skripsirepository.ub.ac.id/10048/1/lailla%20inayah%c2%a0abdan.pdf · 2020. 4. 12. · skripsi ini...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
REPRESENTASI ‘TUBUH YANG SEHAT’ DALAM IKLAN TELEVISI
(ANALISIS WACANA KRITIS TEUN A. VAN DIJK PADA IKLAN
MULTIVITAMIN DAYA TAHAN TUBUH)
Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Skripsi
Disusun Oleh :
LAILLA INAYAH ABDAN
Manajemen Komunikasi
125120201111024
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
ii
LEMBAR IDENTITAS TIM PENGUJI
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji pada Kamis, 21 Desember 2017 dengan
daftar penguji sebagai berikut:
NO. NAMA PENGUJI JABATAN PENGUJI
1.
Dyan Rahmiati, S. Sos., M. Si Ketua Majelis Sidang
2.
Nisa Alfira, S. I. Kom., M. A Anggota Sidang Majelis Penguji 1
3.
Dewanto Putra Fajar, S. Sos., M. Si Anggota Sidang Majelis Penguji 2
iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Lailla Inayah Abdan
NIM : 125120201111024
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Peminatan : Manajemen Komunikasi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul
Representasi ‘Tubuh yang Sehat’ Dalam Iklan Televisi (Analisis Wacana
Kritis Teun A. Van Dijk Pada Iklan Multivitamin Daya Tahan Tubuh),
adalah benar merupakan karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, diberi
tanda dan citasi yang ditunjukan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar dan
ditemukan pelanggaran atas skripsi, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh.
Malang, 19 Januari 2018
Lailla Inayah Abdan
NIM. 125120201111024
Materai
6.000
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama : Lailla Inayah Abdan
Tempat, tanggal lahir : Malang, 03 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Ahmad Yani 56 Ardirejo, Kepanjen RT.03
RW.01, Malang 65163, Jawa Timur
No. Telp : 085746990863
B. DATA PENDIDIKAN
1. Tahun 2009 – 2012 SMAN 01 KEPANJEN, MALANG
2. Tahun 2007 – 2009 SMPN 04 KEPANJEN, MALANG
3. Tahun 2003 – 2009 SDN 01 ARDIREJO, KEPANJEN, MALANG
4. Tahun 2001 – 2003 TK MUSLIMAT ARDIREJO
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar karena keterlibatan
berbagai pihak yang memberikan berbagai bentuk dukungan yang sangat berarti
kepada peneliti. Sehingga pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Unti Ludigdo, S. E., M. Si., Ak selaku Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Brawijaya
2. Bapak Dr. Antoni, S. Sos., M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Brawijaya
3. Ibu Dyan Rahmiati, S. Sos., M. Si selaku Dosen Pembimbing peneliti
dalam menyusun skripsi yang dengan sabar dan selalu penuh kasih sayang
membimbing, memberikan pandangan, doa, dan semangat kepada peneliti
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
4. Ibuk yang terkasih, terimakasih untuk tidak menyerah terhadap putri
semata wayangmu ini, terimakasih untuk cinta yang melimpah ruah dalam
bentuk doa yang tidak terputus hingga detik ini serta seluruh keluarga di
rumah, Emak, Bulek-bulek, om, dan paman yang senantiasa memberikan
dukungan tanpa henti
5. Ibu Dra. Ima Hidayati Utami, M. Pd selaku Dosen Pembimbing ke-2
selama dua semester yang telah memberikan banyak masukan terhadap
penulisan skripsi ini dan Ibu Nisa Alfira, S. I. Kom., M. A serta Pak
Dewanto Putra Fajar, S. Sos., M. Si selaku Dosen Penguji yang juga telah
memberikan perluasan pandangan terhadap penulisan skripsi ini
vii
6. Mas Kholis, Mas Nanda dan segenap karyawan Jurusan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi skripsi
7. Nadhirul Maghfiroh, S. I. Kom., selaku pembanding seminar proposal
yang memberikan banyak kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini
8. Teman-teman kuliah seperjuangan yang tidak pernah meninggalkan
peneliti berjuang seorang diri, Meme, Widi, Nada, Rizal, Andre, Satria,
Zealfi, Laras, dan masih banyak nama lainnya yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu per satu
9. Teman-teman kos Ayun, Febri, Rizka, Mbak Reny, Mbak Eka, Tyas,
Frentika, Yolanda, Annisa, Devi terimakasih untuk tidak pernah bosan
menjadi tempat peneliti pulang melepas lelah dan memberikan dukungan
tanpa henti
10. Teman-teman SMA, keluarga bahagia IPB, my best sister ever Firda,
Mirta, Mimin terimakasih untuk dukungan manis tanpa henti dari jarak
jauh maupun dekat, terimakasih untuk selalu bergandengan tangan hingga
saat ini, Vinia terimakasih atas profesionalitasnya, dependable sekali, serta
Mas Andi yang juga memberikan dukungan penuh mulai dari nol hingga
saat ini
11. Teman-teman Le Goub Boutique, Hun Icha, Rahma, Mbak Siska, Mbak
Dewi yang juga memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan
skripsi ini
12. Tidak lupa bagi siapapun yang telah membantu kelancaran peneliti dalam
menyusun skripsi ini, baik itu para driver go-jek, mas-mas tempat printing
dan fotocopy dan beratus orang lain yang telah bersikap positif di sekitar
viii
peneliti, teruslah untuk berbuat baik, karena kita tidak tahu apa yang
sedang diperjuangkan oleh masing-masing individu, terimakasih
Malang, 19 Januari 2018
Lailla Inayah Abdan
ix
ABSTRAK
Lailla Inayah Abdan. 125120201111024. Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Representasi Tubuh yang
Sehat dalam Iklan Televisi (Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Pada
Iklan Multivitamin Daya Tahan Tubuh). Dosen Pembimbing : Dyan
Rahmiati, S. Sos., M. Si
Penelitian ini merupakan penelitian bidang kajian komunikasi kesehatan
yang berbeda dengan mayoritas penelitian di bidang yang sama. Apabila
kebanyakan penelitian komunikasi kesehatan cenderung mengarah pada kajian
penyembuhan yang melibatkan komunikasi interpersonal dan kelompok, peneliti
justrru tertarik melakukan penelitian kritis yang berangkat dari kajian komunikasi
dalam memperkenalkan dan merepresentasikan kesehatan. Peneliti tertarik untuk
mengkritisi konsep sehat itu sendiri yang dimaknai secara heterogen oleh seluruh
masyarakat di dunia. Tidak ada konsep mutlak mengenai kondisi kesehatan di
negara manapun. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana wacana
sehat yang melekat pada tubuh dimaknai oleh masyarakat Indonesia yang
diperkenalkan dan disebarkan melalui media iklan komersial televisi yang untuk
mempengaruhi pemikiran khalayak secara masif yang mayoritas memiliki konten
yang menyesatkan dengan menampilkan gaya hidup tertentu bagi golongan
tertentu terkait produk kesehatan yang ditawarkan.
Peneliti berfokus pada iklan komersial televisi produk multivitamin daya
tahan tubuh untuk mengetahui bagaimana wacana sehat yang melekat pada tubuh
direpresentasikan dalam konten media yang bersifat persuasif untuk meraih tubuh
yang sehat. Kemudian peneliti menggunakan metode analisis wacana kritis Teun
A. Van Dijk untuk mengetahui bagaimana tubuh yang sehat direpresentasikan
secara dominan melalui seperangkat tanda dalam teks sebagai hasil dari kesadaran
kognisi pembuat iklan dan konteks sosial yang melingkupinya.
