pendahuluanlppm.wisnuwardhana.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/... · web viewsample adalah bagian...
TRANSCRIPT
EKONOMI DAN SOSIAL
USULAN PENELITIANDOSEN PEMULA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI PADI DALAM MEMILIH SISTEM PANEN DI DESA SUKOWIDODO KECAMATAN
KARANGREJO KABUPATEN TULUNGAGUNG
TIM PENGUSUL1. MARIANA FITRI RAHMAWATI (KETUA) 0725078205
2. UMI AFDAH (ANGGOTA) 0702087403
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
2019
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................5
1.4. Kontribusi Penelitian........................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................6
2.1. Pengambilan Keputusan.................................................................................6
2.2. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan..........................................................8
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan...................10
2.4. Kajian Umum tentang Padi...........................................................................14
2.5. Sistem panen.................................................................................................16
III. METODE PENELITIAN....................................................................................18
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................18
3.2. Metode Penelitian..........................................................................................18
3.3. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................19
3.4. Analisis Data..................................................................................................20
3.4.1. Analisis Deskriptif...................................................................................20
3.4.2. Analisis Regresi.....................................................................................20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................24
4.1. Profil Desa......................................................................................................24
4.2. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden..............................................26
4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen padi di desa Sukowidodo.................................................................29
4.4. Uji Asumsi Klasik...........................................................................................30
4.5. Pengujian Simultan........................................................................................34
4.6. Pengujian Parsial...........................................................................................36
4.7. Alasan Petani Memilih Sistem Panen.........................................................44
V. KESIMPULAN........................................................................................................46
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................46
5.2 Saran...............................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................48
LAMPIRAN.....................................................................................................................51
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Produksi Padi per Kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung..........................................................................................................3Tabel 2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukowidodo..................................25Tabel 3 Penggunaan Luas Lahan........................................................................25Tabel 4 Karaktertistik Responden Penelitian.......................................................27Tabel 5 Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas..........................................................32Tabel 6 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel usia (X1)......................................37Tabel 7 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel pekerjaan lain (X2)......................39Tabel 8 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel pendidikan (X3)...........................41Tabel 9 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel Gender (X4).................................42Tabel 10 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel Luas Lahan (X5)........................43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Scatterplot Uji Asumsi Heteroskedastik.............................................31Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Sistem Panen....................................................33
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang cocok bagi pertanian. Didukung
dengan sumberdaya alam yang ada, jumlah penduduk yang banyak seharusnya
pertanian Indonesia lebih baik dibangding dengan negara tetangga. Namun
kondisi justru terbalik, sektor pertanian kita banyak menghadapi permasalahan
yang mengakibatkan kesejahteraan petani rendah, dimana bertani merupakan
mata pencaharian bagi sebagian besar penduduknya. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan hal tersebut, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah
banyak yang tidak berpihak kepada petani. Misalnya pemberian pupuk subsidi
yang tidak tepat sasaran, pemberian kredit justru dimanfaatkan oleh oknum
oknum di daerah. Kebijakan impor pangan yang dilakukan pemerintah, padahal
dahulu Indonesia pernah mengalami swasembada pangan.
Padi merupakan komoditas pangan utama bagi penduduk Indonesia. Padi
juga merupakan tanaman pangan yang banyak diusahakan oleh para petani.
Banyak varietas padi yang bisa ditanam oleh petani, varietas-varietas tersebut
mempunyai keunggulan masing-masing. Dengan adanya varietas-varietas baru
yang unggul diharapkan hasil panen padi mengalami peningkatan. Namun
kenyataannya banyak yang mengalami penurunan hasil panen. Penurunan
tersebut dapat disebabkan karena adanya bencana yang yang dapat
menyebabkan gagal panen, serangan hama dan cuaca yang ekstrim.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh pertanian kita saat ini adalah
banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan tempat
tinggal. Kemudian tenaga kerja di bidang pertanian semakin susah. Petani yang
ada hanyalah petani yang sudah memasuki usia tua. Tidak adanya regenerasi
petani, seperti yang disampaikan oleh menteri pertanian Amran “Kita ketahui
memang jarang sekali pemuda yang ingin jadi petani. Pertama, karena dianggap
miskin, kotor dan sangat melelahkan. Permasalahan inilah yang harus kita
carikan solusinya” (wartakota.tribunnews.com).
Banyak petani padi di Indonesia masih bersifat subsisten, dimana mereka
melakukan usahatani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani di
Indonesia juga masih banyak yang melakukan pertaniannya dengan sistem
tradisional, meskipun ada juga petani yang sudah modern dengan menggunakan
mesin-mesin pertanian.
Menurut menteri pertanian Amran Sulaiman, di Jawa Timur ada 11 daerah
penghasil padi yaitu : Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ngawi, Kabupaten
Madiun, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Ponorogo,
Kabupaten Pacitan, Kota Blitar, Kota Madiun, Kabupaten Magetan dan
Kabupaten Tulungagung (Nasional.Tempo.com). Kabupaten Ngawi merupakan
sentra tanaman padi di Jawa Timur, namun saat ini banyak terjadi alih fungsi
lahan. Salah satunya berubahnya lahan pertanian menjadi jalan tol. Saat ini
banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, industri dan
banyak faktor lain yang mempengaruhi pertanian kita.
Lahan pertanian di Ngawi berkurang, Pemerintah mencoba mencari solusi
untuk mencari alternatif daerah lain yang bisa dijadikan sebagai lumbung
pangan. Salah satunya adalah kabupaten Tulungagung. Berdasarkan data
Tulungagung merupakan daerah penghasil padi yang potensial. Produksi padi di
Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1 Data Produksi Padi per Kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung
KecamatanPadi sawah Padi Gogo
Luas panen (Ha)
Hasil (KW/Ha)
Produksi(Ton)
Luas panen (Ha)
Hasil (KW/Ha)
Produksi(Ton)
Besuki 2374 59.14 14039.84 371 46.59 1728.49Bandung 3491 64.72 22593.75 - - -Pakel 5204 62.27 32405.31 380 53.58 2036.04Campurdarat 2245 67.41 15133.55 800 47.89 3831.20Tanggunggunung - - - 169 31.82 537.76Kalidawir 3743 59.17 22147.33 95 47 448Pucanglaban 228 60.19 1372.33 614 53.33 3274.46Rejotangan 4362 58.38 25465.36 155 49.18 762.29Ngunut 3446 60.74 20931.00 - - -Sumbergempol 2794 67.92 18976.85 50 50.48 252.40Boyolangu 3410 74.78 25499.76 224 53.33 1194.59Tulungagung 993 60.34 5991.76 - - -Kedungwaru 301 59.71 1797.27 - - -Ngantru 1401 56.64 7935.26 10 53.07 53.07Karangrejo 3735 60.25 22503.38 - - -Kauman 3314 70.58 2390.21 179 49.18 880.2Gondang 3488 58.26 20321.09 24 47.89 114.94Pagerwojo 3399 48.57 16508.94 900 37.04 3333.60Sendang 4030 54.30 2365.29 1378 48.89 6737.04Jumlah 51958 1103.37 320378.28 5349 669.38 25183.75 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung
Berdasarkan data pada tabel 1, Kecamatan Karangrejo merupakan
daerah yang berpotensi untuk tanaman padi. Petani padi pada umumnya masih
bersifat tradisional. Banyak di daerah penghasil padi yang melakukan panen
dengan sistem bawon atau dalam istilah jawa “derep”. Panen dengan sistem
bawon ini, petani memberikan kesempatan kepada petani lainnya untuk
membantu panen padi, dengan memberikan imbalan padi setelah dipotong
bagian yang menjadi hak pemilik sawah. Saat ini ada beberapa sistem panen
padi yang digunakan di dalam masyarakat. Salah satunya adalah sistem
tebasan. Sistem tebasan ini dilakukan oleh penebas atau pembeli, dengan
menggunakan sitem perkiraan (penafsiran) yang dilakukan dengan cara
memborong semua yang ada di petak sawah. Sebelum menentukan harga
pembeli melihat terlebih dahulu kondisi padi disawah, kemudian melakukan tawar
menawar dengan pemilik lahan. Bila sudah terjadi kesepakatan harga, maka
biaya panen akan menjadi tanggungan pembeli. Saat ini ada perubahan sistem
panen padi yang dipilih oleh petani, alasan-alasan apa yang menyebabkan
perubahan tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Desa Sukowidodo merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan
Karangrejo, Kabupaten Tulungagung. Dahulu petani di desa ini melakukan
panen padi dengan sistem bawon. Dimana panen padi dengan sistem bawon ini,
petani akan dibantu petani lainnya dalam kegiatan panen, dengan memberikan
imbalan padi dari hasil yang dipetik yang sudah diambil bagian yang menjadi hak
pemilik sawah, imbalan tersebut yang disebut bawon.
