyawa polianion.

Tripolifosfat (TPP) merupakan multivalen

anion non toksis yang dapat membentuk gel

melalui interaksi ionik dengan gugus amin

Page 3: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

51

bermuatan positif dari kitosan (Nur, 2011).

Penelitian yang dilakukan Rijal dkk., 2010

pembentukan mikropartikel dengan metode

emulsification-ionic gelation menggunakan

pH Tripolifosfat yang bervariasi

mempengaruhi profil pelepasan

mikropartikel teofilin-kitosan. Semakin

tinggi pH tripolifosfat maka pelepasan

semakin lambat selain itu bentuk

mikropartikel yang dihasilkan sferis dan

halus.

Dalam rangka menjamin keamanan

dari produk sediaan mikropartikel

ketoprofen, perlu dilakukan uji toksisitas

akut. Hal ini didasarkan pada penelitian

yang telah dilakukan oleh Agnihotri and

Aminabhavi yaitu menyatakan bahwa

bentuk mikropartikel dapat meningkatkan

kelarutan, sehingga memungkinkan kadar

obat dalam plasma meningkat dan dapat

meningkatkan toksisitas. Uji toksisitas akut

adalah suatu pengujian yang dirancang

untuk mendeteksi efek toksik yang muncul

dalam waktu singkat setelah pemberian

sediaan uji dalam dosis tunggal, atau dosis

berulang yang diberikan dalam waktu 24

jam, atau dalam hal tertentu selama 7-14

hari (BPOM, 2009). Bila kematian

merupakan responnya maka dosis yang

menyebabkan kematian sebesar 50% dari

populasi spesies diistilahkan sebagai LD50

(Rice, 2001).

Berdasarkan hal tersebut, pada

penelitian ini akan dilakukan uji toksisitas

pada hewan uji mencit galur Swiss Webster

dari mikropartikel ketoprofen hasil metode

emulsification-ionic gelation menggunakan

kitosan sebagai polimer dan tripolifosfat

sebagai penyambung silang.

METODOLOGI

Alat

Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah spektrofotometer

ultraviolet-visible (Uv-Vis) (Shimadzu),

spektrofotometer fourier transform infra

red (FTIR) (Thermo Scientific Nicolet

iS5), Scanning Electron Microscopy (SEM)

(SEM Phenom FEI), Homogenizer

(Heidolph Silent Crusher M), magnetic

stirrer, shaker (IKA KS 130 basic), pH

meter (Mettler Toledo), sonde, dan alat

gelas laboratorium lainnya.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah ketoprofen (Chemo),

kitosan (Black tiger), virgin coconut oil

(VCO) (VICO Bagoes), asam asetat teknis

(Shijiazhung xinlongwei chemical co., Ltd),

dan natrium tripolifosfat (Ruizheng

Chemical Co., Ltd)

Pembuatan Mikropartikel Ketoprofen-

Kitosan

Mikropartikel dibuat dalam tiga

formula dengan metode emulsification-

ionic gelation. Formula mikropartikel

ketoprofen dapat dilihat pada tabel 1.

Page 4: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

52

Kitosan 1 g didispersikan dalam asam

asetat 4% sampai terdispersi. Ketoprofen

dilarutkan dalam etanol 96 % kemudian

dimasukkan dalam larutan kitosan dan

diaduk menggunakan homogenizer sampai

homogen dengan kecepatan 10.000 rpm.

TPP 15 % dibuat dengan melarutkan 2,250

g TPP dalam 15 ml akuades dan di-adjust

menggunakan HCL 2N sampai pH sesuai

formula. Larutan TPP tersebut diteteskan

secara konstan ke dalam campuran kitosan-

ketoprofen sambil diaduk menggunakan

homogenizer dengan kecepatan 10.000 rpm

selama ± 15 menit. VCO diteteskan secara

konstan sambil diaduk dengan homogenizer

10.000 rpm sampai homogen selama ± 45

menit. Mikropartikel yang terbentuk

dikeringkan dengan cara dioleskan di kertas

perkamen atau kertas saring sambil dicuci

dengan wash benzene (± 5-10 ml) sebanyak

2 kali kemudian dipanaskan di atas hot

plate atau Lemari pengering pada suhu 50-

70 o

C sampai kering membentuk film dan

dikeruk kemudian disaring dengan corong

buchner menggunakan kertas Whattman

no.1 sambil dibilas lagi dengan

menggunakan wash benzene (± 5-10 ml)

