uji kuantitatif enzim protease usus

Upload: noviadwiasmaningtias

Post on 27-Feb-2018

267 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    1/88

    TESIS

    PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM

    PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, EFISIENSI

    PAKAN DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE PADA

    IKAN BANDENG (Chanos chanosForsskal)

    MUHAMMAD MARZUQI

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2015

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    2/88

    i

    TESIS

    PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM

    PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, EFISIENSI

    PAKAN DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE PADA

    IKAN BANDENG (Chanos chanosForsskal)

    MUHAMMAD MARZUQI

    NIM 1292261015

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI BIOLOGI

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2015

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    3/88

    ii

    PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM

    PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, EFISIENSIPAKAN DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE PADA

    IKAN BANDENG (Chanos chanosForsskal)

    Tesis ini untuk memperoleh Gelar Magister

    Pada Program Magister, Program Studi Biologi,

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

    MUHAMMAD MARZUQI

    NIM 1292261015

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI BIOLOGI

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2015

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    4/88

    iii

    Lembar Persetujuan Pembimbing

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    PADA TANGGAL 16 April 2015

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Prof. Ir. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc., Ph.D Prof. Dr. I N. Adiasmara Giri, MS

    NIP. 19460703 198011 1 001 NIP. 19590106 198303 1 002

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Biologi

    Program Pascasarjana

    Universitas Udayana,

    Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D

    NIP. 19680327 199302 2 001

    Direktur

    Program Pascasarjana

    Universitas Udayana,

    Prof. Dr. dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)

    NIP 19590215 198510 2 001

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    5/88

    iv

    Tesis Ini Telah Diuji

    Tanggal 16 Maret 2015

    Panitia Penguji Berdasarkan SK Rektor

    Universitas Udayana, No. 792/UN14.4/HK/2015, Tanggal 11 Maret 2015

    Ketua : Prof. Ir. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc., Ph.DAnggota:

    1. Prof. Dr. I N. Adiasamara Giri, MS

    2. Prof. Dr. Drs. Ketut Junitha, MS

    3. Drs. Joko Wiryatno, M.Si

    4. Drs. Deny Suhernawan Yusup, M.Sc.,St.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    6/88

    v

    SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Muhammad Marzuqi

    NIM : 1292261015

    Program Studi : Magister Biologi

    Judul Tesis : PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM

    PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, EFISIENSI

    PAKAN DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE PADA

    IKAN BANDENG (Chanos chanosForsskal)

    Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

    Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

    bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010

    dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

    Singaraja, 16 April 2015

    Yang membuat pernyataan

    (Muhammad Marzuqi)

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    7/88

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Dengan memanjatkan puji syukur ke penulis ke hadirat Allah SWT/Tuhan

    Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya

    sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

    Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister

    pada Program Studi Biologi, Program Pascasarjana Universitas Udayana.

    Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapat bimbingan, saran,

    dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan termia kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Prof. Ir. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc. Ph.D, selaku pembimbing I yang

    dengan ketelitian dan kesabaran telah memberi bimbingan, saran dan

    masukan kepada penulis.

    2. Bapak Prof. Dr. I N. Adiasmara Giri, MS, selaku pembimbing II yang

    memberi dorongan, saran, dan semangat selama penulisan tesis ini.

    3. Bapak Prof. Dr. dr. Made Bakta, Sp.PD (KHOM) selaku Rektor

    Universitas Udayana yang telah memberi kesempatan dan fasilitas untuk

    menyelesaikan pendidikan Program Magister kepada penulis.

    4. Ibu Prof. Dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program

    Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberi kesempatan

    menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana

    Universitas Udayana kepada penulis.

    5. Ibu Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D selaku Ketua Program S2 BiologiProgram Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberi ijin untuk

    mengikuti pendidikan Program Magister kepada penulis.

    6. Bapak Prof. Dr. Drs. Ketut Junitha, MS, Bapak Drs. Joko Wiryatno, M.Si

    dan Bapak Drs. Deny Suhernawan Yusup, M.Sc.,St. selaku dosen penguji

    yang telah memberi saran dan masukan serta koreksi kepada penulis

    sehingga penulisan tesis dapat terwujud.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    8/88

    7. Bapak Ir. Bambang Susanto, SU, selaku Kepala Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Budidaya Laut Gondol Bali atas bantuannya kepada

    penulis.

    8. Seluruh staf peneliti, teknisi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

    Budidaya Laut Gondol terutama di laboratorium Kimia dan Nutrisi.

    9. Kepada istri dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungan

    secara moril maupun materiil kepada penulis.

    10.Kepada rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Biologi yang telah

    memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan tesis ini.

    Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari sempurna, sehingga

    kritik dan saran sangat diharapkan guna memperbaiki kesalahan. Akhir kata

    semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang menghargai ilmu

    pengetahuan.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    9/88

    vii

    ABSTRAK

    PENGARUH KADAR KARBOHIDRAT DALAM PAKAN TERHADAPPERTUMBUHAN, EFISIENSI PAKAN DAN AKTIVITAS ENZIM

    AMILASE PADA IKAN BANDENG (Chanos chanosForsskal)

    Karbohidrat memiliki peranan penting dalam pakan sehingga perlu

    diketahui kadar yang tepat dan optimal untuk menunjang pertumbuhan ikan

    bandeng. Banyak praktisi yang belum mengetahui penggunaan kadar karbohidrat

    yang tepat. Sehingga, dalam rangka menemukan solusi ini maka penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar karbohidrat dalam pakan terhadap

    laju pertumbuhan, efisiensi pakan dan aktivitas enzim amilase ikan bandeng

    (Chanos chanosForsskal).

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acaklengkap (RAL) yang dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

    Budidaya Laut (BBPPBL), Gondol, Buleleng dari bulan Pebruari 2014 sampai

    Juli 2014. Objek penelitian adalah : (1) ikan uji yaitu benih ikan bandeng

    berukuran berat rata- rata 1,50,5 g dengan panjang total 8,00,5 cm dan

    berumur 3 bulan; (2) pakan uji yaitu pelet kering dengan diameter 2,1-3,1 mm.

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar karbohidrat (3,40%, 12,40%,

    21,40%, 30,40%, 39,40%) dalam pakan. Variabel terikatnya adalah laju

    pertumbuhan, efisiensi pakan, dan aktivitas enzim amilase. Data yang diperoleh

    dianalisis menggunakan ANOVA satu jalur dan uji lanjut BNT.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perbedaan kadar karbohidrat

    dalam pakan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos

    chanos Forsskal) (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    10/88

    ABSTRACT

    THE EFFECTS OF CARBOHYDRATE LEVELS IN DIET ON GROWTH,FEED EFFICIENCY AND AMYLASE ENZYME ACTIVITY OF

    MILKFISH (Chanos ChanosForsskal) FRY

    Carbohydrates play an important role in formulating diet, therefore it is

    necessary to evaluate its exact and optimal levels to encourage the growth of

    milkfish. Many of practitioners do not know the proper of carbohydrate levels

    used in aquaculture. Thus, to find the solution of this issue, the objectives of this

    research were to investigate the effects of carbohydrate levels on growth, feed

    efficiency and amylase enzyme activity of milkfish (Chanos chanosForsskal).

    This research was conducted in completely randomized design (CRD) and

    performed in the Research and Development Institute for Mariculture (BBPPBL),Gondol, Buleleng from February 2014 to July 2014. The object of the research

    were: (1) fish seed with an average weight of 1.5 0.5 g, with a total length of 8.0

    0.5 cm and 3 months old, as test fish; (2) dry pellets with diameters of 2.1 to 3.1

    mm, as test feed. The independent variable in this study was the carbohydrate

    levels in diet and the dependent variable were growth rate, feed efficiency, and

    amylase enzyme activity. Quantitative data obtained was analyzed using one-way

    ANOVA and tested further using LSD.

    The results showed that: (1) the differences in carbohydrate levels in diet

    had an effect on the growth rate of milkfish (Chanos ChanosForsskal) (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    11/88

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Sampul dalam ............................................................................................. i

    Prasyarat gelar.... .......................................................................................... ii

    Lembar Persetujuan...................................................................................... iii

    Penetapan panitia penguji ............................................................................ iv

    Surat pernyataan bebas plagiat ..................................................................... v

    Ucapan terima kasih .................................................................................... vi

    Abstrak ....................................................................................................... vii

    Abstract ..................................................................................................... viii

    Daftar Isi ..................................................................................................... ix

    Daftar Tabel ............................................................................................... xii

    Daftar Gambar .......................................................................................... xiii

    Daftar Lampiran ........................................................................................ xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang ............................................................................ 1

    1.2Rumusan Masalah ....................................................................... 4

    1.3Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

    1.4Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    2.1Klasifikasi dan morfologi ikan bandeng ............................. 5

    2.2Habitat dan kebiasaan makan ...................................................... 6

    2.3Kebutuhan nutrisi ikan ................................................................ 7

    2.4Karbohidrat .................................................................................. 10

    2.5Metabolisme karbohidrat ............................................................ 12

    2.6Pemanfaatan karbohidrat pakan .................................................. 13

    2.7Sistem pencernaan ikan ............................................................... 14

    2.8Aktivitas enzim pencernaan ikan ............................................... 15

    2.9Enzim .......................................................................................... 16

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    12/88

    2.10Enzim amilase ........................................................................... 18

    BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

    PENELITIAN

    3.1Kerangka Berfikir........................................................................ 19

    3.2Konsep ........................................................................................ 21

    3.3Hipotesis ...................................................................................... 22

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1Rancangan percobaan................................................................... 23

    4.2Lokasi dan waktu penelitian ....................................................... 23

    4.3Ruang lingkup penelitian ............................................................ 24

    4.4Penentuan sumber data ................................................................ 24

    4.5Variabel penelitian ...................................................................... 24

    4.5.1 Parameter utama .................................................................. 24

    4.5.2 Parameter pendukung .......................................................... 25

    4.6Obyek penelitian ......................................................................... 26

    4.6.1 Ikan uji ................................................................................ 26

    4.6.2 Pakan uji .............................................................................. 26

    4.7Bahan dan instrumen penelitian .................................................. 27

    4.7.1 Bahan penelitian .................................................................. 27

    4.7.2 Media penelitian .................................................................. 27

    4.7.3 Instrumen penelitian ............................................................ 27

    4.8Prosedur kerja .............................................................................. 284.8.1Pengamatan laju pertumbuhan harian dan efisiensi

    pakan .................................................................................. 28

    4.8.2Pengamatan aktivitas enzim amilase .................................. 29

    4.9Analisa data ................................................................................. 30

    BAB V HASIL PENELITIAN

    5.1 Hasil ........................................................................................... 32

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    13/88

    5.1.1 Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap

    pertumbuhan pada ikan bandeng (Chanos chanos

    Forsskal) .............................................................................. 33

