upt perpustakaan isi yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/jurnal.pdfproses penciptaan dilakukan dari...

15
1 AKSARA JAWA CA, RA, KA SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA KERAMIK Jurnal Karya Seni Aji Slamet Priyanto NIM 1211660022 PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2019 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Upload: ngocong

Post on 14-Aug-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

1

AKSARA JAWA CA, RA, KA SEBAGAI SUMBER IDE

PENCIPTAAN KARYA KERAMIK

Jurnal Karya Seni

Aji Slamet Priyanto

NIM 1211660022

PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI

JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2019

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 2: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 3: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

3

AKSARA JAWA CA, RA,KA SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN

KARYA KERAMIK

Oleh : Aji Slamet Priyanto

INTISARI

Sebelum mengenal huruf latin atau Alfabet, Bangsa Indonesia sudah

memiliki huruf sendiri yaitu aksara Kawi yang sudah digunakan diwilayah Jawa,

Sumatra dan Bali. Perjalanan dari jaman kejaman membentuk aksara Jawa yang di

kenal sampai sekarang. Eksistensi Aksara Jawa dimasyarakat terutama di Jawa

semakin mengkhawatirkan, banyak masyarakat yang tidak bisa menulis maupun

membaca aksara Jawa tersebut. Dalam dunia pendidikan, pelajaran aksara Jawa

Hanacaraka juga sangat minim, umumnya hanya ditemui pada pelajaran Bahasa

Jawa (Muatan Lokal) untuk para siswa tingkat dasar maupun menegah.

Proses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide,

penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain dan skesta terpilih.

Melanjutkan ke tahap perwujudan dengan melakukan pemilihan bahan baku tanah

liat dan glasir. Teknik pembentukan pinch dan cetak digunakan untuk

mewujudkan karya, dan proses pengglasiran menggunakan teknik celup dan

teknik spray. Tahap selanjutnya adalah proses pembakaran biskuit dan

pembakaran glasir. Suhu yang dicapai untuk mematangkan badan karya dan juga

lapisan glasir adalah suhu 1200° C.

Penciptaan karya seni keramik dengan tema aksara Jawa Ca, RA, KA

menghasilkan karya-karya yang menampilkan kegelisahan yang dialami seniman,

Seluruhnya terhitung 8 judul karya yang ditampilkan di atas pustek maupun

instalasi panel. Karya aksara Jawa Ca, RA, KA berhasil diciptakan menjadi

sesuatu yang lain yang dapat menarik masyarakat pada umumnya, memberikan

wacana dan referensi baru kepada mahasiswa seni khususnya dan memperbanyak

ragam kreativitas dalam menciptakan karya seni.

Kata Kunci : Aksara Jawa, ca, ra, ka, Seni Keramik

ABSTRACK

Before recognizing Latin letters or Alphabet, Indonesian people had their

own letters, namely Kawi script which had been used in Java, Sumatra and Bali.

The journey from the cruel times made Javanese script known until now. The

existence of Javanese scripts in most communities in Java is increasingly

worrying, many people who cannot write better read the Javanese script. In

education, Hanacaraka Javanese scripts are also minimalist, only can be found in

Javanese Language lessons (Local Content) for elementary students who are also

middle school.

The retrieval process is carried out from the execution and excavation of

ideas, pouring into sketch sheets, design and selected sketches . Continuing the

manufacturing process by selecting raw materials for clay and glaze. Pinch and

print forming techniques are used to make works, and the polishing process uses

dyeing and spray techniques. The next stage is the process of burning biscuits and

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 4: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

4

burning glaze. The temperature that reaches to complete the work of the body and

also the glaze layer is 1200 ° C.

Creation of ceramic art with the theme of Javanese characters Ca, RA, KA

produces works that display anxiety that is attended by artists, all of which can be

read 8 titles of works that discuss the panel installation literature. Javanese

scripts Ca, RA, KA have been successfully made into something else that can

attract the public in general, provide new discourses and references for senior

students and multiply creativity in making artwork.

Keywords: Javanese script, ca, ra, ka, Ceramic Art

A. Pedahuluan

1. Latar Lelakang Penciptaan

Sebelum mengenal huruf latin atau Alfabet, Bangsa Indonesia sudah

memiliki huruf sendiri yaitu aksara Kawi yang sudah digunakan di wilayah

Jawa, Sumatra, dan Bali. “Aksara Kawi merupakan hasil pengembangan aksara

Palawa dari Hindia Timur, yang masuk kewilayah Nusantara pada abad ke-4

Masehi, seiring dengan masuknya pengaruh agama dan budaya India”

(Forshee,dalam djati, 2006:67). Setelah zaman majapahit yaitu pada zaman

kesultanan islam (sekitar abad ke-17 Masehi) aksara Kawi tersebut

berkembang menjadi aksara Jawa moderen atau disebut akasra Hanacaraka,

yang mempunyai nama lain carakan atau hanacaraka yang kita kenal dan

jumpai sampai sekarang.

