tugas akuntansi keprilakuan
DESCRIPTION
Tugas Akuntansi KEprilakuanTRANSCRIPT
1. Stimulus-Response And Reinforcement Theory (Teori Penguat dan Tanggapan
Stimulus)
A. Pengertian Stimulus-Response And Reinforcement Theory
Stimulus
Dalam behaviorisme stimulus merupakan rangsangan yang dapat menjadi dasar bagi
perilaku, dan dasar bagi persepsi dalam psikologi persepsi. Ketika terjadinya perilaku
maka stimulus akan kuat menanggapinya. Stimulus ini masuk ke tindakan pada waktu
yang sama seperti memunculkan atau mendiskriminatif sehingga memunculkan
perubahan sikap. Dalam penguatan negatif, akan ada korelasi dangkal dengan stimulus
dan respon yang membuatnya sulit untuk melacak sifat aslinya. Jadi, perubahan sikap
tertumpu pada bagaimana seseorang merespon stimulus tertentu.
Reinforcement
Definisi yang paling dapat diterima tentang sebuah reinfocer adalah bahawa reinforcer
merupakan stimulus apapun yang meningkatkan peluang dimana reinforcement akan
muncul. Definisi ini menjelaskan bahwa dampak dari stimulus menentukan apakah
stimulus akan dikutkan. Jadi, satu-satunya bukti yang objektif dimana sebuah stimulus
merupakan reinforcement berada dalam intensitas yang bertambah, frekuensi, atau durasi
respon-respon yang kiranya diperkuat. Reinforcer bisa menjadi positif bisa juga negatif.
Sebuah positive reinforcer1 merupakan sebuah stimulus yang meningkatkan peluang
munculnya sebuah respon ketika hal itu ditambahkan pada sebuah situasi. Negatif
reinforcer memiliki dampak yang sama sebagai hasil dari proses dipindahkan keluar dari
situasi tersebut.
Teori penguatan adalah teori di mana perilaku merupakan sebuah fungsi dari
konsekuensi-konsekuensi nya. Jadi teori tersebut mengabaikan keadaan batin individu
dan hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia melakukan tindakan.
Hal ini didasarkan pada"hukum efek", yaitu, perilaku individu dengan
konsekuensi positif cenderungd iulang, tetapi perilaku individu dengan konsekuensi
negatif cenderung untuk tidak diulang.
Teori penguatan dan tanggapan stimulus dari perubahan sikap berfokus pada bagaiamana
1 Positive reinforcer : sebuah stimulus yang, pada saat ditambahkan pada sebuah situasi, menngkatakan peluang dimana sebuah respon akan muncul. Biasanya hal ini berbentuk sebuah pleasant stimulus (reward)
orang menaggapi rangsangan tertentu. Tanggapan sepertinya diulangi jika tanggapan
tersebut dihargai dan dikuatkan atau dengan kata lain stimulus aka nada respon jika ada
penghargaan dan dukungan.
Teori ini mengatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari akibat yang berkaitan
dengan perilaku tersebut. Teori penguatan memiliki konsep dasar, yaitu:
Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang
dapat diproduksi, kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal produksi, dan
sebagainya.
Kontijensi penguatan,yaitu berkaitan dengan urutan-urutan stimulus,tanggapan,
dan konsekuesi dari perilaku yang di timbulkan.
Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atu repons karyawan(misalnya
prestasi kerja) dengan pemberian penguatan(imbalan), maka semakin besar
pengaruhnya terhadap perilaku.Terdapat tiga jenis penguatan yang dapat
digunakan oleh manajer untuk memodifikasi motivasi karyawan, yaitu penguatan
positif, penguatan negative dan hukuman.
Rangsangan Fisik VS Kecenderungan Individu
Rangsangan Fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti pegelihatan
dan sentuhan. Sedang Kecenderungan Individu meliputi alas an, kebutuhan, sikap,
pelajaran dari masa lalu dan harapan. Perbedaan persepsi antar orang-orang disebabkan
karena perasaan individu yang menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama
disebabkanoleh kecenderungan perbedaan. Empat factor lain yang berhubungan dengan
kecenderungan individu adalah kekerabatan, perasaan, arti penting dan emosi.
