tugas mineralogi
TRANSCRIPT
PERTEMUAN 2
IDENTIFIKASI MINERAL BATUAN DAN BAHAN GALIAN
Judul : MINERALOGI
Disusun Oleh : Nama : Yosep Permana NIM :
DOSEN PEMBINA : HERI PRABOWO, ST. MT.
PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT)
PROGRAM STUDI GEOLOGI PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT atas nikmat dan hidayah
yang diberikan pada pemakalah sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Judul
makalah yaitu “Identifikasi Mineral Batuan dan Bahan Galian”. Makalah ini
ditulis untuk meningkatkan keterampilan penulis dalam karya ilmiah dan
memenuhi tugas matakuliah Teknik Eksplorasi Tambang.
Tugas makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan, arahan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Heri Prabowo, ST. MT sebagai Dosen Pembimbing.
2. Teman-Teman PPGT SMK Geologi Pertambangan UNP.
3. Orang Tua dan Keluarga.
4. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
Semoga bimbingan, bantuan, dan saran yang telah diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dan kelemahan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi seluruh
pembaca.
Padang, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
.................................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................
.................................................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................
.................................................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
.................................................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................
.................................................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah………................................................................
.................................................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah……………………………………...................
6
D. Tujuan Penelitian ..............................................................................
.................................................................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Sistem Pengukuran…......................................................................... 9
B. KWH Meter........................................................................................
.................................................................................................................. 10
C. Short Message Service (SMS) ...........................................................
.................................................................................................................. 12
D. Komputer Sebagai Server Penerima Data dan Sistem
Database................................................................................................... 15
E. Komponen dan Rangkaian Elektronik...............................................
.................................................................................................................... 16
1. Sensor Optocoupler.......................................................................
16
2. Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S52.................................
19
3. Sistem Minimum Mikrokontroler ATMega16..............................
21
4. Rangkaian Real Time Clock (RTC)...............................................
22
5. Liquid Crystal Display (LCD).......................................................
24
6. Kontaktor.......................................................................................
26
7. Relay..............................................................................................
28
8. Buzzer............................................................................................
29
9. Catu Daya Teregulasi.....................................................................
30
10. Transceiver RS232........................................................................
32
11. Integrated Circuit (IC) 74LS14 sebagai Inverter..........................
33
F. Spesifikasi Alat Ukur........................................................................
35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................
37
B. Jenis Penelitian..................................................................................
37
C. Peralatan dan Bahan .........................................................................
38
D. Desain Penelitian ..............................................................................
38
E. Prosedur Penelitian ...........................................................................
41
F. Teknik Pengumpulan Data................................................................
44
G. Teknik Analisis Data ........................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................
47
B. Pembahasan ......................................................................................
59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................
63
B. Saran 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam studi Geologi yang mempelajari keseluruhan hal-hal tentang Bumi
mulai dari pembentukkan, komposisi, sifat-sifat fisik, struktur, hingga gejala-
gejala yang terjadi didalamnya, kita tentu saja harus mempelajari dasar-dasar
tentang Bumi dan juga pembagian-pembagiannya secara khusus nantinya. Dan
pada tahap pertama yang harus dipelajari adalah apa sajakah sebenarnya materi-
materi pembentuk Bumi kita ini. Setelah itu barulah kita dapat mempelajari materi
pada tingkat-tingkat selanjutnya yang ada dalam ruang lingkup studi Teknik
Geologi.
Pada materi yang telah kita pelajari sebelumnya, yaitu materi Kristalografi,
telah dijelaskan urutan materi pembentuk Bumi ini. Dari yang terkecil yaitu
kristal, mineral dan kemudian adalah batuan. Dan yang akan lita pelajari
selanjutnya adalah tentang mineral. Dalam mempelajari semua hal tentang
mineral, mulai dari sifat-sifat fisiknya hingga keterdapatannya pada batuan
dinamakan dengan Mineralogi.
Pada tahap ini kita akan belajar tentang semua hal yang berkaitan dengan
mineral. Dalam studi Geologi, ini sangat penting, karena mineral adalah salah satu
satuan dasar pembentuk Bumi ini. Dan dengan bekal ilmu Kristalografi yang telah
dipelajari sebelumnya, kita akan dapat mengenal mineral-mineral apa sajakah
yang terdapat di Bumi, bagaimana keterdapatannya, hingga akhirnya juga dapat
mengetahui manfaat dari mineral itu sendiri.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Dalam studi Geologi, setelah mempelajari ilmu-ilmu tentang kristal, tahap
selanjutnya adalah mempalajari ilmu tentang mineral atau Mineralogi. Mieralogi
sendiri terkait dalam satu rangkaian dengan Kristalografi dalam pembelajarannya.
Terkait dengan mineral adalah komponen dasar dalam Geologi karena mineral
adalah pembentuk batuan yang menjadi inti dari Geologi. Tentu saja kita harus
mempelajari dan menguasainya untuk dapat melanjutkan pada tahap berikutnya.
Dan dengan menjalani studi Mineralogi, dimaksudkan agar kita dapat
mengenal, mengetahui dan juga menguasai Mineralogi yang menjadi salah satu
dasar terpenting dalam Geologi. Dengan bekal ilmu tentang kristal yang telah
diperoleh sebelumnya, Mineralogi adalah salah satu aplikasi dari ilmu tersebut.
Dan pada akhirnya, dengan menguasai keduanya, akan dapat lebih mudah dalam
mempelajari ilmu Geologi pada tahap selanjutnya.
2. Tujuan
Dalam kegiatan mempelajari dan melakukan praktikum Mineralogi, kita
dituntut untuk dapat :
1. Mengaplikasikan ilmu tentang kristal yang telah didapat sebelumnya.
2. Mengetahui defenisi dari mineral itu sendiri.
3. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral.
4. Mampu melakukan penyelidikan secara fisik dari mineral.
5. Mengetahui keterdapatan mineral dalam batuan.
6. Mengetahui persentase komponen-komponen mineral.
7. Mengetahui aplikasi dari ilmu tentang mineral.
3. Manfaat
Dalam bidang Geologi, mempelajari Mineralogi adalah sebagai dasarnya.
Karena mineral adalah satuan pembentuk Bumi dan pada dasarnya Bumi ini
dibentuk dari mineral-mineral yang menyatu dan membentuk batuan. Jadi, adalah
hal yang tidak mungkin jika mempelajari Geologi namun tidak mempelajari dan
menguasai Mineralogi. Karena Geologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari
Bumi.
Dengan mempelajari Mineralogi, kita akan dapat mengetahui bagaimana
Bumi ini terbentuk dari pembentukan mineral. Kita juga akan dapat mengetahui
bagaimana bisa batuan-batuan yang ada di Bumi ini terbentuk. Dengan
mempelajari Mineralogi, kita juga dapat mengenal sifat-sifat dari mineral itu
sendiri hingga dapat mengetahui apa kegunaannya. Kita tahu bahwa benda-benda
yang memiliki nilai tertinggi didunia sekarang ini salah satunya adalah mineral.
Mineral-mineral tersebut memiliki berbagai macam nilai guna dalam kehidupan
manusia, mulai dari sebagai perhiasan karena nilai estetikanya yang tinggi hingga
sebagai benda terpenting dalam usaha pengeboran khususnya minyak Bumi
karena sifat mineral tersebut. Mineral juga banyak digunakan dalam dunia
industri.
Dalam Geologi sendiri, Mineralogi adalah salah satu ilmu dasar dan
merupakan syarat untuk dapat melanjutkan studi pada tingkat berikutnya.
Khususnya Petrologi atau ilmu tentang batuan, yang tidak memungkinkan untuk
dapat dipelajari tanpa dasar Mineralogi. Karena batuan dibentuk dari mineral.
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian Mineralogi dan Mineral
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya,
cara terjadinya dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos,
dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan
dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organik
(anorganik). Maka pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli
geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun
persesuaian umum untuk definisinya (Danisworo, 1994).
Definisi mineral menurut beberapa ahli:
1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.
2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam
dan bukan hasil suatu kehidupan.
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali
atau suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun
tidak termasuk didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu
definisi baru atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak
menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa mineral itu mempunyai sifat
sebagai: bahan alam, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap dan berupa unsur
tunggal atau senyawa.
Definisi mineral kompilasi: mineral adalah suatu bahan alam yang
mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau
persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat
berupa padat, cair dan gas .
Mineral adalah zat-zat hablur yang ada dalam kerak bumi serta bersifat
homogen, fisik maupun kimiawi. Mineral itu merupakan persenyewaan anorganik
asli, serta mempunyai susunan kimia yang tetap. Yang dimaksud dengan
persenyawaan kimia asli adalah bahwa mineral itu harus terbentuk dalam alam,
karena banyak zat-zat yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan mineral,
dapat dibuat didalam laboratorium. Sebuah zat yang banyak sekali terdapat dalam
bumi adalah SiO2 dan dalam ilmu mineralogi, mineral itu disebut kuarsa.
Sebaliknya zat inipun dapat dibuat secara kimia akan tetapi dalam hal ini tidak
disebut mineral melainkan zat Silisium dioksida .
Kalsit, adalah sebuah mineral yang biasanya terdapat dalam batuan
gamping dan merupakan mineral pembentuk batuan yang penting. Zat yang dibuat
dalam laboratorium dan mempunyai sifat- sifat yang sama dengan mineral kalsit
adalah CaCO3. Demikian pula halnya dengan garam-garam yang terdapat sebagai
lapisan-lapisan dalam batuan. Garam dapur dalam ilmu mineralogi disebut halit
sedangkan dalam laboratorium garam dapur disebut dengan natrium-khlorida.
Mineral-mineral mempunyai struktur atom yang tetap dan berada dalam hubungan
yang harmoni dengan bentuk luarnya. Mineral-mineral inilah yang merupakan
bagian-bagian pada batuan-batuan dengan kata lain batuan adalah asosiasi
mineral-mineral.
B. Penggolongan Mineral
Klasifikasi / pengelompokan mineral yang digunakan berdasarkan klasifikasi
menurut James D. Dana (dalam Kraus, Hunt,dan Ramsdell, 1951) yang
didasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristal, adalah sebagai
berikut:
1. Kelompok Native Element (Unsur Murni)
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas
ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada
umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa
dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat
memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas
mineral native element ini terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag),
Platina (Pt) dan tembaga (Cu). Sistem kristalnya adalah isometrik.
2. Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang
keduanya memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal.
3. Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. Sistem
kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan
sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada
umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
1.1 Logam
1.1.1 Aurum (Au)
Emas telah banyak digunakan di dunia sebagai kendaraan untuk moneter
tukar, Baik dengan penerbitan dan pengakuan koin emas atau jumlah besi kosong,
atau melalui konversi kertas instrumen-gold dengan mendirikan standar emas di
mana nilai total uang yang dikeluarkan diwakili di toko cadangan emas. Selain itu,
emas juga berfungsi sebagai alat investasi, industri, komersial kimia dan yang
paling umum digunakan sebagai perhiasan.
1.1.2 Cuprum (Cu)
Cuprum atau tembaga biasa digunakan sebagai bahan peralatan listrik
(kabel) dan bahan campuran logam (kuningan, perunggu). Bahkan oleh manusia
purba digunakan sebagai perabotan dan senjata, serta perlengkapan ritual
kepercayaan.
1.1.3 Platinum (Pt)
Digunakan untuk perhiasan, kimia dan kegunaan industri lainnya serta
stabilizer mata uang. Platinum biasa digunakan sebagai perhiasan dengan istilah
emas putih karena kilaunya lebih indah dari emas, selain itu juga digunakan
sebagai bahan instrumen mekanik dan listrik dengan presisi tinggi, serta sebagai
katalis (pereaksi) dalam kimia analisis.
1.2 Semi-logam
1.2.1 Bismuth (Bi)
Sebuah bijih bismut dan sebagai spesimen mineral dan karena titik
penggabungannya yang rendah. Bismuth utamanya digunakan sebagai bahan
campuran logam. Selain itu, juga digunakan sebagai bahan dalam industri farmasi
dan kosmetik.
1.2.2 Arsenik (As)
Sampai saat ini, Arsenik belum dapat diketahui manfaat lain selain
menjadi bahan racun, termasuk yang meracuni tokoh pembela HAM, Munir.
1.3 Non-logam
1.3.1 Intan (C)
Merupakan karbon, sama seperti grafit, tetapi karena kenampakkannya
yang indah dengan kemampuan dispersi cahaya yang besar, sehingga sering
digunakan sebagai batu mulia dan perhiasan. Selain itu, kekerasannya menjadi
standar tertinggi, sehingga digunakan dalam industri sebagai alat pemotong atau
mata bor.
1.3.2 Sulfur
Sulfur digunakan sebagai bahan utama pembuatan asam sulfur, vulkanisasi
karet sehingga menjadi ban, bahan peledak, fungisida, dan pupuk.
2. Kelompok Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini
terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada
umumnya unsur utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah
gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya
terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang
bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi
oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi
dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya
dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan
hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih
(ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada
industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk
memisahkan unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena
unsur utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat
atau nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur
pembentuknya yang bersifat logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2),
Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2) . Dan
termasuk juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides,
bismuthinides dan juga sulfosalt.
2.1 Pirit (FeS2)
Dalam industri, Pirit diolah menjadi asam sulfur dengan metode bilik
timbal. Serbuk Pirit juga digunakan dalam pengmurnian besi, emas, tembaga,
kobalt, dan nikel.
2.2 Kalkosit (Cu2S)
Dengan keberadaannya yang cukup langka, Kalkosit yang mengandung
banyak unsur tembaga (Cuprum) menjadi sumber tambang yang penting.
2.2.1 Galena (PbS)
Karena terdapat banyak di alam, Galena menjadi bijih timbal yang utama
dalam pertambangan.
2.2.2 Sphalerite [(Zn, Fe) S]
Dengan keberadaannya yang sangat melimpah di alam, Sphalerite menjadi
mineral bijih seng yang utama dalam pertambangan. Terkadang juga
menghasilkan produk sampingan berupa Kadmium, Galium, dan Indium.
2.2.3 Kalkopirit (CuFeS2)
Dengan keberadaan yang sangat melimpah di alam, Kalkopirit menjadi
sumber utama dalam memperoleh tembaga dengan persentase 80% dari ekstraksi
tembaga di dunia. Kalkopirit juga menghasilkan produk sampingan, yaitu emas
dan perak.
3. Kelompok Oksida Dan Hidroksida
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus hidroksil
hidroksida (OH-).
3.1 Oksida
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral
oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka
juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah
besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang
paling umum adalah, korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2)
3.1.1 Jenis X2O
Kuprit (Cu2O)
Kuprit memiliki sistem kristal isometrik adalah salah satu mineral bijih
yang penting untuk memperoleh tembaga. Selain itu, kristal Kuprit yang
transparan dipotong dan dibentuk sebagai batu mulia.
3.1.2 Jenis AX
Zincite (ZnO)
Karena keberadaannya yang sangat langka, Zincite lebih populer menjadi
mineral koleksi daripada sebagai mineral bijih untuk seng.
3.1.3 Jenis XO2
3.1.3.1 Rutil (TiO2)
Sebagai mineral yang cukup jarang, Rutil sangat penting dalam hal
komersial karena menjadi mineral bijih untuk logam Titanium.
3.1.3.2 Pirolusit (MnO2)
Pirolusit umumnya ditambang untuk komersial karena menjadi sumber
untuk logam Mangan.
3.1.4 Jenis X2O3
3.1.4.1 Hematit (Fe2O3)
Dengan kelimpahannya di alam, menjadikan mineral ini sangat penting
dalam pertambangan untuk memperoleh besi. Selain itu, mineral Hematit yang
berwarna merah digunakan sebagai bahan pewarna dan semir.
3.1.4.2 Korundum (AL2O3)
Varietas Korundum yang tidak transparan dan menarik biasanya
digunakan sebagai alat penggosok karena kekerasannya yang terkenal tinggi.
Sedangkan varietas yang lain menjadi batu mulia, misalnya Safir (biru) dan Rubi
(merah).
3.1.5 Jenis XY2O4
3.1.5.1 Spinel (MgAl2O4)
Spinel yang berwarna merah atau disebut sebagai “Rubi Spinel” dikenal
sebagai batu mulia karena kenampakannya yang seperti Rubi.
3.1.5.2 Magnetite (Fe3O4)
Dengan kelimpahannya di alam, Magnetit adalah mineral bijih yang paling
penting dan kaya akan unsur besi.
3.2 Hidroksida
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran
atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi
pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti
oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-
unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah Manganite MnO(OH),
Bauksit [FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).
3.2.1 Manganite MnO(OH),
Merupakan mineral yang dijadikan sebagai bijih mineral mangan dan
spesimen mineral.
3.2.2 Bauksit [FeO(OH)]
Sudah dikenal luas bahwa Bauksit adalah mineral bijih alumunium yang
utama, apalagi dengan jumlahnya yang berlimpah di alam. Ekstraksinya dengan
cara elektrolisis dalam bak Cryolite. Selain itu, Bauksit juga digunakan dalam
produksi Korundum sintetis dan refraktori alumunium.