Eksistensi aksara Jawa di zaman sekarang semakin berkurang peminatnya,

tergeser oleh era globalisasi yang semakin maju. Kebudayaan barat yang

masuk tanpa adanya filter mempengaruhi sudut pandang masyarakat terutama

generasi muda. Dalam hal ini kearifan lokal mempunyai peran penting dalam

berbagai perubahan yang terjadi, baik untuk mempertahankan budaya lokal

maupun bertransformasi untuk menyerap perubahan dan menjadi bentuk baru

tanpa meninggalkan budaya lama. Penulis melihat dampak yang ditimbulkan

dari kebudayaan barat terhadap aksara Jawa di mata masyrakat semakin

mengkhawatirkan, terutama di Jawa sendiri. Aksara Jawa sudah hampir

ditinggalkan, banyak orang yang fasih berbahasa Jawa, namun sangat sedikit

orang yang bisa membaca aksara Hanacaraka. Penggunaan aksara

Hanacaraka secara umum pun juga terbatas misalnya pada papan penunjuk

jalan, papan nama, dan beberapa artikel yang ada pada koran serta majalah,

desain kaos dan lain sebagainya.

Pembelajaran aksara Jawa Hanacaraka juga sangat minim dalam dunia

pendidikan, umumnya hanya ditemui pada pelajaran Bahasa Jawa (Muatan

Lokal) untuk para siswa tinggkat dasar maupun menegah. Didasari pengalaman

pribadi penulis saat duduk dibangku Sekolah Dasar, ketika disuruh maju

kedepan untuk mengerjakan soal aksara Jawa, penulis tidak dapat mengerjakan

soal yang diberikan oleh gurunya. “wong Jowo ilng Jawane “ kalimat inilah

yang disampaikan oleh guru kami dikelas, mulai saat itu penulis berusaha

untuk belajar memahami aksara Jawa, bagaimana menulis Aksara Jawa.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 5: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

5

Adanya kasus tersebut penulis ingin mencoba mengingatkan kembali

kepada masyarakat terutama kalangan muda untuk mengetahui aksara Jawa

kalau dilihat dari bentuknya menarik dan dinamis, sehingga kedepannya

diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang aksara Jawa yang hampir

terlupakan. Penulis juga ingin memunculkan kembali aksara Jawa sesuai

dengan versi penulis agar mampu mengikuti perkembangan zaman yang

semakin modern tetapi tidak mengubah karakter aksara Jawa pada bentuk

aslinya dalam pembuatan karya keramik. Penciptaan karya keramik dengan

tema Aksra Jawa, penulis tidak mengambil semua huruf aksara Jawa untuk

dijadikan sumber ide. Penulis lebih terfokus pada tiga hurf aksara Jawa yaitu

Ca, Ra, Ka. Karena ketiga huruf tersebut memiliki makna yang

berkesinambungan. Secara Etimologi aksara Jawa Hanacaraka memiliki arti

ada cerita, tetapi disini penulis memaknai ca, ra, ka sebagai cipta, rasa, karsa

yang melatar belkangi dalam penciptaan karya keramik.

2. Rumusan dan Tujuan Penciptaan

a. Rumusan Penciptaan

1) Bagaimana Konsep penciptaan karya keramik dengan judul aksara

Jawa Ca, Ra, Ka dalam karya keramik?

2) Bagaimana proses penciptaan karya keramik dengan judul aksara Jawa

Ca, Ra, Ka dalam karya keramik?

3) Bagaimana hasil karya yang diciptakan?

b. Tujuan

1) Menjelaskan konsep penciptaan Aksara Jawa Ca, Ra, Ka dalam karya

keramik.

2) Menjelaskan konsep Aksara Jawa Ca, Ra, Ka melalui media karya

keramik.

3) Menciptakan karya keramik dengan tema Aksara Jawa Ca, Ra, Ka.

