trigger finger

47
BAB I PENDAHULUAN Tendinitis dapat terjadi jika semua beban dari otot harus dialirkan melalui tendon cables. Jika tekanan terus berlangsung pada cables, maka akan terjadi iritasi dan sakit yang akhirnya menghasilkan tendinitis. Tendinitis umumnya terjadi pada pergelangan tangan, siku dan bahu. Gejala tendonitis umumnya terjadi titik lembut/empuk dan bengkak. American Dental Association, 2004, dalam An Introduction to Ergonomics: Risk Factors, MSDs, Approaches and Interventions menjelaskan bahwa Tenosynovitis adalah inflamtasi pada tendon dan tendon shesth, dimana keduanya terkait dengan kejadian nyeri selama pergerakan fisik dimana tendon dalam keadaan tegang. Inflamtasi dapat terjadi pada tendon otot yang mengontrol pergerakan jari-jari, pergelangan tangan dan lengan atas. Tipe-tipe Tenosynovitis secara umum pada tangan dan pergelangan tangan meliputi otot ibu jari (jempol) dan jari telunjuk. Gejala terjadinya Tenosynovitis adalah bengkak dan nyeri.

Upload: dika-herza-pratama

Post on 20-Jan-2016

862 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

triger finger

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Tendinitis dapat terjadi jika semua beban dari otot harus dialirkan melalui

tendon cables. Jika tekanan terus berlangsung pada cables, maka akan terjadi iritasi

dan sakit yang akhirnya menghasilkan tendinitis. Tendinitis umumnya terjadi pada

pergelangan tangan, siku dan bahu. Gejala tendonitis umumnya terjadi titik

lembut/empuk dan bengkak.

American Dental Association, 2004, dalam An Introduction to Ergonomics:

Risk Factors, MSDs, Approaches and Interventions menjelaskan bahwa Tenosynovitis

adalah inflamtasi pada tendon dan tendon shesth, dimana keduanya terkait dengan

kejadian nyeri selama pergerakan fisik dimana tendon dalam keadaan tegang.

Inflamtasi dapat terjadi pada tendon otot yang mengontrol pergerakan jari-jari,

pergelangan tangan dan lengan atas. Tipe-tipe Tenosynovitis secara umum pada

tangan dan pergelangan tangan meliputi otot ibu jari (jempol) dan jari telunjuk.

Gejala terjadinya Tenosynovitis adalah bengkak dan nyeri.

Trigger finger (jari macet) merupakan suatu tipe tendinitis yang terjadi pada

tendon-tendon yang berfungsi untuk fleksi jari-jari tangan. Sebenarnya tidak ada otot

pada jari-jari itu sendiri. Kita menggerakkan jari-jari kita sebenarnya seperti mamakai

remote kontrol, yaitu otot-otot lengan bawah terhubungkan dengan tulang pada jari-

jari oleh sesuatu yang halus, fleksibel, berbentuk benang yang dinamakan tendon.

Otot-otot lengan bawah menarik tendon untuk memfleksikan sendi jari-jari tanga.

Trigger finger merupakan suatu keadaan dimana jari tangan terkunci dalam

posisi tertekuk. Trigger finger yaitu saat kita dapat menekuk jari tetapi tidak dapat

meluruskannya kembali. Hal ini terjadi akibat adanya pengapuran pada tendon otot

jari tangan yang menghambat pergerakan tangan pada saat diluruskan. Pada saat jari

tangan tidak dapat diluruskan setelah menggenggam akan terasa nyeri pada pangkal

jari.

Keadaan ini sering dialami oleh orang yang aktifitasnya banyak merefleksikan

tangan, seperti mengepal dan menggenggam dengan kuat. Gerakan tangan

menggenggam berulang-ulang menimbulkan gerakan pada otot-otot tangan (tendon

flextor jari) dengan first annular pulley (sendi antara jari dan telapak tangan).

Gesekan ini bisa mengakibatkan peradangan dan menimbulkan bengkak pada

tendontendon jari tangan. Kondisi ini biasanya terjadi pada jari tengah, jari manis,

dan kelingking.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Tangan

1. Tulang dan sendi

a. Karpal

Ke delapan ossa karpi yang membentuk carpus kerangka

pergelangan tangan, teratur menjadi dua baris. Dari lateral ke medial, tiga

tulang besar pada baris proksimal, ialah os scaphoideum yang berbentuk

seperti biduk, os lunatum yang menyerupai bulan, os triquetrum yang

menyerupai limas, os pisiforme yang kecil dan menyerupai kacang

polong, terletak pada permulaan palmar os triquetrum. Pada baris distal,

dari lateral ke medial, terdapat os trapezium, os travesium yang sedikit

yang sedikit banyak menyerupai baji, os kapitatum, dan os hamatum yang

menyerupai baji dengan sebuah taju seperti kait, yakni hamulus ossis

hamati. Secara amat mencolok carpus dari sisi ke sisi berwujud cembung

di sebelah dorsal dan cekung disebelah palmar.

b. Metakarpal & Phalanx

Kelima ossa metakarpi yang membentuk metacarpus dan kerangka

tangan sejati, menghubungkan karpus dengan phalanx jari-jari tangan.

Masing-masing os metakarpus terdiri dari sebuah badan (tangkai) dan dua

ujung. Ujung distal atau caput metacarpale bersendi dengan phalanx dan

membentuk buku-buku jari pada tinju, ujung proksimal atatu basis

metacarpalis bersendi dengan ossa carpi. Masing-masing jari tangan

memiliki tiga phalanx, kecuali pollex (digitus primus I) yang hanya

terdiri dari dua phalanx. Masing-masing phalanx terdiri dari sebuah basis

phalangis di ujung proksimal, dan sebuah kaput phalangis di ujung distal.

