tension type headache p={'t':'3', 'i':'668022968'};...
TRANSCRIPT
LAPORAN STUDI KASUS STASE NEURO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KANJURUHAN
UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN
PADA PASIEN DENGAN TENSION TIPE HEADACHE
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Oleh:
Melissa Arinie Raharjo, S.Ked. (209.121.0005)
Pembimbing:
dr. A.Kiki. K, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK MADYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus Stase Neuro yang berjudul “Upaya
Pendekatan Kedokteran terhadap pasien dengan Tension Tipe Headache” ini dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna memenuhi tugas
Kepaniteraan klinik madya serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi dalam
menangani kasus kedokteran.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan
kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran
dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.
Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta rekan-
rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
kedokteran.
Penyusun
Melissa Arinie Raharjo, S.Ked.
1
DAFTAR ISI
1. Judul
2. Kata Pengantar .................................................................................................1
3. Daftar Isi ..........................................................................................................2
4. BAB I : Pendahuluan
Latar Belakang...........................................................................................3
Tujuan........................................................................................................3
Manfaat......................................................................................................3
5. BAB II : Laporan Kasus
Identitas Penderita......................................................................................4
Anamnesa...................................................................................................5
Pemeriksaan Fisik......................................................................................6
Differential Diagnosis................................................................................6
Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7
Resume.......................................................................................................7
6. BAB IV : Tinjauan Pustaka
Definisii....................................................................................................10
Epidemiologii...........................................................................................10
Etiologi ...................................................................................................10
Klasifikasi ..............................................................................................10
Patofisiologi ...........................................................................................11
Manifestasi Klinis ...................................................................................12
Penatalaksanaan ......................................................................................14
Pencegahan ............................................................................................17
Prognosis ...............................................................................................18
7. BAB V : Pembahasan
Dasar Penegakan Diagnosa......................................................................20
8. BAB VI : Penutup
Kesimpulan..............................................................................................21
Saran ........................................................................................................21
9. Daftar Pustaka.................................................................................................22
2
L APORAN STUDI KASUS STASE NEURO
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Nyeri kepala merupakan gejala umum yang pernah dialami hampir semua orang dan lebih
dari 90% populasi pernah mengalami satu jenis sakit kepala. Setidaktidaknya secara episodik
selama hidupnya. Di Amerika Serikat lebih dari 23 juta orang mengalami nyeri kepala,
dimana 17,6% diderita oleh wanita dan 6% pada lakilaki (1,2,3). Nyeri kepala dapat
merupakan bagian dari gejala sisa (sekuele) akibat peningkatan tekanan intrakranial, cedera
kepala, tumor otak, ketegangan mata, sinusitis, perubahan atmosfir, alergi makanan, strees
emosional, alkohol, makanan, dan sebagainya. Daftar faktor-faktor etiologi yang mugkin
menjadi penyebab nyeri kepala tidak ada habisnya dan bersifat individual. Ada tiga jenis
nyeri kepala, berdasarkan klasifikasi Internasional Nyeri Kepala dari IHS (International
Headache Society) yang terbaru tahun 2004, terdiri atas Migraine, Tension Type Headache
(TTH), serta Cluster Headache dan cephalalgia lainnya dari nyeri kepala primer lainnya
(1,2,4). Tension headache atau nyeri kepala tipe tegang adalah manifestasi dari reaksi tubuh
terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan atau hostilitas yang
tertekan.Respon fisiologis yang terjadi meliputi refleks pelebaran pembuluh darah
ekstrakranial serta kontraksi otot-otot rangka kepala, leher dan wajah (5).
1.2 TUJUAN
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan klinis dan komunikasi
dalam menangani kasus penyakit Tension Type Headache
1.3 MANFAAT
Manfaat penyusunan laporan ini adalah sebagai media pembelajaran dan evaluasi terhadap
aspek kedokteran dalam penanganan penyakit Tension Type Headache
3
LAPORAN STUDI KASUS STASE PENYAKIT NEURO
BAB IILAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn.L
Usia : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : belum menikah
Pekerjaan : Karyawan perusahaan swasta
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Alamat : Kasembon, Malang
Suku : Jawa
Tanggal periksa :
Nomor RM : 343743
2.2 ANAMNESA (Heteroanamnesa)
1. Keluhan utama : Nyeri Kepala
Riwayat penyakit sekarang :
Nn.L datang ke poli neuro dengan keluhan nyeri kepala belakang, diatas tengkuk terasa
seperti dicengkram, sejak 2 minggu terakhir. Nyeri membaik dengan istirahat, namun
berulang lagi, terutama jika pasien sedang banyak pekerjaan dikantor. Pasien mengatakan,
beberapa kali meminum obat sakit kepala yang dibeli di warung,namun tidak membaik.