3. Teori Dan Metode Penciptaan

a. Metode Pendekatan

1) Metode Pendekatan Estetika

Metode estetika yaitu metode yang digunakan mengacu pada

nilai-nilai estetis yang terkandung pada seni rupa, sehinga

memengaruhi seni tersebut, seperti garis/line, bentuk/shape,

warna/color, dan tekstur/texture. Menurut Monroe Beardsley (dalam

Junaedi, 2007: 63), ada tiga ciri yang menjadi sifat-sifat menjadi indah

dari benda-benda estetis adalah:

a) Kesatuan (unity) ini berarti benda estetis ini tersusun secara baik

atau sempurna bentuknya

b) Kerumitan (complexity) benda estetis atau karya yang

bersangkutan tidak sederhana sekali, melainkan kaya akan isi

maupun unsur-unsur yang berlawanan ataupun mengandung

perbedaan-perbedaan yang halus.

c) Kesungguhan (intensity) suatu benda estetis yang baik harus

mempunyai kualitas tertentu yang menonjol dan bukan sekedar

suatu yang kosong. Tak menjadi soal kualitas apa yang

dikandungnya asalkan merupakan suatu yang intensitif atau

sungguh-sungguh.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 6: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

6

2) Metode Pendekatan Semiotika

Metode semiotika yaitu metode analisis untuk mengkaji tanda.

Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha

mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-

sama manusia. Sesuai penjelasan tersebut bahwa sebuah tanda-tanda

dibuat bertujuan agar manusia bisa berpikir terhadap maksud dan

tujuan dari sebuah tanda, baik berhubungan dengan orang lain,

berhubungan dengan alam semesta, maupun berhubungan dengan

Tuhannya. Dalam pembuatan karya keramik dengan tema Aksara

Jawa Ca, Ra, Ka ini penulis menggunakan pendekatan semiotika

khususnya menggunakan teori Trikotomi Charles Sanders Pierces

yang ke 2.

a) Ikon yaitu tanda yang didasarkan pada kemiripan atau

keserupaan (resemblance) diantara tanda (representamen) dan

objeknya. Pada tahap ini dilakukan pengamatan mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan kemiripan benda tersebut yang

diantaranya yaitu: Aksara Jawa secara bentuk visual memiliki

kemiripan dengan paralon. Hal tersebut bisa dilihat apabila

aksara Jawa disandingkan dengan beberapa paralon yang

diletakkan sejajar.

b) Indeks yaitu hubungan tanda representamen yang memiliki

kaitan fisik, eksistensi, atau, kausal, dan objeknya. Aksara Jawa

Ca, Ra, Ka dijadikan tema dalam penciptaan karya keramik

dikarenakan saat ini banyak orang yang sudah tidak memahami

aksara Jawa, bahkan pada generasi milenium aksara Jawa sudah

jarang dikenal bahkan ditinggalkan. Aksara Jawa Ca, Ra, Ka

dijadikan tema dalam karya keramik dikarenakan memiliki

makna simbolis dan nilai historis spiritual yang dijadikan

filosofis hidup orang Jawa.

c) Simbol yaitu tanda yang representamen merujuk pada objek

tanpa motivasi, arbitrer dengan adanya dasar konvensi

(kesepakatan). Aksara Jawa terdiri dari beberapa huruf. Huruf

aksara Jawa memiliki perbedaan pada setiap lekukan di masing-

masing huruf yang memiliki makna yang berbeda sesuai dengan

sebutan dari masing-masing huruf tersebut. Seperti halnya pada

huruf CA RA KA yang memiliki makna yang dalam yakni cipta

rasa karsa yang berarti kesatuan dari keinginan niat dan tekad

3) Metode Pendekatan Historis

Historis menurut Sartono Kartodirdjo (1992:6) merupakan bentuk

penggambaran pengalaman kolektif di masa lalu, dan untuk

mengungkapnya dapat melalui aktualisasi dan penetasan pengalaman

masa lalu. Menceritakan suatu kejadian adalah cara membuat

hadirnya kembali peristiwa tersebut dengan cara pengungkapan

verbal.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 7: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

7

b. Metode Penciptaan

Metode penciptaan yang digunakan adalah metode yang digagas oleh

Sp. Gustami. Secara Metodologis (ilmiah) terdapat tiga tahapan untuk

melakukan metode penciptaan karya tersebut yaitu: tahap eksplorasi, tahap

perancangan, dan tahap perwujudan. Metode ini disusun berdasarkan teori

Gustami yang diantaranya:

1) Tahap Eksplorasi

Metode ini di gunakanuntuk aktivitas penjelajahan menggali

sumber ide, pengumpulan data & referensi, pengolahan dan analisis

data, hasil dari penjelahan atau analisis data dijadikan dasar untuk

membuat rancangan atau desain. Beberapa langkah eksplorasi yang

dilakukan yaitu:

a) Pengembaraan Jiwa, Pengamatan Benda Secara Langsung, dan

Penggalian Sumber Informasi

Pengembaraan jiwa adalah proses kreatif tahap awal, yaitu

mencari sumber ide melalui berbagai permasalahan, atau

kesenangan dan segala sesuatu yang hadir pada ide yang muncul.