Gambar 1. Anatomi tangan

2. Otot-otot tangan

Otot tangan intrinsik digolongkan menjadi empat kelompok:

1. Otot thenar dan kompartemen thenar

2. Musculus adductor pollicis dalam kompartemen aduktor

3. Otot-otot hypothenar dalam kompartemen hypothenar

4. Otot-otot tangan pendek (musculi lumbricales dalam kompartemen tengah

dan musculi interossei antara ossa metacarpi.

Otot-otot thenar(musculi abduktor pollicis brevis, musculi fleksor pollicis

brevis, dan musculi opponens pollicics terutama berfungsi untuk mengadakan

oposisi pollex (digitus primus). Gerak majemuk ini dimulai dengan ektensi, lalu

dilanjutkan dengan abduksi, fleksi, endorotasi, dan biasanya aduksi. Kontraksi

bantuan musculus adductor pollicics dan musculus flexor pollicis longus

memperkuat tenaga jepit pollex (digitus primus I) pada oposisi terhadap ujung jari

lainnya.

Musculus adduktor pollicis yang terletak dalam, mempunyai dua kaput

yang terpisah oleh arteri radialis pada tempat masuk arteri kedalam telapak tangan

untuk membentuk arcus palmaris profundus. Perlekatan distal kaput musculus

adductor pollicis adalah pada aspek medial basis phalangis proksimal. Dalam

tendon insersi terdapat sebuah os sesamoidea.

Otot-otot hipothenar (musculus abductor digiti minimus, musculus fleksor

digiti minimi brevis, dan musculus opponens digiti minimi) membentuk tonjol

hypothenar dan mengerakan digiti minimus (quintus V).

Dalam kelompok otot-otot tangan pendek termasuk musculi lumbricales

dan musculi interossei. Musculi lumbricales mempengaruhi keempat jari medial,

musculi interossei empengaruhi kelima jari. Musculi interossei yang terdapat

antara ossa metacarpi, teratur menjadi dua lapis, tiga otot di sebelah palmar dan

empat otot disebelah dorsal. Musculus interossei dorsal mengadduksi jari-jari, dan

musculuss interossei palmaris mengaduksinya. Jalan untuk mengingatnya dengan

mudah adalan Dorsal ABduksi (DAB) dan Palmar ADuksi (PAD).

Tendon otot-otot fleksor tangan ekstrinsik. Tendon musculus digitorum

superficial (FDS) dan musculus fleksor digitorum profundus (FDP) diselubungi

oleh vagina synovialis communis musculorum flexorum disebelah retinakulum

flexorum. Tendon-tendon ini memasuki kompartemen tengah tangan dan lali

memancar ke distal untuk memasuki vagina synovialis tendinis digiturum mmanus

masing-masing. Sarung sinovial ini memungkinkan tendon meluncur secara bebas

satu terhadap yang lain sewaktu dilakukan gerak pada jari0jari. Di dekat basis

phalangis proximal tendo FDS bercerai menjadi dua dan mencakup tendon FDP.

Kedua pita tendon FDS melekat pada tepi-tepi phalanges mediae. Setelah melalui

cagak antara pita-pita tendon FDS, tendon FDP melekat pada phalanx distal.

Vagina fibrosa digiti manus adalah pembungkus yang kuat untuk tendon

fleksor serta sarung in meluas dari caput ossis metacarpalis sampai basis phalangis

distalis dan menghindari tendon fleksor tertarik menjauhi jari-jari. Vagina fibrosa

digiti manus adalah pembungkus yang kuat unutk tendon fleksor serta sarung

synovialnya. Vagina fibrosa digiti manus bersama tulang-tulang membentuk

terowongan osteofibrotik yang didahului oleh tendo untuk mencapai jari-jari. Pada

Vagina fibrosa digiti manus dapat dibedakan bagian yang tebal dan bagian yang

tipis: bagian yang tebal membentuk ligamentum anulare dan ligamentum

cruciatum.

Tendo-tendo otot fleksor panjang dipendarahi oleh pembuluh darah kecil

yang melintasi dalam lipa-lipat sinovial (vinculum, jamak vincula) dari periosteum

phalanx. Tendo musculus flexor pollicis longus melintasi ke pollex disebelah

dalam retinakulus flexorum dalam sarung sinovialnya sendiri. Pada kaput os

metacarpale tendo ini melintasi antara dua os sesamoidea, satu tendo bersama

musculus abductor pollis brevis, dan yang lain dalam tendo musculus adductor

pollicis.

Tendon merupakan jaringan fibrosa yang kuat, yang menghubungkan otot

dengan tulang. Dimana tulang merupakan bagian tubuh yang menyokong atau

memberi bentuk pada tubuh manusia. Sedangkan otot merupakan jaringan yang

terdapat pada seluruh tubuh manusia yang berguna untuk pergerakan. Tulang dan

otot tersebut dilekatkan oleh jaringan kuat yang bernama tendon.

Tendon sangatlah kuat tetapi tidak banyak stretch. Ketika mereka menjadi

rusak, tendon bisa memakan waktu yang lama untuk sembuh. Tendinitis

merupakan peradangan pada tendon. Peradangan tersebut bisa disebabkan oleh

beberapa sebab,misalnya dikarenakan oleh regangan, olaraga yang berlebihan,

luka, repitisi gerakan, gerakan yang tidak biasa dan tiba-tiba. Sebagian besar

tendinitis terjadi pada usia pertengahan atau usia lanjut, karena tendon menjadi

lebih peka terhadap cedera, elastisitasnya berkurang. Tendinitis juga terjadi pada

usia muda karena olahraga yangberlebihan atau gerakan yang berulang-ulang.