Saat ini petani padi di Desa Sukowidodo memiliki alternatif dalam sistem
panen. Yaitu dengan sistem tebas. Panen dengan sistem tebas ini pemilik sawah
akan menjual padi yang masih di sawah kepada pembeli/ penebas. Secara
umum sistem tebas ini lebih praktis, karena pemilik tidak bertanggung jawab lagi
terhadap padi disawah setelah terjadi kesepakatan harga.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih
sistem panen tersebut?
2. Apa alasan petani memilih sistem panen tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani
dalam memilih sistem panen.
2. Untuk mengetahui alasan-alasan petani memilih sistem panen tersebut.
1.4. Kontribusi Penelitian
Kontribusi dari penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh petani, sehingga kedepannya
kesejahteraan petani lebih meningkat. Menambah kontribusi peranan LPPM
dalam pengabdiannya kepada masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengambilan Keputusan
Keputusan merupakan suatu hasil pemecahan masalah yang diambil
secara tegas oleh seorang individu. Setiap hari orang-orang akan membuat
keputusan (Reed, 2011). Davis dalam Hasan 2002 menyatakan bahwa
keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Suatu
keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.
Keputusan harus dapat menjawab dari pertanyaan tentang apa yang dibicarakan
dalam hubungannya dalam perencanaan. Keputusan dapat berupa tindakan
terhadap pelaksanaan yang menyimpang dari rencana semula.
Menurut Stoner dalam Hasan (2002) keputusan merupakan pemilihan
diantara alternatif-alternatif. Ada 3 pengertian berkaitan dengan alternatif
tersebut, yaitu :
a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan
b. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang
terbaik
c. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan
pada tujuan tersebut.
Follet dalam Hasan (2002) menyatakan bahwa keputusan adalah suatu
atau sebagai hukum situasi. Jika semua fakta dari situasi tersebut bisa
didapatkannya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau
mentaati hukum ataupun ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati
perintah. Wewenang tinggal dilaksanakan namun itu merupakan wewenang
hukum situasi. Atmosudirjo menyatakan bahwa keputusan sebagai suatu
pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problem
untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah
tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif. Nigro dalam
Moordiningsih dan Faturochman (2006) menyatakan bahwa keputusan
merupakan pilihan secara sadar dan teliti terhadap salah satu alternatif yang
memungkinkan dalam suatu posisi tertentu untuk merealisasikan tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan
merupakan hasil berpikir dan menjatuhkan pilihan dari alternatif yang terbaik dari
beberapa pilihan alternatif yang ada. Pengambilan keputusan adalah proses
memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang
tidak pasti (Suharnan, 2005). Stoner dalam Hasan (2002) mengatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan sebuah proses yang digunakan untuk
memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Moorhead dan Griffin
(2010) mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses
pengambilan pilihan dari sejumlah alternatif yang di dalamnya terdapat elemen-
elemen informasi, tujuan, pilihan tindakan, keumngkinan tindakan hasil, nilai yang
berhubungan dengan tujuan setiap hasil dan salah satu pilihan tindakan. Senada
dengan moorhead dan Griffin, Salusu (2004) menyatakan bahwa pengambilan
keputusan adalah proses memilih alternatif-alternatif bagaimana cara bertindak
dengan metode efisien sesuai dengan situasi.
Pengambilan keputusan adalah pemilihan dua atau lebih alternatif yang
mungkin, berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang dimiliki oleh masing-masing
alternatif tersebut (Tery, 2010). Claude S George, Jr menyatakan bahwa proses
pengambilan keputusan ini banyak dikerjakan oleh manajer, yang merupakan
kesadaran, kegiatan pemikiran yang di dalamnya termasuk pertimbangan,
penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
Harold dan Cyril O’Donnell mengatakan bahwa penngambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan. Rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan,
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
Siagian, Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat alternative yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Suharnan (2005) menyatakan bahwa pengambilan keputusan adalah
proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi
yang pasti. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta
seseorang harus membuat prediksi kedepan, memilih salah satu diantara dua
pilihan atau lebih, membuat estimasi (prakiraan) mengenai prakiraan yang akan
terjadi pada masa yang akan datang.
Berdasarkan beberapa definisi pengambilan keputusan (decision making)
menurut beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan
merupakan hasil dari proses pemikiran dengan beberapa pertimbangan untuk
memilih satu dari dua alternatif atau lebih untuk masa yang akan datang.
2.2. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
George R Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan
yang berlaku antara lain :
a. Instuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan instuisi atau perasaan lebih bersifat
subyektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar dan faktor kejiwaan
lain. Sifat subjektif dari keputusan intuitif ini terdapat keuntungan yaitu :
1) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
memutuskan
2) Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
b. Pengalaman
Pengalaman dapat dijadikan pedoman dalam menyeleseikan masalah.
Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi
pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan
apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyeleseiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan
masalah.
c. Fakta
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data dan informasi yang
cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun
untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sulit.
d. Wewenang
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang yang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan
sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi
kabur/ kurang jelas.
e. Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah-
masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan yang rasional
lebih bersifat objektif. Di masyarakat keputusan yang rasional dapat diukur
apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas
nilai masyarakat yang diakui saat itu.
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pada proses pengambilan
keputusan menurut George R Terry adalah :
a. Hal - hal yang berwujud maupun tidak berwujud yang emosional
maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
b. Setiap keputusan nantinya harus dapat di jadikan bahan untuk menjadi
tujuan organisasi.
c. Setiap keputusan jaganlah berorientasi pada kepentingan pribadi,
perhatikan kepentingan orang lain.
d. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan
e. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental, dari tindakan
mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik.
f. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan
hasil yang baik.
g. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan agar dapat diketahui
apakah keputusan yang diambil itu betul.
h. Setiap keputusan itu merupakan tindakan pemulaan dari serangkain
kegiatan berikutnya.
Berbeda dengan Terry, Millet dalam Hasan (2002), menyebutkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan adalah
sebagai berikut :
a. Pria dan wanita. Pria pada umumnya bersifat lebih tegas atau berani
dan cepat mengambil keputusan dan wanita umumnya lebih lambat dan
sering ragu-ragu.
b. Peranan pengambil keputusan. Peranan bagi orang yang mengambil
keputusan itu perlu diperhatikan, mencakup kemampuan
mengumpulkan informasi, kemampuan menganalisis dan
menginterpretasikan, kemampuan menggunakan konsep yang cukup
luas tentang perilaku manusia secara fisik untuk memperkirakan
perkembangan-perkembangan hari depan yang lebih baik.
c. Keterbatasan kemampuan. Perlu disadari adanya kemampuan yang
terbatas dalam pengambilan keputusan di bidang manajemen, yang
bersifat institusional ataupun bersifat pribadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan secara
individual dapat dibedakan menjadi 2 faktor utama yaitu faktor internal dan
eksternal (Moordiningsih dan Faturochman, 2006) :
a. Faktor Internal. Menurut Herzberg dalam Siagian (2002), faktor internal
merupakan daya dorong yang timbul dari dalam diri seseorang, dalam hal
ini adalah petani. Faktor internal ini antara lain :
1. Usia
Usia petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap
hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya (Hernanto, 1984).
Petani muda biasanya mempunyai semangat ingin tahu yang tinggi
tentang apa yang belum mereka ketahui. Biasanya orang yang lebih
muda rasa ingin tahunya lebih tinggi, sehingga mereka lebih cepat untuk
melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum
berpengalaman dalam hal adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1988).
Petani tua (di atas 50 tahun), biasanya malas untuk mengadopsi inovasi,
karena mereka harus belajar lagi. Petani tua biasanya lebih suka
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah menjadi kebiasan dan
turun temurun dari orang terdahulu (Mardikanto, 1993).
2. Pendidikan
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh di lembaga
pendidikan dengan sistem pengajaran yang kronologis dan mulai dari
pra sekolah sampai dengan perguruan tinggi (Suhardiyono, 1992).
Pendidikan nonformal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir di
luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi
keperluan khusus (Suhardiyono, 1992). Pendidikan non formal dapat
diperoleh melalui pelatihan-pelatihan, kursus dengan tujuan untuk
meningkatkan ketrampilan diri.
3. Luas penguasaan lahan
Lionberger dalam Mardikanto (1993), penguasaan lahan yaitu luas lahan
yang diusahakan. Biasanya semakin luas lahan yang dimiliki maka
semakin cepat seseorang dalam mengadopsi, karena memiliki
kemampuan ekonomi lebih baik. Luas lahan yang diusahakan relatif
sempit seringkali menjadi kendala untuk dapat diusahakan secara lebih
efisien. Petani berlahan sempit, seringkali tidak dapat menerapkan
usahatani yang sangat intensif, karena bagaimanapun ia harus
melakukan kegiatan-kegiatan lain diluar usahatani untuk memperoleh
tambahan pendapatan yang diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan
keluarganya. Dengan kata lain, setiap petani tidak selalu dengan bebas
dapat melakukan perubahan-perubahan usahatani, karena ia harus
mengalokasikan waktu dan tenaganya untuk kegiatan-kegiatan di
usahataninya maupun di luar usahataninya (Mardikanto, 1993).
