wrap up 3 lupus

Upload: abiyya-farah-putri

Post on 02-Jun-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    1/36

    1

    WRAP UP PBL

    SKENARIO 3

    RONA MERAH DI PIPI

    Disusun oleh:

    KELOMPOK A-1

    KETUA : ANGGIE ELKA PRATIWI (1102013029)

    SEKRETARIS : ADELINA ANNISA PERMATA (1102013006)

    ANGGOTA : ABIYYA FARAH PUTRI (1102013003)

    ADELIA PUTRI SABRINA (1102013005)

    ANDINI ZULMAETA (1102013027)

    ANDREW ROZAAN F (1102013028)

    ANISA NURJANAH (1102013033)

    FADHILA AYU SAFIRINA (1102013101)

    UNIVERSITAS YARSI

    Jl. Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta. Indonesia. 10510.

    Telepon: +62 21 4206675.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    2/36

    2

    SKENARIO 3

    RONA MERAH DI PIPI

    Seorang perempuan berusia 30 tahun, datang ke Rumah Sakit dengan keluhan

    demam yang hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan lainnya mual tidak nafsu

    makan, mulut sariawan, nyeri pada persendian, rambut rontok dan pipi berwarna

    merah bila terkena sinar matahari.

    Pada pemeriksaan fisik, didapatkan suhu subfebris, konjungtiva pucat,

    terdapat sariawan di mulut. Pada wajah terlihat malarrash. Pemeriksaan fisik lain

    tidak didapatkan kelainan. Dokter menduga pasien menderita Sistemic Lupus

    Eritomatosus.

    Kemudian dokter menyarankan pemeriksaan laboratorium hematologi, urin

    dan marker autoimun ( autoantidi misalnya anti ds-DNA ). Dokter menyarankan

    untuk dirawat dan dilakukan follow up pada pasien ini. Dokter menyarankan agar

    pasien bersabar dalam menghadapi penyakit karena membutuhkan penanganan

    seumur hidup.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    3/36

    3

    A. Katakata sulit

    1. Subfebris : Demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi (37-38c)

    2. Malarrash : Bercak merah di daerah sekitar hidung seperti kupu-kupu

    3. SLE : Penyakit autoimun yang kronis

    4. Auto Antibodi : Antibodi yang menyerang jaringan sendiri5. Marker- Autoimun : Penanda adanya autoantibodi

    B. Brainstroming

    1. Kenapa penyakit ini membutuhkan penanganan seumur hidup?

    2. Mengapa jika terkena sinar matahari pipi berwarna merah?

    3. Bagaimana bias terjadi auto antibodi?

    4. Apa penyebab Sistema Lupus Eritomatosus (SLE)?

    5. Apa penanganan untuk SLE?

    6. Bagaimana patafisiologi dari penyakit SLE?7. Kenapa suhu badan penderita subfebris?

    8. Apa saja penyakit autoimun selain SLE?

    C. Jawaban

    1. Karena SLE menyerang organ sistemic.

    2. Karena radiasi UV dapat merusak disregulasi sistem imun.

    3. Karena terjadi kesalahan pada mekanisme, yang dimana sel B dan sel T gagal

    untuk mengatasi antigen yang masuk.

    4. Bisa genetic, hormone, obat-obatan, dll.

    5. Pencegahan non-spesifik untuk limfosit. Ex: obat sitotoksik, siklosporin.

    6. Antibodi dapat menyerang darah, sel T-Supressor mengalami kerusakan sehingga

    tidak ada yang mengendalikan Th&Ts.

    7. Karena antibody menyerang darah dan jika kekurangan darah berpotensi menaikan

    suhu tubuh

    8. Anemia hemolitik, Penyakit Graves, DM tipe 1, etc.

    9. Jika ds-DNA tinggi maka lupus (+)

    10. Lupus Eritomatosus Sistemik, Lupus Discoid, Lupus Neonatal, Lupus obat.

    D. Hipotesa

    Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang di sebabkan

    oleh mekanisme normal yang gagal untuk mempertahankan sel tolerance sel B&sel T.

    salah satu contoh penyakit nya adalah lupus. Yang memiliki gejala klinis khas seperti

    malarrash dan suhu tubuh subfebris. Diagnosis dapat di tegakkan dengan ds-dna, latex

    aggl RNA. Penanganannya dapat di tentukan kerusakan organ yang terjadi.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    4/36

    4

    E. Sasaran Belajar

    LI 1. Memahami & Menjelaskan AutoimunitasLO 1.1 Definisi

    1.2 Etiologi

    1.3 Patofisiologi

    1.4 Klasifikasi

    1.5 Diagnosis

    1.6 Manifestasi

    LI 2. Memahami & Menjelaskan Lupus Eritomatosus Sistemik

    LO 2.1 Definisi

    2.2 Etiologi

    2.3 Patofisiologi2.4 Manifestasi

    2.5 Diagnosis & Diagnosis banding

    2.6 Penatalaksanaan

    2.7 Prognosis

    2.8 Komplikasi

    LI 3. Memahami & Menjelaskan pandangan islam dalam menghadapi suatu masalah

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    5/36

    5

    LI 1 Memahami & Menjelaskan Autoimunitas

    1.1 Definisi

    Autoimun ialah reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri. Antigen tersebut

    disebut autoantigen sedang antibodi yang dibentuk disebut autoantibodi. Penyakit

    autoimun yaitu ketidakmampuan mengenal dan memberikan respons terhadap antigen

    asing tetapi tidak terhadap antigen sendiri (self-nonself discrimination).

    Ketidakmampuan sistem imun untuk memberikan respons terhadap antigen tubuh

    sendiri disebut toleransi diri (self-tolerance).

    (Bratawidjaja, K.G. 2001. Imunologi Dasar. Edisi keempat. Jakarta : Badan Penerbit

    FKUI)

    1.2 Etiologi

    Ada beberapa teori tentang terjadinya penyakit automin

    A.

    Teoriforbidden clonesmenurut Jerne dan Burnett

    Self antigen dalam sirkulasi yang sampai di sistem limfoid yang belum matang

    akan dikenal sebagai self dan selanjutnya tidak terjadi respon imun

    terhadapnya (prosesself tolerance).

    B.

    Reaksi silang dengan antigen bakteri

    Beberapa bakteri memiliki epitop yang sama dengan sel sendiri. Respon imun

    yang timbul terhadap bakteri tersebut dapat bermula pada rangsangan terhadap

    sel T yang selanjutnya merangsang pula sel B untuk membentuk

    autoantiboodi.

    C. Rangsangan molekul poliklonal

    Autoimunitas dapat pula terjadi oleh karena molekul poliklonal seperti virusEpstain-Bar (EBV), lipopolisakarida (LPS) dan parasit malaria yang dapat

    merangsang sel B secara langsung dan menimbulkan autoimunitas

    D. Kegagalan autoregulasi

    a.

    Kegagagalan pengontrol sistem imun menimbulkan respons terhadap

    antigen sendiri. Gangguan dapat terjadi pada persentasi antigen, infeksi

    yang meningkat adalah respons MHC, kadar sitokin yang rendah

    (misal. TGFb) atau gangguan respon terhadap IL-2.

    b.

    Pengawasan beberapa sel autoreaktif diduga bergantung pada sel Ts.

    Bila terjadi kegagalan sel Ts atau bila autoantigen bergabung dengan

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    6/36

    6

    molekul Ia maka sel Th dapat dirangsang sehingga mengakibatkan

    autoimunitas

    c. Penyakit autoimun baru terjadi bila reaksi autoimun mengakibatkan

    kerusakan jaringan patologik

    Faktor resiko

    A. Sequestered Antigen

    Adalah antigen sendiri yang karena letak anatominya, tidak terpajan dengan sel B

    atau sel T dari system imun. Pada keadaan normal, sequestered antigen dilindungi

    dan tidak di temukan untuk di kenali oleh system imun. Perubahan anatomic dalam

    jaringan seperti inflamasi dapat memajankan sequestered antigen dengan system

    imun ang tidak terjadi pada keadaan normal.

    B. Gangguan Presentasi

    Gangguan dapat terjadi pada presentasi antigen, infeksi yang meningkatkan respons

    MHC (major histocompatibility complex), kadar sitokin yang rendah dan gangguan

    respons terhadap IL-2. Beberapa pengawasan sel autoreaktif diduga bergantung pada

    sel Ts atau Tr. Bila terjadi kegagalan sel Ts atau Tr, maka sel Th dapat dirangsang

    sehingga menimbulkan autoimunitas.

