upaya guru fikih dalam meningkatkan keterampilan …
TRANSCRIPT
UPAYA GURU FIKIH DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN SISWA MERAWAT JENAZAH DI KELAS
X MAN 2 LAMONGAN
SKRIPSI
Oleh:
Puja Atma Ridlwana
NIM. D91217065
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda ttangan di bawah ini :
Nama : Puja Atma Ridlwana
NIM : D91217065
Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surbaya
Alamat : Dsn. Mojo, Ds. Mojo, Kecamatan Widang, Kabupaten
Tuban
No. Telp : 089515253493
Dengan ini menyatakan bahwa skrpsi yang berjudul “Upaya Guru Fikih dalam
Meningkatkan Keterampilan Siswa Merawat Jenazah di Kelas X MAN 2
Lamongan” adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan plagiat dan
karya tulis orang lain, kecuali bagian yang dirujuk sumber-sumbernya.
Surabaya, 15 Juni 2021
Yang membuat pernyataan,
Puja Atma Ridlwana D91217065
iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI
iv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
v
ABSTRAK
Puja Atma Ridlwana. 2021. Upaya Guru Fikih dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa Merawat Jenazah di Kelas X MAN 2 Lamongan
Pembimbing: (1) Prof. Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag ; (2) Dr. Hj. Liliek Channa AW, M.Ag
Pendidikan Agama Islam adalah satu dari sekian banyak mata pelajaran di
Sekolah maupun Madrasah, Pendidkan Agama Islam memiliki ciri khas kurikulum diantaranya yang paling menonjol ialah mempunyai unsur sosial kemasyarakatan. Adapun salah satu materi dalam Pendidikan agama Islam yang mengandung nilai
sosial kemasyarakatan dan menuntut penekanan pada aspek afeksi dan praktik adalah merawat jenazah, yang merupakan materi ibadah dalam mata pelajaran
Fikih, dalam materi ini setiap siswa dituntut mampu dan terampil untuk menerapkannya. Ini lah yang menjadi latar belakang penulis untuk mengambil focus mengeni upaya guru fikih dalam meningkatkan keterampilan siswa merawat
jenazah. Beberapa permasalahan yang penulis gai dalam penelitian ini diantaranya: (1) Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru Fikih dalam materi
perawatan jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan. (2) Bagimana upaya guru Fikih dalam meningkatkan keterampilan siswa merawat jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan. (3) Bagaimana kebijakan khusus kurikulum mengenai upaya guru Fikih
dalam meningkatkan keterampilan siswa merawat jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sementara teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa deskriptif yang terdiri dari tiga alur, yakni reduksi data,
penyajian data, kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Pembelajaran yang dilakukan guru Fikih sudah baik dengan metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi dan
praktek. Yang dilakukan dengan memanfaatkan media pembelajaran seperti lcd proyektor dan juga boneka peraga untuk praktek. (2) Upaya guru Fikih dalam
meningkatkan keterampilan siswa dilakukan dengan memaksimalkan proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Adapun dari kegiatan sekolah sendiri juga mengadakan pondok romadhon yang didalamnya terdapat materi praktek
merawat jenazah di kellas XII dan di kelas XII juga ada ujian praktek merawat jenazah untuk kelulusan. (3) Tidak ada aturan khusus dari waka kurikulum yang
mengharuskan guru Fikih untuk menggunakan cara tertentu, tetapi guru diberikan kebebasan dalam melakukan pembelajaran khusunya meningkatka upaya keterampilan siswa dalam merawat jenazah.
Kata kunci ; Merawat jenazah, guru Fikih
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
vi
ABSTRACT
Puja Atma Ridlwana. 2021. Efforts of Fiqh Teachers in Improving Student
Skills on Lessons of Funeral Care in the tenth grade of MAN 2 Lamongan.
Advisors: (1) Prof. Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag; (2) Dr. Hj. Liliek Channa AW,
M.Ag
Islamic Religious Education is one of many subjects in schools that have a
distinctive curriculum that has a social element. As the material of worship in Fiqh
which caring for the corpse, this contains social values and demands an emphasis
on aspects of affection and practice, where every student is required skills to apply.
This research is aimed to know the efforts of fiqh teachers in improving the skills
of students to care for corpses. The problems in this researcher included: (1) How
is the learning process carried out by the Fiqh teacher in the material for treating
the corpse in the tenth grade of MAN 2 Lamongan. (2) How the efforts of the Fiqh
teacher in improving the skills of students in the material of corpse care in the tenth
of grade MAN 2 Lamongan. (3) What is the specific curriculum policy regarding
the efforts of Fiqh teachers in improving the skills of students in the material of
corpse care in the tenth grade of MAN 2 Lamongan.
This research uses qualitative methods with a descriptive approach. The data
consist of interviews, observation, and documentation. Meanwhile, the technical
analysis used in this research is the descriptive analysis technique which consists of
three lines, there are data reduction, data presentation, conclusion (verification).
The results of this research point out that: (1) Fiqh teachers have been good
at teaching with the methods of lecturing, question and answer, demonstration, and
practice. This is done by utilizing learning media such as LCD projectors and visual
dolls for practice. (2) The Fiqh teacher's efforts to improve student skills are carried
out by maximizing the learning process inside and outside the classroom. As for
their own activities school, they also hold a Ramadhan Boarding School which is a
practical material for caring for the corpses in the eleventh grade and the practical
exam for graduation in the twelfth grade. (3) There are no specific rules from the
Assistant Principal of Student Affairs that require Fiqh teachers to use certain
methods, but teachers are given the freedom to conduct learning, especially to
improve students' skill efforts in caring for corpses.
Keywords: Taking care of the corpses, Fiqh teacher
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
vii
KATA PENGANTAR
Segenap puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi,
sebagai salah satu syarat penyelesaian program sarjana dapat terselesaikan dengan
lancar. Seiring dengan itu, penulis sangat berterima kasih kepada kedua orang tua
karena telah mendidik penulis sejak kecil sampai sekarang, berkat do’a dan
dukungan kedua orang tua penulis dapan menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat
kelulusan S1 penulis.
Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
Bapak Prof. Dr. H. Ali Mas’ud, M.Ag, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, bapak H. Moh. Faizin, S.Ag, M.Pd.I selaku ketua program
studi Pendidikan Agama Islam, Bapak Prof. Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag selaku
pembimbing I, dan ibu Dr. Hj. Liliek Channa AW, M.Ag selaku pembimbing II.
Berkat jasa dari beliau-beliau inilah yang menjadikan penulis berilmu seperti
sekarang, dan kini penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi penulis dengan
maksimal berkat ilmu yang beliau berikan.
Akhirnya, semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara berikan
kepada penulis mendapat balasan yang sebaik mungkin dari Allah, penguasa alam
seisinya. Amin.
Puja Atma Ridlwana
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
viii
DAFTAR ISI
Contents
SAMPUL DALAM.....................................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ..............................................................ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI...............................................................iii
PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................................................................iv
ABSTRAK ................................................................................................................v
KATA PENGANTAR .............................................................................................vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................x
BAB I ........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 6
E. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 7
F. Definisi Operasional ...................................................................................... 8
G. Sistematika Peneletitian ................................................................................ 9
BAB II.....................................................................................................................11
A. Upaya Guru Fikih ....................................................................................... 11
1. Pengertian Upaya Guru Fikih......................................................................... 11
2. Pentingnya Guru Fikih dalam Proses Pembelajaran. ........................................ 12
3. Syarat-syarat Menjadi Guru Fikih .................................................................. 13
4. Kompetensi Guru Fikih ................................................................................. 16
B. Keterampilan .............................................................................................. 26
1. Pengertian Keterampilan ............................................................................... 26
2. Dasar-dasar Keterampilan ............................................................................. 28
3. Jenis-jenis Keterampilan................................................................................ 29
C. Materi Perawatan Jenazah.......................................................................... 30
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ix
1. Sakaratul Maut ............................................................................................. 31
2. Proses Pengurusan Jenazah............................................................................ 32
BAB III ...................................................................................................................42
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................. 42
B. Subjek dan Objek Penelitian ....................................................................... 43
C. Tahap-tahap Penelitian ............................................................................... 44
D. Sumber Data ............................................................................................... 45
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................... 46
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 48
G. Pengecekan Keabsahan Data....................................................................... 51
BAB IV ...................................................................................................................53
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................ 53
1. Identitas MAN 2 Lamongan .......................................................................... 53
2. Sejarah Berdirinya MAN 2 Lamongan ........................................................... 53
3. Profil MAN 2 Lamongan............................................................................... 54
4. VISI dan MISI MAN 2 Lamongan ................................................................. 57
5. Keadaan Gedung dan Bangunan..................................................................... 58
6. Sarana dan Prasarana MAN 2 Lamongan........................................................ 59
B. Penyajian dan Analisis Data ........................................................................ 61
1. Proses Pembelajaran Fikih di MAN 2 Lamongan ............................................ 61
2. Upaya Guru Fikih dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa........................... 71
3. Kebijakan Pembelajaran Fikih ....................................................................... 76
BAB V .....................................................................................................................80
A. Simpulan......................................................................................................... 80
B. Saran .............................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
LAMPIRAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran:
1. Surat Izin Penelitian
2. Surat balasan dari sekolah yang menjadi tempat penelitian
3. Surat tugas dosen pembimbing skripsi
4. Kartu Konsultasi Skripsi
5. Pedoman wawancara
6. Hasil wawancara tertulis
7. Foto kegiatan saat penelitian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan nyawa
yang sangat menentukan kualitas suatu negara. Komisi Pendidikan dengan
jelas menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar pendidikan harus dapat
berkontribusi pada pengembangan terpadu setiap orang dalam jiwa dan
raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi dan nilai-
nilai spiritual.1 Sehingga dalam Undang-undang RI, pendidikan diperjelas
dengan "usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.2
Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal, yaitu
tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Belajar dan mengajar
merupakan dua konsep berbeda yang bersatu dalam kegiatan pendidikan
formal. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan siswa, sedangkan
mengajar mengacu pada apa yang dilakukan guru. Kedua kegiatan tersebut
berkombinasi ketika terjadi interaksi antara guru dan siswa.
1 Anurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2012), 8. 2 Undang-undang RI NO, 20 Thn 2003, Tentang Sisdiknas (Bandung: Citra Umbara, 2008), 13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Di Indonesia terdapat dua lembaga pendidikan, yakni Sekolah
yang di bawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Yang
kedua yaitu Madrasah yang di bawah naungan Kementrian Agama. Semua
aturan mengenai pendidikan tersebut sudah diatur sejak kurikulum 1968
hingga kurikulum 2013 revisi 2017. Kurikulum yang mengalami banyak
perubahan tersebut bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa
juga pribadi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan membentuk warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.3
Ada banyak Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun
madrasah. Salah satunya adalah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan
Agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mata rantai
pendidikan global yang mempunyai ciri khas kurikulum tersendiri. Salah
satu ciri khas dari kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah unsur sosial
atau kemasyarakatan. Dengan demikian hendaknya sebuah Pendidikan
Agama Islam berupaya membekali seorang peserta didik dengan kecakapan
sosial yang akan membantunya untuk beradaptasi dengan situasi sosial
dalam masyarakat dimanapun dia berada sekaligus melestarikan dan
mewarnainya demi terciptanya masyarakat yang mempunyai basis Islamic
civilization.4
3Soeparto dan chamsiyatin, Pengembangan Kurikulum SD (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi, 2006), 23. 4 Umar Muhammad Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979),
502.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Selaras dengan fitrah manusia baik dari segi psikis, fisik, sosial dan
budaya serta mengantarkan peserta didik kepada realitas kehidupan
masyarakat yang ada.
Berdasarkan konteks ciri Pendidikan Agama Islam serta pola
keseimbangan masyarakat di atas, maka Pendidikan Agama Islam
mengemban misi untuk membumikan ajaran Islam tidak hanya dari aspek
individu, namun juga aspek sosial. Sehingga terbentuk peserta didik yang
mempunyai kesadaran sebagai individu serta sebagai anggota masyarakat
Islam akan merealisasikan tujuan Pendidikan Agama Islam yakni perubahan
masyarakat. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat
menjadi tempat peserta didik berkembang secara individu sekaligus sebagai
tempat enkulturasi yakni tempat pembudayaan bagi peserta didik untuk
menyiapkan diri bersosialisasi.5
Nyatanya, menjalankan misi ini tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan
materi agama biasanya perlu mengamalkan praktik dan kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari, umumnya disampaikan dalam bentuk verbal yang
juga disertai rate memorizing. Oleh karena itu, mata pelajaran agama hanya
untuk dihafalkan agar lulus ujian tetapi tidak diinternalisasikan dan
dipraktikkan, sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap siswa.
Kenyataan ini semakin diperparah dengan kecenderungan dalam
masyarakat luas, di mana terdapat diskrepansi yang cukup mencolok antara
5 Azyumardi Azra, Hamka dan Urgensi Pendidikan Akhlak, sebuah pengantar dalam Samsul Nizar,
Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Agama Islam
(Jakarta: Kencana, 2008), 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
keimanan dan ketaatan formal dalam ibadah keagamaan dengan perilaku
sosial6. Mempelajari materi agama yang sebagian besar berupa hafalan
menjadi materi yang lebih cenderung ke ranah afektif melalui teori praktis
dan aplikatif memang sudah waktunya dilakukan demi internalisasi materi
tersebut kepada anak didik.7
Salah satu ibadah yang mengandung nilai sosial dan memerlukan
penekanan aspek emosional dan praktis adalah merawat jenazah. Dalam
Islam, merawat jenazah adalah salah satu bentuk ibadah, dan hukumnya
adalah fardhu kifayah. Fardhu kifayah dapat dikatakan sebagai ibadah yang
bernilai sosial tinggi karena terdapat unsur ketergantungan dan persatuan
antara muslim yang satu dengan yang lainnya.
Tata cara merawat jenazah merupakan salah satu kemampuan
dasar mata kuliah Fiqih dan memiliki keunikan tersendiri. Hal ini karena
kemampuan tersebut membutuhkan keterampilan yang dapat diperdalam
melalui latihan. Secara teori, peningkatan keterampilan ini diberikan
melalui interaktivitas simbolik, yang bertujuan untuk memberikan petunjuk
umum kepada individu tentang bagaimana seseorang berperilaku dalam
aktivitas sosial.8
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis melakukan penelitian
tentang bagaimana seorang guru yakni guru mata pelajaran Fikih dalam
meningkatkan keterampilan siswa dalam merawat jenazah, berangkat dari
6 Ibid., 3. 7 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2003), 26. 8 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 220.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
permasalahan tersebut maka penulis membuat penelitian dengan judul
“Upaya Guru Fikih dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa
Merawat Jenazah di Kelas X MAN 2 Lamongan”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru Fikih dalam
materi perawatan jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan?
2. Bagaimana upaya guru Fikih dalam meningkatkan keterampilan siswa
merawat jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan?
3. Bagaimana kebijakan khusus kurikulum mengenai upaya guru Fikih
dalam meningkatkan keterampilan siswa merawat jenazah di kelas X
MAN 2 Lamongan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami proses pembelajaran yang dilakukan guru Fikih
dalam materi perawatan jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan.
2. Untuk memahami upaya guru Fikih dalam meningkatkan keterampilan
siswa merawat jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan.
3. Untuk memahami kebijakan khusus kurikulum mengenai upaya guru
Fikih dalam meningkatkan keterampilan siswa merawat jenazah di kelas
X MAN 2 Lamongan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
D. Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut:
1. Bagi siswa
Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat lebih faham dan
terampil terhadap materi perawaan jenazah dengan model pembelajaran
yang efektif sebagaimana yang dilterapkan oleh guru Fikih dalam
penelitian ini.
2. Bagi Guru
Penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan inovasi pembelajaran
bagi guru, mengenai cara untuk meningkatkan keterampilan siswa
khusunya meteri perawatan jenazah.
3. Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
inovasi pembelajaran kepada kepala sekolah dalam hal meningkatkan
keterampilan siswa khususnya pada mata pelajaran Fikih yang tidak
hanya memahami materi tetapi juga mempratektannya. Dan memberi
sumbangan pemikiran alternatif peningkatan kualitas pendidikan pada
umumnya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan acuan bagi peneliti
berikutnya atau peneliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
mengenai topik dengan fokus serta setting yang lain sehingga
memperkaya temuan penelitian ini.
E. Penelitian Terdahulu
1. Karya Eva Sukreni, tahun 2015, dengan judul “Upaya Guru dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Fiqih di
Madrasah Aliyah Manaratul Islam”. Merupakan skripsi mahasiswa
Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun persamaan antara penelitaian
terdahulu ini dengan penelitian yang sekarang adalah keduanya
membahas tentang upaya guru, tetapi berbeda pada problem atau
tujuannya dan objek penelitiannya.
2. Karya Mita Sari, tahun 2018, dengan judul” Peranan Guru Fiqih dalam
Meningkatkan Ketaatan Ibadah Shalat Siswa Kelas IX MTs Ma’arif NU
5 Sekampung”. Merupakan skripsi mahasiswa Prodi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN METRO Lampung.
Adapun persamaan antara penelitaian terdahulu ini dengan penelitian
yang sekarang adalah keduanya membahas tentang upaya atau
peranguru Fikih, tetapi berbeda pada problem atau tujuannya dan objek
penelitiannya.
3. Karya Iko Setiawan, tahun 2020, dengan judul “Upaya Guru Mata
Pelajaran Fiqh Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Di
(MTsN) 5 Kaur”. Merupakan skripsi mahasiswa Prodi Pendidikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Tadris IAIN Bengkulu.
Adapun persamaan antara penelitaian terdahulu ini dengan penelitian
yang sekarang adalah keduanya membahas tentang upaya guru mata
pelajaran Fikih, tetapi berbeda pada problem atau tujuannya dan objek
penelitiannya.
F. Definisi Operasional
Agar mudah untuk dipahami dari judul penulis tentang “Upaya guru
fikih dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa Merawat Jenazah di Kelas
X MAN 2 Lamongan.” perlu adanya penjelasan lebih lanjut terhadap kata
kunci yang terkait dengan judul tersebut. Maka penulis akan menjelaskan
istilah tersebut sebagai berikut:
1. Meningkatkan Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah
laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan
keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya
meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi yang
bersifat kognitif.9
Dan yang penulis maksud peningkatan keterampilan dalam
peneitian ini adalah terkait keterampilan siswa dalam memraktekan
materi yang telah dipelajari.
9 Rustiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Bina Aksara 1991), 52.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
2. Materi Perawatan Jenazah
Dalam penelitian ini materi perawatan jenazah adalah materi
BAB II pada mata pelajaran Fikih kelas X Madrasah Aliyah peminatan
umum (IPA, IPS, Bahasa, dan Kejuruan), atau dalam KMA No. 183
Tahun 2019 materi merawatan jenazah adalah pada Kompetensi Dasar
ke-2. Yang berisi tentang perawatan jenazah diantaranya memandikan,
mengkafani, mensholatkan, dan menguburkan jenazah.
Jadi yang penulis maksud dengan “Upaya guru fikih dalam
Meningkatkan Keterampilan Siswa Merawat Jenazah di Kelas X MAN
2 Lamongan” Adalah upaya seorang guru mata pelajaran Fikih dalam
meningkatkan keterampilan dari siswa kelas X di MAN 2 Lamongan pada
materi Perawatan Jenazah dalam mata pelajaran Fikih.
G. Sistematika Peneletitian
Agar penelitian ini dapat tersusun secara sistematis dan terarah,
maka penulis menjelaskan sistematika pembahasan penelitian ini. Dalam
penelitian ini terdapat 5 Bab yang didalamnya terdapat beberapa Sub Bab.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan, yang pembahasannya meliputi latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, penelitian terdahulu, ruang lingkup penelitian, definisi
operasional, dan sistematika pembahasan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Bab kedua: Kajian Pustaka yang di dalamnya meliputi pengertian
upaya guru Fikih, Pentingnya upaya guru Fikih dalam proses pembelajaran,
pengertian keterampilan, dasar-dasar keterampilan, jenis-jenis
keterampilan, dan materi Perawatan Jenazah.
Bab ketiga metode penelitian, yang terdiri atas jenis dan pendekatan
penelitian, subjek dan objek penelitian, tahap-tahap penelitian, sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengecekan keabsahan
data
Bab keempat berisi: Hasil Penelitian yang di dalamnya terdiri dari
gambaran umum objek penellitian serta penyajian dan analisis data.
Bab kelima penutup yang memuat: simpulan dari penelitian yang
dilakukan dan saran dari peneliti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Upaya Guru Fikih
1. Pengertian Upaya Guru Fikih
Sebelum menjelaskan tentang pengertian Upaya Guru Fikih, perlu
dijelaskan terlebih dahulu arti dari masing-masing istilah tersebut. Yang
pertama adalah “upaya”, upaya adalah usaha, syarat untuk mencapai suatu
maksud.1 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa upaya
adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk mencari jalan keluar
guna memecahkan suatu masalah atau persoalan. Pentingnya suatu upaya
adalah untuk dapat mengatur perilaku seseorang pada batas tertentu, dapat
pula meramalkan perilaku yang lain.
Sedangkan “guru” adalah orang yang melaksanakan pendidikan,
yang memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa.2 Peran guru sangat
menentukan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. “Agen
pembelajaran seperti guru dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses
pembelajaran dengan sebaikbaiknya dalam kerangka pembangunan
pendidikan”.3
Guru juga dapat dikatakan sebagai pendidik yang menjadi tokoh,
panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkunganya.4 Oleh
1 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa , (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008), 1109. 2 Imam Wahyudi, Mengejar Profesionalisme Guru, (Jakarta: Prestasi Pustaka,2012), 16. 3 Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 39. 4 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 37.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
karena itu, seorang guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu,
yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berdasarkan dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa upaya
guru merupakan usaha yang dilakukan guru untuk memecahkan masalah
yang dihadapi pada saat melakukan proses pembelajaran. Sedangkan
“Fikih” adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Islam yang ada di
Madrasah. Jadi Upaya Guru Fikih adalah usaha yang dilakukan guru mata
pelajaran Fikih untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada saat
melakukan proses pembelajaran pada mata pelajaran Fikih.
2. Pentingnya Guru Fikih dalam Proses Pembelajaran.
Guru sebagai tenaga profesional atau pelaksana dan pembimbing
dalam proses pembelajaran, sangat penting agar guru memiliki berbagai
upaya guna meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tujuan dapat
mewujudkan pembelajaran yang berhasil dan mewujudkan pendidikan yang
berkualitas. “Undang-undang No. 40 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen
pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional”.5
Mengingat begitu penting adanya upaya guru tersebut, maka perlu
diketahui bahwa untuk mewujudkan pembelajaran yang berhasil (efektif)
dan dapat melakukan pembelajaran yang berkualitas, diantaranya sebagai
berikut:6
5 Ibid., 39. 6 Ihsana El Khuluqo, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 84.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
a. Guru sebagai model, siswa membutuhkan guru sebagai model yang
dapat dicontoh dan dijadikan teladan. Guru harus memiliki kelebihan,
baik pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian.
b. Guru sebagai perencana, guru berkewajiban mengembangkan tujuan-
tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional.
c. Guru sebagai penilai kemajuan siswa, peran ini erat kaitannya dengan
tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa.
d. Guru sebagai pemimpin, guru merupakan pemimpin di dalam kelas,
banyak tugas yang harus dilakukan oleh guru, seperti memelihara
ketertiban kelas maupun mengatur ruangan.
e. Guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber, guru berkewajiban
menunjukkan berbagai sumber yang cocok untuk membantu proses
belajar siswa.
3. Syarat-syarat Menjadi Guru Fikih
Untuk menjadi guru yang bisa mendidik peserta didik bukanlah
perkara yang mudah, seperti hanlnya menjadi guru mata pelajaran lain yang
harus memenuhi banyak syarat dan kriteria untuk menjadi seorang guru atau
pendidik yang baik.
Heri jauhari muchtar mengutip pendapat dari M. Ngalim Purwanto,
yang menjelaskan bahwasannya syarat-syarat untuk menjadi guru/ pendidik
sebagai berikut:7
a. Berijazah atau berlatar belakang pendidikan guru.
7 Heri jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2005), 150.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
b. Sehat jasmani dan rohani.
c. Taqwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik.
d. Bertanggungjawab.
e. Berjiwa nasional.
Syarat-syarat itu menjelaskan bahwa, Pekerjaan guru merupakan
profesi dalam masyarakat, sehingga seorang guru dituntut untuk memiliki
beberapa macam keterampilan yang merupakan pelengkap profesinya.
Profesi tersebut biasanya diasosiasikan dengan ijazah yang memberikan
kewenangan dan tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugasnya.
Pendidikan dan keterampilan khusus, diperoleh dari lembaga
pendidikan guru yang memberi bekal untuk menunaikan tugas sebagai
pendidik formal di sekolah. Lebih jelasnya adalah ijazah guru yang
memberikan hak dan wewenang menjadi pengajar di kelas. Jadi, dengan
dimilikinya ijazah guru atau berlatar belakang pendidikan guru, tentunya
seseorang akan memahami ilmu pendidikan dan keguruan sehingga mampu
menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Selain itu, untuk menjadi seorang guru harus sehat jasmani dan
Rohani, karena Profesi guru sebagai pendidik formal di sekolah tidak dapat
dipandang ringan dan menyangkut berbagai aspek kehidupan serta
menuntut pertanggung jawaban moral yang berat. Salah satu aspek yang
perlu diperhitungkan untuk menjadi seorang guru adalah persyaratan fisik
atau persyaratan jasmani.8 Hal ini dimaksudkan bahwa seorang calon guru
8 Ibd., 151.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
harus berbadan sehat dan tidak memiliki cacat tubuh yang dapat
mengganggu tugas mengajarnya.
Dalam dunia pendidikan, guru selalu berhadapan dengan murid dan
menjadi penentu keberhasilan pendidikan dituntut untuk memiliki fisik yang
memenuhi syarat. Maksudnya, guru dalam proses belajar-mengajar harus
selalu dalam keadaan sehat, tidak cacat tubuh serta memiliki stamina yang
kuat untuk melaksanakan tugasnya.
Dan untuk menjadi seorang guru, Persyataran psikis juga sangat di
haruskan yaitu sehat rohaninya.20Artinya, seorang guru tidak mengalami
gangguan kelainan jiwa atau penyakit syaraf, yang memungkinkan tidak
dapat menunaikan tugasnya dengan baik. Persyaratan tersebut sepintas lebih
menekankan pada kesehatan jiwa guru. Kesehatan yang dimaksud juga
berkaitan dengan kestabilan emosi guru dalam melaksanakan tugasnya.
Perasaan dan emosi guru mempunyai kepribadian yang terpadu tampak
stabil optimis dan menyenangkan. Dia dapat memikat hati anak didiknya,
karena setiap anak merasa diterima dan disayangi oleh guru. Demikian juga
emosi yang tidak stabil akan membawa keadaan emosi yang tidak stabil
kepada anak didiknya, khususnya dalam masalah yang berkaitan dengan
kewajiban anak didik tersebut. Dengan adanya hal di atas, maka seorang
guru harus memiliki mental yang sehat dalam rangka menunjang
keberhasilan program pengajaran.9
9 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 51.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
4. Kompetensi Guru Fikih
Setiap guru tentunya dituntut harus mempunyai kompetensi yang
memadai, bisa dibayangkan bagaimana jadinya dunia pendidikan jika para
gurunya tidak memiliki kompetensi yang memadai. adapun kompetensi
yang harus dimiliki guru fiqih tentunya samahalnya dengan kompetensi
yang harus dimiliki guru secara umum. Kompetensi dapat diartikan sebagai
orang yang memiliki kemampuan kekuasaan, kewenangan, ketrampilan,
pengetahuan yang diperlukan untuk suatu tugas tertentu. Dengan memiliki
kompetensi, seseorang khususnya guru, dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik.10 Karena Guru adalah profesi yang ditandai dengan
dimilikinya suatu kompetensi.
Secara sederhana dapat kita ketahui bahwa Guru yang
berkompetensi adalah seseorang yang memiliki pengetahuan keguruan, dan
memiliki ketrampilan serta kemampuan sebagai guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan hingga
guru bertugas dalam memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta
didik. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk pembinaan-
pembinaan kurikulum, menuntut peserta didik belajar, membina pribadi,
watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar, serta menilai
kemajuan belajar peserta didik.
10 Ibid., 56.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Agar mampu melaksanakan tanggung jawabnya, maka setiap guru
harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan
tanggung jawab tersebut. Guru harus menguasai cara belajar yang efektif,
membuat model satuan pelajaran, memahami kurikulum mengajar di kelas,
menjadi model bagi siswa, memberikan nasihat dan petunjuk, menguasai
teknik bimbingan penyuluhan, menyusun dan melaksanakan prosedur
penilaian belajar dan sebagainya.
Sebagai seorang guru hendaknya memiliki 4 kompetensi
diantaranya, kompetensi pedagogik, kompetensi personal/ kepribadian,
kompetensi professional, dan kompetensi sosial. Namun tidak jarang
Sekolah atau Madrasah yang menambahkan 1 kompetensi lagi yaitu
kompetensi spiritual. Adapun masing-masing kompetensi dijelaskan
sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang
merupakan kompetensi khas, yang membedakan guru dengan profesi
lainnya ini terdiri dari beberapa aspek kemampuan, Kompetensi
pedagogik meliputi:11
1) Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan.
11 Wahab, kompetensi guru agama tersertifikas, (semarang: CV. Robar Bersama, 2011), 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
2) Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga
dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-
masing peserta didik.
3) Guru mampu mengembangkan kurikulum /silabus dalam bentuk
dokumen maupun implementasi dalam pengalaman belajar.
4) Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
5) Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana
dialogis dan interaktif, sehingga pembelajaran menjadi aktif,
inovatif, efektif, dan menyenangkan.
6) Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi
prosedur dan standar yang dipersyaratkan.
Dari beberapa aspek kemampuan tersebut dapat dijelaskan,
bahwa Landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan
titik tolak dalam pendidikan. Pilar utama terhadap perkembangan
manusia dan masyarakat bangsa tertentu adalah pendidikan. Karena itu,
diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan
arah dan tujuan pendidikan.
Landasan pendidikan sangat memegang peranan penting dalam
menentukan tujuan pendidikan diantaranya yaitu landasan filsafat.
landasan filsafat sangat penting, karena filsafat, dapat menjelaskan
pemikiran tentang praktik pendidikan mulai dari merancang kurikulum,
metode pembelajaran, penetapan tujuan pendidikan maupun perumusan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
kebijakan pendidikan. Filsafat pendidikan juga mencari konsekuensi
proses belajar mengajar, apa yang telah dilakukan, apa kelemahanya,
dan bagaimana cara mengatasi kelemahan itu.12
Dari berbagi aspek-aspek kompetensi pedagogik di atas
disimpulkan bahwa penting sekali untuk guru harus menguasai
kompetensi pedagogik ini dalam menjalankan tugasnya. karena di dalam
proses pembelajaran di butuhkan sebuah kemampuan dalam bentuk
tindakan-tindakan untuk mengelola pembelajaran sehingga dapat
menghasilkan pembelajaran sesuai yang diinginkan.
b. Kompetensi Personal/ Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian seperti berikut:13
1) Mantab dan stabil
2) Dewasa
3) Arif bijaksana
4) Berwibawa
5) Memiliki akhlak mulia
Dari poin-poin tersebut dapat dijelaskan bahwa, Sub kompetensi
mantab dan stabil memiliki indicator esensial yakni bertindak sesuai
dengan hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi
guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan bertutur.
12 Binti Maunah, Landasan Pendidikan, (Yogyakarta: Tersa, 2009), 41. 13 Ibid., 14.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Sedangkan guru yang dewasa akan menampilkan kemandirian
dalam bertindak dam memiliki etos kerja yang tinggi. Sementara itu, guru
yang arif akan mampu melihat manfaat pembelajaran bagi peserta didik,
sekolah dan masyarakat, menunjukkan sikap terbuka dalam berfkir dan
bertindak. Berwibawa mengandung makna bahwa guru memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan perilaku
yang disegani.