sebanyak 5 kali. Mikropartikel dikeringkan

lagi menggunakan hot plate dengan

temperatur 50-70 oC untuk menghilangkan

bau wash benzene dan asam asetat

selanjutnya mikropartikel dikeringkan

kembali dalam oven pada suhu 40-50oC

selama 24 jam.

Evaluasi Mikropartikel

a. Karakteristik Gugus Fungsi dengan

Spektrofotometer Fourier Transform

Infra Red (FT-IR)

Ketoprofen, kitosan, tripolifosfat dan

mikopartikel ketoprofen dikarakterisasi

menggunakan fourier transform infra red

(FT-IR) untuk mengetahui apakah ada

gugus baru yang terbentuk atau tidak

dengan memanfaatkan serapan infra red.

Masing-masing sampel tersebut dikompres

kemudian dipindai pada resolusi 2 cm-1

pada bilangan gelombang 500-4000 cm1

(Grimling, et al., 2014).

b. Karakterisasi Ukuran, Bentuk, dan

Morfologi Permukaan Partikel

Analisis ukuran, bentuk, dan

morfologi permukaan partikel dilakukan

dengan menggunkan metode scanning

electron microscopy (SEM). Ketoprofen

dan mikropartiukel ketoprofen hasil proses

Bahan Formula

F1 F2 F3

Ketoprofen (g) 1 1 1

Kitosan (g) 1 1 1

Asam asetat 4% v/v (mL) 10 10 10

Minyak kelapa (VCO) (mL) 25 25 25

Larutan TPP 15 % 15 mL pH 2 15 mL pH 4 15 mL pH 6

Tabel 1. Formula Mikropartikel Ketoprofen-Kitosan

(Rijal, dkk., 2010: Bhumkar and Pokharkar, 2006)

Page 5: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

53

emulsification-ionic gelation dikarakterisasi

menggunakan SEM pada tegangan 10,00

kV.

c. Uji Kelarutan

Uji Kelarutan dilakukan pada

ketoprofen dan mikropartikel ketoprofen

hasil proses emulsification-ionic gelation.

Masing-masing ketoprofen dan

mikropartikel ketoprofen sebanyak 20 mg

dilarutkan dalam akuades kemudian

diagitasi menggunakan shaker pada

temperatur 25oC selama 24 jam dengan

kecepatan 400 rpm. Larutan kemudian

diambil sebanyak 5 ml dan disaring

menggunakan membran filter 0,45 µm

kemudian diukur menggunakan

spektrofotometer Uv-Vis pada panjang

gelombang maksimum ketoprofen (Food

and Drug Administration, 2000).

d. Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut didahului uji

pendahuluan untuk menentukan dosis awal

yang sesuai untuk dosis utama. Dosis awal

pada uji pendahuluan dapat dipilih dari

tingkatan dosis: 100, 500, 1000, dan 2000

mg/kg BB sebagai dosis yang dapat

menimbulkan efek toksik (BPOM, 2009).

Pada uji pendahuluan mikropartikel

ketoprofen hasil metode emulsification-

ionic gelation diperoleh dosis untuk uji

toksisitas akut pada rentang 50–500 mg/kg

BB. Setelah didapatkan dosis dari

percobaan pendahuluan, dilakukan

percobaan untuk memperoleh nilai LD50

yang sebenarnya. Mencit dibagi menjadi 7

kelompok perlakuan. Setiap kelompok

terdiri dari 4 ekor mencit jantan. Pada

pengujian toksisitas akut ini digunakan 6

tingkatan dosis, sedangkan 1 kelompok

lainnya yaitu sebagai kelompok kontrol

normal yang hanya diberi larutan pembawa

yaitu NaCMC. Interval waktu pengamatan

sekurang-kurangnya 24 jam pada setiap

dosis dan semua hewan harus diamati

sekurang-kurangnya selama 14 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi ukuran partikel, bentuk,

