translate jurnal (aizat)

9
Abses hepar Amoebik MP Sharma*, Vineet Ahuja** Protozoa intestinal semakin pnting dalam beberapa tahun terakhir karena peningkatan  perjalanan ke seluruh dunia, globalisasi global, dan pertumbuhan angka penderita immunos ipr esif kronik . AI DS dan peningkatan tra nsplantasi organ menjadi kan  populasi baru dengan risiko infeksi protozoa. Protozoa yang menginfeksi traktus gastrointestinal termasuk paras it  Entamoeba histolytica  da n Giardia lamblia yang merupakan penyebab tersering penyakit yang disebarkan melalui air, dan kelompok  parasit pembentuk spora yang terbesar (Cryptosporidia, Cylospora, Isospora, dan !irosporidia" yang merupakan alga hijau dan predileksi penyebab diare kronik pada orang#orang dengan immunokompromis e. Dari protozoa intestinal ini,  Entamoeba histolytica merupakan satu dari protozoa intestinal dengan pre$alensi tinggi pada negara berkembang. Amo ebi asis mer upa kan inf eksi tr akt us gas tro int est ina l man usi a oleh  Entamoeba histolytica, paras it yang dapat mengin$asi mukosa intestinal dan dapat menyeba r ke organ lain, utamanya hepar. Entamoeba dispar , amuba yang seara morfologis mirip dengan E. histolytica juga membentuk koloni di lambung manusia dan telah dikenali sebagai spesies terpisah tanpa potensi menimbulkan penyakit. Disetujuinya  E.dispar sebagai spesies yang nyata namun masih berkerabat dekat dengan spesies protozoa mempunyai arti besar dalam epidemiol ogi amubi asis, karena kebanyakan infeksi asimptomat ik saat ini di hubungkan dengan amoeba non#in$as if ini. Infeksi  E. histolytica pada intestinal bermanifest asi sama dengan i nfeksi pada ekstra#i ntestinal (%a bel I". &al ini d apat dilihat pada abses hepar amoebik yang merupakan manifestasi ekstra#intestinal terbanyak.

Upload: aizat-kamal

Post on 20-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)

http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 1/9

Abses hepar Amoebik 

MP Sharma*, Vineet Ahuja**

Protozoa intestinal semakin pnting dalam beberapa tahun terakhir karena peningkatan

 perjalanan ke seluruh dunia, globalisasi global, dan pertumbuhan angka penderita

immunosipresif kronik. AIDS dan peningkatan transplantasi organ menjadikan

 populasi baru dengan risiko infeksi protozoa. Protozoa yang menginfeksi traktus

gastrointestinal termasuk parasit  Entamoeba histolytica  dan Giardia lamblia  yang

merupakan penyebab tersering penyakit yang disebarkan melalui air, dan kelompok 

 parasit pembentuk spora yang terbesar (Cryptosporidia, Cylospora, Isospora, dan

!irosporidia" yang merupakan alga hijau dan predileksi penyebab diare kronik pada

orang#orang dengan immunokompromise. Dari protozoa intestinal ini,  Entamoeba

histolytica  merupakan satu dari protozoa intestinal dengan pre$alensi tinggi pada

negara berkembang.

Amoebiasis merupakan infeksi traktus gastrointestinal manusia oleh  Entamoeba

histolytica, parasit yang dapat mengin$asi mukosa intestinal dan dapat menyebar ke

organ lain, utamanya hepar. Entamoeba dispar , amuba yang seara morfologis mirip

dengan E. histolytica juga membentuk koloni di lambung manusia dan telah dikenali

sebagai spesies terpisah tanpa potensi menimbulkan penyakit. Disetujuinya E.dispar 

sebagai spesies yang nyata namun masih berkerabat dekat dengan spesies protozoa

mempunyai arti besar dalam epidemiologi amubiasis, karena kebanyakan infeksi

asimptomatik saat ini dihubungkan dengan amoeba non#in$asif ini. Infeksi  E.

histolytica pada intestinal bermanifestasi sama dengan infeksi pada ekstra#intestinal

(%abel I". &al ini dapat dilihat pada abses hepar amoebik yang merupakan manifestasi

ekstra#intestinal terbanyak.

