tugas om ( penyakit mulut)
DESCRIPTION
TUGAS PENYAKIT MULUTPenyakit dalam Rongga Mulut yang Disebabkan oleh Jamur,Bakteri ,dan VirusTRANSCRIPT
TUGAS PENYAKIT MULUTPenyakit dalam Rongga Mulut yang Disebabkan oleh Jamur,Bakteri ,dan Virus
OLEH
KELOMPOK 4
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2014
NAMA KELOMPOK
1. Nasaria Yulianti Neno ( 057/G/12)
2. Poppy Ranteg ( 059/G/12)
3. Gemita Arum De’Caecaraya ( 060/G/12)
4. I Putu Arna Suputra ( 061/G/12)
5. Komang Hari Atmaja ( 062/G/12)
6. Gst. Ayu Maya Monita Sari ( 063/G/12)
7. Ni Luh Irma Surphaningsih ( 064/G/12)
8. Ade Ratu Mas Saraswati ( 065/G/12)
9. Bayu Prayoga Deta Putra ( 066/G/12)
10. I Ketut Aditya Ariawan ( 067/G/12)
11. Ni Luh Putu Mirah Reistriana Sari ( 068/G/12)
12. I Kadek Hadi Yudikayana ( 069/G/12)
13. Gusti Ngurah Alit Arthana ( 070/G/12)
14.Ni Putu Mega Astiti Pramesti ( 071/G/12)
15. Kadek Ayu Diana Wati ( 072/G/12)
16. Putu Sarasti Armidita ( 073/G/12)
17. Dyah Hapsari Dwi Kusuma Wardani ( 074/G/12)
18. Lalu Sesar Indra Pradana ( 075/G/12 )
19. I.G.N Rizky Prayudi ( 076/G/12)
Kata Pengantar
Om Swastyastu,
Kata yang terucap pertama kali ketika penulis menyelesaikan makalah ini adalah puji syukur
penulis panjatkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, nikmat, dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan Makalah dengan judul “Penyakit dalam Rongga Mulut yang Disebabkan oleh Jamur,
Bakteri, dan Virus”
Dalam penulisan Makalah ini tentu memiliki tujuan yaitu untuk membimbing para
mahasiswa agar dapat mengeksplorasi wawasanya pada materi tentang Penyakit dalam Rongga
Mulut yang Disebabkan oleh Jamur, Bakteri, dan Virus tersebut. Di dalam penulisan Makalah
tersebut ternyata penulis mendapat banyak bantuan baik dari segi moril, meteriil dan spiritual
dari berbagai pihak, untuk itulah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drg. IGN Putra Darmawan, Sp.PM selaku pembimbing,
2. Dan anggota kelompok yang saling membantu satu sama lain dalam penyusunan Makalah
ini.
Besar keinginan penulis semoga Makalah ini menjadi hal yang bermanfaat bagi para
pembaca khusunya para teman-teman mahasiswa dan adik kelas dan semoga juga dapat
dijadikan sebagai referensi untuk menunjang proses belajar-mengajar.
Denpasar, 25 Nopember 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rongga mulut merupakan tempat yang dihuni oleh berbagai mikroflora komensal, baik itu
bakteri, virus, dan mikoplasma komensal maupun jamur.mikroflora-mikroflora tersebut bersifat
opportunistik, yaitu flora normal yang tidak bersifat patogen pada sel atau jaringan di rongga
mulut selama sistem pertahanan tubuh seseorang masih normal. Namun rongga mulut juga
merupakan tempat atau jalan masuk bagi mikoorganisme-mikroorganisme dari lingkungan luar
baik itu mikroorganisme non patogen maupun mikroorganisme patogen. Karena merupakan
tempat masuk tersebut maka rongga mulut rentan sekali terinfeksi oleh mikroorganisme-
mikroorganisme tersebut, baik infeksi langsung pada jaringan rongga mulut maupun infeksi di
jaringan lain namun dapat bermanifestasi di rongga mulut diantaranya yaitu penyakit yang
umumnya terjadi di genital namun dapat bermanifestasi di oral. Dalam rongga mulut jamur
Kandida dapat melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah, dan daerah palatum.
