tugas pak steven palilingan

5
Nama : Esra Yandri Sinaga Semester : IV (Empat) NIM : Mata Kuliah : Dogmatika 3 (Doktrin Kristologi dan Pneumatologi) Dosen Pengampu : Dr. Steven Palilingan 1. PANDANGAN TENTANG MENGHUJAT ROH KUDUS Menurut Surip Stanislaus, OFMCap, ketika Ahli-ahli Taurat menuduh Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul itu. Semua karya Yesus dinilainya sebagai manipulasi kekuatan setan. Maka Yesus menjawab: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?" Yesus mengalahkan setan bukan dengan kuasa Pemimpin Setan, tetapi dengan kuasa Roh Allah. Itu berarti bahwa Kerajaan Allah sudah datang. Maka, menilai karya Yesus yang dilakukan-Nya dalam kuasa Roh Kudus itu sebagai tindakan yang memakai kuasa Iblis sama artinya dengan menghujat Roh Kudus. Kata Yunani blasphemia artinya "hujat yang langsung bersangkutan dengan Allah". Hujat artinya kata-kata jahat dan tanpa hormat. Dengan demikian orang menghujat Allah bila dengan sikap permusuhan menghina Allah dan menolak kuasa-Nya. Dosa menghujat Roh Kudus itulah yang tidak akan mendapat ampun. Sebab orang yang menghujat Roh Kudus secara sadar dan sengaja telah menolak karya Roh Allah yang melalui Yesus membawa pengampunan dan penyelamatan. Dengan menghujat Roh Kudus, orang itu sendiri telah menutup jalan untuk memperoleh pengampunan yang disalurkan lewat Yesus. Maka, orang yang secara terang-terangan mengatakan bahwa kuasa Yesus itu berasal dari Iblis, dengan sendirinya ia menghujat Roh Kudus.

Upload: klin3foryou

Post on 07-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ffff

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pak Steven Palilingan

Nama : Esra Yandri Sinaga

Semester : IV (Empat)

NIM :

Mata Kuliah : Dogmatika 3 (Doktrin Kristologi dan Pneumatologi)

Dosen Pengampu : Dr. Steven Palilingan

1. PANDANGAN TENTANG MENGHUJAT ROH KUDUSMenurut Surip Stanislaus, OFMCap, ketika Ahli-ahli Taurat menuduh Yesus mengusir

setan dengan kuasa Beelzebul itu. Semua karya Yesus dinilainya sebagai manipulasi

kekuatan setan. Maka Yesus menjawab: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?" Yesus

mengalahkan setan bukan dengan kuasa Pemimpin Setan, tetapi dengan kuasa Roh Allah. Itu

berarti bahwa Kerajaan Allah sudah datang. Maka, menilai karya Yesus yang dilakukan-Nya

dalam kuasa Roh Kudus itu sebagai tindakan yang memakai kuasa Iblis sama artinya dengan

menghujat Roh Kudus.

Kata Yunani blasphemia artinya "hujat yang langsung bersangkutan dengan Allah".

Hujat artinya kata-kata jahat dan tanpa hormat. Dengan demikian orang menghujat Allah bila

dengan sikap permusuhan menghina Allah dan menolak kuasa-Nya.

Dosa menghujat Roh Kudus itulah yang tidak akan mendapat ampun. Sebab orang yang

menghujat Roh Kudus secara sadar dan sengaja telah menolak karya Roh Allah yang melalui

Yesus membawa pengampunan dan penyelamatan. Dengan menghujat Roh Kudus, orang itu

sendiri telah menutup jalan untuk memperoleh pengampunan yang disalurkan lewat Yesus.

Maka, orang yang secara terang-terangan mengatakan bahwa kuasa Yesus itu berasal dari

Iblis, dengan sendirinya ia menghujat Roh Kudus. Penghujatan terhadap Roh Kudus adalah

sikap anti total akan karya penyelamatan Allah dalam diri' Yesus. Hujat seperti itu akan

selalu melekat pada diri seseorang, sehingga ia berbuat dosa kekal.

Sedangkan berkaitan dengan perlawanan akan Yesus, mungkin orang tidak tahu pasti

bahwa Ia memiliki Roh Allah selagi hidup dan tampil di dunia ini. Bila orang seperti itu

meragukannya, ia masih mungkin mendapat ampun. Sebab "setiap orang yang mengatakan

sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh

Kudus, ia tidak akan diampuni" (Luk 12:10).1

1 Surip Stanislaus OFMCap. Kata-Kata Susah Bertuah. (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 74

Page 2: Tugas Pak Steven Palilingan

2. PANDANGAN TENTANG DIPENUHI ROH KUDUS

Menurut Daniel Lukas Lukito dipenuhi oleh Roh” berarti dikuasai dan didominasi oleh

hadirnya Pribadi dan kuasa Roh dalam diri orang percaya. Bila diperbandingkan dengan

konteks Efesus 5:18, dipenuhi Roh dapat berarti “berada di bawah pengaruh atau kendali”

Roh dalam pengertian yang kontinu dan (bisa) berulang kali (perhatikan bentuk present

imperative passive). Dalam satu kalimat dapat dikatakan bahwa pemenuhan Roh merupakan

suatu tuntutan yang seharusnya ada di dalam diri seorang Kristen secara terus-menerus dan

nyata terlihat dari luar oleh orang lain.

