tugas2kuliah.files.wordpress.com · web viewtingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut...
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang
bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.
Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan
memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Keragaman potensi siswa, maka metode kerja kelompok mempunyai andil
yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan
dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh relevansi penggunaan metode yang
sesuai dengan tujuan, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai sesuai
dengan standar keberhasilan yang tercantum di dalam suatu indikator. Salah satu
faktor yang menyebabkan peserta didik kurang berminat dan mengalami kesulitan
dalam belajar Sains adalah penggunaan strategi dan metode mengajar yang
monotones dan kurang tepat.
Guru merupakan kunci dalam pembelajaran, keberhasilan anak didik dalam
belajar ditentukan oleh peran guru dalam mengolah kegiatan belajar mengajar.
Bahkan kajian mata pelajaran Sains di SMP merupakan pengembangan dari bahan
kajian Sains di SD yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang mengandung
konsep abstrak dan dibahas secara kuantitatif. Namun, kenyataan menunjukkan
bahwa pelaksanaan proses pembelajaran yang ditemukan di sekolah-sekolah adalah
banyak pengajaran Sains yang terbatas pada produk atau fakta, konsep dan teori saja,
serta masih dilaksanakan secara tradisional.
Pelaksanaan pembelajaran Sains masih belum sesuai dengan tuntutan
kurikulum, yaitu mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-
konsep sains dalam menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah (Nur, 1998:2). Fakta lain
ditemukan bahwa pembelajaran sains kurang melaksanakan kerja kelompok dan
diskusi. Hal ini mencerminkan pembelajaran sains umumnya pasif dan cenderung
berpusat pada guru. Pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok
diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa, kemampuan guru mengelola
kegiatan belajar mengajar sudah dapat mengubah dari pembelajaran yang berpusat
kepada guru pembelajaran yang berpusat pada anak didik.
Menurut Kartika dalam Drost (1998 : 168), bahaw keterampilan proses sains
akan terbentuk hanya melalui rposes kerja kelompok yang berulang-ulang. Anak
didik tidak akan mampu menerapkan konsep, terampil berkomunikasi, terampil
mengajukan pertanyaan, jika tidak ada peluang untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan tersebut. Peluang saja tidak cukup, tanpa direalisasikan. Anak didik
harus menggunakan peluang itu untuk melakukan sedniri proses secara terus menerus
dalam bentuk kelompok. Berangkat dari beberapa pandangan tersebut di atas, maka
dalam kegiatan pembelajaran salah satu upaya yang dapat dilakukan guru agar siswa
dapat belajar dengan aktif adalah dengan menyusun program pembelajaran yang baik,
sebab dengan perencanaan dan program pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa
dalam kegiatan belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar
siswa ditandai dengan perubahan perilaku dan hasil belajar. Oleh karena itu salah satu
metode guru yang dapat digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar sains adalah
dengan penggunaan metode kerja kelompok.
Kegiatan pembelajaran sains yang dilaksanakan di SD 11 Batubassi
Kabupaten Maros menggunakan metode ceramah yang sangat monoton sehingga
aktivitas belajar siswa sangat minim. Hasil observasi yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa rata-rata kelas pada mata pelajaran sains siswa kelas III Tahun
ajaran 2005/2006 adalah 5,5 yaitu masih tergolong ke dalam kategori rendah. Selain
itu, siswa cenderung pasif dan tidak saling membantu dalam kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu, dilakukan suatu penelitian tentang peningkatan hasil belajar sains
melalui penggunaan metode kerja kelompok siswa kelas III di SD 11 Batubassi
Kabupaten Maros.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah
“Apakah ada peningkatan hasil belajar sains melalui penggunaan metode kerja
kelompok siswa kelas III di SD 11 Batubassi Kabupaten Maros”?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui
adanya peningkatan hasil belajar sains melalui metode kerja kelompok siswa kelas III
SD 11 Batubassi Kabupaten Maros.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil-hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada para guru, siswa dan masyarakat yang terkait dengan
dunia pendidikan. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bahan acuan bagi guru dalam menyusun perangkat pembelajaran yang
sesuai dengan karekteristik materi untuk dipergunakan dalam pembelajaran sains
di SD 11 Batubassi Kabupaten Maros yang menerapkan metode kerja kelompok.
b. Sebagai bahan kajian bagi guru dalam menyusun dan dapat menjadi bahan
perbandingan bagi guru sains dalam membuat perangkat pembelajaran untuk
berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar, baik dengan menerapkan
strategi kerja kelompok maupun menerapkan strategi-strategi lainnya.
c. Sebagai rujukan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dengan
kondisi sosio-ekonomi yang sama dengan SD 11 Batubassi Kabupaten Maros.
d. Karena pada tahap-tahap strategi kerja kelompok terdapat tahap berpikir bersama
(diskusi), sehingga dengan menggunakan strategi kerja kelompok dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk menumbuhkembangkan semangat kerja sama dan
meningkatkan kepekaan sosial diantara mereka.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Belajar Sains
Gambaran pembelajaran sains menurut Kurikulum 2004 dan Nur (2001:3)
Menurut Kurikulum 2004 bahwa sains meliputi dua hal, yaitu sains sebagai
produk dan sains sebagai proses (Depdiknas, 2003:6). Produk sains terdiri atas
fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi
keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan untuk
memperoleh dan mengembangkan pengetahuan sains.
Menurut Nur (2001:3), pembelajaran sains merupakan sesuatu yang
dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Pembelajaran sains
harus melibatkan siswa dalam penyelidikan-penyelidikan berorientasi inkuiry. Di
dalam kegiatan itu, mereka dapat berinteraksi dengan guru dan teman mereka.
Siswa mengemukakan hubungan antara pengetahuan sains yang telah mereka
miliki dan penentuan ilmiah yang ditemukan dalam banyak sumber, mereka
menerapkan isi, konsep sains pada pertanyaan-pertanyaan baru. Mereka terlibat
dalam pemecahan masalah, perencanaan, pengambilan keputusan, dan diskusi
kelompok, mereka mengalami penelitian dan evaluasi yang konsisten dengan
pendekatan aktif dalam belajar tersebut.
Guru seharusnya memperhatikan dua hal penting dalam pembelajaran
sains. Pertama, keterampilan-keterampilan proses dalam pembelajaran,
hendaknya mendapat perhatian secara proporsional dari para penyelenggara
pendidikan terutama guru. Menurut Kartiak (Drost, 1998:169), keterampilan
proses sains akan terbentuk hanya melalui proses berulang-ulang. Siswa akan
terampil berkomunikasi jika dilakukan terus-menerus. Kedua, guru menggunakan
strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif
melakukan sesuatu untuk memperoleh produk sains. Karena itu dalam belajar
sains dibutuhkan pendekatan yang menumbuhkembangkan kemampuan-
kemampuan untuk menggunakan keterampilan proses (Nur, 2002:3).
2. Metode Kerja Kelompok
Kegiatan belajar mengajar terkadang guru menggunakan metode mengajar
secara bervariasi, termasuk metode kerja kelompok. Metode kerja kelompok
memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan
mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini didasari bahwa anak didik
adalah jenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk
hidup bersama. Metode kerja kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan
rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Peserta didik dibina untuk
mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial di kelas. Peserta didik sadar bahwa hidup ini saling
ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk
hidup di dunia. Tidak ada makhluk yang terus menerus berdiri sendiri tanpa
keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, didasari satau tidak,
makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu (Winarno,
1995).
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok,
akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Anak yang
memiliki kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai
kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati
mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder.
Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai hasil
belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif,
dan mandiri. Ketika guru ingin menggunakan metode kerja kelompok, maka guru
harus sudah mempertimbangan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan,
fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dikapai sudah dikuasai, dan bahan
yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok disajikan dengan metode
kerja kelompok. Karena itu, metode kerja kelompok tidak bisa dilakukan secara
sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang ikut
mempengaruhi penggunaannya (Suryosubroto, 1998).
Keakraban yang berhubungan dengan kelompok ditentukan oleh tarikan-
tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama lain, yang memiliki
kecenderungan menanamkan keakraban sebagai tarikan kelompok adalah satu-
satunya faktor yang menyebabkan kelompok bersatu. Keakraban kelompok
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: perasaan diterima atau disukai teman-
teman, tarikan kelompok, teknik pengelompokan oleh guru, partisipasi/
keterlibatan dalam kelompok, penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan
dalam cara mencapainya, struktur dan sifat-sifat kelompok. Sedang sifat-sifat
kelompok itu adalah: suatu multi personalia dengan tingkatan keakraban tertentu,
suatu sistem interaksi, suatu organisasi atau struktur, merupakan suatu motif
tertentu dan tujuan bersama, merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku-
perilaku tertentu, dan pola perilaku yang dapat diobservasi yang disebut
kepribadian (Suryosubroto, 1998).
3. Tinjauan Hasil Belajar
Proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki
pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Perlu dipahami bahwa
setiap proses belajar mengajar termasuk dengan menggunakan metode kerja
kelompok selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah
sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai dengan
menggunakan metode tertentu. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses
belajar mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut : Istimewa/maksimal; apabila
sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh
siswa, baik/minimal; apabila bahan pembelajaran yang diajarkan kurang dari 60%
dikuasai oleh siswa.
Hasil belajar tersusun dari dua kata yaitu “Hasil” dan “Belajar”. Hasil
pada dasarnya adalah suatu yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar
menurut Sudjana (2001:11) adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan ini sebagai hasil proses belajar
ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap
dan tingkah laku, serta perubahan pada aspek-aspek lain yang ada pada individu
yang belajar. Hasil belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi sesuai
dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan. Menurut Djamarah (1996:28)
yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil
adalah : daya serap siswa terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok dan perilaku yang
digariskan dalam indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa baik
secara individu maupun kelompok.
Hasil belajar untuk mengukur keberhasilan siswa yang berkaitan dengan
aspek-aspek kognitif psikomotorik, dan apektif. Hasil belajar siswa dalam bidang
studi tertentu dapat diketahui dengan jalan melakukan pengukuran yang dikenal
dengan istilah pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil belajar menurut
Sudjana (2001) ialah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana
tujuan-tujuan instruksional dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa setelah
menempuh pengalaman belajaranya (proses belajar mengajar).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar. Untuk
mengetahui proses belajar siswa, maka guru menggunakan alat ukur evaluasi
berupa tes hasil belajar. Dengan menggunakan tes maka guru bisa mengetahui
tingkat keberhasilan dan penguasaan siswa terhadap pelajaran sehingga dapat
memberikan acuan kepada guru tindakan apa yang akan dilakukan pada keperluan
selanjutnya.
