unsur intrinsik & ekstrinsik

7
Pangeran Pedang vs Pedang Sakti Hari Senin yang cerah. Pulang sekolah, dengan tergesa-gesa Ridwan segera menuju halaman belakang sambil membawa pisau raut dan bambu tali sepanjang badan Ridwan. Dia sampai lupa tidak makan siang. Sesuatu yang ada di benaknya adalah membuat pedang-pedangan yang paling bagus. Ridwan sudah menyiapkan bambunya dari kemarrin, bambu pemberian dari Enceng. Kebetulan Enceng unya beberapa batang, sisa bapaknya membuat pagar kebun. Ridwan duduk bersila dan siap meraut batang bambu yang telah dibelah empat itu. Sruut... Sruut... Ridwan asyik meraut bambu itu sambil membayangkan serunya permainan pedang-pedangan yang akan dilakukannya sore nanti bersama teman-teman. Pedang-pedangan itu panjangnya sekitar 1,5 meter. Karena terbuat dari bambu tali, keadaan pedang-pedangan itu jadi lebih elastis. Sekitar dua puluh senti meter dari pangkal pedang dibalut karet dari potongan ban dalam sepeda yang sudah tidak terpakai. Ridwan membalutkannya supaya lebih nyaman ketika dipegang. Untuk melindungi tangannya, Ridwan membuat semacam tameng berbentuk lingkaran setelah balutan karet. Tameng tersebut terbuat dari karet bekas sandal jepit. Dengan begitu, barang-barang bekas dapat dimanfaatkannya kembali. Ridwan membayangkan pedangnya seperti kepunyaan tokoh Zorro dalam film yang menjadi tokoh idolanya. Selain Ridwan, teman- temannya pun sedang sibuk membuat pedang-pedangan. Permainan pedang- pedangan memang musiman. Biasanya setelah musim layang-layang. Ridwan sangat beruntung memiliki banyak permainan tradisional. Jika di kota, mungkin anak-anak seusia Ridwan sudah tidak mengenal permainan-permainan itu. *** Setelah makan siang dan hari menjelang sore, Ridwan menuju tanah lapang. Beberapa temannya sudah menunggu di sana. Di antara mereka malah ada yang berpenampilan ala Zorro, hanya saja tidak memakai jubah. “Gimana, Wan, sudah siap?” tanya Wahyu yang kelihatannya sudah siap bermain.

Upload: adinda-angelica

Post on 02-Aug-2015

217 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Unsur Intrinsik & Ekstrinsik

Pangeran Pedang vs Pedang Sakti

Hari Senin yang cerah. Pulang sekolah, dengan tergesa-gesa Ridwan segera menuju halaman belakang sambil membawa pisau raut dan bambu tali sepanjang badan Ridwan. Dia sampai lupa tidak makan siang. Sesuatu yang ada di benaknya adalah membuat pedang-pedangan yang paling bagus. Ridwan sudah menyiapkan bambunya dari kemarrin, bambu pemberian dari Enceng. Kebetulan Enceng unya beberapa batang, sisa bapaknya membuat pagar kebun.

Ridwan duduk bersila dan siap meraut batang bambu yang telah dibelah empat itu. Sruut... Sruut... Ridwan asyik meraut bambu itu sambil membayangkan serunya permainan pedang-pedangan yang akan dilakukannya sore nanti bersama teman-teman.

Pedang-pedangan itu panjangnya sekitar 1,5 meter. Karena terbuat dari bambu tali, keadaan pedang-pedangan itu jadi lebih elastis. Sekitar dua puluh senti meter dari pangkal pedang dibalut karet dari potongan ban dalam sepeda yang sudah tidak terpakai. Ridwan membalutkannya supaya lebih nyaman ketika dipegang. Untuk melindungi tangannya, Ridwan membuat semacam tameng berbentuk lingkaran setelah balutan karet. Tameng tersebut terbuat dari karet bekas sandal jepit. Dengan begitu, barang-barang bekas dapat dimanfaatkannya kembali.

