tugas 1 kurikulum dan pembelajaran
TRANSCRIPT
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 1
BAB II
ANATOMI DAN DESAIN KURIKULUM
Kurikulum merupakan salah satu perangkat yang harus ada dalam suatu
lembaga pendidikan. Kurikulum memegang peranan yang cukup strategis dalam
mencapai tujuan pendidikan, baik itu pendidikan umum maupun pendidikan
agama. Sedangkan Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan perkembangan
tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat serta didasari oleh pemikiran-
pemikiran yang terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah
negara. Sedangkan Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan perkembangan
tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat serta didasari oleh pemikiran-
pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah
negara. Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan sangat berperan
dalam mengantarkan pada tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk itu
kurikulum merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk
proses pembelajaran. Kesalahan dalam penyusunan kurikulum akan menyebabkan
kegagalan suatu pendidikan dan penzoliman terhadap peserta didik.
Dalam hal penyusunan kurikulum, Herman H. Horne memberikan dasar bagi
penyusunan kurikulum menjadi tiga bahagian, diantaranya adalah:
1. Dasar Psikologis, digunakan untuk memenuhi dan mengetahui
kemampuan yang diperoleh dan kebutuhan peserta didik (the ability and
need of children).
2. Dasar sosiologis, digunakan untuk mengetahui tuntutan masyarkat (the
legitimate demands of society) terhadap pendidikan.
3. Dasar filosofis, digunakan untuk mengetahui nilai yang akan dicapai (the
kind of universe in which we live).
1. ANATOMI KURIKULUM
Anatomi berasal dari bahasa Yunani anatomia, dari anatemnein, yang berarti
memotong atau kemudian akan lebih tepat dalam pokok bahasan ini kita sebut
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 2
atau kita artikan dengan menggunakan arti struktur atau susunan atau juga bagian
atau komponen. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran
penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya
dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah
pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar
yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Oleh karena begitu pentingnya fungsi dan
peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang manapun
harus didasarkan pada azas-azas tertentu.
Anatomi kurikulum dapat dirumuskan menjadi empat bagian, yaitu:
1. Tujuan yang akan dicapai,
2. Proses dalam pembelajaran,
3. Materi yang akan disampaikan,
4. Evaluasi.
Dari keempat rumusan ini saling keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Tujuan yang akan dicapai harus sesuai dengan proses yang akan dilakukan, materi
yang akan disampaikan juga tidak terlepas dari proses dan tujuan akan dicapai
dalam suatu kurikulum. Dengan demikian evaluasi akhir dari rumusan tersebut
terdapat timbal balik yang relevan terhadap pengembangan kurikulum
selanjutnya.
Tujuan Akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-
komponen kurikulum lainnya. Sedangkan rumusan tujuan didasarkan kepada,
pertama, Perkembangan tuntutan, kebutuhan, dan kondisi masyarakat, kedua,
Pencapaian nilai-nilai filosofis terutama falsafah negara (Tujuan Pendidikan
Nasional).
Lias Hasibuan mengemukakan beberapa prinsip dalam pengembangan kurikulum,
yaitu:
1. Prinsip berorientasi pada tujuan
2. Prinsip Relevansi
3. Prinsip Efesiensi.
4. Prinsip Fleksibilitas.
5. Prinsip Integritas.
6. Prinsip Kontinuitas.
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 3
7. Prinsip Sinkronisasi.
8. Prinsip Obyektivitas.
9. Prinsip Demokratis.
2. DESAIN KURIKULUM
Desain kurikulum adalah rancangan, pola atau model. Mendesain kurikulum
berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan visi
dan misi sekolah.
Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli, diantaranya
adalah:
1) Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk
yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam
memulai dan melaksanakan kegiatan. Fred Percival dan Henry Ellington
(1984)
2) Menurut Nana S. Sukmadinata (2007) desain kurikulum adalah
menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen
kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi,
yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan
dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi
vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan
tingkat kesukaran.
3) Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain
kurikulum yang berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered
design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu
model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang
penekanannya diarahkan untuk pengembangan itelektual siswa.
4) Menurut Mc Neil (1990)Desain kurikulum ini berfungsi
untuk mengembangkan proses kognitif atau pengembangan kemampuan
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 4
berfikir siswa melalui latihan menggunakan gagasan dan melakukan
proses penelitian ilmiah.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Desain kurikulum
merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan
diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain
kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan antara satu
unsur dengan unsur lainnya, prinsipprinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang
diperlukan dalam pelaksanaannya.
Prinsip-prinsip dalam mendesain
Saylor (dalam Hamalik, 2007) mengajukan delapan prinsip ketika akan
mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta
pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian
prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2. Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka
merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa
yang belajar dengan bimbingan guru;
3. Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk
menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan
mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah;
4. Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan
kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa
5. Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman
belajar anak yang diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan
kegiatan belajar di sekolah.
6. Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar
kegiatan belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan
terus berlanjut pada pengalaman berikutnya.
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 5
7. Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan
watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai
kultur.
8. Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.
Mendesain kurikulum tidak terlepas dari perencanaan yang matang dan baik
sehingga tujuan yang akan direncanakan dapat dicapai dengan baik pula. Mike
Threlfall menyebutkan, bahwa: “aim of planning across the curriculum is to
balance the needs of children and those of staff with the necessary systems,
procedures and policies in relation to planning. I have indicated a need to
plan thoroughly and carefully but you will also need to find a place for
flexibility, spontaneity and imagination”.
Dengan demikian, desian kurikulum tidak terlepas dari tujuan perencanaan
kurikulum yang menyeimbangkan kebutuhan anak dan orang-orang yang terlibat
dengan sistem yang diperlukan, prosedur dan kebijakan dalam kaitannya dengan
perencanaan. Dalam mendesain kurikulum, ada beberapa model desain kurikulum
yang dapat diutarakan dalam makalah ini, yaitu:
1. Desain Kurikulum Disiplin Ilmu.
Longstreet mendefinisikan desain kurikulum merupakan desain kurikulum yang
berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered desain) yang dirancang
berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini jiga
dinamakan model kurikulum subjek akademis yang penekananny diarahkan untuk
pengembangan intelektual siswa.
Ada tiga bentuk organisisi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu:
subject centered desain, learned centered desain, problem centered desain. Setiap
desain kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses
pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setiap desain
kurikulum dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakn proses pembelajaran,
karena setiap desain kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
pelaksanannya.
a. Subject Centered Curriculum.
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 6
Pada subjek ini, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran
yang terpisah, mata pelajaran-mata pelajaran tersebut tidak berhubungan antara
satu dengan yang lainnya. Organisasi bahan atau isi kurikulum pada subjek ini
berpusat pada mata pelajaran secara terpisah, kurikulum ini juga dinamaka
separated subject curriculum.
b. Subject Correlated Curriculum.
Pada organisasi kurikulum ini mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah,
akan tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang memiliki kedekatan atau mata
pelajaran sejenis dikelompokkan sehingga menjadi suatu bidang studi
(broadfield). Mengkorelasikan bahan atau isi materi kurikulum dapat dilakukan
dengan beberapa pendekatan, yaitu; 1). Pendekatan struktural, yaitu pendekatan
kajian suatu pokok bahasan ditinjau dari berapa mata pelajaran sejenis. 2).
Pendekatan Fungsional, yaitu pendekatan yang didasarkan pada pengkajian
masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari, dan 3). Pendekatan Daerah,
yaitu pendekatan mata pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau tempat.
c. Integreted Curriculum.
Model organisasi kurikulum ini tidak lagi menampakkan nama-nama mata
pelajaran atau bidang studi, tetapi belajar berangkat dari suatu pokok masalah
yang harus dipecahkan, selanjutnya masalah tersebut dinamakan unit. Subject
Correlated Curriculum berfungsi untuk mengembangkan siswa dari segi
intelektual dan seluruh aspek yang berkaitan dengan sikap, emosi, dan
keterampilan. Organisasi kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan proses
kognitif atau pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui latihan
menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian ilmiah.
2. Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat.
Beauchamp merumuskan desian kurikulum yang berorientasi pada masyarakan
merupakan sebuah desian kelompok social untuk dijadikan pengalaman belajar
anak didalam kelompok. Artinya, permasalahan yang dihadapi dan dibutuhkan
oleh suatu kelompok social, harus menjadi bahan kajian anak didik di sekolah.
Ada tiga perspektif desain kuriukulum yang berorientasi pada kehidupan
masyarakat, yaitu:
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 7
Perspektif Status Quo (the status quo perspective), rancangan kurikulum ini
diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat
Perspektif Pembaharuan (the reformist perspective). Kurikulum
dikembangkan untuk lebih meningkatkan kwalitas masyarakat itu sendiri.
Perspektif Masa Depan (the futurist perspective).
Perspektif ini sering dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang
menekankan kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dan
kehidupan social, politik, dan ekonomi masyarakat. Model kurikulum ini lebih
mengutamakan kepentingan social dari pada kepentingan individu.
3. Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa.
Hal yang mendasari desain ini adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk
membantu anak didik, yaitu sebagai objek utama dalam pendidikan, terutama
dalam proses belajar mengajar, peserta didik memegang peranan yang sangat
dominan. Dalam proses belajar mengajar, peserta didik dapat menentukan
keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman,
kemauan dan komitmennya yang timbul dalam diri mereka tanpa paksaan. Jadi
kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan irama perkembangan anak didik.
Dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada siswa perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak.
2. Isi kurikulum harus mencakup keterampilan, pengetahuan dan sikap yang
dianggap berguna untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
3. Anak hendaknya ditempatkan sebagai subjek belajar yang berusaha untuk
belajar sendiri. Artinya siswa harus didorong untuk melakukan berbagai
aktivitas belajar, bukan hanya sekedar menerima informasi dari guru.
4. Diusahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat dan
tingkat perkembangan mereka. Artinya, apa yang seharusnya dupelajari
bukan ditentukan dan dipandang baik dari sudut guru atau dari sudut lain
akan tetapi ditentukan dari sudut anak didik itu sendiri[35].
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 8
Desain kurikulum yang berorientasi pada siswa, dapat dilihat dalam dua
perspektif, yaitu:
a. Perspektif kehidupan anak dimasyarakat.
Siswa sebagi sumber kurikulum percaya bahwa hakikat belajar bagi siswa adalah
apabila siswa belajar secara riil dari kehidupan mereka di masyarakat. Kurikulum
yang berorientasi pada anak didik dalam perspektif kehidupan di masyarakat,
mengharapkan materi kurikulum yang dipelajari disekolah serta pengalaman
belajar, disesain sesuai dengan kebutuhan anak anak sebagai persiapan agar
mereka dapat hidup ditengah masyarakat.
b. Perspektif Psikologis.
Perspektif ini adalah desain kurikulum yang didasarkan atas pertimbangan
terhadap jiwa peserta didik. Desain kurikulum ini ditujukan untuk kepentingan
peserta didik, karena itu pertimbangan-pertimbangan terhadap kejiwaan peserta
didik diabadikan sebagai salah satu yang penting untuk dipahami dalam proses
pelaksanaan kurikulum[36]. Dalam persepktif psikologis, desain kurikulum yang
berorientasi pada siswa, sering juga diartikan sebagai kurikulum yang bersifat
humanistic, yang muncul sebagai reaksi terhadap proses pendidikan yang hanya
mengutamakan segi intelektual. Kurikulum humanistic sanagt menekankan
kepada adanya hubungan emosional yang baik antara guru dan siswa. Guru harus
mampu membangun suasana yang hangat dan akrab yang memungkinkan siswa
dapat mencurahkan segala perasannya dengan penuh kepercayaan[37]. Sedangkan
dalam sudut pandang Pendidikan Agama Islam pendekatan humanistic dalam
pengembangan kurikulum bertolak dari ide “memanusiakan manusia”. Penciptaan
konteks yang akan member peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk
mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi
dan dasar pengembangan program pendidikan.
4. Desain Kurikulum Teknologis.
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 9
tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi
belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis). Model desain
kurikulum teknologi difokuskan kepada efektivitas program, metode, dan bahan-
bahan yang dianggab dapat mencapai tujuan. Teknologi mempengaruhi kurikulum
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penerapan hasil-hasil teknologi dan penerapan
teknologi sebagai suatu sistem.
Kurikulum teknologi, banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar behavioristik.
Salah satu cirri dari belajar ini adalah menekankan pada pola tingkah laku yang
bersifat mekanis seperti yang digambarkan dalam teori Stimulus Respon.
Kurikulum ini memiliki karakteristuk sebagai berikut:
a) Belajar dipandang sebagai proses respons terhadap rangsangan.
b) Belajar diatur berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan jumlah tugas
yang harus dipelajari.
c) Secara khusus siswa belajar secara individual, meskipun dalam hal-hal
tertentu, bisa saj belajar secara kelompok.
Selanjutnya untuk efektivitas dan keberhasilan implementasi teknologi kurikulum
hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Kesadaran akan tujuan, artinya siswa perlu memahami bahwa
pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan.
b. Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktekkan kecakapan
sesuai dengan tujuan.
c. Siswa perlu diberi tahu hasil yang telah dicapai. Dengan demikian siswa
perlu menyadari apakah pembelajaran sudah dianggab cukup atau masih
perlu bantuan.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, serta keterlibatan siswa secara
penuh dlam proses belajar mengajar, maka tujuan yang telah ditetapkan akan
tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Namun disisi lain guru sebagai perencana
dan pendesain kurikulum tentunya haarus mengetahui keadaan sekolah secara
umum dan keadaan siswa secara khusus.