    5.1.2 Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap efisiensi

    pakan ikan bandeng (Chanos chanosForsskal) ................. 34

    5.1.3 Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap

    aktivitas enzim amilase ikan bandeng (Chanos chanos

    Forsskal) ............................................................................. 35

    5.1.4 Analisis data pendukung .................................................... 37

    5.1.4.1Kelangsungan hidup .................................................. 37

    5.1.4.2 Kualitas fisika dan kimia air ....................................... 37

    BAB VI PEMBAHASAN

    6.1 Pembahasan ................................................................................ 38

    6.1.1Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap pertumbuhan

    ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) ................................... 38

    6.1.2Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap efisiensi

    pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) ....................... 42

    6.1.3Pengaruh karbohidrat dalam pakan terhadap aktivitas

    enzim amilase ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) .......... 44

    6.1.4Kelangsungan hidup ................................................................... 46

    6.1.5Kualitas fisika dan kimia air ...................................................... 46

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Simpulan...................................................................................... 59

    7.2 Saran ............................................................................................ 59

    Daftar Pustaka ............................................................................................. 51

    Riwayat Hidup ............................................................................................ 58

    Lampiran .................................................................................................... 59

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    14/88

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 4.1 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian 28

    Tabel 5.1 Rata-rata Pertumbuhan Harian (PH), Efisiensi Pakan (EP),

    dan Aktivitas Enzim Amilase (AEA) pada Ikan Bandeng

    (Chanos chanos Forsskal) 32

    Tabel 5.2 Rata-rata perbandingan kualitas fisika dan kimia air selama

    penelitian .............................................................................. 37

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    15/88

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 3.1 Diagram Konsep Penelitian ... 21

    Gambar 5.1 Pertumbuhan Harian Ikan Bandeng (Chanos chanos

    Forsskal) Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan

    Berbeda.......................................................................... 33

    Gambar 5.2 Pertumbuhan Rata-rata Ikan Bandeng (Chanos chanos

    Forsskal) Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan

    Berbeda............................................................................ 34

    Gambar 5.3 Efisiensi Pakan Ikan Bandeng (Chanos chanos

    Forsskal) Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan

    Berbeda............................................................................ 35Gambar 5.4 Aktivitas Enzim Amilase Pada Lambung dan Usus

    Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) Dengan

    Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan Berbeda ............... 36

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    16/88

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Foto Benih Ikan Bandeng........................................................ 59

    Lampiran 2 Foto Bak Penelitian ............. 59

    Lampiran 3 Foto Bahan Pakan Untuk Ikan ................................................ 60

    Lampiran 4 Foto Mesin Pembuatan Pakan ................................................. 60

    Lampiran 5 Formulasi Pakan Penelitian..................................................... 61

    Lampiran 6 Hasil Analisa Proksimat Pakan Uji......................................... 61

    Lampiran 7 Komposisi Vitamin Mix Pakan Buatan....... 62

    Lampiran 8 Komposisi Mineral Mix Pakan Buatan .............. 62

    Lampiran 9 Kadar Nutrien Pakan Yang Diperlukan Ikan Bandeng

    (Chanos chanos Forsskal) (Vijayagopal et al.,2011) ............ 63

    Lampiran 10 Bahan Pakan Buatan ............................................................... 64

    Lampiran 11 Bahan Analisa Proksimat Pakan ........................................... 64

    Lampiran 12 Bahan Analisa Enzim Amilase ............................................. 64

    Lampiran 13 Alat Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian ....................... 65

    Lampiran 14 Data Pertumbuhan Harian Ikan Bandeng (Chanos chanos

    Forsskal) .. 66

    Lampiran 15 Data Efisiensi Pakan Ikan Bandeng (Chanos chanos

    Forsskal) .. 66

    Lampiran 16 Data Aktivitas Enzim Amilase Ikan Bandeng (Chanos

    chanos Forsskal) (U/mg protein)............ 66

    Lampiran 17 Data Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos chanos

    Forsskal) (%) ...... 67

    Lampiran 18 Data Rata-Rata Kualitas Fisika dan Kimia Air Ikan

    Bandeng (Chanos chanos Forsskal) ...... 67

    Lampiran 19 Pertumbuhan Harian, Efisiensi Pakan, dan Aktivitas Enzimamilase Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) .. 67

    Lampiran 20 Uji Normalitas (Output IBM SPSS 20) .. 68

    Lampiran 21 Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Pertumbuhan Harian

    Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) ... 69

    Lampiran 22 Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Efisiensi Pakan Ikan

    Bandeng (Chanos chanos Forsskal) setelah data

    ditransformasi pada Y = (X)0,5........ 69

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    17/88

    Lampiran 23 Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Aktivitas Enzim

    Amilase Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) . 70

    Lampiran 24 Analisis ragam (ANOVA satu jalur) Kelangsungan HidupIkan Bandeng (Chanos chanos Forsskal) setelah data

    ditransformasi pada Y = (X)0,5 70

    Lampiran 25 Hasil Uji Proksimat Ikan Sebelum dan Sesudah Penelitian

    dengan Kadar Karbohidrat Berbeda. 71

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    18/88

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) merupakan salah satu ikan

    ekonomis penting karena dikenal di masyarakat sebagai sumber protein hewani

    yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, pangsa pasar yang baik. Ikan

    banding merupakan spesies unggulan dalam pengembangan budidaya air payau

    setelah komoditas udang. Selain sebagai ikan konsumsi, ikan bandeng juga

    dipakai sebagai ikan untuk umpan hidup pada usaha penangkapan ikan tuna

    sehingga kebutuhan benih ikan bandeng cukup banyak. Hal tersebut

    menyebabkan perlu dilakukan usaha kegiatan budidaya ikan bandeng baik di

    tambak maupun jaring apung untuk mengantisipasi kebutuhan pasar yang

    semakin banyak.

    Teknologi budidaya ikan bandeng di tambak telah mengalami

    perkembangan yang begitu pesat mulai dari sistem tradisional sampai sistem

    intensif.Pada teknologi budidaya secara intensif, penggunaanpakan merupakan

    salah satu komponen yang sangat besar peranannya untuk meningkatkan

    pertumbuhan yang optimal. Namun, salah satu kendala umum dalam upaya

    intensifikasi budidaya ikan khususnya ikan bandeng adalah harga pakan yang

    mahal dan membutuhkan jumlah pakan yang banyak sehinggga biaya produksi

    cukup tinggi, yang dapat mencapai 35-60% dari total biaya produksi (Sutikno,

    2011). Harga pakan ikan bandeng yang relatif mahal ini disebabkan oleh

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    19/88

    2

    komposisi utama pakan ikan adalah protein. Diketahui bahwa protein merupakan

    sumber energi pakan yang mahal, terutama protein yang berasal dari tepung ikan.

    Pakan ikan yang baik mempunyai kandungan protein, lemak, karbohidrat,

    vitamin dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan nutrien dari ikan yang

    dibudidayakan. Kebutuhan nutrien harus lengkap dan berimbang untuk

    mendukung proses fisiologis dan metabolisme dalam tubuh ikan. Bahan baku

    utama dalam penyusunan pakan ikan adalah tepung ikan sebagai sumber protein

    yang ketersediaanya masih harus diimpor. Ikan bandeng dapat tumbuh lebih

    cepat dengan diberi pakan pelet dengan kadar protein 25-35 % (Buwono, 2000).

    Menurut Boonyaratpalin (1997) bahwa kebutuhan protein pakan benih ikan

    bandeng pada ukuran 0,5-0,8 g berkisar 30-40 % dalam pakan. Tingginya

    kebutuhan protein akan berimplikasi pada harga pakan yang mahal, serta

    banyaknya limbah nitrogen ke perairan lingkungan budidaya. National Research

    Council (NRC) (1983) mengemukakan bahwa protein merupakan zat terpenting

    dari semua zat gizi yang diperlukan ikan karena merupakan zat penyusun dan

    sumber energi utama bagi ikan.

    Salah satu upaya untuk mengurangi peranan protein sebagai sumber energi

    dalam pakan adalah dengan memaksimalkan penggunaan karbohidrat pakan

    sebagai sumber energi. Karbohidrat merupakan unsur makro nutrien pakan yang

    paling murah sebagai sumber energi dibandingkan dengan sumber dari protein

    dan lemak. Pengaruh karbohidrat pakan terhadap pertumbuhan ikan bergantung

    pada sumber, kandungan, daya cerna, jumlah yang dimakan, kondisi lingkungan

    dan jenis ikan (Brauge et al., 1994). Selain itu, respon ikan terhadap karbohidrat

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    20/88

    3

    pakan berbeda tergantung pada kemampuan organ pencernaan ikan dalam

    mencerna dan kemampuan sel untuk memanfaatkan glukosa (Watanabe, 1988).

    Pemanfaatan karbohidrat pada ikan mas dapat mencapai 40 % (Furuichi, 1988),

    sedangkan pada ikan gurami ukuran + 30 g mampu mencerna dan menyerap

    karbohidrat (soluble carbohydrate) sampai kadar 35,59 % dan menghasilkan

    retensi, laju pertumbuhan dan efisiensi pakan tertinggi pada karbohidrat 20,81 %

    (Hadadi, 2009). Pada ikan bandeng belum ditemukan kadar karbohidrat yang

    terbaik untuk pertumbuhan maksimalnya.

    Di samping itu, untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengoptimalkan

    pertumbuhan ikan perlu diperhatikan managemen pakan. Pakan buatan yang

    diberikan dengan formula dan waktu yang tepat akan dapat meningkatkan

    kecernaan dan penyerapan nutrien pakan dalam saluran pencernaan ikan. Hal ini

    berdampak pada peningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng.

    Salah satu yang perlu diketahui adalah aktivitas enzim dalam saluran pencernaan

    ikan bandeng.Menurut Bagarinao (1991) ada keterkaitan antara aktivitas enzim

    pencernaan dan perkembangan struktur organ pencernaan dan kebiasaan makan

    dari ikan bandeng. Peningkatan kecernaan pada karbohidrat pakan dapat

    meningkatkan respons glikolisis karbohidrat untuk menghasilkan energi.

    Melihat pentingnya peran karbohidrat dalam pakan maka perlu dilakukan

    penelitian untuk menentukan kebutuhan karbohidrat dan efektifitasnya sebagai

    sumber energi untuk mendukung pertumbuhan, efisiensi pakan dan pengaruhnya

    terhadap aktivitas enzim amilase.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    21/88

    4

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

    1.2.1 Apakah perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh

    terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanosForsskal)?

    1.2.2 Apakah perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh

    terhadap efisiensi pakan ikan bandeng (Chanos chanosForsskal)?

