20-5-pb (1).pdf
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
1/77
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
2/77
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
3/77
AGROTECHBIZJURNAL ILMIAH PERTANIAN
VOL. 2 NO. 1 J ANUARI 2015 ISSN 2355-195X
Agrotechbiz merupakan jurnal ilmiah pertanian khususnya di bidang Agroteknologi dan
Agribisnis yang diterbitkan oleh Fakultas Pertanian. Agrotechbiz diterbitkan berkala
setiap enam bulan, yaitu bulan Januari dan Juli. Agrotechbiz memuat artikel ilmiah hasil
penelitian dan/atau kajian analitis-kritis yang berisikan pokok bahasan, baik yang
terkait dengan aspek pengembangan, kerangka teoritis, implementasi, maupun
kemungkinan pengembangan pertanian dalam cakupan Ilmu Tanaman secarakeseluruhan. Sebagai media nasional, Agrotechbiz diharapkan mampu mengakomodir
kebutuhan akan sebuah media untuk menyebarluaskan informasi dan perkembangan
terbaru bagi para peneliti dan praktisi Ilmu Tanaman di Indonesia.
iii
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
4/77
AGROTECHBIZJURNAL ILMIAH PERTANIAN
VOL. 2 NO. 1 J ANUARI 2015 ISSN 2355-195X
DEWAN REDAKSI
Penanggung Jawab:
Ir. Mochamad Su’ud, M.P.
Pemimpin Redaksi:
Ir. Agus Edi Setiyono, M.P.
Sekretaris Redaksi:
Ida Sugeng Suyani, S.P., M.P.
Penyunting Ahli:
Sulis Dyah Candra, S.P., M.P.
Ir. Tumini, M.M.
Ir. H. A. Suyadi Hidayat, M.M.
Penyunting Pelaksana:
Retno Sulistyowati, S.P., M.P.
Ir. Anton Prihantono
Ir. Mimik Umi Zuhroh, M.M., M.P.
Distribusi:
Ida Sugeng Suyani, S.P., M.P.
Alamat Redaksi:
Fakultas Pertanian
Universitas Panca Marga
Jl. Yos Sudarso 107, Pabean, Dringu, Probolinggo 67271
Telp. (+62) 335 422715, 427923, e-mail: [email protected]
iv
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
5/77
AGROTECHBIZJURNAL ILMIAH PERTANIAN
VOL. 2 NO. 1 J ANUARI 2015 ISSN 2355-195X
D AFTAR ISI
Pengaruh Varietas Dan Ketebalan Mulsa Jerami Padi Pada Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Tomat ( Lycopersicum Esculentum Mill ) .................................................. 1 Agus Hendra Kusuma & Mimik Umi Zuhroh
Pengaruh Lama Penyimpanan Benih Dan Zat Pengatur Tumbuh ( ZPT )
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawang Merah ( Allium Cepa L. ) ....................... 11
T u m i n i
Efektivitas Penggunaan Beberapa Macam Pupuk Kandang Dan Pemangkasan Cabang
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat ( Lycopersicum Esculentum Mill ) ............. 21
Rr. Setyani Hidayati
Efektifitas Berbagai Pengolahan Tanah Dan Penyiangan Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Kacang Hijau ( Vigna Radiata L. ) di Lahan Kering Muneng ...................................... 37
Ghalih Aji Widyantoro & Tumini
Pengaruh Model Jarak Tanam Pada Beberapa Varietas Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Kacang Hijau ( Vigna Radiata L. ) ........................................................................... 49
Mimik Umi Zuhroh
Pengaruh Umur Dan Dosis Pupuk Kandang Limosin Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Kacang Panjang ( Vigna Sinensis L. ) ....................................................... 59
Agus Edi Setiyono
v
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
6/77
AGROTECHBIZJURNAL ILMIAH PERTANIAN
VOL. 2 NO. 1 J ANUARI 2015 ISSN 2355-195X
Persyaratan Penulisan Artikel/Naskah
1. Artikel harus belum pernah diterbitkan pada media lain.
2.
Artikel ditulis dengan bahasa Inggris/Indonesia, spesifikasi sebagai berikut:
a.
ukuran kertas : A4 atau letter
b. ketikan : sesuai format (template) yang diberikan redaksi
c. jumlah halaman : 5 - 15 halaman
d. software : Microsoft Words atau Word Processor lainnya.
e. Setiap artikel disertai dengan abstrak (150-200 kata) dan kata-kata kunci.
3.
Artikel (hasil penelitian) memuat:a.
Judul
b. Nama penulis, alamat e-mail dan afiliasi institusi
c. Abstrak dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris, serta kata-kata kunci
d. Pendahuluan (tanpa subjudul)
Berisi uraian tentang latar belakang, tinjauan pustaka/teori, masalah, tujuan penelitian
e.
Metodologi
Berisi uraian tentang teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan dan analisis data, serta
aspek lain yang relevan.
f. Hasil dan Pembahasan (dengan atau tanpa subjudul)
Berisi uraian tentang temuan penelitian dan pembahasannya.
g.
Penutup (dengan subjudul)Berisi uraian tentang kesimpulan penelitian dan rekomendasi/implikasi.
h. Referensi
Hanya berisi daftar pustaka yang benar-benar dirujuk dalam artikel.
4.
Atau Artikel (kajian analisis-kritis) memuat:
a.
Judul
b. Nama Penulis, alamat email dan afiliasi institusi
c. Abstrak dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris, serta serta kata-kata kunci
d. Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah dan tinjauan pustaka, dan
masalah/tujuan kajian)
e.
Hasil dan Pembahasan kajian analisis-kritis
f.
Simpulan dan Sarang. Daftar Rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja)
5. Penulisan Daftar Rujukan
a.
Buku: nama belakang, nama depan (inisial). (tahun). Judul . Tempat penerbitan: Penerbit.
b.
Periodicals: nama belakang, nama depan (inisial). (tahun). Judul Naskah. Nama Periodicals, vol
(nomor), nomor halaman.
c. Laman/internet: nama belakang, nama depan (inisial). Judul artikel. http://................ (diakses
tgl. …..)
d.
Catatan kaki diletakan di belakang naskah, kecuali catatan kaki yang memberikan elaborasi
dapat diletakan pada halaman yang bersangkutan
6. Kirimkan 2 copy manuskrip artikel, dan 1 (CD) softcopy artikel ke:
Redaksi AGROTECHBIZ Jurnal Ilmiah PertanianJl. Yos Sudarso 107, Pabean, Dringu, Probolinggo 67271
vi
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
7/77
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
8/77
Pengaruh Varietas & Ketebalan Mulsa Jerami Padi … Kusuma, A.H., Umi Zuhro, M.
perhatian. Mulsa adalah bahan yang dipakai pada
permukaan tanah dan berfungsi untuk menghindari
kehilangan air melalui penguapan dan menekan
pertumbuhan gulma. Pemberian mulsa antara lain
berpengaruh terhadap kondisi tanah dan iklim mikro.
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa
adalah jerami (Adisarwanto dan Wudianto, 1999 dalam
Mayun, 2007). Fungsi mulsa jerami adalah untuk
menekan pertumbuhan gulma, mempertahankan agregat
tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi
permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan
melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Juga dapat
membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama
struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat
tanah (Thomas et al., 1993 dalam Mayun, 2007).
Penggunaan mulsa jerami padi pada lahan yang ditanami
tanaman tomat diharapkan dapat menjaga kelembaban,
suhu, menekan pertumbuhan gulma dan memperbaiki
stabilitas agregat tanah sehingga pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat dapat maksimal.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tomat
Taksonomi tomat dalam sistematika tumbuhan
menurut Wiryanta (2002) adalah sebagai berikut:
• Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan).
• Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji).
• Subdidvisi : Angiospermae (Berbiji Tertutup).
• Kelas : Dicotylodenae (Biji berkeping satu).
• Ordo : Tubiflorae
• Famili : Solanaceae
• Genus : Lycopersicum
• Spesies : Lycopersicum esculentum Mill./Syn;
Licopersicon licopersicumMill
Morfologi Tomat
Wiryanta (2002) mengemukakan bahwa, morfologi
tomat terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan
biji. Akar tanaman tomat berbentuk serabut menebarkesegala arah. Kemampuan menembus lapisan tanah
sangat terbatas yakni pada kedalaman 30-70 cm. Tomat
sewaktu masih muda memiliki batang yang berbentuk
bulat dan teksturnya 1lunak, tapi setelah tua batangnya
berubah menjadi bersudut dan bertekstur keras berkayu.
Ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya bulu-bulu halus
di seluruh permukaannya
Tomat memiliki daun yang berwarna hijau dan
berbulu, mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar
sekitar 15-20 cm. Daun tomat ini tumbuh di dekat ujung
dahan atau cabang. Sementara itu tangkai daunnya
berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebal
0.3-0.5 cm
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun
dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga perdompolan
atau tergantung varietasnya. Kuntum bunganya terdiri
dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota.
Pada serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya
menjadi satu dan membentuk bumbung yang
mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat
melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya
berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan terjadi penyerbukan silangan.
Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat
pipih, atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau
muda sampai hijau tua. Sementara itu, buah yang sudah
tua berwarna merah cerah atau gelap, merah kekuning-
kuninngan, atau merah kehitaman. Selain warna-warna di
atas ada juga tomat yang berwarna kuning.
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan diselimuti
daging buah .warna bijinya ada yang putih, putih
kekuning-kuningan, ada juga yang kecoklatan. Biji inilah
yang umumnya dipergunakan untuk perbanyakan
tanaman.
Syarat Tumbuh Tomat
Untuk tumbuh dan berkembang, tanaman tomat
memerlukan persyaratan tumbuh tertentu, antara lain:
1. Keadaan Tanah
Tanah yang gembur dan kaya unsur hara sangatdisukai tanaman tomat untuk pertumbuhan yang optimal.
Tidak seperti komoditi sayur lainnya yang menyukai
tanah ber-pH netral, tomat menyukai tanah yang
tergolong asam dengan pH 5-6.
2. Keadaan Iklim
Tomat adalah sayur yang toleran terhadap ketinggian
tempat. Dataran tinggi, medium, ataupun rendah dapat
menjadi tempat hidupnya. Budidaya tomat dapat
dilakukan dari ketinggian 0 - 1.250 m dpl, dan tumbuh
optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan
jenis/varietas yang diusahakan dengan suhu siang hari24°C dan malam hari antara 15°C-20°C. Pada
temperature tinggi (diatas 32°C) warna buah tomat
cenderung kuning, sedangkan pada temperatur yang tidak
tetap (tidak stabil) warna buah tidak merata. Temperatur
ideal antara 24 °C - 28°C. Curah hujan antara 750-125
mm/tahun, dengan irigasi yang baik.
Mulsa
Salah satu teknik konservasi tanah yang mudah
diterapkan adalah penggunaan sisa tanaman sebagai
mulsa, karena mulsa dapat diperoleh dari sisa-sisa hasil
tanaman pertanian seperti sisa pemanenan tanaman padi
atau jagung.