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 10
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 11
BAB III
EVALUASI KURIKULUM
A. PENGERTIAN EVALUASI KURIKULUM
Banyak ahli yang telah menyumbangkan buah pikirannya tentang evaluasi
kurikulum antara lain :
1. Menurut Morison evaluaasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan
seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Dalam buku The School Curruculum, evaluasi dinyatakansebagai suatu
proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis yang bertujuan
untuk membantupendidikan memehami dan menilai suatu kurikulum, srta
memperbaiki metode pendidikan
3. Adapapun dalam buku Curriculum Plannning and Develoment dinytakan
bahwa evaluasi adalah proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu
kurikulum artinya evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui
tujuan yang akan dicapai, tujuan tersebutt harus diperiksa hala-hala yang
telah dan sedang dilakukan serta evaluasi harus mengambil kesimpulan
berdasarkan kriteria tertentu.
4. Dalam teori dan praktek pendidikan evaluasi kurikulum merupakan suatu
bidang yang berkembang dengan cepat, termasuk evaluasi terhadap
implementasi kurikulum.
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan
dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para
pemegang kebijaksaan pendidikan dan para pemegang kurikulum dalam memilih
dan menetapkan kebijaksanaan pemegang system pendidikan dan pemegang
model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat
digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya,
dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran,
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 12
memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas
pendidikan lainnya.
Evaluasi kurikulum sulit dirumuskan secara tegas, hal tersebut disebabkan
beberapa faktor :
1. Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus
berubah
2. Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai
dengan konsep kurikulum yang digunakan
3. Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia
yang sifatnya juga berubah.
Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang berdiri sendiri. Ada pihak
yang berpendapat antara keduannya tidak ada hubungan, tetapi ada pihak lainyang
menyatakan keduannya mempunyai hubungan yang sangat erat. Pihak yang
memandang ada hubungan, hubungan tersebut merupakan hubungan sebab akibat.
Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya
perubahan evaluasi akan member warna pada pelaksanaan kurikulum.
B. ASPEK-ASPEK EVALUASI KURIKULUM
1) Keterkaitan Antara Evaluasi Kurikulum Dan Pengembangan
Kurikulum
a. Evaluasi kurikulum dan system kurikulum
Sebagai suatu bagian dari system evaluasi pendidikan, secara fungsional evaluasi
kurikulum merupakan bagian dari system kurikulum. luSystem kurikulum
memiliki tiga fungsi pokok yaitu pengembangan kurikulum, pelaksanaan
kurikulum dan evaluasi efek system kurikulum. Evaluasi kurikulum minimal
berfokus pada empat bidang yaitu, evaluasi terhadap penggunaan kurikulum,
desain kurikulum, hasil dari siswa, dan system kurikulum.
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 13
b. Evaluasi kurikulum dan pengembangan kurikulum
Tylor berpendapat dalam buku Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum,evaluasi
kurikulum minimal terjadi dua kali yaitu pada awal dan akhir pengembangan
kurikulum agara dapat mengukur perubahan dalam jangka waktu tersebut.
Pengembangan kurikulum adalah proses yang meliputi kegiatan untuk
melaksanakan percobaan evaluasi, sehingga kekurangan yang ditemukan dapat
diperbaiaki untuk hasil yang lebih baik. Evaluasi merupakan kegiatan yang luas,
kompleks dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan
system pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga
meliputi rentang yang cukup luas, mulai yang bersifat sangat informal sampai
yang sanat formal. Pada tingkat yang sangat informal evaluasi kurikulum
berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-perubahan yang
dicapai oleh program sekolah. Pada ringkat yang lebih formal evaluasi kurikulum
meliputi pengumpulan dan pencatatn data, sedangkan pada tingkat yang sangat
formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan kearah tujuan yang telah
ditentukan.
2) Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum
Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam
mencapai tujuan yan telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan itu
pula yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan
evaluasi kurikulum
Bersifat obyektif, artinya berpijak pada keadaan yang sebenarnya,
bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui
instrument yang handal
Bersifat komprehensip, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat
dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus
mendapat perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan
pengambilan keputusan
Koopratif dan bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan dan
keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 14
jawab bersama pihak-pihak yang terlibat dalamproses pendidikan seperti
guru, kepala sekolah, orang tua bahkan siswa dan sebagainya
Efisien, kkhususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan
peralatan yang menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus
diupayakan agar hasl evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang
dengan mateeril yang digunakan
Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan
luar sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum
3) Jenis-Jenis Straregi Evaluasi
Strategi pertama, penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan,
terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi dan juga
berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta
kesemmpatan untuk terjadinya perubahanStrategi kedua, pengenalan dan
penilaian terhadap berbagai kemampuan yang relevan
Strateggi ketiga, pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi
dalam desain procedural atau implemmentasi sepanjang tahap pelaksanaan
program
Strategi keempat, pnentuan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan
melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah dicapai sehngga
seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat
4) Prosedur Strategi Evaluasi
a. Evalusi kebutuhan dan Feasibility
Prosedur yang dapat dilakukan oleh organisasi atau administrator tingkat
pelaksana. Prosedur yang dilaksanakan adalah
1. Merumuskan tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang sekarang
sedang dismpaikan
2. Menetapkan program yang dibutuhkan
3. Menilai data setempat berdasarkan tes baku, tes intelengensi dan tes sikap
yang ada
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 15
4. Menilai riset yang telah ada baik riset setempat maupun riset tingkat
nasional yang sama atau berhubungan
5. Menetapkan feasibility pelaksanaan program sesuai dengan sumber-
sumber yang ada
6. Mengenali masalah-masalah yang mendasari kebutuhan
7. Menentukan proyek yang akan dikembangkan guna berkontribusi pada
system sekolah
b. Evaluasi masukan
Evaluasi masukan melibatkan para supervisor, konsultan dan ahli mata pelajaran
yang dapat merumuskan pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini harus
dilihat dalam hubungannya dengan hambatan (misalnya penerimaan pemecahan
masalah tersebut oleh guru dan siswa) jadi, evaluasi masukan menuju kearah
pengembangan berbagai strategi dan prosedur, yang dalam pembbuatan
keputusannya sangat dibutuhkan informasi yang akuarat selain itu masukan juga
berusaha mengenali daerah permasalahan agar dapat diawasi selam
berlangsungnya implementasi
c. Evaluasi proses
Evaluasi proses adalah system pengelolaan informasi dalam upaya membuat
keputusan yang berkenaan dengan ekspansi, kontraksi, modifikasi, dan klarifikasi
strategi pemecahan atau penyelesaian masalah. Dalam hal ini staff perpustakaan
memainkan peran yang sangat penting, karena mereka secara langsung melakukan
monitoring terhadap desain dan prosedur pelaksanaan, serta memberikan
informasi tentang kegiatan-kegiatan program
d. Evaluasi produk
Evaluasi ini berkenaan dengan pengukuran terhadap hasil-hasil program dalam
kaitannya dengan tercapainya tujuan. Berbgai variable yang diuji bergantung pada
tujuan, perubahan sikap, perbaikan kemampuan dan perbaikan tingkat kehadiran.
Dari evaluasi akan diperoleh data dan informasi yang cukup valid serta dapat
dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program perbaikan.
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 16
5) Kompnen Desain Evaluasi
Desain evaluasi menguraikan tentang, 1). Data yang harus dikumpulkan, 2).
Analisis data untuk membuktikan nilai dan efektivitas kurikulum.
Desain evaluasi biasanya terdiri dari sekurang-kurangnya lima langkah, yaitu;
Merumuskan tujuan evaluasi kurikulum
Mendesain proses dan metodologi evaluasi
Menspesifisikan data yang diperlukan untuk menyusun intrumen bagi
proses bagi pengumpulan data
Mengumpulkan, menyusun dan mengolah data
Menganalisis data dan menyusun laporan mengenai hasil-hasil,
kesimpulan dan rekomendasi.
6) Proses Evaluasi Kurikulum
Berbagai model desain kurikulum memerlukan berbagai cara evaluasi yang
berbeda pula. Evaluasi model yang sering digunakan adalah desain tujuan.
Evaluasi tersebut terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut :
pelaksanan evaluasi internal,
rancangan revisi,
pendapat ahli,
komentar yang dapat dipercaya,
model kurikulum,
Dalam program evaluasi tersebut masih terdapat perbedaan pendapat tentang
apakah ahli yang melaksanakan kurikulum harus ahli juga dalam bidang ilmu
tersebut, ada pula ahli yang mengemukakan empat langkah evaluasi kurikulum
yang berfokus pada tujuan yaitu :
evalusi internal dilaksanakan oleh pengembang kurikulum dan
berhubungan dengan model desain kuikulum yang bertujuan untuk
memperbaiki proses pengembangan kurikulum,
evaluasi formatif adalah proses ketika pengembang kurikulum
memperoleh data untuk memperbaiki dan merevisi kurikulum agar
menjadi lebih efektif,
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 17
evaluasi sumatif bertujuan untuk memeriksa kurikulum dan diadakan
setelah pelasanaan kurikulum untuk memeriksa efesiensi secara
keseluruhan,
evaluasi jangka panjang
7) Peranan Evaluasi Kurikulum
Evalusi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan intittusi sosial. Proyek-
proyek evaluasi yang dikembangkan di Inggris umpamanya, juga di Negara-
negara lain, merupakan intitusi sosial mempunyai asal usul, sejarah, struktur serta
interest sendiri. Beberpa karakteristik dari proyek-proyek kurikulum yang telah
dikembangkan di Inggris, umpamanya
Lebih bekenaan dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada,
Lebih berskala nasional daripada lokal,
Dibiayai oleh Grant dari luar yang berjangka pendek daripada oleh
anggapan tetap,
Lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat
psikomotorikdaripada oleh kebiasaan lama yang berupa penelitian sosial.