Ridwan membayangkan pedangnya seperti kepunyaan tokoh Zorro dalam film yang menjadi tokoh idolanya. Selain Ridwan, teman-temannya pun sedang sibuk membuat pedang-pedangan. Permainan pedang-pedangan memang musiman. Biasanya setelah musim layang-layang. Ridwan sangat beruntung memiliki banyak permainan tradisional. Jika di kota, mungkin anak-anak seusia Ridwan sudah tidak mengenal permainan-permainan itu.

***

Setelah makan siang dan hari menjelang sore, Ridwan menuju tanah lapang. Beberapa temannya sudah menunggu di sana. Di antara mereka malah ada yang berpenampilan ala Zorro, hanya saja tidak memakai jubah.

“Gimana, Wan, sudah siap?” tanya Wahyu yang kelihatannya sudah siap bermain.

“Ayo, siapa takut? Saya sudah ingin menjajal kemampuan pedang baruku ini!” kata Ridwan.

“Sekarang, kita bagi menjadi dua kelompok. Kebetulan kita ada sepuluh orang. Jadi, setiap kelompok ada lima orang. Sebagian ikut kelompok saya dan sebagian lagi ikut kelompok Ridwan. Gimana, setuju nggak?” tawar Wahyu.

Page 2: Unsur Intrinsik & Ekstrinsik

“Setuju...setuju...setuju...!” seru mereka serentak.

Tanpa banyak berdebat, mereka langsung terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok Wahyu menamakan dirinya kelompok “Pangeran Pedang”, sedangkan kelompok Ridwan menamakan dirinya sebagai kelompok “Pedang Sakti”. Setelah mereka bersepakat, kelompok Pangeran Pedang yang kebagian bertahan dan kelompok Pedang Sakti yang menyerang. Kelompok Pangeran Pedang membuat benteng pertahanan di area persawahan, di seberang tanah lapang tempat mereka berkumpul. Kebetulan musim ini musim panen sehingga petak-petak sawah sudah kosong dan belum mulai ditanami lagi.

Daerah kekusaan kelompok Pangeran Pedang seluas satu petak sawah yang ditandai bendera yang ditancpkan di tengah area. Benderanya menggunakan syal merah milik Wahyu. Kelompok Pangeran Pedang harus mempertahankan daerah kekuasaannya. Jika bendera itu sampai jatuh ke tangan kelomok Pedang Sakti, berarti kelompok Pangeran Pedang dinyatakan kalah.

Aturan bermain pedang-pedangan ini adalah jika antara kedua pihak berhadapan. Kemudian, salah satunya berhasil mengenai kaki lawan, maka si lawan dinyatakan mati atau kalah. Lawan yang sudah mati atau kalah tidak boleh menyerang lagi dan harus mundur dari arena.

Kelompok Pangeran Pedang telah bersiap-siap menghadapi serangan kelompok Pedang Sakti. Wahyu dan pasukannya bersiap menjaga berbagai sudut yang mungkin dijadikan sasaran serangan. Tidak lama kemudian, suara peluit dari kelompok Pedang Sakti berbunyi menandakan serangan telah dimulai.

Dengan meneriakkan yel-yel, kelompok Ridwan segera mengepung kelompok Pangeran Pedang. Dengan formasi satu lawan satu, mereka mulai beradu pedang.

Trak..trak..trak.. Suara pedang bambu mereka saling beradu. Ridwan sendiri langsung berhadapan dengan Wahyu. Pertarungan sangat seru karena kelihaian mereka mengayunkan pedang untuk mengenai kaki lawan. Kecermatan untuk menghindari pun diperlukan agar mampu terhindar dari setiap serangan.

Setelah permainan berjalan sepuluh meit, tiba-tiba pedang Yanto, dari kelompok Ridwan, dapat dipatahkan oleh Diro dari kelompok Wahyu. Karena tidak bisa lagi bertahan, akhirnya Yanto kalah dan harus mundur dari arena permainan. Melihat Yanto sudah kalah, Ridwan segera mengubah rencana karena perlawanan menjadi tidak seimbang. Dengan cepat Ridwan menghadapi Diro.

