05 jilid 2 buku 5

17
PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001 47 BUKU-5 PENGATURAN TATA LETAK SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL dalam GEDUNG Ditulis oleh: Ir. Sarwono Kusasi

Upload: firmansyah-kusasi

Post on 13-Jul-2016

56 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

47

BUKU-5

PENGATURAN TATA LETAK

SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL

dalam GEDUNG

Ditulis oleh: Ir. Sarwono Kusasi

Page 2: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

45

DAFTAR ISI Bab-1 Pendahuluan …………………… 1

Bab-2 Kebutuhan Ruang Luncur (RL) dan lobi lift ……………. 4

Bab-3 Dimensi RL Overhead dan Pit ………………. 18

Bab-4 Tata letak Ruang Luncur (RL) dan Pengaturan Operasi …………………. 23

Bab-5 Kesimpulan dan Latihan ……………….. 40

Lampiran:

1. Contoh building core dengan susunan RL (elevator shaft arrangement) ……… 43

2. Daftar kata-kata padanan ………………… 44

Page 3: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

46

PROGRAM PELATIHAN 1. Judul Pelatihan : Instalasi pesawat lift dan eskalator

2. Mata Pelajaran : “Pengaturan Tata Letak”

3. Peserta : Tehnisi lapangan, arsitek perencana dan penyelia bangunan

4. Waktu : 3 JPL

5. Uraian singkat : Bangunan bertingkat apapun fungsinya, memerlukan lobi,

balai-tunggu, dan selasar untuk kemudahan sirkulasi dalam

melaksanakan kegiatan. Pengaturan tata letak lift yang baik

dan luasnya lobi menimbulkan kesan khas bagi pengunjung

sebagai gedung yang bersahabat.

6. Tujuan instruksional :

A. Umum : Setelah mengikuti pelatihan ini peserta akan mampu

memilih bentuk-bentuk pengaturan tata letak yang sesuai

dengan fungsi bangunan dan memperkirakan kebutuhan

luas ruang luncur (RL) dan lobi yang efisien.

B. Khusus : Setelah mengikuti pelatihan ini peserta akan mampu :

1. menjelaskan pentingnya sirkulasi dalam bangunan

gedung bertingkat.

2. memilih konfigurasi dan tata letak sejumlah kelompok

lift.

3. memperkirakan kebutuhan ruang untuk lobi dan untuk

ruang luncur (RL) serta kamar mesin lift.

7. Acuan : 1. Vertical transportation: Elevator and Escalator

George R. Strakosch, ISBN 0-471-86733-0 (1982)

2. Elevator world “The guide to Elevatoring”

3. Panduan System Bangunan Tinggi

Ir. Jimmy S Juwana, MSAE

Page 4: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

1

BAB-1

PENDAHULUAN

Pengertian tata letak (plan layout) dapat menjurus kepada dua aspek, yang kedua-duanya

penting untuk dipelajari atau ditelaah, terutama oleh seorang arsitek perencana bangunan

tinggi, yaitu :

Pertama : Pengaturan dan susunan (arrangement) peletakan instalasi lift dalam bangunan

hubungannya dengan lobi, selasar dan akses keluar masuk gedung.

Kedua : Pengaturan letak komponen instalasi lift dan dimensinya yang ditentukan oleh

batasan-batasan, fungsi, kecepatan dan kapasitasnya.

A. Aspek Pertama

1. Pengaturan dan susunan perletakan instalasi lift dalam bangunan sangat penting

hubungannya dengan lobi dan selasar, bagi kenyamanan sirkulasi pengunjung dan

penghuni. Lobi utama di lantai dasar harus berhubungan dengan lobi tunggu lift.

Kadang-kadang lobi utama dan lobi lift dipisah oleh selasar (corridor). Luas lobi

lift tidak boleh terlalu sempit sehingga tidak muat bagi pengguna lift pada saat-

saat terjadi arus puncak (peak traffic period). Tetapi sebaliknya tidak boleh terlalu

luas. Begitu pula daerah ruang tunggu lift tersebut tidak boleh diganggu oleh arus

sirkulasi orang-orang yang tidak bermaksud memakai lift (umpamanya berfungsi

ganda sebagai selasar, dimana orang-orang berlalu lalang).