Selubung tendon juga dapat terkena penyakit sendi, seperti artritis

reumatoid, skleroderma sistemik, gout, dan sindroma reiter. Pada dewasa muda

yang menderita gonore (terutama wanita), bakteri gonokokus bisa menyebabkan

tenosinovitis (tendinitisyang disertai dengan peradangan pada selubung pelindung

di sekeliling tendon), biasanya pada tendon di bahu, pergelangan tangan, jari

tangan, pingggul, pergelangan kaki, dan kaki.

Ada beberapa penyakit yang menyebabkan tendinitis, diantaranya adalah

rheumatoid artritis, gout, reiter’s syndrome, lupus, dan diabetes. Orang dengan

penyakit gout ada kristal asam urat yang nampak pada pembungkus tendon yang

menyebabkangesekan dan robekan.kadar kolesterol darah yang sangat tinggi juga

dapat berhubungan dengan kondisi ini.

Untuk lebih memahami trigger finger, penting untuk kita memahami

anatomi yang terkait. Tendon adalah jaringan ikat yang menghubungkan otot ke

tulang. Setiap otot memiliki dua tendon, yang masing-masing melekat pada tulang.

Pertemuan tulang bersama dengan otot membentuk sendi. Ketika otot

berkontraksi, tendon akan menarik tulang, sehingga terjadi gerakan sendi.

Tendon pada jari-jari melewati ligamen, yang bertindak sebagai katrol.

Sebagaimana kita ketahui trigger finger adalah suatu bentuk cedera akibat aktivitas

berlebihan yang berulang-ulang dengan gejala mulai dari tanpa rasa sakit dengan

sesekali bunyi gemeretak / menyentak jari, untuk disfungsi parah dan rasa sakit

dengan jari terus terkunci dalam posisi menekuk ke bawah ke telapak tangan.

B. Trigger Finger

1. Definisi

Trigger finger merupakan suatu keadaan dimana jari tangan terkunci

dalam posisi tertekuk. Trigger finger yaitu saat kita dapat menekuk jari

tetapi tidak dapat meluruskannya kembali. Hal ini terjadi akibat adanya

pengapuran pada tendon otot jari tangan yang menghambat pergerakan

tangan pada saat diluruskan. Pada saat jari tangan tidak dapat diluruskan

setelah menggenggam akan terasa nyeri pada pangkal jari.

Tenosynovitis Stenosing, lebih dikenal sebagai  Trigger Finger,

adalah gangguan yang telah mendapat perhatian yang lebih besar dalam

industri medis selama beberapa tahun terakhir. Seringkali dikategorikan

sebagai penyakit di masa lalu, hubungannya dengan berlebihan dan cedera

langsung telah menjadi lebih baik diakui, mengungkapkan hal itu hanya

sebagai bentuk lain dari begitu banyak cedera regangan berulang seperti

yang ada carpal tunnel syndrome, tenis dan siku pegolf.

Keadaan ini sering dialami oleh orang yang aktifitasnya banyak

merefleksikan tangan, seperti mengepal dan menggenggam dengan kuat.

Gerakan tangan menggenggam berulang-ulang menimbulkan gerakan pada

otot-otot tangan (tendon flextor jari) dengan first annular pulley (sendi

antara jari dan telapak tangan). Gesekan ini bisa mengakibatkan peradangan

dan menimbulkan bengkak pada tendon-tendon jari tangan. Kondisi ini

biasanya terjadi pada jari tengah, jari manis, dan kelingking.

Trigger finger juga dikenal dengan nama jari yang macet. Dimana

pasienbercerita tentang jarinya yang macet. Setelah mengepal jari-jari yang

sehat dapatdiluruskan dengan mudah, tetapi jari yang macet itu tetap berada

dalamkeadaan fleksi di sendi interphalangeal proksimal. Adakalanya

dimacetnya, maka yang nyeri yang hebat dirasakan dengan terdengarnya

“klek” pada saat jari yang macet diluruskan secara pasif

Gambar 2. Trigger finger

2. Etiologi

Kejadian trigger finger kongenital umumnya disebabkan oleh adanya

nodul pada tendon fleksorpolisis longus. Sementara pada orang dewasa,

beberapa kasus yang terjadi mungkin berhubungandengan trauma berulang.

Lebih dari satu penyebab potensial telah dijelaskan, tetapi etiologi

tetapidiopatik, artinya penyebabnya tidak diketahui. Keadaan ini sering

disebut dengan tenosinovitis stenosing (stenosans tenovaginitis khusus pada

jari), tapi hal ini mungkin keliru, karena radang bukan fitur dominan pada

keadaan ini.

Penyebab pasti dari trigger finger belum diketahui dan belum pasti

(idiopatic). Dimungkinkan akibat perubahan morfologi nodule dan pulley

seperti subluksasi m.ekstensor digitorum communis, melekatnya ligamen

kolateral dari sendi metacapophalangeal pada prominen tulang pada sisi

metatarsal, dll. Orang dengan riwayat penyakit collagen vascullar seperti

rheumatoid artritis, diabetes mellitus, arthitis psoriatis, amyloidosis,

hipotiroid, sarkoidosis, dan pigmented vilonodular synovitis memiliki faktor

resiko lebih besar terkena trigger finger dibandingkan orang yang yang tidak

memiliki riwayat tersebut.

Trigger finger disebabkan oleh kelainan pada tendon dan

sarungnya,kebanyakan disebabkan oleh suatu nodulus tendon otot fleksor

jari-jari kaput osmetacarpal. Disitu tendon melewati retinakulu.

Namundemikian, pembengkakantendon setempat dapat disebabkan oleh

xantoma, tofus gout, nodulus rematoid.