2
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
9/77
AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X
Mulsa secara langsung melindungi permukaan tanah
dari pukulan butir hujan, sehingga mengurangi energi
pukulan hujan, volume, kecepatan aliran permukaan,
meningkatkan aktivitas fauna tanah, dan meningkatkan
pembentukan agregat tanah. Keunggulan lain dari mulsa
antara lain dapat mempertahankan atau memperbaiki sifat
fisik tanah, memperkecil proses dispersi, meningkatkan
stabilitas agregat tanah, dan memperbaiki struktur tanah
dan pada gilirannya dapat mempercepat laju infiltrasi.
Mulsa adalah setiap bahan yang dipakai untuk
menutupi permukaan tanah yang dapat berfungsi untuk
menghindari kehilangan air melalui penguapan dan dapat
menekan pertumbuhan gulma. Bahkan seperti jerami,
serbuk gergaji, pupuk kandang, dedaunan dan bahan
tanaman lain yang dapat dianggap sebagai mulsa.
Penggunaan mulsa dari bahan tanaman dapat berguna
sebagai pupuk bila telah terurai dengan tanah, setelah
mengalami proses dekomposisi, hal ini tergantung dari
bahan tanaman yang digunakan.
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya
yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah,
mengurangi fluktuasi suhu tanah, menekan pertumbuhan
gulma yang dapat mengganggu tanaman budidaya, dan
untuk mencegah buah agar tidak langsung menyentuh
tanah karena apabila menyentuh tanah buah akan busuk
sehingga produksi menurun. Serta menekan pertumbuhan
gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut
tumbuh dengan baik (Wikipedia, 2011).
Berdasarkan asal bahan mulsa dapat dikelompokkanmenjadi dua, yaitu mulsa alami dan mulsa buatan,
sedangkan bahan mulsa meliputi semua bahan yang tidak
hidup serta dapat digunakan untuk mempertahankan
kelestarian tanah dengan cara menghamparkan pada
permukaan tanah.
Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang
mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan
alang-alang. Mulsa ini memiliki beberapa keunggulan
yakni dapat diperoleh bebas/gratis, memiliki efek
menurunkan suhu tanah, mengonservasi tanah dengan
mengurangi erosi, dapat menghambat pertumbuhantanaman pengganggu, dan dapat menambah bahan
organik tanah dalam rentan waktu tertentu (Anggi, 2010).
Selain jerami dan alang-alang dapat digunakan cacahan
batang dan daun jagung atau rumput-rumputan lainnya.
Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan akibat
pemulsaan tersebut akan bergantung pada dosis mulsa
yang digunakan, sehingga diperlukannya dosis mulsa
yang tepat.
Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis
yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik
adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau
karung.
Kalau mulsa organik diberikan setelah tanaman /bibit
ditanam, maka mulsa anorganik dipasang sebelum
tanaman/bibit ditanam. Kemudian mulsa dilubangi sesuai
dengan jarak tanam. Hanya saja mulsa ini sekarang
harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak.
fungsi mulsa plastik ini dapat memantulkan sinar
matahari secara tidak langsung untuk menghalau hama
tungau, thrips dan aphid, selain itu mulsa plastik
digunakan dengan tujuan menaikkan suhu dan
menurunkan kelembapan di sekitar tanaman-ini dapat
menghambat munculnya penyakit yang disebabkan oleh
bakteri (Wikipedia, 2011).
Varietas
Sebelum melaksanakan budidaya tomat perlu
ditentukan varietas yang akan ditanam. Pemilihan
varietas yang sesuai akan memberikan kontribusi yang
menguntungkan disamping pengelolaan budidaya yang
tepat, karena setiap varietas menunjukan perbedaan yang
khas baik dalam hal ukuran, bentuk serta warna buah
(Ashari, 1995).
Anonym (2009) menyatakan bahwa ada 2 (dua)
penggolongan varietas yaitu varietas tidak resmi dan
varietas resmi. Varietas resmi digolongkan atas dasar
bentuk, tandan, ketebalan daging, dan kadar airnya.
Varietas tidak resmi digolongkan dengan pembagian
yaitu tomat ceri, tomat biasa, tomat kentang, tomat apel
dan tomat keriting. Sedangkan tomat resmi terdapat 2
istilah yakni determinite dan indeterminite. Varietasdeterminite mempunyai pertumbuhan yang terhenti
setelah memasuki pembungaan.
Untuk varietas indeterminite tidak mengalami
pertumbuhan yang terhenti sehingga pertumbuhannya
lebih tinggi. Penggolongan varietas resmi yang telah
banyak ditanam petani adalah Intan, Ratna, Berlian,
Mutiara, Money Maker, Precious F1 Hybrid, Farmers
209 F1 Hyybrid Sugar.
Hipotesis
Hipotesis yang dapat diajukan sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga penggunaan varietas tertentu dapat
meningkatkan hasil tanaman tomat.
2. Diduga penggunaan mulsa jerami padi dengan
ketebalan tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman
tomat.
3. Diduga terjadi interaksi antara penggunaan varietas
dengan ketebalan mulsa jerami padi terhadap hasil
tanaman tomat.
METODOLOGI
Tempat Penelitian
Percobaan dilakukan di Desa Sumber Wetan
Kecamatan Kademangan diatas lahan sawah, yang
3
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
10/77
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
11/77
AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X
Penyulaman
Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman
yang mati, layu, rusak atau kurang baik pertumbuhannya.
Penyulaman dilakukan seminggu setelah penanaman atau
sebelumnya manakala ada tanaman yang belum
seminggu sudah layu, mati atau rusak. Bibit untuk
menyulam dipilih bibit yang baik dan sehat. Sebelum
diadakan penyulaman lubang tanam dibersihkan dari sisa
tanaman terdahulu, tujuannya untuk menghindari dari
kemungkinan munculnya serangan hama atau penyakit.
Pemberian Ajir
Pemberian ajir dilakukan pada saat tanaman berumur tiga
minggu dari tanam, dengan menggunakan bambu yang
dibelah selebar lebih kurang 3 cm dan panjang 2 m. Ajir
ditancapkan disamping tanaman dan diikatkan pada
tanaman dengan menggunakan tali rafia. Pemberian ajir
dimaksudkan untuk menopang tanaman buah dan bagian
tanaman yang lain, serta mendukung tegaknya batang.
Pemupukan
Sebelum plot penanaman ditanami semua lubang
tanam diberi pupuk kandang dengan dosis lebih kurang
satu kilogram per lubang seminggu sebelum tanam.
Untuk pupuk buatan yang diberikan adalah Urea 250 Kg,
TSP 300 Kg, Kcl 200 Kg per hektar. Urea dan Kcl
diberikan 2 kali.
Pertama, setengah dosis pada watu tanam. Kedua,
setengah dosis saat tanaman mulai berbunga, yaitu pada
umur 20-25 hst. Sedangkan TSP diberikan sekaligus pada
saat tanam (Nazarrudin,2000).
Pemanenan
Buah dipanen pada tingkat kemasakan “ Ripe”, pada saat
ini seluruh permukaan buah telah berwarna orange.
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Tinggi tanaman pada umur 7, 14, dan 21 hst.
2. Jumlah daun pada umur 7,14, dan 21 hst.
3. Jumlah Tandan Buah
4. Bobot per buah (gram)
5. Berat buah per plot (kg)
6.
Berat buah saat panen (hst)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman tomat dilakukan pada
umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam (HST). Berdasarkan
hasil ANOVA, diketahui bahwa tidak terjadi interaksi
antara perlakuan varietas dan perlakuan perbedaan tinggi
mulsa jerami terhadap tinggi tanaman (Tabel 1).
Tabel 2 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman pada 7, 14 dan 21 HST
Keterangan: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%
Keterangan: * : Berbeda Nyata; ** : Berbeda Sangat Nyata; ns : Berbeda Tidak Nyata
Tabel 1 Anova perlakuan terhadap tinggi tanaman pada 7, 14 dan 21 HST
5
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
12/77
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
13/77
AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X
Bobot per BuahBobot per buah dipengaruhi oleh varietas tanaman
dan ketebalan mulsa jerami padi Berat per buah tomat
umumnya bersifat genetis (Ibarbia dan Lambeth 1971).
Varietas Permata dengan ketebalan jerami padi memiliki
bobot per buah yang paling tinggi 33.63 g, berbeda
sedikit dengan berat buah pada varietas Santika yaitu
33.53 g (Tabel 8).
Bila dilihat dari perlakuan ketebalan mulsa, ketebalan
mulsa 9 cm memiliki bobot buah tertinggi (33.63 g) bila
dibandingkan pelakuan lainnya. Hal ini dikarenakan
mulsa yang digunakan adalah mulsa residu organik yang berasal dari pangkasan jerami. Pangkasan jerami masih
memiliki sisa-sisa nutrisi yang bisa menghasilkan unsur
hara dan bisa digunakan oleh tanaman tomat sebagai
nutrisi tambahan, sehingga bisa menghasikan buah yang
memiliki bobot yang lebih berat bila dibandingkan
dengan perlakuan ketebalan mulsa yang lain. Mulsa
organik dari pengkasan jerami juga menjaga kelembapan
tanah sebagai media tanam, sehingga bisa meminimalisir
adanya evaporasi air tanah.
Tabel 5 Anova perlakuan terhadap jumlah tandan buah
Keterangan: * : Berbeda Nyata;
** : Berbeda Sangat Nyata;
ns : Berbeda Tidak Nyata
Tabel 6 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah tandan buah
Keterangan: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang
sama berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%
Tabel 7 Anova perlakuan terhadap bobot per buah
Keterangan: * : Berbeda Nyata;
** : Berbeda Sangat Nyata;
ns : Berbeda Tidak Nyata
Tabel 8 Pengaruh perlakuan terhadap bobot per buah
Keterangan: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang
sama berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%
Tabel 9 Annova perlakuan terhadap bobot buah per plot
pada 7, 14 dan 21 HST
Keterangan: * : Berbeda Nyata;** : Berbeda Sangat Nyata;
ns : Berbeda Tidak Nyata
7
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
14/77
Pengaruh Varietas & Ketebalan Mulsa Jerami Padi … Kusuma, A.H., Umi Zuhro, M.
Berat Buah per Plot
Bobot buah per plot dihitung berdasarkan rata-rata
yang dihasilkan dari masing-masing plot perakuan.
Berdasarkan hasil Anova, bobot buah per plot dari
varietas Timothy memiliki persamaan ragam bobot
dengan varietas Permata dan Santika, namun varietas
Santika tetap memiliki bobot buah per plot paling tinggi,
21.39 g (Tabel 10).
Jika dilihat pengaruh perlakuan ketebalan mulsa,
sama halnya dengan bobot per buah, ketebalan 9 cm
memiliki berat buah per plot paling tinggi bila
dibandingkan dengan ketiga pelakuan lainnya, 27.83 g.
Berdasarkan rerata total perlakuan, varietas Santika
pada ketebalan mulsa 9 cm memiliki bobot buah per plot
paling tinggi bila dibandingkan dengan kombinasi
perlakuan yang lain.
