tonsil
DESCRIPTION
cTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
TONSILITIS
OLEH
Ardiansyah
2008730050
PEBIMBING
dr. Rebekka Sitorus
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014
IDENTITAS
Nama : Tn. A,S
Umur : 17 tahun
JK : Perempuan
Alamat : Cipedak 06/02
Pekerjaan : Pelajar
ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Keluhan Utama:
Sakit menelan sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh sakit menelan sejak 2 hari sebelum datang ke poli. Awalnya, Pasien
Mengeluh batuk berdahak dan pilek 2 hari SMP, hidung tersumbat disertai dengan
demam, tenggorokan gatal dan seperti ada yang mengganjal dan terasa sakit jika
menelan, merasa lesu, nyeri disendi , Keluhan lain seperti pusing sering di rasakan
pasien. Pasien juga mengaku jika tidur selalu mengorok, mual , munta disangkal, BAB
dan BAK tidak ada keluhan .
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):
Pasien baru pertama kali merasakan keluahan seperti ini.
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK):
Pasien menyangkal terdapat keluhan ini di keluarganya
Riwayat Pengobatan:
Belum perna berobat
Riwayat Kebiasaan : Suka jajanan di jalan , minuman yang dingin .
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tamapk sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Suhu : -
Nadi : 90 x/menit
Tek. Darah : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit
STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam dan rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Konka hiperemis (-/-), keluar sekret (-/-)
Telinga : Keluar sekret (-/-)
Naso/ Oro : Pharynk hiperemis (+) ,tonsil T11 / T111, kripte melebar ,
dedritus (+/+) , perlengketan (-/-)
Leher
Kelenjar tiroid : Pembesaran (-)
Defiasi trachea : Tidak ada penarikan trachea
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembessaran kelenjar getah bening
Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midsternal sinistra intercostal 5
Perkusi : Batas jantung tidak dilakukan
Aukultasi : Bunyi jantung 1&2 murni, tunggal, reguler, murmur (-), gallop
(-)
Paru-paru
Inspeksi : Dinding dada simetris, rektraksi sela iga (-)
Palpasi : Vocal fremitus (+/+) sama
Perku)si : Sonor dikedua lapang paru, batas paru-hepar ICS 5
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler di kedua lapang paru, ronchi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut simetris, massa (-), bekas operasi (-), distensi (-)
Auskultasi : (-)
Palpasi : Tidak nyeri tekan epigastrium
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Extremitas : Akral hangat
RESUME
Pria 17 tahun, mengeluh sakit menelan, batuk pilek disertai dengan demam, seperti ada
yang mengganjal ketika menelan. merasa lesu, nyeri disendi, sring pusing.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal
Nasofaring / Orofaring : Pharynk hiperemis (+) ,tonsil T11 / T111, kripte melebar ,
dedritus (-/+) , perlengketan (-/-)
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Tonsilitis Akut
Diagnosis Banding : Faringitis
PENATALAKSANAAN
Amoxisillin 3 x1
Ambroxol 3x1
Prasetamol 3x1
Dexamethasone
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
TIJAUAN PUSTAKA
Definisi
a. Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang
oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. Tonsil berfungsi membantu
menyaring bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan
terhadap infeksi.
Terdapat 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringial (adenoid), tonsil
palatina, dan tonsil lingual, yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang
disebut cincin Waldeyer. Tonsil palatina, yang biasanya disebut tonsil saja,
terletak di dalam fossa tonsilaris. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan
celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub
bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil
bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel
yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di
dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas,
bakteri,dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring
yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot
faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi. Tonsil
mendapat perdarahan dari a. palatina minor, a. palatina asendens, cabang
tonsil a. maksila eksterna, a. faring asendens, dan a. lingualis dorsal. Tonsil
lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat
foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila
sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus
tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid
lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.
b. Fossa Tonsilaris
Fossa tonsilaris dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior.
Batas lateralnya adalah m. konstriktor faring superior. Pada batas atas yang
disebut kutub atas terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fossa supra
tonsil. Fossa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat
nanah memecah ke luar bila terjadi abses.
c. Tonsilitis
Apabila tonsil tersebut terganggu fungsi nya, maka bakteri dan
mikroorganisme tersebut akan berbalik menyerang tonsil dan terjadi
peradangan pada tonsil tersebut. Inilah yang dinamakan tonsilitis, yaitu
peradangan pada tonsil atau biasa disebut masyarakat luas adalah amandel.