    1.2.3 Apakah perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh

    terhadap aktivitas enzim amilase ikan bandeng (Chanos chanos

    Forsskal)?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh:

    1.3.1 perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan terhadap laju

    pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanosForsskal).

    1.3.2 perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan terhadap efisiensi

    pakan ikan bandeng (Chanos chanosForsskal).

    1.3.3 perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan terhadap aktivitas

    enzim amilase ikan bandeng (Chanos chanosForsskal)

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah untuk menambah

    khasanah ilmu nutrisi khususnya peran optimal karbohidrat dalam pakan untuk

    mendukung pertumbuhan ikan bandeng dan menekan biaya pakan sehingga

    meningkatkan keuntungan ekonomi.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    22/88

    5

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Bandeng

    Menurut Saanin (1984), bahwa ikan bandeng diklasifikasikan sebagai

    berikut:

    Phylum : Chordata

    Subphylum : VertebrataKelas : Pisces

    Subkelas : Teleostei

    Ordo : Malacopterygii

    Famili : Chanidae

    Genus : Chanos

    Spesies : Chanos chanosForsskal, 1775

    Ikan bandeng mempunyai bentuk luar yang hampir sama dengan ikan-ikan

    lainnya, yaitu seperti torpedo, dimana sirip-sirip berfungsi sebagai alat untuk

    berenang (Martosudarmo et al., 1984). Mulut ikan bandeng berbentuk

    simetribilateral, di depan dan bergigi, terdiri dari rahang atas (premaxilla) dan

    rahang bawah (maxilla). Mempunyai dua buah lubang hidung (nostril), terletak di

    depan mata dan tertutupi oleh lapisan seperti gelatin dan tidak mempunyai

    pelupuk mata (eyelid).

    Ikan bandeng mempunyai beberapa sirip pada tubuhnya, antara lain: sirip

    punggung berjari-jari lemah 13-17 terletak ditengah-tengah punggung, sirip dada

    berjari-jari lemah 16-17. Sirip dada dan perut mempunyai sisik tambahan

    (auxilliarry scale) dan terlihat jelas pada pangkal sirip tersebut. Sirip dubur jauh

    kebelakang dekat sirip ekor dan berjari-jari lemah sampai 11. Sirip ekor panjang

    dan bercagak. Umumnya tubuh ikan bandeng dilindungi oleh sisik cyclid. Sisik

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    23/88

    6

    garis rusuk (linea lateralis) tampak pada kedua sisi badan ikan, terbentuk dari

    baris sisik yang berpori.

    2.2 Habitat dan Kebiasaan Makan

    Ikan bandeng termasuk jenis ikan yang memiliki toleransi terhadap

    perubahan kadar garam dalam kisaran luas/lebar (euryhalyn), sehingga ikan

    bandeng dapat dijumpai di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama masa

    perkembangannya, ikan bandeng menyukai hidup di air payau atau daerah muara

    sungai. Ketika mencapai usia dewasa, ikan bandeng akan kembali ke laut untuk

    berkembang biak (Bagarinao, 1991). Daerah penyebaran yaitu di laut Indo Pasifik

    dan dominan di Asia. Di Asia Tenggara banyak dijumpai di daerah perairan

    Birma, Thailand, Vietnam, Philipina, Malaysia dan Indonesia. Ikan bandeng

    mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya, ikan bandeng

    mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa

    tumbuhan mikroskopis seperti: plankton, udang renik, jasad renik, dan tumbuhan

    multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran

    mulutnya, (Bagarinao, 1991).

    Berdasarkan jenis makanannya, ikan bandeng termasuk ikan herbivora

    yang bertendensi omnivora, mempunyai mulut yang tidak bergigi dengan usus

    yang sangat panjang, beberapa kali panjang tubuhnya. Pada stadia larva, ikan

    bandeng tergolong karnivora yang memakan zooplankton, kemudian pada stadia

    benih menjadi omnivora yang memakan zooplankton, diatom, dan bentos kecil,

    dan selanjutnya pada ukuran juvenil termasuk ke dalam golongan herbivora yang

    memakan algae filamen, algae mat, detritus, bentos kecil, dan bisa mengkonsumsi

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    24/88

    7

    pakan buatan berbentuk pelet. Pada waktu dewasa, ikan bandeng berubah

    menjadi omnivora lagi karena mengkonsumsi algae mat, algae filamin,

    zooplankton, bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pelet.

    2.3 Kebutuhan Nutrisi Ikan

    Nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam budidaya

    ikan. Beberapa komponen nutrisi yang sangat penting dan harus tersedia dalam

    pakan ikan antara lain adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin serta mineral.

    Nutrisi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan, pertumbuhan dan

    reproduksi ikan (Linder, 1992). Kekurangan salah satu nutrisi dapat menurunkan

    laju pertumbuhan, menyebabkan penyakit, sedangkan kelebihan nutrisi dapat

    menyebabkan laju pertumbuhan terhambat.

    Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan ikan berbeda menurut jenis dan

    ukurannya (De Silva dan Anderson, 1995; Wilson, 1989). Pada nutrisi ikan,

    protein merupakan komponen organik utama yang bahannya dari jaringan tubuh

    hewan, 65-75% protein berperan sebagai sumber energi dan sebagai zat

    pembangun dan pengatur untuk pertumbuhan. Kandungan energi protein rata-rata

    4 kilo kalori/gram atau setara dengan kandungan energi karbohidrat (Sudarmadji,

    1989).

    Penentuan protein yang tepat tergantung pada spesies dan ukuran ikan.

    Protein dibentuk dari asam-asam amino dan ada 10 macam asam amino yang

    mutlak dibutuhkan oleh ikan maupun udang. Menurut Vijayagopal et al.,(2011),

    kesepuluh asam amino esensial itu adalah leusin, methionin, isoleusin, tryptophan,

    valin, arginin, histidin, fenilalanin, treonin, dan lisin.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    25/88

    8

    Menurut Akbar (2000) bahwa kebutuhan asam amino (protein) masing-

    masing jenis ikan berbeda-beda. Jumlah protein yang dibutuhkan ikan dipengaruhi

    oleh berbagai faktor antara lain ukuran ikan, suhu air, jumlah pakan yang

    dimakan, kesediaan dan kualitas pakan alami, dan kualitas protein. Protein yang

    dibutuhkan ikan peliharaan berhubungan erat dengan tingkat protein optimum

    (optimum protein level) dalam pakan ikan tersebut. Jenis ikan karnivora

    membutuhkan tingkat protein yang lebih tinggi daripada ikan herbivora. Ikan pada

    stadia awal (larva) membutuhkan protein yang lebih tinggi daripada ikan dewasa.

    Tingkat protein optimum dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar antara

    25-50 % (Lovell, 1989).

    Selanjutnya lemak pakan memegang peranan penting sebagai sumber

    energi dalam pakan ikan, terutama untuk ikan-ikan karnivora. Energi total lemak

    adalah 9,45 kkal/g, tetapi nilai fisiologisnya 8,00 kkal/g untuk lemak jenuh dan

    9,00 kkal/g untuk lemak tak jenuh. Lemak adalah senyawa organik komplek yang

    tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Selain itu, lemak

    berfungsi menjadi sumber asam lemak, fosfolipid, kolesterol dan sebagai pelarut

    pada proses penyerapan vitamin A, D, E dan K.

    Lemak juga berfungsi membantu proses metabolisme dan menjaga

    keseimbangan daya apung ikan dalam air, memelihara bentuk dan fungsi

    membran/jaringan. Kelebihan lemak dapat disimpan sebagai cadangan energi

    untuk kebutuhan energi dalam jangka panjang selama melakukan aktivitas atau

    selama periode tanpa makanan (Akbar, 2000). Lemak mengandung asam lemak

    yang dapat diklasifikasikan sebagai asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    26/88

    9

    tak jenuh ditandai dengan adanya ikatan rangkap, sedangkan asam lemak jenuh

    ditandai dengan tidak adanya ikatan rangkap. Beberapa asam lemak tidak dapat

    disintesis oleh ikan (disebut asam lemak esensial, EFA) sehingga kebutuhannya

    harus dipenuhi dari pakan.

    Menurut Anggordi (1990), asam lemak jenuh contohnya adalah asam

    palmitat, asam stearat dan asam arachidat. Asam lemak jenis ini dapat

    meningkatkan kadar kolesterol. Asam lemak tak jenuh seperti linoleat, linolenat,

    dan arakidonat diperlukan untuk makanan yang sempurna. Asam-asam lemak

    tersebut perlu ada dalam ransum pakan karena hewan tidak dapat membuatnya.

    Dijelaskan oleh Akbar (2000), kebutuhan asam lemak tak jenuh lebih tinggi pada

    ikan stadia awal dibandingkan dengan ikan dewasa. Asam lemak -3 HUFA

    seperti eicosapentanoid acid disingkat dengan EPA (20:5n-3) dan docosahexanoid

    acid disingkat dengan DHA (22:6n-3) merupakan asam lemak esensial bagi ikan

    laut. Kekurangan asam lemak -3 HUFA dapat mengakibatkan lambatnya

    pertumbuhan, tidak sempurnanya pembentukan dan fungsi gelembung renang dan

    dapat menyebabkan kematian massal pada larva.

    Kebutuhan lemak bagi ikan berbeda-beda dan sangat tergantung dari stadia

    ikan, jenis ikan, dan lingkungan. Kebutuhan lemak total untuk pertumbuhan

    juvenil ikan bandeng sebesar 7-10% (Borlongan dan Coloso, 1992). Catacutan

    dan Coloso (1997), melaporkan bahwa pakan yang mengandung lemak 15% dan

    karbohidrat 20% memberikan respon pertumbuhan yang baik pada ikan kakap

    putih (Lates calcalifer). Dalam pakan buatan, kadar lemak tidak boleh terlalu

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    27/88

    10

    tinggi. Kadar lemak yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap mutu pakan,

    yaitu mudah mengalami oksidasi dan menghasilkan bau tengik.

    Pada pakan harus terjadi keseimbangan antara protein, lemak dan

    karbohidrat untuk mensuplai energi, proses fisiologi dan biokimia setiap jenis dan

    ukuran ikan (NRC 1983). Ikan karnivora kurang mampu memanfaatkan

    karbohidrat apabila dibandingkan dengan ikan omnivora dan herbivora. Pakan

    yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tepat dapat mengurangi

    penggunaaan protein sebagai sumber energi yang dikenal sebagai protein sparing

    effect. Terjadinya protein sparing effect akan dapat menurunkan biaya

    produksi/pakan menjadi lebih murah dan mengurangi limbah nitrogen ke

    lingkungan (Peres dan Teles, 1999).