Berat Buah Saat Panen
Tanaman tomat memiliki pola panen 3 harian dari
awal pertama panen (52 HST). Pada percobaan ini,
dilakukan 6 kali panen untuk masing-masing perlakuan
untuk melihat pola panen tanaman dan pengaruh
kombinasi perlakuan terhadap hasil tanaman tomat.
Penaatan dilakukan pada saat 52, 55, 58, 61, 64 dan 67
HST.
Berdasarkan hasil statistik dapat diketahui bahwa
panen paling tinggi terjadi dua kali, yaitu pada saat 58
dan 61 HST, sedangkan menjelang panen ke-5 dan 6
terjadi penurunan jumlah panen.
Tabel 10 Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah per plot
Keterangan: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang
sama berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%
Tabel 11 Anova Hasil Panen Umur 52,55,58,61,64 dan 67 HST
Tabel 12 Tabel Rerata Hasil Panen Umur 52,55,58,61,64 dan 67 HST
Keterangan: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%
8
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
15/77
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
16/77
Pengaruh Varietas & Ketebalan Mulsa Jerami Padi … Kusuma, A.H., Umi Zuhro, M.
Dwiyanti, Sita. 2005. Respon Pengaturan Ketebalan
Mulsa Jerami Padi dan Jumlah Pemberian Air Pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau.
Malang. Universitas Brawijaya.
Hidayat, A.Y., Hilman,N. Nurtika dan Suwandi. 1991.
Hasil penelitian sayuran dataran rendah. Pros.
Lokakarya Nasional Sayuran. Litbang Pertanian
Kismiantini. 2011. Hand Out Rancangan Percobaan.Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Mayun, Ida Ayu. 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan
Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Bawang Merah di Daerah Pesisir. Bali. Universitas
Udayana.
Nazarrudin. 2000. Budi Daya dan Pengaturan Panen
Sayuran Dataran Rendah. Jakarta. Penebar Swadaya.
Sumiati, E. 1990. Pengaruh mulsa, naungan, dan zat
pengatur tumbuh terhadap
hasil buah tomat kultivar Berlian. Buletin Penelitian
Hortikultura 18(2):18-32.
Wiryanta, B.T.W. 2002. Bertanam Tomat. Jakarta. PT
Agromedia Pustaka.
10
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
17/77
ISSN 2355-195X
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BENIH DAN ZAT PENGATUR TUMBUH ( ZPT )
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH ( ALLIUM CEPA L .)
T u m i n i 1
1 Staf Pengajar, Fakultas Pertanian, Universitas Panca [email protected] 1
(diterima: 12.12.2014, direvisi: 24.12.2014)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan benih dan zat pengatur
tumpuh. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sumber Suko kecamatan Dringu,
Kabupaten Probolinggo.
Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor.
Faktor pertama adalah lama penyimpanan benih dan Faktor kedua adalah pemberian ZPT.Dari dua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan. Pada percobaan ini digunakan tiga kaliulangan (tiga kelompok). Dengan demikian dalam percobaan ini terdapat 36 satuan percobaan. Petak
satuan percobaan berukuran 1,5 m x 3 m, dengan jarak tanam (20 cm x 20 cm) sehingga total populasi
144 tanaman/plot dan lahan yang dibutuhkan seluas 324 m2.
Berdasarkan hasil analisa uji lanjut menurut Duncan menunjukkan pengaruh kombinasi perlakuan
lama penyimpanan benih 4 bulan (B2) dengan konsentrasi ZPT 200 ml (Z2) menunjukkan hasil bobot
basah per ha dan bobot kering per ha memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan
yang lainnya.
Kata Kunci: benih, lama penyimpanan, zat pengatur pertumbuhan.
PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas
sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh
petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke
dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang
berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan
obat tradisional.
Produktifitas bawang merah di indonesia pada tahun
2009 adalah 965.164 Ton dengan luas lahan 104.009 Ha,
pada tahun 2010 adalah 957 menghasilkan 1.048.934 Ton
dengan luas lahan 109.634Ha, tahun 2011 dengan luas
lahan 93.667Ha menghasilkan produksi 893.124 Ton,
tahun 2012 dengan luas lahan 99.519Ha menghasilkan
produksi 1.368.343 Ton,dan paa tahun 2013 dengan luas
lahan 98.937Ha menghasilkan produksi 1.010.773
Ton.dan Daerah penghasil bawang merah diantaranya
adalah Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogya, Jawa Timur, Bali, NTB,Gorontalo,
Maluku,Papua barat, Maluku utara, Sulawesi,dan
Kalimantan. ( Badan pusat statistik, 2013).
Beberapa komponen teknologi budidaya tanaman
bawang merah yang telah dihasilkan oleh lembaga
penelitian, antara lain: (a) tiga varietas unggul bawangmerah yang sudah dilepas, yaitu varietas Kramat-1,
Kramat-2 dan Kuning, (b) budidaya bawang merah dilahan kering maupun lahan sawah, secara monokultur
atau tumpang sari/gilir, (c) komponen PHT budidaya
tanaman sehat, pengendalian seara fisik/mekanik;
pemasangan perangkap; pengamatan secara rutin; dan
penggunaan pestisida berdasarkan ambang pengendalian,
serta (d) bentuk olahan tepung dan bubuk.
Bawang merah ( Allium cepa L.) merupakan
komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat
dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek
pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah
diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada
umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-
Oktober), sehingga mengakakibatkan produksi dan
harganya berfluktuasi sepanjang tahun.
Bawang merah merupakan tanaman komoditi
unggulan didataran rendah terutama di indonesia yang
memiliki iklim tropis. Di masa mendatang, diperkirakan
banyak negara akan mengalami bencana kekurangan
pangan. Menurut Prasetiyo (2002) lebih dari 88 negara di
dunia mengalami krisis pangan, diantaranya Indonesia.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin berkurangnya
luas lahan tanaman bawang merah, tenaga kerja semakin
sedikit, dan ketersediaan air semakin berkurang. Seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan
11
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
18/77
Pengaruh Lama Penyimpanan Benih … Tumini
pangan semakin tinggi, produksi pangan, khususnya
bawang merah harus ditingkatkan, mengingat bawang
merah merupakan bahan yang dibutuhkan bagi sebagian
besar penduduk Indonesia. Ilmu pengetahuan dan
teknologi diharapkan mampu memberi kontribusi dan
solusi yang tepat, dalam menghadapi tantangan tersebut.
Para petani biasanya melakukan peyimpanan benih
sekitar 3-4 bulan, dan memberikan ZPT dengan dosis
yang asal-asalan bahkan hingga memberikan ZPT dengan
dosis yang sangat tinggi. Berkenaan dengan teknologi
sistim yang masih asal-asalan tersebut perlu diteliti lebih
dalam lagi tentang umur benih dan pemberian ZPT yang
tepat agar memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman bawang merah. Umur benih
merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi
rendahnya hasil suatu pertanaman bawang merah.
Pengaturan konsentrasi pemberian ZPT dilihat dari
kesuburan tanah. Penggunaan umur benih yang masih
muda (1-2 bulan) sangat beresiko karena masih lemah,
dan bibit masih mengandung banyak getah dan perakaran
yang belum kuat yang akan menurunkan produksi (Biro
pusat statistik, 2003).
Secara umum umur benih dan pemberian ZPT pada
tanaman bawang merah diketahui berpengaruh terhadap
pertumbuhan maupun hasil tanaman bawang merah.
Walaupun demikian umur benih dan pemberian ZPT
yang tepat masih belum diketahui dengan tepat, oleh
karena itu penelitian mengenai yang tepat masih sangat
penting untuk dilakukan.Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
terdorong untuk melaksanakan suatu penelitian tentang
pengaruh lama peyimpanan benih dan pemberian ZPT
dengan dosis yang tepat yang juga menjadi faktor
pendukung peningkatan produksi tanaman bawang
merah.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanaman Bawang Merah
Menurut ilmu tumbuhan (botani), bawang merahdiklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Family : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa L.
Klasifikasi Budi Samadi; Bambang Cahyono (2005).
Syarat Tumbuh
1) Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan
baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 m
(ideal 0-800 m) diatas permukaan laut, tetapi produksi
terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung
keadaan iklim meliputi suhu udara antara 25-32 C dan
iklim kering, tempat terbuka dengan pencahayaan ± 70%,
karena bawang merah termasuk tanaman yang
memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin
sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju
fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi
(BPPT, 2007 ).
Angin merupakan faktor iklim bepengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman bawang merah. Sistem perakaran
tanaman bawang merah yang sangat dangkal, maka angin
kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung
dapat menyebabkan kerusakan tanaman. Tanaman
bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi.
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
bawang merah adalah antara 300-2500 mm/tahun
(Deptan, 2007 ). Kelembaban udara (nisbi) untuk dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik serta hasil produksi
yang optimal, bawang merah menghendaki kelembaban
udara nisbi antara 80-90 persen. Intensitas sinar matahari
penuh lebih dari 14 jam/hari, oleh sebab itu tanaman ini
tidak memerlukan naungan/pohon peneduh (Deptan,
2007 ).
2) Tanah
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran
rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-
1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian optimalnya
adalah 0-400 m dpl saja, Secara umum tanah yang dapat
ditanami bawang merah adalah tanah yang bertekstur
remah sedang sampai liat, drainase yang baik, penyinaran
matahari minimum 70%. (BPPT, 2007).
Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur,
gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan
dukungan jenis tanah lempung berpasir atau lempung berdebu, drajad kemasaman tanah (pH) tanah untuk
bawang merah antara 5,5-6,5, tata air (darainase) dan tata
udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik, tidak boleh ada
genangan (Sudirja, 2007).
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi
penyiraman, penyiangan dan pembumbunan. Penyiraman
dilakukan dua hari sekali. Penyiangan di maksudkan
untuk membersihkan gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman. Sedangkan pembumbunan dilakukan untuk
menjaga agar seluruh perakaran bawang merah selalu
tertutup tanah.
12
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
19/77
AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X
Masa Panen
Tanaman budidaya bawang merah dapat di panen jika
daun tanaman sudah rebah 60-90% atau setelah tanaman
berumur 55 hingga 90 hari tergantung varietasnya. Untuk
budidaya bawang merah yang dilakukan di dataran
rendah biasanya masa panen pada umur 55-70 hari,
sedangkan budidaya bawang merah di dataran tinggi
masa penen pada umur 70-90 hari (Deptan, 2007 ).
Pemanenan dilakukan pada pagi hari dengan cara
mencabut keseluruh bagian tanaman dari daun, batang
hingga umbi dan di ikat menjadi satu kesatuan yang
terdiri dari 5 hingga 10 umbi. ikatan bawang merah lalu
di jemur dengan posisi umbi di bagian atas hingga kering.
Setelah kering, ikatan umbi bawang di bersihkan dari
tanah dan kotoran.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan
lama penyimpanan benih terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman Bawang merah ( Allium cepa L.)
2. Diduga terdapat pengaruh nyata pada pemberian ZPT
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Bawang
merah ( Allium cepa L.)