Contoh teori penguat dan Tanggapan Stimulus
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk
berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu
disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).
Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk
didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk
berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement,
pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Contoh, pesan persuasif yang sering digunakan sebagai stimulus dalam upaya untuk
mengubah sikap. komunikator harus sadar bahwa untuk messege untuk menjadi efektif,
harus menarik perhatian audiens target, harus dipahami oleh penonton, dan itu harus
diterima. itu adalah perlu bahwa hadiah atau insentif untuk merespon stimulus lebih kuat
daripada insentif karena tidak mengubah sikap. Sebagai contoh, apabila Anda diberikan
penghargaan oleh atasan, maka Anda termotivasi untuk bekerja lebih optimal. Hal ini
merupakan penguat postif.
contoh lain, apabila Anda terus menerus ditegur karena mendorong kolega kolega Anda,
kemungkinan besar Anda akan mengurangi produktifitas Anda. Tetapi produktifitas Anda
yang lebih rendah juga bisa dijelaskan dalam bentuk tujuan, ketidakadilan, atau harapan-
harapan. Hal inimerupakan penguatan negatif (Negative reinforcer) karena didasarkan
pada prinsip bahwa frekuensi dari respons meningkat diikuti oleh stimulus yang tidak
menyenangkan,
2. Social Judgment Theory
A. Pengertian Social Judgment Theory
Teori ini dikembangkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog dari Oklahoma
University AS (Barker, 1987). Secara ringkas teori ini menyatakan bahwa perubahan
sikap seseorang terhadap objek sosial dan isu tertentu merupakan hasil proses
pertimbangan (judgement) yang terjadi dalam diri orang tersebut terhadap pokok
persoalan yang dihadapi. Proses ”mempertimbangkan” isu atau objek sosial tersebut
menurut Sherif berpatokan pada kerangka rujukan (reference points) yang dimiliki
seseorang. Kerangka rujukan inilah yang pada gilirannya menjadi ”jangkar” untuk
menentukan bagaimana seseorang memposisikan suatu pesan persuasif yang diterimanya.
Lebih jauh Sherif menegaskan bahwa tindakan memposisikan dan menyortir pesan yang
dilakukan oleh alam bawah sadar kita terjadi sesaat setelah proses persepsi. Disini kita
menimbang setiap gagasan baru yang menerpa kita dengan cara membandingkannya
dengan sudut pandang kita saat itu.Secara ringkas teori ini menyatakan bahwa perubahan
sikap seseorang terhadap objek sosial atau isu tertentu merupakan hasil proses
pertimbangan yang terjadi dalam diri orang tersebut terhadap pokok persoalan yang
dihadapi. Proses mempertimbangkan isu atau objek sosial tersebut berpatokan pada
kerangka rujukan yang dimiliki seseorang. Kerangka inilah yang menjadi rujukan
bagaimana seseorang memposisikan dan menyortir pesan yang diterima dan
membandingkannya dengan sudut pandang yang rasional.
Menurut Muzafer Sherif ada 3 rujukan yang digunakan dalam merespons suatu
stimulus yang dihadapi, ketiganya merupakan suatu hal yang terkait :
1. Latitude of acceptance yang terdiri dari pendapat yang masih dapat diterima dan
ditoleransi.