    C. Ekspresi MHC-II yang tidak benar

    Sel B pancreas pada penderita dengan IDDM (insulin dependent diabetes mellitus)

    Mengekspresikan kadar tinggi MHC-I dan MHC-II, sedangkan subyek sehat sel B

    mengekspresikan MHC-I yang lebih sedikit dan tidak mengekspresikan MHC-II

    sama sekali.

    D.Aktivasi sel B poliklonal

    Autoimunitas dapat terjadi oleh karena aktivasi sel B poliklonal oleh virus EBV

    (Epstein Barr Virus), LPS (lipopolisakarida) dan parasit malaria yang dapt

    merangsang sel B secara langsung yang menimbulkan autoimunitas.

    E. Peran CD4 dan reseptor MHC

    CD4 merupakan efektor utama pada penyakit autoimun.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    7/36

    7

    F. Keseimbangan Th1Th2

    Penyakit autoimun organ spesifik terbanyak terjadi melalui sel TCD4. Th1

    menunjukkan peran pada autoimunitas, sedangkan beberapa penelitian Th2 tidakhanya melindungi terhadap induksi penyakit, tetapi juga terhadap progress penyakit.

    G. Sitokin pada autoimunitas

    Gangguan mekanismenya menimbulkan upregulasi atau produksi sitokin yang tidak

    benar sehingga menimbulkan efek patofisiologik.

    1.3 Patofisiologi

    Ada beberapa patofisiologi terjadinya autoimun, diantaranya:

    Pelepasan Ag yang terasing

    Beberapa penyakit yang berhubungan dengan pelepasan Ag yang terasing,

    dikarenakan adanya kerusakan sel yang di awali suatu faktor lingkungan misalnya

    infeksi dan faktor lainnya seperti asap rokok sehingga menyebabkan penyakit

    autoimun. Beberapa contoh diantaranya:

    Merokok yang dapat menyebabkan Goodpastures syndrome

    Pada keadaan normal, alveolar tidak terekspose untuk sistem imun. Adanya asap

    rokok yang dapat merusak alveoli, menyebabkan kolagen yang terkespose. Kolagen

    yang terekspose tadi akan membentuk anti kolagen antigen yang dapat merusak

    alveoli dan jaringan ginjal.

    Anti-sperm Ab yang diproduksi pada beberapa pria yang telah dilakukan vasectomy.

    Juga merupakan suatu proses autoimun.

    Gambar 2. Proses pelepasan Ag yang terasing

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    8/36

    8

    Stimulasi imun

    Mikroba dapat mengaktifkan APC untuk mengekspresikan kostimulator, dan ketika

    APC ini muncul sebagai self antigen sehingga Self reactive Tcells menjadi aktif

    melebihi toleransi yang ada, sehingga menyebabkan autoimunitas pada jaringanmanusia.

    Gambar 3. Proses stimulasi imun yang menyebabkan autoimunitas

    Molecular mimicry

    Beberapa antigen mikroba mempunyai reaksi silang terhadap self antigen(Molecular

    mimicry). Hal ini menyebabkan respon kekebalan yang dicetuskan oleh mikroba

    yang dapat mengaktifkan sel T spesifik untukself antigen.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    9/36

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    10/36

    10

    Anemia pernisiosa

    Gastritis atrofi autoimun

    Penyakit Addison

    b. Penyakit autoimun non-organ spesifik

    Penyakit autoimun yang non-organ spesifik terjadi karena dibentuknya antiboditerhadap autoantigen yang tersebar luas di dalam tubuh, misalnya DNA. Pada

    penyakit autoimun yang non-organ spesifik sering juga dibentuk kompleks imun yang

    di endapkan pada dinding pembuluh darah, kulit, sendi dan ginjal serta menimbulkan

    kerusakan.

    Perbedaan antara penyakit imun organ spesifik dan non-spesifik

    Organ Spesifik Non-organ spesifik

    Antigen Terdapat di dalam alat

    tubuh tertentu

    Tersebar di seluruh tubuh

    Kerusakan Antigen dalam tubuh Penimbunan kompleks

    sistemik dalm ginjal,

    sendi dan kulit

    Tumpang tindih Dengan antibodi organ

    spesifik dan penyakit lain

    Dengan antibodi non-

    organ spesifik dan

    penyakit lain.

    Penyakit autoimun menurut mekanisme :

    a.

    Penyakit autoimun melalui antibody

    Anemia hemolitik autoimun

    Salah satu penyebab menurunnya jumlah sel darah merah dalam sirkulasi ialah

    destruksi oleh antibodi terhadap antigen pada permukaan sel tersebut. Destruksi sel

    dapat terjadi akibat aktivasi komplemen dan opsonisasi oleh antibodi dan komponen

    komplemen. Antibodi yang dapat menimbulkan anemia hemolitik autoimun dibagidalam 2 golongan berdasarkan sifat fisiknya yaitu antibodi panas dan dingin.

    Miastenia gravis

    Timbulnya miastenia gravis berhubungan dengan timus. Pada umumnya penderita

    menunjukkan timoma atau hipertrofi timus dan bila kelenjar timus di angkat, penyakit

    kadang-kadang dapat menghilang.

    Tirotoksikosis

    Pada tirotokosis, autoantibodi dibentuk terhadap reseptor hormon. Disini dibentuk

    antibodi terhadap reseptor thyroid stimulating hormon (TSH).

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    11/36

    11

    b. Penyakit autoimun melalui kompleks imun

    Lupus erimatosus sistemik

    Agrerat kompleks imun akan disaring di ginjal dan mengendap di membran basal

    glomerulus. Kompleks lainnya mungkin mengendap di dinding arteri dan sendi dan

    membentuk endapan lumpy-bumpy. Kompleks tersebut mengaktifkan komplemen

    dan menarik granulosit dan menimbulkan refleks inflamasi sebagai glomerulonefritis.Derajat gejala penyakit dapat berubah-ubah sesuai dengan kadar kompleks imun.

    Artritis reumatoid

    Pada penyakit ini dibentuk imunoglobin yang berupa IgM (disebut reumatoid factor),

    yang spesifik terhadap fraksi Fc dari molekul IgG. Kompleks RF dan IgG ditimbun di

    sinovia sendi dan mengaktifkan komplemen yang melepas mediator dengan sifat

    kemotaktik terhadap granulosit. Respon inflamasi dan peningkatan permeabilitas

    vaskuler menimbulkan pembengkakan sendi.

    c. Penyakit autoimun melalui sel T

    Hashimoto thyroiditis

    Penyakit autoimun melalui komplemen

    1.5 Diagnosis

    A . Antibodi Dalam Serum

    Menemukan auto-antibodi dalam serum pada umumnya dilakukan dengan 4 cara

    yaitu RIA,ELISA,Imunofluoresensi,elektroforesis countercurrent . Imuno-fluoresensi

    merupakan cara yang paling kurang sensitif . RIA memerlukan reagens mahal .

    ELISA menghindari penggunaan radioisotop,tetapi memerlukan peralatan khusus .

    elektroforesis countercurrent mudah dikerjakan,murah,tetapi relatif sensitif .

    Beberapa antibodi yang ditemukan dengan RIA

    Antibodi Metoda Hasil Revalensi klinis

    DsDNA I-DNA-ikatan direk Persentase ikatan atau

    IU/ml

    LES

    Hepatitis kronis

    aktif

    Antibodi reseptor

    aseltikolin

    125 I-bungarotoksin

    dengan asetilkolin

    Ikatan dilaporkan

    sebagai fmol/I dari

    reseptor antibodi

    spesifik asal cell line

    Miastenia gravis

    Beberapa antibodi yang ditemukan dengan RIA

    Antibodi Metoda Hasil Revalensi klinis

    DsDNA I-DNA-ikatan direk Persentase ikatan atau

    IU/ml

    LES

    Hepatitis kronis

    aktif

    Antibodi reseptor

    aseltikolin

    125 I-bungarotoksin

    dengan asetilkolin

    Ikatan dilaporkan

    sebagai fmol/I dari

    reseptor antibodi

    spesifik asal cell line

    Miastenia gravis

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    12/36

    12

    Beberapa autoantibodi yang ditemukan dengan ELISA

    Antibodi Autoantigen sasaran Relevansi klinis

    Ab mikrosom tiroid

    Ab mitokondria (M2)

    Ab membran basal glomerulus

    Antibodi sitoplasma

    antineutrofil

    cANCA

    pANCA

    dsDNA

    Ab fosfolipid

    Pereksidase tiroid

    Kompleks E2 piruvat

    dehidrogenase

    Terminal C kolagen tipe IV

    Proteinase 3

    Mieloperoksidase

    dsDNA

    Kardiolipin

    Penyakit tiroid autoimun

    Sirosis bilier primer

    Sindrom Goodpasteur

    Nefritis membran basal

    antiglomerulus

    Granulomatosis Wegener

    Poliarteritis mikrokopis

    LES

    Sindrom antibodi fosfolipidprimer

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    13/36

    13

    B . Imunofluoresensi

    IFT digunakan untuk menemukan banyak autoantibodi dalam serum . Spesimen

    biopsi dapan diperiksa dengan cara imunohistikimia . Endapan imunoglobulin yang

    terjadi karena reaksi dengan organ atau antigen spesifik untuk jaringan . Cara ini

    terutama penting untuk diagnosi penyakit antibodi basal membran glomerulus dan

    penyakit bulosa kulit . Jaringan hewan dapat digunakan bila mengandung antigensama dengan manusia,tetapi beberapa autoantigen terbatas pada jaringan manusia atau

    cell liine manusia . Jaringan dibuat dengan kriostatdan segera dibekukan .