B. Kerangka Pikir
Salah satu upaya untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas
adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan
selama ini telah dilakukan oleh pihak sekolah, utamanya guru yang bertindak sebagai
tenaga pendidik. Upaya-upaya yang telah dilakukan adalah pembaharuan kurikulum,
seminar pendidikan, penggunaan media pendidikan dalam mengajar, dan penyediaan
buku-buku pelajaran bagi siswa secara gratis, namun hal tersebut memberikan hasil
yang maksimal terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru mencoba
menerapkan metode kerja kelompok dengan tujuan agar hasil belajar siswa dapat
meningkat.
Kegiatan belajar mengajar yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa
adalah tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidik. Guru diharapkan
dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan konsep yang
dibawakan dan harus relevan dengan psikologis anak, sehingga minat dan motivasi
serta hasil belajar siswa dapat meningkat. Metode pengajaran kerja kelompok jarang
digunakan oleh guru, utamanya pada bidang studi sains, karena adanya keterbatasan
waktu dan kesulitan mengontrol aktivitas siswa, padahal jika dilaksanakan sesuai
dengan prosedur, metode mengajar ini dapat ditingkatkan. Adanya metode kerja
kelompok, diharapkan agar hasil belajar siswa dapat meningkat.
Penerapan metode kerja kelompok perlu dilaksanakan karena dari hasil
observasi didapatkan data bawah selama ini guru mengajar dengan menggunakan
metode yang monoton yaitu ceramah. Metode ceramah hanya mengaktifkan guru,
sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Untuk menghilangkan sifat pasif siswa
selama ini, maka diperlukan suatu metode mengajar yang cocok untuk mengaktifkan
siswa dalam berbicara maupun memecahkan suatu masalah secara bersama. Adanya
interaksi belajar akan membangkitkan semangat dan minat belajar sehingga dapat
mengoptimalkan hasil belajar siswa.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis dan Variabel Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang meliputi (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, (4) refleksi.
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian didefinisikan sebagai salah satu simbol atau atribut yang
mengungkapkan beberapa konsep. Keberadaan variabel ini akan mempermudah
mengamati objek yang diteliti. Di dalam penelitian ini variabel yang akan diamati
adalah metode kerja kelompok sebagai variabel bebas, dan hasil belajar sains peserta
didik sebagai variabel terikat.
B. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda mengenai konsep atau
istilah yang digunakan di dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan tentang
variabel-variabel yang diamati.
1. Metode kerja kelompok adalah salah satu metode pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran sains yang turut membantu penyampaian proses belajar
mengajar di mana siswa diharuskan untuk bekerja secara berkelompok, tiap
kelompok berjumlah 4 orang siswa.
2. Hasil belajar adalah nilai yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu
proses pembelajaran yang diperoleh dari tes hasil belajar.
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD 11 Batubassi
Kabupaten Maros pada tahun pembelajaran 2007/2008 yang berjumlah 28 orang
siswa.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, yaitu siklus I dan
siklus II. Sebelum penerapan tindakan pada siklus pertama, terlebih dahulu dilakukan
observasi awal untuk memperoleh model dan format penerapan tindakan pada siklus
I. sedangkan tindakan yang diterapkan pada siklus II adalah ditentukan berdasarkan
hasil refleksi dan analisis data pada siklus I.
Sesuai dengan hakekat penelitian tindakan kelas, maka prosedur pelaksanaan
penelitian untuk masing-masing siklus melalui beberapa tahap, yaitu (a) perencanaan,
(b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan evaluasi, serta (d) refleksi.
Prosedur pelaksanaan penelitian secara terperinci adalah sebagai berikut :
a. Siklus Pertama
1) Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a) melakukan observasi awal untuk menemukan model dan format penerapan
tindakan pada siklus I.
b) Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan metode yang
dipergunakan beserta topik atau tema yang akan diberikan pada masing-
masing siswa berdasarkan pokok bahasan yang dipelajari
c) Membuat lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran selama
menerapkan tindakan, yang meliputi keaktifan belajar siswa.
2) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun. Sekali
lagi, skenario pembelajaran harus menonjolkan metode kerja kelompok.
3) Observasi dan evaluasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan secara khusus dan
proses pembelajaran secara umum dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung keaktifan belajar siswa.
4) Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data, baik data hasil
observasi maupun data hasil evaluasi. Refleksi ini dilakukan dengan tujuan
untuk menilai apakah tindakan pembelajaran dengan penggunaan metode
kerja kelompok sudah berjalan secara optimal dan apakah dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
b. Siklus Kedua
Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap dalam
siklus II adalah sama dengan kegiatan-kegiatan pada siklus I. perubahan yang
mendasar adalah pada jenis tindakan yang diberikan. Sebagaimana sudah
dikemukakan sebelumnya, bahwa rencana tindakan pada siklus II disusun
berdasarkan hasil refleksi dan analisis data pada siklus I. untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada bagan di bawah ini.
Gambar 1. Bagan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
E. Teknis Pengumpulan Data
Data diperoleh adalah data kuantitatif yaitu data tentang hasil belajar siswa.
Selain itu, diambil pula data yang bersifat kualitatif yaitu aktivitas belajar siswa
PelaksanaanTindakan I
PerencanaanTindakan I
Observasi refleksidan Evaluasi
PelaksanaanTindakan II
Revisi Tindakan (Perencanaan Tindakan II)
Observasi,Refleksi, dan
Evaluasi
Dan seterusnyaSehingga diperoleh
Revisi Tindakan II(Perencanaan Tindakan III)
SOLUSI yang telah direvisi kondisinya dalam Implementasi dan Dampaknya
Refleksi Awal
selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan metode kerja kelompok yang
meliputi : mendengarkan penjelasan guru, membaca materi, menulis materi penting,
berdiskusi dengan teman, mengamati kerja kelompok, menganggu teman,
mengerjakan latihan, dan mengumpulkan tugas.
F. Teknis Analisis Data
Sesuai dengan jenis data yang akan dikumpulkan, maka analisis data
penelitian dilakukan dalam dua macam yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif diberlakukan pada data hasil observasi terhadap
kegiatan pembelajaran dengan metode kerja kelompok. Sedangkan analisis kuantitatif
diberlakukan pada data tentang hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun pengkategorian hasil belajar siswa yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1
berikut.
Tabel 1. Kriteria penilaian hasil belajar menurut Arikunto (2001)
Internal Nilai Pengkategorian81 – 10066 – 8056 – 6546 – 550 – 45
Sangat TinggiTinggiSedangRendah
Sangat rendah
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh
siswa kelas III SD Negeri 11 Batubassi Kabupaten Maros, yang mengikuti
pembelajaran Sains melalui metode kerja kelompok pada siklus I adalah 80, nilai
terendah 33,3 dan nilai rata-rata 55,26.
Data hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa nilai tertinggi yang
diperoleh siswa kelas III SD Negeri 11 Batubassi Kabupaten Maros yang mengikuti
pembelajaran sains melalui metode kerja kelompok pada siklus II adalah 86,7, nilai
terendah 53,3; dan nilai rata-rata 70,7.
Nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika dikelompokkan ke dalam lima
kategori, maka distribusi frekuensi dan persentase kategori hail belajar sains siswa
kelas III SD Negeri 11 Batubassi Kabupaten Maros, melalui metode kerja kelompok
pada siklus I, menunjukkan rata-rata hasil belajar yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada siklus II. Untuk lebih
jelasnya, distribusi frekuensi dan persentase kategori hasil belajar siswa dapat dilihat
pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase kategori hasil belajar sains siswa kelas III SD Negeri 11 Batubassi Kabupaten Maros melalui metode kerja kelompok siklus I dan siklus II.
IntervalNilai Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II81 – 100 Sangat Tinggi 0 4 0 14,2966 – 80 Tinggi 5 17 17,86 60,7156 – 65 Sedang 6 6 21,43 21,4346 – 55 Rendah 15 1 53,57 3,570 – 45 Sangat Rendah 2 0 7,14 0
Jumlah 28 28 100 100
Tabel 2. Menunjukkan bahwa dari 28 siswa kelas III SD Negeri 11 Batubassi
Kabupaten Maros yang mengikuti pembelajaran sains melalui metode kerja kelompok
pada siklus I terdapat 0% siswa yang memperoleh nilai yang berada pada kategorikan
sangat tinggi; 17,86% dikategorikan tinggi; 21,43% dikategorikan sedang; 53,57 %
dikategorikan rendah dan 7,14% dikategorikan sangat rendah. Sedangkan dari 28
siswa yang mengikuti pembelajaran sains melalui metode kerja kelompok pada siklus
II yaitu 14,29% dikategorikan sangat tinggi; 60,71 % dikategorikan tinggi; 21,43%
dikategorikan seadng; 3,57% dikategorikan rendah dan 0% dikategorikan sangat
rendah. Hasil di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang belajar melalui
metode kerja kelompok mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Aktivitas siswa yang diajar dengan menggunakan metode kerja kelompok,
memperlihatkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Siklus I merupakan
awal kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kerja kelompok, sehingga ada
beberapa aktivitas siswa yang tidak terlaksana secara maksimal, misalnya
mendengarkan penjelasan guru, menulis materi penting, berdiskusi dengan teman,
bahkan pada pertemuan pertama siklus I frekuensis siswa yang menganggu teman,
bahkan pada pertemuan pertama siklus I frekuensi siswa yang menganggu teman saat
belajar masih tinggi dan masih ditemukan siswa yang tidak mengumpulkan tugas
diakhir PBM.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa saat diajar dengan menggunakan
metode kerja kelompok, mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Adapun
aktivitas belajar siswa yang diamati oleh guru dan observer pada siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II yang diajar dengan menggunakan metode kerja kelompok.
No Aktivitas Siswa Frekuensi Persentase (%)Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
1 Mendengarkan penjelasan guru/teman
23 28 82,1 100
2 Membaca materi pelajaran 23 27 82,1 96,43 Menulis materi penting 23 27 82,1 96,44 Berdiskusi dengan teman 20 28 71,4 1005 Mengamati kerja kelompok 23 28 82,1 1006 Menganggu teman yang
sedang belajar5 1 17,9 3,6
7 Mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru
23 28 82,1 100
8 Mengumpulkan tugas. 23 28 82,1 100
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas belajar siswa
dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I terdapat 82,1% siswa yang aktif mendengarkan
penjelasan guru/teman; 82,1 % siswa yang aktif membaca materi pelajaran; 82,1
siswa yang aktif menulis materi penting; 71,4% siswa yang aktif berdiskusi; 82,1
siswa yang aktif mengamati media gambar yang dipasang oleh guru saat mengajar;
17,9% siswa yang menganggu temannya saat belajar; 82,1% siswa yang aktif
mengerjakan tugas; dan 82,1% siswa yang mengumpulkan tugas diakhiri PBM.
Tabel 3 juga menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas
belajar siswa yaitu terdapat 100% siswa yang mendengarkan penjelasan guru/teman;
96,4% siswa yang aktif membaca materi pelajaran; 96,4 siswa yang aktif menulis
materi penting; 100% siswa yang aktif berdiskusi; 100 siswa yang aktif mengamati
media gambar yang dipasang oleh guru saat mengajar; 3,6% siswa yang menganggu
temannya saat belajar; 100% siswa yang aktif mengerjakan tugas; dan 100% siswa
yang mengumpulkan tugas di akhir PBM.