Penyebab trigger finger ini bisa disebabkan oleh trauma misalnya

aktivitas yang berulang dan berat menggunakan jari-jari tangan atau bisa

bersifat idiopatik. Penderita diabetes mellitus dan rheumatoid arthritis

memiliki resiko lebih besar terkena kondisi ini.

Sebagian besar tendinitis terjadi pada usia pertengahan atau usia

lanjut, karena tendon menjadilebih peka terhadap cedera.Tendinitis juga

terjadi pada usia muda karena olah raga yang berlebihan atau karena

gerakanyang dilakukan berulang-ulang.Selubung tendon juga dapat terkena

penyakit sendi, seperti artritis rematoid, sklerodermasistemik, gout  dan

sindroma Reiter. Pada dewasa muda yang menderita gonore (terutama

wanita), bakteri gonokokus bisamenyebabkan tenosinovitis, biasanya pada

tendon di bahu, pergelangan tangan, jari tangan,pinggul, pergelangan kaki

dan kaki.

Faktor resiko trigger finger.

a. Pergerakan berulang (repeated gripping)

Misalnya : pada pemain alat musik 

b. Penyakit peserta (Certain health problems)

Misalnya : rheumatoid arthritis, diabetes,hypothyroidism, amyloidosis

dan infeksi(tuberculosis).

c. Jenis Kelamin

Lebih sering pada wanita

3. Patofisiologi

Tendon adalah ujung otot yang melekat pada tulang. Fungsinya untuk

menghubungkan berbagai organ tubuh seperti otot dengan tulang-tulang,

tulang dengan tulang, juga memberikan perlindungan terhadap organ tubuh.

tendon merupakan struktur dalam tubuh yang lentur tapi kuat yang

menghubungkan otot ke tulang. Ketika otot berkontraksi, tendon akan

menarik tulang, sehingga terjadi gerakan sendi. Tendon pada jari-jari

melewati ligamen, yang bertindak sebagai katrol.

Tendinitis adalah peradangan pada tendon. Tenosinovitis adalah

tendinitis yang disertai dengan peradangan pada selubung pelindung

disekeliling tendon. Tendon merupakan jaringan fibrosa yang kuat, yang

menghubungkan otot dengan tulang. Selubung tendon membungkus

beberapa tendon. Jari pelatuk (trigger finger ) merupakan suatu keadaan

dimana jari tangan terkunci dalam posisi tertekuk. Hal ini terjadi jika 1

tendon yang menekuk jari tangan mengalami peradangan dan membengkak.

Dalam keadaan normal, tendon ini bergerak secara halus ke dalam dan ke

luar dari selubung disekitarnya pada saat jari tangan lurus dan menekuk.

Ketika jari tangan menekuk, tendon yang meradang keluar dari selubungnya,

tetapi jika tendon terlalu membengkak atau membentuk benjolan, maka jika

jari tangan diluruskan, tendon akan sulit kembali ke posisinya semula. Untuk

meluruskan jari tangan, penderita harus mendorong daerah yang

membengkak ke dalam selubung. Tindakan ini menghasilkan perasaan

meletus, seperti yang dirasakan ketika menarik pelatuk.

Penderita diabetes mellitus dan rheumatoid arthritis memiliki resiko

lebih besar terkena kondisi ini. Mekanisme terjadinya keadaan ini adalah

adanya aktifitas-aktifitas fisik yang berat dan berulang-ulang pada orang

yang mempunyai kecenderungan pengumpulan cairan di sekitar tendon dan

sendinya seperti pasien diabetes mellitus dan rheumatoid. Pengumpulan

cairan disekitar tendon ini menyebabkan terjadinya penebalan nodule tendon

(biasanya pada tendon m.flexor digitorum profundus) sehingga tendon yang

bengkak ini bisa mengganggu gerakan normal pada tendon. Adanya

pembengkakan ini membuat mudah sekali tendon terjepit sehingga jari susah

untuk difleksikan (macet) atau terkunci pada posisinya dan mengakibatkan

jari terasa sakit dan mengeluarkan suara “klik” apabila usaha lebih keras

diberikan.

Pada trigger finger terjadi peradangan dan hipertrofi dari selubung

tendon yang semakin membatasi gerak fleksi dari tendon. Selubung ini

biasanya membentuk sistem katrol yang terdiri dari serangkaian sistem yang

berfungsi untuk memaksimal kekuatan fleksi dari tendon dan efisiensi gerak

di metakarpal.

Metakarpal (annular pertama) adalah lokasi yang paling sering terjadi

trigger finger, meskipun trigger finger dapat juga terjadi pada annular kedua

dan ketiga, serta aponeurosis palmaris. Studi menggunakan pemindaian dan

transmisi specimen mikroskop untuk memeriksa permukaan meluncur dari

katrol annular pertama menunjukkan bahwa specimen normal memiliki

lapisan matriks ekstraseluler, termasuk chondrosit, amorf seluruh lapisan

terdalam di katrol itu. Sampel patologis memiliki penampilan umum yang

sama, tetapi dengan berbagai ukuran dan berbentuk wilayah kerugian

matriks ekstraseluler. Daerah-daerah yang ditandai dengan proliferasi

kondrosit dan produksi kolagen. Hal demikian menunjukkan bahwa ini hasil

metaplasia fibrocartilagenous dari gesekan berulang-ulang dan kompresi

antara tendon fleksor dan lapisan dalam yang sesuai dari katrol annular

pertama.

