· web viewselanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9...

68
PERTAMBANGAN DAN ENERGI

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

PERTAMBANGAN DAN ENERGI

Page 2:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan
Page 3:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

BAB IX

PERTAMBANGAN DAN ENERGI

A. PERTAMBANGAN

1. Pendahuluan

Dalam rangka mewujudkan pokok-pokok Garis-garis Besar Haluan Negara, kebijaksanaan dan langkah-langkah yang dilak-sanakan di sektor pertambangan dalam Repelita V adalah melan-jutkan dan meningkatkan upaya inventarisasi, pemetaan, eks- plorasi dan eksploitasi kekayaan alam yang berupa sumber daya mineral dan energi dengan memanfaatkan teknologi yang tepat, agar negara kita makin mampu meningkatkan produksi dan ekspor hasil pertambangan. Upaya pengembangan teknologi dan peneli- tian pertambangan juga terus dilanjutkan, termasuk teknologi pengolahan berbagai macam bahan galian dan penelitian endapan bahan-bahan galian. Sejalan dengan itu pendidikan dan pela-tihan dalam bidang inventarisasi dan eksplorasi tetap diting-katkan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli dan terampil guna mendukung peningkatan pembangunan di sektor pertambangan.

Pembangunan pertambangan dalam Repelita V juga diarahkan untuk lebih memperluas kesempatan kerja, melakukan penganeka-ragaman produk pertambangan dan meningkatkan penyediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri yang makin meningkat. Pengelolaan sektor pertambangan juga diarah- kan agar di samping berlangsung selaras dengan kebijaksanaan umum di bidang energi, juga sela}u selaras dan serasi dengan

IX/3

Page 4:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

kebijaksanaan pembangunan daerah dan dengan upaya-upaya peme-liharaan kelestarian alam dan lingkungan hidup. Di samping itu usaha pertambangan rakyat terus dibina dan ditingkatkan melalui penyempurnaan, pengaturan dan pembinaan usaha per-tambangannya, khususnya melalui pelaksanaan kebijaksanaan Pertambangan Skala Kecil (PSK) dalam wadah koperasi.

Secara umum, kemajuan yang dicapai dalam dua tahun per- tama pelaksanaan Repelita V dalam bidang produksi cukup meng-gembirakan. Perkiraan produksi tahun pertama dan kedua Repe- lita V pada umumnya dapat dicapai.

Berkat telah mulai berproduksinya beberapa lapangan mi- nyak baru, berhasilnya proyek-proyek "enhanced oil recovery", telah beroperasinya perluasan kilang-kilang BBM di Balikpapan dan Cilacap secara penuh dan selesainya pembangunan unit hydrocracker di Dumai, maka produksi dan pengilangan minyak dan gas bumi pada tahun pertama dan kedua Repelita V mening- kat. Di samping itu berkat selesainya perluasan kilang LNG Arun dan LNG Badak dalam Repelita IV produksi dan ekspor LNG hingga tahun kedua Repelita V juga meningkat. Sementara itu produksi gas bumi telah berhasil ditingkatkan sejalan dengan meningkatnya penggunaannya sebagai sumber energi dan sebagai bahan baku industri dalam negeri.

Di bidang pertambangan umum, perkembangan yang menonjol selama dua tahun Repelita V adalah meningkatnya produksi batu bara dan tembaga. Dalam periode yang sama perkembangan harga komoditi logam, kecuali harga timah, juga sangat menggembira-kan. Demikianlah maka penanaman modal baru meningkat, ter- utama untuk emas, tembaga dan nikel. Sejalan dengan itu, jumlah permohonan Kontrak Karya terus bertambah, terutama setelah pemerintah memberlakukan kebijaksanaan fiskal khusus untuk daerah-daerah terpencil dan sulit, seperti di beberapa wilayah Indonesia Bagian Timur.

Kegiatan di bidang geologi yang meliputi kegiatan peme- taan geologi dan gaya berat, pemetaan geologi tata lingkung- an, penyelidikan gunung berapi dan panas bumi, serta penyeli-dikan geologi kelautan, terus dilaksanakan dan telah meng-hasilkan produk yang semakin bertambah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Begitu juga inventarisasi dan eksplorasi sumber daya mineral, yang dimaksudkan untuk mengetahui potensi bahan galian mineral dan energi, makin giat dilaksanakan di seluruh Indonesia.

IX/4

Page 5:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Perkembangan produksi hasil-hasil pertambangan yang telah dicapai dalam tahun 1988/89 - 1990/91 dapat dilihat pada Tabel IX-1 dan dapat diuraikan sebagai berikut:

2. Perkembangan Hasil Pertambangan

a. Minyak Bumi

Pada tahun kedua Repelita V produksi minyak bumi menca- pai 552,9 juta barel, atau naik 7,31 dibandingkan produksi tahun pertama Repelita V. Produksi tersebut terdiri dari 486,3 juta barel minyak mentah dan 66,6 juta barel konden- sat. Peningkatan produksi ini dicapai antara lain karena telah berproduksinya beberapa lapangan minyak baru dan me-ningkatnya produksi dari proyek-proyek "enhanched oil reco- very", baik yang dilakukan oleh Pertamina maupun kontraktor asing di berbagai wilayah kerja Pertamina.

Guna mempertahankan produksi serta meningkatkan jumlah cadangan minyak dan gas bumi untuk tahun-tahun yang akan da- tang dilakukan kegiatan eksplorasi, terutama berupa pemboran eksplorasi dan penyelidikan seismik. Pemboran eksplorasi yang dilaksanakan pada tahun kedua Repelita V meliputi 122 sumur, atau naik 8,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan ke- giatan seismik yang dilakukan pada tahun yang sama mencakup wilayah sepanjang 77.130 km atau meningkat 77,71 dibandingkan tahun pertama Repelita V.

Dengan telah beroperasinya kilang-kilang minyak di dalam negeri secara penuh sejak Repelita IV maka pengolahan minyak mentah di dalam negeri semakin meningkat. Minyak bumi yang diolah di kilang-kilang tersebut dalam tahun kedua Repelita V berjumlah 280,9 juta barel. Ini lebih tinggi 31,4 juta barel atau 12,6% dibandingkan dengan realisasi pengolahan minyak bumi pada tahun pertama Repelita V.

Ekspor produk minyak bumi tergantung dari hasil peng- olahan kilang minyak dan jumlah kebutuhan konsumsi BBM dalam negeri. Dalam tahun kedua Repelita V ekspor minyak mentah dan kondensat menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekspor minyak mentah tahun 1990/91 berjumlah 305,7 juta barel atau 3,51 lebih tinggi dibandingkan angka ekspor tahun sebelumnya yang berjumlah 295,4 juta barel. Ne- gara tujuan ekspor, baik untuk minyak mentah maupun minyak hasil pengilangan adalah Jepang, Amerika Serikat dan beberapa negara lain, termasuk negara-negara ASEAN. Tabel IX-2 menun-

IX/5

Page 6:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX - 1

PRODUKSI HASIL-HASIL PFRTAMBANGAN,

1988/89 - 1990/91

Repelita V

Jenis Barang Satuan 1988/89 1989/90 1) 1990/91 2)

1. Minyak Bumi (Mentah) juta barel 496,1 515,5 553,0

2. Gas Bumi miliar kakikubik

1.887,0 2.011,6 2.206,9

3. Batu bara ribu ton 5.175,7 9.478,2 11.211,6

4. Logam Timah ribu ton 29,0 30,0 30,1

5. Bijih Nikel ribu ton 1.830,3 1.652,4 2.296,7

6. Bauksit ribu ton 514,1 994,8 1.324,5

7. Pasir Besi ribu ton 164,9 140,1 139,6

8. Emas kg 5.096,3 6.672,3 13.102,1

9. Perak kg 64.562,4 73.324,9 68.202,6

10. Konsentrat Tembaga ribu ton 302,7 329,9 499,3

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

IX/6

Page 7:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX – 2PRODUKSI, PENGILANGAN DAN EKSPOR MINYAK BUMI,

1988/89 – 1990/91(juta barel)

Page 8:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

IX/7

Page 9:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

jukkan produksi, pengilangan dan ekspor minyak bumi untuk tahun 1988/89 - 1990/91.

Walaupun sebagian besar minyak bumi diarahkan untuk ekspor, tetapi penggunaannya sebagai BBM di dalam negeri tetap menunjukkan angka yang tinggi. Pemasaran BBM di dalam negeri pada tahun kedua Repelita V mencapai 208,2 juta barel yang berarti meningkat 25,6 juta barel atau 14% dibandingkan tahun pertama Repelita V. Di dalam negeri BBM digunakan ter-utama untuk kebutuhan transportasi.

Dengan kapasitas terpasang saat ini sebesar 846 ribu barrel minyak per hari (MBCD), kilang-kilang minyak di dalam negeri sudah dapat memenuhi sebagian kebutuhan BBM dalam negeri. Kilang-kilang tersebut juga menghasilkan bahan-bahan non BBM seperti wax, lube base, coke, aspal, solvent, low sulfur wax residue (LSWR) dan nafta. Dalam pada itu, usaha-usaha untuk mengembangkan kilang minyak berorientasi ekspor tetap dilakukan.