2. Pada bangunan majemuk (multi purpose building), lobi utama di lantai dasar

melayani semua fungsi bangunan. Walaupun bagitu lobi (ruang tunggu) lift harus

terpisah untuk masing-masing tujuan sesuai fungsi bangunan. Sebagai ilustrasi,

umpamanya sebuah bangunan multi perpose building, terdapat apartemen yang

didirikan di atas bangunan kantor dan bangunan kantor tersebut berdiri di atas

toserba berlantai 5. Analisa sirkulasi harus dinilai dari masing-masing fungsi

Page 5: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

2

bangunan, termasuk pintu-pintu arah keluar/masuk ke/dari jalan raya, besar,

ukuran, dan arah selasar. Penghuni apartemen disediakan lobi tersendiri tidak

akan mengganggu penghuni kantor dan sebaliknya. Dalam hal ini eskalator sangat

membantu mengarahkan pengunjung untuk langsung berbelanja di toserba, tidak

harus mengganggu lobi lift.

3. Jika bangunan dilengkapi dengan basemen (untuk parkir) sampai 3 lapis atau

lebih, maka diperlukan lift-lift tersendiri khusus bagi pengunnjung/penghuni yang

bermobil. Lift utama untuk kantor hanya berakhir di lantai dasar (sebagai lantai

terminal), tidak melayani lantai-lantai parkir. Kecuali jika salah satu lift memang

direncanakan untuk pasukan pemadam kebakaran dimana direncanakan pasukan

pemadam mulai dengan aksinya. Pada umumnya lift service ditunjuk sebagai lift

kebakaran, karena lift service senantiasa melayani basemen, sebagai daerah

bongkar muat barang dan mempunyai akses yang leluasa di lower ground bagi

pasukan pemadam.

B. Aspek Kedua

1. Ukuran komponen lift yang paling penting bagi seorang arsitek (ialah) landas

(platform) yang luasnya bergantung pada kapasitas daya angkut. Ruang bangunan

yang disita oleh lift tiap-tiap lantai kira-kira 2.9 kali luas landas (lihat ilustrasi di

bawah ini).

Ruang kamar mesin kira-kira 2.9 kali lagi atau 8.4 kali luas landas. Dalamnya pit

dan tinggi overhead tergantung dari kecepatan lift. Semua hal tersebut

membutuhkan ruang yang tidak seharusnya dihemat-hemat. Perencana (arsitek)

harus mengakomodasi kebutuhan ruang tata letak yang diminta ataupun

dianjurkan atau diusulkan oleh kontraktor ataupun produsen lift.

Page 6: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

3

Pada umumnya lebar kereta berkisar = 1.20 s/d 1.30 kali dalamnya, demi

kenyamanan penumpang keluar masuk kereta dengan pintu yang lebih besar, dan

juga demi efisiensi biaya RL, karena akan menjurus berpenampang bentuk segi

empat.

Contoh lift dengan kapasitas 1150 kg (= 17P) lebar kereta w = 1.80 m x dalam

d = 1.50 m (w = 1.2 d), dan RL = W = 2.30 x D = 2.30 m.

2. Disamping dimensi-dimensi yang umum tersebut, berbagai jenis lift mempunyai

dimensi tertentu atau khusus. Ada ukuran kereta bentuk persegi empat, dengan

lokasi bobot imbang dipasang disamping kereta, termasuk lift pasien atau lift

barang, yang banyak diantaranya berpintu muka dan belakang. Lift kaca dengan

bentuk landas khusus sering dipasang pada lokasi yang strategis, menonjol keluar

dari dinding bangunan (halaman-32).

