tpn
DESCRIPTION
TPNTRANSCRIPT
AKSES, INDIKASI DAN KONTRA-INDIKASI
NUTRISI PARENTERAL
Pendahuluan
Nutrisi Parenteral adalah pemberian nutrisi melalui intravena. Sejak 1960 telah
terlihat keuntungan dari NP baik pada teknik, cara pemberian dan formulanya.
Perkembangan penanda nutrisi dan penurunan komplikasi pasien penerima NP terlihat
setelah penerapan pedoman praktis NP (1). Ada 2 macam bentuk dasar NP yaitu :
Nutrisi Parenteral Sentral (NPS) dan Nutrisi Parenteral Perifer (NPP).
NPS atau Total Nutrisi Parenteral (TNP) memberikan nutrisi melalui vena
diameter besar biasanya vena cava superior melalui v. subclavia atau v. jugularis
interna. NPS dengan formula hiperosmolar (1300 – 1800 Mosm/L) dapat dicapai
dengan glukose (15 – 25%), asam amino dan elektrolit untuk memenuhi kebutuhan
nutrien pasien. NPS dapat dipertahankan pada jangka waktu agak lama dan dapat diatur
untuk memenuhi kebutuhan volume dan nutrien pasien yang memerlukan restriksi
cairan. Bila akses vena untuk pemberian nutrien diperlukan lebih dari 2 minggu maka
diindikasikan NPS (1,2).
Nutrisi Parenteral Perifer (NPP) memakai vena perifer sebagai akses vena.
Bentuk NPP seperti NPS kecuali konsentrasi formula yang lebih rendah karena
pemakaian v. perifer hanya mentoleransi larutan kurang dari 900 mOsm/L. Dibanding
dengan NSP maka formula NPP mempunyai konsentrasi dextrose lebih rendah (5 –
10%) dan asam amino (3%). Karena tidak mungkin memberi infus dengan konsentrasi
lebih tinggi via v. perifer, maka diperlukan volume lebih besar pada NPP agar dapat
mencapai jumlah energi dan dosis protesi seperti pada NPS. Keadaan ini menjadi
hambatan bila pasien perlu restriksi cairan. Volume maksimum NPP biasanya
ditoleransi 3 L/hari atau 125 ml/jam.
Penggantian cadangan nutrisi merupakan tujuan NPP dan juga tidak ditujukan
pada pasien malnutrisi berat. NPP diindikasikan hanya untuk pasien malnutrisi ringan
sampai sedang, bila mereka tidak mampu memperoleh energi cukup melalui oral atau
enteral atau bila NPS tidak mungkin. Biasanya NPP hanya diberikan pada jangka
pendek (sampai 2 minggu), sebab adanya toleransi terbatas dan cedera pada v. perifer
(misal : risiko thrombophlebitis vena perifer).
INDIKASI (1, 3, 5)
NP adalah mahal dan dapat menimbulkan komplikasi serius bila pasien tidak
dimonitor ketat. NP telah memperlihatkan manfaat pada beberapa keadaan.
1. Transplantasi sumsum tulang allogeneic.
2. Tunjangan peri-operatif pasien dengan kanker gastro-intestinal.
3. Eksaserbasi akut penyakit Crohn’s.
4. Fistula gastro-intestinal.
5. Pankreatitis nekrotikans akut berat (bila tidak dapat memberi makan secara enteral
pada atau di bawah ligamentum Treitz).
Pedoman spesifik untuk implemenasi NP telah dikembangkan oleh ASPEN. NP
diindikasikan untuk pasien yang tidak mampu memperoleh kecukupan nutrien melalui
enteral (misal pasien dengan traktus gastro-intestinal) yang tidak berfungsi atau
gangguan berat).
Kondisi tersebut adalah (1, 3, 5) :
1. Malabsorpsi berat : reseksi usus massif (reseksi sama atau lebih besar dari 70%
usus) dan diare berat.
