tutorial fix l11

62
Skenario D blok 19 tahun 2013 Anamnesis Sarah, 7 years-old girl, borught by her mother to the hospital with complaints of decreased hearing and discharge from her right ear. These complaints happened everytime sarah suffered from cough and runny nose. Her mother said that sarah was only 4 years-old when her right ear excreted fluid for the first time. Physical examination General examanitaion : N = 84 x/m, RR = 20x/menit, temperature = 36,8 o C Ear, nose, throat examination : Otoscopy : Left ear: Auricula : Within normal limit EAC : Within normal limit Tympanic membrane : Normal Right ear : Auricula : Within normal limit EAC : Liquid (+) Tympanic membrane : Central perforation Rhinoscopy : Anterior : hyperemic mucosa, secretion (+) Oropharynx : Normal pharynx, tonsils : T1 – T1, hyperemic, detritus (+) Audiometric Examination :

Upload: restya-fitriani

Post on 01-Sep-2015

91 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Skenario D blok 19 tahun 2013AnamnesisSarah, 7 years-old girl, borught by her mother to the hospital with complaints of decreased hearing and discharge from her right ear. These complaints happened everytime sarah suffered from cough and runny nose. Her mother said that sarah was only 4 years-old when her right ear excreted fluid for the first time.Physical examinationGeneral examanitaion : N = 84 x/m, RR = 20x/menit, temperature = 36,8oCEar, nose, throat examination :Otoscopy :Left ear:Auricula: Within normal limitEAC: Within normal limitTympanic membrane: NormalRight ear :Auricula: Within normal limitEAC: Liquid (+)Tympanic membrane: Central perforationRhinoscopy :Anterior: hyperemic mucosa, secretion (+)Oropharynx :Normal pharynx, tonsils : T1 T1, hyperemic, detritus (+)

Audiometric Examination :Left ear: Frequency:250500100020004000 HzBone conduction:51051010 dBAir conduction:4550454550 dB

Right ear :Frequency:250500100020004000 HzBone conduction:551055 dBAirr conduction:5101055 dB

Klarifikasi istilah:1. Auricula (Pinna): Daun telinga2. Otoscopy: Alat untuk memeriksa atau mengauskultasi telinga3. Tympanic membrane: Partisi tipis antara meatus akustikus eksternus dan telinga bagian dalam4. EAC (External Auricula Canal):Liang telinga luar5. Rhinoscopy: Pemeriksaan hidung dengan spekulum baik melalui nares anterior maupun nasofaring6. Hyperemic mucosa: Pembuluh darah yang melebar pada bagian mukosa7. Orofaring : Bagian faring yang terletak diantara palatum mole dan tepi atas epiglotis8. Tonsil: Massa jaringan yang bulat dan kecil khususnya dari jaringan limfoid, umumnya digunakan tersendiri untuk merujuk pada tonsil palatina9. Detritus: Bahan partikulat yang dihasilkan atau tersisa setelah pengausan atau disentegrasi substansi atau jaringan10. Audiometric Examination: pengukuran ketajaman pendengaran untuk berbagai macam frekuensi gelombang suara11. Bone conduction: Konduksi gelombang bunyi menuju telinga dalam melalui tulang-tulang tengkorak12. Air Conduction: Konduksi gelombang bunyi menuju telinga dalam melalui meatus akustikus eksternus dan telinga tengah13. Central Perforation: Rupturnya membran timpani di bagian sentral dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar

Identifikasi masalah:1. Sarah, 7 years-old girl, borught by her mother to the hospital with complaints of decreased hearing and discharge from her right ear.2. These complaints happened everytime sarah suffered from cough and runny nose.3. Her mother said that sarah was only 4 years-old when her right ear excreted fluid for the first time.4. Physical examinationGeneral examanitaion : N = 84 x/m, RR = 20x/menit, temperature = 36,8oCEar, nose, throat examination :Otoscopy :Left ear:Auricula: Within normal limitEAC: Within normal limitTympanic membrane: NormalRight ear :Auricula: Within normal limitEAC: Liquid (+)Tympanic membrane: Central perforationRhinoscopy :Anterior: hyperemic mucosa, secretion (+)Oropharynx :Normal pharynx, tonsils : T1 T1, hyperemic, detritus (+)5. Audiometric Examination :Left ear: Frequency:250500100020004000 HzBone conduction:51051010 dBAir conduction:4550454550 dB

Right ear :Frequency:250500100020004000 HzBone conduction:551055 dBAirr conduction:5101055 dB

Analisis masalah:Kalimat 11. Jelaskan anatomi THT! (learning issue)2. Jelaskan fisiologi THT! (learning issue)3. Apa etiologi penurunan pendengaran?Jawab:Ada empat tipe gangguan pendengaran, yaitu : 1. gangguan pendengaran sensorineural yang disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya sel saraf (sel rambut) di dalam koklea. 2. Gangguan pendengaran konduktif menunjukkan adanya masalah di telinga luar atau tengah yang menyebabkan tidak terhantarnya bunyi dengan tepat ke telinga dalam. 3. Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan gangguan pendengaran sensorineural dan konduktif. 4. gangguan pendengaran saraf terjadi ketika saraf auditori tidak dapat mengirim sinyal ke otak. Penurunan pendengaran yang disertai pengeluaran pus menunjukkan adanya infeksi yang menyebabkan produksi pus sehingga terjadi gangguan terhadap hantaran bunyi ketelinga dalam. Hal ini basanya terjadi pada penyakit penyakit seperti otitis eksterna atau otitis media.

4. Apa mekanisme penurunan pendengaran pada kasus?Jawab:Perforasi pada membrane timpani menyebabkan tuli konduktif. Terjadinya kehilangan konduksi tulang dikarenakan kehilangan perbedaan tekanan yang melalui membrane timpani. Perforasi memicu hilangnya konduksi tulang umumnya pada frekuensi rendah dan akan semakin meningkat pada perforasi yang lebih besar. Perforasi menyebabkan meningkatnya hantaran udara 10-20 dB karena kehilangan membrane timpani yang kehilangan pelindungya. Meningkatnya hantaran udara memprediksikan maksimum tuli konduktif tidak akan labih dari 40-50 dB.

5. Apa etiologi discharge pada telinga kanan?Jawab: Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus auditoris eksternal, kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans (Streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus).Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated ( seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.Terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengahFaktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

6. Jelaskan hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pada kasus!Jawab:Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena:- Tuba eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah- Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembanganAnak laki-laki lebih sering daripada anak perempuan.

7. Jelaskan hubungan penurunan pendengaran dan discharge dari telinga kanan!Jawab:Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ketelinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lender dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikanhalus). Namun cairan yang lebih banyak dapa tmenyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal)

Kalimat 21. Apa hubungan batuk dan flu dengan keluhan utama?Jawab:Batuk dan pilek menunjukkan adanya hipersekresi mukosa pada saluran pernafasan. Hipersekresi ini bisa disebabkan adanya infeksi. Hipersekresi mukosa ini kemudian akan menumpuk di tuba eustachius. Pada, anak tuba eustachius lebih pendek, lebar dan horizontal yang memudahkan migrasi kuman ke cavum timfani/telinga tengah, kemudian akan menginfeksi telinga tengah. Kemudian mukus yang berada di cavum timfani akan keluar melalui MT yang mengalami perforasi sehingga keluar secret melalui telinga. seekret ini juga mengganggu hantaran gelombang suara sehingga terjadi penurunan pendengaran.