3. Diduga terdapat interaksi antara lama penyimpanan
benih dan ZPT terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman Bawang merah ( Allium cepa L.)
METODOLOGI
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah irigasi
Desa Sumber Suko kecamatan Dringu, Kabupaten
Probolinggo.
Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
benih bawang merah dengan bebarapa lama penyimpinan
benih, Pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA, Sp-36,
KCl. Untuk mengendalikan hama digunakan insektisidadengan bahan aktif: Klorfinapir, Lamda Shalotrin, dan
Metomil dan untuk mengendalikan penyakit digunakan
fungisida dengan bahan aktif Simoksanil, Metalaksil dan
Mancozeb.dan zat pengatur tumbuh.
Metode Penelitian
Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor.
Faktor pertama adalah lama penyimpanan benih yang
terdiri dari:
• B1 = Lama penyimpanan benih 3 bulan
• B2 = Lama penyimpanan benih 4 bulan
• B3 = Lama penyimpanan benih 5 bulan
Faktor kedua adalah pemberian ZPT yang terdiri dari:
• Z0 = ZPT dengan konsentrasi 0 ml perliter
• Z1 = ZPT dengan konsentrasi 100 ml perliter
• Z2 = ZPT dengan konsentrasi 200 ml perliter
• Z3 = ZPT dengan konsentrasi 300 ml perliter
Dari dua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi
perlakuan. Pada percobaan ini digunakan tiga kali
ulangan (tiga kelompok). Dengan demikian dalam
percobaan ini terdapat 36 satuan percobaan. Petak satuan
percobaan berukuran 1,5m x 3m, dengan jarak tanam (20
cm x 20 cm) sehingga total populasi 144 tanaman/plot
dan lahan yang dibutuhkan seluas 324 m2
Metode Analisis
Menurut Bambang Murdiyanto, (2010), model linier
untuk analisis statistik dari percobaan ini adalah:
Y ijk = µ + αi + βj + γk + (αβ)ij + εijk
Y ijk = Respon pengamatan pada perlakuan umur bibit
ke-i dan kelompok ke-j
µ = Rataan umum pengamatanαi = Pengaruh umur bibit pada taraf ke-i
βj = Pengaruh jumlah bibit perumpun pada taraf
ke-j
γk = Pengaruh ulangan pada taraf ke-k
(αβ)ij = Pengaruh interaksi umur bibit( αi) dan jumlah
bibit perumpun (βj)
εijk = Galat percobaan
Analisis statistik dilakukan terhadap semua data hasil
pengamatan dengan menggunakan sidik ragam (uji F).
Apabila pada sidik ragam faktor tunggal memberikan
pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan
uji BNT 5% dan jika interaksi perlakuan memberikan
pengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan DMRT
( Duncan Multiple Range Test ) pada taraf uji 5%.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menciptakan
lapisan olah yang cocok dan gembur untuk budidaya
bawang merah. Pengolahan tanah umumnya diperlukan
untuk menggemburkan tanah sehingga pertumbuhan
umbi dari bawang tidak terhambat karena sifat fisika
tanah yang kurang optimal. Pengolahan tanh juga
dilakukan untuk memperbaiki drainase, meratakan
permukaan tanah dan mengendalikan gulma.
Lahan yang ditanami bawang merah pada penelitian
ini seluas 324m2. Pengolahan tanah yang dilakukan
dilapang ada beberapa tahapan yaitu:
a. Persiapan lahan yang dilakukan yaitu membersihkan
gulma dan mengemburkan tanah dengan cara menyingkal
tanah dengan menggunakan alat seperti garpu. Kemudian
tanah diolah kembali dengan menggunakan cangkul yang
13
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
20/77
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
21/77
AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X
Pasca panen yang dilakukan dilapang yaitu dengan
cara penjemuran bawang merah yang direbahkan dengan
ketebalan 15cm dengan panjang 25m selama 7 hari.
Parameter Pengamatan
Pengamatan dimulai 1 HST dengan interval 7 hari
sekali dengan jumlah sample 20 tanaman.
Parameter yang diamati adalah:
1. Kecepatan tumbuhnya tunas (hari)
2. Tinggi tanaman diamati dari permukaan tanah sampai
daun tertinggi.
3. Jumlah daun.
4. Hasil Panen :
• Bobot Basah (per sampel, per petak dan per ha)
• Bobot Kering (per sampel, per petak dan per ha)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecepatan Tumbuh Tunas (Hari)
Pengukuran tumbuhnya tunas pada bawang merah
( Allium cepa L.) dilakukan pada fase vegetatif dengan
notasi dari angka terendah ke angka tertinggi karena cara
pengamatannya menggunakan hari, jadi jika tunas
tumbuh dengan cepat ke dasar permukaan tanah maka
menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata, namun
jika tumbuhnya tunas lambat atau membutuhkan waktu
(hari) yang lama maka menunjukkan pengaruh yang tidak
nyata.
Notasi ini hanya digunakan pada parameter kecepatantumbuhnya tunas saja, pada parameter selanjutnya
menggunakan notasi dari angka tertinggi ke angka
terendah. Berdasarkan hasil analisa sidik ragam, dapat
diketahui bahwa terjadi pengaruh nyata pada perlakuan
lama penyimpanan benih dan perlakuan konsentrasi ZPT
terhadap tumbuhnya tunas (Tabel 1).
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam di bawah
dilakukan uji lanjut pada percobaan penelitian ini.
Hasil pengaruh perlakuan terhadap waktu tumbuhnya
tunas pada perlakuan lama penyimpanan benih 5 bulan
(B3) memiliki pengaruh terbaik pada awal tumbuhnya
tunas dikarenakan umbi bawang merah pada umur benih 5
bulan (B3) mempunyai kadar getah paling sedikit
dibandingkan dengan lama penyimpanan benih umur 3
(B1) dan 4 bulan (B2)¸ sehingga proses tumbuhnya tunas
lebih cepat.
Penggunaan umur benih yang masih muda (1-2 bulan)
sangat beresiko karena masih lemah dan bibit masih
mengandung banyak getah dan perakaran yang belum
kuat yang akan menurunkan produksi (Biro pusat statistik,
2003). Hal ini dikarenakan pula umbi yang disimpan lebih
lama telah terbentuk calon tunas di dalam umbi tersebut
sehingga setelah umbi ditanam pada media tanah akan
menunjukkan kecepatan pertumbuhan tunas yang lebihcepat, jadi semakin lama penyimpanan bibit umbi bawang
merah maka tunas tumbuh lebih cepat.
Menurut Lita (1985) dalam Titien Nilacrysna (1995),
bahwa sebagai suatu organisme hidup umbi bwang merah
selau melakukan kegiatan respirasi. Kandungan air yang
tinggi dalam umbi bawang merah akn meningkatkan
kegiatan enzim sehingga akan mempercepat terjadinya
respirasi.
Tabel 1 Analisa sidik ragam perlakuan terhadap kecepatan tumbuhnya tunas (Hari)
Sumber Keragaman F Hit F 5% F 1%
Ulangan 0.07
Perlakuan 8.53
Benih (B) 22.99ns 3.44 5.72
ZPT (Z) 12.30ns 3.05 4.82
B x Z 1.82** 2.55 3.76
keterangan :
* : Berbeda nyata
** : Berbeda sangat nyata
ns : Berbeda tidak nyata
Tabel 2 Pengaruh perlakuan terhadapkecepatan tumbuhnya tunas (Hari)
Tumbuhnya tunas (hari)
BENIH
3 Bulan 35.41 a
4 Bulan 34.16 b
5 Bulan 25.41 c
KONSENTRASI ZPT
0 ml 18.67 a
100 ml 17.33 b
200 ml 16.00 bc
300 ml 13.33
15
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
22/77
Pengaruh Lama Penyimpanan Benih … Tumini
Kegiatan respirasi selama masa dormansi menurut
Bewley & Black (1986) dalam Titien Nilacrysna (1995) ,
tetap terjadi dan sintesa DNA terus berjalan terus secara
normal dalam embrio dari benih yang dorman dan
tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji
dan masih hidup dari persediaan makanan yang terdapat
dalam biji (Tjitrosoepomo, 1985).
Sedangkan konsentrasi ZPT yang memiliki pengaruh
terbaik pada konsentrasi 300 ml (Z4), karena umbi
bawang merah termasuk pada golongan umbi lapis
sehingga memerlukan ZPT dengan konsentrasi yang
tinggi agar mempercepat tumbuhnya tunas (Tabel 2).
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada interval
waktu 7 hari yaitu pada 7, 14, 21 dan 28 HST.
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam terjadi pengaruh
yang sangat nyata pada perlakuan lama penyimpanan
benih dan perlakuan ZPT pada 7, 14, 21 dan 28 HST, juga
memiliki pengaruh yang sangat nyata untuk tinggi
tanaman karena dengan pemberian ZPT sebagai hormon
pendorong pertumbuhan sehingga tanaman bisa tumbuh
dan berkembang dengan baik, dengan kedua kombinasi
tersebut terdapat interaksi yang sangat nyata pada 14, 21
dan 28 HST , namun pada 7 HST hanya berpengaruh
nyata, itu disebabkan karena tanaman masih belum
sepenuhnya menyerap ZPT yang diberikan (Tabel 3).
Tabel 3. Analisa sidik ragam perlakuan terhadap
tinggi tanaman umur 7, 14, 21 & 28 hst
Sumber Keragaman F Hit F 5% F 1%7 HST 14 HST 21 HST 28 HST
Ulangan 0.25 0.30 0.23 0.40
Perlakuan 34.12 48.27 67.23 85.87
Benih (B) 148.18** 179.40** 322.49** 350.14** 3.44 5.72
ZPT (Z) 15.01** 37.44** 24.71** 75.25** 3.05 4.82
B x Z 2.91* 3.82** 3.40** 3.10* 2.55 3.76
keterangan :
* : Berbeda nyata
** : Berbeda sangat nyata
ns : Berbeda tidak nyata
Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman umur7, 14, 21 dan 28 hst
Perlakuan Tinggi Tanaman Pada Umur Tanaman
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST
B1Z0 1.33 a 4.33 a 13.66 a 26.33 a
B1Z1 1.66 a 4.66 a 13.33 a 28.33 a
B1Z2 2.33 ab 5.66 a 15.00 a 30.33 ab
B1Z4 2.33 ab 6.33 ab 16.33 b 31.00 b
B2Z0 3.16 b 6.33 ab 16.66 bc 31.00 b
B2Z1 3.16 b 7.00 b 18.33 c 31.66 bc
B2Z2 3.5 bc 7.66 bc 19.66 cd 35.66 cd
B2Z3 3.66 c 8.00 c 19.66 cd 37.00 d
B3Z0 3.83 cd 8.00 c 21.33 d 35.16 c
B3Z1 5.00 d 9.00 cd 25.66 e 38.8 de
B3Z2 5.33 de 9.66 d 27.0 ef 41.46 e
B3Z3 6.33 e 12.16 e 27.33 f 44.06 f
Ket : Angka yang bernotasi sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut
Duncan pada taraf 5%
16
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
23/77
AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X
Bila dilihat berdasarkan rerata tinggi tanaman dapat
diketahui bahwa kombinasi perlakuan lama penyimpanan
benih umur 5 bulan (B3) dengan konsentrasi ZPT 300 ml
(Z3) memiliki tinggi tanaman yang relatif lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lain.