Proses pertimbangan di atas menurut Sherif & Hovland (1961) berlaku baik untuk
pertimbangan fisik (misalnya; berat) maupun pengukuran sikap. Walaupun
demikian ada dua perbedaan antara pertimbangan terhadap situasi fisik yang
bersifat obyektif dengan sikap. Dalam sikap, individu sudah membawa
klasifikasinya sendiri dalam menilai suatu obyek dan ini mempengaruhi
penerimaan atau penolakan individu terhadap obyek tersebut. Kedua,
pertimbangan sosial (sikap) berbeda-beda dari satu individu ke individu yang lain,
padahal dalam pertimbangan fisik tidak terdapat variasi yang terlalu
besar.Perbedaan-perbedaan atau variasi antara individu ini mendorong timbulnya
konsep-konsep tentang garis-garis lintang (latitude), Garis lintang penerimaan
(latitude of acceptance) adalah rangkaian posisi sikap diterima atau ditolerir oleh
individu. Garis lintang penolakan (latitude of rejection) adalah rangkaian posisi
sikap yang tidak dapat diterima oleh individu. Garis lintang ketidakterlibatan
(latitude of noncommitment) adalah posisi-posisi yang tidak termasuk dalam dua
garis lintang yang pertama. Jadi individu tidak menerima, tetapi juta tidak
menolak, acuh tak acuh. Interaksi antara garis-garis lintang inilah yang akan
menentukan sikap individu terhadap pernyataan-pernyataan tertentu dalam situasi
tertentu. Kalau pernyataan itu jatuh pada garis lintang penerimaan, maka individu
akan setuku dengan pernyataan itu. Jika pernyataan itu jatuh ke garis lintang
penolakan, individu tersebut akan tidak menyetujuinya
2. Latitude of rejection yang mencakup gagasan yang ditolak karena tidak rasional
Jika seseorang individu melibatkan dirinya sendiri dalam situasi yang dinilainya
sendiri, maka ia akan menjadikan dirinya sendiri sebagai patokan. Hanya hal-hal
yang dekat dengan posisinya mau diterimanya. Makin terlibat individu itu, maka
ambang penerimaannya makin tinggi dan makin sedikit hal-hal yang mau
diterimanya. Asimilasi jadi makin kurang. Sebaliknya, ambang penolakan makin
rendah, sehingga makin banyak hal-hal yang tidak bisa diterimanya. Hal ini makin
terasa jika individu diperbolehkan menggunakan patokan-patokannya sendiri
seberapa banyak pun dia anggap perlu.
3. Latitude of no commitment yang terdiri dari pendapat atau pesan persuasive yang
tidak kita tolak dan tidak kita terima
Komunikasi, menurut Sherif & Hovland, bisa mendekatkan sikap individu dengan
sikap-sikap orang lain, tetapi bisa juga malah makin menjauhkannya. Hal ini
tergantung dari posisi awal individu tersebut terhadap posisi individu-individu
lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan lebih
memperjelas persamaan-persamaan antara mereka dan dekatnya posisi mereka
sehinga terjadilah pendekatan-pendekatan. Tetapi sebaliknya, jika posisi awal
sudah saling berjauhan, maka komunikasi malah akan mempertegas perbedaan
dan posisi mereka akan saling menjauh. Dengan perkataan lain, jika seseorang
terlibat dalam situasi isu, maka posisinya sendiri akan dijadikannya patokan.
Terhadap sikap-sikap yang tidak jauh dari posisinya sendiri ia akan menilai ;
cukup beralasan, dapat dimengerti dan sebagainya. Dan suatu komunikasi dapat
menggeser posisinya mendekati posisi-posisi lain tersebut. Sebalinya, posisi-
posisi yang jauh akan dinilai tidak beralasan, kurang wajar dan sebagainya,
sehingga jika dalam hal ini tetap dilakukan komunikasi, maka akan terjadi efek
bumerang dari komunikasi itu, yaitu posisi-posisi dari sikap-sikap itu malah akan
makin menjauh.
Di dalam teori ini juga menjelaskan dua macam efek yang timbul akibat
proses mempertimbangkan pesan yaitu efek asimilasi dan efek kontras. Efek
asimilasi cenderung dapat bisa diterima ketimbang keadaan yang sebenarnya.