    IFT Indirek untuk antibodi nonorgan spesifik yang jarang

    Autoantibodi Substrat khas Gambaran pewarnaan Revalensi klinis utama

    ANA

    Sentromer

    SMA

    AMA

    Antibodi endomisial

    ANCA

    Human cell line (HEp2)

    atau hati tikus

    Hep2

    Lambung,hati ,ginjal

    Ginjal,hati,lambung tikus

    Esofagus kera

    Neotrofil manusia

    Semua nukleus

    Sentromer kromosom

    manusia

    Otot polos mis.

    Membran mukosa,otot

    kelenjar,intergasik dan

    tunika media arteri

    Semua mitokondria

    terutama tubulus distal

    ginjal

    Sarkolemna fibril otot

    polos

    Sitoplasmik

    (cANCA)

    Perinuklear (ANCA)

    Tes skrining untuk

    penyakit reumatik

    Sklerosis sistemik

    terbatas (sindrom

    CREST)

    Hepatitis kronis aktif

    Kerusakan hati

    nonspesifik (lemah)

    Sirosis bilier primer

    Dermatitis herpetioformis

    Granulomatosis

    Banyak bentuk vaskulitis

    IFT indirek untuk antibodi organ spesifik yang sering

    Autoantibodi Substrat khas Gambaran pewarnaan Revalensi klinis utamaAntibodi sel parital

    gaster

    Antibodi adrenal

    Antibodi sel pulau

    pankreas

    Antibodi kulit

    Lambung tikus

    Adrenal manusia

    Pannkreas manusia

    Kulit manusia atau bibir

    kelinci

    Hanya sel parital

    Sel kortikal adrenal

    Pulau sel- pankreas

    Semen interseluler intra-

    epidermalMembran basal epidermal

    Anemia pernisosa

    Penyakit addison

    idiopatik

    IDDM

    Penfigus vulgaris

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    14/36

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    15/36

    15

    LO 1.6 Manifestasi

    1. Miastenia gravis

    Pada 90 % penderita, gejala awal berupa gangguan otot-otot okular yang

    menimbulkan ptosis dan diplopia. Diagnosis dapat ditegakkan denganmemperhatikan otot-otot levator palpebrae kelopak mata. Bila penyakit hanya

    terbatas pada otot-otot mata saja, maka perjalanan penyakitnya sangat ringan

    dan tidak akan menyebabkan kematian.

    Miastenia gravis juga menyerang otot-otot, wajah, dan laring. Keadaan ini

    dapat menyebabkan regurgitasi melalui hidung jika pasien mencoba menelan

    (otot-otot palatum), menimbulkan suara yang abnormal atau suara nasal, dan

    pasien tak mampu menutup mulut yang dinamakan sebagai tanda rahang

    menggantung.

    Pada sistem pernapasan, terserangnya otot-otot pernapasan terlihat dari adanyabatuk yang lemah, dan akhirnya dapat berupa serangan dispnea dan pasien

    tidak lagi mampu membersihkan lender dari trakea dan cabang- cabangnya.

    Pada kasus yang lebih lanjut, gelang bahu dan panggul dapat terserang hingga

    terjadi kelemahan pada semua otot-otot rangka.

    Biasanya gejala Miastenia gravis dapat diredakan dengan beristirahat dan

    dengan memberikan obat antikolinesterase. Namun gejala-gejala tersebut

    dapat menjadi lebih atau mengalami eksaserbasi oleh sebab

    (Price & Wilson. 2006)

    2. Gejala skleroderma bervariasi, tergantung pada sistem organ yang terlibat.

    Yang paling umum tanda dan gejala termasuk skleroderma:

    A.

    Fenomena Raynaud. Respon berlebihan untuk suhu dingin atau tekanan

    emosional, kondisi ini menyempitkan pembuluh darah kecil di tangan dan kaki

    dan menyebabkan mati rasa, nyeri atau perubahan warna pada jari tangan atau

    kaki.

    B. Gastroesophageal reflux disease (GERD). Selain acid reflux, yang dapat

    merusak bagian kerongkongan terdekat perut, Anda juga mungkin memilikimasalah menyerap nutrisi jika otot usus Anda tidak bergerak makanan baik

    melalui usus Anda.

    Perubahan Kulit. Perubahan ini mungkin termasuk jari-jari bengkak dan

    tangan; bercak penebalan kulit, terutama pada jari, dan kulit yang kencang di

    sekitar tangan, wajah atau mulut. Kulit dapat tampil mengkilap, dan gerakan

    bagian yang terkena dapat terbatasi

    (Mayo Foundation for Medical Education and Research. 2008)

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    16/36

    16

    3. Graves disease

    Manifestasi yang tersering adalah palpatasi, mudah lelahm hiperkinesia, diare,

    berkeringat, intoleransi terhadap panas, tahan terhadap suhu dingin,

    pembesaran tiroid, thyrotoxic eyes signs, takikardi ringan, lemah otot,

    hilangnya massa otot dan nervousness. Serta sering sekali berkurangnya berat

    badan tanpa berkurangnya nafsu makan. Pada anak-anak terjadi pertumbuhanyang cepat disertai dengan maturasi tulang yang cepat. Pada pasien diatas 60

    tahun, terdapat gejala kardiovaskular, miopati, palpitasi, dispnea, tremor, dan

    berat badan turun. (http://www.docstoc.com )

    4. Sindroma Sjogren

    Perusakan kelenjar lakrimal menyebabkan berkurangnya air mata, sehingga

    epitel kornea menjadi mengering, diikuti dengan peradangan, erosi, dan

    ulserasi (keratokonjungtivitis). Dapt pula terjadi atrofi mukosa, disertai dengan

    fisura yang meradang dan ulserasi (xerostomia). (Robbins, et.al. 2007)

    5.

    Sindrom Goodpasture

    Gejala, seperti pendeknya nafas, batuk darah, kepenatan, bengkak, dan gatal,

    mungkin berkembang.

    Prognosis baik jika pengobatan dilaukan sebelum kerusakan paru-paru atau

    ginjal hebat terjadi.

    6. Multiple Sklerosis

    Seluruh sel syaraf yang terkena rusak. Akibatnya, sel tidak bisa meneruskansinyal syaraf seperti biasanya.

    Gejala mungkin termasuk kelemahan, sensasi abnormal, kegamangan, masalah

    dengan pandangan, kekejangan otot, dan sukar menahan hajat.

    Gejala berubah-ubah tentang waktu dan mungkin datang dan pergi.

    Prognosis berubah-ubah.

    7. Tiroditis Hasimoto

    Kelenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan kadar hormon thyroid

    rendah (hypothyroidism).

    Gejala seperti berat badan bertambah, kulit kasar, tidak tahan ke dingin, danmengantuk.

    Pengobatan seumur hidup dengan hormon thyroid perlu dan biasanya

    mengurangi gejala secara sempurna.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    17/36

    17

    8. Diabetes Melitus tipe 1

    Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang air kecil, dan selera

    makan, seperti komplikasi bervariasi dengan jangka panjang.

    Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan, sekalipun perusakan sel

    pankreas berhenti, karena tidak cukup sel pankreas yang ada untukmemproduks iinsulin yang cukup.Prognosis bervariasi sekali dan cenderung

    menjadi lebih jelek kalau penyakitnya parah dan bertahan hingga waktu yang

    lama.

    9. Anemia Pernisiosa

    Anemia pernisiosa adalah keadaan dimana tubuh tidak memproduksi cukup sel

    darah merah karena kekurangan vitamin B12. Keadaan ini biasanya terjadi pada

    orang-orang yang tubuhnya kehilangan kemampuan untuk menyerap vitamin

    B12 dari makanan.

    Anemia

    Anemia pernisiosa adalah salah satu jenis dari berbagai macam tipe anemia.