Selain Kandida Albikan ada 10 jenis spesies Kandida lainnya yang ditemukan diantaranya
C.tropicalis, C.parapsilosis, C.krusei, C. kefyr, C. glebrata, C. guilliermondii, C.
pseudotropicalis, C. lusitaniae, C. stellatoidea, dan C.dubliniensis, dengan C. albikan yang
paling dominan dijumpai dan paling berperan dalam menimbulkan kandidiasis oral. Bakteria
endogenous terutama terlibat dalam dua penyakit manusia yang paling umum yaitu penyakit periodontal
dan karies gigi.Walaupun jarang, kondisi-kondisi menular seperti tuberculosis, gonore, serta sifilis dapat
menimbulkan pengaruh pada mukosa mulut sehingga dirasakan sangat penting untuk dikenali. Banyak
virus dapat menimbulkan penyakit oral dan perioral. Berjenis-jenis virus , seperti kelompok herpes,
menimbulkan erosi atau ulserasi, tetapi jenis lainnya, seperti misalnya virus papilloma manusia dapat
menimbulkan pertumbuhan mukosa yang berlebihan. Riset-riset mutakhir ditunjukan untuk mengetahui
peranan virus dalam menimbulkan berbagai penyakit, termasuk lichen planus dan karsinoma sel
skuamosa.Paramiksovirus dan virus epstain-barr telah dinyatakan terlibat dalam terjadinya kelainan
kelenjar saliva. Virus Kelompok Herpes Virus kelompok ini, yang terdiri atas herpes simpleks tipe I,
Herpes simplek tipe II, Varicella zoster, Virus Epstein-barr dan sitomegalovirus, bertanggung jawab atas
sebagian besar lesi mukosa mulut yang disebabkan oleh virus. Untuk itu, perlu diketahui bagaimana
etiologi suatu penyakit, diagnosa, dan penatalaksaanaannya.
2. Rumusan Masalah
a. Apa saja penyakit yang ada di dalam rongga mulut yang disebabkan oleh jamur dan
bagaimana terapinya ?
b. Apa saja penyakit yang ada di dalam rongga mulut yang disebabkan oleh bakteri dan
bagaimana terapinya ?
c. Apa saja penyakit yang ada di dalam rongga mulut yang disebabkan oleh virus dan
bagaimana terapinya ?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa saja yang ada di dalam rongga mulut yang disebabkan oleh
jamur dan bagaimana terapinya
b. Untuk mengetahui apa saja penyakit yang ada di dalam rongga mulut yang disebabkan
oleh jamur dan bagaimana terapinya
c. Untuk mengetahui apa saja penyakit yang ada di dalam rongga mulut yang disebabkan
oleh jamur dan bagaimana terapinya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit dalam Rongga Mulut yang Disebabkan oleh Jamur
1. Kandidiasis Oral
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi dalam rongga mulut yang disebakan oleh jamur
Kandida.Jamur Kandida sebenarnya merupakan flora normal pada rongga mulut, namun
berbagai faktor seperti adanya gangguan sistem imun maupun penggunaan obat-obatan seperti
obat antibiotik dan steroid dapat menyebabkan flora normal menjadi patogen.Kandidiasis oral
merupakan infeksi opurtunistik pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan
berlebihan dari jamur Kandida, terutama Kandida Albikan.Kandida merupakan flora normal
yang banyak ditemukan di dalam rongga mulut dan mukosa vagina.Dalam rongga mulut jamur
Kandida dapat melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah, dan daerah palatum.
