whirlpool hydromassage

23
ABSTRAK PEMULIHAN KEMAMPUAN AKTIVITAS FISIK DENGAN METODE WHIRLPOOL Oleh: Alen Rismayadi, M.Pd. Prodi Pend. Kepelatihan FPOK-UPI Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses pemulihan menggunakan metode whirlpool. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi-experimental), dengan desain penelitian pretes-postes. Subjek penelitian masyarakat yang memiliki aktivitas tinggi. Diambil sebanyak 10 orang dengan menggunakan teknik sampling insidental. Kriteria inklusi sampel penelitian adalah sampel berjenis kelamin laki-laki, tinggal di dataran tinggi dengan rentang usia antara 15-35 tahun. Subjek diberikan perlakuan dengan whirlpool. Instrumen penelitian adalah Harvard Step Up test. Data yang diperoleh lalu diolah menggunakan pendekatan statistik uji-t. Hasil penelitian menunjukan adanya perubahan kemampuan aktivitas fisik setelah diberikan perlakuan whirlpool meningkat sebesar 6,18% yang diukur dengan Harvard step up test. Lebih lanjut dilakukan uji- t dengan α = 0,05, t tabel (± 2,26) > dari t hitung (1,79) berarti tidak signifikan. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terjadi pemulihan aktivitas fisik dengan menggunakan whirpool tapi kurang signifikan.

Upload: gutama-aditya

Post on 21-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Whirlpool Hydromassage

ABSTRAK

PEMULIHAN KEMAMPUAN AKTIVITAS FISIK DENGAN METODE WHIRLPOOL

Oleh: Alen Rismayadi, M.Pd.Prodi Pend. Kepelatihan FPOK-UPI

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses pemulihan menggunakan metode whirlpool.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi-experimental), dengan desain penelitian pretes-postes. Subjek penelitian masyarakat yang memiliki aktivitas tinggi. Diambil sebanyak 10 orang dengan menggunakan teknik sampling insidental. Kriteria inklusi sampel penelitian adalah sampel berjenis kelamin laki-laki, tinggal di dataran tinggi dengan rentang usia antara 15-35 tahun. Subjek diberikan perlakuan dengan whirlpool. Instrumen penelitian adalah Harvard Step Up test. Data yang diperoleh lalu diolah menggunakan pendekatan statistik uji-t.

Hasil penelitian menunjukan adanya perubahan kemampuan aktivitas fisik setelah diberikan perlakuan whirlpool meningkat sebesar 6,18% yang diukur dengan Harvard step up test. Lebih lanjut dilakukan uji- t dengan α = 0,05, t tabel (± 2,26) > dari t hitung (1,79) berarti tidak signifikan.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terjadi pemulihan aktivitas fisik dengan menggunakan whirpool tapi kurang signifikan.

Page 2: Whirlpool Hydromassage

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelelahan merupakan suatu proses yang secara alami terjadi saat

seseorang melakukan suatu aktivitas, karena saat beraktivitas terjadi

penumpukan asam laktat pada otot. Semakin tinggi aktivitas maka semakin

cepat pula kelelahan akan timbul. Kelelahan menurut Giriwijoyo (2006:270)

adalah: “menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang

disebabkan oleh karena (akibat dari) melakukan kerja atau olahraga tertentu.”

Menurunnya kapasitas kerja berarti menurunnya kualitas dan kuantitas

kerja/gerakan fisik. Dengan kelelahan, otot kita tidak mampu melakukan

kegiatan apapun semudah seperti sebelumnya.

Seorang atlet sangat mungkin mengalami kelelahan. Terlebih atlet-atlet

yang menggeluti cabang olahraga dengan intensitas tinggi dan durasi cukup

panjang. Jika seorang atlet tidak bisa mengatasi kelelahan dengan segera akan

mengakibatkan terganggunya prestasi yang semestinya mampu dicapai dengan

maksimal. Sebagai contoh, masalah yang dihadapi oleh tim sepak bola

Indonesia, diberitakan oleh Hadi Samsul, dalam Kompas (Rabu,18-4-2007),

bahwa:

. . .mereka hanya punya waktu 36 jam memulihkan kebugaran setelah terbang selama 17 jam, para pemain tim nasional sepak bola Indonesia di bawah usia 23 tahun (Timnas U-23) harus bertarung melawan Lebanon pada penyisihan kualifikasi Olimpiade Beijing 2008 di Stadion Sports City, Beirut, Rabu (18/4) ini.