Pada akhirnya diperoleh hasil bahwa iklan televisi menjadikan tubuh
selalu berada dalam kekuasaan para pemilik modal yang telah menciptakan
wacana tubuh yang sehat diperlakukan dan dimaknai. Tetapi, khalayak tidak
menyadari bahwa semakin mereka merasa bebas dengan tersedianya banyak
pilihan perilaku kesehatan yang dipaparkan oleh media iklan, semakin mereka
masuk dalam pertarungan kekuasaan yang memperjuangkan konsep sehat mereka
demi keuntungan masing-masing. Sehingga multivitamin daya tahan tubuh
menjadi kebutuhan yang sulit untuk dihindarkan bagi khalayak usia produktif
karena tubuh yang sehat direpresentasikan secara berlebihan sebagai tubuh yang
tidak pernah berhenti beraktivitas yang menguntungkan khalayak dengan
menyamarkan risiko gangguan kesehatan yang lebih tinggi akibat perilaku hidup
yang tidak sehat. Jadi, terdapat ketidakselarasan bahwa tujuan iklan tersebut untuk
meningkatkan kesehatan khalayak justru memanipulasi khalayak agar
menggunaan tubuhnya untuk terus produktif secara ekonomi.
Kata Kunci : komunikasi kesehatan, iklan televisi, analisis wacana kritis
x
ABSTRACT
Lailla Inayah Abdan. 125120201111024. Communication Science Faculty of
Social and Political Science University of Brawijaya. Representation of Healthy
Body in Television Commercial (Critical Discourse Analysis Teun A. Van Dijk
in Body Endurance Multivitamin Advertisement). Adviser : Dyan Rahmiati, S.
Sos., M. Si
This research is a different kind of health communication research in
common. This research is more focused on promotion approach which started
with discussion about how does communication promote the concept of health and
represent it than curative approach which involves interpersonal or group
communication. The researcher has an interest to critizise the concept of health
itself which perceived ambiguously and heterogeneous by people, because there
are no absolute concept of health in any countries. Therefore, the researcher want
to know how the concept of healthy body perceived by Indonesians which being
promoted and propagated by television commercial media which majority of their
content is misleading by promoting certain lifestyle for certain people related to
the health product.
The researcher focused in television commercial of body endurance
multivitamin product to examine how does concept of health represented in media
content persuasively to achieve healthy body. The researcher use critical
discourse analysis as a research method to examine how does concept of healthy
body represented dominantly through a set of signs in discourse text which
constructed by the cognition consciousness of the advertiser and social context
around it.
The result is television commercial is never leave the body itself belongs to
individual authorization, but always under the power of the advertiser which
created the way individual should treat and perceived their healthy body. In the
other side, people do not realize that the more they feel free to choose any healthy
behaviour and health product in media, the more they go into the power battle of
health concept for profit orintation. Hence, the body endurance multivitamin
product became unavoidable needs because the healthy body exaggeratly
represented as working body which caused higher risk of disease. It can be said
that there is unbalance in those advertisement which design to increase national
health but precisely they have control over people’s body to use it as economic
production machine.
Keywords : health communication, television commercial, critical discourse
analysis
xi
PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas rahmat-Nya yang tak
terbatas membuat peneliti akhirnya dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Representasi Tubuh yang Sehat dalam Iklan Televisi (Analisis
Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Pada Iklan Multivitamin Daya Tahan Tubuh)”
sebagai syarat memenuhi pendidikan sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Brawijaya. Proses penyusunan skripsi ini
dapat berjalan lancar karena keterlibatan berbagai pihak yang memberikan
berbagai bentuk dukungan yang sangat berarti kepada peneliti.
Peneliti menyadari kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penelitian
ini, sehingga peneliti berharap untuk peneliti selanjutnya dapat memperluas dan
kajian komunikasi kesehatan melalui berbagai perspektif yang dapat memperkaya
penelitian dalam bentuk skripsi di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Brawijaya.
Akhir kata, peneliti mohon maaf apabila terdapat ketidatepatan dalam
proses pembuatan skripsi ini dan peneliti berharap agar penelitian ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
Malang, 19 Januari 2018
Lailla Inayah Abdan
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR IDENTITAS TIM PENGUJI.............................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................. Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT .............................................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................xv
DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ........................................... Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Manfaat Penelitian ..................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................. Error! Bookmark not defined.
2.1 Perspektif Kritis Terhadap Kajian Komunikasi Kesehatan .............. Error!
Bookmark not defined.
2.1.1 Multikonsep Tentang ‘Sehat’ ................ Error! Bookmark not defined.
2.2 Peran Iklan Televisi dalam Kehidupan Masyarakat Modern ............... Error!
Bookmark not defined.
2.3 Representasi dalam Konstruksi Realitas Iklan Televisi .... Error! Bookmark
not defined.
2.4 Analisis Wacana Kritis ................................. Error! Bookmark not defined.
2.4.1 Analisis Wacana Kritis: Teun A. Van Dijk ......... Error! Bookmark not
defined.
2.5 Kerangka Pemikiran ..................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ......................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Jenis dan Metodologi Penelitian ................ Error! Bookmark not defined.
3.2 Fokus Penelitian ......................................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Unit Analisis Data ...................................... Error! Bookmark not defined.
xiii
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................... Error! Bookmark not defined.
3.5 Teknik Analisis Data .................................. Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................. Error! Bookmark not defined.
4.1 Gambaran Umum Produk Enervon-C dan Hemaviton C1000 dalam Iklan
Televisi ....................................................... Error! Bookmark not defined.
4.1.1 Iklan Produk Enervon-C .................. Error! Bookmark not defined.
4.1.2 Iklan Produk Hemaviton C1000 ...... Error! Bookmark not defined.
4.2 Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Pada Iklan Multivitamin Daya
Tahan Tubuh .............................................. Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Analisis Elemen Peran Multivitamin Daya Tahan Tubuh ....... Error!
Bookmark not defined.
4.2.2 Analisis Elemen Stereotype Sakit .... Error! Bookmark not defined.
4.2.3 Analisis Elemen Wacana Tubuh yang Sehat . Error! Bookmark not
defined.
4.3 Representasi Tubuh yang Sehat dalam Iklan Televisi Produk Multivitamin
Daya Tahan Tubuh ..................................... Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP .................................................... Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ................................................ Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN .............................................................. Error! Bookmark not defined.