Menurut Biro Pusat Statistik (2003) , lama penyimpanan
benih umur 5 bulan (B2) perakarannya kuat dan dapat
menyerap makanan secara optimal sehingga pertumbuhan
tanaman lebih cepat. dan menurut setyati (1989) dalam
Titien Nilacrysna (1995), tanaman bawang merah dengan
laju pertumbuhan daun yang tinggi menggunakan
karbohidrat lebih banyak untuk pertumbuhan daun dari
pada untuk disimpan, jadi dalam fase vegetatif
korbohidrat digunakan untuk perkembangan.
Untuk pengaruh kombinasi perlakuan tinggi tanaman
nilai terkecil terdapat pada lama penyimpanan benih 3
bulan (B1) dengan konsentrasi 0 ml (Z0)/ kontrol (B1Z0).
Menurut Wibowo (1991) dalam Titien Nilacrysna (1995),
bahwa umbi bawang merah yang sudah berumur 6 sampai
8 bulan sudah tumbuh calon tunas yang panjangnya
separuh dari panjangnya umbi dan kriteria ini merupakan
pedoman pokok untuk menilai bahwa umbi tersebut siap
digunaan untuk bibit, karena bibit dari umbi yang
demikian ini hanya mempunyai daya tumbuh yang tinggi.
Jadi jika benih bawang merah hanya disampan dalam
waktu yang sementara maka tunas yang akan tumbuh
membutuhkan waktu (Hari) yang lama (Tabel 4).
Jumlah Daun
Dari hasil analisa sidik ragam perlakuan terhadap
jumlah daun menunjukkan adanya interaksi yang sangat
nyata terhadap lama penyimpanan benih dan konsentrasi
ZPT pada 7, 14, 21, dan 28 HST (Tabel 5). Pada
pengamatan jumlah daun 14 HST menunjukkan tidak
terjadi interaksi yang nyata, hal ini dikarenakan perlakuan
antara lama penyimpanan benih dengan konsentrasi ZPT
masih belum optimal.
Berdasarkan hasil analisa uji lanjut pada taraf 5%
pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun menunjukkan
lama penyimpanan benih umur 5 bulan (B3) dengan
konsentrasi ZPT 300 ml (Z3) berada pada jumlah nilai
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya
dikarenakan pada lama penyimpanan umur 5 bulan (B3)
dan konsentrasi 300 ml (Z3) dapat memberikan
pertumbuhan yang optimal sehingga jumlah daun yang
dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan
lainnya (Tabel 6).
Tabel 5. Analisa sidik ragam perlakuan terhadap jumlah daun pada umur 7, 14, 21 & 28 hst
Sumber KeragamanF Hit
F 5% F 1%
7 HST 14 HST 21 HST 28 HSTUlangan 0.20 0.56 0.02 0.25
Perlakuan 13.08 122.68 129.06 45.38
Benih (B) 52.52** 45.74** 616.76** 197.56** 3.44 5.72
ZPT (Z) 11.61** 29.62** 53.76** 27.06** 3.05 4.82
B x Z 0.67ns 8.16** 4.13** 3.81** 2.55 3.76
keterangan :
* : Berbeda nyata
** : Berbeda sangat nyata
ns : Berbeda tidak nyata
Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun Umur 7 hst
Jumlah daun Umur Tanaman (HST)
7 HST
BENIH
3 bulan 7.34 a
4 bulan 9.09 a
5 bulan 11.57 b
ZPT
0 ml 7.93 a
100 ml 9.30 b
200 ml 9.38 bc
300 ml 10.75 cKet: Angka yang bernotasi sama pada kolom yang sama
berbeda tidak nyata menurut Duncan pada taraf 5%
17
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
24/77
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
25/77
AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X
Analisis lanjutan duncan pada taraf 5% terhadap hasil
panen menunjukkan kombinasi perlakuan pada bobot
basah dan bobot kering per sampel. dan hasil analisis
lanjutan bobot basah dan bobot kering per petak yaitu
pada kombinasi perlakuan lama penyimpanan benih 4
bulan (B2) dengan konsentrasi ZPT 200 ml (Z2) memiliki
bobot nilai tertinggi dibandingkan dengan kombinasi
perlakuan yang lain. Menurut Ambarwati dan Yudoyono
(2003) , mengatakan masa vegetatif pada tanaman bawang
merah yang normal akan sangat berpengaruh terhadap
hasil panen. Dan menurut Setiyati (1989) dalam Titien
Nilacrysna (1995), tanaman bawang merah dengan laju
pertumbuhan daun tinggi menggunakan karbohidrat lebih
banyak untuk pertumbuhan dari pada untuk disimpan, jadi
dalam fase vegetatif dari suatu perkembangan karbohidrat
digunakan sebagian besar untuk perkembangan fase
vegetatif.
Tanaman bawang merah dengan laju perkembangan
daun yang tinggi mempunyai hasil panen yang rendah, hal
ini karena hasil asimilasi digunakan untuk proses
pertumbuhan vegetatif sehingga pertumbuhan “Sink’
terhambat. “Sink” adalah adalah jaringan yang
menampung atau menerim asimilat tetapi tidak aktif
berfotosintesa. Menuut jumin (1989) dalam Titien
Nilacrysna (1995), menyatakan bahwa fotosintesa
berlangsung pada laju yang optimum, tanaman harus
mempunyai suatu “Sink” yang cukup untuk menampung
hasil fotosintesa.dengan demikian tanaman bawang merah
denga perlakuan lama penyimpanan benih umur 2 bulanmempunyai hasi panen yang lebih rendah dibandingkan
dengan tanaman bawang dengan perlakuan penyimpanan
3 dan 4 bulan.
Berdasarkan hasil analisa uji lanjut menurut Duncan
menunjukkan pengaruh kombinasi perlakuan lama
penyimpanan benih 4 bulan (B2) dengan konsentrasi ZPT
200 ml (Z2) menunjukkan hasil bobot basah per ha dan
bobot kering per ha memiliki nilai tertinggi dibandingkan
dengan kombinasi perlakuan yang lainnya (Tabel 9).
Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan
tinggi rendahnya hasil bawang merah.Benih dipilih dari umbi hasil pertanaman untuk
konsumsi yaitu umbi-umbi yang berukuran kecil (4-5
g/umbi) agar kebutuhan benih tidak terlalu banyak Pada
umumya benih yang digunakan oleh petani adalah umbi-
umbi yang berasal dari pertanaman konsumsi tanpa
melalui seleksi, tetapi umbi-umbi itu telah disimpan
dalam waktu sekitar 4 bulan (UPT Balai Benih TPH
Provinsi Kalimantan Selatan, 2010).
PENUTUP
Simpulan
1. Lama penyimpanan benih yang berpengaruh sangat
nyata pada hasil produksi ditunjukan pada perlakuan
lama penyimpanan benih umur 4 bulan (B2)
2. Untuk konsetrasi ZPT 200 ml (Z2) memberikan
pengaruh yang sangat nyata pada hasil produksi
tanaman bawang merah.
3. Terjadi interaksi antara lama penyimpanan benih
umur 4 bulan (B2) dan konsentrasi ZPT (Z2) yang
memberikan hasil produksi yang terbaik
dibandingkan perlakuan yang lain.
Saran
Dalam percobaan penelitian ini diperlukan penelitian
lanjutan dengan penanaman bawang merah pada berbagai
jenis perlakuan lama penyimpanan benih dan ZPT yang
lain, sehingga harapannya bawang merah bisa dijadikan
tanaman yang bisa tumbuh dan menghasilkan produksi
yang optimal, mengingat tingkat konsumsi dan kebutuhan
bawang merah kedepan yang terus meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
AAk, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius,
Yogyakarta. Hlm 18. BPPT, 2007 . Teknologi
budidaya Tanaman Pangan.
Ambarwati dan Yudoyono, 2003. Keragaman stabilitas
hasil bawang merah, UGM. Yogyakarta
Bambang murdiyanto, (2010). model linier analisis
statistik, Malang. Hlm 32.
BPS, 2003. Penggunaan Umur Benih yang Baik pada
Pertumbuhan bawang merah, Bogor.
Deptan. 2007 . Pengenalan Dan Pengendalian Beberapa
OPT Benih Hortikultura. Gunadi, N. dan Suwandi.1989. Pengaruh dosis dan waktu aplikasi pemupukan
fosfat pada tanaman bawang merah kultivar Sumenep
I. Pertumbuhan dan hasil. Bull. Penel. Hort. XVIII(2): 98-106. Diunduh pada http//www. Deptan.
com/blokspot/repot318. Html. 22-11-2009 pada
tanggal 20 mei 2015
Helmy Kurniawan, 2009. Teknologi True Shallot Seed
(TSS) sebagai Bahan Tanam untuk Meningkatkan
Produktivitas Bawang Merah Diunduh pada
http://www.binatani.or.id pada tanggal 20 mei 2015
19
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
26/77
Pengaruh Lama Penyimpanan Benih … Tumini
Hidayat, A. 2004. Budidaya bawang merah. Beberapa
hasil penelitian di Kabupaten Brebes. Makalah
disampaikan pada Temu Teknologi Budidaya Bawang
Merah. Direktorat Tana. Sayuran dan Bio Farmaka,
Brebes, 3 September 2004. Diunduh pada
http://www.binatani.or.id pada tanggal 20 mei 2015
Hidayat, A. dan R. Rosliani. 1996. Pengaruh pemupukan N, P dan K pada pertumbuhan dan produksi bawangmerah kultivar Sumenep. J. Hort 5 (5): 39-43.
Diunduh pada http://www.binatani.or.id pada tanggal
20 mei 2015
Hidayat, A., R. Rosliani , N. Sumarni, T.K. Moekasan,
E. S. Suryaningsih dan S. Putusambagi. 2004.
Pengaruh varietas dan paket pemupukan terhadap
pertumbuhan dan hasil bawang merah. Lap. Hasil
Penel. Balitsa-Lembang. Diunduh pada
http://www.binatani.or.id pada tanggal 20 mei 2015
Indonesia Report, 2007. Teknik Budidaya Bawang
Merah. Diunduh pada http//www. indonext.com/report/repot318. Html. 22-11-2007. Pada tanggal
20 mei 2015
Nilacrysna, Tien. 1995. Pengaruh lama penyimpanan
bibit bawang merah (Alium ascolanicum) terhadap
kecepatan pertumbuhan tunas. Skripsi. Diunduh pada
http://eprint, Undip, ac.id pada tanggal 24 mei 2015
Sudirja, 2007. Jurnal Hortikultura, Badan penelitian Dan
Pengembangan Hortikultura, Jakarta. Hlm. 1021.
Tjitrosoepomo, 1985. Teknologi benih. Bantol. Hal 20.