Guna meningkatkan kelancaran penyaluran BBM dalam nege- ri, telah diambil upaya-upaya untuk memperbaiki pola distri-busi yang meliputi jalur angkutan dan telekomunikasi serta sarana pembekalan BBM yang mencakup sarana timbun, sarana muat/bongkar dan terminal transit. Realisasi pemasaran ber-bagai hasil minyak bumi di dalam negeri selama periode 1988/89 - 1990/91 dapat dilihat pada Tabel IX-3.

b. Gas Bumi

Produksi dan pemanfaatan gas bumi terus menunjukkan pe-ningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun kedua Repelita V roduksi gas bumi telah mencapai 2.206,9 miliar kaki kubik (MMCF) dengan tingkat pemanfaatan sebesar 2.033,2 miliar kaki kubik (92,1%). Produksi gas tersebut naik 9,7% dibandingkan tahun 1989/90, sedang tingkat pemanfaatannya juga naik 9,6%. Gas bumi yang merupakan "non-associated gas" dipergunakan untuk menghasilkan liquified natural gas (LNG), sedangkan yang "associated gas" dijadikan liquified petroleum gas (LPG).

Peningkatan produksi dan pemanfaatan gas bumi yang pesat sampai tahun kedua Repelita V terutama diarahkan untuk meme-nuhi permintaan kilang LNG Badak dan Arun yang memproduksi dan mengekspor LNG ke Jepang dan Korea serta untuk meningkat- kan produksi LPG bagi pasar luar negeri dan domestik. Pening-katan pemanfaatan gas di dalam negeri terjadi karena bertam-

IX/8

Page 10:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX - 3

REALISASI PEMASARAN HASIL MINYAK BUMI DI DALAM NEGERI,1988/89 - 1990/91

(ribu barel)

Repelita V

J e n i s 1988/89 1989/90 1) 1990/91 2)

1. Bahan bakar minyak 3) 179.048 182.605 208.188

2. Bahan Pelumas 1.828 2.015 2.457

3. Hasil-hasil khususdan bahan kimia

7.065 7.975 6.322

4. LPG 240.547 277.329 329.378

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Angka-angka BBM adalah penjualan dalam

negeri, penjualan dalam valuta asing untuk bunker kapal dan pesawat terbang serta pemakaian sendiri.

bahnya pemakaian gas, di kalangan industri terutama pada pabrik pupuk, semen, baja, methanol dan kilang minyak serta meningkatnya permintaan untuk gas kota yang diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN). Pemanfaatan gas LPG untuk keper-luan rumah tangga meningkat cukup pesat, khususnya di daerah perkotaan.

Pemanfaatan gas bumi juga dikembangkan dalam rangka mengurangi ketergantungan pada minyak bumi sebagai sumber energi. Sejak 1 April 1989 telah dimulai pemanfaatan gas bumi sebagai Bahan Bakar Gas (BBG) untuk kendaraan bermotor di

IX/9

Page 11:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

wilayah DKI Jakarta, dengan pengoperasian sejumlah stasiun bahan bakar gas. Penggunaan BBG di tahun-tahun mendatang di-harapkan meningkat sehingga akan diperoleh keuntungan berupa pengurangan konsumsi BBM dalam negeri dan pengurangan polusi udara.

Produksi LNG dari kilang-kilang di Badak dan Arun pada tahun kedua Repelita V berjumlah 21,6 juta ton atau 11.142 juta British Thermal Unit: (MMBTU) yang berarti naik 15,7% bila dibandingkan dengan produksi pada tahun 1989/90 yang berjumlah 19,1 juta ton. Demikian pula ekspor LNG pada tahun 1cedua Repelita V menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Bila pada tahun pertama Repelita V LNG yang di-ekspor berjumlah 18,8 juta, ton, maka pada tahun 1990/91 ekspor LNG mencapai 21,5 juta ton yang berarti adanya ke- naikan sebesar 14,2%. Negara tujuan ekspor adalah Jepang dan Korea.

LPG diproduksi dari kilang minyak di Plaju, Sungai Gerong, Balikpapan, kilan LPG di Rantau (Sumatera Utara), Mundu (Cirebon), Santan (Kalimantan Timur) serta di Arjuna (Jawa Barat). Produksi LPG tahun kedua Repelita V adalah 2.770,4 ribu metrik ton yang berarti kenaikan sebesar 7,6% bila dibandingkan dengan produksi tahun pertama Repelita V sebesar 2.575,6 ribu metrik ton.

Ekspor LPG pada tahun kedua Repelita V berjumlah 2.635,2 ribu metrik ton. Angka ini menunjukkan adanya kenaikan sebe- sar 9,2% bila dibandingkan dengan ekspor tahun pertama Repe- lita V yang berjumlah 2.458,8 metrik ton. Perkembangan pro-duksi dan pemanfaatan gas bumi dari 1988/89 - 1990/91 dapat dilihat pada Tabel IX-4, sedangkan perkembangan produksi dan ekspor LNG dan LPG dalam kurun waktu yang sama digambarkan dalam Tabel IX-5.

c. Panas Bumi

Sejalan dengan kebijaksanaan umum bidang energi yang me-netapkan bahwa energi yang terbarukan dan tidak dapat di- ekspor merupakan energi yang diprioritaskan untuk diusahakan, maka pengembangan pengusahaan panas bumi semakin ditingkat- kan. Pengembangan pengusahaan ini antara lain dilaksanakan dalam bentuk kegiatan inventarisasi potensi sumber daya panas bumi dan kegiatan eksplorasi. Inventarisasi potensi panas bumi hingga tahun kedua Repelita V telah dapat dilakukan

IX/10

Page 12:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX – 4PRODUKSI DAN PEMANFAATAN GAS BUMI,

1988/89 – 1990/91

IX/11

Page 13:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

untuk seluruh wilayah Indonesia, sedangkan kegiatan eksplo- rasi telah dilakukan di lebih dari 40 lapangan panas bumi.

Berdasarkan penyelidikan pendahuluan diperkirakan bahwa sumber daya panas bumi di Indonesia mempunyai potensi sekitar 16.000 MW, yang tersebar di Sumatera 4.900 MW, Jawa 7.800 MW, Sulawesi 1.500 MW, Nusa Tenggara 650 MW, Halmahera 100 MW, Irian Jaya 100 MW, dan daerah lainnya 950 MW. Potensi lapang-an panas bumi yang telah terbukti adalah 960 MW yang terdiri dari Kamojang 210 MW, Gunung Salak 280 MW, Darajat 120 MW, Dieng 285 MW, dan Lahendong 65 MW. Pembangkit tenaga panas bumi yang telah beroperasi dewasa ini menghasilkan tenaga listrik sebesar 142 MW, yang terdiri dari Monoblock Dieng 2 MW, PLTP Kamojang 130 MW, dan PLTP Kamojang II dan III se- besar 110 MW.

Inventarisasi potensi panas bumi dilakukan di sepanjang jalur-jalur gunung berapi di Indonesia. Selama dua tahun Re-pelita V lapangan panas bumi yang telah diselidiki potensinya antara lain adalah Cugung (di Lampung), Pinangawan (Sumatera Barat), Huu (NTB), Mutubasa (NTT), Kotamobagu (Sulawesi Utara) dan Akelamo (Maluku). Beberapa pengkajian kelayakan pengusahaan panas bumi juga tetap dilakukan. Mengingat bahwa pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia pada saat ini masih kecil maka usaha pengembangan pemanfaatan energi panas humi terus dilakukan, khususnya dalam pengusahaan panas bumi skala kecil pengembangan pemanfaatan ini mengikutsertakan perusahaan swasta.

d. Batu bara

Pengembangan pertambangan batu bara, yang diarahkan ter-utama untuk memenuhi kebutuhan energi pengganti minyak bumi di dalam negeri, khususnya untuk memenuhi kehutuhan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan industri, hingga tahun kedua Repelita V telah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Batu bara dihasilkan oleh 2 huah tambang batu bara milik negara, Ombilin dan Bukit Asam, dan sejumlah perusahaan swasta yang tersebar di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bengkulu, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Jumlah produksi batu bara pada tahun kedua Repelita V mencapai 11.211,6 ribu ton, meningkat 18,3% dibandingkan produksi tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah produksi tersebut disebabkan antara lain karena telah mulai berproduksinya beberapa tambang swasta yang beroperasi berdasarkan kontrak karya.

IX/12

Page 14:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Di samping produksi yang berkembang pesat, jumlah batu bara yang dieksporpun menunjukkan angka dan pertumbuhan yang cukup tinggi pada dua tahun Repelita V. Ekspor pada tahun 1989/90 berjumlah 2.692,3 ribu ton sedangkan pada tahun 1990/91 berjumlah 4.667,1 ribu ton.

Tabel IX-6 memperlihatkan perkembangan produksi batu bara pada tahun 1988/89 - 1990/91.

TABEL IX - 6

PRODUKSI BATU BARA, 1988/89 - 1990/91

(ribu ton)

Repelita V

ProduksiPada Unit 1988/89 1989/90 1) 1990/91 2)

Ombilin 539,0 671,2 645,7

Bukit Asam 2.101,5 3.463,3 4.474,0

Kontrak Karya 1.446,1 3.400,2 4.194,6

Kuasa Pertambangan,Koperasi Unit Desa 1.089,1 1.943,5 1.897,3dan lainnya

Jumlah 5.175,7 9.478,2 11.211,6

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

IX/13

Page 15:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

e. Timah

Merosotnya harga timah dunia, yang disebabkan oleh me-limpahnya cadangan timah dan berlangsungnya perkembangan substitusi timah yang pesat, telah mengakibatkan pemasaran timah di seluruh dunia, termasuk pemasaran timah Indonesia yang hampir seluruhnya diarahkan untuk ekspor, menjadi sangat lesu. Diberlakukannya "Supply Rationalization" oleh ATPC (Association of Tin Producing Countries) dalam beberapa tahun terakhir ini belum berhasil mengangkat harga timah untuk naik pada tingkat yang menguntungkan. Namun demikian, dalam sua- sana harga yang kurang menggembirakan, produksi timah Indone-sia pada tahun kedua Repelita V masih menunjukkan angka sebe-sar 30,1 ribu ton, yaitu sedikit lebih tinggi dibandingkan produksi pada tahun pertama,Repelita`V yang berjumlah 30,0 ribu ton.