3.2.3 Limonit [Fe3O4 . 2H2O]
Limonit adalah hasil hidrasi dari Hematit (Fe3O4) yang juga berlimpah di
alam. Namun demikian, tidak seperti Hematit, Limonit bukan sumber unsur besi
untuk industri besi-baja yang berarti karena biasanya tercemari oleh unsur
sekunder, yaitu fosfor. Varietas yang berwarna dan berkilap tanah, digunakan
sebagai bahan pewarna serta kerajinan tanah liat.
4. Kelompok Halida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion
halogenelektronegatif, seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki BJ yang
rendah (< 5).Contoh mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit
(KCl), dan Kriolit (Na3AlF6)
4.1 Halit (NaCl)
Halit atau dikenal sebagai garam dapur biasa digunakan sebagai bumbu
masak karena sifat khasnya yang terasa asin dan menguatkan rasa. Selain itu,
Halit juga digunakan dalam industri kimia untuk preparasi soda, asam hidroklorat,
dan di samping itu, Halit juga digunakan dalam penelitian ilmiah sebagai bagian
dari alat optik.
4.2 Fluorit (CaF2)
Fluorit digunakan dalam produksi asam hidrofluorit yang sangat penting
dalam kerajinan gerabah, industri optik sebagai bahan pembuatan lensa, dan
industri plastik. Di samping itu, sangat penting dalam metalurgi bauksit dan fluks
untuk industri logam. Pada varietas yang tidak berwarna dan transparan, biasa
digunakan sebagai lensa apokromatik dan prisma spektrografis.
4.3 Sylvite (KCl)
Mineral ini sangat bermanfaat dalam pertanian sebagai pupuk karena
kandungan Kalium dan Klorinnya.
4.4 Cryolite (Na3AlF)
Mineral ini sangat langka dan dulu digunakan sebagai fluks dalam
pemurnian bauksit tetapi sekarang fungsinya digantikan oleh Fluorit. Oleh karena
itu, kini hanya digunakan sebagai bahan pengkilap gerabah dan bahan utama bagi
beberapa jenis kaca.
5. Kelompok Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3
dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen.
Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang
membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga
termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh
mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O)
5.1 Dolomite (CaMg(CO3)2
Berperan dalam beberapa semen, sebagai sumber magnesium dan sebagai
spesimen mineral.
5.2 Kalsit (CaCO3)
Berperan pada produksi semen dan mortar, produksi kapur, batu kapur
yang digunakan dalam industri baja, industri kaca, kimia hias, batu dan
menggunakan optik dan sebagai spesimen mineral.
5.3 Magnesit (MgCO3)
Suatu bijih dari magnesium. Karena kandungannya serta keberadaannya
yang cukup melimpah di alam. Magnesit adalah sumber penting untuk
memperoleh Magnesium dan garam Magnesium. Dalam bentuk perekat dan
serbuk, digunakan dalam industri kertas, karet, serta farmasi.
6. Kelompok Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi
logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi
pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-
lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan
tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari
kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite
(barium sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit
dan gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral
chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate
6.1 Barit (BaSO4)
Mineral yang cukup melimpah di alam ini, merupakan mineral bijih yang
paling utama bagai Barium. Selain itu, juga sebagai bahan tambahan penting
untuk lumpur pengeboran minyak bumi. Barit sering digunakan sebagai bahan
tambahan untuk pembuatan kertas dan karet serta bahan pewarna karena
warnanya yang putih.
6.2 Celestite (SrSO4)
Mineral ini adalah sumber utama untuk mendapatkan logam Strontium dan
garamnya juga biasa digunakan sebagai bahan utama pembuatan kembang api
karena dapat menghasilkan api yang berwarna merah terang. Dalam industri,
Celestite digunakan sebagai bahan campuran karet, cat, serta elemen baterai. Pada
varietas yang tidak berwarna dan transparan, dapat menjadi bahan kaca serta
keramik (varietas yang berkilau).
6.3 Anhidrit (CaSO4)
Mineral ini, terutama diperlukan untuk menghasilkan asam sulfur, dengan
kandungan belerangnya, serta salah satu bahan baku kertas dan batu hias karena
kenampakannya yang indah.
6.4 Anglesit (PbSO4)
Dengan kandungan timbalnya, mineral bijih ini diekstraksi untuk
mendapatkan logam timbal dan menjadi bahan studi untuk mempelajari deposit
mineral bijih secara umum.
6.5 Gipsum (Ca SO4. 2H2O)
Gipsum biasanya digunakan sebagai perekat pada bangunan-bangunan
kuno serta bahan campuran dalam semen. Selain itu, juga dijadikan ornamen, baik
untuk pahatan maupun dilebur lalu dicetak menjadi ornamen interior dalam
bangunan, termasuk eternit.
7. Kelompok Phosphat
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya memiliki
kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:
7.1 Apatit (Ca,Sr, Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH)
Mineral ini biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk fosfat dan
pembuatan asam fosfat. Sementara kristal yang transparan dan berwarna indah
dipotong dan dibentuk menjadi batu mulia walaupun cukup lunak (kekerasan 5).
7.2 Vanadine Pb5Cl(PO4)3
Mineral ini adalah mineral bijih untuk memperoleh Vanadium, bahan campuran
logam, dan bahan pewarna pakaian karena warnanya yang merah sampai kuning
kecoklatan.
7.3 Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8 . 5H2O
Mineral ini terutama biasa digunakan sebagai batu hiasan yang bernilai tinggi.
8. Kelompok Silikat
Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral
yang dikenali. Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini,
yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90% dari berat kerak-Bumi
terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100% dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan
(metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
1. Quartz (SiO2)
2. Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
3. Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
4. Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
5. Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
6. Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
7. Piroksin ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
8. Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)
Nomor 1 sampai 4 adalah min eral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah
mineral ferromagnesium.
8.1 Mineral Ferromagnesium
8.1.1 Opal (SiO2 .nH2O)
Hasil hidrasi dari Silikon dioksida (Kuarsa) ini biasa dibentuk menjadi
batu mulia dan batu hias yang bernilai tinggi. Selain itu, serbuknya yang sudah
disaring dapat digunakan sebagai insulator dan bahan pembuatan keramik
(porselen).
8.1.2 Kuarsa (SiO2)
Mineral yang sangat melimpah di alam ini begitu penting dalam industri,
misalnya karena sifatnya yang piezoelektrik dapat digunakan sebagai pengukur
tekanan, osilator, resonator, dan penstabil gelombang. Kemampuannya untuk
memutar bidang polarisasi cahaya menjadikannya sebagai bahan polarimeter.
Transparansinya terhadap sinar UV menasbihkannya sebagai bahan lampu sinar-
panas, prisma dan lensa spektrografis. Selain itu, Kuarsa juga diolah secara besar-
besaran menjadi kaca, cat, alat penggosok, refraktori, dan peralatan presisi. Kristal
Kuarsa yang transparan maupun translucent dengan berbagai warna biasa
dibentuk menjadi batu mulia maupun batu hias.
8.1.3 Ortoklas
Ortoklas biasanya menjadi bahan dasar pembuatan porselen berkualitas
tinggi, berkilau, indah, dan tahan panas, baik ortoklas murni maupun setelah
dicampur dengan Kuarsa dan Kaolin. Selain itu, leburan Ortoklas murni juga
dapat digunakan sebagai bahan insulator listrik tekanan tinggi maupun bahan
dasar gigi palsu. Dalam bentuk serbuk yang dicampur detergen, dapat menjadi
bubuk penggerus. Sementara, kristal Ortoklas yang transparan dengan berbagai
warna dikenal sebagai batu mulia.
8.1.4 Plagioklas (Oligoklas, Labradorit, dan Anorthit = (Na,Ca)AlSi3O8)
Ketiga mineral dari seri Plagioklas ini memiliki kemiripan dengan
kegunaanya yang hampir sama, yaitu sebagai salah satu bahan baku keramik dan
kaca. Selain itusebagai refraktor dasar. Secara individu, Labradorite berfungsi
sebagai batu bahan bangunan, batu mulia dan perhiasan.
8.1.5 Muskovit (Mg,Fe)3Si2O5(OH)4
Mineral yang sangat berlimpah di alam ini biasa digunakan sebagai
insulator listrik dan panas. Selain itu, serbuknya digunakan sebagai bahan perekat
dalam pembuatan kertas, semen, dan plastik, serta salah satu bahan baku karet
juga cat tahan api. Muskovit terkadang juga digunakan sebagai material dasar
untuk membuat porselen dan pelumas kering.
8.1.6 Hornblende
Walaupun mineral ini adalah mineral yang sangat populer, dan berlimpah
di alam, tetapi sampai kini masih belum diketahui manfaatnya, dan masih menjadi
sebagai mineral koleksi dan penelitian.
C. Mineral Penyusun Batuan
Minerals adalah bahan atau senyawa anorganik yang terbentuk secara alamiah,
padat, mempunyai komposisi, dan mempunyai sturuktur dalam/kristal tertentu.
Sedangkan bedanya dengan mineraloid ialah tidak mempunyai struktur
dalam/kristal tertentu (amorf). Menurut W.T Huang (1962) komposisi mineral
pembentuk batuan dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral, yaitu:
I. Mineral Utama (Essensial Mineral)
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya
sangat menentukkan dalam penamaan batuan. mineral utama dapat dilihat dari
deret bowen series(1928).
Deret Bowen menggambarkan secara umum urutan kristalisasi suatu mineral
sesuai dengan penurunan suhu [bagian kiri] dan perbedaan kandungan magma
[bagian kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua magma berasal dari magma
induk yang bersifat basa.
Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua cabang; kontinyu dan diskontinyu.
Continuous branch [deret kontinyu]
Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret kontinyu,
mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya. Dari
bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu, kemudian seiring
penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan magma yang
pada akhirnya membentuk plagioklas kaya sodium. Demikian seterusnya reaksi
ini berlangsung hingga semua kalsium dan sodium habis dipergunakan. Karena
mineral awal terus ikut bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan
plagioklas kaya kalsium di alam bebas.
Bila pendinginan terjadi terlalu cepat, akan terbentuk zooning pada plagioklas
[plagioklas kaya kalsium dikelilingi plagioklas kaya sodium].
Discontinuous branch [deret diskontinyu]
Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian sillicates. Dalam deret
diskontinyu, satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada suhu tertentu
dengan melakukan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma. Bowen
menemukan bahwa pada suhu tertentu, akan terbentuk olivin, yang jika diteruskan
akan bereaksi kemudian dengan sisa larutan magma, membentuk pyroxene. Jika
pendinginan dlanjutkan, akan dikonversi ke pyroxene,dan kemudian biotite
[sesuai skema]. Deret ini berakhir ketika biotite telah mengkristal, yang berarti
semua besi dan magnesium dalam larutan magma telah habis dipergunakan untuk
membentuk mineral.
Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah ada tidak sempat
bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk rim [selubung] yang
tersusun oleh mineral yang terbentuk setelahnya.
Berdasarkan warna mineral, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu,
I.I Mineral Felsik ( mineral-mineral berwarna terang )
Kelompok Plagioklas ( Anortit, bitownit, Labradorit, Andesin, oligoklas,
Albit)
kelompok Alkali Feldspar (ortoklas, Mikrolin, Anortoklas, Sanidin)
Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit)
Kuarsa
Muskovit
Kelompok plagioklas dan kelompok alkali feldspar sering disebut kelompok
feldspar. catatan : Tidak semua mineral felsik berwarna terang tetapi ada mineral
felsik yang berwarna gelap yaitu, obsidian. Mineral yang berwarna terang
disebabkan banyaknya kandungan SiO2 dan jarang mengandung Fe dan Mg
I.2 Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap)
Olivin (Forsterite dan Fayalite)
Piroksen, dibagi menjadi dua kelompok yaitu Orto Piroksen (Piroksen
tegak) dan klino piroksen (piroksen miring). Orto piroksen antara lain;
Enstatite dan Hypersten. Klino piroksen antara lain; Diopsit, Augit,
Pigeonit, Aigirin, Spodemen, Jadeit.
Amfibol (Hornblande, Labprobolit, Riebeokit, Glukofan)
Biotit.
II. Mineral Tembahan ( Accessory Minerals)
Adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam
jumlah yang sedikit (kurang dari 5%). kehadirannya tidak menentukan nama
batuan. Contoh dari mineral tambahan ini antara laian : Zirkon, Magnesit,
Hematit, Pyrit, Rutil Apatit, Garnet,Sphen.
III. Mineral Sekunder (Secondary Minerals)
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfosisme terhadap mineral
utama. contoh dari mineral sekunder antara lain; Serpentin, Kalsit, Serisit,
Kalkopirit, Kaolin, Klorit, Pirit.
Mineral penyusun batuan beku
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan
mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral
kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
• Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen,
amphibol dan olivin.
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2,
dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-
beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.
Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan
beku dibagi menjadi:
• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
• Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
• Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T.
Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut
batuan vulkanik.
Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah
riolit.
• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
Contohnya adalah dasit.
• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya
adalah andesit.
• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya
adalah basalt.
Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
• Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
• Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan
indeks warnanya sebagai berikut:
• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Mineral penyusun batuan sendimen
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok
utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang
terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan
(deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari
larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk
dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan
tersebut Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batu lempung
Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butitan yang bersudut
Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2
mm dengan bentuk butiran yang membudar
Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai
1/16 mm
Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai
1/256 mm
Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari
1/256 mm
Mineral penyusun batuan metamorfosa
Komposisi mineral
Mineral-mineral penyusun batuan metamorf dapat dibedakan menjadi mineral-
mineral yang :
1. Mineral yang berbentuk kubus: kuarsa, feldsfar,kalsit, garnet dan piroksin.\
2. Berbentuk bukan kubus : mika, klorit, amfibol (hornblende), hematit, grafit dan
talk.
Susunan mineral (fabrik)
Dari kenampakan tiga dimensional, fabrik dapat dibedakan menjadi :
1. Isotropik : susunan butir ke segala arah tampak sama.
2. Anisotropik : kenampakan susunan butir mineral tidak sama ke segala arah.
Tekstur
Berdasarkan ukuran butir mineralnya, dapat dibedakan menjadi :
1. Fanaretik : butiran cukup besar untuk dapat dikenal dengan mata telanjang.
2. Afanitik : butiran terlalu kecil untuk dapat dikenal dengan mata telanjang.
Struktur
Struktur dalam batuan metamorf dikenal ada tiga :
1. Granular : bila butir-butiran minerla yang berhubungan saling mengunci (inter
locking).
2. Foliasi : bila mineral-mineral pipih menbentuk rangkaian permukaan
subparalel.
Lineasi : bila mineral-mineral prismatik membentuk kenampakan penjajaran pada
batuan, seperti genggaman pensil.
D. Sifat Fisik Mineral
Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat
fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat
fisik mineral tersebut meliputi : Warna, Cerat (Streak), Kiap (Luster), Kekerasan
(Hardness), Bentuk kristal (Crystal form), Belahan (Cleavage), Pecahan
( Fracture), Berat jenis (Specific gravity), Sifat dalam (Tenacity), Diaphanety dan
Special properties.
1. Warna (Colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai
permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorbsi) dan sebagian
dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara mineral akibat
pengotoran dan warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral
tersebut.
Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral
disebut dengan nama Idiochromatic.
Misal : Sulfur berwarna kuning, Pyrite berwarna kuning loyang, Magnetite
berwarna hitam
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehngga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut
dengan nama Allochromatic.
Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah :
· abu-abu
· biru bervariasi
· kuning
· coklat gelap
· merah muda
Kuarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna berubah-
ubah menjadi :
· violet
· merah muda
· coklat-hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada
mineral disebut nama Chromophores.
Misal : Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores dalam
mieral Cu sekunder ,maka akan memberikan warna hijau dan biru.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a. Komposisi kimia
b. Struktur kristal dan ikatan atom
c. Pengotoran dari mineral
2. Perawakan Kristal (Crystal Habit)
Perawakan kristal (crystal habit), bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang
yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut.
Kita perlu mengenal beberapa perawakan kristal yang terdapat pada jenis mineral
tertentu, sehingga perawakan kristal dapat dipakai untuk penentuan jenis mineral,
walaupun perawakan kristal bukan merupakan ciri tetap mineral.
Contoh :
· Mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foliated)
· Amphibol selalu menunjukan perawakan kristal meniang (columnar)
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Pearl,1975) yaitu ;
A. Elongated habits (mniang / berserabut )
B. Flattened habits (lembaran tipis)
C. Rounded habits (membutir)
a. Elongated Habits
1. Meniang ( Columnar )
Contoh : - Tourmaline
2. Menyerat ( Fibrous )
Contoh : - Asbestos
3. Menjarum ( Acicular )
Contoh : - Natrolite
4. Menjaring ( Reticulate )
Contoh : - Rulite
5. Merabut ( Capillery )
Contoh : Cuprite
6. Membintang ( Stellated )
Contoh : - Pirofilit
7. Membenang ( Filliform )
Contoh : - Silver
8. Mondok ( Stound,tubby,Equant )
Contoh : - Zircon
9. Menjari ( Radiated )
Contoh : - Markasit
b. Flattened Habits
1. Membilah ( Bladed )
Contoh : - Kyanite
- Kalaverit
2. Memapan ( Tabular )
Contoh : - Barite
- Hypersthene
3. Membata ( Blocky )
Contoh : - Microcline
- Calcite
4. Mendaun ( Foliated )
Contoh : - Mika
- Chlorite
5. Memencar ( Divergen )
Contoh : - Aragonite
6. Membulu ( Plumose )
Contoh : - Mika
c. Rounded Habits
1. Mendada ( Mamillary )
Contoh : - Malachite
- Opal
2. Membulat jari ( Co;;oform radial )
Contoh : - Pyrolorhyte
3. Mengginjal ( Rentiform )
Contoh : - Hematite
4. Membulat ( Colloform )
Contoh : Glsuconite
5. Membutir ( Granular )
Contoh : - Olivine
6. Stalaktit (Stalactic )
Contoh : - Goethite
7. Memisolit ( Pisolitic)
Contoh : - Gibbsite
- Pisolitic
3. Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral,
yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan
(refraksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila
makin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang
dipantulkan. Nilai ekonomik mineral kadang-kadang ditentukan oleh kilapnya.