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 ............................................................................................................ 44
Gambar 4.2 ............................................................................................................ 46
Gambar 4.3 ............................................................................................................ 47
Gambar 4.4 ............................................................................................................ 48
Gambar 4.5 ............................................................................................................ 49
Gambar 4.6 ............................................................................................................ 57
Gambar 4.7 ............................................................................................................ 57
Gambar 4.8 ............................................................................................................ 65
Gambar 4.9 ............................................................................................................ 65
Gambar 4.10 .......................................................................................................... 66
Gambar 4.11 .......................................................................................................... 72
Gambar 4.12 .......................................................................................................... 79
Gambar 4.13 .......................................................................................................... 79
Gambar 4.14 .......................................................................................................... 95
Gambar 4.15 .......................................................................................................... 99
Gambar 4.16 ........................................................................................................ 103
Gambar 4.17 ........................................................................................................ 107
Gambar 4.18 ........................................................................................................ 115
Gambar 4.19 ........................................................................................................ 115
Gambar 4.20 ........................................................................................................ 120
Gambar 4.21 ........................................................................................................ 126
Gambar 4.22 ........................................................................................................ 131
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 ................................................................................................................ 43
Tabel 4.1 ................................................................................................................ 59
Tabel 4.2 ................................................................................................................ 68
Tabel 4.3 ................................................................................................................ 74
Tabel 4.4 ................................................................................................................ 81
Tabel 4.5 ................................................................................................................ 97
Tabel 4.6 .............................................................................................................. 101
Tabel 4.7 .............................................................................................................. 105
Tabel 4.8 .............................................................................................................. 108
Tabel 4.9 .............................................................................................................. 117
Tabel 4.10 ............................................................................................................ 123
Tabel 4.11 ............................................................................................................ 128
Tabel 4.12 ............................................................................................................ 133
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 .............................................................................................................. 28
Bagan 2.2 .............................................................................................................. 29
Bagan 2.3 .............................................................................................................. 36
Bagan 2.4 .............................................................................................................. 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi kesehatan didefinisikan sebagai studi penggunaan strategi-
strategi komunikasi untuk memberi informasi kesehatan, mempengaruhi
keputusan serta memodifikasi perilaku individu dan kelompok baik secara
langsung melalui komunikasi interpersonal ataupun kelompok yang berorientasi
pada komunikasi terapeutik maupun secara tidak langsung melalui komunikasi
persuasif dalam media untuk meningkatkan kesehatan (Sujatno, dikutip dari
Runtiko, 2009; Kreps, dkk., n.d.; Lindlof & Taylor, 2011). Idealnya, penelitian
komunikasi kesehatan ditujukan untuk membantu mengidentifikasi sumber
informasi yang sesuai bagi masyarakat, mengidentifikasi dan menyelesaikan
permasalahan dalam proses perawatan kesehatan masyarakat juga kampanye
kesehatan, serta meningkatkan literasi medis masyarakat (Kreps, dkk., n.d.).
Kajian komunikasi kesehatan telah menjadi bidang penelitian yang
menarik di berbagai negara, seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Indonesia
yang cenderung berorientasi pada kesembuhan penderita penyakit melalui
komunikasi interpersonal atau kelompok pada proses perawatan penderita sakit
serta kampanye pencegahan dan pengenalan perilaku kesehatan melalui media
(Lupton, 1994; Runtiko, 2009). Misalnya, penelitian yang dilakukan Heidi
Hennink-Kaminski (UNC School of Media and Journalism, n.d.) pada kampanye
peningkatan konsumsi buah-buahan dan sayuran pada anak-anak, penelitian
terhadap permasalahan komunikasi interpersonal petugas kesehatan dalam
kegiatan Posyandu Puskesmas Muara Siberut Kepulauan Mentawai (Hutagaol &
Agustin, 2012), studi deskriptif terhadap tingkat pengetahuan pemirsa tentang
iklan kesehatan cuci tangan di televisi (Zuhri, 2010), penelitian terhadap strategi
pesan promosi kesehatan cegah flu burung (Widiastuti, 2012), serta penelitian
respon pembaca dalam melakukan tindakan perlindungan terhadap isu bed bugs
(Goodall & Reed, dikutip dari Elliott, 2014).
Morse mengatakan bahwa terdapat pergeseran luar biasa terhadap
penelitian komunikasi kesehatan yang sebelumnya selalu menggunakan
paradigma saintifik atau objektif (menggunakan metode penelitian eksplanatif,
prediktif, eksperimen, kuasieksperimen, riset evaluatif, dan pengembangan
parameter) kini beralih menggunakan paradigma subjektif, seperti interpretif dan
kritis (menggunakan metode penelitian etnometodologi, fenomenologi, etnografi,
analisis wacana kritis, semiotika, dan studi media) (Denzin & Lincoln, dikutip
dari Sjafirah, 2015; Lindlof & Taylor, 2011). Terlebih dalam penelitian
komunikasi kesehatan dengan konteks perawatan kesehatan dan pengenalan
perilaku kesehatan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, menunjukkan
perlunya perspektif kritis terkait dengan kekuasaan politik, sosial, ekonomi dan
budaya yang sering diabaikan, terutama dalam media yang menempatkan konsep
sehat sebagai komoditas (Lupton, 1994; Karpf, dikutip dari Hodgetts &
Chamberlain, 1999).
Pada tahun 2014, Elliott, seorang praktisi Ilmu Komunikasi dari Kanada
menulis jurnal tentang perspektif kritis terhadap komunikasi kesehatan yang
mengarah pada bagaimana berteori tentang kesehatan, membingkainya,
mengemasnya, memperkenalkannya, juga bagaimana komunikasi
merepresentasikan kesehatan (Elliott, 2014). Perspektif kritis terhadap komunikasi
kesehatan dibahas lebih luas dengan menyelidiki konsep sehat itu sendiri (Lindlof
& Taylor, 2011) yang menurut Metzl & Kirkland (dikutip dari Elliott, 2014;
Crawford, 2006) merupakan konsep yang ambigu karena pemaknaan serta
praktiknya dikonstruksi dalam struktur sosial. Menurut Elliott (2014) pembahasan
tersebut merupakan kesempatan untuk mengembangkan dan menunjukkan
pendekatan berorientasi komunikasi terhadap kesehatan secara kritis. Perspektif
kritis memandang konsep sehat tidak hanya sebatas kondisi fisik maupun
emosional yang sejahtera, melainkan sebagai produk sistem sosial dan praktik
ideologi tertentu yang kemudian dijual oleh media sebagai ‘produk’ yang harus
diperoleh konsumen dengan mengeluarkan biaya tertentu (Lupton, 1994).
Tubuh tidak pernah seutuhnya menjadi milik pribadi ataupun tanpa
pemilik, melainkan selalu berada dalam pengawasan atau kendali tertentu serta
praktik kekuasaan pendisiplinan yang berhasil memaksa masyarakat mengadopsi
perilaku kesehatan yang dianggap benar terhadap tubuh untuk membentuknya
sesuai dengan norma-norma budaya yang ada, seperti melalui diet, latihan fisik,
dan operasi kecantikan sehingga menjadikan konsep sehat yang melekat pada
tubuh sebagai akses masyarakat untuk meraih kepuasan hidup yang lebih tinggi
(Barker, 2000; Synnott, 1992; Lupton, 1994).