Tapi yang paling utama dalam kepribadian guru adalah berakhlak
mulia. Ia dapat menjadi teladan dan bertindak sesuai norma agama (iman,
dan taqwa, jujur, ikhlas dan suka menolong serta memilki perilaku yang
dapat dicontoh, karena pada dasarnya perubahan perilaku yang
ditunjukkan oleh pserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru.14
Tanpa bermaksud mengabaikan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru, kompetensi kepribadian kiranya harus
mendapatkan perhatian yang lebih. Sebab, kompetensi ini berkaitan
dengan idealisme dan kemampuan untuk dapat memahami dirinya
sendiri dalam kapasitas sebagai pendidik.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
14 Hamzah B. Uno, Profesi kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Terdapat 4 indikator guru
yang memiliki kompetensi profesional sebagaimana berikut:15
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
yang diampu.
3) Mengembangkan materi pembelajaran secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan kreatif.
4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Dari 4 indikator kompetensi profesional tersebut dijelaskan
bahwa seorang guru harus memahami dan menguasai materi
pembelajaran, hal ini penting untuk dilakukan karena tercapainya suatu
keberhasilan dalam pembelajaran itu tidak mungkin tanpa pengaruh
peran dari guru dan yang harus dimiliki guru adalah kemampuan
menjabarkan materi standar dalam kurikulum, karena apabila hal ini
dilakukan akan mendukung tercapainya tujuan dari mata pelajaran yang
diampu selain itu guru harus mampu menentukan secara tepat materi
yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Dan di dalam indikator kompetensi profesional, menguasai
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
juga termasuk salah satunya perlu kita ketahui bahwa standart
15 Ibid., 15.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, ktrampilan, sikap, dan
tingkat penguasaan yang diharapkan tercapai dalam mempelajari suatu
materi pembelajaran. Dan sedangkan kompetensi dasar merupakan
jabaran dari standar kompetensi, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap minimal yang harus dikuasai siswa. Jadi seorang guru harus
mampu menguasai tentang setandar kompetensi dan kompetensi dasar
mengingat sangat berpengaruhnya dalam mencapai keberhasilan dalam
suatu pembelajaran.
Selain itu, yang harus diperhatikan guru kaitanya dengan
kompetensi profesional yaitu Mengembangkan materi pembelajaran
secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif artinya dalam
setiap pengembangan materi pembelajaran salah satu hal yang harus
dilakukan adalah mencermati apakah materi yang akan diajarkan itu
cocok dengan tujuan dan kompetensi yang dibentuk. Di beberapa situasi
mungkin guru akan menemukan materi yang banyak, tetapi tidak terarah
secara langsung pada sasaran yang ingin dicapai untuk itu, jika materi
yang dirasakan belum cukup, maka guru dapat menambah sendiri dengan
memperhatikan strategi dan efektifitas pembelajaran.
d. Kompetensi Sosial
Kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
masyarakat sekitar disebut kompetensi sosial.16 Ada 4 indikator yang
menunjukan keberhasilan guru dalam bidang sosial yaitu sebagai
berikut:17
1) Bersikap inklusi, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3) Beradaptasi ditempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan atau tulisan atau dalam bentuk lain.
Poin pertama dari 4 indikator yang menunjukan keberhasilan
guru dalam bidang sosial yaitu bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta
tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,
kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi artinya
di dalam lingkungan pembelajaran guru harus menghargai perbedaan
serta memiliki kemampuan mengelola konflik yang mana dalam
melaksanakan pembelajaran guru harus menunjukan sikap terbuka untuk
menerima pserta didik tidak membedakan antara satu dengan yang lain.
16 Ibid., 15. 17 Ibid., 16.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Selain itu, di antara 4 poin yang menunjukkan keberhasilan guru
dibidang sosial adalah berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat dalam hal ini guru memang harus dapat membangun dan
melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat, kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah dan pihak – pihak terkait lainya untuk
mewujudkan keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Hal lain yang menunjukan keberhasilan guru dalam bidang sosial
yaitu beradaptasi ditempat bertugas diseluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya artinya di manapun
guru itu ditempatkan dan berhadapan dengan siapapun, dia dapat
membangun kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis, dan ilmiah dalam
mewujudkan pembelajaran yang berkualitas.
Yang terakhir, kemampuan sosial yang tidak kalah penting dan
harus dimiliki guru yaitu berkomunikasi dengan komunitas profesi
sendiri dan profesi lain secara lisan atau tulisan atau dalam bentuk lain.
Artinya guru harus melaksanakan atau melakukan komunikasi (tertulis,
tergambar) secara efektif dan menyenangkan dengan seluruh warga
sekolah, orang tua peserta didik, dengan kesadaran sepenuhnya bahwa
masing – masing memiliki peran tanggung jawab terhadap kemajuan
pembelajaran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
e. Kompetensi Spiritual18
Selain empat kompetensi yang harus dimiliki guru diatas,
perkembangan terakhir saat ini yaitu kompetensi spritual dimana
beberapa sekolah hanya menambah satu kompetensi lagi. Meski pada
hakikatnya kompetensi spiritual masuk dalam kompetensi kepribadian,
kecenderungan ketika mengurai tentang kompetensi spiritual sangat
berbeda dari konsep dan implementasi pada kompetensi kepribadian.
Secara kasat mata, ranah kompetensi kepribadian bertumpu pada
tingkah laku pendidik. Guru sebagai tenaga pendidik yang bertugas
utama mengajar, harus memiliki karakteristik kepribadian yang
diharapkan berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber
daya manusia.
Namun, hanya beberapa guru yang menilai kompetensi
kepribadian hanya tampilan luar dari sosok seorang guru. Mereka
bersikap selama masih tidak melanggar norma sosial, agama ataupun
perundang-undang. hal tersebut sudah sesuai dengan konsep kompetensi
kepribadian.
Pada fase ini lah guru dituntut memahami konsep kompetensi
spiritual. Ranah kompetensi spiritual dari guru akan berorientasi pada
pembentukan karater siswa yang ideal. Sorang guru harus mempunyai
tingkat keimanan dan ketakwaan tinggi. Karena dengan bekal tingkat
18 Dodi Ariyanto, http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=6469#.YI8fvpkxeDY
(diakses pada 26 April 2021 pukul 16.00 WIB.)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
keimanan dan ketakwaan yang tinggi kepada Tuhan yang maha-Esa,
seorang guru akan memiliki konsep dan proses konkret yang baik dalam
melakukan pembelajaran.
Dampaknya, guru tidak sekedar diikuti, tapi guru juga sebagai
sosok yang mempunyai wibawa dan kharisma, yang bisa secara langsung
menjadi inspirasi pada anak didik. jika penerapan kompetensi spiritual
berjalan baik, anak didik tersebut akan mengakui kesalahan dan meminta
maaf karena terdorong rasa berdosa jika dia tidak mengakui. Kopetensi
spiritual menjadi benteng terakhir untuk memberikan pagar yang kuat
dari pribadi masing-masing siswa didik. Dan, memulai konsep-konsep
tersebut tentu dari kompetensi spiritual yang baik dari seorang pendidik,
bukan siswa didik.
B. Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Menurut Bambang Wahyudi keterampilan adalah kecakapan atau
keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan yang hanya diperoleh dalam
praktek. Keterampilan kerja ini dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu
a. Keterampilan mental seperti analisa, membuat keputusan, menghitung
dan menghafal.
b. Keterampilan fisik seperti keterampilan yang berhubungan dengan
anggota tubuh dan pekerjaan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
c. Keterampilan sosial seperti dapat mempengaruhi orang lain, berpidato,
menawarkan barang dan lain-lain.19
Menurut Gordon, keterampilan merupakan sebuah kemapuan dalam
mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Definisi
keterampilan menurut Gordon ini cenderung mengarah pada aktivitas
psikomotor.20
Dunette menjabarkan bahwa keterampilan berarti mengembangkan
pengetahuan yang didapatkan melalui training dan pengalaman dengan
melaksanakan beberapa tugas.21
Dilain sisi, Soemarjadi memberikan pendapat bahwa keterampilan
merupakan perilaku yang diperoleh melalui tahap-tahap belajar,
keterampilan berasal dari gerakan-gerakan yang kasar atau tidak
terkoordinasi melalui pelatihan bertahap gerakan tidak teratur itu berangsur-
angsur berubah menjadi gerakan-gerakan yang lebih halus, melalui proses
koordinasi diskriminasi (perbedaan) dan integrasi (perpaduan) sehingga
diperoleh suatu keterampilan yang diperlukan untuk tujuan tertentu.22
Berdasarkan pengertian tersebut diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa keterampilan adalah kemampuan yang didapatkan melalui tahap
belajar atau pelatihan untuk melakukan suatu pekerjaan secara mudah dan
cermat.
19 Bambang Wahyudi, Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung: Sulita, 2002), 33. 20 Davis Gordon , Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen (Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Presindo, 1999), 55. 21 Dunnette, Keterampilan Pembukuan (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1976), 33. 22 Soemarjadi, Pendidikan Keterampilan (Jakarta: Depdikbud, 1992), 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
2. Dasar-dasar Keterampilan
Robbins mengkategorikan keterampilan menjadi empat yaitu
sebagai berikut:
a. Keterampilan Dasar (Basic Literacy Skill) Keterampilan dasar
nerupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh
kebanyakan orang seperti membaca, menulis, mendengar dan lain-lain.
b. Keahlian Teknik (Technical Skill) Keahlian teknik merupakan keahlian
seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki seperti
menghitung secara cepat, mengoperasikan komputer dan lain-lain.
c. Keahlian Interpersonal (Interpersonal Skill) Keahlian interpersonal
merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi
dengan orang lain maupun dengan rekan kerja seperti menjadi
pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja
sama dalam suatu tim.
d. Menyelesaikan Masalah (Problem Solving) Menyelesaikan masalah
adalah proses aktivitas untuk menjalankan logika, beragumentasi dalam
penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab,
mengembangkan alternatif dan menganalisa serta memilih
penyelesaian yang baik.23
23 Robbins, Keterampilan Dasar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2000), 494.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
3. Jenis-jenis Keterampilan
Menurut Robert L Katz yang dikutip oleh Ulber Silalahi
mengidentifikasi bahwa jenis-jenis keterampilan yaitu sebagai berikut:24
a. Keterampilan Teknik (Technical Skills) Keterampilan teknik
merupakan kompetensi spesifik untuk melaksanakan tugas atau
kemampuan menggunakan teknikteknik, alat-alat, prosedur dan
pengetahuan tentang lapangan yang spesialisasi secara benar dan tepat
dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Keterampilan Administratif Keterampilan administratif merupakan
kemampuan untuk mengurus, mengatur, dan mencatat informasi
tentang pelaksanaan dan hasil yang dicapai serta berbagai
hambatanhambatan yang dialami maupun kemampuan mengikuti
kebijakan dan prosuder.
c. Keterampilan Hubungan Manusia Keterampilan hubungan manusia
adalah kemampuan untuk memahami dan memotivasi orang lain
sebagai individu atau dalam kelompok. Kemampuan ini berhubungan
dengan kemampuan menyeleksi pegawai, menciptakan dan membina
hubungan yang baik, memahami orang lain, memberi motivasi dan
bimbingan dan mempengaruhi para pekerja baik secara individual
maupun kelompok.
d. Keterampilan konseptual Keterampilan konseptual adalah kemampuan
mengkoordinasi mengintegrasi semua kepentingan dan aktivitas
24 Ulber Silalahi, Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen (Bandung: Mandar Maju, 2002), 56.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
organisasi atau kemampuan mental mendapatkan, menganalisa dan
interpensi informasi yang diterima dari berbagai sumber. Ini mencakup
melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan, memahami bagaimana
hubungan antar unit atau bagian secara keseluruhan, memahami
bagaimana bagian-bagian tergantung pada yang lain dan
mengantisipasi bagaimana suatu perubahan dalam tiap bagian akan
mempengaruhi keseluruhan. Kemampuan melihat gambaran
keorganisasian secara keseluruhan dengan pengintegrasian dan
pengkoordinasian sejumlah besar aktivitas-aktivitas merupakan
keterampilan konseptual.
e. Keterampilan Diagnostik Keterampilan diagnostik berhubungan
dengan kemampuan untuk menentukan keputusan melalui analisa dan
pengujian hakekat dari suatu kondisi-kondisi khusus. Keterampilan
diagnostik dapat dapat dimaksudkan sebagai kemampuan secara cepat
mendapatkan sebab yang benar dari suatu situasi tertentu melalui satu
data yang simpangsiur, observasi dan fakta-fakta.
C. Materi Perawatan Jenazah25
Materi perawatan jenazah yang penulis paparkan disini adalah materi
yang penulis ambil dari buku Fikih kelas 10 peminatan umum, dari Kementerian
Agama Republik Indonesia.
25 Ahmad alfan, Fiqih (Jakarta: Kemetrian Agama Repulik Idonesia,2014), 23.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
1. Sakaratul Maut
Ketika manusia akan mengalami kematian (sakaratul maut) ditandai
oleh berbagai gejala seperti dinginnya ujung-ujung anggota badan, rasa
lemah, kantuk dan kehilangan kesadaran, dan hampir tidak dapat
membedakan sesuatu. Dikarenakan kurangnya pasokan oksigen dan darah
yang mencapai otak, ia menjadi linglung dan berada dalam keadaan
delirium (delirium: gangguan mental yg ditandai oleh ilusi, halusinasi,
ketegangan otak, dan kegelisahan fisik), dan menelan air liur menjadi lebih
sulit, serta aktivitas bernafas lambat. Penurunan tekanan darah
menyebabkan hilangnya kesadaran, yang mana seseorang merasa lelah dan
kepayahan. Al-Qur’an telah menggunakan ungkapan: “sakratul maut” (kata
sakr dalam bahasa Arab berarti “mabuk karena minuman keras”) dalam
frman Allah Swt.:
(٩١)وجاءت سكرة الموت بالحق ذلك ما كنت منه تحيد Artinya: “dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah
yang kamu selalu lari daripadanya.” (Q.S. Qaf: 19)
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai orang
yang baru saja meninggal dunia di antaranya:
a. Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut
pelupuk mata pelan-pelan.
b. Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan ditali (selendang) agar
tidak kembali terbuka.
c. Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
2. Proses Pengurusan Jenazah
Istilah jenazah berasal dari bahasa Arab, yang berarti mayat atau
usungan beserta mayatnya. Seorang muslim yang telah meninggal dunia
harus segera diurus, tidak boleh ditunda-tunda kecuali terdapat hal-hal yang
memaksa, seperti menunggu visum dokter, menunggu keluarga dekatnya
dan lain sebagainya.
Mengurus jenazah hukumnya fardhu kifayah, artinya jika dalam
suatu daerah terdapat orang yang meninggal dunia, maka orang Islam di
daerah tersebut wajib mengurus jenazahnya. Apabila tidak seorangpun di
daerah tersebut melaksanakan-nya, semua orang Islam di daerah tersebut
berdosa. Dasar hukum yang menjelaskan pentingnya merawat jenazah
adalah hadis nabi berikut, yang artinya “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi
saw., ia berkata: “ segerakanlah urusan jenazah, jika ia orang baik, maka
itulah yang sebaik-baiknya yang kamu segerakan, dan jika bukan orang
baik, maka itulah orang yang seburuk-buruknya yang kamu buang ke
kuburnya dari pundak kamu, yaitu memasukkannya kedalam liang lahat.”
(HR. Bukhari Muslim).
Kewajiban orang Islam terhadap saudaranya yang telah meninggal
dunia adalah:
a. Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah adalah membersihkan dan menyucikan
tubuh mayat dari segala kotoran dan najis yang melekat di badannya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
Jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki, jenazah perempuan
dimandikan oleh perempuan, kecuali suami istri atau muhrimnya.
