visualisasi morfologi, kuantifikasi nutrisi dan …eprints.unram.ac.id/6969/1/journal aya.pdf ·...
TRANSCRIPT
VISUALISASI MORFOLOGI, KUANTIFIKASI NUTRISI DAN ANALISIS
KECERNAAN IN VITRO (BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK)
ISI OMASUM SAPI BALI JANTAN
PUBLIKASI ILMIAH
Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diperlukan
untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
pada Program Studi Peternakan
Oleh
NURHIDAYAH
B1D 012 224
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
VISUALISASI MORFOLOGI, KUANTIFIKASI NUTRISI DAN ANALISIS
KECERNAAN IN VITRO (BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK) ISI
OMASUM SAPI BALI JANTAN
Nurhidayah/B1D 012 224 Fakultas Peternakan Universitas Mataram
INTISARI
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September-Desember 2015
bertujuan untuk menganalisis visualisasi morfologi, kuantifikasi nutrisi dan
analisis kecernaan in vitro isi omasum sapi Bali jantan berdasarkan hasil
pengambilan sampel 3 organ dan isi omasum sapi Bali jantan. Analisis proksimat
dan kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik isi omasum dilaksanakan
di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Unversitas
Mataram dengan metode analisis proksimat dan kecernaan in vitro. Data yang
bersifat kualitatif dianalisis secara deskritif sedangkan data yang bersifat
kuantitatif dihitung nilai arithmetic mean ( x ± STDEV) menggunakan komputer
program Microsoft Excel. Hasil penelitian untuk analisis proksimat isi omasum
sapi Bali jantan dapat dilihat rata-rata dari bahan kering yaitu 94,9616 1,39%,
abu 28,5035 3,87%, bahan organik 71,4965 3,87%, protein kasar
13,4941 1,49%, lemak kasar 6,8434 2,60%, serat kasar 29,7889 9,41%, dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 16,3318 8,61%. Untuk hasil penelitian
kecernaan in vitro bahan kering isi omasum sapi Bali jantan rata-ratanya yaitu
31,76 5,33% dan untuk kecernaan bahan organiknya yaitu 21,93 7,81%.
Kata kunci: sapi bali jantan, isi omasum, analisis proksimat, kecernaan
in vitro
VISUALIZATION MORPHOLOGICAL , QUANTIFICATION
NUTRITION AND ANALYSIS OF IN VITRO DIGESTIBILITY (DRY
MATTER AND ORGANIC MATTER) CONTENTS OMASUM MALE
CATTLE BALI
Nurhidayah/B1D 012 224 Animal Science Faculty of Mataram University
Abstract
This research has been conducted on a September - December 2015 aims
to analyze the morphology visualization, quantification and analysis of the
nutrient content of in vitro digestibility Omasum Bali cattle bull by the results of
sampling 3 organ and contents Omasum male Bali cattle. Proximate analysis and
in vitro digestibility of dry matter and organic matter content of Omasum
conducted at the Laboratory of Nutrition and Feed Faculty of Animal Science of
Mataram University with proximate analysis method and in vitro digestibility.
Qualitative data was analyzed by descriptive whereas quantitative data calculated
arithmetic mean value (± STDEV) using the computer program Microsoft Excel.
Results of research for the contents proximate analysis Omasum male Bali cattle
can be seen an average of dry matter that is 94.9616 ± 1.39%, ash 28.5035 ±
3.87%, organic matter 71.4965 ± 3.87%, protein rough 13.4941 ± 1.49%, crude
fat 6.8434 ± 2.60%, crude fiber 29.7889 ± 9.41%, and extract materials without
nitrogen (BETN) 16.3318 ± 8.61%. To research in vitro digestibility of dry matter
content of beef Bali Omasum the average male is 31.76 ± 5.33% and for organic
matter digestibility is 21.93 ± 7.81%.