ILUSTRASI

Lift berkapasitas 900 kg (13 P) kecepatan 150 mpm. Luas kereta w x d = 1.60 x

1.35 = 2.16 m2. Luas RL, bersih W x D = 2.10 x 2.10 = 4.41 m2 (= 2.2 kali luas

landas). Luas ruang bangunan yang disita oleh RL (termasuk tebal dinding = 2.40

x 2.40 = 5.76 m2 (= 2.80 kali luas landas).

Luas kamar mesin S x T = 3.35 x 4.1 = 1.374 m2, yaitu 13.74 / 4.41= 3.1 kali luas

RL. Dalamnya pit = 2.45 m, dan tinggi overhead = 5.65 m.

Tinggi kamar mesin bersih, minimal 2.20 m

Lihat lampiran-1 : Plan layout dan dimensi dari produk merk dagang.

Page 7: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

4

BAB-2

KEBUTUHAN RL dan LOBI LIFT

1. Sebagaimana pentingnya memilih lokasi peletakan yang tepat didalam bangunan bagi

sejumlah lift, penting pula mengetahui konfigurasi lift-lift itu sendiri dalam suatu

kelompok. Dasar pemikiran ialah efisiensi penggunaan ruang (space requirements),

dan efisiensi bagi penumpang yang sedang menunggu untuk mencapai salah satu

kereta dari satu kelompok (group) instalasi lift. Hal ini mengingat tempo pembukaan

pintu kereta sangat singkat. Secara tak sadar, orang menunggu lift berdiri di tempat

dekat tombol panggilan, maka perlu dipikirkan lokasi penempatan tombol dan berapa

jumlahnya pada tiap-tiap lantai.

Pengalaman atas 4 satuan lift dalam kelompok, lebih baik dipilih konfigurasi dua-dua

berhadapan, berjarak 2.5 kali dalamnya kereta. (maksimal) dan masing-masing sisi ada

tombol panggil. Jika dipilih alternatif lain yaitu 4 satuan lift berderet, maka sebaiknya

dipasang hanya satu tombol panggil ditengah-tengah. Lihat gambar berikut ini: 8 unit

lift dalam satu kelompok dipasang empat-empat berhadapan, dan dua tombol panggil

(two risers) masing-masing ditengah-tengah deretan 4 satuan lift. Perhatikan ujung

lobi tertutup, sehingga lobi tidak digunakan sebagai selasar.

Page 8: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

5

Perhatikan lobi lift cukup luas, yaitu 2.5 x d (dalamnya kereta) sehingga tidak terjadi

benturan 2 kelompok penumpang lift yang keluar bersamaan dari masing-masing unit

yang berseberangan.

2. Jumlah satuan lift dalam satu deret ialah maksimal empat buah. Hal ini untuk

menghindari kemungkinan seorang penumpang tidak dapat mencapai kereta yang baru

tiba, oleh karena dia berdiri menunggu pada posisi yang tidak menguntungkan (pada

ujung dari lobi). Dengan alasan yang sama konfigurasi 5 satuan lift harus disusun

peletakannya dua dan tiga berhadapan. Enam satuan disusun peletakannya tiga-tiga

berhadapan, dan seterusnya. Lihat gambar 1 sampai dengan 5, yaitu macam-macam

bentuk konfigurasi.

3. Jumlah maksimal satuan lift dalam satu grup (kelompok operasi) ialah 8 dan disusun

empat-empat berhadapan seperti terlihat pada gambar diatas tadi.

Perhatikan pada gambar 1 sampai dengan 5, lebar lobi (ruang tunggu lift) yang

dianjurkan, maksimum dan minimumnya. Usahakan tidak ada kolom bangunan yang

memisahkan dua satuan lift diantara dua RL berjejer yang menyebabkan jarak-jaraknya

menjadi berjauhan (renggang). Juga sebaiknya tidak ada kolom menonjol keluar

dinding muka RL, yang masuk ke ruang lobi lift. Hal ini menyebabkan terhalangnya

kebebasan bergerak bagi penumpang yang hendak masuk kereta, dan penyebab

terhalangnya pandangan kita terhadap sinyal seperti lampu panah ketibaan (hall

lantern, arrival lamp/gong) yang biasa dipasang di atas pintu.

