upaya meningkatkan keberanian berpendapat siswa …
TRANSCRIPT
i
UPAYA MENINGKATKAN KEBERANIAN BERPENDAPAT SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
(PKN) GLOBALISASI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN ARENDS 1998
DI KELAS 4-D SDI HARAPAN IBU
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Aldi Renaldy
NIM 1112018300048
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2018M
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Upaya Meningkatkan Keberanian Berpendapat Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Globalisasi Dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends 1998 di Kelas 4-D
SDI Harapan Ibu
Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif, Time Token Arends 1998, dan Keberanian
Berpendapat
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keberanian berpendapat
pada mata pelajaran PKn (Globalisasi) menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe time token arends 1998 di kelas 4-D SDI Harapan Ibu. Penelitian
ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan 4 tahapan :
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua
siklus yang terdapat dua pertemuan pada setiap siklusnya. Data penelitian berupa
hasil observasi keberanian berpendapat siswa diperoleh melalui lembar
pengamatan yang diisi oleh setiap observer pada tahap pelaksanaan setiap
pertemuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Time Token Arends 1998 dapat
meningkatkan keberanian berpendapat siswa pada siklus I sebesar 44,30% dengan
kategori “cukup”. Pada siklus II meningkat menjadi 76,54% dengan kategori
“Baik”. Peningkatan keberanian berpendapat siswa pada pelajaran PKn
Globalisasi dari siklus I ke siklus II sebesar 32,24%. Dari paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998 dapat
meningkatkan keberanian berpendapat siswa pada mata pelajaran PKn Globalisasi
di kelas 4-D SDI Harapan Ibu Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Pada penelitian tindakan ini, keberanian berpendapat siswa dapat
meningkat dengan diterapkannya langkah-langkah yang terdapat pada model
pembelajaran kooperatif tipe time token arends1998 diantaranya dengan belajar
secara berkelompok, memberikan pujian dan motivasi, memberikan reward dan
punishment, serta memberikan kupon bicara (token). Siswa juga terasah
keberaniannya untuk menyampaikan pendapatnya, bertanya, dan menjawab
pertanyaan.
ALDI RENALDY (PGMI)
vii
ABSTRACT
Improving student’s dare to speak up in civic education (globalization)
through the cooperative learning type time token arends 1998 of 4-d class,
Harapan Ibu Islamic Elementary School
Keywords: Cooperative Learning, Time Token Arends 1998, Dare to Speak Up
This study aims to improve student’s dare to speak up up in civic
education (globalization) through the cooperative learning type time token arends
1998 of 4-d class, Harapan Ibu Islamic Elementary School. The design of this
study was Classroom Action Research (CAR) through four stages : planning,
implementation, observation, and reflection. The study consisted of two cycles
consisting of two meetings in each cycle. The research data in the observating
sheets filled by observer in every meetings.
The result showed that time token arends 1998 can increase student’s dare
to speak up in civic education in the first cycle of 44,30% tothe category of
“sufficient”. In the second cycle increades to 76,54% to the category of “good”.
Increasing studen’s dare to speak up in civic education from the first cycle to the
second cycle of 32,23%. From the description above it can be concluded that the
cooperative learning model time token arends 1998 may increase the student’s
dare to speak up in civic education(globalization) in 4D class of Harapan Ibu
Islamic Elementary School Pondok Pinang, South of Jakarta.
In this action research, student’s dare to speak up can be increased with
the imlementation of the measures contained in the cooperative learning model
time token arends 1998 gave learning by groups, teacher praise and motivation,
reward and punishment, and gave them talking card (token). Students can improve
the dare to speak up, asking questions, and anwered the questions.
ALDI RENALDY (PGMI)
viii
MOTTO
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat
suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya
ia dengan kemajuan selangkah pun
(Ir.Soekarno)
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
o Ibu dan Ayah ku tersayang, yang sangat kusayangi dan segalanya bagiku,
dan mereka sangat menyayangiku sepanjang masa.
o Abangku , yang selalu memberikan dukungan dengan kasih sayang dan
perhatiannya, Hidayatullah.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha
Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan nikmat rahmat kepada hamba-
Nya. Berkat rahmat, taufik, dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya, dan semoga sampai kepada
umatnya yang senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir zaman. Amin.
Karya tulis yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keberanian Berpendapat
Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Globalisasi
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token
Arends 1998 di Kelas 4-D SDI Harapan Ibu”, merupakan skripsi yang diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (S.Pd.).
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, meskipun waktu, tenaga, dan biaya telah
diupayakan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi
terselesaikannya skripsi ini. Namun, kiranya penelitian yang tertuang dalam
skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca
umumnya.
Selama proses penulisan skripsi penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Khalimi, M.Ag.
3. Dosen pembimbing skripsi, Asep Ediana Latip, M.Pd., dan Drs. H. Dja’far
Sanusi,MA., yang juga telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang
telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu mnyelesaikan
perkuliahan ini dengan baik.
5. Kepala sekolah SDI Harapan Ibu, Drs.H. Mahmudi yang telah mengizinkan
penulis melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
xi
xii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
ABSTRACT ................................................................................................ vii
MOTTO ................................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ................................................... 6
C. Pembatasan Fokus Penelitian .................................................................. 7
D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................ 7
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN....................................................... ................... 9
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ............................................. 9
1. Pembelajaran PKn (Globalisasi) di MI/SD ........................................ 9
a. Hakikat Pembelajaran .................................................................. 9
xiii
b. Hakikat PKn di MI/SD ................................................................ 10
c. Hakikat Pembelajaran PKn di MI/SD ......................................... 12
d. Karakteristik Pembelajaran PKn di MI/SD ................................. 13
e. Tujuan Pembelajaran PKn di MI/SD ........................................... 15
f. Ruang Lingkup Pembelajaran PKn (Globalisasi) di MI/SD ....... 18
g. Globalisasi ................................................................................... 19
2. Hakikat Keberanian Berpendapat ....................................................... 22
a. Hakikat Keberanian ..................................................................... 22
b. Hakikat Berpendapat ................................................................... 23
c. Keberanian Berpendapat dalam Proses Pembelajaran PKn MI/SD 27
d. Indikator Keberanian Berpendapat .............................................. 29
e. Faktor-faktor yang mengembangkan Keberanian Berpendapat
Siswa............................................................................................ 31
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends 1998 ....... 32
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ............................... 32
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ............................ 34
c. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends
1998 ............................................................................................. 35
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token
Arends 1998 ................................................................................. 36
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Time Token Arends 1998 .......................................................... 36
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................. 37
C. Hipotesis Tindakan .................................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 40
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .............................. 40
C. Subjek Penelitian ..................................................................................... 43
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ............................................. 44
E. Tahapan Intervensi Tindakan .................................................................. 44
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ........................................... 45
G. Data dan Sumber Data ............................................................................. 45
H. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 46
I. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 47
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ...................................................... 51
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ......................................................... 52
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ................................................... 54
BAB IV DESKRIPSI,ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ................ 55
xiv
A. Deskripsi Data ......................................................................................... 55
1. Penelitian Pendahuluan .................................................................... 55
2. Penelitian Siklus I............................................................................. 56
a. Perencanaan................................................................................. 56
b. Pelaksanaan ................................................................................. 56
c. Observasi ..................................................................................... 60
d. Refleksi ....................................................................................... 69
3. Penelitian Siklus II ........................................................................... 71
a. Perencanaan............................................................................... 71
b. Pelaksanaan ............................................................................... 71
c. Observasi ................................................................................... 75
d. Refleksi ..................................................................................... 84
B. Analisis Data ........................................................................................... 85
C. Pembahasan ............................................................................................. 92
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI,DAN SARAN-SARAN ..................... 96
A. Kesimpulan ............................................................................................ 96
B. Implikasi ................................................................................................ 97
C. Saran-Saran ............................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 99
LEMBAR UJI REFERENSI ........................................................................... 101
LAMPIRAN ................................................................................................ 106
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ruang lingkup PKn MISD Kelas IV Semester II .................. 18
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................... 40
Tabel 3.2 Rencana dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ................ 44
Tabel 3.3 Petunjuk Wawancara Responden Siswa ................................ 47
Tabel 3.4 Petunjuk Wawancara Responden Guru ................................. 48
Tabel 3.5 Kisi-kisi Keberanian Berpendapat ......................................... 50
Tabel 3.6 Skor, Predikat, dan Pemenuhan Persyaratan ......................... 50
Tabel 3.7 Konversi Nilai ........................................................................ 52
Tabel 3.8 Analisis Data .......................................................................... 53
Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Observasi Keberanian Berpendapat Siklus 1
Pertemuan 1 ........................................................................... 61
Tabel 4.2 Rekapitulasi Skor Observasi Keberanian Berpendapat Siklus 1
Pertemuan 2 ........................................................................... 62
Tabel 4.3 Rata-rata Observasi Keberanian Berpendapat Siklus I .......... 63
Tabel 4.4 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ........................... 63
Tabel 4.5 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru ......................... 65
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan I ... 66
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Catatan Lapangna Siklus I Pertemuan 2 .. 67
Tabel 4.8 Hasil WawancaraSetelah Tindakan Siklus I .......................... 68
Tabel 4.9 Tindakan Perbaikan pada Siklus I ......................................... 69
Tabel 4.10 Rekapitulasi Skor Observasi Keberanian Berpendapat Siklus II
Pertemuan 1 ........................................................................... 76
Tabel 4.11 Rekapitulasi Skor Observasi Keberanian Berpendapat Siklus II
Pertemuan 2 ........................................................................... 77
xvi
Tabel 4.12 Rata-rata Observasi Keberanian Berpendapat Siklus II ........ 78
Tabel 4.13 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ........................... 78
Tabel 4.14 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru ......................... 80
Tabel 4.15 Hasil Pengamatan Catatan Lapangan Siklus II Pertemuan I . 81
Tabel 4.16 Hasil Pengamatan Catatan Lapangna Siklus I Pertemuan 2 .. 82
Tabel 4.17 Hasil WawancaraSetelah Tindakan Siklus II ......................... 83
Tabel 4.18 Rata-rata Observasi Keberanian Berpendapat Siklus I dan II 86
Tabel 4.19 Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II . 88
Tabel 4.20 Rata-rata Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I dan II 90
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kemmis dan McTaggart ........... 41
Gambar 3.2 Skema PTK Menggunakan Model Pembelajaran Time Token
Arends 1998 ........................................................................... 43
Gambar 4.1 Diagram Persentase Keberanian Berpendapat Siswa pada Siklus
I dan II .................................................................................... 87
Gambar 4.2 Diagram Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I dan II
................................................................................................ 89
Gambar 4.3 Diagram Persentase Aktivitas Mengajar Guru Siklus I dan II 91
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .............. 106
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .............. 115
Lampiran 22 Surat Permohonan Validasi Instrumen .................................. 124
Lampiran 27 Transkip Video Kegiatan Pembelajaran ................................ 125
Lampiran 28 Surat Keterangan Penelitian .................................................. 126
Lampiran 29 Biodata Penulis ...................................................................... 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran yang tepat berkenaan dengan pemahaman siswa adalah
pembelajaran tentang lingkungan sekitar, tentang masyarakat, tentang apa yang
sedang dihadapi di lingkungan nyata siswa itu sendiri, yang meliputi ragam
bahasan sosial. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tepat menjadi
pembelajaran yang mudah dipahami siswa, karena seputar materi di dalamnya
berkaitan dengan lingkungan sosial siswa yang dikemas di dalam pemahaman
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). PKn ini mengajarkan siswa untuk
terlibat dengan lingkungan kewarganegaraannya, tepatnya di bidang demokrasi
dan globalisasi baik dalam lingkup kecil sampai besar.
Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada berbagai persoalan dan situasi
global yang berkembang cepat setiap waktu, baik yang bermuatan positif maupun
negatif atau bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia.1 Yang
dikhawatirkan adalah pengaruh negatif terhadap siswa tentang penyimpangan
norma-norma yang hadir terbawa arus globalisasi (seperti dalam hal busana, gaya
hidup, pergaulan, ekonomi maupun agama).
Di sinilah peran pendidikan, yang di dalamnya ada aktivitas belajar dan
mengajar harus mampu membentuk peserta didik dalam proses pengembangan
diri, yaitu pengembangan semua potensi, kemampuan, kecakapan, dan karakter
kepribadiannya ke arah nilai-nilai positif. Pendidikan di era global ternyata bukan
sekedar memberikan pengetahuan, akan tetapi pendidikan juga berfungsi untuk
mengembangkan karakter dan kepribadian serta mental peserta didik secara
potensial dan aktual.2
Menurut Zamroni, pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak
1 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana,
2013), h. 230. 2 Suswandari dan Toto Hastiartono, Inovasi Pembelajaran IPS Berbasis Karakter (Jakarta:
Mitra Abadi,2014), h. 3.
2
demokratis.3 Sejalan dengan paradigma Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
sebagai wahana pengembangan warga negara yang demokratis, maka menuntut
pula proses membelajarkan siswanya atau pembelajarannya dilakukan secara
demokratis pula melalui suatu pendidikan yang dialogial berdasarkan hasil
pemikiran kritis siswa.
Dalam pembelajaran demokratis, siswa sebagai subjek belajar dapat
memaksimalkan inisiatif, pemikiran, gagasan, ide, kreatifitas, dan karya. Secara
singkat, menurut Diknas pembelajaran yang demokratis merupakan proses
pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu:
a. penghargaan terhadap kemampuan,
b. menjunjung keadilan, dan
c. menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta
didik.4
Menurut penelitian Udin S Winataputra, mengidentifikasi adanya butir-
butir dari komponen keterampilan/kecakapan kewarganegaraan. Butir-butir
kecakapan kewarganegaraan yang disajikan ini dapat dipakai sebagai rujukan bagi
materi mata pelajaran PKn baik di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi di
Indonesia. Di antara banyak butir-butir keterampilan, ada dua buah komponen
yang menjadi dasar peneliti dalam penelitian ini yaitu di butir (a) kemampuan
berkomunikasi secara argumentatif dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
atas dasar tanggung jawab sosial. Dan (b) kemampuan berusaha untuk
meningkatkan kemampuan pribadi dan kegiatan sosial budaya dengan kesadaran
untuk berbuat lebih baik.5
Berdasarkan hal tersebut, strategi yang tepat untuk memberitahukan anak
tentang sikap dan dampak dari globalisasi adalah dengan saling mengungkapkan
pendapat. Bahwa sebenarnya siswa sangat sulit mengungkapkan pendapatnya di
dalam kelas. Ada banyak alasan dan faktor yang mempengaruhinya seperti takut
salah dan tidak adanya ruang untuk berpendapat. Berbicara tentang keberanian
3 Susanto, op. cit., h. 226.
4 Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan Penilaian
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), h. 89. 5 Ibid., h.161.
3
berpendapat siswa, ternyata pada perkembangan anak memang harus diterapkan
tentang keberanian berpendapat sebab hal itu akan berpengaruh sampai ia dewasa.
Mulai dari sekarang, kita harus sungguh-sungguh memikirkan untuk
membiasakan anak didik dan masyarakat pada umumnya kepada perbedaan
pendapat.6
Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang
oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, rasa ingin
tahu, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, bebas dalam
berpikir, senang akan hal-hal yang baru, dan sebagainya. Namun sering dikatakan
bahwa begitu masuk ke sekolah, kreatifitas anakpun menurun. Bahan-bahan
pelajaran di sekolah, hendaknya tidak sekedar menuntut anak untuk memberikan
satu-satunya jawaban yang benar menurut guru saja. Kepada mereka tetaplah
perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya secara ‘liar’, dengan
menerima dan menghargai adanya alternatif jawaban yang kreatif.7
Namun, berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti
terhadap guru di kelas 4-D SDI Harapan Ibu, keberanian siswa dalam proses
KBM masih sangat rendah. Masih banyak siswa yang tidak berkontribusi dalam
proses Kegiatan Belajar Mengajar, terutama dalam menyampaikan pendapatnya.
Guru dalam kegiatan pembelajaran masih menerapkan pendekatan teacher
centered. Pembelajaran ini seringkali diterapkan oleh guru dengan alasan bahwa
pembelajaran ini yang paling praktis dan tidak menyita waktu yang banyak yang
mengakibatkan sedikitnya tuntutan aktifitas belajar siswa. Bahkan dalam
mengajar, guru hanya meminta siswa untuk menggarisbawahi kata-kata yang
penting, yang pada akhirnya semua materi yang dipelajari hanya dipenuhi oleh
garis-garis yang tentunya membuat siswa malas dan bosan untuk membacanya.
Siswa banyak yang memperhatikan guru namun ketika ditanya atau diminta untuk
mengerjakan di depan kelas siswa hanya diam dan malu. Ketika melakukan
6 Abdul Rozak, dkk, Buku Suplemen Pendidikan Kewargaan (civic education) (Jakarta:
Prenada Media,2004), h. 208. 7 Seto Mulyadi,”Pembelajaran Berbasis Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD”,Jurnal
Studium General Prodi PGMI FITK UIN Jakarta, Jakarta, 16 September 2015, h.3.
4
diskusi, hanya beberapa anggota saja yang aktif dalam berdiskusi, bertanya,
menjawab, menanggapi, dan memberikan pendapatnya.
Selain itu, berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap
siswa didapatkan beberapa informasi yang menjadi penyebab rendahnya
keberanian siswa dalam berpendapat,yaitu : 1) beberapa siswa menyatakan
pembelajaran PKn yang terkadang membosankan,2) pelajaran PKn terasa sulit
karena proses pembelajarannya mempunyai banyak materi dan penuh dengan
hapalan, 3) metode yang digunakan kurang variatif sehingga siswa kurang
mendapatkan kesempatan untuk menyatakan pendapatnya,dan 4) penggunaan
media yang cenderung monoton yang selalu menggunakan peta konsep dan
gambar yang menyebabkan kurangnya stimulus bagi siswa untuk menyatakan
pendapatnya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Solihatin Raharjo (2007), menyebutkan
bahwa dalam pembelajaran di SD saat ini, guru masih menganggap siswa sebagai
objek, bukan sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga guru dalam proses
pembelajaran masih mendominasi aktivitas belajar. Selanjutnya, Solihatin
menyebutkan kelemahan-kelemahan di lapangan, antara lain a) model
pembelajaran konvensional/ceramah, b) siswa hanya dijadikan objek
pembelajaran, c) pembelajaran yang berlangsung cenderung tidak melibatkan
perkembangan pengetahuan siswa, karena guru selalu mendominasi pembelajaran
(teacher centered), d) pembelajaran bersifat hapalan semata sehingga kurang
bergairah dalam belajar, dan e) dalam proses pembelajaran proses interaksi searah
hanya dari guru ke siswa.8
Hal tersebut dipertegas kembali oleh Susanto (2013), yang menyatakan
bahwa pelajaran PKn hanya menjadi “pelajaran hapalan” saja. Pembelajaran PKn
8 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana,
2013), h. 93.
5
yang secara paradigmatis sarat dengan muatan afektif namun dilaksanakan secara
kognitif.9
Oleh karena itu, peneliti mencoba membuat suatu penelitian tindakan
kelas dengan judul “upaya meningkatkan keberanian berpendapat siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Globalisasi dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends 1998
di kelas 4-D SDI Harapan Ibu“. Diharapkan model ini dapat meningkatkan
keberanian berpendapat siswa.
Dengan melihat ketidakberanian siswa dalam mengungkapkan
pendapatnya, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe “ Time
Token Arends 1998” sebagai sebuah solusi agar siswa mau, tertarik, dan berani
berpendapat pada pelajaran PKn yang peneliti berikan ini. Upaya ini peneliti
lakukan sebagai cara untuk mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat berpartisipasi, aktif, kreatif dalam mengemukakan pendapat dan materi
yang disampaikan.
Model pembelajaran ini berlangsung selama kegiatan proses pembelajaran.
Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan aktifitas dan
keberanian berpendapat anak. Pada tahap tindakannya, peneliti menggunakan
teknik diskusi di mana dalam berdiskusi dituntut keaktifan siswa untuk
mengutarakan pendapat secara logis dan kreatif dalam membahas suatu obyek
tertentu. Hal ini sejalan dengan karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe
time token arends 1998 yang di dalam proses pembelajarannya dilakukan dengan
berdiskusi.
Parera (1984) menjelaskan berpendapat merupakan aspek utama dalam
berdiskusi. Dan diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi.
Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu
9 Ibid., h. 230.
6
secara bersama-sama.10
Sebelum berdiskusi, guru memberikan siswa masing–
masing kupon bicara dengan waktu ±30 detik yang akan digunakan siswa sebagai
alat untuk memberikan pendapatnya.
Setiap siswa diberikan nilai sesuai jumlah waktu bicaranya. Setiap siswa
wajib menggunakan kupon bicaranya, jika kupon habis maka siswa tidak
diperbolehkan berbicara. Model Pembelajaran ini juga menghindari siswa yang
over pendominasi bicara dengan yang monoton atau diam sama sekali. Jadi model
ini membantu guru dalam meningkatkan keberanian siwa mengungkapkan
pendapat setelah guru bertanya seputar materi.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Dari kenyataan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah–masalah dalam
pembelajaran, antara lain :
1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap pelajaran PKn.
2. Rendahnya keberanian siswa untuk berpendapat di dalam kelas.
3. Siswa kurang mendapatkan pengalaman belajar secara langsung karena
model pembelajaran yang diterapkan lebih didominasi guru.
4. Kurang disediakannya kesempatan untuk berpendapat di kelas.
5. Guru seringkali menggunakan pendekatan teacher centered dalam proses
KBM serta menggunakan model pembelajaran yang kurang variatif.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Pembatasan Masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien, dan
terarah. Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2009), h. 152.