    Menderita anemia berarti anda tidak mempunyai cukup sel darah merah yang

    sehat. Jika seseorang menderita anemia, darah tidak dapat mengantarkan

    oksigen ke dalam sel-sel tubuh. Gejala yang paling sering dari anemia adalah

    perasaan lelah.

    Anemia Pernisiosa

    Pada anemia pernisiosa, sel darah tidak membelah secara normal dan bentuknya

    sangat besar. Sel darah tersebut sulit keluar dari sum-sum tulang. GAngguan

    bentuk sel darah merah tersebut terjadi karena kurangnya vitamin B12 dalam

    tubuh. Vitamin B12 merupakan salah satu jenis dari kelompok vitamin B;

    vitamin B ditemukan pada makanan hewani seperti daging, ikan, telur, susu dan

    produk susu lainnya. Selain untuk membentuk sel darah merah, vitamin B12

    juga diperlukan untuk aktifitas sistem saraf.

    Penyebab kekurangan vitamin B12 antara lain :

    1. Akibat kurangnya suatu jenis protein di lambung yang berfungsi membantu

    tubuh menyerap vitamin B12. Protein tersebut dinamakan faktor intrinsik.

    Faktor intrinsik dibuat oleh sel khusus yang terdapat pada dinding lambung.

    Pada beberapa orang, sel tersebut dirusak oleh sistem pertahanan tubuh atau

    rusak karena pembedahan lambung. Jika hal ini terjadi, faktor intrinsik tidak

    diproduksi dan vitamin B12 tidak dapat diserap. Hal ini yang menjadi penyebab

    utama kekurangan vitamin B12.

    2. Akibat tidak cukupnya vitamin B12 dalam makanan yang dikonsumsi. Hal ini

    dapat terjadi karena pola makan vegetarian atau karena kurangnya asupan

    makanan akibat penuaan atau alkoholisme.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    18/36

    18

    3. Akibat penyakit usus tertentu yang mengganggu penyerapan vitamin B12,

    seperti penyakit Crohn dan infeksi usus.

    Penyakit ini dinamakan anemia "pernisiosa" karena sebelum penyebab penyakit

    ini diketahui, sering menimbulkan kematian karena tidak ada terapi yang

    spesifik. Saat ini, lebih mudah untuk mengobati penyakit ini, yaitu dengan tabletatau injeksi vitamin B12. Anemia pernisiosa akan bertambah parah jika dalam

    jangka waktu lama tidak diobati. Tanpa pengobatan, penyakit ini dapat

    menyebabkan kerusakan permanen pada tubuh. Anemia pernisiosa paling sering

    mengenai orang yang berusia tua.

    10.Anemia Hemolitik

    Anemia hemolitik autoimun adalah suatu kelainan dimana terdapat antibodi

    tertentu pada tubuh kita yang menganggap eritrosit sebagai antigen non-selfnya,sehingga menyebabkan eritrosit mengalami lisis.

    11.Addison

    Penyakit Addison adalah gangguan yang terjadi karena kurangnya hormon

    tertentu yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Pada penyakit Addison, kelenjar

    adrenal menghasilkan kortisol dan aldosteron dalam jumlah yang terlalu sedikit.

    Kondisi ini juga sering disebut dengan insufisiensi adrenal atau

    hypocortisolism. Penyakit Addison terjadi pada semua kelompok usia dan

    mempengaruhi semua jenis kelamin yang dapat mengancam jiwa.

    12.Gulain bare

    GBS atau Guillain Barre Syndrome adalah penyakit langka yang

    menyebabkan tubuh menjadi lemah kehilangan kepekaan yang biasanya dapat

    sembuh sempurna dalam hitungan minggu, bulan atau tahun.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    19/36

    19

    LI 2 Memahami & Menjelaskan Lupus Eritomatosus Sistemik

    2.1 Definisi

    Systemic lupus eritomatosus (SLE) adalah penyakit rematik autoimun yang ditandai

    adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam

    tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan kompleks imun,

    sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.

    Jenis-jenis lupus

    Cutaneus Lupus : Seringkali disebut discoid yang mempengaruhi kulit.

    Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyerang organ tubuh

    seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, jantung,

    ginjal, hati, otak, dan syaraf.

    Drug Induced Lupus(DIL), timbul karena menggunakan obat-obatan

    tertentu. Setelah pemakaian dihentikan, umumnya gejala akan hilang.

    (Alwi, I., Setiati, S., Setiyohadi, B., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

    Jakarta :Interna Publishing)

    2.2 Etiologi

    Etiologi SLE belum diketahui secara pasti. Faktor genetik diduga

    berperanan penting dalam predisposisi penyakit ini. Interaksi antara sex, status

    hormonal dan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (HPA) mempengaruhi

    kepekaan dan ekspresi klinis SLE.

    Adanya gangguan dalam mekanisme pengaturan imun seperti

    gangguan pembersihan sel-sel apoptosis dan kompleks imun. Hilangnya

    toleransi imun, meningkatkan beban antigenik, bantuan sel T yang berlebihan,

    gangguan supresi sel B dan peralihan respon imun dari T helper 1 ke sel T

    helper 2 yang menyebabkan hiperaktivitas sel B dan memproduksiautoantibodi patogenik. Respon imun yang terpapar faktor eksternal yaitu

    lingkungan seperti radiasi ultraviolet bisa menyebabkan disregulasi sistem

    imun.

    (Alwi, 2009)

    1. Genetik:a.

    Sering pada anggota keluarga dan saudara kembar monozigot (25%)

    dibanding kembar dizigotik (3%), berkaitan dengan HLA seperti DR2,

    DR3 dari MHC kelas II.

    b. Individu dengan HLA DR2 dan DR3 risiko 2-3 kali dibanding dengan

    HLA DR4 dan HLA DR5.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    20/36

    20

    c. Gen HLA diperlukan untuk proses pengikatan dan presentasi antigen,

    serta aktivasi sel T.

    d.

    Haploptip (pasangan gen yang terletak dalam sepasang kromosom

    yang menetukan ciri seseorang), HLA menggangu fungsi sistem imun

    yang menyebabkan peningkatan autoimunitas.

    Penemuan terakhir menyebutkan tentang gen dari kromosom 1. Hanya10% dari penderita yang memiliki kerabat (orang tua maupun saudara

    kandung) yang telah maupun akan menderita lupus. Statistik

    menunjukkan bahwa hanya sekitar 5% anak dari penderita lupus yang

    akan menderita penyakit ini.

    2. Defisiensi komplemena.

    Defisiensi C3 / C4 jarang pada yang manifestasi kulit dan SSP.

    b. Defisiensi C2 pada LES dengan predisposisi genetik.

    c. 80% penderita defisiensi komplemen herediter cenderung LES.

    d.

    Defisiensi C3 menyebabkan kepekaan tehadap infeksi meningkat, yang

    akan menyebabkan predisposisi penyakit kompleks imun.e. Defisiensi komplemen menyebabkan eliminasi kompleks imun

    terhambat, menaikkan jumlah kompleks imun yang beredar dalam

    sirkulasi lebih lama, lalu mengendap di jaringan yang menyebabkan

    berbagai macam manifestasi LES.

    3. Hormona.

    Estrogen : imunomodulator terhadap fungsi sistem imun humoral yang

    akan menekan fungsi sel Ts dengan mengikat reseptor menyebabkan

    peningkatan produksi antibodi.

    b.

    Androgen akan induksi sel Ts dan menekan diferensiasi sel B

    (imunosupresor).

    c. Imunomodulator adalah zat yang berpengaruh terhadap keseimbangan

    sistem imun.

    d. 3 jenis imunomodulator :

    Imunorestorasi

    Imunostimulasi

    Imunosupresi

    4. Autoantibodi

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    21/36

    21

    5. Lingkungan

    a. Bakteri atau virus yang mirip antigen atau berubah menjadi neoantigen.

    Sinar UV akan meningkatkan apoptosis, pembentukan anti DNAkemudian terjadi reaksi epidermal lalu terjadi kompleks imun yang

    akan berdifusi keluar endotel setelah itu terjadi inflamasi

    2.3 Patofisiologi

    Penyakit sistemik lupus eritematosus ( SLE ) tampaknya terjadi

    akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkanpeningkatan auto anti bodi yang berlebihan. Gangguan

    imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-

    faktor genetik, hormonal

    ( sebagaimana terbukti oleh penyakit yang biasanya terjadi

    selama usia reproduktif ) dan lingkungan ( cahaya matahari, luka

    bakar termal ). Obat-obat tertentu seperti hidralasin ( Apresoline ,

    prokainamid ( Pronestyl ), isoniazid, klorpromazin dan beberapa

    preparat antikonvulsan disamping makanan kecambah alfalfa

    turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atauobat-obatan.

