136228500 kebudayaan modern

15
KEBUDAYAAN MODERN Oleh : Safitri Aprillia Putri 110253441237 Sucha Aji Nugroho 120253441246 Walid Rusdianto 120253441262 Wanda Nurina Sara 110253417986 Yunita Eka Sari 120253441235 Zainal Abidin 120253441247 PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Upload: radik-bayu-febrian

Post on 25-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ASD

TRANSCRIPT

Page 1: 136228500 Kebudayaan Modern

KEBUDAYAAN MODERN

Oleh :

Safitri Aprillia Putri 110253441237

Sucha Aji Nugroho 120253441246

Walid Rusdianto 120253441262

Wanda Nurina Sara 110253417986

Yunita Eka Sari 120253441235

Zainal Abidin 120253441247

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Page 2: 136228500 Kebudayaan Modern

A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Kebudayaan atau culture adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya. Ruth Benedict melihat kebudayaan sebagai pola pikir dan berbuat yang terlihat dalam kehidupan sekelompok manusia dan yang membedakannya dengan kelompok lain.

B. JENIS-JENIS KEBUDAYAAN

Hidup-kebatinan manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya pemerintahan negeri; tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan kesusilaan.

Angan-angan manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan.

Kepandaian manusia, yaitu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang berjenis-jenis; semuanya bersifat indah.

C. KEBUDAYAAN MODERN

Kebudayaan modern yang disebut juga kebudayaan barat ini bermula dari jaman “Reneisance”. Ketika itu Vasco da Gama sebagai wakil kebudayaan barat mengelilingi Afrika dan mendarat di Kalikut, maka terbentanglah bagi seluruh Asia sejarah baru, termasuk di Indonesia. Sejak saat itulah banyak negara maju dan modern berbondong-bondong ke Asia mengelilingi Afrika dan mendarat di Kalikut, maka terbentanglah bagi seluruh Asia sejarah baru, termasuk di Indonesia. Sejak saat itulah banyak negara maju dan modern berbondong-bondong ke Asia temasuk Indonesia dan membuat sengsara karena berawal untuk perdagangan namun berubah menjadi penjajahan. Dan karena kedatangan bangsa modern itulah akhirnya di Indonesia sejumlah pemudanya menghirup ilmu modern termasuk pendidikan sehingga melahirkan kebudayaan modern.

Selain itu, pertemuan dengan negara-negara modern memperkenalkan unsur-unsur budaya seperti ilmu pengetahuan, sistem ekonomi, peralatan, bahasa, kesenian dan agama. Disamping itu mereka (bangsa modern) juga memperkenalkan huruf dan tulisan latin yang merupakan unsur penting bagi terbukanya komunikasi internasional. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan barat atau kebudayaan modern besar sekali sumbangannya bagi masyarakat Indonesia. pengaruh kebudayaan modern sangat nyata dengan adanya proses modernisasi.

Page 3: 136228500 Kebudayaan Modern

Pada perkembangan kebudayaan modern cenderung lebih mengutamakan dunia objektif daripada pada rasa, sehingga hasil pola pemikiran mampu membuahkan sains & teknologi. Bahkan hingga saat ini terbukti bahwa kebudayaan modern lebih unggul daripada kebudayaan tradisional yang cenderung mundur. Pada kebudayaan modern cara berfikir dan hidupnya lebih terpikat oleh kemajuan material dan hidup sehingga tidak cocok dengan cara berpikir untuk meninjau makna hidup dan pikiran masyarakat kita makin berkurang karena pada kebudayaan modern mengunggulkan cara pikir analitis rasional.

Menurut To Thi Anh ada 3 nilai penting yang mendasari kebudayaan modern, antara lain :

1. Martabat Manusia

2. Kebebasan, dan

3. Teknologi

Kebudayaan modern dibagi 3 (tiga) macam, yaitu :

a. Kebudayaan Teknologi Modernb. Kebudayaan Modern Tiruanc. Kebudayaan Barat

a. Kebudayaan Teknologi Modern

Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang.

Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern dalam pembuatannya.

Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam

Page 4: 136228500 Kebudayaan Modern

Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat instumental.

b. Kebudayaan Modern Tiruan

Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).

Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan: tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan batin.

Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran.

Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.

c. Kebudayaan Kebarat-baratan

Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi bukan hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan tetapi ia belum mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan barangkali juga Amerika Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas mereka

Page 5: 136228500 Kebudayaan Modern

masing-masing. Meskipun di mana-mana orang minum Coca Cola, kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola.

Orang yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu, dengan demikian belum mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan mengerti bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera estetik dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya, apakah paham tanggung jawabnya (Suseno; 1992).

d. Perbedaan Modernisasi, Westernisasi, Globalisasi

Moderniasasi mengarah kepada mengubah cara berpikir tradisional dan irrasional menjadi cara berpikir rasional, efisiensi,dan praktis.

Westernisasi mengarah kepada proses identifikasi dan imitasi budaya barat. Globalisasi merupakan peningkatan saling ketergantungan antar Negara di dunia, bahwa tidak ada Negara yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan Negaralain.Pembangunan adalah suatu perubahan yang sengaja dilakukan denagnperencanaan yang matang untuk membangun Negara ke dalam kondisi yang lebih maju.

Orang Indonesia yang mengadaptasi gaya hidup kebarat-baratan seperti (suka minum-minuman keras, freeseks, senang hura-hura) itulah yang disebut condong ke arah Westernisasi. Orang seperti itu belum tentu modern dalam mentalitasnya, mungkin sesekali mereka itu masih bergaya feodal, tidak disiplin, tidak bermutu, karya-karyanya, dan jumlah anaknya pun masih banyak. Cara hidup kebarat-baratan sperti konsumerisme juga bukan tindakan yang rasional untuk ditiru, karena berefek pada pemborosan dan semakin memuncaknya tagiahan kartu kredit.

Dalam melakukan Modernisasi tidak perlu dengan Westernisasi. Hidup modern dengan menggunakan unsur-usur budaya Barat seperti ilmu dan teknologi itu tidak berarti bahwa kita melakukan Westernisasi, tetapi dalam rangka transformasi ilmu dan teknologi.

Globalisasi merupakan suatu media penyebaran budaya, tidak hanya penyebaran westernisasi, dan modernisasi saja, tetapi juga budaya-budaya lain yang tidak harus berasal dari Negara barat. Contohnya dengan adanya islamisasi, islamisasi di Indonesia berkembang sangat cepat karena adanya globalisasi. Cara berpikir islam pun tidak hanya mengutamakan rasional saja, tetapi juga sangat memperhatikan unsure irrasional, bahwa ada kekuatan lain yang lebih tinggi dari manusia yang mengatur alam semesta ini. Cara berpikir modern yang rasional tidak mampu menggambarkan adanya kenyataan tersebut.

Page 6: 136228500 Kebudayaan Modern

Pembanguan juga berbeda dari modernisasi, westernisasi, dan globalisasi, letak perbedaan tersebut sangat mencolok. Bahwa pembangunan di Indonesia berdasar ideologi pancasila, yang diadakan untuk kepentingan rakyat, tidak seperti modernisasi, westernisasi, dan globalisasi yang lebih mengarah pada pembangunan bersifat neoliberal.

Dengan demikian jelas bahwa modernisasi, westernisasi, globalisasi dan pembangunan memiliki perbedaan

D. CIRI-CIRI BUDAYA MODERN

Jati diri sebagai seorang individu, kemandirian, penghormatan berdasarkan kepribadian orang.

Entah benda atau bantuan dibayar langsung sesuai dengan harganya, entah benda atau bantuan diberi secara gratis (sebagai tanda solidaritas

Pemikiran (world view) linier (ada perkembangan), dinamika sosial, progresif, orang bebas menyuarakan aspirasi, semua dapat didebatkan, dipersoalkan.