Page 9: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

6

Page 10: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

7

Page 11: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

8

Page 12: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

9

Page 13: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

10

Page 14: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

11

4. Kebutuhan Ruang Luncur (Hoistway)

Pada pasal ini kita bicarakan hal-hal yang paling umum atas tata letak komponen lift

(plan layout) yaitu gambar denah dan irisan vertikal RL termasuk kamar mesin. Hal-

hal khusus akan dibicarakan pada pasal berikut. Hal-hal yang umum nampak pada

gambar 12 s/d 15, yaitu tata letak : a. Lokasi bobot imbang (counterweight) ada dibelakang kereta. b. Pintu menghadap ke muka dan jenis pintu belah tengah (center opening). c. Kamar mesin ada diatas ruang luncur.

Kebutuhan ruang ialah untuk :

a. Landas (platform)

b. Braket (bracket spacing) c. Bobot imbang d. Pintu dan luang lari (running clearance) e. Lekuk dasar (pit) dari RL f. Overhead (ruang atas dari RL) g. Kamar mesin

a. Landas (platform). Lihat gambar 13 dan tabel berikutnya

Luas landas = lebar x dalam (w x d) Lebar landas = lebar RL dikurangi bracket spacing kiri dan kanan

Dalam landas = dalam RL dikurangi ruang untuk bobot imbang dan pintu.

Page 15: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

12

Contoh plan layout

Page 16: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

13

1) RL = W x D Car = w x d = 0.5 (W x D) Luas kereta = 0.16 x kapasitas Contoh: Capacity 15P = 15 x 0.16 = 2.4 m2 Dimensi, w x d = 1.6 x 1.5 m

2) Ideal size: d = 0.8 w D = 0.9 W 3) Opening: c/o doors, OP = (W – 399) / 2 = (2500 – 300) / 2 = 1100 mm (maximum)

doors, OP = (W – 300) x 2/3 = (2300 – 300) 3/2) = 1200 mm 4) Door & CWT Spacing

C + CWT = 650 s/d 750 mm 5) B = Rails and Bracket spacing = (W – w) / 2 = 250 mm s.d 300 mm

Page 17: 05 Jilid 2 Buku 5

PENGATURAN TATA LETAK S. KUSASI, JANUARY 2001

14

Contoh: Penentuan besaran daya angkut lift pada luas RL tertentu

Diketahui : Ukuran RL net : L x D = 2500 x 2500 mm jenis pintu center opening (CO) (satu

sisi dimuka RL). Bobot imbang dipasang dibelakang.

Ditanya : Berapa kg daya angkut (kapasitas) maksimal lift yang dapat dipasang.

a. Perhitungan dalamnya kereta

Ruang untuk pintu CO = 155 mm

Luang lari (running clearance) = 32 mm

Ruang untuk CWT = 360 mm

Toleransi jarak kereta dan CWT = 53 mm

Ruang pintu kereta + kick plat = 200 mm

= 800 mm

Dalam kereta bersih, D = 2500 – 800 = 1.700 mm (= 1.70 m)

b. Perhitungan lebar kereta

Ruang untuk rel pamandu = 2 x 80 = 160 mm

Ruang untuk braket = 2 x 170 = 340 mm

Ruang kickplat kiri-kanan = 2 x 500 = 100 mm

= 600 mm

Lebar kereta bersih, L = 2500 – 600 = 1900 m (= 1.9 m)

Luas kereta L x D = 1.9 x 1.70 = 3.23 m2

Jika per orang dibutuhkan ruang = 0.17 m2, maka kereta muat 3.23 / 0.17 = 19.0 P

Jika rata-rata berat orang = 71 kg/P, maka kereta dapat mengangkut 19.0 x 71 = 1350 kg