7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)

http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 2/9

Abses Hepar Amoebik (ALA)

Ini merupakan peradangan space-occupying lesion pada hepar yang disebabkan oleh

 Entamoeba histolytica. Insidensi yang dilaporkan oleh A'A ber$ariasi dari )

hingga *) dari semua kasus amoebiasis. Di India A'A menjadi endemik. Diagnosis

saat ini telah mengalami perubahan besar setelah adanya kemajuan di bidang

radiologi dan teknik biologi molekuler. &al ini juga memungkinkan penilaian

kembali penyakit dengan mengenali $ariasi gejala klinik seara meluas dan

 banyaknya komplikasi.

Tabel I : Sinrom klinis !an" ihubun"kan en"an in#eksi E. histolytica

Amoebiasis Intestinal

+ista asimptomatik 

+olitis Amoebik Akut

# +elainan mukosa

# +elainan transmural

# +olitis ulseratif post#disentri

Appendisitis

Amoeboma

Striktur Amoebik 

Amoebiasis $kstraintestinal

Abses hepar amoebik 

Perforasi dan peritonitis

Amoebiasis +utaneous

Amoebiasis Pleuropulmonar 

Periarditis Amoebik 

 

%elah diobser$asi baha deskirpsi klasik A'A harus dimodifikasi karena banyaknya

 pasien yang ber$ariasi. &al ini karena pemahaman yang lebih baik terhadap

 patogenesis dan presentasi penyakit atau perubahan pola penyakit. -ollo up jangka

7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)

http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 3/9

 panjang terhadap pasien membantu dalam identifikasi faktor yang mempengaruhi

 pola penyembuhan. Pemisahan pasien risiko tinggi seara klinis rele$an sehingga

 pengobatan seara agresif dapat dilakukan.

%ejala &linis

Abses hepar amoebik umumnya munul pada usia /#01 tahun. Diatat seara tidak 

teratur pada umur ekstrim dan 2#* kali lebih banyak pada pria. A'A dapat

menunjukkan proses penyakit akut ataupun kronik. +lasifikasi berdasarkan durasi

 penyakit dan tingkat keparahannya sebagai berikut3

i. Akut 3 4 Akut jinak  

  4 Akut agresif 

ii. +ronik3 4 +ronik jinak 

 4 +ronik diperepat

+ebanyakan pasien menunjukkan gejala akut dan durasi munulnya gejala kurang

dari minggu. 5ejala yang umumnya munul adalah nyeri abdomen, demam dan

anoreksia. 6yeri abdomen biasanya moderate dan berlokasi di kuadran kanan atas

atau pada epigastrium. 6yeri abdomen difus, nyeri dada pleuritik dan penjalaran nyeri

dari kuadran kanan atas ke bahu kanan tidak jarang terjadi. 6yeri epigastrium

umumnya terdapat jika abses berada pada lobus sinister. Demam derajat sedang

merupakan ontoh yang paling banyak, dimana demam tinggi dan menggigil

merupakan tanda infeksi sekunder (oleh bakteri". 7atuk dengan atau tanpa dahak dan

nyeri dada pleuritik juga sering terlihat pada A'A. Selama perjalanan penyakit,

sepertiga pasien dapat menjadi ikterus. Ikterus berat biasanya terjadi karena abses

 besar dan multipel, atau pada kondisi abses terletak pada $ena porta hepatika.

8aundie menguatkan diagnosis dan kemungkinan obstruksi intrahepatik atau

hepatitis $irus. Diare dan penurunan berat badan tidak umum terjadi. Sayangnya,

7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)

http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 4/9

diare merupakan masalah umum yang terjadi pada daerah tropis yang mungkin tidak 

dipertimbangkan untuk pasien. &epatomegali lunak terdapat pada 9/) pasien.

Permukaan hepar umumnya liin (halus". Abdomen atas menonjol dan kaku terlihat

 pada minoritas kasus yang menunjukkan adanya peritonitis. %oksemia dan septikemia

 juga bisa ada.

7erbagai $ariasi tampakan klinis menjadi perhatian klinisi. Abses pada lobus hepatis

sinistra dapat bermanifestasi sebagai toksemia, ikterus dan ensefalopati. Asites yang

terjadi pada pasien A'A menandakan obstruksi $ena a$a inferior, dan batuk dengan

lendir yang sangat banyak menandakan ruptur dan adanya saluran menuju bronkus

inferior de:tra.