dan morfologi permukaan partikel

Hasil pemeriksaan bentuk dan

morfologi permukaan mikropartikel

ketoprofen-kitosan dapat dilihat pada

Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 (a)

tersebut ketoprofen sebelum dibentuk

mikropartikel memiliki bentuk batang

dengan bongkahan yang tidak beraturan dan

sisi tumpul. Pada Gambar 1. (b), (c), dan

(d) merupakan mikropartikel ketoprofen

hasil emulsification-ionic gelation yang

memiliki ukuran lebih kecil, berbentuk

batang, tidak beraturan, dan berpori-pori

besar di antara partikelnya. Proses

pembuatan mikropartikel ketoprofen

dengan metode emulsification-ionic

gelation memiliki banyak parameter yang

sangat mempengaruhi, seperti kecepatan

pengadukan, lama pengadukan, jumlah

penyambung silang, pH penyambung

silang, dan konsentrasi kitosan.

Ukuran partikel ketoprofen sebelum

dibentuk mikropartikel menggunakan

Page 6: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

54

metode emulsification-ionic gelation adalah

sebesar 2,38 µm, sedangkan ukuran

mikropartikel ketoprofen menggunakan

metode emulsification-ionic gelation F1,

F2. Dan F3 secara berturut-turut 0,99, 1,32,

dan 1,78 µm. Ukuran partikel mikropartikel

ketoprofen mengalami penurunan ukuran

partikel dari ketoprofen karena ketoprofen

terlarut sempurna (terurai menjadi molekul)

dalam campuran pelarut yang digunakan.

Larutan ketoprofen terdispersi ke dalam

polimer dengan bantuan pengadukan yang

cukup kuat menggunakan homogenizer

dengan kecepatan 10.000 rpm sehingga

molekul ketoprofen diselubungi dengan

polimer dan dikuatkan dengan penyambung

silang agar molekul ketoprofen tidak

kembali bergabung dengan molekul lain.

Berdasarkan karakterisasi

menggunakan SEM dapat disimpulkan

bahwa mikropartikel mengalami penurunan

ukuran partikel dari ukuran semula dan

membentuk batang memanjang.

Gugus Fungsi Mikropartikel Hasil

Emulsification-Ionic Gelation

Hasil karakterisasi ketoprofen dan

mikropartikel ketoprofen hasil proses

emulsification-ionic gelation menggunakan

spektrofotometer fourier transform infrared

(FT-IR) dapat dilihat pada Gambar 2.

Pemeriksaan mikropartikel ketoprofen

dengan menggunakan spektrofotometer

fourier transform infrared (FT-IR) ini

bertujuan untuk melihat terbentuknya

ikatan sambung silang antara kitosan

Gambar 1. Morfologi permukaan (a) Ketoprofen, (b) F1, (c) F2, (d) F3.

Page 7: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

55

dengan tripolifosfat (TPP) yang

menandakan bahwa proses pembentukan

mikropartikel telah terjadi dan untuk

melihat apakah terbentuk gugus fungsi baru

dalam proses emulsification-ionic gelation

yang akan mengubah aktivitas farmakologi

mikropartikel ketoprofen. Dari hasil

pemeriksaan spektrum seperti yang terlihat

pada Gambar 2, terdapat perubahan pada

puncak dan intensitas transmitan

mikropartikel ketoprofen untuk semua

formula dibandingkan dengan ketoprofen,

kitosan, dan tripolifosfat (TPP). Puncak-

puncak yang muncul pada spektrum FTIR

mikropartikel terlihat pada bilangan

gelombang berturut-turut 1554,77; 1556,22;