Tabel IX-7 memperlihatkan perkembangan produksi dan pe-masaran timah pada tahun 1988/89 - 1990/91.

TABEL IX - 7

PRODUKSI DAN PEMASARAN TIMAH,1988/89 - 1990/91(ribu ton)

Repelita V

U r a i a n 1988/89 1989/901) 1990/91

Produksi

Bijih Timah 30,5 31,5 29,8Logam Timah 29,0 30,0 30,1

Pemasaran logam timah

Ekspor (ribu ton) 23,3 25,8 24,9

Penjualan 1.491,0 1.257,0 1.389,0dalam negeri (ton)

1) Angka diperbaiki

IX/14

Page 16:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

f. Nikel

PT Aneka Tambang melaksanakan penambangan dan pengolahan bijih nikel di Pomalaa (Sulawesi Tenggara) dan di pulau Gebe (Halmahera Tengah). Sebagian dari bijih nikel tersebut diolah menjadi ferro nikel. Selain dari itu bijih nikel terdapat di Soroako (Sulawesi Selatan) yang ditambang dan diolah untuk menghasilkan nikel matte (nikel kasar).

Harga bijih nikel di pasaran dunia dalam tahun pertama dan kedua Repelita V cukup menggembirakan. Keadaan ini me-rangsang produksi bijih nikel untuk berkembang, yaitu dari 2.034,3 ribu ton pada tahun 1989/90 menjadi 2.313,4 ribu ton pada tahun kedua Repelita V, atau meningkat 13,7%.

Sementara itu produksi ferronikel pada tahun kedua Re-pelita V berjumlah 5.096,5 ribu ton yang berarti sedikit di atas angka produksi tahun pertama Repelita V yang berjumlah 5.001,1 ribu ton. Produksi nikelmatte mengalami fluktuasi. Produksi pada tahun 1990/91 adalah sebesar 27,2 ribu ton, yang berarti penurunan 14,8% dibanding produksi pada tahun pertama Repelita V. Penurunan produksi disebabkan peralatan produksi pada perusahaan pengolah nikel tersebut mengalami kerusakan.

Tabel IX-8 memperlihatkan perkembangan produksi dan eks- por bijih nikel, nikel dalam ferronikel dan nikelmatte pada tahun 1988/89 - 1990/91.

g. Tembaga

Tingginya kandungan bijih tembaga, kadar emas dan perak dalam produk konsentrat tembaga yang dihasilkan Indonesia mengakibatkan tembaga Indonesia memiliki daya saing yang kuat di pasaran internasional. Keunggulan ini menjadi lebih berarti pada saat harga tembaga sedang baik, khususnya dalam periode awal Repelita V.

Sejalan dengan membaiknya harga tembaga di pasaran internasional, perkembangan produksi konsentrat tembaga dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan yang konsisten. Produksi pada tahun kedua Repelita V adalah 499,3 ribu ton, atau me- ningkat 51% dibanding produksi pada tahun sebelumnya. Seluruh produksi ini diarahkan untuk ekspor.

IX/15

Page 17:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX - 8

PRODUKSI DAN EKSPOR BIJIH NIKEL,FERONIKEL DAN NIKELMATTE,

1988/89 - 1990/91(ribu ton)

IX/16

Page 18:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

h. Emas dan Perak

Dalam periode Repelita IV minat terhadap komoditi emas sangat tinggi, ditunjukkan oleh besarnya permintaan Kontrak Karya serta berkembangnya kegiatan pertambangan tak resmi untuk mencari emas. Perkembangan yang terutama dirangsang oleh tingginya harga emas di pasaran dunia waktu itu, pada periode awal Repelita V telah mendorong produksi emas dan perak sehingga meningkat tinggi. Meningkatnya produksi kedua logam ini juga disebabkan oleh meningkatnya produksi konsen- trat tembaga yang mengandung emas dan perak.

Produksi emas pada tahun kedua Repelita V adalah 13.102,1 kg. Angka produksi ini tidak termasuk yang berasal dari kegiatan pertambangan yang tidak terdaftar. Produksi pada tahun kedua Repelita V tersebut mengalami kenaikan yang cukup besar dibandingkan produksi emas pada tahun pertama Re-pelita V yang berjumlah 6.672,3 kg.

Sementara itu produksi perak menunjukkan sedikit fluk- tuasi dibandingkan emas. Produksi perak pada tahun kedua Re-pelita V sebesar 68.200 kg adalah sedikit lebih rendah diban-dingkan angka produksi tertinggi yang dicapai pada tahun per-tama Repelita V, yaitu 72.325 kg.

Tabel IX-10 memperlihatkan perkembangan produksi dan pen-jualan logam emas dan perak selama kurun 1988/89 - 1990/91.

i. Bauksit

Setelah selama Repelita IV mengalami kelesuan, pada awal Repelita V permintaan bauksit meningkat kembali. Hal ini, di samping disebabkan oleh mulai terbukanya pemasaran ke Amerika Serikat, juga disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari industri kimia dan keramik di dalam negeri. Produksi bauksit pada tahun kedua Repelita V tercatat berjumlah 1.324.500 ton, yang berarti meningkat 33% dibandingkan produksi tahun per- tama Repelita V. Dalam pada itu persoalan belum tersambungnya mata rantai industri yang mengolah bauksit menjadi alumina dan alumina menjadi aluminium terus diupayakan langkah-langkah pe-mecahannya.

j. Pasir Besi

Produksi pasir besi yang pada periode sebelumnya menun-jukkan angka yang cukup tinggi seiring dengan pertumbuhan

IX/17

Page 19:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

IX/18

TABEL IX - 10

PRODUKSI DAN PENJUALAN EMAS DAN PERAK,1988/89 - 1990/91

(kilogram)

Repelita V

U r a i a n 1988/89 1989/90 1) 1990/91

E m a s

Produksi 5.096,3 6.672,3 13.102,1

Penjualan dalam negeri 313,8 200,0 115,3

Ekspor 2) 22.261,0 13.752,0 9.542,0 3)

P e r a k

Produksi 4) 64.562,4 73.324,9 68.202,6

Penjualan dalam negeri 3.319,4 2.829,1 12.600,0

1) Angka diperbaiki2) Tidak termasuk ekspor emas yang terkandung dalam konsentrat tembaga3) Volume ekspor Januari s/d Desember 19904) Termasuk perak dalam konsentrat tembaga

Page 20:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

permintaan akan pasir besi sebagai bahan baku/pembantu untuk pabrik semen, pada tahun pertama dan kedua Repelita V cende- rung mengalami penurunan. Produksi pada tahun kedua Repe- lita V adalah sebesar 139,6 ribu ton, sedangkan pada tahun pertama Repelita V tercatat sebesar 140.103 ton. Penurunan produksi tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya per-mintaan dari industri-industri semen sebagai akibat dilepas-kannya cadangan "pellet fines" oleh pabrik baja PT Krakatau Steel ke pabrik-pabrik semen.

Rincian perkembangan angka produksi dan ekspor bauksit serta pasir besi pada tahun 1988/89 - 1990/91 dapat dilihat pada Tabel IX-11.

TABEL IX - 11

PRODUKSI DAN EKSPOR BAUKSIT DAN PASIR BESI,1988/89 - 1990/91

(ribu ton)

Repelita V

U r a i a n 1988/89 1989/90 1) 1990/91 2)

Bauksit

514,1

703,0

164,9

-

994,8

1.044,5

140,1

-

1.324,5

1.170,2

139,6

-

Produksi

Ekspor

Pasir besi

Produksi

Ekspor 3)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Tidak ada ekspor sejak 1987/88

IX/19

Page 21:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

k. Batu Granit

Batu granit yang dihasilkan di daerah sekitar pulau Ka-rimun, Bangka, Belitung dan di daratan Kalimantan Barat, ter-diri dari dua jenis, yaitu batu granit bahan bangunan dan batu granit poles.

Produksi batu granit yang mulai meningkat kembali pada tahun pertama Repelita V mengalami sedikit penuninan pada tahun kedua Repelita V. Hal ini disebabkan oleh sulitnya per-saingan untuk menembus pasaran ekspor, sedangkan permintaan di dalam negeri sebagai bahan konstruksi belum meningkat cukup tinggi. Angka sementara untuk produksi pada tahun kedua Repelita V adalah 1.222,3 ribu ton, sedangkan produksi pada tahun pertama Repelita V mencapai 1.336,2 ribu ton.

Tabel IX-12 memperlihatkan angka produksi dan penjualan batu granit pada tahun 1988/89 - 1990/91.