Adapun Ketentuan dan tata cara memandikan jenazah sebagai
berikut:
1) Syarat Jenazah yang dimandikan:
a) Beragama Islam
b) Tubuh / anggota badan masih ada
c) Jenazah tersebut bukan mati syahid (dunia akhirat)
2) Yang berhak memandikan jenazah
a) Jenazah laki-laki yang memandikan laki-laki dan sebaliknya
kecuali suami atau istri.
b) Jika tidak ada suami/istri atau mahram maka jenazah
ditayamumkan.
c) Jika ada beberapa orang yang berhak maka diutamakan keluarga
terdekat dengan jenazah.
3) Cara memandikan jenazah
a) Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain basahan sehingga
aurat utamanya tidak kelihatan.
b) Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
c) Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala
kotoran.
d) Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya
dan tekan perutnya perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
e) Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala.
f) Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke
mulut jenazah, gosok giginya, dan bersihkan hidungnya.
Kemudian, wudlukan seperti wudlu untuk sholat.
g) Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu. Kemudian ke
sebelah kirinya.
h) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang
terakhir dicampur dengan wangi-wangian.
i) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan
menggosok anggota tubuhnya.
j) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh
tubuhnya, itulah yang wajib. Sunnah mengulanginya beberapa
kali dalam bilangan ganjil.
k) Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari
badannya, wajib dibuang dan dimandikan kembali. Jika keluar
najis setelah di atas kafan, tidak perlu untuk diulang mandinya,
tetapi cukup untuk membuang najisnya saja.
l) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain atau
handuk sehingga tidak membasahi kafannya.
m) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang
tidak mengandung alkohol. Pemberian wewangian untuk
jenazah sebaiknya menggunakan kapur barus.
b. Mengafani Jenazah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
Mengafani jenazah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah Saw. Bersabda:
اذاكفناحدكم ف ليحسن كفنه Artinya: “Bilamana seseorang di antara kamu mengafani (jenazah)
saudaranya (sesama muslim) hendaklah melakukan dengan baik”. (H.R.
Muslim)
1) Ketentuan Mengafani Jenazah:
a) Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi
seluruh tubuh.
b) Kain kafan hendaklah berwarnah putih.
c) Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedangkan
perempuan lima lapis.
d) Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya
diberi wangi-wangian.
e) Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.
2) Cara mengafani jenazah laki-laki
a) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah
lebih lebar dan luas. Sebaiknya masing-masing helai diberi
kapur barus.
b) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan
letakkan di atas kain kafan memanjang lalu ditaburi dengan
wangi-wangian.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
c) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas.
d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas,
kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan
selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah
kain kafan tiga atau lima ikatan. Lepaskan ikatan setelah
dibaringkan di liang lahat.
f) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seluruh badan jenazah,
tutupkanlah bagian auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh
ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas dan
semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk
menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika
banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, boleh dikafankan dua
atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan
dalam satu liang lahat, sebagaimana dilakukan terhadap
syuhada’ dalam perang uhud.
3) Cara mengafani jenazah perempuan
Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan
putih, yaitu:
a) Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh
badannya yang lebih lebar.
b) Lembar kedua untuk kerudung kepala.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
c) Lembar ketiga untuk baju kurung.
d) Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.
Tata cara mengafani jenazah perempuan sebagai berikut:
a) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-
masing bagian dengan tertib. Kemudian angkatlah jenazah
dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain
kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan
kapur barus.
b) Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas.
c) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d) Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di jahit )
e) Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak di jahit )
f) Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g) Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung )
h) Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara
menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung ke
dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain kafan yang
telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima
ikatan, dan dilepaskan ikatannya setelah diletakkan di dalam
liang lahat. Setelah itu, siap untuk di sholatkan.
c. Mensholatkan Jenazah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
Islam sangat mengedepankan persaudaraan sehingga sekalipun
salah satu kerabat kita sudah meninggal dunia dan sudah dikuburkan
akan tetapi nilai persaudaraan itu masih bisa dirasakan di antaranya
perintah agar orang-orang Islam yang masih hidup memohonkan ampun
dan rahmat kepada Allah Swt. bagi yang telah meninggal dunia. Dasar
hukum shalat jenazah adalah:
صلوا على موتكم
Artinya: Shalatkanlah orang-orang yang meninggal dunia antaramu”.
(HR Ibnu Majah)
Semua syarat wajib dan syarat sahnya shalat fardlu menjadi
syarat dalam shalat janazah, kecuali waktu shalat.
Setelah berdiri kemudian mulai shalat dengan urutan: takbiratul
ihram dan niat, membaca surat Al Fatihah, takbir kedua membaca
shalawat atas Nabi, takbir ketiga membaca do’a untuk si mayat, takbir
keempat membaca do’a kemudian mengucap salam.
Adapun tata cara pelaksanaannya adalah:
1) Membaca niat
Jenazah laki-laki:
رات ف رض الكفاية لله ت عالى اصلى على هذاالميت اربع تكبي
Jenazah Perempuan:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
رات ف رض الكفاية لله ت عالى اصلى على هذه الميتت اربع تكبي
Jenazah Ghaib:
رات ف رض الكفاية ل اصلى على الميت الغاءب له ت عالى )فلن( اربع تكبي
2) Membaca Surat Al Fatihah
3) Membaca Shalawat Nabi
4) Membaca doa setelah takbir ke 3
اللهم اغفرله وارحمه وعافه وعف عنه
5) Membaca do‘a setelah takbir ke 4
تحرمنا اجره ول ت فتنا ب عده وغفرلنا وله اللهم ل
d. Menguburkan Jenazah
Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah
sebaiknya dipikul oleh empat orang jamaah. Ibnu Mas’ud berkata:
بع جن زة ف ليحمل بجوان نة من ات ب السريركلها فأنه من الس
Artinya: “Barang siapa mengantar jenazah hendaknya mereka ikut
memikul pada setiap sisi usungan karena perbuatan demikian termasuk
sunah”. (HR Ibnu Majah).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
Sebelum proses penguburan sebaiknya lubang kubur
dipersiapkan terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 meter agar
bau tubuh yang membusuk tidak tercium ke atas sehingga menjaga
kehormatannya sebagai manusia. Kemudian, secara perlahan jenazah
dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan pada liang lahat, dengan
dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali pengikat jenazah bagian
kepala dan kaki dibuka agar menyentuh tanah langsung.
Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan
dengan bulatan tanah atau bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah
ditutup dengan kayu atau bambu sehingga waktu penimbunan tubuh
jenazah tidak terkena dengan tanah.
Adapun peragaan cara mengubur jenazah dengan mengikuti
petunjuk berikut:
1) Turunlah tiga orang ke liang lahat guna menerima jenazah. Ada yang
menerima jenazah pada bagian kepala, bagian tengah, dan bagian
kaki.
2) Angkatlah jenazah pelan-pelan. Orang yang berada di atas liang
lahat berrtugas mengangkat jenazah. Ada yang memegangi kepala,
perut dan kaki.
3) Masukkan jenazah dari arah kaki kubur atau dari samping kubur
(mana yang mudah).
4) Taruh jenazah di liang lahat dan menghadap kiblat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
5) Berilah penyangga dengan tanah secukupnya agar jenazah tetap
miring. Penyangga diletakkan pada bagian kepala dan punggung
serta paha.
6) Kenakan pipi kanan jenazah dengan tanah. Oleh karena itu, lepaskan
tali pocong, kain kafan dilonggarkan dibagian kepala agar mudah
ditarik untuk meletakkan pipi mengenai tanah.
7) Tutuplah liang lahat dengan papan kayu atau yang lain. Hal itu
dimaksudkan agar apabila ditimbun, badan jenazah tidak terhimpit
dengan timbunan.
8) Timbunlah pelan-pelan liang lahat sampai selesai. Maksudnya, agar
penutup liang lahat tidak patah. Timbunan ditinggikan dari tanah
sekitarnya agar tidak tergenang air apabila turun hujan.
9) Berilah tanda dari kayu atau batu.
10) Doakan si mayit dan keluarga yang ditinggalkannya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Berdasar pada judul penelitian penulis, penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif artinya
suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu kenyataan dalam
konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti menggunakan beberapa kejadian
yang diteliti.1
Penelitian deskriptif kualitatif menurut Best, Sukardi mengutip bahwa
metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan
objek sesuai dengan apa adanya.2 Selaras dengan pendapat dari prastya yang
mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengungkap
fakta apa adanya.3
Data kualitatif yang dikumpulkan penulis nanti bukan berupa angka-
angka, melainkan naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, dan
dokumen lainnya. Sehingga inti dari penelitian kualitatif ini adalah ingin
menunjukkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci, dan
tuntas. Oleh sebab itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
1 Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 4. 2 Sukardi, metode penelitian pendidikan:kompetensi dan prakteknya, (jakarta: Bumi Aksara,
2005), 15. 3 Prastya Irawan, logika dan prosedur penelitian: pengantar teori dan pandun praktis penelitian
sosial bagi mahasiswa dan penelitian pemula, (jakarta: STAIN,1999), 59.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
adalah dengan memadukan antara realita empirik dengan teori yang berlaku
dengan menggunakan pendekatan deskriptif.
Alasan penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dalam
penelitian ini adalah penelitian ini berfokus pada upaya guru Fikih dalam
meningkatkan keterampilan siswa merawat jenazah di kelas X MAN 2
Lamongan. Harapan dari penelitian model ini adalah peneliti mampu
mendiskripsikan upaya guru fikih dalam meningkatkan keterampilan siswa
merawat jenazah. Jadi menurut peneliti, pendekatan dan jenis penelitian ini
sangat tepat untuk melakukan penelitian secara mendalam karena berkaitan
dengan persoalan. Apabila dilihat dari pengertian-pengertian di atas, persoalan
yang akan diteliti oleh peneliti ini sangat membutuhkan data-data baik berupa
data tertulis, data lisan maupun dokumen lainya.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dan objek dalam penelitian ini sangat diperlukan guna mendapat
infromasi akurat dari beberapa pihak terkait. Subyek penelitian merupakan
sebuah sumber dimana peneliti memperoleh bahan yang berkaitan dengan
penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto, subyek penelitian adalah seseorang
atau lebih yang sengaja dipilih oleh peneliti guna dijadikan narasumber data
yang dikumpulkan.4
Penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
4 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1993), 113.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
tertentu dari pihak peneliti sendiri. Subjek penelitian ini merupakan pihak yang
sangat mengetahui tentang apa yang peneliti harapkan. Berdasarkan penelitian
penulis tentang upaya guru Fikih dalam meningkatkan keterampilan siswa
merawat jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan, maka yang menjadi subjek
penelitian ini adalah Guru Fikih yang mengajar di kelas X MAN 2 Lamongan.
Sementara objek penelitian ini, sebagaimana pendapat menurut Sugiono
mengenai pengertian objek penelitian adalah sasaran objektif untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang hal berbau
ilmiah, valid dan realiable tentang suatu hal (variabel tertentu).5 Jadi yang
menjadi objek dalam penelitian penulis ini adalah upaya-upaya apa saja yang
dilakukan guru Fikih dalam meningkatkan keterampilan siswa materi perwatan
jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan.
C. Tahap-tahap Penelitian
1. Tahap Persiapan/ Pra Lapangan
a. Penyusunan proposal Kegiatan awal yang harus dilakukan oleh seorang
peneliti harus membuat proposal penelitian. Ini dilakukan agar penelitian
yang dilakukan sesuai dengan tujuan awal mengapa penelitian ini
dilakukan.
b. Memilih lokasi penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memilih MAN 2
Lamongan sebagai tempat objek penelitian.
5 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2012), 144.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
c. Mengurus surat izin penelitian Pengurusan surat izin ini bertujuan untuk
memenuhi persyaratan administrasi.
d. Mengadakan observasi
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini menunjukkan bahwa penulis melaksanaan penelitian. Ini
terdiri dari kegiatan seperti mengumpulkan data melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi serta mengecek kembali data-data yang belum
didapat, setelah itu data tersebut dikumpulkan dan dianalisis untuk ditarik
kesimpulan
3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian ini adalah tahap terakhir sebuah penelitian yang
telah selesai dilaksanakan. Peneliti merangkum hasil penelitian kemudian
membuat laporan yang diuraikan secara rinci dan akurat sesuai dengan hasil
pengumpulan data di lapangan, proses analisis data dan pengecekan
keabsahan data.
D. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh.6 Data-data tersebut terdiri atas dua jenis yaitu data
yang bersumber dari manusia dan data yang bersumber dari non manusia.
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), 129.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
Sumber data terdiri dari data utama dalam bentuk ucapan dan perilaku orang-
orang yang diamati dan diwawancarai.7
Layaknya dalam penelitian, ada pembeda antara data yang diperoleh
langsung dari informan dan dari bahan pustaka. Yang pertama yang disebut
dengan data primer atau data dasar dan yang kedua dinamakan data skunder.
1. Data Primer, Data primer adalah bukti empirik yang diperoleh secara
langsung dari informan kunci menggunakan pertanyaan dan wawancara
langsung untuk mendapatkan data-data tentang bagaimana upaya
keterampilan yang dilakukan guru fikih di kelas X MAN 2 Lamongan.
2. Data sekunder, Data sekunder merupakan jenis data yang diperoleh berasal
dari kepustakaan.8 Dalam penelitian ini, sumber data yang diperoleh bisa
melalui buku, dokumen, jurnal, maupun sumber lainnya yang berkaitan
dengan upaya guru dalam meningkatkan keterampilan siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
M.Nazir menjelaskan bahwasannya proses pengumpulan data
merupakan prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan.9 Metode pengambilan data, yang akan digunakan dalam penelitian
ini diantaranya sebagai berikut:
1. Observasi
7 Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-dasar Penelitian, (Surabaya: Elkaf, 2006), 131. 8 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 87. 9 M. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 211.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
Metode observasi merupakan cara pengumpulan data melalui
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang fenomena-fenomena
yang diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung10. Peneliti
melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Observasi ini
dilakukann saat proses belajar mengajar berlangsung agar mengetahui
kebiasaan siswa pada proses belajar di kelas yang bisa mengukur pemahaman
siswa tentang materi yang diberikan oleh guru.
Observasi digunakan untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang
dilakukan guru fikih dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada mata
pelajaran Fikih di MAN 2 Lamongan.
2. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi verbal seperti percakapan yang
dilakukan dua orang atau lebih berhadapan secara fisik yang bertujuan untuk
memperoleh informasi. Wawancara ini merupakan alat yang sistematis
digunakan untuk menggali data penelitian11. Wawancara merupakan
percakapan dengan tujuan tertentu yaitu dengan menggali informasi
mengenai topic yang menjadi bahasan dari percakan tersebut. Percakapan itu
dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
10 Sutrisno Hadi, Metodologi Research ll, (Yogjakarta: Andi Offset), 136. 11 M.Nazir, Metode Penelitian…, 21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
Melalui wawancara ini penulis mengajak Tanya jawab dengan guru
Fikih kelas X MAN 2 Lamongan mengenai upaya-upaya yang dilakukan guru
tersebut dalam meningkatkan keterampilan siswa merawat jenazah.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.
Metode ini berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya yang berbentuk
monumental.12 Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang
objektif. Tekhnik ini digunakan untuk mencari data sekunder di MAN 2
Lamongan, yang berupa dokumen-dokumen seperti gambaran umum MAN 2
Lamongan, dokumen pendidik, dokumen peserta didik, serta dokumen-
dokumen lain yang berhubungan dengan pokok masalah yang akan diteliti.
F. Teknik Analisis Data
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, bahan-bahan lain merupakan analisis data.