Selain Kandida Albikan ada 10 jenis spesies Kandida lainnya yang ditemukan diantaranya
C.tropicalis, C.parapsilosis, C.krusei, C. kefyr, C. glebrata, C. guilliermondii, C.
pseudotropicalis, C. lusitaniae, C. stellatoidea, dan C.dubliniensis, dengan C. albikan yang
paling dominan dijumpai dan paling berperan dalam menimbulkan kandidiasis oral. Kandidiasis
oral dapat menyerang semua usia, baik usia tua maupun usia muda dan pada penderita defisiensi
imun seperti AIDS. Pada pasien HIV/AIDS, Kandida Albicans ditemukan paling banyak yaitu 95
%.
Klasifikasi Kandidiasis Oral
a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut ( Oral Thrush )
Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning- kuningan pada
permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan
meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut berisi
netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa.Pada penderita AIDS
biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam
sampai ke lapisan basal. Penyakit rongga mulut ini ditandai dengan lesi-lesi yang bervariasi
yaitu, lunak, gumpalan berupa bongkahan putih, difus, seperti beludru yang dapat dihapus atau
diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasar, dan berdarah, dapat berupa bercak putih
dengan putih merah terutama pada bagian dalam pipi, palatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita
penyakit ini biasanya mempunyai keluhan terasa terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah
yang terkena.
Diagnosis
Hapusan harus diambil dan diwarnai (pewarnaan gram atau reagen acid-schiff periodik) untuk
menunjukan sejumblah besar hipe jamur atau blastospor . Usapan atau swab dan kumur kumur
harus dilakukan dan dikrim untuk pemeriksaan kultur .
Penatalaksanaan
Terapi polyene secara topical harus membawa kesembuhan dalam waktu 7- 10 hari . Pengobatan
harus dilanjutkan selama 2 minggu setelah penyembuhan klinis , yang dalam istilah klinis berarti
aplikasi selama 4 minggu .
b. Kronis atrofik kandidiasis
Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”. Mukosa palatum maupun
mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai
bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi tiruan
terutama pada wanita tua yang sering memakai gigi tiruan pada waktu tidur.
Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus,
terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau seluruh
permukaan palatum tersebut (15%-65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular.
Diagnosis
Hapusan serta usapan secara terpisah harus diambil dari daerah-daerah mukosa yang terkena
serta permukaan geligi tiruan. Dari pemeriksaaan akan terlihat berbagai bentuk jamur bersamaan
dengan adanya leukosit di mana-mana. Selain usapan, air bekas kumur-kumur juga harus dikirim
ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur.
Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan bahan polyene antijamur secara topikal diberikan tiap 6 jam setiap
4 minggu. Pada kasus ini kebersihan gigi geligig tiruan merupakan hal penting. Oleh karena itu,
para penderita harus dianjurkan untuk merendam gigi palsunya di larutan hipoklorit semalaman
untuk menghindari setiap kemungkinan pertumbuhan jamur. Pasien yang geligi tiruan atasnya
terbuat dari krom kobalt harus merendamnya semalaman dalam larutan klor heksidin 0,2 %.
c. Akut atrofik kandidiasis
Akut atrofik kandidiasis disebut juga antibiotik sore mouth.Secara klinis permukaan
mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa kecap
berkurang.Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama pengobatan atau
sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat
besi.
Diagnosis
Hapusan ,usapan kumur-kumur ,dan pemeriksaan kultur harus dilakukan.
Penatalaksanaan
Terapi polyene secara topikal harus diberikan selama 4 minggu. Terapi antibiotik harus dihindari, penderita dengan terapi steroid secara inhalasi harus dianjurkan untuk berkumur-kumur dengan air sesudah terapi inhalasi untuk mengurangi jumlah steroid di dalam rongga mulut.
d. Angular cheilitis
Angular Cheilits disebut juga perleche, terjadinya diduga berhubungan dengan denture
stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti
defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi.
Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi inflamasi pada sudut mulut
(commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau berfissure.
Diagnosis
Hapusan dan usapan secara terpisah harus dilakukan untuk tiap sudut mulut, setiap anterior
nares, Palatum, dan permukaan geligi tiruan atas yang berkontak dengan palatum. Bekas kumur-
kumur juga harus dikirim untuk pemeriksaan kultur.
Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan pembasmian indikasi Candida kronis. Oleh karena itu penderita
harus diberi bahan polyene anti jamur secara topikal ( setiap 6 jam selama 4 minggu dan
dianjurkan untuk memperhatikan kebersihan geligi tiruannya. Bila hanya staphylokokkus yang
terisolasi dari kedua sudut mulut dan nares anterior maka asam fucidic atau cream mupirocin
bisa diberikan sebanyak 2 tube untuk diberikan setiap 6 jam selama 4 minggu, dengan instruksi
agar 1 tube digunakan untuk kedua sudut mulut, sementara tube yang lain untuk nares anterior.
Mikosis Lainnya Sejumlah bentuk mikosis sistemik yang langka dapat pula menimbulkan lesi
orofasial. kondisi semacam ini meliputi parakokidiodomikosis, histoplasmosis, dan
mukokormikosis.
B. Penyakit dalam Rongga Mulut yang disebabkan oleh bakteri
Bakteria endogenous terutama terlibat dalam dua penyakit manusia yang paling umum yaitu penyakit
periodontal dan karies gigi.Walaupun jarang, kondisi-kondisi menular seperti tuberculosis, gonore, serta
sifilis dapat menimbulkan pengaruh pada mukosa mulut sehingga dirasakan sangat penting untuk
dikenali.
a.Tuberkulosis
Dahulu, infeksi sekunder mukosa mulut yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang terdapat
dalam dahak penderita tuberculosis pulmoner aktif merupakan hal biasa dan umum. Tapi tuberculosis oral
dewasa ini sudah jarang terjadi di Eropa dan Amerika utara, walaupun ada kenaikan insidens penderita
AIDS. Lesi intraoral biasanya terbentuk pada permukaan dorsal lidah tetapi dapat juga terjadi pada tempat
lain.
Diagnosis
Biopsi mukosa harus dilakukan dan diperiksa untuk melihat adanya folikel tuberkel. Pewarnaan Ziehl-
Neelsen memperlihatkan adanya tubercle bacilli, tetapi hal ini tidak multak dan karena itu sebagian dari
biopsy harus dikirim untuk kultur mikrobiologi. Laboratorium harus diberitahu akan adannya kecurigaan
terhadap tuberculosis karena dibutuhkan media khusus (Lowenstein-jensen’s) serta inkubasi jangka
panjang(2 – 3 bulan) untuk mengisolasi organisme. Tes mantoux harus positif sebagai akibat infeksi
tertentu.
Penatalaksanaan
Pengobatan lokal tidak diperlukan karena lesi oral akan hilang dengan kemoterapi sistemik seperti
rifampicin,isoniazid, atau ethambutol.
b.Gonore
Penyakit kelamin yang menular ini di beberapa Negara telah mencapai taraf epidemic dan kelibatan
rongga mulut sudah terdiagnosis sebagai akibat seksualitas yang meningkat diantara orang dewasa
terutama pada pria homoseksual.Lesi biasanya menunjukan adanya infeksi primer dan terjadi sebagai
akibat kontak orogenitel.Penderita mengeluh tentang rasa sakit pada mukosa mulut diiringi dengan
terjadinya perubahan pengecapan, halitosis, serta limfadenopati.Pemeriksaan klinia menunjukan tanda-
tanda yang bervariasi, termasuk eritema, edema, ulserasi, dan pseudomembran, terutama di daerah tonsil
serta orofaring.
Diagnosis
Hapusan lesi harus ditanam dalam medium stewart dan segera dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
mikroskopis serta kultur.
Penatalaksanaan
Pengobatan gonore disebabkan pada pemberian antibiotic secara sistematis, dengan procaine penicilin
sebagai pilihan utama, yang dapat diberikan secara intramuscular atau oral dengan kombinasi probenecid.
c.Sifilis
Walaupun lesi primer dari penyakit kelamin ini umumnya terjadi di daerah genitalia, dapat juga
dijumpai pada bibir atau mukosa mulut sebagai akibat kontak orogenital.