Masyarakat yang menjadi sasaran persuasi akan menilai pesan atau pernyataan
tersebut tampak sejalan dengan patokannya. Sedangkan pernyataan yang berada
dalam rentang penolakan akan tampak semakin berbeda karena sebenarnya secara
teori kita memperbesar perbedaan dan pada akhirnya pesan dapat ditolak dengan
mudah oleh masyarakat
Teori ini menjelaskan kepada kita tentang suatu pesan atau pernyataan
diterima atau ditolak itu didasarkan atas peta kognitif kita sendiri terhadap pesan
tersebut. Seseorang menerima atau menolak suatu pernyataan atau pesan-pesan
tertentu, bergantung kepada keterlibatan egonya sendiri. Ketika orang menerima
pesan, baik verbal ataupun nonverbal, mereka dengan segera men-judge
(memperkirakan, menilai) di mana pesan harus ditempatkan dalam bagian
otaknya dengan cara membandingkannya dengan pesan-pesan yang diterimanya
selama ini. Teori ini juga menjelaskan tentang bagaimana individu menilai pesan-
pesan yang mereka terima. Ia juga mampu memprediksi bahwa seseorang
menerima atau menolak terhadap pesan-pesan yang masuk. Selain itu teori ini
juga melahirkan hipotesis-hipotesis baru dan memperluas rentangan pengetahuan
seseorang, termasuk kita ketika sedang menerima pesan-pesan, dan juga memiliki
kekuatan terorganisir melalui pengorganisasian pengetahuan yang ada di dalam
otak kita mengenai sesuatu.
B. Contoh Kasus dan penyelesaian nya
Contoh pertama :
Konflik politik di Papua Barat tentang keabsaan wilayah terus dipertengtangkan.
dipertanyakan, diperbincangkan atau dikaji serta diselesaian sesuai mekanisme hukum
internasional agar diperoleh kebenarannya dan diterima oleh orang Papua Barat dan
Indonesia
Cara penyelesaian nya :
A. Penyelesaian Kasus Secara Internasional (Sebuah Pendekatan dalam Kasus
Papua Barat)
Masalah utama bangsa Papua Barat adalah status politik wilayah Papua Barat
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang belum final, karena
proses memasukan wilayah Papua Barat dalam NKRI itu dilakukan dengan penuh
pelanggaran terhadap standar-standar, prinsip-prinsip hukum dan HAM
internasional oleh Amerika Serikat, Belanda, Indonesia dan PBB sendiri demi
kepentingan ekonomi politik mereka.
Karena proses itu merupakan hasil kongkalingkong (persekongkolan) pihak-pihak
internasional, maka masalah konflik politik tentang status politik wilayah Papua
Barat harus diselesaikan di tingkat internasional.
Lantas,bagaimana menyelesaiannya?
Ada 2 cara yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan sengketa internasional,
yaitu secara damai atau bersahabat dan secara paksa atau kekerasan. Cara
penyelesaian secara damai ada dua, yaitu secara politik dan hukum. Secara politik
meliputi negosiasi, jasa-jasa baik (good office), mediasi, konsiliasi (conciliation),
penyelidikan (inquiry), dan penyelesaian dibawah naungan PBB2. Sedangkan
secara hukum dilakukan melalui lembaga peradilan internasional yang telah
dibentuk (Mahkama Internasional). Untuk penyelesaian sengketa secara paksa
atau kekerasan, bisa berupa perang atau tindakan bersenjata non perang, retorsi
(retortion), tindakan-tindakan pembalasann (repraisal), blockade secara damai
(pacific blockade) dan intervensi.
Setelah perang dunia ke-II PBB menyeruhkan agar segala persoalan harus
diselesaikan secara damai3. Penyelesaian damai dilakukan melalui badan
Arbitrase dan organ PBB yaitu Mahkama Internasional.
1. Secara Arbitrase berarti penyelesaian sengketa politik melalui pihak ketiga.
Hal ini sesuai kesepakatan wilayah yang bertikai. Dalam sejarah kasus Papua
Barat, cara arbitrase ini dilakukan secara sepihak oleh Belanda dan Indonesia
yang menunjuk Amerika Serikat yang pada saat itu sedang memiliki nafsu
kepentingan ekonomi (Freeport) untuk menjadi arbitrator (pihak ketiga).