    2.4 Karbohidrat

    Karbohidrat adalah salah satu makro nutrien yang cukup penting dalam

    pakan ikan, merupakan sumber energi pakan yang paling murah dibandingkan

    protein dan lemak (Erfanullah dan Jafri, 1995). Menurut Sudarmadji (1989),

    karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan kondensat

    polimer-polimernya. Karbohidrat merupakan sumber kalori atau makronutrien

    utama bagi organisme heterotroph.

    Karbohidrat merupakan zat organik yang tersusun dari atom karbon (C),

    hidrogen (H) dan oksigen (O) dalam suatu perbandingan tertentu. Karbohidrat

    terbagi dalam 3 kelompok yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida.

    Monosakarida utama yang terdapat dalam bentuk bebas dalam makanan adalah

    glukosa, fruktosa. Sukrosa merupakan disakarida (gula rangkap) yang mempunyai

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    28/88

    11

    rumus empiris C12H22O11 dan dikenal juga sebagai gula meja. Sedangkan

    polisakarida yang cukup penting adalah pati dengan rumus (C6H10O5.H2O)n. Pati

    banyak ditemukan dalam bijian, sayuran dan leguminosa. Bahan pakan pati di

    alam biasanya mengandung amilosa sekitar 10-20% dan amilopektin 80-90% dari

    total pati. Dekstrin merupakan hasil antara pada hidrolisis pati menjadi maltosa.

    Dekstrin merupakan substrat kesukaan bakteri acidophilik dalam saluran

    pencernaan dan bila pakan mengandung dektrin maka sintesis vitamin B dalam

    usus akan meningkat (Winarno, 1997). Karbohidrat dalam bentuk sederhana

    umumnya memiliki sifat lebih mudah larut dalam air daripada lemak dan protein

    (Vijayagopal et al, 2011). Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat

    tergantung pada kemampuan menghasilkan enzim amilase sebagai pemecah

    karbohidrat.

    Pakan yang dikonsumsi ikan akan menyediakan energi yang sebagian

    besar digunakan untuk metabolisme yang meliputi energi untuk hidup, aktivitas,

    pencernaan makanan dan pertumbuhan, sedangkan sebagian yang lainnya

    dikeluarkan dalam bentuk feses dan bahan ekskresi lainnya (Webster dan Lim,

    2002). Sumber energi lain yang berperan sebagai protein sparring effectselain

    karbohidrat adalah lemak. Ikan bandeng secara efektif dapat memanfaatkan

    lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi non-protein. Energi untuk seluruh

    aktivitas tersebut diharapkan sebagian besar berasal dari nutrien non protein

    (lemak dan karbohidrat). Apabila sumbangan energi dari bahan non protein

    tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi,

    sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangun jaringan tubuh akan

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    29/88

    12

    berkurang. Menurut Shiau dan Chuang (1995); Peres dan Teles (1999)

    menyatakan bahwa protein sparing effect oleh karbohidrat dan lemak dapat

    menurunkan biaya produksi (pakan) dan mengurangi pengeluaran limbah nitrogen

    ke lingkungan.

    2.5 Metabolisme Karbohidrat

    Karbohidrat merupakan sumber energi dan pada umumnya diproduksi oleh

    tumbuhan melalui proses fotosintesis (Sahwan, 2002). Kebutuhan ikan terhadap

    karbohidrat sangat tergantung pada jenis ikan. Golongan ikan karnivora

    membutuhkan karbohidrat lebih kurang 9%, golongan ikan omnivora memerlukan

    karbohidrat hingga 18,6%, dan ikan herbivora memerlukan karbohidrat lebih

    banyak lagi, yaitu mencapai 61% (Benitez, 1084).

    Karbohidrat dalam pakan umumnya berbentuk senyawa polisakarida,

    disakarida, dan monosakarida. Karena ikan tidak memiliki air liur maka

    pencernaan karbohidrat dimulai pada segmen lambung, tetapi secara intensif

    terjadi pada segmen usus yang memiliki enzim amilase pankreatik. Banyak enzim

    karbohidrase yang berperan pada segmen usus, antara lain: amilase, laktase,

    selulase, dan lain-lain. Amilum dan glikogen dihidrolisis oleh enzim amilase

    menjadi maltose dan dekstrin. Maltose dan dekstrin ini akan dihidrolisis oleh

    enzim laktase-limit dekstrinase menjadi glukosa. Disakarida dihidrolisis oleh

    enzim lactase atau sukrase menghasilkan galaktosa, glukosa, dan fruktosa.

    Selulosa akan dihidrolisis oleh enzim selulase menjadi sellubiose, kemudian

    sellubiose akan dihidrolisis oleh enzim sellobiose menjadi glukosa. Dalam bentuk

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    30/88

    13

    glukosa ini karbohidrat dapat diserap oleh dinding usus (Audesirk dan Audesirk,

    1999). Setelah diabsorbsi oleh sel, glukosa dapat segera diubah menjadi energi

    atau dapat disimpan dalam bentuk glikogen. Alur penting dalam metabolism

    karbohidrat adalah piruvat yang dapat diubah menjadi laktat tanpa membutuhkan

    oksigen (glikolisis anaerob). Dengan demikian, di bawah kondisi khusus,

    misalnya dalam aktivitas renang cepat, energi tetap dapat diproduksi walaupun

    dalam jumlah kecil sambil menunggu sistem pernapasan membawa oksigen

    tambahan. Reaksi anaerob ini pada akhirnya menghasilkan laktat sehingga laktat

    akan terakumulasi (khususnya dalam jaringan otot) sampai oksigen dapat

    dimanfaatkan. Dengan proses oksidasi, laktat akan diubah menjadi

    karbondioksida dan air (Tacon, 1987 dan Shimeno, 1974).

    2.6 Pemanfaatan Karbohidrat Pakan

    Karbohidrat pakan mempunyai fungsi utama sebagai sumber energi

    bagi kehidupan normal hewan. Ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan,

    aktivitas dan reproduksi. Ikan merupakan hewan yang tergolong kurang mampu

    memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energinya (Wilson, 1994). Penggunaan

    karbohidrat pakan dipengaruhi oleh kekomplekan dan jumlah karbohidrat, jenis

    dan ukuran ikan budidaya (Podoskina et al.,1997). Hal ini berkaitan dengan nilai

    kecernaan sumber karbohidrat, aktivitas enzim karbokhidrase ikan, kemampuan

    penyerapan glukosa dan monosakarida lainnya serta kemampuan sel

    memanfaatkan glukosa dalam darah (Hepher, 1988; Wilson, 1994). Nilai

    kecernaan karbohidrat pakan sangat dipengaruhi oleh kekomplekan sumber

    karbohidrat, jenis, dan ukuran ikan (Gallego et al., 1994; Shiau dan Chuang,

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    31/88

    14

    1995; Shiau, 1997). Nilai kecernaan dektrin pada ikan rainbrow trout sekitar 77,20

    % pada pakan yang mengandung dektrin 20%, dan kecernaannya turun menjadi

    45,40% dengan meningkatnya kandungan dektrin pakan menjadi 60,00%.

    Sementara pati yang telah dimasak memiliki nilai kecernaan sekitar 90% pada

    pakan yang mengandung pati sebesar 11,50% dan turun nilai kecernaannya

    menjadi 48,20% dengan meningkatnya kandungan pati pakan menjadi 40,20%

    (Inaba et al., 1963 dalamUsman, 2003 dan Usman, 2002). Pada ikan channel cat

    fishdapat memanfaatkan dektrin dan tepung jagung sebagai sumber karbohidrat

    dalam pakan dengan lebih baik daripada menggunakan glukosa, fruktosa, maltosa

    dan sukrosa. Sementara Buhler dan Halver (1961) dalam Wilson, (1994),

    melaporkan bahwa pemberian pakan dengan sumber karbohidrat yang berbeda

    pada pakan chinook salmon muda (Oncorhynchus tschawytscha) dengan kadar

    20,00%, ternyata glukosa, maltosa dan sukrosa menghasilkan laju pertumbuhan

    yang lebih baik dibandingkan dengan dektrin, fruktosa, galaktosa, tepung

    singkong dan glukosamin. Kandungan karbohidrat pakan yang dapat

    dimanfaatkan secara optimal oleh ikan karnivora berkisar 10-20%, sedangkan

    pada ikan omnivora dapat memanfaatkan karbohidrat secara optimal pada tingkat

    30-40% dalam pakan (Furuichi, 1988).

    2.7 Sistem Pencernaan Ikan

    Pencernaan terjadi dalam proses metabolisme untuk mengubah suatu

    substansi baik secara mekanis maupun kimia, sehingga susbstasi tersebut dapat

    dimanfaatkan tubuh (Allen, 1995b). Pencernaan merupakan proses perubahan

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    32/88

    15

    nutrien dari bentuk makromolekul yang komplek menjadi sederhana sehingga

    dapat diserap oleh tubuh. Sistem pencernaan merupakan suatu sistem organ dalam

    organisme yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien,

    serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Pencernaan yang dimaksud meliputi

    pencernaan secara fisik dan kimiawi (Audesirk, 1999 dan Wallace et al., 1996).

    Sistem pencernaan ikan terdiri dari mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus,

    intestine, rektum, anus serta hati dan pankreas (Affandi et al., 2005; Yusfiati,

    2006).

    2.8 Aktivitas Enzim Pencernaan Ikan

    Kemampuan ikan dalam mencerna pakan sangat tergantung pada

    kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim pencernaan. Enzim

    pencernaan merupakan suatu substansi kimia yang terdapat di dalam sistem

    pencernaan dan berfungsi untuk hidrolisis nutrien sehingga nutrien tersebut

    menjadi bentuk yang sederhana dan dapat diserap oleh sel sel tubuh (Audesirk dan

    Audesirk dan Audesirk, 1999; Nelson dan Robinson, 1982). Enzim terdapat di

    beberapa lokasi bagian tubuh, namun terutama ditemukan di usus (Allen, 1995a).

    Enzim yang berperan dalam proses pencernaan merupakan enzim hidrolitik atau

    hidrolase dan prosesnya disebut sebagai hidrolisis (Hickman et al., 1998).

    Enzim pencernaan pada ikan disekresikan oleh kelenjar pencernaan, baik

    yang terdapat pada lambung, pilorik kaeka, intestine maupun pankreas, Jenis dan

    jumlah enzim yang disekresikan oleh suatu jenis ikan berkaitan sangat erat dengan

    keberadaan kelenjar tersebut dan akan mengalami perkembangan sejalan dengan

    peningkatan umur dan kesempurnaan kelenjar pencernaan itu sendiri (Affandi et

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    33/88

    16

    al., 2005). Aktivitas enzim pencernaan secara umum bervariasi menurut umur

    ikan, faktor fisiologis dan musim (Hepher, 1988). Aktivitas enzim pencernaan

    adalah suatu indikator yang baik untuk menentukan kapasitas pencernaan.