Keywords : male Bali cattle , the contents of omasum , proximate analysis , in
vitro digestibility
PENDAHULUAN
Sapi adalah ternak ruminansia yang mempunyai lambung yang terdiri dari
empat bagian yaitu: rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Proses
pencernaan zat makanan di dalam rumen, retikulum, dan omasum dilakukan oleh
mikroba rumen (bakteri, fungi, dan protozoa) yang merombak makanan secara
fermentatif sehingga menjadi senyawa lain yang berbeda dari molekul zat
makanan asalnya, misalnya protein dirombak menjadi NH3 dan karbohidrat
dirombak menjadi asam lemak atsiri (FVA = Folatile Fatty Acid) (Partama, 2013)
Menurut Arora (1989), dari kompartemen-kompartemen lambung
ruminansia, terdapat organ setelah retikulo-rumen yang disebut omasum. Omasum
merupakan suatu organ yang berisi lipatan-lipatan yang menyerupai lipatan buku,
itulah sebabnya omasum sering disebut perut kitab. Omasum terletak di sebelah
kanan rumen dan retikulum persis pada kaudal hati. Pertautan antara omasum dan
abomasum terdapat suatu susunan lipatan membran mukosa “vela terminalia”
yang berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari
abomasum menuju ke omasum.
Di dalam omasum terdapat lembara-lembaran seperti buku yang berfiungsi
sebagai tempat absorbsi atau penyerapan air dan penyerapan asam lemak
menguap sehingga di bagian organ selanjutnya yaitu abomasum bentuk dari feses
agak padat. Fungsi dari lembaran-lembaran omasum ini juga berfungsi sebagai
pemisah antara partikel yang satu dengan yang lainnya. Visualisasi bentuk dari
omasum secara makroskopis sudah banyak kita lihat tetapi bentuk dari omasum
secara mikroskopis jarang atau belum pernah kita lihat. Nilai kandungan nutrisi
pakan di dalam omasum dapat diketahui dengan melakukan analisis proksimat,
tetapi hal ini belum menunjukan nilai nyata bahan makanan tersebut dapat dicerna
oleh ternak. Daya cerna dapat diukur dengan menggunakan metode in vivo atau in
vitro (Williamson dan Payne, 1993).
TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui visualisasi morfologi,
kuantifikasi nutrisi dan kandungan nutrisi kecernaan in vitro (bahan kering dan
bahan organik) dari isi omasum sapi Bali jantan dan sebagai bahan informasi bagi
ilmuwan serta masyarakat pada umumnya serta sebagai data pembanding bagi
mahasiswa dalam melakukan penelitian selanjutnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Sebelum pengambilan isi omasum terlebih dahulu ternak disembelih.
Kemudian melakukan proses pengulitan dan mengikat masing-masing batas organ
isi dalam dari sapi Bali jantan dengan 2 buah klem penjepit kemudian pembatas
dipotong. Setelah itu melakukan penimbangan masing–masing organ dan
membuka satu penutup organ kemudian mengambil cuplikan sampel isi omasum
secara acak sebanyak 5–6 kali pengambilan. Membersihkan organ dari sisa isi
omasum kemudian mengisi air sampai penuh dan menghitung organ berisi air
(volume), kemudian buang air dan timbang dinding omasum yang bersih. Setelah
itu melakukan pembedahan masing–masing organ untuk menghitung panjang,
lebar, luas dan ketebalan dari omasum. Kemudian mengambil sampel jaringan
dari masing–masing organ omasum kemudian dilanjutkan mengamati visualisasi
morfologi dibawah mikroskop cahaya. Setelah itu melakukan analisis proksimat
dan kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik di Laboratorium Ilmu
Nutrisi Makanan Ternak Ruminansia/Herbivora Fakultas Peternakan Universitas
Mataram.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari visualisasi morfologi dan kuantifikasi dianalisis
menggunakan analisis deskriptif, sedangkan untuk analisis proksimat dan in vitro
dihitung secara kuantitatif dengan menggunakan metode arithmatics berdasarkan
nilai rata-rata dan standar deviasi menggunakan komputer program Microsoft
Excel (Santosa dan Ashari, 2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Visualisasi Morfologi dan Kuantifikasi Omasum
Tabel 1 berikut memaparkan kuantifikasi dari organ omasum kedua sapi,
variabel yang diamati meliputi: berat awal organ, berat dinding, berat isi, volume,
panjang, lebar, luas, ketebalan, berat segar isi omasum, berat kering isi omasum,
suhu, pH, jumlah papila yang diamati dibawah mikroskop 3 dimensi, dan banyak
lipatan omasum.