1557,02 cm-1

untuk F1, F2, dan F3 yang

menunjukkan bahwa ikatan sambung silang

antara muatan ionik gugus negatif

tripolifosfat dari TPP dengan gugus positif

amino (R-NH3+

) dari kitosan terbentuk

selama proses pembuatan mikropartikel

dengan metode emulsification-ionic

gelation. Pada bilangan gelombang

berturut-turut yaitu 1086,70;1098,92;

1095,19 cm-1

muncul puncak untuk F1, F2

dan F3 yang menunjukkan gugus P-O pada

Zmikropartikel yang berasal dari puncak

khas TPP pada bilangan gelombang

1002,83 cm-1

. Puncak lain yang tampak

yaitu pada bilangan gelombang 1741,23;

1742,96; 1743,05 cm-1

berturut-turut untuk

F1, F2, dan F3 yang menunjukkan adanya

ikatan C=O renggang asam karboksilat

yang bersesuaian dengan puncak

ketoprofen yang mempunyai bilangan

gelombang 1692,01 cm-1

. Terjadi

pergeseran bilangan gelombang untuk

Gambar 2. Spektrum FTIR Mikropartikel Ketoprofen F1, F2, F3, ketoprofen, kitosan,

dan Tripolifosfat.

Page 8: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

56

gugus C=O dari ketoprofen ke arah

bilangan gelombang lebih tinggi karena

telah terbentuk ikatan hidrogen antara

ketoprofen dengan kitosan. Puncak terakhir

yang tampak yaitu pada bilangan

gelombang 3741,09; 3743,98; 3747,97 cm-1

berturut-turut untuk F1, F2, dan F3 yang

menunjukan adanya ikatan NH amino yang

bersesuaian dengan puncak kitosan yang

mempunyai bilangan gelombang 3733,29

cm-1

.

Berdasarkan data FTIR dapat

disimpulkan bahwa tidak terbentuk gugus

baru selain gugus yang menunjukan ikatan

sambung silang antara kitosan dan TPP,

terjadi ikatan hidrogen antara ketoprofen

dan kitosan, dan gugus dari masing-masing

komponen penyusun mikropartikel

ketoprofen hasil proses emulsification-ionic

gelation. Hal ini menunjukkan bahwa

proses emulsification-ionic gelation

berhasil membentuk ikatan sambung silang

antara kitosan-TPP dan ikatan antara

ketoprofen-kitosan tanpa membentuk gugus

baru yang menyebabkan perubahan

aktivitas farmakologi dari ketoprofen.

Uji Kelarutan

Hasil uji kelarutan ketoprofen dan

mikropartikel ketoprofen hasil

emulsification-ionic gelation dapat dilihat

pada tabel 2.

Berdasarkan data pada tabel 2,

mikropartikel ketoprofen hasil proses

emulsification-ionic gelation memiliki

kelarutan dalam air lebih tinggi

dibandingkan ketoprofen sebelum dibentuk

mikropartikel. Mikropartikel ketoprofen F1,

F2, dan F3 secara berturut-turut memiliki

kelarutan dalam air 2,23-, 2,46-, dan 2,71

kali lebih tinggi dibandingkan dengan

ketoprofen sebelum dibentuk mikropartikel.

Hal tersebut disebabkan oleh pH

tripoliposfat, ikatan hydrogen, ukuran

partikel, dan pori-pori antar mikropartikel.

pH tripolifosfat sangat mempengaruhi

pelepasan obat. Semakin asam pH

tripolifosfat, semakin kuat ikatan sambung

silang antara kitosan-TPP pada

mikropartikel sehingga pelepasan obat akan

semakin lambat. Dari hasil Tabel 2. diatas

dapat dilihat bahwa kelarutan yang paling

besar pada F3 karena pH tripolifosfat yang

kurang asam menyebabkan jumlah ikatan

penyambung silang sedikit dan

pelepasannya lebih mudah sehingga

kelarutan meningkat. Ikatan hidrogen yang

terbentuk antara ketoprofen dan kitosan

dapat menyebabkan kelarutan mikropartikel

ketoprofen meningkat karena mudahnya

ikatan ini terlepas ketika kontak dengan air.