2. Jelaskan mekanisme :a. Batuk

1. Fase InspirasiPada fase ini paru-paru memasukkan udara kurang lebih 2,5 liter, oesofagus dan pita suara menutup sehingga udara terjerat dalam paru-paru2. KompresiTerjadi penutupan glottis setelah udara terhirup pada fase inspirasi. Penutupan glottis kira-kira berlangsung selama 0.2 detik. Tujuan penutupan glottis adalah untuk mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada keadaan ini terjadi pemendekan otot ekspirasi dengan akibat kontraksi otot ekspirasi, sehingga akan meningkatkan tekanan intratorakal dan juga intraabdomen.3. Ekspirasi (eksplusif)Pada fase ini glottis dibuka, dengan terbukanya glottis dan adanya tekanan intratorakal dan intraabdomen yang tinggi maka terjadilah proses ekspirasi yang cepat dan singkat (disebut juga ekspulsif). Derasnya aliran udara yang sangat kuat dan cepat maka terjadilah pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mucus dll.4. RelaksasiTerjadi relaksasi dari otot-otot respiratorik.Waktu relaksasi dapat terjadi singkat atau pun lama tergantung rangsangan pada reseptor batuk berikutnya.

b. FluJawab: Pajanan terhadap alergen pada orang atipik menyebabkan produksi IgE dan infiltrasi mukosa hidung oleh sel-sel inflamasi. Reaksi klinis pada paparan ulang dengan alergen disebut sebagai fase respon awal dan fase respon alergi akhir. Pelekatan IgE pada permukaan sel mast oleh alergen menginisiasi respon awal, yang dikarakterisasikan dengan terjadinya degranulasi sel mast dan pengeluaran mediator inflamasi, seperti histamin, prostaglandin E2, dan leukotrien sisteinil.Target di mukosa hidung adalah kelenjar mukus, saraf, pembuluh darah dan sinus vena. Respon akhir terjadi setelah 4-8 jam terpapar oleh alergen dan disertai dengan infiltrasi sel T yang mensekresi sitokin dan eosinofil dengan sekresi protein, protein dengan sifat kation dan leukotrien yang dapat menyebabkan kerusakan epitel. Hal ini akan menimbulkan gejala klinis dan histologi yang nyata pada alergi yang kronik.

Gejala klinik rinitis alergi, yaitu :

Bersin patologis. Bersin yang berulang lebih 5 kali setiap serangan bersin. Rinore. Ingus yang keluar. Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Hidung rasa tersumbat merupakan gejala rinitis alergi yang paling sering kita temukan pada pasien anak-anak. Gangguan mata. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi). Allergic shiner. Perasaan anak bahwa ada bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung. Allergic salute. Perilaku anak yang suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa gatal Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah akibat kebiasaan menggosok hidung

Perbedaan rhinitis alergika dan influenza:1. Rinitis Alergi ( RA ) : Sesudah kontak dengan hal-hal pencetus alergi langsung timbul gejala. Influenza ( I ) : Sesudah masuknya virus influenza selama 1 3 hari baru gejal timbul. 2. RA : Memiliki gejala hidung yang berlendir encer tanpa disertai demam. I : Lendir dari encer / cair, mengental kekuningan dan disertai dengan demam. 3. RA : Serangan yang terjadi dapat dalam kurun waktu selama masih ada kontak dengan penyebab dan belum diobati. I : Serangan 5 6 hari tergantung daya tahan tubuh dan efektifitas

Kalimat 31. Jelaskan perjalanan penyakit dari usia 4 sampai 7 tahun!Jawab:Omsk

Otitis media supuratif kronik adalah suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (ottorhea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. (Soepardi, 2007).Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk. (Djaafar ZA, 2007).Terjadi perubahan tekanan udara di telinga dari tekanan positif menjadi negative sehingga terbentuklah efusi. Efusi di liang telinga tengah dapat sembuh dengan sendiri. Dapat juga terjadi otitis media efusi (OME) bila efusi tetap ada karena tuba eustachius tetap terganggu tetapi tidak terdapat infeksi. Bila tuba eusthacius tetap terganggu dan terdapat infeksi maka terjadi otitis media akut (OMA). Otitis media akut dapat sembuh sendiri tetapi dapat juga terus berlanjut menjadi otitis media supuratif kronis (OMSK). Faktor predisposisi yang menyebabkan OMA dapat berlanjut menjadi OMSK adalah sbb:Terapi yang terlambatTerapi yang tidak adekuatVirulensi kuman tinggiDaya tahan tubuh rendahHygiene yang kurang terjaga.Pada anak, semakin sering terkena infeksi saluran napas, makin tinggi resiko terkena OMA yang bila penanganannya dan terapinya terlambat dan tidak adekuat dapat berlanjut menjadi OMSK. Pada bayi terjadinya otitis media dipermudah karena tuba eustachiusnya yang pendek, lebar dan horizontal

Kalimat 41. Jelaskan interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik :a. General ExaminationJawab: N = 84 x/m (Normal : 80 150x/menit) - anakRR = 20x/menit (Normal : 15 30x/menit) - anakTemperature = 36,8oC (Normal : 36,6 oC 37,2 oC)

b. Otoscopy Jawab:Otoscopy:Right ear:Auricula: within normal limitEAC: within normal limitTympanic membrane: normalLeft ear Auricula: within normal limitEAC: liquid (+) Adanya cairan yang keluar dari telinga tengah ke telinga luar, dapat disebabkan oleh adanya infeksi.Tympanic membtrane: central perforationRupturnya Membran tympani bagian sentral yang terdapat di Pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membrane timpani. Gambar. Central PerforationInterpretasi telinga kiri: terdapat Perforasi central dan dapat Menegaskan WD yaitu terjadi OMSK tipe benigna.Rhinoscopy:Anterior: Hyperemic mucosaMukosa tampak kemerahan disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah Secretion (+)Ada pengeluaran cairan/sekret dari hidung akibat infeksic. RhinoscopyJawab:Sekresi hidung (+)Infeksi pada hidung mekansime imunitas tubuh hipersekresi mukus oleh sel-sel epitel di hidung sekresi (+)Mukosa hidung dan tonsil hiperemisInfeksi vasodilatasi pembuluh darah hiperemis

d. OrofaringJawab:Orofaring : faring normal, tonsil: T1-T1, hiperemis, detritus (+), menunjukkan adanya peradangan pada tonsil (tonsilitis).Oropharynx:Tonsil : T1-T1 tonsil dalam fossa tonsilaris, masih dalam batasan normal. Tidak ada hiperplasia tonsil dan tonsilitis Hyperemis terjadi peradangan tonsil Detritus sisa inflamasi tonsilInterpretasi : telah terjadi peradangan tonsil yang sekarang telah sembuh atau terjadi tonsilitis kronis