Macam-macam kilap :
a. Kilap Logam ( Metallic Luster )
Mineral-mineral opaq yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 atau lebih,
contoh : Galena, Native metal, Sulphide , Pyrite.
b. Kilap Sub-metalik ( Sub Metallic Luster )
Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3,
contoh :
- Cuprite ( n = 2.85 )
- Cinnabar ( n = 2.90 )
- Hematite ( n = 3.00 )
- Alabandite ( n = 2.70 )
c. Kilap Bukan Logam ( Non Metallic Luster )
Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat
membiaskan,dengan indeks bias kuramg dari 2,5. Gores dari mineral-mineral ini
biasanya tak berwarna atau berwarna muda.
Macam-macam kilap bukan logam :
· Kilap kaca ( vitreous Luster )
Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas.
Contoh :
- Quatrz - Carbonates - Sulphates
- Spinel - Silicates - Fluoriote
- Garnet - Leucite - COrondum
· Kilap Intan ( adamantite Luster )
Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.
Contoh : - Diamond - Sphalerite
- Cassiterite - Zircon
- Sulfur - Rutile
·Kilap lemak ( greasy luster )
Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak, akibat
proses oksidasi.
Contoh : - Nepheline yang sudah teralterasi .
- Halite yang sudah terkena udara.
· Kilap lilin ( waxy luster )
Merupakan kilap separti lilin yang khas.
Contoh : - Serphentine
- Ceragyrite
· Kilap sutera ( silky luster )
Kilap seperti yangt terdapat pada mineral-mineral yang parallel atau berserabut
( parallel fibrous structure )
Contoh : - Asbestos - Serpentine
- Selenite (variasi Gypsum) - Hematite
· Kilap mutiara ( pearly luster )
Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran dan
menyerupai mutiara.
Contoh : - Talc
- Gypsum
- Mika
· Kilap tanah ( earthy luster )
Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk tidak
dipantulkan kembali.
Contoh : - Kaolin - Diatomea
- Montmorilonite - Pyrolusite
- Chalk - Variasi Ochres
4. Kekerasan ( Hardness )
Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap
goresan (scratching). Penentuan kekerasan relative mineral ialah dengan jalan
menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari skala Mohs
yang sudah diketahui kekerasannya.
Skala kekerasan relative mineral dari Mohs :
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO22H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclas K(AlSi3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(FOH)2
9. Corondum Al2O3
10. Diamond C
Misal suatu mineral di gores dengan kalsit (H = 3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh Fluorite (H = 4), maka mineral tersebut
mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan relativ
mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering terdapat di
sekitar kita. Misalnya :
- Kuku jari manusia H = 2,5
- Kawat tembaga H = 3
- Pecahan kaca H = 5,5
- Pisau baja H = 5,5
- Kikir baja H = 6,5
- Lempeng baja H = 7
Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat
tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
5. Gores/Cerat ( Streak )
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan karena stabil dan
penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya
berbeda. Gores ini diperoleh dengan cara menggorekan mineral pada permukaan
keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka
dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi berupa tepung.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh : - Quartz = putih / tak berwarna
- Gypsum = putih / tak berwarna
- Calcite = tak berwarna
Mineral bukan logam ( non metalic mineral ) dan berwarna gelap akan
memberikan gores yang lebh terang daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Leucite = warna abu-abu / gores hitam.
- Dolomite = warna kuning sampai merah jambu /
gores putih
Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gores
yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Pyrite = warna kuning loyang / gores hitam
- Copper = warna merah tembaga / gores hitam
- Hematite = warna abu-abu kehitaman / gores
merah
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.
Contoh : - Cinnabar = warna dan gores merah
- Magnetite = warna dan gores hitam
- Azurite = warna dan gores biru
6. Belahan ( Cleavage )
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas
dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Belahan mineral akan
selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata karena belahan
merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal. Belahan tersebut akan
menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian kristal
dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan
bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
a. Sempurna ( Perfect )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan
bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
Contoh : - Calcite
- Muscovite
- Galena
- Halite
b. Baik ( Good )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi
dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya .
Contoh : - Feldspar
- Hyperstene
- Diopsite
- Augite
- Rhodonite
c. Jelas ( Distinct )
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut
sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
Contoh : - Staurolite
- Scapolite
- Hornblende
- Anglesite
- Feldspar
- Scheelite
d. Tidak Jelas ( Indistinct )
Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar.
Contoh : - Beryl
- Corundum
- Platina
- Gold
- Magnetite
e. Tidak sempurna ( Imperfect )
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan
pecah dengan permukaan yang tidak rata.
Contoh : - Apatite
- Cassiterite
- Native sulphur
7. Pecahan ( Fracture )
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan
elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Pecahan dapat dibagi :
· Choncoidal : Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit
bawang yang memperlihatkan gelombang melengkung dipermukaan.
Contoh :- Quatrz - Obsidian
- Cerrusite - Rutile
- Anglesite - Zincite
· Hacly : Pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak
beraturan atau seperti tak bergerigi.
Contoh :- Copper
- Pltinum
- Silver
- Gold
· Even : Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
ujung pecahan mendekati bidang datar.
Contoh : - Muscovite
- Talc
- Biotite
· Uneven : Pecahan mineral yang menunjukan permukaan bidang pecahnya kasar
dan tidak teratur. kebanyakan mineral mempunyai pecahan uneven.
Contoh : - Calcite
- Marcasite
- Choromite
- Orthoclas
- Rutile
- Rhodonite
· Splintery : Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam
menyerupai benang atau berserabut
Contoh : - Fluorite
- Anhydrite
- Antigoite
· Earthy : Pecahan mineral yang hancur seperti tanah.
Contoh : - Kaolin
- Biotite
- Muscovite
- Talc
8. Daya Tahan Terhadap Pukulan ( Tenacity )
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan,
penghancuran, dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
Ø Brittle : Apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus
Contoh : - Calcite
- Quartz
- Marcasite
- Hematite
Ø Sectile : Apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang
menjadi tepung.
Contoh : - Gypsum
- Ceragyrite
Ø Malleable : Apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh : - Gold
- Copper
Ø Ductile : Dapat di tarik / diulur seperti kawat. Apabila mineral ditarik dapat
bertambah panjang dan aopabila dilepaskan maka mineral akan kembali seperti
semula.
Contoh : - Silve - Cerrargyrite
- Copper - Olivine
Ø Flexible : Apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan
mudah.
Contoh : - Talc - Mika
- Gypsum
Ø Elastic : Dapat merenggang bila ditarik dan kembali seperti semula bila
dilepaskan.
Contoh : - Muscovite
- Hematite tipis
9. Berat Jenis ( Specific Gravity )
Banyak mineral-mineral yang mempunyai sifat fisis yang banyak persamaannya,
dapat dibedakan dari berat jenisnya. Seperti pada colestite SrSO4 dengan berat
jenis 3,95 dapat dengan mudah dibedakan dengan barit yang mempunyai berat
jenis 4,5 salah satu penentuan berat jenis dengan teliti dapat menggunakan
pycnometer.
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral di bandingkan
dengan berat air pada volume yang sama.
10. Rasa & Bau ( Taste & Odour )
Disamping dari sifat-sifat yang sudah dibahas diatas, beberapa mineral
mempunyai rasa dan bau.
Rasa ( taste ) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair :
1. Astringet : rasa yang umum dimiliki oleh sejenis
logam
2. Sweetist Astinget : rasa seperti pada tawas
3. Saline : rasa yang dimiliki seperti garam
4. Alkaline : rasa yang dimiliki seperti rasa soda
5. Bitter : rasa seperti garam pahit
6. Cooling : rasa seperti rasa sendawa
7. Sour : rasa seperti asam belerang
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatile melalui
pemanasan atau melalui penambahan suatu asam, maka kadang-kadang bau
( odour ) akan menjadi ciri-ciri yang khas dari suatu mineral.
1. Alliaceous : Bau seperti bawang, proses pereaksi dati aersenopirit
akan menimbulkan bau yang khas
2. Horse Radish Odour : Bau dari lobak kuda yang menjadi busuk ( biji selenit
yang dipanasi )
3. Sulphurous : Bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian pirit atau
pemanasan mineral yang mengandung unsure sulfide.
4. Bituminous : Bau seperti bau aspal
5. Fetid : Bau yang ditimbulkan oleh asam sulfide atau bau
busuk seperti telur busuk
6. Argiilaceous : Bau seperti lempung basah, seperti serpentin yang
mengalami pemanasan, bau kalau pyrargillite
kadang raba ( feel ) merupakan karakter yang penting. Ada beberapa macam raba,
misalnya : smooth ( sepioloite ), greasy ( talc )
11. Sifat Kemagnetan
Pada acara praktikum mineral fisik ini adalah sifat dari mineral yang diselidiki
apakah paramagnetit ( magnetit ) ataukah diamagnetit (non magnetit ).
§ Paramagnetit (magnetit) adalah mineral tersebut mempunyai gaya tarik
terhadap magnet.
§ Diamagnetit (non magnetit) adalah mineral tersebut mempunyai gaya tolak
terhadap magnet.
12. Derajat ketransparanan
Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan mineral
tersebut men-transmit sinar cahaya ( berkas sinar ). Sesuai dengan itu, variasi jenis
mineral dapat dibedakan atas :
§ Opaque mineral : Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk
helaian yang amat tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan
metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap (logam-logam
mulia,belerang,ferric oksida )
§ Transparant mineral : Mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca biasa
( batu-batu kristal dan ieland spar )
§ Translusent mineral : mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang
seperti kaca frosted ( Calsedon, Gypsum, dan kadang-kadang Opal ).
Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non transparent) dalam bentuk
pecahan-pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis
(feldspar)
E. Sifat Kimia Mineral
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral
Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-
silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat,
Hidroksida, dan Phospat (lihat tabel 3.2). Adapun mineral silikat (mengandung
unsur SiO) yang umum dijumpai dalam batuan adalah seperti terlihat pada tabel
3.1. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak kurang dari 2.000 jenis mineral yang
dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa jenis saja yang terlibat
dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan Mineral
pembentuk batuan, atau Rock-forming minerals, yang merupakan penyusun utama
batuan dari kerak dan mantel Bumi.
BAB III GENESA MINERAL
A. Mineral Logam
Mineral adalah material anorganik homogen yang terjadi secara alamiah serta
mempunyai struktur atom dan komposisi kimia tertentu. Mineral dapat dibedakan
menurut karakteristiknya, yaitu berdasarkan : warna, goresan, transparansi,
kekerasan, struktur kristal dan tampilan.
Sebagian besar mineral merupakan gabungan beberapa unsur kimia, sebagai
contoh mineral Pyrite, yang disusun oleh 2 unsur yaitu unsur besi (Fe) dan sulfur
(S). Hanya sedikit sekali mineral yang disusun oleh hanya satu unsur. Contoh
mineral yang disusun oleh hanya satu unsur adalah emas (Au), perak (Ag) dan
tembaga (Cu). Batuan adalah kumpulan beberapa mineral. Contoh, batuan Granit
yang terdiri dari mineral
Mineral logam dapat dikelompokan dalam 4 (empat) kelompok utama yaitu :
Kelompok Logam Dasar; logam yang umum terdapat dan secara kimia
lebih aktif, misalnya : Tembaga (Cu), Timbal/Timah Hitam (Pb), Timah
(Sn) dan Seng (Zn) dan lain-lain.
Kelompok Logam Mulia; logam yang secara ekonomis sangat berharga
dan banyak dibutuhkan, terdiri dari : emas (Au), Perak (Ag) dan Platina
(Pt).
Dalam kedua kelompok ini satu sama lain selalu berkaitan, bisa dalam bentuk
urat maupun dalam bentuk sebaran dalam batuan, khusus untuk emas selain
terkemas dalam bentuk urat, biasanya dalam urat kuarsa, juga bisa terdapat
sebagai emas alluvial yang tersebar di bekas undak-undak sungai tua atau tersebar
di endapan pasir sungai yang masih aktif. Logam Dasar dan Logam Mulia yang
terbentuk dalam urat biasanya di Indonesia khususnya terjadi dalam lingkungan
batuan gunungapi dan populer disebut Emas Epitermal. Sudah barang tentu
disebut demikian setelah memenuhi kriteria-kriteria pembentukkannya.
Kelompok Logam Jarang adalah logam yang secara relatif, ditemukan dalam
jumlah sedikit dan tersebar di bumi. Unsur-unsur logam ini, jarang ditemukan
terkonsentrasi dalam jumlah banyak. Beberapa diantaranya adalah :Lithium (Li),
Yurium (Y), Zirconium (Zr), Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements; unsur
yang mempunyai Nomor Atom 57 s.d. 71), Indium (In), Cadmium (Cd) dan lain-
lain. Kegunaan unsur-unsur logam jarang umumnya untuk teknologi tinggi
seperti : barang elektronik,katalis dalam pengolahan minyak bumi, keramik tahan
panas dan lain-lain.
Kelompok Mineral Logam Besi dan Campuran Besi, logam yang lazim
digunakan dalam industri besi dan campurannya, seperti : Besi (Fe), Kobal (Co),
Kromit (Cr), Mangan (Mn) dan lain-lain
B. Mineral Non Logam
Mineral non logam adalah kelompok komoditas mineral yang tidak termasuk
mineral logam, batubara maupun mineral energi lainnya. Mineral non logam biasa
disebut juga sebagai bahan galian non logam atau bahan galian industri atau bahan
galian golongan C.
Bahan galian non logam mudah dicari dan pengusahaannnyapun tidak
membutuhkan modal yang besar, teknologi yang rumit maupun waktu yang lama
untuk eskplorasi, sehingga sangat cocok digunakan untuk mendorong
perekonomian rakyat.
Jenis mineral non logam seperti belerang, batugamping, gambut, dsb.
C. Mineral Sumber Energi
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung didalam air
panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya, yang secara
genetik semuanya berupa suatu sistem panas bumi yang tidak dapat dipisahkan
dann untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.
Panas bumi dikenal sebagai sumber daya geologi yang digunakan sebagai sumber
energi yang ramah lingkungan. Tidak seperti mineral dan batubara, panas bumi
termasuk sumberdaya geologi yang dapat diperbaharui. Artinya sumberdaya panas
bumi tidak akan pernah habis, karena proses pembentukannya berhubungan
dengans
Sumberdaya Mineral dan Energi Lepas Pantai
Sumber daya Mineral dan Energi lepas pantai adalah material anorganik homogen
yang terjadi secara alamiah serta mempunyai struktur atom dan komposisi kimia
tertentu. Mineral dapat dibedakan menurut karakteristiknya, yaitu berdasarkan :
warna, goresan, transparansi, kekerasan, struktur kristal dan tampilan yang
terletak di lepas pantai laut indonesia. Beberapa sifat keterdapatan endapan
mineral, diantaranya : terdapat dalam jumlah terbatas dan tidak merata di kulit
bumi, baik dari segi mutu (kualitas) maupun jumlah (kuantitas). Oleh karena itu
eksplorasi mineral (logam) merupakan kegiatan bersifat padat modal.
D. Mineral Batu Permata
Penyeleksian batu koral permata didapat dengan cara menggulingkan
batuan besar dengan amplas didalam sebuah drum yang berputar. Batu koral
terbesar yang dimaksud disini adalah yang berukuran panjang 40 mm (1.6 inci).
Sebuah batu permata atau permata, atau juga disebut batu mulia atau batu
semi mulia, adalah sebuah mineral yang menarik yang ketika dipotong dan
diamplas, dapat digunakan untuk membuat benda-benda perhiasan atau jenis
perhiasan lainnya. Bagaimanapun juga, batuan tertentu (seperti lapis-lazuli) dan
bahan organik (seperti batu amber atau jet) adalah bukan termasuk mineral,
namun tetap digunakan pada perhiasan, dan untuk itulah sering dianggap sebagai
batu permata juga. Kebanyakan batu permata itu keras, namun beberapa mineral
lembut digunakan pada perhiasan karena mereka dapat dilentukkan atau karena
bentuk fisiknya yang memiliki nilai estetik. Kesulitan untuk mendapatkannya
adalah salah satu karakteristik yang yang menambah nilai pada sebuah batu
permata.
Karakteristik dan Klasifikasi
Permata diidentifikasikan oleh ahli ilmu gemologi, yang menggambarkan
permata dan karakteristiknya dengan istilah teknis tertentu pada bidang ilmu
gemologi. Karekteristik pertama yang digunakan ahli gemologi untuk
mengindetifikasi sebuah permata adalah melalui komposisi kimianya. Sebagai
contoh, berlian dibuat oleh karbon (C) dan batu rubi dibuat dari oksida (Al2O3).