TABEL IX - 12

PRODUKSI DAN PENJUALAN DALAM NEGERI BATU GRANIT,1988/89 - 1990/91

(ribu ton)

Repelita V

U r a i a n 1988/89 1989/90 1990/91

Produksi 1.259,3 1.700,6 2.570,3

PenjualanDalam Negeri

472,0 218,8 734,1

Ekspor 776,0 1.336,2 1.681,0

1. Bahan-bahan Tambang Lainnya

Bahan-bahan tambang yang termasuk ke dalam golongan ini dikenal sebagai mineral industri serta bahan galian bukan

IX/20

Page 22:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

strategis dan bukan vital yang digolongkan dalam kelompok bahan galian golongan C. Pengelolaan bahan galian tersebut pada umumnya dilakukan oleh Perusahaan Daerah, Badan Usaha Milik Negara, perusahaan swasta nasional, koperasi, dan unit-unit usaha rakyat dalam ukuran kecil.

Produksi mineral industri terutama digunakan dalam industri kecil, pabrik kertas, pabrik kimia dan konstruksi bangunan. Pengembangan pertambangan mineral industri dan bahan galian golongan C pada umumnya mempunyai peranan yang cukup besar dalam menunjang pembangunan di daerah dan dalam menyediakan lapangan kerja.

Produksi beberapa mineral industri, termasuk bahan ga- lian golongan C, sangat berfluktuasi dengan kecenderungan yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kegiatan sektor industri dalam negeri yang membutuhkan bahan baku mi-neral dan bahan penolong dari hasil tambang tersebut. Demi- kian pula ekspor beberapa jenis mineral industri menunjukkan peningkatan. Namun demikian, usaha-usaha yang ditujukan untuk meningkatkan produksi berbagai jenis mineral industri di dalam negeri perlu terus diupayakan untuk menggantikan mine- ral industri yang selama ini masih diimpor.

Tabel IX-13 memperlihatkan perkembangan hasil-hasil per-tambangan produksi bahan tambang usaha swasta nasional, per-usahaan daerah dan lain-lainnya pada tahun 1988/89 - 1990/91.

m. Kegiatan Penunjang

Setelah seluruh peta geologi berskala 1:100.000 untuk pulau Jawa - Madura dapat diselesaikan pada tahun pertama Re-pelita V, pada tahun kedua Repelita V dapat diselesaikan 148 peta geologi berskala 1:250.000 dari sasaran sebanyak 181 peta untuk luar Jawa - Madura. Tujuh lembar peta geologi ber-skala 1:1.000.000 juga sudah berhasil diselesaikan. Selanjut- nya peta gaya berat yang telah diselesaikan hingga tahun ke- dua Repelita V terdiri dari 51 peta berskala 1:100.000 dari 58 peta yang direncanakan untuk pulau Jawa - Madura dan 60 peta berskala 1:250.000 dari 181 peta yang direncanakan untuk luar pulau Jawa - Madura. Pelbagai penelitian geologi yang lebih mendalam dilaksanakan untuk menyediakan data dasar geo-logi.

Sementara itu telah diperoleh temuan-temuan penting dari penyelidikan sumber daya mineral, di antaranya adalah logam

IX/21

Page 23:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan
Page 24:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX - 13

PRODUKSI BAHAN TAMBANG USAHA SWASTA NASIONALPERUSAHAAN DAERAH DAN LAINNYA,

1988/89 - 1990/91

Repelita V

JenisBahan Tambang Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1)

1. Mangan Ton 12.435 9.873 14.534

2. Aspal

3. Yodium

ton kg

-

9.753 16.330 30.674

4. Belerang Ton 4.321 3.939 4.012

5. Fosfat Ton 441 10.549 3.518

6. Asbe

7. Kaolin

ton

ton

-

147.109

-

157.122

-

182.900

8. Pasir Kwarsa ton 422.488 310.996 374.259

9. Marmer m2 slabs 1.343.620 1.438.287 1.540.754

10. Gamping (bahan semen) ton 13.429.920 16.681.020 19.154.689

11. Lempung (bahan semen) ton 2.222.420 2.387.224 2.476.998

12. Feldspar ton 11.388 13.025 23.655

13. Kalsit

14. Yorosit

15. Bentonit

ton

ton

ton

-

-

5.266

-

-

9.300

-

-

32.590

Page 25:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

16. Gips ton 1.591 345 58

1) Angka sementara

IX/22

Page 26:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

dasar (tembaga, seng) di Pagargunung, Patahayang, Muara Ra- was, dan Hatapang (Sumatera Utara), di Pegunungan Tiga Puluh (Riau), serta di Paleleh dan Marisa (Sulawesi Utara). Logam mulia ditemukan di daerah Lebong Tambang dan Tambang Sawah (Bengkulu), Batang Asai (Jambi), Sungai Tiku dan Sungai Rawas (Sumatera Selatan), dan Jampang Kulon (Jawa Barat), sedangkan logam besi ditemukan di Lampung, pantai selatan Jawa Barat, dan Pegunungan Bobaris (Kalimantan Selatan).

Penyelidikan mineral industri pada tahun kedua Repe- lita V lebih banyak dilakukan di Jawa, tetapi untuk beberapa komoditi juga dilakukan penyelidikan di Sumatera, Timor Timur, Lombok, dan Sulawesi. Penyelidikan batu bara dan gam- but dilakukan di beberapa cekungan di Sumatera (Muara Tiga, Musi Rawas) dan di Kalimantan (Merakai, Bunut, dan Bukit Alat). Penyelidikan sumber daya mineral hingga tahun kedua Repelita V telah menyelesaikan 26% peta sumber daya mineral Indonesia skala 1:2.500.000, menghasilkan peta sumber daya mineral skala 1:250.000 sebanyak 47 lembar dari sasaran seba-nyak 181 lembar dan peta geokimia skala 1:250.000 sebanyak 34 lembar dari sasaran sebanyak 181 lembar. Pemetaan batu bara dan gambut skala 1:250.000 telah menghasilkan 20 lembar peta dari sasaran sebanyak 50 lembar.

Penyelidikan geologi tata lingkungan dilakukan untuk mengetahui kemampuan dukung wilayah. Kegiatan ini mencakup penyelidikan hidrogeologi, penyelidikan geologi teknik, dan penyelidikan daerah rawan geologi di pelbagai tempat. Pemeta- an hidrogeologi sampai dengan tahun kedua Repelita V telah menghasilkan sejumlah 67 peta berskala 1:250.000 dari 181 lembar yang direncanakan. Sementara itu penyelidikan geologi tata kota dan daerah di wilayah yang cepat tumbuh dilakukan di Bopunjur (Bogor - Puncak - Cianjur), Semarang, Surabaya, dan Bandung Raya.

Pelaksanaan pembangunan 17 buah pos pengamatan gunung berapi pada periode Repelita IV memungkinkan dilaksanakannya peningkatan pengamatan gunung berapi dari pos-pos tersebut ditambah dengan pos-pos pengamatan yang lain, sehingga gunung berapi yang dipantau secara terus menerus pada tahun kedua Repelita V berjumlah 53 buah. Selain itu juga telah disele-saikan peta geologi gunung berapi sebanyak 27 buah, peta daerah bahaya untuk 103 gunung berapi, peta topografi puncak gunung berapi sebanyak 84 buah, serta kegiatan pemeriksaan kimia dan geofisika pada sejumlah gunung berapi.

IX/23

Page 27:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Inventarisasi potensi panas bumi yang merupakan gejala kegunungapian telah dilakukan di sepanjang jalur gunung ber- api yang merentang dari wilayah Aceh sampai Sulawesi Utara. Lapangan panas bumi yang telah diselidiki potensinya antara lain adalah Cugung (di Lampung), Pinangawan (Sumatera Barat), Huu (NTB), Mutubasa (NTT), Kotamobagu (Sulawesi Utara) dan Akelamo (Maluku). Seluruh potensi panas bumi yang diketahui sampai tahun kedua Repelita V diperkirakan sebesar 16.000 MW.

Penyelidikan geologi bawah laut dan potensi sumber daya mineral yang dikandungnya telah dilakukan pula di daerah per-airan dalam maupun di zona ekonomi ekslusif. Pelbagai sumber daya mineral telah berhasil ditemukan di perairan lepas pan- tai, misalnya timah di pulau-pulau sebelah timur laut Sumatera dan emas di sebelah selatan Kalimantan. Ekspedisi Snellius II berhasil mengungkapkan potensi yang terkandung di dalam laut di Indonesia Bagian Timur, khususnya di Busur Banda. Sampai dengan tahun kedua Repelita V sepanjang lebih kurang 18.000 kilometer lintasan telah disurvai. Di samping itu juga dila-kukan beberapa penelitian pantai dan lepas pantai.

Tabel IX-14 memperlihatkan perkembangan hasil kegiatan pemetaan geologi dan sumber daya mineral sampai tahun kedua Repelita V.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi kegiatan di bidang pertambangan dilaksanakan pula kegiatan-kegiatan pengembangan sumber daya manusia. Dalam rangka me-ningkatkan kemampuan teknik para pengusaha pertambangan rakyat, telah diberikan bimbingan eksplorasi kepada para pengusaha pertambangan swasta nasional. Upaya untuk lebih memperbesar peran rakyat dalam kegiatan pertambangan makin ditingkatkan melalui pengembangan Pertambangan Skala Kecil (PSK).

Dalam rangka melaksanakan pertambangan yang berwawasan lingkungan, telah diselesaikan perangkat aturan dan kebijak-sanaan yang melembaga dalam mekanisme pemberian izin usaha pertambangan. Penyempurnaan mekanisme pemberian izin serta prosedur hukum lainnya hingga tahun kedua Repelita V juga telah berhasil meningkatkan investasi di bidang pertambangan, yang dilakukan baik oleh perusahaan swasta nasional maupun asing.