4. Pendapatan
Pendapatan petani sekeluarga diperoleh dari usahatani (padi dan non
padi) dan non usahatani seperti berburuh, dagang, pengrajin, jasa dan
usaha lainnya. Sedangkan pengeluaran petani sendiri dari : makanan
pokok, lauk pauk, kesehatan, pakaian, pendidikan dan lain-lain. Besar
kecilnya pendapatan petani dari usahataninya terutama ditentukan oleh
luas tanah garapannya.
b. Faktor Eksternal.
Menurut Herzberg dalam Siagian (2002), faktor eksternal merupakan
pendorong yang datang dari luar diri seseorang, dalam hal ini adalah petani.
Faktor eksternal ini antara lain :
1. Lingkungan sosial
Petani sebagai pelaksana usaha tani (baik sebagai juru-tani maupun
sebagai pengelola) adalah manusia, yang di setiap pengambilan
keputusan untuk usahatani tidak selalu dapat dengan bebas
dilakukannya sendiri, tetapi sangat ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
disekelilingnya. Dengan demikian, dia juga harus memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh lingkungan sosialnya
(Mardikanto, 1993).
2. Lingkungan ekonomi
Kekuatan-kekuatan ekonomi terdiri dari (1) Tersedianya dana atau
kredit usahatani (2) Tersedianya sarana produksi dan peralatan
usahatani (3) Perkembangan teknologi pengolahan hasil pertanian (4)
Pemasaran hasil (Mardikanto, 1993).
3. Karakter inovasi
Rogers (1995) menyatakan bahwa karakter inovasi, sebagai
pemahaman setiap individu, membantu menerangkan perbedaaan-
perbedaan mereka pada tingkat adopsi
2.4. Kajian Umum tentang Padi
Padi adalah salah satu tanaman pangan di dunia yang berupa rumput
berumpun. Padi berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Manusia mulai melakukan penanaman padi sejak tahun 3.000
sebelum masehi di Zhejiang, Tiongkok ( Purwono dan Purnamawati, 2007). Padi
(Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dihasilkan
terbanyak di dunia dan sebagian besar tersebar di daerah tropika (Sumiati,
2003).
Padi merupakan tanaman semusim dengan empat fase pertumbuhan,
yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduktif dan pemasakan. Secara
garis besar tanaman padi ini terbagi ke dalam dua bagian yaitu bagian generatif
dan vegetatif. Fase pertumbuhan padi terdiri dari pertumbuhan vegetatif dan
generatif, pertumbuhan pada fase vegetatif terdiri dari tahap perkecambahan
benih sampai muncul bibit, tahap bibit dan tahap pembentukan anakan,
sedangkan tahap perkembangan generatif terdiri dari tahap pemanjangan
batang, tahap inisiasi malai, perkembangan malai, tahap pembungaan dan tahap
pemasakan benih. Tanaman padi di kelompokan menjadi dua bagian yaitu
vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri dari : akar, batang, dan daun.
Sedangkan bagian generatif terdiri dari : malai, bunga, dan buah
(https://materipengetahuanumum.blogspot.com/2017/04/pengertian-tanaman-
padi.html).
Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas
dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata - rata 200 mm bulan
lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki sekitar
1500 - 2000 mm/tahun dengan ketinggian tempat berkisar antara 0 - 1500 m dpl
dan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah
dengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan perbandingan
tertentu dan diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang ketebalan lapisan
atasnya sekitar 18 - 22 cm dengan pH 4 - 7 ( Dody et al., 2007).
Sistematika tumbuhan (taksonomi), padi diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiledonae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L
2.5. Sistem panen
Sistem panen merupakan cara panen yang dilakukan oleh petani setelah
padi cukup umur untuk dipanen. Ada beberapa sistem panen yang dilakukan
oleh petani padi di Indonesia. Sistem panen tersebut antara lain adalah :
a. Sistem bawon/ derep
Bawon merupakan upah natura yang diberikan pemilik lahan kepada buruh
tani, khususnya untuk kegiatan panen yang merupakan bagian tertentu dari
hasil panen. Pada sistem bawon tradisional, panen padi merupakan
aktivitas komunitas yang dapat diikuti oleh semua atau kebanyakan
anggota komunitas dan menerima bagian tertentu dari hasil panen. Tradisi
di beberapa tempat petani tidak dapat membatasi jumlah orang yang ikut
memanen. Sistem tersebut merupakan bawon yang “benar-benar terbuka”
dalam arti setiap orang diizinkan ikut memanen. Sistem “bawon terbuka”
pada perkembangannya kemudian menjadi sistem panen yang hanya
terbuka untuk orang satu desa yang sama. Sistem bawon yang lebih ketat
adalah sistem bawon dengan peserta tertentu (yang diundang saja).
Upah derep yang berujud “bawon” gabah ataupun bawon padi
tersebut dihitung berdasarkan perbandingan hasil petikan padinya.
Biasanya adalah satu berbanding enam sampai delapan). Artinya hail padi
yang dipetik ditakar dulu, misalnya menggunakan baskom menakarnya,
maka ketika hitungan sebanyak enam (ataupun delapan) baskom, maka
yang memetik alias yang derep akan memperoleh jatah sebanyak satu
baskom. (http://notemahya.blogspot.com/2015/05/sistem-bawon-pada-
pertanian-padi-di.html). Bawon dapat diartikan juga sebagai pembagian
upah menuai padi yg berdasarkan banyak sedikitnya padi yg dipotong
(https://www.artikata.com/arti-320927-bawon.html)
b. Sistem tebas
Sistem tebas merupakan sistem panen padi dengan menjual
langsung padi yang masih dalam bentuk tanaman di sawah. Para penebas
dari segala penjuru akan datang ketika musim panen padi tiba. Penebas
melihat tanaman padi kemudian akan melakukan taksiran padi yang masih
belum dipanen tersebut.
Pada sistem tebasan ini semua biaya yang dikeluarkan untuk panen
ditanggung oleh pembeli atau penebas. Petani tinggal menerima uang hasil
penjualan padi tersebut. Dalam sistem tebasan ini pembeli juga harus jeli
dalam melihat kondisi tanaman padi, apabila salah dalam memprediksi
padi maka bisa mengalami kerugian.
c. Sistem Panen Sendiri
Panen sendiri merupakan salah satu sistem panen yang dilakukan
petani untuk memanen padi. Panen sendiri dapat diartikan petani
memanen padi dengan tenaga sendiri. Hasil yang didapatkan lebih
maksimal karena hasil padi tidak dibagi dengan yang lain. Biasanya panen
sendiri dibantu oleh masyarakat yang mencari pakan ternak. Dibantu
memotong batang padi, selanjutnya membantu merontokkan bulir padi.
Masyarakat tersebut membantu tanpa ada paksaan, dengan harapan
mereka dapat memperoleh jerami sebagai pakan ternak sebagai
imbalannya.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di Desa
Sukowidodo Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung, dengan alasan di
daerah tersebut saat ini ada beberapa sistem panen yang dilakukan oleh petani.
Saat ini ada 3 pilihan sistem panen yang dapat dilakukan oleh petani, yaitu
sistem bawon, sistem tebas dan sistem panen sendiri. Penelitian akan
dilaksanakan pada musim panen padi bulan November-Desember 2018.
3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei, dimana untuk mengumpulkan
data primer dilapang dengan menggunakan kuesioner atau juga dengan
wawancara langsung dengan responden ( Juanda, 2009 ). Data yang digunakan
dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data skunder.
a. Data Primer
Dalam penelitian ini data primer didapatkan melalui wawancara dan
penyebaran kuesioner yang diberikan kepada petani padi di daerah
penelitian.
b. Data Sekunder.
Data sekunder adalah data pendukung yang digunakan dalam penelitian
ini. Data skunder diperoleh dari kajian literatur dan referensi lainnya yang
berkaitan dengan sumber-sumber lainnya.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitis
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi
dalam penelitian ini adalah petani padi yang berada di Desa Sukowidodo,
Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung sebanyak 38 orang. Sample
adalah bagian dari jumlah dana karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2017). Biasanya para peneliti menggunakan sample minimum
sebanyak 30 orang, menurut dalil limit pusat, dengan jumlah sample tersebut
akan mempermudah dalam analisis statistik dengan dugaan rata-rata akan
mendekati sebaran normal (Juanda, 2009). Sample yang digunakan pada
penelitian ini semua populasi yaitu 38 orang. Berdasarkan dalil limit pusat
tersebut jumlah populasi yang hanya sedikit maka semua populasi dijadikan
sample, supaya data yang didapatkan lebih akurat.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Kuesioner. Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan
yang disebarkan kepada responden (petani padi di daerah penelitian)
dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Kuesioner yang
digunakan adalah tipe tertutup dan terbuka. Tipe tertutup adalah kuesioner
sudah menyiapkan jawaban, responden hanya memilih dari pilihan
jawaban yang telah disediakan. Tipe terbuka, responden diberi
kesempatan untuk menjawab kuesioner secara bebas. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan tujuan untuk
mendapatkan data penelitian secara akurat.
b. Wawancara. Wawancara dilakukan dengan petani (responden) bertujuan
untuk mengkonfirmasi jawaban yang telah diberikan responden pada
kuesioner.