Ini memudahkan peniliti untuk memahami temuan yang dapat diinformasikan
kepada orang lain.13
Menurut Milles dan Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data
kualiatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Ada 3 aktivitas dalam analisis data
yaitu data reduction, data display, dan conclusion (verification).14
12 Sugiyono, Memahami Penelitian kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2013) 82. 13 Ibid., 88. 14 Ibid., 91.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
Menganalisis data merupakan tahap penting setelah peneliti
mengumpulkan data. Setelah data terkumpul, maka peneliti menata,
mengkategorikan, dan meringkas untuk memperoleh jawaban dari penelitian
tersebut dengan jalan mendeskripsikan secara logis dan sistematis sehingga
masalah dalam penelitian ini dapat dijawab dan ditelusuri secara cermat dan teliti
kemudian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.15
Teknik analisa yang diterapkan dalam penelitian ini adalah teknik analisa
deskriptif. Teknik analisa deskriptif ini dilakukan melalui 3 alur kegiatan, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, tranformasi data kasar yang muncul dari
data catatan-catatan lapangan. Ini berlangsung terus-menerus selama
penelitian berlangsung.16
Analisis ini memiliki fungsi seperti menggolongkan, mengarahkan
serta membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikanya supaya dapat
ditarik kesimpulan dan diverifikasi. Penelitian ini mengharuskan penulis
untuk mereduksi data dengan merangkum dan memilih data-data yang sejalur
dengan penelitian. Ini diperoleh melalui wawancara dari beberapa
narasumber maupun dengan metode lain seperti observasi dan dokumentasi.
Penulis akan memilah mana data yang fokus mengenai upaya guru Fikih
15 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Rake Paskin, 1996), 104. 16 Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT Remaja Karya, 2001),
193.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
dalam meningkatkan keterampilan siswa merawat jenazah di kelas X MAN 2
Lamongan.
2. Penyajian Data
Setelah data reduksi dalam tahap analisis data, peniliti menyajikan
data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.17
Penyajian data adalah penyusunan informasi yang komplek ke dalam
suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana,
serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan
pengambilan tindakan. Sehingga penulis disini memamparkan secara naratif
mengenai upaya guru Fikih dalam meningkatkan keterampilan siswa merawat
jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan.
3. Kesimpulan atau Verifikasi
Tahap yang paling akhir adalah menarik kesimpulan atau verifikasi.
Peneliti ditugaskan untuk mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan,
hal-hal yang sering muncul, hipotesis dan sebagainya untuk mengambil
kesimpulan. 18
Penulis akan menyusun kesimpulan itu dengan terbuka, tetapi
kesimpulan yang sudah disediakan di awal berbeda dengan kesimpulan final
17 Sugiyono, Memahami Penelitian kualitatif…., 95. 18 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 87.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
yang muncul tergantung besarnya kumpulan kumpulan data lapangan,
pengkodeannya, penyimpanan dan metode pencarian ulang yang digunakan
dan kecakapan penulis tetapi sering kesimpulan itu telah dirumuskan sejak
awal. Pada tahap akhir kesimpulan-kesimpulan ini harus diverifikasikan pada
catatan-catatan yang dibuat oleh penulis selanjutnya disusun kesimpulan
yang baik dan benar.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Hal yang ditemukan dalam penelitian ini harus di cek keabsahannya
supaya hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat
dibuktikan keabsahannya. Ada beberapa teknik dalam uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas (validitas internal), transferabilitas
(validitas eksternal), dependabilitas (reabilitas) dan konfirmasi (objektifitas).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji kredibilitas namun jenis yang
digunakan adalah triangulasi dan bahan referensi.
1. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
didasari pola pikir fenomologis yang bersifat multi perspektif. Pola pikir
fenomologis adalah menarik kesimpulan dengan memakai beberapa cara
pandang yang bersifat multi perspektif. Dari cara pandang tersebut akan
mempertimbangkan beragam fenomena yang muncul sehingga dapat ditarik
kesimpulan lebih diterima kebenarannya.19
19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…., 330.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
Disini penulis melakukan berbagai macam langkah dalam triangulasi
diantaranya membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang saling berkaitan, mengadakan perbincangan
dengan banyak pihak untuk mencapai pemahaman tentang suatu atau
berbagai hal,
2. Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi digunakan ntuk membuktikan data yang telah
ditemukan oleh peneliti. Contohnya, data hasil wawancara perlu ditunjang
dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia dan
gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat bantu perekam
data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera dan alat rekam suara sangat
diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan peneliti.
Selain itu dalam laporan penelitian, data-data yang ditemukan perlu
dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih
dapat dipercaya20.
20 Sugiyono, Memahami Penelitian kualitatif…., 129.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Identitas MAN 2 Lamongan
a. Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri 2 Lamongan
d. NPSN : 20580768
e. Status : Reguler
f. Nomor Telp/Fax : 0322-451471 / 0322-451471
g. Alamat : Jl. Bulaksari 269 Sogo Kec. Babat Kab. Lamongan
h. Kecamatan : Babat
i. Kabupaten / Kota : Lamongan
j. Kode Pos : 62271
k. Alamat Website : www.man2lamongan.sch.id
l. E-mail : [email protected]
m. Tahun Berdiri : 1980 berstatus swasta - 1993 Dinegerikan
n. Peminatan : IPA, IPS, BAHASA dan AGAMA
o. Waktu Belajar : Pagi Jam 07.00 s/d 14.30 WIB.
2. Sejarah Berdirinya MAN 2 Lamongan
Tahun berdiri 1980 masih berstatus swasta dengan nama MA.
Persiapan, sampai tahun 1989. ( Kepala Madrasah dijabat oleh: Drs. H. Imam
Ahmad ). Tahun 1990 s/d 1993 berstatus MAN filial MAN Lamongan (
Kepala Madrasah dijabat oleh: Drs. Busyairi ) Tahun 1993 dinegerikan
dengan SK MENAG No. 244 Tahun 1993 ( Kepala Madrasah dijabat oleh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
Drs. H. Hudori, Alm) 1993-2003 Tahun 2004 - 2005 Kepala Madrasah dijabat
oleh Drs.H. Akhsan Qomar (Alm.) Tahun 2005 - 2012 Kepala Madrasah
dijabat oleh Drs. H.Hazbillah, M.Ag. Tahun 2012 – Sekarang, Kepala
Madrasah dijabat Drs. H. Abd. Hakim, M.Pd. dan pada tahun 2017 nama
Madrasah Aliyah Negeri Babat resmi berubah nama menjadi Madrasah
Aliyah Negeri 2 Lamongan.
3. Profil MAN 2 Lamongan
MAN 2 Lamongan merupakan lembaga pendidikan umum di tingkat
menengah yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama yang mempunyai
keunggulan di bidang pemahaman Agama Islam. Secara fisik citra yang
ditampilkan bernafaskan Islam, sehingga terkesan berwibawa, sejuk, rapi dan
indah. Cerminan pokok yang ditampilkan MAN 2 Lamongan adalah Islami
dan terkesan modern, serta dihuni oleh orang-orang terdekat dengan Allah
SWT, ramah terhadap sesama, santun selalu menebar senyum serta peduli
terhadap lingkungan.
Ditinjau dari kelembagaan, MAN 2 Lamongan memiliki tenaga
akademik yang professional dan handal dalam pemikiran, memiliki
managemen yang kokoh yang mampu menggerakkan seluruh potensi,
mengembangkan kreatifitas Civitas Akademik MAN 2 Lamongan, serta
memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan proaktif, selain itu MAN 2
Lamongan memiliki pemimpin yang mampu mengakomodasi seluruh potensi
yang dimiliki menjadi kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
Cerminan yang diharapkan dari Profil Civitas Akademika MAN 2
Lamongan adalah sebagai berikut:
a. Profil Guru MAN 2 Lamongan
1) Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan
muslim/muslimah di mana saja berada.
2) Memiliki wawasan keilmuan yang luas serta profesionalisme dan
berdedikasi yang tinggi.
3) Kreatif, dinamis dan inovatif dalam pengembangan kurikulum.
4) Bersikap dan berprilaku amanah, berakhlak mulia dan dapat menjadi
teladan bagi civitas akademika yang lain.
5) Berdisiplin tinggi dan selalu mematuh kode etik guru.
6) Memiliki kemampuan penalaran dan ketajaman berfikir ilmiah yang
tinggi.
7) Memiliki kesadaran yang tinggi dalam bekerja yang didasari oleh niat
beribadah dan selalu berupaya menigkatkan kwalitas pribadi.
8) Berwawasan luas dan bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah.
9) Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan proaktif.
b. Profil Pegawai/Karyawan MAN 2 Lamongan
1) Selalu menampakkan diri sebagai orang mukmin dan muslim/muslimah
dimana saja berada.
2) Bersikap dan berprilaku jujur , amanah, disiplin serta berakhlak mulia.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
3) Memiliki profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan tugas
keadministrasian dan mencintai pekerjaan.
4) Berorientasi pada kulalitas pelayanan.
5) Selalu tersenyum dan ramah dalam pelayanan.
6) Cermat, cepat, tepat dan ekonomis dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan tugas.
7) Sabar dan akomodatif.
8) Selalu mendahulukan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi
serta ikhlas.
9) Berpakaian rapi serta sopan dalam ucapan dan perbuatan.
10) Mengembangkan Husnudzan dan menjauhi Su’uzdzan.
c. Profil Siswa MAN 2 Lamongan
1) Berakhlakul karimah
2) Memiliki penampilan sebagai orang mukmin dan muslim/muslimah
ditandai dengan kesederhanaan, kerapian, kepatuhan dan penuh percaya
diri.
3) Berdisiplin tinggi.
4) Haus dan cinta ilmu pengetahuan.
5) Memiliki keberanian, kebebasan dan keterbukaan.
6) Kreatif, inovatif dan berpandangan jauh ke depan.
7) Dewasa dan mandiri dalam menyelesaikan segala persoalan.
8) Unggul dalam hal keilmuan.
d. Profil Lulusan MAN 2 Lamongan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
1) Kemantapan aqidah dan kedalaman spiritual.
2) Keagungan akhlak atau moral.
3) Keluasan ilmu pengetahuan.
4) Siap berkompetisi dengan lulusan Madrasah / SMA lain.
5) Mampu menjunjung tinggi nama baik almamater.
4. VISI dan MISI MAN 2 Lamongan
a. VISI MAN 2 Lamongan
“TERWUJUDNYA SUMBER DAYA INSANI YANG
BERPRESTASI DAN BERBUDAYA IMTAQ SERTA MENGUASAI
IPTEK BERBASIS RISET”
b. MISI MAN 2 Lamongan
1) Mengembangkan kompetensi sumber daya insani yang berkualitas
untuk mencapai prestasi nasional dan internasional
2) Mencetak lulusan yang berkualitas dan mampu berperan di masyarakat
3) Melaksanakan pembiasaan perilaku Islami
4) Mengembangkan lingkungan madrasah yang nyaman dan Islami
5) Meningkatkan penguasaan iptek yang berdaya saing tinggi
6) Mengembangkan budaya riset di semua mata pelajaran
c. Indikator Ketercapaian Visi
2) Berprestasi
a) Prestasi akademik tinggi
b) Tercapainya nilai mata pelajaran UNBK-UAMBN melampaui yang
ditetapkan KKM Madrasah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
c) Diraihnya kejuaraan tingkat regional, nasional, dan internasional
d) Memiliki lulusan yang mampu berprestasi di era global
e) Mampu memberi alternatif pemecahan masalah
f) Mampu berprestasi di setiap kompetisi akademik dan non akademik
g) Mampu berprestasi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
3) Berbudaya Imtaq
a) Memiliki penghayatan dan pengamalan ajaran Islam
b) Memiliki budaya Islami dalam kehidupan sehari-hari
c) Memiliki akhlak mulia terhadap guru, orang tua, dan masyarakat
d) Terciptanya lingkungan madrasah yang Islami
4) Menguasai IPTEK Berbasis Riset
a) Mampu berfikir realistis dan berorientasi masa depan
b) Mampu melakukan riset di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
c) Mampu berprestasi di bidang Iptek
d) Mampu menciptakan teknologi berbasis lokal dan global
5. Keadaan Gedung dan Bangunan
a. Bangunan Gedung : 14 Unit
b. Keadaan Bangunan : Permanen
c. Keadaan Ruangan :
1) Ruang Belajar : 36 Buah
2) Ruang Kepala : 1 Buah
3) Ruang Guru : 1 Buah
4) Ruang Kantor : 1 Buah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
5) Ruang Meeting : 1 Buah
6) Ruang Komite : 1 Buah
7) Ruang Musik : 1 Buah
8) Ruang Riset : 1 Buah
9) Ruang Perpustakaan : 1 Buah
10) Ruang Laboratorium : 11 Buah
11) Ruang Ketrampilan : 1 Buah
12) Ruang Olahraga : 1 Buah
13) Gudang : 1 Buah
14) Kantin : 10 Buah
15) Ruang Penjaga : 1 Buah
16) Ruang Elektro : 1 Buah
17) Ruang Redaksi : 1 Buah
18) Ruang Osis : 1 Buahasa
6. Sarana dan Prasarana MAN 2 Lamongan
a. Ruang kelas : LCD, Speaker dan CCTV
b. Perpustakaan : Buku penunjang Pembelajran dan buku bacaan
yang cukup lengkap, Pelayanan Komputerisasi dan
Ruangan ber-Ac
c. Laboratorium : 4 Laboratorium Komputer, 1 Laboratorium kimia,
1 Laboratorium Fisika, 1 Laboratorium Biologi,1
Laboratorium IPS Terpadu, 1 Laboratorium Tata
Boga, 1 Laboratorium Bahasa.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
d. Gedung Serbaguna : daya tampung banyak karena bangunan luas
e. UKS : melayani siswa-siswi yang mengalami sakit ringan
dan sebagai penolong pertama di madrasah yang
dibantu oleh PMR.
f. Ruang Riset : mewadahi siswa yang fokus di bidang penelitian
g. Ruang Eksrtakulikuler : Ruang Osis, Ruang Pramuka, Ruang
Pecinta Alam, Ruang PMR, Ruang Redaksi,
Ruang Banjari dan Ruang musik.
h. Lapangan Olahraga : luas dan dilengkapi dengan peralatan yang lengkap
untuk olahraga di madrasah.
i. Masjid : guna untuk menampung jumlah siswa yang banyak
maka Masjid Ulul Albab MAN 2 Lamongan masih
tahap proses pengembangan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
B. Penyajian dan Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis berusaha mencari tahu usaha seperti apa
yang dilaukan oleh guru mata pelajaran Fikih terhadap siswa khususnya di kelas
X MAN 2 Lamongan terkait keterampilan siswa dalam merawat jenazah. Jadi,
penulis memaparkan pembelajaran seperti apa yang dilakkan guru mata
pelajaran Fikih kelas X saat proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas
di MAN 2 Lamongan, dan langsung menganalisa upaya apa yang dilakukan oleh
guru tersebut untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam merawat jenazah.
1. Proses Pembelajaran Fikih di MAN 2 Lamongan
Di MAN 2 Lamongan, ada 2 guru Fikih yang mengajar kelas X yaitu
Farida Rahmawati S.Pd.I dan Ali Mahsun S.Ag., M.A. Untuk mempermudah
pembahasan, akan penulis bahas bagaimana proses pembelajaran Fikih dari
masing-masing guru pada sub Bab yang berbeda.
a. Farida Rahmawati, S.Pd.I
Farida Rahmawati, S.Pd.I, atau yang akrab dipanggil Bu Farida
adalah Guru Fikih di MAN 2 Lamongan yang mengajar di kelas X IPS 1,
IPS 2, dan IPS 3. Beliau mendapat gelar sarjana di UIN Malang, dan mulai
mengajar di MAN 2 Lamongan atau yang sebelumnya bernama MAN
Babat pada tahun 2008 hingga sekarang, Jadi kurang lebih sudah selama
13 tahun mengajar di MAN 2 Lamongan ini. Dengan pengalaman
mengajar yang begitu lama tentunya sudah faham betul mengenai dunia
pendidikan khususnya di MAN 2 Lamongan seperti bagaimana cara
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
mengajar yang baik, bagaimana cara memahami peserta didik, bagaimana
cara menyampaikan materi kepada peserta didik dengan berbagai macam
karakter yang berbeda-beda.