2. Jelaskan cara pemeriksaan :a. OtoscopyJawab:Pemeriksaan Otoskopi

Jika anak kooperatif, periksa telinga dengan posisi tidur miring, duduk, atau berdiri. Jika anak berdiri atau duduk, angkat kepala anak sedikit kearah bahu yang berlawanan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik untuk melihat gendang telinga. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan yang bebas (biasanya tangan yang tidak dominan), pegang aurikula. Pegang otoskop dengan posisi bagian atas dibawah disambungan kepala dan pegangannya dengan ibu jari dan telunjuk. Tempatkan jari yang lainnya menempel pada kepala anak untuk memungkinkan pergerakan otoskop jika anak tiba-tiba bergerak. Jika pemeriksaan dilakukan pada anak yang kooperatif, pegang pegangan otoskop dengan kepala otik ke kanan atas atau terbalik. Gunakan tangan dominan untuk memeriksa kedua telinga atau tangan yang lain untuk masing-masing telinga, bergantung pada mana yang lebih nyaman. Sebelum menggunakan otoskop, visualisasi telinga eksterna dan membran timpani seperti yang digambarkan pada jam. Angka-angka menjadi letak geografis yang penting. Masukkan spekulum ke dalam meatus diantara posisi jam 3 dan jam 9 dalam posisi ke bawah dan ke depan. Karena saluran melengkung, spekulum tidak mungkin melihat membran timpani kecuali jika saluran diliruskan. Pada anak yang berusia lebih dari 3 tahun, saluran melengkung kebawah dan kedepan. Oleh karena itu, tarikpina ke atas dan ke belakang ke arah posisi jam 10. Jika terdapat kesulitan dalam melihat membran, cobalah mereposisikan kepala, masukkan spekulum pada sudut yang berbeda, dan tarik pina ke arah yang sedikit berbeda. Jangan memasukkan spekulum melewati bagian kartilago (bagian paling luar) saluran, biasanya pada jarak 0,60 sampai 1,25 cm pada anak yang lebih tua. Insersi spekulum ke dalam bagian posterior saluran atau bagian saluran yang bertulang menyebabkan nyeri.

b. RhinoscopyJawab:memasukkan spekulum hidung kedalam rongga hidung Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam rongga hidung Menilai struktur di dalam rongga hidung Melihat fenomena palatum molle Mengeluarkan spekulum hidung dari rongga hidungc. OrofaringJawab:PEMERIKSAAN MULUT DAN FARING( OROFARING )Dua per tiga bagian depan lidah ditekan dengan spatula lidah kemudiandiperhatikan :1. Dinding belakang faring : warnanya, licin atau bergranula, sekret ada atautidak dan gerakan arkus faring.2. Tonsil : besar, warna, muara kripti, apakah ada detritus, adakahperlengketan dengan pilar, ditentukan dengan lidi kapasUkuran tonsil- To Tonsil sudah diangkat- T1 Tonsil masih di dalam fossa tonsilaris- T2 Tonsil sudah melewati pilar posterior belum melewati garispara median- T3 Tonsil melewati garis paramedian belum lewat garis median(pertengahan uvula)-T4 Tonsil melewati garis median, biasanya pada tumor3. Mulut :bibir, bukal, palatum, gusi dan gigi geligi4. Lidah : gerakannya dan apakah ada massa tumor, atau adakah berselaput5. Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista dan lain-lain.6. Palpasi kelenjar liur mayor (parotis dan mandibula

Kalimat 51. Jelaskan interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan audiometrik!2. Jelaskan cara pemeriksaan audiometrik!Jawab: Pemeriksaan audiometri Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.a. Definisi Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang da[at dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran.Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :1) Audiometri nada murni Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada muri.Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari.Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaranKehilangan dalam DesibelKlasifikasi

0-15Pendengaran normal

>15-25Kehilangan pendengaran kecil

>25-40Kehilangan pendengaran ringan

>40-55Kehilangan pendengaran sedang

>55-70Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat

>70-90Kehilangan pendengaran berat

>90Kehilangan pendengaran berat sekali

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran psien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL. 2) Audiometri tuturAudiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan audiometri nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpuilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan benar. Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara barapa saja. Dengan demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh diatasnya.Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai 50% tidak dapat menirukan kata-kata dengan tepat.Kriteria orang tuli : Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80 dB Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dBPada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. Pada audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan vocal dan konsonan tertentu yang dipaparkan kependrita. Intensitas pad pemerriksaan audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar 40 dB dan seterusnya, bila mendengar intensitas bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apakah congok atau tidak (ada cairan dalam telinga), apakah ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang gendang telinga, untuk menentukan penyabab kurang pendengaran.b. Manfaat audiometri1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga 2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi 3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak c. Tujuan Ada empat tujuan (Davis, 1978) :1) Mediagnostik penyakit telinga2) Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan sehari-hari, atau dengan kata lain validitas sosial pendengaran : untuk tugas dan pekerjaan, apakah butuh alat pembantu mendengar atau pndidikan khusus, ganti rugi (misalnya dalam bidang kedokteran kehkiman dan asuransi).3) Skrinig anak balita dan SD4) Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.Cara Pemeriksaan Garputalaa. Rinne Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne , yaitu :a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnyab. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne : 1) Normal : tes rinne positif 2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul. Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.

b. Weber Garpu tala digetarkan kemudian tangkainya diletakkan di tengah garis kepala (vertex, dahi, pangkal hidung, tengah-tengah gigi seri, atau di dagu) penderita. Apabila bunyi garputala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah mana bunyi terdengar lebih keras dikatakan weber tidak ada lateralisasi.c.Schwabach Garpu tala digetarkan, kemudian tangkai garpu tala diletakkan pada processus mastoid pemeriksa, bila telah tidak terdengar diletakkan pada penderita atau sebaliknya. (dianggap pemeriksa normal). Apabila penderita masih mendengar meskipun pemeriksa sudah tidak mendengar berarti Schwabach memanjang. Apabila pemeriksa masih mendengar meskipun tidak lagi terdengar oleh penderita berarti Schawach memendek.

Tes RinneTes WeberTes SchwabachDiagnosis

PosittifLateralisasi (-)Sama dengan pemeriksaNormal

NegatifLateralisasi ke telinga yang sakitMemanjangTuli konduktif

PositifLateralisasi ke telinga yang sehatMemendekTuli sensorineural

Catatan : Pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne bisa masih positif

3. Jelaskan mekanisme normal bone conduction!Jawab:Transmisi SuaraTelinga mengubah gelombang suara pada lingkungan luar menjadi potensial aksi pada saraf-saraf pendengaran. Getaran diubah oleh gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi energi gerak yang menggerakkan kaki dari stapes. Pergerakan ini akan memberikan gelombang pada cairan di telinga dalam. Getaran pada organ korti akan menghasilkan potensial aksi di saraf-saraf pendengaran