3.4. Analisis Data
3.4.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karekteristik
responden di daerah penelitian. Analisis deskriptif ini meliputi usia petani, adanya
pekerjaan lain yang dimiliki oleh petani. Pendidikan yang dimiliki petani, gender
apakah petani perempuan dan petani laki-laki mempunyai perbedaan dalam
pengambilan keputusan. Analisis deskriptif lainnya adalah luasan lahan yang
dimiliki oleh petani di daerah penelitian. Analisis deskriptif ini diharapkan dapat
menjelaskan fenomena yang terjadi di lokasi penelitian.
3.4.2. Analisis Regresi
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik
statistik. Teknik analisis yang dipakai dalam menguji hipotesis penelitian ini
adalah dengan menggunakan multiple regression analysis (analisis regresi
berganda). Teknik ini dipakai untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel
independen terhadap variabel dependen. Estimasi persamaan regresi tersebut
adalah sebagai berikut :
Y = α + β1x1 + β2 x2 + β3 x3+β4 x4+β5 x5+¿e
Keterangan :
Y = keputusan petani memilih sistem panen
x1 = usia
x2 = pekerjaan lain
x3 = pendidikan
x4 = gender
x5 = luas lahan
α = Konstanta/intercept
β = Koefisien regresi variabel X
e = Error disturbance
Pengujian dengan regresi berganda dilakukan dengan dua pengujian yaitu
pengujian simultan dan pengujian secara parsial.
1. Pengujian Simultan
Pengujian simultan merupakan pengujian untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh secara bersama-sama dari beberapa variabel bebas terhadap variabel
terikat. Pengujian secara simultan menggunakan uji F, yaitu membandingkan
nilai antara F hitung dengan F tabel. Langkah pengujian secara simultan adalah
sebagai berikut :
a. Menentukan H0 dan H1
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β4X4 + e
Hipotesa yang akan diuji adalah :
H0 : Fhit< Ftabel (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara usia,
pekerjaan selain bertani, pendidikan, gender dan luas lahan
terhadap keputusan petani memilih sistem panen)
H1 : Fhit > Ftabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara usia, pekerjaan
selain bertani, pendidikan, gender dan luas lahan terhadap
keputusan petani memilih sistem panen)
b. Menentukan taraf keyakinan (α) sebesar 5%
c. Kriteria pengujian menggunakan uji F
d. Perhitungan F hitung
e. Kesimpulan menentukan H0 diterima atau ditolak
2. Pengujian Parsial
Pengujian parsial digunakan untuk melihat dari pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat secara terpisah. Dalam hal ini pengaruh
usia terhadap keputusan petani dan pengaruh pendidikan terhadap keputusan
petani, pengaruh jumlah tanggungan terhadap keputusan petani. Pengujian
secara parsial dengan menggunakan uji t. Langkah-langkah yang dilakukan
untuk uji t, sebagai berikut :
a. Menentukan H0 dan H1
Y = α + βnXn + e
Hipotesa yang akan diuji adalah :
H0 : thit < ttabel = (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara usia
terhadap keputusan petani memilih sistem panen)
H1 : thit > ttabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara usia dan terhadap
keputusan petani memilih sistem panen)
H0 : thit < ttabel (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pekerjaan
selain bertani terhadap keputusan petani memilih sistem
panen)
H2 : thit > ttabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara pekerjaan selain
bertani terhadap keputusan petani memilih sistem panen)
H0 : thit < ttabel (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan
terhadap keputusan petani memilih sistem panen)
H3 : thit > ttabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan
terhadap keputusan petani memilih sistem panen)
H0 : thit < ttabel (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara gender
terhadap keputusan petani memilih sistem panen)
H4 : thit > ttabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara gender terhadap
keputusan petani memilih sistem panen)
H0 : thit < ttabel (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara luas lahan
terhadap keputusan petani memilih sistem panen)
H5 : thit > ttabel (terdapat pengaruh yang signifikan antara luas lahan terhadap
keputusan petani memilih sistem panen)
b. Menentukan taraf keyakinan (α) sebesar 5%
c. Kriteria pengujian menggunakan uji t
d. Perhitungan t hitung
e. Kesimpulan menentukan H0 diterima atau ditolak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Desa
Desa Sukowidodo awalnya bernama Djasem, pada tahun 1967 nama desa
dirubah menjadi Desa Sukowidodo. Sukowidodo terdiri 2 kata yaitu Suko dan
Widodo, Suko berarti Senang Widodo berarti Langgeng, jadi Desa Sukowidodo
artinya Desa yang Senang selama lamanya. Desa Sukowidodo terdiri dari 2
dusun, yaitu sukowidodo Barat dan Sukowidodo Timur.
Batas Desa sukowidodo berbatasan langsung dengan desa Gedangan di
sebelah utara, dengan desa Sembon di sebelah timur. Sebelah barat desa
sukowidodo berbatasan dengan desa Tanjungsari, berbatasan dengan desa
Sukowiyono di sebelah selatan.
Wilayah Desa Sukowidodo terletak pada wilayah dataran rendah dengan
kordinat antara LS-LU-BB-BT, dengan luas 1,479 km2 atau 147,985
ha. Penduduk desa Sukowidodo sebanyak 1926 jiwa yang tersebar di 2 dusun, 4
RW dan 9 RT. Dari jumlah tersebut, terdiri dari laki-laki 961 jiwa dan perempuan
970 jiwa dengan tingkat pertumbuhan rata-rata selama 6 (enam) tahun terakhir
10 %, dengan tingkat kepadatan sebesar 1.310 jiwa/km2.
Pendidikan masyarakat desa Sukowidodo, sebagian besar lulusan dari
SLTA atau yang sederajat. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan
setingkat SLTP sebesar 26,8%. Masyarakat yang mempunyai pendidikan tingkat
sarjana/ diploma sebesar 1%. Jumlah ini sangat sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan masyarakatnya. Tingkat pendidikan masyarakat Sukowidodo
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukowidodo
Tingkat Pendidikan Persentase (%)Belum Sekolah 21,6%BelumTamat SD/ Sederajat 5,2 %Tamat SD/ Sederajat 16,5 %Tamat SMP/ Sederajat 26,8 %Tamat SMA/ Sederajat 28,9 %Diploma/ Sarjana 1%Sumber : Data Desa 2018
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa perlu ditingkatkan kesadaran
masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Harapannya dengan pendidikan yang lebih tinggi dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Desa Sukowidodo memiliki luas 147,985 ha. Penggunaan luas tersebut
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Penggunaan Luas Lahan
Penggunaan Lahan Prosentase (%)Sawah 36,6%Pemukiman/ Tempat Tinggal 25,6%Kebun 27,1 %Ladang 9,7%Kolam 0,7%Lain-lain 0,3%
Sumber : Data Desa 2018
Penggunaan lahan terbesar untuk persawahan sebesar 36,6 %. Selain
untuk menanam padi sawah di daerah penelitian banyak yang dimanfaatkan
untuk menanam tebu. Pemukiman atau tempat tinggal warga sebesar 25,6 %.
Lahan yang digunakan untuk kebun oleh warga seluas 27,1 %, lahan yang
digunakan untuk ladang seluas 9,7 %. Selain untuk persawahan di desa
Sukowidodo terdapat lahan yang dimanfaatkan sebagai kolam/ empang seluas
0,7% dan untuk pemanfaatan lainnya seluas 0,3 % dari luas desa.
Mata pencaharian penduduk desa Sukowidodo beragam. Penduduk yang
bekerja sebagai petani sebanyak 4,1 %, tukang batu sebanyak 1 %, pedagang 1
%. Penduduk yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 9 %, dan wiraswasta
sebanyak 32 %. Sisanya tidak bekerja, sebagai ibu rumah tangga dan pelajar/
mahasiswa.
4.2. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survei. Survei
merupakan penelitian yang digunakan untuk memperoleh fakta tentang gejala
atas permasalahan yang timbul. Fakta yang ada digunakan untuk menarik
kesimpulan dari gejala yang ada. Penelitian survei biasanya responden
ditentukan dengan menggunakan sampling, dengan pengumpulan data
menggunakan kueisioner yang diberikan kepada responden. Jumlah responden
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 38 orang.
Karakteristis responden dalam penelitian ini berkaitan dengan jenis kelamin
responden. Jenis kelamin ada 2 pria dan wanita. Dari 38 responden 33 orang
adalah pria atau sekitar 86%, sisanya adalah wanita. Berdasarkan usia, petani
yang paling muda berusia 36 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini susah
untuk menemukan generasi muda yang mau bertani. Tenaga kerja semakin
susah, sehingga mengakibatkan biaya tenaga kerja saat ini menjadi mahal.