“Disini siswa itukan bermacam-macam ya karakternya, ada yang begitu dijelaskan teori kemudian saat diajak praktek ya dengan
mudah dan lancar. ada juga yang harus mengulas kembali teori, sehingga anak itu bisa memahami betul. selain itu juga, saya juga
menggunakan metode ceramah dan praktek. kadang di tengah-tengah pembelajaran itu saya putarkan seperti video di proyektor untuk pembelajarannya. Anak-anak itu kebanyakannya diarahkan
dulu untuk materi, lalu baru diajak ke masjid untuk praktek nya.”1
Berdasarkan penuturan dari bu farida, di MAN 2 Lamongan ini ada
berbagai macam karakter siswa, dan tentunya dimanapun itu tempatnya
atau sekolahnya pasti juga terdapat bermacam-macam karakter dari
peserta didik karena sudah pasti antara individu yang satu dengan yang
lain tentu saja berbeda. Menurut bu farida perihal karakter peserta didik
atau lebih tepatnya yang berhubungan dengan pembelajaran seperti tingkat
penyerapan materi, ada yang langsung faham setelah meteri disampaikan
dan kemudian saat praktek langsung bisa dan lancer, namun ada juga yang
harus mengulas kembali materi agar benar-benar faham. Mengenai
penyampaian materinya secara umum untuk peserta didik di MAN 2
lamongan ini kebanyakan diarahkan dulu untuk materi kemudian stelah
penyampaian materii selesai baru peserta didik diajak praktek.
1 Interview dengan Farida Rahmawati, S.Pd.I, pada tanggal 21 April 2021 pukul 10.00 WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
Bagi penulis memahami karakter peserta didik adalah hal yang
penting untuk dilakukan, karena jika guru tidak dapat memahami karakter
peserta didik, guru tidak akan dapat menyampaikan materi dengan
maksimal dan peserta didik pun tidak bisa menyerap ilmu yang
disampaikan guru dengan maksimal. Itulah mengapa penting untuk
memahami karakter peserta didik yang kemudian akan berlanjut pada hal-
hal yang diinginkan peserta didik dalam proses pembelajaran,
pembelajaran seperti apa yang disukai peserta didik, dan lain sebagainya.
Setelah itu guru akan menyiapkan pembelajaran seperti apa yang efektif
untuk peserta didik tersebut.
Dalam penyampaian materi, Bu Farida biasanya sering
menyampaikan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan tentu saja
praktek untuk materi yang bersifat praktis, terkadang beliau juga
menggunakan metode demonstrasi dengan menampilkan video-video
melalui lcd proyektor agar peserta didik dapat mengamati contoh
penerapan dari materi yang disampaikan seperti halnya mengenai materi
perawatan jenazah.
“….untuk itu saya menggunakan media bantuan dari YouTube, saya putarkan ke anak, kadang juga dapat video dari rekaman ujian
praktek di madrasah. (metode demonstrasi).”2
Menurut penulis, Apa yang bu Farida lakukan ini yakni dengan
menggunakan bantuan dari YouTube atau rekaman ujian praktek yang
2 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
dilakuakan oleh siswa kelas XII saat menjelang kelulusan merupakan
langkah yang baik. Video-video tersebut dapat ditayangkan melalui lcd
proyektor yang kemudian diamati oleh peserta didik agar tidak hanya
terbatas pada penyampaian materi secara lisan namun juga dengan
menunjukan secara langsung bagaimana proses merawat jenazah yang
sebenarnya melalui video yang ditayangkan agar peserta didik mempunyai
gambaran yang sesungguhnya dari materi perawatan jenazah tersebut.
Karena sudah melihat bagaimana prosesnya secara langsung melalui video
yang ditayangkan maka diharapkan peserta didik sudah faham bagaimana
prosesnya, bagaimana langkah-langkah, bagaimana syarat dan rukunya
diterapkan, dan lain sebagainya. Setelah itu peserta didik diajak utuk
memraktekannya.
Akan tetapi karena adanya pandemi covid 19 yang melanda seluruh
dunia ini yang mengharuskan pemerintah Indonesia menerapkan aturan
pembatasan sosial, tentu saja berdampak pada dunia pendidikan yang juga
harus dibatasi dengan aturan-aturan tertentu.
“kita tetap melaksanakan ujian praktek, tapi dalam pengurusan
jenazahnya, anak-anak dibatasi waktunya ya karena pandemi. kalau dulu ya pagi sampai siang. tapi kemarin disini cuma sampai jam 12 atau berapa gitu. jadi disitu, anak saya uji dengan
mempraktekkan sholatnya, bacaan sholatnya. untuk mengkafani, saya hanya sekedar bertanya saja. beda waktu sebelum pandemi,
itu saya menggunakan alat peraga boneka, ada kain kafan, kapur barus. pokoknya praktek semuanya.”3
3 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
Dari penuturan Bu Farida, peserta didik tetap melakukan praktek
merawat jenazah, akan tetapi tidak semua dipraktekan hanya proses
mensholatkan yang dipratekan, untuk yang mengkafani hanya dilakukan
dengan tanja jawab. Melihat kondisi yang serba terbatas mengaharuskan
guru untuk meringkas pembelajaran karena waktu untuk proses
pembelajaran berkurang.
Untuk hari-hari biasa seperti di tahun-tahun sebelum ada pandemi
covid 19, Bu Farida bersama peserta didik melakukanpraktek perawatan
jenazah secara keseluruhan dengan menggunakan boneka peraga, kain
kafan, kapur barus dan lain sebagainya.
Bu Farida dalam melakukan penilaian materi perawatan jenazah ini
menerapkannya dengan tes tulis dan praktek.
“materi dan praktek, kalau materi ya ulangan harian, uts, uas.kalau penialin praktek jenazah itu dilihat sikap dari anak (tidak bercanda,
serius, dan bersungguh-sungguh), gerakan sholat, bacaannya karena terkadang jika disuruh baca-baca sendiri itu tidak bisa, jadi saya lebih ke membaca sendiri-sendiri.”4
Dalam hal penilaian materi, bu farida melakukan dengan Ulangan
Harian, Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester, seperti
pada umumnya. Dan untuk penilaian prakteknya, beliau menuruh peserta
didik untuk melakukannya sendiri-sendiri atau individu agar dapat
diketahui mana yang benar-benar bisa dan mana yang hanya ikut-ikut
4 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
temannya. Bu Farida menilai praktek peserta didik berdasarkan sikap atau
keseriusan dalam melakukan perawatan jenazah karena ada beberapa
peserta didik yang tidak serius dalam melakukannya atau terkesan
bercanda, jadi peserta didik dituntut untuk melakukannya dengan sebaik
mungkin dan bersungguh-sungguh.
Dalam hal ini sudah seharusnya diadakan praktek merawat
jenazah, karena pada materi ini bersifat praktis, yang tentunya tidak cukup
hanya dijelaskan secara lisan atau tulisan, tentu harus juga dipraktekan
bagaimana melakukan perawatan jenazah yang baik dan benar sesuai yang
dipelajari dalam teori yang telah disampaikan. Karena meteri ini
merupakan materi praktis maka juga harus ada penilaian prakteknya, akan
lebih faham dan terampil jika peserta didik mengalaminya atau
melakukannya secara langsung, tidak hanya mendengarkan melalui
ceramah atau melihat tayangan video. Seperti yang sudah diterapkan oleh
bu Farida terhadap peserta didik.
Setiap penilaian materi mempunya Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM), untuk materi perawatan jenazah di kelas X MAN 2 Lamongan
adalah 76, peserta didik yang mendapat nilai kurang dari 76 maka akan
deberikan tugas remedial oleh Bu Farida.
“kkm.nya 76. jika ada yang kurang, saya akan melakukan remedial.
remedial nya itu anak harus mendemonstrasikan atau memperagakan, pokoknya anak itu sering saya bentuk kelompok
juga, saya suruh untuk melakukan pengurusan atau perawatan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
jenazah. pokoknya saya suruh untuk mempraktekkan. (untuk
membuat siswa terampil juga).”5
Tugas remedial yang seperti ini menurut penulis lebih baik untuk
diterapkan dari pada tugas untuk menjawab soal, mengingat materi ini
adalah materi perawatan jenazah yang membutuhkan praktek untuk
memperdalam pemahaman peserta didik, alangkah lebih baik jika peserta
didik melakukannya sendiri, karena sesuatu yang pernah dialami sendiri
itu lebih kita fahami dari hanya sebatas mendengar dan melihat. Apa lagi
sesuatu yang diulang-ulang tentu akan membekas lebih baik. Pada
awalnya peserta didik kurang begitu faham hingga nilainya dibawah KKM
yang kemudian harus menyelesaikan tugas remedial berupa
mempraktekan perawatan jenazah tersebut sampai lancar tentu akan
memberikan pengalaman tersendiri dalam merawat jenazah dan tentu
dapat membuat peserta didik semakin terampil.
b. Ali Mahsun S.Ag., M.A.
Pak Ali, atau yang bernama lengkap Ali Mahsun, S.Ag, M.A
adalah seorang guru di MAN 2 Lamongan ini selama kurang lebih 11 tahun
terhitung sejak pertama kali mengajar di MAN Lamongan pada tahun
2010, akan tetapi sebelum mengajar di MAN 2 Lamongan beliau mengajar
di salah satu sekolah swasta sejak 1998 jadi kurang lebih selama 23 tahun
beliau mengajar. Sekarang di MAN 2 Lamongan beliau mengajar kelas X
5 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
IPA 1, X IPA 2, X IPA 3, X IPA 4, X IPA 5, X IPS 4, dan X Bahasa.
Waktu mengajar yang begitu lama tentunya menjadikan beliau guru yang
berpengelaman dan penulis yakin pastinya beliau telah berpengalaman
menghadapi berbagai macam peserta didik seperti peserta didik di MAN 2
Lamongan ini.
“Disiplin, Lumayan disiplin, Tidak disiplin. Karakter siswa itu tidak sama, ada yang serius belajarnya, ada yang sedang-sedang,
kemudian ada juga yang yah seperti yang penting saya sekolah, yang penting saya ikut kemauan orang tua sekolah di negeri yang penting masuk gitu aja. Tapi rata-rata disini yah memang, anak-
anak sekolah disini kan memang cita-citanya panjang. Kalau saya nanti di MAN 2 Lamongan setelah ini harus apa? Tujuannya itukan
harus kuliah, jarang kemudian putus kuliah itu, walaupun kuliahnya bukan di negeri tapi di swasta. Jadi rata-rata pikirannya yah sudah, arah-arahnya melanjutkan jenjang pendidikan.”6
Melihat dari jawaban Ali Mahsun, S.Ag., M.A., penulis
menyimpulkan bahwa beliau mengelompokan karakter peserta didik
berdasarkan kedisiplinan menjadi 3, yaitu disiplin, lumayan disiplin, dan
tidak disiplin. Kemudian beliau juga menambahkan bahwa karakter
peserta didik itu tidak sama, beliau juga mengelompokan menjadi 3 yakni
yang serius dalam belajar, yang sedang-sedang dalam belajar, dan yang
penting sekolah.
Dalam penyampaian materinya beliau biasanya menggunakan
ceramah, Tanya jawab dan kemudian baru praktek.
“Model ceramah dulu, baru setelah itu tanya jawab, kemudian
praktek. Disampaikan dulu materi, anak-anak membaca dahulu,
6 Interview dengan Ali Mahsun, S.Ag., M.A., pada tanggal 22 April 2021 pukul 10.00 WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
setelah membaca di teliti dahulu bab apa itu, misalnya jenazah ya
saya suruh baca dulu supaya anak-anak ada perhatian kemudian (coba anak-anak bab ini diplejari, dibaca dulu. ) kemudian saya Tanya dari bab jenazah itu ada yang sulit lalu saya jelaskan. Setelah
saya jelaskan kemudian kalau waktunya praktek ya praktek. Jenazah itukan harus di praktekkan. Jadi metodenya, ceramah dulu,
Tanya jawab, setelah itu praktek.”7
Sama seperti Bu Farida yang telah penulis paparkan di sub Bab
sebelumnya yang menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
praktek. Menurut penulis metode tersebut merupakan metode legend yang
sedari dulu diterapkan hampir semua guru, dan urutannya pun seperti itu,
yakni ceramah, tanya jawab, kemudian prektek. Setelah perkembangan
teknologi mulai muncul, sampai adanya lcd proyektor yang sekarang
sudah biasa digunakan baru dimanfaatkan untuk metode demonstrasi
dengan menayangkan berbagai macam video atau tutorial dan masih
banyak yang lainnya. Seperti ketika penulis bertanya mengenai
pemanfaatan media beliau menjawab.
“Video dan proyektor (setelah itu langsung praktek lapangan).”8
Dan ketika penulis bertanya perihal prakteknya berikut jawaban
beliau.
“mulai dari memandikan, mengkafani, terus mensholatkan.. yang belum itu menguburkannya. kan ya dimana prakteknya, jadi kita
kasih video saja, menggali tanah dan cara memasukkan jenazah dari atas dan menerima dari bawah.”9
7 Ibid. 8 Ibid. 9 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
Jadi, peserta didik diajak praktek merawat jenazah mulai dari
memandikan, mengkafani, dan mensholatkan. Untuk yang menguburkan
cukup dengan menayangkan video saja, karena dari pihak Madrasah belum
menyediakan fasilitas untuk peserta didik praktek menguburkan jenazah
secara langsung di dalam tanah, hanya ada boneka peraga, kain kafan, dan
lain sebagainya yang bisa digunakan untuk memandikan, mengkafani, dan
mensholatkan oleh peserta didik.
Setelah peserta didik belajar disekolah tentu juga harus diterapkan
di lingkungan masyarakat terkait materi perawatan jenazah.
“jadi gini, yang dilakukan anak-anak kan sudah paham ya bagaimana cara memandikan, mengkafani, dan mengubur. yang
sering dipraktekkan oleh anak itu sholatnya. gak mungkin kan kayak yang mengkafani itu kan sudah ada bagiannya seperti petugas / modin. jadi kalau yang bisa dilakukan itu ya cuma
sholatnya saja. atau juga takziah juga mengantarkan nya.”10
Menurut penulis memang ketika di lingkungan masyarakat, bukan
wilayahnya seorang peserta didik untuk bertugas merawat jenazah, karena
sudah ada yang ahli di bidangnya seperti modin atau petugas-petugas
khusus yang memang telah disiapkan oleh beberapa desa untuk merawat
jenazah. Akan tetapi peserta didik tetap diharuskan untuk mampu merawat
jenazah, setidaknya akan berguna ketika ada sanak saudara yang
meninggal karena yang lebih baik adalah keluarga sendiri yang merawat,
meskipun juga akan dipandu oleh modin atau orang yang dipercaya
10 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
dilingkungan masyarakat tersebut yang memang mengerti dan sudah
terbiasa merawat jenazah. Atau paling tidak peserta didik terbiasa
berta’ziah jika ada tetangga yang meninggal, jika tidak ikut memandikan
dan mengkafani, setidaknya ikut mensolatkan dan mengantarkan sampai
kubur jenazah tersebut. Dan barang kali setelah terbiasa berta’ziah atau
sedikit banyak membantu modin atau petugas dalam merawat jenazah
lama-lama setelah dewasa tidak menutup kemungkinan untuk menjadi
modin atau menggantikan petugas tersebut.
Itulah mengapa peserta didik diharapkan mampu dan terampil
dalam merawat jenazah, untuk membuat peseta didik mampu dan terampil
dalam merawat jenazah tidak lepas dari peran guru yang sangat berjasa
bagi peserta didik.
2. Upaya Guru Fikih dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa
Mengenai Upaya Meningkatkan keterampilan siswa dalam merawat
jenazah, Guru melakukan upaya dengan cara menerapkan pembelajaran yang
sebaik-baiknya. Dengan pembelajaran yang baik seperti yang telah penulis
bahas pada pembahasan sub Bab pembelajaran Fikih sebelumnya, sudah
semestinya juga dapat meningkat keterampilan siswa dalam merawat jenazah.