Media menjadi sarana aspek tubuh yang sehat beredar, ditekankan,
diperkenalkan, dan diubah yang memandang masyarakat sebagai potential
patients yang harus bertanggungjawab terhadap kondisi tubuh mereka sendiri
yang diharapkan selalu dalam keadaan optimal (Elliott, 2014; Synnott dikutip dari
Lukmantoro, 2015; Barker, 2000; Yukari, 2013). Televisi sebagai salah satu
media terpopuler dianggap sebagai salah satu media yang menampilkan kata-kata
dan gambar-gambar yang tidak diragukan lagi pengaruhnya terhadap kesehatan
(Hargreaves & Tiggeman; McCool, Cameron, & Petrie, dikutip dari Higgins &
Begoray, 2012; Hodgetts & Chamberlain, 1999). Byrd-Bredbenner & Grasso
(dikutip dari Baker & Mullan, 2011, h. 55) mengatakan bahwa, “television
advertising could be the primary source of health information received by many
people”. Iklan televisi mampu memengaruhi khalayak heterogen yang tersebar
luas dalam memenuhi standar dan gaya hidup mereka dengan terus-menerus
menciptakan komoditi-komoditi dan dorongan kebutuhan dan perilaku tertentu
yang sebelumnya tidak dikenal dengan cara halus dan diterima oleh khalayak
sebagai suatu kebenaran, seperti iklan produk obat-obatan yang dijadikan sebagai
sumber pencarian yang paling banyak dilihat untuk mendapatkan informasi
kebutuhan kesehatan konsumen (Zuhri, 2010; Aprilia, 2005; Faerber & Kreling,
2013).
Permasalahan muncul ketika ditemukan adanya kecenderungan misleading
claims atau pesan menyesatkan dalam iklan produk obat-obatan di televisi
(Faerber & Kreling, 2013). Pesan yang dimuat dalam iklan-iklan tersebut
ditemukan bahwa tidak menyampaikan informasi terkait produk tersebut
melainkan justru menyampaikan opini tentang produk yang dikaitkan dengan gaya
hidup, yang berupa produk tertentu cocok dikonsumsi oleh golongan masyarakat
tertentu berdasarkan aspirasi dan citra diri golongan tersebut, seperti obat untuk
mencegah osteoporosis ditujukan untuk konsumen perempuan usia produktif yang
aktif. Padahal tidak ada alasan medis khusus bagi perempuan aktif dibandingkan
golongan lainnya untuk mengonsumsi obat tersebut karena apabila semua
perempuan berolahraga secara teratur, mereka dapat mengurangi risiko terjadinya
osteoporosis (Faerber & Kreling, 2013).
Sama halnya yang dilakukan oleh para pemilik modal yang dengan
memanfaatkan gaya hidup modern saat ini yang dipandang tidak sehat, selalu
disibukkan dengan pekerjaan, dan pilihan gaya hidup yang serba praktis
(Syaifulloh & Iriani, 2013; Suryanto, 2011; Mjaavatn, 1999) sebagai ideologi
bahwa masyarakat modern tidak mampu menjaga kondisi tubuhnya sendiri yang
disebabkan oleh ketidakmampuan memenuhi kebutuhan vitamin sehari-hari
sehingga terciptalah produk multivitamin yang dipasarkan melalui media iklan
televisi sebagai pilihan praktis untuk mewujudkan tubuh yang senantiasa sehat.
Padahal multivitamin yang pada umumnya berbentuk tablet dengan kandungan
beberapa macam vitamin disarankan untuk dikonsumsi sebagai pelengkap
kebutuhan asupan makanan keluarga karena adanya keterbatasan tertentu, yaitu
makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi nilai gizi harian (ACA Asuransi,
2015). Sedangkan masyarakat terutama golongan menengah ke atas di kota-kota
besar Indonesia seringkali tidak yakin terhadap kondisi tubuhnya sendiri apakah
tubuhnya kekurangan vitamin atau tidak maka mayoritas orang mengonsumsi
multivitamin dalam jangka waktu satu hingga tiga tahun hanya untuk menjaga
kesehatan maupun meningkatkan stamina (Berita Sepuluh, 2014). Hal tersebut
dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan yang lebih serius karena apabila
seseorang mengonsumsi multivitamin dengan kandungan vitamin yang larut
dalam air (vitamin B dan C) terlalu banyak akan mengganggu metabolisme tubuh
dan memberatkan kerja ginjal (Pengen Sehat, 2011; Alo Dokter, n.d.).
Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan sebelumnya maka penting
untuk dilakukan penelitian dengan perspektif kritis yang berfokus pada wacana
dan penggunaan bahasa untuk melihat reproduksi makna sehat yang melekat pada
tubuh yang dipertarungkan oleh kepentingan masing-masing pemilik modal
karena didukung dengan perkembangan industraliasi obat-obatan semakin tidak
tekendali sehingga muncul ketidakadilan yang mengarahkan masyarakat menjadi
individu dengan kemampuan yang semakin terbatas untuk mengelola kondisi
kesehatan mereka sendiri (Lupton, 1994).
Peneliti menggunakan analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk sebagai
metode analisis untuk fokus pada bagaimana kognisi pemilik modal dan
copywriter menggunakan gramatika bahasa dan visual untuk membentuk wacana
‘tubuh yang sehat’ dalam iklan televisi multivitamin daya tahan tubuh. Teun A.
Van Dijk beranggapan bahwa penelitian wacana tidak cukup hanya berdasarkan
teks semata karena teks merupakan hasil suatu praktik produksi yang juga harus
diamati melalui analisis kognisi sosial dan analisis konteks sosial (Darma, 2009).
Peneliti memilih produk multivitamin yang tercatat sebagai dua besar produk
yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dalam penghargaan
Top Brand Award tiga tahun berturut-turut (2015-2017), yaitu Enervon-C dan
Hemaviton. Peneliti memilih iklan televisi produk multivitamin tersebut yang
tayang pada tahun 2015-2017 dan befokus pada varian multivitamin daya tahan
tubuh yang secara umum terdiri dari kandungan vitamin C dan B kompleks karena
merupakan varian produk multivitamin yang bermanfaat bagi tubuh secara
menyeluruh, tidak hanya salah satu aspek tertentu seperti aspek tulang maupun
sendi. Iklan produk multivitamin daya tahan tubuh tersebut meliputi iklan
Enervon-C versi Ashraf Sinclair dan versi Ashraf Sinclair & Bunga Citra Lestari
serta iklan Hemaviton C1000 versi C1000 dan versi C1000+Collagen.
Kecenderungan makna yang ditampilkan dalam keseluruhan iklan digambarkan
sesuai dengan pendapat Elliott (2014, h.255) yaitu “a working body, both on
cellular and a cultural level”. Pada intinya, tubuh yang sehat adalah tubuh yang
‘mampu bekerja’. Tubuh yang sehat adalah tubuh yang mampu mendapatkan
uang. Sehingga, kondisi sehat merupakan kunci untuk mampu menjalani hari
sehingga perlu dilakukan usaha pencegahan yang harus dilakukan oleh
masyarakat agar jangan sampai sakit dalam berbagai kondisi dan situasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyusun judul penelitian
“REPRESENTASI ‘TUBUH YANG SEHAT’ DALAM IKLAN TELEVISI
(ANALISIS WACANA KRITIS TEUN A. VAN DIJK PADA IKLAN
MULTIVITAMIN DAYA TAHAN TUBUH)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah, yaitu
bagaimana wacana terkait ‘tubuh yang sehat’ yang dibentuk oleh iklan televisi
multivitamin daya tahan tubuh?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetehaui wacana ‘tubuh yang sehat’
yang dibentuk oleh iklan televisi multivitamin daya tahan tubuh.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Peneliti mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu komunikasi, khususnya memperkaya kajian komunikasi
kesehatan, memperdalam pemahaman terhadap teori-teori yang berkaitan
dengan analisis wacana kritis dan konstruksi iklan televisi, serta dapat menjadi
literasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis dengan
pendekatan dan perspektif berbeda.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan
untuk para pembuat iklan dalam membuat konsep iklan tanpa menindas
konsumen dengan ideologi-ideologi tertentu dan merealisasikannya dalam
iklan yang taat pada kode etik periklanan Indonesia dengan tidak
menggambarkan pemahaman yang menyesatkan bagi konsumen semata-mata
demi kepentingan pemilik modal. Serta memberikan pemahaman pada
khalayak mengenai perlunya kecerdasan menyaring segala informasi yang
didapatkan dari media terutama melalui iklan televisi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perspektif Kritis Terhadap Kajian Komunikasi Kesehatan
“Komunikasi kesehatan adalah studi mengenai pesan yang menciptakan
makna dalam kaitan fisik, mental, sosial” (Sjafirah, 2015, h. 1130). The National
Cancer Institute (Freimuth & Quinn, 2004) menyatakan bahwa,
Health communication can increase the intended audience’s
knowledge and awareness of a health issue, problem, or solution;
influence perceptions, beliefs, and attitude that may change social
norms; prompt action; demonstrate or illustrate healthy skills;
reinforce knowledge, attitudes, or behavior, show the benefit of
behavior change, advocate a position on health issue or policy;
increase demand or support for health services, refute myths and
misconceptions, and strengthen organizational relationships.
