translate jurnal (aizat)
TRANSCRIPT
7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 1/9
Abses hepar Amoebik
MP Sharma*, Vineet Ahuja**
Protozoa intestinal semakin pnting dalam beberapa tahun terakhir karena peningkatan
perjalanan ke seluruh dunia, globalisasi global, dan pertumbuhan angka penderita
immunosipresif kronik. AIDS dan peningkatan transplantasi organ menjadikan
populasi baru dengan risiko infeksi protozoa. Protozoa yang menginfeksi traktus
gastrointestinal termasuk parasit Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia yang
merupakan penyebab tersering penyakit yang disebarkan melalui air, dan kelompok
parasit pembentuk spora yang terbesar (Cryptosporidia, Cylospora, Isospora, dan
!irosporidia" yang merupakan alga hijau dan predileksi penyebab diare kronik pada
orang#orang dengan immunokompromise. Dari protozoa intestinal ini, Entamoeba
histolytica merupakan satu dari protozoa intestinal dengan pre$alensi tinggi pada
negara berkembang.
Amoebiasis merupakan infeksi traktus gastrointestinal manusia oleh Entamoeba
histolytica, parasit yang dapat mengin$asi mukosa intestinal dan dapat menyebar ke
organ lain, utamanya hepar. Entamoeba dispar , amuba yang seara morfologis mirip
dengan E. histolytica juga membentuk koloni di lambung manusia dan telah dikenali
sebagai spesies terpisah tanpa potensi menimbulkan penyakit. Disetujuinya E.dispar
sebagai spesies yang nyata namun masih berkerabat dekat dengan spesies protozoa
mempunyai arti besar dalam epidemiologi amubiasis, karena kebanyakan infeksi
asimptomatik saat ini dihubungkan dengan amoeba non#in$asif ini. Infeksi E.
histolytica pada intestinal bermanifestasi sama dengan infeksi pada ekstra#intestinal
(%abel I". &al ini dapat dilihat pada abses hepar amoebik yang merupakan manifestasi
ekstra#intestinal terbanyak.
7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 2/9
Abses Hepar Amoebik (ALA)
Ini merupakan peradangan space-occupying lesion pada hepar yang disebabkan oleh
Entamoeba histolytica. Insidensi yang dilaporkan oleh A'A ber$ariasi dari )
hingga *) dari semua kasus amoebiasis. Di India A'A menjadi endemik. Diagnosis
saat ini telah mengalami perubahan besar setelah adanya kemajuan di bidang
radiologi dan teknik biologi molekuler. &al ini juga memungkinkan penilaian
kembali penyakit dengan mengenali $ariasi gejala klinik seara meluas dan
banyaknya komplikasi.
Tabel I : Sinrom klinis !an" ihubun"kan en"an in#eksi E. histolytica
Amoebiasis Intestinal
+ista asimptomatik
+olitis Amoebik Akut
# +elainan mukosa
# +elainan transmural
# +olitis ulseratif post#disentri
Appendisitis
Amoeboma
Striktur Amoebik
Amoebiasis $kstraintestinal
Abses hepar amoebik
Perforasi dan peritonitis
Amoebiasis +utaneous
Amoebiasis Pleuropulmonar
Periarditis Amoebik
%elah diobser$asi baha deskirpsi klasik A'A harus dimodifikasi karena banyaknya
pasien yang ber$ariasi. &al ini karena pemahaman yang lebih baik terhadap
patogenesis dan presentasi penyakit atau perubahan pola penyakit. -ollo up jangka
7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 3/9
panjang terhadap pasien membantu dalam identifikasi faktor yang mempengaruhi
pola penyembuhan. Pemisahan pasien risiko tinggi seara klinis rele$an sehingga
pengobatan seara agresif dapat dilakukan.
%ejala &linis
Abses hepar amoebik umumnya munul pada usia /#01 tahun. Diatat seara tidak
teratur pada umur ekstrim dan 2#* kali lebih banyak pada pria. A'A dapat
menunjukkan proses penyakit akut ataupun kronik. +lasifikasi berdasarkan durasi
penyakit dan tingkat keparahannya sebagai berikut3
i. Akut 3 4 Akut jinak
4 Akut agresif
ii. +ronik3 4 +ronik jinak
4 +ronik diperepat
+ebanyakan pasien menunjukkan gejala akut dan durasi munulnya gejala kurang
dari minggu. 5ejala yang umumnya munul adalah nyeri abdomen, demam dan
anoreksia. 6yeri abdomen biasanya moderate dan berlokasi di kuadran kanan atas
atau pada epigastrium. 6yeri abdomen difus, nyeri dada pleuritik dan penjalaran nyeri
dari kuadran kanan atas ke bahu kanan tidak jarang terjadi. 6yeri epigastrium
umumnya terdapat jika abses berada pada lobus sinister. Demam derajat sedang
merupakan ontoh yang paling banyak, dimana demam tinggi dan menggigil
merupakan tanda infeksi sekunder (oleh bakteri". 7atuk dengan atau tanpa dahak dan
nyeri dada pleuritik juga sering terlihat pada A'A. Selama perjalanan penyakit,
sepertiga pasien dapat menjadi ikterus. Ikterus berat biasanya terjadi karena abses
besar dan multipel, atau pada kondisi abses terletak pada $ena porta hepatika.