Proses awal inilah yang menjadi langkah penting suatu proses

penciptaan karya seni, karena ide dapat hadir melalui banyak

jalan, sehingga hasil ide menjadi lebih matang. Sebelum

melakukan proses penciptaan dilakukan pengumpulan data

melalui teks-teks tertulis yang mendukung ide dan gagasan dalam

menciptakan karya, tempat yang dituju adalah perpustakan -

perpustakan di Yogyakarta.

b) Penggalian Landasan Teori dan Data Acuan

Setelah menemukan ide dasar aksara Jawa dilakukan sebuah

penggalian lebih dalam terhadap landasan teori dan data acuan.

Penggalian ini bertujuan sebagai pendukung ide yang akan

dikembangkan sekaligus menjadi dasar teori yang kuat terhadap

ide landasan teori yang digunakan adalah teori keramik, teori

semiotika, dan teori estetika. Data acuan pun penting untuk

menjadi acuan yang tepat ketika melakukan proses perancangan

ide dan gagasan dalam proses perancangan karya. Kemudian

dikumpulkan beberapa acuan yang sesuai untuk membentuk ide

dan gagasan yang akan diciptakan.

2) Tahap Perancangan

Metode ini digunakan sebelum karya hendak diwujudkan pada

tahapan selanjutnya. Metode ini memvisualisasikan hasil dari

penjelajahan atau analisis data kedalam berbagai alternatif desain

(sketsa), untuk kemudian ditentukan rancangan/sketsa terpilih, untuk

dijadikan acuan dalam pembuatan rancangan final. Tahap ini

dilakukan melalui proses pemikiran yang panjang dibantu dengan

metode pendekatan, landasan teori, dan data acuan yang di kumpulkan

3) Tahap Perwujudan

Tahap pewujudan karya ini dilakukan dengan tahapan yang

benar agar dalam proses pewujudan tidak terjadi kesalahan yang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 8: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

8

muncul keluar dari sumber ide dasar, gagasan, dan rancangan yang

telah dibuat. Oleh karena itu, tahap pewujudan ini dimulai dari

persiapan alat dan bahan, proses pengerjaan atau pewujudan karya,

serta finishing. Pemilihan bahan, teknik pembuatan, finishing, dan

konsep display pun harus disesuaikan dengan rancangan yang telah

dibuat.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Aksara Jawa Ca, Ra, KA

Bangsa Indonesia pertama kali mengenal tulisan pada abad ke-4 M

bersamaan dengan masuknya kebudayaan Hindia ke Indonesia, tulisan tersebut

dinamakan aksara Pallawa. Peninggalan sejarah yang mampu membuka takbir

periode sejarah di Nusantara adalah penemuan tujuh buah prasasti berupa tiang

batu, peninggalan tiang ini batu ini sering disebut Yupa. Berdasarkan analisis

paleografi diduga bahwa prasasti tersebut berasal dari tahun 322 saka atau 400

Masehi. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh seorang raja bernama Mulawarman,

oleh karena itu, prasasti tersebut juga disebut Prasasti Mulawarman. Prasasti

tersebut ditemukan dimuara Kaman, Kalimantan Timur.

Huruf aksara Jawa dikenal dengan Hanacaraka atau carakan (dalam

bahasa Sunda). Nama aksara Hanacaraka diambil dari lima aksara yaitu Ha-

Na-Ca-Ra-Ka. Bentuk asli dari huruf Jawa, ditulis menggantung (dibawah

garis) seperti aksara Hindi. Namun penjajaran modern sekarang menuliskanya

diatas garis. Aksara Jawa memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan yang

berfungsi menutup bunyi vocal, 8 huruf “utama” (aksara murda, ada yang tidak

berpasangan), 8 pasangan huruf utama, 5 aksara swara (huruf vocal depan), 5

aksara rekan dan pasanganya, beberapa sandangan sebagai pengatur vocal,

beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda pengatur

penulisan.

Gb. 1 Aksara Jawa Dasar

(Sumber:https://dhenokhastuti.wordpress.com/2011/04/11/mari-belajar-lagi-

menulis-aksara-Jawa/ pada 17 Desember 2018 pukul 19:15)

Aksara Jawa Ca memiliki visual yang sangat unik, terdiri dari dua bagian

yang bersambung. Bagian peratama garis lurus keatas sampai tinggi tertentu

dilengkungkan kekiri membetuk setengah lingkaran ditarik kebawah sejajar

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 9: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

9

sama panjang dengan garis pertama. Bagian bawah garis kedua di tarik garis

kedepan melengkung membentuk lingkaran kecil lalu ditarik lurus kekanan

melebihi kaki belakang. Garis tersebut ditarik keatas sejajar pada bagian

peratma pada bagian atas digaris kedepan dan ditarik kebelakang sedikit

melengkung sehingga membentuk seperti paruh. Selanjutnya garis tersebut

ditarik sejajar dengan kaki depan. Ciri-ciri aksara Jawa Ca yaitu memiliki

bentuk paruh, terdiri dari dua bagian.