Berikutnya, banyak permata adalah Kristal yang digolongkan oleh sistem
Kristalnya seperti bentuk kubik, trigonal atau monoklinik. Istilah lain yang
digunakan adalah kebiasaan, dibentuk dari dimana biasanya permata ditemukan.
Sebagai contoh berlian yang memiliki sistem Kristal kubik sering disebut sebagai
octahedrons/persegi delapan.
Batu permata digolongkan kedalam beberapa grup, jenis dan variasi.
Sebagai contoh, rubi adalah variasi merah dari jenis batu korundum, dimana
warna lain dari batu korundum dinamakan safir. Emeral (hijau), aquamarine
(biru), bixbite (merah) goshenite (tak berwarna), heliodor (kuning), dan morganite
(pink) adalah seluruh variasi dari jenis mineral beryl.
Permata dikarakteristikkan dalam istilah indeks refraksi, penyebaran,
gravitasi tertentu, kekerasan, pembelahan, pecahan dan kilauan. Mereka
memamerkan pleokorisme atau pembiasan ganda. Mereka juga memiliki ciri
berpendar dan spektrum penyebaran khusus.
Perhiasan yang dibuat dari batu amber
Tidak ada sistem penilaian yang dapat diterima secara universal untuk
setiap batu permata kecuali berlian putih (tidak berwarna). Berlian dinilai
menggunakan sistem yang dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Gemologi Amerika
(GIA) pada awal tahun 1950an. Menurut sejarah semua permata dinilai dengan
mata telanjang. Sistem GIA termasuk inovasi besar, pengenalan dari 10x
pembesaran adalah standar untuk menilai kemurnian. Permata lainnya masih
diukur dengan mata telanjang (dengan asumsi penglihatan 20/20).
Pada beberapa ratus tahun lalu, batu permata telah dipecahkan menjadi dua
kategori; batu mulia dan semi-mulia. Meski sekarang kita berpikir berlian, rubi,
safir dan emerald semata-mata sebagai batu mulia, kategori ini umumnya
berdasarkan pada kebiasaan dan komposisi dari dua daftar ini yang telah berubah
perlahan-lahan seiring waktu.
Belakangan ini, sebuah alat pengingat, yang disebut 4C
(color/warnar,cut/potongan, clarity/kejernihan dan carat/karat), diperkenalkan
untuk membantu konsumen memahami faktor-faktor yang digunakan untuk
menilai sebuah berlian. Dengan modifikasi, kategori ini berguna untuk memberi
tingkatan dari semua permata. Keempat kriteria ini memiliki berat yang berbeda
tergantung pada apakah mereka diaplikasikan untuk menjadi permata berwarna
atau berlian tak berwarna. Pada berlian, potongan adalah nilai penentu utama yang
diikuti oleh kejernihan dan warna. Berlian seharusnya berkilau, dapat membelah
cahaya menjadi unsur warna pelangi (menyebar) yang memotongnya menjadi
serpihan kilauan (alat cacah kelipan) dan mengantarnya pada pandangan mata
(kecemerlangan). Hal ini adalah fungsi dari potongan. Dalam bentuk kasar
kristalin, sebuah berlian tidak bisa melakukan apapun dalam hal ini, diperlukan
model yang sesuai dan hal ini disebut potongan. Pada permata yang memiliki
warna, termasuk berlian berwarna, adalah kemurnian dari warna tersebut yang
menjadi penentu utama kualitasnya. Karakteristik fisik yang membuat batu
berwarna bernilai adalah warnanya, kejernihan pada kurang lebih luasnya (batu
emerald akan selalu memiliki beberapa inklusi), potongan, fenomena optik yang
tidak biasa dalam batu tersebut seperti zona warna dan asteria (pemberian efek
bentuk bintang). Orang Yunani sebagai contoh, sangat mengagumi bentuk asteria
pada batu permata, yang dianggap sebagai kekuatan pesona cinta, dan Helen dari
Troy dikenal sebagai pemakai bentuk bintang korundum.
Sebuah faktor yang menentukan nilai dari sebuah permata disebut air. Air
adalah istilah kuno yang mengacu pada kombinasi warna dan transparansi dalam
batu permata; digunakan secara turun temurun; air pertama (batu dari air terbaik),
air kedua, air ketiga, dan air terakhir.
Menurut sejarah, permata digolongkan pada batu mulia atau batu semi
mulia. Karena sebuah definisi dapat berubah seiring waktu dan beragam pada
budaya, hal ini selalu menjadi masalah sulit untuk menentukan apa yang menjadi
hal mendasar dari batu mulia.
Disamping berlian, rubi, safir, emerald, mutiara (bicara tegas bukan
sebuah batu permata) dan opal, juga dianggap sebagai batu mulia. Sampai pada
penemuan bongkahan batu amethyst di Brazil pada abad ke 19, amethyst dianggap
sebuah batu mulia juga, kembali pada jaman nenek moyang Yunani. Bahkan pada
abad terakhir, batuan tertentu seperti aquamarine, peridot dan mata kucing telah
populer dan sebab itu disebut juga batu mulia.
Saat ini perbedaan itu tidak lagi dibuat sebagai kejuruan. Banyak batu
permata digunakan bahkan sebagai perhiasan paling mahal, tergantung pada nama
merk dari perancangnya, tren gaya, penyediaan pasar, perawatan, dan lain lain.
Meskipun demikian, berlian, rubi, safir dan emerald masih memiliki sebuah
reputasi yang melebihi batu permata lainnya.
Batu permata yang jarang atau tidak biasa, umumnya berarti menyertakan
batu permata yang muncul begitu jarang dalam kualitas permata yang secara
sakral dikenal kecuali kanoisur, termasuk andalusite, axinite, cassiterite,
clinohumite dan bixbite.
Harga permata biasa berfluktuasi dengan derasnya (seperti pada batu tanzanite
beberapa tahun lalu) atau bisa jadi tetap stabil (seperti berlian). Secara umum,
harga per karat dari batuan yang lebih luas, lebih tinggi harganya dari batuan yang
lebih kecil, namum popularitas batu tertentu dapat mempengaruhi harga. Harga
bisa bermacam-macam dari sekitar 1USD/karat untuk harga normal amethyst
sampai pada for 20,000-50,000USD untuk sebuah koleksi tiga karat darah merpati
yang hampir sesempurna batu rubi.
Penilaian
Lapisan emas, anting-anting dari amethyst dan mutiara, sekitar tahun 1880,
Pasquale Novissimo, dilahirkan pada tahun 1844 – wafat pada tahun 1914 V&A
Nomor Musium M.36-1928
1. Pada dua dekade terakir, telah terjadi perkembangbiakan pada pengesahan
(sertifikasi), tidak hanya pada berlian namun pada batu permata juga.
Terdapat beberapa laboratorium ternama yang menilai dan menyedialan
laporan mengenai berlian. Karena tidak ada sistem penilaian yang diterima
secara universal untuk batu permata berwarna, hanya ada laboratorium
AGL (lihat dibawah) yang menilai batu permata dengan menggunakan
sistem yang benar yang dikembangkan oleh laboratorium tersebut.
2. Lembaga Ilmu Gemologi Internasional / International Gemological
Institute (IGI), sebuah laboratorium independen terbesar didunia untuk
penilaian dan evaluasi berlian, perhiasan dan batu berwarna.
3. Lembaga Ilmu Gemologi Amerika/Gemological Institute of America
(GIA), penyedia utama jasa pendidikan dan laporan penilaian berlian.
4. Lembaga Ilmu Gemologi Amerika/American Gemological Society (AGS)
tidak dikenal seluas dan tidak juga setua GIA namun memiliki reputasi
yang tinggi.
5. Laboratorium Transaksi Batu Permata Amerika/American Gem Trade
Laboratory yang merupakan bagian dari Asosiasi Transaksi Batu Permata
Amerika/American Gem Trade Association (AGTA) organisasi
perdagangan terbesar untuk perhiasan berwarna dan agen baru.
6. Laboratorium Ilmu Gemologi Amerika/American Gemological
Laboratories (AGL) yang baru saja diambil alih oleh “Dunianya Kolektor”
sebuah perusahaan terdaftar, NASDAQ yang berspesialisasi pada banyak
barang koleksian seperti perangko dan uang logam.
7. Laboratorium Ilmu Gemologi Eropa/European Gemological Laboratory
(EGL).
8. Asosiasi Ilmu Gemologi Seluruh Jepang /Gemological Association of All
Japan (GAAJ), atau disebut juga Zenhokyo, sebuah laboratorium yang
lebih disukai di Jepang, yang juga sangat aktif dalam penelitian ilmu
geologi.
9. Lembaga Ilmu Gemologi Thailand/Gemmological Institute of Thailand
(GIT) yang sangat berhubungan dekat dengan Universitas Chulalongkorn,
dan memiliki sebuah reputasi untuk penelitian ilmu gemologinya.
10. Lembaga Sains Ilmu Gemologi Asia/Asian Institute of Gemological
Sciences (AIGS), merupakan lembaga ilmu gemology tertua di Asia Timur
Selatan, yang terlibat dalam pendidikan ilmu gemology dan pengetesan
permata.
11. Lembaga Ilmu Gemologi Swiss/ Swiss Gemological Institute (SSEF),
ditemukan oleh Prof. Henry Hänni, yang menawarkan sebuah standar yang
berdasarkan sains dan berfokus pada batu permata berwarna dan
penemuan identifikasi dari mutiara alami.
12. Laboratorium Permata Gübeli/Gübeli Gem Lab, laboratorium tradisional
Swiss yang ditemukan oleh yang terkenal Dr. Eduard Gübelin. Laporan
mereka sangat luas dipakai sebagai penilaian akhir pada mutiara tingkat
tinggi, batu permata berwarna dan berlian.
Setiap laboratorium memiliki methodologinnya sendiri untuk mengevaluasi batu
permata. Sebagai konsekuensi, sebuah batu dapat disebut "pink" oleh satu lab
sementara lab lainnya menyebutnya "Padparadscha". Satu lab dapat
berkesimpulan bahwa sebuah batu tidak terawat, saat lab lain berkesimpulan batu
tersebut telah dipanasi. Untuk mengecilkan perbedaan-perbedaan itu, tujuh dari
laboratorium terpercaya, yaitu: AGTA-GTL (New York), CISGEM (Milano),
GAAJ (Tokyo), GIA (Carlsbad), GIT (Bangkok), Gübelin (Lucerne) dan SSEF
(Basel), telah mendirikan Komite Laboratorium Pengharmonisasian Manual/ the
Laboratory Manual Harmonization Committee (LMHC), yang bertujuan pada
standarisasi dari penulisan pada laporan dan metode analitikal tertentu dan hasil
interpretasi. Negara asal terkadang sulit untuk mendapatkan perjanjian dalam hal
mana menemukan lokasi-lokasi baru secara terus menerus. Lebih lagi dalam
menentukan “negara asal” terkadang lebih sulit dibanding menentukan aspek-
aspek lain dari sebuah permata (seperti potongan, kejernihan, dan lainnya).Agen
permata sadar akan perbedaan antara laboratorium permata dan akan
menggunakan ketidak sesuaian itu untuk memperoleh sertifikat terbaik yang bisa
didapat.
Pemotongan dan Penggosokan
Batu Permata Mentah
Beberapa batu permata digunakan sebagai permata dalam Kristal atau bentuk lain
dimana mereka ditemukan. Lebih seringnya, dipotong dan digosok untuk
digunakan sebagai perhiasan. Dua penggolongan utama adalah batu dipotong
sehalus mungkin, berbentuk kubah atau yang biasa disebut cabochons, dan batuan
yang dipotong dengan mesin persegi dengan menggosok bagian-bagian sisi
jendelanya yang disebut permukaan pada interval reguler pada setiap sisinya.
Batuan yang adalah opaque, sejenis opal, turquoise, variscite, dan lainnya adalah
potongan yang umumnya dibentuk menjadi abochons. Batu permata ini dirancang
untuk memperlihatkan warna batunya atau kekayaan permukaannya seperti pada
opal dan safir bintang. Mesin gerinda dan alat pemoles digunakan untuk
menggerinda, memberi bentuk dan menggosok bentuk kubah halus dari batu
tersebut. .
Permata yang transparan biasanya berbentuk persegi; sebuah metode yang
menampilkan kekayaan optik dari interior batuan terhadap keuntungan terbaiknya
dengan menaikan refleksi cahaya yang dilihat oleh orang sebagai kilauan. Ada
banyak bentuk umum yang digunakan untuk pembuatan batuan persegi. Seginya
harus dipotong pada sudut yang benar, yang bentuknya tergantung pada kekayaan
optic dari permata itu sendiri. Apabila sudutnya terlalu curam atau terlalu dangkal,
maka cahaya akan lewat dan tidak direfleksikan kembali kepada yang melihatnya.
Perlengkapan khusus, mesin penghalus digunakan untuk menahan batu pada
permukaan yang rata untuk pemotongan dan pengamplasan sisi permukaannya.
Sangat jarang, pemotong menggunakan kurva putaran khusus untuk memotong
dan memoles permukaan kurva.
Warna Batu Permata
Warna adalah hal yang paling nyata dan menarik dari batu permata. Warna dari
bahan apapun tergantung dari kealamian warnanya sendiri. Siang hari, sering
disebut cahaya putih, yang sebenarnya adalah campuran dari beberapa cahaya
warna. Ketika sinar melewati sebuah benda, beberapa sinar akan diserap
sementara yang lainnya akan lewat begitu saja. Bagian yang tidak diserap akan
mencapai mata sebagai sinar putih dikurangi warna yang diserap. Sebuah rubi
berwarna merah karena menyerap semua warna putih, biru muda, kuning, hijau
dan lainnya kecuali merah.
Bahan yang sama dapat memamerkan warna-warna yang berbeda. Sebagai
contoh, rubi dan safir memiliki komposisi kimia yang sama (keduanya adalah
korundum) namun memamerkan warna yang berbeda; safir menampilkan
bayangan biru dan pink dan “safir mewah” menampilkan seluruh tingkat warna
dari kuning sampai oranye-pink, yang belakangan disebut sebagai "Padparadscha
sapphire".
Perbedaan dalam warna ini berdasarkan pada struktur atom dari batu tersebut.
Meskipun perbedaan batuan biasanya memiliki komposisi kimia yang sama,
mereka tidak berarti benar-benar sama. Saat ini dan dan dulu atom digantikan oleh
atom yang benar-benar berbeda (dan hal ini bisa jadi sedikit seperti satu dalam
sejuta atom). Hal ini disebut ketidakmurnian karena mampu menyerap warna
tertentu dan meninggalkan warna lain tanpa terkena pengaruh.
Sebagai sebuah contoh: beryl yang mana tidak berwarna dalam bentuk mineral
murninya, menjadi emerald tanpa dipengaruhi kromium. Apabila anda
menambahkan manganese dan bukannya kromium, beryl akan berubah warna
menjadi pink morganite. Dengan campuran besi, ia akan berwarna aquamarine.
Beberapa perlakuan pada batu permata memberi kenyataan bahwa ketidakmurnian
ini dapat “dimanipulasi”, dengan begitu akan merubah warna dari batu permata.
Perlakuan yang diberikan pada batu permata
Batu permata sering diperlakukan untuk mempertinggi warna atau kejernihan dari
batu tersebut. Tergantung pada jenis dan tingkat dari perlakuan, hal tersebut dapat
berpengaruh pada nilai batu tersebut. Beberapa perlakuan digunakan secara luas
karena menghasilkan permata yang stabil, saat batuan yang lain tidak menerima
perlakuan tersebut secara umum karena warna permata yang tidak stabil dan
mungkin kembali ke warna aslinya.
Panas
Panas dapat menaikkan warna atau kejernihan batu permata. Kebanyakan sitrin
dibuat dengan memanaskan amethyst dan pemanasan sebagian dengan tingkat
kecuraman yang tinggi akan menghasilkan ametrine – sebuah batu yang sebagian
adalah amethyst dan sebagian lagi sitrin. Kebanyakan aquamarine dipanaskan
untuk mengeluarkan warna kuning, merubah warna hijau menjadi lebih biru yang
lebih menarik atau menguatkan warna biru yang sudah ada menjadi lebih biru.
Hampir seluruh tanzanite dipanaskan pada suhu rendah untuk menghilangkan
warna coklat yang buram dan memberi warna biru atau ungu yang lebih menarik.
Porsi yang lebih diperhatikan pada seluruh safir dan rubi adalah diperlakukan
dengan tingkat panas yang beragam untuk meningkatkan baik warna atau
kejernihannya.
Ketika perhiasan yang mengandung berlian dipanaskan (untuk perbaikan) maka
berlian harus dilindungi dengan larutan borasik kalau tidak berlian (yang mana
adalah murni karbon) dapat terbakar pada permukaannya dan bahkan terbakar
keseluruhannya. Ketika perhiasan yang mengandung safir atau rubi dipanaskan
(untuk perbaikan) maka seharusnya tidak dilapisi dengan larutan borasik atau
bahan lainnya karena hal ini dapat menggores permukaan; jadi tidak perlu
melindunginya seperti pada berlian.
Radiasi
Kebanyakan batu topaz berwarna biru, ada yang biru muda dan ada yang
bayangnya lebih gelap seperti biru “London”, yang diproses penyinaran untuk
merubah warna dari putih ke biru. Beberapa penanganan permata yang tidak
benar, yang tidak melalui prosedur normal yang sah dapat meninggalkan sisa
radiasi, dengan permintaan yang kuat pada permata untuk diimpor, permata harus
ditempatkan dengan benar untuk keamanan publik. Kebanyakan batuan kwarsa
kehijauan (disebut juga Oro Verde) juga disinari untuk mendapat hasil warna
kuning kehijauan.