Petani dengan usia yang sudah tua, akan mempengaruhi produktivitas kerjanya.
Sehingga karena sudah tidak kuat bekerja lagi sebagai petani banyak petani
yang menjual lahannya sehingga terjadi alih fungsi lahan. Karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 Karaktertistik Responden Penelitian
Karakteristis Responden Jumlah Prosentase
Jenis KelaminPria 33 86 %Wanita 5 14 %
Usia
31-40 5 13,15 %41-50 10 26,31 %51-60 12 31,58 %>60 11 28,96%
pendidikan
SD 4 10,53%SMP 7 18,42%SMA 21 55,79%Sarjana 6 15,79%
Memiliki Pekerjaan Selain bertani
Ya 20 52,63%Tidak 18 47,37%
Sistem panen Tebas 18 47%Derep 14 37%Panen sendiri 6 6%
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa responden rata-rata berusia antara
40-60 tahun. Banyak generasi muda yang lebih memilih pekerjaan di bidang lain
seperti bekerja di bangunan, berdagang, buruh pabrik.
Rata-rata pendidikan yang dimiliki oleh petani di daerah penelitian memiliki
tingkat pendidikan setara dengan SLTA dan SLTA. Pendidikan yang dimiliki oleh
petani dapat mempengaruhi dalam kegiatan bertaninya. Tingkat pendidikan yang
dimiliki petani akan mempengaruhi proses adopsi inovasi di bidang pertanian,
mereka lebih bisa menerima teknologi baru, dibandingkan dengan petani yang
memiliki tingkat pendidikan rendah. Mereka bertani berdasarkan pengalaman
turun temurun. Tingkat pendidikan terendah yang dimiliki oleh responden adalah
SD sebesar 10,53%, biasanya petani yang memiliki pendidikan SD merupakan
petani yang sudah tua, mempunyai pengalaman bertani yang cukup matang.
Petani dengan pendidikan yang rendah biasanya lebih susah untuk mengadopsi
teknologi dalam bertani yang ada. Beberapa petani yang memiliki tingkat
pendidikan sarjana. Biasanya petani yang memiliki pendidikan tinggi merupakan
petani pemilik, lahannya dikerjakan oleh petani penggarap.
Petani di desa Sukowidodo tidak semuanya menggantungkan hidupnya
pada sektor pertanian. Ada yang murni sebagai petani untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, ada juga yang bertani sebagai pekerjaan sampingan.
Petani yang hanya bekerja sebagai petani sebesar 18 orang atau 47,37%. Petani
yang memiliki pekerjaan sampingan sebanyak 20 orang 52, 63%. Pekerjaan lain
yang dimiliki oleh petani selain bertani adalah berdagang, pegawai, tukang batu
beternak dan lainnya.
Sistem panen padi yang dilakukan oleh petani di desa Sukowidodo pada
mulanya dengan sistem derep atau bawon. Sistem derep atau bawon ini baik,
masyarakat saling membantu untuk memanen padi, dengan mendapatkan
imbalan bawon dari pemilik lahan. Seiring berjalannya waktu dan perubahan
gaya hidup masyarakat sistem derep atau bawon ini mulai berkurang.
Masyarakat banyak yang bekerja diluar sektor pertanian, sehingga susah untuk
mendapatkan orang yang bisa membantu panen padi. Dahulu sebelum panen
padi, apabila musim panen tiba petani banyak yang menunggu disawah untuk
bisa ikut derep, namun saat ini pemilik sawah menyuruh petani lain untuk ikut
derep dilahan miliknya, belum tentu semua mau ikut panen. Ada 37% petani
yang memilih sistem panen derep di desa Sukowidodo.
Alternatif lain sistem panen yang dipilih petani di desa Sukowidodo adalah
panen sendiri. Biasanya petani yang memiliki lahan sempit memilih untuk panen
sendiri. Hal ini disebabkan hasil panen dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan digunakan sebagai simpanan oleh petani. Ada 16%
petani padi di desa Sukowidodo yang memilih panen sendiri.
Alternatif yang saat ini banyak dipilih oleh petani padi di desa Sukowidodo
dalam panen adalah sistem tebas. Sistem tebas ini dilakukan oleh penebas yang
datang ke desa Sukowidodo. Penebas melihat tanaman padi di lahan, kemudian
melakukan penaksiran harga. Apabila terjadi kesepakatan antara penebas dan
petani maka padi dapat dipanen. Sistem tebas ini lebih praktis, semua
ditanggung oleh penebas. Mulai dari tenaga kerja yang melakukan panen padi,
sampai biaya angkut ditanggung oleh penebas. Saat ini banyak petani yang
memilih sistem tebas, karena petani tidak mempunyai tanggungan untuk
menjemur padi sampai kering baru disimpan atau dijual. Petani tinggal menerima
uang hasil tebasan dari penebas. Alasan lain yang dikemukakan oleh petani
dalam memilih sistem panen dengan tebasan disebabkan karena saat ini susah
untuk mencari tenaga kerja atau petani yang mau membantu panen. Jumlah
petani padi yang memilih sistem tebas di desa Sukowidodo sebanyak 47%.
4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen padi di desa Sukowidodo
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Millet dalam Hasan (2002), menyebutkan bahwa jenis
kelamin dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Pria dan wanita.
Pria pada umumnya bersifat lebih tegas atau berani dan cepat mengambil
keputusan dan wanita umumnya lebih lambat dan sering ragu-ragu.
Menurut Moordiningsih dan Faturochman (2006) faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan ada 2 yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal antara lain usia, pendidikan, luas lahan yang dimiliki,
pendapatan. Dalam kasus ini pendapatan diganti dengan pekerjaan yang dimiliki
oleh petani.
Faktor Eksternal dalam penelitian ini menggunakan lingkungan sosial.
Herzberg dalam Siagian (2002), Lingkungan sosial Petani sebagai pelaksana
usaha tani (baik sebagai juru-tani maupun sebagai pengelola) adalah manusia,
yang di setiap pengambilan keputusan untuk usahatani tidak selalu dapat
dengan bebas dilakukannya sendiri, tetapi sangat ditentukan oleh kekuatan-
kekuatan disekelilingnya.
Berdasarkan uraian diatas faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam memilih sistem panen yang dilakukan oleh petani
padi di desa Sukowidodo dijadikan variabel dalam penelitian ini. Variabel-variabel
tersebut adalah usia, pekerjaan selain bertani, pendidikan, gender dan luas lahan
yang dimiliki oleh petani. Variabel-variabel tersebut diharapakan mampu
merepresentatifkan jawaban petani.
4.4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik perlu dilakukan dalam regresi agar hasil analisis regresi
dapat memenuhi kriteria best, linear dan supaya variabel independent sebagai
estimator atas variabel dependent tidak bias. Uji asumsi klasik yang umum
dilakukan adalah uji heteroskedastik, uji multikolinearitas dan uji normalitas.
a. Uji Heteroskedastik
Uji Heteroskedastik bertujuan untuk menguji apakah model regresi dari
penelitian ini memiliki ragam (variance) residual yang sama atau tidak. Model
regresi yang baik adalah model yang memiliki residual sama (bersifat
homoskedastik). Cara untuk menguji homoskedastik adalah dengan melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastik. Sedangkan jika tidak ada pola
yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastik (asumsi homoskedastik terpenuhi). Hasil uji
asumsi heteroskedastik dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Scatterplot Uji Asumsi Heteroskedastik
Dari hasi scatterplot pada Gambar 1, terlihat titik-titik tersebar baik di atas
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan model
regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastik (asumsi homoskedastik
terpenuhi).
b. Uji Multikolinearitas dan Autokorelasi
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi
antara variabel dalam persamaan regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor ( VIF). Apabila
nilai VIF > 10 maka menunjukkan adanya multikolinearitas, dan sebaliknya bila
VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dari
persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian setiap variabel yang
digunakan dalam persamaan ini adalah kurang dari 10, berarti dikatakan bahwa
persamaan regresi tersebut tidak terjadi multikolinearitas. Hasil VIF dari setiap
variabel dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5 Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas
Variabel Bebas VIF KeteranganUsia (x1) 1.258 Non Multikolinearitas
Pekerjaan Lain (x2) 1.418 Non Multikolinearitas
Pendidikan (x3) 1.492 Non MultikolinearitasGender (x4) 1.086 Non MultikolinearitasLuas Lahan (x5) 1.693 Non Multikolinearitas
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari
masing-masing variabel bebas kurang dari 10. Variabel usia, pekerjaan lain yang
dimiliki oleh petani, pendidikan, gender, dal luas lahan memiliki VIF rata-rata
bernilai diatas 1, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi dari
penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi variabel
yang ada dalam model prediksi dengan perubahan waktu. Oleh karena itu,
apabila asumsi autokorelasi terjadi pada sebuah model prediksi, maka nilai
disturbance tidak lagi berpasangan secara bebas, melainkan berpasangan
secara autokorelasi. Hasil perhitungan autokorelasi D-W sebesar 1,520. Nilai ini
berada antara D-W -2 dan D-W +2, maka dapat dikatakan bahwa variabel yang
ada dalam model tidak terjadi autokorelasi. Hasil perhitungan autokorelasi dapat
dilihat pada lampiran.
c. Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Data dikatakan terdistribusi secara normal bila data memusat pada nilai rata-rata
dan median. Untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak dapat
menggunakan grafik distribusi dan analisis statistik. Data yang terdistribusi
normal akan mengikuti pola distribusi normal dengan bentuk grafik mengikuti
bentuk lonceng.