Aksara Jawa Ra memiliki visual bentuk seperti huruf alfabet n, memiliki

dua kaki dan garis lengkung yang menghubungkan kaki depan dan belakang

bentuk aksar Jawa Ra merupakan bentuk yang paling sederhana dibandingkan

dengan bentuk yang lain.

Aksara Jawa Ka memiliki tiga bagian yang tersambung, bagian pertama

kedua menyeruapai aksara Jawa Na, dan disambung bagian ketiga. Bentuk

aksara Jawa ka memiliki lima garis lurus panjang, pada bagian satu dan dua

disambungkan dengan bentuk lungkaran yang msauk kedalam bagian dua.

Penulis mengambil tiga bentuk aksara Jawa dari dua puluh bentuk yang

ada yaitu Ca, Ra, Ka, ketiga aksara tersebut memiliki makna yang sangat

berkaitan dan saling terhubung satu sama lain. Menurut Soesilo (2000:38-40)

Aksara Jawa Ca, Ra, Ka dalam wawasan filosofi Jawa dapat dimaknai sebagai

berikut”......caraka: utusan dan tulisan Ca: Cipta = Pikir = Nalar –

Akal(thinking), Ra= Perasaan (feeling), Ka= Kehendak (Willing)”. Dari

penafsiran tersebut ketiga sifat Caraka secara kodrati terdapat pada diri

manusia yang menjadi utusan Tuhan, Ketiga sifat ini dirangkai melalui

Hanacaraka sebagai satu kesatuan yang utuh. Barang siapa yang hendak

mencapai kesempurnaan hidup harus berupaya menyatukan Ha dan Na, artinya

Gusti dengan Kawula, Ra ialah Rasa, Ca dan Ka ialah Patrap atau Jawab

(sopan santun serta tindakan) semua harus baik.

2. Teori Desain

Karya seni yang ditampilkan merupakan penggabungan unsur seni rupa

dari bentuk, warna, tekstur, dan garis yang tepat pada gagasan ide penulis

kedalam karya tiga dimensi maupun dua dimensi. Selanjutnya akan dijabarkan

satu persatu tentang elemen tersebut.

1. Bentuk (shape)

Bentuk (shape) menurut Feldman adalah “tampak luar fisik

manifestasi dari sebuah objek yang mati”. Di dalam karya seni bentuk

digunakan sebagai simbol perasaan seniman di dalam menggambarkan

objek hasil subject matter dalam proses pengolahan objek oleh seniman

akan terjadi perubahan wujud objek tersebut sesuai dengan selera,

imajinasi, maupun latar belakang seniman yang akan

mempengaruhinya.

2. Warna

Warna merupakan kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang

dipantulkan benda-benda yang dikenainya. Warna sebagai salah satu

elemen seni rupa merupakan unsur yang sangat penting. Sistem warna

oleh Albert Munsell mendasarkan pada dimensi kualitas warna yaitu :

hue, value, dan intensity/chroma. Warna komplementer adalah warna

yang berlawanan seperti warna merah dan hijau. Jika warna merah dan

hijau didekatkan, warna merah akan terlihat lebih merah dan warna

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 10: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

10

hijau akan terlihat lebih hijau karena masing-masing mempertinggi

kesan aktualnya. Warna analogus adalah warna yang berdampingan

dalam lingkaran warna, sehingga bila warna-warna tersebut didekatkan

kuning, biru dan hijau, ungu dan biru, merah dan ungu.

3. Tekstur

Indera peraba menolong untuk memberitahu tentang sekeliling kita

secara cepat. Bahasa kita melalui beberapa kata seperti halus, kasar,

lembut, dan keras menunjukan bahwa menyentuh dapat memberi tahu

kita tentang sifat dari suatu objek. “ tekstur adalah dasar permukaan,

dan sentuhan pada permukaan tersebut tergantung pada tingkat sampai

dimana bahan ini bisa dihancurkan oleh bahan pembuatnya “ ini

menunjukan bagaimana kita melihat dan merasakannya. Pemberian

tekstur pada permukaan bidang keramik dicapai dengan cara menggores

(incised), tempel (applique) dan teknik cubit untuk mencapai tekstur

dalam pembentukan karakter dari keramik itu sendiri.

4. Garis

Elemen yang ada di seni rupa adalah garis, garis merupakan bentuk

yang memanjang dan mempunyai sifat yang elastis, kaku, dan tegas.