2. Muntah hebat.
3. Pancreatitis sedang atau berat.
4. Ileus paralitik.
5. Obstruksi usus total.
6. Fistula enterkutan (> 700 ml/hari). Nutrisi enteral dapat dicoba bila output < 200 ml/
hari.
7. Penyakit radang usus berat.
8. Terapi radiasi atau transplantasi sumsum tulang.
KONTRA INDIKASI (1, 3, 5)
NP tidak diindikasikan pada pasien :
1. Bila gastrointestinal dapat dipakai dan berfungsi normal.
2. Bila tidak dapat memperoleh akses vena yang baik.
3. Prognosis pasien tidak perlu bantuan nutrisi agressif.
4. Kebutuhan NP diperkirakan tidak lebih dari 5 hari.
5. Bila risiko NP lebih besar dari manfaatnya, Misal : hiperglikemia > 300 mg/dL,
azotemia, encephalophaty, hiperosmolality (> 300 mOsm/kg), gangguan elektrolit
dan cairan yang berat (3).
FORMULASI MAKANAN PARENTERAL (3)
Osmolarity formula parenteral tergantung pada campuran substrat energi,
terutama dextrose, asam amino dan elektrolit (3). Dextrose mempunyai kontribusi kira-
kira 5 mOsm tiap gramnya, asam amino memberi 10 mOsm/gram dan elektrolit
menyumbang kira-kira 1 mOsm/mEq tiap masing-masing tambahan.
Contoh, perkiraan osmolaritas formula makanan parenteral yang terdiri dari dextrose
150 g/L, asam amino 50 g/L dan tambahan elektrolit sampai 150 mq/L adalah 1400
mOsm/L. Osmolaritas maksimum yang dapat ditoleransi vena perifer adalah 900
mOsm/L. Formula untuk pemberian vena perifer biasanya perlu lebih banyak cairan dan
kandungan lemak sebagai sumber energi dibanding melalui vena sentral dimana lipid
adalah isotonik.
INDIKASI DAN SUMBER NUTRIEN
1. KARBOHIDRAT
Sumber Karbohidrat
Umumnya sumber karbohidrat yang dipakai adalah dextrose. Dextrose pada
bentuk monohidrat memberi 3.4 kcal/g. Larutan dextrose komersial tersedia pada
kisaran konsentrasi antara 2.5 – 70%. Larutan ini asam, dengan pH antara 3.5 – 6.5
(7,8). Formula dextrose dengan konsentrasi akhir > 10% dianjurkan melalui vena
sentral. Gula alkohol gliserol jarang dipakai sebagai sumber karbohidrat, dapat
memberi 4.3 kcal/g. Gula alkohol gliserol bila dipakai pada NP memperlihatkan
sebagai protein sparing dan sedikit menimbulkan respon insulin dibanding larutan
berbasis dextrose (9, 11).
Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan minimum dextrose adalah 1 mg/kg/menit (sekitar 100 g/hari pada
70 kg laki-laki dewasa). Maksimum karbohidrat yang ditoleransi 5-7 mg/kg/menit.
Hiperglikemia adalah komplikasi yang paling sering pada NP (1, 12) dan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor termasuk stress (13). Bila karbohidrat diperoleh
berlebihan dapat terjadi hiperglikemia, hepatik steatosis dan kenaikan produksi CO2.
Dianjukan bahwa serum glukose dipertahankan < 100 mg/dL untuk mencegah
komplikasi (13). Untuk pasien hiperglikemia, NP dengan dextrose harus dimulai
secara konservatif (150-200 g/24 jam) dan dinaikkan bertahap menuju target tujuan
pasien secara individual. Insulin dapat diberikan baik sub-kutan atau langsung
dimasukkan pada larutan NP (14). Bila ditambahkan pada larutan dianjurkan bahwa
2/3 dari jumlah total insulin yang diberikan berdasar sliding scale dalam 24 jam
ditambahkan ke formula NP hari berikutnya. Pada beberapa pasien, sehingga
diperlukan chromium lebih banyak pada formula NP. Pasien dengan resiko
sindroma refeeding harus dipantau ketat. Sindroma ini berhubungan dengan
pergeseran metabolik dan fisiologi elektrolit dan mineral (misal : phospor, Mg, K)
yang terjadi sebagai akibat tunjangan nutrisi agressif (1,15). Tanda dan gejalanya
termasuk kelesuan, lethargi, kelemahan otot, edema, aritmia jantung dan hemolisis.