“More formally, health communication has been defined as referring to
any type of human communication whose content is concerned with health”
(Rogers, dikutip dari Bajari & Susilawati, 2015, h. 35). Berkaitan dengan
penjelasan komunikasi kesehatan di atas, Zoller, Heather, & Dutta (dikutip dari
Salisah, 2011) mengatakan bahwa masalah kesehatan berkaitan dengan proses
pemaknaan individu terkait kondisi sehat dan sakitnya, termasuk konsep tentang
apa makna kesehatan pada kondisi tertentu, bagaimana makna tersebut
dikonstruksi secara budaya, milik siapa makna yang digunakan tersebut, dan
dengan konsekuensi materi dan simbolik apa yang muncul selanjutnya.
Charlene D. Elliott, seorang praktisi komunikasi dari Universitas Calgary
di Kanada memunculkan pertanyaan-pertanyaan kritis di tengah ketertarikan para
akademisi dan masyarakat terhadap isu kesehatan, diantaranya “what does it mean
to be a communication scholar studying health? How has the concept of health
been treated? How is it framed in the Communications literature? ... Is “health”
merely an object to which a set of analytical questions should be applied? And
what types of questions should a scholar interested in communication and health
be asking?” (Elliott, 2014, h. 250).
Elliott menawarkan pendekatan kritis terhadap komunikasi kesehatan yang
berbeda dengan penelitian komunikasi kesehatan pada umumnya yang bertujuan
untuk pengaplikasian komunikasi sebagai upaya memprediksi, mengubah,
mengendalikan, mendorong, serta mengukur pengaruh komunikasi terhadap
perilaku kesehatan (Elliott, 2014). Sedangkan perspektif kritis yang ditawarkan
oleh Elliott memunculkan pertanyaan “how do we theorize health, frame it,
package it, and promote it? How does communication represent health?” (Elliott,
2014, h. 251-252). Komunikasi sebagai proses sosial yang digunakan oleh pihak
tertentu untuk mempengaruhi konsep sehat yang disebarkan di masyarakat (Kreps,
2015). Seperti yang terdapat dalam artikel yang ditulis oleh Dahl (dikutip dari
Elliott, 2014) menggambarkan kekuatan komunikasi dalam media untuk
memanipulasi respon publik. Artikel tersebut membahas mengenai disabled as
superstar, bagaimana seseorang yang memiliki keterbatasan fisik maupun mental
dapat melakukan aktivitas yang tidak semua orang normal dapat melakukannya
dengan baik digambarkan sebagai superstar (Elliott, 2014).
Elliott (2014) juga memaparkan jurnal yang ditulis oleh Ross Irvine
dengan judul ‘Advertising, Alcohol, and Maclean’s’ yang membahas mengenai
kontribusi iklan minuman beralkohol pada majalah Maclean’s dalam peningkatan
konsumsi minuman beralkohol. Hal ini kemudian menjadi masalah karena
majalah Maclean’s tidak dapat begitu saja menghilangkan iklan minuman
beralkohol, karena lebih dari 40% penghasilannya didapat dari pemasangan iklan
tersebut. Pada intinya, Irvine menyimpulkan bahwa efek media yang berhubungan
dengan masalah sosial, yang mana dalam hal ini masalah kesehatan publik
berkaitan dengan tingkat konsumsi minuman beralkohol, terletak pada promosi
yang bermasalah dan hal tersebut merupakan kunci pendekatan kritis terhadap
kajian komunikasi kesehatan dalam media iklan.
Faerber & Kreling (2013) menemukan bahwa promosi produk obat-obatan
dalam iklan televisi mayoritas memuat penyesatan (misleading) pesan berupa
menghilangkan informasi tertentu dan menampilkan informasi yang terpilih,
melebih-lebihkan informasi, bahkan tidak menampilkan informasi terkait produk
obat-obatan yang bersangkutan dan justru menampilkan informasi berbentuk opini
terhadap produk tersebut yang dapat memanipulasi khalayak. Pengenalan berbagai
macam produk kesehatan melalui iklan secara tidak langsung juga dapat
membentuk standar bagaimana seseorang dapat dikatakan sehat, misalnya dalam
iklan produk You C1000 dengan tagline ‘Healthy Inside, Fresh Outside’. Seperti
yang dibahas oleh Beydha & Adila (2013) dalam penelitiannya mengenai makna
tagline You C1000 terhadap citra produk, bahwa sehat terutama bagi wanita aktif
yang memiliki banyak aktivitas, harus terlihat dari penampilan luar yang tidak
pucat, tidak lemas, dan bergairah. You C1000 merupakan pilihan terbaik karena
mengandung vitamin C yang dapat menjaga kesehatan dari dalam tubuh dan
memancarkannya melalui penampilan fisik yang menarik dan segar (Beydha &
Adila, 2013).
Begitu pula dengan iklan multivitamin daya tahan tubuh yang muncul di
televisi menawarkan manfaat berbagai macam vitamin yang tidak mampu
diproduksi oleh tubuh dalam satu kemasan praktis sebagai implikasi dari
kebutuhan masyarakat terhadap produk multivitamin yang berkembang pesat
karena tuntutan aktivitas masyarakat yang semakin meningkat (Samosir &
Prayoga, 2015). Pesan media yang mencakup hiburan dan periklanan dapat
menanamkan kepercayaan dan sikap yang dapat membentuk perilaku khalayak
(Hobbs, Broder, Pope, & Rowe, 2006) terutama dengan penyampaian informasi
yang mendukung gaya hidup tertentu dan menyasar golongan khalayak tertentu,
menjadikan informasi dalam iklan produk multivitamin secara implisit
membentuk konsep sehat sesuai dengan kepentingan pemilik modal.
2.1.1 Multikonsep Tentang ‘Sehat’
Metzl & Kirkland (dikutip dari Elliott, 2014) menyatakan bahwa
kesehatan merupakan konsep yang ambigu. Keambiguan ini muncul karena
konsep kesehatan yang dapat diterapkan secara universal tidak dapat dicapai
(Boruchovitch & Mednick, 2002). “Historically, the word health appeared
approximately in the year 1000 A. D. Dolfman (1973) and Balog (1978)
studied the roots of the concept of health” (Boruchovitch & Mednick, 2002,
h. 175).