2. Riwayat penyakit Dahulu
Riwayat MRS (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
3. Riwayat penyakit keluarga :
DM : -
HT : -
4
Riwayat penyakit jantung (-)
4. Riwayat kebiasaan:
Setiap hari Nn.L bekerja selama 7 jam, dan pasien mengaku mengalami stress berat
dengan pekerjaannya.Nn.L jarang berolahraga, terbiasa tidur larut malam (antara
pukul 11.00-12.00 malam). Nn.L selalu mengkonsumsi kopi setiap hari minimal 2
cangkir sehari, rokok (-).
5. Riwayat Pengobatan:
Pasien mengakubeberapa kali mengkonsumsi oba sakit kepala yang dibeli di warung,
namun keluhan hanya membaik sementara.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Nn.L hidup dalam keluarga yang berkecukupan. Nn.L adalah tulang punggung keluarga,
sehingga memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah.
2.3 ANAMNESA SISTEM -
1. Kulit : kulit gatal (-), bintik merah di kulit (-), berkeringat (-)
2. Kepala : rambut hitam lebat , luka (-), benjolan (-), sakit kepala (+), pusing (+)
3. Mata : merah (-/-), penglihatan berkunang-kunang (-)
4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-), sekret/rhinorrea (-/-)
5. Telinga : cairan (-/-), nyeri (-/-)
6. Mulut : sariawan (-), bibir pucat (-)
7. Tenggorokan: Sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : Sesak n `afas (-), batuk (-)
9. Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
10. Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), diare (-), BAB (normal)
11. Genitourinaria : BAK (normal)
12. Neurologic : Kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-)
13. Muskuluskeletal : Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas :
a. Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), hangat (-), pucat (-), luka (-)
b. Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), hangat (-), pucat (-), luka (-)
c. Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), hangat (-), pucat (-), luka (-)
d. Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), hangat (-), pucat (-), luka (-)
2.4 PEMERIKSAAN FISIK
5
1. Keadaan umum : tampak baik dan sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS
E4V5M6), status gizi kesan normal
2. Tanda Vital
Tensi : 100/70 mmHg
3. Rambut : distribusi pertumbuhan rambut rata
4. Kepala dan wajah: bentuk kepala mesocephal, wajah simetris, luka (-), warna kulit
kuning(-), pusing (-), sakit kepala (+)
5. Mata : conjungtiva anemis (-/-), radang (-/-), eksoftalmus (-), mata cekung (-)
6. Hidung : rhinorrhea (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-)
7. Mulut : bibir pucat (-/-), bibir kering (-/-)
8. Telinga : otorrhea (-/-), kedua cuping telinga normal
9. Pemeriksaan neurologik :
Kesadaran : GCS 456 composmentis
Fungsi sensorik
Fungsi motorik
Kekuatan Tonus Ref.Fisiologis Ref.Patologis
2.5
DIAGNOSIS AWAL
Tension Type Headache
DDx :
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis deformans,
sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal, migren klasik, migren
komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit kepala pada
desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit kardiovasikular, dan sakit kepala pada
anemia.
2.7 RESUME
a) Anamnesis:
6
N N
N N
- -
- -
N N
N N
N N
N N
5 5
5 5
Nn.L datang ke poli neuro dengan keluhan nyeri kepala belakang, diatas tengkuk terasa
seperti dicengkram, sejak 2 minggu terakhir. Nyeri membaik dengan istirahat, namun
berulang lagi, terutama jika pasien sedang banyak pekerjaan dikantor. Pasien mengatakan,
beberapa kali meminum obat sakit kepala yang dibeli di warung,namun tidak membaik.
b) Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : tampak baik dan sakit ringan, kesadaran compos mentis
(GCSE4V5M6), status gizi kesan normal
Tanda Vital
Tensi : 100/70 mmHg
Kepala dan wajah : sakit kepala (+)
2.7 PENATALAKSANAAN
2.7.1 Farmakoterapi
a. Clobazam
Komposisi: Tiap tablet mengandung: Klobazam 10 mg
Farmakologi:
Klobazam termasuk golongan benzodiazepin yang bekerja berdasarkan
potensiasi inhibisi neuron dengan asam gama-aminobutirat (GABA) sebagai
mediator.