Dengan pedangnya yang lentur, Ridwan dapat dengan mudah mengalahkan Diro. Diro pun harus keluar dari arena. Sekarang,

Page 3: Unsur Intrinsik & Ekstrinsik

permainan jadi seimbang lagi. Sesaat kemudian, Ridwan meminta teman-temannya mundur dulu unuk menyusun kemabli taktiknya. Kesempatan ini juga dimanfaatkan Wahyu untuk mengatur kembali strateginya.

Setelah berembuk, Ridwan meminjam pedang Geri yang lebih kuat. Kemudian, Ridwan melancarkan rencananya. Dia menyerang sendirian ke wilayah Pangeran Pedang. Sedangkan tiga temannya menyebar, siap mengepung. Rencana Ridwan ini berhasil memancing kelompok Pangeran Pedang ke luar wilayahnya untuk menyerang Ridwan.

Ridwan menghadapi empat orang sekaligus. Dengan pedangnya yang kuat, Ridwan dapat menahan semua serangan kelompok Pangeran Pedang. Ridwan tidak dapat bertahan lama menghadapi kelompok Pangeran Pedang. Pada waktu yang tepat, ketiga teman Ridwan datang menyergap dari semua penjuru sehingga kelompok Pangeran Pedang harus berbalik 180⁰. Konsentrasi mereka menjadi kacau. Kelengahan mereka ini segara dimanfaatkan Ridwan. Dua orang kelompok Pangeran Pedang terkena sabetan pedang Ridwan dan harus mundur. Sekarang bagian kelompok Pangeran Pedang yang terdesak, dua lawan empat. Meskipun sempat bertahan beberapa lama, akhirnya kelompok Pangeran Pedang menyerah di tangan kelompok Pedang Sakti dan bendera dapat direbut.

Kelompok Pedang Sakti memenangkan pertandingan dan menduduki wilayah Pangeran Pedang. Sekarang, giliran kelompok Pedang Sakti yang bertahan dan kelompok Pangeran Pedang yang menyerang. Kelompok Pangeran Pedang menjauh beberapa meter dari wilayah kelompok Pedang Sakti. Sambil beristirahat, mereka mengatur kembali strateginya.

“Waduh, kita kalah di babak pertama. Kita kalah taktik. Kita terkecoh dan tidak menyangka jika Ridwan sedang menerapkan taktikya,” ujar Wahyu agak kecewa.

“Iya, nih Kita kalah taktik. Padahal kita sempat unggul dengan mengalahkan Yanto lebih dulu,” kata Diro.

“Ya, sudah. Kita harus membayar kekalahan ini. Apalagi Yanto sudah kehilangan pedangnya karena dipatahkan Diro,” sambung Sandri sambil mengusap keringat.

Sementara itu, kelompok Pedang Sakti telah siap mempertahankan daerah yang baru saja direbutnya. Namun, pedang Yanto belum ada gantinya. Karena mendesak, akhirnya Yant menyambungkan pedang itu dengan seutas tali plastik. Meskipun kekuatannya tidak sempurna, tetapi cukuplah untuk menahan serangan. Jadi, yanto bertugas bertahan saja dan teman-temannya membantu jika pada permainan nanti, Yanto mulai terdesak.

“Giamana To, sudah siap?” tanya Ridwan.

“Ok-lah. Mudah-mudahan ikatannya kuat”, jawab Yanto.

Page 4: Unsur Intrinsik & Ekstrinsik

“Ayo, sekarang bersiap di posisi masing-masig. Kelompok Pangeran Pedang sudah terlihat akan menyerang kita,” pinta Ridwan.

Tidak lama kemudian, peluit tanda menyerang telah dibunyikan. Kelompok Pangeran Pedang berlari ke arah kelompok Pedang Sakti dan permainan pedang pun dimulai. Bunyi “trak...trak..” kembali meramaikan suasana sore. Permainan pedang kali ini lebih sengit karena masing-masing ingin menang. Kelompok Pangeran Pedang terus mendesak dengan permainan yang cepat. Sesekali menyerang dengan sergapan secara mendadak ke arah kaki. Di sisi lain, Yanto kewalahan karena pedangnya yang patah tidak menahan serangan. Melihat keadaan ini, Geri segera membantu sehingga Sandri menghadapi dua lawan sekaligus. Dengan taktik bertahan dan menyerang, Geri dan Yanto mampu melumpuhkan Sandri.