Peran evaluasi kebijaksaan dalam kurikulum khususnya pendidikan umumnya
minimal berkenaan dengan tiga hal, yaitu:
1. Evaluasi sebagai judget, konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai.
Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan
selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi suatu
skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai.
Kedua, evaluasi berisi suatu prangkat kriteria praktis berdasarkan kriteria-kriteria
tersebut suatu hasil yang dapat dinilai. Evaluasi kurikulum bukan merupakan
konsep tunggal, minimal meliputi dua kegiatan, Kegiatan yang pertama
mengumpulkan informasi, mungkin juga mengandung segi - segi nilai (terutama
dalam memilih sumber informasi dan jenis informasi yang dikumpulkan), tetapi
belum menunjukkan suatu evaluasi. Dalam kegiatan yang kedua, yaitu
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 18
menentukan keputusan menunjukkan suatu evaluasi, dasar perimbangan yang
digunakan adalah suatu perangkat nilai-nilai.
2. Evaluasi dan penentuan keputusan, Pengambil keputusan dalam pelaksanaan
pendidikan atau khususnya kurikulum sangat banyak, yaitu: guru, murid, orang
tua, kepala sekolah, para inspektur. Pengembang kurikulum dan sebagainnya.
Pada prinsipnya tiap individu tersebut membuat keputusan sesuai dengan
posisinya masing masing. Besar atau kecilnya peranan keputusan yang diambil
oleh seseorang sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya serta lingkup masalah
yang dihadapinya pada suatu saat. Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam
penggunaan hasil evaluasi bagi pengambilan keputusan adalah, hasil evaluasi
yang diterima oleh berbagai pihak pengambil keputusan adalah sama. Masalah
yang timbul adalah bahwa belum tentu keputusan yang diambil bermanfaat bagi
pihak lain, artinya suatu informasi mungkin lebih bermanfaat bagi pihak tertentu
tetapi belum tentu bermanfaat bagi pihak yang lain.
3. Evaluasi dan konsensus nilai, Secara historis konsensus nilai dalam evaluasi
kurikulum berasal dari tradisi tes mental serta eksperimen. Konsensus tersebut
berupa kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus,
pengukuran prestasi belajar yang bersifat behavioral, penggunaan analisis statistic
dari pre test dan post test dan lain-lain. Model tersebut mendapatkan beberapa
kritik tetapi kritik atau kesulitan tersebut yang paling utama adalah dalam
merumuskan tujuan-tujuan khusus yang dapat diterima oleh seluruh partisipan
evaluasi kurikulum serta perencanaan kurikulum. Juga diantara partisipan harus
ada persetujuan tentang tujuan-tujuan yang paling penting. Para partisipan dalam
evaluasi pendidikan dapat terdiri atas: orang tua, murid, guru, pemgembang
kurikulum, administrator, ahli politik, ahli ekonomi, penerbit, arsitek, dan
sebagainnya. Pernah dimimpikan para partisipan tersebut merupakan suatu
kelompok yang homogen sebagai pengambil keputusan atas hasil penelitian, tetapi
beberapa pengalaman menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin. Mereka
mempunyai sudut pandang, kepentingan nilai-nilai serta pengalaman tersendiri.
Kesatuan penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu konsensus.
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 19
C. MODEL-MODEL EVALUASI KURIKULUM
1. Evaluasi Model Penelitian
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan
atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan. Tes psikologis
atau tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi
yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan serta hasil belajar yang
mengukur perilaku skolastik. Eksperimen lapangan dalam pendidikan, dimulai
tahun1930 dengan menggunakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian
botani pertanian. Model eksperimen dalam pertanian dapat digunakan dalam
pendidikan, anak dapat diumpamakan seperti benih, sedang kurikulum serta
berbagai fasilitas serta system sekolah dapat disamakan dengan tanah dan
pemeliharaannya. Untuk mengetahui tingkat kemampuan anak serta hasil yang
dicapai dapat digunakan test (pre test dan post tes). Tes adalah teknik penelitian
yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian
suatu kompetensi tertentu, melalui pengolahan secara kuantitatif yang hasilnya
berbentuk angka. Berdasarkan angka itulah selanjutnya ditafsirkan tingkat
penguasaan kompetensi siswa. Salah satu pendekatan dalam evaluasi yang
menggunakan eksperimen lapangan adalah mengadakan pembandingan antara
dua macam kelompok anak, umpamanya yang menggunakan dua metode belajar
yang berbeda. Rancangan penelitian lapangan ini membutuhkan persiapan yang
sangat teliti dan rinci. Besarnya sampel, variabel yang terkontrol , hipotesis,
treatment, tes hasil belajar dan sebagainya, perlllu dirumuskan secara tepat dan
rinci.
Beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen lapangan yaitu:
a) Kesulitan administrative, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan
sekolah eksperimen.
b) Masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang
sama untuk kelompok-kelompok yang diuji.
c) Sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol,
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 20
Ada keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan.
2. Evaluasi Model Objektif
Evaluasi model objektif (model tujuan) berasal dari Amerika Serikat.
Perbedaan model objektif dengan model komparatif ada dalam dua hal:
1) Dalam model objektif evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari
proses pengembangan kurikulum.
2) Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur
dengan seperangkat objektif ( tujuan khusus
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model objektif,
yaitu:
1. Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum.
2. Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa.
3. Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut.
4. Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.
Pendekatan ini yang digunakan oleh Ralph Tylor (1930) dalam menyusun tes
dengan titik tolak pada perumusan tujuan tes, sebagai asal mula pendekatan sistem
(system approach). Pada tahun 1950-an Benyamin S. Bloom dengan kawan-
kawannya menyusun klasifikasi sistem tujuan yang meliputi daerah-daerah belajar
(cognitive domain). Mereka membagi proses mental yang berhubungan dengan
belajar tersebut dalam 6 kategori, yaitu:
(1) knowledge,
(2) comprehension,
(3) application,
(4) analysis,
(5) synthesis, dan
(6) evaluation.
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 21
Dasar-dasar teori Tylor dan Bloom menjadi prinsip sentral dalam berbagai
rancangan kurikulum dan mencapai puncaknya dalam sistem belajar berprogram
dan sistem intruksional. Sistem pengajaran yang terkenal adalah IPI (Individually
Prescribed Instruction). Suatu program yang dikembangkan oleh Learning
Research And Develovment Centre Universitas Pittsburg. Dalam IPI anak
mengikuti kurikulum yang memiliki 7 unsur :
a. Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah-daerah, tingkat-tingkat dan nit-unit.
b. Suatu prosedur program testing.
c. Pedoman prosedur penulisan.
d. Materi dan alat pengajaran.
e. Kegiatan guru dalam kelas.
f. Kegiatan murid dalam kelas.
g. Prosedur pengelolaan kelas.
3. Evaluasi Model Campuran Multivariasi
Evaluasi model perbandingan dan model Tylor dan Bloom melahirkan
evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan
unsur-unsur dari kedua pendekatan tersebut. Seperti halnya pada eksperimen
lapangan serta usaha-usaha awal dari Tylor dan Bloom, metode tersebut masuk
ke bidang kurikulum dari proyek evaluasi. Metode-metode tersebut masuk ke
bidang kurikulum setelah Komputer dan program paket berkembang yaitu tahun
1960.
Langkah-langkah model multivariasi adalah sebagai berikut:
1) Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/diteliti.
2) Pelaksanaan program. Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya pada partisipasi yang optimal,
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 22
3) Sementara tim penyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya dengan metode global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan.
4) Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan komputer,
5) Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa variabel yang berbeda.
Beberapa kesulitan yang dihadapi dalam model campuran multivariasi, yaitu:
a. Diharapkan memberikan tes statistik yang signifikan.
b. Terlalu banyaknya variabel yang perlu dihitung pada suatu saat, kemampuan komputer hanya 40 variabel, sedangkan dengan model ini dapat dikumpulkan sampai 300 variabel.
c. Meskipun model multivariasi telah mengurangi masalah control berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah pembandingan.
4. Model EPIC ( Evaluation Program for Innovative Curriculums)
Model EPIC menggambarkan keseluruhan program evaluasi dalam sebuah
kubus. Kubus tersebut mempunyai tiga bidang, yaitu:
1. Behavior (perlakuan) yang menjadi sasaran pendidikan yang meliputi perilaku cognitive, affective dan psychomotor.
2. Instruction (pengajaran) yang meliputi organization, content, method, facilitiesand cost.
3. Kelembagaan yang meliputi student, teacher, administrator, educational specialist, family and community
5. Model CIPP (Context, Input, Process dan Product)
Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada
pandangan bahwa keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 23
faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan
peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu
sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari
berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya
sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program
yang dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan
program pendidikan atas empat dimensi, yaitu: Context, Input, Process dan
Product. Menurut model ini keempat dimensi program tersebut perlu dievaluasi
sebelum, selama dan sesudah program pendidikan dikembangkan. Penjelasan
singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai berikut:
1) Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis
tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program
yang bersangkutan, seperti : kebijakan departemen atau unit kerja yang
bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun
waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang
bersangkutan, dan sebagainya.
2) Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan
pendidikan, seperti: dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang
dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra sarana, media pendidikan
yang digunakan dan sebagainya.
3) Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi:
pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.
4) Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan,
mencakup: jangka pendek dan jangka lebih panjang.