Penggunaan garis dalam seni rupa sangat vital, kegunaan garis

biasanya pada awal proses pembentukan suatu karya seni, yaitu

sketsa. Fungsi garis dalam seni rupa : Memberikan representasi atau

citra struktur, bentuk, dan bidang. Garis ini sering disebut garis

blabar(garis kontur) yang berfungsi sebagai batas/tepi gambar.

Menekankan nilai ekspresi seperti nilai gerak atau

dinamika(movement), nilai irama (rhythm), dan nilai arah(dirrection).

Garis ini disebut juga garis grafis. Memberikan kesan matra(dimensi)

dan kesan barik(tekstur). Garis ini sering disebut garis arsir atau garis

tekstur. Garis tekstur bisa lebih dihayati dengan jalan meraba.

3. Data Acuan

Gb. 2 Aksara Jawa Ra Gb. 3 otak manusia gb. 4 huruf abja A

Keterangan data acuan:

a. Gambar Aksara Ra sumber (https://jv.wikipedia.org/wiki/Ra_(aksara_Jawa)

b. https://www.gurusukses.com/otak-kiri-dan-otak-kanan-mana-yang-lebih-penting

diakses 25 desember 2018, pukul 10,15 WIB

c. Sumber http://gunawantambalban.blogspot.com/2016/07/logo-huruf-a.html, diakses

25 desember 2018, pada 10.15 WIB

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 11: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

11

4. Perancangan/sketsa

Gb. 5 sketsa terpilih 1 Gb. 6 sketsa terpilih 2 Gb.7 sketsa terpilih3

Judul: fikiran Judul: Teriak Judul: kamuflase

5. Perwujudan

a. Tahap Perwujudan

1) Pengolahan Bahan Baku

Dalam proses perwujudan penulis menggunakan bahan tanah liat

stonware Sukabumi, gelasir, dan gipsum. Alat yang digunakan berupa

butsir, meja putar, spons, sejumlah wadah, senar pemotong, kuas,

saringan mesh 80, dua lembar kain dan dua papan pembatas, timbangan,

mortar, kompresor, spray gun, tungku gas

2) Teknik Pengerjaan

Untuk mempermudah proses pembentukan penulis menggunakan

beberapa teknik untuk mencapai bentuk yang diinginkan, diantaranya

adalah teknik pijit (pinch), Teknik Putar, lempeng (slab)

3) Proses Pengerjaan

Berikut beberapa urutan dalam proses penciptaan karya. Tahap

pertama menyiapkanapan Tanah liat, Pembentukan, Pengeringan,

Pembakaran biskuit, Penggelasiran dan terakhir berupa pembakaran

gelasir.

b. Hasil

Karya seni merupakan salah satu media yang digunakan seniman untuk

mengungkapkan ekspresi maupun luapan emosi yang dirasaknya, baik dari

pengalaman pribadi maupun melihat kejadian-kejadian dilingkunan

disekitarnya. Penciptaan karya keramik ini penulis memakai konsep Aksara

Jawa Ca, Ra, Ka sebagai sumber ide dalam penciptaan karya seni keramik.

Visualisasi Aksara Jawa Ca, Ra, Ka dituangkan dalam bentuk karya

keramik dekoratif dan instalasi dengan menggunakan teknik pinch (pijit)

dalam pengerjaanya. Melalui proses pembakaran biskuit, proses pewarnaan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 12: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

12

glasir dengan beberapa tehnik pewarnaan (teknik semprot, teknik kuas dan

teknik celup), dan berakhir pada proses pembakaran glasir. Karya – karya

yang diciptakan dari segi bentuk mengambil refrensi bentuk paralon yang

memiki kemiripan dengan bentuk tabung dan dari segi warna memakai

perpaduan warna cerah dan dingin untuk menonjolkan sisi estetis.

Keseluruhan karya yang diciptakan dengan tema Aksara Jawa Ca, Ra,

Ka sebagai sumber ide dalam penciptaan karya seni keramik, penulis ingin

mengajak masyarakat, terutama masyarakat Jawa sendiri untuk melestarikan

aksara Jawa yang semakin lama jarang di gunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Pembelajaran aksara Jawa sendiri didapat di instansi pendidikan

samapai tingkat lanjut dan hanya pada bagian luar yang disampaikan.