Biasanya, tendon fleksor pada jari mampu bergerak bolak-balik di

bawah katrol penahan. Penebalan selubung tendon fleksor membatasi

mekanisme pergerakan normal. Nodul mungkin saja dapat membesar pada

tendon, yang menyebabkan tendon terjebak di tepi proksimal katrol A1

ketika pasien mencoba untuk meluruskan jari, sehingga menyebabkan

kesulitan untuk bergerak. Ketika upaya lebih kuat dibuat untuk meluruskan

jari, dengan menggunakan kekuatan lebih dari ekstensor jari atau dengan

menggunakan kekuatan eksternal (dengan mengerahkan kekuatan pada jari

dengan tangan lain), jari macet yang terkunci tadi terbuka dengan rasa sakit

yang signifikan pada telapak distal hingga ke dalam aspek proksimal

digiti. Hal yang kurang umum terjadi antara lain nodul tadi bergerak

pada distal katrol A1, mengakibatkan kesulitan pasien meregangkan jari.

Gambar 3. Tendinitis

Tendon yang bengkak (tendinitis) muncul pada seseorang yang

mempunyai kecenderungan terjadi pengumpulan cairan disekitar tendon dan

sendinya. Hal ini bisa terjadi akibat aktifitas-aktifitas yang berat dan

berulang-ulang. Ketika tendon fleksor ini terititasi, maka akan muncul nyeri,

bengkak dan kekakuan. Tendon yang bengkak ini bisa mengganggu gerakan

normal pada tendon dan bisa mengakibatkan jari-jari mengeluarkan suara

"klik", macet ( "triggering"), atau terkunci pada posisinya.

Tendon yang memfleksikan jari-jari ini mudah mengiritasi dan

melengketi bagian depan sendi pangkal jari-jari pada telapak tangan. Tendon

ini masuk ke dalam selubung, dimana selubung ini memanjang sampai ujung

jari. Tetapi permasalahan yang muncul hanya terjadi pada awal tempat

masuknya saja, yaitu yang paling sempit. Secara khas ditandai dengan

peradangan berat.

4. Gambarann Klinis

Manifestasi klinis dari trigger finger/stenosing tenosynovitis adalah

jari sulit untuk diluruskan atau ditekuk (jari seperti macet atau terkunci)

muncul biasanya dimulai tanpa adanya cedera. Gejala-gejala ini termasuk

munculnya benjolan kecil, nyeri di telapak tangan, pembengkakan, rasa tidak

nyaman di jari dan sendi. Kekakuan akan bertambah setelah tidak melakukan

aktivitas. Kadang jika tendon terasa bebas bisa bergerak tegak atau

dilakukan usaha meluruskan atau menekuk akan dirasakan sendi seperti

terjadi dislokasi/ pergeseran sendi. Pada kasus yang berat jari tidak dapat

diluruskan bahkan dengan bantuan.

Dalam anamnesis kita dapat menemukan pengakuan dari pasien

bahwa pasien sering merasakan jarinya sulit untuk digerakan namun tidak

ada riwayat cedera sebelumnya apalagi pasien memiliki faktor resiko

penyakit yang dapat meningkatkan peluang terjadinya trigger finger.

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengeliminasi diagnosis banding pada

pasien dengan keluhan jari macet. Berdasarkan literatur, pemeriksaan

penunjang bukan merupakan gold standar dalam menentukan diagnosis dari

trigger finger. Justru anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah mencukupi

untuk mendiagnosis trigger finger.

Gejala ini muncul biasanya dimulai tanpa adanya cidera. Gejala-

gejala ini termasuk adanya benjolan kecil, nyeri di telapak tangan,

pembengkakan, rasa tidak nyaman di jari dan sendi. Kekakuan akan

bertambah jika pasien tidak melakukan aktifitas, misalnya saat anda bangun

pagi. Dan kadang kekakuan akan berkurang saat melakukan aktifitas.

Kadang kadang jika tendon terasa bebas bisa bergerak tegak akan dirasakan

sendi seperti terjadi "dislokasi" / pergeseran sendi.Pada Kasus kasus yang

berat jari tidak dapat diluruskan bahkan dengan bantuan. Pasien dengan

diabetes biasanya akan terkena lebih parah.

Gambar 4. Trigger Finger Digiti III

Pada tingkat lipatan palmaris distal, adanya satu benjolan bisa teraba

lembut, biasanya yang melapisi metakarpofalangealis (MCP). Ketika pasien

mencoba untuk menggerakkan lebih kuat di luar batasan tersebut, gerakan

dapat memicu angka di luar batasan tersebut. Gerakan trigger finger  sangat

menyakitkan bagi pasien. Pada kasus yang parah, pasien tidak dapat untuk

menggerakkan di luar pembatasan itu, jadi tidak terjadi trigger finger.

Dengan trigger finger, kelembutan untuk palpasi ditemukan pada aspek

palmaris sendi MCP pertama bukan dari lipatan palmaris distal. Trigger

finger akan menimbulkan rasa sakit dan bengkak pada telapak tangan (area

merah) dan kaku, nyeri dan "klik" pada sendi jari-jari (area biru).

Gambar 5. Trigger Finger Digiti IV

Gejala trigger finger dapat dibagi ke dalam empat kategori, mulai

dari yang ringan hingga yang berat. Gejala ini muncul biasanya dimulai

tanpa adanya cidera. Pertama, jari sulit ditekuk maupun diluruskan namun

belum disertai rasa sakit. Kedua, jari sulit ditekuk maupun diluruskan dan

sudah disertai rasa nyeri. Ketiga, jari sudah lebih sulit ditekuk maupun

diluruskan yang disertai rasa nyeri yang lebih sakit, biasanya ada

pembengkakan. Keempat adalah kondisi locked di mana jari betul-betul

sudah tidak bisa ditekuk maupun diluruskan.

Hal tersebut biasanya terjadi di pagi hari ketika baru bangun tidur.