Klobazam memiliki efek antikonvulsi, ansiolitik, sedatif, relaksasi otot, dan
amnestik.
Indikasi:
Mengatasi keadaan ansietas dan psikoneurotik yang disertai ansietas.
Kontraindikasi:
Pasien yang mengalami depresi sistem saraf pusat (koma). Penderita psikotik dan gangguan depresi mental. Penderita gangguan pernapasan. Reaksi hipersensitif terhadap klobazam. Trimester pertama kehamilan. Myastehenia gravis.
Dosis:Dewasa: 20 mg sehari dalam dosis terbagi. Jika perlu dapat dinaikkan sampai 30 mg/hari. Untuk kasus berat dosis dapat diberikan samapai 6 tablet sehari.Orang lanjut usia: 10 - 15 mg sehari dalam dosis terbagi.
7
Efek samping:
Mulut dan tenggorokan kering, disuria, retensi urin, disartria, ataksia, vertigo, pusing, depresi mental, gangguan saluran cerna, takikardia, palpitasi.
Kegagalan pernapasan dan hipotensi tidak/jarang terjadi pada dosis terapi, tetapi dapat terjadi pada dosis tinggi.
Pemberian overdosis dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat dan koma.
Gangguan pernapasan, keletihan, konstipasi, hilang nafsu makan, mual, mengantuk, bingung.
Reaksi kulit seperti erupsi, urtikaria. Penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi dapat menyebabkan
abnormalitas yang reversibel seperti gangguan bicara, gangguan fungsi motorik, gangguan penglihatan (penglihatan ganda, nistagmus), peningkatan berat badan.
Berkurangnya libido.
Peringatan dan perhatian:
Hati-hati pemberian obat ini pada orang lanjut usia atau pasien yang lemah, gagal fungsi ginjal, hati, dan pasien yang sedang menjalani terapi dengan obat sistem depresan.
Selama minum obat ini dilarang menjalankan mesin atau kendaraan. Hindari pemakaian dosis tinggi dan jangka lama, karena dapat menyebabkan
toleransi dan ketergantungan fisik. Kelemahan otot (myasthenia gravis), spinal atau serebral ataksia dan pada
kasus keracunan akut alkohol, zat-zat hipnotik, analgesik, neuroleptik, antidepressan, lithium, pasien dengan kerusakan hati serius (misal cholestatic jaundice) dan pasien dengan sleep apnoea syndrome.
Klobazam diekskresi melalui air susu ibu. Hentikan pemberian ASI selama pengobatan dengan klobazam.
Interaksi obat:
Jika klobazam dikombinasi dengan depresan sistem saraf pusat (termasuk antikonvulsan dan alkohol) akan menambah terjadinya depresi sistem saraf pusat.
Simetidin dapat mengurangi klirens plasma klobazam, meningkatkan waktu paruh dan konsentrasi klobazam.
8
b. Mersibion
Indikasi : untuk pengobatan kekurangan viamin B1,B6, dan B12 seperi pada
beri-beri, polineuriis, dan gangguan saraf yang membutuhkan neuroprotektor
Komposisi :
Tiap salu gula mengandung viamin B1, B6, B12
Cara kerja obat:
Vitamin B1 berperan sebagai koenzim pada dekarboksilasi asam keton dan
berperan dalam metabolism karbohidrat. Vitamin B6 didalam tubuh berubah
menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat yang dapat membantu dalam
metabolism proein dan asam amino. Vitamin B12 berperan dalam sintesa
asam nukleat dan berpengaruh pada pematangan sel dan memelihara integritas
jaringan saraf
Interaksi : mengurangi efek levodopa.