Aksara Jawa sendiri memiliki nilai filosofi yang bisa digunakan masyarakat

untuk pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Kegelisahan atas

permasalahan tersebut kemudian diwujudkan dalam karya seni keramik

dengan penggambaran visualisasi Aksara Jawa yang ada pada setiap karya.

c. Pembahasan Khusus

Gb. 8 Karya 1 Gb. 9 Karya 2 Gb. 10 Karya 3

Karya pertama berjudul “Fikiran” karya ini bercerita tentang Fikiran

seseorang yang lebih dikenalkan dengan budaya modern, dimana budaya tersebut

masuk melalui media sosial seperti facebook, instagram, dan line yang sering

mereka akses setiap hari. Ketika budaya tersebut lebih disukai di fikiran seseorang

akan mengasingkan budayanya sendiri, bahkan dampak yang lebih buruk budaya

sendiri akan dilupakan.Karya ini terinspirasi dari beberapa ciri-ciri otak manusia

yang dituangkan dalam bentuk bulat tak beraturan, adapun ciri yang diambil

penulis yaitu goresan yang menyerupai otak. Bentuk bulat tak beraturan

didekrorasi dengan icon-icon yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan,

tidak lupa menambahkan bentuk Aksara Jawa yang menjadi tema dalam

penciptaan karya ini. Warna putih pada bentuk bulat dengan goresan dan percikan

warna merah memberikan kesan nyata otak. Warna-warna pada dekorasi icon

membentuk kesatuan dengan otak tersebut, warna merah pada Aksara Jawa

memberi kesan darah yang keluar dari bentuk otak.

Karya ke dua berjudul “Kamuflase”, artinya perubahan yang terjadi dari

aksara Jawa Ra menjadi huruf alfabet R. Perubahan tersebut terjadi karena

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 13: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

13

terasingnya aksara Jawa Ra di sudut pandang masyarakat. kebanyakan masyarakat

melihat karya ini pertama kali yang terlintas adalah bentuk alfabet R padahal

disitu terdapat bentuk Aksara Jawa RA. Untuk melihat Aksra Jawa Ra yang

terkadung setidaknya menggunakan dua sudut pandang, telepas dari bentuk R.

Pesan yang ingin disampaikan dari karya ini perbanyaklah sudut pandang sangat

dalam melihat permasalahan yang dihadapi, agar kita tahu maksud dari

permasalahan tersebut muncul. Karya ini terinspirasi dari kesamaan ciri-ciri yang

dimiliki antar huruf Aksara Jawa Ra dengan huruf alfabet R, kesamaan tersebut di

visualisasikan secara global berbentuk huruf R. Visualisasi Aksara Jawa Ra

berbentuk tabung yang menyerupai parallon bewarna merah memiliki irama gerak

yang indah. Bentuk Aksara Jawa tersebut di memiliki komposisi bentuk paling

banyak yang sedangkan penggambaran Huruf alfabet R terletak pada bagian kaki

berbentuk balok. Perubahan bentuk Tabung menjadi balok memiliki kesan unity,

dimana perubahan satu bentuk kebentuk lain tidak mengurangi nuilai keindahan

yang di suguhkan.

Karya ke tiga berjudul “teriak”, karya ini menceritakan teriakan anak tiri

yang merasa asing dirumah sendiri, suasana ramai tetapi tak ada yang mengenal

dia. Sama halnya dengan Aksara Jawa, dalam fikiran penulis Aksara Jawa hanya

tingal cerita naskah yang membisu, ketika tak ada ketertarikan masyarakat

khususnya Jawa untuk mempelajari aksara Jawa. Untuk menyampaikan pesan

kepada audiens penulis mengambil bentuk huruf alfabet A, yang masih memiliki

kesamaan fungsi dengan Aksara Jawa yaitu media komunikasi tulis. Huruf

Alfabet A tersebut memiliki 3 warna yang harmonis yaitu coklat keabu-abuan,

hitam, dan abu-abu. Pewarnaan Alfabet tersebut memberikan kesan modern

ataupun kekinian. Penyatuan dari dua tabung yang membentuk bibir teriak

merupakan simbol aksara Jawa yang sudah di ubah penulis. Kesamaan warna

pada body aksara Jawa dengan huruf alfabet membetuk kesatuan, memberikan

makna aksara Jawa ada tetapi keberadaanya tertutup oleh bentuk Alfabet.

C. Kesimpulan

Karya keramik dengan judul tugas akhir penciptaan “Aksara Jawa Ca,Ra,Ka”

tercipta melalui proses yang panjang dan konsep yang matang. Bermula dari

pengalaman waktu duduk dibangku sekolah, menghadirkan sebuah ide yang

menjadi awal dari sebuah proses penciptaan karya seni keramik. Aksara Jawa Ca,

Ra, Ka hadir kedalam ruang ide penulis, berkembang menjadi ide dan gagasan

yang menarik. Ide aksara Jawa Ca, Ra, Ka yang telah merasuk kedalam pikiran,

dengan niat dijadikan sebuah tema utama. Eksplorasi dilakukan untuk

mengembangkan ide dan gagasan tersebut menjadi sesuatu yang artistik,

melahirkan banyak sekali abstraksi mengenai karya-karya yang ingin sekali

diciptakan, tentunya dalam karya seni keramik. Melalui pertimbangan melalui

kajian teori dasar keramik dan seni rupa, dan juga pendekatan teori semiotika, dan

estetika membuat ide semakin berkembang dan eksplorasi semakin tajam. Ketika

konsep dalam bentuk kontekstual telah matang, perlu dilakukan penuangan ide

dan gagasan secara tekstual agar segala sesuatu mengenai ide yang hendak

diciptakan menjadi lebih jelas dan kongkrit.

