wahyu dwi murtini

12
TUGAS RKG 1 KESALAHAN PADA FOTO PANORAMIK: AKIBAT POSISI DAGU YANG SALAH NAMA : WAHYU DWI MURTINI NIM : 04101004069 DOSEN PEMBIMBING : 1. DRG. SHANTY CHAIRANI, M.Si 2. DRG. M. ERWAN NAUPAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013

Upload: hestimargaretha

Post on 12-Jul-2016

57 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

rkg

TRANSCRIPT

Page 1: Wahyu Dwi Murtini

TUGAS RKG 1

KESALAHAN PADA FOTO PANORAMIK: AKIBAT POSISI DAGU

YANG SALAH

NAMA : WAHYU DWI MURTININIM : 04101004069

DOSEN PEMBIMBING :1. DRG. SHANTY CHAIRANI, M.Si2. DRG. M. ERWAN NAUPAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013KESALAHAN PADA FOTO PANORAMIK: AKIBAT

POSISI DAGU YANG SALAH

Page 2: Wahyu Dwi Murtini

2

Radiografi panoramik (juga disebut pantomografi,1,2 atau orthopantografi

(OPG) atau tomografi panoramik3) merupakan salah satu teknik radiologi yang

bertujuan menghasilkan gambaran tunggal struktur wajah yang meliputi kedua

lengkung gigi maksila dan mandibula dan struktur-struktur pendukungnya seperti

sendi temporomandibular dan lobus alveolar pada sinus maksila (Gambar 1).1,2,3

Radiografi panoramik membantu dokter gigi dalam mencatat dan menganalisa

semua komponen sistem mastikasi dan hubungan timbal-baliknya.3

Gambar 1. Gambaran panoramik: maksila, mandibula dan gigi-geligi pada anak usia 12 tahun.1

Sebelum membicarakan tentang bentuk kegagalan pada radiografi

panoramik, sangatlah penting untuk mengetahui gambaran radiografi yang

normal.

Sebuah radiografi panoramik yang baik akan memuat gambar mandibula

yang berbentuk “U”, kondilus berada sekitar satu inchi dari tepi film bagian

samping dan sepertiga dari tepi film bagian atas. Bidang oklusal memperlihatkan

kurva yang ramping atau “garis senyum”, mengarah ke atas. Akar gigi-gigi

anterior maksila dan mandibula terlihat jelas dengan distorsi minimal. Perbesaran

pada kedua sisi midline sama besar.

Bayangan anatomi normal yang jelas pada radiografi panoramik bervariasi

antara satu mesin ke mesin lainnya, akan tetapi pada umumnya bayangan anatomi

normal dapat dibagi menjadi:

Page 3: Wahyu Dwi Murtini

3

Bayangan nyata atau sebenarnya (real or actual shadow) dari struktur-struktur

yang ada, atau mendekati, focal trough.4

Focal trough merupakan suatu zona gelombang tiga dimensi dari gambaran

struktur-struktur yang tergambar jelas pada radiografi panoramik. Gambar

yang terlihat pada radiografi panoramik terdiri dari struktur-struktur anatomi

luas yang berada dalam focal trough. Objek yang berada di luar focal trough

akan terlihat kabur, mengalami perbesaran atau mengecil dan kadang-kadang

distorsi.1,2

Bayangan hantu atau artefactual (ghost or artefactual shadow) yang terbentuk

oleh pergerakan tomografik dan cetakan struktur-struktur yang terdapat pada

sisi yang berlawanan atau pada sepanjang focal trough. Sudut pancaran sinar-

X diatas 8o berarti bahwa bayangan hantu tampak pada tingkat yang lebih

tinggi daripada struktur yang menjadi penyebab.4

Berikut gambaran dua jenis bayangan anatomi normal:

Gambar 2. A. Posisi hemiseksi tengkorak pada mesin dental panoramik. B. Hasil radiografi

menunjukkan real shadow pada sisi kiri dan radiopak ghost shadow pada sisi kanan.4

Page 4: Wahyu Dwi Murtini

4

Gambar 3. A. Posisi hemiseksi kepala cadaver pada mesin dental panoramik. B. Hasil radiografi

menunjukkan real shadow jaringan keras dan jaringan lunak pada sisi kanan dan ghost shadow

pada sisi kiri.4

Posisi Radiografi Pasien Anteroposterior

1. Posisikan tepi insisal gigi insisivus maksil dan mandibula ke bite block.

2. Yakinkan pasien tidak menggeser mandibula ke sisi lainnya saat membuat

pergerakan protusif.

3. Bidang midsagital harus di tengah focal trough dari unit bagian sinar-X.

kegagalan posisi bidang midsagital pada rotasi midline mesin akan

menghasilkan radiografi yang memperlihatkan sisi kanan dan kiri dengan

perbesaran yang bervariasi pada dimensi horizontal. Posisi midline yang

kurang adalah kesalahan yang terjadi karena distorsi horizontal pada region

posterior dan menyebabkan radiografi tidak dapat diterima secara klinis.

Metode sederhana untuk mengevaluasi derajat distorsi horizontal ini ialah

dengan membandingkan lebar M1 mandibula secara bilateral. Sisi yang lebih

kecil terlalu dekat dengan film.