Variasi

A'A biasanya terjadi pada lobus hepatis de:ter dan soliter (/) # 2/)". %ampakan

yang tidak biasa terjadi yaitu abses multipel, abses lesi kompresif dan abses yang

ruptur ke $isera. &al ini penting seara klinis karena penyakit ini dapat sembuh seara

alami dan berpotensi menjadi fatal jika abses tidak diobati.

Abses hepar multipel : 'ima belas persen pasien dapat menderita abses multipel.

5ejalanya demam, toksemia, ikterus dan ensefalopati. %oksemia menandakan adanya

infeksi sekunder oleh bakteri yang menjadikan penyakit bertambah berat.  E.coli dan

 Klebseilla  merupakan organisme tersering. Pasien ini akan menunjukkan gambaran

klinis yang tidak dapat dibedakan dengan ensefalopati hepatik karena kegagalan

hepatoseluler akut. ;nsefalopati hepatik pada pasien A'A mungkin merupakan hasil

dari kombinasi oklusi $ena hepatia de:tra, piloflebitis, dan oklusi pada beberapa

$ena porta radikal.

Le#t lobe abs'ess : %iga puluh lima persen pasien menderita abses lobus hepatis

sinister. Sebagian pasien ini berhubungan dengan lesi pada lobus hepatis de:ter yang

memberikan lesi sisa sebagai abses soliter lobus hepatis sinister. Pasien ini

7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)

http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 5/9

mempunyai durasi gejala yang lebih panjang (#0 minggu" dan jarang ditemukan

demam dibandingkan dengan pasien abses lobus hepatis de:ter. Penyakit ini dapat

memberikan gejala adanya massa epigastrik dengan pergerakan minimal saat

respirasi. Seringkali klinisi berputus asa karena bingung membedakan penyakit ini

dengan pseudokista pankreas. Pasien ini juga mengalami penurunan berat badan

dengan sedikit gejala pada hepar. +omplikasi seperti peritonitis dan toksemia seara

signifikan lebih umum pada abses lobus hepatis sinister. Aspirasi dengan jarum

 bermanfaat jika dikombinasikan dengan obat anti#amuba. Indeks keurigaan dan

keepatan diagnosis penting untuk penatalaksanaan yang tepat.

Lesi kompresi : A'A yang berlokasi di posterior lobus hepatis de:ter menyebabkan

obstruksi $ena a$a atau obstruksi aliran hepatik. &al ini ditunjukkan dengan adanya

edema tungkai bilateral, asites, $ena#$ena pada dinding abdomen anterior dan

 posterior tampak, disertai dengan adanya gejala klinis, radiologi, dan serologis dari

A'A. 5ejala ini hilang setelah aspirasi abses.

Perluasan abses :  +ebooran abses dapat menyebar ke a$um pleura menjadi

empiema torakis. Perluasan intra#abdominal terjadi akibat perforasi a$um

 peritoneum yang bisanya dihubungkan dengan syok dan peritonitis yang dapat terjadi

 pada 2) kasus. <uptur ke dalam kolon dan dutus biliaris juga dilaporkan. ;fusi

subhepatik juga terlokalisir dan terperangkap. &al tersebut jarang terjadi dan hanya

terjadi pada sejumlah keil kasus A'A. Pola klinis di atas telah dideskripsikan lebih

sering dengan ketersediaan rutin pemeriksaan ultrasonografi dan serologis. =ariasi

klinis ini penting karena terapi dan prognosisnya signifikan sehingga dapat

memberikan hasil terbaik bagi pasien dengan abses soliter.

ia"nosis

>ltrasonografi sangat berguna unutk diagnosis abses hepar amoebik. 5ambaran

klasiknya adalah massa bulat atau o$al yang tidka homogen, hipoekoik dan batas

tegas. <esolusi lengkap abses hepar amoebik dapat terapai hingga tahun.

7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)

http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 6/9

Diagnosis perkutaneus dengan menggunakan aspirasi jarum dibutuhkan untuk 

membedakan abses hepar amoebik dan piogenik.