“setiap selesai bab itukan ada prakteknya juga penilaian nya. Nanti kalau dipenilaiannya tidak cukup kan ada remedi. kita sebagai guru itukan berharap semuanya bisa seperti sehabis materi siswa mampu
menyerap semua pelajaran yang disampaikan oleh guru. barangkali ada 1 atau 2 anak yang belum mampu ya ada bimbingan khusus
supaya anak itu bisa memahami apa yang disampaikan bapak atau ibu guru. paling tidak ada pemantauan ya, setiap 1 kelas kok ada yang belum paham ya kita adakan bimbingan khusus atau pemantauan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
sendiri untuk anak itu. bisa dilakukan didalam jam pelajaran juga
diluar jam pelajaran.”11
Jika nilai dari peserta didik kurang maka akan diadakan remedial, jadi
menurut penulis itu memanglah hal yang sudah seharusnya dilakukan terkait
model dan bentuknya itu kebijakan guru, dalam hal ini Ali Mahsun, S.Ag.,
M.A. memberikan bimbingan khusus atau pemantauan tersendiri terhadap
peserta didik tersebut, guna untuk meningkatkan keterampilan peserta didik
tersebut dalam merawat jenazah.
Berbicara bimbingan khusus, materi perawatan jenazah tidak hanya
terputus pada kelas X saja, tapi akan berlanjut di kelas XI dan XII. Meskipun
materi perawatan jenazah adanya dikelas X, akan tetapi di luar materi
pelajaran terdapat Program-program kegiatan lainnya seperti dalam Pondok
Ramadhan, yang di situ juga Ali Mahsun, S.Ag., M.A. menjadi salah satu
pemateri saat kegiatan seminar atau pelatihan perawatan jenazah berlangsung
dalam kegiatan Pondok Ramadhan tersebut.
Jadi mengingat pentingnya materi perawatan jenazah yang dalam
pembelajarannya tidak hanya sebatas dijelaskan dengan lisan maupun
tuulisan atau gambar dan video, tetapi juga harus dipraktekan agar peserta
didik lebih memahami dan terampil dalam merawat jenazah, dan itulah upaya
yang dilakukan oleh Ali Mahsun, S.Ag., M.A. selaku guru mata pelajaran
Fikih kelas X.
11 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
Menurut Farida Rahmawati ada perkembangan peserta didik bisa
ditunjukan dari tahun ke tahun.
“untuk keterampilan anak, dari tahun ke tahun mulai menunjukkan,
buktinya itu disini, saya kan dikelas 10 menyampaikan tetapi ketemunya kan di ujian praktek kelas 12. itu kan anak mengalami
peningkatan, dalam artian dia ada usaha untuk belajar mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. meskipun dianya agak ada rasa ketakutan dalam mengurus jenazah.
siswa: bu, saya takut bu, saya takut sawanen
guru: kenapa harus takut nak? kamu juga akan meninggal. kalau kamu gak ngerawat jenazah orang, yang merawat jenazah kamu siapa?
jadi akan mengalami peningkatan.”12
Merawat jenazah ini tidak hanya berputus pada kelas X saja tetapi di
kelas XI dan XII juga, untuk di kelas X merupakan meteri pada mata pelajaran
Fikih BAB II, kemudian di kelas XI terdapat semacam seminar atau pelatihan
khusus yang terdapat pada program “Pondok Ramadhan” yang dilakukan
oleh guru-guru agama di MAN 2 Lamongan. Dan pada saaat kelas XII juga
ada Ujian Praktek yang juga diharuskan untuk mampu merawat jenazah.
Saat penulis melakukan penelitian di MAN 2 Lamongan ini
bertepatan dengan bulan Ramadhan, yang kebetulan program kegiatan
Pondok Ramadhan sedang berlangsung, saat itu penulis mendapat info dari
bu Farida yang ternyata beliau adalah salah satu panitia kegiatan Pondok
Ramadhan bahwasanya pada hari itu yang bertepatan pada hari yang sama
dengan saat interview saya dengan Bu Farida, ada kegiatan semacam seminar
12 Interview dengan Farida Rahmawati, S.Pd.I., pada tanggal 21 April 2021 pukul 10.00 WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
atau pelatihan merawat jenazah pada program Pondok Ramadhan tersebut
namun untuk kelas XI bukan kelas X. Akhirnya penulis juga melakukan
observasi dalam kegiatan tersebut.
Kegiatan seperti ini sangat membantu untuk meningkatkan
keterampilan Peserta didik, karena merawat jenazah menjadi perhatian
khusus bagi Madrasah, tidak hanya berputus dikelas X yang menjadi materi
mata pelajaran Fikih tetapi juga berlanjut di kelas XI yang akan lebih
ditingkatkan lagi keterampilan peseta didik dalam merawat jenazah.
Pada kegiatan tersebut mulanya disampaikan oleh pemateri yang pada
saat itu dilakukan oleh salah satu Guru Agama di MAN 2 Lamongan yakni
Jaelani S.Pd.I atau yang akrab disapa Abi Je yang dibantu dengan beberapa
guru yang lain. Dengan menggunakan boneka peraga beliau
mendemonstrasikan dan menjelaskan bagaimana cara merawat jenazah yang
baik dan benar mulai dari awal hingga akhir yakni mulai dari memandikan,
mengkafani, mensholatkan, dan menguburkan. Peserta didik terlihat sangat
antusian dalam kegiatan tersebut, terbukti dengan adanya peserta didik yang
dibelakang sampai berdiri agar lebih terlihat jelas, ada juga yang maju ke
depan untuk lebih dekat dan mengamati apa yang didemonstrasikan oleh Abi
Je, ada juga yang merekan dengan kamera ponsel agar suatu saat bisa
dipelajari lagi. Dan lain sebagainya. Setelah selesai penyampaian materinya,
peserta didik dibentuk kelompok-kelompok kecil yang masing-masing
kelompok didampingi oleh seorang guru, kemudian peserta didik
mempraktekkan perawatan jenazah sesuai dengan apa yang telah dijelaskan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
dan didemokan oleh Abi Je yang nantinya akan dinilai oleh guru pendamping
di masing-masing kelompok.13
Kegiatan semacam ini diadakan karena Madrasah mengharapkan
peserta didik tidak hanya faham tetapi juga terampil, dan setelah lulus Aliyah
sudah mampu terjun di lingkungan masyarakat.
Dikelas pun Bu Farida juga selalu memotivasi pesera didik agar tidak
hanya sebatas materi pelajaran di sekolah saja akan tetapi juga di terapkan di
lingkungan Masyarakat.
“selama ini, karena lebih ke keterampilan nya, sehingga penilaian untuk pemantauan, untuk bukti fisiknya sendiri saya itu ya. tapi ketika saya menyampaikan ke anak itu saya suruh untuk mengikuti di
masyarakat. semisal,
siswa: bu saya tidak berani memandikan, karena saya masih muda, masih ada yang lebih ahli.
guru: oke, kalau kamu tidak bisa memandikan ataupun tidak di tunjuk
oleh masyarakat, nah untuk mengkafani juga sama kan.
siswa: mungkin saya bisa ikut mensholati bu juga menguburkan atau mengantarkan ke makam.
nah untuk pemantauan ini memang selama ini agak sulit.”14
Memang untuk materi perawatan jenazah ini agak sulit untuk
diterapkan oleh peserta didik di Masyarakat karena sudah ada petugas atau
orang yang dipercaya dan sudah terbiasa melakukan itu (merawat jenazah) di
lingkungan masyarakat tersebut, namun tidak menutup kemungkinan jika
yang meninggal adalah keluarga sendiri, jika yang meninggal keluarga sendiri
13 Observasi Kegiatan Pondok Ramadhan, pada tanggal 21 April 2021 pukul 11.00 WIB. 14 Interview dengan Farida Rahmawati S.Pd.I., pada tanggal 21 April 2021 pukul 10.00 WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
maka bisa saja ikut untuk merawat jenazah keluarganya sendiri tersebut, atau
jika yang meninggal orang lain paling tidak bisa untuk ikut berta’ziah,
mensholati, dan mengantar sampai kubur. Itulah yang biasa dimotivasikan
oleh Farida Rahmawati terhadap Peserta didik.
Disamping itu pada saat pandemi covid-19 ini Bu Farida pun juga
menyinggung mengenai proses merawat jenazah terhadap pasian positif
covid- 19 seperti yang dituturkan beliau.
“iya pernah menyinggung masalah terebut kepada peserta didik
bahwa penangganan jenazah covid itu sudah sesuai syariat islam, adapun untuk yang memandikan, mengkafani dan mengubur dari pihak tim yang ber APD hal ini untuk menjaga agar jenazah tidak
menularkan virus kepada yang merawat jenazah tersebut.”
Dengan memberikan pemahaman seperti ini diharapkan agar peserta
didik mengerti tentang problematika yang sedang terjadi disaat ini terlebih
khusus yang berkaitan dengan proses perawatan jenazah
Dari selaku guru mata pelajaran Fikih di kelas X melakukan upaya
peningkatan keterampilan siswa merawat jenazah dengan cara
memaksimalkan proses pembelajaran yang dilakukan seperti dengan metode
demontrasi, praktek, remedial dengan praktek, dan lain sebagainya. Juga
memotivasi peserta didik terkait menerapkan apa yang peserta didik peroleh
ketika di Madrasah diterapkan di lingkungan masyarakat.
3. Kebijakan Pembelajaran Fikih
Dalam hal ini peneliti ingin mencari tahu ada atau tidaknya kebijakan
khusus yang dibuat oleh Madrasah atau lebih tepatnya kebijakan khusus dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
Bapak Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum yang mengatur tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan Upaya Guru Fikih dalam
Meningkatkan Keterampilan Siswa Merawat Jenazah di Kelas X MAN 2
Lamongan. Itulah mengapa penulis berusaha mencari tahu dengan melakukan
wawancara bersama Muhammad Faishal, S.Si., M.Pd yang saat ini sedang
menjabat sebagai wakil kepala urusan Kurukulum.
”secara umum kalau untuk agama, model dan tata pembelajaran nya itu KMA 183, jadi dijelaskan semuanya tentang isinya mata pelajaran itu apa, khususnya untuk mapel agama dan bahasa arab itu, sama
teknik" pembelajaran nya itu dari KMA 183.”15
Penulis sependapat dengan apa yang dituturkan pak Faishal, karena
semua hal terkait kurikulum mengenai Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab sudah dijelaskan di Keputusan Menteri Agama 183 tahun 2019. Jadi
tidak ada aturan khusus yang mengharuskan guru untuk melakukan upaya
peningkatan keterampilan merawat jenazah dengan cara-cara yang telah
ditentukan.
“kita memberi kebebasan untuk guru, terutama saat pandemi seperti
ini, ketika model" materi yang seperti itu, guru kita tuntut untuk memberikan video atau ilustrasi. tinggal gurunya itu melaksanakan
atau tidak. kita bisa mengetahui guru itu melaksanakan atau tidak itu ya dari aplikasi pembelajaran. jadi di aplikasi pembelajaran itu kita gunakan 2, yang kesatu di wa, yang kedua itu e-learning. di e-learning
kita bisa mengamati, tapi kalau di grup wa kita tidak bisa mengamati. artinya madrasah itu tidak atau apa yang dilakukan oleh guru. tapi di
e-learning madrasah bisa tahu.”16
15 Interview dengan Pak Faishal, pada tanggal 17 April 2021 pukul 10.00 WIB. 16 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
Jadi guru diberikan kebebasan dalam menyampaikan materi saat
pembelajaran terkait model, strategi, metode dan lain sebagainya diserahkan
kepada masing-masing guru, akan tetapi juga tetap berpedoman pada KMA
183. Termasuk juga materi perawatan jenazah yang tentunya juga sudah
diatur dalam KMA 183 tersebut.
“kalau untuk khusus perawatan jenazah isi konteks dan materinya itu yang lebih paham guru, tapi semuanya itu ada di KMA 183 itu. nah
karena materi itukan bersifat praktis ya anak harus bisa melakukan, paling tidak ya melakukan atau mempraktekan, kompetensinya disitu. harus bisa mempraktekkan merawat jenazah.”17
Kerena materi perawatan jenazah merupakan materi yang bersifat
praktis, sudah tentu peserta didik dituntut untuk mampu mempraktekanya,
karena memang disitulah kompetensinya, tidak hanya sekedar faham materi
tapi juga harus bisa menerapkannya. Seperti yang dituturkan pak Faishal.
“yang jelas, kalau butuh materi dari praktek ya kita menginginkan
guru itu melaksanakan praktek biar anak-anak lebih paham.”18
Agar lebih faham tentunya juga harus dengan melakukannya atau
mengalamainya secara langsung, jadi peserta didik tidak hanya melihat dan
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, tetapi juga guru mengajak
peserta didik untuk memraktekanya terlebih juga menerapkannya di
lingkungan masyarakat.
“praktek jenazah akan dipraktekkan di kelas 12, ujian terakhir, mulai dari memandikan, mengkafani, dan menguburkannya. semuanya
17 Ibid. 18 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
dipraktekkan dan anak-anak harus mampu itu, anak-anak tidak boleh
hanya sekedar ngomong saja, tapi harus dipraktekkan. di ujian praktek itu, anak-anak merasa berat disitu. jika sudah lulus diharapkan mampu melaksanakannya di masyarakat.”19
Seperti yang penulis jelaskan setelah lulus dari Madrasah, Peserta
didik diharapkan sudah mampu untuk melaksanakanya di masyarakat hingga
perawatan jenazah ini menjadi salah satu materi yang menjadi ujian praktek
di akhir kelulusan.
Jadi, bisa dikatakan bahwa tidak ada aturan atau kebijakan khusus
yang mengharusan guru untuk menggunakan cara-cara tertentu dalam
menyampaikan materi, hal itu diserahkan kepada masing-masing guru yang
merupakan kebijakan masing-masing guru,. Semua hal yang mengatur
tentang Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab sudah susun dalam KMA
183 tahun 2019. Terkait upaya meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam merawat jenazah pihak sekolah atau Wakil Kepala Sekolah Urusan
Kurikulum menginginkan jika materi itu bersifat praktis seperti materi
perawatan jenazah ini, maka hendaknya guru mendorong peserta didik untuk
lebih pada praktek. Diharapkan setelah lulus, Peserta didik mampu untuk
menerapkannya di lingkungan masyarakat.
19 Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan mengenai upaya
guru Fikih dalam meningkatkan keterampilan siswa meteri perawatan jenazah
di kelas X MAN 2 Lamongan, dapat penulis simpulakan sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru Fikih di kelas X MAN 2 Lamongan
ini sudah baik, dengan langkah pertama yaitu materi pelaajaran Fikih
dijelaskan secara lisan oleh guru dengan metode ceramah, kemudian
dilanjukan dengan tanya jawab antara guru dan peserta didik yang biasanya
guru mempersilahkan peserta didik untuk bertanya bagian mana yang kurang
faham kemudian akan kembali dijelaskan lagi oleh guru mengenai bagian
yang kurang faham tersebut. Selain itu guru juga memanfaatkan fasilitas yang
disediakan seperti media lcd proyektor untuk menayangkan video-video
pembelajaran seperti tata cara merawat jenazah dan juga menggunakan
boneka peraga dan perlengkapan lainya untuk praktek merawat jenazah
secara langsung.
2. Upaya yang dilakukan guru Fikih untuk meningkatkkan keterampilan peserta
didik adalah dengan cara menerapkan pembelajaran dengan maksimal seperti
dengan menggunakan metode yang baik, memanfaatkan media yang ada, dan
melakukan praktek merawat jenazah secara langsung. Di samping itu juga
terdapat program kegiatan Pondok Ramadhan yang didalamnya terdapat
semacam seminar atau pelatihan merawat jenazah di kelas XI, dan dilanjutkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
nanti di kelas XII juga ada ujian praktek berupa Perawatan jenazah. Jadi
upaya peningkatan perawatan jenazah di MAN 2 Lamongan ini tidak terbatas
pada materi di kelas X tetapi juga berlanjut di kelas XI sampai kelas XII.
Tidak lupa guru juga mengaitkan dengan problematika yang sedang terjadi
seperti proses perawatan jenazah bagi pasien positif covid-19.