Pasien dengan risiko terbesar adalah mereka dengan cadangan nutrien terbatas
akibat dari penyakit atau pengobatan medis. Dianjurkan pada pasien dengan risiko
sindroma refeeding harus dimulai dengan 20 kcal/kg formula/hari dan formula NP
lanjut secara perlahan (15).
2. PROTEIN
Sumber Protein
Asam amino crystalline adalah sumber utama protein yang dipakai sebagai
formula NP yang memberi 4 kacal/g. produk asam amino baku atau seimbang
adalah campuran asam amino essensial dan non-essensial berkisar antara
konsentrasi 3-20% (16). Kebanyakan formula asam amino komersial juga berisi
berbagai konsentrasi elektrolit dan/atau buffer (penyangga). Produk asam amino
khusus atau modifikasi telah diramu untuk keadaan penyakit atau kondisi tertentu.
Pemakaian ini dimaksudkan untuk keadaan penyakit tertentu yang mana larutan
asam amino konvensional mungkin tidak ditoleransi (misal : gagal ginjal, gagal
hepar). Peran formula ini untuk memperbaiki keadaan klinik secara kseluruhan
masih diperdebatkan. Hanya formula seperti ini lebih mahal dibanding larutan asam
amino konvensional, sehingga klinisi harus mempertimbangkan biaya dibanding
keuntungannya.
Pedoman bantuan nutrisi formula asam amino pada penyakit khusus
(ASPEN 1993, revisi 2002) :
a. Formula untuk penyakit hati
Larutan asam amino aromatik rendah/asam amino rantai cabang tinggi (BCAA)
dirancang untuk koreksi profil asam amino abnormal berhubungan dengan
encephalopathi hepatal, karena BCAA dimetabolisasi independen dari fungsi
hepar. Pedoman ASPEN (1993, revisi 2002) menyatakan pemakaian formula
BCAA hanya dianjurkan pada encephalopathi hepatal menauh atau pada pasien
encephalopathi menahun makin buruk dan tidak respon pada farmakoterapi (1).
b. Formula untuk stress metabolik
Larutan BCAA tinggi telah dirancang untuk digunakan pada pasien septik atau
trauma atau pasien cedera termal atau keadaan hipermetabolik untuk menunjang
kenaikan proteolisis otot berhubungan dengan stress metabolik. BCAA tidak
menunjukkan pengaruh yang baik pada hasil klinis pasien sakit kritis (ASPEN)
(1).
c. Formula untuk penyakit ginjal
Formula untuk penyakit ginjal terdiri dari asam amino essensial primer berdasar
teori bahwa asam amino non-essensial secara fisiologis dapat didaur dari urea,
sedangkan asam amino essensial harus didapat dari diet (16). Formula ini
menunjukkan keuntungan tidak bermakna secara statistik dibanding formula
asam amino baku. Formula baku dengan jumlah terbatas dianjurkan pada pasien
penyakit renal (1).
d. Formula asam amino pekat
Formula konsentrasi tinggi (15-20%) tersedia penggunaannya bila diperlukan
restriksi cairan. Formula ini serupa komposisinya dengan formula asam amino
baku kecuali klorida dan asetat yang lebih tinggi (16).
e. Formula pediatrik
Formula pediatrik khusus telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan asam
amino unik pada neonatus, bayi dan anak untuk peningkatan berat badan lebih
baik, balans, nitrogen, pertumbuhan dan menghindari kelebihan asam amino
(misal : phenyl alanin, methionine) (1). Beberapa produk biasanya berisi taurine,
tyrosine, histidine, arginin dan L-cystein (semi essensial untuk neonatus (16).
f. Glutamin dipertimbangkan sebagai asam amino bersyarat selama stress
metabolik. Perhatian khusus ditujukan pada efek potensial dari glutamin.