Perjanjian itu adalah New York Agreement. Perjanjian ini sepihak karena
tidak melibatkan orang Papua Barat dan perjanjian itu tidak dilaksanakan
sesuai kesepakatan. Untuk menyelesaian persoalan Papua Barat, pihak
Indonesia dan Papua Barat harus sepakat untuk menyerahkan penyelesaian
status politik Papua Barat kepada pihak ketiga yang ditentukan bersama.
2. Melalui Mahkama Internasional (International Court of Justice/ICJ)4. Karena
ICJ adalah organ PBB, maka dalam penyelesaian kasusnya, harus melalui
lembaga-lembaga Internasional PBB seperti Majelis Umum PBB, Dewan
Keamanan PBB dan organisasi non pemerintahan atau lembaga hukum
internasional lainnya yang kapasitasnya diakui oleh PBB.
Secara umum juridiksi yang dimiliki ICJ dapat dibagi menjadi 2:
A. Juridiksi atas kasus yang berdasarkan atas telah terjadinya sengketa, yaitu
juridiksi mahkama untuk mengadili suatu sengketa yang diserahkan
kepadanya adalah sengketa yang berhubungan dengan diterapkannya aturan-
aturan atau prinsip-prinsip hukum Internasional terhadap para pihak.
B. Juridiksi untuk memberikan advisory opinion, yaitu juridiksi ICJ dalam
memberikan pendapat hukumnya atas persoalan hukum berdasarkan organ-
organ yang memiliki kewenangan untuk itu. Dalam kasus Papua Barat,
proses penyelesaian sengketa politik wilayah Papua Barat pada masa lalu
hingga pada PEPERA 1969 itu tidak dilakukan sesuai prinsip-prinsip dan
aturan-aturan hukum internasional5. Maka, Negara-negara anggotan PBB
bisa mendesak Majelis Umum PBB di setiap pertemuannya agar meminta
ICJ memberikan pendapat hukumnya atas status hukum Papua Barat.
Contoh kedua beserta penyelesaian nya :
Ketika terjadi kerusuhan sosial tahun 1998 waktu itu terjadi kerusuhan dimana-mana
dan saya bekerja di salah satu hotel di bilangan Jalan sudirman saya mendapatkan pesan-
pesan baik dari televisi radio ataupun radio bahkan melihat langsung kerusuhan terjadi
dimana-mana dan saya berasumsi bahwa kerusuhan di mana-mana dan pasti tidak ada
kendaraan umum yang beroperasi dan sebaiknya tidak berangkat kerja karena situasi dan
kondisi saat itu. (di sini saya memasuki Lattitute rentang penerimaan).
Tetapi saya tetap berangkat kerja dan berjalan ke jalan raya untuk mencoba
kemungkinan ada kendaraan umum yang tetap beroperasi, karena biar bagaimanapun
mereka juga butuh makan dan minum dan mereka tetap beroperasi untuk mencari uang
dan mencukupi kebutuhan sendiri-sendiri. Singkat kata saya terus berjalan dan akhirnya
menemukan kendaraan umum dan bisa sampai ke tempat kerja dan melihat begitu banyak
orang berkumpul di hotel karena mereka takut dengan kondisi yang ada dan mereka
berlindung di hotel. (di sini terjadi rentang penolakan) secara umum dari informasi dan
data yang ada di artikan pasti tidak ada kendaraan yang ada tapi kenyataanya ada juga.
Selanjutnya saya sampai kantor dan melihat bahwa kondisi jakarta sebagian terasa
demikian mencekam dan terjadi huru-hara yang terus berlanjut. Yang akhirnya banyak
karyawan hotel yang tidak masuk dengan alasan tidak bisa berangkat karena tidak ada
kendaraan juga karena takut terjadi sesuatu di jalan karena sudah demikian brutalnya hal
hal terjadi. Tidak hanya harta benda yang di jarah oleh orang-orang tetapi sudah ke nyawa
pembakaran gedung-gedung dan jelas-jelas ada orang di dalamya bukti nyata bahwa
nyawa juga terancam. Dan saya disuruh sama pimpinan saya untuk tidak pulang karena
memang kekurangan karyawan untuk bekerja karena sebagian besar tidak masuk kerja
saya di suruh masuk dengan hitungan lembur. Di sini saya Cuma diam sahaja dan saya
merasa pasti sebenarnya banyak hal yang bisa di lakukan buktinya saya walaupun
kerusuhan terjadi masih bisa datang ke kantor di sini saya memasuki Lattitude tanpa
pertanyaan.