Sampel Kadar Terlarut (µg/ml)

Ketoprofen 183,70

F1 408,99

F2 451,04

F3 497,08

Tabel 2. Hasil uji kelarutan dalam air ketoprofen dan mikropartikel ketoprofen hasil

emulsification-ionic gelation.

Page 9: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

57

Ukuran partikel mikropartikel ketoprofen

proses emulsification-ionic gelation juga

lebih kecil dibandingkan dengan ketoprofen

sebelum dibentuk mikropartikel sehingga

menyebabkan luas permukaan

mikropartikel ketoprofen lebih besar. Luas

permukaan mikropartikel ketoprofen yang

lebih besar menyebabkan permukaan

kontak dengan air lebih besar sehingga

kelarutannya pun meningkat. Adapun pori-

pori yang terbentuk antar mikropartikel

ketoprofen dapat menyebabkan kelarutan

meningkat karena air akan mudah masuk ke

dalam pori-pori sehingga mikropartikel

akan mudah pecah dan menyebabkan

kelarutan meningkat. Kelarutan

mikropartikel ketoprofen mengindikasikan

absorpsi ketoprofen pun meningkat

sehingga toksisitas pun meningkat. Oleh

sebab itu, uji toksisitas perlu dilakukan

terhadap mikropartikel ketoprofen.

Pengujian Toksisitas Akut

Pengujian toksisitas akut merupakan

uji pendahuluan mengenai tingkat

keamanan suatu bahan uji, dalam hal ini

adalah mikropartikel ketoprofen. Pengujian

toksisitas akut dilakukan terhadap

mikropartikel ketoprofen yang memiliki

kelarutan tertinggi, yaitu mikropartikel

ketoprofen F3. Pengujian ini dilakukan

melalui pengamatan mortalitas selama 14

hari. Hasil pengamatan mortalitas mencit

jantan yang dilakukan selama 14 hari

setelah pemberian mikropartikel ketoprofen

dapat dilihat pada tabel 3.

Pada hasil analisis menggunakan

Reed Munch menunjukan bahwa

mikropartikel ketoprofen F3 memiliki nilai

LD50 sebesar 138 mg/kg BB, sedangkan

ketoprofen sebelum dibentuk mikropartikel

dengan metode emulsification-ionic

gelation memiliki nilai LD50 sebesar 145

mg/kgBB (AHFS, 2002). Dengan demikian,

mikropartikel ketoprofen F3 memiliki

toksisitas lebih tinggi dibandingkan dengan

ketoprofen sebelum dibentuk mikropartikel.

Hal ini disebabkan mikropartikel

ketoprofen F3 memliki kelarutan lebih

tinggi dibandingkan dengan ketoprofen

sehingga kadar obat yang terabsorbsi akan

lebih besar. Menurut kriteria Hodge dan

Sterner (Derelanko, 2008), nilai LD50 ini

memiliki makna toksikologi bahwa potensi

toksisitas mikropartikel ketoprofen F3

termasuk dalam kategori sangat toksik yaitu

Kelompok

Jumlah Mortalitas Kumilatif Mencit (%)

Hari Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Kontrol (NaCMC 0,5 %) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Dosis I (50 mg/kg BB) 0 0 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

Dosis II (100 mg/kg BB) 0 0 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

Dosis III (200 mg/kg BB) 0 0 25 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 Dosis IV (300 mg/kg BB) 0 25 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75

Dosis V (400 mg/kg BB) 0 25 50 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75

Dosis VI (500 mg/kg BB) 0 50 75 75 75 75 75 100 100 100 100 100 100 100

Tabel 3. Hasil Pengamatan Mortalitas Kumulatif Mencit Selama 14 Hari setelah

Pemberian Mikropartikel Ketoprofen

Page 10: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

58

di antara 50–500 mg/kg.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian dapat

disimpulkan bahwa metode emulsification-

ionic gelation menggunakan kitosan

sebagai polimer dan variasi pH TPP dapat

membentuk ketoprofen menjadi

mikropartikel tanpa merusak masing-

masing zat. Mikropartikel ketoprofen yang

terbentuk memiliki kelarutan dalam air

hingga 2,71-kali lebih tinggi dibandingkan

dengan ketoprofen. Nilai LD50 dari

mikropartikel yang memiliki kelarutan

tertinggi (mikropartikel ketoprofen F3)

yaitu sebesar 138 mg/kg BB yang berarti

potensi toksisitas mikropartikel ketoprofen

F3 termasuk dalam kategori sangat toksik.