7
a. Penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan pemahaman siswa pada
pelajaran PKn Globalisasi dalam rangka meningkatkan keberanian
berpendapat siswa.
b. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas 4-D SD Islam Harapan Ibu,
Semester II Tahun pelajaran 2015/2016 pada Pelajaran PKn materi
Globalisasi KD 4.1 memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di
lingkungannya.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Bagaimana peningkatan keberanian berpendapat siswa pada mata
pelajaran PKn (Globalisasi) dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Time Token Arends 1998 di kelas 4-D SDI Harapan Ibu ?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keberanian berpendapat
siswa pada mata pelajaran PKn (Globalisasi) dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends 1998 di kelas 4-D SDI
Harapan Ibu. Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut :
1. Teoritis, yaitu untuk dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya
kajian mengenai pentingnya pembelajaran PKn (Globalisasi) untuk meningkatkan
keberanian berpendapat siswa dengan menggunakan model pembelajaran Time
Token Arends 1998
2. Praktis
a. Untuk seorang guru, penelitian ini sebagai cara tersendiri untuk melihat dan
meningkatkan perkembangan maupun kekurangan dari siswa ataupun objek
yang ia teliti dan memecahkan masalahnya dengan melihat keadaan yang
sebenarnya.
b. Untuk siswa, dapat meningkatkan proses dan hasil belajar terutama
meningkatkan kemampuan berpendapat dan berinteraksi.
8
c. Untuk sekolah, membantu meningkatkan mutu sekolah tersebut dan
meningkatkan kualitas sekolah.
d. Bagi Peneliti, sebagai pengembangan penelitian dalam pembelajaran PKn
dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends
1998.
e. Dapat menjadi acuan pembelajaran bagi guru, pembaca, dan menjadikan ilmu
baru untuk kita semua.
9
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Pembelajaran PKn (Globalisasi) di MI/SD
a. Hakikat Pembelajaran
Hilgard (1962) dalam Suyono dan Hariyanto (2011)
mendefinisikan belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul
atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Gagne (1984)
juga menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah
laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap,
minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan
kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.11
Hakikat dari belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada
beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar.
(1) perubahan yang terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar
bersifat fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif,
(4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) perubahan
dalam belajar bertujuan dan terarah, dan (6) perubahan mencakup seluruh
aspek tingkah laku.12
Menururt Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003, Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi antar
peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini,
pembelajaran merupakan bantuan yang yang diberikan pendidik agar
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan,
11
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 12.
12 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 15.
10
kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada
peserta didik.13
Dalam konsep pembelajaran, Bruner membedakan antara teori
pembelajaran dengan teori belajar. Dalam hal ini pembelajaran semakna
dengan pengajaran. Menurut Bruner, teori pembelajaran adalah
preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Dikatakan preskriptif,
karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menerapkan metode yang
optimal, sedangkan dikatakan deskriptif karena tujuan utama teori belajar
adalah menjelaskan proses belajar. Teori pembelajaran menaruh
perhatian pada bagaimana seseorang (guru) memengaruhi orang lain agar
terjadi proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di
antara variabel yang menentukan hasil belajar.14
Dari sejumlah pengertian belajar dan pembelajaran yang telah
diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk kita cermati, yakni kata
“perubahan”. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas
pembelajaran dan diakhir aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan
dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru.
b. Hakikat PKn di MI/SD
Secara yuridis istilah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
termuat di dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pasal 39 undang-undang tersebut menyatakan
bahwa di setiap jenis jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Selanjutnya dikemukakan bahwa kurikulum dan isi
pendidikan yang memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan
Pendidikan Kewarganegaraan terus ditingkatkan dan dikembangkan di
semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
13
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 19.
14 Suyono, Op. Cit., h. 28.
11
Rumusan yuridis berikutnya tertuang dalam Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai pengganti
UUSPN No. 2 Tahun 1989. Pada Pasal 37 ayat (1) dan (2) UUSPN No.
20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat:
1) pendidikan agama;
2) pendidikan kewarganegaraan;
3) bahasa;
4) matematika;
5) ilmu pengetahuan alam;
6) ilmu pengetahuan sosial;
7) seni dan budaya;
8) pendidikan jasmani dan olahraga;
9) keterampilan/kejuruan;
10) muatan lokal.15
Menurut Mansoer, pendidikan kewarganegaraan di Indonesia
merupakan pendidikan kebangsaan dan kewarganegaraan yang
berhadapan dengan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
demokrasi, HAM, dan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat madani
Indonesia dengan menggunakan filsafat pancasila sebagai pisau
analisisnya.16
Berdasarkan teori-teori di atas, PKn merupakan pelajaran wajib
yang dimuat dalam setiap jenjang pendidikan di Indonesia. PKn di
MI/SD merupakan mata pelajaran yang bersifat mendasar karena
pendidikan di sekolah dasar berfungsi sebagai peletakan dasar-dasar
keilmuan dan membantu mengoptimalkan perkembangan anak sebagai
warga negara Indonesia. PKn di MI/SD terus ditingkatkan dan
dikembangkan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
15
Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan Penilaian (Jakarta:PT.Bumi Aksara,2014), h.13.
16 Muhamad Erwin, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2013), h. 3.
12
c. Hakikat Pembelajaran PKn di MI/SD
Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar dimaksudkan sebagai suatu
proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam
membentuk karakter bangsa yang diarahkan mengarah pada penciptaan
suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pancasila, UUD, dan norma-
norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam
tahun.17
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki dan sejalan dengan
tiga fungsi pokok pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana
pengembangan warga negara yang demokratis, yakni mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intellegence), membina tanggung jawab
warga negara (civic responsibility), dan mendorong partisipasi warga
negara (civic participation). Tiga kompetensi warga negara ini sejalan
pula dengan tiga komponen pendidikan kewarganegaraan yang baik,
yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), dan karakter kewarganegaraan (civic
disposition). Warga negara yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan
akan menjadi warga negara yang cerdas. Warga negara yang memiliki
keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang
partisipatif, sedangkan warga negara yang memiliki karakter
kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.18
Pendidikan kewarganegaraan di MI/SD memberikan pelajaran
pada siswa untuk memahami dan membiasakan dirinya dalam kehidupan
di sekolah atau di luar sekolah, karena materi PKn menekankan pada
pengamalan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjang
oleh pengetahuan dan pengertian sederhana sebagai bekal untuk
17
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 227.
18 Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan Penilaian
(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2014), h.19.
13
mengikuti pendidikan berikutnya. Selain itu, perlunya PKn diajarkan di
MI/SD ialah agar siswa sejak dini dapat memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter.19
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, pembelajaran PKn di
MI/SD merupakan proses yang sengaja dirancang dan dilakukan untuk
mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran PKn di MI/SD juga dimaksudkan untuk membentuk siswa
yang memiliki karakter yang diarahkan mengarah pada penciptaan suatu
masyarakat yang demokratis sebagai bekal untuk menempuh pendidikan
di jenjang selanjutnya.
d. Karakteristik Pembelajaran PKn di MI/SD
PKn memiliki karakteristik yang hampir sama dengan IPS, namun
di kelas tinggi pada Sekolah Dasar (kelas 4-6 SD) kedua mata pelajaran
itu secara kurikuler bersifat terpisah (separated) namun secara internal
sama-sama menerapkan pendekatan terpadu atau “integrated” dengan
model pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman dan dengan pola
pengorganisasian lingkungan meluas. PKn memiliki visi utama sebagai
pendidikan nilai dan moral demokrasi (democracy value and moral
education).
Untuk itu maka substansi kewarganegaraan di kelas tinggi dipilih
dan diorganisasikan secara teorkestrasi dengan menempatkan substansi
kewarganegaraan sebagai intinya. Tujuan akhir dari pendidikan
kewarganegaraan di kelas tinggi adalah tumbuh-kembangnya lebih lanjut
kesadaran, pengertian, tentang pentingnya kehidupan bermasyarakat
secara tertib dan damai serta mulai tumbuhnya tanggung jawab
kewarganegaraan atau “civic responsibility”. 20
19
Susanto, op. cit., h. 233. 20
Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS SD (Bandung: UPI Press, 2007), h. 215.
14
Karakteristik kurikulum PKn adalah terjadinya artikulasi proses
belajar tentang, melalui proses, dan untuk menumbuhkan demokrasi
konstitusional Indonesia sesuai dengan UUD 1945, yang secara
konseptual diadaptasi dari konsep “learning about, trough, and for
democracy”. Oleh karena itu, secara umum PKn di sekolah dasar adalah
pengembangan kualitas warganegara secara utuh dalam aspek-aspek:
Kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy),
komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement),
pemecahan masalah kewarganegaraan (civic skill and participation),
penalaran kewarganegaraan (civic knowledge),
dan partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic
participation and civic responsibility).21
Penanaman nilai – nilai kewarganegaraan (civic values) melalui
dunia pendidikan agaknya semakin menemukan momentumnya dalam
transisi menuju demokrasi yang sedang berlangsung di Indonesia.22
Sebab, cara yang paling strategis untuk mengalami globalisasi
ialah menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan (PKn) di setiap
tingkatan sekolah khususnya sekolah dasar. Dalam konteks Indonesia,
sebuah negara yang sedang beranjak menuju demokrasi dan memasuki
arus globalisasi, pendidikan kewarganegaraan sangat penting diberikan
kepada warga masyarakat untuk memaknai dinamika perubahan sosial
yang berkembang di negeri ini, baik dalam tingkat lokal, nasional,
regional, dan global.
PKn memiliki ciri-ciri (1) materinya berupa pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara
dengan negara dan materi Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN),
21
Ibid., h. 213. 22
Asykuri ibn Chamim, Pendidikan Kewararganegaraan Menuju Kehidupan yang Demokratis dan Berkeadaban (Yogyakarta: Diklilitbang dan LP3, 2010), h. 22.
15
(2) bersifat interdisipliner, dan (3) bertujuan membentuk warga negara
yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.23
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pembelajaran PKn di MI/SD dimaksudkan sebagai suatu
proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam
pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada
penciptaan masyarakat yang demokratis dan bersifat interdisipliner.
e. Tujuan Pembelajaran PKn di MI/SD
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, PKn sekolah memiliki
misi sebagai pendidikan kebangsaan Indonesia. Hal ini seperti tersirat
dari kalimat-kalimat sebagai berikut.
“Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan
konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.” “Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan
semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan
pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Secara Historis, negara Indonesia telah diciptakan sebagai
Negara Kesatuan dengan bentuk Republik.” “Dalam
perkembangannya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan
penghujung abad ke-20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai
peristiwa yang mengancam keutuhan negara. Untuk itu diperlukan
pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat serta konsisten
terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi Negara
Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen
bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi
penerus.”24
Dari rumusan-rumusan dalam bagian pendahuluan tersebut secara
jelas mengamanatkan pentingnya peserta didik sebagai generasi muda
memiliki komitmen kuat terhadap negara kebangsaan modern Indonesia
23
Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan Penilaian (Jakarta:PT.Bumi Aksara,2014), h.13.
24 Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Bagian Pendahuluan Bidang Studi PKn.
16
serta prinsip dan semangat kebangsaan yang kuat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sikap dan komitmen kebangsaan itu dapat
ditumbuhkembangkan melalui mata pelajaran PKn.
PKn sekolah juga memiliki misi sebagai pendidikan politik
demokrasi di Indonesia. Hal itu tersirat kalimat-kalimat sebagai berikut.
“Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang
memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip
demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.” Kehidupan yang demokratis dalam kehidupan sehari-
hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan
organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami,
diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan
prinsip-prinsip demokrasi. “Selain itu, perlu pula ditanamkan
kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia,
kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab
sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap
dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.”25
Kehidupan demokrasi akan tumbuh kuat tidak hanya oleh bentuk
pemerintahan yang demokratis, tetapi juga didukung oleh kehidupan
demokratis dalam diri warga negara. Kehidupan yang demokratis ini
hanya bisa dilakukan melalui pendidikan yang mampu menanamkan dan
menyemaikan nilai-nilai demokrasi dalam diri setiap warga negara.
Pendidikan akan pentingnya demokrasi ini dapat dilakukan melalui
pelajaran PKn.
Tujuan Pembelajaran PKn di MI/SD adalah untuk membentuk
watak atau karakter warga negara yang baik. Menurut Mulyasa (2007),
tujuan PKn adalah:
1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan
bertanggung jawab.
3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis.26
25
Ibid. 26
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada Media, 2013), h. 231.
17
Sebagaimana dapat dibaca dalam tujuannya lebih jauh dinyatakan
bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD
bertujuan untuk “menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari yang didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila baik secara
pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, dan memberikan bekal
kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP”. Dari rumusan tujuan
tersebut tersimpul konsep ‘articulation”, Tyler (1949) dalam pengertian
bahwa materi yang diberikan di jenjang pendidikan yang lebih rendah
secara sinambung dikembangkan di jenjang pendidikan berikutnya.
Namun demikian di dalam praksis pembelajarannya ternyata misi
PKn tersebut tergelincir sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
lebih terpusat kepada guru dan pendidikan nilai yang lebih terperangkap
oleh proses “value inculcation”. Dari situ dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran PKn yang ada selama ini secara konseptual masih belum
berhubungan, dalam pengertian tidak tercapai kesinambungan dan
keutuhan antara konsepsi tujuan dengan instrumentasi dan praksis
pedagogisnya. Salah satu penyebabnya adalah mungkin karena masih
dominannya guru dalam menerapkan konsepnya hanya menekankan
kepada proses latihan memorisasi guna mematangkan potensi fungsi-
fungsi dalam pikiran secara terpisah.27
Pembelajaran PKn di sekolah dasar memiliki berbagai macam
tujuan, akan tetapi tujuan yang mendasar adalah menanamkan sikap
empati, sosial, dan kultural pada tanah air, tetapi jika di lihat dari segi
materi pembelajaran, maka tujuan keduanya adalah untuk menungkatkan
dan melatih keberanian siswa di dalam berpendapat dalam era globalisasi
yang terjadi di kehidupan nyata masyarakat Indonesia. Banyak sekali
aspek yang dapat diterapkan di pembelajaran kewarganegaraan ini,
contohnya seperti aspek sosial, kulturalisme dan sebagainya, pendidikan
kewarganegaraan lebih membahas tentang kehidupan sosial yang
27
Budimansyah dan Suryadi, PKn dan Masyarakat Multikultural (Bandung: Prodi Pendidikan Kewarganegaraan UPI, 2008), h. 11.
18
berlangsung di negaranya. Jadi, pembelajaran yang kekinian dan nyata
harus juga dengan tujuan yang nyata pula.
Itulah sebabnya pembelajaran kewarganegaraan diasumsikan untuk
sekolah dasar, agar para siswa lebih dini mengetahui seluk beluk
negaranya, dapat berfikir secara rasional sejak dini tentang permasalahan
yang ada di negaranya, bahkan membuat siswa belajar mencintai,
menjaga dan tidak apatis di dalam apa yang ada di negaranya.
f. Ruang Lingkup Pembelajaran PKn (Globalisasi) di MI/SD
Ruang lingkup bahan kajian PKN untuk SD/MI kelas IV semester
II (globalisasi) berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan Tahun
2006 sebagai berikut:28
Tabel 2.1: Ruang LingkupPKn MI/SD Kelas IV Semester II
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
4. Menunjukkan
sikap terhadap
globalisasi di
lingkungannya.
4.1 Memberikan contoh
sederhana pengaruh
globalisasi di
lingkungannya.
a. Menceritakan proses
globalisasi.
b. Menyebutkan
pengaruh globalisasi
pada makanan,
permainan, dan
kebudayaan.
c. Menjelaskan sikap
terhadap pengaruh
globalisasi.
4.2 Mengidentifikasi
jenis budaya
Indonesia yang
pernah ditampilkan
dalam misi
kebudayaan
internasional.
d. Menjelaskan
globalisasi
kebudayaan.
4.3 Menentukan sikap
terhadap pengaruh
globalisasi yang
terjadi di
e. Menjelaskan sikap kita
terhadap globalisasi.
28
Kemendikbud RI, Perangkat Pembelajaran Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar KTSP SD, MI, dan SDLB (Jakarta: Kemendikbud RI, 2006)
19
lingkungannya.
g. Globalisasi
Dalam arti yang luas, globalisasi sesungguhnya sudah
berlangsung cukup lama, karena jika dilihat dari konteks historis,
hubungan antar-bangsa sudah dimulai sejak berabad-abad yang lalu
melalui hubungan dagang antar-bangsa, penyebaran agama-agama,
dan transformasi ilmu pengetahuan (melalui hubungan guru dengan
murid dari berbagai bangsa). Dengan demikian, globalisasi dalam arti
yang luas sesungguhnya sudah dimulai jauh sebelum istilah
globalisasi itu sendiri ditemukan.29
Menurut anthony Giddens, globalisasi berhubungan dengan
tesis bahwa kita semua tinggal dalam satu dunia. Kondisi yang global
ini ditandai oleh terjadi pertumbuhan interdependensi di antara orang-
orang, daerah-daerah, dan negara-negara yang berbeda. Sementara itu,
Ulrich Beck berpendapat bahwa globalisasi menunjukkan proses
melalui mana negara-negara bangsa yang berkuasa dijelajahi dan
digerogoti oleh aktor-aktor transaksional dengan prospek-prospek
yang beragam tentang kekuasaan, orientasi-orientasi, identitas-
identitas dan jaringan-jaringan.30
Kehidupan manusia dalam era globalisasi telah terbawa pada
suatu arus yang mengharuskan kita mengubah cara pandang terhadap
diri kita sendiri maupun cara pandang terhadap orang lain. Pandangan
suatu bangsa atau negara yang berpaling dari pandangan global hanya
akan membuat negara atau bangsa terisolir. Oleh karena itu,
kebutuhan akan pendidikan yang akan meningkatkan pandangan
29
Asykuri ibn Chamim, Pendidikan Kewararganegaraan Menuju Kehidupan yang Demokratis dan Berkeadaban (Yogyakarta: Diklilitbang dan LP3, 2010), h. 114.
30 Freddy K. Kalidjernih, Konsep dan Isu Kewarganegaraan (Bandung: Widya Aksara
Press,2010), h.53.
20
tentang masalah-masalah yang mendunia menjadi semakin
mengemuka.31
a. Pengertian Globalisasi
Kata "globalisasi" diambil dari kata globe yang artinya bola
bumi tiruan atau dunia tiruan. Kemudian, kata globe menjadi global,
yang berarti universal atau keseluruhan yang saling berkaitan. Jadi,
globalisasi adalah proses menyatunya warga dunia secara umum dan
menyeluruh menjadi kelompok masyarakat.
Dahulu, orang bepergian ke suatu tempat yang jauh
membutuhkan waktu yang berjam-jam, berhari-hari, bahkan berbulan-
bulan. Manusia bisa berjalan kaki, menunggang kuda, atau menaiki
perahu tradisional. Menyampaikan berita membutuhkan waktu lama
dengan memakai jasa kurir, surat pos, dan telegram. Pada era
globalisasi, orang dapat lebih cepat sampai di tempat tujuan
menggunakan kendaraan bermotor, pesawat, atau kapal laut bermesin.
Komunikasi juga menjadi lebih cepat dengan adanya telepon, telepon
genggam, dan internet.
.Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang pesat, terciptalah alat transportasi dan komunikasi. Hal
ini memungkinkan manusia dapat berhubungan satu sama lain
walaupun jaraknya sangat jauh.
b. Dampak Globalisasi bagi Masyarakat
Tanpa disadari budaya asing yang masuk ke Indonesia telah
memengaruhi perilaku masyarakat Indonesia. Berikut ini contoh
pengaruh globalisasi di lingkungan sekitar.
1) Gaya Hidup
2) Makanan
3) Pakaian
4) Transportasi
31 Iwan Purwanto , Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Jakarta: FITK Press, 2014), h.
154.
21
5) Komunikasi dan Informasi
6) Nilai dan Tradisi
c. Pembentukan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi
Kemajuan teknologi berdampak positif dan negatif. Untuk lebih
jelasnya, mari kita pelajari bersama-sama.
1) Dampak Positif
a) Manusia semakin cerdas dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi
b) Persaingan yang ketat mendorong manusia untuk
menghasilkan produk-produk unggulan. Mereka terus-
menerrus berkarya dan berinovasi
c) Manusia semakin terbantu dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya
d) Terbuka luas peluang dan tantangan hidup manusia.
e) Cepat dalam bepergian
f) Berkembangnya turisme dan pariwisata.
2) Dampak Negatif
a) Manusia cenderung mementingkan diri sendiri dibanding
mengutamakan rasa kiebersamaan dan hidup gotong-royong
b) Semakin lunturnya nasionalisme dan kecintaan terhadap
bangsa dan negara
c) Hilangnya budaya yang telah tumbuh di masyarakat
d) Hilangnya jiwa patriotisme dan semangat rela berkorban
e) Kejahatan semakin meningkat dengan berbagai macam
bentuknya
f) Peredaran barang-barang ilegal dan berbahaya semakin
meningkat, seperti narkoba, penyelundupan senjata, dan
sebagainya.
d. Cara Menyikapi Globalisasi
Indonesia sebagai negara ber kembang tidak dapat menutup
diri dari modernisasi dan globalisasi. Hal tersebut didasarkan
dimulainya pasar global yang menandakan era globalisasi secara
besar-besaran pada 2015. Oleh karena itu, semua orang harus
22
mempersiapkan diri agar dapat menarik manfaat dari arus globalisasi
dan dapat menang kal pengaruh-pengaruh negatif yang dapat
mengancam jati diri dan identitas bangsa.