Kelelahan juga dirasakan oleh seorang atlet saat harus menghadapi

musim kompetisi dengan jadwal pertandingan yang sangat padat. Penulis

membaca satu kasus dalam koran Suara Merdeka ketika Persiwi Wonogiri yang

mengalami kelelahan fisik setelah sehari sebelumnya mengalahkan PSSS

Situbondo 1 – 0. Asisten Pelatih Persiwi mengungkapkan bahwa anak-anak

mengalami kelelahan setelah sehari sebelumnya bertanding melawan PSSS

Situbondo.

Terbatasnya waktu istirahat yang dimiliki untuk pemulihan oleh kedua tim di

atas akan berpengaruh terhadap penampilan mereka saat bertanding. Hal ini

disebabkan oleh kelelahan yang masih di tanggung oleh para pemain membuat

Page 3: Whirlpool Hydromassage

mereka tidak siap menghadapi pertandingan. Keadaan seperti ini akan sangat

merugikan bagi atlet tersebut. Mereka tidak akan mampu tampil secara

maksimal pada pertandingan selanjutnya.

Oleh karena itu dibutuhkan beberapa alternatif metode yang mampu

memulihkan kelelahan secepat mungkin hingga atlet mampu menampilkan

prestasi sebaik mungkin pada saat setelah mereka mengalami kelelahan.

Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur

yang cukup. Selain melakukan istirahat dan tidur, banyak referensi yang

mengatakan bahwa alangkah lebih baik apabila para pekerja keras setelah

mengalami kelelahan yang berlebihan untuk pemulihan melakukan mandi air

hangat. Mandi air hangat memberikan efek vasodilatasi yaitu melebarnya

pembuluh darah sehingga sirkulasi menjadi lancar. Menurut penelitian terbaru

mandi ternyata tidak hanya baik untuk membersihkan tubuh dari kotoran dan

menjauhkan stress, tapi mandi juga memiliki peranan penting meningkatkan

sistem kekebalan. Penelitian terpisah di Jepang menunjukkan 10 menit

berendam dalam air hangat dapat memperbaiki kesehatan jantung baik pria

maupun wanita, membantu mereka menjalani test olahraga lebih baik dan

mengurangi rasa sakit. Selamihardja (2001:1) mengungkapkan bahwa:

Di negara maju terapi air juga sudah banyak dilakukan. Dua pakar asal Jerman, Vincenz Priesnitz dan Pastor Sebastian Kneipp, memanfaatkan air hangat dan dingin. Semula pasien dimasukkan ke dalam bak air hangat agar berkeringat, kemudian dipindah ke bak air dingin, lalu diminta pula untuk berjalan-jalan sebentar agar berkeringat lagi. Terakhir, pasien mandi lagi dengan air dingin. Pertukaran suhu dari panas ke dingin inilah yang menjadi kunci rahasia pengobatan ini. Manfaatnya untuk menstabilkan kerja jantung dan peredaran darah.

Perkembangan pengetahuan tentang manfaat air hangat, membuat para

peneliti mencari berbagai alternatif terapi menggunakan air hangat yang mampu

mempercepat proses pemulihan. Ada beberapa metode terapi air hangat yang

modern, diantaranya adalah hydromassage pencelupan dan whirlpool.

Whirlpool adalah jenis terapi air yang memanfaatkan gelombang air,

banyak terdapat di pusat-pusat kebugaran. Gelombang air sengaja dipancarkan

dari dasar kolam akan memberikan efek pijatan dibagian tubuh tertentu. Hal ini

akan menyebabkan meningkatnya sirkulasi darah pada bagian tubuh tersebut.