    Pada sistemik lupus eritematosus, peningkatan produksi auto anti

    bodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-Supresor yang

    abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan

    kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang

    selanjutnya merangsang anti bodi tambahan, dan siklus tersebut

    berulang kembali.

    Adanya satu atau beberapa faktor pemicu yang mempunyaiprediposisi genetic akan menghasilkan tenaga pendorong

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    22/36

    22

    abnormal terhadap sel T CD4+, mengakibatkan hilangnya

    toleransi sel T terhadap self-antigen. Sebagai akibatnya

    muncullah sel T autoreaktif yang akan menyebabkan induksi

    serta ekspansi sel B, baik yang memproduksi auto antibody

    maupun yang berupa sel memori. Ujud pemicu ini masih belumjelas. Sebagian dari yang diduga termasuk didalamnya ialah

    hormon seks, sinar ultraviolet dan berbagai macam infeksi.

    Pada SLE, antibodi yang berbentuk ditunjukkan terhadap antigen

    yang terutama terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini

    meliputi DNA, protein histon dan non-histon. Kebanyakan di

    antaranya dalam keadaan alamiah terdapat dalam bentuk agregat

    protein dan atau kompleks protein-RNA yang disebut partikel

    ribonukleoprotein (RNA). Ciri khas autoantigen ini ialah bahwa

    mereka tidak tissue-spesific dan merupakan komponen integralsemua jenis sel.

    Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti-nuclear

    antibody). Dengan antigennya yang spesifik, ANA membentuk

    komplek imun yang beredar dalam sirkulasi. Kompleks imun ini

    akan mengendap pada berbagai macam organ dengan akibat

    terjadinya fiksasi komplemen pada organ tersebut. Peristiwa ini

    menyebabkan aktivasi komplemen yang menghasilkan subtansi

    penyebab timbulnya reaksi radang.

    Bagian yang penting dalam patogenesis ini ialah terganggunya

    mekanisme regulasi yang dalam keadaan normal mencegah

    automunitas patologis pada individu yang resisten.

    Onset penyakit dapat spontan atau didahului oleh faktor

    presipitasi seperti kontak dengan sinar matahari, infeksi

    virus/bakteri, obat misalnya golongan sulfa, penghentian

    kehamilan dan trauma fisis/psikis. Setiap serangan biasanya

    disertai gejala umum yang jelas seperti demam, malaise,

    kelemahan, nafsu makan berkurang, berat badan menurun daniritabilitas. Yang paling menonjol ialah demam, kadang-kadang

    disertai menggigil.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    23/36

    23

    2.4 Manifestasi

    No Kriteria Definisi

    1 Bercak malar

    (butterfly rash)

    Eritema datar atau menimbul yang

    menetap di daerah pipi, cenderung

    menyebar ke lipatan nasolabial

    2 Bercak diskoid Bercak eritema yang menimbul dengan

    adherent keratotic scaling dan follicular

    plugging, pada lesi lama dapat terjadiparut atrofi

    3 Fotosensitif Bercak di kulit yang timbul akibat

    paparan sinar matahari, pada anamnesis

    atau pemeriksaan fisik

    4 Ulkus mulut Ulkus mulut atau nasofaring, biasanya

    tidak nyeri

    5 Artritis Artritis nonerosif pada dua atau lebih

    persendian perifer, ditandai dengan nyeri

    tekan, bengkak atau efusi

    6 Serositif a. Pleuritis : Riwayat pleuritic pain atau

    terdengar pleural friction rub atau terdapat

    efusi pleura pada pemeriksaan fisik Atau

    b. Perikarditis: Dibuktikan dengan EKG

    atau terdengar pericardial friction rub atau

    terdapat efusi perikardial pada

    pemeriksaan fisik

    7 Gangguan ginjal a. Proteinuria persisten > 0,5 g/hr atau

    pemeriksaan +3 jika pemeriksaan

    kuantitatif tidak dapat dilakukan atau

    b. Cellular cast : eritrosit, Hb, granular,

    tubular atau campuran8 Gangguan saraf Kejang : Tidak disebabkan oleh obat atau

    kelainan metabolik (uremia, ketoasidosis

    atau ketidakseimbangan elektrolit) atau

    Psikosis: Tidak disebabkan oleh obat atau

    kelainan metabolik (uremia, ketoasidosis

    atau ketidakseimbangan elektrolit)

    9 Gangguan darah Terdapat salah satu kelainan darah

    Anemia hemolitik dengan retikulositosis

    Leukopenia < 4000/mm3pada > 1

    pemeriksaan

    Limfopenia < 1500/mm3pada > 2pemeriksaan

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    24/36

    24

    2.5 Diagnosis & Diagnosis banding

    Diagnosis

    Diagnosis dibuat atas dasar klinis. Biasanya diperkuat

    dengan uji laboraturium. 11 kriteria kelainan yang terjadi dalam

    mendiagnosis lupus eritematosus yaitu bila ada 4 poin dari 11

    manifestasi kelainan. Kriteria ini yaitu : ruam malar, ruam

    diskoid, fotosensitifitas, ulser pada rongga mulut, artritis,

    serositis, gangguanpada ginjal, gangguan pada sistem saraf,

    gangguan perdarahan, gangguan imunologis,antibodi antinuclear

    Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu

    dokter untuk membuat diagnosa SLE, antara lain :

    1. Pemeriksaan anti-nuclear antibodi (ANA)

    yaitu : pemeriksaan untuk menentukan apakah auto-antibodi

    terhadap inti sel sering muncul di dalam darah.

    2.

    Pemeriksaan anti ds DNA ( Anti double stranded DNA ).

    yaitu : untuk menentukan apakah pasien memiliki antibodi

    terhadap materi genetik di dalam sel.

    3.

    Pemeriksaan anti-Sm antibodi

    yaitu : untuk menentukan apakah ada antibodi terhadap Sm

    (protein yang ditemukan dalam sel protein inti).

    4. Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan immune complexes

    (kekebalan) di dalam darah

    5. Pemeriksaan untuk menguji tingkat total dari serum

    complement (kelompok protein yang dapat terjadi pada reaksi

    kekebalan) dan pemeriksaan untuk menilai tingkat spesifik dari

    C3 dan C4 dua jenis protein dari kelompok pemeriksaan ini.

    6.

    Pemeriksaan sel LE (LE cell prep)

    Trombositopenia < 100.000/mm tanpa

    adanya intervensi obat

    10 Gangguan imunologi Terdapat salah satu kelainan

    Anti ds-DNA diatas titer normal

    Anti-Sm(Smith) (+)

    Antibodi fosfolipid (+) berdasarkankadar serum IgG atau IgM antikardiolipin

    yang abnormal

    antikoagulan lupus (+) dengan

    menggunakan tes standar

    tes sifilis (+) palsu, paling sedikit selama

    6 bulan dan dikonfirmasi dengan

    ditemukannya Treponema palidum

    atauantibodi treponema

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    25/36

    25

    yaitu : pemeriksaan darah untuk mencari keberadaan jenis sel

    tertentu yang dipengaruhi membesarnya antibodi terhadap

    lapisan inti sel lain pemeriksaan ini jarang digunakan jika

    dibandingkan dengan pemeriksaan ANA, karena pemeriksaan

    ANA lebih peka untuk mendeteksi penyakit Lupus dibandingkandengan LE cell prep.

    7.

    Pemeriksaan darah lengkap, leukosit, thrombosit

    8.

    Urine Rutin

    9.

    Antibodi Antiphospholipid

    10.

    Biopsy Kulit

    11.Biopsy Ginjal

    Diagnosis banding

    A. Aktinik Keratosis

    Aktinik keratosis didapatkan pada daerah yang terpapar

    sinar matahari, misalnya wajah, telinga, lipatan kepala, dorsal tangan, dan lengan.

    Kelainan biasanya multipel, berkelompok, datar atau meninggi, keratotik, kemerahan,

    berpigmen. Pada palpasi, permukaannya kasar. Pasien biasanya mengeluh adanya

    kekakuan pada daerah lesi. Lesi biasanya berukuran kecil dengan diameter 3 mm 1cm, berbatas tegas. Tipe hiperkeratotik biasanya muncul di lengan dan punggung

    tangan. Lesi awal biasanya hanya berupa telangiektasis, hiperkeratosis muncul setelah

    beberapa lama.