Dalam rangka mendukung perkembangan industri minyak dan gas bumi di Indonesia penelitian di bidang minyak dan gas bumi, yang antara lain meliputi kajian cekungan hidrokarbon,

IX/24

Page 28:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan
Page 29:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

studi simulasi reservoir lapangan minyak, penelitian mikro-biologi, penelitian mengenai metode pengurasan, serta peng-inderaan jauh, tetap dilakukan.

TABEL IX - 14

HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,1988/89 - 1990/91

IX/25

Page 30:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Sambungan Tabel IX – 14

IX/26

Page 31:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Dalam pada itu usaha-usaha untuk mempercepat proses Indonesianisasi di lingkungan usaha pertambangan minyak dan gas bumi juga terus dilakukan. Usaha-usaha itu dilaksanakan dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan kerja tenaga teknik di berbagai bidang, khususnya dalam usaha pertambangan minyak, gas dan panas bumi. Usaha-usaha penye- diaan tenaga ahli di bidang minyak, gas dan panas bumi dila-kukan melalui pendidikan dan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri.

B. E N E R G I

1. Pendahuluan

Kegiatan pembangunan energi dalam tahun 1990/91, seba-gaimana tahun lalu, diselaraskan dengan arahan dari Garis- garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam GBHN dinyatakan bahwa pengembangan dan pemanfaatan energi didasarkan pada kebijak-sanaan energi yang menyeluruh dan terpadu. Kebijaksanaan energi memperhitungkan peningkatan kebutuhan, baik untuk ekspor maupun untuk pemakaian di dalam negeri, dan kemampuan penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Atas dasar kebijaksanaan tersebut, dilaksanakan usaha penganekara-gaman (diversifikasi) dan penghematan (konservasi) dalam penggunaan energi. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan-ke-giatan survai dan eksplorasi sumber energi.

Pengembangan tenaga listrik ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik di kota maupun di pedesaan, serta untuk mendorong kegiatan ekonomi khususnya industri. Kegiatan pengembangan tenaga listrik dilaksanakan dengan me-ningkatkan sarana penyediaan tenaga listrik, yaitu pembangkit tenaga listrik, sistem transmisi, serta sistem distribusinya. Dalam pengembangan tenaga listrik senantiasa diusahakan agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selalu serasi dengan ke-bijaksanaan umum di bidang energi.

2. Pengembangan Energi

Indonesia banyak mempunyai potensi sumber energi dengan jumlah yang cukup besar. Sebagian potensi tersebut telah di-ketahui jumlah cadangannya dan siap untuk dieksploitasi, namun sebagian lagi masih memerlukan penelitian dan eksplo- rasi lebih lanjut. Upaya mencari cadangan-cadangan sumber

IX/27

Page 32:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

energi baru dan eksplorasi terus dilakukan baik untuk kepen-tingan jangka pendek maupun untuk kepentingan jangka panjang.

Penggunaan energi dari tahun ke tahun cenderung mening- kat sejalan dengan lajunya pembangunan nasional. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel IX-15, konsumsi energi yang pada tahun 1988/89, atau tahun terakhir Repelita IV, adalah sebe- sar 292.940 ribu Setara Barel Minyak (SBM) meningkat menjadi 317.180 ribu SBM pada tahun 1989/90, atau naik sebesar 8,3%. Kemudian meningkat lagi menjadi 344.370 ribu SBM pada tahun 1990/91 atau naik sebesar 5,40.

Sebagaimana tahun yang lalu, pengembangan energi pada tahun 1990/91 dilakukan melalui survai dan penelitian untuk mencari cadangan sumber energi, seperti minyak bumi, gas bumi, batu bara, maupun sumber energi yang terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, tenaga surya, tenaga angin, biogas, dan biomasa.

Di samping itu kegiatan pengembangan energi juga diarah- kan pada pengurangan penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi di dalam negeri. Hal ini mengingat adanya keterbatasan dalam cadangan minyak bumi dan pentingnya peranan minyak bumi sebagai sumber utama devisa. Tanpa adanya usaha-usaha pengu-rangan penggunaannya di dalam negeri dikhawatirkan cadangan minyak bumi akan cepat habis dan Indonesia akan menjadi nega- ra pengimpor minyak secara neto dalam waktu yang tidak lama.

Sampai tahun kedua Repelita V penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi di dalam negeri dari tahun ke tahun cenderung meningkat jumlahnya. Penggunaan minyak bumi dalam tahun 1988/89 adalah sebesar 188.280 ribu SBM, pada tahun 1989/90 naik menjadi 200.760 ribu SBM, atau naik 6,6%, dan pada tahun 1990/91 naik lagi menjadi 226.850 ribu SBM, atau meningkat sekitar 13%.

Apabila dilihat dari penggunaan energi secara keseluruh- an, pangsa minyak bumi masih cukup tinggi, yaitu 64,3% pada tahun 1988/89, turun menjadi 63,3% pada tahun 1989/90, dan meningkat kembali menjadi 65,9% pada tahun 1990/91. Pening- katan pangsa minyak ini disebabkan antara lain karena mening-katnya operasi pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar minyak, sebagai akibat adanya pelonjakan dalam permintaan tenaga listrik.

IX/28

Page 33:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TAKE[. II • 1S

KO2iSUMSI Si1MBER ENBRGI,1988/89 - 1990/91

Sumber Energi1988/89

Repelita V

1989/901) 1990/91 2)

(ribu SBM)

(%) (ribu SBM)

(%)

(ribu SBM)

(%)

Batu bara 20.470 7,0 25.480 8,0 26.760 7,8

Tenaga Ai 20.230 6,9 23.970 7,6 20.200 5,9

Panas Bumi 2.070 0,7 2.020 0,6 2.220 0,6

Gas Bumi 61.890 21,1 64.950 20,5 68.340 19,8

Minyak Bumi 188.280 64,3 200.760 63,3 226.850 65,9

J u m 1 a h 292.940 100,0 317.180 100,0 344.370 100,0

Keterangan:

SBM = Setara Barel Minyak1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

IX/29

Page 34:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

GRAFIK IX – 1KONSUMSI SUMBER ENERGI

1988/89 – 1990/91

Usaha yang telah dilaksanakan untuk menekan pangsa mi- nyak bumi dalam penggunaan energi adalah dengan melakukan diversifikasi atau penganekaragaman penggunaan energi.

Penggunaan batu bara sebagai sumber energi telah mening-kat dari 20.470 ribu SBM pada tahun 1988/89 menjadi 25.480 ribu SBM pada 1989/90, atau naik sebesar 24,5%. Dan pada tahun 1990/91 naik lagi menjadi 26.760 ribu SBM atau mening- kat 5% dibanding tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya peng-gunaan batu bara tersebut, maka pangsa batu bara dalam peng-gunaan energi secara keseluruhan agak meningkat dari 7% pada tahun 1988/89 menjadi 8% pada 1989/90, namun dalam tahun 1990/91 menurun sedikit menjadi 7,8% karena meningkatnya pangsa sumber energi lain.

Peningkatan penggunaan batu bara disebabkan oleh makin meningkatnya penggunaan bahan bakar batu bara untuk pengope-rasian pembangkit tenaga listrik, seperti PLTU Suralaya unit 1, 2, 3, dan 4, dan PLTU Bukit Asam unit 1 dan 2. Penggunaan batu bara sebagai sumber energi di dalam negeri di masa-masa mendatang akan semakin meningkat dengan akan dibangunnya sejumlah pembangkit tenaga listrik dengan bahan bakar batu bara, seperti PLTU Paiton, perluasan PLTU Bukit Asam, PLTU Ombilin, serta perluasan PLTU Suralaya.

IX/30

Page 35:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Penggunaan tenaga air sebagai sumber energi untuk pem- bangkit tenaga listrik dalam tahun 1988/89 adalah sebesar 20.230 ribu SBM. Pada tahun 1989/90 telah meningkat menjadi 23.970 ribu SBM atau naik 18,5% dibanding tahun 1988/89. Pada tahun 1990/91 penggunaan tenaga air mengalami penurunan men- jadi 20.200 ribu SBM atau menurun sekitar 15,7% dibanding tahun sebelumnya. Penurunan penggunaan tenaga air tersebut disebabkan adanya pemeliharaan dan perbaikan beberapa pem-bangkit listrik tenaga air.

Apabila dilihat dari penggunaan energi secara keseluruh- an, pangsa tenaga air telah meningkat dari 6,9% pada tahun 1988/89, menjadi 7,6% pada tahun 1989/90, namun dalam tahun 1990/91 menurun menjadi 5,9% karena berkurangnya pengoperasi- an pusat listrik tenaga air. Pembangkit tenaga listrik yang telah beroperasi dengan tenaga air sebagai sumber energinya antara lain adalah PLTA Maninjau di Sumatera Barat, PLTA Riam Kanan di Kalimantan Selatan, PLTA Tanggari di Sulawesi Utara, PLTA Karang Kates dan PLTA Sengguruh di Jawa Timur, PLTA Ga-rung, PLTA Mrica, dan PLTA Wonogiri di Jawa Tengah, PLTA Ja-tiluhur, PLTA Saguling, dan PLTA Cirata di Jawa Barat.