Tonsilitis ini sangat sering ditemukan pada anak-anak.
d. Besar Tonsil
- T0 : tonsil telah diangkat
- T1 : tonsil di dalam fossa tonsilaris
- T2 : besar tonsil ½ jarak arkus anterior dan uvula
- T3 : besar tonsil ¾ jarak arkus anterior dan uvula
- T4 : besar tonsil mencapai uvula atau lebih
Tonsilitis Akut
2
a. Penyebab
Tonsilitis akut ini dapat disebabkan kuman grup A Streptococcus β
hemolitikus, pneumokokus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus
pyogenes. Haemophilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut
supuratif.
b. Patogenesis
Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan
reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga
terbentuk detritus. Detritus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri
yang mati, dan epitel yang terlepas. Secara klinis, detritus ini mengisi
kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis
folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu dan membentuk
alur-alur maka terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat
melebar sehingga terbentuk membran semu (pseudomembran) yang
menutupi tonsil.
c. Gejala dan tanda
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan
nyeri waktu menelan, demam tinggi, rasa lesu, nyeri di sendi-sendi, tidak
nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini
karena nyeri alih (referred pain) melalui nervus glosofaringius (N. IX).
Pada pemeriksaan, tampak tonsil yang membengkak, hiperemis, dan
terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membran
semu (pseudomembran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri
tekan.
d. Terapi
Antibiotik spektrum luas atau sulfonamid, antipiretik, analgesik dan
obat kumur yang mengandung desinfektan.
e. Komplikasi
Pada anak-anak, tonsilitis akut sering menimbulkan komplikasi
menjadi otitis media akut. Komplikasi yang lainnya adalah abses
peritonsil, abses parafaring, sepsis, bronkitis, nefritis akut, miokarditis,
dan artritis.
Tonsilitis Membranosa
Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa
adalah, antara lain:
Tonsilitis difteri
a. Penyebab
Frekuensi penyakit ini sudah menurun karena keberhasilan imunisasi
pada bayi dan anak. Penyebab tonsilitis difteri adalah Corynebacterium
diphteriae, kuman yang termasuk gram positif dan dapat mengenai
saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring, dan laring. Tidak semua
orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini
tergantung pada titer anti toksin dalam darah seseorang. Titer anti toksin
sebesar 0,03 per cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar
imunitas.
Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun
dan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada usia dewasa
masih mungkin menderita penyakit ini.
b. Gejala dan tanda
Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan yaitu:
- Gejala umum, seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu
tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan
lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri menelan.
- Gejala lokal, yang tampak adalah berupa tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu
membentuk membran semu (pseudomembran). Membran ini dapat
meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea dan
bronkus dan dapat menyumbat saluran napas. Membran semu ini
melekat erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan mudah
berdarah. Pada perkembangan penyakit ini bila infeksinya berjalan
terus, kelenjar limfa leher akan membengkak sehingga menyerupai
leher sapi (bull neck).
- Gejala akibat eksotoksin, yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini
akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat
terjadi miokarditis sampai decompensation cordis, mengenai saraf
kranial menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot
pernapasan, dan pada ginjal menimbulkan albuminoria.
-
c. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan
pemeriksaan preparat langsung kuman yang diambil dari pseudomembran
tonsil yang dimana akan ditemukan kuman difteri ini.
d. Terapi
Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil
kultur dengan dosis tergantung dari umur dan beratnya penyakit,
antibiotik spektrum luas, kortikosteroid, antipiretik digunakan jika perlu
untuk menurunkan demam nya. Karena penyakit ini menular, pasien
harus diisolasi. Perawatan non farmalokologi adalah istirahat di tempat
tidur selama 2-3 minggu.
e. Komplikasi
Penyakit ini dapat berlangsung cepat, pseudomembran akan menjalar
ke laring dan menyebabkan gejala sumbatan. Makin muda usia pasien
terkena penyakit ini maka akan makin cepat timbul komplikasi.
Tonsilitis septik
Penyebab dari tonsilitis septik ialah Streptococcus haemoliticus yang
terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Di Indonesia,
susu sapi dimasak dengan cara pasteurisasi terlebih dahulu sebelum
diminum sehingga penyakit ini jarang ditemukan.