    Aktinik keratosis merupakan lesi prekanker yang diperkirakan bisa bermanifestasi

    sebagai karsinoma sel squamosa. Aktinik keratosis dapat dicegah dengan menghindari

    paparan sinar matahari dalam jangka lama secara teratur, dengan menggunakan

    sunscreen, dan dengan diet rendah lemak.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    26/36

    26

    B. Dermatomyositis

    Dermatomyositis (DM) adalah salah satu

    penyakit miopati inflamasi idiopatik. Kelainan ini menyerang kulit dan/atau otot

    skelet yang menyebabkan peradangan pada kulit dan kelemahan otot. Beberapa lesi

    yang timbul dapat menjadi tanda pataognomonis penyakit ini, di antaranya Gottrons

    sign dan Gottrons papule. Karakteristik lain seperti lesi berkonfluens, makular,

    edema/eritema, dan telangiektasis/distrofik kutikula. Perubahan primer dari

    dermatomyositis adalah gatal, lesi simetris, berkonfluen, makular eritema yang bisa

    menyerang permukaan kulit, terutama ekstensor jari, tangan, lengan, area deltoid,

    punggung belakang, dan leher (the shawl sign), area V pada leher dan dada atas,

    daerah wajah, daerah periorbital, dan lipatan kepala.

    C. Acne Rosacea

    Rosacea adalah inflamasi kronik pada wajah yangditandai dengan eritema dan pustula. Penyebab rosacea belum diketahui. Secara

    histologi, pembuluh darah di lapisan dermis berdilatasi, glandula sebasea hiperplasia,

    dan tampak adanya infiltrat selsel inflamasi. Ekskresi sebum normal.

    Gejala diawali dengan kemerahan pada wajah, eritema, telangiektasis, adanya

    papula dan pustula. Selain itu, biasa disertai limfoedema pada pipi, hidung, dahi dandagu. Hiperplasia glandula sebasea dan jaringan penyambung pada hidung.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    27/36

    27

    Manifestasi pada mata berupa blefaritis dan konjungtivitas. Paparan sinar matahari

    dan steroid topikal memperburuk keadaan.

    D. Psoriasis Vulgaris

    Psoriasis adalah penyakit kulit yang sering

    dijumpai dengan prevalensi sekitar 2%. Tingkatkeparahan penyakit bermacam macam, mulai dari

    erupsi kulit yang terlokalisasi hingga kelainan yang

    bersifat sistemik. Penyakit ini bisa mengenai semua

    umur tetapi paling sering pada umur dewasa muda,

    yang biasanya dikaitkan dengan efek psikologis.

    Penebalan epidermis merupakan karakteristik

    dari psoriasis yang menyebabkan peninggian lesi dan

    mudah diraba. Bentuk plak biasanya didapatkan di daerah trunkus dan ekstremitas

    dengan ukuran yang bervariasi. Jumlahnya bisa satu atau multipel, terdistribusi secara

    simetris.

    2.6 Penatalaksanaan

    Pencegahan systemic lupus eritematosus

    Untuk mencegah kekambuhan SLE, pasien sebaiknya melakukan hal-

    hal sebagai berikut :

    a.

    Hindari stress dan trauma fisik.Stress dapat mencetuskan SLE pada pasien yang sudah

    memliki kecenderungan akan penyakit ini.

    b. Hindari merokok.

    c. Hindari perubahan cuaca karena mempengaruhi proses

    inflamasi.

    d. Cukuplah beristirahat.

    Kelelahan dan aktivitas fisik yang berlebih bisa memicu

    kambuhnya SLE.

    e. Diet sesuai kelainan.

    f. Hindari infeksi

    Pasien SLE cenderung mudah mendapat infeksi dan kadang-kadang penyakit ini kambuh setelah infeksi.

    g. Hindari pajanan sinar ultraviolet

    Sinar ultraviolet dapat menimbulkan kelainan kulit seperti

    timbulnya bercak kemerahan yang menonjol atau menebal.

    h. Hindari obat-obatan yang mengandung hormon estrogen.

    http://buletinsehat.com/obat/sistemik-lupus-eritematosus-sle/. Sistemik

    Lupus Eritematosus. 22 Mei 2012. 20:31

    Penatalaksanaan non-farmako :

    a.

    Edukasi

    http://buletinsehat.com/obat/sistemik-lupus-eritematosus-sle/http://buletinsehat.com/obat/sistemik-lupus-eritematosus-sle/
  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    28/36

    28

    Edukasi penderita memegang peranan penting mengingat SLE

    merupakan penyakit yang kronis. Penderita perlu dibekali informasi

    yang cukup tentang berbagai macam manifestasi klinis yang dapat

    terjadi, tingkat keparahan penyakit yang berbeda-beda sehingga

    penderita dapat memahami dan mengurangi rasa cemas yang

    berlebihan. Pada wanita usia reproduktif sangat penting diberikanpemahaman bahwa bila akan hamil maka sebaiknya kehamilan

    direncanakan saat penyakit sedang remisi, sehingga dapat mengurangi

    kejadian flare up dan risiko kelainan pada janin maupun penderita

    selama hamil.

    b. Dukungan sosial dan psikologis.

    Hal ini bisa berasal dari dokter, keluarga, teman maupun mengikut

    sertakan peer group atau support group sesama penderita lupus. Di

    Indonesia ada 2 organisasi pasien Lupus, yakni care for Lupus SD di

    Bandung dan Yayasan Lupus Indonesia di Jakarta. Mereka

    bekerjasama melaksanakan kegiatan edukasi pasien dan masyarakat

    mengenai lupus. Selain itu merekapun memberikan advokasi danbantuan finansial untulk pasienyang kurang mampu dalam pengobatan.

    c.

    Istirahat

    Penderita SLE sering mengalamifatiguesehingga perlu istirahat yang

    cukup, selain perlu dipikirkan penyebab lain seperti hipotiroid,

    fibromialgia dan depresi.

    d. Tabir surya

    Pada penderita SLE aktifitas penyakit dapat meningkat setelah terpapar

    sinar matahari, sehingga dianjurkan untuk menghindari paparan sinar

    matahari yang berlebihan dan menggunakan tabir surya dengan SPF >

    30 pada 30-60 menit sebelum terpapar, diulang tiap 4-6 jam.

    e.

    Monitor ketat

    Penderita SLE mudah mengalami infeksi sehingga perlu diwaspadai

    bila terdapat demam yang tidak jelas penyebabnya. Risiko infeksi juga

    meningkat sejalan dengan pemberian obat immunosupresi dan

    kortikosteroid. Risiko kejadian penyakit kejadian kardiovaskuler,

    osteoporosis dan keganasan juga meningkat pada penderita SLE,

    sehingga perlu pengendalian faktor risiko seperi merokok, obesitas,

    dislipidemia dan hipertensi.

    Penatalaksanaan secara farmakologis :

    a.

    Siklofosfamid

    Merupakan obat utama pada gangguan sistem organ yang berat,

    terutama nefropati lupus.

    Pengobatan dengan kortikosterod dan siklofosfamid (bolus iv 0,5-1

    gram/m2) lebih efektif dibanding hanya kortikosteroid saja, dalam

    pencegahan sequele ginjal, mempertahankan fungsi ginjal dan

    menginduksi remisi ginjal. Manifestasi non renal yang efektif dengan

    siklofosfamid adalah sitopenia, kelainan sistem saraf pusat, perdarahan

    paru dan vaskulitis.

    Pemberian per oral dengan dosis 1-1,5 mg/kgBB dapatditingkatkan sampai 2,5-3 mg/kgBB dengan kondisi neutrofil >

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    29/36

    29

    1000/mm3dan leukosit > 3500/mm3. Monitoring jumlah leukosit

    dievaluasi tiap 2 minggu dan terapi intravena dengan dosis 0,5-1

    gram/m2 setiap 1-3 bulan.

    Efek samping yang sering terjadi adalah mual, muntah, kadang

    dapat ditemukan rambut

    rontok namun hilang bila obat dihentikan.Leukopenia dose-dependentbiasanya timbul setelah 12 hari pengobatan sehingga

    diperlukan penyesuaian dosis dengan leukosit.Risiko terjadi infeksi

    bakteri, jamur dan virus terutamaHerpes zostermeningkat. Efek

    samping pada gonad yaitu menyebabkan kegagalan fungsi ovarium dan

    azospermia.Pemberian hormon Gonadotropin releasing hormoneatau

    kontrasepsi oral belum terbukti efektif. Pada penderita SLE dengan

    nefropati lupus yang mengalami kehamilan obat golongan ini

    sebaiknya dihindarkan.

    b. Mycophenolate mofetil (MMF)

    MMF merupakan inhibitor reversibel inosine monophosphate

    dehydrogenase, yaitu suatu enzimyang penting untuk sintesis purin. MMF akan mencegah proliferasi sel

    B dan T serta mengurangi ekspresi molekul adhesi. MMF secara

    efektif mengurangi proteinuria dan memperbaiki kreatinin serum pada

    penderita SLE dan nefritis yang resisten terhadap siklofosfamid.