1. Refleksi Siklus I
Refleksi pada siklus I terlihat bahwa tiap kelompok belum menunjukkan
kerjasama yang baik antar sesama anggota kelompok pada saat berdiskusi. Hal ini
dikarenakan siswa yang baru bertemu dalam satu kelompok, sehingga perlu adaptasi
dengan karakter anggota kelompok, saat guru menerangkan di depan kelas, ada
beberapa orang siswa yang kurang serius dalam mendengarkan penjelasan guru. Hal
ini disebabkan oleh aktivitas lain yang dilakukan oleh siswa seperti belajar dengan
mata pelajaran lain, siswa saling berbicara dengan anggota kelompoknya, dan ada
siswa yang sengaja menganggu teman kelompoknya.
Saat kegiatan diskusi berlangsung, sebagian siswa tidak aktif dalam
mendengarkan pendapat temannya, mereka sibuk sendiri dengan teman
kelompoknya. Saat diskusi kelas berlangsung, masih ada siswa yang merasa
canggung untuk mengutarakan pendapatnya. Hal ini disebabkan karena selama ini
guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah, sehingga siswa tidak terbiasa
untuk melakukan kegiatan diskusi. Suasana kelas saat kegiatan diskusi ribut dan
menganggu siswa lainnya. Saat pembentukan kelompok, kelas menjadi tidak
terkendali sehingga menganggu proses pembelajaran kelas lainnya.
Kendala yang didapat pada siklus I sebagai hasil refleksi yang dilakukan oleh
peneliti, maka dilakukan perbaikan sebagai berikut : memberikan waktu kepada siswa
untuk saling mengenal dengan anggota kelompoknya dengan cara membentuk
kelompok dua hari sebelum PBM berlangsung, sehingga mereka bisa akrab dan
saling mengetahui karakter setiap anggota kelompoknya. Siswa yang tidak
memperhatikan guru saat mengajar atau bermain-main saat guru menerangkan materi
di depan kelas, guru akan memberikan pertanyaan-pertanyaan disela-sela PBM.
Siswa yang ribut saat kegiatan PBM akan diberikan sanksi berupa PR atau
salinan materi diakhir PMB. Suasana ribut dapat dikendalikan dengan cara
pembentukan kelompok dan pengaturan bangku kelompok setelah pulang sekolah,
sehingga pada saat pembelajaran akan dimulai, mereka sudah mengetahui posisi
mereka tanpa saling berebutan. Guru juga memberikan motivasi belajar serta latihan
kepada siswa melalui kegiatan kerja kelompok kepada siswa di luar jam pelajaran,
sehingga siswa yang masih canggung atau ragu mengutarakan ide atau pendapatnya
dapat melakukan kegiatan diskusi dengan baik. Guru juga mengajari kepada mereka
tentang bagaimana cara berdiskusi yang baik dan benar sehingga mereka tidak egois
dalam mempertahankan jawaban yang salah dan mau menerima pendapat orang lain.
2. Refleksi Siklus II
Refleksi pada siklus II, memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas belajar
siswa. Terjadi kerjasama dalam kelompok kerja, mereka tidak lagi cenderung dalam
berdiskusi, siswa sudah mau menerima pendapat orang lain, saat guru menjelaskan
atau saat kegiatan diskusi berlangsung, mereka sudah antusias dalam mendengarkan,
dan suasana ribut di kelas saat kegiatan diskusi berlangsung sudah dapat
diminimalkan. Meskipun demikian semua aktivitas belajar tidak terlaksana 100%
masih ada siswa yang tidak serius saat belajar, tapi jumlahnya lebih sedikit bila
dibandingkan pada siklus I. karena keterbatasan waktu dan materi pelajaran sudah
selesai diajarkan, maka siklus III tidak dilanjutkan.
B. Pembahasan
Hasil analisis data yang telah diuraikan di atas, maka secara deskriptif hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa hasil belajar sains siswa kelas III SD Negeri 11
Batubassi Kabupaten Maros yang diajar dengan menggunakan metode kerja
kelompok pada siklus I termasuk dalam kategori rendah. Hasil penelitian ini
didukung oleh besarnya presentase siswa yang mendapat nilai pada interval 46 – 55
yaitu 53,57% atau sebanyak 15 orang siswa dari 28 siswa. Nilai rata-rata kelas yang
diperoleh setelah siklus I adalah 55,26.
Secara deskriptif hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa hasil belajar
sains siswa kelas III SD Negeri 11 Batubassi Kabupaten Maros yang diajar dengan
menggunakan metode diskusi kelompok kecil pada siklus II, termasuk dalam kategori
tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh besarnya persentase siswa yang mendapat
nilai pada interval 66 – 80 yaitu 60,71% atau sebanyak 17 orang siswa dari 28 siswa.
Nilai rata-rata kelas yang diperoleh setelah siklus II adalah 70,79 yang berada pada
interval tinggi. Secara umum dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kelompok kecil.
Hasil analisis data, memperlihatkan adanya perbedaan hasil belajar siswa pada
siklus I dengan siklus II yang diajar dengan menggunakan metode kerja kelompok.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Silberman, 2000)
yang menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (classroom action research)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena adanya pemberian tindakan terhadap
siswa yang memiliki hasil belajar rendah. Selain itu, penelitian tindakan kelas
menuntut guru untuk melakukan perbaikan dalam mengajar, seperti menyesuaikan
metode mengajar dengan kondisi kelas, sehingga hal ini akan merangsang motivasi
belajar siswa dan akan berdampak terhadap hasil belajar siswa.
Berbicara tentang metode mengajar, metode kerja kelompok adalah sebuah
konsep atau metode yang memiliki strategi pembelajaran (treatment) yang efektif
digunakan untuk menangani individu tertentu sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Kerja kelompok merupakan metode yang berisikan sejumlah strategi
pembelajaran yang efektif digunakan untuk menangani siswa tertentu sesuai dengan
karakter serta kemampuan yang dimiliki oleh siswa (Suprayekti, 2004).
Metode kerja kelompok masih jarang digunakan di sekolah, hal ini disebabkan
oleh keterbatasan waktu dan ruang kelas yang tidak memadai untuk menerapkan
metode pembelajaran tersebut. Metode kerja kelompok dimulai dengan
mengidentifikasi setiap siswa berdasarkan tingkat kemampuannya dalam
menginterpretasikan maksud suatu konsep sehingga lebih mudah dipahami. Dalam
kegiatan ini, guru akan mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok tertentu
yang bertugas untuk mendiskusikan konsep-konsep yang diberikan dengan anggota
kelompok dengan kapasitas anggota yang lebih sedikit, sehingga jalannya kegiatan
diskusi terarah dan terfokus pada materi yang dibahas, sedangkan guru bertindak
sebagai fasilitator jalannya kegiatan diskusi.
Metode pembelajaran ini cocok untuk diterapkan di sekolah untuk
memperbaiki mutu siswa dan meningkatkan kualitas belajar siswa, metode kerja
kelompok untuk diterapkan, sebab guru dapat mengetahui siswa yang memiliki
kemampuan kurang dan dapat dengan cepat memberikan tindakan terhadap siswa
yang dianggap kesulitan dalam belajar. Hasil penelitian yang telah dilakukan di SD
Negeri 11 Batubassi Kabupaten Maros, memberikan gambaran bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode kerja
kelompok. Jika dilihat dari siklus I ke siklus II terlihat adanya peningkatan hasil
belajar siswa yang signifikan, yaitu pada siklus I rata-rata siswa mendapat nilai pada
kategori rendah, sedangkan pada siklus II rata-rata siswa mendapat nilai pada
kategori tinggi. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa pada siklus I dimungkinkan
oleh situasi belajar yang dianggap masih baru oleh siswa, dalam hal ini adalah
metode mengajar yang belum maksimal diterapkan oleh guru, sehingga siswa kurang
berkonsentrasi terhadap pelajaran. Setelah siklus II, siswa mulai kenal dan akrab
dengan metode serta adanya hasil refleksi pada siklus I, memberikan kesempatan
kepada guru untuk melakukan perbaikan langkah-langkah PBM, selain itu kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh guru pada siklus I sedapat mungkin diperbaiki pada
siklus II dan siswa sudah berkonsentrasi dengan materi pelajaran sehingga hal ini
akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Melalui penerapan metode kerja kelompok, aktivitas belajar siswa di kelas
memperlihatkan kecenderungan meningkat. Kelompok yang telah dibentuk di awal
pembelajaran akan memiliki kemampuan dan keberanian untuk tampil di depan kelas,
sehingga secara tidak langsung metode ini akan melatih keterampilan berbicara siswa.
Pada hakekatnya metode ini akan merangsang motivasi dan minat belajar siswa,
sehingga hal tersebut mendorong siswa untuk aktif mencari materi pelajaran melalui
buku, majalah, media lainnya di perpustakaan dan melalui kegiatan diskusi
kelompok. Pada siswa yang berkemampuan sedang, timbul rasa percaya diri yang
tinggi dalam belajar, karena selama ini mereka selalu berada dalam bayang-bayang
rasa takut salah dan ditertawakan oleh siswa yang pandai dalam menyatakan
pendapat. Demikian pula siswa dengan kemampuan rendah, di samping telah lepas
dari dominasi siswa yang cerdas, mereka juga telah memiliki percaya diri yang cukup
kuat dan termotivasi belajar lebih giat, karena kelompok ini ditangani dengan special
treatment yaitu melalui re-teaching-tutorial yang senantiasa diberi dorongan secara
terus menerus dan diperhatikan kebutuhan serta kesanggupannya dalam belajar
(Suprayekti, 2004).
Belajar dengan menggunakan metode kerja kelompok akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling melakukan komunikasi dengan teman-
temannya, dengan tujuan untuk menyatukan pendapat. Hasil diskusi kelompok yang
telah dilakukan merupakan penyatuan dari beberapa orang siswa, sehingga jawaban
yang diperoleh lebih akurat. Saat melakukan kerja kelompok, setiap siswa harus
bertanggung jawab terhadap kelompoknya, dengan demikian akan memunculkan
motivasi belajar siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dengan tujuan agar
kerja kelompok mereka mendapat nilai maksimal. Adanya kegiatan kerja kelompok
akan menguatkan ikatan sosial antar siswa, sehingga tidak ada lagi kesenjangan sosial
di antara siswa, dan akan mendukung pencapaian hasil belajar siswa.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ada
peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan metode kerja kelompok di SD Negeri 11 Batubassi Kabupaten Maros.
B. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang
dapat dikemukakan oleh peneliti adalah :
1. Untuk meningkatkan pemahaman materi siswa akan materi yang diajarkan,
sebaiknya dalam mengajar guru harus menggunakan metode kerja kelompok, agar
hasil belajar yang diperoleh siswa dapat meningkat.