Sekarang formula asam amino crystalline tak berisi glutamin. Karena alasan
stabilitas dan kompatibilitas, sekarang tidak ada bentuk glutamin intravena
tersedia secara komersial untuk campuran larutan NP (15, 18, 19).
Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein berdasar kebutuhan individual pasien dan proses
penyakit. Pemberian energi non-protein sekitar 700 kcal (sebagai karbohidrat)
memberi kemungkinan mencadangkan protein maksimum tanpa menambah protein
dalam diet (20). Keseimbangan nitrogen tidak akan tercapai sampei asupan protein
dan energi total tercukupi. Sulit untuk menetapkan perbandingan kalori : nitrogen
secara pasti untuk penggantian protein pada pasien stress, tetapi secara umum
dianjurkan agar pasien memperoleh 80-150 kcal per-gram nitrogen (21).
3. LIPID
Emulsi lipid isotonik dipakai untuk memperoleh energi dan asam lemak
essensial. Sumber lipid dari minyak kedelai atau sebagian kombinasi minyak
kedelai dan safflower. Sumber lemak diemulsifikasi dan fosfolipid kuning telor,
sehingga penggunaannya kontra-indikasi untuk pasien yang diketahui allergi telor.
Tiap gram lipid memberi 9 kcal. Emulsi tersedia dalam larutan 10% (1,1 kcal/ml),
20% (2 kcal/ml) dan 30% (3 kcal/ml). Formula lipid 30% hanya diijinkan untuk
campuran nutrien total, tidak langsung diberikan secara intravena (16).
Kebutuhan Lemak
Lipid diperlukan sebagai sumber asam lemak essensia (Essensial Fatty
Acids). Sebesar 2-5% dari kebutuhan energi harus diberikan dari asam linoleik (1-
2% linoleik dan 0.5% alpha-linolenik) atau 25-100 mg/kg asam lemak essensial/
hari (1, 17, 22). Larutan sediaan minimum 500 ml 10% lipid atau larutan sediaan
250 ml 20% selama 8-10 jam, 2-3 kali dalam seminggu, cukup untuk mencegah
defisiensi lemak essensial. Sebagai pilihan 500 ml emulsi lemak 20% dapat
diberikan satu minggu sekali (13). Hiperlipidemia dapat terjadi akibat kelebihan
atau infus terlalu cepat dari lipid intravena. Tingkat trigliceride serum harus
dievaluasi sebelum infus intravena lipid. Tingkat trigliceride serum yang dapat
diterima adalah < 250 mg/dL dalam 4 jam sesudah infus lipid untuk lipid piggyback
dan 400 mg/dL untuk infus lipid kontinyu (1).
Infus lipid intravena berhubungan dengan kerusakan respon kekebalan dan
integritas vaskuler (13, 17, 23). Infus lebih dari 110 mg/kg/jam dapat
mengakibatkan penurunan klirens lipid dan kerusakan fungsi regikulo endothelial
dan pertukaran di paru (17). Dianjurkan masukan lemak harus dibatasi sampai <
30% total energi atau 1 gram/kg/hari, diberikan pelan selama 8-10 jam secara
intravena (17).
Pedoman sekarang menganjurkan pemberian tidak melebihi dari 2.5 gram/
kg/24 jam pada dewasa (1). Defisiensi carnitine dapat menimbulkan penimbunan
lemak pada hepar dan otot, merusak katogenesis dan menimbulkan gejala
neurologis. Larutan NP tidak mengandung carnitine dan penggunaan suplemen ini
pada dewasa belum diselidiki. Pada neonatus tambahan carnitine dianjurkan bila
neonatus mendapat NP lebih dari 2 minggu (24).
Kebutuhan Vitamin Intravena
Anjuran untuk asupan harian vitamin intravena (25, 28).