Stomatitis ulseromembranosa (Angina Plaut Vincent)
a. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah kurangnya higienis mulut, defisiensi
vitamin C, serta kuman sprilium dan basil fusiform.
b. Gejala
Demam sampai 39°C, nyeri kepala, badan lemah, dan kadang-kadang
terdapat gangguan pencernaan, rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan
gusi mudah berdarah.
c. Pemeriksaan
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membran putih keabuan
di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, foetor
ex ore (mulut berbau) dan kelenjar submandibula membesar.
d. Terapi
Memperbaiki higienis mulut, antibiotik spektrum luas, vitamin C dan
vitamin B kompleks.
Tonsilitis Kronis
a. Penyebab
Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-
kadang kuman berubah menjadi kuman golongan Gram negatif.
b. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan
yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang
buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut
yang tidak adekuat.
c. Patologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel
mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan
mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik, kripti ini
tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus
kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di
sekitar fossa tonsilaris.
d. Gejala dan tanda
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang
tidak rata, kriptus melebar, dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa
ada yang mengganjal di tenggorok, tenggorok dirasakan kering dan napas
berbau.
e. Terapi
Terapi lokal ditujukan kepada higiene mulut dengan berkumur atau
obat hisap.
f. Komplikasi
Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah
sekitarnya berupa rinitis kronis, sinusitis, atau otitis media secara
perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau
limfogen dan dapat timbul endokarditis, artritis, nefritis, dan yang
lainnya.
Komplikasi
Bila tidak mendapatkan perawatan, tonsilitis dapat menyebabkan
banyak nanah yang terkumpul diantara amandel dan jaringan lunak yang ada
disekitarnya. Hal ini disebut sebagai abses. Abses yang meliputi bagian yang
cukup luas dapat terjadi pada jaringan lunak yang terdapat pada bagian atas
mulut (soft palate). Kadang-kadang pembengkakan yang terjadi begitu besar
sehingga bagian atas mulut dan lidah bertemu, sehingga menutup jalan udara
dan membuat sulit sekali menelan. Meskipun jarang terjadi, abses dapat
menyebar ke dalam aliran darah atau kedalam tenggorokan atau ke dada.
Penatalaksanaan
Tonsilitis biasanya diobati dengan perawatan sendiri atau dengan
menggunakan antibiotik. Meskipun operasi bukan lagi merupakan perawatan
standar untuk tonsilitis, pada kasus-kasus tertentu tindakan ini mungkin tetap
direkomendasikan.
a. Perawatan sendiri
Bila tonsilitis disebabkan oleh infeksi virus, virus tersebut akan hilang
sendiri. Proses penyembuhan mungkin akan makan waktu satu atau dua
minggu. Selama itu, penderita harus menjalani banyak istirahat. Minum
minuman hangat, cairan yang menyejukkan (seperti sup, kaldu dan teh)
dan berkumur dengan air garam yang hangat. Asetaminofen atau
ibuprofen dapat membantu mengurangi demam dan mengurangi rasa
sakit. Karena adanya risiko Reye’s Syndrom, penyakit yang dapat
mengancam jiwa, jangan berikan aspirin pada anak-anak dibawah usia 12
tahun.
b. Antibiotik
Bila tonsilitis disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, maka diberikan
antibiotik. Antibiotik oral biasanya perlu dimakan selama setidaknya 10
hari. Menghentikan pengobatan sebelum waktunya akan menyebabkan
infeksi dapat terjadi lagi, yang akan menyebabkan potensi terjadinya
komplikasi yang lebih serius.
c. Tindakan operasi
Tindakan operasi untuk mengambil amandel (tonsilitis) disebut
tonsilektomi pada orang dewasa jarang sekali dilakukan dan
tonsiloadenoidektomi pada anak-anak dilakukan jika mempunyai
beberapa indikasi, antara lain:
- tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun
- tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 2
tahun
- tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 3
tahun
- tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik
d. Indikasi tonsilektomi
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik,
gejala sumbatan, serta kecurigaan neoplasma.
- Sumbatan hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep
apneu, gangguan menelan, gangguan berbicara, cor pulmonale.
- Infeksi infeksi telinga tengah berulang, rinitis dan sinusitis yang
kronis, abses peritonsilar, abses kelenjar limfa leher berulang,
tonsilitis kronis dengan gejala nyeri tenggorok yang menetap,
tonsilitis kronis dengan napas yang bau, tonsil sebagai fokal infeksi
dari organ tubuh lainnya.
- Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas.
DAFTAR PUSTAKA
Radang Amandel (Tonsilitis). Diakses dari Original
Article:http://www.mayoclinic.com/health/tonsillitis/DS00273