Fungsi dari Membran Timpani dan Tulang-tulang PendengaranDalam menanggapi perubahan tekanan yang dihasilkan oleh gelombang suara pada permukaan eksternal, membran timpani bergerak masuk dan keluar. Membran itu berfungsi sebagai resonator yang mereproduksi getaran dari sumber suara. Membran akan berhenti bergetar segera ketika berhenti gelombang suara. Gerakan dari membran timpani yang diteruskan kepada manubrium maleus. Maleus bergerak pada sumbu yang melalui prosesus brevis dab longusnya, sehingga mentransmisikan getaran manubrium ke inkus. Inkus bergerak sedemikian rupa sehingga getaran ditransmisikan ke kepala stapes. Pergerakan dari kepala stapes mengakibatkan ayunan ke sana kemari seperti pintu berengsel di pinggir posterior dari jendela oval. Ossicles pendengaran berfungsi sebagai sistem tuas yang mengubah getaran resonansi membran timpani menjadi gerakan stapes terhadap skala vestibuli yang berisi perilymph di koklea. Sistem ini meningkatkan tekanan suara yang tiba di jendela oval, karena tindakan tuas dari maleus dan inkus mengalikan gaya 1,3 kali dan luas membran timpani jauh lebih besar daripada luas kaki stapes dari stapes. Terdapat kehilangan energi suara sebagai akibat dari resistensi tulang pendengaran, tetapi dalam penelitian didapatkan bahwa pada frekuensi di bawah 3000 Hz, 60% dari insiden energi suara pada membran timpani diteruskan ke cairan di dalam koklea

Refleks TimpaniSaat otot-otot telinga tengah berkontraksi (m.tensor tympani dan m.stapedius), mereka akan menarik manubrium mallei kedalam dan kaki-kaki dari stapes keluar. Hal ini akan menurukan transmisi suara. Suara keras akan menginisiasi refleks kontraksi dari otot-otot ini yang dinamakan refleks tympani. Fungsinya adalah protektif, yang akan memproteksi dari suara keras agar tidak menghasilkan stimulasi yang berlebihan dari reseptor auditori. Tapi, refleks ini memiliki waktu reaksi untuk menghasilkan refleks selama 40-160 ms, sehingga tidak akan memberikan perlindungan pada stimulasi yang cepat seperti tembakan senjata.

Konduksi Tulang dan Konduksi UdaraKonduksi gelombang suara ke cairan di telinga bagian dalam melalui membran timpani dan tulang pendengaran, sebagai jalur utama untuk pendengaran normal, disebut konduksi tulang pendengaran. Gelombang suara juga memulai getaran dari membran timpani sekunder yang menutup jendela bulat. Proses ini, penting dalam pendengaran normal, disebut sebagai konduksi udara. Jenis ketiga konduksi, konduksi tulang, adalah transmisi getaran tulang tengkorak dengan cairan dari telinga bagian dalam. konduksi tulang yang cukup besar terjadi ketika garpu tala atau benda bergetar lainnya diterapkan langsung ke tengkorak. Rute ini juga memainkan peranan dalam transmisi suara yang sangat keras

Perjalanan GelombangPergerakan dari kaki stapes menghasilkan serangkaian perjalanan gelombang di perilymph pada skala vestibuli. Sebagai gelombang bergerak naik koklea, yang tinggi meningkat menjadi maksimum dan kemudian turun dari cepat. Jarak dari stapes ke titik ketinggian maksimum bervariasi dengan frekuensi getaran memulai gelombang. suara bernada tinggi menghasilkan gelombang yang mencapai ketinggian maksimum dekat pangkal koklea; suara bernada rendah menghasilkan gelombang yang puncak dekat puncak. Dinding tulang dari skala vestibule yang kaku, tapi membran Reissner adalah fleksibel. Membran basilaris tidak di bawah ketegangan, dan juga siap tertekan ke dalam skala timpani oleh puncak gelombang dalam skala vestibule. Perpindahan dari cairan dalam skala timpani yang hilang ke udara pada jendela bundar. Oleh karena itu, suara menghasilkan distorsi pada membran basilaris, dan situs di mana distorsi ini maksimum ditentukan oleh frekuensi gelombang suara. Bagian atas sel-sel rambut pada organ Corti diadakan kaku oleh lamina retikuler, dan rambut dari sel-sel rambut luar tertanam dalam membran tectorial. Ketika bergerak stapes, kedua membran bergerak ke arah yang sama, tetapi mereka bergantung pada sumbu yang berbeda, sehingga ada gerakan geser yang lengkungan bulu. Rambut dari sel-sel rambut batin tidak melekat pada membran tectorial, tetapi mereka tampaknya dibengkokkan oleh fluida bergerak antara membran tectorial dan sel-sel rambut yang mendasarinya.

Fungsi dari Sel RambutSel-sel rambut dalam, sel-sel sensoris primer yang menghasilkan potensial aksi pada saraf pendengaran, dirangsang oleh pergerakan cairan pada telinga dalam. Sel-sel rambut luar, di sisi lain, memiliki fungsi yang berbeda. Ini menanggapi suara, seperti sel-sel rambut dalam, tapi depolarisasi membuat mereka mempersingkat dan hiperpolarisasi membuat mereka memperpanjang. Mereka melakukan ini lebih dari bagian yang sangat fleksibel dari membran basal, dan tindakan ini entah bagaimana meningkatkan amplitudo dan kejelasan suara. Perubahan pada sel rambut luar terjadi secara paralel dengan perubahan prestin, protein membran, dan protein ini mungkin menjadi protein motor sel-sel rambut luar. Sel-sel rambut luar menerima persarafan kolinergik melalui komponen eferen dari saraf pendengaran, dan asetilkolin hyperpolarizes sel. Namun, fungsi fisiologis dari persarafan ini tidak diketahui.

Potensial Aksi pada Saraf-saraf PendengaranFrekuensi potensial aksi dalam satu serat saraf pendengaran adalah proporsional dengan kenyaringan dari rangsangan suara. Pada intensitas suara yang rendah, melepaskan setiap akson suara hanya satu frekuensi, dan frekuensi ini bervariasi dari akson ke akson tergantung pada bagian dari koklea dari serat yang berasal. Pada intensitas suara yang lebih tinggi, debit akson individu untuk spektrum yang lebih luas dari frekuensi suara khususnya untuk frekuensi rendah dari yang di mana simulasi ambang terjadi. Penentu utama dari frekuensi yang dirasakan ketika sebuah gelombang suara pemogokan telinga adalah tempat di organ Corti yang maksimal dirangsang. Gelombang perjalanan yang didirikan oleh nada menghasilkan depresi puncak membran basilaris, dan stimulasi reseptor akibatnya maksimal, pada satu titik. Seperti disebutkan di atas, jarak antara titik dan stapes berbanding terbalik dengan nada suara, nada rendah menghasilkan stimulasi maksimal pada puncak koklea dan nada tinggi memproduksi stimulasi maksimal di pangkalan. Jalur dari berbagai bagian koklea ke otak yang berbeda. Sebuah faktor tambahan yang terlibat dalam persepsi pitch pada frekuensi suara kurang dari 2000 Hz mungkin pola potensi aksi pada saraf pendengaran. Ketika frekuensi cukup rendah, serat-serat saraf mulai merespon dengan dorongan untuk setiap siklus gelombang suara. Pentingnya efek volley, bagaimanapun, adalah terbatas; frekuensi potensial aksi dalam serabut saraf diberikan pendengaran menentukan terutama kenyaringan, bukan lapangan, dari suara.Walaupun pitch suara tergantung terutama pada frekuensi gelombang suara, kenyaringan juga memainkan bagian; nada rendah (di bawah 500 Hz) tampaknya nada rendah dan tinggi (di atas 4000 Hz) tampak lebih tinggi dengan meningkatnya kekerasan mereka. Jangka waktu juga mempengaruhi pitch sampai tingkat kecil. Pitch dari nada tidak dapat dirasakan kecuali itu berlangsung selama lebih dari 0,01 s, dan dengan jangka waktu antara 0,01 dan 0,1 s, naik pitch dengan meningkatnya durasi. Akhirnya, nada suara kompleks yang mencakup harmonisa dari frekuensi yang diberikan masih dirasakan bahkan ketika frekuensi primer (hilang pokok) tidak ada.