Diunduh pada http://www.binatani.or.id/project/Alih-
Teknologi-Pembibitan-Bawang-Merah. PT BalaiBenih TPH Provinsi Kalimantan Selatan. Pada
Tanggal 20 mei 2015
20
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
27/77
ISSN 2355-195X
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BEBERAPA MACAM PUPUK KANDANG DAN
PEMANGKASAN CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL TANAMAN TOMAT ( LYCOPERSICUM ESCULENTUM MILL )
Rr. Setyani Hidayati 1
1 Staf Pengajar, Fakultas Pertanian, Universitas Panca Marga
(diterima: 09.12.2014, direvisi: 15.12.2014)
Abstrak
Tomat merupakan salah satu komoditas sayuran yang mengandung vitamin A dan vitamin C cukup
tinggi, serta hampir semua bagiannya dapat dimakan. Produktivitas tomat Jawa Timur sebesar 13,35ton/ha. Pemangkasan pada tanaman tomat adalah untuk mengendalikan keseimbangan pertumbuhan
vegetatif dan reproduktif untuk meningkatkan hasil, memperbesar buah dan mempercepat proses pemasakan buah. Upaya peningkatan hasil dari tanaman tomat salah satu yang dilakukan memberi
pemupukan tambahan.dengan pupuk kandang.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pupuk kandang yang tepat dan pemangkasan cabang sehingga
diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang tinggi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Selogudig Wetan kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo dari bulan Februari - Mei 2015.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor
petak utama adalah Pupuk kandang sedangkan faktor anak petak adalah Pemangkasan yang di ulang tiga
kali. Faktor petak utama adalah Pupuk Kandang (K) yang terdiri dari K1 = pupuk kandang sapi ; K2 =
pupuk kandang kambing; sedangkan faktor anak petak adalah Pemangkasan (P) yaitu: P0 = tanpa
pemangkasan, P1= pemangkasan 1 cabang, P2 = pemangkasan 2 cabang, P3 = pemangkasan 3 cabang,
sehingga diperoleh 8 kombinasi perlakuan sebagai berikut: K1P0; K1P1; K1P2; K1P3; K2P0; K2P1;
K2P2; K2P3.
Parameter yang diamati adalah: tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, jumlahtandan buah, jumlah buah per tanaman, hasil panen dan bobot per buah.
Hasil penelitian dengan uji BNT 5% menunjukkan bahwa: 1). Pupuk kandang yang memberi efekukuran tertinggi yaitu pupuk kandang kambing (K2), yang menunjukkan tinggi tanaman 194,48 cm pada
umur 35 HST; jumlah daun umur 21 HST sebanyak 44,50 helai; jumlah cabang produktif umur 35 HST
sebanyak 21,94; jumlah tandan buah 70,35; jumlah buah per tanaman sebanyak 334,00; 2). Pemangkasan
yang terbaik yaitu pemangkasan 3 cabang (P3) yang memberi efek pada jumlah daun umur 14 HST
sebanyak 28 helai; hasil panen I 2363 gram dan panen II 2372 gram; bobot per buah 51,53 gram; 3).
Terjadi interaksi antara perlakuan pemberian pupuk kandang kambing dan pemangkasan 3 cabang (K2P3)
yang memberi efek tinggi tanaman 55.60 cm pada umur 28 HST.
Kata Kunci: pupuk kandang, pemangkasan cabang, tanaman tomat.
PENDAHULUAN
Tanaman tomat ( Lycopersicum esculentum Mill)
termasuk keluarga besar Solanaceae. Keluarga ini terdiri
dari tidak kurang 2200 spesies. Pada saat ini buah tomat
telah mempunyai kedudukan yang baik, walaupun belum
merata digunakan dalam menu atau gizi masyarakat.
Selain mempunyai rasa yang lezat ternyata tomat juga
memiliki komposisi zat yang cukup lengkap dan baik,
terutama kadar vitamin A dan vitamin C.
Tomat merupakan salah satu komoditas sayuran yangmengandung vitamin A dan vitamin C cukup tinggi, serta
hampir semua bagiannya dapat dimakan. Produktivitas
tomat Provinsi Jawa Tengah sebesar 11,93 ton/ha, lebih
rendah dibandingkan provinsi lain, seperti Jawa Barat
dan Jawa Timur yaitu 20,25 ton/ha dan 13,35 ton/ha
(Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2006).
Di Indonesia, tomat banyak diusahakan, baik di
dataran tinggi (60%) maupun di daratan rendah (40%).
Rendahnya produksi tomat menjadi salah satu kendala
dalam budi daya tanaman ini. Hasil rata-rata pertanaman
tomat di dataran rendah umumnya sekitar 6,0 ton/ha,
sedangkan di dataran tinggi mencapai 26,6 ton/ha.Rendahnya produksi di dataran rendah antara lain
21
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
28/77
Efektivitas Penggunaan Beberapa Macam Pupuk Kandang … Rr. Setyani Hidayati
disebabkan oleh kendala utama rendahnya produksi
tomat secara nasional yaitu keterbatasan teknologi
budidaya yang dimiliki petani dan kurangnya informasi
teknologi, seperti pemangkasan cabang atau pengaturan
jumlah cabang utama dan penjarangan buah atau
pengurangan buah (Digilib, 2004).
Sumarjono (2003) melaporkan bahwa bila tanaman
sayuran kekurangan air, tanaman akan layu dan dalam
waktu singkat tanaman akan mati. Khusus tanaman
tomat, masalah kekeringan menjadi faktor pembatas.
Terkait dengan aspek budidaya, aktivitas usaha tani yang
terasa memberatkan petani adalah penyiraman. Air
merupakan faktor pembatas yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil panen tomat yang baik. Lahan yang
kekurangan air akan menyebabkan aerasi udara dalam
tanah terganggu dan suplai oksigen dalam tanah tidak
lancar, sehingga perkembangan tanaman menjadi
tertunda atau mengalami kekerdilan.
Pemangkasan biasa dilakukan sebagai upaya
pengurangan persaingan di antara bagian satu dengan
bagian lain dalam satu tanaman atau di antara tanaman
satu dengan tanaman lainnya dengan mengurangi /
membuang beberapa cabang, sehingga tanaman dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun tujuan pemangkasan pada tanaman tomat adalah
mengendalikan keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan
reproduktif untuk meningkatkan hasil, memperbesar buah
dan mempercepat proses pemasakan buah. Sementara
pangkasan pada tanaman tomat dapat dibedakan dalamtiga macam yaitu pangkasan bentuk, pangkasan bentuk
dan pangkasan tunas-tunas di ketiak cabang atau tangkai
daun (Nabsya, 2010). Pemangkasan ini merupakan usaha
untuk memperbaiki kondisi lingkungan seperti suhu,
kelembaban, cahaya, sirkulasi angin sehingga aktifitas
fotosintesa berlangsung normal.
Ada beberapa cara pemangkasan yaitu pemangkasan
cabang primer, pemangkasan peremajaan dan
pemangkasan pemeliharaan, dan sisi pemangkasan dalam
yang dilakukan pada peremajaan akan menunda masa
panen karena tanaman memerlukan waktu untukrehabilitasi. Di tinjau dari aspek fisiologis tanaman,
pemangkasan yang demikian disertai dengan
pembersihan seluruh komponen untuk asimilasi adalah
suatu hal yang sangat drastis dan akan menyebabkan
terjadinya stagnasi pertumbuhan berikutnya (Hasan
2001). Pemangkasan dapat mendorong lebih cepat
tumbuhnya tunas baru, yang berpotensi untuk berbunga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan
selain dapat menngkatkan hasil bunga juga dapat
memperbaiki kualitas bunga dan penampilan atau figur
tanaman mnjadi lebih baik tetapi juga dapat mengadakan
produksi bunga menurun (Satsijah, 2008).
Di dalam pola pertumbuhan tanaman, pertumbuhan
ujung batang yang dilengkapi dengan daun muda apabila
mengalami hambatan, maka pertumbuhan tunas akan
tumbuh ke arah samping yang dikenal dengan “tunas
lateral” misalnya saja terjadi pemotongan pada ujung
batang (pucuk), maka akan tumbuh tunas pada ketiak
daun. Fenomena ini dinamakan “apical dominance“.
Pengaruh pemangkasan pada tanaman tomat yang
mendapat perlakuan pemangkasan memiliki jumlah tunas
yang lebih banyak daripada tanaman tomat yang tidak
mendapat perlakuan (kontrol). Aplikasi ini akan
mempengaruhi atau merangsang hormon yang
mengakibatkan tanaman tidak tumbuh terlalu tinggi,
namun akan lebih banyak tumbuh cabang-cabang yang
nantinya tumbuh bunga dan buah.
Mengingat permintaan terhadap buah tomat yang
terus meningkat, diperlukan upaya peningkatan hasil dari
tanaman tomat. Salah satu upaya yang dilakukan
pemupukan tambahan. Selain menggunakan pupuk kimia,
perlu dilakukan pemberian tambahan pupuk kandang.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak)
merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk
mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk.
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah
dilakukan petani secara optimal di daerah-daerah sentra
produk sayuran. Sayangnya masih ada kotoran ternak
tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Keluhan petani saat
terjadi kelangkaan atau mahalnya harga pupuk nonorganik (kimia) dapat diatasi dengan menggiatkan
kembali pembuatan dan pemanfaatan pupuk kandang.
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari
kotoran hewan yang digunakan untuk menyediakan unsur
hara bagi tanaman. Pupuk kandang berperan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Komposisi unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang
sangat tergantung pada jenis hewan, umur, alas kandang
dan pakan yang diberikan pada hewan tersebut.
Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur
hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yangtinggi sehingga akan mengefektifkan bahan-bahan
anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik.
Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur
tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal.
Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki
ciri bersuhu dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak,
dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri
tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis
terdorong untuk melaksanakan suatu penelitian tentang
pengaruh pemangkasan dan pemberian macam pupuk
kandang yang juga menjadi faktor pendukung
peningkatan produksi tomat.
22
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
29/77
AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanaman Tomat
Secara sistematika tanaman tomat diklasifikasikan
para ahli botani sebagai berikut:
Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Sub divisio : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Kelas : Dicotyledoneae (Biji berkeping satu)
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae (Terong - terongan)
Genus : Lycopersicon lycopersicum
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill atau
Lycopersicon lycopersicum (L) Karst
Botani Tanaman Tomat
( Lycopersicum esculentum Mill )
Tanaman tomat juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Pada daerah tropis temperatur tinggi,
kurangnya intensitas cahaya, dan kelembaban tinggi
dapat menurunkan produksi dan kualitas buah.
Ketinggian tempat untuk penanaman tomat adalah
dibawah 1400 m dpl. Berarti tomat dapat ditanam pada
dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl).
Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung
humus (bahan organik) sangat disukai. Faktor-faktor
abiotik tersebut berpengaruh terhadap beberapa tahap
proses reproduksi, sehingga mempengaruhi produksi
buah (Purnamaningsih, 2008).
Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat
adalah 21-24 °C pada siang hari dan 15-20 °C padamalam hari. Temperatur pada siang hari lebih dari 38 °C
selama 1-3 hari setelah penyerbukan menyebabkan
embrio mengalami kerusakan, sehingga biji yang
terbentuk tidak baik.
Varietas Tanaman Tomat
Rendahnya produksi tomat antara lain disebabkan
oleh terbatasnya ketersediaan varietas unggul di tingkat
petani sehingga masih banyak petani tomat menanam
varietas lokal dengan mutu benih yang rendah
(Khairunisa dan purwati, 2007). Selain itu, pengembangan varietas berdaya hasil tinggi mengalami
hambatan karena tidak tahan terhadap temperatur tinggi
dan adanya layu Fusarium. Serangan penyakit ini
mengurangi produksi tomat hingga 30%, bahkan pada
musim penghujan dapat mencapai 60% (Nurita et al.,
2004).
Badan Pusat Statistik (2011), melaporkan bahwa
produksi nasional tomat tahun 2006-2010 terus
mengalami peningkatan, nilai produksinya tahun 2006
sebesar 629,744 ton, tahun 2007 sebesar 635,474 ton,
tahun 2008 sebesar 725,973 ton, tahun 2009 sebesar
853,061 ton, dan tahun 2010 sebesar 891,616 ton. Hal ini
menunjukkan bahwa produksi tomat di Indonesia dapat
ditingkatkan jika dilihat dari nilai produksi nasional.
Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi (2010)
menyatakan bahwa varietas tomat yang telah dilepas oleh
Menteri Pertanian sampai tahun 2006 sebanyak 54
varietas dan varietas yang sudah dilepas tersebut
merupakan varietas anjuran. Varietas tomat yang telah
dilepas diantaranya adalah Intan, Ratna, Berlian, Mutiara,
Kaliurang, Zamrud, Opal, Arthaloka, dan Permata.
Untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan tomat,
salah satu upaya yang harus dilakukan yaitu intensifikasi
pertanian. Intensifikasi pertanian adalah upaya untuk
peningkatan produktifitas tomat per satuan luas. Salah
satu upaya intensifikasi adalah penggunaan varietas
unggul, telah banyak varietas-varietas baru yang telah
dihasilkan oleh badan penelitian dan pengembangan
pertanian, Departemen pertanian.
Karakter unggul yang dimiliki varietas-varietas baru
mampu meningkatkan produktivitas tanaman tomat.
Peningkatan produktivitas tersebur diharapkan juga
mampu memenuhi permintaan tomat berkualitas yang
kian meningkat. Dengan demikian baik petani maupun
konsumen akan sama-sama diuntungkan. Ada beberapa
varietas tomat resmi maupun non-resmi yang beredar
pada masyarakat.
Salah satu varietas tomat yang diminati oleh petani
adalah varietas permata yang merupakan varietas unggul
yang berkembang pesat dan memiliki potensi hasil yang
cukup tinggi.
Deskripsi Tomat Varietas Permata
1. Nama varietas : Permata
2. Kelompok : Tomat sayur
3. Umur panen pertama : 60 hari
4. Umur terakhir panen : 120 hari
5. Tinggi tanaman sampai
awal panen : 120 cm
6. Jumlah tandan bunga
per tanaman : 13-15 buah
7. Jumlah buah per tandan : 4-8 buah8. Frekuensi panen : 4-7 hari sekali
9. Bobot per buah : 55-60 gram
10. Ukuran buah : 4,8 cm x 4,4 cm
11. Tebal daging buah : 6 mm
12. Kekerasan buah : keras
13. Bentuk buah : bulat hati
14. Warna buah muda : hijau keputihan
15. Warna buah masak : merah
16. Rasa buah : manis-masam
17. Tekstur daging buah : renyah
18. Produksi buah : 60 ton / ha populasi 25.000
19. Ketahanan HPT : Tahan terhadap layu
bakteri & pecah buah
23
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
30/77
Efektivitas Penggunaan Beberapa Macam Pupuk Kandang … Rr. Setyani Hidayati
Pemangkasan Tomat
Pemangkasan adalah upaya mengurangi jumlah tunas
utama dari tanaman. Pemangkasan dilakukan untuk
mengurangi pertumbuhan vegetatif dan merangsang
pertumbuhan generatif, meningkatkan penerimaan cahaya
matahari, menurunkan tingkat kelembaban di sekitar
tanaman,dan untuk menaikkan kualitas buah (Nurhadi,
2002).
Pemangkasan yang biasa dilakukan ada tiga macam,
yaitu sebagai berikut:
a. Pemangkasan tunas muda
Tanaman tomat banyak ditumbuhi oleh tunas
sehingga mengganggu kelangsungan hidup tanaman itu
sendiri. Oleh karena itu, kelebihan tunas perlu dikurangi.
Tunas yang muncul di antara batang tanaman dipotong
sehingga yang tertinggal hanya batang daun utamanya
saja. Cara memangkasnya cukup dengan menggunakantangan karena batang tomat termasuk lunak. Tangan
harus bersih untuk mencegah penularan hama atau
penyakit, terutama virus. Selain itu, adanya luka baru
akan memudahkan hama atau penyakit tersebut masuk ke
tanaman.
b. Pemangkasan batang
Jika di atas tandan buah yang kelima tumbuh dua
helai daun maka saatnya batang tersebut dipangkas
ujungnya. Tujuan pemangkasan batang ini adalah untuk
mempercepat proses pemasakan buah. Namun, jika ada
tunas yang tumbuh kuat pada batang di sekitar tandan buah yang kelima, batang tidak perlu dipangkas.
Pertumbuhan tomat yang subur biasanya mempunyai 2-3
tunas cabang pada setiap batangnya. Tunas cabang ini
akan berkembang menjadi batang utama baru. Dengan
demikian, cabang utama yang berlebih ini harus
dikurangi. Bila dalam memangkas takut meninggalkan
luka yang terlalu banyak, dapat digunakan pisau yang
tajam.
c. Pemangkasan bunga dan buah
Selain pemangkasan di atas, penjarangan bunga atau
bakal buah juga baik dilakukan. Jumlah bakal buah yang
ideal sekitar 6-8 buah saja. Pengurangan kuantitas
tersebut akan mendatangkan keunggulan kualitas.
Pemangkasan tidak perlu dilakukan kalau yang
diinginkan adalah buah tomat dengan ukuran yang
beraneka ragam (Bernardinus dan Wiryanta, 2002).
Apabila jumlah buah dalam kondisi banyak pada
suatu tanaman maka akan menyebabkan beberapa
perubahan seperti berkurangnya kandungan karbohidrat,
ukuran dan bobot buah, seta komponen kualitas buah.
Selain itu, akan menyebabkan jumlah buah hasil panen
berikutnya menjadi menurun. Poerwanto (2004)
menyatakan bahwa penjarangan buah sering dilakukan
oleh petani untuk mengoptimalkan kualitas buah.
Nurhadi (2002), pertumbuhan vegetatif tanaman
tomat harus seimbang dengan pertumbuhan reproduktif
tanaman, apabila pertumbuhan vegetatif dominan hormon
pembentukan bunga sedikit dan produksi tanaman akan
berkurang. Tanaman tomat responsif terhadap
pemupukan, oleh sebab itu ketersediaan unsur hara dalam
tanah sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
hasil.
Pupuk Kandang
Pengomposan pupuk kandang akan meningkatkan
kadar hara makro. Zat-zat hara yang terkandung dalam
kotoran, akan diubah menjadi bentuk yang mudah diserap
tanaman. Seperti unsur N yang mudah menguap akan
dikonversi menjadi bentuk lain seperti protein.
Dilihat dari bentuknya, terdapat pupuk kandang padat
dan cair. Pupuk padat biasanya didapatkan dari tahi(feses) sedangkan pupuk cair diambil dari air kencing
(urine). Ada juga yang diambil dari campuran feses dan
urine, biasanya berbentuk campuran kental seperti
lumpur. Selain bentuk fasa-nya, ada juga pupuk kandang
yang berupa campuran antara kotoran dengan material
lain. Seperti, kotoran ayam yang bercampur dengan
sekam padi yang dijadikan alas kandang atau kotoran
sapi yang bercampur jerami.
Berikut ini, beberapa jenis pupuk kandang yang
banyak dipergunakan:
a.
Kotoran sapiPupuk kandang dari kotoran sapi memiliki kandungan
serat yang tinggi. Serat atau selulosa merupakan senyawa
rantai karbon yang akan mengalami proses dekomposisi
lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut
memerlukan unsur N yang terdapat dalam kotoran.
Sehingga kotoran sapi tidak dianjurkan untuk
diaplikasikan dalam bentuk segar, perlu pematangan atau
pengomposan terlebih dahulu. Apabila pupuk
diaplikasikan tanpa pengomposan, akan terjadi perebutan
unsur N antara tanaman dengan proses dekomposisi
kotoran.
Selain serat, kotoran sapi memiliki kadar air yang
tinggi. Atas dasar itu, para petani sering menyebut
Tabel 1 Varietas resmi dan non-resmi tanaman tomat
Sumber:
Tim Penulis PS, Budidaya tomat secara komersil, 2002
24
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
31/77
AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X
kotoran sapi sebagai pupuk dingin. Tingginya kadar air
juga membuat ongkos pemupukan menjadi mahal karena
bobot pupuk cukup berat. Kotoran sapi telah
dikomposkan dengan sempurna atau telah matang apabila
berwarna hitam gelap, teksturnya gembur, tidak lengket,
suhunya dingin dan tidak berbau.
b. Kotoran kambing
Kotoran kambing teksturnya berbentuk butiran bulat
yang sukar dipecah secara fisik. Kotoran kambing
dianjurkan dikomposkan dahulu sebelum digunakan
hingga pupuk menjadi matang. Ciri-ciri kotoran kambing
yang telah matang suhunya dingin, kering dan relatif
sudah tidak bau.
Kotoran kambing memiliki kandungan K yang lebih
tinggi dibanding jenis pupuk kandang lain. Pupuk ini
sangat cocok diterapkan pada paruh pemupukan kedua
untuk merangsang tumbuhnya bunga dan buah.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga terdapat pengaruh nyata pada pemberian
pupuk kandang tertentu terhadap komponen
pertumbuhan dan komponen hasil tanaman tomat.
2. Diduga terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan
pemangkasan cabang tertentu terhadap komponen
pertumbuhan dan komponen hasil tanaman tomat.
3. Diduga terdapat interaksi yang nyata pada
pemangkasan dan pemberian pupuk kandang tertentuterhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil
tanaman tomat.