Potensi panas bumi menurut penelitian yang telah dilaku- kan cukup besar, yaitu sekitar 16.000 MW, tetapi penggunaan- nya sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik sampai dengan tahun kedua Repelita V masih terbatas, yaitu baru untuk PLTP Kamojang unit 1, 2 dan 3 di Jawa Barat yang ber-kapasitas 140 MW. Pangsanya pada tahun 1990/91 dalam penggu-naan energi secara keseluruhan juga baru 0,6%. Konsumsi panas bumi pada tahun 1990/91 tercatat sebesar 2.220 ribu SBM sete-lah meningkat sekitar 9,9% dibanding tahun sebelumnya. Dalam tahun-tahun mendatang pangsa panas bumi dalam penggunaan energi secara keseluruhan akan meningkat dengan sedang di-bangunnya PLTP Utinung Salak dan akan dibangunnya PLTP Dara- jat, keduanya di Jawa Barat. Di samping itu dewasa ini sedang dilakukan studi rekayasa pembangunan PLTP Lahendong di Sula- wesi Utara dan PLTP Dieng di Jawa Tengah.

Konsumsi gas bumi sebagai sumber energi juga telah meng-alami peningkatan. Gas bumi telah digunakan sebagai sumber energi yang semakin penting untuk industri, rumah tangga, transportasi (bahan bakar gas), dan tenaga listrik. Dalam tahun 1988/89 penggunaan gas bumi berjumlah 61.890 ribu SBM. Pada tahun 1989/90 penggunaannya meningkat menjadi 64.950 ribu SBM, atau naik 4,9% dibanding tahun 1988/89, dan pada tahun 1990/91 meningkat lagi sebesar 5,2% menjadi 68.340 ribu SBM.

IX/31

Page 36:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Apabila dilihat dari penggunaan energi secara keseluruh-an, karena meningkatnya pangsa sumber energi lainnya, pangsa gas bumi selama dua tahun pertama Repelita V mengalami penu-runan. Pada tahun 1988/89 pangsa gas bumi adalah 21,1%; dalam tahun 1989/90 turun menjadi 20,5%, dan dalam tahun 1990/91 turun lagi menjadi 19,8%.

Selain penggunaan sumber-sumber energi tersebut di atas, dalam tahun 1990/91 telah dilakukan pula usaha pemanfaatan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga biogas, dan tenaga biomasa. Upaya tersebut masih beru- pa percontohan, terutama di daerah pedesaan, dengan tujuan agar masyarakat mengenal baik teknologi maupun cara-cara penggunaannya.

Beberapa percontohan pemanfaatan energi terbarukan telah diadakan di daerah Mojokerto, Bondowoso, dan Pasuruan. Per-contohan tersebut dilaksanakan dalam bentuk pemanfaatan te- naga surya dengan menggunakan sel surya untuk keperluan rumah tangga. Percontohan pemanfaatan tenaga angin untuk mengalir- kan air ke tambak udang dan garam juga telah dibangun di be-herapa lokasi di pantai Jawa Barat.

Selanjutnya dalam tahun 1990/91 juga dilanjutkan usaha konservasi energi, dengan tujuan agar pemakaian energi dapat dilakukan secara efisien. Dalam rangka usaha konservasi ener-gi ini telah dilakukan kampanye dan penyuluhan tentang cara-cara melakukan penghematan energi kepada para pemimpin indus-tri, pengelola gedung-gedung perkantoran terutama gedung-ge-dung milik Pemerintah, dan rumah tangga.

3. Tenaga Listrik

Seperti halnya dalam tahun-tahun sebelumnya, usaha pe-ngembangan tenaga listrik dalam dua tahun pertama Repe- lita V dilaksanakan dengan terus meningkatkan prasarana dan sarana penyediaan tenaga listrik, yang meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu induk, jaringan transmisi, dan jaringan distribusi. Usaha pengembangan ini selain disesuaikan dengan perkembangan permintaan juga selalu dilakukan dengan berpe-doman kepada kebijaksanaan umum bidang energi; dan sejauh mungkin diupayakan untuk menggunakan bahan bakar bukan minyak dan dalam pembangunannya memperhatikan aspek lingkungan hidup.

IX/32

Page 37:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Dalam tahun 1989/90 dan 1990/91 telah terjadi peningkat- an permintaan yang tinggi akan tenaga listrik, terutama dari sektor industri. Tingginya peningkatan permintaan ini di be-berapa daerah tertentu telah melampaui kemampuan penyediaan tenaga listrik oleh Perum Listrik Negara. Dengan demikian upaya-upaya penanggulangan perlu segera dilakukan.

Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk menanggulangi pe-ningkatan permintaan tersebut antara lain ialah mempercepat pelaksanaan pembangunan pembangkit tenaga listrik beserta jaringannya yang sudah dalam tahap pelaksanaan, dan mengusa-hakan pembangunan tambahan pembangkit tenaga listrik yang relatif cepat pelaksanaannya. Selain itu, kepada industri yang mampu menyediakan sendiri kebutuhan tenaga listriknya telah dianjurkan untuk membangun pembangkit sendiri dengan memperoleh beberapa keringanan dalam pengadaan mesinnya. Se-lanjutnya kepada pihak swasta yang berminat melakukan inves- tasi di bidang tenaga listrik untuk kepentingan umu telah dianjurkan pula untuk melakukannya. Adapun partisipasi swasta ini dimungkinkan oleh Undang-undang No. 15 Tahun 198S tentang Ketenagalistrikan.

Rincian hasil-hasil pelaksanaan pembangunan tenaga lis- trik sampai tahun 1988/89 dan dua tahun pertama Repelita V dapat dilihat pada Tabel IX-16. Sampai dengan tahun 1988/89, kapasitas seluruh pembangkit tenaga listrik yang selesai di-bangun mencapai 8.529.220 kW. Selanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan tegangan menengah sepanjang 63.455,2 kms, jaringan tegangan rendah 104.143,9 kms, dan gardu dis-tribusi dengan kapasitas sebesar 10.719,6 MVA. Pelaksanaan pembangunan kelistrikan di pedesaan juga telah berhasil me-ningkatkan jumlah desa yang dapat memperoleh listrik menjadi 18.794 buah dengan pelanggan sebanyak 4.708.626 konsumen.

Dalam tahun 1989/90 pelaksanaan pengembangan tenaga lis-trik telah dapat menghasilkan daya terpasang pembangkit tena- ga listrik sebesar 574.800 kW, jaringan transmisi sepanjang 580,6 kms dan pembangunan 20 buah gardu induk baru dengan kapasitas 833,0 MVA. Sementara itu, perluasan jaringan te- gangan menengah dan jaringan tegangan rendah telah menghasil- kan masing-masing sepanjang 8.500,3 kms dan 9.766,9 kms, dan pembangunan gardu distribusi baru dengan kapasitas 594,3 MVA. Pada tahun itu jumlah desa yang mendapat aliran listrik ber-tambah sebanyak 1.765 desa dengajV 732.044 pelanggan baru.

Page 38:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

IX/33

Page 39:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX - 16HASIL PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK,

1988/89 – 1990/91

IX/34

Page 40:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Kegiatan pembangunan tenaga listrik dalam tahun 1990/91 telah menyelesaikan sejumlah pembangkit tenaga listrik baru dengan kapasitas sebesar 177.200 kW, yang terdiri atas PLTA Bakaru (2 x 63 MW) dan sejumlah PLTD yang tersebar di bebe- rapa daerah, baik untuk perkotaan maupun pedesaan, dengan jumlah kapasitas 51.200 kW. Sementara itu sistem transmisi yang berhasil diselesaikan meliputi jaringan transmisi sepan-jang 915 kms dan sejumlah gardu induk dengan kapasitas selu-ruhnya sebesar 1.417 MVA.

Perluasan jaringan distribusi yang dapat diselesaikan dalam tahun 1990/91, baik untuk daerah perkotaan maupun pe-desaan, adalah jaringan tegangan menengah sepanjang 8.299,7 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 8.636,5 kms, dan sejumlah gardu distribusi dengan total kapasitas sebesar 494,4 MVA. Pelaksanaan program listrik masuk desa pada tahun itu telah dapat menambah aliran listrik lagi bagi 2.324 desa dengan tambahan pelanggan sebanyak 773.523 konsumen.

Apabila ditinjau secara regional, hasil pembangunan te- naga listrik dalam tahun 1990/91 adalah seperti di bawah ini.

Dalam pembangunan tenaga listrik di Daerah Istimewa Aceh, telah dilaksanakan perluasan jaringan distribusi, baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan, yang terdiri atas jaringan tegangan menengah sepanjang 143,2 kms, jaringan te-gangan rendah sepanjang 166,2 kms, dan gardu distribusi de- ngan kapasitas 3,8 MVA. Desa yang dapat dilistriki dalam rangka program listrik pedesaan bertambah sebanyak 207 desa dengan 13.633 konsumen baru. Selanjutnya untuk menanggulangi permintaan listrik yang terus meningkat, telah dipersiapkan studi lanjutan pembangunan tenaga listrik dengan memanfaatkan potensi sumber energi yang ada, antara lain PLTA Peusangan.