LAPORAN STUDI KASUS STASE PENYAKIT NEURO
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Definisi
9
Tension Type headache atau nyeri kepala tipe tegang didefinisikan sebagai rasa berat atau
tertekan yang menetap, pada kedua sisi kepala yang timbul episodic dan berkaitan dengan
stres, tetapi dapat berulang hampir setiap hari tanpa adanya faktor psikologis. Nyeri ini
timbul karena kontraksi terus-menerus otot-otot kepala dan tengkuk yaitu m. splenius kapitis,
m. temporalis, m.maseter, m.sternokleidomastoideus, m. trapezius, m. servikalis posterior,
dan m. levator skapula. Sifat nyerinya biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan-
berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktivitas fisik dan gejala penyertanya tidak menonjol (6,7).
Tension headache ini juga dikenal sebagai stres headache, muscle contraction headache,
psychomiogenic headache, ordinary headache, and psikogenik headache (8).
4.2. Epidemiologi
Pada penelitian di Amerika, tension headache merupakan penyakit nyeri kepala primer.
Penyakit ini 88% dijumpai pada wanita dan 66% pada laki-laki dan sekitar 60% serangan
sakit kepala jenis ini terjadi pada usia lebih dari 20 tahun (8).
1.4. Etiologi
Etiologi dari tension headache ini belum diketahui secara pasti, namun diduga disebabkan
oleh beberapa faktor pencetus antara lain adalah cahaya yang menyilaukan, stres psikososial,
kecemasan, depresi, stres otot, marah, terkejut, serta penggunaaan obat untuk tension
headache yang berlebihan (6).
1.5. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri kepala tipe tegang/ Tension Headache menurut Ad Hoc Committee of The
International Headache Society adalah sebagai berikut (6,8) :
1. Nyeri kepala tipe tegang episodik
a. Minimal mengalami 10 kali episode nyeri kepala, dimana jumlah hari
dengan nyeri kepala tersebut < 180 hari/tahun (<15 hari/bulan)
b. Nyeri kepala berlangsung antara 30 menit sampai 7 hari
c. Sekurang-kurangnya memiliki dua gambaran khas nyeri berikut ini :
- Kualitas nyeri seperti diikat atau ditekan
- Intensitas nyeri ringan sampai sedang
- Lokasi bilateral
- Tidak diperberat dengan berjalan menaiki tangga atau aktivitas fisik
sejenis
d. Tidak ada mual atau muntah, tidak ada fotofobia dan fonofobia
2. Nyeri kepala tipe tegang kronik
a. Rata-rata frekuensi nyeri kepala > 15 hari/bulan (>180 hari/tahun) selama 6
10
bulan yang memenuhi kriteria 1b-1d diatas
b. Sekurang-kurangnya memiliki dua gambaran khas nyeri pada nyeri kepala
tipe tegang episodik
c. Tidak ada muntah, dan tidak lebih satu hal berikut : mual, fotofobia atau
fonofobia
1.6. Patofisiologi
Patofisiologi dari TTH sangat kompleks dan banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik dari faktor sentral maupun perifer. Pada penderita TTH
didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang bertambah pada palpasi jaringan
miofascial perikranial. Impuls nosiseptif dari otot perikranial yang menjalar ke kepala
mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot
maupun tendon tempat insersinya (9). TTH adalah kondisi stres mental,
nonfisiologikal motor stres, dan miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun
kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi
struktur persepsi supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang
masing-masing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal
intensitas nyeri kepalanya (8,10). Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot
bergaris termasuk juga struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri
miofascial di mediasi oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin
(C), sedangkan serabut tebal yang bermyelin (A∞ dan AB) dalam keadaan normal
mengantarkan sensasi yang ringan/ tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious
dan inocuous, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator
kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aoc dan serabut C yang
berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache (9).
Dulu dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan leher yang dapat menimbulkan
iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension type headache sehingga pada
masa itu sering juga disebut muscle contraction headache. Akan tetapi pada akhir-
akhir ini pada beberapa penelitian yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada
penderita tension type headache ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi
aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan
aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian
aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri
11
kepala (8,9,10) Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada
miofascial trigger point yang berukuran kecil, hanya beberapa milimeter saja (tidak
terdapat pada semua otot). Mediator kimiawi substansi endogen seperti
serotonin( dilepas dari platelet), bradikinin( dilepas dari belahan precursor plasma
molekul kallin) dan kalium (yang dilepas dari sel otot), substance P dan Calcitonin
Gene Related Peptide dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap
nosiseptor otot skelet. Jadi pada saat ini yang dianggap lebih berperan adalah nyeri
miofascial terhadap timbulnya TTH (8,9). Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi
sensitisasi perifer terhadap nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi
sentral. Proses kontraksi otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal
descending pain inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli
nosiseptif amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada tension headache. Semua
nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan
menurun di sefalik maupun ekstrasefalik (9).