2. Diharapkan kepada guru yang akan menerapkan metode kerja kelompok dalam
PBM, harus mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa dalam penyebaran
anggota kelompok.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif hasil belajar sains pada Siklus I
Data hasil belajar sains siswa pada Siklus I diperoleh melalui pemberian tes hasil
belajar sains setelah menyelesaikan pokok bahasan sains sub pokok
mengidentifikasikan ciri-ciri makhluk berdasarkan hasil pengamatan langsung di
sekitar lingkungan sekolah. . Adapun deskriptif skor hasil belajar matematika
siswa pada Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Sains Siswa pada Siklus I
Statistik Nilai StatistikSubjek Penelitian 28Skor maksimum ideal 100Rata-rata 55.2607Standar Deviasi 9,928Median 54,736Skor Tertinggi 80Skor Terendah 33.30Rentang Skor 46,70
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa rata-rata skor hasil belajar sains siswa
kelas III SD Negeri 11 Batubassi Kabupaten Maros setelah pemberian tindakan pada
Siklus I adalah 55,26 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100, skor tertinggi
80 dan skor terendah 33,30 dengan standar deviasi 9,928.
Apabila skor hasil belajar matematika siswa tersebut dikelompokkan ke dalam
5 kategori sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar
matematika siswa pada Siklus I, sebagai berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase0-34 Sangat rendah 0 0
35 - 54 Rendah 9 2055 - 64 Sedang 6 13,3365 - 84 Tinggi 16 35,5685 - 100 Sangat Tinggi 14 31,11
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh bahwa dari 45 siswa ke1as VII.2 SMP Negeri
2 Bulukumba, terdapat sebanyak 0% yang hasil belajarnya masuk dalam kategori
sangat rendah, 20% yang masuk dalam kategori rendah, 13,33% yang masuk dalam
kategori sedang, 35,56% yang masuk dalam kategori tinggi dan 31,11% yang masuk
dalam kategori sangat tinggi.
Berdasarkan skor hasil belajar matematika siswa juga diperoleh bahwa
serap siswa terhadap materi rata-rata mencapai 72,80% dari daya serap 100%
yang mungkin dicapai. Sedangkan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat
berdasarkan daya serap siswa. Apabila daya serap siswa terhadap materi tersebut
dikelompokkan ke dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh
distribusi frekuensi dan persentase ketuntasan belajar matematika pada Siklus I
sebagai berikut.
Tabe1 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Belajar Matematika Siswa pada Siklus I
Daya Serap Siswa Kategori
Ketuntasan Belajar
Frekuensi Persentase (%)0% - 64,99% Tidak tuntas 15 33,3365% -100 % Tuntas 30 66,67
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh bahwa dari 45 siswa kelas VII2 SMP
Negeri 2 Bulukumba, setelah pemberian tindakan pada Siklus I sebanyak 15
siswa masuk dalam kategori tidak tuntas dan sebanyak 30 orang masuk dalam
kategori tuntas. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 66,67%.
Berdasarkan tabel 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3, diketahui pula bahwa
tingkat kemampuan dan hasil belajar matematika siswa kelas VI SMP Negeri 2
Bulukumba setelah pemberian tindakan pada Siklus I secara rata-rata berada
pada kategori tinggi meskipun bukan tuntas secara klasikal.
2. Deskripsi Hasil Belajar setelah Pemberian Tindakan pada Siklus II
Data hasil belajar matematika siswa pada Siklus II diperoleh melalui
pemberian tes hasil belajar matematika setelah menyelesaikan pokok bahasan
pecahan sub pokok bahasan operasi hitung pada pecahan. Adapun deskriptif skor
hasil belajar matematika siswa pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai
berikut.
Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus II
Statistik Nilai StatistikSubjek Penelitian 45Skor maksimum ideal 100Rata-rata 80,58Standar Deviasi 12,53Median 81,80Skor Tertinggi 100Skor Terendah 51Rentang Skor 49
Berdasarkan tabe1 4.4 diperoleh bahwa rata-rata skor hasil belajar
matematika siswa setelah pemberian tindakan pada Siklus II adalah 80,58 dari
skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Skor tertinggi 100 dan skor terendah
51 dengan standar deviasi 12,53.
Apabila skor hasil belajar matematika siswa tersebut dikelompokkan ke
dalam 5 kategori sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase
skor hasil belajar matematika siswa pada Siklus II, sebagai berikut.
Tabe1 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil BelajarMatematika Siswa pada Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase0-34 Sangat rendah 0 0
35 - 54 Rendah 1 2,2255 - 64 Sedang 6 13,3365 - 84 Tinggi 22 48,8985 - 100 Sangat Tinggi 16 35,56
Berdasarkan tabe1 4.5 diperoleh bahwa dari 45 siswa kelas VIL2 SMP
Negeri 2 Bulukumba, terdapat sebanyak 0% yang hasil belajamya masuk dalam
kategori sangat rendah, 2,22% yang masuk dalam kategori rendah, 13,33% yang
masuk dalam kategori sedang, 48,89% yang masuk dalam kategori tinggi dan
35,56% yang masuk dalam kategori sangat tinggi.
Berdasarkan skor hasil belajar matematika siswa juga diperoleh bahwa
daya serap siswa terhadap materi rata-rata mencapai 80,58% dari daya serap
100% yang mungkin dicapai. Sedangkan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat
berdasarkan daya serap siswa. Apabila daya serap siswa terhadap materi tersebut
dikelompokkan ke dalam kategbri tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh
distribusi frekuensi dan persentase ketuntasan belajar matematika pada Siklus II
sebagai berikut.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan BelajarSiswa pada Siklus II
Daya Serap Siswa Kategori
Ketuntasan
Frekuensi Persentase (%)0% - 64,99% Tidak tuntas 7 15,55 65% -100 % Tuntas 38 84,45
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh bahwa dari 45 siswa kelas VII2
SMP Negeri 2 Bulukumba, setelah pemberian tindakan pada Siklus II
sebanyak 7 orang masuk dalam kategori tidak tuntas dan sebanyak 38
siswa masuk dalam kategori tuntas. Sedangkan ketuntasan belajar secara
klasikal sebesar 84,45%.
Berdasarkan tabel 4.4, tabel 4.5 dan tabel 4.6 di atas, diketahui
pula bahwa tingkat kemampuan dan hasil belajar matematika siswa kelas
VII.2 SMP Negeri 2 Bulukumba setelah pemberian tindakan pada Siklus II
secara rata-rata berada pada kategori tinggi meskipun belum tuntas secara
klasikal.
3. Deskripsi Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran pad a Siklus I
Data sikap siswa pada Siklus I diperoleh melalui observasi siswa
selama proses pembelajaran di setiap pertemuan. Adapun deskripsi sikap
siswa pada Siklus I dapat dilihat pada tabe14.7 sebagai berikut.
Tabe1 4.7 Distribusi Frekuensi Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I
Kriteria Penilaian Pertemuan ke- Rata- Persentase 1 2 3 4 rata (%)
Kehadiran 43 42 44 43 43 95,56 Menanggapi pertanyaan guru 17 21 22 24 21 46,67 Menanggapi pertanyaan ternan 8 7 11 10 9 20 Mengajukan Pertanyaan 10 9 11 13 10,75 23,89 Masih rnernerlukan birnbingan 23 17 18 14 18 40 Mernbuat kesirnpulan 6 4 3 6 4.75 10,56 Mengurnpulkan tugas 29 31 30 34 31 68,89
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh bahwa dari 45 siswa kelas VII.2 SMP Negeri
2 Bulukumba, kehadiran siswa rata-rata mencapai 95,56%, siswa yang memberikan
tanggapan atas pertanyaan guru rata-rata mencapai 46,67%, siswa yang memberi
tanggapan atas pertanyaan teman rata-rata mencapai 20%, siswa yang mengajukan
pertanyaan rata-rata rnencapai 23,89%, siswa yang masih rnemerlukan bimbingan
rata-rata mencapai 40%, siswa yang dapat menarik kesimpulan rata-rata mencapai
10,56% dan siswa yang mengumpulkan tugas rata-rata mencapai 68,89%.
4. Deskripsi Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II
Data sikap siswa pada Siklus I diperoleh melalui observasi aktivitas siswa
selama proses pembelajaran di setiap pertemuan. Adapun deskripsi aktivitas siswa
pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Observasi aktivitas Siswapada Siklus II
I Kriteria Penilaian I Pertemuan ke- Rata- Persentase
1 2 3 4 rata (%)
Kehadiran 44 45 43 45 44,25 98,33 ~enanggapipertanyaanguru 27 24 29 31 27,75 61,67 ~enanggapi-pertanyaan
ternan
8 . 11 17 15 12,75 28,33 ~engajukan Pertanyaan 12 10 13 15 12,5 27,78 ~asih memerlukan
bimbingan
20 16 13 14 15,75 35 ~embuat kesimpulan 11 14 17 16 14,5 32,22 ~engumpulkan tugas 40 43 43 45 42,75 95
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh bahwa dari 45 siswa kelas VII2 SMP
Negeri 2 Bulukumba, setelah pemberian tindakan pada Siklus II kehadiran siswa
rata-rata mencapai 98,33%, siswa yang memberikan tanggapan atas pertanyaan
guru rata-rata mencapai 61,67%, siswa yang memberi tanggapan atas pertanyaan
ternan rata-rata mencapai 28,33%, siswa yang mengajukan pertanyaan rata-rata
mencapai 27,78%, siswa yang masih memerlukan bimbingan rata-rata mencapai
40%, siswa yang dapat menarik kesimpulan rata-rata mencapai 32,22%, dan
siswa yang mengumpulkan tugas rata-rata mencapai 95%.
B. Refleksi
1. Refleksi Siklus I
Pertemuan pertama pada Siklus I penelitian tindakan ini, pembahasan
dimulai dengan memperkenalkan bentuk-bentuk bangun segiempat. Proses
pembelajaran dirancang dengan menggunakan LKS dan alat peraga sebagai
media pembelajaran. Pada pertemuan pertama tersebut umumnya siswa telah
menunjukkan antusias belajar yang positif, keberanian bertanya, menanggapi
pertanyaan dan semangat mengerjakan LKS membuat suasana pembelajaran
menjadi gaduh dan tidak terkendali, guru lebih banyak membimbing siswa dari
kelompok ke kelompok. Secara umum tampak bahwa tujuan pembelajaran pada
pertemuan pertama dapat tercapai. Hal ini mungkin disebabkan siswa telah
mengenal berbagai bentuk bangun segiempat sehingga umumnya siswa dapat
mengerjakan LKS (1) dan tugas dengan baik. Selain itu pembelajaran dengan
penemuan terbimbing yang dibentuk oleh guru, membuat siswa dapat saling
bekerja sama. Menyikapi proses pembelajaran pada pertemuan pertama Siklus I
terse but, bentuk retleksi lebih ditekankan pada bagaimana merancang
pengelolaan kelas yang lebih baik untuk pertemuan berikutnya.