Proses menggunakan lilin / minyak
Emerald yang mengandung celah alami terkadang diisi dengan lilin atau minyak
untuk menyamarkannya. Lilin atau minyak ini juga berwarna untuk membuat
emerald tampil lebih baik warnanya dan kejernihannya. Turquoise umumnya juga
diperlakukan dengan cara yang sama.
Pengisian Celah
Cara pengisian celah telah digunakan pada permata lainnya seperti berlian,
emerald dan safir. Yang paling akhir (ditahun 2006) pengisian celah/retakan
dengan bahan kaca pada batu rubi telah menerima banyak publisitas. Rubi yang
mengandung karat lebih dari 10 (2g), secara khusus dijual di pasar Asia, dengan
retakan/celah besar yang diisi dengan timah kaca, demikian secara berangsur-
angsur telah meningkatkan penampilannya (rubi tertentu yang lebih luas).
Perlakuan seperti ini mudah untuk dideteksi.
Batu permata tiruan dan sintetis
Beberapa batu permata dibuat untuk menjadi tiruan permata lainnya. Seperti
contoh, kubik zirkonia adalah sebuah berlian sintetis menggunakan bahan
perangsang yang dikomposisikan pada oksida zirconium. Contoh lain adalah
Moissanite. Bentuk imitasinya meniru warna dan penampilan asli dari batu
tersebut namun tidak memiliki karakteristik fisik tidak juga kandungan kimia.
Bagaimanapun juga, laboratorium yang menciptakan batu permata tidak
menciptakan yang imitasi/tiruan. Sebagai contoh, berlian, rubi, safir dan emerald
telah dibuat dalam laboratorium untuk membuat karakteristik kimia dan tampilan
fisik yang serupa seperti yang secara alami terdapat pada variasinya. Proses
korundum sintetis (buatan laboratorium), termasuk rubi dan safir adalah umum
dan harganya hanya dinilai dari pecahan batuan alaminya. Berlian sintetis yang
lebih kecil telah dibuat dalam kuantitas besar sebagai industri abasif. Kualitas
batu Berlian sintetis yang lebih besar yang khususnya memiliki variasi warna,
juga dibuat oleh pabrik sintetis.
Apakah sebuah batu permata adalah alami atau hasil buatan laboratorium
(sintetis), karakteristik masing-masingnya sama. Batuan hasil buatan laboratorium
cenderung memiliki warna yang lebih terang, sebagaimana ketidakmurniannya
tidak dihasilkan oleh laboratorium, maka tidak akan memberi dampak pada warna
atau kejernihan batu tersebut. Bagaimanapun juga, permata alami masih dianggap
lebih bernilai secara rata-rata karena relatifitas kelangkaannya.
Batu Kelahiran
Batu-batu kelahiran untuk setiap bulan adalah:
1. Januari- Garnet
2. Februari- Amethyst
3. Maret- Aquamarine
4. April- Berlian
5. Mei- Emerald
6. Juni- Mutiara
7. Juli- Rubi
8. Agustus- Peridot
9. September- Safir
10. Oktober- Opal
11. November- Topaz
12. Desember- Turquoise.
E. Mineral Radioaktif
Komoditas pertambangan mineral radio aktif terdiri dari:
mineral radio aktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian
radio aktif lainnya
BAB IV PENAMBANGAN MINERAL
A. Tambang Terbuka
Tambang Terbuka (Surface mining)
Tambang terbuka (surface mining) merupakan satu dari dua sistem
penambangan yang dikenal, yaitu Tambang terbuka dan Tambang Bawah Tanah.
dimana segala kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di atas atau relatif
dekat permukaan bumi dan tempat kerja berhubungan langsung dengan dunia
luar.
Penambangan pada tambang terbuka itu sendiri dilakukan dengan
beberapa tahapan kerja : pengurusan surat-surat ijin yang dibutuhkan untuk
kegiatan penambangan, pembabatan (land clearing), pengupasan lapisan tanah
penutup (stripping of overburden), penambangan (exploitation), pemuatan
(loading), pengangkutan (hauling), dan pengolahan serta pemasaran.
I. Pengelompokan Tambang Terbuka
Pada prinsipnya tambang terbuka dapat digolongkan ke dalam empat golongan :
1. Open pit/Open mine/Open cut/Open cast.
Adalah tambang terbuka yang diterpakan pada penambangan ore (bijih). Misalnya
nikel, tembaga, dan lain-lain.
2. Strip Mine.
Penerapan khusus endapan horizontal/sub-horizontal terutama untuk batubara,
dapat juga endapan garam yang mendatar. Contoh Tamabang Batubara di Tanjung
Enim.
3. Quarry
AdalahTambang terbuka yang diterapkan pada endapan mineral industri
(industrial mineral). Contoh Tambang batu pualam di Tulung Agung.
4. Alluvial mining
Dapat dikatakan sebagai “placer Mining” ataupun di Australia disebut “Beach-
mine” yaitu cara penambangan untuk endapan placer atau alluvial. Contoh
tambang Cassiterite di Pulau Bangka, belitung dan sekitarnya.
II. Konsiderasi Pada Operasi Penambangan
Secara garis besar, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan
kegiatan penambangan dibagi dalam dua kategori, yaitu faktor teknis dan faktor
ekonomi.
1. Kajian Secara Teknis
Unsur unsur teknis yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan aktifitas
kegiatan kerja sebuah proyek penambangan meliputi :
a. Kondisi Umum tempat proyek dilaksanakan
Kondisi Kondisi tempat kerja yang perlu diperhatikan adalah meliputi kondisi
geologi, topografi, iklim dan sosial Budaya. Keadaan umum tersebut mutlak
diperhitungkan guna menentukan penjadwalan waktu kegiatan dan yang utama
sekali menetapkan efesiensi kerja kerja efektif dari pelaksanaan proyek tersebut.
b. Sarana perlengkapan peralatan kerja
Jenis perlengkapan dan peralatan kerja disesuaikan dengan kondisi tempat kerja,
maksud pekerjaaan, kapasitas produksi, dan efektifitas kerja yang diinginkan.
Cara pengadaanya diperhitungkan dengan umur produksi dan efektifitas kerja dan
ketersediaan modal kerja yang di miliki.
c. Metode Pelaksanaan kerja
Dalam proyek ini pelaksanaan kegiatan pembongkaran material dilakukan dengan
peledakan. Metode tersebut dipilih mengingat jenis materialnya memilki
kekerasan yang cukup tinggi, fraksi material yang lepas yang sasaran produksinya
telah ditentukan.
2. Kajian Secara Ekonomis
Kajian secara ekonomis dimaksudkan untuk mengetahui sebuah proyek
penambangan memperoleh keuntungan atau tidak. Dalam perhitungan aliran uang
diperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh dalam situasi ekonomi. Hal-hal
yang diperhatikan tersebut adalah:
Nilai (value) daripada endapan mineral per unit berat (P). dan biasanya
dinyatakan dengan ($/ton) atau (Rp/ton).
Ongkos produksi (C), yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan
produknya diluar ongkos stripping.
Ongkos stripping of overburden (Cob).
Cut Off Grade, akan menentukan batas-batas cadangan sehingga
menentukan bentuk akhir penambangan.
III. Aktifitas Pertambangan Pada Tambang Terbuka
A. Tahap Persiapan
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada awal proses pengambilan atau
penambangan bahan galian terdiri dari tahap persiapan (pra penambangan),
Kegiatan tersebut meliputi :
1. Pembuatan Jalan Rintasan
Jalan rintasan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat – alat berat ke lokasi
tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front
penambangan ke lokasi pabrik peremukan. Pembuatan jalan diguna-kan dengan
memakai Bulldozer yang nantinya digunakan pula sebagai pengupasan lapisan
penutup.
2. Pembersihan Lahan
Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup
dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang
tumbuh pada permukaan daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk
membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan dapat
dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan
tetumbuhan yang ada didaerah penambangan.
Kegiatan pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan Bulldozer.
Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang mempunyai
ketebalan overburden beberapa meter dengan menggunakan Bulldozer dan
dilakukan secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan tanah penutup.Dalam
pembabatan, pohon didorong kearah bawah lereng untuk dikumpulkan, dimana
penanganan selanjutnya diserahkan pada penduduk setempat.
3. Pengupasan Tanah Penutup
Pembuangan lapisan tanah penutup dimaksudkan untuk membersihkan
endapan batu gamping yang akan digali dari semua macam pengotor yang
menutupi permukaanya, sehingga akan mempermudah pekerjaan penggaliannya
disamping juga hasilnya akan relatif lebih bersih.
Lapisan tanah penutup pada daerah proyek terdiri atas dua jenis yaitu top soil dan
lapisan overburden sehingga lapisan dilakukan terhadap lapisan top soil terlebih
dahulu dan ditempatkan pada suatu daerah tertentu untuk tujuan reklamasi
nantinya.
Setelah lapisan top soil terkupas, selanjutnya dilakukan pengupasan pada lapisan
overburden lalu didorong dan ditempatkan pada daerah tertentu dan sebagian lagi
digunakan sebagai pengeras jalan. Kegiatan pengupasan dilakukan secara
bertahap dengan menggunakan bulldozer, dimana tahap pengupasan awal
dilakukan untuk menyiapkan jenjang pertama dan pengupasan berikutnya dapat
dilakukan bersamaan dengan tahap produksi, sehingga pola yang diterapkan
adalah seri dan paralel yang bertujuan untuk :
Menghemat investasi dan biaya persiapan.
Menghindari pengotoran endapan batu gamping dari lapisan penutup,
sehingga mempermudah dalam pekerjaan penggalian.
Menghindari terjadinya longsoran dan bahaya angin.
4. Persiapan Peralatan Penambangan
Penambangan yang akan dilakukan difokuskan dengan menggunakan peralatan
mekanis. Adapun alat yang digunakan diperlukan untuk menunjang kegiatan
penambangan, yaitu :
Bulldozer, yang digunakan untuk pembersihan lahan dan pengupasan
lapisan tanah penutup.
Loader, yang digunakan untuk memuat bongkahan batu gamping hasil dari
pembongkaran keatas alat angkut.
Truck, yang digunakan sebagai alat angkut hasil front penambangan ke
tempat pabrik peremukan/penggerusan.
Crushing Plant, yaitu suatu unit pengolahan yang berfungsi sebagai alat
preparasi batu gamping dari front penambangan guna mendapatkan ukuran
butiran yang diinginkan oleh pasar.
Pembangkit Listrik, berfungsi sebagai sumber tenaga listrik yang akan
dipakai sebagai penerangan, untuk alat pengolahan dan menggerakkan alat
– alat yang bekerja didalam pabrik.
Pompa Air, digunakan untuk memompa atau mengambil air guna
memenuhi kebutuhan peralatan dan karyawan.
5. Persiapan Pabrik Peremukan
Pabrik peremukan ini harus dibuat cukup luas agar dapat menampung material
hasil penambangan sebelum proses peremukan.
a. Pemilihan Lokasi Peremukan dan Stock Pile
Pemilihan lokasi biasanya bedasarkan topografi daerahnya yang agak landai .
Lokasi pabrik dipilih daerah yang relatif datar dan tanpa vegetasi sehingga hanya
perlu proses atau pekerjaan perataan seperlunya saja. dan dekat dengan
Infrastruktur yang ada seperti jalan, dan penerangan.
b. Pemasangan Peralatan pada Pabrik Peremuk
Untuk penempatan mesin peremuk dibutuhkan pondasi yang cukup kuat agar
dapat bertahan cukup lama sesuai dengan proyek yang diselenggarakan dan
masalah konstruksi pondasi diborongkan kepada pihak kontraktor dengan pihak
pemasok mesin peremuk sebagai konsultan.
c. Letak Kantor
Sarana perkantoran digunakan sebagai pusat pengaturan dan pelaksanaan kegiatan
kerja penambangan dan direncanakan berada pada daerah yang mudah dicapai dan
dekat dengan jalan masuk. Bangunan ini dibuat permanen karena dipakai dalam
jangka waktu yang sangat lama sesuai dengan umur proyek.
d. Pusat Perawatan Alat
Dalam menunjang kelancaran operasi dibutuhkan peralatan-peralatan yang selalu
dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Untuk itu sangat dibutuhkan suatu sarana
sebagai tempat perawatan peralatan (spare part), agar perawatan terhadap
peralatan atau mesin-mesin yang digunakan dapat dilakukan secara rutin baik itu
dalam jenis perawatan yang ringan maupun pergantiaan suku cadangnya.
e. Penerangan
Sarana penerangan dimaksudkan untuk memberikan penerangan disekitar
bangunan, jalan, dan terutama sekali didalam kegiatan penunjang kerja. Sumber
listrik untuk penerangan ini tidak menjadi satu dengan listrik untuk pabrik,
sehingga khusus untuk sarana penerangan ini diperlukan sebuah generator.
f. SumberAir
Air merupakan sumber sarana yang sangat vital bagi sebuah proyek yang
melibatkan banyak tenaga kerja. Disamping air digunakan sebagai kebutuhan
sehari-hari, air juga dipakai dalam kegiatan penambangan yang didapat dari air
tanah dengan melakukan pemboran.
g. Prasarana Penunjang Lainnya
Yang dimaksud dengan prasarana lain disini adalah prasarana yang dipakai untuk
kepentingan umum dimana selain digunakan oleh perusahaan juga dapat dipakai
oleh masyarakat setempat sehingga mempunyai dampak yang positip terhadap
kehidupan masyarakat sekitar. Prasarana lainnya meliputi saran olahraga, saran
tempat peribadatan, poliklinik, power house, dan pos keamanan.
B. Operasi Penambangan
Tujuan utama dari kegiatan penambangan adalah pengambilan endapan dari
batuan induknya, sehingga mudah untuk diangkut dan di proses pada proses
selanjutnya selanjutnya. Setelah operasi persiapan penambangan selesai dan
pengupasan lapisan tanah penutup pada bagian atas cadangan batugamping
terlaksana (arah kemajuan penambangan dari kontur atas ke bawah). Maka dapat
dimulai kegiatan operasi penambangan.
Kegiatan penambangan terbagi atas tiga kegiatan, yaitu pembongkaran, pemuatan
dan pengangkutan. Adapun rincian dari ketiga kegiatan tersebut adalah:
1. Pembongkaran
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara endapan
bahan galian dengan batuan induk yang dilakukan setelah pengupasan lapisan
tanah penutup endapan batugamping tersebut selesai. Pembongkaran dapat
dilakukan dengan menggunakan peledakan, peralatan mekanis maupun peralatan
non mekanis.
Untuk kegiatan pembongkaran batugamping menggunakan pemboran yang
kemudian dilakukan peledakan. setelah batuan diledakkan kemudian digusur
menggunakan alat bulldozer, yang kemudian dikumpulkan di tepi batas
penambangan atau tepi jalan tambang tiap blok. Banyaknya batugamping yang
dibongkar tiap-tiap blok tidak sama, tergantung persyaratan kualitas yang diminta
oleh konsumen.
2. Pemuatan
Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau
mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke dalam alat
angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan penggusuran, pemuatan
dilakukan dengan menggunakan alat muat Wheel Loader dan diisikan ke dalam
alat angkut.
Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan batugamping hasil
pembongkaran kedalam alat angkut. Pengangkutan dilakukan dengan sistem
siklus, artinya truck yang telah dimuati langsung berangkat tanpa harus menunggu
truck yang lain dan setelah membongkar muatan langsung kembali ke lokasi
penambangan untuk dimuati kembali.
3. Pengangkutan
Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut atau
membawa material atau endapan bahan galian dari front penambangan dibawa ke
tempat pengolahan untuk proses lebih lanjut. Kegiatan pengangkutan
menggunakan Dump Truck yang kemudian dibawa ke tempat pengolahan untuk
dilakukan proses peremukan (crushing), jumlah truk yang akan digunakan
tergantung dari banyaknya material batugamping hasil peledakan yang akan
diangkut.
C. Pengolahan Dan Pemasaran
1. Pengolahan
Adalah kegiatan yang bertujuan untuk menaikkan kadar atau mempertinggi mutu
bahan galian yang dihasilkan dari tambang sampai memenuhi persyaratan untuk
diperdagangkan atau dipakai sebagai bahan baku untuk bahan industri lain.
Bahan galian yang dihasilkan dari tambang biasanya selain mengandung mineral
berharga yang diingikan juga mengandung mineral pengotor (gangue mineral)
sehingga hasil tambang tidak bisa langsung dimanfaatkan atau diperdagangkan.
Untuk menghilangkan mineral pengotor tersebut sehingga hasil tambang dapat
dimanfaatkan atau diperdagangkan, maka dilakukan dengan pengolahan bahan
galian ( ore/mineral dressing).
Proses pemisahan pemisahan antara mineral berharga dengan mineral-mineral
pengotor didasarkan kepada perbedaan baik fisik maupun sifat kimia antara
mineral berharga dengan mineral pengotornya.
Keuntungan lain dari pengolahan bahan galian selain meningkatkan kadar
mutunya. Ialah juga untuk mengurangi jumlah volume dan beratnya sehingga
dapat mengurangi jumlah volume dan beratnya sehingga dapat mengurangi
ongkos pengangkutannya.
2. Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan yang bertujuan untuk menjual suatu produk kepada
para pemakai produk atau konsumen dengan harga yang telah ditentukan atau
berdasarkan atas perjanjian antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Kegiatan
pemasaran dilakukan setelah kegiatan pengolahan atau setelah syarat-syarat yang
telah ditentukan oleh konsumen terhadap mutu produk terpenuhi.
D. Reklamasi
Reklamasi merupakan pekerjaan-pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki
atau mengembalikan tata lingkungan hidup agar lebih berdaya guna. Usaha ini
harus dilakukan setiap pengusaha (pengusaha pertambangan) sesuai peraturan
pemerintah yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa kesulitan untuk reklamasi daerah bekas
tambang apabila tanpa perencanaan pengelolaan yang baik. Kesulitan tersebut
antara lain :
1. Tidak dilakukannya pengamatan terhadap tanah humus sehingga
dalampelaksanaannya baanyak tanah humus yang terbuang.
2. Tidak dilakukannya dengan tuntas sehingga terdapat bekas daerahtambang
yang dibiarkan terbuka untuk beberapa lama karena adasebagian tanah
galian masih tersisa.
3. Kesulitan penentuan lokasi penimbunan tanah penutup.
Beberapa faktor penting yang saling mempengaruhi lingkungan dari kegiatan
pertambangan antara lain penerapan teknologi pertambangan. Kegiatan faktor ini
saling berpengaruh bukan hanya pada lingkungan diluar pertambangan dimana
daya dukung menjadi berkurang, akan tetapi kegiatan penambangan akan
mengalami hambatan dalam kelancaran operasinya.
Reklamasi didaerah bekas tambang dilakukan dengan cara pengambilan kembali
tanah penutup (top soil) ke bekas daerah penambangan kemudian dilakukan
pemupukan tanah untuk mengembalikan kestabilan dan kesuburan tanah.
Sehingga dapat ditanami tanaman yang lebih produktif bagi penduduk setempat,
agar tata lingkungan tidak jauh berbeda dengan lingkungan sebelumnya maka
dipilih bibit mahoni sebagai tanaman reklamasi.
Kegiatan reklamasi akan dilakukan setelah kegiatan penambangan selesai, dalam
hal ini setelah penambangan pada suatu daerah selesai dilaksanakan, dengan
urutan kegiatan sebagai berikut :
1. Pengupasan lapisan tanah penutup (top soil) dilaksanakan.
2. Lapisan tanah penutup (top soil) tersebut dikumpulkan pada suatu tempat.
3. Kegiatan penambangan dan pengolahan.
4. Tailing dari proses pengolahan dimasukkan kembali pada blok yang
telahditambang.
5. Perataan tinggi daerah penambangan dengan daerah sekelilingnya yang
tidak ditambang.
6. Penyebaran lapisan tanah penutup (top soil).
7. Penanaman dengan tanaman keras yang cocok dengan daerah tersebut.
B. Tambang Dalam
Metoda tambang bawah tanah, ada beberapa macam metoda tambang bawah
tanah, diantaranya:
1. Open Stope
Open stope adalah salah satu metoda penambangan bawah tanah. Open Stope
adalah penambangan tanpa membuat penyangga-penyangga. Syarat bahan galian
yang dapat ditambang dengan metoda ini adalah atapnya cukup kuat menahan
beban tanpa disangga atau dengan atau bisa disebut juga cukup kompeten.
2. Supported Stope
Dalam metoda penambangan seperti ini ( Pada umumnya mineral logam ) bawah
tanah dengan cara membuat penyangga-penyangga. Dalam penyanggaan bahan
yang bisa digunakn seperti kayu, besi, beton, atau baut besi ( roof bolting ).
3. Long Wall
Long Wall adalah suatu sistem penambangan bawah tanah untuk endapan
batubara dengan membuat lorong-lorong panjang, secara mekanis dan bagian dari
front penambangan yang sudah selesai ditambang dibiarkan runtuh dengan
sendirinya ( caving ).
4. Short Wall
Short wall adalah penambangan bawah tanah untuk endapan batu bara, dengan
membuat lorong-lorong yang ukurannya lebih kecil atau lebih pendek dari long
wall.
5. Room and Pillar
Room an d pillar merupakan suatu system penambangan bawah tanah untuk
endapan batubara dengan menggunakan penyangga-penyangga yang umumnya
dari kayu, dengan bentuk blok-blok persegi.
6. Cut an Fill
Cut and fill adal ah salah satu metoda penambangan, dalam metoda penambangan
ini, dengan cara menggali atau membuat bukaan-bukaan dan kemudian mengisi
kembali dengan material lain bekas bukaan tersebut.
7. Gophering
Dalam metoda penambangan ini dengan membuat bukaan-bukaan berukuran
relatif kecil dan sempit secara tidak beraturan, atau dikenal sebagai lobang tikus.
8. Block Caving
Merupakan suatu sistem penambangan bawah tanah, dengan car meruntukan
bagian yang sudah selesai ditambang (mined out ).
BAB V
PENGOLAHAN MINERAL
Pengolahan Bijih Emas Dan Perak
Karakteristik Bijih Emas
Bijih emas secara umum dapat diklasifikasikan menjadi bijih free milling dan
refractory. Tipe free milling merupakan bijih emas yang relatif mudah untuk
diekstraksi dengan tingkat perolehan atau recoveri emas di atas 90 persen.
Sedangkan tipe refractory merupakan tipe bijih emas yang lebih sulit diolah,
biasanya pengolahan hanya mampu mengambil atau me-recovery emas kurang
dari 90 persen dari total emas yang terdapat di dalam bijih. Bahkan terkadang,
pabrik pengolahan hanya mampu mengambil emas kurang dari 50 persennya.
Pada bijih tipe refractory, partikel-partikel emas umumnya terjebak di dalam
mineral-mineral sulfida yang tidak larut dalam larutan yang biasa digunakan
sebagai pelarut bijih emas seperti sianida.
Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas
Pada umumyna emas diekstraksi melalui proses sianidasi dan amalgamasi.
Namun, karena masalah isu lingkungan dan bahaya terhadap kesehatan, maka
proses amalgamasi menjadi semakin jarang digunakan.
Secara umum pengolahan bijih emas untuk menjadi bullion meliputi operasi
pengecilan ukuran atau kominusi, leaching atau pelindian, pemisahan padatan-
larutan atau solid-liquid separation, vacuum deaeration, cementaion, filtration, dan
smelting.
Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas
Proses pengolahan bijih emas dimulai dengan tahap operasi kominusi yang terdiri
dari crushing atau peremukan dan grinding atau penggilingan. Tujuan utama dari
Operasi kominisi adalah meliberasi atau membebaskan emas dari ikatan fisiknya
dengan mineral-mineral pengotor yang terdapat dalam bijih dan mengekspose
partikel emas yang terperangkap dalam bijih.
Tahap berikutnya adalah Proses pelindian atau leaching dengan Leaching agent
menggunakan sodium sianid (NaCN). Tahap ini bertujuan untuk melarutkan
secara selektif unsur emas dan perak yang terdapat dalam bijih. Pelindian emas
dan perak akan berlangsung melalui reaksi kimia berikut:
4Au + 8NaCN + O2 + 2H2O —> 4NaAu(CN)2 + 4NaOH
4Ag + 8NaCN + O2 + 2H2O —> 4NaAg(CN)2 + 4NaOH
Pada reaksi pelindian ini diperlukan Oksigen agar emas dapat teroksidasi menjadi
kationnya (Au+) yang kemudian kation emas ini membentuk kompleks aurosianid
(Au(CN)2-) yang larut dan stabil dalam larutan pelindian.
Sesudah proses pelindian dilakukan proses pemisahan solid-liquid dengan cara
counter current decantation (CCD) dalam sejumlah thickener dan filtrasi dengan
menggunakan press filter.
Tahapan berikutnya adalah proses deaerasi, atau pengurangan kandungan oksigen.
Proses deaerasi dilakukan dalam vacuum deaerator untuk menghilangkan oksigen
dari larutan. Proses penghilangan oksigen ini bertujuan untuk mencegah pelarutan
kembali presipitat Au dan Ag serta pelarutan serbuk seng oleh oksigen yang dapat
meningkatkan konsumsi seng.
Tahap sementasi merupakan proses yang paling umum digunakan pada industri
pengolahan emas. Proses sementasi dibantu dengan menggunakan serbuk seng
dan dilakukan dalam larutan yang bening. Pemakaian larutan bening bertujuan
untuk menghindari proses pasivasi seng akibat tertutupi oleh partikel padatan
yang tersuspensi dalam slurry, sehingga dapat mempercepat laju proses
presipitasi. Presipitasi logam emas oleh serbuk seng berlangsung melalui reaksi
berikut:
2NaAu(CN)2 + Zn —> Na2Zn(CN)4) + 2Au
2NaAg(CN)2 + Zn —> Na2Zn(CN)4) + 2Ag
Sesudah proses sementasi dilakukan filtrasi presipitate Au-Ag. Larutan yang
sudah dipisahkan dari presipitate Au-Ag atau barren solution dapat digunakan
kembali dalam proses CCD. Sedangkan presipitate Au dan Ag kemudian dilebur
menjadi bullion yang siap dikirimkan ke pabrik pemurnian bullion.
Tahap Pengolahan Bijih Mineral Tembaga
Karakterisasi Bijih Tembaga
Umumnya Tembaga ditemukan di kerak bumi dalam bentuk mineral-mineral
tembaga sulfida seperti chalcocite (Cu2S) dan bornite (Cu5FeS4) atau dalam
bentuk mineral-mineral tembaga-besi-sulfida yaitu chalcopyrite (CuFeS2).
Kandungan tembaga dalam bijih berkisar antara 0,4 persen hingga 2,0 persen.
Bijih dengan kadar tembaga sekitar 0,4 persen umumnya dieksploitasi dengan
cara tambang terbuka, sedangkan bijih dengan kadar tembaga sekitar satu sampai
dua persen dieksploitasi dengan cara tambang dalam.
Selain bijih tembaga, tembaga murni juga diproduksi dari proses daur ulang atau
recycling scrap tembaga murni dan paduan-paduan tembaga.
Diagram Alur Proses Pengolahan Bijih Tembaga
Mineral tembaga dalam bentuk sulfida umumnya diproduksi dengan jalur
pirometalurgi yaitu peleburan dan pemurnian pada temperatur tinggi atau
pyrorefining, dan dilanjutkan dengan electrorefining.
Mineral tembaga dalam bentuk oksida, karbonat, silikat dan sulfat ditemukan di
alam dalam jumlah kecil. Bijih tembaga ini umumnya diproduksi dengan jalur
hidrometalurgi. Dalam Perkembangannya, jalur hidrometalurgi juga digunakan
untuk mengolah sebagian bijih sulfida, khususnya Cu2S.
Pengolahan untuk ekstraksi bijih tembaga-besi-sulfida menjadi tembaga terdiri
dari beberapa unit operasi dan unit proses sebagaimana ditunjukkan dalam gambar
di bawah.
Diagram Alur Proses Pengolahan Bijih Tembaga
Tahap Kominisi
Tahap kominusi terdiri dari operasi peremukan dan penggerusan. Tujuan proses
peremukan dan penggerusan adalah untuk membebaskan atau meliberasi mineral-
mineral tembaga dari ikatan mineral-mineral pengotornya.
Target ukuran dari tahap kominusi adalah ukuran partikel bijih yang dapat
menghasilkan tingkat recoveri tembaga yang maksimal saat proses konsentrasi
flotasi.
Tahap Konsentrasi Flotasi
Setelah mencapai ukuran yang cocok atau sesuai ukuran target, maka tahap
selanjutnya adalah Tahap pemisahan mineral atau konsentrasi. Pemisahan
mineral-mineral Cu-Fe-S dan Cu-S dari pengotornya dilakukan dengan metoda
flotasi. Pemisahan dengan cara flotasi merupakan metode yang cukup efektif.
Tahap konsentrasi bijih tembaga dengan metoda flotasi dapat meningkatkan kadar
tembaga di Konsentrat menjadi sekitar 30 persen.
Tahap Matte Smelting.
Pada tahap ini konsentrat tembaga dilebur menjadi lelehan matte. Proses
peleburan dilakukan dalam suasana yang oksidatif. Proses ini menghasilkan
lelehan matte, lelehan slag dan gas buang.
Matte merupakan lelehan sulfida yang kaya akan tembaga dengan mengandung
sedikit besi, sedangkan slag adalah lelehan yang terdiri dari campuran oksida besi
dan oksida logam pengotor serta fluks (silika).
Proses smelting ini menghasilkan matte dengan kandungan tembaga sekitar 45 –
75 persen.
Suasana oksidatif dalam tanur peleburan diperoleh dengan menginjeksikan udara
yang diperkaya oksigen atau oxygen-enriched air.
Tahap Konversi Matte
Pada tahap ini matte dikonversi menjadi tembaga blister atau blister copper. Pada
tahap ini, matte dioksidasi menjadi tembaga blister, dan kandungan tembaga naik
menjadi sekitar 90 persen.
Umumnya proses converting dilakukan dalam Peirce-Smith Converter. Ke dalam
concerter dihembuskan udara melalui sejumlah tuyeres yang terendam dalam
lelehan (submerged tuyeres). Pada Proses converting ini ditambahkan juga
oksigen murni, silika sebagai fluks, revert dan scrap. Slag yang dihasilkan
mengandung besi-silika.
Tahap Fire refining
Fire refining adalah proses pemurnian yang dilakukan terhadap tembaga blister.
Proses fire refining dilakukan dalam rotary furnace, reverberatory furnace atau
hearth furnace yang dapat ditilting. Tahapan ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap
satu adalah oksidasi selektif terhadap sulfur dan elemen pengotor lainnya, dan
tahap kedua adalah deoksidasi untuk penurunan kandungan oksigen dalam
tembaga.
Proses fire refining mampu menghasilkan logam tembaga yang memiliki
kandungan tembaga sekitar 99 persen.
Tahap Electrorefoning
Proses electrorefining merupakan pelaruatn tembaga secara elektrokimia dari
tembaga anoda dan mengendapkannya kembali di permukaan katoda. Elemen-
elemen pengotor yang terkandung dalam tembaga anoda tidak ikut terendapkan.
Dari proses Electrorefining ini dihasilkan logam tembaga dengan kandungan Cu
> 99.99 persen.
Metoda Pengolahan Batubara
Pengertian Istilah Dan Definisi
Batubara sudah mulai terbentuk jauh sebelum manusia lahir di bumi.
Diperkirakan pada awal sejarah planet bumi. Beberapa juta tahun yang lalu
sebagian besar permukaan bumi tertutup air. Daratan pada umumnyaa rendah dan
ditutupi rawa-rawa.
Rawa-rawa tersebut ditumbuhi oleh tumbuhan sejenis paku-pakuan besar,
ganggang dan varietas pohon-pohon besar yang sudah punah saat ini.
Batubara dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis mulai dari grade yang
paling rendah yaitu peat, lignit, subbituminus, bituminus dan sampai grade paling
tinggi yaitu antrasit.
Secara genesa yaitu berdasarkan proses pembentukannya, batubara dapat
didefinisikan sebagai material yang berasal dari tumbuhan yang telah mengalami
atau melewati proses penggambutan atau peatification. Akibat adanya proses
tekanan dan pengeringan yang berasosiasi dengan aktivitas cekungan dan
tektonik, maka material gambut mengalami perubahan tekstur dan komposisi
(diagenesis or coalification).
Akibat adanya proses diagenesa yaitu proses pembatubaraan melalui perubahan
temperatur dan tekanan, maka terjadi perubahan tingkat pematangan batubara.
Tingkat batubara ini dikenal dengan istilah peringkat batubara atau coal rank.
Secara umum, urutan peringkat batubara dari yang paling rendah sampai dengan
yang tertinggi adalah sebagai berikut: lignit, sub-bituminous, bituminous, semi-
antrasit, dan antrasit.
Semakin tinggi peringkat batubara, maka kandungan air, zat terbang, hidrogen
dan oksigen semakin rendah, sedangkan kandungan karbon, reflektansi vitrinit
dan nilai kalori akan semakin tinggi.
Sebagian Batubara digunakan sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik,
produksi baja dan semen atau dapat diolah lebih lanjut menjadi batubara cair atau
liquifaction dan menjadi produk gas atau gasifikasi.
Beberapa jenis batubara memerlukan pengolahan atau peningkatan nilai tambah
terlebih dahulu sebelum dapat dipasarkan atau dikirim ke konsumen. Salah satu
cara peningkatan nilai tambah yang dapat dilakukan adalah dengan mengolah
batubara bongkahan hasil penambangan menjadi bentuk lain yang memiliki
kualitas yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar atau industri.
Batubara jenis sub-bituminous termasuk kualitas rendah sehingga memiliki harga
yang relatif rendah juga. Untuk meningkatkan harga batubara seperti ini dapat
dilakukan usaha peningkatan nilai tambah.
Peningkatan Nilai Tambah Batubara
Peningkatan nilai tambah batubara yang paling sederhana adalah melalui operasi
peremukan atau crushing dari bongkahan besar menjadi ukuran yang masuk
dalam persyaratan dan pencampuran atau blending antara batubara kualitas rendah
atau tidak masuk dalam spesifikasi dengan batubara kualitas relatif tinggi
sehingga memenuhi persyaratan spesifikasi teknis pembeli.
