tugas 1 konsep quick count

Upload: meyie

Post on 10-Jul-2015

191 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

QUICK COUNTDEFINISI Quick Count sebenarnya telah lama dikenal oleh publik, namun di Indonesia metode ini baru digunakan seiring dengan diadakannya pemilu kepala daerah maupun kepala negara secara langsung. Quick Count atau penghitungan suara cepat adalah proses pencatatan hasil perolehan suara di ribuan Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dipilih secara acak. Quick Count adalah prediksi hasil pemilu berdasarkan fakta bukan berdasarkan opini. Keabsahan quick count telah diakui secara luas di dunia, dan sampai saat ini merupakan metode yang paling canggih dalam menentukan siapa pemenang dari suatu pemilu, tanpa harus menghitung semua suara yang masuk Untuk kepentingan quick count ini ribuan relawan diturunkan untuk mengamati Pemilu secara langsung demi memperoleh informasi yang diperlukan. Mereka mencatat ke dalam formulir yang telah disediakan mengenai informasi proses pencoblosan dan penghitungan suara di TPS yang diamati, termasuk perolehan suara masing-masing kandidat. Setelah selesai mereka akan menyampaikan temuan-temuannya ke pusat data (data center). PENYELENGGARA Pelaksana quick count biasanya adalah lembaga yang kredibel, independen, memiliki sumber daya memadai, mampu memilih TPS dengan baik dan didukung teknologi komunikasi serta akses informasi yang luas. Quick Count membutuhkan keahlian khusus, oleh karena itu memerlukan penyelenggara yang mengikuti dinamika politik nasional dan mampu mengorganisir masyarakat akar rumput secara nasional. Hasil quick count di Indonesia yang dilakukan oleh lembaga independen di Indonesia, baik berafiliasi asing maupun tidak, selama ini selalu memberikan hasil yang akurat. Bahkan salah satu komandan lembaga survey tersebut menyatakan bahwa hasil perhitungannya selalu tepat, bahkan mendekati kenyataan hasil akhir. METODOLOGI Quick Count dilakukan berdasarkan pada pengamatan langsung di TPS yang telah dipilih secara acak. Unit analisa Quick Count ini adalah TPS, dengan demikian

penarikan sampel tidak dapat dilakukan sebelum daftar TPS atau desa yang akan dipantau tersedia. Kekuatan data Quick Count sebenarnya bergantung pada bagaimana sampel itu ditarik. Pasalnya sampel tersebut yang akan menentukan mana suara pemilih yang akan dipakai sebagai basis estimasi hasil pemilu. Sampel yang ditarik secara benar akan memberikan landasan kuat untuk mewakili karakteristik populasi. Lembaga Survey Indonesia (LSI) menerapkan prinsip probabilitas dalam penarikan sampel. Dalam pengambilan sampel, LSI menggunakan teknik multistage random sampling. Dengan teknik tersebut tersebut dimungkinkan setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih atau tidak dipilih menjadi responden, sehingga pengukuran pendapat dapat dilakukan dengan hanya melibatkan sedikit responden. Meski tanpa melibatkan semua anggota populasi, hasil survei dapat digeneralisasikan sebagai representasi populasi. Survei yang dilakukan oleh LSI mengikuti kaedah-kaedah sebagai berikut:1. Metode penarikan sampel: Multi-stage random sampling

2. Jumlah responden minimal 400 (margin of error +/- 5% pada tingkat kepercayaan 95%) 3. Pengumpulan data: Wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner4. Kendali mutu survei: Pewawancara berstatus minimal mahasiswa dan

mendapatkan pelatihan. Wawancara dilakukan kontrol secara sistematis dengan melakukan cek ulang di lapangan (spot check) sebanyak 20 persen dari seluruh responden 5. Validasi data: Perbandingan karakteristik demografis dari sampel yang diperoleh dari survei dengan populasi yang diperoleh lewat sensus (BPS). PROSES PENGAMBILAN SAMPEL Dalam pengambilan sampel dengan menggunakan teknik multistage random sampling. Fase pertama yang akan dilakukan adalah populasi Indonesia distrata atas dasar populasi di masing-masing provinsi di seluruh Indonesia sehingga diperoleh sampel dalam jumlah proporsional di masing-masing propinsi. Semua propinsi di Indonesia akan terjaring dalam survey ini. Strata kedua adalah pembagian atas dasar