Hasil uji normalitas dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Sistem Panen
Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa kurva membentuk lonceng. Hal ini
menunjukkan bahwa persamaan regresi memenuhi asumsi normalitas, dimana
data akan membentuk seperti lonceng bila memiliki data yang terdistribusi secara
normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi dari keputusan
petani memilih sistem panen, usia, pekerjaan lain, pendidikan, gender dan luas
lahan memenuhi asumsi normalitas.
4.5. Pengujian Simultan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem
panen di desa Sukowidodo dapat digunakan analisis regresi berganda dengan
bantuan software SPSS 11 for windows. Koefisien korelasi berganda antara
variabel usia,pekerjaan lain, pendidikan, gender dan luas lahan terhadap
keputusan petani memilih sistem panen 0.521. Koefisien determinasi (R)
menunjukkan ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi yang diperoleh dari
hasil pendugaan parameter berdasarkan contoh. Koefisien determinasi dari
variabel usia, pekerjaan lain, pendidikan, gender, luas lahan dan keputusan
petani memilih sistem panen sebesar 0.272 dan koefisien determinasi yang
disesuaikan sebesar 0.158. Karena persamaan regresi menggunakan lebih dari
satu variabel independen, maka koefisien yang digunakan untuk menjelaskan
persamaan ini adalah koefisien daterminasi yang disesuiakan. Berdasarkan hasil
perhitungan besarnya koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 0,158.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa 15,8 % keputusan petani memilih sistem
panen padi di desa Sukowidodo dipengaruhi oleh usia, pekerjaan lain,
pendidikan, gender dan luas lahan. Sedangkan 84,2 % faktor yang
mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan regresi ini. Hasil
perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran..
Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari usia (x1), pekerjaan lain (x2),
pendidikan (x3), gender (x4) dan luas lahan (x5) secara bersama-sama terhadap
keputusan petani memilih sistem panen (Y) menggunakan uji F. Hipotesis yang
digunakan dalam pengujian model regresi secara simultan adalah sebagai
berikut :
H0 : βi = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel x1, x2, x3, x4 dan
x5 terhadap Y)
H1 : βi ≠ 0 (terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel x1, x2, x3, x4 dan x5
terhadap Y)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji F menunjukkan
bahwa nilai Ftabel dengan derajat bebas n1 = 5 dan n2 =32 dengan α = 0.05
adalah sebesar 2,51. Fhitung sebesar 2,386 berarti bahwa nilai Fhitung lebih kecil dari
Ftabel dengan nilai signifikan sebesar 0.060, hal ini menunjukkan bahwa nilai
signifikasi kurang dari α= 0.05. Berdasarkan perbandingan tersebut maka
diambil keputusan H0 diterima pada taraf α=0.05, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara usia (x1),
pekerjaan lain (x2), pendidikan (x3), gender (x4) dan luas lahan (x5) secara
bersama-sama terhadap keputusan petani memilih sistem panen (Y). Hasil
perhitungan secara lengkap terdapat pada Lampiran.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS dapat
diperoleh persamaan regresi dari faktor yang mempengaruhi keputusan petani
memilih sistem panen sebagai berikut :
Y = 2,418 -0,28 x1 + 0,442 x2 -0,105 x3 + 0,253 x4 + 0,215 x5
Keterangan :
Y = keputusan petani memilih sistem panen
X1 = usia petani
X2 = pekerjaan lain
X3 = pendidikan petani
X4 = gender
X5 = luas lahan
Hasil persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa bila tidak ada
pengaruh dari usia, pekerjaan lain, pendidikan, gender dan luas lahan maka
keputusan petani untuk memilih sistem panen sebesar 2, 418. Apabila variabel
lain dianggap tetap pekerjaan yang dimiliki oleh petani mempengaruhi keputusan
petani untuk memilih sistem panen sebesar 0,442. Variabel gender mempunyai
pengaruh terhadap keputusan petani memilih sistem panen sebesar 0,253 bila
variabel lain dianggap tetap. Variabel luas lahan mempunyai pengaruh sebesar
0,215 terhadap keputusan yang diambil petani dalam memilih sistem panen, bila
variabel lain dianggap tetap.
4.6. Pengujian Parsial
Pengujian model regresi secara partial digunakan untuk melihat pengaruh
dari masing-masing variabel bebas pembentuk model regresi terhadap
keputtusan petani memilih sistem panen. Untuk menguji hubungan tersebut
dilakukan dengan menggunakan uji t, yaitu dengan membandingkan nilai thitung
dengan ttabel atau signifikan < α =0.05. Hipotesis yang digunakan dalam uji t
adalah :
H0 : βi = 0 (variabel X1 / X2/ X3/ X4 dan X5 tidak berpengaruh signifikan terhadap
Y)
H1 : βi ≠ 0 (variabel X1 / X2/ X3/ X4 dan X5 berpengaruh signifikan terhadap Y)
Keterangan :
Y = keputusan petani memilih sistem panen
X1 = usia petani
X2 = pekerjaan lain yang dimiliki petani
X3 = pendidikan
X4 = gender
X5 = luas lahan
a. Pengaruh usia petani terhadap keputusan petani memilih sistem panen
Menurut Herzberg dalam Siagian (2000), ada faktor internal yang
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh petani. Salah satunya adalah usia.
Seberapa besar pengaruh usia dalam pengambilan keputusan memilih sistem
panen padi di desa Sukowidodo dianilis dengan regresi parsial. Hasil regresi
variabel usia petani (x1) terhadap keputusan petani memilih sistem panen dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel usia (X1)
Hipotesis Nilai Keputusan
H0 : thit < ttabel = (variabel X1 tidak berpengaruh
signifikan terhadap Y)
H1 : thit > ttabel =(variabel X1 berpengaruh signifikan
terhadap Y)
α = 0.05
thit= -
2.493
sig =
0.004
ttabel=
1.693
Tolak H0
Dengan menggunakan SPSS 11.5 for windows uji t variabel usia petani
didapatkan hasil uji t sebesar – 2.493 dengan signifikan sebesar 0.004. nilai
statistik uji |t hitung| lebih besar dari t tabel (2.493 > 1.693) dan signifikan kurang dari
α=0.05. Hasil uji t ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa usia petani (X1) berpengaruh signifikan terhadap keputusan memilih
sistem panen (Y).
Hasil uji t menunjukkan bahwa usia petani mempengaruhi pengambilan
keputusan petani dalam memilih sistem panen di desa Sukowidodo. Ada 3
pilihan sistem panen padi di desa Sukowidodo, yaitu tebas, derep (bawon), dan
panen sendiri. Usia mempengaruhi keputusan petani memilih sistem panen padi
dengan berbagai alasan. Karena banyak petani yang sudah tua lebih memilih
panen dengan sistem tebas, dengan alasan keterbatasan tenaga yang dimiliki.
Panen padi dengan sistem tebas akan mempermudah petani. Setelah panen
petani tidak lagi memiliki tanggungan untuk menjemur padi sampai kering, petani
tinggal menerima uang hasil penjualan padinya. Petani muda memilih panen padi
dengan sistem tebas dengan alasan lebih praktis, susah untuk mendapatkan
tenaga kerja yang mau panen padi dengan sistem derep (bawon). Hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Liliana dkk
(2008) yang menyatakan bahwa usia petani tidak mempengaruhi pengambilan
keputusan petani untuk menerapkan pertanian organik. Semua petani memiliki
peluang yang sama untuk menerapkan pertanian organik. Hasil penelitian
Apriliana dan Mustadjab (2016) juga menyatakan bahwa usia tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam menggunakan benih
hibrida dalam usahatani jagung.
b. Pengaruh pekerjaan lain petani terhadap keputusan petani memilih sistem panen
Pekerjaan lain dalam penelitian ini adalah petani mempunyai pekerjaan
selain bertani. Apakah ada pengaruh apabila petani tidak mempunyai pekerjaan
selain bertani dengan petani yang mempunyai pekerjaan diluar bertani dengan
dalam memilih sistem panen. Pekerjaan lain ini berkaitan dengan pendapatan
petani. Hasil regresi parsial pengaruh pekerjaan lain (x2) terhadap pengambilan
keputusan memilih sistem panen dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel pekerjaan lain (X2)
Hipotesis Nilai Keputusan
H0 : thit < ttabel = (variabel X1 tidak berpengaruh
signifikan terhadap Y)
H1 : thit > ttabel =(variabel X1 berpengaruh signifikan
terhadap Y)
α = 0.05
thit=
1.744
sig =
0.091
ttabel=
1.693
Tolak H0
Dengan menggunakan SPSS 11.5 for windows uji t variabel pekerjaan lain
petani didapatkan hasil uji t sebesar 1.744 dengan signifikan sebesar 0.091. nilai
statistik uji t hitung lebih besar dari t tabel (1.744 > 1.693) dan signifikan kurang dari
α=0.05. Hasil uji t ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa pekerjaan selain bertani (X2) berpengaruh signifikan terhadap keputusan
memilih sistem panen (Y). Petani yang memiliki pekerjaan selain bertani lebih
memilih panen dengan sistem tebas, karena lebih fleksibel tidak beresiko.