Balog (1978, dikutip dari Boruchovitch & Mednick, 2002)
berpendapat bahwa terdapat tiga pandangan utama tentang kesehatan, yaitu
(1) The Traditional Medical Concept, (2) The World Health Organization
(WHO) Concept, dan (3) The Ecological Concept. Konsep pertama
berasumsi bahwa “health was therefore defined solely in terms of the lack of
disease, symptoms, signs or problems” (Boruchovitch & Mednick, 2002, h.
176). Konsep ini tidak dapat diberlakukan secara universal, karena individu
mungkin tidak perlu berada dalam kondisi yang bebas penyakit secara
mutlak, tetapi gejala-gejala ataupun masalah yang dialami tidak cukup kuat
untuk membatasi kondisi sehat individu (Boruchovitch & Mednick, 2002).
Konsep kedua menyatakan bahwa “health was conceptualized
more in terms of the presence of absolute and positive qualities”
(Boruchovitch & Mednick, 2002, h. 176). WHO dalam International Health
Conference yang diselenggarakan pada tahun 1946 di New York dihadiri
oleh 61 negara menyatakan bahwa kesehatan merupakan “a state of
complete physical, mental, and social well being, and not merely the
absence of disease or infirmity” (Salisah, 2011, h. 172). Konsep ini dikritisi
oleh Segre & Ferraz (dikutip dari Boruchovitch & Mednick, 2002; Smith,
dikutip dari Elliott, 2014) bahwa kondisi yang sangat sempurna tidak
mungkin tercapai dan apabila konsep ini diberlakukan secara universal maka
hampir seluruh populasi manusia di dunia tidak dapat dikatakan sehat setiap
waktu.
Sedangkan konsep ketiga berasumsi bahwa kesehatan cenderung
diukur berdasarkan evaluasi tingkat kemampuan adaptasi individu dengan
lingkungannya dan bagaimana individu berfungsi dengan semestinya
dalam aktivitas sehari-hari (Boruchovitch & Mednick, 2002; Salisah,
2011; Runtiko, 2009). Seorang individu mungkin saja cukup mampu
beradaptasi, tetapi konsep ini juga tidak dapat berlaku secara universal,
karena tidak ada batasan dan ukuran tertentu terhadap adaptasi yang
dilakukan seorang individu (Lewis, dikutip dari Boruchovitch & Mednick,
2002), apalagi adaptasi, normalitas, dan fungsi sebagaimana mestinya
merupakan konsep yang dikonstruksi secara sosial dan budaya
(Boruchovitch & Mednick, 2002).
Bajari & Susilawati (2015) dan Boruchovitch & Mednick (2002)
menambahkan bahwa permasalahan kesehatan justru lebih banyak
ditentukan oleh faktor psikologi, sosial budaya, lingkungan, ekonomi,
politik, cara pandang, dan tujuan yang dianut oleh pemerintah dan
masyarakat pada suatu negara. Pada suku Yoruba, yang merupakan salah
satu suku bangsa terbesar kedua di Nigeria, para ibu mendeskripsikan
kesehatan melalui pernyataan, seperti makan dengan baik, tidak kurus,
tidur dengan baik, metabolisme baik, dan memiliki kestabilan emosi
(Jegede, 2002).
Suku Yoruba yang dulu hampir seluruh masyarakatnya bekerja
dalam sektor pertanian dan saat ini sebagian besar sudah bekerja di
perkantoran dan sektor perdagangan ini memahami konsep kesehatan
serupa dengan pemahaman pada masyarakat di Indonesia. Suku Yoruba
menganggap bahwa orang dewasa yang memiliki gejala sakit seperti
lemah, lesu, flu, batuk tidak dianggap sakit karena kondisi sehat bagi
mereka adalah ketika mereka masih mampu untuk bergerak serta
menjalankan peran dan aktivitas sehar-hari (Jegede, 2002).
Sama halnya di negara Indonesia kesehatan didefinisikan dalam
UU No. 23 Tahun 1992 dan UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 sebagai
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, spiritual, dan sosial yang
memungkinkan setiap individu hidup produktif secara sosial dan ekonomi
(Salisah, 2011; Hidayat, dkk., 2015). Hal tersebut berarti kesehatan
seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, spiritual, dan sosial
saja melainkan juga diukur dari produktivitasnya dalam arti memiliki
pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi (Hidayat, dkk., 2015).
Seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit kronis atau
menahun maupun gangguan kesehatan lain yang membuat seseorang tidak
mampu menjalankan peran normalnya secara wajar dalam arti walaupun
seseorang dalam kondisi masuk angin atau pilek tetapi ia merasa hal
tersebut tidak mengganggu aktivitas dan rutinitas sehari-hari maka ia
dianggap tidak sakit (Soejoeti, 2008).
Terlepas dari tiga konsep yang diutarakan oleh Balog, konsep sehat
dan sakit memang tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-
faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor
sosial budaya (Salisah, 2011; Soejoeti, 2008). Salisah (2011) juga
berpendapat bahwa kondisi sehat dan sakit dikonstruksi secara sosial
akibat adanya pola pikir dan kondisi psikis seseorang mengenai sehat dan
sakit dapat mempengaruhi keadaan fisik seseorang. Selain itu, sehat, sakit,
benar, dan salah dianggap tidak muncul begitu saja sebagai sesuatu yang
alamiah, wajar, dan netral, melainkan sebagai suatu bentuk pertarungan
kekuasaan (Roger, 1994, dikutip dari Eriyanto, 2001; Fairclough, Van
Dijk, Wodak, dikutip dari Eriyanto, 2001).
Jonathan Metzl menyebutkan bahwa kesehatan “is a term replete
with value judgments, hierarchies, and blind assumptions that speak as
much about power and privilege as they do about well-being. Health is a
desired state, but it is also a prescribed state and an ideological position”
(Elliott, 2014, h. 255). Seseorang dapat mencapai kondisi sehat yang
memungkinkan untuk menjadi produktif maka perlu dilakukan upaya
seperti pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit,
dan pemulihan kesehatan (Irawan, 2015) dalam konteks realitas tersebut
(dalam hal ini berupa pilihan upaya dan pengobatan) telah dikonstruksi
melalui berbagai macam media, salah satunya televisi (Triwardani, 2011).
2.2 Peran Iklan Televisi dalam Kehidupan Masyarakat Modern
Masyarakat Indonesia bersama negara-negara berkembang yang lain
sedang bergerak dengan sebuah dorongan untuk menjadi modern atau disebut
dengan gagasan modernitas (Dalyono, 2010; Bungin, 2008). Gagasan modernitas
tersebut merupakan hasil dari era modernisme yang disebut sebagai masa
pencerahan, yang mana pada saat itu Isaac Newton, Renẽ Descartes, dan
Immanuel Kant mengagung-agungkan ilmu pengetahuan dan logika (Barret,
1997).