1.7. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dapat timbul pada tension headache adalah nyeri kepala
yang dirasakan seperti kepala berat, pegal seperti diikat tali yang melingkari kepala,
kencang dan menekan. Kadang-kadang disertai nyeri kepala yang berdenyut. Bila
berlangsung lama, pada palpasi dapat ditemukan daerah-daerah yang membenjol,
keras dan nyeri tekan. Dapat pula disertai gejala mual, kadang-kadang muntah,
vertigo, lesu, sukar tidur, mimpi buruk, sering terbangun menjelang pagi dan sulit
tidur kembali, hiperventilasi, perut kembung, sedih, hilangnya kemauan untuk belajar
atau bekerja, anoreksia dan keluhan depresi lainnya. Bisa juga nyeri dirasakan seperti
perasaan tegang yang menjepit di kepala dan nyeri berlokasi di daerah oksipito
servikal (5,7) Bentuk akut dikaitkan dengan keadaan stres, kegelisahan dan atau
kelelahan temporer yang biasanya berlangsung satu atau 2 hari. Tipe kronis biasanya
nyeri bersifat bilateral, tidak mereda, dapat berlangsung siang maupun malam hari,
dan berlangsung sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun, terasa menekan, tidak
berdenyut dan sering dikaitkan dengan perasaan gelisah, depresi dan perasaan
tertekan (4,7). Gejala yang lain dari nyeri kepala ini berupa konsentrasi yang lemah,
perasaan lelah dan iritabel. Kualitas nyeri kepala ini digambar sebagai nyeri yang
tumpul dan menetap. Sering tidak digambarkan sebagai rasa nyeri tetapi sebagai rasa
berat atau rasa tertekan atau juga rasa ketat. Pada 25% penderita serangan nyeri
12
tumpul dapat kemudian berubah menjadi rasa berat dan kadang-kadang ada kualitas
berdenyut (pulsasi). Nyeri kepala yang tumpul ini bisa berasal dari bangunan yang
terletak dalam di kulit. Pada beberapa keadaan, nyeri dapat dirasakan terlokalisir di
satu tempat misalnya : orang dengan kebiasaan mengerutkan dahi dapat merasakan
nyeri di daerah bitemporal, dan orang dengan kebiasaan leher lurus merasakan nyeri
di oksipital (11). Gambaran intensitas nyeri pada nyeri kepala ini sebagai “seakan-
akan kepala akan pecah, yang menunjukkan karakteristik histerik”. Sedangkan durasi
dari nyeri kepala ini dapat kontinyu menetap sampai berminggu-minggu atau
berbulan-bulan. Penderita dapat melaporkan tak pernah sembuh dari nyeri kepalanya.
Namun selama perjalanan yang panjang itu intensitas nyerinya dapat menyusut dan
mengembang
dari jam ke jam. Frekuensi nyeri akan dilaporkan setiap hari, ters menerus dan tak
pernah bebas nyeri kepala, pola temporalnya disebut pola undulasi (bergelombang),
dimana nyeri menetap kontinyu, periodisitasnya tak jelas dan awitannya tidak
paroksismal (11). Selain itu juga ada gelaja lain pada nyeri kepala tegang otot ini
yaitu (11) :
- Fotofobia ringan namun konstan, mendorong penderita memakai kacamata
Hitam walaupun hari mendung.
- Gejala-gejala GI : nausea pada pagi hari, Vomitus (jarang), sendawa
belebihan dan mengeluarkan flatus.
- Hiperventilitas, gangguan konsentrasi, kurang minat dalam bekerja dan
Melakukan hobi, Gejala-gejala ini dapat ditafsirkan sebagai sindrom cemas
(anxietas).
- Rasa nyeri di dada kiri, di punggung dan region koksigeus. Rasa nyeri ini
bersamaan gejala GI dan Gejala psikosomatik lainnya dapat ditafsirkan
sebagai sindrom depresi.