Kedudukan berdasarkan ketrampilan, kebijaksanaan, pengetahuan (achieved status). Kesetaraan sosial-politik (semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama)

dan gender. Kepemimpinan demokratis. Kesempatan yang adil. kritis terhadap diri sendiri dan orang lain, tanpa membedakan antara ‘kami’ dan ‘mereka’;

tidak ada solidaritas (atau nepotisme) secara otomatis terhadap kelompok sendiri, norma dan nilai diterapkan kepada semua orang

Pemikiran analitis dan kritis. Pemisahan agama, faktor sosial, hukum, politik, ekonomi. Desakralisasi (atau sekularisasi), ilmu pengetahuan memerintah.

Alam dide-sakralkan, Allah dan alam terpisah, alam dan pertanian dipeliharakan berdasarkan ilmu pengetahuan

Kausalitas (sebab-akibat) dijelaskan melalui ilmu pengetahuan (sejauh mungkin); berkat dan hukuman Tuhan tidak disamakan dengan sukses dan kegagalan; kepercayaan pada kedaulatan Tuhan.

Budaya rasa bersalah atau guilt culture (soal antara saya dan Tuhan, saya dan sesama manusia), kehidupan batiniah mengendalikan kehidupan lahiriah.

Page 7: 136228500 Kebudayaan Modern

E. PENGERTIAN MASYARAKAT MODERN

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.

F. CIRI-CIRI MASYARAKAT MODERN

Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi. Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling

memepengaruhi Kepercayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesiyang dapat dipelajari dan

ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan kejuruan Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks Ekonomi hamper seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkanatas penggunaan

uangdan alat-alat pembayaran lain.

G. MASYARAKAT MODERN DILIHAT DARI BERBAGAI ASPEK

Aspek Mental Manusia : Cenderung didasarkan pada pola pikirserta pola perilaku rasionalatau logis, dengan cirri-

cirimenghargai karya orang lain, menghargai waktu, menghargai mutu, berpikir kreatif, efisien, produktif percaya pada diri sendiri, disiplin, dan bertanggung jawab.

Memiliki sifat keterbukaan, yaitu dapat menerima pandangan dan gagasan orang lain.Aspek Teknologi : Teknologi merupakan factor utama untuk menunjang kehidupan kearah kemajuan atau

modernisasi. Sebagai hasil ilmu pengetahuan dengan kemampuan produksi dan efisiensi yang tinggi

Page 8: 136228500 Kebudayaan Modern

H. CIRI-CIRI MANUSIA MODERN

a. Konsumtif

Ketika kita sudah memiliki suatu barang elektronik seperti telepon selular, kita juga senang membeli barang yang sama dengan fitur berbeda. Belum puas ber-BBM, kita masih membeli IPad dan Android. Kita lebih senang berbelanja suatu barang yang tidak kita perlukan. Sudah pakai laptop, kita membeli tablet atau smart phone.

Maka, ketika ingin membeli sesuatu, pikirkan terlebih dahulu, apakah barang yang ingin dibeli tergolong wajib, butuh atau ingin? Jangan membeli barang yang diinginkan menjadi suatu kewajiban. Sementara kewajiban belum terpenuhi.

b. Prestise bukan Prestasi

Masyarakat modern di kota besar di Indonesia cenderung mengutamakan prestise (prestige) atau gengsi ketimbang prestasi. Buktinya, kita selalu kalah di ajang bulu tangkis internasional. Kita minim prestasi dalam sepakbola di kancah dunia. Industri musik kita jarang mencetak musisi berkelas dunia. Tetapi, faktanya kita mampu mendatangkan klub sepak bola Intermilan untuk bertanding melawan tim Indonesia. Kita juga mampu mendatangkan musisi kelas dunia untuk tampil di Indonesia. Dari boyband Super Junior sampai Maroon 5. Bahkan, tidak sedikit yang menghadiri pertandingan dan konser bertaraf dan bertarif internasional tersebut. Mana prestasimu?