8aundie menguatkan diagnosis dan kemungkinan obstruksi intrahepatik atau
hepatitis $irus. Diare dan penurunan berat badan tidak umum terjadi. Sayangnya,
7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 4/9
diare merupakan masalah umum yang terjadi pada daerah tropis yang mungkin tidak
dipertimbangkan untuk pasien. &epatomegali lunak terdapat pada 9/) pasien.
Permukaan hepar umumnya liin (halus". Abdomen atas menonjol dan kaku terlihat
pada minoritas kasus yang menunjukkan adanya peritonitis. %oksemia dan septikemia
juga bisa ada.
7erbagai $ariasi tampakan klinis menjadi perhatian klinisi. Abses pada lobus hepatis
sinistra dapat bermanifestasi sebagai toksemia, ikterus dan ensefalopati. Asites yang
terjadi pada pasien A'A menandakan obstruksi $ena a$a inferior, dan batuk dengan
lendir yang sangat banyak menandakan ruptur dan adanya saluran menuju bronkus
inferior de:tra.
Variasi
A'A biasanya terjadi pada lobus hepatis de:ter dan soliter (/) # 2/)". %ampakan
yang tidak biasa terjadi yaitu abses multipel, abses lesi kompresif dan abses yang
ruptur ke $isera. &al ini penting seara klinis karena penyakit ini dapat sembuh seara
alami dan berpotensi menjadi fatal jika abses tidak diobati.
Abses hepar multipel : 'ima belas persen pasien dapat menderita abses multipel.
5ejalanya demam, toksemia, ikterus dan ensefalopati. %oksemia menandakan adanya
infeksi sekunder oleh bakteri yang menjadikan penyakit bertambah berat. E.coli dan
Klebseilla merupakan organisme tersering. Pasien ini akan menunjukkan gambaran
klinis yang tidak dapat dibedakan dengan ensefalopati hepatik karena kegagalan
hepatoseluler akut. ;nsefalopati hepatik pada pasien A'A mungkin merupakan hasil
dari kombinasi oklusi $ena hepatia de:tra, piloflebitis, dan oklusi pada beberapa
$ena porta radikal.
Le#t lobe abs'ess : %iga puluh lima persen pasien menderita abses lobus hepatis
sinister. Sebagian pasien ini berhubungan dengan lesi pada lobus hepatis de:ter yang
memberikan lesi sisa sebagai abses soliter lobus hepatis sinister. Pasien ini
7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 5/9
mempunyai durasi gejala yang lebih panjang (#0 minggu" dan jarang ditemukan
demam dibandingkan dengan pasien abses lobus hepatis de:ter. Penyakit ini dapat
memberikan gejala adanya massa epigastrik dengan pergerakan minimal saat
respirasi. Seringkali klinisi berputus asa karena bingung membedakan penyakit ini
dengan pseudokista pankreas. Pasien ini juga mengalami penurunan berat badan
dengan sedikit gejala pada hepar. +omplikasi seperti peritonitis dan toksemia seara
signifikan lebih umum pada abses lobus hepatis sinister. Aspirasi dengan jarum
bermanfaat jika dikombinasikan dengan obat anti#amuba. Indeks keurigaan dan
keepatan diagnosis penting untuk penatalaksanaan yang tepat.
Lesi kompresi : A'A yang berlokasi di posterior lobus hepatis de:ter menyebabkan
obstruksi $ena a$a atau obstruksi aliran hepatik. &al ini ditunjukkan dengan adanya
edema tungkai bilateral, asites, $ena#$ena pada dinding abdomen anterior dan
posterior tampak, disertai dengan adanya gejala klinis, radiologi, dan serologis dari
A'A. 5ejala ini hilang setelah aspirasi abses.