Vitamin Anjuran FDA
* Thiamin (B1) 6 mg
* Riboflavin (B20 3.6 mg
* Pyridoxine (B3) 6 mg
* Niacin 40 mg
* Folic acid 0.64 mg
* Pantothenic acid 0.64 mg
* Biotin 60 ug
* Ascorbic acid 200 mg
* Vit A 3300 IU (900 retinol equivalents)
*Vit D 200 IU (5 mg cholecalciferol)
* Vit E 10 IU (6.7 mg di-alpha tocopherol)
* Vit K 150 ug
Mineral Intravena (7,29)
Kebutuhan elemen trace : chromium 10-15 ug, Cooper 0.3-0,5 mg,
manganese 60-100 ug, zinc 1.5-5 mg. Tambahan silenium 20-60 ug/hari dianjurkan
pada pasien yang mendapat NPS jangka lama (7). Elemen lain yang dapat
ditambahkan sesuai kebutuhan individual adalah molybedum, iodine dan besi.
Tambahan besi biasanya tidak diperlukan pada jangka pendek, kecuali pasien
anemia. Tambahan per oral adalah rute yang lebih baik, kecuali bila tidak mungkin,
maka dapat diberikan besi dextran secara intravena 916). Tambahan besi pada
campuran nutrien total tidak dianjurkan karena alasan kompatibilitas. Pasien dengan
kehilangan cairan intestinal mungkin perlu suplemen zinc dan chromium (30).
Anjuran untuk pasien dengan kehilangan intestinal adalah 12 mg zinc/L
cairan yang keluar dari usus kecil dan 17 mg/liter yang keluar dari feces atau
ileosotomy. Kebutuhan chromium juga naik menjadi 20 ug/hari dengan kehilangan
cairan gastro-intestinal pada dewasa (29).
Kebutuhan Elektrolit Parenteral (16)
Elektrolit tesedia dalam bentuk garam : Na dan K sebagai klorida, asetat dan
fosfat; kalsium sebagai klorida, glukonat dan gluseptat dan magnesium sebagai
sulfat dan klorida. Kebutuhan elektrolit per-hari adalah sebagai berikut : Na dan K
1-2 meq/kg ditambah penggantian tiap kehilangan, Kalsium 10-15 meq, magnesium
8-20 meq dan fosfat 20-40 meq.
Makanan Transisi (5)
NPS Siklik : adalah infus NPS dengan waktu tertentu (12-18 jam tiap
periode). Diberikan pada pasien yang metabolik stabil dan untuk NPS jangka lama,
seperti yang mendapat NPS di rumah. Keuntungan NPS siklik adalah : 1. Pemberian
makanan dapat menyerupai keadaan fisiologis, yang dapat mengurangi toksisitas
hepar karena makanan kontinyu, b. ada peningkatan kualitas hidup karena pasien
sempat bebas dari alat-alat NPS dalam kehidupan hariannya.
Parenteral ke-enteral : bila pasien transisi dari makanan parenteral menuju
enteral, maka makanan pipa lambung dapat dimulai dengan kekuatan penuh 10-50
ml/jam. Bila kecepatan makanan pipa makanan dinaikkan, maka NP dapat
diturunkan bertahap. Penurunan formula NP dapat dimulai bila pipa enteral sudah
mencapai 33-50% kebutuhan nutrisi. Setelah pipa makanan dapat diterima dan
memberi lebih dari 60% kebutuhan energi dan 100% kebutuhan cairan maka NP
dapat dihentikan (5).
Parenteral ke-oral : bila pasien transisi dari parenteral menuju oral, maka
masukan oral dapat dimulai dari cairan bening dan kemudian ditingkatkan
bertahap menuju diet selayaknya sesuai toleransi. NP total harus dikurangi
menjadi separuh bila pasien telah makan 50% dari perkiraan kebutuhan total.
NPS dihentikan bila masukan oral mencapai 60% kebutuhan dan 100%
kebutuhan cairan telah terpenuhi. Bila masukan oral tidak mengalami kemajuan
menuju kecukupan, maka dipertimbangkan untuk kembali NPP atau NPS (5).