Sifilis dapat menjadi laten dan menimbulkan lesi tersier beberapa tahun setelah infeksi pertama.
Untunglah, sekarang ini lesi sifilis tersier jarang sekali dijumpai di Ingris, berkat pengobatan suskes pada
stadium-stadium awal.Dua lesi yang dikenali sebagai tanda sifilis tersier adalah gumma di langit-langit,
serta leukoplakia pada permukaan dorsal lidah.
Diagnosis
Diagnosis terdukung bila hapusan (smear) yang diambildari lesi primer atau skunder (diperiksa dengan
mikroskop lapangan gelap) menunjukan spirochaeta dalam berbagai ukuran dan treponema pallidum yang
berbentuk khas. Meskipun demikian, pemeriksaan serologis (sample 10 ml) merupakan cara
mendiagnosis sifilis yang paling dapat diandalkan sejak stadium akhir infeksi primer karena treponema
pallidum tidak dapat dikultur invitro secara rutin. Tes laboratorium untuk penyakit kelamin(VDRL),
seperti hemaglutinasi treponema pallidum(TPHA) serta tes antibody treponema yang terabsorbsi dan
berfluoresensi(FTA abs) harus dilakukan.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling efektif untuk setiap stadium sifilis adalah dengan procaine penicilin.Pasien harus
terus dipantau selama minimul 2 tahun dan pemeriksaan serologis harus diulangi setiap periode tertentu.
C. Penyakit dalam Rongga Mulut yang Disebabkan oleh Virus
Banyak virus dapat menimbulkan penyakit oral dan perioral. Berjenis-jenis virus , seperti kelompok
herpes, menimbulkan erosi atau ulserasi, tetapi jenis lainnya, seperti misalnya virus papilloma manusia
dapat menimbulkan pertumbuhan mukosa yang berlebihan. Riset-riset mutakhir ditunjukan untuk
mengetahui peranan virus dalam menimbulkan berbagai penyakit, termasuk lichen planus dan karsinoma
sel skuamosa.Paramiksovirus dan virus epstain-barr telah dinyatakan terlibat dalam terjadinya kelainan
kelenjar saliva.
Virus Kelompok Herpes Virus kelompok ini, yang terdiri atas herpes simpleks tipe I, Herpes simplek tipe
II, Varicella zoster, Virus Epstein-barr dan sitomegalovirus, bertanggung jawab atas sebagian besar lesi
mukosa mulut yang disebabkan oleh virus.
a.Gingivostomatitis herpetic primer
Gingivostomatitis herpetic primer merupakan salah satu virus yang dikenal sering menimbulkan infeksi
dalam rongga mulut. Kondisi ini secara tradisional bertalian dengan timbulnya infeksi virus herpes
simpleks tipe 1 , tetapi sekarang diketahui bahwa herpes simpleks tipe 2 yang dahulu hanya diasosiasikan
dengan lesi herpetic genital, mungkin juga terlibat. Keparahan gejala-gejala klinis bervariasi dan ada
kemungkinan bahwa sebagian besar infeksi primer terjadi tanpa diketahui atau dianggap sebagai
pertumbuhan gigi (teething) pada masa kanak-kanak. Meskipun demikian , virus ini memperlihatkan
gejala –gejala penting seperti ulcerasi oral, lidah berselaput, demam, dan limfadenopati cervical.
Diagnosis
Tanda-tanda klinis biasanya sudah dapat menunjukan diagnosisnya , tetapi konfirmasi dapat diperoleh
dengan adanya peningkatan 4 kali lipat dari titer antibody serologi atau isolasi virus pada kultur jaringan
kotak peralatan klinis, yang didasarkan pada penggunaan imunofloresen, akhir-akhir ini biasa di dapatkan
dengan mudah dan peralatan ini bias dengan cepat mendeteksi adanya virus herpes simpleks .