3. Tidak terdapat aturan atau kebijakan khusus dari wakil kepala urusan
kurikulum yang mengharuskan guru untuk melakukan upaya peningkatan
keterampilan peserta didik dengan cara-cara tertentu, itu semua diserahkan
kepada dan merupakan kebijakan guru, hanya saja untuk materi-materi yang
bersifat praktis tentunya guru juga diharuskan untuk mendorong peserta didik
untuk lebih kepada prakteknya. Mengenai aturan-aturan yang mengatur
tentang Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab telah disusun dalam KMA
183 tahun 2019.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru, hendaknya guru mencoba untuk lebih berfariatif dalam
meenyampaikan materi, bisa dengan menggunakan strategi atau metode yang
bermacam-macam yang lebih efektif, agar peserta didik juga tidak bosan
karena hanya menggunakan metode yang itu-itu saja. Kemudian disarankan
untuk guru mengajak peserta didik untuk praktek secara keseluruhan dari
awal sampai akhir agar peserta didik benar-benar mengerti dan menguasai
dari hal yang paling umum hingga hal yang kecil yang tidak banyak orang
memahami.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
2. Bagi Madrasah, hendaknya fasilitas yang menunjang pembelajaran lebih
ditingkatkan lagi, misal seperti boneka peraga yang ukurannya 1:1 sama
seperti manusia sesungguhnya agar peserta didik saat praktek merawat tahu
betul ukuran-ukurannya seperti potongan kain kafan dan lain sebagainya, juga
lahan untuk liang lahat minimal 1 agar peserta didik dapat bergantian praktek
menguburkan jenazah, agar pengalaman praktek yang dilakukan lebih nyata.
3. Hendaknya sekolah memberikan fasilitas yang lebih lengkap lagi seperti
tempat atau liang lahat untuk menguburkan jenazah, agar peserta didik juga
dapat memraktekan secara langsung bagaimana cara mengubur yang baik dan
benar. Juga tempat untuk memandikan jenazah meskipun hanya replika.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
Ahmad, Tanzeh dan Suyitno. Dasar-dasar Penelitian. Surabaya: Elkaf, 2006.
Alfan, Ahmad, dkk. Fiqih. Jakarta: Kemetrian Agama Repulik Idonesia. 2014.
Al-Syaibani, Umar Muhammad. Falsafah Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bulan
Bintang. 1979.
Amiruddin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.
Anurrahman. Belajar dan Pembelajaran Bandung: Alfabeta. 2012.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta, 1993.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Arikunto, Suharsini, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
2007.
Ariyanto, Dodi.
http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=6469#.YI8fvpkxeDY diakses pada 26 April 2021 pukul 16.00 WIB.
Azra, Azyumardi, Hamka dan Urgensi Pendidikan Akhlak, sebuah pengantar
dalam Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kencana. 2008.
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008
Djamarah, Saiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
Dunnette. Keterampilan Pembukuan. Jakarta: PT. Grafindo Persada. 1976.
El Khuluqo, Ihsana. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.
Gordon, Davis. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Presindo. 1999.
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Ssistem .
Jakarta: PT Bumi Aksara. 2009.
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2009.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Irawan, Prastya. Logika dan prosedur penelitian: pengantar teori dan pandun
praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan penelitian pemula. Jakarta: STAIN. 1999.
Jauhari, Muchtar. Heri Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2005.
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2013.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013.
Maunah, Binti. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: Tersa, 2009.
Moleong, Lexy, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Muhajir, Noeng. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Rake Paskin, 1996.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Naim, Ngainun. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. 2003.
Nazir, M. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.
Robbins, Keterampilan Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2000.
Rustiyah, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. 1991.
Salamah, Husniyatus dan Abd. Kadir, Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Lapis
PGMI. 2009.
Sanjaya, Wina. PenelitianTindakan Kelas. Jakarta: Prenadamedia Group. 2009.
Silalahi, Ulber. Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Bandung: Mandar
Maju. 2002.
Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: PUSTAKA INSAN MADANI. 2009.
Soemarjadi, Pendidikan Keterampilan. Jakarta: Depdikbud. 1992.
Soemarjadi. Pendidikan Keterampilan. Jakarta: Depdikbud, 1992.
Soeparto dan chamsiyatin. Pengembangan Kurikulum.SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 2006.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,
2004.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sugiyono. Memahami Penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA, 2013
Sukardi. Metode penelitian pendidikan:kompetensi dan prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Suprayogo, Imam. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT Remaja Karya, 2001.
Undang-undang RI NO, 20 Thn 2003. Tentang Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara.
2008.
Uno, Hamzah B. Profesi kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Usman, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Wahab. Kompetensi guru agama tersertifikas. Semarang: CV. Robar Bersama, 2011.
Wahyudi, Bambang. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Sulita. 2002.
Wahyudi, Imam. Mengejar Profesionalisme Guru. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012.
Yamin, Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press. 2007.
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
WAKAKUR (PAK FAISAL)
dari kurikulum, apakah ada aturan yang mengharuskan harus pakai metode
tertentu:
secara umum kalau untuk agama, model dan tata pembelajaran nya itu KMA 183, jadi dijelaskan semuanya tentang isinya mata pelajaran itu apa,
khususnya untuk mapel agama dan bahasa arab itu, sama trknik" pembelajaran nya itu dari KMA 183.
tidak ada ada ketentuan tertentu dari wakakur:
yang jelas, kalau butuh materi dari praktek ya kita menginginkan guru itu melaksanakan praktek biar anak" lebih paham.
evaluasi penilaian siswa:
jadi kalau evaluasi itukan ada evaluasi varian atau yang biasa kita sebut
ulangan harian, dari ulangan harian itukan nilai"nya itu akan muncul di nilai PTS, jadi rapot PTS itu akan muncul nilai harian. nah, dari situ kita bisa tahu
perkembangan anak itu bisa meningkat atau tidak dalam rangkuman rapot PTS itu.
guru itu biasanya untuk peningkatan nya melihat dari analisisnya, setelah ulangan harian itukan harus analisis, nah dari situ kan guru bisa
melasanakan perbaikan untuk peningkatan pembelajaran nya.
secara tidak langsung, lihat rangkaian nilai itu ya guru akan melakukan itu (peningkatan evaluasi)
terkait praktek jenazah (indikator):
kalau untuk khusus perawatan jenazah isi konteks dan materinya itu yang
lrbih paham guru, tapi semuanya itu ada di KMA 183 itu. nah karena materi itukan bersifat praktis ya anak harus bisa mrlakukan, paling tidak ya mrlakukan atau mempraktekkan, kompetensi nya disitu.
harus bisa mempraktekkan jenazah.
KKM:
untuk kelas 20, kkm.nya itu kan ya tidak boleh sama ya, tapi untuk mempermudah di kelas 10 itu kita buat sama yaitu 76 semua.
praktek jenazah akan dipraktekkan di kelas 12, ujian terakhir, mulai dari
memandikan, mengkafani, dan menguburkannya.
semuanya dipraktekkan dan anak" harus mampu itu, anak" tidak boleh hanya sekedar ngomong saja, tapi harus dipraktekkan. di ujian praktek itu, anak" merasa berat disitu.
jika sudah lulus diharapkan mampu melaksanakan nya di masyarakat.
secara umum itu ya, kalau konten materi tentang agama itu ada di KMA 183, ini yang terbaru. di KMA 183 itu lebih mengarah pada pelajaran"
agama pada kebiasaan dan praktek sehari".
kebijakan upaya:
disini untuk meningkatkan kompetensi itu ya anak" di dorong untuk lebih
pada praktek. jadi kompetensi nya itu ya kompetensi praktek. sehingga nanti peningkatan nya itu ya kita lihat dari kemampuan anak itu dalam melakukan.
terkait praktek dan harus menggunakan apa:
jadi kita memberi kebebasan untuk guru, terutama saat pandemi seperti ini, ketika model" materi yang seperti itu, guru kita tuntut untuk memberikan video atau ilustrasi. tinggal gurunya itu melaksanakan atau tidak. kita bisa
mengetahui guru itu melaksanakan atau tidak itu ya dari aplikasi pembelajaran. jadi di aplikasi pembelajaran itu kita gunakan 2, yang kesatu di wa,yang kedua itu e-learning. di e-learning kita bisa mengamati, tapi
kalau di grup wa kita tidak bisa mengamati. artinya madrasah itu tidak atau apa yang dilakukan oleh guru. tapi di e-learning madrasah bisa tahu.
BU FARIDA
kelas:
IPS 1, 2, 3
background:
ngajar di Man 2008 sampai sekarang. kurang lebih 13 tahun.
pendidikan S1 : UIN MALANG
Karakter siswa:
disini siswa itukan bermacam-macam ya karakternya, ada yang begitu
dijelaskan teori kemudian saat diajak praktek ya dengan mudah dan lancar. ada juga yang harus mengulas kembali teori, sehingga anak itu bisa
memahami betul. selain itu juga, saya juga menggunakan metode ceramah dan praktek. kadang di tengah" pembelajaran itu saya putarkan seperti video di proyektor untuk pembelajaran nya.
anak" itu kebanyakan nya diarahkan dulu untuk nateri, lalu baru diajak ke
masjid untuk praktek nya.
materi perawatan jenazah:
untuk itu saya menggunakan media bantuan dari YouTube, saya putarkan ke anak, kadang juga dapat video dari rekaman ujian praktek di madrasah.
(metode demonstrasi)
pandemi:
kita tetap melaksanakan ujian praktek, tapi dalam pengurusan jenazahnya, anak-anak dibatasi waktunya ya karena pandemi. kalau dulu ya pagi sampai siang. tapi kemarin disini cuma sampai jam 12 atau berapa gitu.
jadi disitu, anak saya uji dengan mempraktekkan sholatnya, bacaan sholatnya. untuk mengkafani, saya hanya sekedar bertanya saja. beda waktu sebelum pandemi, itu saya menggunakan alat peraga boneka, ada kain
kafan, kapur barus. pokoknya praktek semuanya.
nilai:
kkm.nya 76.
jika ada yang kurang, saya akan melakukan remedial. remedial nya itu anak
harus mendemonstrasikan atau memperagakan. pokoknya anak itu sering saya bentuk kelompok juga, saya suruh untuk mrlakukan pengurusan atau
perawatan jenazah. pokoknya saya suruh untuk mempraktekkan. (untuk membuat siswa terampil juga)
keterampilan khusus:
untuk keterampilan anak dari tahun ke tahun mulai menunjukkan, buktinya itu disini, saya kan dikelas 10 menyampaikan tetapi ketemunya kan di ujian
praktek kelas 12. itu kan anak mengalami peningkatan, dalam artian dia ada usaha untuk belajar mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. meskipun
dianya agak ada rasa ketakutan dalam mengurus jenazah.
siswa : bu, saya takut bu, saya takut sawanen
guru : kenapa harus takut nak? kamu juga akan meninggal. kalau kamu gak ngerawat jenazah orang, yang merawat jenazah kamu siapa?
jadi akan mengalami peningkatan.
usaha guru dalam meningkatkan:
sebenarnya yang lebih sering itukan Pak Luthfillah, soalnya beliau sering
mengikuti seminar. jadi kemarin itu juga kaget, kenapa kok saya (yang diwawancarai), tetapi ternyata karena memang kelas 10 ya.
jadi, anak" itu kadang di ikutkan sepeti pelatihan, tetapi ya tidak formal, juga hanya beberapa murid saja. (ada pembinaan khusus dari Pak Luthfi)
penilaian nya:
materi dan praktek.
materi : ulangan harian, uts, uas
penialin praktek jenazah : sikap dari anak (tidak bercanda, serius, dan bersungguh-sungguh), gerakan sholat, bacaannya (karena terkadang jika disuruh baca" sendiri itu tidak bisa, jadi saya lebih ke membaca sendiri")
kompetensi 1 KI 1:
selama ini, karena lebih ke keterampilan nya, sehingga penilaian untuk
pemantauan, untyk bukti fisiknya sendiri saya itu ya. tapi ketika saya menyampaikan ke anak itu saya suruh untuk mengikuti di masyarakat.
semisal,
siswa : bu saya tidak berani memandikan, karena saya masih muda, masih
ada yang lebih ahli.
guru : oke, kalau kamu tidak bisa memandikan ataupun tidak di tunjuk olrh masyarakat, nah untuk mengkafani juga sama kan.
siswa : mungkin saya bisa ikut mensholati bu juga menguburkab atau
mengantarkan ke makam.
nah untuk pemantauan ini memang selama ini agak sulit.
PAK ALI
Background pak ali:
MI : 1987
Mts: 1990
MA Swasta : 1993
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Fattah Siman : 1998
Pengalaman ngajar : (23 tahun)
Setelah keluar dari STITA (sekarang Lamongan) mulai mengajar dari tahun
1998 sampai sekarang. Mulai mengajar di MAN BABAT 2010 sampai sekarang. Yang paling lama itu di Swasta, dari 1998 sampai sekarang, gak pernah putus”.
Karakter Siswa
1. Disiplin
2. Lumayan disiplin
3. Tidak disiplin
Karakter siswa itu tidak sama, ada yang serius belajarnya, ada yang sedang” kemudian ada juga yang yah seperti yang penting saya sekolah, yang penting saya ikut kemauan orang tua sekolah di negeri yang penting masuk
gitu aja. Tapi rata” disini yah memang, anak” sekolah disini kan memang cita”nya panjang. Kalau saya nanti di MAN 2 Lamongan setelah ini harus
apa? Tujuannya itukan harus kuliah, jarang kemudian putus kuliah itu. Walaupun kuliahnya bukan di negeri tapi di swasta. Jadi rata” pikirannya yah sudah, arah”nya melanjutkan jenjang pendidikan
Mengajar mapel Fiqih kelas 10:
Ipa 1,2,3,4,5
Bahasa dan Ips 4
Metode Pembelajaran:
Model ceramah dulu, baru setelah itu tanya jawab, kemudian praktek.
Disampaikan dulu materi, anak” membaca dahulu, setelah membaca di teliti
dahulu bab apa itu, misalnya jenazah ya saya suruh baca dulu supaya anak” ada perhatian kemudian (coba anak” bab ini diplejari, dibaca dulu. )
kemudian saya Tanya dari bab jenazah itu ada yang sulit lalu saya jelaskan. Setelah saya jelaskan kemudian kalau waktunya praktek ya praktek. Jenazah itukan harus di praktekkan. Jadi metodenya, ceramah dulu, Tanya
jawab, setelah itu praktek.
Pemanfaatan Media:
Video dan proyektor (setelah itu langsung praktek lapangan)
demonstrasi:
mulai dari memandikan, mengkafani, terus mensholatkan.. yang belum itu menguburkannya. kan ya dimana prakteknya, jari kita kasih video saja,
menggali tanah dan cara memasukkan jenazah dari atas dan menerima dari bawah.
nilai:
sementara nilainya, ini kan masih pandemi, pembelajaran nya di rumah, bab jenazah itu kan semester pertama, tidak tatap muka, tapi daring.
saya suruh baca, kemudian tanya jawab. juga mempelajari dan mencari video yang berkaitan dengan perawatan jenazah..
belum praktek karena pandemi.
sebelum pandemi, praktek sendiri" atau kelompok.
penilaian:
afektif = dari tugas yang diberikan oleh guru
kognitif =
pemantauan:
jadi gini, yang dilakukan anak" kan sudah paham ya bagaimana cara
memandikan, mengkafani, dan mengubur. yang sering di praktekkan oleh anak itu sholatnya. gak mungkin kan kayak yang mengkafani itu kan sudah
ada bagiannya seperti petugas / mudin. jadi kalau yang bisa dilakukan itu ya cuma sholatnya saja. atau juga takziah juga mengantarkan nya.
keterampilan:
setiap selesai bab itukan ada prakteknya juga penilaian nya. nanti kalau dipenilaiannya tidak cukup kan ada remedi.
upaya guru:
kita sebagai guru itukan berharap semuanya bisa seperti sehabis materi
siswa mampu menyerap semua pelajaran yang disampaikan oleh guru. barangkali ada 1 atau 2 anak yang belum mampu ya ada bimbingan khusus
supaya anak itu bisa memahami apa yang disampaikan bapak atau ibu guru.
paling tidak ada pemantauan ya, setiap 1 kelas kok ada yang belum paham ya kita adakan bimbingan khusus atau pemantauan sendiri untuk anak itu.
bisa dilakukan didalam pelajaran juga diluar pelajaran.
Foto-foto kegiatan penelitian