Ada beberapa sikap yang harus dimiliki oleh kita sebagai
bangsa yang bermartabat dan memiliki jati diri yang luhur, di
antaranya sebagai berikut :
1) Mempertebal keimanan dan meningkatkan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
2) Ikut berperan dalam kegiatan organisasi keagamaan dalam
mengatasi perubahan.
3) Belajar dengan giat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi agar dapat berperan maksimal dalam menjalani era
globalisasi.
4) Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri.
5) Mencintai kebudayaan bangsa sendiri dari pada kebudayaan
asing.
6) Melestarikan budaya bangsa dengan mempelajari dan menguasai
kebudayaan tersebut, baik seni maupun adat istiadatnya.
7) Memilih informasi dan hiburan dengan selektif agar menjaga dari
pengaruh negatif.
8) Menjauhi kebiasaan buruk gaya hidup dunia barat yang
bertentangan nilai dan norma yang berlaku, seperti meminum
minuman keras, menggunakan narkotika dan obat-obatan
terlarang, dan pergaulan bebas.32
2. Hakikat Keberanian Berpendapat
a. Hakikat Keberanian
Menurut Gede Raka, dkk, keberanian (courage) merupakan kekuatan
emosional yang mencakup kemauan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan
32
Supardi, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas IV (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2011) h. 103.
23
di tengah-tengah tantangan yang dihadapi, baik dari dalam maupun dari
luar.33
Menurut Frederich Oeringer, “Tuhan memberikan kekuatan untuk
menerima yang tidak bisa kita ubah. Keberanian untuk mengubah yang
memungkinkan. Dan kebijaksanaan untuk memahami perbedaan
keduanya.”34
Jadi, keberanian menuntut adanya sebuah perubahan.
Belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang dengan
sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman,
atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya
perubahan perilaku yang relatif tetap baik berpikir, merasa, maupun dalam
bertindak.35
Keberanian merupakan salah satu dari ciri-ciri pendidikan karakter.
Konsep pendidikan karakter telah diatur dalam UU. No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Keberanian merupakan ciri-ciri
pendidikan karakter yang erat kaitannya dengan sifat ketabahan dan
penentuan.36
Dari teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa keberanian adalah
suatu usaha sadar terhadap keadaan emosional dan kemauan yang kuat untuk
mencapai suatu tujuan, yaitu perubahan ke arah yang lebih positif. Dalam
mencapai keberanian, seseorang dituntut untuk memiliki rasa percaya diri
yang kuat dan meminimalisasi rasa ketakutan dalam dirinya.
b. Hakikat Berpendapat
Banyak orang yang salah sangka terhadap argumentasi atau pendapat.
Argumentasi sering dipahami sebagai pertengkaran antara dua belah pihak
yang bertengkar. Argumentasi bersandar pada aktivitas manusia yang sangat
33 Gede Raka, dkk, Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jakarta: Elex Media Komputindo:
2011), h. 39 34
Rhenald Kasali, LetsChange! Kepemimpinan, Keberanian, dan Perubahan. (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2014) h.84.
35 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,
2013), h. 4. 36
Sofan Amri, dkk, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 43.
24
khas, yaitu berpikir. Orang yang dikatakan berpikir apabila menggunakan
akal sehatnya, bukan emosi.37
Berpikir merupakan kapasitas berimprovisasi atau kemampuan
merefleksi aneka fakta yang membangun satu atau beberapa gejala. Proses
berpikir menurut John Dewey (1933) diawali dengan adanya rasa sulit,
memberi definisi apa yang ia pikirkan, membangun reka pemecahan, mencari
bukti dan menarik kesimpulan.38
Opini (opinion) memiliki makna yang sama dengan pendapat. Opini
merupakan pernyataan sikap yang sangat spesifik atau sikap dalam artian
yang lebih sempit. Opini terbentuk didasari oleh sikap yang sudah mapan
akan tetapi opini lebih bersifat situasional dan temporer.39
Teori-teori di atas menunjukkan adanya hubungan pendapat dengan
pikiran. Berpendapat, beropini, atau berargumentasi merupakan sikap yang
dapat ditemui dalam aspek bahasa. Hal ini sejalan dengan konsep
perkembangan kemampuan dan keterampilan berbahasa, khususnya dalam
aspek berbicara. Kemampuan berbicara dapat selalu meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia manusia, sejak masa kanak-kanak hingga tumbuh
menjadi manusia dewasa.
Anak-anak biasa berbicara dengan mengeluarkan suara kepada diri
sendiri tanpa ada niat untuk berkomunikasi, seperti menggumam atau yang
biasa disebut dengan “crib talk”, bermain dengan suara dan kata-kata. Hal ini
ditentukan oleh anak-anak sebagai cara untuk mengungkapkan fantasi dan
emosi.40
Santrock (2007) menyatakan bahwa untuk mengeksplorasi proses
berpikir dalam masa kanak-kanak, ada banyak sekali tipe berpikir, salah
satunya adalah berpikir kritis. John Dewey (1993) dan Max Wertheimer
37 Donny Gahral Adian, dkk, Teknik Berargumentasi, (Jakarta: Prenada Media, 2013), h.
1. 38
Sudarwan Danim, Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 18.
39 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), h. 8. 40
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD, (Jakarta: UIN Press, 2015), h. 204
25
(1945) berpendapat bahwa berpikir kritis melibatkan cara berpikir introspektif
dan produktif, serta mengevaluasi kejadian. Menurut mereka, jika Anda
berpikir kritis, Anda akan melakukan hal-hal di bawah ini:
Menanyakan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ bukan hanya ‘apa’ yang terjadi.
Mencari bukti-bukti yang mendukung suatu fakta.
Beradu pendapat dengan cara yang masuk akal, bukan dengan emosi.
Mengenali bahwa kadang-kadang ada lebih dari satu jawaban atau
penjelasan.
Membandingkan jawaban-jawaban yang beragam dan menentukan mana
yang terbaik.
Mengevaluasi apa yang dikatakan orang lain alih-alih menerima begitu
saja sebagai kebenaran.
Menanyakan pertanyaan-pertanyaan dan berani berspekulasi untuk
menciptakan ide-ide dan informasi-informasi baru.41
Tipe berpikir selanjutnya adalah berpikir kreatif. Komponen berpikir
kreatif menurut Munandar, ditunjukkan oleh perilaku siswa seperti:
mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada
pertanyaan, mempunyai banyak gagasan cara pemecahan suatu masalah, dan
dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan dari suatu objek atau
situasi.42
Adapun menurut rumusan yang dikeluarkan oleh Diknas (2007),
bahwa indikator siswa yang memiliki kreativitas, di antaranya adalah:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.
3. Memiliki banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
4. Mampu mengutarakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.
41
John W. Santrock, Perkembangan Anak Edisi Kesebelas, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), h. 295.
42 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,
2013), h. 111.
26
5. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak
terpengaruh orang lain.
6. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dari orang lain.
7. Mampu mengembangkan atau memerinci suatu gagasan.43
Antara berpikir kreatif, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan
memecahkan masalah saling berhubungan satu sama lain. Dengan adanya
kemampuan berpikir kreatif akan melahirkan ide-ide baru dalam menghadapi
masalah. Adapun untuk menguji kebenaran diperlukan keterampilan berpikir
kritis. Untuk merealisasikan hasil dari proses berpikir yang telah dilakukan
siswa, dibutuhkan sebuah proses untuk menyatakan hasil pikiran atau
pendapatnya, yaitu berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi terjadi pertukaran ide, pikiran, dan perasaan.
Sebagian besar anak usia Sekolah Dasar merupakan anak-anak yang berada
dalam masa peka atau masa-masa yang paling tepat dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa. Di mana, fungsi bahasa bagi peserta didik antara lain:
a. Berkomunikasi dengan orang lain.
b. Digunakan untuk menyatakan isi hati (perasaan).
c. Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya.
d. Berfikir dengan menyatakan gagasan atau pendapat.
e. Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan
keyakinannya.
Sementara itu, menurut Sis Henter berpendapat bahwa tiga fungsi
bahasa, yaitu:
1. Bahasa sebagai alat pernyataan isi jiwa
2. Bahasa sebagai peresapan (mempengaruhi orang lain)
3. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan pendapat.44
43
Ibid., h. 103. 44
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD, (Jakarta: UIN Press, 2015), h. 106.
27
Berdasar teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa berpendapat
merupakan buah pikiran, anggapan, gagasan tentang suatu kejadian atau
permasalahan. Berpendapat juga merupakan fungsi dari bahasa seperti yang
dikemukakan oleh para ahli. Berpendapat adalah hasil dari proses berpikir,
baik berpikir kreatif maupun positif mengenai suatu kejadian faktual yang
yang direalisasikan melalui proses komunikasi.
c. Keberanian Berpendapat dalam Proses Pembelajaran PKn MI/SD
PKn memiliki visi utama sebagai pendidikan nilai dan moral
demokrasi (democracy value and moral education). Tujuan akhir dari
pendidikan kewarganegaraan di kelas tinggi adalah tumbuh-kembangnya
lebih lanjut kesadaran, pengertian, tentang pentingnya kehidupan
bermasyarakat secara tertib dan damai serta mulai tumbuhnya tanggung
jawab kewarganegaraan atau “civic responsibility”. 45 Tanggung jawab
kewarganegaraan atau “civic responsibility” akan terbentuk apabila siswa
telah memiliki karakter kewarganegaraan.46 Salah satu karakter yang terdapat
dalam pendidikan karakter adalah keberanian, keberanian mengungkapkan
pendapat, bertanya, maupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau
teman.
Menyatakan pendapat adalah hak bagi warga negara biasa yang wajib
dijamin dengan undang–undang dalam sebuah sistem politik demokratis.47
Berpendapat berawal dari sebuah proses berpikir. Proses berpikir
terjadi atas sebuah stimulus atau berupa pertanyaan. Hamzah B. Uno (2008)
dalam bukunya yang berjudul Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,
menuliskan bahwa ada sebuah pendapat yang mengatakan “berpikir itu adalah
bertanya.”
45
Sapriya, dkk., Pengembangan Pendidikan IPS SD (Bandung: UPI Press, 2007), h. 215. 46
Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan Penilaian (Jakarta:PT.Bumi Aksara,2014), h.19.
47 Asykuri ibn Chamim, Pendidikan Kewararganegaraan Menuju Kehidupan yang
Demokratis dan Berkeadaban (Yogyakarta: Diklilitbang dan LP3, 2010), h. 39.
28
Saidiman (1994) dalam Hamzah B. Uno (2008), berpendapat bahwa
bertanya merupakan ucapan verbal dari seseorang yang dikenali. Respon
yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang
merupakan hasil pertimbangan. Jadi, bertanya merupakan stimulus efektif
yang mendorong kemampuan berpikir.48
Hal ini sesuai dengan tujuan dari pembelajaran PKn di MI/SD yang
dikemukakan oleh Mulyasa (2007), yaitu 1) mampu berpikir secara kritis,
kreatif dan rasional dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu
kewarganegaraan di negaranya, 2) mampu berpartisipasi dalam segala bidang
kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, dan 3) bisa berkembang secara
positif dan demokratis.49
Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pembelajaran
diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan mengajar.50 Efektifitas interaksi antara guru
dengan siswa dalam pembelajaran antara lain ditentukan oleh faktor
komunikasi. Kegiatan belajar mengajar berjalan apabila komunikasi yang
aktif antara pengajar dan peserta didik.
Dalam komunikasi, umpan balik dapat diartikan sebagai respons,
peneguhan, dan servomekanisme internal. Sebagai respons, umpan balik
adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberi tahu
sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan kepada sumber
untuk menentukan perilaku selanjutnya.51
Untuk melakukan komunikasi yang dapat meningkatkan keberanian
siswa, perlu adanya pembinaan hubungan antarpribadi/interpersonal. Dalam
mengelola interaksi antarpribadi, seorang guru harus (1) memberikan
bimbingan khusus terhadap siswa yang belum berhasil, (2) memberikan
48
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 170.
49 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,
2013), h. 231. 50
Ibid., h. 19. 51
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 189.
29
ganjaran atau reward terhadap siswa yang berhasil, (3) memberikan dorongan
agar terjadi interaksi antar siswa, dan (4) memberikan dorongan agar terjadi
interaksi antara siswa dengan guru.52
Perlu kita sadari bahwa ketika proses pembelajaran berlangsung
seluruh aspek kejiwaan siswa dan guru terlibat. Bukan hanya fisik, tetapi juga
pikiran, pengalaman, bahasa tubuh dan emosipun terlibat. Proses
pembelajaran tidak sesederhana dengan yang kita bayangkan selama ini. Jika
guru memasuki kelas dengan wajah yang merenggut atau suram, proses
pembelajaran akan berlangsung dalam suasana yang menegangkan dan
melelahkan. Siswa tidak akan berani bertanya apalagi mengemukakan suatu
pendapat dan suasana demokrasi akan lenyap.53
Jadi, keberanian berpendapat adalah keadaan yang menuntut adanya
suatu kemauan yang kuat dalam mencapai tujuan. Dalam mencapai tujuan
tersebut, dituntut adanya kematangan proses berpikir secara logis, kreatif, dan
kritis berdasarkan pemahaman dan pengalaman siswa. Untuk mencapai
keberanian berpendapat dalam pembelajaran PKn, diperlukan suasana kelas
yang menyenangkan dan santai. Menyenangkan berarti suasana kelas diliputi
dengan nuansa demokrasi. Siswa bebas untuk bertanya, menjawab, dan
menyampaikan gagasan-gagasan dalam berpendapat.
d. Indikator Keberanian Berpendapat
Seringkali orang tua selalu meremehkan pendapat anak-anak, bahkan
sampai dewasapun tetap menganggap mereka sebagai anak-anak yang tidak
perlu didengarkan pendapatnya. Jangan meremehkan pendapat anak-anak
karena dapat membuat mereka tumbuh sebagai anak yang tidak percaya diri.
Jika pendapatnya tidak atau kurang benar kita dapat mengoreksinya dengan
52
Sofan Amri, dkk, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 78.
53 Ibid., hal. 62.
30
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mempertajam pendapatnya sehingga
mereka tumbuh menjadi anak yang berani dan terasah kemampuannya.54
Dalam diskusi kelompok terdapat penilaian kemampuan berinteraksi
siswa yang disarikan oleh Winarno (2014), yakni (1) sikap dalam menerima
pendapat, (2) sikap dalam menerima kritikan, (3) kesopanan dalam
memberikan pendapat kepada siswa lain, (4) kemauan untuk membantu
teman yang lain yang mengalami kesulitan dalam mengemukakan pendapat,
dan (5) kesabaran untuk mendengarkan usul teman.55
Jenis apapun diskusi yang digunakan menurut bridges (1979), dalam
proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar: (1) setiap siswa
dapat bicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya, (2) setiap siswa harus
saling mendengar pendapat orang lain, (3) setiap siswa harus saling
memberikan respons, (4) setiap siswa harus dapat mengumpulkan ide-ide
yang dianggap penting, dan (5) mengembangkan pengetahuannya serta
memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi.56
Indikator kemerdekaan mengemukakan pendapat menurut
Pramuduaningrum, dalam karya ilmiahnya antara lain, memberikan pendapat
tentang suatu masalah, memberikan tanggapan atas pendapat teman lain,
memberikan pertanyaan atau pernyataan terhadap teman lain, dan
memberikan penjelasan atas pertanyaan atau tanggapan teman lain.57
Berdasarkan karakteristik yang telah diungkapkan serta indikator
berpikir kreatif dan kritis, keberanian berpendapat siswa dalam pembelajaran
PKn di kelas dapat diukur antara lain melalui karakteristik keberanian
berpendapat yang dapat disederhanakan menjadi tiga indikator, yakni:
1. Mampu mengemukakan pendapat.
54
Sutan Banuara Nainggolan, Born As A Winner, Live As A Leader, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h. 68.
55 Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan Penilaian
(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2014), h.227. 56
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 153.
57 Virene Irida Pramuduaningrum, “Meningkatkan Keberanian Mengemukakan Pendapat
Melalui Media Beberan Pada Siswa Kelas VII SMP Stella Matutina Salatiga Tahun Pelajaran 2010/2011”, Karya Ilmiah disampaikan di SMP Stella Matutina, Salatiga, 2011, h. 3.
31
2. Mampu menyampaikan pertanyaan.
3. Mampu menjawab pertanyaan.
Dari indikator keberanian berpendapat di atas, tujuan yang diharapkan
adalah siswa dapat:
a) Mengutarakan pendapatnya secara spontan
b) Mengutarakan pendapatnya dengan logis
c) Mengutarakan pendapatnya dengan baik dan percaya diri
d) Menyampaikan pertanyaan dengan spontan
e) Menyampaikan pertanyaan dengan logis
f) Menyampaikan pertanyaan dengan baik dan percaya diri
g) Menjawab pertanyaan secara spontan
h) Menjawab pertanyaan dengan jawaban logis
i) Menjawab pertanyaan dengan baik dan percaya diri
e. Faktor-faktor yang Mengembangkan Keberanian Berpendapat Siswa
Menururt Raka, dkk (2011), terdapat 4 faktor yang dapat
mengembangkan keberanian, yaitu:58
1) Keberanian
Keberanian mempunyai arti tidak takut menghadapi ancaman, tantangan,
kesulitan atau kesakitan, berbicara secara terbuka untuk membela yang
benar walaupun ada yang menentangnya, berani bertindak untuk hal-hal
yang diyakininya benar walaupun tak populer.
2) Kegigihan
Menyelesaikan hal-hal yang sudah dimulai, pantang menyerah dalam
melakukan sesuatu walaupun banyak rintangan.
3) Integritas (ketulusan, kejujuran)
Berbicara dan bertindak jujur, tidak berpura-pura, tulus dan bertanggung
jawab atas perbuatannya sendiri.
58
Gede Raka, dkk, Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jakarta: Elex Media Komputindo: 2011), h. 39
32
4) Vitalistas
Menjalani kehidupan dengan kegembiraan dan penuh semangat, tidak
bekerja setengah hati, melibatkan kehidupannya sebagai petualangan.
Keempat faktor itu mempunyai peranan penting untuk
mengembangkan keberanian berpendapat peserta didik pada pembelajaran
PKn yaitu:
1) Keberanian diperlukan peserta didik untuk menyampaikan
pendapatnya selama pelajaran PKn berlangsung yang dilakukan
dengan penyampaian argumen, menjawab pertanyaan, dan
menyampaikan pertanyaan.
2) Kegigihan peserta didik dalam proses “menemukan” dalam
pembelajaran PKn mendorong peserta didik untuk berusaha dan
pantang menyerah untuk mencari pemecahan masalah yang
dihadapinya sehingga peserta didik berani mengungkapkan
pendapatnya baik dalam proses menemukan itu sendiri ataupun
dalam menyampaikan hasil.
3) Integritas merupakan salah satu unsur penting dalam keberanian
berpendapat. Peserta didik yang memiliki sikap intergritas akan
bersikap jujur dalam pembelajaran tidak ada rekayasa dalam proses
menemukan dan selalu bertanggung jawab atas segala tindakannya.
4) Peserta didik yang mempunyai vitalitas yang tinggi akan menjalani
setiap kegiatan dalam pembelajaran dengan penuh semangat dan
tidak setengah-setengah melakukan proses pembelajaran PKn.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends 1998
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu
manusia saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Dengan pembelajaran
kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh
33
sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak
hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada
kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada
pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun
pengalaman kelompok.59
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur pada kelompok yang
terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sama sangat dipengaruhi
oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Arends (1989)
mengemukakan bahwa setidaknya terdapat tiga tujuan utama dari
pembelajaran kooperatif, yaitu (1) peningkatan prestasi akademis, (2)
hubungan sosial, (3) keterampilan bekerja sama dalam memecahkan
permasalahan.60
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mencegah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing.61
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki
jalur utama jalur pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian
dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk
meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif
lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan
59
Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan Penilaian (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), h. 100.
60 Saur M. Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h.
89. 61
Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2005), h. 4.
34
terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan
meningkatkan rasa harga diri. Alasan lainnya adalah tumbuhnya kesadaran
bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan
mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan
mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang tepat
untuk mencapai hal-hal semacam itu.62
Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman
yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia
dan memberikan kontribusi.63
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa kelompok
itu dapat terdiri dari dua orang saja, tetapi juga dapat terdiri dari banyak
orang.64
Dengan memperhatikan pengertian dari pembelajaran kooperatif di
atas, penulis berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk
meningkatkan aktifitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk
bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada
anggota kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota
kelompok, tetapi semua harus aktif.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif diantaranya:
1) Penghargaan kelompok. Kelompok dalam kooperatif dapat memperoleh
penghargaan apabila mereka mencapai kriteria yang ditetapkan.
2) Tanggung jawab individu. Keberhasilan kelompok bergantung dari
pembelajaran individu dari seluruh anggita kelompok.
62
Ibid., h. 5. 63
Ibid., h. 33. 64
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h. 56.