Pekerjaan lain mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan petani
memilih sistem panen padi di desa Sukwododo, hal ini sama dengan hasil
penelitian dari Arbi (2011) yang menyatakan bahwa pekerjaan sampingan
berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk melakukan tunda jual di
kecamatan sanden kabupaten bantul.
Hasil penelitian berbeda ditunjukkan oleh Hardiana (2018) dalam
penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Petani
dalam mengikuti Program Asuransi Usahatani Padi (AUTP) di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan lain yang
dimiliki oleh petani tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
petani dalam mengikuti program asuransi usahatani padi (AUTP). Nilai
pekerjaan sampingan memiliki koefisien sebesar 0.325 dengan signifikasi 0.612
bila menggunakan taraf signifikasi 0,05. Artinya, ada tidaknya pekerjaan
sampingan petani responden tidak mempengaruhi keputusan petani dalam
mengikuti program AUTP.
c. Pengaruh pendidikan petani terhadap keputusan petani memilih sistem panen
Pendidikan dijadikan variabel karena pendidikan berkaitan dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh petani. Pendidikan yang dimiliki oleh petani atau
responden beragam. Ada yang memiliki pendidikan SD, pendidikan menengah
(SMP dan SMA) serta yang memiliki tingkat pendidikan sampai sarjana.
Pendidikan biasanya akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil
keputusan. Dengan mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang cukup, maka
dalam proses pengambilan keputusan tidak akan mudah dipengaruhi oleh orang
lain. Apakah pendidikan yang dimiliki petani ini akan mempengaruhi keputusan
petani memilih sistem panen. Hasil perhitungan pengaruh pendidikan terhadap
pengambilan keputusan memilih sistem panen dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel pendidikan (X3)
Hipotesis Nilai Keputusan
H0 : thit < ttabel = (variabel X3 tidak berpengaruh
signifikan terhadap Y)
H1 : thit > ttabel =(variabel X3 berpengaruh signifikan
terhadap Y)
α = 0.05
thit= -681
sig =
0.501
ttabel=
1.693
Terima H0
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel xx menunjukkan bahwa nilai thit
( -0.681) lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai ttabel (1.693). Angka tersebut
menunjukkan bahwa variabel pendidikan yang dimiliki oleh petani tidak signifikan
mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen. Seperti yang
diungkapkan oleh Purwaning (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
pendidikan formal yang dimiliki oleh petani tidak mempengaruhi pengambilan
keputusan dalam menanam padi dengan sistem SRI (system of rice
intencification). Berbeda dengan hasil penelitian Lisana, dkk (2008) yang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan
dalam pengambilan keputusan untuk menerapkan pertanian organik. Penerapan
pertanian organik merupakan salah satu inovasi dalam pertanian, sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Soekartawi (1998) petani yang mempunyai pendidikan
tinggi relatif lebih mudah dalam melaksanakan adopsi inovasi. Sebaliknya petani
dengan pendidikan yang rendah agak sulit untuk menerima dan menerapkan
adopsi inovasi tersebut.
d. Pengaruh gender petani terhadap keputusan petani memilih sistem panen
Gender petani terdiri dari dua yaitu petani laki-laki dan petani perempuan.
Apakah terdapat pengaruh gender dalam proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh petani dalam memilih sistem panen padi di desa Sukowidodo.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel 9
berikut.
Tabel 9 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel Gender (X4)
Hipotesis Nilai Keputusan
H0 : thit < ttabel = (variabel X4 tidak berpengaruh
signifikan terhadap Y)
H1 : thit > ttabel =(variabel X4 berpengaruh signifikan
terhadap Y)
α = 0.05
thit=
0.772
sig =
0.446
ttabel=
1.693
Terima H0
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel xx menunjukkan bahwa nilai thit
( 0.772) lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai ttabel (1.693). Angka tersebut
menunjukkan bahwa variabel gender petani tidak signifikan mempengaruhi
keputusan petani dalam memilih sistem panen.
e. Pengaruh luas lahan petani terhadap keputusan petani memilih sistem panen
Luas lahan adalah lahan yang dimiliki oleh petani untuk usahatani padi.
Luas lahan yang dimiliki oleh petani di desa Sukowidodo bervariasi. Rata –rata
luas lahan yang digunakan untuk menanam padi adalah 2500 m2 -3000m2.
Apakah ada pengaruh luas lahan terhadap pengambilan keputusan memilih
sistem panen dapat dilihat pada tabel 10 berikut.
Tabel 10 Hasil Uji t Koefisien Regresi Variabel Luas Lahan (X5)
Hipotesis Nilai Keputusan
H0 : thit < ttabel = (variabel X5 tidak berpengaruh
signifikan terhadap Y)
H1 : thit > ttabel =(variabel X5 berpengaruh signifikan
terhadap Y)
α = 0.05
thit=
0.183
sig =
0.856
ttabel=
1.693
Terima H0
Hasil analisis data menunjukan nilai t hitung 0.183 dengan nilai signifikansi
0,856 >0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki oleh petani
tidak mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen padi di desa
Sukowidodo. Petani dengan lahan yang luas bisa memilih panen padi dengan
sistem tebas, petani dengan lahan sempit juga bisa. Luas lahan tidak
mempengaruhi keputusan petani dalam memilih sistem panen padi, hal ini sama
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwaning (2014). Hasil penelitian
menunjukkan variabel luas lahan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan petani dalam melakukan usahatani padi SRI. Hasil penelitian
Lisana, dkk (2004) juga menyebutkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh
secara signifikan dalam pengambilan keputusan petani dalam menerapkan
sistem pertanian organik. Baik petani yang memiliki luas usahatani yang luas
maupun petani yang memiliki luas usahatani yang sempit di Desa Sukorejo
mempunyai kecepatan yang sama dalam mengadopsi inovasi penerapan
pertanian organik.
4.7. Alasan Petani Memilih Sistem Panen
Alasan petani memilih sistem panen di desa Sukowidodo, Karangrejo
Tulungagung bermacam-macam.
a. Sistem Tebas.
Panen dengan sistem tebas adalah menjual secara lanngsung tanaman
padi yang masih di sawah kepada pembeli, dengan cara menaksir tanaman padi.
Alasan petani yang memilih panen dengan sistem tebasan ini antara lain :
1. Panen dengan sistem tebasan ini mempermudah petani dalam panen padi.
Petani tidak perlu mengeluarkan biaya dan tenaga setelah panen. Semua
biaya panen ditanggung oleh penebas.
2. Petani tidak menanggung resiko apabila terjadi kerusakan, setelah
terjadinya kesepakatan harga.
3. Petani cepat mendapatkan uang setelah panen padi.
4. Sulitnya mencari tenaga kerja di bidang pertanian yang mengakibatkan
upah tenaga kerja menjadi mahal.
b. Panen padi dengan sistem derep/bawon
Ada beberapa petani yang memilih panen padi dengan sistem bawon.
Sistem bawon ini petani yang ikut dalam panen (membantu) mendapatkan upah
berupa padi yang sudah dipanen, kemudian dikurangi bagian yang menjadi
haknya pemilik sawah. sistem bawon saat ini berbeda dengan 5 tahun yang lalu.
Hal ini dikarenakan untuk mencari petani yang mau membantu ikut derep agak
susah. Saat ini petani yang ikut derep sudah dijatah oleh pemilik sawah,
sehingga mereka bebas mau kapan melaksanakan derep tersebut. Pada jaman
dahulu petani berebut untuk ikut derep.
Dengan sistem panen derep, petani mempunyai tabungan berupa padi
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sistem derep
menurut petani saat ini lebih menguntungkan bagi yang ikut derep. Karena butuh
orang untuk memanen mau tidak mau pemilik harus mengikuti kebiasan yang
berlaku saat ini.
c. Panen sendiri
Panen padi dengan sistem panen sendiri adalah, petani memanen sendiri
hasil tanamannya. Petani yang biasanya melakukan panen sendiri adalah petani
dengan luas lahan yang sempit. Mereka bertani untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan pekerjaan utamanya adalah bertani. Selain itu alasan mereka
melakukan panen sendiri karena susahnya untuk mendapatkan orang yang mau
membantu atau ikut derep padi. Saat ini di lokasi penelitian untuk mendapatkan
tenaga kerja usia muda sangat sulit, yang ada adalah petani yang sudah tua
dengan kemampuan yang sudah terbatas.
V. KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
1. Persamaan regresi yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
Y = 2,418 -0,28 x1 + 0,442 x2 -0,105 x3 + 0,253 x4 + 0,215 x5
2. Berdasarkan hasil pengujian simultan diperoleh nilai F hitung 2.386 dan F tabel
2.51. nilai Fhitung lebih kecil dari nilai F tabel, dapat disimpulkan bahwa secara
simultan variabel usia, pekerjaan lain, pendidikan, gender dan luas lahan
tidak berpengaruh secara signifikan dalam pengambilan keputusan petani
dalam memilih sistem panen padi di desa Sukwidodo.
3. Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa variabel usia mempunyai
pengaruh terhadap pengambilan keputusan petani dalam memilih sistem
panen padi di desa Sukwidodo dengan nilai t hitung -2.493 dan t tabel 1.693.
pengujian parsial pekerjaan lain yang dimiliki oleh petani juga berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan petani dalam memilih sistem panen padi
dengan nilai t hitung 1.744.
4. Hasil pengujian parsial dari pendidikan, gender dan luas lahan yang dimiliki
oleh petani tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan petani
dalam memilih sistem panen padi di desa Sukowidodo. Nilai t hitung dari
variabel tersebut lebih kecil dari t tabel.
5. Alasan petani memilih sistem tebas adalah petani langsung mendapatkan
uang, petani tidak perlu lagi menjemur padi sampai kering, petani bebas
resiko. Alasan memilih sistem panen sendiri dan derep adalah petani
mempunyai simpanan yang berupa padi yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
V.2 Saran
Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor –faktor yang
mempengaruhi keputusan petani dalam meilih sistem panen. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan model yang bisa mewakili keadaan yang ada. Karena saat
ini ada faktor eksternal lingkungan sosial dimana semakin sulitnya mencari
tenaga kerja dibidang pertanian, banyak petani yang mengikuti petani lainnya
untuk memilih sistem panen, misalnya sistem panen tebas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2015 http://notemahya.blogspot.com/2015/05/sistem-bawon-pada-pertanian-padi-di.html, diakses tanggal 18 September 2018
Apriliana, M.A dan Mustadjab, Moch. M 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam menggunakan Benih Hibrida pada usahatani Jagung (Studi Kasus di Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang), JURNAL HABITAT ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e), Volume 27, No. 1, April 2016, Hal. 7-13 DOI: 10.21776/ub.habitat.2016.027.1.2 http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e) diakses, 20 januari 2019).
Arbi, Muhammad. 2011. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani
Melakukan Tunda Jual di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian . Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian,
Universitas Jember, Jawa Timur
Ghozali, Imam, 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro
George R. Terry ,2000. Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia).
PT. Bumi Aksara. Bandung
Griffin, W. R., dan Moorhead, G. 2010. Organizational Behavior managing people
and organizations.USA. South-Western
Hardiana, Juli. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam
Mengikuti Program Asuransi Usahatani Padi (AUTP) di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Jurnal Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jambi
Hasan, M.Iqbal. 2002. Pokok -pokok materi pengambilan keputusan. Penerbit
Ghalia Indonesia. Jakarta
Hernanto, F. 1984. Petani Kecil Potensi dan Tantangan Pembangunan. PT
Gramedia, Bandung
Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor.
Lisana, Widi, dkk. 2008. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pengambilan
Keputusan Petani dalam Penerapan Pertanian Padi Organik di Desa
Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen .Agritex (Online). 1 (4)
7 Halaman. http://fp.uns.ac.id/jurnal/Agritx -4.pdf . [diakses 20 Januari
2019]
Mardikanto 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Universitas Sebelas
Maret Press. Surakarta
Moordiningsih dan Faturochman. (2006). “ Proses Pengambilan Keputusan
Dokter “. Jurnal Psikologi . 33, (2), 79- 93
Purwaning, A (2014). Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani
Berusahatani Padi Menggunakan Metode System Of Rice Intensification
(SRI) (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Makmur Desa Pringgowijayan
Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo). Skripsi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Pangan Unggul .
Penebar Swadaya. Depok.
Reed, Stephen K. 2011. Kognisi Teori dan Aplikasi. Terjemahan Aliya Tusyani.
Cognition : Theory and Applications .Salemba Humanika. Jakarta
Rogers, E.M. 1995. Diffusion of Innovation. 4th edition. The Free express. New
York.
Salusu, J.2004. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Nonprofit . Erlangga. Jakarta
Siagian P, Sondang. 2002. Teori dan praktek pengambilan keputusan. Penerbit
CV haji Masagung. Jakarta
Siagian P. Sondang, 2007. Teori Motivasi dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Alfabeta.
Bandung
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantutatif, Kualitatif dan R& D. Alfabeta.
Bandung
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Srikandi. Surabaya
Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan : Petunjuk Bagi Penyuluh pertanian.
Erlangga. Jakarta
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.
http://wartakota.tribunnews.com/2018/01/03/pertanian-indonesia-hadapi-masalah-besar-generasi-penerus-petani-sulit-didapat. diakses tanggal 19 September 2018.
https://nasional.tempo.co/read/750962/11-daerah-di-jawa-timur-teken-mou-dengan-bulog/full&view=ok, diakses tanggal 19 September 2018
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Perhitungan Regresi
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation Ny 1,6316 ,71361 38x1 53,1579 10,68853 38x2 1,4737 ,50601 38x3 2,7632 ,85216 38x4 1,1316 ,34257 38x5 ,2947 ,11900 38
Correlations
y x1 x2 x3 x4 x5Pearson Correlation
y 1,000 -,336 ,272 -,236 ,204 -,269x1 -,336 1,000 ,251 ,019 ,002 ,267x2 ,272 ,251 1,000 -,360 ,254 -,330x3 -,236 ,019 -,360 1,000 -,076 ,534x4 ,204 ,002 ,254 -,076 1,000 -,175x5 -,269 ,267 -,330 ,534 -,175 1,000
Significance (1-tailed)
y . ,020 ,049 ,077 ,110 ,052x1 ,020 . ,065 ,455 ,496 ,052x2 ,049 ,065 . ,013 ,062 ,022x3 ,077 ,455 ,013 . ,326 ,000x4 ,110 ,496 ,062 ,326 . ,147x5 ,052 ,052 ,022 ,000 ,147 .
N y 38 38 38 38 38 38x1 38 38 38 38 38 38x2 38 38 38 38 38 38x3 38 38 38 38 38 38x4 38 38 38 38 38 38x5 38 38 38 38 38 38
Variables Entered/Removed(b)
ModelVariables Entered
Variables Removed Method
1 x5, x4, x1, x2, x3(a) . Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: y
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2
Significance F Change
1 ,521(a) ,272 ,158 ,65490 ,272 2,386 5 32 ,060a Predictors: (constant) x5, x4, x1, x2, x3...
model summary menunjukkan hasil perhitungan F hitung
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Significance1 Regressio
n 5,117 5 1,023 2,386 ,060(a)
Residual 13,725 32 ,429Total 18,842 37
a Predictors: (constant) x5, x4, x1, x2, x3...b Dependent Variable: y
52
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Significance
Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF1 (Constant
) 2,418 ,790 3,061 ,004
x1 -,028 ,011 -,422 -2,493 ,018 -,336 -,403 -,376 ,795 1,258x2 ,442 ,253 ,313 1,744 ,091 ,272 ,295 ,263 ,705 1,418x3 -,105 ,154 -,126 -,681 ,501 -,236 -,120 -,103 ,670 1,492x4 ,253 ,328 ,121 ,772 ,446 ,204 ,135 ,116 ,920 1,086x5 ,215 1,177 ,036 ,183 ,856 -,269 ,032 ,028 ,591 1,693
a Dependent Variable: y
Tabel diatas menunjukkan persamaan regresi dan koefisien dari variabel- variabel independen.
Tabel diatas juga menunjukkan hasil pengujian parsial dari variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan petani memilih sistem
panen.
Tabel diatas juga menunjukkan ada tidaknya multikolenearitas, bila nilai VIF kurang dari 10 maka persamaan tersebut tidak terjadi
multikolinearitas
53
Collinearity Diagnostics(a)
ModelDimension Eigenvalue
Condition Index
Variance Proportions
(Constant) x1 x2 x3 x4 x51 1 5,634 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,201 5,293 ,00 ,00 ,12 ,04 ,04 ,163 ,073 8,787 ,00 ,04 ,22 ,07 ,54 ,084 ,047 10,942 ,01 ,00 ,04 ,62 ,28 ,465 ,031 13,556 ,05 ,51 ,59 ,04 ,02 ,296 ,014 20,253 ,94 ,44 ,03 ,23 ,12 ,01
a Dependent Variable: y
54