Respon Saraf-saraf Pendengaran di Medula OblongataRespon dari neuron kedua dalam inti koklea terhadap suara rangsangan adalah seperti pada serat saraf pendengaran. Frekuensi dengan intensitas rendah membangkitkan tanggapan yang bervariasi dari unit ke unit, dengan peningkatan intensitas suara, dan frekuensi yang respon terjadi menjadi lebih luas. Perbedaan utama antara respon dari neuron pertama dan kedua adalah adanya "cut off" lebih tajam di sisi frekuensi rendah di neuron meduler. Kekhususan ini lebih besar dari neuron orde kedua mungkin karena semacam proses penghambatan di batang otak, tapi bagaimana hal itu dicapai tidak diketahui.

Korteks Pendengaran PrimerJalur impuls naik dari nukleus koklea bagian dorsal dan ventral melalui kompleks yang unilateral maupun kontralateral. Pada hewan, ada pola yang terorganisasi pada lokalisasi tonal dalam korteks pendengaran primer (area 41). Pada manusia, nada rendah yang di arahkan pada daerah anterolateral dan nada tinggi pada posteromedial di korteks pendengaran.

Area Lain yang Berhubungan dengan PendengaranMeningkatnya ketersediaan PET scanning dan MRI menyebabkan peningkatan pesat dalam pengetahuan tentang daerah asosiasi auditori pada manusia. Jalur pendengaran di korteks menyerupai jalur visual bahwa semakin kompleks pengolahan informasi pendengaran bersama mereka. Hal yang menarik adalah bahwa meskipun daerah pendengaran terlihat sangat sama pada kedua sisi otak, tetapi ada spesialisasi pada masing-masing hemisfer. Sebagai contoh, daerah Brodmann's 22 berkaitan dengan pemrosesan sinyal pendengaran yang berkaitan dengan pembicaraan. Selama pemrosesan bahasa, jauh lebih aktif di sisi kiri daripada sisi kanan. Area 22 di sisi kanan lebih peduli dengan melodi, nada, dan intensitas suara. Ada juga plastisitas besar dalam jalur pendengaran, dan, seperti jalur visual dan somastatik, mereka dimodifikasi oleh pengalaman. Contoh plastisitas pendengaran pada manusia adalah bahwa pada individu-individu yang menjadi tuli sebelum kemampuan bahasa sepenuhnya dikembangkan, melihat bahasa isyarat mengaktifkan daerah asosiasi pendengaran. Sebaliknya, orang yang menjadi buta dalam awal hidup akan menunjukkan lokalisasi suara yang lebih baik dibandingkan orang dengan penglihatan normal. Musisi memberikan contoh-contoh tambahan plastisitas pada kortikal. Pada individu, ada peningkatan ukuran daerah pendengaran diaktifkan oleh nada musik. Selain itu, pemain biola telah merubah somatosensori representasi dari wilayah yang jari-jari mereka gunakan dalam memainkan instrumen mereka. Musisi juga memiliki cerebellums lebih besar dari nonmusicians, mungkin karena belajar dalam gerakan jari yang tepat.

Lokalisasi SuaraPenentuan arah dari mana suara berasal di bidang horizontal tergantung dari pendeteksian perbedaan waktu antara datangnya stimulus dalam dua telinga dan perbedaan konsekuensi dalam tahap gelombang suara pada kedua sisi, dan juga tergantung pada kenyataan bahwa suara itu lebih keras di sisi paling dekat dengan sumbernya. Perbedaan terdeteksinya waktu tiba suara, yang dapat lebih kecil dari 20 s, dikatakan menjadi faktor yang paling penting pada frekuensi di bawah 3000 Hz dan perbedaan kenyaringan yang paling penting pada frekuensi di atas 3000 Hz. Neuron di korteks pendengaran yang menerima masukan dari kedua telinga merespon maksimal atau minimal ketika waktu kedatangan stimulus pada satu telinga tertunda oleh periode tertentu relatif terhadap waktu kedatangan di telinga yang lain. Periode ini tetap bervariasi dari neuron ke neuron. Suara yang datang dari langsung di depan individu berbeda dalam kualitas dari mereka yang datang dari belakang karena masing-masing pinna dihadapkan sedikit ke depan. Selain itu, pantulan dari gelombang suara akibat tidak ratanya permukaan pinna sebagai suara bergerak ke atas atau bawah, dan perubahan dalam gelombang suara merupakan faktor utama dalam mencari suara di bidang vertikal. Lokalisasi suara yang terganggu secara mencolok diakibatkan oleh lesi pada korteks pendengaran.

4. Jelaskan mekanisme normal air conduction!Jawab:Proses terdengarnya bunyi :Gelombang bunyi ditampung oleh daun telinga disalurkan dan difokuskan di liang telinga menggetarkan membran timpani os.maleus yang menempel pada membran timpani ikut bergetar dan dilanjutkan oleh os.incus dan os.stapez yang saling berhubungan satu dengan yang lain cairan perilymph dan endolymph yang mengelilingi tulang-tulang pendengaran ikut tergetar dan mengubah energy mekanik menjadi energy listrik sinyal listrik dari gelombang bunyi ditangkap oleh receptor-receptor saraf yang ada di telinga bagian dalam dilanjutkan oleh nerves cochlearis untuk dipersepsikan di lobus temporalis terdengarlah bunyi.

Kalimat 61. DDJawab:

OMSK tipe aman (tipe mukosa atau benigna)OMSK tipe bahaya (tipe tulang atau maligna)

OtoreHilang timbul, hanya pada batuk dan pilek.Sering terjadi

Sekret(-) nanah dan (-) berbauNanah dan berbau khas

PeradanganHanya pada mukosa, tidak mengenai tulangMengenai tulang pendengaran

PerforasiDi sentral terdapat di Pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membrane timpani. Di marginal: sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum, Di atik: terletak di pars flaksida.