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua, membahas pengertian dan
sifat persegi panjang. Proses pembelajaran ini dikendalikan oleh guru
matematika dan dirancang dengan penemuan terbimbing. Menyadari kekurangan
pada pertemuan pertama tampak bahwa guru berusaha mengelola kelas dengan
membimbing siswa secara kelompok dan klasikal. Siswa pun tetap menunjukkan
antusias belajarnya dan suasana kelas lebih terkendali. Namun secara umum
siswa mengalami kesulitan dalam membuat kesimpulan materi, mengerjakan
LKS (2) dan mengerjakan tugas. Hal ini mungkin disebabkan materi
pembelajaran lebih sulit daripada pertemuan sebelumnya. Akibatnya hanya
sebahagian kecil siswa yang mampu membuat kesimpulan materi. Akan tetapi
melalui pembelajaran dengan penemuan terbimbing, siswa dapat bekerjasama
mengerjakan LKS (2). Menyikapi proses pembelajaran pada pertemuan kedua
tersebut, bentuk refleksi lebih ditekankan pada penyampaian tujuan pembelajaran
dan memotivasi siswa untuk bergiat melakukan penemuan.
Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga, membahas materi pengertian
dan sifat-sifat persegi. Proses pembelajaran ini dikendalikan oleh peneliti.
Walaupun kekurangan-kekurangan sebelumnya dapat teratasi, akhimya
ditemukan kekurangan bahwa sebahagian besar siswa sulit dalam komunikasi dan
verbalisasi. Untuk itu siswa masih perlu banyak dibimbing secara individu. Akan
tetapi dengan motif pengeIjaan LKS (3) yang sarna seperti LKS (2), secara umum
siswa mampu mengeIjakan LKS dan tugasnya. Menyikapi kekurangan pada
pertemuan ketiga terse but, bentuk refleksi lebih ditekankan pada pemberian
bimbingan secara perorangan pada pertemuan berikutnya.
Proses pembelajaran pada pertemuan keempat, membahas materi keliling
dan luas persegipanjng dan persegi. Proses pembelajaran dikendalikan oleh guru
matematika sebagai peneliti dengan penemuan terbimbing. Menyadari
kekurangan sebelumnya tampak bahwa guru berusaha membimbing setiap siswa
dalam masingmasing kelompok secara lebih baik. Siswa pun lebih menunjukkan
antusias belajar jika proses pembelajaran dilaksanakan dengan penemuan
terbimbing. Namun sangat sulit mendeteksi siswa yang benar-benar telah dapat
menyimpulkan dan yang masih perlu dibimbing. Menyikapi proses pembelajaran
pada pertemuan keempat tersebut, bentuk refleksi lebih ditekankan pada
pemberian bimbingan secara perorangan.
Tes hasil belajar matematika pada Siklus I menunjukkan bahwa rata-rata
skor hasil belajar siswa berada pada kategori sedang. Menyikapi hal tersebut
dan dengan mengamati berbagai kekurangan dan kemajuan siswa selama Siklus
I, tampak bahwa hambatan utama siswa belajar dengan metode penemuan
terbimbing adalah pemahaman konsep sangat kurang dan materi penunjang
untuk mempelajari bangun segiempat tidak diketahui oleh siswa, masalah
komunikasi dan verbalisasi, sehingga umumnya siswa merasa sui it dalam
menyelesaikan tes hasil belajar dan menginterpretasikan maksud soal. Skor
siswa rendah banyak disebabkan karena tidak mampu menuliskan prosedur
penyelesaian soal, apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Oleh karena itu,
bentuk refleksi akan ditekankan pada bimbingan mengingat materi penunjang
dan membimbing siswa menemukan.
2. Refleksi Siklus II
Proses pembelajaran pada pertemuan pertama Siklus II, membahas
materi pengertian, sifat-sifat dan luas daerah belahketupat. Proses pembelajaran
dikendalikan oleh guru sebagai peneliti. Guru berusaha memberikan motivasi
dan umpan balik terhadap hasil refleksi pada Siklus I, dan menunjukkan bahwa
guru sebagai fasilitator dan bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa,
sehingga harus lebih banyak bertanya mengantarkan siswa untuk dapat
menemukan sendiri pengetahuannya, mampu mengerjakan LKS dan tligas
dengan pemikirannya sendiri. Namun untuk membimbingsetiap siswa dengan
kemampuan yang heterogen dan tergolong rendah ini, proses pembelajaran
membutuhkan ban yak waktu. Untuk itu, bentuk refleksi lebih ditekankan pada
pengelolaan waktu agar proses pembelajaran selesai tepat pada waktunya dan
tujuan pembelajaran tercapai.
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua Siklus II, membahas materi
pengertian, sifat-sifat dan luas daerah layang-layang. Proses pembelajaran
dikendalikan oleh guru matematika sebagai peneliti. Dengan motif mengerjakan
LKS dan yang sarna pada pertemuan sebelumnya, siswa merasa lebih mudah
menemukan dan mampu menyelesaikan LKS serta tugasnya, sehingga masalah
pengelolaan waktu pun dapat teratasi. Pada pertemuan ini bentuk refleksi lebih
ditekankan pada memberikan bimbingan lebih banyak untuk siswa dengan
kemampuan rendah sedangkan siswa yang sudah cukup kemarnpuannya
dibiarkan menemukan sendiri.
Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga Siklus II, membahas materi
pengertian, sifat-sifat dan luas daerah trapesium. Proses pembelajaran
dikendalikan oleh guru matematika sebagai peneliti. Sarna halnya pada
pertemuan kedua Siklus II, pada pertemuan ini bentuk refleksi lebih ditekankan
pada memberikan bimbingan lebih banyak untuk siswa dengan kemampuan
rendah sedangkan siswa yang sudah cukup kemarnpuannya akan dibiarkan
menemukan sendiri. Bentuk refleksi akan ditekankan pada penguasaan materi,
konsep dan materi pendukung.
Proses pembelajaran pada pertemuan keempat Siklus II, membahas
materi penerapan bangun segiempat dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajaran dipandu oleh guru sebagai peneliti. Tampak bahwa pada umumnya
siswa sulit menuliskan prosedur penyelesaian soal.
Tes hasil belajar matematika pada Siklus II menunjukkan bahwa rata-rata skor
hasil belajar siswa berada pada kategori tinggi. Menyikapi hal tersebut dan dengan
mengamati berbagai kekurangan dan kemajuan siswa selama Siklus II tampak bahwa
sebahagian besar hambatan pada Siklus I dapat diatasi meskipun masih terjadi pada
Siklus II. Umumnya siswa telah mampu menuliskan prosedur penyelesaian soal, apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan sehingga skor hasil belajar matematika siswa
kelas VII.2 SMP Negeri 2 Bulukumba pada Siklus II ini umumnya meningkat.
3. Hasil Tanggapan Siswa Setelah Pemberian Tindakan pada Proses Pembelajaran
Berdasarkan analisis tanggapan siswa tentang pelajaran matematika diperoleh
bahwa pada dasarnya semua siswa menyukai pelajaran matematika. Bahkan 2 siswa
mengaku menyukai pelajaran matematika sejak SD. Menambahkan tanggapan
mereka, 5 siswa menyukai pelajaran matematika karena gurunya, 4 siswa menyukai
pelajaran matematika dengan alas an pelajaran matematika gampang dan mudah
dimengerti, 9 siswa menyukai pelajaran matematika dengan alasan pelajaran
matematika gampang-gampang susah dan 12 siswa menyukai pelajaran matematika
engan alasan pelajaran matematika sebagai ilmu yang bermanfaat dalam kehidupan
sehingga sangat penting untuk dipelajari.
Berdasarkan tanggapan-tanggapan siswa diperoleh gambaran bahwa sikap dan
kemampuan guru mengajar sangat mempengaruhi pendapat siswa tentang pelajaran
matematika, sulit atau mudah. Sebanyak 2 siswa yang berpendapat bahwa menyukai
Tes hasil belajar matematika pada Siklus II menunjukkan bahwa rata-rata
skor hasil belajar siswa berada pada kategori tinggi. Menyikapi hal tersebut dan
dengan mengamati berbagai kekurangan dan kemajuan siswa selama Siklus II
tampak bahwa sebahagian besar hambatan pada Siklus I dapat diatasi meskipun
masih terjadi pada Siklus II. Umumnya siswa telah mampu menuliskan prosedur
penyelesaian soal, apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan sehingga skor
hasil belajar matematika siswa kelas VII2 SMP Negeri 2 Bulukumba pada Siklus
II ini umumnya meningkat.
Hasil Tanggapan Siswa Setelah Pemberian Tindakan pada Proses Pembelajaran.
Berdasarkan analisis tanggapan siswa tentang pelajaran matematika
diperoleh bahwa pada dasamya semua siswa menyukai pelajaran matematika.
Bahkan 2 siswa mengaku menyukai pelajaran matematika sejak SD.
Menambahkan tanggapan mereka,5 siswa menyukai pelajaran matematika karena
gurunya, 4 siswa menyukai pelajaran matematika dengan alasan pelajaran
matematika gampang dan mudah dimengerti, 9 siswa menyukai pelajaran
matematika dengan alasan pelajaran matematika gampang-gampang susah dan 12
siswa menyukai pelajaran matematika dengan alasan pelajaran matematika
sebagai ilmu yang bermanfaat dalam kehidupan sehingga sangat penting untuk
dipelajari.
Berdasarkan tanggapan-tanggapan siswa diperoleh gambaran bahwa sikap
dan kemampuan guru mengajar sangat mempengaruhi pendapat siswa tentang
pelajaran matematika, sulit atau mudah. Sebanyak 2 siswa yang berpendapat
bahwa menyukai pelajaran matematika karena gurunya baik dan mampu
menjelaskan sehingg pelajaran matematika yang dirasakan sangat sulit menjadi
mudah dimengerti, 5 dari 9 siswa yang berpendapat bahwa pelajaran matematika
gampang-gampang susah, menyukai pelajaran matematika karena mereka mudah
memahami penjelasan guru.
Berdasarkan analisis tanggapan siswa tentang pembelajaran matematika
melalui metode penemuan terbimbing diperoleh bahwa dari 45 siswa kelas VII2
SMP Negeri 2 - Bulukumba, 25 siswa menyukai metode penemuan terbimbing,
3 siswa berpendapat metode penemuan terbimbing gampang-gampang susah, 4
siswa tidak menyukai metode penemuan terbimbing dan 1 siswa tidak tahu
pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing. Menambah tanggapan
siswa, 25 siswa yang menyukai metode penemuan terbimbing umumnya
mengemukakan alasan bahwa dengan metode penemuan terbimbing, siswa dapat
belajar menemukan sendiri pengetahuan dan rumus matematika. Siswa merasa
senang belajar dengan menggunakan LKS dan dibimbing oleh guru, meskipun
beberapa siswa berpendapat bahwa mengeIjakan LKS gampang-gampang susah,
siswa dapat bertanya baik kepada guru atau kepada teman. Siswa yang
berpendapat bahwa pembelajaran matematika dengan metode penemuan
terbimbing gampang-gampang susah dan yang tidak menyukai metode
penemuan terbimbing beralasan bahwa mereka sulit menemukan sendiri tanpa
dibimbing oleh guru.