    Aktivitas enzim yang tinggi secara fisiologis mengindikasikan bahwa larva siap

    untuk memproses pakan dari luar (Gawlicka et al., 2000). Aktivitas enzim

    pencernaan meningkat dengan meningkatnya umur larva. Peningkatan ini

    disebabkan oleh semakin sempurnannya organ penghasil enzim. Akan tetapi,

    untuk beberapa jenis enzim akan menurun sesuai dengan jenis makanan dari ikan

    (Infante dan Cahu, 2001). Aktivitas trypsin berpengaruh terhadap tingkat

    pertumbuhan ikan Atlantik cod (Gadus morhua) (Lemieux et al., 1999) dan ikan

    Atlantik salmon (Torrisen dan Shearer, 1992), sedangkan Blier et al., (2002),

    melaporkan bahwa aktivitas enzim ternyata tidak berpengaruh terhadap tingkat

    pertumbuhan ikan transgenik coho salmon (Oncorhynchus kisutch).

    2.9 Enzim

    Enzim adalah biokatalisator yang berfungsi sebagai katalis dalam proses

    biologis (Lehninger, 1982). Enzim yang dikenal luas penggunaannya adalah

    enzim amilase, lipase dan protease yang merupakan enzim hidrolitik pemecah

    senyawa makromolekul karbohidrat, lemak dan protein (Page, 1989). Enzim

    adalah protein yang disintesis di dalam sel dan dikeluarkan dari sel penghasilnya

    melalui proses eksositosis. Enzim yang disekresikan ke luar digunakan untuk

    pencernaan di luar sel (di dalam rongga pencernaan) atau disebut extracelluler

    digestion, sedangkan enzim yang dipertahankan di dalam sel digunakan untuk

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    34/88

    17

    pencernaan di dalam sel itu sendiri atau disebut intracelluler digestion(Affandi et

    al.,2005). Enzim pencernaan yang disekresikan dalam rongga pencernaan berasal

    dari sel-sel mukosa lambung, pilorik kaeka, pankreas, dan mukosa usus. Oleh

    karena itu, perkembangan sistem pencernaan erat kaitannya dengan

    perkembangan aktivitas enzim di dalam rongga saluran pencernaan (Walford dan

    Lam, 1993). Enzim-enzim tersebut berperan sebagai katalisator dalam hidrolisis

    protein, lemak, dan karbohidrat menjadi bahan-bahan yang sederhana. Sel-sel

    mukosa lambung menghasilkan enzim protease dengan suatu aktivitas proteolitik

    optimal pada pH rendah. Pilorik kaeka yang merupakan perpanjangan usus

    terutama mensekresikan enzim yang sama seperti yang dihasilkan pada bagian

    usus, yaitu enzim pencernaan protein, lemak, dan karbohidrat yang aktif pada pH

    netral dan sedikit basa. Cairan pankreas kaya akan tripsin, yaitu suatu protease

    yang aktivitasnya optimal sedikit di bawah alkalis, di samping itu cairan ini juga

    mengandung amilase, maltase, dan lipase. Pada ikan yang tidak memiliki lambung

    dan pilorik kaeka, aktivitas proteolitik terutama berasal dari cairan pankreas.

    Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa komposisi cairan pencernaan

    berhubungan dengan makanan yang dimakan oleh suatu spesies ikan. Enzim

    berperan dalam mengubah laju reaksi sehingga kecepatan reaksi yang

    diperlihatkan dapat dijadikan ukuran keaktivan enzim. Satu unit enzim adalah

    jumlah enzim yang mengkatalisis transformasi 1 mikromol substrat dalam waktu

    1 menit pada suhu 25C dan pada keadaan pH optimal. Aktivitas enzim

    bergantung pada konsentrasi enzim, substrat, suhu, pH, dan inhibitor. Huisman

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    35/88

    18

    (1976), menyatakan bahwa enzim pencernaan yang dihasilkan oleh lambung ikan

    aktif pada pH 2 sampai 4.

    2.10Enzim Amilase

    Enzim amilase merupakan enzim yang menghidrolisis karbohidrat. Bentuk

    molekul karbohidrat yang paling sederhana terdiri dari satu molekul gula

    sederhana. Namun banyak karbohidrat yang merupakan polimer yang tersusun

    dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai panjang serta bercabang cabang.

    Molekul karbohidrat paling sederhana yang tidak terikat pada karbohidrat lain

    dinamakan monosakarida atau gula sederhana. Suatu senyawa yang terdiri dari

    dua monosakarida yang terikat dinamakan disakarida, sedangkan yang

    mengandung tiga monosakarida yang terikat dinamakan trisakarida dan yang

    merupakan rantai panjang yang tersusun dari banyak monosakarida dinamakan

    polisakarida. Amilase secara bertahap akan menghidrolisis polisakarida menjadi

    monosakarida yang siap untuk diserap tubuh. Pada ikan, enzim ini terdapat di

    dalam lambung, pankreas, dan intestine (Dorit et al., 1991; McFadden dan

    Keeton, 1995; Nelson dan Robinson, 1982; Lewis, 1998; Purves et al., 1992; Starr

    dan Taggart, 1995; Wallace et al., 1996; Wilbraham dan Matta, 1992).

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    36/88

    19

    BAB III

    KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Berfikir

    Ikan bandeng sebagai komoditas budidaya mempunyai beberapa kelebihan

    jika dibandingkan dengan komoditas budidaya lainnya. Teknologi perbenihannya

    telah dikuasai dengan baik sehingga pasok benih tidak lagibergantung kepada

    musim dan benih dari alam, mempunyai pasar yang baik. Dalam kegiatan

    budidaya ikan baik semi intensif maupun intensif kendala utama yang sering

    dihadapi adalah kualitas pakan yang belum memenuhi kebutuhan optimum untuk

    ikan. Pakan merupakan faktor yang berpengaruh secara dominan terhadap

    pertumbuhan karena berfungsi sebagai pemasok energi untuk memacu

    pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidup (Huet, 1971). Biaya yang

    dikeluarkan untuk penyediaan pakan cukup tinggi mencapai 35-60% dari total

    biaya produksi (Sukadi, 2003).

    Sumber energi untuk proses pertumbuhan didapat dari pakan yang dimakan

    oleh ikan. Komponen utama energi pada pakan ikan berasal dari protein, lemak

    dan karbohidrat yang dibantu oleh vitamin dan mineral dalam pemanfaatannya.

    Apabila dukungan energi dalam pakan yang tidak cukup yang berasal dari lemak

    dan karbohidrat maka pertumbuhan ikan akan terhambat. Hal ini disebabkan

    kekurangan energi untuk metabolisme seperti untuk respirasi, transport ion,

    pengaturan suhu tubuh dan aktivitas lainnya diambil dari nutrien protein, sehingga

    protein ikan dirombak untuk menghasilkan energi, sehingga fungsi protein

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    37/88

    20

    sebagai pembangun jaringan tubuh akan berkurang. Demikian pula apabila

    kandungan lemak dan karbohidrat berlebih maka kandungan energi pakan terlalu

    tinggi sehingga akan mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan

    yang pada akhirnya pertumbuhan ikan menjadi lambat.

    Ikan dapat tumbuh dengan baik apabila komponen pakan lengkap dan

    berimbang dalam pakannya. Protein merupakan nutrien pakan yang harganya

    relatif mahal karena bahan pakan tersebut masih berasal dari impor. Salah satu

    cara untuk memaksimal pengunaan protein secara efisien untuk pertumbuhan ikan

    bandeng maka perlu dicari sumber energi pakan yaitu karbohidrat. Karbohidrat

    merupakan unsur makro nutrien pakan yang paling murah sebagai sumber energi

    dibandingkan dengan sumber protein dan sumber lemak. Pakan dengan

    penambahan karbohidrat yang tepat dapat meningkatkan ketersediaan sumber

    energi dan mengurangi penggunaaan protein sebagai sumber energi. Kadar

    optimal karbohidrat harus tersedia dalam pakan ikan bandeng. Pakan yang

    mengandung karbohidrat yang tinggi dapat menyebabkan menurunnya nilai

    kecernaan protein serta akan menurunkan pertumbuhan ikan (Lovell, 1989).

    Demikian pula kekurangan karbohidrat maka pemenuhan sumber energi dalam

    pakan tidak terpenuhi.

    Agar diperoleh pertumbuhan ikan bandeng yang maksimal maka perlu

    pendekatan aspek nutrisi dengan pemanfaatan karbohidrat yang tepat dan

    seimbang dalam memformulasi pakan agar diperoleh laju pertumbuhan ikan yang

    optimal, efisiensi pemberian pakan, aktivitas enzim amilase dan biaya pakan yang

    murah.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    38/88

    21

    3.2 Konsep

    Konsep dari usulan penelitian ini tersaji pada Gambar dibawah ini:

    Gambar 3.1 Diagram Konsep Penelitian

    Pengembangan Budidaya Bandeng

    Benih

    KOMPOSISI PAKAN

    -Mengganti sumber energi berupa protein

    dengan sumber energi karbohidrat

    -Kebutuhan nutrien sesuai ikan

    - Dapat dimakan oleh ikan

    Sumber energi pakan:

    Protein, Lemak, Karbohidrat

    Fakta:

    - Pakan komersial mahal akibat bahan protein

    impor

    - Harga pakan mahal

    Pakan Manajemen

    IKAN BANDENG

    Formulasi pakan dengan

    karbohidrat sebagai sumber

    energi

    Formula pakan

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    39/88

    22

    3.3 Hipotesis

    Hipotesis alternatif dari penelitian ini adalah:

    3.3.1 Ho: Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan tidak berpengaruh

    terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos

    Forsskal).

    H1 : Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap

    laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanosForsskal).

    3.3.2 Ho: Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan tidak berpengaruh

    terhadap efisiensi pakan ikan bandeng (Chanos chanosForsskal).

    H1 : Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap

    efisiensi pakan ikan bandeng (Chanos chanosForsskal).

    3.3.3 Ho: Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan tidak berpengaruh terhadap

    aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng (Chanos chanos

    Forsskal).

    H1 : Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap

    aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng (Chanos chanos

    Forsskal).

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    40/88

    23

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif

    termasuk jenis ekperimen murni (True experimenal design) (Sugiyono, 2013).

    Penelitian untuk mengetahui pengaruh kadar karbohidrat dalam pakan terhadap

    laju pertumbuhan, efisiensi pakan, dan aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng

    (Chanos chanosForsskal).