Page 4: Whirlpool Hydromassage

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pemulihan aktivitas fisik dengan whirlpool. Diharapkan hasil

penelitian ini dapat dijadikan alternatif bagi proses pemulihan atlet atau pun

orang yang aktivitasnya padat.

B. Rumusan Masalah

Cara yang biasa dilakukan untuk membantu agar otot cepat pulih adalah

dengan mandi air hangat (membasahi seluruh tubuh dengan air hangat) atau

dengan melakukan pijatan (massage). Tujuan dilakukannya kedua cara tersebut

adalah untuk memperlancar peredaran darah, sehingga membantu proses

metabolisme, serta pembuangan sisa pembakaran dalam jaringan dan

menggantinya dengan zat-zat makanan sebagai bahan dasar pembuatan tenaga

baru dalam sel. Oleh sebab itu bagaimanakah proses pemulihan aktivitas fisik

dengan menggunakan metode pemulihan whirlpool?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

proses pemulihan dengan menggunakan metode whirlpool

2. Manfaat

Manfaat teoritis adalah Sebagai sumbangan penting dan memperluas

wawasan bagi kajian ilmu pendidikan khususnya olahraga untuk

memberikan alternatif proses pemulihan setelah lelah beraktivitas.

Sedangkan manfaat praktis adalah menemukan teknik yang lebih baik

untuk proses pemulihan seluruh bagian tubuh pasca berolahraga yang

berdampak pada peningkatan prestasi atlet, dan menemukan teknik yang

lebih baik untuk proses pemulihan seluruh bagian tubuh setelah lelah

beraktivitas sehingga dapat kembali bekerja dalam kondisi tubuh yang

kembali bugar dan kemudian diharapkan berdampak pada peningkatan

produktivitas kerja.

Page 5: Whirlpool Hydromassage

II. KAJIAN TEORITIS

A. Aktivitas Fisik

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dapat melakukan gerak dari yang

relatif sederhana sampai gerakan yang relatif sulit dilakukan. Hal ini tergantung

kepada aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan

mereka. Agar mampu melakukan suatu aktivitas fisik, seseorang memerlukan

sejumlah ATP yang diurai menjadi energi bebas.

ATP yang terdapat dalam sel di seluruh tubuh termasuk dalam sel otot

merupakan hasil dari serangkaian reaksi kimia. Selain ATP, hasil akhir dari

reaksi kimia tersebut adalah dua molekul asam piruvat menjadi asam laktat serta

empat molekul hidrogen yang dibuang dari tubuh melalui sistem pernafasan.

Pada dasarnya, seluruh penyimpanan ATP secara otomatis selalu dipertahankan

sepanjang waktu, kecuali selama aktivitas selular yang ekstrem seperti yang

dapat terjadi pada kerja berat, (Guyton:1997:1072). Saat otot-otot berkontraksi

untuk melakukan kerja berat tubuh dipaksa untuk membentuk lebih banyak lagi

ATP, sehingga kebutuhan ATP dalam otot yang berkontraksi tetap terpenuhi.

Aktivitas fisik merupakan kumpulan dari berbagai jenis gerak yang

dilakukan oleh seseorang. Gerak yang dilakukan oleh seorang atlet dalam

olahraga kompetitif merupakan gerak yang biasa dan gerak yang luar biasa.

Gerak biasa maksudnya adalah gerakan-gerakan yang hampir semua orang

dapat melakukannya, misalnya seorang atlet melakukan jogging maka hampir

semua orang dapat melakukan aktivitas tersebut. Sedangkan gerakan yang luar

biasa adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seorang atlet dan tidak

semua orang bisa melakukannya, misalnya gerakan salto yang dilakukan oleh

seorang atlet senam, tidak semua orang bisa melakukannya. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Kartinah (2007:145) bahwa: “Gerak dalam

olahraga kompetitif pada umumnya dapat dilakukan dari gerakan yang relatif

sederhana sampai tingkat gerakan yang relatif sulit dilakukan.”