35
3) Kesempatan yang sama untuk berhasil. Setiap siswa menyumbang
kepada kelompok mereka dengan perbaikan di atas kinerja mereka yang
lalu.65
Karakteristik model pembelajaran kooperatif antara lain (1)
akuntabilitas individu, (2) keterampilan sosial, (3) kesalingketergantungan
secara positif, dan (4) proses bekerja sama dalam kelompok. Adapun tujuan
kooperatif menurut pendapat Arends (1989), yaitu (1) peningkatan kinerja
prestasi akademik, (2) penerimaan terhadap keberagaman (suku, sosial,
budaya, kemampuan, dll), dan (3) keterampilan bekerja sama atau
berkolaborasi dalam pemecahan masalah.66
c. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends
1998
Menurut Arends (1998), model pembelajaran kooperatif time token
adalah metode keterampilan sosial, yaitu struktur yang dapat digunakan
untuk membelajarkan keterampilan sosial guna menghindari peserta didik
mendominasi pembicaraan atau peserta didik diam sama sekali dan/atau
sering dinamakan Time Token Arends.67
Strategi pembelajaran Time Token merupakan salah satu contoh
kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah. Proses
pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan
siswa sebagai subjek. Sepanjang proses belajar, aktivitas siswa menjadi
titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara
aktif. Guru berperan mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap
permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan
keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam
65
PGMI Kelas 4A,”Kumpulan Makalah Strategi Pembelajaran”, Makalah Disampaikan Pada Perkuliahan Jurusan PGMI UIN Jakarta,Jakarta, 11 Maret 2014, h. 70.
66 Saur M. Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h.
89. 67
Ibid., h. 105.
36
sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ±30
detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan
kupon terlebih dahulu pada guru. Satu kupon adalah untuk satu
kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan
siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi.
Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya
habis.68
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time
Token Arends 1998
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan model Time Token
Arends 1998 menurut Agus Suprijono (2013), sebagai berikut:
a. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative
learning/CL)
b. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap
siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
c. Bila telah selesai bicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan
kepada guru. Setiap berbicara satu kupon.
d. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi. Yang masih
memegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.
e. Dan seterusnya.69
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Time Token
Arends 1998
Kelebihan-kelebihan:
1) Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi.
68
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h.239.
69 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013) h. 133.
37
2) Menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang
tidak berbicara sama sekali.
3) Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
4) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek
berbicara).
5) Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat.
6) Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan,
berbagi, memberikan masukan, dan memiliki sikap keterbukaan
terhadap kritik.
7) Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
8) Mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan
yang dihadapi.
9) Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kekurangan-kekurangan yang harus dipertimbangkan:
1) Hanya dapat digunakan pada mata pelajaran tertentu saja.
2) Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
3) Memerlukan banyak waktu untuk persiapan. Dalam proses
pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu-persatu
sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
4) Kecenderungan untuk sedikit menekan siswa yang pasif dan
membiarkan siswa yang aktif untuk tidak berpartisipasi banyak di
dalam kelas.70
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan uraian yang sistematis tentang
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai
dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang
sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu:
70
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h.241.
38
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Widya Ichsani (2012) yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Time Token Arends 1998 di Kelas 5 SDN 34
Pontianak Selatan, Kalimantan Barat”. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Time Token Arends 1998 dapat
meningkatkan kemampuan berbicara siswa di kelas V Sekolah Dasar
Negeri 34 Pontianak Selatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan
pelaksanaan kemampuan berbicara siswa secara keseluruhan terjadi
peningkatan dari 47,39% pada baseline menjadi 51,56% di siklus I,
menjadi 63,02% di siklus II, dan menjadi 73,95% di siklus III.
Dari hasil penelitian relevan yang pertama, perbedaan dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan adalah perbedaan variabel penelitian
dan materi pelajaran yang akan digunakan dalam proses penelitian.
perbedaan lainnya adalah tempat dan waktu penelitian. Temuan yang akan
peneliti dapatkan akan berbeda dengan temuan penelitian sebelumnya,
karena peneliti berfokus pada meningkatkan keberanian berpendapat siswa
dalam pelajaran PKn, sedangkan penelitian sebelumnya berfokus pada
peningkatan kemampuan berbicara secara kebahasaan dan non
kebahasaan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Lucia Deshinta Deviardiana (2012) yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token
Arends 1998 untuk meningkatkan Keberanian Berpendapat Siswa Dalam
Pembelajaran IPA Peristiwa Alam Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 1
Bareng, Klaten, Jawa Tengah”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model
pembelajaran time token arends 1998 pada kajian IPA (Peristiwa Alam)
dapat meningkatkan keberanian berpendapat siswa kelas V SDN 1 Bareng,
Klaten, Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata keberanian
berpendapat pada kondisi awal yaitu 44,70% menjadi 59,87% pada siklus I
dan 70,78% pada siklus II. Sedangkan untuk presentase siswa yang berani
berpendapat sebesar 30,43% atau 7 siswa pada kondisi awal, pada siklus I
39
sebesar 47,83% atau 11 siswa, pada siklus II sebesar 86,96% atau 20
siswa.
Dari hasil penelitian relevan yang kedua, perbedaan dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan adalah perbedaan variabel penelitian
dan materi pelajaran yang akan digunakan dalam proses penelitian.
perbedaan lainnya adalah tempat dan waktu penelitian.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang relevan di atas, maka
hipotesis tindakannya adalah dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Time Token Arends 1998, 75% siswa dapat meningkatkan
keberanian berpendapatnya pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) Globalisasi di kelas 4-D SDI Harapan Ibu Pondok
Pinang, Jakarta Selatan.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas 4-D SD Islam Harapan Ibu yang
berlokasi di Jalan Haji Banan No. 1 Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan 12310. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada
semester II (genap) Tahun Ajaran 2015-2016. Sedangkan proses pengambilan
data berupa pertemuan di setiap siklusnya dilakukan pada bulan April sampai
Mei 2016. Jadwal kegiatan penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Penyusunan Proposal √
Seminar Proposal √
Wawancara √
Study Lapangan
(Observasi) √
Pelatihan Karya Tulis
Ilmiah √
Penyusunan Instrumen
Penelitian √ √
Kegiatan Penelitian √ √
Pengolahan Data √
Penyusunan Laporan
Penelitian √
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode Penelitian ini termasuk ke dalam jenis Penelitian Tindakan
Kelas (Class Action Research). Menurut Kemmis dan McTaggart penelitian
41
tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi
semua kondisi di mana mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan
membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Sedangkan kelas
adalah tempat para guru melakukan penelitian, dengan dimungkinkan mereka
tetap bekerja sebagai guru di tempat kerjanya. Dalam perkembangannya,
penelitian tindakan ini mengacu kepada penelitian kolaboratif atau kerja
sama. Penelitian tindakan sangat cocok untuk meningkatkan kualitas subjek
yang hendak diteliti.71
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keberanian berpendapat siswa pada materi globalisasi dengan
menggunakan metode Time Token Arends 1998.
Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
Kemmis dan Mc Taggart. Desain PTK model Kemmis dan Mc Taggart
merupakan pengembangan dari desain PTK model Kurt Lewin yang terdiri
dari empat tahapan. Namun ada perbedaan di mana tahapan acting dan
observating disatukan dalam satu kotak, artinya pelaksanaan tindakan
dilaksanakan secara stimultan dengan observasi, sehingga bentuknya sering
dinamakan sebagai bentuk spiral.72
Hubungan keempat komponen tersebut
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan Kemmis dan McTaggart73
71
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas: Implementasi dan Pengembangannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) h. 3.
72 Saur M. Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h.
27. 73
Ibid., h. 27.
Plan
Act &
Observe
Reflect
Revised Plan
Next
Act &
Observe Reflect
42
Model ini terdiri dari beberapa siklus, di mana setiap siklusnya
terdapat empat komponen yaitu:
a. Perencanaan
4. Mengidentifikasi masalah tentang proses belajar siswa
5. Melakukan wawancara terhadap guru kelas, khususnya dalam
mata pelajaran PKn
6. Data yang telah didapat, selanjutnya dianalisis dan
disimpulkan
7. Menyiapkan RPP
b. Pelaksanakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan
perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu
menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Time Token
Arends 1998. Dimana peneliti sebagai pelaku tindakan, dan guru
kelas sebagai observer.
c. Observasi
Pada tahap ini, peneliti dibantu observer mengamati aktivitas
belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu,
dalam tahap ini peneliti juga mencatat dan mendokumentasikan
segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah
peneliti selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari
pelaksanaan dan observasi dianalisis oleh peneliti bersama
observer agar dapat diketahui apakah kegiatan yang telah
dilakukan telah mencapai tujuan atau masih membutuhkan
perbaikan.
43
Adapun skema yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah
sebagai berikut.
Gambar 3.2 : Skema PTK Menggunakan Model Pembelajaran
TimeTokenArends 1998
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber untuk mendapatkan informasi
dan keterangan dari penelitian yang diinginkan. Subjek penelitian dalam
penelitian tindakan ini adalah siswa kelas IV SD Islam Harapan Ibu Pondok
Pinang Jakarta Selatan, yang berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 5 siswa
laki-laki dan 14 siswa perempuan sebagai subjek penelitian karena
ditemukannya masalah saat proses belajar mengajar, yaitu tingkat keberanian
berpendapat siswa yang masih rendah khususnya pada mata pelajaran PKn.
44
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan
pelaksana kegiatan penelitian, di mana peneliti juga bertindak sebagai guru
pendamping dalam kelas tersebut. Peran peneliti adalah merencanakan dan
melaksanakan kegiatan, melakukan observasi, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan melaporkan hasil penelitian. Dalam melaksanakan
penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang guru kelas (kolabolator) yang
bertindak sebagai observer.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Perencanaan ini diawali dengan identifikasi persoalan di kelas dan
akan direncanakan alternatif penyelesaiannya. Alternatif penyelesaian
direncanakan dalam siklus penelitian yang terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, evaluasi atau analisis dan
refleksi. Setelah dilakukan evaluasi dan refleksi pada siklus I maka peneliti
akan melanjutkan pada perencanaan dan tindakan siklus II. Jika tujuan
penelitian belum tercapai, maka akan diadakan remedial bagi siswa yang
belum mencapai kriteria ketuntasan tersebut.
Tabel 3.2 : Rencana dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I Perencanaan :
Identifikasi masalah
dan penetapan
alternatif pemecahan
masalah.
a. Merancang skenario pembelajaran PKn
dengan KD 4.1 memberikan contoh
sederhana pengaruh globalisasi di
lingkungannya
b. Membuat RPP dengan menggunakan
Model Time Token Arends 1998
c. Menyusun soal-soal evaluasi pemahaman
siswa mengenai pengaruh globalisasi
d. Menyiapkan Token (kupon) berbicara
e. Menyiapkan fasilitas dan sarana
pendukung
Tindakan Menerapkan tindakan mengacu kepada
skenario pembelajaran
Pengamatan a. Melakukan observasi dengan memakai
format observasi
b. Mendokumentasikan semua kegiatan
(foto)
45
c. Menilai hasil tindakan dengan
menggunakan format penilaian
Refleksi a. Peneliti merefleksikan hasil pengamatan
untuk menentukan keberhasilan serta
dilakukan perbaikan-perbaikan dari
tindakan tersebut
b. Melakukan analisis terhadap semua data
yang telah terkumpul dari hasil observasi,
hasil tes, dan menentukan keberhasilan
dan kekurangan pada siklus 1 yang akan
dijadikan dasar perbaikan pada siklus 2
c. Evaluasi tindakan I
Siklus II Perencanaan a. Identifikasi masalah dan penetapan
alternatif pemecahan masalah
b. Pengembangan program tindakan II
Tindakan Pelaksanaan program tindakan II
Pengamatan Pengumpulan dan analisis data tindakan II
Refleksi Evaluasi dan penilaian tindakan II
Siklus-siklus berikutnya
Kesimpulan dan saran
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya peningkatan
keterampilan berpendapat siswa, dengan model pembelajaran Time Token
Arends 1998. Penelitian ini akan dihentikan apabila telah memenuhi standar
yang ditentukan, yaitu:
a. Hasil pengamatan melalui lembar observasi keberanian berpendapat pada
akhir siklus menunjukkan kriteria “Baik” dengan interval skor 60% -
80%.
b. Adanya perubahan positif dari hasil observasi aktifitas mengajar guru dan
aktivitas belajar murid.
c. Hasil wawancara dengan guru dan siswa menunjukkan bahwa sebagian
siswa memiliki keberanian berpendapat yang lebih baik dalam
pembelajaran Pkn Globalisasi.
G. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
46
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif.
Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara, observasi proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa, hasil observasi
keberanian berpendapat, catatan lapangan dan dokumentasi dalam bentuk
foto/video jalannya proses pembelajaran..
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini diperoleh dari peneliti, siswa kelas IV-
D, dan guru kelas yang sekaligus sebagai observer.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
wawancara, observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi (foto).
1. Wawancara
Dalam rangka memperoleh data atau informasi dan untuk
melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara.
Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan
sikap, pendapat, atau wawasan. Hopkins (1993), wawancara adalah suatu
cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dari sudut pandang
yang lain.74
2. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat observasi yang dilakukan secara
berkesinambungan yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati.75 Untuk mengukur tingkat keberanian berpendapat siswa,
peneliti juga menggunakan observasi. Observasi mengajar guru
digunakan untuk menilai keterlaksanaan proses pembelajaran. Observasi
aktivitas siswa digunakan untuk menilai antusiasme siswa dalam
melaksanakan pembelajaran. Dan observasi keberanian berpendapat
digunakan untuk mengukur tingkat keberanian berpendapat siswa pada
setiap siklus.
74
Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 157. 75
Salinan Lampiran Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian.
47
3. Catatan Lapangan (field notes)
Catatan Lapangan (field notes) adalah catatan yang dibuat oleh
peneliti atau kolaborator yang melakukan pengamatan atau observasi
terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas.
4. Dokumentasi (foto/video)
Pengambilan dokumentasi dalam bentuk foto/video untuk
mempermudah jalannya proses pembelajaran, agar guru lebih
mengetahui keterampilan masing-masing siswa dalam menyampaikan
pendapat atau gagasan.
I. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa
instrumen, antara lain:
1. Teknik Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan
dengan sikap, pendapat, atau wawasan. Wawancara akan dilakukan kepada
guru dan murid. Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan alat
rekam untuk membantu dalam membuat catatan lapangan, juga sebagai
alat untuk mengingat topik bahasan terdahulu dengan seizin pihak yang
diwawancarai.76
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan setiap akhir siklus
pembelajaran. Sebelum membuat wawancara, peneliti terlebih dahulu
membuat petunjuk wawancara. Petunjuk wawancara berguna untuk
mempertegas pokok-pokok penting agar sesuai tujuan dan masalah
penelitian, untuk menghindari melupakan data atau informasi yang perlu
diungkapkan, dan untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan wawancara.
Adapun petunjuk wawancara yang akan peneliti gunakan adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.3 : Petunjuk Wawancara Responden Siswa
Petunjuk Wawancara Responden Siswa terhadap proses pembelajaran
76
Ibid., h. 158.
48
PKn Globalisasi Kelas IV-D SDI HI
1. Pendapat siswa tentang KBM dalam pelajaran PKn.
2. Kesulitan dalam proses belajar PKn di kelas IV-D SDI HI
3. Pendapat siswa mengenai cara mengajar guru.
4. Penjelasan siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan model
time token arends .
Tabel 3.4 : Petunjuk Wawancara Responden Guru
Petunjuk Wawancara Responden Guru terhadap proses pembelajaran PKn
Globalisasi Kelas IV-D SDI HI
1. Model/metode yang selama ini digunakan dalam Pembelajaran PKn
2. Kesulitan dalam proses pembelajaran PKn di kelas IV-D SDI HI
3. Pendapat guru mengenai PBM yang dilakukan guru/peneliti.
4. Meminta pendapat mengenai penggunaan model tome token arends
1998 terhadap peningkatan keberanian berpendapat siswa.
2. Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menilai keterlaksanaan
pembelajaran dengan model pembelajaran Time Token Arends 1998,
aktivitas mengajar guru sebelum mulai tindakan dan aktivitas belajar
siswa. Indikator diadaptasi dari lembar pengamatan aktivitas dan
keberanian siswa dalam PKn. Indikator yang akan disusun menjadi
instrumen pengamatan sebagai berikut.77
a) Indikator kegiatan mengajar guru meliputi:
1) Guru membentuk siswa ke dalam beberapa kelompok
2) Guru melakukan apersepsi
3) Guru menggunakan media yang sesuai
4) Guru mengondisikan siswa untuk berdiskusi
5) Guru memantau kegiatan diskusi
6) Guru menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan RPP
7) Guru memberikan kesempatan bertanya dan umpan balik
77
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 86.
49
8) Guru menutup pembelajaran
b) Indikator kegiatan belajar siswa meliputi:
1) Siswa membentuk ke dalam beberapa kelompok
2) Siswa memberikan respons terhadap stimulus dari guru
3) Siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan media dan model
4) Siswa melakukan diskusi
5) Siswa menyampaikan hasil diskusinya
6) Siswa menyampaikan pendapat, pertanyaan, dan jawaban dengan
alasan yang jelas
7) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti
Dalam mengukur keberanian berpendapat siswa, peneliti
menggunakan teknik diskusi. Karena dalam diskusi itu dapat melatih
keberanian dan kemampuan mengutarakan pendapat, secara bahasa, logis
dan kreatif. Siswa dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan
pendapatnya, saling mendengar pendapat orang lain, dan saling
memberikan respons.78
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
pembelajaran kooperatif time token arends 1998, jadi sebelum
mengemukakan pendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan siswa
harus mengumpulkan token yang sudah diberikan terlebih dahulu.
Peneliti menggunakan instrumen dan teknik pengumpulan data
berupa observasi keberanian berpendapat. Dalam menentukan kriteria
atau aspek yang diamati, terlebih dahulu peneliti mendiskusikan ukuran-
ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan ini.79
Peneliti menggunakan instrumen observasi dengan pilihan “ya”
atau “tidak”. Dalam menyusun lembar observasi keberanian berpendapat
yang diadopsi dari Lembar Observasi dalam proses pembelajaran
PAIKEM. Hal-hal yang dijadikan aspek penilaian dalam observasi
keberanian berpendapat siswa adalah indikator keberanian berpendapat
78 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2009), h. 153. 79
Kunandar, Op. Cit., hal 144.
50
yang telah dirumuskan dalam beberapa bukti-bukti indikator keberanian
berpendapat yang terdapat dalam kisi-kisi keberanian berpendapat sebagai
berikut.
Tabel 3.5 : Kisi-kisi keberanian berpendapat
No. Karakteristik Nomor Item
1 Mengemukakan pendapat a, b, c
2. Menyampaikan pertanyaan d, e, f
3. Menjawab pertanyaan g, h, i
Diadaptasi dari tabel indikator proses pembelajaran PAIKEM
Indikator atau bukti-bukti dibuat per poin, hal itu memang sengaja
dibuat agar memudahkan untuk menskor. Memang sebetulnya tidak ada
batasan mengapa sebaiknya tiga indikator. Kecenderungan zaman
sekarang, orang diminta lebih bersikap tegas. Memilih tengah-tengah
artinya tidak tegas. Pilihan yang baik adalah pilihan yang tegas, memilih
“ya” atau “tidak”. Oleh karena itu, sebaiknya indikator itu 3 saja, agar
menghasilkan skor yang tegas.80
Adapun indikator skor, predikat, dan
persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut.
Tabel 3.6 : Skor, Predikat, dan Pemenuhan Persyaratan81
Skor Predikat Persyaratan Isi Syarat
4 Sangat Berani Memenuhi 3 syarat a, b, c
3 Berani Memenuhi 2 syarat a dan b
a dan c
b dan c
2 Kurang Berani Memenuhi 1 syarat a saja
b saja
c saja
1 Tidak Berani Tidak ada syarat yang
memenuhi
-
80
Ibid., h. 37. 81
Ibid., h. 38.
51
3. Teknik Catatan Lapangan (field notes)
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
tentang aspek pembelajaran di kelas, pemgelolaan kelas, interaksi guru
dengan siswa, interaksi antar sesama siswa, dan aspek lainnya yang
digunakan sebagai sumber data PTK. Hal ini merupakan validitas internal
dari PTK. Catatan lapangan juga dapat digunakan untuk membantu
mencatat hasil wawancara.82
4. Dokumentasi (foto/video)
Pengambilan dokumentasi dalam bentuk foto/video untuk
mempermudah jalannya proses pembelajaran, agar guru lebih mengetahui
keterampilan masing-masing siswa dalam menyampaikan pendapat atau
gagasan.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Untuk memeriksa keabsahan dan keterpercayaan data penelitian,
peneliti penggunakan teknik Credibility dan Confirmability (Objektivitas)..
Adapun tindakan yang dilakukan adalah:
1. Perpanjangan keikutsertaan
Melalui teknik ini peneliti dapat menguji ketidakbenaran informasi
yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri
maupun responden. Hal ini dilakukan dengan cara:
a. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik tentang
kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya
b. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
2. Ketekunan Pengamatan
Teknik ini digunakan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Hal ini dilakukan dengan cara:
a. Pengambilan data dari berbagai sumber, yaitu peneliti, guru dan siswa
82
Kunandar, Op. cit., h. 198.