    Efek samping yang terjadi umumnya adalah leukopenia, nausea dan

    diare. Kombinasi MMF dan Prednison sama efektifnya dengan

    pemberian siklosfosfamid oral dan prednison yang dilanjutkan dengan

    azathioprine dan prednisone. MMF diberikan dengan dosis 500-1000

    mg dua kali sehari sampai adanya respons terapi dan dosis obat

    disesuaikan dengan respons tersebut. Pada penderita SLE dengan

    nefropati lupus yang mengalami kehamilan obat golongan ini

    sebaiknya dihindarkan

    c. Azathioprine

    Azathioprine adalah analog purin yang menghambat sintesis asam

    nukleat dan mempengaruhi fungsi imun seluler dan humoral. Pada SLE

    obat ini digunakan sebagai alternatif siklofosfamid untuk pengobatan

    lupus nefritis atau sebagaisteroid sparing agentuntuk manifestasi non

    renal seperti miositis dan sinovitis yang refrakter.

    Pemberian mulai dengan dosis 1,5 mg/kgBB/hari, jika perlu dapat

    dinaikkan dengan interval waktu 8-12 minggu menjadi 2,5-3mg/kgBB/hari dengan syarat jumlah leukosit > 3500/mm3dan metrofil

    > 1000. Jika diberikan bersamaan dengan allopurinol maka dosisnya

    harus dikurangi menjadi 60-75%.

    Efek samping yang terjadi lebih kuat dibanding siklofosfamid, yang

    biasanya terjadi yaitu supresi sumsum tulang dan gangguan

    gastrointestinal. Azathioprine juga sering dihubungkan dengan

    hipersensitifitas dengan manifestasi demam, ruam di kulit dan

    peningkatan serum transaminase. Keluhan biasanya bersifat reversibel

    dan menghilang setelah obat dihentikan. Oleh karena dimetabolisme di

    hati dan dieksresikan di ginjal maka fungsi hati dan ginjal harus

    diperiksa secara periodik.

    Obat ini merupakan pilihan imunomodulator

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    30/36

    30

    pada penderita nefropati lupus yang hamil, diberikan dengan dosis 1-

    1,5 mg/kgBB/hari karena relatif aman.

    d.

    Leflunomide (Arava)

    Leflunomide merupakan suatu inhibitor de novo sintesis pyrimidin

    yang disetujui pada pengobatan rheumatoid arthritis. Beberapa

    penelitian telah melaporkan keuntungan pada pasien SLE yang padamulanya diberikan karena ketergantungan steroid.Pemberian dimulai

    dengan loading dosis 100 mg/hari untuk 3 hari kemudian diikuti

    dengan 20 mg/hari.

    e. Methotrexate

    Methotrexate diberikan dengan dosis 15-20 mg peroral satu kali

    seminggu, dan terbukti efektif terutama untuk keluhan kulit dan sendi.

    Efek samping yang biasa terjadi adalah peningkatan serum

    transaminase, gangguan gastrointestinal, infeksi dan oral ulcer,

    sehingga perlu dimonitor ketat fungsi hati dan ginjal. Pada penderita

    SLE dengan nefropati lupus yang mengalami kehamilan obat golongan

    ini sebaiknya dihindarkan.f. Siklosporin

    Pemberian siklosporin dosis 2,5-5 mg/kgBB/hari pada umumnya dapat

    ditoleransi dan menimbulkan perbaikan yang nyata terhadap

    proteinuria, sitopenia, parameter imunologi (C3, C4, anti-ds DNA) dan

    aktifitas penyakit.

    Jika kreatinin meningkat lebih dari 30% atau timbul hipertensi maka

    dosisnya harus disesuaikan efek samping yang sering terjadi adalah

    hipertensi, hiperplasia gusi, hipertrikhosis, dan peningkatan kreatinin

    serum. Siklosporin terutama bermanfaat untuk nefritis membranosa

    dan untuk sindroma nefrotik yang refrakter, sehingga monitoring

    tekanan darah dan fungsi ginjal harus dilakukan secara rutin.

    Siklosporin A dapat diberikan pada penderita nefropati lupus yang

    hamil, diberikan dengan dosis 2 mg/kgBB/hari karena relatif aman.

    Hormon SeksBromokriptin yang secara selektif menghambat hipofise anterior untuk

    mensekresi prolaktin terbukti bermanfaat mengurangi aktifitas

    penyakit SLE. Dehidroepiandrosteron (DHEA) bermanfaat untuk SLE

    dengan aktifitas ringan sampai sedang. Danazole (sintetik steroid)

    dengan dosis 400-1200 mg/hari bermanfaatuntuk mengontrol sitopenia

    autoimun terutama trombositopeni dan anemia hemolitik.Estrogenreplacement therapy(ERT) dapat dipertimbangkan pada pasien-pasien

    SLE yang mengalami menopause, namun masih terdapat perdebatan

    mengenai kemampuan kontraseptif oral atau ERT dalam menimbulkan

    flare SLE. Untuk itu terapi ini harus ditunda pada pasien dengan

    riwayat trombosis.

    KortikosteroidKortikosteroid efektif untuk menangani berbagai macam manifestasi

    klinis SLE. Sediaan topikal atau intralesi digunakan untuk lesi kulit,

    sediaan intra artikular digunakan untuk artritis, sedangkan sediaan oral

    atau parenteral untuk kelainan sistemik. Pemberian per oral dosisnyabervariasi dari 5-30 mg prednison (metilprednisolon) per hari secara

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    31/36

    31

    tunggal atau dosis terbagi, efektif untuk mengobati keluhan

    konstitusional, kelainan kulit, arthritis dan serositis. Seringkali

    kortikosteroid diberikan bersamaan dengan antimalaria atau

    imunomodulator dengan tujuan untuk mendapatkan induksi yang cepat

    kemudian diturunkan dosisnya. Adanya keterlibatan organ penting

    seperti nefritis, cerebritis, kelainan hematologi atau vaskulitis sistemik,umumnya memerlukan prednison dosis tinggi (1-2 mg/kgBB/hari).

    Kortikosteroid parenteral juga dapat digunakan pada keadaan yang

    sangat berat, mengancam jiwa, dengan dosis metilprednisolon bolus

    1000 mg selama 3 hari berturut-turut.

    Efek yang tidak dikehendaki pada pemberian glukokortikoid

    lama antara lain habitus cushingoid, peningkatan berat badan,

    hipertensi, infeksi, fragilitas kapiler, akne, hirsutism, percepatan

    osteoporosis, nekrosis iskemi tulang, katarak, glaucoma, diabetes

    mellitus, myopati, hipokalemia, menstruasi yang tidak teratur,

    iritabilitas, insomnia, dan psikosa. Oleh karenanya setelah aktifitas

    penyakit terkontrol, dosis kortikosteroid harus segera diturunkan ataukalau mungkin dihentikan atau diberikan dalam dosis terkecil selang

    sehari.

    Untuk meminimalisasi osteoporosis, dapat diberikan suplemen kalsium

    1000 mg/ hari pada pasien dengan eksresi kalsium urin 24 jam lebih

    dari 120 mg. Diberikan pula vitamin D 50.000 unit 1-3 kali seminggu

    (monitor hiperkalsemia). Dalam mencegah osteoporosis dapat pula

    diberikan kalsitonin dan bifosfonat (alendronat, didronel atau actonel).

    Kortikosteroid pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik selama

    kehamilan meskipun dapat menimbulkan eksaserbasi diabetes dan

    hipertensi. Tidak terdapat bukti bahwa kortikosteroid menyebabkan

    defek kongenital tetapi mungkin dapat menyebabkan berat badan bayi

    lahir rendah dan ketuban pecah dini.

    NSAID (Non Steroid Anti I nfl ammatory Dr ug)NSAID digunakan untuk mengatasi keluhan nyeri

    muskuloskeletal, pleuritis, perikarditis dan sakit kepala. Efek samping

    NSAID pada ginjal, hati, sistem saraf pusat harus dibedakan dengan

    aktifitas lupus yang menghebat. Adanya proteinuria yang baru timbul

    atau perburukan fungsi ginjal dapat disebabkan oleh aktifitas SLE atau

    efek NSAID. NSAID juga dapat menyebabkan meningitis aseptik,sakit kepala, psikosis dan gangguan kognitif, meningkatkan serum

    transaminase secara reversibel. Gangguan gastrointestinal merupakan

    efek samping paling sering ditimbulkan oleh inhibitor COX non-

    selektif. Inhibitor COX-2 selektif lebih sedikit efek sampingnya pada

    gastrointestinal.Pada penderita SLE dengan nefropati lupus yang

    mengalami kehamilan obat golongan ini sebaiknya dihindarkan karena

    dapat mengakibatkan kelainan kongenital dan dieksresikan dalam air

    susu.