Tabel 1. Kuantifikasi Omasum
Variabel yang Diamati
Omasum Sapi ke-
Rata-rata 1 2
Berat Awal (kg) 2,02 2,19 2,11
Berat Dinding (kg) 1,49 1,02 1,26
Berat Isi (kg) 0,5 1,17 0,84
Volume (L) 2,06 3,24 2,65
Panjang (cm) 27 31,6 29,3
Lebar (cm) 18,6 20,66 19,63
Luas (cm2) 271,58 335,1 303,34
Ketebalan (mm) 6,6 6,33 6,47
Suhu (0C) 37 35,2 36,1
Berat segar (gr) 160 80 120
Berat kering (gr) 31,52 17,05 24,29
pH 7 7 7
Jumlah papila/luas bidang
pandang (cm) 30,96 39,36 35,16
Banyak Lipatan 60 56 58
Sumber: Data primer diolah (2016)
Hasil yang diperoleh dari data lapangan kuantifikasi dari omasum kedua
sapi Bali jantan dengan dua kali ulangan adalah, rata-rata berat awal organ 2,11
kg, berat dinding organ 1,26 kg, berat isi omasum 0,84 kg, volume omasum 2,65
liter, panjang omasum 29,3 cm, lebar omasum 19,63 cm, luas omasum 303,34
cm2, ketebalan omasum 6,47 mm, berat segar isi omasum 120 gr, berat kering isi
omasum 24,29 gr, suhu omasum 36,1 0C , pH omasum 7, jumlah papila yang
diamati dibawah mikroskop 3 dimensi dengan luas bidang pandang 0,79 cm yaitu
35,16, banyak lipatan dari omasum sebanyak 58 lembar.
Bentuk omasum dan jumlah dari lembaran-lembaran setiap lamela
berbeda-beda antara ternak yang satu dengan yang lainnya. Seperti yang
dilaporkan Becker dkk (1963), jumlah lembaran-lembaran dari omasum pedet
sapi jersey berjumlah rata-rata 85 lembar. Hasil yang dilaporkan dimaksud sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang didapatkan meskipun dalam
penelitiannya yang diteliti adalah pedet sapi Jersey. Perbedaan ini disebabkan oleh
berbagai faktor yaitu: jenis ternak, genetik ternak, umur ternak, pakan yang
dimakan, lingkungan dan lain-lain. pH cairan omasum yang didapat dari
laporannya Ewing dkk, (1918) adalah 5,2 sampai 6,8. Hasil yang dilaporkan
sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang didapat rata-rata pH 7. Perbedaan
dari pH yang didapat disebabkan karena proses penyembelihan ternak sapi Bali
jantan dari penelitian ini disembelih secara tradisional yang dimana ternaknya
dibanting ke tanah yang menyebabkan cairan yang berada di dalam rumen
tercampur dengan cairan yang berada di dalam omasum sehingga pH yang berada
di dalam omasum tinggi. Jumlah volume omasum yang dilaporkan oleh Becker
dkk (1963) untuk umur sapi yang berbeda-beda adalah sapi jersey umur 150 hari
adalah 331±2,643 ml.
Gambar 1. Bentuk omasum utuh
Gambar 2. Bentuk omasum bagian dalam
Gambar 3. Bentuk papila omasum secara makro
Gambar 4. Bentuk papila omasum secara mikro
Soeharsono, dkk (2010) menyatakan, bahwa dalam omasum, selulose dan
pentosa dikonsentrasikan karena sebagian air diabsorpsi disini, khususnya pada
lembaran-lembaran omasum tersebut. Karena tingginya absorpsi air, maka
elektrolit seperti Na dan K turut diabsorpsi, sehingga konsentrasinya dalam
omasum sangat rendah. Sifat mengabsorpsi air pada omasum diduga berfungsi
untuk mencegah turunnya pH pada abomasum dengan pengenceran. Pada anak
sapi jantan Mg dan Phospor juga diabsorpsi sedangkan pada domba tidak (Arora,
1989).
Dari gambar 1 diatas, hasil yang diperoleh dalam peneltian ini berdasarkan
analisis deskriptif yaitu bentuk utuh dari omasum bulat menyerupai bola dan
terdapat sisa partikel pakan di dalamnya yang masih mengandung air. Gambar 2
memperlihatkan bentuk omasum bagian dalam secara langsung adalah seperti
lembaran buku atau lembaran kitab dan mempunyai papila-papila seperti gambar
3 dan gambar 4 jika dilihat dengan bantuan mikroskop 3 dimensi. Seperti yang
dikemukaan oleh Lauwers (1973), menyatakan bahwa, omasum merupakan
lambung ketiga yang ditaburi lamina pada permukaannya sehingga menambah
luas permukaan tersebut. Papila Kecil yang berada diatas permukaan menambah
luas permukaan menjadi 28 %. Bentuknya ellip terletak sebelah kanan reticulum
kurang lebih pada rusuk ke 7-11. Mucosa omasum mempunyai lembaran-
lembaran selaput lendir yang tersusun seperti kitab tulis, maka omasum ini disebut
perut kitab-kitab dan lembaran-lembaran ini disebut lamina omasi. Lembaran ini
tersusun tidak sama besar/panjang, tetapi berselang-seling besar-kecil sampai
bertingkat 5 (Egan, 1982).