Saya akhirnya tetap bekerja dan saya menginap di hotel dan sudah disediakan kamar
khusus bagi karyawan yang tidak pulang karena mesti menggantikan karyawan lain yang
tidak masuk hingga operasional hotel bisa terus berjalan walaupun tidak bisa berjalan
normal seperti biasanya
3. Teori Persepsi diri (Self-Perception Theory)
A. Pengertian Self-Perception Theory
Penelitian mengatakan bahwa kita tidak lebih ahli tentang maksud dan tindakan
kita dibanding kita terhadap orang lain. Menurut Daryl Benn, ketika kita menilai
pendapat sendiri maka kita akan mengambil perilaku kita sebagai petunjuk (clues),
daripada menganalisis diri kita secara mendalam. Misalnya, Anda ditanya apa warna
favorit baju Anda? Mungkin Anda menjawab warna biru karena warna tersebut yang
paling sering di pakai dibanding warna lainnya. Jawaban yang Anda berikan ini
berdasarkan perilaku Anda yang sering memakai baju warna biru, bukan berdasarkan
analisis yang Anda lakukan terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, proses self-
perception melibatkan pembelajaran tentang diri sendiri dan menempatkan diri pada
hal yang sama ketika kita mencoba memahami orang lain.
Menurut teori persepsi diri (self-perception) ini terdapat dua macam cara
bagaimana menempatkan diri pada hal yang sama ketika kita mencoba memahami
orang lain, yaitu:
a. Self-Attribution (Atribusi Diri)
Dalam mebuat self-attribution, menurut teori self-perception, kita
merundingkan kehadiran kita dan perilaku yang diingat, dan mencoba
mendapatkan penjelasan mengenai polanya. Penelitian pada ekspresi emosi
menguatkan penjelasan self-attribution ini.
Dengan “memalsukan” emosi-marah-seseorang bisa membuat “tampak”
nyata, suatu keadaan yang benar-benar dirasakan. Teori self-perception
menjelakan bahwa ketika kita mencoba memahami bagaimana perasaan kita, kita
melihatnya pada wajah kita:”saya tadi tersenyum, jadi saya menyangka tadi saya
senang.”
b. Overjustification (Pembenaran yang Berlebih)
Proses self-perception bekerja dengan menyimpulkan maksud dan tujuan
kita. Contoh: kita tahu bahwa seseorang dibayar mahal untuk suatu pekerjaan
yang sulit. Ini mendorong kita untuk berkesimpulan bahwa uang –sebagai tujuan
ekstrinsik- adalah motivasi utamanya. Sebaliknya, apabila seseorang bekerja
keras melakukan sesutau tanpa bayaran, kita menyimpulkan orang itu pasti
sangat menikmati pekerjaannya karena itu ia mempunyai motivasi intrinsic.
Lalu bagaimana jika Anda dibayar untuk suatu pekerjaan yang Anda
senangi? Menurut teori self-perception, Anda mungkin merasa overjustifed
(mendapat pembenaran yang berlebih) atas perilaku tersebut, dan hanya sedikit
menikmati pekerjaan (motivasi intrinsiknya sedikit).
Contoh lain, seorang anak yang senang mengerjakan tugas matematikanya,
diberi uang sebagai imbalan. Anak itu mungkin akan memikirkan kembali
motifnya dalam mengerjakan tugas tersebut. Oleh karena merasa mendapat
pembenaran yang berlebih (mendapat kenikmatan mengerjakan tugas sekaligus
mendapatkan uang), ia akan kurang menyukai matematika. Pada akhirnya,
imbalan uang ini bisa menjadi semacam boomerang, ketika anak tersebut
memutuskan hanya akan mengerjakan tugas matematika jika ia di janjikan
imbalan/bonus.