Setelah Sandri mundur dari arena permainan, Geri dan Yanto membantu Ridwan. Jelas posisi tiga lawan dua tidaklah seimbang sehingga Wahyu merasa cemas dan meminta dua rekannya sedikit mundur. Permainan makin tidak seimbang ketika Diro harus mundur karena kakinya terkena pedang surya. Posisi lima lawan tiga tidaklah menyurutkan semangat kelompok Pangeran Pedang. Namun, lama kelamaan kondisinya jadi terbalik. Kelompok Pedang Sakti justru menyerang kelompok Pangeran Pedang.

Akhirnya, pedang lentur Ridwan mampu mengenai kaki Wahyu. Sambil sedikit meringis kesakitan, Wahyu mundur keluar arena. Melihat pemimpinnya sudah duduk terkulai, konsentrasi temannya mulai buyar. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengakhiri pertandingan, pikir Ridwan. Akhirnya, kelompok Pangeran Pedang harus menyerah untuk kedua kalinya.

“Hore... hore... kita menang. Kelompok Pedang Sakti menang,” sorak mereka saat kelompoknya menang.

“Kalian memang hebat,” puji Wahyu kepada Ridwan dan kelompoknya. “Sampai kami kewalahan melawan.”

“Mau main sekali lagi?” tanya Geri penasaran.

“Hari ini cukup. Kita lanjutkan saja besok. Lagi pula sekarang sudah terlalu sore. Sebentar lagi adzan Maghrib. Besok aku akan membalas kekalahan ini, ha... ha...” kata Wahyu.

Mereka pun pulang menyusuri petak-petak sawah. Sementara di sebelah barat, langit mulai memerah.

Page 5: Unsur Intrinsik & Ekstrinsik

Unsur Intrinsik

Tema : Bermain pedang-pedangan

Alur : Maju

Latar tempat : Halaman belakang rumah, tanah lapang, area persawahan

waktu : Siang hari sepulang sekolah, setelah makan siang/menjelang sore, sore hari menjelang Maghrib

suasana : Seru, tegang, sengit

Tokoh & penokohan :

Kelompok Pangeran Pedang (protagonis)→ Konsentrasi mudah buyar, sportif

Wahyu : Tidak ingin menang sendiri (memberi selamat kepada kelompok Ridwan yang menang)

Kelompok Pedang Sakti (protagonis) → Dapat bekerja sama dan menerima arahan dengan baik, sportif

Ridwan : Pemimpin handal, pandai membuat strategi, cekatan, perhatian (menanyakan keadaan anggota kelompoknya)

Yanto : Kreatif (dalam keadaan mendadak dapat memutarbalikkan akal dengan menggunakan tali plastik untuk menyatukan pedangnya)

Geri : Sigap (segera membantu Yanto yang mulai kewalahan)

Amanat : Dalam hal apapun harus sportif, susunlah strategi dalam melakukan segala sesuatu dengan matang

Sudut pandang : Orang ketiga serba tahu

Page 6: Unsur Intrinsik & Ekstrinsik

Unsur Ekstrinsik

Nilai moral : Pemanfaatan waktu yang baik (Wahyu memanfaatkan kesempatan untuk mengatur kembali strateginya)

Nilai sosial : Membantu sesama teman (Karena pedang Yanto tidak kuat, tugas Yanto cukup bertahan. Pada permainan nanti, teman-teman akan membantu bila posisinya mulai terdesak)

Nilai budaya : Permainan pedang-pedangan dan permainan tradisional lainnya masih diminati oleh anak-anak di daerah, sedangkan di kota permainan seperti ini mungkin sudah tidak dikenal samasekali

Nilai agama : Mengutamakan pulang karena adzan Maghrib akan segera berkumandang ketimbang mengulang permainan