6. Model C – I – P – O – I
Model pendekatan ini diadopsi dari CIPP-nya Daniel L. Stufflebeam (1971)
yang menyatakan bahwa evaluasi dapat membantu proses pengambilan keputusan
dalam pengembangan program. Model pendekatan ini terdiri dari :
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 24
a) Context Evaluation (C); evaluasi untuk menganalisa problem dan
kebutuhan dalam suatu sistem. Kegiatan evaluasi dimaksudkan untuk
dilakukan dengan tidak melepaskan diri dari konteks yang membentuk
sistem itu sendiri dalam upaya pencapaian tujuan program.
b) Inputs Evaluation (I); mengevaluasi strategi dan sumber-sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan program. Hasil input evaluation dapat
membantu pengambil keputusan untuk memilih strategi dan sumber
terbaik dalam keterbatasan tertentu untuk mencapai tujuan program
c) Process Evaluation (P); evaluasi dilakukan dengan maksud memonitor
proses pelaksanaan program, apakah kegiatan berjalan sesuai dengan
perencanaan sehingga mengarah pada pencapaian tujuan program.
d) Outputs Evaluation (O); evaluasi dimaksudkan untuk mengukur sampai
seberapa jauh hasil yang diperoleh oleh program yang telah
dikembangkan. Tentu saja, hasilnya dapat digunakan untuk mengambil
keputusan apakah program diteruskan, diberhentikan atau secara total
diubah.
e) Impacts Evaluation (I); evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana program yang telah dikembangkan memberikan dampak yang positif
dalam jangka waktu yang lebih panjang.
7. Model I – P – O
Penerapan model I – P – O pada sistem pembelajaran yaitu: INPUT PROCESS OUT PUT
8. Model I – P – O – I
Penerapan model I – P – O – I yaitu: INPUT PROCESS OUT PUTS IMPACTS
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 25
9. Model 3 P (Program – Proses – Produk)
Model pendekatan ini merupakan model yang diadopsi dari model yang
dikembangkan oleh Raka Joni (1981); esensi dari pendekatan evaluasi model ini,
adalah sebagai berikut :
a) Evaluasi Program, yakni merupakan evaluasi yang lebih memfokuskan
diri pada evaluasi perencanaan program, dengan demikian evaluasi
dilakukan sebelum program dilaksanakan untuk menetapkan rasional
kelompok sasaran (targetted groups) serta mengidentifikasi kebutuhan
(needs assessment) dan potensi yang ada padanya di samping mengkaji
dibelakang meja kesesuaian, perangkat kegiatan program dengan tujuan-
tujuan yang ditetapkan untuk dicapai. Dengan demikian maka evaluasi
perencanaan program merupakan bagian integral dari pada pengembangan
program.
b) Evaluasi Proses yaitu evaluasi yang cenderung mengarah pada bentuk
monitoring yang dilakukan pada saat kegiatan-kegiatan program
berlangsung dan dimaksudkan untuk menjawab dua kelompok pertanyaan:
apakah kegiatan-kegiatan program dilakukan atau diwujudkan sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan di dalam desain program ? apakah
program secara efektif mencapai kelompok sasaran yang telah ditetapkan
?. Model evaluasi ini sangat penting untuk pengembangan program sebab
tidak dengan sendirinya pelaksanaan kegiatan-kegiatan program sesuai
dengan tujuan serta niat yang semula ditetapkan. Dalam bahasa analisis
sistem, evaluasi ini dinamakan evaluasi proses.
c) Evaluasi Produk merupakan evaluasi terhadap aspek hasil ditujukan
kepada pencapaian tujuan program baik jangka pendek (hasil antara),
maupun jangka panjang (hasil akhir). Maka, yang hendak dinilai adanya
kesesuaian antara tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil-hasil
yang diperoleh. Di samping itu hasil-hasil sampingan baik yang
dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki, dapat dideteksi melalui
evaluasi ini.
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 26
Buatlah makalah terkait dengan evaluasi kurikulum: Evaluasi dan kajilah lebih dalam serta berikan gagasan Anda, terkait dengan perkembangan kurikulum. Serta jabarkan menurut Anda (disertai dengan pendapat para ahli kurikulum/teori) kurikulum yang bagaimana yang paling tepat diimplementasikan di zaman reformasi, globalisasi yang dapat mengarahkan Bangsa Indonesia lebih maju lagi, tetapi tidak melupakan nilai-nilai kearifan lokal.
BAHAN DISKUSI
Modul Kurikulum dan Pembelajaran @Sugihartini Page 27
Note:
- Dikumpul tanggal 20 Oktober (tidak boleh telat)
- Dikumpul dalam bentuk softcopy (.pdf) jadikan 1 CD.
- Nama file (NIM_kelas_nama lengkap)