Banyak penderita yang mengalami nyeri kepala tegang otot walaupun tak ada
stress emosional yang berat. Pada nyeri kepala yang sudah berlangsung lama, factor
pencetus bisa juga berlaku sebagai faktor yang memperberat sehingga akan
menambah intensitas nyerinya. Gerakan-gerakan pada jurusan tertentu dapat
memperberat nyerinya (11). Pada tension headache biasanya tidak ditemukan kelainan
organik, anemia sedang dan tekanan darah sistemik yang sedikit tinggi atau rendah
tidak relevan bagi tension headache, yang menonjol adalah unsur fobia berupa sakit
kepala kalau melihat orang banyak, sakit kepala kalau berada ditempat yang tinggi
13
atau sakit kepala kalau naik lift, jenis fobia yang diproyeksikan dalam keluhan adalah
agorafia (fobia terhadap tempat yang luas dan ramai), akrofobia (fobia terhadap
kecuraman), klustrofobia (fobia terhadap ruang yang sempit). Tension headache yang
diwarnai dengan unsur histerik adalah klavus histerik yaitu sakit kepala yang terpusat
pada kalvarium. Sakit kepala semacam ini hampir selalu disertai gejala globus
histerikus yaitu perasaan seolah-olah tenggorokan dicekik atau kerongkongan
tersumbat (12). Nyeri kepala tension headache bisa berupa suatu aktivitas yang dapat
menyebabkan kepala berada pada 1 posisi dalam jangka waktu lama tanpa bergerak,
sehingga menyebabkan sakit kepala, aktivitas tersebut meliputi pengetikan atau
penggunaan computer, pekerjaan halus dengan tangan dan penggunaan mikroskop.
Tidur di dalam suatu ruangan yang dingin atau tidur dengan posisi leher yang salah
dapat mencetuskan sakit kepala jenis ini (13).
1.9. Penatalaksanaan
Pada nyeri kepala tension headache penatalaksanaan yang dilakukan adalah sebagai
berikut (6,7,8,13,14,15) :
1. Terapi psikofisiologis
Terapi ini dapat berupa terapi relaksasi, program untuk mengatasi stres, serta
tehnik ayap balik hayati (biofeedback). Dengan modalitas terapi tersebut,
frekuensi
tension headache serta beratnya penyakit dapat berkurang. Strategi
pengelolaan stress
mungkin sangat menolong pada tension headache. Perubahan cara hidup
mungkin
diperlukan untuk nyeri kepala tension headache kronik. Cara tersebut meliputi
istirahat yang cukup dan latihan, perubahan dalam pekerjaan atau kebiasaan
relaksasi
ataupun perubahan yang lain
2. Fisioterapi
Terapi ini berupa latihan pengendoran otot-otot, misalnya latihan relaksasi,
yoga, semedi, diatermi, kompres hangat, TENS (Transcutaneus electrical
nerve stimulation) ataupun terapi akupuntur. Terapi fisik dan teknik relaksasi
ini dapat memberikan keuntungan pada kasus-kasus khusus.
14
3. Farmakoterapi
Terdiri atas terapi abortif yang bertujuan untuk menghentikan atau
mengurangi serangan penyakit pada tension headache tipe episodik, serta
terapi pencegahan/preventif untuk terapi jangka panjang yang bermanfaat pada
tension headache kronik, namun dapat juga digunakan pada tension headache
tipe episodik.
Obata-obatan yang dapat digunakan pada pengobatan tension headache yaitu :
a. Analgetikum /Non Streoid Anti Infalammatory Drugs (NSAIDs)
menghilangkan rasa nyeri kepala ringan dan sedang, bila
sebelumnya diberi obat
yang memacu gastrointestinal. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu :
· Asam Asetilsalisilat 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr
· Metampiron 500 mg tablet dengan dosis 1500 mg/hr
· Glafein 200 mg tablet dengan dosis 600-1200 mg/hr
· Asam Mefenamat 250-500 mg tablet dengan dosis 750-1500 mg/hr
· Ibuprofen 400-800 mg tablet dengan dosis < 2400 mg/hr
b. Hipnotik-sedatif/antiansietas.
