urbanisas1
DESCRIPTION
mengenai gejala urbanisasi di IndonesiaTRANSCRIPT
Definisi urbanisasi
Sebenarnya apa arti dari urbanisasi? Kamus Besar Bahasa
Indonesia menyebutkan bahwa urbanisasi diartikan sebagai :
1. perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa (kota kecil, daerah) ke kota
besar (pusat pemerintahan)
2. perubahan sifat suatu tempat dari suasana (cara hidup dsb) desa ke suasana kota.
Urbanisani adalah berpindahnya penduduk dari desa ke kota, pada umumnya
mereka bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan mengadu nasib
dikota dan bertujuan untuk mencapai satu tingkat kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya. Urbanisasi mempunyai hubungan yang rapat dengan industrilisasi dan
ekonomi, sosial dan alam sekitar. Industrilisasi merujuk kepada perubahan dalam
sektor ekonomi sesebuah negara iaitu perubahan kegiatan ekonomi dari kegiatan
yang berasaskan sumber pertanian kepada sektor pembuatan dan juga perkilangan
sebagai sumber utama pendapatan.
Konsep urbanisasi sendiri dapat berubah-ubah menyesuaikan dengan
kerangka pikirnya. Karena itu, Ningsih (2002) memberikan pertimbangan dalam
rangka menemukan sebuah defenisi atau konsepsi urbanisasi, dimana
pertimbangan ini didasarkan atas sifat yang dimiliki arti dan istilah urbanisasi, yaitu
multi-sektoral dan kompleks, misalnya pertama. Dari segi demografi, urbanisasi ini
dilihat sebagai suatu proses yang ditunjukkan melalui perubahan penyebaran
penduduk dalam suatu wilayah. Masalah-masalah mengenai kepadatan penduduk
berakibat lanjut terhadap masalah perumahan dan masalah kelebihan tenaga kerja
menjadi masalah yang sangat merisaukan karena dapat menghambat
pembangunan. Pemerintah secara khusus menangani masalah perumahan dengan
diadakannya Kementerian Negara Perumahan Rakyat.
Kedua, dari segi ekonomi, urbanisasi adalah perubahan struktural dalam
sektor mata pencaharian. Ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk desa yang
meninggalkan pekerjaannya di bidang pertanian, beralih bekerja menjadi buruh
atau pekerja kasar yang sifatnya non agraris di kota. Masalah-masalah yang
menyangkut mata pencaharian sektor informasi atau yang lebih dikenal dengan
istilah pedagang kaki lima.
Ketiga, dalam pengertian sosiologi maka urbanisasi dapat dikaitkan dengan
sikap hidup penduduk dalam lingkungan pedesaan yang mendapat pengaruh dari
kehidupan kota. Dalam hal ini apakah mereka dapat bertahan pada cara hidup desa
ataukah mereka mengikuti arus cara hidup orang kota yang belum mereka kenal.
B. Sebab akibat dari urbanisasi
Demografi, ekonomi dan sosiologi menyebutkan bahwa urbanisasi
memindahkan penduduk ke wilayah yang lebih berkembang akibat adanya pull
factor. Namun untuk mencari penyebab dan akibat dari urbanisasi perlu
diperhatikan terlebih dahulu pengertian atau dua definisi dari urbanisasi yang
mempunyai sudut pandang geografis, karena dari dua defenisi berikut tercermin
berbagai implikasi dari urbanisasi yakni :
1. Urbanization studies the geographic concentration of population and non
agricultural activities in urban environmental of varying size and form”.
2. Urbanization studies the gegraphic diffusion of urban values and behavior and also
organizations and institutions”.
Jika, yang pertama menunjukkan adanya pemusatan penduduk dan
pemusatan kegiatan non agraris di daerah perkotaan dalam berbagai bentuk dan
ukuran. Gejala ini bisa dikatakan merupakan hasil dari adanya faktor-faktor negatif
dari daerah pedesaan dan faktor-faktor positif dari daerah perkotaan, yang
menyebabkan proses urbanisasi berlangsung.