Kolesteatoma-Ada

KomplikasiJarang menimbulkan komplikasi bahaya Berbahaya (Intratemporal dan Intrakranial)

2. Penegakan diagnosis + pemeriksaan penunjang lainJawab:1. AnamnesisAnamnesis yang lengkap sangat membantu menegakkan diagnosis OMSK. Biasanya penderita datang dengan riwayat otore menetap atau berulang lebih dari dua bulan. Penurunan pendengaran juga merupakan keluhan yang paling sering. Terkadang penderita juga mengeluh adanya vertigo dan nyeri bila terjadi komplikasi.2. Pemeriksaan otoskopi Pemeriksaan otoskopi dapat melihat lebih jelas lokasi perforasi, kondisi sisa membran timpani dan kavum timpani. OMSK ditegakkan jika ditemukan perforasi membran timpani.3. Pemeriksaan audiometriPemeriksaan audiometri penting untuk menilai hantaran tulang dan udara serta untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran. Melalui audiogram dapat dilihat jenis ketulian dan derajat ketulian. Berdasarkan ISO (International Standard Organization ) derajat ketulian dibagi atas : 0-25 dB (normal) , 26-40 dB (tuli ringan), 41-60 dB (tuli sedang), 61-90 dB (tuli berat), > 91 dB (sangat berat).4. Pemeriksaan radiologiPemeriksaan radiologi untuk melihat tingkat perkembangan pneumatisasi mastoid, menggambarkan perluasan penyakit dan tulang-tulang pendengaran. Foto polos untuk menunjukkan adanya gambaran kolesteatoma sedangkan CT - Scan lebih efektif untuk menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.5. Pemeriksaan mikrobiologiPemeriksaan mikrobiologi sekret telinga penting untuk menentukan organisme penyebab OMSK dan pemberian antibiotika yang tepat.

Pemeriksaan penunjang :1. Tes garputalaTes RinneTes WeberTes SwabachDiagnosa

PositifTidak ada lateralisasiSama dengan pemeriksa Normal

NegatifLateralisasi (+) ke telinga yang sakitMemanjangTuli konduktif

PositifLateralisasi (+) ke telinga yang sehatMemendekTuli saraf

2. Tes timpanometri menilai kondisi telinga tengah Tipe A = normal Tipe AD = diskontinuitas tulang-tulang pendengaran Tipe AS = kekakuan rangkaian tulang pendengaran Tipe B = cairan di dalam telinga tengah Tipe C = gangguan fungsi tuba eustachius

3. Bakteriologi kultur dan uji resistensi

4. Radiologi mengetahui apakah peradangan telah mencapai tulang mastoid atau belum. Bila telah mencapai tulang, telah terjadi OSMK maligna.5. Pus Culture & Sensitivity6. X-Ray Both Mastoidi. Benign CSOM sclerosis mastoidii. Danger CSOM Sclerosis mastoid disertai Erosi

3. WDJawab:OMSK tipe benign menurun dengan tuli konduksi sedang pada telinga kanan

4. EtiologiJawab:Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%).Kejadian OMSK hamper selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius (saluran keluar dari telinga bagian tengah ke tenggorokan. Saluran ini juga berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan antara telinga dan tenggorokan. Jika tuba ini membengkak akibat radang, maka cairan yang seharusnya keluar akan berkumpul di telinga bagian tengah. )

Penyebab OMSK antara lain: 1,2,51. Lingkungan2. Genetik3. Otitis media sebelumnya.4. Infeksi155. Infeksisalurannafasatas6. Autoimun7. Alergi8. Gangguanfungsi tuba eustachius.

Beberapa faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK: 1,2 :a. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi secret telinga purulen berlanjut.b. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.c. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat di atas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

5. EidemiologiJawab:Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggris kurang dari 1%. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK.( Soetjipto D, 2007; Boesoirie S, 2007) Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden Otitis Media Supuratif Kronik (atau yang oleh orang awam dikenal sebagai "congek") sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK.( Abes T G, 2001)

6. Faktor resikoJawab : Terapi yang lambat diberikan atau tidak adekuat Virulensi kuman tinggi Daya tahan tubuh pasien rendah(gizi kurang) Hygiene buruk OMA tidak diobati dengan benar Fokal infeksi yang dibiarkan

7. Manifestasi klinisJawab:Tipe jinak (kasus): Discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk Gangguan pendengaran konduktif akibat kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit Perforasi membran timpani sentral Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga membran mukosa menjadi berbentuk garisTipe ganas: Discharge purulen pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut Selain tipe konduktif dapat pua tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom

8. PatofisiologiJawab:Diawali dari infeksi saluran napas atas berulang berupa:a. Batuk : akibat invasi mikroorganisme yang masuk ke saluran napas lewat inhalasi menginfeksi mukosa saluran napas rangsang reseptor batuk di bronkus, laring, trakea dikirim ke pusat batuk di medulla rangsang efektor inspirasi dalam lalu peningkatan udara dalam rongga thorax glottis tertutup,peningkatan tekanan intrathorax glottis tiba-tiba terbuka, udara keluar dengan kecepatan tinggi Batuk.b. Pilek : inhalasi mikroorganisme nempel di mukosa hidung sekresi mucus oleh membrane mukosa dan sel goblet dalam upaya membunuh MO terbentuk secret putih kental yang disebut orang awam sebagai ingus. Sekret tersebut bisa masuk ke tuba eustachius dan membentuk sumbatan disana.Selain itu, mikroorganisme tersebut bisa menyebar masuk dari nasofaring ke tuba eustachius picu respon mukosa tuba eustachius reaksi radang. MO itu juga bisa masuk lebih dalam ke telinga tengah yang juga akan memicu respon radang mukosa disana terhadap allergen terbentuk secret hasil dari produk radang.Sekret yang terbentuk baik itu karena pilek, respon radang di tuba eustachius maupun di telinga tengah akan menyebabkan oklusi tuba gagal pembukaan tuba telinga tengah terisolasi dari dunia luar udara yang terjebak di dalam telinga tengah akan diabsorbsi penurunan Oksigen dan tekanan udara tekanan negative di telinga tengah membrane timpani retraksi (stadium oklusi) dilatasi pembuluh darah di membrane timpani (stadium hiperemis) membrane timpani hiperemis, edem mukosa terbentuk eksudat purulen, membrane timpani menonjol ke luar (stadium supurasi) perforasi membrane timpani secret (discharge) keluar ke liang telinga luar.

Perforasi membrane timpani menyebabkan vibrasi suara yang sampai di membrane timpani yang harusnya menggetarkan membrane timpani tidak terjadi membrane timpani tidak bergetar tulang-tulang pendengaran yang digetarkan oleh membrane timpani tidak bergetar suara tidak bisa dihantarkan ke telinga dalam yaitu koklea, dimana disana ada organo corti Tuli konduksi.

9. Tata laksanaJawab:Bila aktif, berikan cuci telinga berupa solutio H2O2 3 %, 2-3 kali Antibiotika selama 7 hari :- Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/ KgBB 4 x sehari atau- Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/ KgBB 3 x sehari atau- Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari Antihistamin apabila ada tanda-tanda alergi Nasehatkan agar tidak berenang dan tidak mengorek telinga Bila selama 2 bulan tidak kering atau hilang timbul, rujuk ke dokterspesialis THT

10. PencegahanJawab:1. Resiko terjadinya perforasi pada membran timpani dapat dicegah dengan menghindari terjadinya infeksi pada telinga tengah. Pada anak anak dapat diberikan imunisasi terhadap 2 bakteri yang sering menimbulkan infeksi pada telinga tengah (Haemophilusinfluenzae and Streptococcus pneumoniae).2. Jangan mengorek orek liang telinga terlalu kasar karena dapat merobek membrane timpani.3. Jika ada benda asing yang masuk ketelinga anda, datanglah kedokter untuk meminimalisasi kerusakan telinga yang dapat terjadi.4. Jauhkan telinga dari bunyi yang sangat keras.5. Lindungi telinga dari kerusakan yang tidak diinginkan dengan memakai pelindung telinga jika terdapat suara yang amat keras.6. Menonton televise dan mendengarkan music dengan volume yang normal.7. Lindungi telinga anda selama penerbangan. Mengunyah permen ketika pesawat berangkat dan mendarat dapat mencegah terjadinya perforasi membran timpani selama penerbangan.