2. Kuantifikasi Nutrisi Isi Omasum Sapi Bali Jantan
Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis di Laboratorium Ilmu Nutrisi
dan Makanan Ternak Ruminansia/ Herbivora Fakultas Peternakan Universitas
Mataram pada tanggal 07 November sampai dengan 03 Desember 2015 diperoleh
rata-rata analisis proksimat lengkap: abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar,
dan BETN sampel isi omasum sapi Bali jantan. Data yang dimaksud dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Isi Digesta Omasum Sapi Bali Jantan
Sumber: Data primer diolah (2016)
Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kandungan komposisi
kimia digesta omasum sapi Bali jantan lebih tinggi daripada komposisi kimia
digesta rumen yang dilaporkan Rasyid (1981) disitasi oleh Suhermiyati (1984)
memiliki kandungan abu 18,54%, protein kasar 8,86%, lemak kasar 2,60, serat
kasar 28,78%, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen BETN 41,24%. Perbedaan yang
dimaksud disebabkan karena jenis pakan yang dimakan oleh ternak tersebut.
3. Analisis Kecernaan In Vitro Bahan Kering dan Bahan Organik
Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis di Laboratorium Ilmu Nutrisi
dan Makanan Ternak Ruminansia/ Herbivora Fakultas Peternakan Universitas
Mataram pada tanggal 07 November sampai dengan 03 Desember 2015 diperoleh
rata-rata kecernaan in-vitro bahan kering dan kecernaan bahan organik sampel isi
omasum sapi Bali jantan. Data yang dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut.
Sapi
Nomor Ulangan ABU (%) PK (%) LK (%) SK (%)
BETN
(%)
1
1 31,20 14,11 7,95 20,98 22,68
2 30,10 13,66 9,94 21,92 20,89
2
1 32,32 14,79 6,33 28,68 11,50
2 28,71 14,06 6,72 28,32 16,24
Rata-rata
30,58 14,15 7,74 24,98 17,83
Standar
Deviasi 1,54 0,47 1,62 4,09 5,01
Tabel 3. Kecernaan In-Vitro BK dan BO Sampel Isi Omasum Sapi
Bali Jantan
Sapi
Nomor Ulangan
BK As
feed (%)
BK Awal
(%)
BO
Awal
(%)
KCBK
(%)
KCBO
(%)
1
1
19,09
96,92 68,80 39,95 32,00
2 96,51 69,90 33,74 27,71
2
1
19,95
93,63 67,68 27,67 16,90
2 94,05 71,29 35,00 26,07
Rata-rata
19,52 95,28 69,42 34,09 25,67
Standar
Deviasi 0,61 1,68 1,54 5,05 6,36
Sumber: Data primer diolah (2016)
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata bahan kering as feed isi omasum
sapi Bali jantan yaitu 15,52%, bahan kering udara 95,28%, bahan organik 69,42%,
kecernaan bahan kering 34,09%, kecernaan bahan organik 25,67%.
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa kandungan dari bahan kering
isi omasum 95,28%, relatif sama dengan yang dilaporkan oleh Fatihah (2015)
bahwa kandungan bahan kering dari hijauan pakan Euphorbia hirta L adalah
92,25%, kemungkinan rata-rata dari ternak yang disembelih yang diambil sampel
isi omasumnya untuk dianalisis mengkonsumsi pakan jenis hijauan tersebut.