52
b. Penggunaan berbagai alat atau instrumen agar data yang terkumpul
lebih akurat
3. Objektivitas
Objektivitas dalam penelitian kualitatif menurut Sukmadinata
(2007), berarti jujur, peneliti mencatat apa yang dilihat, didengar,
ditangkap, dan dirasakan berdasarkan persepsi dan keyakinan dia, tidak
dibuat-buat atau direka-reka. Hal ini dilakukan dengan cara menggunakan
berbagai metode atau cara analisis, sehingga data yang terkumpul dapat
dipercaya. Dalam hal ini bisa dilakukan pengamatan, dan pengambilan
gambar dalam bentuk foto atau video.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif dengan
mendeskripsikan data hasil observasi selama pelaksanaan tindakan dengan
menghitung persentase ketuntasan. Dalam analisis ini, hasil dari keberanian
berpendapat diberi skor angka dan dimasukkan pada tabel statistik, kemudian
dicari skor rata-rata dalam satu kelas yang digunakan sebagai objek
penelitian. Rumus perhitungan untuk mencapat prosentase sebagai berikut:
P =
x 100% Ket. : P = Angka presentase
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N= Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).83
Untuk menganalisis dan menginterpretasikan data dapat
menggunakan tabel konversi sebagai berikut.
Tabel 3.7 : Konversi Nilai84
Interval Nilai Kategori Makna
81 – 100 A Sangat Baik
61 – 80 B Baik
83
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 40.
84 Saur M. Tampubolon, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h.
166.
53
41 – 60 C Cukup
21 – 40 D Kurang Baik
0 - 20 E Sangat Tidak Baik
Data kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil observasi. Hasil
observasi dari tindakan awal, siklus I sampai siklus III diberi perbandingan.
Dari hasil perbandingan tersebut akan diketahui peningkatan keberanian
berpendapat. Data kualitatif ini akan memberikan gambaran mengenai siswa
yang mengalami kesulitan dalam berpendapat. Analisis data observasi
keberanian berpendapat disajikan dengan tabel berikut ini:
Tabel 3.8 : Analisis Data
No Nama
Siswa
Objek yang diamati
Jumlah Mengemukakan
Pendapat
Menyampaikan
pertanyaan
Menjawab
pertanyaan
1
2
3
4
Dst.
Skor Akhir
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari setiap
pelaksanaan siklus dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik
presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini menempatkan indikator
keberhasilan sebagai berikut.
1) Keberanian berpendapat, dengan menganalisis hasil observasi keberanian
berpendapat siswa. Penelitian ini dikatakan berhasil jika terjadi
peningkatan mencapai 75%. Presentase ini diambil atas kesepakatan
peneliti dengan guru kelas (observer) yang didasarkan pada kondisi dan
kemampuan siswa.
2) Implementasi keberanian berpendapat dengan metode pembelajaran Time
Token Arends 1998. Telah terjadi perubahan perilaku setelah mengikuti
54
pembelajaran yang dilihat dari data melalui observasi atau hasil
pengamatan siswa ke arah yang positif dan semakin meningkatnya
keterlaksanaan pembelajaran oleh guru.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan
keberanian berpendapat siswa pada PKn Globalisasi, maka akan
ditindaklanjuti dengan melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana
perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah
melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan
belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus II dan
seterusnya. Penelitian ini berakhir apabila peneliti menyadari bahwa
penelitian ini telah berhasil meningkatkan keberanian berpendapat siswa
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token arends
1998.
55
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDI Harapan Ibu, Pondok
Pinang, Jakarta Selatan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti
melakukan kegiatan prapenelitian dengan melakukan observasi langsung
ke sekolah tempat meneliti. Kegiatan ini merupakan langkah awal yang
dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas. Dalam
kegiatan prapenelitian, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas
yang juga sebagai pengajar mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan,
melakukan pengamatan aktivitas belajar mengajar di kelas, mengamati
keberanian berpendapat siswa dalam pembelajaran PKn, dan
mendiskusikan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends
1998 yang akan digunakan dalam penelitian dengan guru, serta melakukan
persiapan-persiapan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara prasiklus, diperoleh
informasi bahwa model pembelajaran yang digunakan guru dalam
mengajar PKn di kelas adalah dengan menggunakan metode ceramah,
kerja kelompok, dan tanya jawab saja. Hal ini menjadi penyebab
rendahnya keberanian berpendapat siswa dalam proses pembelajaran PKn,
hanya terlihat sedikit siswa yang berani berpendapat, baik dalam bertanya,
menjawab, dan berpendapat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas yang juga sebagai
pengajar mata pelajaran PKn, ditentukan kelas IV-D ini sebagai kelas yang
cocok untuk dilakukan penelitian tindakan kelas, terkait dengan
keberanian berpendapat siswa dalam PKn yang masih rendah.
56
2. Penelitian Siklus I
a. Perencanaan:
1) Merancang skenario pembelajaran PKn dengan KD 4.1
memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di
lingkungannya
2) Membuat RPP dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Time Token Arends 1998
3) Menyiapkan Token (kupon bicara)
4) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung
5) Menyiapkan instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
Instrumen yang digunakan meliputi Lembar observasi
keberanian berpendapat, lembar observasi aktivitas belajar
siswa dan aktivitas mengajar guru yang digunakan pada
setiap pertemuan.
b. Pelaksanaan
Proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 2
pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe time token arends 1998, yaitu:
1) Pertemuan ke-1
(a) Pendahuluan
Pada pertemuan pertama, semua siswa sudah duduk dengan
tertib, namun posisi tempat duduk belum disiapkan
membentuk kelompok. Kemudian guru membagi kelas ke
dalam 4 kelompok yang masing-masing beranggotakan 5
orang siswa. Dalam penentuan anggota kelompok dilakukan
secara heterogen pada masing-masing kelompok
berdaasarkan jenis kelamin dan kemampuan siswa.
Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan disampaikan serta menjelaskan tahap-tahap
pembelajaran yang akan disampaikan yaitu belajar secara
57
berdiskusi dan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe time token arends 1998 untuk meningkatkan
keberanian berpendapat siswa dalam pembelajaran PKn.
Tidak lupa guru juga memberikan kupon bicara untuk setiap
siswa yang berjumlah tiga kupon bicara untuk setiap siswa.
Guru juga memberitahukan kepada siswa yang telah selesai
mengungkapkan pendapat, bertanya, atau menjawab
pertanyaan untuk memasukkan token (kupon bicara) kepada
tempat yang tersedia di masing-masing kelompoknya.
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh 3 (tiga) orang
observer yang terdiri dari 1 guru kelas dan 2 orang
mahasiswa. Peneliti menggunakan 3 orang observer agar
proses observasi lebih terfokus dan hasil observasi yang
dilakukan lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
(b) Kegiatan Inti
Pada pertemuan pertama, peneliti yang menjadi guru
sebelumnya melakukan apersepsi diawal pembelajaran
dengan menanyakan kegiatan yang dilakukan pada pagi hari
tadi sebelum mereka berangkat sekolah. Belum banyak
siswa yang menjawab pertanyaan atau stimulus dari guru.
Kemudian siswa diminta mengamati gambar persoalan
faktual terkait globalisasi. Siswa dapat memberikan
pendapatnya dan menjawab pertanyaan dari guru terkait
dengan gambar tersebut menggunakan token (kartu bicara)
yang telah diberikan. Selanjutnya, guru mempersilahkan
siswa untuk melakukan diskusi bersama kelompoknya
dengan membahas dua bahasan mengenai globalisasi, yaitu
fenomena “ojek online” dan “penggunaan gadged pada anak
sekolah”. Kelompok 1 dan 3 membahas mengenai “ojek
online” dan kelompok 2 dan 4 membahas mengenai
58
“penggunaan gadged pada anak sekolah”. Guru
memberikan waktu untuk berdiskusi dan membimbing
siswa dalam pelaksanaan diskusi. Namun pada saat diskusi
dalam kelompoknya masing-masing masih ada beberapa
anggota kelompok yang tidak aktif dalam berdiskusi, hanya
ada satu atau dua orang saja yang melakukan diskusi.
Setelah itu, guru memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan
meminta semua siswa untuk memberikan pendapat terkait
hasil diskusi dan hasil jawaban dari kelompok lain melalui
kupon bicara yang sudah diberikan. Namun sebagian siswa
ada yang masih belum mengerti proses pembelajaran
dengan diterapkannya langkah-langkah model pembelajaran
time token arends 1998. Banyak siswa yang belum berani
memberikan tanggapannya dan jawaban dari pertanyaan
yang disampaikan oleh guru. Hal ini dikarenakan ada
sebagian siswa yang tidak ikut berdiskusi dalam
kelompoknya, sehingga tidak paham apa yang dibahas dan
didiskusikan.
(c) Kegiatan Akhir
Guru menutup pelajaran dengan memotivasi siswa agar
lebih aktif lagi berdiskusi dalam kelompok kecil dan dalam
kelompok besar dengan lebih aktif dalam berpendapat,
bertanya, dan menjawab pertanyaan. Dan tidak lupa guru
memberikan pujian kepada anak yang sudah aktif agar
selalu aktif dan berani berpendapat dalam pelajaran PKn
selanjutnya. Serta tidak lupa guru memberitahukan bagi
siswa yang masih memegang kupon di akhir pertemuan
selanjutnya, akan mendapatkan hukuman berupa bernyanyi
dengan lirik globalisasi di depan kelas.
59
2) Pertemuan ke-2
(a). Pendahuluan
Pada pertemuan kedua, sama halnya dengan pertemuan
pertama, peneliti sebagai guru dan dibantu oleh tiga orang
observer yang terdiri dari satu guru kelas dan dua orang
mahasiswa. Guru memberikan token (kupon berbicara) kepada
semua siswa. Sebelumnya, guru memutar lagu yang berjudul
globalisasi, agar para siswa mulai terbiasa untuk
melakukanpembelajaran pada BAB Globalisasi ini. Pembahasan
yang akan dibahas pada pertemuan ini adalah tentang sikap
terhadap pengaruh globalisasi dan menyebutkan dampak positif
dan negatif pengaruh globalisasi dalam bidang kebudayaan dan
ekonomi.
(b) Kegiatan Inti
Sama seperti pertemuan pertama, peneliti yang menjadi
guru sebelumnya melakukan apersepsi di awal pembelajaran
dengan menanyakan siapa yang pagi tadi memainkan
handphone sebelum berangkat sekolah serta apa yang dilakukan
menggunakan handphone. Pada pertemuan ini sudah cukup
banyak siswa yang menjawab pertanyaan atau stimulus dari
guru. Kemudian siswa diminta mengamati video persoalan
faktual terkait globalisasi dalam bidang budaya dan ekonomi.
Siswa dapat memberikan pendapatnya dan menjawab
pertanyaan dari guru terkait dengan video tersebut menggunakan
token (kartu bicara) yang telah diberikan. Selanjutnya, guru
mempersilahkan siswa untuk melakukan diskusi bersama
kelompoknya dengan membahas dua bahasan mengenai
globalisasi, yaitu fenomena “kebudayaan lokal yang harus
diperkuat” dan “online shop”. Kelompok 1 dan 3 membahas
mengenai “kebudayaan lokal yang harus diperkuat” dan
60
kelompok 2 dan 4 membahas mengenai “online shop”. Guru
memberikan waktu untuk berdiskusi dan membimbing siswa
dalam pelaksanaan diskusi. Pada pertemuan ini, siswa terlihat
kompak dan aktif dalam berdiskusi di kelompoknya masing-
masing. Walaupun masih terlihat ada beberapa siswa yang tidak
aktif dan kompak dalam kelompoknya. Hampir semua anggota
kelompok memberikan gagasan dan pendapatnya mengenai
pembahasan yang dibahas kelompoknya. Setelah itu, guru
memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta semua siswa
untuk memberikan pendapat terkait hasil diskusi dan hasil
jawaban dari kelompok lain melalui kupon bicara yang sudah
diberikan. Dalam diskusi ini, sudah cukup banyak siswa yang
memberikan tanggapannya terhadap kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya, serta menambahkannya.
Namun, masih terlihat ada sebagian siswa yang masih saja malu
dan enggan untuk memberikan pendapatnya baik bertanya
maupun menjawab pertanyaan.
(c) Kegiatan Akhir
Sebelum menutup pelajaran, guru memberi kesempatan
siswa untuk bertanya mengenai materi yang kurang jelas. Tidak
lupa guru memberikan pujian bagi mereka yang mulai berani
mengeluarkan pendapatnya, baik bertanya maupun menjawab.
Dan memberikan motivasi bagi siswa yang kurang/belum
mengeluarkan gagasan atau pendapatnya. Guru memberikan
soal evaluasi.
c. Observasi
Tahap observasi ini dilakukan bersamaan dengan
berlangsungnya tahap pelaksanaan tindakan. Tahap ini dilakukan
oleh peneliti dan dibantu oleh para observer yang mengamati dan
61
mencatat seluruh kejadian yang dilakukan siswa dalam
mengungkapkan pendapatnya pada pelajaran PKn materi
globalisasi.
1) Lembar observasi keberanian berpendapat
Dalam penelitian ini, lembar observasi keberanian
berpendapat siswa digunakan untuk mengetahui peningkatan
keberanian berpendapat siswa dalam pelajaran PKn Globalisasi
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time
token arends 1998 yang berlangsung selama siklus I.
Tabel 4.1 : Rekapitulasi Skor Observasi Keberanian
Berpendapat Siklus 1 Pertemuan 1
No Nama Siswa
Objek yang diamati
Jumlah Mengemuk
akan
Pendapat
Menyampai
kan
pertanyaan
Menjawab
pertanyaa
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Dyah
Kaira
Linka
Hafizha
Annisa
Nayla
Dimas
Mofal
Najla
Daffa
Salsa
Leony
Keysa
Zahira
Haikal
Raissa
Navaya
1
1
1
4
1
1
4
1
2
1
2
3
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
2
3
1
1
1
1
3
3
3
6
3
3
6
3
6
3
4
6
8
3
3
3
3
62
18
19
Faidz
Namira
4
3
4
1
3
2
11
5
Skor Akhir 85
Tabel 4.2 : Rekapitulasi Skor Observasi Keberanian
Berpendapat Siklus 1 Pertemuan 2
No Nama Siswa
Objek yang diamati
Jumlah Mengemuk
akan
Pendapat
Menyampai
kan
pertanyaan
Menjawab
pertanyaa
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Dyah
Kaira
Linka
Hafizha
Annisa
Nayla
Dimas
Mofal
Najla
Daffa
Salsa
Leony
Keysa
Zahira
Haikal
Raissa
Navaya
Faidz
Namira
4
1
2
3
1
3
3
1
2
1
1
2
2
3
1
3
1
2
2
1
3
1
2
2
1
3
3
3
1
3
2
3
1
1
1
1
3
1
2
4
2
1
2
1
3
1
2
1
4
4
4
2
1
1
2
3
3
7
8
5
6
5
5
9
5
7
3
8
8
9
6
3
5
4
8
6
Skor Akhir 117
63
Tabel 4.3 : Rata-rata Observasi Keberanian Berpendapat Siklus I
No Nama Pertemuan 1 Pertemuan 2 (∑) (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Dyah
Kaira
Linka
Hafizha
Annisa
Nayla
Dimas
Mofal
Najla
Daffa
Salsa
Leony
Keysa
Zahira
Haikal
Raissa
Navaya
Faidz
Namira
3
3
3
6
3
3
6
3
6
3
4
6
8
3
3
3
3
11
5
7
8
5
6
5
5
9
5
7
3
8
8
9
6
3
5
4
8
6
10
11
8
12
8
8
15
8
13
6
12
14
17
9
6
8
7
19
11
41,67
45,83
33,33
50
33,33
33,33
62,5
33,33
54,17
25
50
58,33
70,83
37,5
25
33,33
29,17
79,17
45,83
Jumlah (∑) 85 117 202 44,30
Presentase (%) 37,28 51,32
Rata-rata 44,30
Tabel 4.4 : Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
No. Objek yang diamati Pertemuan ke- (∑) (%)
1 2
1 Siswa membentuk ke
dalam beberapa kelompok
3
3
6 75
2 Siswa menyampaikan
pertanyaan, jawaban, dan
1 2 3 37,5
64
pendapatnya atas stimuus
guru
3 Siswa melakukan
pembelajaran sesuai
dengan media
2 3 5 62,5
4 Siswa berdiskusi mengenai
kejadian faktual mengenai
globalisasi
2 3 5 62,5
5 Siswa mendeskripsikan
hasil diskusi kelompoknya
di depan kelas
2 2 4 50
6 Siswa menyampaikan
pendapatnya dengan
alasan yang jelas
1 2 3 37,5
7 Siswa menanyakan hal-hal
yang belum dimengerti
kepada guru (konfirmasi)
1 2 3 37,5
8 Siswa bersama guru
menutup pelajaran
3 3 6 75
Jumlah (∑) 15 20 54,69 %
Persentase (%) 46,88 62,5
Rata-rata 54,69 %
Berdasarkan tabel di atas terkait dengan kegiatan aktivitas belajar
siswa, terlihat tidak semua siswa mengikuti setiap aspek yang diamati
dalam lembar observasi. Sesuai dengan data yang diperoleh terjadi
peningkatan hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dilakukan selama
siklus I dengan presentasi nilai 46,88 % - 62,5 %, sehingga dapat diketahui
hasil rata-rata aktifitas belajar siswa pada siklus I adalah 54, 69 %.
65
Tabel 4.5 : Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru
No. Objek yang diamati Pertemuan ke- (∑) (%)
1 2
1 Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok
2 3 5 62,5
2 Guru melakukan apersepsi
yang menstimulus siswa
untuk bertanya, menjawab,
atau berpendapat
3 3 6 75
3 Guru menggunakan media
yang sesuai
2 3 5 62,5
4 Guru mengkondisikan
siswa untuk berdiskusi
mengenai kejadian faktual
mengenai globalisasi
3 3 6 75
5 Guru memantau kegiatan
diskusi siswa
3 3 6 75
6 Guru menggunakan
metode pembelajaran yang
sesuai dengan RPP
3 3 6 75
7 Guru memberikan
kesempatan siswa untuk
bertanya, dan guru
membelikan timbal balik
2 3 5 62,5
8 Guru menutup pelajaran 3 3 6 75
Jumlah (∑) 21 24 70,3 %
Persentase (%) 65,6 75
Rata-rata 70,3 %
66
Berdasarkan tabel di atas terkait dengan kegiatan aktivitas
mengajar guru, guru mengikuti setiap aspek yang diamati dalam lembar
observasi dan melakukan langkah-langkah yang tersusun di dalam RPP.
Sesuai dengan data yang diperoleh terjadi peningkatan hasil observasi
aktivitas mengajar guru yang dilakukan selama siklus I dengan presentasi
nilai 65,6 % - 75 %, sehingga dapat diketahui hasil rata-rata aktivitas
mengajar guru pada siklus I adalah 70,3 %.
4) Catatan Lapangan
Proses pengamatan lainnya berbentuk catatan lapangan. Catatan
lapangan tersebut mencatat semua kondisi siswa dan kejadian selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998. Berdasarkan
pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung diperoleh catatan
mengenai kondisi siswa sebagai berikut:
Tabel 4.6 : Hasil Pengamatan Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan 1
No Tindakan Kondisi Siswa
1 Apersepsi
(Pemberian
stimulus)
- Siswa terlihat sulit dan lama dalam
membentuk kelompok
- Banyak siswa yang kurang memperhatikan
penjelasan guru mengenai langkah-langkah
Pembelajaran time token arends 1998
- Masih sedikit siswa yang menanggapi
stimulus guru
2 Berpendapat,
bertanya, dan
menjawab
(Diskusi)
- Didominasi oleh siswa yang terbiasa aktif &
berani berpendapat
- Beberapa siswa terlihat mengandalkan
temannya dalam berdiskusi
- Sebagian siswa terlihat malu untuk
berpendapat, bertanya, dan menjawab
67
- Siswa terlihat masih ragu dalam
menyampaikan pendapatnya.
3 Refleksi - Keberanian berpendapat siswa terlihat masih
kurang
Tabel 4.7 : Hasil Pengamatan Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan 2
No Tindakan Kondisi Siswa
1 Apersepsi
(Pemberian
stimulus)
- Siswa sudah duduk berkelompok sejak
pelajaran belum dimulai
- Siswa memperhatikan video lagu globalisasi,
karena lirik dari lagu tersebut berisi
pengertian globalisasi
- Siswa bertanya tentang lirik lagu tersebut
2 Berpendapat,
bertanya, dan
menjawab
(Diskusi)
- Terlihat lebih aktif dan sebagian siswa telah
berani mengungkapkan pendapatnya
- Cukup banyak siswa yang menjawab
stimulus dari guru
- Siswa cukup antusias dalam berdiskusi,
memberikan gagasannya dalam diskusi
kelompok
- Percaya diri dalam menyampaikan hasil
diskusi dan menanggapinya
3 Refleksi - Keberanian berpendapat siswa terlihat mulai
meningkat
5) Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran siklus
I selesai. Wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap
keberanian berpendapat siswa pada pelajaran PKn Globalisasi dengan
68
menggunakan moleh pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa berdasarkan tingkat keberanian berpendapatnya yang berbeda-beda
dalam belajar PKn. Hasil wawancara sebagaimana dijelaskan pada tabel
berikut:
Tabel 4.8 : Hasil Wawancara Setelah Tindakan Siklus I
No Pertanyaan
Tingkat Keberanian Berpendapat Siswa
Tinggi Sedang Rendah
1 Bagaimana perasaan
kalian setelah belajar
PKn dengan model
pembelajaran Time
Token ?
Sedikit ada
perubahan
senang Ada
2 Apakah belajar dengan
model pembelajaran
Time Token
membuatmu lebih
mudah memahami
pelajaran PKn
Globalisasi?
Ya Ya Ya
3 Apakah belajar dengan
model pembelajaran
Time Token
membuatmu lebih
berani berpendapat?