    4.1 Rancangan Percobaan

    Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan

    asumsi bahwa baik media penelitian maupun keadaan lingkungan yang

    merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat selain variabel bebas

    dikondisikan serba sama/relatif homogen. Variabel bebas dalam penelitian ini

    adalah kadar karbohidrat dalam pakan, sedangkan variabel terikatnya adalah

    pertumbuhan, efisiensi pakan, dan aktivitas enzim. Perlakuan (variabel bebas)

    berupa 5 macam kadar karbohidrat yang berbeda dalam pelet/ pakan buatan

    yaitu : 3,40 %, 12,40 %, 21,40 %, 30,40 % dan 39,40% dalam pakan. Setiap

    perlakuan diulang masing-masing tiga kali yang penempatanya dilakukan secara

    acak.

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

    Budidaya Laut (BBPPBL), Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan

    Gerokgak, Kabupaten Buleleng dari bulan Pebruari 2014 sampai Juli 2014.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    41/88

    24

    4.3 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:pengaruh

    kadar karbohidrat dalam pakan terhadap laju pertumbuhan, efisiensi pakan dan

    aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng (Chanos chanosForsskal)

    4.4 Penentuan Sumber Data

    Sumber data meliputi data primer dan data sekunder.

    Data primer meliputi: laju pertumbuhan ikan, efisiensi pakan dan aktivitas

    enzim amilase pada ikan bandeng (Chanos chanos Forskall) yang diberi pakan

    dengan kadar karbohidrat berbeda.

    Data sekunder meliputi: kelangsungan hidup, kualitas fisika dan kimia air.

    4.5 Variabel Penelitian

    4.5.1Parameter Utama

    Parameter utama yang akan diamati dalam penelitian ini adalah laju

    pertumbuhan, efisiensi pakan, aktivitas enzim amilase pada ikan bandeng.

    Berikut prosedur perhitungan dan pencatatan parameter utama dalam penelitian

    ini.

    Laju Pertumbuhan Harian(DailyGrowth Rate)

    Laju pertumbuhan harian dihitung berdasarkan rumus (Zonneveld et al.

    1991): DGR = ((Wt-Wo)/(t))

    Keterangan:

    DGR= Laju pertumbuhan harian (g/hari)

    Wt= Bobot rata-rata ikan pada akhir penelitian (g)

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    42/88

    25

    Wo= Bobot rata-rata ikan pada awal penelitian (g)

    t = Lama penelitian (hari)

    Efisiensi Pakan(Feed eff iciency)

    Efisiensi pemberian pakan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

    berikut (NRC 1993):

    e = ((Wt+D-Wo)/F x 100%

    Keterangan:

    e = Efisiensi pemberian pakan (%)

    Wt=Biomassa ikan pada akhir penelitian (g)

    Wo= Biomassa ikan pada awal penelitian (g)

    D = Biomassa ikan yang mati selama penelitian (g)

    F = Jumlah pakan yang konsumsi selama penelitian (g)

    4.5.2Parameter Pendukung

    Parameter pendukung dalam penelitian ini meliputi kelangsungan hidup

    dan pengamatan terhadap kualitas fisika dan kimia air.

    Kelangsungan Hidup(Survival Rate)

    Kelangsungan hidup ikan uji dihitung menggunakan rumus Affandi (1979)

    sebagai berikut:

    SR = (Nt/No) x 100%

    Dimana:

    SR = Kelangsungan hidup ikan uji

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    43/88

    26

    Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian

    No = Jumlah ikan uji pada awal penelitian

    Pengamatan kualitas fisika dan kimia air yang meliputi:

    (1)Salinitas (kadar garam) diukur dengan alat refraktometer

    (2)Suhu air diukur dengan termometer

    (3)Oksigen terlarut diukur dengan DO meter digital YSI model 51 B ketelitian

    0,01

    (4)Derajat keasaman (pH) diukur dengan alat pH meter digital YOKOhama

    Model pH 81 dengan ketelitian 0,01

    (5)Kadar amoniak dan nitrit dengan spektrofotometer

    4.6 Obyek Penelitian

    4.6.1 Ikan Uji

    Ikan uji yang digunakan pada penelitian adalah benih ikan bandeng

    berukuran berat rata- rata 1,5 0,5 g dan panjang total 8,00,5 cm dan berumur

    3 bulan. Benih ikan bandeng diperoleh dari hasil pembenihan Balai Besar

    Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol-Bali.

    4.6.2 Pakan Uji

    Pakan uji yang digunakan dalam bentuk pelet kering dengan ukuran

    disesuaikan bukaan mulut ikan (diameter 2,1-3,1 mm). Pemberian pakan

    dilakukan sebanyak 3 kali sehari secara ad-libitum (sampai kenyang). Bahan

    pakan diformulasi dengan kandungan karbohidrat berbeda dan disesuaikan

    dengan perlakuan yang dicobakan. Pakan uji sebelum di gunakan dianalisis

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    44/88

    27

    proksimat. Formulasi pakan penelitian dan hasil proksimat pakan uji terkait

    variasi pakan yang diujicobakan tertera dalam Lampiran 5 dan 6. Masing-masing

    formulasi pakan ditambah dengan vitamin mix (Lampiran 7) dan mineral mix

    (Lampiran 8). Kadar nutrien pakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

    kebutuhan nutrien pakan pada spesies ikan omnivora (ikan bandeng) (Lampiran

    9).

    4.7 Bahan dan Instrumen Penelitian

    4.7.1 Bahan Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Benih ikan bandeng

    dengan berat rata-rata 1,5 0,5 g, panjang total 8,00,5 cm dan umur 3 bulan,

    bahan pakan(Lampiran 10), bahan untuk analisa proksimat pakan (Lampiran 11),

    dan bahan untuk analisa enzim amilase (Lampiran 12).

    4.7.2 Media Penelitian

    Pada penelitian ini menggunakan media air laut (30-33 ppt), dengan suhu

    air laut berkisar 29-32 oC (keadaan air laut di pantai Gondol).

    4.7.3 Instrumen Penelitian

    Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang

    tercantum pada Tabel 4.1 dan Lampiran 13.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    45/88

    28

    Tabel 4.1Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

    Alat Penelitian Jumlah

    Bak polykarbonat volume 400 liter

    Blower

    Serok

    Ember, volume 20 liter

    Penggaris, ketelitian 0,1 mm

    Perlengkapan aerasi

    Freeze dry system, merk Labconco, Vansus City, Missouri

    Mesin pelet, merk Royal Japan, Food cutter 1,2-4,5 mm

    Electronic balance, Type BW 3200, merk Shimadzu, Japan

    Timbangan analitik, merk SartoriusSpektrofotometer, merk Shimadzu, Japan

    Almari pendingin

    15 unit

    1 unit

    1 unit

    1 unit

    1 unit

    1 unit

    1 unit

    1 unit

    1 unit

    1 unit1 unit

    1 unit

    4.8 Prosedur Kerja

    4.8.1Pengamatan Laju Pertumbuhan Harian dan Efisiensi Pakan

    Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bandeng

    dengan berat rata-rata 1,5 g 0,5 g dan panjang total 8,0 cm 0,5 yang

    diperoleh dari hasil pembenihan ikan bandeng. Sebelum digunakan, hewan uji

    diadaptasikan dengan pemberian pakan buatan. Ikan uji yang mempunyai respon

    baik terhadap pakan, sehat dan ukuran yang relatif sama (setelah dipuasakan

    selama 24 jam) ditebar ke dalam 15 bak polikarbonat bervolume 400 liter air

    dengan kepadatan 20 ekor/bak. Setiap bak dilengkapi aerasi dan sistem air

    mengalir dengan tingkat pergantian air 45 liter/jam. Selama penelitian ikan diberi

    pakan uji secara perlahan sampai kenyang, dengan frekuensi tiga kali sehari.

    Setiap hari setelah pemberian pakan, dilakukan penyiponan/pengambilan kotoran

    dan pakan yang bertujuan agar mempertahankan kualitas air tetap baik. Sisa pakan

    diambil kembali dan dikumpulkan untuk penghitungan konsumsi pakan.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    46/88

    29

    Pengamatan pertumbuhan ikan uji dilakukan dengan penimbangan seluruh ikan

    penelitian secara individu setiap 7 hari. Sampel ikan pada awal dan akhir

    penelitian diambil untuk dianalisis proksimat (kadar protein, air, serat, abu,

    BETN) dengan mengikuti metode Takuechi (1988). Pemantauan kualitas air

    dalam penelitian ini dilakukan untuk mengoptimalkan kondisi media

    pemeliharaan hewan uji.

    4.8.2Pengamatan Enzim Amilase

    Preparasi sampel

    Pengambilan sampel untuk pengamatan aktivitas enzim amilase dilakukan

    berdasarkan selang waktu yaitu sesaat sebelum pemberian pakan (jam ke-0), dan

    9, 12, 15, 18 jam setelah pemberian pakan pada ikan bandeng

    Ekstrak sampel diambil dari lambung dan usus ikan bandeng. Sampel

    lambung dan usus ditimbang, kemudian ditambahkan larutan buffer Tris (20 mM

    Tris HCl, 1 mM EDTA, 10 mM CaCl2, pH 7,5) dengan perbandingan 10%. Lalu

    dimasukkan ke dalam tabung effendorf dan disentrifuge selama 10 menit 12.000

    rpm suhu 4C. Diambil supernatantnya, dan dilakukan analisis enzim amilase

    terhadap supernatant tersebut. Penyimpanan supernatan dilakukan pada suhu

    rendah (- 80

    o

    C) agar aktivitas enzim tetap stabil dan enzim terhindar dari

    kerusakan baik akibat terdegradasi maupun terdenaturasi. Konsentrasi protein

    terlarut dalam sampel ditentukan dengan metode Bradford (1976) menggunakan

    Albumin Bovine Serum sebagai standar. Aktivitas enzim pencernaan dinyatakan

    dengan satuan U/ mg protein.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    47/88

    30

    Pengujian aktivitas enzim amilase

    Aktivitas amilase diukur menggunakan larutan pati 1% sebagai substrat

    dalam bufer natrium fosfat 20 mM (pH 6,9) dan mengandung NaCl 6,0 mM

    mengikuti metode Worthington (1993). Larutan substrat 0,5 mL ditambahkan ke

    dalam 0,5 mL sampel ekstrak enzim kasar, lalu diinkubasi selama 3 menit pada

    suhu 95oC. Setelah itu dilakukan penambahan 0,5 mL asam dinitrosalisilat (DNS)

    dan diinkubasi kembali di dalam bak air mendidih selama 5 menit. Nilai

    absorbansi campuran diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

    540 nm. Jumlah maltosa yang dilepas dari pengujian ini ditentukan dari kurva

    standar. Satu unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah amilase yang

    diperlukan untuk menghidrolisis 1 g maltosa per menit.