Akibatnya, persebaran penduduk menjadi tidak merata antara desa dengan
kota yang akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial
kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa
didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat
penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu
menjadi suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Dalam hal kependudukan, perpindahan manusia dari desa ke kota sendiri
hanya merupakan salah satu penyebab urbanisasi. Karena itu perpindahan itu
sendiri dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yakni: Migrasi
Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya Migrasi penduduk lebih bermakna
perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di
kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya
bersifat sementara atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa,
seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan,
informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain
sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong,
memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam
bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa
atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk
melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
Tjiptoherijanto (2008) dalam Urbanisasi, Mobilitas dan Perkembangan
Perkotaan di Indonesia. menggambarkan bahwa urbanisasi pada umumnya telah
dipahami secara luas namun demikian, mereka yang awam dengan ilmu
kependudukan sering kali kurang tepat dalam memakai istilah tersebut. Karena
dalam pengertian yang sesungguhnya, urbanisasi berarti persentase
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Sedangkan mereka yang
awam dengan ilmu kependudukan seringkali mendefinisikan urbanisasi
sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota. Padahal perpindahan
penduduk dari desa ke kota hanya salah satu penyebab proses urbanisasi,
di samping penyebab-penyebab lain seperti pertumbuhan alamiah
penduduk perkotaan, perluasan wilayah, maupun perubahan status
wilayah dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan, dan
semacamnya itu.
C. Urbanisasi Kawasan Perkotaan di indonesia
urbanisasi pada dasarnya merupakan persentase penduduk perkotaan,
karena itu Urbanisasi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pertumbuhan alami
penduduk daerah perkotaan, migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan,
dan reklasifikasi desa perdesaan menjadi desa perkotaan. gambaran
perkembangan tingkat migran dan ubanisasi di Indonesia pada umumnya dan DKI
Jakarta pada khususnya.
Biro Pusat Statistik Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun 1980 migran
(penduduk yang bermigrasi) di Indonesia berjumlah 3,7 juta jiwa, dan angka
tersebut meningkat menjadi 5,2 juta jiwa pada tahun 1990 dan sedikit menurun
menjadi 4,3 juta jiwa pada periode 1990-1995. Dengan demikian secara kumulatif
diketahui bahwa sampai tahun 1980, jumlah penduduk Indonesia yang pernah
melakukan migrasi adalah 11,4 juta jiwa, sedangkan pada tahun 1990 angka
tersebut meningkat menjadi 17,8 juta jiwa.
Lebih lanjut, data survei penduduk antarsensus (Supas) 1995 (yang dikutip
dari Biro Pusat Statistik) memperlihatkan bahwa tingkat urbanisasi di Indonesia
pada tahun 1995 adalah 35,91 persen yang berarti bahwa 35,91 persen penduduk
Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Tingkat ini telah meningkat dari sekitar 22,4
persen pada tahun 1980 yang lalu. Sebaliknya proporsi penduduk yang tinggal di
daerah pedesaan menurun dari 77,6 persen pada tahun 1980 menjadi 64,09 persen
pada tahun 1995.
Menggunakan data perkembangan migran yang sama, diproyeksikan
penduduk daerah perkotaan berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan penduduk
daerah perkotaan dan daerah perdesaan (Urban Rural Growth Difference/URGD)
untuk tahun 2000, 2005, 2010, 2015, 2020 dan 2025. Yang hasilnya dapat disimak
pada tabel berikut ini. Proyeksi angka tersebut diatas sudah diasumsikan oleh tiga
faktor sebelumnya yaitu pertumbuhan alami penduduk daerah perkotaan, migrasi
dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan, dan reklasifikasi desa perdesaan
menjadi desa perkotaan.