Kerjanya terutama merupakan potensiasi inhibisi neuron
dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator. Efek
sampingnya berupa inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi
mental dan psikomotor, gangguan koordinator berpikir, bingung,
disartria, mulut kering dan rasa pahit. Obat-obat yang dapat digunakan
yaitu :
· Klordiazepoksid 5 mg tablet dengan dosis 15-30 mg/hr
· Klobazam 10 mg tablet dengan dosis 20-30 mg/hr
· Lorazepam 1-2 mg tablet dengan dosis 3-6 mg/hr
· Diazepam 2-5 mg tablet dengan dosis 2-10 mg/hr
C. Antidepresan.
Cara kerjanya dengan memblokade pengambilan kembali noradrenalin
dan memblokade aktivitas kolinergik, adrenergik, dan reseptor histamin.
Efek sampingnya adalah mengantuk, mulut kering, mata kabur dan
sukar berak.
15
Obat-obatan yang dapat digunakan misalnya :
· Amitriptilin 10/25 mg tablet dengan dosis 150-300mg/hr
· Maprotiline 25/50/75 mg tablet dengan dosis 25-75 mg/hr
· Amineptine 100 mg tablet dengan dosis 200 mg/hr
D. Antagonis serotonin
sebaiknya diberikan dalam bentuk sediaan injeksi atau spray
nasal, jika pemberian oral tidak memungkinan saat ada gejala mual
atau muntah.
Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar
neurotransmitter
serotonin di otak. Obat yang digunakan yaitu :
· Metysergid 2 mg tablet dengan dosis 4-6 mg/hr
· Sumatriptan 100 mg tablet dengan dosis 300 mg/hr
· Fluoksetin 10 mg tablet dengan dosis maksimal 60 mg/hr
E. Agonis selektif reseptor α2,
obat yang digunakan yaitu tizanidin. Cara kerjanya
adalah dengan mencegah mengecilnya dan melebarnya pembuluh
darah secara
abnormal. Bekerja pada rangsangan sentral neuron-neuron
penghambat. Efek
sampingnya adalah mengantuk, mulut kering dan depresi. Beberapa
penelitian
menyatakan bahwa tizanidin ternyata efikasius, aman dan dapat
ditoleransi pada
terapi profilaksis nyeri kepala harian.
Serangan akut berespon terhadap aspirin dan obat AINS lainnya seperti
asam
asetilsalisilat, metampiron maupun asam mefenamat. Untuk tindakan
profilaksis
diberikan pengobatan amitriptilin, atau pemberian kembali inhibitor
selektif serotonin
dan tizanidin sangat berguna dalam beberapa kasus. Meski banyak
pasien berespon
16
terhadap benzodiazepin seperti diazepam, obat-obat ini harus dibatasi
penggunaannya
karena memiliki potensi adiktif (6,7,8).
Selain ketiga jenis terapi diatas adapula cara-cara lain yang bisa digunakan untuk
meredakan nyeri pada tension headache, diantaranya yaitu (6,7) :
1. Botulinum toksin A (BTX A), adalah obat yang poten untuk beberapa
penyakit berat yang berhubungan dengan kenaikan tonus otot. Meskipun
mekanismenya belum diketahui secara pasti, diduga BTX A mempunyai
target menurunkan Substance P, dan sebagai relaksan otot.
2. Injeksi dengan anastesi lokal, misalnya injeksi prokain, prokain-kofein
kompleks, lidokain dan lain-lain, atau yang lebih dikenal dengan istilah
injeksi trigger point, yang juga membantu mempercepat penyembuhan.
1.10. Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan pada nyeri kepala Tension Headache ini dapat
berupa teknik relaksasi pencegahan dan penghindaran situasi stress. Pada beberapa
orang, suatu pengobatan sehari dapat membantu, secara khas dapat digunakan
Trisiklik antidepresan, bahkan untuk orang-orang tanpa depresi (5). Pencegahan lain
meliputi penggunaan bantal yang berbeda atau mengubah posisi tidur, posisi saat
membaca harus benar, saat bekerja atau melakukan aktivitas lain yang dapat
menyebabkan sakit kepala. Latihan leher dan bahu harus sering terutama saat
mengetik, menggunakan computer atau pekerjaan lain. Selain itu juga harus cukup
tidur dan istirahat atau pemijitan otot dapat mengurangi sakit kepala. Mandi atau
berendam air panas/dingin dapat membebaskan sakit kepala untuk sebagian orang
(13).