Ya Ya Ya
4 Apa kesulitanmu
dalam berpendapat
dalam pelajaran PKn
dengan model
pembelajaran Time
Token?
Kuponnya
terlalu
sedikit
Kelasnya
jadi ramai
dan berisik
Kadang-
kadang
masih belum
percaya diri
69
Dari hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa beberapa siswa
mulai antusias dan senang,hal tersebut menandakan bahwa keberanian
berpendapat siswa mulai meningkat pada pelajaran PKn Globalisasi
dengan model pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998.
d. Refleksi
Pada siklus I, keberanian berpendapat siswa pada pelajaran PKn
Globalisasi dalam memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di
lingkungannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
time token arends 1998 diperoleh hasil observasi aktivitas siswa dan
observasi aktivitas guru yang dinilai masih kurang. Dan juga berdasarkan
hasil observasi keberanian berpendapat siswa menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998 terihat masih belum
mencapai kriteria ketuntasan penelitian yang telah ditentukan yaitu sebesar
75 %. Oleh karena itu, keberanian berpendapat siswa dalam PKn
globalisasi perlu ditingkatkan lagi melalui perbaikan-perbaikan tindakan
yang telah dilaksanakan untuk diterapkan pada siklus II. Adapun
perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 : Tindakan Perbaikan pada Siklus I
No Aspek Perbaikan
1 Mengemukakan
Pendapat
- Untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa
dalam berpendapat, guru harus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mempertajam pendapatnya agar siswa
menjadi lebih berani dan percaya diri.
- Memberi perhatian serius kepada anak yang
sedang berpendapat.
- Latar/ruangan kelas juga dikondisikan sesuai
70
dengan rencana pembelajaran.
- Memberikan pujian kepada siswa yang
mulai berapi berpendapat,serta memberikan
motivasi bagi siswa yang masih kurang atau
belum berani berpendapat.
2 Menyampaikan
Pertanyaan
- Kelompok siswa dikondisikan agar dapat
terjadi proses diskusi yang lebih maksimal
sehingga siswa diharapkan mampu
memberikan pertanyaan yang baik dengan
percaya diri (menciptakan suasana
demokrasi)
3 Menjawab
Pertanyaan
- Memberikan stimulus-stimulus yang dapat
merangsang siswa untuk dapat menjawab
pertanyaan dari teman atau guru (memberi
pertanyaan terbuka)
- Memberikan punishment kepada siswa yang
belum dapat memberikan pendapatnya
berupa bernyanyi lagu globalisasi di depan
kelas.
Berdasarkan refleksi dan perbaikan tindakan pembelajaran pada siklus I
diketahui bahwa keberanian berpendapat pada pelajaran PKn Globalisasi siswa
dilihat masih kurang. Hal tersebut dapat ditunjukkan pula berdasarkan data hasil
observasi keberanian berpendapat siswa dengan presentase 44, 30 % atau
termasuk kategori “Cukup”, dan pada data hasil observasi akrivitas belajar siswa
sebesar 54,69 % dengan kategori “Cukup”. Berdasarkan data tersebut, dapat
dijelaskan dan menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan
belum mencapai kriteria ketercapaian yang telah ditentukan yaitu skor presentase
rata-rata observasi keberanian berpendapat siswa minimal sebesar 75 % dengan
71
kategori “Baik”, maka perlu dilanjutkan tindakan pembelajaran pada siklus
berikutnya dengan hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan perbaikan.
3. Penelitian Siklus II
a) Perencanaan
Berdasarkan refleksi dari siklus I mengenai keberanian
berpendapat siswa, dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn
Globalisasi, maka dilakukan perbaikan untuk pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II ini. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini
adalah menyusun dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Selain itu, peneliti juga menyiapkan instrumen-instrumen
penelitian berupa lembar observasi keberanian berpendapat, lembar
observasi aktivitas belajar siswa, dan lembar observasi aktivitas mengajar
guru, dan catatan lapangan.
Pada siklus II ini target yang diharapkan adalah meningkatnya
keberanian berpendapat siswa pada pelajaran PKn Globalisasi dengan
menunjukkan rata-rata presentase observasi keberanian berpendapat siswa
mencapai 75 % atau lebih.
b) Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-1
(a) Pendahuluan
Pada pertemuan ini, bahasan yang akan dibahas adalah
pengaruh globalisasi dalam bidang pendidikan (Pendidikan
Islam). Sebagaimana pada pertemuan-pertemuan sebelumnya,
seperti biasa peneliti bertindak sebagai guru, dan dibantu oleh 3
(tiga) orang observer yang terdiri dari satu guru kelas dan dua
mahasiswa yang berperan mengamati keberanian siswa dalam
berpendapat, mengamati aktivitas belajar siswa dan guru
kemudian mencatatnya ke dalam lembar observasi yang telah
disediakan.
72
Pada siklus ini, peneliti menggunakan ruangan audiovisual
sebagai tempat belajar dan membentuk siswa menjadi dua
kelompok besar. Hal ini ditujukan agar siswa lebih terfokus untuk
melakukan pembelajaran, diskusi, melihat tampilan yang peneliti
tampilkan di proyektor, dan menghindari suara riuh dari luar yang
dapat mengganggu konsentrasi dan perhatian siswa ketika
pembelajaran sedang berlangsung. Guru pun kembali
menampilkan video lagu globalisasi, agar siswa terbiasa dan
mengingatkan bahwa jika diakhir pembelajaran masih terdapat
siswa yang memegang kuponnya, maka akan mendapatkan
punishment berupa menyanyikan lagu tersebut di depan kelas.
(b) Kegiatan Inti
Sama seperti pertemuan sebelumnya, peneliti yang menjadi
guru sebelumnya melakukan apersepsi di awal pembelajaran
dengan menanyakan siapa yang pagi tadi berangkat sekolah
menaiki kendaraan, baik kendaraan umum maupun pribadi serta
menanyakan apa saja yang dilakukan di dalam kendaraan
tersebut. Pada pertemuan ini sudah banyak siswa yang menjawab
pertanyaan atau stimulus dari guru. Kemudian siswa diminta
mengamati video persoalan faktual terkait globalisasi dalam
bidang pakaian dan teknologi. Siswa dapat memberikan
pendapatnya dan menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan
video tersebut menggunakan token (kartu bicara) yang telah
diberikan. Selanjutnya, guru mempersilahkan siswa untuk
melakukan diskusi bersama kelompoknya dengan membahas
bahasan mengenai globalisasi dalam bidang pendidikan, yaitu
“Pesantren dalam Era Globalisasi”. Setiap kelompok diminta
berdiskusi mengenai bahasan tersebut serta menyiapkan
pertanyaan mengenai bahasan tersebut. Guru memberikan waktu
untuk berdiskusi dan membimbing siswa dalam pelaksanaan
73
diskusi. Pada pertemuan ini, siswa terlihat kompak dan aktif
dalam berdiskusi di kelompoknya masing-masing dan setiap
siswa terlihat serius membaca dan berusaha untuk memahami dan
membuat pertanyaan yang akan diajukan nanti. Hampir semua
anggota kelompok memberikan gagasan dan pendapatnya
mengenai pembahasan yang dibahas kelompoknya. Setelah itu,
guru memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta semua
siswa untuk memberikan pendapat terkait hasil diskusi dan hasil
jawaban dari kelompok lain melalui kupon bicara yang sudah
diberikan. Dalam diskusi ini sudah cukup banyak siswa yang
memberikan tanggapannya terhadap kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya, serta menambahkannya.
Suasana kelas pun menjadi ramai dan agak riuh karena banyak
siswa yang ingin membacakan pertanyaannya dan menjawab serta
menanggapinya
. .
(c) Kegiatan Akhir
Sebelum menutup pelajaran, guru menanyakan kepada
siswa siapa yang masih memegang kupon dan mengingatkan
siswa yang masih memegang untuk bersiap-siap untuk menjalani
hukuman dengan bernyanyi lagu globalisasi nanti ketika pelajaran
sudah ditutup. Diharapkan dengan mendapatkan hukuman berupa
bernyanyi, siswa menjadi lebih termotivasi dan berani dalam
mengungkapkan pendapatnya pada pertemuan berikutnya.
Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya mengenai
materi yang kurang jelas. Tidak lupa guru memberikan pujian
bagi mereka yang mulai berani mengeluarkan pendapatnya, baik
bertanya maupun menjawab. Dan memberikan motivasi bagi
siswa yang kurang/belum mengeluarkan gagasan atau
pendapatnya.
74
3) Pertemuan ke-2
(a). Pendahuluan
Pada pertemuan ini, bahasan yang akan dibahas adalah pengaruh
globalisasi dalam bidang kebudayaan daerah. Sebagaimana pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya, seperti biasa peneliti bertindak
sebagai guru, dan dibantu oleh 3 (tiga) orang observer yang terdiri dari
satu guru kelas dan dua mahasiswa yang berperan mengamati
keberanian siswa dalam berpendapat, mengamati aktivitas belajar siswa
dan guru kemudian mencatatnya ke dalam lembar observasi yang telah
disediakan.
(b) Kegiatan Inti
Sama seperti pertemuan pertama, peneliti yang menjadi guru
sebelumnya melakukan apersepsi diawal pembelajaran dengan
menanyakan siapa yang tahu budaya-budaya daerah yang ada di
Indonesia, kalian berasal dari suku dan kebudayaan mana, dan
apakan kalian lebih hafal budaya sendiri atau budaya yang berasal
dari luar negeri. Pada pertemuan ini sudah cukup banyak siswa
yang menjawab pertanyaan atau stimulus dari guru. Kemudian
siswa diminta mengamati video persoalan faktual terkait globalisasi
dalam bidang budaya. Siswa dapat memberikan pendapatnya dan
menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan video tersebut
menggunakan token (kartu bicara) yang telah diberikan.
Selanjutnya, guru mempersilahkan siswa untuk melakukan diskusi
bersama kelompoknya dengan membahas bahasan mengenai
globalisasi dalam bidang budaya yaitu sebuah berita berjudul
”budaya daerah kurang perhatian”. Setiap kelompok diminta
berdiskusi mengenai bahasan tersebut serta menyiapkan pertanyaan
mengenai bahasan tersebut. Guru memberikan waktu untuk
berdiskusi dan membimbing siswa dalam pelaksanaan diskusi.
Pada pertemuan ini, siswa terlihat kompak dan aktif dalam
berdiskusi di kelompoknya masing-masing dan setiap siswa terlihat
75
serius membaca dan berusaha untuk memahami dan membuat
pertanyaan yang akan diajukan nanti. Hampir semua anggota
kelompok memberikan gagasan dan pendapatnya mengenai
pembahasan yang dibahas kelompoknya. Setelah itu, guru
memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta semua siswa
untuk memberikan pendapat,bertanya,maupun memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada terkait hasil diskusi
dan hasil jawaban dari kelompok lain melalui kupon bicara yang
sudah diberikan. Dalam diskusi ini sudah cukup banyak siswa yang
memberikan tanggapannya terhadap kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya, serta menambahkannya.
Suasana kelas pun menjadi ramai dan agak riuh karena banyak
siswa yang ingin membacakan pertanyaannya dan menjawab serta
menanggapinya. Tidak jarang juga ada siswa yang menyesal karena
kupon bicaranya habis.
(c) Kegiatan Akhir
Sebelum menutup pelajaran, guru memberi kesempatan siswa
untuk bertanya mengenai materi yang kurang jelas. Tidak lupa guru
memberikan pujian bagi mereka yang mulai berani mengeluarkan
pendapatnya, baik bertanya maupun menjawab. Dan memberikan
motivasi bagi siswa yang kurang/belum mengeluarkan gagasan atau
pendapatnya. Guru memberikan soal evaluasi.
e. Observasi
Tahap observasi ini dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya
tahap pelaksanaan tindakan. Tahap ini dilakukan oleh peneliti dan
dibantu oleh para observer yang mengamati dan mencatat seluruh
kejadian yang dilakukan siswa dalam mengungkapkan pendapatnya
pada pelajaran PKn materi globalisasi.
76
1) Lembar observasi keberanian berpendapat
Dalam penelitian ini, lembar observasi keberanian berpendapat
siswa digunakan untuk mengetahui peningkatan keberanian berpendapat
siswa dalam pelajaran PKn Globalisasi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998 yang berlangsung
selama siklus II.
Tabel 4.10 : Rekapitulasi Skor Observasi Keberanian
Berpendapat Siklus II Pertemuan 1
No Nama Siswa
Objek yang diamati
Jumlah Mengemuk
akan
Pendapat
Menyampai
kan
pertanyaan
Menjawab
pertanyaa
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Dyah
Kaira
Linka
Hafizha
Annisa
Nayla
Dimas
Mofal
Najla
Daffa
Salsa
Leony
Keysa
Zahira
Haikal
Raissa
Navaya
Faidz
Namira
2
4
2
3
2
1
4
3
3
1
3
3
4
1
1
1
1
4
3
4
4
3
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
3
1
3
2
4
3
3
4
3
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
3
1
3
3
4
4
9
12
8
11
8
7
12
10
11
7
10
10
12
7
3
7
6
12
10
Skor Akhir 172
77
Rata–rata siswa =
= 75,44%
Tabel 4.11 : Rekapitulasi Skor Observasi Keberanian
Berpendapat Siklus II Pertemuan 2
No Nama Siswa
Objek yang diamati
Jumlah Mengemuk
akan
Pendapat
Menyampai
kan
pertanyaan
Menjawab
pertanyaa
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Dyah
Kaira
Linka
Hafizha
Annisa
Nayla
Dimas
Mofal
Najla
Daffa
Salsa
Leony
Keysa
Zahira
Haikal
Raissa
Navaya
Faidz
Namira
2
4
2
3
2
2
4
3
3
2
3
3
4
2
1
2
1
4
3
4
4
3
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
3
1
3
2
4
3
3
4
3
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
3
2
3
3
4
4
9
12
8
11
8
8
12
10
11
8
10
10
12
8
4
8
6
12
10
Skor Akhir 177
Rata–rata siswa =
78
= 77,63%
Tabel 4.12 : Tabel Rata-rata Observasi Keberanian Berpendapat Siklus II
No Nama Pertemuan 1 Pertemuan 2 (∑) (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Dyah
Kaira
Linka
Hafizha
Annisa
Nayla
Dimas
Mofal
Najla
Daffa
Salsa
Leony
Keysa
Zahira
Haikal
Raissa
Navaya
Faidz
Namira
9
12
8
11
8
7
12
10
11
7
10
10
12
7
3
7
6
12
10
9
12
8
11
8
8
12
10
11
8
10
10
12
8
4
8
6
12
10
18
24
16
22
16
15
24
20
22
15
20
20
24
15
7
15
12
24
20
75
100
66,67
91,67
66,67
62,5
100
83,33
91,67
62,5
83,33
83,33
100
62,5
29,17
62,5
50
100
83,33
Jumlah (∑) 172 177 349 76,54
Presentase (%) 75,44 77,63
Rata-rata 76,54
Tabel 4.13 : Lembar observasi aktivitas belajar siswa
No. Objek yang diamati Pertemuan ke- (∑) (%)
1 2
1 Siswa membentuk ke 4 4 8 100
79
dalam beberapa kelompok
2 Siswa menyampaikan
pertanyaan, jawaban, dan
pendapatnya atas stimuus
guru
4 4 8 100
3 Siswa melakukan
pembelajaran sesuai
dengan media
3 3 6 75
4 Siswa berdiskusi mengenai
kejadian faktual mengenai
globalisasi
3 4 7 87,5
5 Siswa mendeskripsikan
hasil diskusi kelompoknya
di depan kelas
3 3 6 75
6 Siswa menyampaikan
pendapatnya dengan
alasan yang jelas
3 3 6 75
7 Siswa menanyakan hal-hal
yang belum dimengerti
kepada guru (konfirmasi)
3 3 6 75
8 Siswa bersama guru
menutup pelajaran
4 4 8 100
Jumlah (∑) 27 28 55 85,94
Persentase (%) 84,38 87,5
Rata-rata 85,94
Berdasarkan tabel di atas, terkait dengan kegiatan aktivitas belajar
siswa, terlihat hampir seluruh siswa mengikuti setiap aspek yang diamati
dalam lembar observasi. Sesuai dengan data yang diperoleh, hasil
80
observasi aktivitas belajar siswa yang dilakukan selama siklus II dengan
presentasi nilai 84,38 % - 87,5% sehingga dapat diketahui hasil rata-rata
aktifitas belajar siswa pada siklus II adalah 85,94 %.
Tabel 4.14 : Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru
No. Objek yang diamati Pertemuan ke- (∑) (%)
1 2
1 Guru membentuk siswa ke
dalam beberapa kelompok
4 4 8 100
2 Guru melakukan apersepsi
yang menstimulus siswa
untuk bertanya, menjawab,
atau berpendapat
4 4 8 100
3 Guru menggunakan media
yang sesuai
3 3 6 75
4 Guru mengkondisikan
siswa untuk berdiskusi
mengenai kejadian faktual
mengenai globalisasi
3 4 7 87,5
5 Guru memantau kegiatan
diskusi siswa
4 4 8 100
6 Guru menggunakan
metode pembelajaran yang
sesuai dengan RPP
3 3 6 75
7 Guru memberikan
kesempatan siswa untuk
bertanya, dan guru
membelikan timbal balik
3 3 6 75
8 Guru menutup pelajaran 4 4 8 75
Jumlah (∑) 28 29 57 89,06
Persentase (%) 87,5 90,62
81
Rata-rata 89,06
Berdasarkan tabel di atas terkait dengan kegiatan aktivitas mengajar guru,
guru mengikuti setiap aspek yang diamati dalam lembar observasi dan melakukan
langkah-langkah yang tersusun di dalam RPP. Sesuai dengan data yang diperoleh,
hasil observasi aktivitas mengajar guru yang dilakukan selama siklus II dengan
presentasi nilai 87,5 % - 90,62%, sehingga dapat diketahui hasil rata-rata aktivitas
mengajar guru pada siklus II adalah 89,06 %.
4) Catatan Lapangan
Proses pengamatan lainnya berbentuk catatan lapangan. Catatan lapangan
tersebut mencatat semua kondisi siswa dan kejadian selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token
arends 1998. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
diperoleh catatan mengenai kondisi siswa sebagai berikut:
Tabel 4.15 : Hasil Pengamatan Catatan Lapangan Siklus II Pertemuan 1
No Tindakan Kondisi Siswa
1 Apersepsi
(Pemberian
stimulus)
- Siswa sudah duduk berkelompok sebelum
pembelajaran dimulai
- Siswa terlihat antusias dalam menjawab
stimulus dari guru
2 Berpendapat,
bertanya, dan
menjawab
(Diskusi)
- Hampir semua siswa ingin menjawab
pertanyaan dari guru atau siswa lain
- Siswa terlihat konsentrasi dalam memahami
nahasan diskusi
- Banyak siswa yang ingin bertanya, terlebih
82
lagi untuk menjawab pertanyaan
- Suasana agak riuh karena banyak siswa yang
ingin menyampaikan gagasannya
- Siswa mulai memberanikan diri untuk
memberikan kesimpulan
3 Refleksi - Semua kupon yang dipegang siswa terlihat
hampir habis
Tabel 4.16 : Hasil Pengamatan Catatan Lapangan Siklus II Pertemuan 2
No Tindakan Kondisi Siswa
1 Apersepsi
(Pemberian
stimulus)
- Siswa sudah duduk berkelompok sebelum
pembelajaran dimulai
- Siswa terlihat antusias dalam menjawab
stimulus dari guru
2 Berpendapat,
bertanya, dan
menjawab
(Diskusi)
- Hampir semua siswa ingin menjawab
pertanyaan dari guru atau siswa lain
- Siswa terlihat konsentrasi dalam memahami
nahasan diskusi
- Banyak siswa yang ingin bertanya, terlebih
lagi untuk menjawab pertanyaan
- Suasana agak riuh karena banyak siswa yang
ingin menyampaikan gagasannya
- Siswa mulai memberanikan diri untuk
memberikan kesimpulan
3 Refleksi - Semua kupon yang dipegang siswa terlihat
hampir habis
- Waktu pelaksanaan terasa sedikit
dikarenakan banyaknya siswa yang aktif
berpendapat, bertanya dan menjawab
pertanyaan
83
5) Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran siklus
II selesai. Wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap
keberanian berpendapat siswa pada pelajaran PKn Globalisasi dengan
menggunakan moleh pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa berdasarkan tingkat keberanian berpendapatnya yang berbeda-beda
dalam belajar PKn. Hasil wawancara sebagaimana dijelaskan pada tabel
berikut:
Tabel 4.17 : Hasil Wawancara Setelah Tindakan
No Pertanyaan Tingkat Keberanian Berpendapat Siswa
Tinggi Sedang Rendah
1 Bagaimana perasaan
kalian setelah belajar
PKn dengan model
pembelajaran Time
Token ?
Ada, saya
lebih
percaya diri
dalam
berpendapat
Ada,
membuat
saya lebih
aktif
Senang
2 Apakah belajar dengan
model pembelajaran
Time Token
membuatmu lebih
mudah memahami
pelajaran PKn
Globalisasi?
Ya Ya Ya
3 Apakah belajar dengan
model pembelajaran
Time Token
membuatmu lebih
berani berpendapat?
Ya Ya Ya
84
4 Apa kesulitanmu
dalam berpendapat
dalam pelajaran PKn
dengan model
pembelajaran Time
Token?