Jika bonus atau imbalan eksternal mengarahkan pada overjustification, teori
self-perception mengatakan bahwa kita akan mengurangi pilihan (preference)
terhadap perilaku atau benda itu sendiri. Kita menjadi kurang menyukai tugas
matematika karena tidak ada bonusnya atau hanya akan menyukai tugas jika ada
bonusnya. Ini terjadi karena dalam usaha kita memahami diri sendiri, kita
mungkin mengevaluasi ulang kebiasaan dan pilihan-pilihan kita sehingga dapat
lebih diterima akal.
B. Contoh Kasus dan penyelesaian ny
Bukti untuk teori persepsi diri juga telah terlihat dalam situasi kehidupan nyata.
Setelah remaja berpartisipasi dalam pelayanan relawan berulang dan
berkesinambungan, sikap mereka menunjukkan telah bergeser menjadi lebih peduli
dan perhatian terhadap orang lain
Persepsi Diri Teori memberikan penjelasan alternatif untuk efek disonansi
kognitif. Untuk percobaan contoh Festinger dan Carlsmith di mana orang dibayar $ 1
atau $ 20 untuk berbohong. disonansi kognitif mengatakan bahwa orang merasa
buruk tentang berbohong sebesar $ 1 karena mereka tidak bisa membenarkan
perbuatan itu. Persepsi diri mengambil pandangan seorang 'pengamat, menyimpulkan
bahwa mereka yang membayar $ 1 harus benar-benar menikmatinya (karena $ 1
tidak membenarkan perbuatan itu) sementara mereka yang membayar $ 20 hanya
melakukannya untuk uang.
Catatan bahwa ini menunjukkan bagaimana perubahan sikap masyarakat yang
terjadi hanya ketika dua faktor yang hadir:
* Mereka terangsang, merasakan ketidaknyamanan disonansi.
* Mereka atribut penyebab ini untuk perilaku mereka sendiri dan sikap.
Jika Anda mendengar banyak musik rock dan tidak terlalu suka, Anda mungkin
akan menyimpulkan bahwa Anda menyukainya.
Ketika orang meminta Anda untuk melakukan hal-hal yang Anda tidak memiliki
pandangan yang jelas, tanyakan pada diri Anda apa yang mereka bisa mendapatkan
oleh sesuatu yang Anda percaya tentang diri dalam hal ini.
Salah satu aplikasi yang berguna dari teori persepsi diri adalah dalam mengubah
sikap, baik terapi maupun dalam hal persuasi.
4. Teori Konsistensi dan Ketidaksesuaian (Consistency and Dissonance Theory)
A. Pengertian Consistency and Dissonance Theory
Beberapa teori perubahan sikap berasumsi bahwa orang mencoba untuk
memelihara konsistensi atau kesesuaian antara sikap dan perilaku mereka. Teori ini
menekankan pentingnya gagasan dan kepercayaan seseorang. Teori ini berpandangan
bahwa perubahan sikap adalah proses rasional dan kognitif bagi seseorang, ketika
diketahui ada ketidakkonsistenan antara sikap dan perilaku, sehingga termotivasi
untuk memperbaiki ketidakkonsistenan dengan mengubah salah satu diantara sikap
atau perilaku. Asumsi dasar bagi teori seperti ini adalah bahwa orang tidak bisa
menoleransi ketidakkonsistenan.
Teori konsistensi menganggap bahwa hubungan antara sikap dan perilaku adalah
dalam keadaan seimbang jika tidak ada tekanan kognitif dalam sistem.