    Plasmaferesis

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    32/36

    32

    Peranan plasmaferesis pada nefropati lupus masih kontroversi.

    Indikasinya adalah kasus lupus disertai krioglobulinemia, sindroma

    hiperviskositas dan TTP (Thrombotyc Thrombocytopenic Purpura).

    Immunoglobuli n I ntravena

    Immunoglobulin intravena (IV Ig) adalah imunomodulator denganmekanisme kerja yang luas, meliputi blokade reseptor Fc, regulasi

    komplemen dan sel T. Tidak seperti immunosupresan, IV Ig tidak

    mempunyai efek meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Dosis 400

    mg/kgBB/hari selama 5 hari berturut-turut memberikan perbaikan pada

    trombositopeni, artritis, nefritis, demam, manifestasi kulit dan

    parameter immunologis. Efek samping yang terjadi adalah demam,

    mialgia, sakit kepala dan artralgia, serta kadang meningitis aseptik.

    Kontraindikasi diberikan pada penderita SLE dengan defisiensi IgA.

    http://internershs.com. Diagnosis dan Penatalaksanaan Lupus

    Eritematosus Sistemik

    2.7 Prognosis

    Beberapa tahun terakhir ini prognosis penderita lupus semakinmembaik, banyak penderita yang menunjukkan penyakit yang ringan.

    Wanita penderita lupus yang hamil dapat bertahan dengan aman

    sampai melahirkan bayi yang normal, tidak ditemukan penyakit ginjal

    ataupun jantung yang berat dan penyakitnya dapat dikendalikan.

    Angka harapan hidup 10 tahun meningkat sampai 85%. Prognosis yang

    paling buruk pada penderita yang mengalami kelainan otak, paru-paru,

    jantung dan ginjal yang berat.

    Angka harapan hidup :

    a.5 tahun : 85-88%

    b.

    10 tahun : 76-87%

    Penyebab utama kematian pada SLE adalah akibat :

    Infeksi penyakit

    a.

    Nefritis lupus

    b.Konsekuensi gagal ginjal (termasuk terapinya)

    c.Penyakit kardiovaskular

    d.Lupus sistem saraf pusat

    Trombosis arteri mempunyai prognosis buruk. Penyakit ginjal

    merupakan indikator prognosis yang paling buruk pada SLE,

    dikarenakan tuter antibodi pengikat DNA positif/meningkat, yang

    http://internershs.com/http://internershs.com/
  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    33/36

    33

    berkaitan dengan keterlibatan ginjal, dikaitkan dengan prognosis yang

    lebih buruk

    2.8 Komplikasi

    1. Serangan padaGinjal

    a) Kelainan ginjal ringan (infeksi ginjal)

    b) Kelainan ginjal berat (gagal ginjal)

    c) Kebocoran ginjal (protein terbuang secara berlebihan melalui

    urin).

    2. Serangan pada Jantung dan Paru

    a) Pleuritis

    b) Pericarditis

    c) Efusi pleura

    d) Efusi pericarde) Radang otot jantung atau Miocarditis

    f) Gagal jantung

    g) Perdarahan paru (batuk darah).

    3. Serangan Sistem Saraf

    a) Sistem saraf pusat

    Cognitive dysfunction

    Sakit kepala pada lupus

    Sindrom anti-phospholipid

    Sindrom otak

    Fibromyalgia.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    34/36

    34

    b) Sistem saraf tepi

    Mati rasa atau kesemutan di lengan dan kaki

    c) Sistem saraf otonom

    Gangguan suplai darah ke otak dapat menyebabkan kerusakan

    jaringan otak, dapat menyebabkan kematian sel-sel otak dan kerusakanotak yang sifatnya permanen (stroke). Stroke dapat menimbulkan

    pengaruh sistem saraf otonom.

    4. Serangan pada Kulit

    Lesi parut berbentuk koin pada daerah kulit yang terkena langsung

    cahaya disebut lesi diskoid

    Ciri-ciri lesi spesifik ditemukan oleh Sonthiemer dan Gilliam pada

    akhir 70-an :

    a) Berparut, berwarna merah (erythematosus), berbentuk koin

    sangat sensitif terhadap sengatan matahari. Jenis lesi ini berupa lupus

    kult subakut/cutaneus lupus subacute. Kadang menyerupai luka

    psoriasis atau lesi tidak berparut berbentuk koin.

    b) Lesi dapat terjadi di wajah dengan pola kupu-kupu atau dapat

    mencakup area yang luas di bagian tubuh

    c) Lesi non spesifik

    - Rambut rontok (alopecia)

    - Vaskullitis : berupa garis kecil warna merah pada ujung lipatan kuku

    dan ujung jari. Selain itu, bisa berupa benjolan merah di kaki yang

    dapat menjadi borok

    - Fotosensitivitas : pipi menjadi kemerahan jika terkena matahari dankadang di sertai pusing.

    5. Serangan pada Sendi dan Otot

    - Radang sendi pada lupus

    - Radang otot pada lupus

    6. Serangan pada Mata

    7. Serangan pada Darah

    Anemia

    Trombositopenia

    Gangguan pembekuan

    Limfositopenia

    8. Serangan pada Hati

    LI 3 Memahami & Menjelaskan sudut pandang islam dalam menghadapi masalah

    1. Sabar Dalam Menerima Segala Musibah

    Sabar dalam menerima musibah ini artinya sabar dalam menerima cobaan ( musibah )

    tidak mengeluh dan tidak putus asa tetapi mengembalikan semua itu kepada allah swt.

  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    35/36

    35

    Misalkan musibah ketika di beri ujian sakit, dia menerima sakitnya dengan ikhlas dan

    berusaha untuk mencari obatnya. Firman allah swt.

    *

    *

    511-51

    Artinya : Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

    ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita

    gembira kepada orang-orang yang sabar, ( yaitu ) orang-orang yang apabila di timpa

    musibah, mereka mengucapkan : Inna lillahi wa innaa ilaihi raajiuun. QS. Al-

    Baqarah 155-156

    http://dakwah-islam.org/sabar-dalam-islam.html

    a.

    Hadits Abu Hurairah , ia berkata: Rasulullah bersabda:

    "

    "

    "Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan dengannya,

    niscaya Dia menimpakan musibah kepadanya" HR. al-Bukhari

    no.5645.

    www.islamhouse.com/d/files/id/ih_articles/id_benefits_of_disease.doc

    Daftar Pustaka

    Baratawidjaja Karnen.G (2012). Imunologi Dasar Edisi ke 10. Jakarta ; Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia.

    (Bratawidjaja, K.G. 2001. Imunologi Dasar. Edisi keempat. Jakarta : Badan Penerbit

    FKUI)

    Davey P. (2002).Medicine at a Glance. England : Blackwell Science Ltd.

    Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. (2005). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :

    Balai Penerbit FKUI.

    http://muslimah.or.id/aqidah/sabar-itu-akan-selalu-indah

    Isbagio H, Kasjmir Y.I, Setyohadi B, Suarjana N. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi

    V, vol III Jakarta : Departemen Penyakit Dalam FKUI.

    http://www.islamhouse.com/d/files/id/ih_articles/id_benefits_of_disease.dochttp://muslimah.or.id/aqidah/sabar-itu-akan-selalu-indahhttp://muslimah.or.id/aqidah/sabar-itu-akan-selalu-indahhttp://www.islamhouse.com/d/files/id/ih_articles/id_benefits_of_disease.doc
  • 8/11/2019 Wrap Up 3 Lupus

    36/36

    Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus. Available at :

    http//www.geocities.com/alam_penyakit/

    PenyakitSistemikLupusErithematosus.htm

    Systemic Lupus Eritematosus. Available at :

    http//www.medicinet.com/systemic_lupus

    http://internershs.comDiagnosis dan Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik

    Kresno, S.B. 2003. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratotium. Edisi

    keempat. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

    http://emedicine.medscape.com/article/1065529-overview

    www.islamhouse.com/d/files/id/ih_articles/id_benefits_of_disease.doc

    http://internershs.com/http://internershs.com/http://emedicine.medscape.com/article/1065529-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1065529-overviewhttp://www.islamhouse.com/d/files/id/ih_articles/id_benefits_of_disease.dochttp://www.islamhouse.com/d/files/id/ih_articles/id_benefits_of_disease.dochttp://www.islamhouse.com/d/files/id/ih_articles/id_benefits_of_disease.dochttp://emedicine.medscape.com/article/1065529-overviewhttp://internershs.com/