11. KomplikasiJawab:Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.

A. Komplikasi ditelinga tengah :1. Perforasi persisten2. Erosi tulang pendengaran3. Paralisis nervus fasialB. Komplikasi telinga dalam1. Fistel labirin2. Labirinitis supuratif3. Tuli saraf ( sensorineural)C. Komplikasi ekstradural1. Abses ekstradural2. Trombosis sinus lateralis3. PetrositisD. Komplikasi ke susunan saraf pusat1. Meningitis2. Abses otak3. Hindrosefalus otitis

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam lintasan :1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak2. Menembus selaput otak.3. Masuk kejaringan otak.

1) Intrakranial Abses ekstradural Abses subdural Meningitis Abses otak Hidrosefalus otitis2) Ekstrakranial Mastoiditis Labirinitis Parese N. VII

12. PrognosisJawab:BONAM

13. KDUJawab :

3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).

Hipotesis : Sarah, 7 tahun mengalami tuli.... et causa Otitis media supuratif kronisLI1. Anatomi THT Jawab:A. Struktur Anatomi & Fisiologi Telinga

Telinga terbagi menjadi 3 bagian besar, terdiri dari :

1. Telinga bagian luar, meliputi :- Daun telinga (auriculla / pina) berfungsi untuk menampung gelombang bunyi, untuk estetika.Daun telinga terdiri dari helix (bagian lengkung atas), lobulus (biasa dijadikan tempat aksesoris wanita), konka (cekungan dekat liang telinga), tragus (tonjolan tulang rawan antara wajah dan liang telinga).

- Liang telinga (Meatus Acusticus Externus) berfungsi menyalurkan dan memfokuskan gelombang bunyi.Liang telinga orang dewasa normal panjangnya rata-rata sekitar 2,5 cm. Dalam liang telinga terdapat rambut-rambut telinga berfungsi menyaring partikel-partikel yang besar, terdapat juga kelenjar serumen yang menghasilkan serumen berfungsi melekatkan kotoran atau kaki serangga kecil yang masuk sehingga tidak langsung merusak membran timpani.

- Gendang telinga (membran timpani) berfungsi menangkap gelombang bunyi untuk dihantarkan ke tulang-tulang pendengaran.

2. Telinga bagian tengah, meliputi :- Tulang-tulang pendengaran (Os.Acusticus), terdiri dari Os Maleus, Incus dan Stapez. berfungsi melanjutkan hantaran gelombang bunyi.

- Cairan perilymph dan endolymph berfungsi mengubah energi mekanik dari getaran tulang-tulang pendengaran menjadi energi listrik.

3. Telinga bagian dalam, terdiri dari membran semisirkularis dan cochlea (labirin berupa rumah siput) yang di dalamnya terdapat saraf-saraf pendengaran (nerves acusticus) yang terdiri dari :- Nerves cochlearis untuk pendengaran.- Nerves vestibularis untuk keseimbangan tubuh.

B. Struktur Anatomi dan Fisiologi HidungHidung terdiri dari 2 lubang hidung yang dipisahkan oleh septum nasi. Dalam lubang hidung terdapat rambut-rambut hidung yang berfungsi menyaring partikel-partikel yang besar. Dalam lubang hidung terdapat mukosa hidung terdiri dari gelambir-gelambir, yang bawah disebut concha nasalis inferior, tengah (concha nasalis medialis) dan atas (concha nasalis superior). Dalam lapiran mukosa terdapat sel-sel berambut getar (sel-sel bersilia) yang berfungsi untuk barrier pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme yang masuk.

C. Struktur Anatomi dan Fisiologi TenggorokanKarena lebih ditekankan pada proses wicaranya, maka yang perlu diperhatikan adalah bahwa di tenggorokan terdapat pita suara (rima glottidis) yang dilindungi oleh otot-otot di tenggorokan dan tulang-tulang rawan.

Perbandingan posisi pita suara :- Saat bernafas / inspirasi biasa posisi pita suara membuka sebagian.- Saat bernafas / inspirasi dalam posisi pita suara membuka lebar.- Saat berbicara / fonasi posisi pita suara menutup.

Persarafan wicara :Pusat wicara terdapat pada daerah sulkus sentralis, tepatnya pada korteks motorik daerah Broca. Sedangkan persarafan motorik lidah oleh N.XII (Nerves hypoglosus).

Faktor yang memepengaruhi perkembangan wicara:1. Pendengaran 2. Neurologik 3. Struktur fisik alat wicara 4. Lingkungan

Keadaan psikologis yang mempengaruhi perkembangan wicara : - Ansietas, overprotektif gagap.- Ketakutan, kurang perhatian, pemalu mutisme elektif.- Retardasi mental, autisme kegagalan berbahasa tipe reseptif.

Gangguan wicara yang mempengaruhi keadaan psikologis :- Gagap pemalu, ansietas meningkat, withdrawl.- Disleksia tingkah laku antisosial.

Keluhan Umum Gangguan Wicara :- Gagap.- Belum dapat bicara sesuai usia tumbuh kembangnya.- Artikulasi immatur.- Serak.- Kesulitan dalam bicara / fonasi.

2. Fisiologi THT Jawab: Proses terdengarnya bunyi :Gelombang bunyi ditampung oleh daun telinga disalurkan dan difokuskan di liang telinga menggetarkan membran timpani os.maleus yang menempel pada membran timpani ikut bergetar dan dilanjutkan oleh os.incus dan os.stapez yang saling berhubungan satu dengan yang lain cairan perilymph dan endolymph yang mengelilingi tulang-tulang pendengaran ikut tergetar dan mengubah energy mekanik menjadi energy listrik sinyal listrik dari gelombang bunyi ditangkap oleh receptor-receptor saraf yang ada di telinga bagian dalam dilanjutkan oleh nerves cochlearis untuk dipersepsikan di lobus temporalis terdengarlah bunyi.

Keterangan :Bunyi yang dapat didengar oleh manusia adalah yang mempunyai frekuensi 20 20.000 Hz (sonic). Sedangkan bunyi yang tidak dapat didengar manusia adalah yang frekuensinya < 20 Hz (infra sonic) dan yang frekuensinya > 20.000 Hz (super sonic).

Fungsi hidung adalah sebagai saluran nafas atas, dimana udara yang masuk ke dalam hidung disaring, dilembabkan dan dihangatkan. Selain itu, hidung juga berfungsi sebagai indera penciuman, dimana yang bekerja adalah saraf-saraf penciuman yang ada di hidung (nerves olfactorius). Nerves-nerves olfactorius ini bergabung dalam suatu bulbus olfactorius. Di daerah sekitar hidung terdapat sinus-sinus (berupa rongga), ada sinus maksilaris, ethmoidalis, sphlenoidalis, dll.