Penatalaksanaan
Pasien dan atau orangtuanya harus diberitahu mengenai kondisi dan sifat menularnya lesi ini .pasien harus
diinstruksikan untuk tidak menyentuh daerah yang terinfeksi pada bibir dan mulut guna mengurangi
resiko penyebaran infeksi ke daerah mulut lainnya. Acyeclovir, sebuah agent antivirus yang efektif
terhadap herpes simpleks, harus diberikan pada kasus yang hebat. Dosis standar adalah tablet 200mg atau
suspense 5ml 5 kali sehari selama 5 hari. Untuk anak-anak dibawah umur 2 tahun dosis yang harus
diberikan adalah setengahnya . Terapi simtomatis tambahan berupa obat kumur dia mengandung
cloreksidine, terapi dengan analgetik , diet lunak dan cair, juga merupakan factor-faktor penting yang
dapat membantu.
b.Varizela Zoster
Infeksi primer oleh virus varisela zoster dapat menimbulkan cacar air , sementara pengaktifan kembali
virus ini dapatmenimbulkan shingles (herper zoster).
Diagnosis
Gambar klinis sering kali begitu karakteristik sehingga diagnosis dapat ditegakkan. Konfirmasi penyakit
ini dapat dilkukan dengan mengisolasi dalam sel kultur atau imunofloresan dari hapusan lesi baru.
Penatalaksanaan
Cacar air biasanya tidak membutuhkan pengobatan, walaupun istirahat dan pengisolasian penderita
dianjurkan selama fase aktif penyakit ini. Sebelum acyclovir ditemukan , pengobatan shingles terbatas
pada terapi antivirus terapi antivirus secara topical atau analgesic untuk mengurangi rasa sakit. idealnya
pengobatan (tablet acyclovir 800mg) , 5 kali sehari selama 7-10 hari) harus diberikan sedini mungkin,
sebaiknya sebelum vesikel terbentuk. Neuralgia pasca herpes bias menjadi masalah bagi penderita, dan
diperkirakan bahwa pemberian acyclovir selama sepuluh hari dapat mencegah terjadinya komplikasi.
c.Sindrom Ramsay-Hunt
Kondisi ini pada umumnya dianggap sebagai infeksi ganglion genukulat yang disebabkan oleh virus
varicella zoster.Sindrom ini terdiri atas kumpulan saraf facial, erupsi vacikuler pada meatus auditorius
eksternous dan ulcerasi mukosa pada orofaring. Disfungsi pendengaran dalam bentuk hiperakusis
merupakan akibat terlibatnya otot stapedeus
Diagnosis
Gambaran klinis biasanya diagnostik
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dilakukan dengan acyclovir selama 10 hari penuh untuk herpes zoster dan steroid secara
sistemis. Kehati-hatian yang harus diperhatikan dalam pemberian steroid secara sistemis juga berlaku
disini dalam praktik , dosis tinggi prednisolone dalam batas yang bias dipertanggung jawabkan (sampai
40 mg sehari dengan dosis yang makin rendah setelah 3 minggu) diberikanan untuk menyembuhkan
kelumpuhan saraf faciel
d.Infeksi Virus Coxsackie
Virus coxsackie dibagi dalam golongan A dan Golongan B. Beberapa virus dapat menimbulkan kondisi
orafasial yang disertai rasa sakit,termasuk penyakit pada kaki,tangan dan mulut serta herpangina.Penyakit
pada tangan,kaki, dan mulut biasanya disebabkan oleh virus coxsackie A16 tetapi dapat juga disebabkan
oleh infeksi tipe A4 , A5,A9 dan A10. Sesuai dengan nama kondisi yang diakibatkanya , distribusi lesi-
lesisangat karaktesistik,termasuk macular dan erupsi vesicular pada tangan,kaki,serta mukosa
faring,palatum lunak,sulkus bukal atau lidah.Gejala biasanya reda setelah 7-10 hari.Lesi kutaneus pada
tangan,kaki,dan mulit bersifat sementara, hanya satu sampek tiga hai dan bias tanpa timbulnya
symptom.Pada penyakit ini hanya sedikit atau tidak ada keterlibatan sistemik.