Tidak ada
kesulitan
Jika
kuponnya
habis, tidak
bisa
berpendapat
lagi
Kadang-
kadang
masih belum
berani dan
percaya diri
Dari hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa beberapa siswa
lebih antusias dan senang,hal tersebut menandakan bahwa keberanian
berpendapat siswa meningkat pada pelajaran PKn Globalisasi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998.
d) Refleksi
Pada tahap ini, peneliti dan guru kelas melakukan refleksi atas
hasil analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus II. Adapun
hasil refleksi tersebut sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe time token arends 1998 selama siklus II memperlihatkan
antusias dan keberanian siswa semakin baik dari siklus sebelumnya.
2) Siswa sudah terlihat aktif dan berani berpendapat dalam mengikuti
pembelajaran PKn Globalisasi dengan menggunakan media yang
digunakan.
3) Diskusi dalam kelompok besar menunjukkan adanya peningkatan yang
baik. Tiap anggota kelompok secara sungguh-sungguh membuat
pertanyaan untuk dijawab oleh kelompok lain, dan anggota kelompok
lainnya bersiap-siap untuk menjawab dan menambahkannya. Kupon
bicara pun dianggap kurang karena masih banyak siswa yang ingin
berpendapat walaupun kuponnya telah habis.
85
4) Posisi tempat duduk yang diatur guru dan ruangan yang kondusif
berdampak positif terhadap rasa perhatian siswa dan dalam berdiskusi.
Perbaikan pada siklus II menunjukkan adanya hasil yang sesuai
dengan yang diharapkan. Pada tiap pertemuannya menunjukkan adanya
peningkatan keberanian berpendapat siswa. Berdasarkan hasil observasi
keberanian berpendapat siswa mencapai 76,54 % , berdasarkan observasi
aktivitas belajar siswa mencapai 85,94 %, dan observasi aktivitas mengajar
guru mencapai 89,06 %. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata presentase
keberanian berpendapat siswa, aktivitas belajar siswa dan mengajar guru pada
siklus II telah mencapai indikator ketercapaian penelitian yang ditentukan.
Peningkatan keberanian berpendapat dalam pembelajaran PKn
Globalisasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time
token arends 1998 merupakan target yang ingin dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, yaitu apabila
indikator ketercapaian telah tercapai maka penelitian tindakan kelas ini
dihentikan sampai siklus II. Adapun hasil wawancara siswa dan guru
memberikan informasi bahwa siswa merespon sangat baik pada penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998, dan guru kelas
beranggapan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe time
token arends 1998 telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini diperlihatkan
dengan catatan lapangan yang menunjukkan adanya peningkatan keberanian
berpendapat siswa pada pelajaran PKn Globalisasi yang semakin baik.
B. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada,
yang diperoleh dari berbagai sumber. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
a) Lembar Observasi Keberanian Berpendapat
86
Lembar observasi keberanian berpendapat siswa digunakan
untuk mengetahui peningkatan keberanian berpendapat siswa dalam
pelajaran PKn Globalisasi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe time token arends 1998 yang berlangsung pada setiap
siklusnya. Adapun hasil observasi keberanian berpendapat PKn siswa
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18 : Rata-rata Observasi Keberanian Berpendapat Siklus I dan II
No Nama Siklus 1 Siklus 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Dyah
Kaira
Linka
Hafizha
Annisa
Nayla
Dimas
Mofal
Najla
Daffa
Salsa
Leony
Keysa
Zahira
Haikal
Raissa
Navaya
Faidz
Namira
10
11
8
12
8
8
15
8
13
6
12
14
17
9
6
8
7
19
11
18
24
16
22
16
15
24
20
22
15
20
20
24
15
7
15
12
24
20
Jumlah (∑) 202 349
Presentase (%) 44,30 76,54
87
Gambar 4.1 : Diagram Persentase Keberanian Berpendapat Siswa pada
Siklus I dan II
Berdasarkan hasil analisis data dari lembar observasi keberanian
berpendapat siswa, jumlah persentase rata-rata pada siklus I yaitu 44,30 %
dengan kategori “Cukup”, sedangkan pada siklus II jumlah persentase
rata-rata keberanian berpendapat siswa meningkat menjadi 76,54 %
dengan kategori “Baik”. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998 dapat
meningkatkan keberanian berpendapat siswa dalam pelajaran PKn
Globalisasi. Peningkatan rata-rata keberanian berpendapat siswa sebesar
32,24 %.
b) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar PKn siswa dianalisis berdasarkan lembar hasil
observasi aktivitas belajar siswa, yang bertujuan untuk mengetahui
persentase aktivitas belajar PKn siswa. Lembar observasi ini juga
digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap tindakan pada akhir
siklus. Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa adalah sebagai
berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Siklus I Siklus II
Siklus I
Siklus II
88
Tabel 4.19 : Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II
No. Objek yang diamati Siklus ke-
1 2
1 Siswa membentuk ke dalam beberapa
kelompok
6 8
2 Siswa menyampaikan pertanyaan,
jawaban, dan pendapatnya atas stimuus
guru
3 8
3 Siswa melakukan pembelajaran sesuai
dengan media
5 6
4 Siswa berdiskusi mengenai kejadian
faktual mengenai globalisasi
5 7
5 Siswa mendeskripsikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas
4 6
6 Siswa menyampaikan pendapatnya
dengan alasan yang jelas
3 6
7 Siswa menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti kepada guru (konfirmasi)
3 6
8 Siswa bersama guru menutup pelajaran 6 8
Jumlah (∑) 35 55
Persentase (%) 54,69 85,94
89
Gambar 4.2 : Diagram Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I
dan II
Berdasarkan hasil analisis data dari lembar observasi aktivitas
belajar siswa, jumlah persentase rata-rata untuk siklus I yaitu 54,69 %
dengan kategori “Cukup”, sedangkan pada siklus II jumlah persentase
rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 85,94 % dengan
kategori “Sangat Baik”. Hal tersebut membuktikan bahwa menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998 dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar PKn. Peningkatan rata-rata
aktivitas belajar PKn siswa sebesar 31,25 %.
c) Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Aktivitas mengajar guru dianalisis berdasarkan lembar hasil
observasi guru yang bertujuan untuk mengetahui persentase aktivitas
mengajar guru. Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisis
dan merefleksi setiap tindakan pada akhir siklus. Berikut ini adalah dapat
divisualisasikan ke dalam sebuah diagram sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Siklus I Siklus II
Siklus I
Siklus II
90
Tabel 4.20 : Rata-rata Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I dan II
No. Objek yang diamati Siklus ke-
1 2
1 Guru membentuk siswa ke dalam beberapa
kelompok
5 8
2 Guru melakukan apersepsi yang
menstimulus siswa untuk bertanya,
menjawab, atau berpendapat
6 8
3 Guru menggunakan media yang sesuai 5 6
4 Guru mengkondisikan siswa untuk
berdiskusi mengenai kejadian faktual
mengenai globalisasi
6 7
5 Guru memantau kegiatan diskusi siswa 6 8
6 Guru menggunakan metode pembelajaran
yang sesuai dengan RPP
6 6
7 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya, dan guru membelikan timbal
balik
5 6
8 Guru menutup pelajaran 6 8
Jumlah (∑) 45 57
Persentase (%) 70,3 89,06
91
Gambar 4.3 : Diagram Persentase Aktivitas Mengajar Guru Siklus I dan
II
Pada diagram tersebut menunjukkan adanya peningkatan aktivitas
mengajar guru dari siklus I sampai siklus II. Jika dilihat dari diagram
tersebut, pada siklus I persentase aktivitas mengajar guru sebesar 70,3 %
dengan kategori “Baik”, sedangkan persentase aktivitas mengajar guru
pada siklus II meningkat menjadi 89,06 % dengan kategori “Sangat Baik”.
Peningkatan rata-rata aktivitas mengajar guru sebesar 18,76 %.
d) Wawancara
Selain data yang diperoleh dari lembar observasi keberanian
berpendapat, aktivitas belajar siswa dan mengajar guru, penelitian ini juga
dilengkapi dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru
dan siswa. Wawancara ini dilakukan sebelum dan setelah tindakan
penelitian.
Wawancara dilakukan pada guru sebelum tindakan (pra penelitian)
diperoleh beberapa informasi di antaranya jarang sekali dan hanya ada
beberapa siswa yang aktif dan berani mengeluarkan pendapatnya, sumber
belajar yang hanya menggunakan buku, dan banyaknya materi yang harus
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Siklus I Siklus II
Siklus I
Siklus II
92
dipelajari. Keterangan yang sama diperoleh melalui wawancara kepada
siswa.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru dan siswa setelah
tindakan penelitian, diperoleh informasi bahwa siswa merasa senang, aktif
belajar PKn menggunakan model pembelajaran time token arends 1998.
Hal ini dibuktikan dengan banyak siswa yang lebih percaya diri dalam
menyampaikan pendapatnya, dan memotivasi siswa yang belum berani
menjadi mulai berani untuk aktif mengeluarkan mendapat dan gagasannya.
C. Pembahasan
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends 1998 untuk meningkatkan
keberanian berpendapat siswa dalam pelajaran PKn Globalisasi. Penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998 dapat
meningkatkan keberanian berpendapat siswa dalam pelajaran PKn karena
model pembelajaran ini merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan
pembelajaran demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis
adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek dan menjadi
titik perhatian utama atau dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara
aktif. Guru berperan mengajak siswa mencari solusi bersama.85
Hal ini juga sejalan dengan tujuan PKn di MI/SD yang dikemukakan
oleh Mulyasa, yakni bisa berkembang secara positif dan demokratis.86 Jadi,
model pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998 ini sesuai dengan
tujuan PKn agar siswa dapat berkembang secara positif dan demokratis,
khususnya dalam materi Globalisasi KD 4.1 memberikan contoh sederhana
pengaruh globalisasi di lingkungannya.
85
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) h.239.
86 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada
Media, 2013), h. 231.
93
Dalam pelaksanaannya, selama proses pembelajaran guru membentuk
kelas ke dalam empat kelompok yang masing-masing beranggotakan lima
orang siswa, anggota kelompok ditentukan secara heterogen. Sebelum masuk
kepada kegiatan inti, guru memberikan stimulus berupa pertanyaan sederhana
dan terbuka yang merupakan kejadian faktual yang mereka lakukan setiap
hari yang erat kaitannya dengan globalisasi. Dalam proses ini guru
menggunakan banyak cara, baik secara verbal maupun dengan menggunakan
tampilan video untuk merangsang anak untuk berpikir dan mengungkapkan
pendapatnya.
Pada kegiatan inti, guru memberikan tugas kepada masing-masing
kelompok berupa lembar diskusi, yang membahas kejadian faktual yang
terjadi yang dipengaruhi oleh globalisasi. Guru meminta siswa untuk
berdiskusi dan menyimpulkan apa yang telah dibahas dalam lembar diskusi
tersebut. Tiap kelompok mendapatkan bahasan yang berbeda agar ketika ada
kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya, akan
mengundang perhatian dari kelompok lainnya yang menyimak dan membuat
anggota dari kelompok lain terpancing untuk bertanya atau berpendapat
mengenai bahasan yang sedang dipresentasikan. Anggota kelompok yang
sedang mempresentasikan juga berhak untuk manjawab dan memberikan
pendapatnya atas pertanyaan dari kelompok yang lainnya. Sedangkan guru
bertindak sebagai fasilitator dan juga dapat melakukan koreksi dengan
mengajukan pertanyaan yang mempertajam pendapat siswa, hal ini dilakukan
agar para siswa lebih terasah kemampuan dan keberaniannya.
Kupon bicara (token) yang dipegang oleh masing-masing siswa juga
harus dikumpulkan sesaat sesudah memberikan pertanyaan, jawaban, atau
pendapatnya. Setiap anggota yang telah habis kuponnya tidak diperkenankan
untuk berbicara lagi, hal ini dimaksudkan agar siswa yang berani tidak dapat
selalu mendominasi pembicaraan atau dengan kata lain tidak ada siswa yang
diam sama sekali. Punishment berupa bernyanyi lagu globalisasi juga akan
diberikan bagi siswa yang tidak habis kuponnya.
94
Dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe time token arends 1998 yang menggunakan teknik diskusi,
guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan interaksi antara siswa dengan
guru maupun antara siswa dengan siswa, guru juga menstimulus anak agar
proses pembelajaran dan diskusinya semakin aktif sehingga banyak siswa
yang berani berpendapat, bertanya, dan menjawab baik kepada guru maupun
siswa. Peningkatan keberanian berpendapat siswa terlihat dari hasil observasi
keberanian berpendapat pada siklus I dan siklus II yang nilai rata-ratanya
meningkat, yaitu dari 44,30 % pada siklus I menjadi 76,54 % pada siklus II.
Hal lain yang muncul dapat dilihat dari aktivitas siswa yang terjadi di
kelas. Setiap pertemuannya siswa mulai mengerti dan memahami model
pembelajaran yang digunakan, siswa pun mulai terbiasa untuk berdiskusi baik
dalam kelompok kecil maupun besar. Terlebih lagi posisi peneliti memang
setiap harinyaberada di kelas tersebutsebagai guru pendamping.tidak
jarangjuga para siswa menginginkan proses pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan model time token arends 1998 bahkan selain pelajaran PKn.
Meningkatnya aktivitas belajar PKn siswa dapat terlihat dari hasil wawancara
dengan siswa dan guru serta hasil observasi aktivitas belajar siswa. Hasil
observasi aktivitas belajar PKn siswa menunjukkan bahwa rata-rata
presentase aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 54,69 % dan
meningkat pada siklus II menjadi 85,94 %.
Kegiatan mengamati kejadian faktual mengenai globalisasi, diskusi
kelompok dan presentasi menunjukkan timbulnya keberanian siswa dalam
menyampaikan pendapat dan mempertanggungjawabkan pendapat tersebut,
siswa perlahan-lahan mulai terbiasa berinteraksi dengan temannya dan mulai
berani mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun teman-temannya
serta menjawab pertanyaan yang disampaikan guru atau teman kelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan aktivitas
belajar siswa diikuti pula dengan meningkatnya keberanian berpendapat
siswa. Hal tersebut terlihat dari keterlibatan siswa pada saat apersepsi di awal
pembelajaran, pada saat diskusi kelompok siswa terlihat bersungguh-sungguh
95
dan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang disampaikan guru ataupun
teman kelompoknya. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk
menghentikan penelitian tindakan kelas ini sampai pada siklus II, karena pada
siklus tersebut keberanian berpendapat siswa telah memenuhi indikator
ketercapaian penelitian.
96
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, penelitian
tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa:
Keberanian berpendapat siswa pada pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) Globalisasi pada KD 4.1 memberikan contoh
sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe time token arends 1998 pada siklus I
menunjukkan rata-rata skor keberanian berpendapat siswa sebesar 44,30 %
dengan kategori “Cukup”, sedangkan pada siklus II menunjukkan rata-rata
skor keberanian berpendapat siswa sebesar 76,54 % dengan kategori “Baik”.
Peningkatan skor keberanian berpendapat siswa yang terjadi dari siklus I ke
siklus II adalah sebesar 32,24 %.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa penelitian
tindakan kelas ini telah tercapai dan telah memenuhi indikator ketercapaian
penelitian. Hal tersebut telah sesuai dengan hipotesis tindakan dari penelitian
tindakan kelas ini yaitu dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
time token arends 1998, rata-rata siswa dapat meningkat keberanian
berpendapatnya sebesar 75% pada mata pelajaran PKn Globalisasi di kelas 4-
D SDI Harapan Ibu Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Hal tersebut ditunjang dengan hasil peningkatan proses belajar siswa
dan keterlaksanaan pembelajaran oleh guru. Antusias siswa dalam pelajaran
PKn menggunakan model pembelajaran time token arends 1998 terus
meningkat disetiap siklusnya. Pada siklus I hasil rata-rata aktivitas belajar
siswa adalah 54,69 % dan pada siklus II adalah 85,94%. Keterlaksanaan
pembelajaran oleh guru juga meningkat, pada siklus I hasil rata-rata aktivitas
mengajar guru sebesar 70,3 % dan pada siklus II sebesar 89,06 %.
97
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian tindakan kelas di atas, maka
implikasi penelitiannya adalah keberanian berpendapat siswa dapat
meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time
token arends 1998 yang dipadukan dalam teknik diskusi, media gambar atau
video, dan reward/punishment agar siswa dapat berani mengungkapkan
pendapatnya. Memberikan pujian kepada yang telah mulai berani
berpendapat, dan memberikan motivasi bagi yang belum atau kurang berani
dalam memberikan pendapatnya. Guru juga dapat memberikan pertanyaan
yang bersifat terbuka untuk mempertajam pendapatnya agar siswa tumbuh
menjadi anak yang berani dan terasah kemampuannya.
C. Saran - saran
Terdapat beberapa saran dari penulis terkait hasil penelitian pada
skripsi ini, di antaranya yaitu:
1. Bagi Guru
Diharapkan model pembelajaran time token arends 1998 dapat dijadikan
salah satu metode untuk meningkatkan keberanian berpendapat siswa
dalam pembelajaran PKn, dan model ini juga dapat menjadi alternatif
yang dapat digunakan di dalam kelas.
2. Bagi Siswa
Untuk siswa diharapkan dapat meningkat keberanian berpendapatnya
baik dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dalam setiap proses
pembelajaran di kelasnya.
3. Bagi Sekolah
Bagi pihak sekolah diharapkan mampu memberikan masukan dan
dukungan bagi guru PKn di sekolah yang masih menggunakan model
yang konvensional untuk dapat menggunakan atau memvariasikan model
pembelajaran lain, seperti model pembelajaran time token arends 1998
sebagai upaya meningkatkan keberanian berpendapat siswa dalam setiap
proses pembelajaran.
98
4. Bagi Peneliti lainnya.
Bagi peneliti lainnya diharapkan dapat melakukan penelitian
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token arends
1998 yang digunakan pada konsep lain atau mata pelajaran yang lain.
99
Daftar Pustaka
Adian, Donny Gahral, dkk. Teknik Berargumentasi. Jakarta: Prenada Media, 2013.
Amri, Sofan, dkk. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta: PT
Prestasi Pustakaraya, 2011.
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara,
2015.
Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013.
Budimansyah , Dasim dan Karim Suryadi. PKn dan Masyarakat Multikultural . Bandung:
Prodi Pendidikan Kewarganegaraan UPI, 2008.
Chamim , Asykuri ibn. Pendidikan Kewararganegaraan Menuju Kehidupan yang
Demokratis dan Berkeadaban. Yogyakarta: Diklilitbang dan LP3, 2010.
Danim, Sudarwan. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2007.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011.
Erwin, Muhammad. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung: PT
Refika Aditama, 2013.
Hastiartono , Toto dan Suswandari. Inovasi Pembelajaran IPS Berbasis Karakter.
Jakarta: Mitra Abadi,2014.
Huda, Miftahul. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013.
Kalidjernih , Freddy K. Konsep dan Isu Kewarganegaraan. Bandung: Widya Aksara
Press, 2010.
Kasali, Rhenald. LetsChange! Kepemimpinan, Keberanian, dan Perubahan. Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2014.
Kemendikbud RI. Perangkat Pembelajaran Pemetaan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar KTSP SD, MI, dan SDLB. Jakarta: Kemendikbud RI, 2006.
Kunandar. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Mulyadi, Seto.”Pembelajaran Berbasis Psikologi Perkembangan Anak Usia
MI/SD”,Jurnal Studium General Prodi PGMI FITK UIN Jakarta. Jakarta, 16 September
2015.
Nainggolan, Sutan Banuara. Born As A Winner, Live As A Leader. Yogyakarta:
Deepublish, 2015.
Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
PGMI Kelas 4A.”Kumpulan Makalah Strategi Pembelajaran”, Makalah Disampaikan
Pada Perkuliahan Jurusan PGMI UIN Jakarta,Jakarta, 11 Maret 2014.
Purwankanthi. 2013. Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
(online), (http:// ejournal. undiksha. ac. id/ index. php/J JPBS/ article/ view/
281/236, diunduh 14 Mei 2015). Purwanto , Iwan. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: FITK Press, 2014.
Raka, Gede, dkk. Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Elex Media Komputindo,
2011.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
100
Rozak , Abdul, dkk. Buku Suplemen Pendidikan Kewargaan (civic education). Jakarta:
Prenada Media,2004.
Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana, 2010.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana, 2006.
Santrock, John W. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas. Jakarta: Penerbit Erlangga,
2007.
Sapriya, dkk. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Bandung: UPI Press, 2007.
Slavin, Robert E. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media, 2005.
Sudijono , Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas: Implementasi dan
Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Supardi, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas IV. Sidoarjo: Masmedia
Buana Pustaka, 2011.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada
Media, 2013.
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011.
Tampubolon, Saur. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014.
Uno, Hamzah B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
Wafiqni, Nafia dan Asep Ediana Latip. Psikologi Perembangan Anak Usia MI/SD.
Jakarta: UIN Press, 2015.
Winarno. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan Penilaian.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014.
101
102
103
104
105
106
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) Sikus I
SATUAN PENDIDIKAN : SD ISLAM HARAPAN IBU
KELAS/ SEMESTER : IV/ 2
MATA PELAJARAN : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
ALOKASI WAKTU : 4 x 35 Menit (2 x Pertemuan)
I. Standar Kompetensi
4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.
II. Kompetensi Dasar
4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya.
III. Indikator Pembelajaran
Pertemuan 1:
Siswa dapat menceritakan proses globalisasi
Siswa dapat menyebutkan dampak positif dan negatif dari globalisasi.
Siswa dapat menyebutkan pengaruh globalisasi pada transportasi,
teknologi, dan komunikasi.