wilayah tinggal: pedesaan atau kota, yang proporsinya antara 40% (kota) berbanding 60% (desa). Di samping itu, strata juga dilakukan atas dasar proporsi populasi menurut perbedaan gender: 50% laki-aki, dan 50% perempuan. Fase kedua adalah menetapkan desa/kelurahan atau yang setara sebagai primary sampling unit (PSU), dan karena itu random sistematik dilakukan tehadap desa/kelurahan di masing-masing propinsi sesuai dengan proporsi populasi. Di masingmasing desa/kelurahan terpilih kemudian didaftar nama-nama Rukun Tetangga (RT) atau yang setara, dan kemudian dipilih sebanyak 5 RT secara random. Di masingmasing RT terpilih kemudian didaftar Kartu Keluarga (KK), dan kemudian dipilih 2 keluarga secara random. Di 2 keluarga terpilih, didaftar anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan yang berumur antara 17-60 tahun. Bila dalam keluarga pertama yang terpilih menjadi responden adalah perempuan, maka pada keluarga yang kedua di RT yang sama harus laki-laki yang didaftar. Proses Pengambilan Sampel bisa digambarkan sebagai berikut: A. Survei Nasional

Populasi desa/kelurahan tingkat nasional Desa/keluarahan di tingkat propinsi dipilih secara random dengan jumlah

proporsional

RT/lingkungan kampung dipilih secara random sebanyak 5 dari tiap-tiap desa

terpilih. Di masing-masing RT/lingkungan kampung dipilih secara random 2 keluarga. Di 2 keluarga terpilih ditetapkan secara random satu orang yang punya hak pilih

(laki-laki/perempuan). A. Survei Propinsi, Kabupaten atau Kota

Populasi desa/kelurahan tingkat propinsi Desa/kelurahan di tingkat kabupaten dipilih secara random dengan jumlah

proporsional RT/lingkungan kampung dipilih secara random sebanyak 5 dari tiap-tiap desa

terpilih. Di masing-masing RT/lingkungan kampung dipilih secara random 2 keluarga. Di 2 keluarga terpilih ditetapkan secara random satu orang yang punya hak

pilih (laki-laki/perempuan). TINGKAT KEPERCAYAAN TERHADAP QUICK COUNT Quick Count tidak mendasarkan diri pada opini siapapun, melainkan berbasis pada fakta lapangan. Akan tetapi, quick count tetap merupakan teknik atau metode statistik yang memungkinkan adanya bias/kesalahan dari hasil yang ditunjukkan. Dalam

dunia statistik, dikenal istilah signifikansi, yang kurang lebih diterjemahkan sebagai tingkat kesalahan, atau seberapa besar tingkat kepercayaan yang dihasilkan. Berarti sebenarnya ketepatan hasil perhitungan statistik adalah dalam batas toleransi tersebut. Pada penelitian ilmiah, tingkat kesalahan atau signifikansi biasanya ditentukan pada rancangan awal penelitian. Sebagai contoh, untuk penelitian tentang perilaku manusia dan responsnya terhadap suatu fenomena, ditentukan taraf signifikansi sebesar 5%. Secara umum, nilai tersebut diartikan bahwa hasil yang ditunjukkan masih mempunyai tingkat kesalahan sebesar 5% atau tingkat kebenaran sebesar 95%. Penelitian terhadap objek yang mempunyai perilaku mendekati acak, dapat ditentukan taraf signifikansi yang lebih besar lagi, misalnya sebesar 10% pada penelitian tentang perilaku investor saham. Sebaliknya, pada rancangan penelitian, di mana peneliti bisa melakukan intervensi penuh terhadap fenomena penelitian, dapat ditetapkan taraf signifikansi yang lebih rendah lagi, misalnya 2% untuk penelitian yang dirancang di laboratorium, atau bahkan 1%. Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat kita cermati bahwa masih terdapat kemungkinan adanya kesalahan di masing-masing tahapan pada pelaksanaan quick count. Kemungkinan kesalahan karena sukarelawan salah dalam mengirim data, atau kesalahan teknik statistik yang digunakan bisa kita abaikan, karena kita cukup yakin dengan kapabilitas pelaksana quick count. Kesalahan yang paling mungkin terjadi adalah penentuan lokasi TPS yang dijadikan sampel. Lokasi TPS tersebut bisa mewakili 10 atau bahkan 100 TPS lain yang dianggap mempunyai karakteristik yang sama. Dalam kenyataaanya, kita bisa menjumpai satu TPS yang mayoritas mendukung salah satu pasangan calon, dan TPS di sebelahnya mayoritas mendukung pasangan calon yang lain. Hal ini bisa memberikan bias pada hasil akhir, tetapi dapat dieliminir dengan teknik normalitas data. Tingkat kesalahan yang biasa dipergunakan dalam quick count adalah sebesar 2%. Artinya, jika selisih antara satu calon dengan calon lain lebih kecil dari 2%, maka sangat mungkin terjadi kesalahan hasil quick count. Akan tetapi, jika selisih antara calon satu dengan calon yang lain lebih dari 2% maka hasilnya boleh dikatakan valid atau benar, sesuai dengan kaidah-kaidah statistik yang berlaku.