Serolo"! :  Serum antibodi terhadap amoeba terbentuk hanya saat infeksi  E.

histolytica dan tidak pada infeksi E. dispar . %idak adanya serum antibodi terhadap E.

histolytica setelah ? minggu munulnya gejala merupakan bukti kuat menegakkan

diagnosis amoebiasis in$asif olon dan hepar. Serum antibodi amoeba terdeteksi 91#

*1) dari seluruh pasien dengan in$asif amoebiasis atau abses hepar. Antibodi

menetap dalam beberapa tahun. ;'ISA atau I&A tidak dapat membedakan akut dari

infeksi jauh di area endemik tinggi. Antigen parasit murni dan rekombinan

dimanfaatkan pada studi serologis dengan hasil yang baik. 'ebih dari *1) pasien

dengan abses hepar amoebik memiliki antibodi pada serumnya hingga ?2/ +D

subunit galaktosa yang dapat menginhibisi ikatan lektin. Antigen ini sangat spesifik 

untuk membedakan serum fase akut dengan serum fase pemulihan di daerah endemik 

tinggi.

Metoe terbaru : Strategi diagnostik terbaru melibatkan deteksi protein antigen pada

feses atau serum oleh antibodi monoklonal dan deteksi D6A parasit dengan

menggunakan pemeriksaan nukleotida dan amplifikasi PC<. Alat ;'ISA komersial

yang menggunakan antibodi monoklonal seara langsung melaan amoeba yang

 berikatan dengan lektin dan seara akurat membedakan patogen sejati  E. histolytica

dengan E. disparhas, yang mana baru saja dikembangkan untuk penggunaan klinis.

Deteksi antigen lektin amoebik pada sampel serum dari pasien dengan abses hepar 

amoebik juga lebih dari *1) sensitif jika digunakan untuk pengobatan dengan

metronidazole.

Terapi Meis

%erapi medis diberikan dengan agen tunggal atau kombinasi obat untuk parasit

ekstraluminal. @bat#obat amubisidal (%abel II" diklasifikasikan menjadi kelompok 3

amubisidal luminal, jaringan dan ampuran. Duodohydro:yuin, dilo:anide furoate,

7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)

http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 7/9

dan paromomyin merupakan amubisidal luminal. Amubisidal yang efektif pada

 jaringan yaitu emetine dan dehydroemetine, yang bekerja pada hepar dan dinding

intestinalB sedangkan klorokuin bekerja hanya pada hepar. ;metine dan

dehydroemetine tidak digunakan lagi karena efek kardiotoksisitasnya. Amubisidal

yang efektif untuk jaringan dan lumen intestinal yaitu nitroimidazole yang merupakan

deri$at metronidazole, tinidazole, dan ornidazole. @bat#obat tersebut merupakan obat

 pilihan pada amubiasis in$asif. !etronidazole oral maupun intra$ena atau tinidazole

 juga memberikan perubahan klinis yang epat terhadap abses hepar amoebik. @bat ini

harus diikuti dengan pemberian obat yang aktif seara luminal.

Tabel II : armakoterapi untuk in#eksi E. histolytica paa easa

• In#eksi Intraluminal  Dilo:anide furoate 1// mg, :? selama / hari

Paromomyin / mgkgday, selama ?/ days (dibagi

dalam dosis"

Iodouinol 1/ mg :? selama / hari

• &olitis In+asi#  !etronidazole 9// mg :? selama 1 hari

%inidazole ? g :? selama hari

• Abses Hepar Amoebik  !etronidazole 9// mg :? selama ?/ hari (atau 1//

mg 0:? I="

 6itroimidazoles (termasuk metronidazole" efektif pada sekitar */) kasus. %erapi

harus kontinyu selama ?/ hari. <elaps telah dilaporkan dengan terapi durasi ini dan

obat mungkin digunakan hingga minggu. Dosis metronidazole adalah 0/

mgkg77hari dalam dosis yang terbagi. %inidazole telah digunakan pada dosis ?.

ghari selama 2 hari, namun dosis ini belum ditetapkan seara pasti. +lorokuin,

emetine, dan dehydroemetine juga digunakan. %erapi agen tunggal dengan

metronidazole memberikan hasil yang sangat baik dan obat toksik alternatif jarang

diindikasikan dan digunakan umumnya pada pasien dengan penyakit serius ketik 

risiko kegagalan terapi tidak disetujui. <epson terhadap obat#obat anti#amuba telah

dibuktikan baha dalam 09#2 jam terjadi pengurangan gejala seperti toksemia, nyeri

abdomen, anoreksia, ikterus, dan hepatomegali.