Selain dilihat dari jenis gerak yang dilakukan, aktivitas fisik dapat dibedakan

menurut intensitas seseorang melakukan aktivitas fisik. Giriwijoyo (2006:133)

mengungkapkan bahwa:

Berdasarkan intensitas aktivitas fisiknya, orang dikelompokkan menjadi tiga kelompok:

Page 6: Whirlpool Hydromassage

1. Pesantai yaitu orang yang tidak melakukan olahraga kecuali aktivitas fisik dalam peri kehidupan sehari-hari.

2. Pelaku olahraga kesehatan yaitu mereka yang melakukan olahraga dengan intensitas rendah sampai sedang (Blair dalam Cooper 1994).

3. Pelaku olahraga setingkat atlet yaitu mereka yang melakukan olahraga berat.

Semakin tinggi intensitas aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang,

semakin besar pula ATP yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energinya.

Penggunaan ATP sebagai bahan dasar energi akan menyisakan asam laktat

sebagai sampah yang menumpuk dalam jaringan otot hingga mencapai Batas

Kemampuan Maximal (BKM).

Setiap orang memiliki Batas Kemampuan Maximal yang berbeda-beda.

Orang yang terlatih akan memiliki BKM lebih tinggi dari orang yang tidak terlatih.

Dengan kata lain, seorang atlet mampu lebih lama melakukan aktivitas fisik yang

sama dibanding orang yang tidak terlatih. Secara fisiologik faktor yang

menentukan BKM seseorang adalah kapasitas anaerobik (sebagai BKM primer)

dan kapasitas aerobiknya (sebagai BKM sekunder).

Meskipun Batas Kemampuan Maximal seorang atlet lebih tinggi dibanding

orang biasa, tetap saja seorang atlet akan merasakan kelelahan yang amat

sangat jika aktivitas fisik yang ia lakukan lebih dari Batas Kemampuan Maximal

(BKM) yang ia miliki.

B. Pemulihan Menggunakan Whirlpool

Sifat air yang selalu menekan ke segala arah juga dapat dimanfaatkan

sebagai salah satu manuver cara pijat/massage yang aman. Manuver cara

pijat/massage dengan menggunakan media air disebut juga sebagai

hydromassage. Hal ini sesuai dengan ungkapan Giriwijoyo (2006:279) bahwa:

”Hydro-massage merupakan manuver massage yang dilakukan oleh tekanan

air”.

Jenis-jenis hydromassage yang menggunakan kombinasi dengan panas

dan tekanan air ini di antaranya Spa: hydromassage dengan menggunakan air

hangat dan penyemprotan udara pada dasar kolam; Whirlpool: hampir sama

dengan Spa hanya saja yang disemprotkannya berupa campuran air dan udara.

Daya massage Whirlpool lebih kuat dibandingkan Spa: Hot Tube: merupakan

Page 7: Whirlpool Hydromassage

hydromassage dengan cara kerja sama dengan Whirlpool tetapi dalam ukuran

bak mandi/ tube kecil untuk satu orang. Pada Hot Tube, campuran air dan udara

dipancarkan langsung dari dinding-dinding tube/ bak. (IAPMO 2006:I NEC,

2002:1; Steven & Schwenger,200:1) dalam Giriwijoyo (2006).

Kalau kita perhatikan dari pelaksanaannya, hydromassage dapat dilakukan

dengan cara penyemprotan. Hydromassage penyemprotan lebih dikenal orang

dengan istilah whirlpool yang dalam pelaksanaannya air disemprotkan dengan

bantuan udara dari dasar kolam. Kartinah (2006:8) mengungkapkan bahwa:

Spa ialah hydromassage dengan menggunakan air hangat dan penyemprotan udara pada dasar kolam. Whirlpool hampir sama dengan spa hanya saja yang disemprotkannya berupa campuran air dan udara. Daya massage whirlpool lebih kuat dibandingkan spa.

Pada dasarnya, hydromassage Whirlpool bersifat lokal. Fungsi

hydromassage Whirlpool yaitu memperlancar peredaran darah dan bertujuan

untuk menghilangkan rasa lelah setelah melakukan aktivitas atau olahraga.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan dan permasalahan di atas, maka metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen

yang dikemukakan oleh Nazir et al.s (1988:74) yaitu:

. . . observasi di bawah kondisi buatan (Atificial Condition), dimana kondisi itu dibuat dan diatur oleh sipeneliti. Dengan demikian, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manifulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol.