    4.9 Analisa Data

    Data pertumbuhan, efisiensi pakan, dan aktivitas enzim amilase ikan uji

    dianalisa secara statistik dengan menggunakan analisa keragaman (ANOVA satu

    jalur) sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu RAL. Apabila dari daftar

    sidik ragam diketahui bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh berbeda nyata

    (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    48/88

    31

    menggunakan uji Levene. Apabila tidak memenuhi dilakukan transformasi data

    agar dapat dianalisis dengan ANOVA satu jalur atau dilakukan analisis non

    parametrik (Agusyana, 2011). Analisa uji prasyarat, uji keragaman (ANOVA satu

    jalur), dan BNT dalam penelitian ini dikomputasi dengan bantuan IMB SPSS 20

    for windows.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    49/88

    32

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    5.1 Hasil

    Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data pada

    variabel laju pertumbuhan harian (PH), efisiensi pakan (EP) dan aktifitas enzim

    aminalase (AEA) bisa homogen sehingga hipotesis nol diterima (Lampiran 20).

    Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan harian (PH), Efisiensi Pakan (EP), dan

    Aktivitas Enzim Amilase (AEA) pada ikan bandeng yang diberi pakan yang

    mengandung kadar karbohidrat yang berbeda dalam pakan tersaji pada Tabel 5.1.

    Tabel 5.1 BNT Laju Pertumbuhan Harian (PH), Efisiensi Pakan (EP), dan

    Aktivitas Enzim Amilase (AEA) pada Ikan Bandeng (Chanos chanos

    Forsskal)1)

    Perlakuan

    Laju

    Pertumbuhan

    Harian (g/hari)

    Efisisensi Pakan

    (%)

    Aktivitas Enzim

    Amilase

    Lambung

    Aktivitas Enzim

    Amilase

    Usus

    A 0,297 0,015a 95,01 6,02a 0,989 0,291

    ab1,152 0,209b

    B 0,320 0,014ac 102,01 7,33a 1,441 0,334ab 1,382 0,126ac

    C 0,356 0,016b 105,61 6,24ab 1,843 0,361b 2,126 0,304d

    D 0,364 0,007b 110,69 2,86b 2,614 0,499c 2,605 0,242e

    E 0,337 0,014ac 98,93 1,25a 1,491 0,309b 1,595 0,163af

    Keterangan: 1) data selengkapnya tersaji pada Lampiran 14, 15 dan 17

    2) hurup yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya

    perbedaan antar perlakuan berdasarkan hasil komputasi ANOVA

    satu jalur dan BNT (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    50/88

    33

    5.1.1 Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan pada

    Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)

    Varibel pertumbuhan pada ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)

    parameter yang digunakan adalah laju pertumbuhan harian. Berdasarkan hasil

    analisis ragam (ANOVA satu jalur) menggunakan SPSS selengkapnya tersaji

    pada Lampiran 14. Hasil tersebut menunjukkan perbedaan kadar karbohidrat

    dalam pakan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos

    chanos Forsskal) (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    51/88

    34

    Hal tersebut didukung oleh data pertumbuhan rata-rata ikan bandeng

    (Chanos chanos Forsskal) selama proses penelitian. Data pertumbuhan rata-rata

    ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) selama penelitian ditampilkan pada

    Gambar 5.2.

    Gambar 5.2 Pertumbuhan Rata-rata Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)

    Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat Pakan Berbeda

    Pada Gambar 5.2 terlihat bahwa penambahan berat rata-rata ikan bandeng

    (Chanos chanos Forsskal) tertinggi diperoleh pada ikan yang diberi pakan yang

    mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) diikuti pakan yang

    mengandung kadar karbohidrat 21,40% (Pakan C), 39,40% (Pakan E), 12,40%

    (Pakan B), dan 3,40% (Pakan A).

    5.1.2 Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Efisiensi Pakan pada

    Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)

    Hasil analisis ragam (ANOVA satu jalur) menggunakan SPSS

    selengkapnya tersaji pada Lampiran 15. Hasil tersebut memperlihatkan perbedaan

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    52/88

    35

    kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap efisiensi pakan ikan

    bandeng (Chanos chanos Forsskal) (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    53/88

    36

    Gambar 5.4 Aktivitas Enzim Amilase pada Lambung dan Usus Ikan Bandeng(Chanos chanos Forsskal) Dengan Pemberian Kadar Karbohidrat

    Pakan Berbeda

    Keterangan: Warna menunjukkan waktu pengambilan data yaitu = 18 jam

    setelah pemberian pakan; = 15 jam setelah pemberian pakan;

    = 12 jam setelah pemberian pakan; = 9 jam setelah

    pemberian pakan; = sebelum diberikan pakan

    Berdasarkan Gambar 5.4 terlihat bahwa aktivitas enzim amilase tertinggi

    pada lambung ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) kisaran waktu 12 jam

    setelah pemberian pakan. Sedangkan, pada usus kisaran waktu 15 jam setelah

    pemberian pakan. Apabila dibandingkan rata-rata aktivitas enzim amilase di usus

    lebih tinggi dibandingkan lambung ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).

    Hasil tersebut memperlihatkan perbedaan kadar karbohidrat dalam

    pakan berpengaruh terhadap aktivitas enzim amilase baik di lambung maupun

    usus ikan bandeng (Chanos chanosForsskal) (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    54/88

    37

    5.1.4 Analisis Data Pendukung

    5.1.4.1Kelangsungan Hidup

    Nilai kelangsungan hidup benih ikan bandeng yang diberi pakan dengan

    kadar karbohidrat yang berbeda sampai akhir penelitian berkisar 98,33-

    100,00%. Hasil tersebut memperlihatkan tidak adanya pengaruh kadar

    karbohidrat dalam pakan terhadap kelangsungan hidup (KH) ikan bandeng

    (Chanos chanos Forsskal) (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    55/88

    38

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    6.1Pembahasan

    6.1.1 Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan pada

    Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)

    Pada Gambar 5.2 menunjukkan bahwa pada awal penelitian benih ikan

    bandeng yang diberi pakan dengan karbohidrat berbeda pada rentang 0-7 hari

    mengalami penurunan berat ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal), hal ini

    diduga karena stres yang dialami oleh ikan bandeng akibat pemindahan ke bak

    baru atau ikan bandeng masih beradaptasi dengan lingkungannya. Setelah hari ke-

    7 berat ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) terus mengalami peningkatan,

    peningkatan berat rata-rata tertinggi terjadi pada rentang 49-56 hari.

    Subandiyono (2009) menyatakan karbohidrat mempunyai peran utama

    yang sangat penting pada ikan dikarenakan dua alasan. Pertama, karbohidrat

    merupakan salah satu dari 6 kelompok nutrien yang penting dari berbagai

    komponen molekular pembentuk sel. Enam kelompok nutrien tersebut adalah

    protein, asam nukleat, lemak, vitamin, mineral, dan karbohidrat itu sendiri.

    Kedua, karbohidrat membentuk bagian terbesar kedua dari suplai pakan ikan

    setelah protein. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga bahwa kadar karbohidrat

    pada pakan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Dalam penelitian ini

    ikan bandeng (Chanos chanosForsskal) diberikan perlakuan berupa pakan dengan

    kadar karbohidrat yang berbeda.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    56/88

    39

    Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan

    berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos

    Forsskal) (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    57/88

    40

    Jumlah karbohidrat yang diperlukan bagi pertumbuhan dan pemeliharaan

    (maintenance), dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain spesies ikan, umur

    ikan, komposisi ransum, dan tingkat metabolisme standar (Buwono, 2000). Pada

    penelitian ini pakan yang mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D)

    memiliki pertumbuhan harian tertinggi, diikuti pakan yang mengandung kadar

    karbohidrat 21,40% (Pakan C), 39,40% (Pakan E), 12,40% (Pakan B), dan 3,40%

    (Pakan A). Hal ini disebabkan karena adanya kebutuhan optimun karbohidrat

    yang dibutuhkan oleh ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) yaitu sebesar

    30,40% dari total massa pakan yang mencapai rerata pertumbuhan harian 0,364

    g/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar karbohidrat 30,40% paling efisien

    dimanfaatkan sebagai sumber energi dibandingkan varian kadar karbohidrat

    lainya, sehingga protein pakan paling banyak digunakan untuk sintesa protein

    tubuh yang tercermin dari pertumbuhan harian ikan bandeng (Chanos chanos

    Forsskal) yang paling tinggi pada kadar tersebut.

    Adanya kebutuhan karbohidrat optimum pada ikan didukung oleh

    Mujiman (2000) yang menyatakan golongan ikan karnivora membutuhkan

    karbohidrat sekitar 9% dari bobot tubuhnya; berbeda dengan golongan ikan

    omnivora yang memerlukan karbohidrat hingga 18,6%; dan ikan herbivora

    memerlukan karbohidrat mencapai 61%. Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)

    yang digunakan dalam penelitian masuk kategori ikan omnivora, yang secara teori

    memerlukan karbohidrat optimum 18,6% ternyata temuan penelitian ini

    memperlihatkan kebutuhan optimum karbohidrat mencapai 30,40%. Hal tersebut

    dimungkinkan karena benih ikan yang digunakan adalah benih ikan bandeng

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    58/88

    41

    (Chanos chanos Forsskal). Secara alami stadia larva, ikan bandeng tergolong

    karnivora yang memakan zooplankton, kemudian pada stadia benih menjadi

    omnivora yang memakan zooplankton, diatom, dan bentos kecil, dan selanjutnya

    pada ukuran juvenil termasuk ke dalam golongan herbivora yang memakan algae

    filamin, algae, detritus, bentos kecil, dan bisa mengkonsumsi pakan buatan

    berbentuk pelet. Pada saat dewasa, ikan bandeng berubah menjadi omnivora lagi

    karena mengkonsumsi algae mat, algae filamin, zooplankton, bentos lunak, dan

    pakan buatan berbentuk pelet.

    Selain itu, Shiau dan Lan (1996) menyatakan bahwa kebutuhan

    kandungan karbohidrat pakan berbeda-beda untuk setiap kelompok ukuran dan

    spesies ikan. Selain itu, Suwirya et al., (2001) melaporkan bahwa yuwana ikan

    kerapu bebek akan tumbuh dengan baik apabila diberikan pakan dengan kadar

    karbohidrat sekitar 8,21%-28,68% dengan kadar optimumnya adalah 15,66%.