Karena itu, dipenuhi Roh berlainan dengan baptisan Roh, sebab baptisan Roh

berlangsung atau terjadi hanya satu kali, yaitu ketika seseorang menerima Kristus sebagai

Juruselamat. Ia diyakinkan oleh Roh tentang keselamatan, dilahirbarukan, dimeteraikan, dan

dibaptis oleh Roh (bdk. IKor. 12:13). Baru setelah itu orang tersebut bisa atau tidaknya

dipenuhi Roh tergantung pada kadar imannya serta penyerahannya di hadapan Tuhan.

Seorang Kristen yang tidak dipenuhi Roh adalah seorang Kristen yang “kering.” Hal ini

akan terlihat dalam seringnya ia gagal dalam menghadapi pencobaan, tidak nampak buah Roh

(kasih, sukacita, damai sejahtera, . . . penguasaan diri), tidak mampu dan tidak mau bersaksi,

tidak ada kemajuan dalam pelayanan, tidak ada kuasa, dan sebagainya.

Tetapi, sebaliknya, ada satu catatan yang menarik yang dapat dilihat di dalam Alkitab

tentang orang yang dipenuhi Roh, yaitu bahwa orang yang dipenuhi Roh tidak pernah

mengatakan bahwa dirinya dipenuhi Roh. Orang lain yang melihat dan menyaksikan bahwa

ia dipenuhi Roh, mereka menyaksikan ada buah Roh dan buah pelayanan di dalam

kehidupannya. Sebab itu, kepenuhan Roh adalah suatu keharusan, sesuatu yang normal bagi

kehidupan setiap orang Kristen. Kepenuhan Roh tidak boleh dianggap sebagai sesuatu

keanehan, kelainan, sesuatu yang luar biasa, dan hanya sedikit orang saja yang dipenuhi.

Mengapa kepenuhan Roh harus ada pada setiap orang Kristen? Dari Kisah Para Rasul

1:8, kita mendapatkan satu ajaran yang sangat penting, yaitu bahwa kepenuhan Roh

mempunyai tujuan menjadikan murid Tuhan sebagai seseorang yang menjalankan misi Tuhan

dengan kuasa untuk memenangkan jiwa. Bukti yang paling dekat ialah ketika Petrus dan

orang Kristen mula-mula itu dipenuhi Roh mereka langsung menjadi saksi Tuhan yang

berkuasa sehingga hasilnya adalah 3000 orang bertobat (Kis. 2:4,11,41).2

2 Daniel Lukas Lukito, Baptisan dan Kepenuhan Roh (Jurnal Veritas 11/1 April 2010), 106-107

Page 3: Tugas Pak Steven Palilingan

3. PANDANGAN TENTANG BAPTISAN ROH KUDUS

Menurut U. Metzner dan Pdt. H.P.V Renner Ayat-ayat Alkitab paling penting yang

berbicara tentang Baptisan dengan Roh Kudus adalah Markus 1:8 dan Yohanes 1:33 serta

Lukas 3:16 dan Matius 3:11, yang menambahkan kata-kata "dan dengan api". Dalam semua

ayat di atas frasa "baptisan dengan Roh Kudus" digunakan hanya dengan rujukan kepada

Tuhan sendiri, yang akan melakukan baptisan itu kepada murid-murid-Nya.

Nubuat ini, yang diucapkan oleh Yohanes Pembaptis, terpenuhi saat Pentakosta, saat

Roh dicurahkan ke atas para murid Yesus (Kisah Para Rasul 2) dan tidak lama kemudian

pada orang- orang bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 10 dan 11). Saat Tuhan kita membaptis

para murid- Nya dengan Roh Kudus, dengan mengirim Penolong yang dijanjikan itu pada

mereka, la tidak memerintahkan mereka untuk membaptis dengan Roh Kudus, tetapi

"baptislah dalam nama ... Roh Kudus" (Matius 28:19). Roh Kristus, yang dicurahkan saat

Pentakosta, masih dicurahkan dengan berlimpah-limpah pada hari ini, kapan pun dan di mana

pun para murid Kristus membaptis dengan air dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.3

Baptisan ini menurut mereka Jelas tidak alkitabiah, dan karena itu salah, menerima

baptisan yang disebut baptisan dengan Roh Kudus dan sebagai akibatnya membatalkan

baptisan kita yang pertama. Hanya ada satu baptisan (Efesus 4:5) untuk keselamatan kita

(Markus 16:16). Keseluruhan tindakan baptisan itu mencakup Firman, air, penumpangan

tangan, dan karunia Roh Kudus melalui baptisan semacam itu (Kisah Para Rasul 8:12- 17;

9:17, 18, 19:5-6). Namun, urutan tindakan ini dapat bervariasi.

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan, orang-orang Kristen sebaiknya

memakai istilah "baptisan dengan Roh Kudus" hanya bila mengacu pada pemenuhan nubuat

Yohanes, sang penginjil, melalui Yesus saat Penta- kosta, dan bukan saat bicara tentang

baptisan mereka sendiri atau, untuk masalah ini, tentang pengalaman pertobatan khusus yang

telah mereka alami.4

3 Dr. U. Metzner dan Pdt. H.P.V Renner, Penelaahan Alkitab Tentang Hidup Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 9

4 Ibid. 10