Berdasarkan analisis tanggapan siswa tentang manfaat yang diperoleh
selama pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, umumnya
perpendapat banyak memperoleh manfaat. Melalui metode penemuan terbimbing
siswa mengetahui cara memperoleh rumus matematika serta dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman belajar. Siswa pun dapat mengerti materi sehingga
mampu mengerjakan soal dan mudah mengingat kembali pelajaran yang telah lalu.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII.2 SMP Negeri 2
Bulukumba. Berdasarkan analisis deskriptif hasil belajar matematika siswa kelas
VII.2
SMP Negeri 2 Bulukumba, diperoleh bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa pada
Siklus I adalah 72,80 sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada Siklus II
adalah 80,58 dan skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Ini menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan rata-rata skor sebesar 7,78 sehingga secara kuantitatif diperoleh
bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa VII.2 SMP Negeri 2
Bulukumba setelah penerapan metode penemuan terbimbing pada proses
pembelajaran pokok bahasan bangun segiempat dari kategori sedang menjadi kategori
tinggi.
Pada Siklus II tampak bahwa setiap siswa mengalami peningkatan skor hasil
belajar matematika. Hal ini disebabkan antara lain pada Siklus II siswa telah mampu
menyelesaikan soal sesuai prosedur yang diharapkan sehingga umumnya siswa dapat
memperoleh skor pada setiap butir soal. Sehingga jika dikategorikan, pada Siklus I
dari 45 siswa sebanyak 20% siswa berada pada kategori rendah sedangkan pada
Siklus II sebanyak 35,56% skor hasil belajar siswa berada pada kategori sangat tinggi
yang berarti terjadi perbedaan dengan kategori hasil belajar sacara rata-rata. Hal dapat
disebabkan ada beberapa siswa yang memang memiliki kemampuan rendah, tidak
dapat menemukan sendiri.
2. Perubahan Sikap dan Aktivitas Siswa Kelas VII.2 SMP Negeri 2 Bulukumba
Berdasarkan analisis deskriptif aktivitas siswa kelas VII.2 SMP Negeri 2
Bulukumba, diperoleh bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa. Jika dibandingkan
hasil observasi Siklus I dan Siklus II, persentase rata-rata kehadiran siswa meningkat
dari 95,56% menjadi 98,33%. Persentase rata-rata jumlah siswa yang memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan guru meningkat dari 46,67% menjadi 61,67%.
Persentase rata-rata jumlah siswa yang memberikan tanggapan terhadap pertanyaan
teman meningkat dari 20% menjadi 28,33%. Persentase rata-rata jumlah siswa yang
mengajukan pertanyaan meningkat dari 23,89% menjadi 27,78%. Persentase rata-rata
jutnlah siswa yang masih memerlukan bimbingan menurun clari 40% menjadi 35%.
Persentase rata-rata jumlah siswa yang dapat membuat kesimpulan rneningkat dari
10,56% mel1jadi 32,22%. Persentase rata-rata jumlah siswa yang mengumpulkal1
tugas meningkat dari 68,89% menjadi 95%.
Terjadinya peningkatan persentase aktivitas siswa, kehadiran siswa mengikuti
proses belajar mengajar dan jumlah siswa yang mengumpulkan tugas menunjukkan
bahwa siswa memiliki perhatian yang besar dalam belajar matematika, khususnya
dalam penelitian ini. Peningkatan jumlah siswa yang menanggapi pertanyaan guru
atau teman dan yang mengajukan pertanyaan menunjukkan antusias sikap positif
siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan metode penemuan
terbimbing. Peningkatan jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan dapat
diinterpretasikan bahwa sebahagian besar siswa merasa sulit mengerjakan LKS
dan tugas, namun ini juga menunjukkan keinginan mereka untuk berani
mengajukan pertanyaan dan memecahkan persoalan mereka yang patut dihargai.
Selain perubahan aktivitas siswa yang menunjukkan peningkatan, juga teIjadi
perubahan yang menunjukkan penurunan. Jumlah siswa yang masih
memerlukan bimbingan berkurang menunjukkan bahwa akhirnya siswa mampu
mengerjakan LKS tanpa dibimbing oleh guru. Hal ini dapat teIjadi karena motif
mengerjakan LKS yang hampir sarana pada setiap pertemuan dan karena siswa
telah terbiasa dengan metode penemuan terbimbing yang sengaja di rancang
dengan aktivitas yang monoton. Sedangkan jumlah siswa yang dapat
menyimpulkan materi berkurang, mungkin disebabkan tingkat kesulitan materi
pada setiap pertemuan yang semakin meningkat, Peneliti menyadari untuk
menumbuhkan minat siswa bergiat menemukan sendiri bukan hal yang mudah,
apalagi dengan kemampuan siswa yang masih terbatas baik dalam hal
pengetahuan matematika maupun dalam hal perkembangan eara berpikir siswa.
Namun yang terpenting adalah membelajarkan siswa antusias, keberanian
mengungkapkan kreatifitas, ide dan pemikiran, serta menumbuhkan minat
belajar matematika adalah yang paling penting.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Secara kuantitatif dan secara kualitatif hasil belajar matematika siswa kelas
VII.2 SMP Negeri 2 Bulukumba melalui pembelajaran pokok bahasan
pecahan dengan metade penemuan terbimbing mengalami peningkatan.
2. Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII2 SMP Negeri 2
Bulukumba setelah pemberian tindakan pada siklus I adalah 72,80 dari skor
ideal 100 yang mungkin dicapai dengan standar deviasi 16,58 dan berada
pada kategari tinggi. Sedangkan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa
setelah pemberian tindakan pada siklus II adalah 80,58 dari skala ideal 100
yang mungkin dicapai dengan standar deviasi 12,53 dan berada pada kategori
tinggi.
3. Daya serap siswa ke1as VII2 SMP Negeri 2 Bulukumba setelah pemberian
tindakan pada siklus I adalah 72,80% dari daya serap ideal 100% yang
mungkin dicapai sedangkan daya serap siswa setelah pemberian tindakan
pada siklus II adalah 80,58% dari daya serap ideal 100% yang mungkin
dicapai. Ketuntasan belajar matematika siswa kelas VII.2 SMP Negeri 2
Bulukumba juga meningkat. Pada siklus I, dari 45 siswa sebanyak 30 siswa
dinyatakan tuntas belajar dengan ketuntasan klasikal sebesar 66,67%.
Sedangkan pada siklus II, sebanyak 38 siswa dinyatakan tuntas belajar
dengan ketuntasan klasikal sebesar 84,45%.
4. Perubahan sikap siswa dan aktivitas siswa kelas VII2 SMP Negeri 2
Bulukumba melalui pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing
mengalarni peningkatan.
B. Saran
Untuk memaksimalkan pembelajaran matematika dan hasil belajar siswa,
maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut.
1. Pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing perlu
diterapkan dan dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif metode
pembelajaran matematika, agar siswa dapat mengalami proses belajar
bermakna, mampu menemukan sendiri pengetahuan matematikanya.
2. Untuk melaksanakan pembelajaran matematika dengan metode penernuan
terbimbing, siswa perlu banyak diberi motivasi dan penguatan agar bergiat
rnelakukan penemuan.
Untuk melaksanakan pembelajaran matematika dengan metode penemuan
terbimbing, siswa perlu menguasai materi penunjang pokok bahasan yang akan
diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, 1993. Pengelolaan Pengajaran. Ujung Pandang: PT. bintang Selatan.
Antonius. 2004. Petunjuk Praktis Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Bandung: CV. Irama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Drost, S. J. 1998. Pendidikan Sains yang Humainis. Yogyakarta: Kanisius.
Khaeruddin & Martawijaya A.M. 2005. Peningkatan Hasil Belajar Proses Fisika. (Jurnal Sains dan Pendidikan fisika, Vol. 2 No. 2 Oktober 2005).
Nur, M. 2002. Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains. Surabaya: University Press, UNESA.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC Surabaya.
Silberman. 2000. Activity Learning (101 Strategi to teach Any Subject. Yapenddis United States of Amerika.
Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Jakarta.
Suryosubroto. 1988. Dasar-dasar Psikologi untuk Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT. Prima Karya.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.
Winarno Surachmat, 1985. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Praphanta.
SIKLUS IRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I
Nama Sekolah : SD 11 Batubassi MarosMata Pelajaran : SainsKelas/Semester : III/IAlokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. STANDAR KOMPETENSI 3
Mengaitkan ciri-ciri makhluk hidup dan lingkungan hidupnya.
B. KOMPETENSI DASAR 3.1
Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk berdasarkan hasil pengamatan di sekitar
lingkungan sekolah.
C. INDIKATOR
1. Menjelaskan bahwa makhluk hidup memerlukan makanan
2. Menjelaskan bahwa makhluk hidup bergerak.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan bahwa makhluk hidup memerlukan makanan untuk
pertumbuhannya.
2. Mendiskusikan perbedaan gerak pada hewan dan tumbuhan
3. Menjelaskan macam gerak pada tumbuhan.
4. Mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi gerak pada tumbuhan
E. MATERI POKOK
1. Makanan adalah unsur utama yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk
pertumbuhannya. Cara memperoleh makanan antara hewan dan tumbuhan
berbeda, hewan bersifat heterotrof, artinya memperoleh makanan dari bahan
organik atau anorganik yang sudah ada. Lain halnya dengan tumbuhan yang
bersifat autotrof yang mampu menyusun makanannya sendiri yang berasal
dari bahan anorganik melalui peristiwa fotosintesis. Makanan berfungsi
sebagai sumber energi atau tenaga bagi makhluk hidup, dimana makhluk
hidup tidak dapat beraktivitas jika tidak ada sumber energi yang berasal dari
makanan.
2. Perbedaan antara gerak hewan dengan gerak tumbuhan yaitu dilihat dari
perpindahan titik acuannya. Hewan bergerak berpindah tempat (bersifat
mobil), sedangkan tumbuhan bergerak tapi tidak berpindah tempat, kecuali
pada tumbuhan rendah golongan flagellate (Euglena piridis) yang mampu
bergerak berpindah tempat untuk mendekati datangnya vahaya.
3. Macam gerak pada tumbuhan yaitu gerak mendekatis atau menjauhi sinar
matahari (Fotottrofisme), gerak mendekati atau menjauhi sumbu bumi
(geotrofisme), gerak menutup pada putri malu jika disentuhs (nasti), dan gerak
memecahnya buah polong karena pengaruh suhu (tigmotrofisme).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak pada tumbuhan yaitu: suhu,
kelembapan, persediaan makanan/nutrisi, pengaruh air, dan karena tekanan
atau sentuhan.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Konsep
2. Metode : Ceramah kerja kelompok
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan awal (10 menit)
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran
2. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil supaya memudahkan penilaian
aktivitas siswa saat melakukan kerja kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4
orang siswa.