Pertemuan 2:
Siswa dapat menjelaskan sikap terhadap pengaruh globalisasi.
Siswa dapat menyebutkan dampak positif dan negatif dari globalisasi.
Siswa dapat menyebutkan pengaruh globalisasi pada kebudayaan dan
ekonomi.
IV. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1:
Menceritakan proses globalisasi.
Menyebutkan dampak positif dan negatif dari globalisasi.
Menyebutkan pengaruh globalisasi pada transportasi, teknologi, dan
komunikasi.
107
Pertemuan 2:
Menyebutkan dampak pisitif dan negatif dari globalisasi
Menyebutkan pengaruh globalisasi pada kebudayaan dan ekonomi.
Menjelaskan sikap terhadap pengaruh globalisasi.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa
hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab (
responsibility ), Berani ( courage ), Integritas ( integrity ), Peduli ( caring ), Jujur
( fairnes ) dan Kewarganegaraan ( citizenship ).
V. Materi Pokok
Arti globalisasi dan sejarahnya.
Kita di tengah-tengah globalisasi.
Sikap kita terhadap globalisasi.
VI. Strategi, Metode, dan Model Pembelajaran
Model : Time Token Arends 1998 (Kupon bicara)
Metode : Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning).
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan 1:
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan
Orientasi
Mengajak semua siswa berdo’a membaca Surat
Al-Fatihah
Pemberian Acuan
Guru melakukan absensi terhadap siswa
Apersepsi
Memberikan apersepsi dengan bertanya “Anak-
anak, siapa di antara kalian yang hobi menonton
TV? Yang hobi membaca koran? Nah, berita
apa saja yang kamu lihat atau saksikan?
Bagaimana komentarmu terhadap masalah
tersebut?”
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan
metode Time Token Arends 1998, kalian dapat
mengomentari persoalan faktual (globalisasi)
dengan menggunakan token (kupon bicara).
2 menit
108
Guru memberikan token (kupon bicara), setiap
siswa mendapatkan 2 kupon dengan waktu
bicara ± 30 detik.
Inti
Eksplorasi
Siswa diminta mengamati gambar persoalan
faktual terkait globalisasi
Guru melakukan tanya jawab kepada siswa
mengenai deskripsi persoalan faktual dan pokok
persoalan pada teks/gambar/video yang
ditampilkan.
Guru mempersilahkan siswa untuk
menyampaikan pendapatnya mengenai
gambar/video yang ditampilkan.
Elaborasi
Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.
Guru membagikan lembar kerja kelompok
yaitu satu berita/artikel persoalan faktual yang
dibagikan secara tertulis untuk didiskusikan.
Kelompok 1 dan 3 mendapat persoalan faktual
globalisasi tentang “ojeg online”
Kelompok 2 dan 4 mendapat persoalan faktual
tentang “ penggunaan gadged pada anak
sekolah”
Dua perwakilan kelompok melaporkan hasil
diskusinya di depan kelas dengan memberikan
alasan penyebab, dampak positif dan negatif,
serta cara menyikapinya.
Kelompok lain mengomentari dan memberikan
pendapat, serta menanggapi tampilan
kelompok yang tampil serta memberikan
tanggapan dan pendapatnya mengenai kejadian
faktual tersebut. (menggunakan token)
Di akhir pertemuan, siswa yang masih
membawa kupon akan mendapat punishment
berupa bernyanyi dan menyimpulkan apa yg
telah menjadi bahan diskusi hari ini.
Konfirmasi
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
mengenai materi yang belum jelas, guru
60 menit
109
memberikan umpan balik
Bila tidak ada lagi siswa yang ingin bertanya,
guru memberikan soal evaluasi.
Penutup
Kesimpulan
Bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran,
menilai.
Tindak lanjut
Memberikan tugas evaluasi peserta didik untuk
berpendapat dalam tulisan.
Informasi Kegiatan Selanjutnya
Menyampaikan materi pertemuannya
berikutnya.
Doa penutup.
3 menit
Pertemuan 2:
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan
Orientasi
Mengajak semua siswa berdo’a membaca Surat
Al-Fatihah
Pemberian Acuan
Guru melakukan absensi terhadap siswa
Apersepsi
Memberikan apersepsi dengan bertanya “ siapa
yang pagi hari sebelum berangkat sekolah
memainkan Hanphone? Apa yang kalian
lakukan dengan handphone di pagi hari ?”
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan
metode Time Token Arends 1998, kalian dapat
mengomentari persoalan faktual (globalisasi)
disertai alasan mendukung , dampak serta sikap
terhadap globalisasi dengan menggunakan token
2 menit
110
(kupon bicara).
Guru memberikan token (kupon bicara), setiap
siswa mendapatkan 2 kupon dengan waktu
bicara ± 30 detik
Inti
Eksplorasi
Siswa diminta mengamati gambar persoalan
faktual terkait globalisasi
Guru melakukan tanya jawab kepada siswa
mengenai deskripsi persoalan faktual dan pokok
persoalan pada teks/gambar/video yang
ditampilkan.
Guru mempersilahkan siswa untuk
menyampaikan pendapatnya mengenai
gambar/video yang ditampilkan.
Elaborasi
Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.
Guru membagikan lembar kerja kelompok
yaitu satu berita/artikel persoalan faktual yang
dibagikan secara tertulis untuk didiskusikan.
Guru memberikan token (kupon bicara)
Kelompok 1 dan 3 mendapat persoalan faktual
globalisasi tentang “Kebudayaan Lokal”
Kelompok 2 dan 4 mendapat persoalan faktual
tentang “ Online Shop dan Pasar Modern”
Dua perwakilan kelompok melaporkan hasil
diskusinya di depan kelas dengan memberikan
alasan penyebab, dampak positif dan negatif,
serta cara menyikapinya.
Kelompok lain mengomentari dan memberikan
pendapat, serta menanggapi tampilan
60 menit
111
kelompok yang tampil serta memberikan
tanggapan dan pendapatnya mengenai kejadian
faktual tersebut. (menggunakan token)
Di akhir pertemuan, siswa yang masih
membawa kupon akan mendapat punishment
berupa bernyanyi dan menyimpulkan apa yg
telah menjadi bahan diskusi hari ini.
Konfirmasi
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
mengenai materi yang belum jelas, guru
memberikan umpan balik
Bila tidak ada lagi siswa yang ingin bertanya,
guru memberikan soal evaluasi.
Pada pertemuan kedua, guru memberikan pujian
kepada siswa yang telah mengeluarkan
komentar/pendapatnya, dan memberikan
motivasi bagi siswa yang kurang/belum
mengeluarkan gagsan/pendapatnya.
Penutup
Kesimpulan
Bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran,
menilai.
Tindak lanjut
Memberikan tugas evaluasi peserta didik untuk
berpendapat dalam tulisan.
Informasi Kegiatan Selanjutnya
Menyampaikan materi pertemuannya
berikutnya.
Doa penutup.
4 menit
112
VIII. Alat dan Sumber Bahan
Alat/media : Gambar/video kejadian faktual beserta artikelnya, token
(kupon bicara).
Sumber : Buku PKn kelas IV Penerbit Masmedia
LKS Modul Kegiatan Siswa Cerdas PKn Kelas 4B
Koneksi internet, www.youtube.com
IX. Penilaian
a. Penilaian Kelompok (Diskusi dan Menyampaikan pendapat)
Hasil Penilaian Keberanian Berpendapat Siklus ke- ....
No Nama Siswa
Objek yang diamati
Jumlah Mengemukakan
Pendapat
Menyampaikan
pertanyaan
Menjawab
pertanyaan
1
2
3
4
Dst.
Skor Akhir
Rata–rata siswa =
b. Penilaian soal
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal
Siswa dapat menceritakan
proses globalisasi.
Siswa dapat menyebutkan
pengaruh globalisasi pada
makanan, permainan, dan
kebudayaan.
Siswa dapat menjelaskan
sikap terhadap pengaruh
globalisasi.
Tugas Individu
Laporan buku pekerjaan rumah Uraian Objektif
o Bagaimana sikapmu terhadap terjadinya globalisasi?
o Agar tidak terbawa arus globalisasi yang semakin deras, sebagai siswa kegiatan apa saja yang harus kalian ikuti: di sekolah? di rumah?
113
di masyarakat? Jawablah menurut pendapatmu! ...
o Bagaimana sikapmu terhadap kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia?
o Bagaimana pendapatmu mengenai kesenian daerah?
o Menurutnu, apa saja yang termasuk dampak dari globalisasi dalam bidang ekonomi?
o Sebutkan produk-produk asli dalam negeri yang kamu ketahui!
o Sebutkan produk-produk luar negeri yang kamu ketahui!
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Diskusi Soal Jumlah Skor Nilai
1. 2. 3. 4. 5.
Dst.
Skala sikap
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
114
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1 Berani Sangat berani
Berani
Kurang berani
Tidak berani
4
3
2
1
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Jakarta, 20 April 2016
Peneliti, Aldi Renaldy
NIM : 1112018300048
Menyetujui, Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Wali Kelas IV – D
Asep Ediana Latip, M. Pd Drs. H. Ja’far Sanusi, MA Dra. Nur’aini Wijaya
115
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) Sikus II
SATUAN PENDIDIKAN : SD ISLAM HARAPAN IBU
KELAS/ SEMESTER : IV/ 2
MATA PELAJARAN : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
ALOKASI WAKTU : 4 x 35 Menit (2 x Pertemuan)
X. Standar Kompetensi
4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.
XI. Kompetensi Dasar
4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya.
XII. Indikator Pembelajaran
Pertemuan 1:
Siswa dapat menceritakan proses globalisasi
Siswa dapat menyebutkan dampak positif dan negatif dari globalisasi.
Siswa dapat menyebutkan pengaruh globalisasi pada bidang teknologi dan
pendidikan.
Pertemuan 2:
Siswa dapat menjelaskan sikap terhadap pengaruh globalisasi.
Siswa dapat menyebutkan dampak positif dan negatif dari globalisasi.
Siswa dapat menyebutkan pengaruh globalisasi pada bidang makanan dan
budaya.
XIII. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1:
Menceritakan proses globalisasi.
Menyebutkan dampak positif dan negatif dari globalisasi.
Menyebutkan pengaruh globalisasi pada bidang teknologi dan pendidikan
116
Pertemuan 2:
Menyebutkan dampak positif dan negatif dari globalisasi
Menyebutkan pengaruh globalisasi pada kebudayaan dan ekonomi.
Menjelaskan sikap terhadap pengaruh globalisasi pada bidang makanan
dan budaya.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa
hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab (
responsibility ), Berani ( courage ), Integritas ( integrity ), Peduli ( caring ), Jujur
( fairnes ) dan Kewarganegaraan ( citizenship ).
XIV. Materi Pokok
Arti globalisasi dan sejarahnya.
Kita di tengah-tengah globalisasi.
Sikap kita terhadap globalisasi.
XV. Strategi, Metode, dan Model Pembelajaran
Model : Time Token Arends 1998 (Kupon bicara)
Metode : Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning).
XVI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan 1:
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan
Orientasi
Mengajak semua siswa berdo’a membaca
Surat Al-Fatihah
Pemberian Acuan
Guru melakukan absensi terhadap siswa
Apersepsi
Memberikan apersepsi dengan bertanya
“Anak-anak, siapa yang tadi pagi berangkat
sekolah menggunakan kendaraan? Kendaraan
pribadi atau umum? Nah, kegiatan apa saja
2 menit
117
yang kalian lakukan selama dikendaraan?
Menurut kalian apakah globalisasi
berpengaruh dengan sistem kendaraan
(transportasi)?”
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan
metode Time Token Arends 1998, kalian dapat
mengomentari persoalan faktual (globalisasi)
dengan menggunakan token (kupon bicara).
Guru memberikan token (kupon bicara),
setiap siswa mendapatkan 3 kupon dengan
waktu bicara ± 30 detik.
Inti
Eksplorasi
Siswa diminta mengamati gambar persoalan
faktual terkait globalisasi
Guru melakukan tanya jawab kepada siswa
mengenai deskripsi persoalan faktual dan
pokok persoalan pada teks/gambar/video yang
ditampilkan.
Guru mempersilahkan siswa untuk
menyampaikan pendapatnya mengenai
gambar/video yang ditampilkan.
Elaborasi
Siswa dibagi menjadi 2 kelompok besar
Guru membagikan lembar kerja kelompok
yaitu satu berita/artikel persoalan faktual
yang dibagikan secara tertulis untuk
didiskusikan.
Setiap kelompok mendapat persoalan faktual
globalisasi tentang “Pesantren dalam Era
Globalisasi”
Semua anggota kelompok wajib membaca,
memahami, serta mempersiapkan pertanyaan
yang akan ditanyakan kepada kelompok lain
serta melaporkan hasil diskusinya di depan
kelas dengan memberikan alasan penyebab,
dampak positif dan negatif, serta cara
menyikapinya dengan cara bertanya,
menjawab, dan memberikan pendapatnya,.
Anggota kelompok yang lain wajib
60 menit
118
menjawab, mengomentari dan memberikan
pendapat, serta menanggapi tampilan
kelompok yang tampil serta memberikan
tanggapan dan pendapatnya mengenai
kejadian faktual tersebut. (menggunakan
token)
Di akhir pertemuan, siswa yang masih
membawa kupon akan mendapat punishment
berupa bernyanyi dan menyimpulkan apa yg
telah menjadi bahan diskusi hari ini.
Konfirmasi
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
mengenai materi yang belum jelas, guru
memberikan umpan balik
Bila tidak ada lagi siswa yang ingin bertanya,
guru memberikan soal evaluasi.
Penutup
Kesimpulan
Bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran,
menilai.
Tindak lanjut
Memberikan tugas evaluasi peserta didik
untuk berpendapat dalam tulisan.
Informasi Kegiatan Selanjutnya
Menyampaikan materi pertemuannya
berikutnya.
Doa penutup.
5 menit
Pertemuan 2:
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan
Orientasi
Mengajak semua siswa berdo’a membaca
Surat Al-Fatihah
Pemberian Acuan
Guru melakukan absensi terhadap siswa
Apersepsi
2 menit
119
Memberikan apersepsi dengan bertanya “
siapa yang tahu budaya-budaya daerah yang
ada di Indonesia? Apa saja dan berasal dari
mana ? kalian berasal dari budaya daerah
mana? Kalian lebih hapal budaya sendiri atau
budaya/tarian luar negeri?”
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan
metode Time Token Arends 1998, kalian dapat
mengomentari persoalan faktual (globalisasi)
disertai alasan mendukung , dampak serta
sikap terhadap globalisasi dengan
menggunakan token (kupon bicara).
Guru memberikan token (kupon bicara), setiap
siswa mendapatkan 2 kupon dengan waktu
bicara ± 30 detik
Inti
Eksplorasi
Siswa diminta mengamati gambar persoalan
faktual terkait globalisasi
Guru melakukan tanya jawab kepada siswa
mengenai deskripsi persoalan faktual dan
pokok persoalan pada teks/gambar/video yang
ditampilkan.
Guru mempersilahkan siswa untuk
menyampaikan pendapatnya mengenai
gambar/video yang ditampilkan.
Elaborasi
Siswa dibagi menjadi 2 kelompok besar
Guru membagikan lembar kerja kelompok
yaitu satu berita/artikel persoalan faktual
yang dibagikan secara tertulis untuk
60 menit
120
didiskusikan.
Setiap kelompok mendapat persoalan faktual
globalisasi tentang “Budaya Daerah Kurang
Perhatian”
Semua anggota kelompok wajib membaca,
memahami, serta mempersiapkan pertanyaan
yang akan ditanyakan kepada kelompok lain
serta melaporkan hasil diskusinya di depan
kelas dengan memberikan alasan penyebab,
dampak positif dan negatif, serta cara
menyikapinya dengan cara bertanya,
menjawab, dan memberikan pendapatnya,.
Anggota kelompok yang lain wajib
menjawab, mengomentari dan memberikan
pendapat, serta menanggapi tampilan
kelompok yang tampil serta memberikan
tanggapan dan pendapatnya mengenai
kejadian faktual tersebut. (menggunakan
token)
Di akhir pertemuan, siswa yang masih
membawa kupon akan mendapat punishment
berupa bernyanyi dan menyimpulkan apa yg
telah menjadi bahan diskusi hari ini.
Konfirmasi
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
mengenai materi yang belum jelas, guru
memberikan umpan balik
Bila tidak ada lagi siswa yang ingin bertanya,
guru memberikan soal evaluasi.
Pada pertemuan kedua, guru memberikan
pujian kepada siswa yang telah mengeluarkan
121
komentar/pendapatnya, dan memberikan
motivasi bagi siswa yang kurang/belum
mengeluarkan gagsan/pendapatnya.
Penutup
Kesimpulan
Bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran,
menilai.
Tindak lanjut
Memberikan tugas evaluasi peserta didik
untuk berpendapat dalam tulisan.
Informasi Kegiatan Selanjutnya
Menyampaikan materi pertemuannya
berikutnya.
Doa penutup.
6 menit
XVII. Alat dan Sumber Bahan
Alat/media : Gambar/video kejadian faktual beserta artikelnya, token
(kupon bicara).
Sumber : Buku PKn kelas IV Penerbit Masmedia
LKS Modul Kegiatan Siswa Cerdas PKn Kelas 4B
Koneksi internet, www.youtube.com
XVIII. Penilaian
c. Penilaian Kelompok (Diskusi dan Menyampaikan pendapat)
Hasil Penilaian Keberanian Berpendapat Siklus ke- ....
No Nama Siswa
Objek yang diamati
Jumlah Mengemukakan
Pendapat
Menyampaikan
pertanyaan
Menjawab
pertanyaan
1
2
3
4
Dst.
Skor Akhir
Rata–rata siswa =
122
d. Penilaian soal
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal
Siswa dapat menceritakan
proses globalisasi.
Siswa dapat menyebutkan
pengaruh globalisasi pada
makanan, permainan, dan
kebudayaan.
Siswa dapat menjelaskan
sikap terhadap pengaruh
globalisasi.
Tugas Individu
Laporan buku pekerjaan rumah Uraian Objektif
o Bagaimana sikapmu terhadap kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia?
o Bagaimana pendapatmu mengenai kesenian daerah?
o Menurutmu, apa saja yang termasuk dampak dari globalisasi dalam bidang ekonomi?
o Sebutkan produk-produk asli dalam negeri yang kamu ketahui!
o Sebutkan produk-produk luar negeri yang kamu ketahui!
Lembar Penilaian
No Nama Siswa Diskusi Soal Jumlah Skor Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
Dst.
Skala sikap
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
PRODUK ( HASIL DISKUSI )
No. Aspek Kriteria Skor
1. Konsep * semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1
123
PERFORMANSI
No. Aspek Kriteria Skor
1 Berani Sangat berani
Berani
Kurang berani
Tidak berani
4
3
2
1
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Jakarta, 12 Mei 2016
Peneliti, Aldi Renaldy
NIM : 1112018300048
Menyetujui, Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Wali Kelas IV – D
Asep Ediana Latip, M. Pd Drs. H. Ja’far Sanusi, MA Dra. Nur’aini Wijaya
124
125
126
127
BIODATA PENULIS
Aldi Renaldy. Penulis lahir di Jakarta 3 September
1994 adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara yang lahir dari
pasangan bapak Sapri dan ibu Asiah yang sekarang
bertempat tinggal di Jl. Deris No.1 RT.7/5 Kelapa Dua
Kebon Jeruk Jakarta Barat 11550. Penulis mengawali
pendidikannya di bangku sekolah dasar SDN Kelapa
Dua 01 Pagi pada tahun 2000-2006. Penulis
melanjutkan pendidikannya ke MTs Negeri 12 Jakarta
pada tahun 2006-2009, dan SMA Negeri 16 Jakarta
pada tahun 2009-2012. Belum cukup dengan ilmu yang
didapatnya, penulis melanjutkan studi nya ke jenjang
pendidikan perkuliahan dengan memilih Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan mengambil jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).
Sejak kecil penulis tertarik terhadap berbagai jenis olahraga, seperti bola,
futsal, dan olahraga lainnya. Tak heran sejak duduk di bangku SD penulis selalu
mengikuti berbagai pertandingan olahraga antar sekolah maupun antar kampung.
Selain itu, penulis gemar mengikuti berbagai organisasi dan aktif didalamnya.
Beranjak usia sekolah SMP, penulis mulai mengembangkan hobi olahraganya
dengan mengikuti berbagai ekstrakulikuler yang ada di sekolahnya. Namun
penulis tidak hanya terfokus ke dalam bidang olahraga saja, penulis pernah
mengikuti ekstrakulikuler lainnya, seperti pidato, marawis, tilawah qur’an dan
bela diri, baik OSIS maupun ROHIS,sertamewakili sekolah pada MTQ SMA se-
DKI Jakarta. Berkat berbagai ekstrakulikuler yang ada di MTS dan sewaktu
SMA, penulis mampu menguasai beberapa kegiatan kurikuler maupun
ekstrakulikuler tersebut.
Setelah melanjutkan ke bangku perkuliahan. Penullis mencoba untuk aktif
dalam organisasi HMJ-PGMI sebagai anggota tahun 2013-2015. Selain itu penulis
juga aktif sebagai anggota Marching Band UIN Jakarta, dengan memainkan bass
drum 5. Sejak awal semester sampai sekarang, penulis juga aktif mengabdikan
diripada lingkungan sekitar dalam bidang pendidikan dengan membuat rumah
belajar di rumah. Hingga saat ini penulis sudah mengabdikan diri sebagai pengajar
di beberapa sekolah.