Tabel 1
Presentase Penduduk Daerah Perkotaan per Provinsi, 2000-2025
Propinsi 2000 2005 2010 2015 2020 2025
Nanggroe Aceh Darussalam 23.6 28.8 34.3 39.7 44.9 49.9
Sumatera Utara 42.4 46.1 50.1 54.4 58.8 63.5
Sumatera Barat 29.0 34.3 39.8 45.3 50.6 55.6
Riau 43.7 50.4 56.6 62.1 66.9 71.1
Jambi 28.3 32.4 36.5 40.6 44.5 48.4
Sumatera Selatan 34.4 38.7 42.9 47.0 50.9 54.6
Bengkulu 29.4 35.2 41.0 46.5 51.7 56.5
Lampung 21.0 27.0 33.3 39.8 46.2 52.2
Kepulauan Bangka Belitung 43.0 47.8 52.2 56.5 60.3 63.9
Dki Jakarta 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.
0
Jawa Barat 50.3 58.8 66.2 72.4 77.4 81.4
Jawa Tengah 40.4 48.6 56.2 63.1 68.9 73.8
D I Yogyakarta 57.6 64.3 70.2 75.2 79.3 82.8
Jawa Timur 40.9 48.9 56.5 63.1 68.9 73.7
Banten 52.2 60.2 67.2 73.0 77.7 81.5
Bali 49.7 57.7 64.7 70.7 75.6 79.6
Nusa Tenggara Barat 34.8 41.9 48.8 55.2 61.0 66.0
Nusa Tenggara Timur 15.4 18.0 20.7 23.5 26.4 29.3
Kalimantan Barat 24.9 27.8 31.1 34.8 39.0 43.7
Kalimantan Tengah 27.5 34.0 40.7 47.2 53.3 58.8
Kalimantan Selatan 36.2 41.5 46.7 51.6 56.3 60.6
Kalimantan Timur 57.7 62.2 66.2 69.9 73.1 75.9
Sulawesi Utara 36.6 43.4 49.8 55.7 61.1 65.7
Sulawesi Tengah 19.3 21.0 22.9 24.9 27.3 29.9
Sulawesi Selatan 29.4 32.2 35.3 38.8 42.6 46.7
Sulawesi Tenggara 20.8 23.0 25.6 28.5 31.8 35.5
Gorontalo 25.4 31.3 37.0 42.8 48.2 53.2
Maluku 25.3 26.1 26.9 27.9 28.8 29.9
Maluku Utara 28.9 29.7 30.6 31.5 32.5 33.6
Papua 22.2 22.8 23.5 24.3 25.1 26.0
Tabel diatas menyajikan tingkat urbanisasi per provinsi dari tahun 2000
sampai dengan 2025. Untuk Indonesia, tingkat urbanisasi diproyeksikan sudah
mencapai 68 persen pada tahun 2025. Untuk beberapa provinsi, terutama provinsi
di Jawa dan Bali, tingkat urbanisasinya sudah lebih tinggi dari Indonesia secara
total. Tingkat urbanisasi di empat provinsi di Jawa pada tahun 2025 sudah di atas
80 persen, yaitu di Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Banten. Khusus untuk DKI
Jakarta, tingkat urbanisasinya telah mencapai 100%.
Ada sedikit perbedaan antara mobilitas dan migrasi penduduk. Mobilitas
penduduk didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang melewati batas
administratif tingkat II, namun tidak berniat menetap di daerah yang baru.
Sedangkan migrasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang melewati
batas administratif tingkat II dan sekaligus berniat menetap di daerah yang baru
tersebut. Di dalam pelaksanaan perhitungannya, data yang ada sampai saat ini
baru merupakan data migrasi penduduk dan bukan data mobilitas penduduk. Di
samping itu, data migrasi pun baru mencakup batasan daerah tingkat I. Dengan
demikian, seseorang dikategorikan sebagai migran seumur hidup jika propinsi
tempat tinggal orang tersebut sekarang ini, berbeda dengan propinsi dimana yang
bersangkutan dilahirkan. Selain itu seseorang dikategorikan sebagai migran risen
jika propinsi tempat tinggal sekarang berbeda dengan propinsi tempat tinggalnya
lima tahun yang lalu.