Penelitian Terdahulu
a. Hasil skripsi Al Azari tahun 2013 dengan judul
Pengaruh Pemangkasan Pada Tanaman Tomat
( Lycopersicum esculentum Mill) Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makasar . Menyimpulkan
bahwa pemangkasan mempengaruhi pertumbuhan dan
memperbanyak buah yang dihasilkan oleh tanaman
tomat. b. Hasil penelitian Badan Penelitian Tanaman Sayur
tahun 2008 dengan judul Pengaruh Pemangkasan
Pucuk Terhadap Hasil dan Kualitas Benih Lima
Kultivar Mentimun. Menyimpulkan bahwa
meningkatnya jumlah cabang produktif tanaman
akibat pemangkasan pucuk menyebebkan buah yang
terbentuk dan jumlah daun lebih banyak dan
produktif.
c. Hasil penelitian Heny Irawati dan Nintya Setiari
tahun 2006 dengan judul Pertumbuhan Tunas
Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) Setelah
dilakukan Pemangkasan Pucuk Pada Ruas Yang
Berbeda. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Diponegoro. Menyimpulkan bahwa
Pemangkasan pucuk tanaman nilam pada ruas yang
berbeda berpengaruh secara nyata meningkatkan
panjang tunas lateral dan mengurangi jumlah tunas
lateral, serta berpengaruh tidak nyata terhadap berat
basah dan berat kering tanaman.
d. Hasil penelitian BPTP Bogor tahun 2010 dengan
judul Pengaruh Tinggi Pemangkasan Tanaman Induk
Mahoni (Swietenia macrophylla King) Dalam
Memacu Pembentukan Tunas Sebagai Sumber Bahan
Stek. Menyimpulkan bahwa Pemangkasan tanaman
induk mahoni pada ketinggian 40 cm dari atas
permukaan tanah menghasilkan jumlah tunas juvenil
terbesar yaitu 8 buah. Pertumbuhan panjang tunas
yang dihasilkannya tidak berbeda dengan
pertumbuhan tunas hasil pemangkasan setinggi 90
cm, 60 cm dan 30 cm.
e. Hasil skripsi Nurhadi tahun 2002 dengan judul
Pengaruh Jarak Tanam dan Pemangkasan Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tomat ( Lycopersicum
esculentum Mill) Fakultas Pertanian Universitas
Panca Marga Probolinggo. Menyimpulkan bahwa
pemangkasan berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Pemangkasan
dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif
dan merangsang pertumbuhan generatif,
meningkatkan penerimaan cahaya matahari,
menurunkan tingkat kelembaban di sekitar
tanaman,dan untuk menaikkan kualitas buah.
METODOLOGI
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan pekarangan rumah
Desa Selogudig Wetan kecamatan Pajarakan, Kabupaten
Probolinggo.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
benih tomat varietas permata F1. Pupuk yang digunakanada 2 jenis pupuk kandang yakni (sapi dan kambing).
Alat-alat yang digunakan adalah polybag sebagai
media tanam, cangkul, penggaris, ajir bambu, tali rafia,
label plot, ember, sprayer, sabit dan timbangan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi
(RPT) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor petak
utama adalah Pupuk kandang sedangkan faktor anak
petak adalah Pemangkasan. Di ulang tiga kali.
Faktor petak utama adalah Pupuk Kandang (K) yang
terdiri dari:
K1 = Pupuk Kandang Sapi
25
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
32/77
Efektivitas Penggunaan Beberapa Macam Pupuk Kandang … Rr. Setyani Hidayati
K2 = Pupuk Kandang Kambing
Sedangkan Faktor anak petak adalah Pemangkasan
(P) yaitu:
(P0) = Tanpa Pemangkasan
(P1) = Pemangkasan 1 Cabang
(P2) = Pemangkasan 2 Cabang
(P3) = Pemangkasan 3 Cabang
Sehingga diperoleh 8 kombinasi perlakuan sebagai
berikut:
K1P0 : tanpa pemangkasan dengan pupuk kandang sapi
K1P1 : tanpa pemangkasan dengan pupuk kandang
kambing
K1P2 : pemangkasan 1 cabang dengan pupuk kandang
sapi
K1P3 : pemangkasan 1 cabang dengan pupuk kandang
kambing
K2P0 : pemangkasan 2 cabang dengan pupuk kandang
sapi
K2P1 : pemangkasan 2 cabang dengan pupuk kandang
kambing
K2P2 : pemangkasan 3 cabang dengan pupuk kandang
sapi
K2P3 : pemangkasan 3 cabang dengan pupuk kandang
kambing
Metode Analisis
Adapun model matematisnya, menurut Sastrosupadi
(2010), adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Bk + Ti + ϵik + Vj + (TV)ij + σijk
Y ijk = Nilai pengamatan karena pengaruh faktor T
taraf ke-i dan faktor V taraf ke-j
µ = Nilai Tengah Umum
Bk = Pengaruh Blok atau ulangan ke-k
Ti = Pengaruh faktor T yang ke-i
ϵik = Pengaruh sisa untuk petak utama atau
pengaruh sisa karena pengaruh faktor T
taraf ke-i pada kelompok ke-k
(TV)ij = Pengaruh interaksi faktor petak utama yang
ke-i dan anak petak yang ke-jσijk = Pengaruh sisa untuk anak petak atau pengaruh
sisa karena pengaruh faktor T taraf ke-i dan
faktor anak petak ke-j pada kelompok ke-k
Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F pada
taraf 5%, dan jika terdapat perbedaan yang nyata
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%.
Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore
hari. Jika musim hujan penyiraman tidak perlu dilakukan
melainkan hanya dilakukan bila kondisi tanah tampak
kering.
b. Pemasangan Label plot
Pemasangan label penelitian dipasang pada setiap
satuan plot (satuan percobaan) sesuai dengan perlakuan.
Pemasangan label tersebut bertujuan untuk memudahkan
dalam pemberian perlakuan serta pengamatan selama
penelitian. Pemasangan lebel ini dilakukan 1 minggu
sebelum tanam.
c. Pemasangan Ajir
Tanaman tomat memiliki batang yang kurang kuat
untuk menopang buah dan mendukung tegaknya batang.
Oleh karena itu, diperlukan ajir untuk menopangnya.
Selain itu, juga berguna untuk memudahkan dalam
pemeliharaan dan pemetikan buahnya. Ajir bisa dibuat
dari bilah bambu dengan lebar 2 – 3 cm dan panjang 1 - 2
meter. Bagian bawah ajir dibuat runcing agar mudah
ditancapkan. Tancapkan ajir di dekat batang tomat. Ujung
ajir dapat dibiarkan tegak atau dapat juga dimiringkan
dan ujungnya disatukan dengan ujung ajir yang lain.
Batang tomat kemudian diikat pada ajir dengan tali rafia.
Ikatan diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu erat
atau kendur. Pemberian ajir dilakukan 3 – 4 minggu
setelah penanaman.
d. Sanitasi TanamanGulma dan rumput liar yang tumbuh dalam pot harus
dibersihkan dengan cara dicabut dengan menggunakan
tangan. Sedangkan yang ada disekitar polybag
dibersihkan dengan menggunakan cangkul atau sabit.
Pemangkasan
Pemangkasan pada tomat dilakukan dengan
menentukan cabang yang pertumbuhannya tidak
maksimal. Pemangkasan dapat dilakukan pada pagi hari
agar bekas dari cabang yang telah dipangkas cepat
mengering. Pemangkasan bertujuan untukmengoptimalkan pertumbuhan, mengurangi penguapan
lingkungan, dan dapat meningkatkan hasil produksi.
Perlakuan pemangkasan bisa saja dilakukan pada fase
vegetatif maupun generatif. Hal ini dikarenakan pada
perlakuan pemangkasan, kita harus benar-benar
menentukan cabang yang pertumbuhannya tidak baik.
Selain itu alat yang kita gunakan untuk memangkas juga
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pisau harus benar
dalam keadaan steril, sehingga vektor hama penyakit
yang menempel pada pisau tidak menyerang bekas
pemangkasan tersebut.
26
-
8/16/2019 20-5-PB (1).pdf
33/77
AGROTECHBIZ Vol. 02 No. 01 Januari 2015 ISSN 2355-195X
Panen
Pemanenan merupakan tahap akhir dari budidaya
tomat. Keberhasilan panen juga tidak terlepas dari awal
budidaya, seperti penanaman dan pemeliharaan hingga
tiba waktu panen. Pemanenan tomat perlu dilakukan
dengan tepat waktu, teknik ketelitian, dan kesabaran.
Pemanenan yang terlalu muda akan menghasilkan
kualitas warna buah yang kurang maksimal. Demikian
juga jika terlambat panen, kualitas buah akan menurun
karena busuk dan gampang rusak.
Tomat Permata termasuk dalam varietas determinite,
yaitu pertumbuhan akan berhenti pada saat proses
pembungaan. Pemanenan awal tomat varietas determinite
dilakukan pada umur 60 HST dengan interval panen
selanjutnya 3-4 hari. Umumnya, panen tomat dilakukan
terus menerus hingga tanaman berumur 1-2 bulan
(kurang lebih 7-15 kali panen) atau tergantung kondisi
tanaman.
Parameter Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat
tanaman berumur 14, 21, 28 dan 35 HST dengan
interval 7 hari. Tinggi tanaman diukur mulai dari
pangkal batang sampai ujung titik tumbuh dengan
menggunakan meteran.
2. Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat
tanaman berumur 14, 21, 28 dan 35 HST denganinterval 7 hari. Penghitungan jumlah daun dilakukan
pada masing-masing sampel dari tiap plot dengan cara
menghitung jumlah daun dari daun paling bawah
sampai daun teratas (pucuk).
3. Jumlah Cabang
Pengamatan jumlah cabang dihitung pada saat
tanaman berumur 21, 28 dan 35 HST dengan interval
7 hari.
4. Jumlah tandan buah
5. Hasil panen
a. Jumlah buah per tanaman b. Hasil panen I (gr) / tanaman
c. Hasil panen II (gr) / tanaman
d. Bobot per buah (gr)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum Mill) dilakukan pada 14, 21, 28 dan 35 hari
setelah tanam (HST) interval 7 hari. Berdasarkan hasil
ANOVA, dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk
kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman yakni pada umur 14, 21, 28 dan 35 HST. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang akan
menambah nutrisi pada tanaman. Sedangkan pada
perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata pada 21 HST
dan berpengaruh sangat nyata pada 28, 35 HST (Tabel 2).
Sedangkan pada analisis lanjutan BNT taraf 5%
menunjukkan perlakuan K2P3 (pupuk kandang kambing
dan pemangkasan tiga cabang) memiliki tinggi tanaman
tertinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya
(Tabel 3).
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pada umur 14 hst
terjadi interaksi yang nyata. Perlakuan K1P3 (Pupuk
kandang sapi dan Pemangkasan tiga cabang) memberikan
rerata tinggi tanaman yang tertinggi yaitu 26,1 cm. Pada
umur 21 hst terjadi interaksi yang nyata. Perlakuan K2P3
(Pupuk kandang kambing dan pemangkasan tiga cabang)
memberikan rerata tinggi tanaman yang tertinggi yaitu
48,8 cm. Dan pada umur 28 hst terjadi interaksi yang
nyata. Perlakuan K2P3 (Pupuk kandang kambing dan
pemangkasan tiga cabang) memberikan rerata tinggi
tanaman yang tertinggi yaitu 55,6 cm.
Pada Tabel 4 tidak terjadi interaksi antara perlakuan
pupuk kandang dan pemangkasan, maka yang
berpe