DAFTAR PUSTAKA

Agnihotri, S.A., and Aminabhavi, T.M.

2004. “Recent advance on chitosan

based micro and nanoparticles in

drug delivery.” J. Of Controlled

Release, 100: 6-18.

Bhumkar, D.R., and Pokharkar, V.B. 2006.

“Studies on Effect of pH on

Crosslinkingof Chitosan with

Natrium Tripolyphosphate”. AAPS

Pharm Seci Tech, 7 (2): 1-6.

BPOM. 2009. Prosedur Operasional Baku

Uji Toksisitas Praklinik. Jakarta :

Pusat Riset Obat dan Makanan

Badan Pengawasan Obat dan

Makanan Republik Indonesia. Hal

96-99.

Grimling, B., Gorniak, A., Meler, J.,

Szczesniak, M., and Pluta, J. 2014.

“Characterisation and Dissolution

Properties Of Ketopropen In Binary

Solid Dispersion With Chitosan.”

Progress on Chemistry and

application of chitin and its

Derivatives, 19: 23-32.

Nashwan, Y.K., Alaa, A.A., Moafaq, M.,

and Saad, A.H. 2011. “Solubility

and dissolution improvement of

ketoprofen by solid dispersion in

polymer and surfactant using

solvent evaporation method”. Int J

Pharm Pharm Sci, 3: 431-435.

Nur, I. S. 2011. “Preparasi dan

Karakterisasi Kitosan-Tripolifosfat

Sebagai Eksipien dalam Sediaan

Farmasi.” Skripsi. Depok: Jurusan

Farmasi FMIPA Universitas

Indonesia. Hal 4-6.

Rahman, L., Ismail, I., dan Wahyudin, E.

2011. “Kapasitas Jerap Niosom

Terhadap Ketoprofen dan Prediksi

Penggunaan Transdermal.”

Majalah Farmasi Indonesia, 22(2):

85-91.

Rice, R.H. Cohen, D.E. 2001. Toxic

reponses of the skin, In Casarett

and Doull’s Toxicology : The Basic

Science of Poisons (C.D.Klaassen,

Ed). New York: McGraw Hill. P.

529.

Rijal, M.A.S., Mikail, A., dan Sari, R.

2010. “Pengaruh pH Larutan

Tripolifosfat Terhadap

Page 11: TOKSISITAS AKUT (LD50) MIKROPARTIKEL KETOPROFEN HASIL

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.VI, No.1, Januari 2017

59

Karakteristik Fisik SertaProfil

PelepasanMikropartikel Teofilin-

Chitosan.” Majalah Farmasi

Airlangga, 8(2) : 28-29.

Samad, A., Tariq, M., Alam, M. I and

Akhter, M. S. 2010. “Collloid in

Drug Delivery.” Microsphere A

Novel Drug Delivery System.

Taylor and Francis Group, LLC.

Pp 456-463.

Shohin, I.E., Kulinich, J.I., Ramenskaya,

G.V., Abrahamsson, B., Kopp, S.,

Langguth, P., Polli, J.E., Shah,

V.P., Groot, D.W., Barends, D.M.,

and Dressman, J.B. 2012.

“Monographs for immediate-

release solid oral dosage forms:

Ketoprofen.” J. Pharm. Sci., 101:

3593-3603.

Siswandi., Rusdiana, T., and Levita J. 2015.

“Virtual screening of coformersfor

ketoprofen co-crystallization and

the molecularproperties of the co-

crystal.” J App Pharm Sci, 5 (06):

078-082.