Saat kondisi tidur, detak jantung berbeda dibanding saat dalam kondisi

terjaga. Sirkulasi dalam tubuh terjadi lebih lambat, yang dapat menyebabkan

semacam penggenangan, sehingga terjadilah trigger finger.

5. Diagnosa

Secara umum penegakan diagnosis pada Trigger Finger cukup

dengan pemeriksaan fisik saja, tidak ada tes laboratorium yang diperlukan

dalam diagnosis jari macet. Jika ada kecurigaan tentang kondisi,  adanya

diagnosis yang terkait, seperti diabetes, rheumatoid arthritis, atau penyakit

lain pada jaringan ikat, antara lain, hemoglobin glikosilasi (HgbA1c), gula

darah puasa, atau faktor rheumatoid harus diperiksa. Tidak ada pencitraan

yang diperlukan dalam kasus jari macet. Tidak ada tes lebih lanjut yang

biasanya diperlukan.

Diagnosa dibuat secara eksklusif dengan anamnesa yang menyeluruh

dan pemeriksaan fisik. Trigger finger dapat mengenai lebih dari satu jari

pada satu waktu, meskipun biasanya lebih sering terjadi pada ibu jari,

tengah, atau jari manis. Trigger finger biasanya lebih menonjol di pagi hari,

atau saat memegang obyek dengan kuat.

Diagnosis dapat dikonfirmasikan dengan cara menginjeksi

korstikosteroid ke dalam selubung fleksor, yang seharusnya meringankan

rasa sakit yang terkait dan memungkinkan digit untuk menjadi aktif atau

pasif diperpanjang. Pemeriksaan laboratorium maupun pencitraan tidak

diperlukan untuk mendiagnosa trigger finger. Kecuali untuk menyingkirkan

diagnosa lainnya, seperti diabetes melitus, rheumatoid arthritis, tumor dan

lain-lain.

6. Diagnosa Banding

a. Carpal tunnel syndrome

Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati

tekanan atau cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan

karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum.

Sindroma ini terjadi akibat adanya tekanan terhadap nervus medianus

pada saat melalui terowongan karpal di pergelangan tangan.

STK adalah suatu neuropati yang sering ditemukan, biasanya

unilateral padatahap awal dan dapat menjadi bilateral. Gejala yang

ditimbulkan umumnya dimulai dengan gejala sensorik walaupun pada

akhirnya dapat pula menimbulkan gejala motorik. Pada awalnya gejala

yang sering dijumpai adalah rasa nyeri, tebal (numbness) dan rasa seperti

aliran listrik (tingling) pada daerah yang diinnervasi oleh nervus

medianus. Gejala ini dapat timbul kapan saja dan di mana saja, baik di

rumah maupun di luar rumah. Seringkali gejala yang pertama timbul di

malam hari yang menyebabkan penderita terbangun dari tidurya.

Sebagian besar penderita biasanya baru mencari pengobatan setelah

gejala yang timbul berlangsung selama beberapa minggu. Kadang-kadang

pijatan atau menggoyang-goyangkan tangan dapat mengurangi gejalanya,

tetapi hila diabaikan penyakit ini dapat berlangsung terus secara progresif

dan semakin memburuk. Keadaan ini umumnya terjadi karena

ketidaktahuan penderita akan penyakit yang dideritanya dan sering

dikacaukan dengan penyakit lain seperti 'rematik'.

Gambar 6. Neuropati Nervus Medianus

Beberapa penyebabnya telah diketahui seperti trauma, infeksi,

gangguan endokrin dan lain-lain, tetapi sebagian tetap tidak diketahui

penyebabnya. Penggunaan tangan/pergelangan tangan yang berlebihan

dan repetitif diduga berhubungan dengan terjadinya sindroma ini. Gejala

awal umumnya berupa gangguan sensorik (nyeri, rasa tebal, parestesia

dan tingling). Gejala motorik hanya dijumpai pada stadium lanjut.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis didukung pemeriksaan

elektrodiagnostik, radiologis dan laboratoris. Penatalaksanaanya dibagi

atas tindakan konservatif seperti istirahat, pemasangan bidai dan injeksi

steroid serta tindakan operatif. Prognosa umumnya baik walaupun

kekambuhan masih tetap mungkin terjadi.

Gambar 7. Sindrom Terowongan Karpal

b. De Quervain syndrome

De Quervain’s syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada

daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon

otot abduktor polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius

distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut. De Quervain’s syndrome

atau tenosinovitis stenosans ini merupakan tendovaginitis kronik yang

disertai penyempitan sarung tendon. Sering juga ditemukan penebalan

tendon.

Lokasi de Quervain’s syndrome ini adalah pada kompartemen

dorsal pertama pada pergelangan tangan. Kompartemen dorsal pertama

pada pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot

abduktor polisis longus (APL) dan tendon otot ekstensor polisis brevis

(EPB). Pasien dengan kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan

nyeri pada aspek dorsolateral dari pergelangan tangannya dengan nyeri

yang berasal dari arah ibu jari dan / atau lengan bawah bagian lateral.

Kondisi seperti ini mempunyai respon yang baik terhadap penanganan

non bedah.

Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi inflamasi tendon yang

terjadi berhubungan dengan gesekan yang berlebihan / berkepanjangan

antara tendon dan pembungkusnya, terjadi misalnya pada wanita yang

pekerjaannya memeras kain. Trauma minor yang berulang-ulang

umumnya memberikan kontribusi terhadap perkembangan penyakit de

Quervain’s syndrome. Aktivitas-aktivitas yang mungkin menyebabkan

trauma ulangan pada pergelangan tangan termasuk faktor pekerjaan,

tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau permainan olahraga yang

menggunakan raket.