Fisiologi wicara :Di laring terjadi proses fonasi (keluarnya bunyi-bunyi vokal) dimana terjadi pertemuan antara pita suara kanan dan kiri dan udara yang keluar dari paru-paru melalui laring dan pita suara tersebut. Setelah itu, terjadi proses artikulasi (dihasilkannya konsonan) setelah udara keluar melalui pita suara kemudian diproses di dalam mulut dibentuk oleh organ-organ yang ada di mulut seperti bibir, gigi, lidah dan palatum.

3. OMSK Jawab:4. 1. OMSKDEFINISIOtitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah lebih dari 2 bulan. Otitis media supuratif kronis selian merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan.ETIOLOGIPenyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans ( streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus. Penyebab OMSK yang lain yaitu : 1. Lingkungan, 2. Genetik, 3. Otitis media sebelumnya., 4. Infeksi, 5. Infeksi saluran nafas atas, 6. Autoimun, 7. Alergi, 8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

FAKTOR RISIKOBeberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK : Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis majemuk, antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total2. Perforasi membran timpani yang menetap.3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada telinga tengah.4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. 5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.EPIDEMIOLOGIOtitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggris kurang dari 1%. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK. Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek.KLASIFIKASI1. OMSK tipe aman (tipe mukosa/benigna) = Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang dan perforasinya terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma.1. Perforasi sentralLokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadang-kadang sub total.

2. Perforasi marginalTerdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

3. Perforasi atikTerjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.

2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang/maligna), Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna yaitu OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi pada OMSK tipe ini terletak di marginal atau di atik, kadang-kadang juga terdapat kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi timbul pada OMSK tipe ini.

PATOFISIOLOGI

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. (Djafar, 2000).

Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi Otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk (Djafar, 2000).

Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan OMA yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. (Kapita Selekta, 2002). Peradangan atau infeksi dari telinga tengah terjadi ketika tuba eustachius tersumbat (blacked). Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan antara nasofaring dan telinga tengah. Otitis media kronis terjadi karena tuba eustachius tersumbat berulang-ulang (tersumbat dalam jangka waktu yang lama). Hal ini dapat terjadi karena alergi, infeksi multiperl, trauma telinga dan pembesaran adenoid. Ketika telinga tengah terinfeksi oleh bakteri atau kadang-kadang virus, ini bisa menjadi serius. Kemungkinan otitis media kronis merupakan sebab dari OMA yang tidak diobati secara optimal atau merupakan sebab dari infeksi telinga yang terjadi secara berulang (Fung, 2004)

PATOLOGI

OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman gambaran patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah:1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral. 2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi sebelumnya. 4. Pneumatisasi mastoid.

MANIFESTASI KLINIS

1. Telinga Berair (Otorrhoe)Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.2. Gangguan PendengaranBiasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.3. Otalgia (Nyeri Telinga)Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.4. VertigoKeluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

5. Tuli konduksi Jawab :a.PengertianTuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini reversible karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah. (Purnawan Junadi, dkk. 1997, hal. 238)

b.Etiologi

1.Kelainan bawaan (Kongenital): Atresia liang telinga, hipoplasia telinga tengah, kelainan posisi tulang-tulang pendengaran dan otosklerosis.Penyakit otosklerosis banyak ditemukan pada bangsa kulit putih 2.Gangguan pendengaran yang didapat, misl otitis media c.PatofisiologiSaat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bias saja menimbulkan luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.

d.Manisfestasi Klinik-rasa penuh pada telinga-pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luar-rasa gatal-trauma -tinnitus

e.PenatalaksanaanLiang telinga di bersihkan secara teratur. dapat diberikan larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol yang di teteskan ke liang teling atau salep anti jamur. Tes suara bisikan, Tesgarputala

f.pemeriksaan diagnosticAudiometri X-ray

6. Tuli Neural (hannifah , annes gaga)TULI KONDUKSI

DEFINISITuli/Gangguan Dengar Konduktif adalah gangguan dengar yang disebabkan kelainan di telinga bagian luar dan/atautelingabagian tengah, sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.ETIOLOGI Sumbatan pada saluran telinga : kotoran telinga, gumpalan darah,dan benda asing. Gendang telinga yang pecah akibat trauma ( mengorek kuping terlalu dalam ) dan infeksi saluran telinga tengah. Sehingga jika ditanya apakah gendang telinga pecah,dapat menyebabkan tuli? Jawabannya, iya. Dislokasi tulang-tulang pendengaran (di dalam telinga tengah) yang diakibatkan oleh trauma. Infeksi saluran telinga luar.

DERAJAT KETULIAN

Kekurangan pendengaran, yang dapat dibedakan atas : ringan sedang berat

Kekurangan pendengaran ringan :Penderita akan mendapat kesukaran didalam komunikasi jarakjauh, sehingga mempunyai handikap di dalam forum pertemuan.Misalnya : pertemuan sosial ataupun pertemuan ilmiah. Klinispenderita sukar diajak bercakap-cakap pada jarak kurang lebihtiga meter Pada pemeriksaan audiometri nadamurni, pada frekuensi percakapan turun 15 dB sampai 30 dB.Kekurangan pendengaran sedang :Selain penderita mendapat kesukaran di dalam komunikasijarak jauh, juga pada jarak dekat. Jadi penderita tidak dapatmengikuti percakapan sehari-hari. Klinis percakapan pada jaraksatu meter sudah mendapat kesukaran untuk mengerti artikata. Pada pemeriksaan audiometri nada murni pada frekuensipercakapan turun sampai 30 dB sampai 60 dB.

Kekurangan pendengaran berat :Biasanya penderita sudah tidak dapat diajak berkomunikasidengan suara biasa, sehingga untuk dapat menangkap artikata-kata, suara perlu dikeraskan (menaikkan amplitudo) yaitudengan berteriak atau dengan megafon amplifier.Pada pemeriksaan audiometri nada murni, penurunannyamencapai 60 dB atau lebih.

Selain daripada itu, ada pula yang membagi kekuranganpendengaran atas empat kategori ringan : 15 dB - 30 dB. sedang : 30 dB - 50 dB. berat : 50 dB - 80 dB. berat sekali : 80 dB - 100 dB

OMSKiscemiknekrosisPenurunan pendengaranPenekanan membran timpaniAkumulasi cairanJumlah secret purulenGangguan drainasePenumpukan secretFungsi silia tidak efektifProses supurasiLetak tonsil dekat dengan tuba dan lebih besarEdema mukosa tubaoklusiGangguan pembentukan tubaAnatomi tuba yang belum sempurnaISPA (immunitas kurang)Invasi bakteri ke tubaperporasiotorrheaPenurunan pendengaranTidak Mengalami resolusi berulang > 2 bulanKERANGKA KONSEP

KESIMPULANSarah 7 tahun, mengalami tuli konduksi sedang pada telinga kanan et causa OMSK tipe benign.