D. Hubungan antara faktor ekonomi dengan urbanisasi
Dalam kehidupan kota yang modern dan serba mewah merupakan salah satu
daya tarik seseorang melakukan urbanisasi. Segala sesuatu yang mudah
didapatkan diperkotaan mulai dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Daerah
perkotaan juga mempunyai sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap seperti
sarana pendidikan, kesehatan, transportasi, telekomunikasi, dll.
Tersedianya lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan menjanjikan juga
menjadi salah satu daya tarik orang melakukan urbanisasi dengan harapan bisa
mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga dapat meningkatkan tingkat
perekonomian keluarganya. Sedangkan didaerah pedasaan lapangan pekerjaannya
sangat terbatas dan seandainya ada penghasilan yang diperoleh untuk bekerja
didesa tidak sebesar dengan penghasilan yang didapat bekerja di kota
Kota –kota besar merupakan kota tujuan arus urbanisasi, hal ini bisa kita
pahami karena kota merupakan pusat pemerintahan, pusat industri, pusat
perdagangan baik barang maupun jasa. Tujuan seseorang melakukan urbanisasi
adalah untuk mengisi kekurangan tenaga kerja terutama di sektor industri karena
industri merupakan yang paling banyak menyerap tenaga kerja.
Kota merupakan pusat penggerak perekonomian,adanya banyak peluang
yang memungkinkan seseorang untuk melakukan kegiatan perdagangan,membuka
lapangan usaha dll. karena dikota iklim perekonomiannya cukup stabil.hal ini
seharusnya menjadi perhatian urbanisme sebagai salah satu alternative untuk
mewujudkan impianya tentunya didukung dengan usaha keras dan modal usaha.
Urbanisani adalah berpindahnya penduduk dari desa ke kota, pada umumnya
mereka bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan mengadu nasib
dikota dan bertujuan untuk mencapai satu tingkat kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya. Urbanisasi mempunyai hubungan yang rapat dengan industrilisasi dan
ekonomi, sosial dan alam sekitar. Industrilisasi merujuk kepada perubahan dalam
sektor ekonomi sesebuah negara iaitu perubahan kegiatan ekonomi dari kegiatan
yang berasaskan sumber pertanian kepada sektor pembuatan dan juga perkilangan
sebagai sumber utama pendapatan.
Untuk dapat memahami lebih baik mengenai fungsi ekonomi sebagai faktor
pendorong (pull factor) terjadinya proses urbanisasi, kita perlu memahami kaitan
proses urbanisasi dengan ekonomi perkotaan. Ekonomi perkotaan sendiri secara
luas merupakan isu-isu perkotaan seperti kejahatan, pendidikan, angkutan umum,
perumahan, dan keuangan pemerintah daerah. Jika lebih sempitnya, ekonomi
perkotaan dalam Urban Economics[5] adalah cabang ekonomi mikro yang
mempelajari tata ruang perkotaan dan lokasi rumah tangga dan perusahaan.
Analisis ekonomi perkotaan banyak bergantung pada model tertentu tata
ruang perkotaan, model kotamonocentric yang dirintis pada tahun 1960
oleh William Alonso, Richard Muth, dan Edwin Mills. Ketika kebanyakan teori
ekonomi neoklasik tidak memperhitungkan hubungan spasial antara individu dan
organisasi, ekonomi perkotaan lebih berfokus pada hubungan spasial ini untuk
memahami motivasi ekonomi mendasari pembentukan, fungsi, dan perkembangan
kota, termasuk proses urbanisasi tersebut.