4. Dagu pasien dan bidang oklusal harus berada pada posisi yang tepat agar

terhindar dari distorsi. Bidang oklusal lurus sehingga posisinya lebih rendah

secara anterior, dengan sudut 20-30o horizontal ke bawah.1,2

Bentuk-Bentuk dan Penyebab Kegagalan Pada Foto Panoramik

Banyak kegagalan-kegagalan yang dapat terjadi pada foto panoramik, di antaranya yang disebabkan oleh kesalahan posisi pada

tomografi dental panoramik yang menghasilkan kegagalan pada film.4

Kesalahan posisi Kegagalan film

Page 5: Wahyu Dwi Murtini

5

Pasien terlalu jauh dari film Lebar gigi-geligi anterior mengalami

perbesaran dan ke luar fokus.

Pasien terlalu jauh dari film Gigi-geligi anterior terlihat kecil dan ke

luar dari fokus.

Posisi pasien asimetri (kepala

cenderung ke kanan atau ke kiri)

Gigi-geligi posterior meluas pada salah

satu sisinya dan mengecil pada sisi

yang lain.

Posisi dagu pasien terlalu tinggi atau

terlalu rendah

Bentuk mandibula mengalami distorsi

dan gigi-geligi anterior ke luar fokus.

Pasien menggunakan anting-anting,

permata, gigi tiruan atau alat

ortodontik

Bayangan artefactual pada objek yang

salah.

Kesalahan dalam menginstruksikan

pasien hingga melalui pancaran

Distorsi vertikalatau horizontal pada

bagian gambar yang dihasilkan saat

pergerakan.

Bagian rahang yang keluar dari focal trough akan keluar dari fokus.

Pancaran sinar-X berbentuk kipas menyebabkan pasien salah posisi sehingga

terutama tampak distorsi pada bidang horizontal, misalnya gigi tampak terlalu

lebar atau terlalu kecil dibanding foreshortened atau elongasi. Berikut kesalahan

posisi terlihat pada gambar.4

Page 6: Wahyu Dwi Murtini

6

Gambar. Contoh kesalahan posisi yang sering terjadi. A. Posisi pasien terlalu menjauhi film;

pembesaran lebar insisivus. B. Posisi pasien terlalu dekat dengan film; lebar insisivus berkurang.

Lidah tidak berkontak dengan palatum; berkas radiolusen pada film. C. Posisi pasien pada bidang

Frankfort dan ujung dagu cenderung ke bawah; foreshortening insisivus rahang bawah dan

bayangan meningkat pada bagian posterior mandibula. D. Posisi pasien asimetri pada mesin;

terjadi perluasan gigi dan rahang pada sisi kanan, ukuran pada sisi kiri mengecil. E. Kepala tabung

sinar-X dan film tersusun pada posisi yang terlalu rendah dari pasien; antra dan kondilus tidak

tampak tetapi bayangan letak dagu terlihat jelas (tanda panah).4

Kegagalan radiografi panoramik akibat posisi dagu yang salah

Panduan umum posisi dagu: posisikan pasien segaris dengan tragus telinga ke

luar kantus mata secara paralel.1,2

Jika dagu naik terlalu tinggi, bidang oklusal pada gambaran radiografi

panoramik tampak datar atau terbalik dan mandibula tampak distorsi. Selain itu,

bayangan radiopak palatum keras melapisi akar-akar gigi maksila.1,2

Page 7: Wahyu Dwi Murtini

7

Jika ujung dagu terlalu rendah, gigi-geligi tampak tumpang tindih parah,

region simfisis mandibula terpotong dalam film, dan kedua kondilus mandibula

tidak terproyeksi pada tepi film.1,2

Gambar. Foto radiografi panoramik menunjukkan posisi kepala pasien yang kurang sejajar.

A. Dagu dan bidang oklusal berotasi ke atas, menghasilkan gambaran gigi yang tumpang

tindih (overlapping) dan bayangan opak (palatum keras) yang menggelapkan akar-akar gigi

maksila. B. Dagu dan bidang oklusal berotasi ke bawah, pada foto radiografi region simfisis

terpotong dan gigi anterior tampak distorsi.1

Page 8: Wahyu Dwi Murtini

8

Gambar. Posisi yang salah. Radiografi panoramik menunjukkan kerugian yang dihasilkan

dari kesalahan posisi dagu yang cenderung keatas.5

Gambar. Posisi yang salah. Radiografi panoramik menunjukkan kerugian dari posisi dagu

yang cenderung ke bawah.5

Page 9: Wahyu Dwi Murtini

9

REFERENSI

1. White, S. C., and Pharoah M. J. 2000. Oral Radiology: Principles and

Interpretation, 4th Ed. Mosby: St. Louis.

2. White, S. C., and Pharoah, M. J. 2004. Oral Radiology: Principles and

Interpretation, 5th Ed. Mosby: St. Louis.

3. Pasler, F. A., and Visser, H. 2007. Pocket Atlas of Dental Radiology: clinical

sciences. Thieme: New York.

4. Whites, E. 2003. Essentials of Dental Radiography and Radiology, 3 rd Ed.

Churchill Livingstone: China.

5. Pasler, F.A. 2003. Color Atlas of Dental Medicine Radiology. Thieme: New

York.