    Penurunan pertumbuhan harian ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal)

    dengan pakan berkadar karbohidrat 39,40% (Pakan E) diduga karena kelebihan

    substrat berupa karbohidrat menghambat reaksi enzimatis amilase untuk

    mengkonversi amilum menjadi maltosa sehingga menghambat proses selanjutnya

    sehingga belum terbentuk glukosa yang menyebabkan usus tidak bisa

    menyerapnya. Jumlah glukosa dalam darah ikan sebagai sumber energi langsung

    menurun dengan demikian porsi protein banyak digunakan sebagai sumber energi

    melalui proses glukogeogenesis. Hal tersebut diperkuat dengan temuan data

    aktivitas enzim amilase yang juga mengalami penurunan pada pakan berkadar

    karbohidrat 39,40%. Selain itu, hasil analisis uji proksimat ikan sebelum dan

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    59/88

    42

    sesudah penelitian menunjukkan adanya penurunan persentase lemak dan protein

    pada ikan yang diberi pakan dengan kadar 39,40% (data lengkap tersaji pada

    Lampiran 19) sebesar 2,11% dan 1,50%.

    Hal ini didukung oleh Subandiyono (2009) yang menyatakan percobaan

    pemberian pakan dalam jangka waktu yang lama pada spesies ikan omnivora

    menunjukkan bahwa kadar karbohidrat pakan yang terlalu tinggi menghambat

    pertumbuhan, menurunkan kadar glikogen liver, dan dapat menyebabkan

    kematian. Terhambatnya proses enzimasi karbohidrat pada usus menyebabkan

    penurunan jumlah penyerapan glukosa, sehingga kadar glukosa darah juga

    menurun. Penurunan kadar glukosa darah hanya cukup untuk menghasilkan

    energi, sehingga proses glikogenesis lebih jarang terjadi yang menyebabkan

    penurunan kadar glikogen liver. Ini juga diduga menurunkan hormon insulin-like

    growth factor 1 (IGF-1) yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan

    tubuh ikan. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan ikan pun akan

    terhambat.

    6.1.2 Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Efisiensi Pakan Ikan

    Bandeng (Chanos chanos Forsskal)

    Efisiensi pakan didefinisikan sebagai nilai perbandingan antara

    pertambahan berat ikan dengan berat pakan yang dikonsumsi selama masa

    pemeliharaan yang dinyatakan dalam persen (Herper, 1988). Efisiensi pakan

    digunakan untuk mengetahui jumlah pakan yang masuk kedalam sistem

    pencernaan ikan untuk berlangsungnya proses metabolisme dalam tubuh, salah

    satunya dimanfaatkan untuk pertumbuhan.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    60/88

    43

    Pada ikan yang digunakan sebagai sumber energi utama adalah protein

    kemudian diikuti karbohidrat dan yang terakhir lemak. Semakin besar nilai suatu

    efisiensi pakan maka akan semakin tinggi pula tingkat pertumbuhannya

    (Wedemeyer, 1996). Selain itu, semakin tinggi efisiensi pakan maka semakin baik

    kualitas pakan yang digunakan .

    Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan

    berpengaruh terhadap efisiensi pakan ikan bandeng (Chanos chanosForsskal)

    (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    61/88

    44

    reaksi enzimatis amilase untuk mengkonversi amilum menjadi maltosa dan

    glukosa sebagai sumber energi langsung. Sehingga, porsi protein banyak

    digunakan sebagai sumber energi melalui proses glukogeogenesis. Hal ini

    didukung oleh Afrianto dan Liviawaty (2005) yang menyatakan bahwa pada

    prinsipnya, efisiensi pakan pada ikan tergantung pada tingkat penerimaan ikan

    dan enzim yang dimilikinya. Selain itu, menurut Mudjiman (2004) aktivitas enzim

    hidrolisis sangat dipengaruhi oleh komposisi makanan dimana penurunan nilai

    daya cerna juga dapat disebabkan karena kadar dan jenis sumber karbohidrat yang

    digunakan.

    6.1.3 Pengaruh Karbohidrat dalam Pakan Terhadap Aktivitas Enzim

    Amilase Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal)

    Enzim amilase merupakan enzim yang menghidrolisis karbohidrat. Bentuk

    molekul karbohidrat yang paling sederhana terdiri dari satu molekul gula

    sederhana. Amilase secara bertahap akan menghidrolisis polisakarida menjadi

    monosakarida yang siap untuk diserap tubuh. Pada ikan bandeng (Chanos chanos

    Forsskal), enzim ini terdapat di dalam lambung, pankreas, dan intestine. Aktivitas

    enzim -amilase terus meningkat dengan meningkatnya umur. Aktivitas enzim

    -amilase yang terus meningkat dengan bertambahnya umur ikan menunjukkan

    peningkatan kemampuan ikan untuk dapat memanfaatkan karbohidrat. Hal ini

    berhubungan dengan kebiasaan makanan selama siklus hidup ikan tersebut. Larva

    ikan bandeng memasuki stadia transisi pada umur 28 hari dan menjadi juvenil

    setelah berumur 35 hari (Bagarinao, 1991). Pada umur tersebut ikan bandeng

    bersifat omnivora dan dapat memanfaatkan karbohidrat lebih besar dibandingkan

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    62/88

    45

    stadia sebelumnya. Enzim amilase mengubah zat tepung (amilum) menjadi

    maltose dan dekstrin. Maltose dan dekstrin dihidrolisa oleh enzim lactase limit

    dekstrinase menjadi glukosa yang dapat diserap oleh dinding sel usus.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim amilase tertinggi

    kisaran waktu 15 jam setelah pemberian pakan pada organ lambung dan usus ikan

    bandeng (Chanos chanos Forsskal). Aktivitas enzim amilase pada organ usus ikan

    Bandeng (Chanos chanos Forsskal) tertinggi saat 15 jam setelah pemberian

    pakan. Rata-rata aktivitas enzim amilase di usus lebih tinggi dibandingkan

    lambung ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Hal ini sesuai dengan pendapat

    Bagarinao (1991) bahwa aktivitas amilase lebih banyak pada organ intestine

    (usus) ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal).

    Hasil tersebut memperlihatkan perbedaan kadar karbohidrat dalam

    pakan berpengaruh terhadap aktivitas enzim amilase baik di lambung maupun

    usus ikan bandeng (Chanos chanosForsskal) (P

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    63/88

    46

    dinyatakan penurunan aktivitas enzim diduga menyebabkan penurunan kecernaan

    karbohidrat pada ikan bandeng.

    6.1.4 Kelangsungan Hidup

    Ikan yang mendapatkan pakan yang berukuran tepat dengan ukuran

    bukaan mulutnya akan dapat melangsungkan hidupnya dengan baik.

    Kelangsungan hidup ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) didukung oleh

    manajemen pemeliharaan yang baik, pergantian air dalam bak pemeliharaan,

    faktor lingkungan, pakan, padat penebaran, umur dan ukuran benih ikan saat

    ditebar (Marlyn dan Serrano, 2014). Pada penelitian ini hanya satu ekor ikan

    mati, diduga karena kurangnya kemampuan adaptasi dan bersaing dalam berebut

    makanan antar ikan.

    6.1.5 Kualitas Fisika dan Kimia Air

    Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelangsungan

    hidup (KH) dan pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) adalah

    kualitas fisika dan kimia air. Adapun kualitas fisika dan kimia air selama proses

    penelitian selalu dipertahankan dalam kondisi yang sama untuk setiap bak dan

    sesuai dengan ukuran optimal yang menunjang kelangsungan hidup ikan bandeng

    (Chanos chanos Forsskal).

    Kualitas fisika dan kimia air selama penelitian mendukung kehidupan dan

    pertumbuhan optimal ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) hal ini terbukti dari

    hasil pengukuran parameter kualitas fisika dan kimia air pada Tabel 5.3 dengan

    kandungan oksigen terlarut (DO) yang didapat selama penelitian berkisar antara

    6,13 6,17 ppm. Nilai ini optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng (Chanos

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    64/88

    47

    chanos Forsskal) secara berkelanjutan, dimana nilai oksigen terlarut yang dapat

    dipergunakan untuk pertumbuhan adalah 1,6-7,3 ppm (Bagarinao, 1991). Nilai

    oksigen yang baik didapat dikarenakan sistem resirkulasi lancar berupa akumulasi

    bahan organik yang berasal dari sisa pakan, kotoran dikeluarkan dari sistem secara

    berkala dengan cara mengganti air dan penyiponan secara teratur.

    Rata-rata salinitas dalam penelitian ini adalah 35 ppt, yang sudah sesuai

    untuk pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) dalam masa

    peralihan dari larva (nener) menjadi juvenil yaitu 16 42 ppt (Bagarinao, 1991).

    Bhatnagar et al., (2012) menyatakan pertumbuhan tertinggi ikan bandeng (Chanos

    chanos Forsskal) pada salinitas 35 ppt.

    Selanjutnya selama penelitian suhu berkisar antara 25,65-28,10 C.

    Kisaran ini layak untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ikan bandeng. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Barignao (1991) bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan

    ikan bandeng berkisar antara 25-33C. Demikian pula tingkat keasaman (pH)

    yang diperoleh sekitar 8,20. Kisaran pH ini tergolong layak untuk kehidupan ikan

    bandeng. Hal ini sesuai dengan pendapat Barignao (1991) bahwa ikan bandeng

    masih dapat tumbuh optimal pada 7,2-8,4.

    Sedangkan kandungan amoniak yang diperoleh lebih kecil dari 0,01 ppm.

    Kisaran ini tergolong layak untuk pemeliharaan ikan bandeng. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Kordi (2005), bahwa dalam pemeliharaan ikan bandeng

    kandungan amoniaknya tidak boleh lebih dan 0,1 ppm, sebab apabila kadar

    amoniak yang terlalu tinggi akan menyebabkan rusaknya jaringan insang, dimana

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    65/88

    48

    lempeng insang membengkak sehingga fungsinya sebagai alat pernafasan akan

    terganggu.

  • 7/25/2019 Uji Kuantitatif Enzim Protease Usus

    66/88

    49

    BAB VII

    SIMPULAN DAN SARAN

    7.1Simpulan

    7.1.1Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap laju

    pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Pakan yang

    mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) memiliki laju

    pertumbuhan harian maksimal yaitu 0,364 g/hari.

    7.1.2Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap

    efisiensi pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Pakan yang

    mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) memiliki efisiensi

    pakan maksimal yaitu 110,69 %.

    7.1.3Perbedaan kadar karbohidrat dalam pakan berpengaruh terhadap

    aktivitas enzim amilase ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Pakan

    yang mengandung kadar karbohidrat 30,40% (Pakan D) memiliki aktivitas

    enzim amilase maksimal yaitu 2,614 U/ mg protein pada lambung dan

    2,605 U/mg protein pada usus.

    7.2Saran

    Pembuatan pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) sebaiknya

    menggunakan kadar karbohidrat 30,40% karena terbukti dari hasil penelitian ini

    mencapai rata-rata pertumbuhan harian terti