Perluasan abses : +ebooran abses dapat menyebar ke a$um pleura menjadi
empiema torakis. Perluasan intra#abdominal terjadi akibat perforasi a$um
peritoneum yang bisanya dihubungkan dengan syok dan peritonitis yang dapat terjadi
pada 2) kasus. <uptur ke dalam kolon dan dutus biliaris juga dilaporkan. ;fusi
subhepatik juga terlokalisir dan terperangkap. &al tersebut jarang terjadi dan hanya
terjadi pada sejumlah keil kasus A'A. Pola klinis di atas telah dideskripsikan lebih
sering dengan ketersediaan rutin pemeriksaan ultrasonografi dan serologis. =ariasi
klinis ini penting karena terapi dan prognosisnya signifikan sehingga dapat
memberikan hasil terbaik bagi pasien dengan abses soliter.
ia"nosis
>ltrasonografi sangat berguna unutk diagnosis abses hepar amoebik. 5ambaran
klasiknya adalah massa bulat atau o$al yang tidka homogen, hipoekoik dan batas
tegas. <esolusi lengkap abses hepar amoebik dapat terapai hingga tahun.
7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 6/9
Diagnosis perkutaneus dengan menggunakan aspirasi jarum dibutuhkan untuk
membedakan abses hepar amoebik dan piogenik.
Serolo"! : Serum antibodi terhadap amoeba terbentuk hanya saat infeksi E.
histolytica dan tidak pada infeksi E. dispar . %idak adanya serum antibodi terhadap E.
histolytica setelah ? minggu munulnya gejala merupakan bukti kuat menegakkan
diagnosis amoebiasis in$asif olon dan hepar. Serum antibodi amoeba terdeteksi 91#
*1) dari seluruh pasien dengan in$asif amoebiasis atau abses hepar. Antibodi
menetap dalam beberapa tahun. ;'ISA atau I&A tidak dapat membedakan akut dari
infeksi jauh di area endemik tinggi. Antigen parasit murni dan rekombinan
dimanfaatkan pada studi serologis dengan hasil yang baik. 'ebih dari *1) pasien
dengan abses hepar amoebik memiliki antibodi pada serumnya hingga ?2/ +D
subunit galaktosa yang dapat menginhibisi ikatan lektin. Antigen ini sangat spesifik
untuk membedakan serum fase akut dengan serum fase pemulihan di daerah endemik
tinggi.
Metoe terbaru : Strategi diagnostik terbaru melibatkan deteksi protein antigen pada
feses atau serum oleh antibodi monoklonal dan deteksi D6A parasit dengan
menggunakan pemeriksaan nukleotida dan amplifikasi PC<. Alat ;'ISA komersial
yang menggunakan antibodi monoklonal seara langsung melaan amoeba yang
berikatan dengan lektin dan seara akurat membedakan patogen sejati E. histolytica
dengan E. disparhas, yang mana baru saja dikembangkan untuk penggunaan klinis.
Deteksi antigen lektin amoebik pada sampel serum dari pasien dengan abses hepar
amoebik juga lebih dari *1) sensitif jika digunakan untuk pengobatan dengan
metronidazole.
Terapi Meis
%erapi medis diberikan dengan agen tunggal atau kombinasi obat untuk parasit
ekstraluminal. @bat#obat amubisidal (%abel II" diklasifikasikan menjadi kelompok 3
amubisidal luminal, jaringan dan ampuran. Duodohydro:yuin, dilo:anide furoate,
7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 7/9
dan paromomyin merupakan amubisidal luminal. Amubisidal yang efektif pada
jaringan yaitu emetine dan dehydroemetine, yang bekerja pada hepar dan dinding
intestinalB sedangkan klorokuin bekerja hanya pada hepar. ;metine dan
dehydroemetine tidak digunakan lagi karena efek kardiotoksisitasnya. Amubisidal
yang efektif untuk jaringan dan lumen intestinal yaitu nitroimidazole yang merupakan
deri$at metronidazole, tinidazole, dan ornidazole. @bat#obat tersebut merupakan obat
pilihan pada amubiasis in$asif. !etronidazole oral maupun intra$ena atau tinidazole
juga memberikan perubahan klinis yang epat terhadap abses hepar amoebik. @bat ini
harus diikuti dengan pemberian obat yang aktif seara luminal.