Malahan, provinsi berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai Ujian Nasional UN paling tinggi dengan kelulusan siswa 100%. Apakah kita cukup bangga dengan hasil kelulusan UN siswa di sekolah yang mencapai 100%? Apakah hasil (output) dari UN? Apakah Murid yang perokok, Murid yang tawuran antarpelajar, murid yang mengikuti budaya asing?

c. Pengikut / follower

Masyarakat modern Indonesia, lebih suka menjadi pengikut ketimbang diikuti. Buktinya, banyak penonton yang memadati konser Super Junior, Java Jazz Festival tiap tahun, dan gaya-gaya Jepang. Selain itu, di bidang elektronik, kita lebih suka menggunakan jejaring sosial seperti facebook, twitter, skype ketimbang kita menciptakan. Sama halnya dengan program antivirus yang sering kita unduh. Mengapa kita tidak bisa menciptakan lebih banyak antivirus lokal kualitas interlokal?

Perokok di Indonesia cenderung tinggi peminatnya, karena awalnya IKUT-IKUTAN. Begitu juga dengan pengguna Narkotika/ Narkoba yang juga awalnya IKUT-IKUTAN.

Page 9: 136228500 Kebudayaan Modern

d. Jarang berpikir Empiris

Masyarakat modern Indonesia lebih suka berpikir dengan menggunakan PERASAAN atau feeling daripada dengan fakta-fakta. Orang Indonesia, bangun tidur sudah membicarakan orang lain, dan sudah mengkritik pemerintah. Orang Indonesia lebih suka berkelahi atau tawuran antarwarga dan antarpendukung sepak bola yang akar permasalahannya belum jelas. Mereka mudah terhasut, terprovokasi, terpengaruh untuk IKUT-IKUTAN berkelahi, memukuli, melempari bahkan membunuh.

Bahkan Keputusan dan Kebijakan Pemerintah banyak yang tanpa didasari Kajian Ilmiah terlebih dahulu. Seperti Kebijakan Jurnal Nasional dan Internaisonal sebagai Syarat Lulus, Kebijakan Hemat Energi, Keputusan Keberadaan Wakil Menteri dan lainnya.

e. Orientasi Bisnis

Hebatnya, Masyarakat Indonesia memiliki orientasi bisnis yang cukup tinggi. Banyak masyarakat menengah ke bawah yang berbisnis dengan berjualan. Artinya, apapun yang bisa menghasilkan, pasti dijual. Masyarakat menengah ke atas pun demikian. Dari bisnis perumahan mewah, apartemen, hotel, kondominium, elektronika dan sebagainya menjamur di Indonesia. Tidak percaya? Lihatlah jalan utama (protokol) di Kota dan Kabupaten, pasti ada warung atau toko yang berjualan di sisi kanan dan sisi kiri jalan.

I. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN MASYARAKAT MENJADI MASYARAKAT MODERN

perkembangan ilmu perkembangan teknologi perkembangan industri perkembangan ekonomi

J. GEJALA-GEJALA MODERNIASASI

1. Bidang IPTEK

Gejala Modernisasi di bidang IPTEK ditandai dengan adanya penemuan dan pembaharuan unsur teknologi baru yang dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat.

Page 10: 136228500 Kebudayaan Modern

2. Bidang Ekonomi

Gejala Modernisasi di bidang Ekonomi ialah meningkatnya produktivitas ekonomi dan efisiensi sumber daya yang tersedia, serta pemeanfaatan SDA yang memperhatikan kelestarian alam sekitar.

3. Bidang Politik dan Idiologi

Pada bidang ini, gejala modern ditandai dengan adanya system pemerintahan perwakilan yang demokratis, pemerintah yang diawasi dan dibatasi kekuasaanya, dihormati hak-hak asasinya serta dijaminnya hak-hak sosial.

4. Bidang Agama dan Kepercayaan

Gejala Modernisasi di bidang Agama dan Kepercayaan ditandai dengan adanya pengembangan nalar (rasio) dan kebahagiaan kebendaan (materi), yang pada akhirnya akan menimbulkan paham sekularisasi dan sekularisme.