Peningkatan nilai tambah yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan pencucian
atau washing dengan tujuam untuk menurunkan kadar abu. Pencucian dapat
menghilangkan mineral-mineral yang mengandung abu dan sulfur.
Peningkatan juga dapat dilakukan dengan mengolah batubara menjadi briket
batubara atau menjadikan produk dengan bentuk fisik dan kimiawinya telah
berbeda, seperti menjadi bahan bakar cair atau liquefaction dan bahan bakar gas
atatu gasifikasi.
Proses Karbonisasi
Proses Karbonisasi batubara merupakan proses peningkatan kualitas batubara
dengan cara dipanaskan di dalam tanur pada temperatur tinggi diatas 800oC atau
pada temperatur dibawah 600oC dalam lingkungan tanpa atau sedikit udara.
Proses ini dapat menghilangkan atau mengurangi kandungan volatile matter dan
air. Produk karbonisasi biasa disebut dengan char atau coke.
Char atau coke yang tidak memenuhi kualitas cokes dapat dioleh menjadi briket
batubara atau arang, sedangkan cokes yang memiliki sifat cukup kuat dapat
digunakan sebagai kokas untuk peleburan besi dengan blast furnace.
Proses Gasifikasi
Gasifikasi batubara merupakan proses konversi batubara menjadi gas. Umumnya
dilakukan untuk batubara yang tidak dapat digunakan secara langsung sebagai
bahan bakar. Gas yang dihasilkan dapat dimurnikan lagi atau dapat langsung
digunakan sebagai bahan bakar, atau direaksikan dengan senyawa lain untuk
menghasilkan bentuk gas lain atau menjadi bentuk cairan. Bahan bakar gas
sintetik ini lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pembakaran langsung
dari batubara.
Proses Liquefaction
Liquefaction merupakan proses konversi batubara menjadi produk lain seperti
cairan melalui proses pirolisis, indirect liquefaction, dan direct liquefaction.
Pada proses pirolisis, cairannya merupakan produk samping dari produksi kokas.
Pada proses indirect liquefaction, batubara digasifikasi menjadi campuran gas CO
dan hidrogen (H2). Gas ini biasa disebut syngas.
Proses direct liquefaction sering juga disebut sebagai coal hydrogenation. Pada
proses ini, batubara dicampur dengan larutan pendonor hidrogen dan direaksikan
dengan hidrogen atau syngas pada tekanan dan temperatur tinggi untuk
menghasilkan berbagai produk bahan bakar cair.
Tahap Proses Pengolahan Bijih Timah
Karakterisasi Bijih Timah
Bijih timah yang ditambang di Indonesia umumnya adalah dari jenis endapan
timah aluvial dan sering disebut sebagai endapan timah sekunder atau disebut
timah placer. Jenis bijih timah ini sudah terlepas dari endapan induknya yaitu
timah primer, dan oleh air diendapkan kembali di tempat lain yang lebih rendah.
Secara ekonomis, mineral penghasil timah putih adalah kasiterit dengan rumus
kimia SnO2, walaupun ada sebagian kecil timah yang dihasilkan dari sulfida
seperti stanit, silindrit, frankeit, kanfieldit dan tealit.
Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah adalah kasiterit, sedangkan
mineral ikutannya adalah pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik,
stibnit, kalkopirit, xenotim, dan monasit.
Pengolahan Bijih Timah
Secara garis besar, pengolahan bijih timah menjadi logam timah dapat dilihat pada
gambar di bawah. Pengolahan terdiri dari operasi konsentrasi/mineral dressing,
dan ekstraksi yaitu peleburan atau smelting dan pemurnian atau refining.
Diagram Alur Proses Pengolahan Bijih Timah
Tahap Konsentrasi
Tahap konsentrasi bijih timah merupakan operasi peningkatan kadar timah dengan
menggunakan peralatan seperti Jig Concentrator, palong dan meja goyang. Bijih
timah yang diolah memiliki kadar awal sekitar 30 sampai 65 persen Sn.
Setelah melalui operasi pemisahan, kadar timah minimum yang harus tercapai
supaya dapat dipergunakan sebagai umpan peleburan tahap pertama adalah
sebesar 70 persen Sn.
Tahap Smelting
Proses smelting merupakan proses reduksi dari konsentrat bijih timah pada
temparatur tinggi menjadi logam timah. Prinsip reduksi adalah melepas ikatan
oksigen yang terdapat mineral kasiterit. Reduktor yang digunakan sebagai
pereduksi adalah gas CO. Reaksi yang terjadi selama proses smelting adalah:
SnO2 + CO = SnO + CO2
SnO + CO = Sn + CO2
Pada proses smelting akan terbentuk lelehan terak dan timah yang tidak saling
larut. Slag akan mengikat pengotor-pengotor yang terdapat di dalam konsentrat.
Pengotor yang paling banyak terdapat di dalam konsentrat timah adalah unsur Fe.
Proses smelting ini terdiri dari dua tahapan. Peleburan tahap pertama adalah
peleburan konsentrat timah yang menghasilkan timah kasar atau crude tin dan
terak I (slag). Kadar timah dalam terak I ini adalah sekitar 20 persen. Tahap ini
juga dikenal dengan sebutan peleburan konsentrat timah karena umpan yang
dilebur adalah konsentrat bijih timah.
Terak I kemudian dilebur kembali di peleburan tahap kedua. Peleburan pada tahap
dua ini menghasilkan senyawa Fe-Sn yang disebut hardhead dan terak II dengan
kadar Sn kurang daripada satu persen. Hardhead menjadi bahan baku untuk
peleburan tahap satu.
Tahap Refining
Crude tin dari proses peleburan tahap satu kemudian dibawa ke proses selanjutnya
yaitu proses pemurnian. Kandungan timah dalam crude tin adalah Sn >90 persen
dan sisanya adalah pengotor seperti As, Pb, Ag, Fe, Cu, dan Sb.
Pemurnian timah dari pengotornya dapat dilakukan dengan kettle refining,
eutectic refining, serta electrolytic refining. Pemilihan teknologi untuk proses
pemurnian adalah berdasarkan tingkat kemurnian logam timah yang diinginkan.
Setelah melewati tahap refining ini, kemurnian logam timah dapat mencapai 99,93
persen.
Tahap Proses Pengolahan Pasir Besi
Pasir Besi
Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam pemanfaatannya masih
belum optimal. Di Indonesia pasir besi sampai saat ini masih terbatas hanya
digunakan sebagai bahan tambahan pada pabrik semen. Sedangkan pemanfaatan
pasir besi di luar negeri seperti di Negara Selandia Baru sudah digunakan sebagai
bahan baku pembuatan besi baja. Begitu juga dengan Negara Cina yang sudah
sejak lama menggunakan pasir besi sebagai bahan baku pembuatan besi baja.
Komposisi Kimia Pasir Besi
Pasir besi mengandung mineral besi utama yaitu titanomagnetite dengan sedikit
magnetite dan hematite yang disertai dengan mineral pengotor yang memiliki
unsur dominan Alumunium, silicon dan vanadium. Unsur-unsur ini biasa ditulis di
sertifikat dengan Al2O3, SiO2 dan V2O5. Pengotor lainnya yang biasa terdapat
dalam pasir besi adalah fosfor dan sulfur.
Tabel 1. Komposisi Kimia Pasir Besi
Diagram Alir Pengolahan Pasir Besi
Mineral besi utama dalam pasir besi memiliki sifat kemagnetan yang tinggi.
Sedangkan mineral pengotornya atau gangue memiliki sifat kemagnetan yang
rendah. Sehingga mineral besi dan mineral gangue memiliki selisih kemagnetan
yang tinggi. Perbedaan sifat kemagnetan ini menjadi alasan utama, mengapa
peningkatan kadar Fe atau mineral besi dalam pasir besi selalu menggunakan alat
konsentrasi magnetic separator.
Beberapa alat konsentrator lain yang biasa digunakan dalam pengolahan pasir besi
adalah spiral konsentrator atau palong, sluice box. Alat ini memanfaatkan
perbedaan sifat fisik densitas. Prinsip pemisahannya berdasarkan pada perilaku
partikel dalam aliran fluida tipis. Konsentrasi dengan alat ini biasanya dilakukan
diawal pengolahan.
Sifat kemagnetan mineral besi dalam pasir besi sangat kuat, sehingga operasi
konsentrasinya dapat menggunakan magnetic separator dengan intensitas rendah,
kurang dari 1200 gauss. Sebagian pasir besi terdapat di daerah pesisir atau pantai,
oleh karenanya pengolahan selalu dilakukan dengan metoda basah, ditambahkan
air dengan perbandingan tertentu.
Gambar 1. Diagram Alir Konsentrasi Pasir Besi
Gambar 1 menunjukkan salah satu contoh pengolahan pasir besi dengan kadar Fe
awal 37 persen. Pengolahan menggunakan dua tahap pemisahan dengan magnetic
separator tipe double drum. Dari pengolahan ini diperoleh Konsentrat akhir yang
mengandung Fe sebesar 56 persen.
Pengaruh Jumlah Tahapan Konsentrasi Terhadap Kadar
Konsentrat
Peningkatan Kadar Fe dengan menggunakan magnetic separator dilakukan dengan
melalui beberapa tahapan. Pada Tahap-tahap awal, biasanya menggunakan
magnetic separator dengan intensitas tinggi. Hal ini untuk mendapatkan atau
mengambil Fe dalam mineral besi setinggi mungkin. Pada tahap berikutnya
digunakan intesitas magnet yang lebih rendah, agar mendapatkan kadar yang
tinggi.
Gambar 2. Pengaruh Jumlah Tahap Konsentrasi Pada Kadar Fe Di Konsentrat,
MS.1 = Magnetic Separator Ke Satu, MS.4 = Magnetic Separator Ke Empat
Pada Gambar 2 ditunjukkan pengaruh jumlah tahapan konsentrasi yang
menggunakan magnetic separator, mulai dari satu tahap, artinya pengolahan hanya
menggunakan satu magnetic separator. Sampai konsentrasi menggunakan empat
tahap, artinya pengolahan menggunakan empat magnetic separator secara seri.
Dari gambar dapat diketahui jika pemisahan hanya mengunakan satu magnetic
separator, maka konsentrat akan mengandung Fe sebesar 36 persen. Namun jika
pemisahan menggunakan empat magnetic separator, maka konsentrat akan
memiliki kandungan Fe sekitar 56 persen. Pasir besi sebagai umpan memiliki
kandungan Fe awal sekitar 21 persen.
Mineral Besi Dan Kandungan Unsur Ti
Unsur logam yang terikat dalam mineral besi adalah Titan, yang membentuk
mineral titanomagnetite. Dengan demikian operasi konsentrasi, selain menaikkan
unsure Fe, secara alami unsur Ti juga ikut naik. Kehadiran Ti dalam mineral besi
ini tentunya akan membatasi kandungan maksimum dari unsur Fe. Setiap
kenaikan Fe akan diikuti oleh kenaikan unsurTi. Setelah operasi konsentrasi Fe
dapat naik menjadi sekitar 58 sampai 61 persen dengan kandungan Ti sekitar 3
sampai 5 persen.
Gambar 3. Hubungan Kandungan Ti dan Fe Pada Pasir Besi
Mikroskopik Pasir Besi.
Keberhasilan pemisahan pasir besi sangat ditentukan oleh derajat liberasi dari
mineral besi dan gangue-nya. Derajat liberasi partikel mineral besi tergantung
pada ukuran partikelnya. Observasi mikroskop menunjukkan pada ukuran kasar
derajat liberasi mineral besi sangat rendah. Pada ukuran kasar Partikel mineral
besi dan gangue masih terikat dalam satu partikel. Parikel-partikel yang
mengadung mineral besi dan gangue disebut mineral middling. Kehadiran Mineral
middling akan berdampak pada kualitas pengolahan.
Gambar 4. Mineral Besi Pada Pasir Besi
Gambar 5 menunjukkan hubungan derajat liberasi dengan ukuran partikel pasir
besi. Pada ukuran kasar, 500 mikron pasir besi hanya memiliki derajat leberasi 54
persen. Artinnya hanya 54 persen mineral besi yang terbebas dari ikatan dengan
gangue mineral. Ada sekitar 46 persen mineral besi yang terikat dengan gangue
membentuk mineral middling. Derajat liberasi relatif tinggi pada pasir besi yang
berukuran kurang daripada 125 mikron. Hanya sekitar 8 persen mineral besi yang
terikat dengan gangue membentuk mineral middling.
Gambar 5. Hubungan Derajat Liberasi Dengan Ukuran Pasir Besi
Pengaruh Middling Mineral Terhadap Recovery Dan Kadar Fe
Di Konsentrat
Ketika pengolahan harus menghasilkan kadar Fe yang tinggi, maka middling
mineral harus masuk dalam jalur tailing. Hal ini akan menyebabkan sebagian
mineral besi, yaitu mineral besi yang terikat dengan gangue atau middling masuk
dalam jalur tailing. Hasil akhirnya adalah recovery Fe menjadi turun atau rendah.
Ketika pengolahan harus mendapatkan recovery Fe yang tinggi, maka mineral
middling akan masuk dalam konssentrat. Karena middling mineral mengikat
gangue mineral, maka konsentrat yang dihasilkan akan memiliki kadar Fe rendah.
Di sini sangat jelas bahwa middling mineral menjadi sangat kompromis dalam
pengolahan. Artinya jika mineral middling tetap seperti apa adanya maka, kadar
dan recovery akan menjadi saling berlawanan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6. Dari Gambar 6 dapat dijelaskan, jika pengolahan pasir besi
mentargetkan kadar Fe sekitar 59 persen, maka Fe yang dapat direcover atau
diambil hanya sekitar 52 persen. Artinya sekitar 48 persen Fe akan masuk jalur
tailing. Sebaliknya, jika pengolahan pasir besi mentargetkan recoveri Fe sekitar 80
persen, maka konsentrat hanya akan memiliki kadar Fe sekitar 54 persen. Artinya
sejumlah mineral gangue, biasaanya dalam middling masuk jalur konsentrat.
Gambar 6. Hubungan Recovery Fe Dengan Kadar Fe Di Konsentrat
Hubungan Kadar Fe Konsentrat Dengan Ukuran Partikel
Pasir Besi
Pengaruh ukuran partikel pasir besi terhadap kandungan Fe setelah dilakukan
konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah. Pada ukuran yang kasar sekitar
500 mikron, kandungan Fe adalah antara 38 – 48 persen. Sedangkan kandungan
Fe dapat mencapai 59 – 61 persen jika ukuran pasir besi yang diolah kurang dari
125 mikron.
Gambar 7. Pengaruh Ukuran Pasir Besi Terhadap Kadar Fe Dalam Konsentrat
Dari gambar diketahui, jika pasir besi yang diolah memiliki ukuran 100 sampai
500 mikron, maka kandungan Fe dalam konsentrat tidak akan pernah mencapai 61
persen. Kandungan Fe hanya akan mencapai angka 59 -61 persen, jika pasir besi
yang berukuran lebih besar daripada 125 mikron dikeluarkan dari proses
pengolahan dengan cara diayak. Tentu saja hal ini akan menyebabkan recovery
menjadi sangat rendah.
BAB VI
KEGUNAAN DAN PEMANFAATAN
1. Pemanfaatan Sumber Daya alam
Dalam memanfaatkan sumber daya alam perlu dipertimbangkan nilai dan
prinsip ekoefisiensi (ekonomi efisiensi), artinya dengan tenaga dan biaya untuk
mengolah apakah barang tambang layak digali sehingga perlu diperhitungkan
biaya penambangan, besarnya volume barang tambang, manfaat barang tambang,
dan untung ruginya dalam pertimbangan pe ngelolaan barang tambang tersebut.
Negara kita kaya akan barang tambang. Barang tambang tersebut
menyebar di dalam bumi. Meskipun sudah ditemukan tempat-tempat tambang,
namun sebenarnya banyak pula tempat yang belum diusahakan. Hal ini dapat
dimaklumi karena negara kita masih perlu modal dan tenaga ahli. Untuk
mengatasi hal ini pemerintah mengundang investor asing (penanam modal asing)
untuk membantu pengem bangan pertambangan. Selain mengundang investor
asing, pemerintah juga terus melakukan pendidikan kepada tenaga-tenaga muda
agar mereka dapat turut membantu pembangunan, khususnya pertambangan agar
tidak terus-menerus tergantung dengan negara lain.
Usaha pertambangan ini biasanya diawali dengan penelitian lapang an
untuk mengetahui tempat-tempat yang mengandung bahan tambang atau disebut
eksplorasi. Apabila tempat bahan tambang sudah dipastikan maka dilakukan
penggalian maupun pengeboran atau disebut eksploitasi. Usaha penambangan ini
memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit
2. Pengelolaan Bahan Tambang Berdasarkan Kegunaannya dan
Pemanfaatannya
Usaha pertambangan tentu saja tidak boleh dilakukan sembarangan mengingat ada
bahan-bahan tambang yang tidak dapat diperbarui, maksudnya bahan tambang
tersebut akan habis apabila diambil sekali dan dalam jumlah yang besar.
Berdasarkan kegunaannya, bahan tambang dapat dibagi menjadi pertambangan
bijih, energi, dan mineral.
a. Pertambangan Bijih/Logam
Pertambangan ini meliputi bijih besi, bauksit, timah, nikel, tembaga, emas, dan
perak.