Sejak pencetusannya pada 1964, model kota monocentric William
Alonso sudah berbentuk cakramCentral Business District (CBD) dan wilayah
pemukiman sekitarnya telah menjadi titik awal untuk analisis ekonomi perkotaan.
Konsep Monocentricity sendiri menjadi lebih lemah dari waktu ke waktu karena
perubahan teknologi, terutama karena pengaruh sistem transportasi yang lebih
cepat dan lebih murah (yang memungkinkan penumpang ntuk hidup jauh dari
pekerjaan mereka di CBD) dan komunikasi (yang memungkinkan operasi back-
office untuk pindah keluar dari CBD). Selain itu, penelitian terbaru juga telah
berupaya untuk menjelaskan polycentricity dijelaskan di Edge City milik Joel
Garreau. Beberapa pengaruh lain dari urbanisasi bagi bentuk perkotaan akan
dijelaskan lebih jauh dalam model-model seperti faktor utilitas dari sewa lahan rata-
rata yang dan fungsi ekonomi aglomerasi.
Pengaruh ekonomi yang mendorong terjadinya urbanisasi juga dijelaskan
dalam teori-teori lokasi von Thünen, Alonso, Christaller, dan Lösch yang dimulai
proses spasial ekonomi dalam buku Urban Dynamics and Growth oleh Capello &
Nijkamp pada tahun 2004. Disebutkan bahwa keterbatasan alokasi sumber daya
mendorong fenomena ekonomi untuk berlangsung melintasi ruang geografis,
karena itu fokus alokasi sumber daya di seluruh ruang akan berkaitan langsung
dengan faktor ekonomi.
Lebih jauh lagi, faktor ekonomi dianalisa oleh Arthur O’Sullivan mampu
mempengaruhi wilayah regional yang lebih jauh lebih besar melalui proses
urbanisasi. Karena itu tulisan ini akan mencoba mengevaluasi enam temayang
disebutkan beliau mempengaruhi perkembangan suatu kota akibat pengaruh
proses urbansasi yang muncul dari dorongan ekonomi, yaitu : kekuatan-kekuatan
pasar dalam pengembangan kota, penggunaan lahan dalam kota, angkutan kota,
masalah perkotaan dan kebijakan publik, perumahan dan kebijakan publik, dan
pengeluaran pemerintah daerah dan pajak.
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang
cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan
kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah
peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah
lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan,
dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya
salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi
Penduduk dan Mobilitas Penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa
ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti
perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya
harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian
pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau
faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian
atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya
dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke
perkotaan.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Faktor penarik
2 Faktor pendorong
3 Keuntungan urbanisasi
4 Akibat urbanisasi
5 Pranala luar
Faktor penarik[sunting | sunting sumber]
1. Kehidupan kota yang lebih modern
2. Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
Faktor pendorong[sunting | sunting sumber]
1. Lahan pertanian semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
Keuntungan urbanisasi[sunting | sunting sumber]
1. Memoderenisasikan warga desa
2. Menambah pengetahuan warga desa
3. Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu daerah
4. Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa
Akibat urbanisasi[sunting | sunting sumber]
1. Terbentuknya suburb tempat-tempat pemukiman baru dipinggiran kota
2. Makin meningkatnya tuna karya (orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap)
3. Masalah perumahan yg sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
4. Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan kerawanan sosial dan kriminal
Dampak Positif Urbanisasi
Dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kota
Mengurangi jumlah pengangguran di desa
Meningkatkan taraf hidup penduduk desa
Kesempatan membuka usaha-usaha baru di kota semakin luas
Perekonomian di kota semakin berkembangDampak Negatif Urbanisasi Berkurangnya tenaga terampil dan terdidik di desa Produktivitas pertanian di desa menurun Meningkatnya tindak kriminalitas di kota Meningkatnya pengangguran di kota Timbulnya pemukiman kumuh akibat sulitnya mencari perumahan Lalu lintas di kota sangat padat, sehingga sering menimbulkan kemacetan lalu lintas