Oleh karena tidak digunakannya kelompok kontrol yang menjadi salah satu

ciri dari metode penelitian eksperimen sesungguhnya, maka metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan menggunakan

pendekatan eksperimen semu (quasi-experimental).

Penelitian dengan pendekatan eksperimen semu (quasi-experimental)

adalah suatu penelitian untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan

Page 8: Whirlpool Hydromassage

bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam

keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan

semua variabel yang relevan. Sugiono (2008:114) mengungkapkan bahwa :

Dalam suatu kegiatan administrasi atau menejemen, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental

2. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah pretes-postes satu grup tidak secara random,

dengan bentuk desain penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1 :Desain Penelitian

B. Subjek Penelitian

Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah

dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian,

(Riduwan, 2004:55). Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi sasaran

dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki aktivitas fisik tinggi yang

berada di desa Lembang Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat, sedangkan

penelitian dilaksanakan di pusat kebugaran Eldorado Lembang. Sampel

penelitian berjumlah sepuluh orang.

C. Prosedur Penelitian

1. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian dilaksanakan di swimingpool Eldorado. Pengambilan sampel

dilaksanakan memakai teknik sampling insidental. Sugiono (2008:124)

mengungkapkan bahwa: “Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental

Pre-test Post-testPerlakuan

Page 9: Whirlpool Hydromassage

bertemu peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.”

Adapun administrasi pelaksanaan tes dapat dilihat pada tabel 3.1. Melalui

harvard step up test diperoleh tingkat kemampuan aktivitas fisik sebelum

diberikan treatment (tes awal/ pretes) dan tingkat kemampuan aktivitas fisik

setelah diberikan treatment (tes akhir/ postes). Kemampuan aktivitas fisik dilihat

dari durasi (menit) naracoba mampu melakukan Harvard step up test sesuai

dengan ketentuan yang telah dijelaskan pada prosedur pelaksanaan Harvard

step up test.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal penelitian didahului dengan pengantar berupa penjelasan

mengenai teknik pelaksanaan perlakuan pemulihan yang akan dilakukan oleh

kelompok bersangkutan, kemudian dilakukan pendataan terdiri dari dua bagian

yaitu:

1) Pendataan identitas sampel yang terdiri dari nama, usia, pekerjaan

dan tempat tinggal.

2) Pendataan karakteristik sampel meliputi tinggi badan, berat badan,

pengukuran tekanan darah dan penghitungan denyut nadi istirahat.

b. Kegiatan Inti

1) Pre test (tes awal sebelum dilakukan treatment)

Pre test (tes awal) pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

data kemampuan awal sampel melakukan aktivitas berat berupa

Harvard step up.

2) Pemberian Perlakuan (Treatment)

Pemberian perlakuan (treatment) pada penelitian ini bertujuan untuk

memulihkan keadaan tubuh sampel dari rasa lelah berat akibat

kehabisan tenaga setelah melakukan pretes (tes awal).

3) Postes (tes akhir setelah dilakukan treatment)

Postes (tes akhir) pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

data akhir kemampuan sampel yang telah diberikan perlakuan

metode pemulihan whirlpool untuk melakukan aktivitas berat

berupa Harvard Step Up Test. Alat dan ketentuan pelaksanaan tes

sama dengan kegiatan tes awal.

Page 10: Whirlpool Hydromassage

Tabel 3.1. Formulir Tes

No NamaIdentitas Hasil Pemeriksaan Fisik

Hasil Pemeriksaan Performance

Tes Harvard I whirpool Tes Harvard II

Usia

L/PTB BB Tens

iD.I D.A

Drs Panas

Dingin

D.ADrs

D.ADrs

Cm Kg Mnt mnt mnt

Keterangan:TB : Tinggi BadanBB : Berat BadanD.I : Denyut nadi IstirahatD.A : Denyut nadi AkhirDrs : Durasi

D. Teknik Analisis Data

Setelah diketahui biodata sampel, selanjutnya dihitung normalitas dan

homogenitas data, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji t.

IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik antropometrik subjek penelitian meliputi usia (tahun), tinggi

badan (cm), berat badan (kg). Tercantum dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1.Karakteristik Usia, Tinggi Badan, dan Berat Badan

WhirlpoolUsia (th)

Tb (cm)

Bb (kg)

∑x 220 1619 555N 10 10 10x 22 161,9 55,5

Keterangan : ∑x = jumlah perolehan sampeln = jumlah sampelx = rata-rata

Page 11: Whirlpool Hydromassage

Rata-rata usia (tahun) subjek penelitian adalah (22 th), rata-rata tinggi

badan (cm) subjek penelitian adalah (161,9 cm), dan rata-rata berat badan (kg)

subjek penelitian adalah (55,5 kg).

Sedangkan karakteristik antropometrik tekanan darah dan denyut nadi

istirahat tercantum dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2.Karakteristik Tekanan Darah dan Denyut Nadi Istirahat

Whirlpool

Tekanan DarahD.N.I

Sistol Diastol

∑x1140 760 840

N 10 10 10x 114 76 84

Keterangan : ∑x = jumlah perolehan sampeln = jumlah sampelx = rata-rata

Rata-rata tekanan darah sistolik (mm.hg) subjek penelitian adalah (114

mm.hg), rata-rata tekanan darah diastolik (mm.hg) subjek penelitian adalah (76

mm.hg), dan rata-rata denyut nadi istirahat (denyut/menit) subjek penelitian

adalah (84 denyut/menit).

1. Normalitas Data Pengukuran Kemampuan Aktivitas Fisik

Uji normalitas dengan uji Lilliefors (α=0,05), menjelaskan bahwa data hasil

pengukuran kemampuan aktivitas fisik sebelum dan sesudah diberikan treatment

dari sampel berdistribusi normal, seperti tercantum pada tabel 4.3.

Tabel 4.3.Uji Normalitas Data dengan Lilliefors

Variabel Lo L α = 0.05 Keterangan

WhirlpoolTes Harvard 1Tes Harvard 2

0,19870,1977

0,2580,258

NormalNormal

Keterangan:Lo = L hitung

L α=0,05 = L tabel

Page 12: Whirlpool Hydromassage

2. Perubahan Kemampuan Aktivitas Fisik Menggunakan Hydromassage

Whirlpool

Hasil tes aktivitas fisik menggunakan tes harvard 1 dan tes harvard 2

dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1.Rata-rata Perubahan Kemampuan Aktivitas Fisik

Pada hydromassage Whirlpool

Perubahan kemampuan aktivitas fisik yang dicapai oleh metode

hydromassage Whirlpool mengalami peningkatan dari kemampuan awal sebesar

100% yaitu 6,63 menit meningkat 6,18% menjadi 7,04 menit. Hal ini dapat

diartikan bahwa kemampuan akhir dari sampel setelah pemulihan sebesar

106,18%.

Selanjutnya untuk mengetahui perubahan aktivitas fisik menggunakan

hydromassage Whirlpool dilakukan uji-t.

Tabel 4.4.Hasil Uji-t pada Hydromassage Whirlpool

Variabel x Sd T hitung t tabel Keterangan

Hydromassage Whirlpool 0,41 0,73 1,79 2,26 Tidak Signifikan

Keterangan : x = rata-rata sd = standar deviasi

Hasil uji-t menunjukkan bahwa perubahan aktivitas fisik dengan

menggunakan hydromassage Whirlpool mengalami peningkatan aktivitas fisik

yang tidak signifikan t tabel (-2,26) < t hitung (1,79) < t tabel (2,26) berarti Ho

6.63

7.04

6

6.5

7

7.5

Rata-Rata

menit

Tes Harvard 1

Tes Harvard 2

Page 13: Whirlpool Hydromassage

diterima. Kesimpulan ada peningkatan kemampuan aktivitas fisik yang tidak

signifikan. Lihat tabel 4.4.