3. Melakukan kegiatan diskusi dan kerja kelompok untuk menjawab tujuan
pembelajaran yang telah diberikan oleh guru.
Kegiatan Inti (60 Menit)
1. Siswa mendiskusikan bahwa makhluk hidup membutuhkan makanan
2. Siswa berdiskusi dab bekerja secara kelompok untuk menjawab tujuan
pembelajaran tentang perbedaan gerak pada hewan dan tumbuhan.
3. Siswa bekerja secara berkelompok untuk mendiskusikan jenis gerak pada
tumbuhan
4. Siswa bekerja secara kelompok untuk mendiskusikan faktor-faktor yang
mempengaruhi gerak pada tumbuhan.
5. Setelah selesai bekerja kelompok, guru mengacak kelompok untuk
mempersentasekan hasil kerja kelompok yang telah dilakukan dan peserta lain
mendengarkan paparan kelompok pemateri sambil mengacungkan tangan bila
ada perbedaan jawaban.
Kegiatan Akhir (10 menit)
1. Mengumpulkan hasil kerja kelompok
2. Guru menyimpulkan materi pelajaran
H. SUMBER BACAAN, ALAT DAN BAHAN
1. Haryanto. 2004 Sains untuk SD Kelas III. Erlangga. Jakarta
2. Shoby, dkk. 2004. Sains Modern untuk SD Kelas III. Widya Utama. Jakarta
I. PENILAIAN
1. Jelaskan bahwa makhluk hidup memerlukan makanan untuk pertumbuhannya
2. Jelaskan perbedaan gerak pada hewan dan tumbuhan
3. Jelaskan macam gerak pada tumbuhan
4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi gerak pada tumbuhan.
Mengetahui :Kepala Sekolah
Maros, Juni 2007
Guru Mata Pelajaran
SIKLUS IIRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SD 11 Batubassi MarosMata Pelajaran : SainsKelas/Semester : III/IAlokasi Waktu : 2 x 40 Menit
A. STANDAR KOMPETENSI
Mengaitkan ciri-ciri makhluk hidup dan lingkungan hidupnya.
B. KOMPETENSI DASAR 3.1
Mengidentifikasikan ciri-ciri makhluk berdasarkan hasil pengamatan langsung di
sekitar lingkungan sekolah.
C. INDIKATOR
Menjelaskan ciri lain makhluk hidup.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan bahwa makhluk hidup tumbuh
2. Menjelaskan bahwa makhluk hidup berkembang biak
3. Menjelaskan bahwa makhluk hidup bernafas
4. Menjelaskan bahwa makhluk hidup peka terhadap rangsang
E. URAIAN MATERI
1. Semua makhluk hidup mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan
perubahan ukuran tubuh, volume, dan pertambahan berat.
2. Makhluk hidup berkembang biak dengan tujuan untuk mempertahankan
kelestarian jenisnya. Perkembangbiakan ada dua yaitu secara generate
(seksual) dan vegetatif (aseksual).
3. Makhluk hidup bernafas dengan tujuan untuk mengambil oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Proses pernafasan pada hewan berbeda dengan
tumbuhan, dimana hewan bernafas dengan menggunakan paru-paru, insang,
atau kulit. Sedangkan tumbuhan bernafas dengan menggunakan stomata atau
lentisel.
4. Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah peka terhadap rangsang, misalnya
peka terhadap stimulus atau rangsang, sehingga jika ada rangsangan maka
makhluk hidup akan memberikan tanggapan.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Konsep
2. metode : Kerja Kelompok
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Awal (10 menit)
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran
2. Membagi siswa ke dalam kelompok kerja yang berjumlah 4 orang
3. Memberikan arahan kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
Kegiatan Inti (60 menit)
1. Mendiskusikan secara kelompok tentang ciri makhluk hidup yaitu tumbuh.
2. Mendiskusikan secara kelompok tentang ciri makhluk hidup yaitu bernafas
3. Mendiskusikan secara kelompok tentang ciri makhluk hidup yaitu peka
terhadap rangsang.
Kegiatan Akhir (10 menit)
1. Membimbing siswa dalam mengumpulkan data tentang ciri-ciri makhluk
hidup (tumbuh) melalui eksperimen sederhana.
2. Mengumpulkan hasil kerja kelompok
H. SUMBER BACAAN, ALAT DAN BAHAN
1. Haryanto. 2004 Sains untuk SD Kelas III. Erlangga. Jakarta
2. Shoby, dkk. 2004. Sains Modern untuk SD Kelas III. Widya Utama. Jakarta.
I. PENILAIAN
1. Menjelaskan pandangan anda bahwa makhluk hidup tumbuh
2. Jelaskan pandangan anda bahwa makhluk hidup berkembang biak
3. Jelaskan pandangan anda bahwa makhluk hidup bernafas
4. Jelaskan pandangan anda bahwa makhluk hidup peka terhadap rangsang.
Mengetahui :Kepala Sekolah
Maros, Juni 2007
Guru Mata Pelajaran
INSTRUMEN PENELITIAN SIKLUS I
Petunjuk Soal
a. Tuliskan nama, nis dan kelas anda pada sudut kanan atas lembar jawaban yang
telah disediakan.
b. Bacalah dengan baik soal, kemudian dahulukan mengerjakan
soal yang dianggap paling gampang dan jika ada soal yang kurang jelas silahkan
tanyakan pada pengawas.
c. Selamat bekerja dan sukses
1. Berikut ini adalah ciri makhluk hidup, kecuali ….a. bernafasb. bergerakc. berkembang biakd. bertahan terhadap perubahan lingkungan
2. Tujuan makhluk hidup berkembang biak adalah …..a. agar tidak punahb. mendapat temanc. bertambah besard. berkelompok dengan makhluk hidup lainnya
3. Beberapa biji kacang hijau ditanam di dalam polibak, setelah 5 hari tingginya mencapai 2 cm. Hal ini menunjukkan ciri makhluk hidup …..a. bernafasb. tumbuh c. berkembang biakd. memerlukan makanan
4. Setiap hari dan setiap saat, manusia menghirup udara. Hal ini menunjukkan bahwa makhluk hidup memiliki ciri …..a. bernafasb. bergerakc. berkembang biakd. memerlukan makan
5. Gerakan akar tumbuhan masuk ke dalam tanah bertujuan untuk, kecuali ….a. menjauhi sinar matahari b. mencari airc. mengokohkan tanamand. mencari unsur hara
6. Ciri tumbuhan yang tidak dimiliki oleh hewan adalah …..a. bergerakb. bernafasc. dapat membuat makanannya sendirid. berkembang biak
7. Ubi kayu dapat dikembangbiakkan dalam jumlah yang banyak dan cepat secara ….a. bijib. merunduk c. sambungd. stek
8. berikut ini adalah ciri-ciri makhluk hidup 1. membuat makanannya sendiri2. bernafas3. berkembang biak4. bergerak berpindah tempatPersamaan ciri hewan dan tumbuhan adalah …..a. 1 dan 2b. 2 dan 3 c. 1, 2, dan 3d. 1, 2 dan 4
9. Tanaman putri malu jika disentuh, maka daunnya akan menutup. Hal merupakan salah satu ciri makhluk hidup yaitu ……..a. tumbuh b. bernafasc. peka terhadap rangsangd. berkembang biak
10. Tujuan makhluk hidup bernafas adalah …..a. memperoleh oksigenb. memperoleh karbondioksida c. memperoleh makanand. mengambil oksigen dan membuang karbondioksida yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh. 11. Bawang merah berkembang biak dengan menggunakan ….
a. umbi batangb. umbi lapisc. umbi akard. stek
12. Kentang berkembang biak dengan cara a. stekb. umbi batangc. umbi akard. umbi lapis
13. Daun yang dimasukkan ke dalam air hangat akan mengeluarkan gelembung. Hal ini membuktikan bahwa daun melakukan aktivitas.a. berkembang biakb. bernafasc. peka terhadap rangsang d. berfotosintesis
14. Burung hantu memburu ayam sebagai makanannya, harimau memburu kancil, dan cicak memburu nyamuk sebagai makanannya. Tujuan makhluk hidup di atas adalah ….a. mempertahankan keturunannyab. menjadi penguasa habitatnyac. sebagai sumber energid. agar ditakuti oleh hewan lainnya
15. Berikut ini adalah ciri-ciri dari hewan sebagai berikut 1. hidup di darat2. bertelur3. tidak berbulu atau berambut4. berkaki empatHewan yang sesuai dengan ciri di atas adalah …..a. ikanb. lalatc. kadald. ular
INSTRUMEN PENELITIAN SIKLUS II
Petunjuk Soal
a. Tuliskan, nis dan kelas anda pada sudut kanan atas lembar jawaban yang telah
disediakan.
b. Bacalah dengan baik soal, kemudian dahulukan mengerjakan soal yang
dianggap paling gampang dan jika ada soal yang kurang jelas silahkan
tanyakan pada pengawas.
c. Selamat bekerja dan sukses
1. Perhatikan tabel di bawah ini
Ciri makhluk hidup TumbuhanA B
Berbunga Batang berkayu -Berakar serabut - Tulang daun sejajar -
Berdasarkan ciri-ciri di atas, tumbuhan yang sesuai adalah a. A = kacang tanah
B = pepayab. A = jagung
B = manggac. A = jambu
B = tebuhd. A = Bayam
B = sinkong 2. Manakah hewan di bawah ini yang bernafas dengan menggunakan kulit …..