Tabel II : armakoterapi untuk in#eksi E. histolytica paa easa
• In#eksi Intraluminal Dilo:anide furoate 1// mg, :? selama / hari
Paromomyin / mgkgday, selama ?/ days (dibagi
dalam dosis"
Iodouinol 1/ mg :? selama / hari
• &olitis In+asi# !etronidazole 9// mg :? selama 1 hari
%inidazole ? g :? selama hari
• Abses Hepar Amoebik !etronidazole 9// mg :? selama ?/ hari (atau 1//
mg 0:? I="
6itroimidazoles (termasuk metronidazole" efektif pada sekitar */) kasus. %erapi
harus kontinyu selama ?/ hari. <elaps telah dilaporkan dengan terapi durasi ini dan
obat mungkin digunakan hingga minggu. Dosis metronidazole adalah 0/
mgkg77hari dalam dosis yang terbagi. %inidazole telah digunakan pada dosis ?.
ghari selama 2 hari, namun dosis ini belum ditetapkan seara pasti. +lorokuin,
emetine, dan dehydroemetine juga digunakan. %erapi agen tunggal dengan
metronidazole memberikan hasil yang sangat baik dan obat toksik alternatif jarang
diindikasikan dan digunakan umumnya pada pasien dengan penyakit serius ketik
risiko kegagalan terapi tidak disetujui. <epson terhadap obat#obat anti#amuba telah
dibuktikan baha dalam 09#2 jam terjadi pengurangan gejala seperti toksemia, nyeri
abdomen, anoreksia, ikterus, dan hepatomegali.
7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 8/9
Aspirasi atau rainase Abses
Aspirasi rutin abses hepar tidak diindikasikan untuk tujuan diagnostik maupun
terapieutik. +ombinasi >S5 dan tes serologis yang positif disertai gejala klinis
merupakan keadaan yang adekuat untuk memulai terapi dengan obat. Indikasi
dilakukan aspirasi adalah sebagai berikut3 tidak ada perbaikan gejala dalam 09#2
jam, abses lobus hepatis sinister, tipisnya jaringan yang mengelilingi abses (E ?/ mm"
dan abses yang seronegatif. Pada sebagian pasien aspirat (airan hasil aspirasi"
menyerupai saus ikan. Farna oklat pada aspirat dikarenakan perampuran darah
dengan jaringan hepar. Pemberian dengan terapi anti#amuba saja sama efektifnya
dengan aspirasi rutin yang dikombinasikan dengan obat anti#amuba pada terapi
pasien dengan abses hepar tanpa komplikasi.
Inter+ensi eah
Drainase bedah terbuka jarang diindikasikan dan bisa saja dilakukan pada keadaan
abses yang besar dengan hasil yang tidak baik dengan aspirasi jarum atau terjadi
kemunduran seara klinis alaupun telah dilakukan aspirasi jarum, dan pada A'A
dengan komplikasi. %ingkat kematian dengan pembedahan sangat tinggi. @leh karena
itu, ini hanya dilakukan jika ka$itas ruptur ke $isera atau peritoneum.
ollo -p .an"ka Panjan"
Setelah perbaikan klinis, pasien menunjukkan sedikit gejala dan follo up >S5
menunjukkan lesi hipoekoik persisten. Faktu rata#rata yang dibutuhkan untuk
menghilangnya kelainan pada >S5 sekitar #* bulan. <elaps tidak biasa terjadi dan
alaupun pada >S5 masih terlihat abnormalitas, terapi tidak harus dilanjutkan. Polaresolusi yang terlihat pada follo up >S5 meliputi3 tipe I, dimana a$itas hilang
seara komplit dalam bulan (*.9)"B tipe II, dimana terjadi reduksi yang epat
hingga 1) dari ukuran ka$itas sebelumnya dan kemudian terjadi
perlambatanpenundaan resolusi (1.*)". -aktor#faktor yang mempengaruhi aktu
7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)
http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 9/9
penyembuhan meliputi ukuran ka$itas abses, hipoalbuminemia, dan anemia. %ipe
gejala klinis, penyembuhan alami, jumlah atau lokasi abses dan aktu terjadinya
resolusi klinis pada abses hepar multipel mirip dengan abses soliter dan jumlah abses
tidak berpengaruh seara signifikan terhadap pola atau keepatan penyembuhan.
=olume total abses dari seluruh ka$itas merupakan faktor paling penting yang
mempengaruhi aktu resolusi pada abses multipel. +arena resolusi klinis tidak
berhubungan dengan resolusi >S5, maka kriteria klinis lebih baik dibandingkan >S5
untuk memonitor hasil terapi.
Pro"nosis
Ada kategori pasien A'A3 pasien dengan prognosis baik dan prognosis buruk.
+elompok#kelompok ini dapat diidentifikasi dengan mudah dengan menge$aluasi
kriteria klinis, biokimia, dan >S5. +adar bilirubin G .1 mgd', ensefalopati, $olume
ka$itas abses dan hipoalbuminemia (kadar albumin serum E ./ gd'" merupakan
faktor risiko independen untuk angka kematian. Durasi gejala dan tipe pengobatan
tidak mempengaruhi kematian.