B. Diskusi Penemuan

Setelah melakukan aktivitas fisik yang berat akan menimbulkan kelelahan.

Hal ini disebabkan karena jaringan otot kekurangan sumber energi untuk

berkontraksi. Kelelahan juga disebabkan oleh terakumulasinya hasil metabolisme

yang berupa asam laktat yang menyebabkan rasa sakit dan kelelahan pada otot

sehingga kemampuan aktivitas fisiknya menjadi menurun. Menurut Tesch (1980)

dalam Astrand & Rodahl (1986:512): ‘. . . studied muscle fatigue with special

reference to lactate accumulation, during short term, intense exercise.’ Dapat

diartikan bahwa kelelahan otot yang paling utama disebabkan oleh akumulasi

asam laktat akibat latihan yang berat dalam durasi pendek.

Namun sebenarnya asam laktat merupakan sumber energi yang lebih

cepat diolah menjadi energi siap pakai dibandingkan sumber energi lainnya.

Astrand & Rodahl (1986:323) menjelaskan bahwa:

With lactate, as the only substrate for all tissues in their aerobic metabolism during recovery, at the most about 50 percent of the lactate was removed by the Krebs citric cycle and respiratory. There is, during recovery, a significant increase in the muscles glycogen content and this prosess is energy demanding, ie., in a way there is a payment of a debt.

Dapat diartikan bahwa sekitar 50 persen asam laktat diubah oleh siklus

Krebs dan sistem respirasi menjadi glikogen sebagai sumber energi dalam otot

sebagai ganti sumber energi yang telah terpakai.

Agar penumpukan asam laktat mudah teratasi dibutuhkan sirkulasi darah

dan limfe yang baik. Karena dengan sirkulasi yang baik, maka penyerapan

oksigen ke dalam darah melalui sistem respirasi akan makin mudah. Hal ini juga

akan memperlancar siklus krebs yang berarti juga perubahan asam laktat

menjadi glikogen otot menjadi lebih mudah.

Dengan tersedianya kembali sumber energi dalam otot, maka aktivitas fisik

selanjutnya akan mampu dilakukan tanpa ada penimbunan rasa lelah

sebelumnya. Untuk itu dibutuhkan suatu metode pemulihan yang mampu

meningkatkan sistem sirkulasi darah dan limfe.

Page 14: Whirlpool Hydromassage

Penerapan metode pemulihan menggunakan media air bukan hal yang

baru ditemukan, diantaranya yaitu metode pemulihan yang memadukan antara

penerapan panas dan penerapan dingin. Penerapan panas dapat menyebabkan

vasodilatasi yaitu pelebaran pembuluh darah, yang akan meningkatkan aliran

darah ke seluruh tubuh dan meningkatkan fungsi kerja sistem getah bening.

Penerapan suhu panas juga akan meningkatkan metabolisme dalam tubuh.

Sebaliknya, penerapan suhu dingin dapat menyebabkan vasokonstriksi yaitu

menyusutnya kembali pembuluh darah ke ukuran semula sehingga mencegah

terkumpulnya darah di bagian bawah tubuh (hipotensi orthustatik). Hipotensi

orthustatik dapat terjadi apabila tubuh terlalu lama berendam di air panas. Hal ini

disebabkan oleh vasodilatasi dan tubuh hilangnya tekanan air secara mendadak

sehingga darah menumpuk di tubuh bagian bawah.

Metode Whirlpool juga mendapatkan efek-efek pijatan, suhu panas, dan

suhu dingin, namun, efek tersebut tidak dapat dirasakan oleh seluruh bagian

tubuh karena metode whirlpool hanya bersifat lokal saja. Setelah melakukan

pemulihan dengan menggunakan whirlpool, kemampuan aktivitas fisik pulih

kembali dan terjadi peningkatan sebesar 6,18 % dari kemampuan semula.