Data acuan dikumpulkan guna memberikan acuan agar karya tidak abstrak,

Kemudian analisis dilakukan terhadap data acuan menggunakan metode

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 14: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

14

pendekatan semiotika dan estetis. Kedua pendekatan inilah yang digunakan untuk

mencari kualitas semiotika dan estetis yang terdapat pada data acuan yang telah

dikumpulkan, diselaraskan dengan ide, dan gagasan yang telah dipikirkan hadirlah

sebuah ide yang siap dituangkan pada lembar-lembar sketsa menjadi sebuah

desain karya keramik. Setelah terkumpul cukup sketsa-sketsa atau desain karya

keramik, dilakukan proses perancangan yang berkaitan dengan proses dan teknik

pembuatan, pemilihan alat kerja dan bahan baku, kontruksi karya, dan proses

finishing. Melalui proses pengerjaan yang terencana dan manajemen waktu dan

kerja yang baik, terciptalah karya-karya keramik yang sesuai dengan ide dan tema

dasar bola basket. Dapat menjadi sebuah kajian penting dan pembelajaran dalam

seni rupa khususnya kriya keramik, memberikan wacana dan refrensi baru kepada

mahasiswa seni khususnya dan memperbanyak ragam kreatifitas dalam

menciptakan karya seni. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum

tentang proses penciptaan karya seni khususnya karya seni keramik

Karya keramik yang diciptakan banyak mengandung nilai-nilai semiotika

berupa pesan dan makna yang dihadirkan melalui bentuk-bentuk yang ada pada

karya, juga ekspresi-ekspresi penulis yang coba diletakkan pada karya seni.

beberapa karya akan dengan mudah dipahami oleh masyarakat, namun tidak

sedikit pula yang akan sulit dicerna, karena pada dasarnya penulis mencoba

melakukan interaksi dengan masyarakat penikmat melalui karya seni yang

dihadirkan. Walaupun masyarakat punya kebebasan dalam mengartikannya dan

menanggapinya sesuai dengan perasaan, dan pengalaman mereka terkait dengan

tema dan ide yang digagas oleh penulis. Semua itu adalah bagian dari proses

komunikasi antara masyarakat dengan penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Ambar. 1997. Pengetahuan Keramik. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Gustami, Sp. 1985. Pola Hidup dan Produk Kerajinan Keramik Kasongan. Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan, Direktorat Jendral Kebudayaan, Proyek Penelitian Pengkajian Kebudayaan Nusantara.

Gustami, SP. Butiran-Butiran Mutiara Estetika Timur Ide DasarPenciptaan

Karya, Yogyakarta: Pratista, 2007

Junaedi, Deni. Estetika; Jalinan Subjek, Objek, dan Nilai, ISI Yogyakarta,

Yogyakarta. 2013

Prihantono, Djati. 2011. Sejarah Aksara Jawa, Java Lentera, Yogyakarta.

Endraswara, Suwardi. 2006. Filsafat Kejawen dalam Aksara Jawa, Yogyakarta:

Gelombang Pasang

Daftar Laman

http://doerayme.blogspot.com/2012/10/knot-connection-and-string-playing.html

(diakses pada hari kamis 14 desember 2018)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 15: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/4438/7/JURNAL.pdfProses penciptaan dilakukan dari pengolahan dan eksplorasi ide, penuangan kedalam lembar sketsa, perancangan desain

15

https://id.pinterest.com/pin/488710997040349708/( diakses pada hari kamis 14

desember 2018)

https://id.pinterest.com/pin/42432421464873947/9 ( diakses pada hari kamis 14

desember 2018)

https://jv.wikipedia.org/wiki/Ra_(aksara_Jawa) (diakses pada hari kamis 14

desember 2018 )

http://gunawantambalban.blogspot.com/2016/07/logo-huruf-a.html (diakses pada

hari kamis 14 desember 2018)

https://www.gurusukses.com/otak-kiri-dan-otak-kanan-mana-yang-lebih-penting

(diakses pada hari kamis 14 desember 2018)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta