zoonosis

30
ZOONOSIS Dipublikasi pada Agustus 9, 2012 oleh egivet10uh Seperti telah dijelaskan sebelumnya, zoonosis merupakan penyakit hewan yang dapat menular ke manusia, menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan menyebabkan kematian. Sekurang-kurangnya sejak abad 23 SM, pada zaman Babilonia, orang telah mulai menyadari adanya penyakit zoonosis ini. Sejak saat itu mulai disadari pula bahwa pengendalian penyakit ini dapat berhasil, bila dalam pelaksanaannya diarahkan pada rantai penularan yang bukan saja pada lingkungan hewan dan habitatnya, tetapi juga pada manusia, baik sebagai sasaran akhir maupun sasaran lanjutan. Jenis penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia ini, untuk pertama kali diberi istilah zoonosis oleh Virchow. Asal penyakit bisa dari hewan ke manusia dan bisa pula dari manusia ke hewan. Penyakit yang menular dari hewan ke manusia dikelompokkan sebagai penyakit anthropozoonosis dan sebaliknya dari manusia ke hewan disebut zooanthroponosis. Karena pembatasan kedua istilah tersebut sering tidak dapat dilakukan dengan tegas, istilah zoonosis tetap digunakan, baik untuk penyakit yang menular dari hewan ke manusia, atau sebaliknya yang menular dari manusia ke hewan. Agen penyakit yang menyebabkan penyakit zoonosis dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, bakteria, rickkettsia, clamedia, protozoa, dan sebagainya. Penyakit zoonosis dapat pula disebabkan oleh organisme yang lebih tinggi lagi tingkatannya, misalnya parasit cacing, beberapa jenis jamur dan oleh beberapa ektoparasit. Beberapa contoh penyakit zoonosis yang penting dapat dilihat pada Tabel 4. Pada dasarnya penyakit zoonosis yang disebabkan oleh jasad renik di luar kelompok parasit seperti virus, bakteria, rickettsia dan lain-lain, baik yang berada dalam hewan maupun manusia adalah merupakan agen penyakit yang sama dan sama-sama pula patogenisitas dan virulensinya. Sedangkan pada penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit baik endoparasit seperti protozoa, cacing, maupun ektoparasit

Upload: thresyadesri3723743

Post on 21-Oct-2015

104 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

3.1.1 Alat 1. Cawan porselin2. Gelas ukur3. Hot Plate 4. Kondensor 5. Labu alas bulat6. Lemari asam7. Mangkuk 8. Neraca mekanik9. Plat kaca10. Sendok tanduk3.1.2 Bahan1. Aluminium foil2. Bintang laut3. Etanol 4. Kain putih (penyaring)5. Kelereng6. Lap kasar3.2 Cara Kerja1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Dihaluskan sampel bintang laut3. Ditimbang sampel sebanyak 30 g dengan menggunakan neraca mekanik4. Diukur etanol sebanyak 250 mL dengan menggunakan gelas ukur5. Dimasukkan sampel kedalam labu alas bulat sebanyak 30 g6. Dimasukkan kelereng sebanyak 2 butir kedalam labu alas bulat7. Ditambahkan cairan penyari etanol sebanyak 250 mL kedalam labu alas bulat8. Diletakkan diatas hot plate dan alat refluks dirangkaikan9. Dilakukan penyarian dengan menggunakan metode refluks selama ± 3 jam10. Sampel disaring menggunakan kain putih dan ditampung dalam mangkuk11. Dimasukkan kedalam lemari asam dan diuapkan12. Ekstrak yang diperoleh ditimbang dan dimasukkan dalam botol vial13. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen polar dan non polar dengan penampak noda oleh sinar UV serta pereaksi H2SO4 10%

TRANSCRIPT

Page 1: ZOONOSIS

ZOONOSISDipublikasi pada Agustus 9, 2012 oleh egivet10uh

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, zoonosis merupakan penyakit hewan yang dapat menular ke

manusia, menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan menyebabkan kematian.  Sekurang-

kurangnya sejak abad 23 SM, pada zaman Babilonia, orang telah mulai menyadari adanya penyakit

zoonosis ini.  Sejak saat itu mulai disadari pula bahwa pengendalian penyakit ini dapat berhasil, bila

dalam pelaksanaannya diarahkan pada rantai penularan yang bukan saja pada lingkungan hewan

dan habitatnya, tetapi juga pada manusia, baik sebagai sasaran akhir maupun sasaran lanjutan.

            Jenis penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia ini, untuk pertama kali diberi

istilah zoonosis oleh Virchow.  Asal penyakit bisa dari hewan ke manusia dan bisa pula dari manusia

ke hewan. Penyakit yang menular dari hewan ke manusia dikelompokkan sebagai penyakit

anthropozoonosis dan sebaliknya dari manusia ke hewan disebut zooanthroponosis.  Karena

pembatasan kedua istilah tersebut sering tidak dapat dilakukan dengan tegas, istilah zoonosis tetap

digunakan, baik untuk penyakit yang menular dari hewan ke manusia, atau sebaliknya yang menular

dari manusia ke hewan. 

           

            Agen penyakit yang menyebabkan penyakit zoonosis dapat disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme seperti virus, bakteria, rickkettsia, clamedia, protozoa, dan sebagainya.  Penyakit

zoonosis dapat pula disebabkan oleh organisme yang lebih tinggi lagi tingkatannya, misalnya parasit

cacing, beberapa jenis jamur dan oleh beberapa ektoparasit.  Beberapa contoh penyakit zoonosis

yang penting dapat dilihat pada Tabel 4.

 

            Pada dasarnya penyakit zoonosis yang disebabkan oleh jasad renik di luar kelompok parasit

seperti virus, bakteria, rickettsia dan lain-lain, baik yang berada dalam hewan maupun manusia

adalah merupakan agen penyakit yang sama dan sama-sama pula patogenisitas dan virulensinya. 

Sedangkan pada penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit baik endoparasit seperti protozoa,

cacing, maupun ektoparasit seperti bangsa tungau, kutu dan lainnya, bentuk penularannya pada

hewan dan manusia merupakan suatu kesatuan proses siklus hidup.  Dengan demikian, keadaan

parasit di alam bebas, kemudian dalam tubuh hewan dan selanjutnya dalam tubuh manusia, adalah

merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan. 

            Proses penularan penyakit zoonosis parasit dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya,

merupakan peristiwa yang lebih rumit dibandingkan dengan proses penularan yang disebabkan

mikroorganisme lainnya.  Oleh karena itu, dalam usaha pengendalian penyakit zoonosis parasit,

pengetahuan mengenai habitat untuk masing-masing fase infeksi dan perkembangannya perlu

Page 2: ZOONOSIS

diketahui dengan baik.  Selain itu, untuk mengoptimalkan pengendalian, tentunya pengetahuan

mengenai parasitnya sendiri harus dikuasai pula. 

            Selain itu, terkait dengan inang yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup agen

penyakitnya, zoonosis dapat dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:

direct zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit hanya memerlukan satu

vertebrata sebagai inang antara (intermediate host).  Penularan agen penyakit terjadi secara

langsung, yaitu agen penyakit menginfeksi hewan, kemudian pindah ke manusia. Contoh:

penyakit rabies, brucellosis, trichinosis.

cyclo zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan dua atau lebih

inang vertebarata.  Contoh: penyakit taeniasis dan penyakit hidatid.

meta zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan inang

vertebrata dan invertebrata.  Contoh: penyakit fasioliosis. 

sapro zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan satu inang

antara dari bahan organik atau bahan hidup yang tidak berjiwa sebagai reservoir.  Contoh:

penyakit cutaneus larva migran.

Selanjutnya beberapa istilah berikut perlu diketahui, sehubungan dengan kejadian, penularan, dan

timbulnya penyakit yang diakibatkan karena sifat atau karakteristik dari agen penyakit yang berbeda

satu dengan yang lainnya.

Penyakit: suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu agen penyakit yang menyebabkan gangguan

fisiologik dari suatu inang.

Infeksi: masuknya agen penyakit berupa mikroorganisme atau organisme lain ke dalam inang.

Infeksious: sifat atau kemampuan dari agen penyakit untuk berpindah dari satu inang ke inang

yang lain.

Infektivitas: derajat kemampuan dari suatu agen penyakit untuk menyebabkan infeksi atau untuk

hidup dan berkembang dalam tubuh inang.

Virulensi: derajat keparahan penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang mempunyai

kekuatan infeksi yang diukur dengan laju fatalitas.

Patogenisitas: derajat kemampuan suatu agen penyakit untuk menimbulkan penyakit.

Toxisitas:derajat kemampuan suatu agen penyakit untuk mengeluarkan zat racun atau toxin.

Antigenesitas: derajat kemampuan tubuh inang untuk meproduksi antoibodi atau kekebalan

terhadap infeksi suatu agen penyakit.

Invasifness: derajat kemampuan agen penyakit untuk memasuki tubuh inang.

Latensi: kemampuan suatu agen penyakit untuk bersembunyai pada inangnya sehingga susah

terdeteksi.

Periode inkubasi: waktu yang diperlukan mulai dari masuknya agen penyakit ke dalam tubuh

inang sampai terlihatnya awal gejala.

Page 3: ZOONOSIS

Periode prepaten: waktu yang diperlukan mulai masuknya agen penyakit ke dalam tubuh inang

sampai dapat dideteksi sebelum gejala terlihat.

 

Beberapa Penyakit Zoonosis Penting pada Hewan

 

 

Penyakit Penyebab Agen Penyakit Hewan Rentan / Sumber Penular

Cara Penularan ke Manusia

Anthrax Bakteria Bacillus anthracis sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, babi

kontak dengan hewan atau hasil hewan

Bartonellosis Bakteria Bartonella henselae kucing lewat cakaran, gigitan, jilatan

Brucellosis Bakteria Brucella abortusBrucella suisBrucella canisBrucella ovisBrucella melitensis

sapi

babi

anjing

domba

kambing, domba

kontak langsung dengan plasenta, fetus, cairan/ organ reproduksi

Erysipelas Bakteria Erysipelothrix rhusiopathiae

babi, ikan, unggas kontak langsung

Leptospirosis Bakteria Leptospira interrogans urin (sapi, babi, anjing, tikus)

kontak langsung atau tidak langsung dengan sumber penular

Listeriosis Bakteria Listeria monocytogenes bahan asal hewan seperti susu dan hasil olahan seperti keju (sapi, domba)

per-os lewat makanan, minuman atau kontak

Page 4: ZOONOSIS

Melioidosis Bakteria Burkholderia pseudomallei

tanah berair dan tercemar tinja rodensia pembawa agen penyakit

per-oral lewat makanan, lewat kulit, saluran pernafasan

Psittacosis Bakteria Chlamydia psittaci bangsa burung terutama dalam FamPsittacidae

kontak langsung dengan burung tertular

Demam Q Rickettsia Coxiela burnetti sapi, domba, kambing, susu segar, caplak

lewat inhalasi percikan (droplet)

Salmonellosis Bakteria Salmonella sp. Babi, ayam, sapi, kerbau, kambing, domba, burung, hewan liar, hewan kesayanagn

per-os melalui bahan-bahan tertular oleh tinja penderita

Streptococcosis Bakteria Streptococcus equi subspecies zooepidemicus, Streptococcus suis tipe 2

daging dan ekskreta babi tertular

secara kontak langsung dan tidak sengaja per-os

Ringworm Jamur Microspora sp.,Trichophyton sp.

Anjing, kucing, tanah yang tercemar

kontak langsung dengan hewan, tanah dan barang tercemar

Ebola Virus Virus Ebola, Fam: Filoviridae

diduga kuat virus tersebar di alam bebas pada satwa liar

kontak langsung dengan ekskrekta satwa primata

Flu Burung/ Avian Influenza

Virus Virus Influenza Tipe A, ubtype H5N1

unggas (ayam, burung, itik)

kontak langsung dengan penderita

Japanese Encephalitis

Virus Virus RNA, Fam: Flaviviridae, Genus: Flavivirus

babi dan beberapa bangsa burung

lewat artropoda / nyamuk Culex tritaeniorhyncus,dan jenis arthropoda lain

Penyakit Nipah Virus Virus Golongan Paramyxovirus

babi, kelelawar diduga bertindak sebagai reservoir

kontak langsung dengan daging babi atau ekskreta babi

Page 5: ZOONOSIS

tertular

Orf Virus Virus Fam. Poxviridae, Genus Parapoxvirus

domba, kambing kontak langsung dengan jaringan hewan tertular

Rabies Virus Virus Fam. Rhabdoviridae

anjing, kucing, kera lewat gigitan hewan penderita

Ascariasis Parasit Cacing Ascaris suum babi per-os, manusia menelan larva

Balantidiosis ParasitProtozoa Balantidium coli feses dan potongan usus babi

per-os lewat makanan atau minuman tercemar

Cutaneus larva migrans

Parasit Cacing Larva nematoda (Ancylostoma caninum, A. brazilienze)

tanah yang tercemar lava nematode dari anjing, kucing

kontak kulit dengan larva III yang ada di tanah

Scabies Parasit Tungau Sarcoptes sp. hewan kesayangan (anjing, kucing)

kontak langsung karena kedekatan

Taeniasis Parasit Cacing Taenia saginataTaenia solium

sapi

babi

per-os dengan mengkonsumsi daging yang mengandung kista

Toxoplasmosis Parasit Protozoa Toxoplasma gondii oocyt yang telah mengalami sporulasi dalam tinja kucing

per-os lewat tinja kucing atau daging yang menagandung kista

Sapi Gila Prion Suatu molekul protein tanpa asam inti

Jaringan sapi yang mengandung prion, terutama otak dan sumsum tulang belakang

per-os

 

 

BERIKUT BEBERAPA DESKRIPSI MENGENAI PENYAKIT ZOONOSIS PADA HEWAN

Page 6: ZOONOSIS

1. 1.      Zoonosis Bersifat Eksotik

Eksotik artinya penyakit yang hanya ada pada Negara tertentu dan tidak menyebar secara meluas

ke Negara lain.

1. a.      Ebola

                   Penyebab penyakit ini adalah virus dari genus ebola virus dan familinya filoviridae.

Karakteristik dari virus ini, morfologi filamennya panjang dan dikelilingi lemak serta mempunyai

envelop. Ebola virus mempunyai morfologi yang sama dengan marburg virus karena familinya yang

sama yaitu filoviridae serta gejala klinis yang sama. Ebola adalah ancaman luas untuk gorila dan

simpanse di Afrika Tengah, dan mungkin sudah menyebar ke manusia dari orang-orang yang

makan binatang yang terinfeksi.  Sekarang menular dari manusia ke manusia, melalui kontak

dengan darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, dan telah membunuh beberapa ratus

orang di setiap beberapa wabah pada pertengahan 1970-an. Gejala klinis penyakit ebola muntah,

diare, luka pada tubuh, pengeluaran darah internal dan eksternal dan demam. Rata-rata

kematiannya sangat tinggi yaitu 50-90%, penyebab utama kematian adalah hipopolemik syok dan

kegagalan jatung. Sejak ditemukan ebola tidak ada vaksinnya untuk treatmen. Ebola dibagi menjadi

tiga yaitu zaire ebola virus, reston ebola virus dan ivori coast ebola virus.

1. b.      Nipah virus

       Nipah virus merupakan virus zooonotik yang baru, ditemukan pada tahun 1999, penyakit ini

menular pada manusia melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi. Nipah virus familinya

paramyxovidae. Pola transmisinya mempunyai dua model transmisi yaitu transmisi dari hewan ke

hewan dan transmisi dari hewan ke manusia. Kontak terbuka dengan jaringan atau body fluids yang

terkontaminasi dari hewan yang terinfeksi. Antibody dari nipah ditemukan pada babi, hewan

domestik lain dan hewan liar. Peran dari babi adalah penyebaran infeksi pada hewan lain yang

belum tertular. Masa inkubasi dari nipah virus antara 4 dan 18 hari, terdapat kasus infeksi yang tidak

mempunyai gejala (subklinikal). Gejala klinis kasus ini mirip dengan gejala influenza dengan demam

tingi dan nyeri sendi (mialgia), penyakit ini inflamasi ke otak (encephalitis), mengantuk, konvulsi dan

koma. 50% dari gejala ini menimbulkan kematian.

1. c.        Rift valley fever (RVF)

       RVF bersifat zoonosis, kasus penyakit ini pada hewan dan manusia dengan morbiliti dan

mortalitas yang tinggi. Virus RVF ini vektornya adalah nyamuk yang merupakan epizootik potensial

(epidemik pada hewan) dan pada manusia epidemik terlihat dari virus baru pada satu area yang

terdapat vektornya. RVF merupakan genus dari phlebovirus dengan famili bunyaviridae. Vektor dari

RVF melalui gigitan nyamuk, berasal dari species nyamuk yang merupakan vektor transmisi RVF

pada daerah berbeda dengan species nyamuk yang berbeda disebut pre dominan vektor, nyamuk

Aides adalah contohnya, virus ini terdapat pada pakan hewan yang terinfeksi dan mampu

bertransmisi secara transovarial (trasmisi virus dari nyamuk betina yang terinfeksi pada telurnya),

jadi generasi baru infeksi nyamuk terdapat pada telur.

Page 7: ZOONOSIS

       Banyak type dari hewan yang terinfeksi dari RVF dan kejadian penyakit pada umumnya hewan

domestik seperti ternak, domba, unta, kambing dan burung liar dari endemik area yang beradaptasi

kekondisi lokal. Hewan dengan umur yang berbeda mempunyai tingkat kejadian penyakit yang

berbeda. Lebih dari 90% anak domba terinfeksi RVF mengalami kematian, sedangkan domba

dewasa hanya 10%, aborsi hewan yang bunting 100%. RVF pada manusia bersifat epizootik,

manusia terinfeksi RVF melalui gigitan nyamuk atau melalui kontak dengan darah, cairan tubuh lain

atau organ dari hewan yang terinfeksi, kontak lain melalui pemotongan hewan yang terinfeksi dan

juga melalui susu hewan yang terinfeksi. Virus ini infeksi pada manusia melalui inokulasi (pada kulit

yang terluka atau pisau pemotongan daging yang terinfeksi). Melalui infeksi dengan darah yaitu

transmisi dari laboratorium yang terinfeksi.

1. d.      SARS Virus

       SARS virus mempunyai tipikal yang mirip dengan pneumonia dan influenza, familinya

paramyxoviridae. Virus ini diinokulasi dari Macaca fascicularis coronaviridae, selain itu virus ini juga

familinya coronaviridae. Corona virus memiliki famili yang luas dengan envelop ikatan tunggal positif

– standar RNA virus yang bereplikasi dalam sitoplasma sel dari inang definitif. Virus ini ditemukan

pada feces dan urin dari stable dengan temperatur ruangan. 1-2 hari pasien menderita diare dengan

pH lebih tinggi dari normal. Dalam supernatan dari kultur sel yang terinfeksi terdapat konsentrasi

virus setelah 21 hari pada suhu 40C dan 800C. Setelah 48 jam dengan temperatur ulang

konsentrasi virus direduksi dengan satu tempat. Corona virus ditemukan pada hewan liar yang dijual

untuk konsumsi manusia, corona virus ditemukan pada musang (Paguma larvata) dan species

hewan lainya. Vaksinnya untuk respiratori corona virus infeksi seperti infeksi bronchitis virus pada

ayam, dan transmisi gastroenteritis corona virus dari babi serta Feline Infectious Peritonitis virus

(FIP).

1. 2.      Zoonosis bersifat Endemik

       Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat

pada suatu tempat / populasi tertentu. Epidemik ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas /

daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa.Sedangkan

pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi yang

banyak di berbagai daerah / negara di dunia.

1. a.      Flu babi

 Flu babi (Inggris:Swine influenza) adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh

virusOrthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi

sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenza virus A. Flu

babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan

dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia.  Gejala

virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan

kesadaran yang berakhir pada kematian Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A

Page 8: ZOONOSIS

subtipe H1N1 H1N2 , H3N1,] H3N2, and H2N3.  Di Amerika Serikat, hanya subtipe H1N1 lazim

ditemukan di populasi babi sebelum tahun 1998. Namun sejak akhir Agusuts 1998, subtipe H3N2

telah diisolasi juga dari babi.

1. b.      Flu Burung

 Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian

ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan

manusia. Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H)

dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat

ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari. Burung liar dan unggas

domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus

flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.

Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan.

Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan

hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga

pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.

Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan

dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan

makanan mentah.

1. 3.      Zoonosis bersifat sporadis

A. a.      Bakteri Enterobacter sakazakii

Bakteri ini merupakan bakteri batang, Gram negatif dari family Enterobacteriaceae, dan digolongkan

sebagai bakteri koliform. Bakteri ini bersifat motil (memiliki peritrichous flagella), tidak membentuk

spora, memproduksi koloni berpigmen kuning. Sebelum tahun 1980, bakteri ini disebut sebagai

yellow-pigmented Enterobacter cloacae (INFOSAN 2005). Bakteri ini dapat dimusnahkan pada suhu

di atas 70 °C.

Habitat alami bakteri ini tidak diketahui pasti. E. sakazakii dapat dideteksi pada usus manusia sehat,

serta dapat pula ditemukan di usus hewan dan lingkungan.

E. sakazakii merupakan bakteri patogen yang bersifat oportunistik. Bakteri ini menyebabkan

meningitis, sepsis, bakterimia, dan necrotizing enteritis pada bayi (Kim et al. 2007). Tingkat

mortalitas dari infeksi E. sakazakii ini mencapai 20 – 50%.

1. b.       Toxoplasmosis

Penyakit ini ditakuti oleh kaum wanita karena menyebabkan kemandulan atau selalu keguguran bila

mengandung. Bayi yang lahir dengan kondisi cacatpun juga dapat di sebabkan oleh penyakit ini.

Penyakit Toxoplasmosis disebarkan oleh satwa bangsa kucing, misalnya kucing hutan, harimau

atau juga kucing rumahan. Penularan kepada manusia melalui empat cara yaitu:

1. Secara tidak sengaja menelan makanan atau minuman yang telah tercemar Toxoplasama.

Page 9: ZOONOSIS

2. Memakan makanan yang berasal dari daging yang mengandung parasit Toxopalsma dan tidak

dimasak secara sempurna/setengah matang.

3.  Penularan lain adalah infeksi penyakit yang ditularkan melalui placenta bayi dalam kandungan

bagi ibu yang mengandung.

4.  Cara penularan terakhir adalah melalui transfusi darah.

5. c.       Salmonellosis

Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri

ini. Akibat yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteri Salmonella adalah peradangan pada saluran

pencernaan sampai rusaknya dinding usus.  Akibatnya penderita akan mengalami :

1. Diare

2. Sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik

3. Penderita akan tampak lemah dan kurus.

Racun yang dihasilkan oleh bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi

wanita bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran. Satwa yang bisa menularkan

penyakit salmonella ini antara lain: primata, iguana, ular, dan burung.

ZOONOSIS Dipublikasi pada Agustus 9, 2012 oleh egivet10uh

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, zoonosis merupakan penyakit hewan yang dapat menular ke

manusia, menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan menyebabkan kematian.  Sekurang-

kurangnya sejak abad 23 SM, pada zaman Babilonia, orang telah mulai menyadari adanya penyakit

zoonosis ini.  Sejak saat itu mulai disadari pula bahwa pengendalian penyakit ini dapat berhasil, bila

dalam pelaksanaannya diarahkan pada rantai penularan yang bukan saja pada lingkungan hewan

dan habitatnya, tetapi juga pada manusia, baik sebagai sasaran akhir maupun sasaran lanjutan.

            Jenis penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia ini, untuk pertama kali diberi

istilah zoonosis oleh Virchow.  Asal penyakit bisa dari hewan ke manusia dan bisa pula dari manusia

ke hewan. Penyakit yang menular dari hewan ke manusia dikelompokkan sebagai penyakit

anthropozoonosis dan sebaliknya dari manusia ke hewan disebut zooanthroponosis.  Karena

pembatasan kedua istilah tersebut sering tidak dapat dilakukan dengan tegas, istilah zoonosis tetap

digunakan, baik untuk penyakit yang menular dari hewan ke manusia, atau sebaliknya yang menular

dari manusia ke hewan. 

           

            Agen penyakit yang menyebabkan penyakit zoonosis dapat disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme seperti virus, bakteria, rickkettsia, clamedia, protozoa, dan sebagainya.  Penyakit

zoonosis dapat pula disebabkan oleh organisme yang lebih tinggi lagi tingkatannya, misalnya parasit

Page 10: ZOONOSIS

cacing, beberapa jenis jamur dan oleh beberapa ektoparasit.  Beberapa contoh penyakit zoonosis

yang penting dapat dilihat pada Tabel 4.

 

            Pada dasarnya penyakit zoonosis yang disebabkan oleh jasad renik di luar kelompok parasit

seperti virus, bakteria, rickettsia dan lain-lain, baik yang berada dalam hewan maupun manusia

adalah merupakan agen penyakit yang sama dan sama-sama pula patogenisitas dan virulensinya. 

Sedangkan pada penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit baik endoparasit seperti protozoa,

cacing, maupun ektoparasit seperti bangsa tungau, kutu dan lainnya, bentuk penularannya pada

hewan dan manusia merupakan suatu kesatuan proses siklus hidup.  Dengan demikian, keadaan

parasit di alam bebas, kemudian dalam tubuh hewan dan selanjutnya dalam tubuh manusia, adalah

merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan. 

            Proses penularan penyakit zoonosis parasit dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya,

merupakan peristiwa yang lebih rumit dibandingkan dengan proses penularan yang disebabkan

mikroorganisme lainnya.  Oleh karena itu, dalam usaha pengendalian penyakit zoonosis parasit,

pengetahuan mengenai habitat untuk masing-masing fase infeksi dan perkembangannya perlu

diketahui dengan baik.  Selain itu, untuk mengoptimalkan pengendalian, tentunya pengetahuan

mengenai parasitnya sendiri harus dikuasai pula. 

            Selain itu, terkait dengan inang yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup agen

penyakitnya, zoonosis dapat dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:

direct zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit hanya memerlukan satu

vertebrata sebagai inang antara (intermediate host).  Penularan agen penyakit terjadi secara

langsung, yaitu agen penyakit menginfeksi hewan, kemudian pindah ke manusia. Contoh:

penyakit rabies, brucellosis, trichinosis.

cyclo zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan dua atau lebih

inang vertebarata.  Contoh: penyakit taeniasis dan penyakit hidatid.

meta zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan inang

vertebrata dan invertebrata.  Contoh: penyakit fasioliosis. 

sapro zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan satu inang

antara dari bahan organik atau bahan hidup yang tidak berjiwa sebagai reservoir.  Contoh:

penyakit cutaneus larva migran.

Selanjutnya beberapa istilah berikut perlu diketahui, sehubungan dengan kejadian, penularan, dan

timbulnya penyakit yang diakibatkan karena sifat atau karakteristik dari agen penyakit yang berbeda

satu dengan yang lainnya.

Penyakit: suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu agen penyakit yang menyebabkan gangguan

fisiologik dari suatu inang.

Infeksi: masuknya agen penyakit berupa mikroorganisme atau organisme lain ke dalam inang.

Page 11: ZOONOSIS

Infeksious: sifat atau kemampuan dari agen penyakit untuk berpindah dari satu inang ke inang

yang lain.

Infektivitas: derajat kemampuan dari suatu agen penyakit untuk menyebabkan infeksi atau untuk

hidup dan berkembang dalam tubuh inang.

Virulensi: derajat keparahan penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang mempunyai

kekuatan infeksi yang diukur dengan laju fatalitas.

Patogenisitas: derajat kemampuan suatu agen penyakit untuk menimbulkan penyakit.

Toxisitas:derajat kemampuan suatu agen penyakit untuk mengeluarkan zat racun atau toxin.

Antigenesitas: derajat kemampuan tubuh inang untuk meproduksi antoibodi atau kekebalan

terhadap infeksi suatu agen penyakit.

Invasifness: derajat kemampuan agen penyakit untuk memasuki tubuh inang.

Latensi: kemampuan suatu agen penyakit untuk bersembunyai pada inangnya sehingga susah

terdeteksi.

Periode inkubasi: waktu yang diperlukan mulai dari masuknya agen penyakit ke dalam tubuh

inang sampai terlihatnya awal gejala.

Periode prepaten: waktu yang diperlukan mulai masuknya agen penyakit ke dalam tubuh inang

sampai dapat dideteksi sebelum gejala terlihat.

 

Beberapa Penyakit Zoonosis Penting pada Hewan

 

 

Penyakit Penyebab Agen Penyakit Hewan Rentan / Sumber Penular

Cara Penularan ke Manusia

Anthrax Bakteria Bacillus anthracis sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, babi

kontak dengan hewan atau hasil hewan

Bartonellosis Bakteria Bartonella henselae kucing lewat cakaran, gigitan, jilatan

Brucellosis Bakteria Brucella abortusBrucella suisBrucella canisBrucella ovisBrucella melitensis

sapi

babi

anjing

domba

kontak langsung dengan plasenta, fetus, cairan/ organ reproduksi

Page 12: ZOONOSIS

kambing, domba

Erysipelas Bakteria Erysipelothrix rhusiopathiae

babi, ikan, unggas kontak langsung

Leptospirosis Bakteria Leptospira interrogans urin (sapi, babi, anjing, tikus)

kontak langsung atau tidak langsung dengan sumber penular

Listeriosis Bakteria Listeria monocytogenes bahan asal hewan seperti susu dan hasil olahan seperti keju (sapi, domba)

per-os lewat makanan, minuman atau kontak

Melioidosis Bakteria Burkholderia pseudomallei

tanah berair dan tercemar tinja rodensia pembawa agen penyakit

per-oral lewat makanan, lewat kulit, saluran pernafasan

Psittacosis Bakteria Chlamydia psittaci bangsa burung terutama dalam FamPsittacidae

kontak langsung dengan burung tertular

Demam Q Rickettsia Coxiela burnetti sapi, domba, kambing, susu segar, caplak

lewat inhalasi percikan (droplet)

Salmonellosis Bakteria Salmonella sp. Babi, ayam, sapi, kerbau, kambing, domba, burung, hewan liar, hewan kesayanagn

per-os melalui bahan-bahan tertular oleh tinja penderita

Streptococcosis Bakteria Streptococcus equi subspecies zooepidemicus, Streptococcus suis tipe 2

daging dan ekskreta babi tertular

secara kontak langsung dan tidak sengaja per-os

Ringworm Jamur Microspora sp.,Trichophyton sp.

Anjing, kucing, tanah yang tercemar

kontak langsung dengan hewan, tanah dan barang tercemar

Page 13: ZOONOSIS

Ebola Virus Virus Ebola, Fam: Filoviridae

diduga kuat virus tersebar di alam bebas pada satwa liar

kontak langsung dengan ekskrekta satwa primata

Flu Burung/ Avian Influenza

Virus Virus Influenza Tipe A, ubtype H5N1

unggas (ayam, burung, itik)

kontak langsung dengan penderita

Japanese Encephalitis

Virus Virus RNA, Fam: Flaviviridae, Genus: Flavivirus

babi dan beberapa bangsa burung

lewat artropoda / nyamuk Culex tritaeniorhyncus,dan jenis arthropoda lain

Penyakit Nipah Virus Virus Golongan Paramyxovirus

babi, kelelawar diduga bertindak sebagai reservoir

kontak langsung dengan daging babi atau ekskreta babi tertular

Orf Virus Virus Fam. Poxviridae, Genus Parapoxvirus

domba, kambing kontak langsung dengan jaringan hewan tertular

Rabies Virus Virus Fam. Rhabdoviridae

anjing, kucing, kera lewat gigitan hewan penderita

Ascariasis Parasit Cacing Ascaris suum babi per-os, manusia menelan larva

Balantidiosis ParasitProtozoa Balantidium coli feses dan potongan usus babi

per-os lewat makanan atau minuman tercemar

Cutaneus larva migrans

Parasit Cacing Larva nematoda (Ancylostoma caninum, A. brazilienze)

tanah yang tercemar lava nematode dari anjing, kucing

kontak kulit dengan larva III yang ada di tanah

Scabies Parasit Tungau Sarcoptes sp. hewan kesayangan (anjing, kucing)

kontak langsung karena kedekatan

Taeniasis Parasit Cacing Taenia saginataTaenia solium

sapi

babi

per-os dengan mengkonsumsi daging yang mengandung kista

Toxoplasmosis Parasit Protozoa Toxoplasma gondii oocyt yang telah per-os lewat tinja

Page 14: ZOONOSIS

mengalami sporulasi dalam tinja kucing

kucing atau daging yang menagandung kista

Sapi Gila Prion Suatu molekul protein tanpa asam inti

Jaringan sapi yang mengandung prion, terutama otak dan sumsum tulang belakang

per-os

 

 

BERIKUT BEBERAPA DESKRIPSI MENGENAI PENYAKIT ZOONOSIS PADA HEWAN

1. 1.      Zoonosis Bersifat Eksotik

Eksotik artinya penyakit yang hanya ada pada Negara tertentu dan tidak menyebar secara meluas

ke Negara lain.

1. a.      Ebola

                   Penyebab penyakit ini adalah virus dari genus ebola virus dan familinya filoviridae.

Karakteristik dari virus ini, morfologi filamennya panjang dan dikelilingi lemak serta mempunyai

envelop. Ebola virus mempunyai morfologi yang sama dengan marburg virus karena familinya yang

sama yaitu filoviridae serta gejala klinis yang sama. Ebola adalah ancaman luas untuk gorila dan

simpanse di Afrika Tengah, dan mungkin sudah menyebar ke manusia dari orang-orang yang

makan binatang yang terinfeksi.  Sekarang menular dari manusia ke manusia, melalui kontak

dengan darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, dan telah membunuh beberapa ratus

orang di setiap beberapa wabah pada pertengahan 1970-an. Gejala klinis penyakit ebola muntah,

diare, luka pada tubuh, pengeluaran darah internal dan eksternal dan demam. Rata-rata

kematiannya sangat tinggi yaitu 50-90%, penyebab utama kematian adalah hipopolemik syok dan

kegagalan jatung. Sejak ditemukan ebola tidak ada vaksinnya untuk treatmen. Ebola dibagi menjadi

tiga yaitu zaire ebola virus, reston ebola virus dan ivori coast ebola virus.

1. b.      Nipah virus

       Nipah virus merupakan virus zooonotik yang baru, ditemukan pada tahun 1999, penyakit ini

menular pada manusia melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi. Nipah virus familinya

paramyxovidae. Pola transmisinya mempunyai dua model transmisi yaitu transmisi dari hewan ke

hewan dan transmisi dari hewan ke manusia. Kontak terbuka dengan jaringan atau body fluids yang

terkontaminasi dari hewan yang terinfeksi. Antibody dari nipah ditemukan pada babi, hewan

domestik lain dan hewan liar. Peran dari babi adalah penyebaran infeksi pada hewan lain yang

belum tertular. Masa inkubasi dari nipah virus antara 4 dan 18 hari, terdapat kasus infeksi yang tidak

mempunyai gejala (subklinikal). Gejala klinis kasus ini mirip dengan gejala influenza dengan demam

Page 15: ZOONOSIS

tingi dan nyeri sendi (mialgia), penyakit ini inflamasi ke otak (encephalitis), mengantuk, konvulsi dan

koma. 50% dari gejala ini menimbulkan kematian.

1. c.        Rift valley fever (RVF)

       RVF bersifat zoonosis, kasus penyakit ini pada hewan dan manusia dengan morbiliti dan

mortalitas yang tinggi. Virus RVF ini vektornya adalah nyamuk yang merupakan epizootik potensial

(epidemik pada hewan) dan pada manusia epidemik terlihat dari virus baru pada satu area yang

terdapat vektornya. RVF merupakan genus dari phlebovirus dengan famili bunyaviridae. Vektor dari

RVF melalui gigitan nyamuk, berasal dari species nyamuk yang merupakan vektor transmisi RVF

pada daerah berbeda dengan species nyamuk yang berbeda disebut pre dominan vektor, nyamuk

Aides adalah contohnya, virus ini terdapat pada pakan hewan yang terinfeksi dan mampu

bertransmisi secara transovarial (trasmisi virus dari nyamuk betina yang terinfeksi pada telurnya),

jadi generasi baru infeksi nyamuk terdapat pada telur.

       Banyak type dari hewan yang terinfeksi dari RVF dan kejadian penyakit pada umumnya hewan

domestik seperti ternak, domba, unta, kambing dan burung liar dari endemik area yang beradaptasi

kekondisi lokal. Hewan dengan umur yang berbeda mempunyai tingkat kejadian penyakit yang

berbeda. Lebih dari 90% anak domba terinfeksi RVF mengalami kematian, sedangkan domba

dewasa hanya 10%, aborsi hewan yang bunting 100%. RVF pada manusia bersifat epizootik,

manusia terinfeksi RVF melalui gigitan nyamuk atau melalui kontak dengan darah, cairan tubuh lain

atau organ dari hewan yang terinfeksi, kontak lain melalui pemotongan hewan yang terinfeksi dan

juga melalui susu hewan yang terinfeksi. Virus ini infeksi pada manusia melalui inokulasi (pada kulit

yang terluka atau pisau pemotongan daging yang terinfeksi). Melalui infeksi dengan darah yaitu

transmisi dari laboratorium yang terinfeksi.

1. d.      SARS Virus

       SARS virus mempunyai tipikal yang mirip dengan pneumonia dan influenza, familinya

paramyxoviridae. Virus ini diinokulasi dari Macaca fascicularis coronaviridae, selain itu virus ini juga

familinya coronaviridae. Corona virus memiliki famili yang luas dengan envelop ikatan tunggal positif

– standar RNA virus yang bereplikasi dalam sitoplasma sel dari inang definitif. Virus ini ditemukan

pada feces dan urin dari stable dengan temperatur ruangan. 1-2 hari pasien menderita diare dengan

pH lebih tinggi dari normal. Dalam supernatan dari kultur sel yang terinfeksi terdapat konsentrasi

virus setelah 21 hari pada suhu 40C dan 800C. Setelah 48 jam dengan temperatur ulang

konsentrasi virus direduksi dengan satu tempat. Corona virus ditemukan pada hewan liar yang dijual

untuk konsumsi manusia, corona virus ditemukan pada musang (Paguma larvata) dan species

hewan lainya. Vaksinnya untuk respiratori corona virus infeksi seperti infeksi bronchitis virus pada

ayam, dan transmisi gastroenteritis corona virus dari babi serta Feline Infectious Peritonitis virus

(FIP).

1. 2.      Zoonosis bersifat Endemik

Page 16: ZOONOSIS

       Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat

pada suatu tempat / populasi tertentu. Epidemik ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas /

daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa.Sedangkan

pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi yang

banyak di berbagai daerah / negara di dunia.

1. a.      Flu babi

 Flu babi (Inggris:Swine influenza) adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh

virusOrthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi

sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenza virus A. Flu

babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan

dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia.  Gejala

virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan

kesadaran yang berakhir pada kematian Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A

subtipe H1N1 H1N2 , H3N1,] H3N2, and H2N3.  Di Amerika Serikat, hanya subtipe H1N1 lazim

ditemukan di populasi babi sebelum tahun 1998. Namun sejak akhir Agusuts 1998, subtipe H3N2

telah diisolasi juga dari babi.

1. b.      Flu Burung

 Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian

ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan

manusia. Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H)

dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat

ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari. Burung liar dan unggas

domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus

flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.

Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan.

Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan

hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga

pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.

Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan

dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan

makanan mentah.

1. 3.      Zoonosis bersifat sporadis

A. a.      Bakteri Enterobacter sakazakii

Bakteri ini merupakan bakteri batang, Gram negatif dari family Enterobacteriaceae, dan digolongkan

sebagai bakteri koliform. Bakteri ini bersifat motil (memiliki peritrichous flagella), tidak membentuk

spora, memproduksi koloni berpigmen kuning. Sebelum tahun 1980, bakteri ini disebut sebagai

yellow-pigmented Enterobacter cloacae (INFOSAN 2005). Bakteri ini dapat dimusnahkan pada suhu

di atas 70 °C.

Page 17: ZOONOSIS

Habitat alami bakteri ini tidak diketahui pasti. E. sakazakii dapat dideteksi pada usus manusia sehat,

serta dapat pula ditemukan di usus hewan dan lingkungan.

E. sakazakii merupakan bakteri patogen yang bersifat oportunistik. Bakteri ini menyebabkan

meningitis, sepsis, bakterimia, dan necrotizing enteritis pada bayi (Kim et al. 2007). Tingkat

mortalitas dari infeksi E. sakazakii ini mencapai 20 – 50%.

1. b.       Toxoplasmosis

Penyakit ini ditakuti oleh kaum wanita karena menyebabkan kemandulan atau selalu keguguran bila

mengandung. Bayi yang lahir dengan kondisi cacatpun juga dapat di sebabkan oleh penyakit ini.

Penyakit Toxoplasmosis disebarkan oleh satwa bangsa kucing, misalnya kucing hutan, harimau

atau juga kucing rumahan. Penularan kepada manusia melalui empat cara yaitu:

1. Secara tidak sengaja menelan makanan atau minuman yang telah tercemar Toxoplasama.

2. Memakan makanan yang berasal dari daging yang mengandung parasit Toxopalsma dan tidak

dimasak secara sempurna/setengah matang.

3.  Penularan lain adalah infeksi penyakit yang ditularkan melalui placenta bayi dalam kandungan

bagi ibu yang mengandung.

4.  Cara penularan terakhir adalah melalui transfusi darah.

5. c.       Salmonellosis

Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri

ini. Akibat yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteri Salmonella adalah peradangan pada saluran

pencernaan sampai rusaknya dinding usus.  Akibatnya penderita akan mengalami :

1. Diare

2. Sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik

3. Penderita akan tampak lemah dan kurus.

Racun yang dihasilkan oleh bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi

wanita bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran. Satwa yang bisa menularkan

penyakit salmonella ini antara lain: primata, iguana, ular, dan burun

1. ^ a b c d e f g Soejodono, Roso (2004). Zoonosis. Bogor: Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan

IPB.

2. ^ Acha, PN; Szyfres B (2003). Zoonoses and Communicable Diseases Common to Man and Animals 3rd

Edition Volume III Parasitoses. Washington: Pan American Health Organization.

3. ^ Krauss,, H; A. Weber, M. Appel, B. Enders, A. v. Graevenitz, H. D. Isenberg, H. G. Schiefer, W. Slenczka,

H. Zahner (2003). Zoonoses. Infectious Diseases Transmissible from Animals to Humans 3rd Edition, 456

pages. Washington DC: American Society for Microbiology. ISBN 1-55581-236-8.

4. ^ a b c d Brown, C (2004). "Emerging Zoonoses and Pathogens of Public Health Significance-an

overview". Re Sci Tech Off Int Epiz 23 (2): 435–442.

Page 18: ZOONOSIS

5. ^ a b Morse, SS (2004). "Factors and Determinants of Disease Emergence". Rev. Sci. Tech. Office

Internationale de Epizootica 23: 443–451.

6. ^ a b c (Inggris) Cliver, D. O., S. M. Matsui, dan M. Casteel. 2006. Infections with Viruses and Prions. Di

dalam: H. P. Riemann dan D. O. Cliver, Editor. Foodborne Infections and Intoxications. Amsterdam:

Elsevier. Halaman 367-416.

7. ^ Kusumamihardja, S. 1992. Parasit dan Parasitosis pada Hewan Ternak Piaraan di Indonesia. Bogor:

Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor

Zoonosis dimana proses penularannya memerlukan perkembangan bukan pada hewan seperti tanaman pangan, tanah atau bahan organic lainnya. Contoh beberapa penyakit jamur dan larva migrans.

PENDAHULUAN

Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah penyakit infeksi kulit parasit yang sudah dikenal sejak tahun

18741. Awalnya ditemukan pada daerah – daerah tropikal dan subtropikal beriklim hangat, saat ini karena

kemudahan transportasi keseluruh bagian dunia, penyakit ini tidak lagi dikhususkan pada  daerah –

daerah tersebut2.  Creeping itch atau rasa gatal yang menjalar, merupakan karakteristik utama dari CLM3.

Faktor resiko utama bagi penyakit ini adalah kontak dengan tanah lembab atau berpasir, yang telah

terkontaminasi dengan feces anjing atau kucing1. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak – anak

dibandingkan pada orang dewasa. Pada orang dewasa, faktor resiko nya adalah pada tukang kebun,

petani, dan orang – orang dengan hobi atau aktivitas yang berhubungan dengan tanah lembab dan

berpasir2.

DEFINISI

Kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok – kelok, menimbul dan

progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing4.

SINONIM

Cutaneous larva migrans, creeping eruption, dermatosis linearis migrans4, sandworm disease (di Amerika

Selatan larva sering ditemukan ditanah pasir atau di pantai), strongyloidiasis (creeping eruption pada

punggung).

ETIOLOGI

Penyebab umum dari CLM adalah;o Ancylostoma braziliense (cacing pada anjing dan kucing),  penyebab paling sering.

o Ancylostoma caninum (anjing) penyebab paling banyak kedua setelah a.braziliense.

o Uncinaria stenocephala (anjing )

o Bunostomum phlebotomum (sapi)2

Penyebab yang lebih jarang ditemukan adalah:o Ancylostoma ceylonicum dan Ancylostoma tubaeforme (kucing)

o Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (manusia)

Page 19: ZOONOSIS

o Strongyloides papillosus (kambing) dan Strongyloides westeri (kuda)

o Pelodera (Rhabditis) strongyloides2

o Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly (Lalat)4

PATOGENESIS

Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan kucing,

yaituAncylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva

dari beberapa jenis lalat, seperti Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly. Biasanya larva ini

merupakan stadium ketiga siklus hidup. Nematoda hidup pada hospes (anjing, kucing atau babi), ovum

terdapat pada kotoran binatang dan karena kelembapan berubah menjadi larva yang mempu

mengadakan penetrasi kekulit. Larva ini tinggal di kulit berjalan – jalan tanpa tujuan sepanjang dermo –

epidermal, setelah beberapa jam atau hari, akan timbul gejala di kulit4. 

Gambar 1. (A) Siklus hidup cacing (B) Fotomikrograf kulit yang menunjukkan nematoda creeping eruption dalam

terowongan dengan pembesaran 480x (Kirby – Smith, et al)

Reaksi yang timbul pada kulit, bukan diakibatkan oleh parasit, tetapi disebabkan oleh reaksi inflammasi

dan alergi oleh sistem immun terhadap larva dan produknya3. Pada hewan, Larva ini mampu menembus

dermis dan melengkapi siklus hidupnya dengan berkembang biak di organ dalam. Sedangkan pada

manusia, larva memasuki kulit melalui folikel, fissura atau menembus kulit utuh menggunakan enzim

protease, tapi infeksi nya hanya terbatas pada epidermis karena tidak memiliki enzym collagenase yang

dibutuhkan untuk penetrasi kebagian kulit yang lebih dalam2.

GEJALA KLINIS

Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas4. Mula – mula , pada point of entry, akan

timbul papul, kemudian diikuti oleh bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok – kelok

(snakelike appearance – bentuk seperti ular) yang terasa sangat gatal, menimbul dengan lebar 2 – 3 mm,

panjang 3 – 4 cm dari point of entry, dan berwarna kemerahan2,3,4. Adanya lesi papul yang eritematosa ini

Page 20: ZOONOSIS

menunjukkan larva tersebut telah berada dikulit selama beberapa jam atau hari4. Rasa gatal dapat timbul

paling cepat 30 menit setelah infeksi, meskipun pernah dilaporkan late onset dari CLM2.

Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok- kelok, polisiklik,

serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow), mencapai panjang beberapa sentimeter

dan bertambah panjang beberapa milimeter atau beberapa sentimeter setiap harinya4. Umumnya pasien

hanya memiliki satu atau tiga lintasan dengan panjang 2 – 5 cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada

malam hari, sehingga pasien sulit tidur. Rasa gatal ini juga dapat berlanjut, meskipun larva telah mati.

 Gambar 2 (A) dan (B) Terowongan CLM pada kaki. (C) Terowongan yang disertai krusta.

Terowongan yang sudah lama, akan mengering dan menjadi krusta, dan bila pasien sering menggaruk,

dapat menimbulkan iritasi yang rentan terhadap infeksi sekunder.

Larva nematoda dapat ditemukan terperangkap dalam kanal folikular, stratum korneum atau dermis

Tempat predileksi adalah di tempat – tempat yang kontak langsung dengan tanah, baik saat beraktivitas,

duduk, ataupun berbaring, seperti di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan paha juga di bagian

tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada6.

DIAGNOSIS

Berdasarkan bentuk yang khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok –

kelok, menimbul dan terdapat papul atau vesikel di atasnya4.

Gambar 3. (A) CLM dengan waktu infeksi 2 minggu (B) dan (C) Lesi pada gambar A diperbesar.

DIAGNOSIS BANDING

1.       Skabies: Pada skabies terowongan yang terbentuk tidak sepanjang seperti pada penyakit ini

2.       Dermatofitosis : Bentuk polisiklik menyerupai dermatofitosis

3.       Dermatitis insect bite : Pada permulaan lesi berupa papul, yang dapat menyerupai insect bite

Page 21: ZOONOSIS

4.       Herpes zooster : Bila invasi larva yang multipel timbul serentak, papul – papul lesi dini dapat menyerupai

herpes zooster4

PROGNOSA

Penyakit ini dapat sembuh sendiri setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Pengobatan

dimaksudkan untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa ketidaknyamanan pasien.

Umumnya pengobatan selalu memberikan hasil yang baik5.

MORTALITAS

Mortalitas karena penyakit ini belum pernah dilaporkan. Kebanyakan kasus larva migran sembuh

sendiridengan atau tanpa pengobatan, dan tanpa diikuti efek samping jangka panjang apapun3.

MORBIDITAS

Morbiditas dikaitkan dengan pruritus hebat dan kemungkinan infeksi bakterial sekunder. Sangat jarang

sekali, dapat terjadi migrasi ke jaringan dalam, seperti ke paru dan usus, yang dapat menyebabkan

penumonitis (Loeffler’s Syndrome), enteritis, myositis (nyeri otot)3

Gambar 4. Terowongan yang sudah mengalami infeksi sekunder (Kirby – Smith, et al)

LANGKAH – LANGKAH PENCEGAHAN

-          Di Amerika serikat, telah dilakukan de-worming atau pemberantasan cacing pada anjing dan kucing, dan

terbukti mengurangi secara signifikan insiden penyakit ini5

-          Larva cacing umumnya menginfeksi tubuh melalui kulit kaki yang tidak terlindungi, karena itu penting

sekali memakai alas kaki, dan menghindari kontak langsung bagian tubuh manapun dengan tanah5.

PENATALAKSANAAN

Modalitas topikal seperti spray etilklorida, nitrogen cair, fenol, CO2 snow, piperazine citrate, dan

elektrokauter umumnya tidak berhasil sempurna, karena larva sering tidak lolos atau tidak mati. Demikian

pula kemoterapi dengan klorokuin, dietiklcarbamazine dan antimony jugatidak berhasil. Terapi pilihan

saat ini adalah dengan preparat antihelmintes baik topikal maupun sistemik2.

SISTEMIK (ORAL)

1.       Tiabendazol (Mintezol), antihelmintes spektrum luas. Dosis 50 mg/kgBB/hari, sehari 2 kali, diberikan

berturut – turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh dapat diulangi setelah

beberapa hari. Sulit didapat. Efek sampingnya mual, pusing, dan muntah4.

Page 22: ZOONOSIS

2.       Solusio topikal tiabendazol dalam DMSO, atau suspensi tiabendazol secara oklusi selama 24 – 48 jam4.

Dapat juga disiapkan pil tiabendazol yang dihancurkan dan dicampur dengan vaseline, di oleskan tipis

pada lesi, lalu ditutup dengan band-aid/kasa. Campuran ini memberikan jaringan kadar antihelmints yang

cukup untuk membunuh parasit, tanpa disertai efek samping sistemik.

3.       Albendazol (Albenza), dosis 400mg dosis tunggal, diberikan tiga hari berturut – turut4.

4.       Ivermectin (Stromectol)

AGEN PEMBEKU TOPIKAL

1.       Cryotherapy dengan CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45 detik sampai 1 menit, selama 2

hari berturut – turut4.

2.       Nitrogen liquid4

3.       Kloretil spray, yang disemprotkan sepanjang lesi. Agak sulit karena tidak diketahui secara pasti dimana

larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan disekitarnya4.

4.       Direkomendasikan pula penggunaan Benadryl atau krim anti gatal (Calamine lotion atau Cortisone)

untuk mengurangi gatal4.

DISKUSI

Diagnosa penyakit ini dapat ditegakkan hanya dari pemeriksaan fisik dengan melihat bentuk yang khas,

yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok – kelok, dan menimbul. Kemudian,

dari anamnesa yang mendukung diagnosa adalah adanya riwayat kontak dengan tanah sebelum keluhan

ini dirasakan, yaitu saat pasien berkebun. Pemeriksaan penunjang lain yang disebutkan dalam

kepustakaan adalah biopsi, tapi hal ini sangat jarang dilakukan, dan pada kasus ini tidak diperlukan

karena tidak ada gejala yang mengarah pada penyakit lain.

Terapi yang dipilih adalah tindakan khusus, yaitu penyemprotan dengan klor etil sebanyak masing –

masing dua kali pada kunjungan I dan II. Karena keluhan yang dirasakan tidak hilang, pada kunjungan III

dilakukan elektrokauterisasi pada lesi (sepanjang terowongan yang menimbul) dan setelah itu dilakukan

penyemprotan dengan klor etil sebanyak dua kali lagi. Masing – masing penyemprotan dilakukan selama

±2 menit hingga tampak lapisan putih, dan diantara nya ada selang waktu ±15 menit. Tujuan

penyemprotan dengan klor etil pada prinsipnya adalah untuk membekukan dan mematikan larva

Penyemprotan dengan klor etil memang tidak selalu memberikan hasil yang memuaskan, karena posisi

pasti larva tidak bisa dipastikan, sifat terapi ini adalah hit-or-miss. Namun, ini merupakan alternatif cara

yang cepat untuk mengakhiri pertumbuhan terowongan. Disebutkan dalam salah satu kepustakaan,

terapi pilihan saat ini adalah dengan memberikan antihelmintes baik secara topikal (dengan oklusi)

maupun sistemik. Pada kasus ini, mungkin tidak dilakukan pemberian antihelmintes sistemik untuk

menghindari efek samping obat antihelmintes sistemik. Disamping itu  pasien datang dengan lesi awal (3

hari setelah keluhan dirasakan), sehingga diharapkan infeksi dapat diakhiri dengan semprotan klor etil di

poliklinik.  Sedangkan pemakaian tiabendazol topikal secara oklusi empat kali sehari mungkin sulit

dilakukan pasien di rumah.

Pasien ini dijadwalkan untuk kunjungan ke IV, tapi pasien tidak kembali untuk kontrol ulang.

Daftar Pustaka

Page 23: ZOONOSIS

1.       Anonymous. Cutaneous Larva Migrans: The Creeping Eruption. Diunduh dari

2.       Jusych, LA. Douglas MC.Cutaneous Larva Migrans: Overview, Treatment and Medication. Diunduh dari

www.emedicine.com. Pada tanggal 29 Desember 2009. Update terakhir 20 November 2009.

3.       Anonymous. Clinical Presentation in Humans. Diunduh dari

www.stanford.edu/group/parasites/parasites2002/cutaneous_larva_migrans/clinical%20presentation.html 

pada tanggal 29 Desember 2009

4.       Aisah S. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Penerbit Fakultas

Kedokteran FKUI. 125-6 (2007)

5.       Dugdale,DC. Diunduh dari www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001454.htm

Update terakhir 12 Maret 2008

6.       Anonymous. Cutaneous Larva Migrans. Diunduh dari

www.en.wikipedia.org/wiki/Cutaneous_larva_migrans saprozoonosis

Sebuah zoonosis agen yang membutuhkan baik host vertebrata dan nonanimal (makanan, tanah, tanaman) waduk atau situs perkembangan untuk menyelesaikan siklus. Istilah kombinasi dapat digunakan, seperti saprometazoonoses untuk infeksi kebetulan, ketika metaserkaria encyst pada tanaman, atau saprocyclozoonoses untuk ...

saprozoonosis

saprozoonosis Sebuah penyakit hewan yang membutuhkan baik host vertebrata dan nonanimal (makanan, tanah, tanaman) waduk atau situs perkembangan untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Contohnya antara lain: botulisme, lumpuh, penyakit sering fatal, disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi dengan racun preformed. ...

Sebuah zoonosis yang agen penyebab membutuhkan kedua host vertebrata dan reservoir nonanimal atau situs perkembangan untuk menyelesaikan siklus hidupnya.

definisi:

1. Sebuah zoonosis, agen yang membutuhkan baik host vertebrata dan nonanimal (makanan, tanah, tanaman) waduk atau situs perkembangan untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Istilah kombinasi dapat digunakan, seperti saprometazoonoses untuk infeksi kebetulan, ketika metaserkaria encyst pada tanaman, atau saprocyclozoonoses untuk infestasi kutu, agen th yang bagian lengkap dari siklus hidup mereka di dalam tanah.

Sebuah zoonosis agen yang membutuhkan baik host vertebrata dan nonanimal (makanan, tanah, tanaman) waduk atau situs perkembangan untuk menyelesaikan siklus. Istilah kombinasi dapat digunakan, seperti saprometazoonoses untuk infeksi kebetulan, ketika metaserkaria encyst pada tanaman, atau saprocyclozoonoses untuk infestasi kutu, yang agen bagian lengkap dari siklus hidup mereka di dalam tanah. Negara Asal: busuk + G. Zoon, hewan, + nosos, penyakit (5 Maret 2000)