7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)

http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 8/9

Aspirasi atau rainase Abses

Aspirasi rutin abses hepar tidak diindikasikan untuk tujuan diagnostik maupun

terapieutik. +ombinasi >S5 dan tes serologis yang positif disertai gejala klinis

merupakan keadaan yang adekuat untuk memulai terapi dengan obat. Indikasi

dilakukan aspirasi adalah sebagai berikut3 tidak ada perbaikan gejala dalam 09#2

 jam, abses lobus hepatis sinister, tipisnya jaringan yang mengelilingi abses (E ?/ mm"

dan abses yang seronegatif. Pada sebagian pasien aspirat (airan hasil aspirasi"

menyerupai saus ikan. Farna oklat pada aspirat dikarenakan perampuran darah

dengan jaringan hepar. Pemberian dengan terapi anti#amuba saja sama efektifnya

dengan aspirasi rutin yang dikombinasikan dengan obat anti#amuba pada terapi

 pasien dengan abses hepar tanpa komplikasi.

Inter+ensi eah

Drainase bedah terbuka jarang diindikasikan dan bisa saja dilakukan pada keadaan

abses yang besar dengan hasil yang tidak baik dengan aspirasi jarum atau terjadi

kemunduran seara klinis alaupun telah dilakukan aspirasi jarum, dan pada A'A

dengan komplikasi. %ingkat kematian dengan pembedahan sangat tinggi. @leh karena

itu, ini hanya dilakukan jika ka$itas ruptur ke $isera atau peritoneum.

ollo -p .an"ka Panjan"

Setelah perbaikan klinis, pasien menunjukkan sedikit gejala dan follo up >S5

menunjukkan lesi hipoekoik persisten. Faktu rata#rata yang dibutuhkan untuk 

menghilangnya kelainan pada >S5 sekitar #* bulan. <elaps tidak biasa terjadi dan

alaupun pada >S5 masih terlihat abnormalitas, terapi tidak harus dilanjutkan. Polaresolusi yang terlihat pada follo up >S5 meliputi3 tipe I, dimana a$itas hilang

seara komplit dalam bulan (*.9)"B tipe II, dimana terjadi reduksi yang epat

hingga 1) dari ukuran ka$itas sebelumnya dan kemudian terjadi

 perlambatanpenundaan resolusi (1.*)". -aktor#faktor yang mempengaruhi aktu

7/24/2019 Translate Jurnal (AIZAT)

http://slidepdf.com/reader/full/translate-jurnal-aizat 9/9

 penyembuhan meliputi ukuran ka$itas abses, hipoalbuminemia, dan anemia. %ipe

gejala klinis, penyembuhan alami, jumlah atau lokasi abses dan aktu terjadinya

resolusi klinis pada abses hepar multipel mirip dengan abses soliter dan jumlah abses

tidak berpengaruh seara signifikan terhadap pola atau keepatan penyembuhan.

=olume total abses dari seluruh ka$itas merupakan faktor paling penting yang

mempengaruhi aktu resolusi pada abses multipel. +arena resolusi klinis tidak 

 berhubungan dengan resolusi >S5, maka kriteria klinis lebih baik dibandingkan >S5

untuk memonitor hasil terapi.

Pro"nosis

Ada kategori pasien A'A3 pasien dengan prognosis baik dan prognosis buruk.

+elompok#kelompok ini dapat diidentifikasi dengan mudah dengan menge$aluasi

kriteria klinis, biokimia, dan >S5. +adar bilirubin G .1 mgd', ensefalopati, $olume

ka$itas abses dan hipoalbuminemia (kadar albumin serum E ./ gd'" merupakan

faktor risiko independen untuk angka kematian. Durasi gejala dan tipe pengobatan

tidak mempengaruhi kematian.