Ketidaksesuaian teori adalah variasi dari teori konsistensi. Teori ini menekankan pada
hubungan antara elemen-elemen kognitif. Ketidaksesuaian kognitif terjadi ketika
seseorang mempunyai dua pengertian yang bertentangan. Teori ini beranggapan
bahwa ketidaksesuaian akan memotivasi orang untuk mengurangi atau mengeliminasi
ketidaksesuaian tersebut. Di sini diasumsikan bahwa karena ketidaksesuaian secara
psikologis biasanya tidak menyenangkan, maka orang lbih memilih untuk
menghindarinya. Ketidaksesuaian akan berkurang dengan mengurangi jumlah atau
kepentingan elemen-elemen ketidaksesuaian.
1. Konsistensi menekankan pada gagasan, yaitu manusia cenderung
mempertahankan konsistensinya atau kesesuaiannya antara sikap mereka dengan
perilaku mereka. Perubahan sikapfenomena proses yang bersifat cognitif dan
rasional dimana pada fenomena itu manusia itu sedang memperbaiki terhadap
inkonsistensi antara sikap dan perilaku.
2. Dissonance Theory, ada pada seseorang memiliki 2 pola nalar yang saling
bertentangan, misal : seseorang yang menyimpang dari tindakan semestinya.
Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial yang
membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap,
pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang
untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Istilah disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog
bernama Leon Festinger pada tahun 1950an. Teori disonansi kognitif memiliki
sejumlah anggapan atau asumsi dasar diantaranya adalah:
Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan
perilakunya. Teori ini menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari
manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi.
Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi biologis. Teori ini merujuk pada fakta-
fakta harus tidak konsisten secara psikologis satu dengan lainnya untuk
menimbulkan disonansi kognitif.
Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan
suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak dapat diukur. Teori ini
menekankan seseorang yang berada dalam disonansi memberikan keadaan yang
tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan untuk keluar dari
ketidaknyamanan tersebut.
Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk
mengurangi disonansi. Teori ini beranggapan bahwa rangsangan disonansi yang
diberikan akan memotivasi seseorang untuk keluar dari inkonsistensi tersebut dan
mengembalikannya pada konsistensi.
Salah satu contoh dari disonansi kognitif adalah fabel dari Aesop yang berjudul
"Serigala dan Anggur". Dikisahkan seekor serigala lewat didekat sebuah pohon
anggur. Serigala tersebut lapar dan tergiur akan anggur ranum itu namun tidak
sanggup mengambilnya. Karena kecewa tidak bisa mendapatkan anggur, ia
kemudian pergi dengan beranggapan bahwa anggur tersebut pastilah masam.
B. Contoh Pembelajaran Teori Kognitif :
Teori pembelajaran kognitif merupakan pembelajaran yang menitikberatkan
pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik (individu).
Mahasiswsa Salah satu mata kuliah yang menggunakan teori ini adalah Kalkulus.
Pada saat dosen menjelaskan sub materi deferensial (turunan) I. Contoh
pembelajaran adalah sebagai berikut:
Dosen hanya menjelaskan gambaran umum dari materi deferensial yang berupa
kumpulan rumus-rumus dasar perhitungan yang kemudian memberikan contoh-
contoh soal deferensial untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu oleh masing-
masing mahasiswa.
Dengan batasan waktu yang diberikan mahasiswa diberikan tanggungjawab dan
keleluasan untuk menyelesaikan soal dengan berdasarkan pada konsep yang telah
diberikan. Selama kurun waktu tersebut, dosen berkeliling untuk memperhatikan
yang dikerjakan mahasiswa.
Setelah waktu yang ditentukan habis, dosen mulai menunjuk beberapa
mahasiswa untuk mengerjakan soal di depan kelas. Dari proses tersebut dosen dapat
menganalisis sejauh mana kemampuan dari mahasiswa yang dididiknya.
Koreksi pun akan dilakukan apabila ada hasil kerja yang tidak sesuai setelah
mahasiswa selesai mengerjakannya dan menjelaskan letak langkah kekurangan dari
hasil kerja mahasiswa. Jika memang setelah itu tidak ada pertanyaan, maka dosen
menganggap materi sudah bisa diterima dan kembali memberikan contoh soal untuk
dikerjakan di rumah dan dikumpul pada hari tertentu.