Nyeri kepala Tegang Tension Headache dapat berkurang atau membaik dengan
beberapa cara antara lain (11) :
- Obat vasodilator
- Obat analgetik
- Kombinasi Kafein-analgetik
- Relaksasi dan masage tengkuk
- Relaksasi volunter pada otot kering dan mandibula
1.11. Prognosis
17
Prognosis dari Tension Headache umumnya memberikan respon yang baik terhadap
pengobatan tanpa pengaruh efek sisa (11).
18
LAPORAN KASUS STASE NEURO
BAB V
PEMBAHASAN
1.1 DASAR PENEGAKAN DIAGNOSA
1.1.1 Diagnosa
Tidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis TTH. Penderita yang
mempunyai riwayat pengobatan dan melakukan pemeriksaan fisik termasuk evaluasi
neurological yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis. Diagnosis pasti dapat
ditentukan dari anamnesa, riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
19
LAPORAN STUDI KASUS STASE NEURO
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis dari segi biologis :
Tension type Headache
DDx :
Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis deformans,
sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal, migren klasik,
migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit
kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit kardiovasikular, dan
sakit kepala pada anemia.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Bogduk,N.Anatomy and physiology of headache.Australia : faculty of medicine and health science, University of Newcastle and University Drive.1995. available at Elsevier, Paris.
2. Lindsay, Kenneth W,dkk. Headache.Neurology and Neurosurgery Illustrated. London: Churchill Livingstone.2004.66-72.
3. ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache Disorders) available at http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
4. McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis, dkk.Nervous System disorders. Current Medical Diagnosis and Treatment 2009. San Fransisko : McGraw-Hill Companies.2009.
5. Patestas, Maria A. dan Leslie P.Gartner. Cerebrum. A Textbook of Neuroanatomy. United Kingdom: Blackwell.2006.69-70.
6. Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson.Nyeri. Huriawati,dkk.Patofisiologi edisi 6.Jakarta : EGC.2003.
7. Reksodiputro, A.Hariyanto,dkk. Migren dan Sakit Kepala. Aru W.sudoyo, Bambang Setyohadi, dkk.Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007.934-936. 25
8. Sherwood, laura.Susunan Saraf Pusat.Beatricia I.Santoso.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.2001;115-119.
9. Siebernagl, Stefan dan Florian Lang.Pain. Color Atlas of Pathophysiology.New York : Thieme.2000.320-321.
10. Simon, Roger P, David A.Greenberg, dan Michael J.Aminoff.Headaches and facial pain.Clinical Neurology. United states of Amerika : Lange.2009.69-93.
11. Bennett, G. Cecil Textbook of Medicine 21st Edition Vol.2. Saunders Company,Philadelphia; 2000. p.2066-2069
12. Ambre, J.J. 1993. Drug Evaluations Annual. American Medical Association,Chicago; 1993. p.133-136.
13. Mardjono. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta; 1988.p.90-9114. Price, S.A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. EGC,
Jakarta; 1994.h.97515. Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid II. Media
Aesculapius FKUI, Jakarta; 2001.h.41-4316. Wibowo, Samekto dan Abdul Gofir. Farmakoterapi dalam Neurologi. Salemba
Medika, Jakarta; 2001.h.108-11117. A.A.Bgs.Ngr.Nuartha, Harsono et al. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta; 1996.h.243-24418. Singh, Manish K. Muscle Contraction Tension Headache. http://emedicine.com//
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2006
19. Bendtsen L. Central Sensitization in Tension type Headache-PossiblePathophysiological Mechanisms. Cephalalgia 2000;20:486-508
20. Bolay H, Moskowitz MA. Mechanism of Pain Modulation in ChronicSyndromes. Neurology 2002;59:52-57
21. Hadinoto S. Simposium Nyeri Kepala dan Sindrom Nyeri Lain yangBerhubungan. Edisi Pertama. Penerbit : Panitia Simposium Nyeri Kepala IDASICabang Semarang. Semarang. 1987
22. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat,
21
Jakarta; 1999.h.17-2123. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000797.htm. Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2006 Sinta, Meta, Tony Handoko, Sardjono, Freddy W, FD Suyatna, Udin S et al.
24. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. FKUI. Jakarta; 2001.h.109-27025. Dodick, David W. Chronic Daily Headache. NEJM 2006:354:2:158-16526. Hardjasaputra, P.S.I. Data Obat di Indonesia (DOI) Edisi 10. Grafidian
Medipress, Jakarta; 2002
22