Tingginya kandungan bahan kering disebabkan karena sampel yang didapatkan
berbentuk cair kemudian dikeringkan dengan sinar matahari dan di oven denagn
suhu 600C dan kemudian di oven lagi dengan suhu 105
0C, sehingga kandungan
bahan keringnya tinggi dan kandungan air berdasarkan bahan keringnya yang
sudah di oven 1050C tersebut rendah. Sedangkan untuk hasil penelitian rata-rata
kandungan bahan organik yang didapatkan 69,42% lebih rendah dari yang
dilaporkan oleh Adelina (2015) bahwa rata-rata kandungan bahan organik dari
jenis hijauan adalah 85,79%. Hasil yang dilaporkan dimaksud sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil penelitian yang didapatkan meskipun dalam
penelitiannya yang dianalisis adalah kecernaan bahan organik dari hijauan pakan
ruminansia besar. Rendahnya nilai kecernaan disebabkan karena di dalam
omasum sudah terjadi penyerapan bahan kering dan bahan organik dari digesta isi
omasum sehingga yang diambil adalah sisa atau ampasnya.
KESIMPULAN
Dari pembahasan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komposisi
kimia terutama kadar protein digesta isi omasum sapi Bali jantan dewasa lebih
tinggi dibanding kandungan protein rumput, meskipun potensinya sebagai pakan
ternak tidak terlalu tinggi disebabkan daya cerna bahan kering maupun bahan
organiknya tergolong rendah. Kecernaan bahan kering dari digesta isi omasum
sapi Bali jantan dewasa yaitu 34,09 5,05% dan kecernaan bahan organik
25,67 6,36%.
DAFTAR PUSTAKA
Adelina, W. 2015. Analisis Kandungan Serat Kasar dan Kecernaan In-Vitro
Bahan Organik Pakan Ruminansia Besar. Skripsi. Fakultas Ppeternakan
Universitas Mataram. Mataram.
Akhter, S. and M.M. Hossain. 1998. Cow Faeces in Vitro Digestibility Assay of
Forage. Aust. J. Anim. Sci., 1 (1): 51-54.
Anggorodi, R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia: Jakarta.
Arora, S.P. 1989. Pencernaggoan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Barnes, R.F. 1973. Laboratory Methods of Evaluating Feeding Value of Herbage.
In: G.W. Butler and R.W Bailey (eds). Chemistry and Bio-chemistry of
Herbage. Academic Press, London and New York. Pp 178-214.
Becker, S. P. Marshall, And .P. T. Dix Arnold. 1963. Anatomy, Development, And
Functions Of The Bovine Omasum. Journal Series No. 1678. Department
Of Dairy Science, :Florida Agricultural Experiment Station, Gainesville.
Borba, A.E.S., P.J.A. Corella, J.M.M.Fernandes and A.F.R.S. Sorba. 2011.
Comparison of Three Sources of Inocula for Predicting Apparent
Digestibility of Ruminant Feedstuff. J. Anim. Res., 50: 265-273.
BPS. 2014. Kecamatan Sekarbela Dalam Angka 2014. Sekarbela District in
Figures 2013. BAPPEDA Kota Mataram.
Egan, A.R. 1982. Physiology Ruminansia dan Bioenergy. Terjemahan dari
Fisiologi Ruminansia dan Bioenergi Oleh Hamid Sukmaraga. A.U.I.D.P.
Universitas Brawijaya. Malang.
Ewing, P. V., and Wright, L. H. 1918. A Study Of The Physical Changes Which
Take Place In Cattle During Digestion. J. Agr. Re-Search, 13: 639.
Fatihah, S. 2015. Analisis Kandungan Protein Kasar dan Kecernaan In-Vitro
Bahan Kering Pakan Ruminansia Besar. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Mataram. Mataram.
Feati. 2011. Teknologi Penggemukan Sapi Bali. BPTP NTB it-2. pdf.
Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Yogyakarta.
Harrison, F.A. 1971. Peiloshophical Transactions of the Royal Society. London.
13262: 301-305.
Hornicke, H. 1964. Tierernahr Fuuttermittelk. 19: 92-117. Dalam Egan.
Physiology Ruminansia dan Bioenergy. Terjemahan dari Fisiologi
Ruminansia dan Bioenergi Oleh Hamid Sukmaraga. A.U.I.D.P.
Universitas Brawijaya. Malang.
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Lauwers, H. 1973. Morfologische Bijdrage Totde Kennis Vanhet Resorberad
Vermogen Van Runder Voormagen. Dalam Egan. Physiology Ruminansia
dan Bioenergy. Terjemahan dari Fisiologi Ruminansia dan Bioenergi Oleh
Hamid Sukmaraga. A.U.I.D.P. Universitas Brawijaya. Malang.