1) Bijih Besi
Beberapa macam bijih besi antara lain sebagai berikut.
a) Bijih besi lateritik terdapat di Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
b) Bijih besi magnetik hematit terdapat di Kalimantan Tengah.
c) Bijih besi titan terdapat di Pantai Cilacap, Pantai Pelabuhan Ratu,Lampung,
Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Setelah
digali dan disemprot de ngan air, akan dihasilkan konsentrat besi. Pabrik pelebur
besi baja Indonesia terdapat di Cilegon, yaitu PT Krakatau Steel.
2) Bauksit (Biji Aluminium)
Bauksit merupakan mineral yang ringan, kuat, dan tidak berkarat.Tambang
bauksit dihasilkan di Kepulauan Riau, Pulau Bintan, Pulau Bintang, dan
Singkawang.
3) Timah
Timah termasuk salah satu hasil mineral yang terpenting di Indonesia. Manfaat
timah, yaitu untuk kaleng, patri, huruf cetak,tube, kertas timah, dan lain-lain.
Tambang timah terdapat di pulau Singkep, Bangka, Belitung, dan lepas pantai di
sekitarnya. Hasil tambang timah di darat disebut timah primer, sedangkan yang di
lepas pantai disebut timah sekunder. Di Indonesia banyak dihasilkan timah
sekunder dan menjadi pabrik peleburan timah terbesar ketiga setelah Bolivia dan
Malaysia.
4) Nikel
Biji nikel terdapat dalam tanah hasil pelapukan peridotit atau serpentit. Daerah-
daerah pertambangan nikel di Indonesia antara lain Pulau Mantang di Teluk Bone,
Pulau Halmahera, Pulau Gag di Irian Jaya, di sekitar Kolaka (Sulawesi Tenggara)
berpusat di Ponalo, dan Pegunungan Verbeek berpusat di Soroako.
5) Seng
Terdapat di beberapa daerah Indonesia, antara lain Jawa Timur, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan
Sulawesi Tenggara. Pengolahan seng menjadi seng lembaran dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan swasta di kota-kota besar.
6) Intan
Tambang intan terdapat di Kalimantan Selatan, terletak di sekitar Sungai Kusan
dan Riam Kanan Kiri. Penggalian dipusatkan di Simpangempat (dekat Martapura)
oleh PN Aneka Tambang. Di samping itu, rakyat juga melaksanakan penggalian
dengan cara mendulang. Pendulangan intan oleh rakyat yang terkenal di Cempaka
I (dekat Banjar Baru). Kota Martapura merupakan tempat penggosokan intan yang
terkenal di Indonesia.
7) Tembaga
Tembaga terdapat di Cikotok (Banten Selatan), Songkarapi (Sulawesi Selatan),
dan Kompara (Irian Jaya). Tembaga yang sudah ditambang baru terdapat di Irian
Jaya, diusahakan dengan modal Jepang dan Amerika. Bijih tembaga tersebut
diolah di pabrik (di Kota Tembagapura) yang didirikan pada ketinggian 2.600 m
dan menghasilkan konsentrat dengan kadar 26%. Konsentrat itu diangkut ke
pelabuhan dekat muara Sungai Tipuka dengan saluran pipa yang panjangnya 100
km. Tembaga banyak diekspor ke Jepang.
8) Emas dan Perak
Tambang emas dan perak terdapat di Rejang Lebong (Bengkulu) dan Banten
Selatan (Jawa Barat). Penambangannya dilakukan oleh PN Aneka Tambang di
Cikotok, kemudian diangkut ke Jakarta, dan diolah oleh PN Logam Mulia
menjadi emas/perak batang.
b. Pertambangan yang Menghasilkan Energi
Pertambangan ini terdapat pada minyak bumi, gas alam, dan batu bara.
1) Minyak Bumi
Minyak bumi menurut Sujiran Resosudarmo terjadi dari plankton atau
mikroorganisme yang tertimbun berjuta-juta tahun di dasar laut. Hal ini terjadi
karena penguraian secara kimia yang tidak sempurna. Mikro organisme yang
banyak mengandung lemak berubah menjadi lumpur busuk yang berada di antara
lapisan pasir dan tanah kedap yang disebut sapropelium. Akibat tekanan yang
semakin besar dan temperatur yang semakin tinggi maka sapropelium berubah
menjadi minyak bumi. Pertambangan minyak bumi di Indonesia ditangani oleh
Per tamina, yang dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasinya meng adakan
perjanjian kerja sama bagi hasil dengan sejumlah besar perusahaan asing.
Daerah-daerah minyak bumi di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a) Jawa: daerah Delta Sungai Brantas, Cepu, dan Jatibarang, pabrik penyulingan
di Wonokromo dan Cepu.
b) Sumatera: terdapat di Peureula - Langkat, Dataran Riau (sekitar Pekanbaru),
Jambi, dan Palembang, pabrik penyulingannya di Pangkalan Brandan, Dumai,
Plaju, dan Sungai Gerong.
c) Kalimantan: terdapat di Pulau Bunyu dan Tarakan, sekitar Sungai Mahakam,
pabrik penyulingannya di Balikpapan.
d) Maluku/Seram: di Bula.
e) Irian Jaya: terdapat di Sorong dan Babo.
f) Lepas pantai: lepas pantai sebelah timur Balikpapan (Ataka), lepas pantai Aceh
Timur, Laut Jawa (Shinta dan Arjuna), dan lepas pantai Sumatera bagian tenggara
(Zeida dan Cita).
2) Gas Alam
Gas alam dapat ditemukan bersama-sama dengan minyak bumi. Gas alam
didapatkan di lapangan minyak Arun (Aceh), Badak (di Bontang, Kalimantan
Timur), dan di Kepulauan Natuna. Sesudah dicairkan disebut LPG (Liquid
Petroleum Gas) dan LNG (Liquid Natural Gas) yang kemudian diekspor ke
Jepang, USA, dan Singapura.
3) Batu Bara
Batu bara Indonesia menurut Sujiran Resosudarmo terbentuk pada zaman tertier.
Batu bara terjadi dari tumbuh-tumbuhan yang tertimbun di dalam tanah selama
berjuta-juta tahun. Semakin tuaumur batu bara kadar bakarnya juga semakin
tinggi. Batu bara yang terbentuk pada zaman karbon merupakan batu bara yang
bermutu tinggi, sedangkan yang terbentuk pada zaman tertier mutunya kurang
baik dan disebut batu bara muda.
Daerah-daerah pertambangan batu bara di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
a) Pertambangan Bukit Asam (Sumatera Selatan), di sepanjang Sungai Lematang,
Pusatnya Tanjung Enim.
b) Pertambangan Umbilin (Sumatera Barat) dengan pusatnya di Sawahlunto.
Cadangan batu bara ditemukan pula di Sungai Berau (Kali man tan Timur), Pulau
Laut, Lampung, dan muara Bungo (Jambi).
c. Pertambangan Mineral Industri
Macam-macam pertambangan mineral industri di antaranya sebagai berikut.
1) Batu kapur,
terdapat pada pegunungan kapur di Pulau Jawa, Sumatera Utara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali bagian selatan, dan Irian Jaya bagian selatan.
Batu kapur juga dapat diambil dari batubatu karang di dasar laut dangkal di dekat
pantai. Cara pengambilan batu kapur dan karang pantai digali, kemudian diangkut
hasilnya. Batu kapur yang digunakan sebagai bahan bangunan harus dibakar lebih
dahulu.
2) Yodium
terdapat di dekat Mojokerto dan Semarang.
3) Belerang
terdapat di Gunung Welirang (Jawa Timur) dan Gunung Patuha (Jawa Barat).
4) Tanah liat,
yaitu tanah yang banyak mengandung liat (65%). Butirbutirnya sangat halus
sehingga rapat dan sulit merembeskan air. Tanah ini banyak terdapat di dataran
rendah di Pulau Jawa dan Sumatera.
5) Kaolin
terdapat di Bangka, Belitung, dan Sulawesi utara. Hasil tambang ini diolah dalam
industri keramik di beberapa kota.
6) Pasir Kuarsa
Tempat-tempat penggalian pasir kuarsa terdapat di Bangka, Belitung, dan Jawa
timur (Madura). Pasir kuarsa diolah lebih lanjut di pabrik-pabrik untuk bahan
membuat kaca, piring, dan gelas.
7) Batu Granit
Batu granit terdapat dan diolah di Pulau Karimun (Riau), kemudian diangkut ke
Dumai dan Pulau Batam.
BAB VII
PEMASARAN
Pemasaran Batubara
Perkembangan Produksi
Perkembangan produksi batubara selama 13 tahun terakhir telah menunjukkan
peningkatan yang cukup pesat, dengan kenaikan produksi rata-rata 15,68%
pertahun. Tampak pada tahun 1992, produksi batubara sudah mencapai 22,951
juta ton dan selanjutnya pada tahun 2005 produksi batubara nasional telah
mencapai 151,594 juta ton.
Perusahaan pemegang PKP2B merupakan produsen batubara terbesar, yaitu
sekitar 87,79 % dari jumlah produksi batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang
KP sebesar 6,52 % dan BUMN sebesar 5,68 %.
Perkembangan produksi batubara nasional tersebut tentunya tidak terlepas dari
permintaan dalam negeri (domestik) dan luar negeri (ekspor) yang terus
meningkat setiap tahunnya. Sebagian besar produksi tersebut untuk memenuhi
permintaan luar negeri, yaitu rata-rata 72,11%, dan sisanya 27,89% untuk
memenuhi permintaan dalam negeri (Gambar 4.1).
Perkembangan Konsumsi Dalam Negeri
Pemanfaatan batubara di dalam negeri meliputi penggunaan di PLTU, industri
semen, industri kertas, industri tekstil, industri metalurgi, dan industri lainnya
(Tabel 4.1).
1. PLTU
PLTU merupakan industri yang paling banyak menggunakan batubara. Tercatat
dari seluruh konsumsi batubara dalam negeri pada tahun 2005 sebesar 35,342 juta
ton, 71,11% di antaranya
digunakan oleh PLTU. Hingga saat ini, PLTU berbahan bakar batubara, baik milk
PLN maupun yangdikelola swasta, ada 9 PLTU, dengan total kapasitas saat ini
sebesar 7.550 MW dan mengkonsumsibatubara sekitar 25,1 juta ton per tahun.
Berdasarkan data dalam kurun waktu 1998-2005, Penggunaan batubara di PLTU
untuk setiap tahunnya meningkat rata-rata 13,00%. Hal tersebut sejalan dengan
penambahan PLTU baru sebagai dampak permintaan listrik yang terus meningkat
rata-rata 7,67% per tahun.
Namun demikian, sejak tahun 2003 krisis energi listrik nasional sudah mulai
terasa sebagai dampak dari ketidakseimbangan antara penyediaan dan permintaan.
Dalam upaya mengantisipasi kekurangan listrik dan untuk meningkatkan efisiensi
pemakaian BBM secara nasional, pemerintah merencanakan percepatan
pembangunan PLTU berbahan bakar listrik 10.000 MW hingga akhir 2009.
2. Industri Semen
Selama delapan tahun terakhir ini, perkembangan pemakaian batubara pada
industri semen berfluktuasi. Antara tahun 1998-2001, pemakaian batubara rata-
rata naik sangat signifikan, yaitu 64,03%, namun pada tahun 2002 dan 2003
sempat mengalami penurunan hingga 7,59%.
Memasuki tahun 2004, kebutuhan batubara pada industri semen mengalami
perubahan yang positif, yaitu 19,78% seiring perkembangan ekonomi yang mulai
membaik di dalam negeri. Tahun 2005, tercatat sekitar 17,04% kebutuhan
batubara dalam negeri digunakan oleh industri semen atau 5,77 juta ton.
3. Industri Tekstil
Industri tekstil memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar
minyak (BBM), oleh karena itu dengan melambungnya harga BBM, banyak yang
beralih ke bahan bakar ke batubara, walaupun harus melakukan modifikasi
terhadap boiler atau mengganti boiler yang baru berbahan bakar batubara.
Pada tahun 2003 jumlah perusahaan tekstil yang menggunakan bahan bakar
batubara hanya 18 perusahaan saja, namun pada tahun 2006 sudah bertambah
menjadi 224 perusahaan tersebar di
Pulau Jawa terutama di Propinsi Jawa Barat. Kebutuhan batubaranya pun
meningkat sangat signifikan, yaitu dari 274.150 ton pada tahun 2003 naik menjadi
3,07 juta ton pada tahun 2006.
4. Industri Kertas
Seperti halnya pada perusahaan tekstil, batubara dalam industri kertas digunakan
sebagai bahan bakar dimana energi panas yang dihasilkan digunakan untuk
memasak air pada boiler sehingga menghasilkan uap yang diperlukan untuk
memasak pulp (bubur kertas).
Perkembangan pemakaian batubara pada industri kertas selama kurun waktu
1998-2005 naik sangat signifikan, rata-rata 42,36%. Namun untuk waktu
mendatang diperkirakan perkembangannya akan stabil pada kisaran 3,0 – 6,0 %
per tahun. Pada tahun 2005, jumlah kebutuhan batubara untuk industri ini
mencapai sekitar 2,207 juta ton.
5. Industri Metalurgi dan Industri Lainnya
Perkembangan kebutuhan batubara oleh industri metalurgi berfluktuasi, namun
ada trend perkembangan yang meningkat sejalan dengan kondisi produksi
perusahaan yang mengalami turun naik. Tahun 1998 tercatat 144,907 ribu ton,
meningkat hingga mencapai 236,802 ribu ton pada tahun 2002, namun kemudian
menurun hingga 112,827 ribu ton tahun 2005.
Di samping industri metalurgi, masih banyak industri lainnya yang menggunakan
batubara sebagai bahan bakar dalam mendukung proses produksinya, antara lain
industri makanan, kimia, pengecoran logam, karet ban, dan lainnya. Di Propinsi
Banten dan Jawa Barat ada 21
perusahaan yang telah menggunakan batubara dengan total kebutuhan
diperkirakan mencapai 416.708 ton untuk tahun 2005.
6. Briket Batubara
Dari data tahun 1998 – 2005, perkembangan briket batubara berfluktuatif, namun
cenderung ada peningkatan. Konsumsi terendah sebesar 23.506 ton pada tahun
2004 dan tertinggi pada mencapai 38.302 ton tahun 1999. Pada sisi lain potensi
konsumsi BBM yang dapat disubstitusi briket batubara untuk IKM dan
rumahtangga sebesar 12,32 juta ton, dan jumlah optimisnya sebesar 1,3 juta ton
per tahun atau ekivalen dengan 936.000 kilo liter minyak tanah per tahun. Kondisi
pasar akan menentukan bagaimana prospek perbriketan batubara di Indonesia
sebagai bahan alternative substitusi minyak tanah khususnya, bersama-masa
dengan energi alternative lainnya seperti bahan bakar nabati (biofuel) dan LPG.
7. Upgrading Brown Coal, Gasifikasi, dan Pencairan Batubara
Terkait dengan upaya ketahanan bauran energi nasional, adalah pengembangan
teknologi batubara, dimana skala pilot plantnya dikembangkan oleh Puslitbang
Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA) meliputi antara lain upgrading brown
coal (UBC), gasifikasi, dan pencairan batubara. Direncanakan tidak lama lagi
akan dirintis ke arah demo plant sebelum skala komersialisasi.
8. Perkembangan Ekspor
Kebutuhan batubara dunia saat ini ternyata meningkat sangat cepat, antara lain
dipicu oleh booming harga dan semakin banyaknya pembangunan PLTU di luar
negeri yang menggunakan bahan bakar batubara, serta kran ekspor China ditutup.
Hal ini yang mengantarkan Indonesia sebagai pemasok (eksportir) terbesar pada
tahun ini menyaingi Australia dan Afrika Selatan.
Ekspor batubara Indonesia pada tahun 1992 hanya sebesar 16,288 juta ton,
sedangkan pada tahun 2005 tercatat sebesar 106,767 juta ton. Ini berarti volume
ekspor rata-rata naik sebesar 16,00%. Perusahaan pemegang PKP2B merupakan
eksportir batubara terbesar, yaitu sekitar 95,36% dari jumlah ekspor batubara
Indonesia, diikuti oleh pemegang BUMN sebesar 2,52% dan KP sebesar 2,12%.
DAFTAR PUSTAKA
http://geology.com/minerals/hornblende.shtml
sumber : http://tambangunsri.blogspot.com/2011/08/tambang-terbuka-surface-
mining.html
buku petunjuk praktikum Petrologi UPN jurusan Geologi
http://apitnoparagon.wordpress.com/2010/01/21/deret-reaksi-bowen-bowens-
reaction-series/.
Kraus, A.H., Hunt, W.F., and Ramsdeli, L.S. 1951. Mineralogy An Introduction to
the Study of Minerals and Crystal. New York: McGraw-Hill Book
Company, Inc.
Dosen dan staff asisten laboratorium bahan galian. 2007. Buku Panduan
Praktikum Kristalografi dan Mineralogi. Teknik Geologi FT UGM:
Yogyakarta. Tidak dipublikasikan
http://anakgeotoba.blogspot.com/2010/04/klasifikasi-mineral.html
http://www.galleries.com/minerals/by_class.htm
http://geology.com/minerals/ .html
http://saia-najla.blogspot.com/2009/06/mineral-penggolongan-mineral.html
http://www.wikipedia.org