Penderita mengalami nyeri, terutama pada gerakan kedua otot

tersebut,yaitu bila menggerakkan ibu jari. Kadang dapat diraba atau

dilihat penebalansarung dan tendo, sedikit proksimal prosessus stiloideus

radius. Hal tersebutmenyebabkan pasien cenderung mengalami gangguan

menggenggam.

Gambar 8. De Quervain’s Tenosynovitis

7. Penatalaksanaan

Terapi fisik umumnya tidak dibutuhkan pada pasien dengan jari

macet. Untuk kasus kronis, bagaimanapun, pengobatan mungkin termasuk

percobaan modalitas pemanasan diikuti olehperegangan terus menerus dari

tendon fleksor, serta jaringan lunak mobilisasi katrol A1. Setelahsuntikan

atau operasi, pasien harus mengikuti program latihan peregangan di rumah

mungkin salah satu komponen pengobatan untuk pasien. Tidak ada program

terapi telah didokumentasikan untukmemperbaiki jari macet.

Terapi latihan direkomendasikan untuk pasien dengan jari memicu

kronis atau bagi individu yang memerlukan terapi tangan pascaoperasi,

dokter dapat merujuk mereka ke ahli terapi fisik atau okupasi, tergantung /

nya preferensi dan ketersediaan terapis. Perawatan yang diberikan

olehterapis okupasi sangat mirip dengan pengobatan terapi di atas dibahas

fisik. Selain itu, terapisokupasi dapat memberikan pasien dengan strategi

untuk menyelesaikan aktivitas hidup sehari-haridengan penggunaan terbatas

atau tidak ada sisi yang terkena ketika sedang displint atau pulih dari operasi.

Sementara itu, nodul congenital yang terdapat pada tendon fleksor

polisis longus umumnya tidak merespon suntikan. Oleh karena itu, biasanya

memerlukan rujukan untuk intervensi bedah.Trigger finger bukanlah

merupakan kondisi yang berbahaya. Keputusan untuk melakukan

pembedahan tergantung dari tingkat keparahan. Jika jari macet pada posisi

tertekuk (fleksi) maka pembedahan dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya kekakuan yang menetap.

Ketika pasien dengan diabetes dibandingkan dengan orang yang tidak

menderita diabetes, tidak ada perbedaan statistik yang signifikan yang

ditemukan di tingkat komplikasi bedah. Hal ini juga berlaku ketika pasien

dengan diabetes tipe 1 dibandingkan dengan individu yang memiliki diabetes

tipe 2.

a. Terapi Farmakologi

1) Pengobatan NSAID

Berikan pengobatan non steroid seperti aspirin, ibuprofen, naprosyn,

atau ketoprofen.

2) Injeksi Korstikosteroid

Injeksi kortikosteroid untuk pengobatan trigger finger telah dilakukan

sejak 1953. Tindakan Ini harus dicoba sebelum intervensi bedah

karena sangat efektif (hingga 93%), terutama pada pasien non-

diabetes dengan onset baru-baru ini terkena gejala dan satu digit

dengan nodul teraba. Hal ini diyakini bahwa injeksi kortikosteroid

kurang berhasil pada pasien dengan penyakit lama (durasi > 6 bulan),

diabetes mellitus, dan keterlibatan beberapa digit karena tidak mampu

untuk membalikkan perubahan metaplasia chondroid yang terjadi

pada katrol A1. Injeksi diberikan secara langsung ke dalam selubung

tendon, Namun, laporan menunjukkan bahwa injeksi extrasynovial

mungkin efektif, sambil mengurangi risiko tendon rupture(pecah).

Pecah Tendon adalah komplikasi yang sangat jarang, hanya satu

kasus yang dilaporkan. Komplikasi lain termasuk atrofi kulit, nekrosis

lemak, hipopigmentasi kulit sementara elevasi glukosa serum pada

penderita diabetes, dan infeksi. Jika gejala tidak hilang setelah injeksi

pertama, atau muncul kembali setelah itu, suntikan kedua biasanya

lebih mungkin untuk berhasil sebagai tindakan awal.

Injeksi kortikosteroid di daerah penebalan selubung tendon

dianggap sebagai pengobatan lini pertama pilihan untuk trigger

finger. Biasanya, seperti suntikan ini dilakukan dengan menggunakan

jarum 25-gauge untuk menyuntikkan campuran 0.5-1 mL 40 mg / mL

kortikosteroid (misalnya, metilprednisolon) dan 0,5 mL lidocaine 1%

(tanpa epinefrin). Suntikan kortikosteroid tampaknya kurang efektif

dalam mengobati memicu jari pada pasien dengan diabetes mellitus;.

Demikian, pasien dengan diabetes lebih mungkin untuk memerlukan

perawatan bedah.

Gambar 9. Penyuntikan Kortikosteroid

Suntikan kortikosteroid kedua mungkin dilakukan 3-4 minggu

setelah yang pertama. Jika 2 atau mungkin 3 suntikan gagal untuk

memberikan resolusi yang memadai, pertimbangkan merujuk pasien

untuk rilis bedah. Suntikan berulang secara teoritis meningkatkan

kemungkinan ruptur tendon, meskipun risiko semacam itu tidak

ditemukan dalam studi Anderson suntikan berulang untuk jari macet.

Peningkatan risiko ruptur tendon berpotensi mungkin ada

setelah injeksi kortikosteroid, terutama jika kortikosteroid keliru

disuntikkan ke tendon itu sendiri daripada hanya disuntikkan ke

dalam selubung tendon.

Oral nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) juga

dapat membantu. Trigger finger yang gagal untuk berespon terhadap

2 atau 3 suntikan mungkin memerlukan perawatan bedah, termasuk

diseksi dari nodul pada rilis tendon dan bedah katrol A1, di bawah

anestesi local.

b. Terapi Non Farmakologi

1) Kompreskan es selama lima sampai lima belas menit pada daerah

yang bengkak dan nyeri.