Pembangunan tenaga listrik di Sumatera Utara berupa pe- nyelesaian jaringan transmisi sepanjang 338 kms. Selain itu juga telah dilakukan perluasan jaringan distribusi di daerah perkotaan dan pedesaan, yang seluruhnya meliputi jaringan tegangan menengah sepanjang 1.023,2 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 997,1 kms, dan pembangunan sejumlah gardu distribusi dengan kapasitas seluruhnya sebesar 34 MVA. Dalam rangka program pembangunan kelistrikan di pedesaan, telah dapat dilistriki lagi sebanyak 575 desa dengan 44.833 kon-sumen. Selanjutnya guna meningkatkan penyediaan tenaga lis-trik, dilakukan pula persiapan perluasan PLTG Belawan yang ada menjadi Pusat Listrik Tenaga Gas-Uap (PLTGU) sehingga ka-pasitasnya akan menjadi sekitar 360 MW.

IX/35

Page 41:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Pembangunan kelistrikan di Sumatera Barat dan Riau telah dapat menyelesaikan pembangunan sejumlah PLTD untuk perkotaan dan pedesaan dengan kapasitas 7,2 MW, jaringan tegangan mene-ngah dan jaringan tegangan rendah masing-masing sepanjang 301,6 kms dan 379,9 kms, serta sejumlah gardu distribusi de-ngan kapasitas 15,5 MVA. Adapun jumlah desa yang dapat dilis-triki bertambah lagi sebanyak 32 buah dengan pelanggan seba- nyak 19.940 konsumen. Sementara itu juga sedang dilaksanakan pekerjaan prasarana dalam rangka pembangunan PLTU Ombilin (2 x 65 MW), PLTA Singkarak (175 MW), dan PLTA Kotapanjang (114 MW).

Kegiatan pembangunan tenaga listrik di daerah Sumatera Selatan, Jambi, Lampung dan Bengkulu mencakup pembangunan sejumlah PLTD di beberapa lokasi dengan kapasitas sebesar 4,4 MW. Selain itu juga dilakukan penyelesaian pembangunan jaringan transmisi dengan tegangan 150 kV sepanjang 155 kms, serta perluasan jaringan distribusi, yaitu jaringan tegangan menengah sepanjang 445,8 kms, jaringan tegangan rendah sepan-jang 442,8 kms, dan sejumlah gardu distribusi dengan kapasi-tas sebesar 20 MVA untuk berbagai kota dan daerah pedesaan.

Jumlah desa yang memperoleh aliran listrik meningkat dengan 113 desa dan pelanggannya bertambah sebanyak 25.782 konsumen. Guna meningkatkan penyediaan tenaga listrik, sedang dilakukan penyelesaian pembangunan PLTA Tes (16 MW), pemba-ngunan PLTD, dengan kapasitas 1 x 10 MW, dan pekerjaan per-siapan PLTU_ Bukit Asam unit 3 (1 x 65 MW). Sementara itu sedang dilakukan pula penyelesaian pembangunan jaringan transmisi dengan tegangan 150 kV yang akan menghubungkan sis-tem Sumatera Selatan dengan Lampung, sehingga kedua daerah tersebut dapat saling memasok tenaga listrik.

Pembangunan tenaga listrik di daerah Kalimantan Barat berupa penyelesaian sejumlah PLTD dengan, jumlah kapasitas sebesar 10,6 MW, jaringan tegangan menengah sepanjang 238,3 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 145,1 kms, dan sejum-lah gardu distribusi dengan jumlah kapasitas sebesar 5,8 MVA. Pelaksanaan program kelistrikan pedesaan telah dapat menambah lagi jumlah desa yang mendapat listrik sebanyak 35 buah de-ngan tambahan pelanggan 10.494 konsumen.

Di daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur, kegiatan pembangunan tenaga listrik telah dapat menyelesaikan pembangunan beberapa unit PLTD dengan ka-pasitas seluruhnya sebesar 12,6 MW. Selain itu juga telah di-

IX/36

Page 42:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

lakukan pembangunan jaringan tegangan menengah dan jaringan tegangan rendah masing-masing sepanjang 511,4 kms dan 581,7 kms, berikut sejumlah gardu distribusi dengan kapasitas 19,7 MVA untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Jumlah desa yang dapat dilistriki telah dapat ditambah dengan 77 desa dan pe-langgan sebanyak 28.803 konsumen. Sementara itu sedang di-lakukan juga pelaksanaan pekerjaan persiapan pembangunan PLTD Banjarmasin (2 x 12 MW) dan PLTGU (60 MW) di Samarinda. Ke-giatan lain yang dilaksanakan adalah melanjutkan studi kela-yakan untuk kemungkinan pembangunan PLTU batu bara di Kali-mantan Selatan.

Untuk daerah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah telah diselesaikan pembangunan beberapa unit PLTD dengan kapasitas 2,5 MW, beberapa buah gardu induk dengan kapasitas 34 MVA, perluasan jaringan tegangan menengah sepanjang 549,9 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 450,8 kms, dan sejumlah gardu distribusi dengan kapasitas 28 MVA. Sementara itu jum- lah desa yang memperoleh aliran listrik telah dapat diting-katkan dengan 87 desa dengan pelanggan baru sebanyak 19.734 konsumen.

Kegiatan pembangunan tenaga listrik di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara telah dapat melakukan percepatan penye-lesaian PLTA Bakaru (2 x 63 MW), berikut jaringan transmisi dengan tegangan 150 kV sepanjang 350 kms dan beberapa buah gardu induk dengan kapasitas seluruhnya sebesar 162 MVA. Se- lain itu juga dilakukan pembangunan PLTD (100 kW) untuk daerah pedesaan dan perluasan jaringan tegangan menengah se-panjang 139,4 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 273,9 kms, dan sejumlah gardu distribusi dengan kapasitas 4,3 MVA. Adapun jumlah desa yang dapat dilistriki dapat ditingkatkan dengan 5 desa dengan 1.478 konsumen.

Pengembangan tenaga listrik di Maluku berupa pembangunan PLTD untuk daerah pedesaan dengan kapasitas 40 kW, perluasan jaringan distribusi yang terdiri dari jaringan tegangan mene-ngah sepanjang 204 kms dan jaringan tegangan rendah sepanjang 93 kms, dan sejumlah gardu distribusi dengan kapasitas 7 MVA. Sementara itu, desa yang dapat memperoleh aliran listrik ber-tambah sebanyak 32 desa dengan tambahan pelanggan 11.159 kon-sumen.

Di daerah Irian Jaya, pembangunan tenaga listrik meli- puti pembangunan PLTD pedesaan (120 kW), penyelesaian jaring-

IX/37

Page 43:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

an distribusi yang berupa jaringan tegangan menengah dan jaringan tegangan rendah masing-masing sepanjang 54,1 kms dan 41,8 kms, serta beberapa buah gardu distribusi dengan kapa- sitas 3,6 MVA. Tambahan jumlah desa yang dapat dilistriki adalah sebanyak 14 desa dengan 3.640 konsumen.

Pelaksanaan pembangunan tenaga listrik di daerah Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Timor Timur meliputi penyelesaian pembangunan beberapa PLTD dengan kapasitas 13,1 MW termasuk untuk pedesaan, yaitu di Bali 12,5 MW, NTB 220 kW, NTT 60 kW, dan Timor Timur 320 kW. Perluasan jaringan tegangan menengah sepanjang 412,4 kms, yaitu di Bali 187,3 kms, NTB 84,4 kms, NTT 87 kms, dan Timor Timur 53,7 kms. Pembangunan jaringan tegangan rendah sepan- jang 613,2 kms, yaitu di Bali 347,6 kms, NTB 61 kms, NTT 110,1 kms, dan Timor Timur 94,6 kms. Selain itu juga, dibangun sejumlah gardu distribusi yang berkapasitas total sebesar 19,5 MVA, yaitu di Bali 9,7 MVA, NTB 2,3 MVA, NTT 5 MVA, dan Timor Timur 2,6 MVA. Jumlah desa yang dapat dilistriki dapat ditambah, yaitu di Bali 23 desa dengan 13.694 konsumen, NTB 31 desa dengan 17.388 konsumen, NTT 7 desa dengan 2.695 kon-sumen, dan Timor Timur 2 desa dengan 218 konsumen.

Hasil pembangunan tenaga listrik untuk daerah Jawa Timur berupa jaringan transmisi 150 kV sepanjang 30,5 kms dan bebe-rapa buah gardu induk dengan kapasitas 87 MVA. Selain itu juga diselesaikan tambahan jaringan distribusi, yang meliputi jaringan tegangan menengah sepanjang 583,1 kms, jaringan te-gangan rendah sepanjang 984,6 kms, berikut sejumlah gardu distribusi dengan kapasitas 51,6 MVA. Untuk listrik masuk desa, jumlah desa yang dapat dilistriki meningkat dengan 313 desa dengan tambahan pelanggan 152.928 konsumen. Dalam rangka meningkatkan penyediaan tenaga listrik untuk sistem Jawa - Bali, dilanjutkan pula pelaksanaan pembangunan PLTU batu bara Paiton unit 1 dan 2 (2 x 400 MW), PLTGU Gresik (1.500 MW), dan PLTA Tulungagung (30 MW).

Pelaksanaan pengembangan tenaga listrik di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi penyelesaian pembangunan jaringan transmisi sepanjang 39 kms beserta sejumah gardu induk dengan kapasitas seluruhnya sebesar 194 MVA. Pelaksanaan pengembangan tenaga listrik tersebut juga telah dapat menambah jaringan distribusi yang terdiri atas jaringan tegangan menengah sepanjang 1.997,2 kms, jaringan tegangan rendah sepanjang 2.310 kms, dan sejumlah gardu distribusi dengan total kapasitas sebesar 172,8 MVA. Dalam

IX/38

Page 44:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

pada itu, jumlah desa yang memperoleh aliran listrik telah bertambah dengan 552 desa dan jumlah pelanggan meningkat dengan 229.697 konsumen.