Legowo, A.M. dan Nurwantoro. 2004. Diktat Kuliah Analisis Pangan. Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Leng, R.A. 1970. Formation and Production of Volatile Fatty Acids in the Rumen.
In Physiology of Digestion and Metabolism in Ruminants. (Ed) A.T.
Phillipson, PP. 406-421. Oreil Press, New Castle Upon Tyne, England.
Mahadevamma, S., Shamala, T.R. and Tharanathan, R.N. 2004. Resistant Starch
Derived from Processed Legumes: In Vitro and In Vivo Fermentation
Characteristics. Dalam Sudirman. Evaluasi Pakan Tropis Dari Konsep ke
Aplikasi (Metode In-Vitro Feses). Pustaka Reka Cipta: Bandung, pp 20.
Meijer, M.C.P. 1962. Das Balirind. Dalam Egan. Physiology Ruminansia dan
Bioenergy. Terjemahan dari Fisiologi Ruminansia dan Bioenergi Oleh
Hamid Sukmaraga. A.U.I.D.P. Universitas Brawijaya. Malang.
Nozawa, K. 1979. Phylogenetic Studies on the Native Domestics Animals in East
and Southeast Asia. Proceding Workshop Animal Genetic Resources In
Asia and Oceania. Tsukuba, 3-7 September 1979. Hal. 23-43.
Omed, H.M, D.K. Lovett, and R.F.E. Oxford. 2000. Faeses as a Source of
Microbial Enzymes For Estimating Digestibility. CAB International, pp.
135-154.
Pane, I. 1990. Upaya Peningkatan Mutu Genetik Sapi Bali. Dalam Makalah
Seminar Nasional Sapi Bali. Bali.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta
Partama, I.B.G. 2013. Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia. Udayana University
Press. Denpasar.
Payne, W.J.A., and D.H.L. Rollinson. 1973. Bali Cattle. Worl Anim. Rev. 7: 13-
21.
Santoso, U. 1989. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional. Bharata Karya
Aksara. Jakarta
Santosa, P. B., dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan
SPSS. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Soeharsono, H., Kurnia, A.K., Andi, M. 2010. Fisiologi Ternak. Penerbit Widya
Padjadjaran. Bandung.
Soelaksono, M.E. 1981. Serat Kasar dan Peranannya Dalam Ransum Ternak.
Majalah. Warta Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Stevens, C.E. 1970. Basic Characteristics of the Digestsystem. Dalam Sudirman.
Evaluasi Pakan Tropis Dari Konsep ke Aplikasi (Metode In-Vitro Feses).
Pustaka Reka Cipta: Bandung, pp 20.
Sudirman.2013. Evaluasi Pakan Tropis dari Konsep ke Aplikasi (Metode In-Vitro
Feses). Penerbit Pustaka Reka Cipta. Mataram.
Suhermiyati, S. 1984. Pengujian Cobaan Bahan Limbah RPH dan Ragi Makanan
Ternak serta Kombinasinya dalam Ransum Ayam Pedaging. Thesis.
Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Sutardi, T. 2009. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Thu, N.V. 2003. Effect of Different Strategies of Processing Rice Staw on In Vitro
Digestibility Using Rumen Fluid or Faecal Inocula of Local Cattle. Dalam
Sudirman. Evaluasi Pakan Tropis Dari Konsep ke Aplikasi (Metode In-
Vitro Feses). Pustaka Reka Cipta: Bandung, pp 20.
Tilley, J.M., and R.A. Terry.1963. A Two-Stage Technique for the In Vitro
Digestion of Forage Crops. J. Br. Grass. Soc., 18: 105-111.
Tillman, A., Hartadi, H., Soedomo, R., Soeharto, P., dan Soekanto, L..1986. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tillman, A., Hartadi, H., Soedomo, R., Soeharto, P., dan Soekanto, L.1989. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Cetakan ketiga. Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tumiran, H. 1992. Estimasi Produksi dan Komposisi Botani Padang
Penggembalaan di Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Barat. Skripsi.
Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.
Utomo, R. 2012. Evaluasi Pakan dengan Metode Noninvasif. PT. Citra Aji
Parama. Yogyakarta.
Van Soest, P.J.1994. Nutritional Ecology of Ruminants. Second Edition. Cornell
University Press. Itacha, USA.
Williamson, G., and Payne, W.J.A.1993. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.