2)  Hindari aktifitas yang mengakibatkan tendon mudah teriritasi, seperti

latihan jari yang berulang-ulang.

3) Splinting   

Tujuan splinting adalah untuk mencegah gesekan yang

disebabkan oleh pergerakan tendon fleksor melalui katrol A1 yang

sakit sampai hilangnya peradangan. Secara umum splinting

merupakan pilihan pengobatan yang tepat pada pasien yang menolak

atau ingin menghindari injeksi kortikosteroid. Sebuah studi pekerja

manual dengan interfalangealis distal (DIP) di splint dalam ekstensi

penuh selama 6 minggu menunjukkan pengurangan gejala pada lebih

dari 50% pasien.

Dalam studi lain, splint sendi MCP di 15 derajat fleksi

(meninggalkan sendi PIP dan DIP bebas) yang ditampilkan untuk

memberikan resolusi gejala di 65% dari pasien pada 1-tahun tindak

lanjut. Untuk pasien yang paling terganggu oleh gejala mengunci di

pagi hari, splinting sendi PIP pada malam hari dapat menjadi efektif.

splinting menghasilkan tingkat keberhasilan yang lebih rendah pada

pasien dengan gejala trigger finger yang berat atau lama.

Gambar 9. Baseball finger splint

Gambar 10. Oval-8 Splints

Gambar 11. Aluminium Padded Finger Splint

4) Pembedahan

Tindakan pembedahan dinilai sangat efektif pada trigger

finger. Indikasi untuk perawatan bedah umumnya karena kegagalan

perawatan konservatif untuk mengatasi rasa sakit dan gejala. Waktu

operasi agak kontroversial dengan data yang menunjukkan

pertimbangan bedah setelah kegagalan baik tunggal maupun

beberapa suntikan kortikosteroid. Bedah pembebasan nodul sangat

efektif, yang mengarah ke perbaikan yang bersifatpermanen pada

gejala trigger finger. Operasi tersebut harus disediakan untuk pasien

yang metode pengobatan konservatif gagal

Tindakan pembedahan ini pertama kali diperkenalkan oleh

Lorthioir pada tahun 1958. Fungsi operasi biasanya bertujuan

melonggarkan jalan bagi tendon yaitu dengan cara membuka

selubungnya. Dalam penyembuhannya, kedua ujung selubung yang

digunting akan menyatu lagi, tetapi akan memberikan ruang yang

lebih longgar, sehingga tendon akan bisa bebas keluar masuk. Dalam

prosedur ini, sendi MCP adalah hyperextensi dengan telapak ke atas,

sehingga membentang keluar katrol A1 dan pergeseran struktur

neurovaskular bagian punggung. Setelah klorida dan etil

disemprotkan lidokain disuntikkan untuk manajemen nyeri, jarum

dimasukkan melalui kulit dan ke katrol A1. Tingkat keberhasilan

telah dilaporkan lebih dari 90% dengan prosedur ini, namun

penggunaan teknik ini berisiko cedera saraf atau arteri.

Gambar 12. Terapi pembedahan Trigger Finger

5) Fisioterapi

Fisioterapi membantu menghilangkan masalah-masalah

bengkak, nyeri, dan kekakuan gerak pada bagian-bagian tangan yang

lain, dimana tidak bisa dihilangkan dengan tindakan operasi.

8. Komplikasi

Potensi komplikasi utama dari jari macet adalah nyeri dan penurunan

penggunaan fungsionaldari tangan yang terkena. Potensi komplikasi injeksi

kortikosteroid meliputi:

a. Infeksi

Penggunaan teknik steril dapat meminimalkan masalah ini.

b. Perdarahan ini dapat diminimalkan dengan menerapkan pembebatan

langsung segera setelah prosedur. Perhatian harus dilakukan sebelum

menyuntikkan pasien yangmengambil antikoagulan atau individu dengan

gangguan perdarahan.

c. Melemahnya tendon - ini meningkatkan risiko ruptur tendon berikutnya,

kemungkinan yang menjadi perhatian khusus jika suntikan dilakukan

salah (khususnya, jika suntikan tersebutdiberikan ke tendon itu sendiri

bukan hanya dalam selubung tendon) risiko dapat meningkat dengan

beberapa suntikan. Namun, setidaknya beberapa peneliti klinis (misalnya,

Anderson dan Kaye) tidak menemukan episode ruptur tendon setelah

injeksi kortikosteroid untuk kondisi ini, bahkan dengan suntikan berulang.

d. Atrofi lemak yang terjadi secara lokal di tempat suntikan - atrofi semacam

itu dapat terjadi jika kortikosteroid yang disuntikkan ke dalam jaringan

subkutan. komplikasi ini dapat menyebabkan depresi kosmetik di kulit.

e. infiltrasi saraf dan cedera saraf berikutnya. Komplikasi ini jarang terjadi,

bisa dipantau oleh sensasi menilai seluruh digit.

9. Prognosis

a. Prognosis pada trigger finger sangat baik, kebanyakan pasien merespon

terhadap injeksi kortikosteroid dengan atau tanpa bebat terkait. Beberapa

kasus jari macet mungkin dapat sembuh secara spontan dan kemudian

terulang kembali tanpa korelasi yang jelas dengan pengobatan atau factor

yang memperburuk.

b. Pasien yang membutuhkan tindakan bedah umumnya memiliki hasil yang

sangat baik. Prognosis juga sangat baik untuk ibu jari macet kongenital

yang dapat diperbaiki dengan reseksi dari nodul tendon.