Diagnosis
Gambaran klinis biasanya diagnostic.Kultur virus untuk infeksi coxsackie belum tersedia secara luas .
Dan oleh karena itu diagnosis didasarkan atas dan atau tidaknya peningkatan kadar antibodo masa
penyembuhan.
Penatalaksanaan
Istirahat dank umur-kumu dengan obat kumur antiseptic.penderita harus dianjurkan untuk banyak minum.
e.Virus Epstein – Bar
Virus Epstein-bar biasanya menimbulkan onfeksi mononucleosis, yang dikarakteristikan oleh pembesaran
kelenjar limfe,demam,serta inflamasi faringeal.Kira-kira 30 pesrsen penderita juga akan -mengalami
purpura atau petechiae di palatum serta ulserasi mukosa.Kadang-kadang dapat timbul perdarahan pada
gusi dan ulserasi yang mirip dengan gingivitis ulcerative akut yang terkrenotisasi.Kondisi ini terutama
terjadi pada anak-anak atau dewasa muda dan diperkirakan transmisinya adalah melalui salifa.
Diagnosis
Pemeriksaan serologis antibody igM terhadap Epstein-Bar virus capcid antigen,tes monospot yang positif
atau tes Pau-Bunnell (David-Son) akan memperkuat diagnosis infeksi mononucleosis.
Penatalaksanaan
Tidak diperlukan pengobatan khusus walaupun perawatan dirumah sakit dibutuhkan pada kasus
mononucleosis infektif yang disertai keterlibatan hati serta limfa.Pemberian penisilin harus dihindari
karena dapat menimbulkan ruam kulit yang eritematus.
Lampiran Gambar
Kandidiasis psuodomembranosus akut Kandidiasis oral
Herpetic primer gingivostomatitis
Akut Atrofik Kandidiasis
Varisella Zoster
Kandidiasis Hiperplastik Kronis
Epstein Bar
RamSay Hunt Epstein
Sifilis Mulut Gonore Mulut
Herpes Mulut Virus Coxsackie
BAB III Tuberkulosa
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Penyakit dalam rongga mulut dapat disebabkan oleh jamur,bakteri,dan virus. Penyakit dalam rongga mulut yang disebabkan oleh jamur adalah kandidiasis oral, dimana memiliki klasifikasi sebagai berikut Kandidiasis pseudomembranosus akut ( oral thrush ), kronis atrofik kandidiasis, akut atrofik kandidiasis, dan angular cheilitis. Sedangkan penyakit dalam rongga mulut yang disebabkan oleh bakteri adalah gonore, sifilis, dan tuberculosis. Sedangkan penyakit dalam rongga mulut yang disebabkan oleh virus antara lain gingivostomatitis herpetic primer, Epstein Bar, Ramsay Hunt, Varisella Zoster, Virus Coxsackie.
Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penganan atau terapi penyakit-penyakit rongga mulut diatas. Persamaannya ialah semua kasus penyakit mulut walaupun berbeda etiologi penanganan pertamanya dengan menghilangkan simptomatis. Perbedaannya pada penanganan selanjutnya, hal ini berdasarkan etiologi dari penyakit mulut tersebut. Jika disebbakan oleh bakteri maka diberikan antibiotic seperti amoxicillin, jika disebabkan oleh virus maka diberikan antivirus seperti acyclovir, sedangkan jika disebabkan oleh jamur maka diberikan antijamur seperti nystatin.
DAFTAR PUSTAKA
Elly Wiriawan, drg.1994.Tujuan Klinis Penyakit Mulut.Widya Medika:Jakarta
http://klikdokter.com/rubrikspesialis/sex-andrologi/az-pms-penyakit-menular-seks/tandatanda-penyakit-menular-seksual-dalam-rongga-mulut
Sumber gambar : www.google.com