Namun, berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh t tabel (-2,26) < t hitung (1,79)

< t tabel (2,26) berarti Ho diterima berarti terdapat peningkatan kemampuan

aktivitas fisik yang tidak signifikan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Metode whirlpool dapat meningkatkan kemampuan aktivitas fisik sebesar

6,18 % dari kemampuan awal. Peningkatan kemampuan aktivitas tersebut

disebabkan efek pijatan-pijatan dari gelembung-gelembung air, namun hanya

bersifat lokal sehingga tidak mampu menjangkau seluruh bagian tubuh.

B. Saran-saran

Pemanfaatan media air untuk memulihkan kelelahan setelah beraktivitas

sangatlah penting dilakukan, oleh sebab itu, bagi orang yang memiliki aktivitas

padat dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya dapat menggunakan/

memanfaatkan media air hangat khususnya metode whirlpool.

Page 15: Whirlpool Hydromassage

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, Arma. (1981). Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Yogjakarta: P.T. Sastra Hudaya.

Arief Furchan. (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Arikunto Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ke-8, Yogyakarta: Rineka Cipta.

Astrand & Rodahl (1986). Text Book Of Work Physiology. Mc. Grow Hill. Singapura.

Basiran. (2008). Modul Massage Olahraga. Bandung: Jurusan PKO UPI.

Bompa. (1999). Periodization Training for Sports. York University: Human Kinetics.

Cooper, alih bahasa Adiwiyoto. (1977). Aerobik. Jakarta: Gramedia.

Emerald (2009). Hydromassage Health Benefith. (www.emeraldspa.com).

Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.

Giriwijoyo, Santosa. (2006). Ilmu Faal Olahraga; Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Giriwijoyo, Santosa dkk. (2006). Pembuatan Alat Hydro Massage yang Dapat Menjangkau Seluruh Bagian Tubuh Secara Proporsional. Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Pendidikan Indonesia.

Graydon, J. & Dyson, R. (2000). Effects of Massage on Physiological Restoration, Rerceived Recovery, and Repeated Sports Performance. Br J Sports Med, 34, 109-14

Guyton & Hall, alih bahasa Irawati Setiawan (1996). Buku ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook of Medical Physiology). Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.

IAPMO “International Association of Plumbing and Mechanical Official”. (2006). Critheria for air Jetted baths of Laundry Basic. www.iapmo.org.

Janssen Peter G.J.M (1993). Latihan Laktat Denyut Nadi. KONI DKI. Jakarta.

J.B. Smith. (2009). Hydromassage & Health — The Natural Healing Benefits of Hydrotherapy. (www.calderaspas.com).

Page 16: Whirlpool Hydromassage

Kristinn Heinrichs. (2003). Superficial Thermal Modalities. Canine shoulder heat application (www.canineicer.com) .\

Lori A. Kuligowski, MS, ATC. (1998). Effect of Whirlpool Therapy on the Signs and Symptoms of Delayed-Onset Muscle Soreness. Journal of Athletic Training by the National Athletic Trainers' Association, Inc www.nata.org/jat

Lukman Ali. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Mahani. (2007). Keajaiban Air Sembuhkan Penyakit. Jakarta: Puspa Sehat.

Mahir Hasan Mahmud. (2007). Terapi Air. Jakarta: QultumMedia.

Manihuruk Vebertina. (2006) Mandipun Menjadi Obat. Jakarta.Pusat Data Redaksi PR.

Matcan, Bastinus dkk. (2007). Modul Kesehatan dan Olahraga. Bandung: Jurusan PKO FPOK UPI.

M. Dahlan Al Barry. (1994). Kamus Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Arkola.

Nazir, Mohamad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalian Indonesia.

Nasution, S. (1991). Metode Research, Penelitian Ilmiah, Thesis. Bandung: Jemars.

Nurhasan. (2000). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Purwadarminta. (1982). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Scrivner Jane. (2007). Water Detox; Total Health & Beauty in 8 Easy Steps. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Selamihardja. Nanny (2000). Seribu Manfaat Air. Intisari Online, www.indomedia.com.

Surakhmad, Winarno (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Tiidus, Kimberley & Lance (2004). Evaluating The Influnce Of On Leg Strength, Swelling, and Pain Following A Half Marathon. Canada. Journal of Sports Science and Medicine 37-43 http://www.jssm.org