Di daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta Raya, pembangunan tenaga listrik menghasilkan tambahan jaringan transmisi de- ngan tegangan 150 kV sepanjang 2,5 kms dan beberapa buah gardu induk dengan kapasitas seluruhnya sebesar 940 MVA. Se-lanjutnya guna menyalurkan listrik kepada konsumen baik industri, rumah tangga maupun sektor lain, telah dapat dila-kukan perluasan jaringan distribusi baik tegangan menengah maupun tegangan rendah masing-masing sepanjang 1.696 kms dan 1.156,5 kms, berikut sejumlah gardu distribusi dengan total kapasitas sebesar 108,9 MVA. Jumlah desa yang dapat dilis- triki, terutama di Jawa Barat, telah dapat ditingkatkan lagi dengan 219 desa dan tambahan pelanggan sebanyak 177.398 kon-sumen. Dalam rangka meningkatkan penyediaan daya terpasang pembangkit tenaga listrik untuk memenuhi permintaan yang sangat meningkat, sedang dilaksanakan pekerjaan persiapan pembangunan PLTP Gianung Salak (2 x 55 MW). Selain itu sedang dilakukan pekerjaan disain dari PLTP Darajat (2 x 55 MW), studi mengenai kemungkinan perluasan PLTU Suralaya dengan unit 5, 6, dan 7 (3 x 600 MW), dan rencana pembangunan PLTGU Muara Karang (450 MW). Pembangkit-pembangkit tersebut akan masuk dalam sistem interkoneksi Jawa - Bali, sehingga manfaat-nya tidak akan terbatas pada Jawa Barat dan Jakarta saja.

Mengikuti peningkatan fisik sarana penyediaan tenaga listrik tersebut, maka pengusahaan tenaga listrikpun telah dapat ditingkatkan. Apabila produksi tenaga listrik pada tahun 1988/89 adalah 25.622.754 MWh, maka pada tahun 1989/90 produksi tersebut meningkat dengan 15,4% menjadi 29.570.105 MWh. Dan pada 1990/91 meningkat lagi dengan 17,9% menjadi 34.864.293 MWh.

Penjualan tenaga listrik telah mengalami peningkatan dari 20.027.296 MWh pada tahun 1988/89 menjadi 23.434.805 MWh pada tahun 1989/90, atau naik 17%. Kemudian meningkat lagi sebesar 18,4% menjadi 27.740.964 MWh pada tahun 1990/91. Se-lanjutnya daya tersambung dapat ditingkatkan dari 12.233.729 kVA pada tahun 1988/89 menjadi 13.966.420 kVA dalam tahun 1989/90, atau meningkat 14,2%, dan menin kat lagi dengan 15,4% menjadi 16.117.565 kVA pada tahun 1990/91.

Sementara itu jumlah pelanggan juga semakin meningkat, yaitu dari 9.275.938 konsumen dalam tahun 1988/89 menjadi

IX/39

Page 45:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

10.316.945 konsumen pada tahun 1989/90 atau naik 11,2%, dan selanjutnya meningkat lagi sebesar, 11,1% menjadi 11.463.738 konsumen pada tahun 1990/91.

Adapun perkembangan hasil yang dapat dicapai dalam peng-usahaan tenaga listrik dapat dilihat pada Tabel IX-17, sedangkan untuk produksi dan daya terpasang menurut wilayah kerja Perum Listrik Negara dapat dilihat pada Tabel IX-18.

4. Tenaga Gas

Kegiatan pengembangan tenaga gas dalam Repelita V di- arahkan pada upaya untuk meningkatkan peranan tenaga gas sebagai sumber energi bagi keperluan industri, pembangkit tena- ga listrik, bahan bakar kendaraan bermotor dan rumah tangga. Sejalan dengan kebijaksanaan diversifikasi energi dan konservasi minyak bumi, kegiatan pengembangan tenaga gas dilakukan dengan meningkatkan sarana penyaluran gas bumi yang berupa jaringan transmisi dan jaringan distribusi gas. Kapasitas terpasang prasarana gas pada tahun kedua Repelita V tercatat sebesar 6.776,3 ribu m3/hari, yang mencakup gas bumi, gas batu bara, gas minyak thermis, gas minyak katalitis dan LPG, masing-masing sebesar 99,8 ribu m3/hari, 231,6 ribu m3/hari, 76,8 ribu m3/hari dan 8,1 ribu m3/hari. Namun demikian, se- suai dengan upaya untuk meningkatkan pemakaian gas bumi, sebagian dari kapasitas terpasang yang ada tidak digunakan lagi untuk memproduksi gas. Menyusul dihentikannya produksi gas dari batu bara, pada tahun 1990/91 produksi gas dari minyak katalitis juga sudah dihentikan.

Sementara itu, sarana penyaluran tenaga gas dapat di-tingkatkan. Bila pada tahun pertama Repelita V panjang jaring- an transmisi adalah 384,6 km dan jaringan distribusi gas ada- lah 1.071 km, maka pada tahun kedua Repelita V masing-masing bertambah menjadi 433,3 km dan 1.095,2 km.

Peningkatan pembangunan fisik jaringan pipa gas disertai dengan peningkatan penjualan gas dan jumlah pelanggan. Realisasi penjualan gas dan jumlah pelanggan Perum Gas Negara pada tahun kedua Repelita V mencapai 400,4 juta m3 untuk sejumlah 25.549 pelanggan yang berarti mengalami kenaikan masing-masing sebesar 40% dan 1,3% dibanding tahun sebelum- nya. Peningkatan penjualan gas yang jauh lebih besar dari peningkatan jumlah konsumen disebabkan oleh adanya peningkat- an yang besar dalam pemakaian gas di sektor industri dan komersial.

IX/40

Page 46:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX - 17

PENGUSAHAAN TENAGA LISTRIK,1988/89 - 1990/91

Repelita V

U r a i a n Satuan 1988/89 1) 1989/90 1) 1990/91 2)

1. Produksi Tenaga Listrik MWh 25.622.754 29.570.105 34.864.293

2. Penjualan Tenaga Listrik MWh 20.027.296 23.434.805 27.740.964

3. Daya Tersambung kVA 12.233.729 13.966.420 16.117.565

4. Jumlah Langganan konsumen 9.275.938 10.316.945 11.463.738

Keterangan:

MWh : Mega Watt HourkVA : Kilo Volt AmperekW : Kilo Watt

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

IX/41

Page 47:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX - 18

PRODUKSI DAN DAYA TERPASANG TENAGA LISTRIK MENURUT WILAYAH,1988/89 – 1990/91

IX/42

Page 48:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX - 19

KAPASITAS TERPASANG DAN JARINGAN TENAGA GAS,1988/89 - 1990/91

Repelita VNo. U r a i a n Satuan 1988/89 1989/90 1) 1990/91 2)

1. Kapasitas Terpasang: (ribu m3/hari) 6.776,3 6.776,3 6.776,3

a. Gas Batu bara 99,8 99,8 99,8

b. Gas Minyak Thermis 231,6 231,6 231,6

c. Gas Minyak Katalitis 76,8 76,8 76,8

d. Gas Bumi 6.360,0 6.360,0 6.360,0

e. LPG 8,1 8,1 8,1

2. Jaringan: (kilometer) 1.377,2 1.455,7 1.528,4

a. Distribusi 1.046,7 1.071,0 1.095,2

b. Pipa transmisi 330,5 384,6 433,3

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

IX/43

Page 49:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

TABEL IX – 20

PENGUSAHAAN TENAGA GAS,1988/89 – 1990/91

IX/44

Page 50:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan

Selain gas buatan dan gas bumi, Perum Gas Negara juga telah menyalurkan LPG melalui jaringan gas dan dengan tabung. Penjualan LPG untuk gas kota dilakukan di kota Surahaya, Se- marang, Bandung dan Ujung Pandang. Upaya untuk mempopulerkan penggunaan bahan bakar gas (BBG) untuk kendaraan bermotor telah dilakukan terutama untuk mobil penumpang umum.

Dalam tahun kedua Repelita V penyaluran gas secara kese-luruhan mencapai 415,3 juta m3, atau meningkat 37,5% diban-dingkan tahun sebelumnya. Sedangkan penjualan LPG dalam ben- tuk tabung pada tahun tersebut mencapai 2.307,7 ribu kg, atau meningkat 3 kali lipat dibandingkan dengan penjualan pada tahun pertama Repelita V. Di samping itu upaya menekan kehi-langan gas dalam penyaluran juga telah dilakukan sehingga dapat mengurangi kehilangan gas dari 6,4% pada tahun pertama Repelita V menjadi 4,3% tahun 1990/91. Keberhasilan ini dica- pai terutama karena diadakannya penggantian jaringan pipa yang sudah tua.

Perkembangan kapasitas terpasang, jaringan tenaga gas serta pengusahaan tenaga gas dari tahun 1988/89 - 1990/91 dapat dilihat pada Tabel IX-19 dan IX-20.

IX/45

W45

Page 51:  · Web viewSelanjutnya telah dilaksanakan pula pembangunan jaringan transmisi sepanjang 14.982,9 kms, gardu induk sebanyak 458 buah dengan kapasitas sebesar 16.436,5 MVA, jaringan