a. cacing dan ikan pausb. cacing dan lebahc. katak dan kadald. katak dan cacing tanah
3. Tanaman jagung mudah tercabut, sebab sistem perakaran yang dimiliki adalah …a. serabutb. tunggang c. akan nafasd. akar gantung
4. Perhatikan ciri-ciri tumbuhan di bawah ini 1. memiliki buah berkeping satu2. batang lurus tidak bercabang3. pertulangan daun sejajar4. biasanya banyak tumbuh di sekitar pantaiTumbuhan yang dimaksud dari ciri-ciri di atas adalah …..a. pisangb. pepayac. kelapad. tebuh
5. Manakah hewan di bawah ini yang berkembang biak dengan cara bertelura. ayam, buaya, dan itikb. ayam, tikus dan ularc. ular, itik, dan kucingd. ular, buaya, dan tikus
6. Manakah tumbuhan di bawah ini yang berkembang biak dengan tunas ….a. kelapab. jagungc. pisangd. tomats
7. Di bawah ini adalah makhluk hidup yang dapat membuat makanannya sendiri, kecuali …..a. suplirb. ayamc. rumputd. lumut
8. Perhatikan bagan di bawah ini
Hewan
Berkaki Tidak berkaki
Berbulu tidak berbulu bersisik bercangakang
Berdasarkan penggolongan di atas, kemungkinan hewan A adalah …..a. siputb. merpatic. ikand. kura-kura
9. Untuk bagan soal 8, kemungkinan B adalah hewan ….a. ikanb. siputc. merpatid. cacing
10. Manakah tanaman di bawah ini yang digolongkan ke dalam tumbuhan monokotil ….a. kacang tanahb. padic. manggad. nangka
11. Manakah tumbuhan di bawah ini yang tidak memiliki bunga sebagai alat perkembangan biaknya ….a. rumputb. bayamc. padid. suplir
12. Padi, tebu, kepala, dan aren termasuk tumbuhan yang memiliki biji ….a. berkeping satu b. berkeping duac. biji tidak memiliki pembungkus bijid. dikotil
13. Ayam dan merpati digolongkan dalam satu kelompok hewan berdasarkan ….a. adanya penutup tubuh berupa bulu, dan makanannya adalah biji-bijian dan
rumputb. memiliki bulu, dan berkembang biak dengan cara bertelurc. cara berkembang biak yaitu bertelur dan beranakd. memiliki makanan yang sama yaitu biji-bijian dan rumput
14. Di bawah ini adalah contoh hewan pemakan segala, kecuali ….a. itikb. ayamc. merpatid. singa
15. Di bawah ini contoh hewan pemakan daging, kecuali ….a. singab. kucingc. anjingd. tupai
Lampiran 1. Uji Validitas Item Soal
Responden
Butir Soal / Item (X)1 2 3 4 5 6
1 1 1 0 1 0 02 1 0 1 0 0 03 1 1 1 0 1 04 1 0 0 0 1 05 1 1 0 0 0 16 1 0 0 0 1 07 1 1 1 1 1 18 1 0 1 1 1 19 1 1 0 1 0 010 1 1 1 1 0 111 1 0 1 1 1 112 1 1 0 0 0 113 1 1 1 1 1 014 1 1 1 1 1 115 1 0 0 0 0 116 1 1 1 1 1 117 1 1 1 1 1 018 1 1 0 0 0 119 1 0 1 1 1 020 1 1 1 0 1 121 1 1 0 1 0 022 1 1 1 1 1 123 1 1 1 0 1 024 1 0 0 1 0 125 1 1 1 0 1 0X 25 17 15 14 15 13X2 25.000 10.000 15.000 14.000 15.000 13.000X.Y 694 617 529 555 483 504
NX.Y 31924 28382 24334 25530 26818 23184X. Y 25955 24165 21480 20585 21480 18795
NX2-(X)2 493 513 528 529 528 525NY2-(Y)2 252881 252881 252881 252881 2.52881 252881
RXY 0.535 0.37 0.247 0.428 0.462 0.381Ket. Valid Valid Invalid Valid Valid Valid
Butir Soal / Item (X)7 8 9 10 11 12 13 14 151 1 0 1 1 0 0 1 00 0 0 1 0 0 0 0 00 1 0 1 1 0 0 1 11 1 1 0 1 1 0 0 01 1 1 0 0 1 0 0 01 1 0 0 1 1 1 0 10 1 1 1 0 0 1 1 01 0 1 0 1 1 1 1 01 1 1 1 1 0 0 0 01 1 0 1 1 0 1 1 11 1 1 0 0 1 1 0 11 1 1 1 1 1 0 1 11 0 1 1 1 0 1 1 11 1 0 0 0 1 1 0 11 1 1 1 1 1 0 1 01 1 0 1 1 1 1 1 11 0 1 1 0 0 0 0 01 1 1 0 1 1 1 0 01 1 1 1 1 1 1 0 01 0 0 1 0 0 0 0 11 1 1 1 1 1 1 1 11 1 0 0 1 1 1 1 01 0 1 1 0 0 0 0 11 1 1 1 1 1 1 1 11 1 0 1 1 1 0 1 022 19 15 17 17 15 13 13 12
22.000 19.000
15.000
17.000
17.000
15.000
13.000
13.000
12.000
811 643 554 581 555 553 473 468 50537306 29578 25484 26726 25530 25438 21758 21528 2323032220 24165 22375 23270 21480 22375 18810 20790 20790
360 513 525 520 528 525 513 525 52525288
125288
125288
125288
125288
125288
125288
125288
125288
10.533 0.475 0.27 0.301 0.35 0.266 0.417 0.237 0.885Valid Valid Invalid Valid Valid Invalid Valid Invalid Valid
Butir Soal / Item (X)16 17 18 19 20 21 22 23 240 1 0 0 1 0 0 0 00 0 0 0 0 1 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0 00 1 0 1 1 1 1 1 10 1 1 0 1 1 0 0 00 1 0 1 0 0 0 0 01 0 1 1 1 1 1 1 10 1 0 0 1 0 1 1 01 0 1 1 0 1 0 0 10 1 0 1 1 1 1 1 01 1 1 1 1 0 1 1 11 0 0 0 0 1 0 0 00 1 0 1 1 1 1 1 11 1 0 1 1 1 1 1 11 0 1 1 0 0 0 0 10 1 1 1 1 0 1 1 01 1 1 0 1 0 1 11 1 0 1 0 1 0 0 10 0 1 1 1 1 1 1 01 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 0 0 1 1 1 10 1 1 1 1 0 0 0 11 0 1 1 0 1 1 1 01 1 1 1 0 1 1 1 10 1 0 0 1 0 1 1 1
11 17 12 16 15 15 15 16 1411.000 17.00
012.00
016.00
015.00
015.00
015.00
016.00
014.000
462 602 527 637 570 563 571 622 58321252 27692 24242 29302 26220 25898 26266 28612 2681819800 26730 20790 24750 23760 24750 23760 25740 24750
520 512 525 525 528 525 528 520 52525288
125288
125288
125288
125288
125288
125288
125288
125288
10.292 0.31 0.473 0.601 0.41 0.306 0.414 0.466 0.386Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Butir Soal / Item (X)25 26 27 28 29 30 31 32 330 0 0 1 1 1 1 1 10 0 0 1 1 1 1 1 10 1 0 0 0 0 1 0 11 1 0 1 1 0 1 1 00 1 0 1 1 1 1 1 10 0 1 1 1 1 1 0 11 1 1 1 0 1 0 1 01 1 0 1 1 0 0 1 00 0 1 0 1 1 1 0 11 1 1 0 1 1 0 0 00 1 0 1 1 0 1 1 11 1 1 0 1 1 1 1 01 0 1 1 1 1 1 0 00 1 1 1 1 0 0 1 11 1 1 1 0 1 1 0 11 1 0 0 1 1 1 0 01 1 1 0 1 0 0 0 10 0 1 0 1 1 1 1 11 1 1 1 0 1 1 1 11 1 0 1 1 0 0 0 01 1 1 0 1 1 1 1 10 1 1 0 0 1 1 0 11 0 1 1 1 0 0 1 11 1 0 0 1 1 1 0 01 1 1 1 0 1 1 1 1
15 18 15 15 19 17 18 14 1615.000 18.00
015.00
015.00
019.00
017.00
018.00
014.00
016.000
578 672 595 500 615 608 630 499 55426588 30912 27370 23000 28290 27968 28980 22954 2548424750 28710 24750 21780 27720 25740 27720 22770 25740
525 493 525 528 504 520 504 529 52025288
125288
125288
125288
125288
125288
125288
125288
125288
10.366 0.444 0.434 0.286 0.286 0.41 0.347 0.25 0.193Valid Valid Valid Invalid Invalid Valid Valid Invalid Invalid
Skor Total34 35 36 37 38 39 40 (Y) Y2
0 0 1 1 1 1 0 20 4001 1 0 0 0 0 1 13 1691 1 1 1 1 1 0 18 3240 1 0 1 1 1 1 25 6251 0 1 0 0 0 1 21 4411 1 1 1 1 1 0 22 4840 1 0 1 0 0 1 28 7841 0 1 0 1 0 0 23 5291 0 1 1 1 1 0 24 5760 1 0 1 0 0 1 26 6761 1 1 0 1 1 1 31 9610 0 1 1 0 1 0 23 5291 1 1 1 0 0 1 30 9000 1 0 0 1 1 1 29 8411 0 1 1 1 1 0 26 6760 1 0 0 1 0 1 27 7291 1 0 0 1 1 1 25 6250 0 0 1 0 1 0 23 5291 1 0 0 1 0 1 28 7841 1 1 1 1 1 1 28 7840 0 0 1 0 1 0 27 7291 1 1 0 1 0 1 28 7841 1 0 1 1 1 1 25 6250 0 1 1 0 1 0 28 7841 1 1 0 1 0 1 28 784
15 16 14 15 16 15 15 626 1607215.000 16.00
014.00
015.00
016.00
015.00
015.00
0533 600 500 557 595 532 581 X.Y
24518 27600 23000 25622 27370 24472 26726 NX.Y22770 25740 21780 23760 24750 23760 24750 X. Y
529 520 528 528 525 528 525 NX2-(X)2
252881
252881
252881
252881
252881
252881
252881
NY2-(Y)2
0.34 0.378 0.286 0.358 0.434 0.259 0.378 rXY
Valid Valid Invalid Valid Valid Invalid Valid Keterangan
ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA
RESPONDEN SKOR SIK I NILAI SIKLUS I
SKOR SIK II NILAI SIKLUS II
1 7 46.7 10 66.72 6 40.0 11 75.33 8 53.3 9 60.04 7 46.7 9 60.05 5 33.3 10 66.76 8 53.3 13 86.77 9 60.0 12 80.08 9 60.0 11 73.39 10 66.7 10 66.7
10 12 80.0 9 60.011 7 46.7 9 60.012 8 53.3 11 73.313 9 60.0 10 66.714 8 53.3 8 53.315 7 46.7 12 80.016 7 46.7 9 60.017 8 53.3 10 66.718 9 60.0 10 66.719 8 53.3 9 60.020 8 53.3 13 86.721 9 60.7 13 86.722 10 66.7 10 66.723 11 73.3 11 73.324 7 46.7 12 80.025 8 53.3 11 73.326 8 53.3 12 80.027 9 60.0 10 66.728 10 66.7 13 86.7
JUMLAH 1546.7 1980.0RATA-RATA 55.2 70.7
ANALISIS AKTIVA BELAJAR SISWA
NO AKTIVITAS SISWA SIKLUS I SIKLUS IIF P (%) F P (%)
1 MENDENGARKAN PENJELASAN GURU
23 82.1 28 100.0
2 MEMBACA MATERI 23 82.1 27 96.43 MENULIS MATERI PENTING 23 82.1 27 96.44 BERDISKUSI DENGAN TEMAN 20 71.4 28 100.05 MENGAMATI MEDIA GAMBAR 23 82.1 28 100.06 MENGANGGU TEMAN 5 17.9 1 3.67 MENGERJAKAN LATIHAN 23 82.1 28 100.08 MENGUMPUL TUGAS 23 82.1 28 100.0