Modernisme telah mengubah pandangan manusia yang sebelumnya
bersifat mistis dan feudal menjadi bersifat rasional dan demokratis, sehingga
memungkinkan terjadinya industrialisasi (Hanif, 2011; Husain, 2011). Implikasi
dari industrialisasi dapat dilihat dari terjadinya perubahan total dalam gaya hidup
manusia yang menyangkut semua aspek kehidupan masyarakat. Masyarakat tidak
lagi bergantung pada alam dan beralih pada teknologi-teknologi yang
mempermudah aktivitas manusia (Suseno dikutip dari Husain, 2011). Maka dari
itu George Ritzer (dikutip dari Dalyono, 2010) melukiskan modernitas dengan
istilah McDonaldisasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana prinsip-prinsip
restoran cepat saji, seperti efisiensi, keterprediksian, terkuantifikasi, dan kontrol
telah mendominasi berbagai sektor kehidupan dalam masyarakat.
Media massa dianggap menyampaikan informasi yang dikonstruksi secara
subjektif oleh pelaku media. Sehingga, kebudayaan yang ada di masyarakat
modern dibentuk oleh media berdasarkan hegemoni dan kepentingan pelaku
media melalui konstruksi informasi yang walaupun terlihat demokratis dan
beragam sebenarnya bersifat otoriter dan terstandarisasi (Hanif, 2011; Adorno &
Horkheimer, dikutip dari Triwardani, 2011). Kemudian masyarakat modern
menjadi tergantung pada media massa sebagai sumber informasi dan memperoleh
hiburan, terutama televisi yang dianggap memiliki peran penting dalam kehidupan
sehari-hari (Sahimi, 2009; Imanto, n.d.; Ziyaadatul, 2014; Bungin, 2008;
Widiastuti, 2012). Televisi sebagai salah satu media massa yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat memiliki kelebihan berupa kemampuan publikasi
maksimal, bersifat langsung, tidak mengenal jarak dan memiliki daya tarik
audiovisual (Anabarja, 2011; Bungin, 2008; Dalyono, 2010).
Mengacu pada kelebihan-kelebihan yang dimiliki media televisi tersebut
maka dunia periklanan melihat televisi sebagai media yang paling ideal untuk
penyampaian ide-ide iklan produk (Bungin, 2008; Morissan dikutip dari Zuhri,
2010). Mattelart & Mattelart (dikutip dari Triwardani, 2011) menambahkan
bahwa periklanan ditempatkan pada garis depan aktivitas televisi. Pertelevisian
dan periklanan menjadi dua bidang yang saling membutuhkan dan saling
menguntungkan, karena televisi membutuhkan investasi dalam jumlah besar
untuk bertahan hidup sedangkan iklan membutuhkan media yang paling efektif
untuk menyebarkan pesan-pesannya (Bungin, 2008; Zuhri, 2010). Berdasarkan
kemampuan televisi yang dapat menyebarkan pesan secara luas kepada khalayak
heterogen, iklan televisi menawarkan wacana yang dikemas secara menarik dalam
durasi yang singkat dengan tujuan mendapatkan keuntungan berupa peningkatan
penjualan (Zuhri, 2010). Wacana yang ditawarkan oleh iklan-iklan di televisi
meliputi komoditas-komoditas yang mendorong terhadap kebutuhan dan gaya
hidup tertentu (Sutisna, dikutip dari Zuhri, 2010; Viskayanesya, 2012).
Sifat-sifat tertentu masyarakat dalam melihat diri mereka sebagai bagian
dari dunia modern menyebabkan mereka percaya bahwa iklan televisi adalah cara
untuk melihat kebutuhannya dan bercermin kepada dunia modern, sehingga
berdampak pada kebutuhan yang berlebihan terhadap produk-produk dalam iklan
televisi yang mayoritas kebutuhan tersebut termasuk kebutuhan palsu (Bungin,
2008; Marcuse, dikutip dari Prasetio, 2014). Seperti yang telah diungkapkan oleh
para peneliti kesehatan publik mengenai iklan televisi yang berpengaruh negatif
terhadap gaya hidup remaja, bahwa melalui penggunaan model iklan produk
kesehatan yang terlihat sempurna baik dari segi bentuk tubuh maupun wajah
ternyata mempengaruhi khalayak remaja untuk memiliki pilihan gaya hidup instan
seperti diet dan mengonsumsi suplemen berlebih agar dapat menyerupai model
dalam iklan tersebut yang berakibat buruk bagi kesehatan mereka (Hobbs, dkk.,
2006).
Salah satu contoh penelitian mengenai iklan dilakukan oleh Tuti
Widiastuti dari Universitas Bakrie, Jakarta. Tuti melakukan pendekatan kritis
terhadap ILM (Iklan Layanan Masyarakat) versi ‘Cegah Flu Burung dengan B3K’
dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik analisis data framing
dari Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Tuti melakukan studi kepustakaan
dengan mengumpulkan ILM ditelevisi dan menghasilkan penyataan bahwa pesan
promosi kesehatan dalam konteks ini merupakan pesan cegah flu burung, belum
mampu untuk mengarahkan masyarakat agar berperilaku hidup sehat, hanya
sampai pada tahap memberikan kemauan. Hal ini dikarenakan ILM masih
mengutamakan pemberian informasi, sedangkan pesan yang mengarah pada
perubahan sikap dan perilaku baru melalui proses pembelajaran (Widiastuti,
2012). Maka dari itu peneliti memilih iklan komersial sebagai objek penelitian,
karena berdasarkan tujuan utamanya yaitu mempersuasi khalayak dan
memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya penggunaan bahasa dalam iklan
tersebut sangat penting agar kepentingan pengiklan dapat tersampaikan melalui
pesan-pesan yang dikemas dalam iklan komersial tersebut (Miseno, 2014).
2.3 Representasi dalam Konstruksi Realitas Iklan Televisi
Konstruksi realitas melalui media menempatkan persoalaan representasi
sebagai isu utama dalam penelitian kritis. Representasi merupakan penggunaan
bahasa yang menggambarkan bagaimana seseorang, kelompok, gagasan atau
pendapat tertentu dalam media (Hall, 1997; Wibowo, 2013; Eriyanto, 2001).
Representasi menjadi penting ketika apakah seseorang, kelompok, gagasan atau
pendapat tersebut digambarkan apa adanya dan bagaimana hal tersebut
digambarkan oleh media melalui bahasa yang tidak hanya digunakan sebagai
media komunikasi tetapi juga untuk menciptakan realitas yang diinginkan
(Eriyanto, 2001; Bungin, 2001). Media menggunakan elemen-elemen yang
membuat bahasa mampu merepresentasikan sesuatu, seperti suara, teks, gambar,
gerakan, ekspresi untuk menggambarkan realitas yang kemudian dikonstruksi dan
disampaikan pada khalayak (Hall, 1997).
Penggunaan bahasa untuk merepresentasikan sebuah realitas dapat dilihat
dalam penelitian mengenai representasi anak-anak dalam iklan televisi yang
digambarkan individualis atau dapat dikatakan merasa dirinya menjadi yang
nomor satu di antara lainnya melalui penggunaan kata “paling enak”, “paling
oke”, dan “paling suka”. Selanjutnya, anak-anak digambarkan selalu dalam
kondisi berlimpah ruah melalui kondisi keluarga yang serba ada, penuh
kesenangan, dan pusat limpahan kasih sayang dan perhatian keluarga sehingga
berhak mendapatkan semua yang diinginkan (Marhaeni, n.d).
Realitas yang hadir di media tidak serta merta terjadi begitu saja,
melainkan telah melalui proses produksi yang melibatkan berbagai kepentingan
media. Menurut John Fiske (dikutip dari Eriyanto, 2001) proses media
menggambarkan seseorang, kelompok, gagasan atau pendapat melalui tiga level
yaitu pertama, bagaimana suatu peristiwa mengenai seseorang, kelompok,
gagasan, atau pendapat dikonstruksi sebagai realitas yang dalam konteks televisi
menggunakan tanda seperti suara, pakaian, tata rias, perilaku, gerakan, ekspresi,
dan ucapan. Level selanjutnya, setelah khalayak menerima peristiwa tersebut
sebagai realitas, selanjutnya realitas tersebut direpresentasikan menggunakan
elemen-elemen yang dalam konteks televisi berupa kamera, tata cahaya, musik,
atau editing. Pada akhirnya, representasi realitas tersebut dihubungkan dengan
ideologi-ideologi yang beredar di masyarakat, seperti individualisme, liberalisme,
dan kapitalisme.
Salah satu konten media yang memiliki kekuatan untuk mengonstruksi
realitas sekaligus pengguna bahasa dengan efektivitas tinggi adalah iklan, yang
mana iklan dibuat untuk memotivasi calon pembeli potensial, mempromosikan
suatu barang atau jasa, mempengaruhi pendapat khalayak, dan memenangkan
dukungan khalayak untuk bertindak dan berpikir sesuai dengan keinginan pemilik
modal, membentuk pengetahuan khalayak mengenai suatu produk dengan
menciptakan wacana dominan beserta makna lain yang berusaha disembunyikan
dalam waktu 30 detik hingga satu menit dan berulang (Syafrina, 2014; Mirasari,
2012; Purnomo, 2013; Bungin, 2001).
Penciptaan wacana dominan melalui representasi dapat disebut sebagai
praktik marjinalisasi terhadap seseorang, kelompok, gagasan, maupun pendapat
yang digambarkan secara tidak baik (Eriyanto, 2001). Praktik marjinalisasi ini
dapat dilakukan oleh media melalui beberapa praktik pemakaian bahasa, salah
satunya yang paling sering digunakan adalah penghalusan makna atau eufisme
(Eriyanto, 2001). Penggunaan eufisme ini wajar digunakan untuk menjaga
kesopanan dan norma-norma seperti penggambaran alat vital, tetapi penggunaan
eufisme yang perlu dikritisi adalah pada saat digunakan untuk menandai suatu
peristiwa atau realitas (Eriyanto, 2001).
Selain menciptakan wacana dominan, iklan juga mampu menciptakan
kebutuhan semu yang bekerja sebagai suatu bentuk kontrol sosial (Parmadie,
2015). Menurut Karl Max, suatu produk tidak akan disebut produk apabila belum
dikonsumsi dan konsumsi ada untuk menciptakan kebutuhan akan produksi baru.
Kemudian khalayak akan diberi stimulasi bahwa produk yang sedang diiklankan
butuh dibeli dan digunakan sebagai bagian dari gaya hidup (Mirasari, 2012;
Bungin, 2008).
2.4 Analisis Wacana Kritis
Wacana merupakan praktik sosial yang menggunakan bahasa baik secara
lisan maupun tulisan untuk merepresentasikan suatu kegiatan, pandangan,
identitas, budaya, maupun ideologi tertentu (Kriyantono, 2006; Cook, Gee,
dikutip dari Badara, 2012). Wacana dalam media merupakan proses komunikasi
menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan interpretasi, praktik sosial,
dan peristiwa dalam sistem kemasyarakatan luas, ditinjau dari sudut pandang
tertentu (Fairclough, dikutip dari Darma, 2009; Darma, 2009).
Terdapat tiga hal utama dalam pengertian wacana, yaitu teks, konteks, dan
wacana. Teks meliputi semua bentuk bahasa dan semua jenis ekspresi
komunikasi, seperti musik, ucapan, gambar, efek suara, dan citra. Sedangkan
konteks merupakan hal-hal yang berada di luar teks dan mampu mempengaruhi
pemahaman bahasa, seperti partisipan, situasi di mana teks itu diproduksi, dan
fungsi teks itu diproduksi. Sehingga wacana dimaknai sebagai teks dan konteks
secara bersamaan (Cook, dikutip dari Eriyanto, 2001). Jadi, penggunaan bahasa
dipandang sebagai faktor penting dalam merepresentasikan apa yang diinginkan,
sehingga analisis wacana digunakan untuk mengkaji penggunaan bahasa dalam
konteks sosial yang berkaitan dengan penerimaan realitas di masyarakat
(Kriyantono, 2006; Darma, 2009).
Analisis wacana memusatkan perhatiannya pada bentuk-bentuk rangkaian
bahasa dan fungsi bahasa dalam berbagai pandangan, diantaranya positivisme-
empiris, konstruktivisme, dan pandangan kritis (Darma, 2009; Hikam, dikutip dari
Eriyanto, 2001). Pada pandangan pertama, pengalaman hidup manusia dipandang
dapat langsung diekspresikan secara langsung sesuai dengan gramatika bahasa
yang benar. Jadi, sebuah wacana harus benar secara sintaksis dan semantik
sekaligus terdapat koherensi antarbagian dalam wacana tersebut (Darma, 2009;
Eriyanto, 2001; Rani, dkk., dikutip dari Badara, 2012).
Pandangan selanjutnya yaitu konstruktivisme, setiap pernyataan yang
diungkapkan melalui bahasa pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna,
pembentukan diri dan pengungkapan jati diri pembuat wacana. Oleh karena itu,
analisis wacana dalam paradigma ini digunakan untuk mengungkap maksud-
maksud tersembunyi dari pernyataan si pembuat wacana (Darma, 2009; Hikam,
dikutip dari Eriyanto, 2001). Kemudian, pandangan terakhir, yaitu pandangan
kritis, yang dipengaruhi oleh gagasan Marxis melihat bahwa masyarakat
merupakan suatu sistem dominasi, yang mana didominasi oleh kelompok elit dan
media secara tidak sengaja menjadi alat kelompok dominan untuk memanipulasi
dan mengukuhkan kehadirannya sekaligus memarjinalkan kelompok yang tidak
dominan (Eriyanto, 2001). Bahasa yang digunakan media dipandang selalu
terlibat dalam kekuasaan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana
tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya, sehingga analisis wacana
pandangan kritis atau dapat disebut sebagai analisis wacana kritis digunakan
untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa yang di dalamnya
termasuk dimensi tata bahasa dan dimensi semiotik, batasan-batasan apa yang
diperkenankan menjadi wacana, dan perspektif apa yang harus digunakan (Hikam,
dikutip dari Eriyanto, 2011; Van Dijk, 1995).
Analisis wacana kritis berusaha mengungkap tentang upaya kekuatan
sosial, kontrol, hegemoni, dominasi, dan ketimpangan yang diproduksi,
direproduksi, dan dipertahankan melalui media yang pembahasaannya tidak hanya
dikaji dari aspek kebahasaan, tetapi juga dihubungkan dengan konteks tujuan dan
praktik tertentu yang menyebabkan masyarakat menerima sebagai realitas yang
sudah semestinya (Hall, dikutip dari Eriyanto, 2001; Badara, 2012; Darma, 2009;
Eriyanto, 2001; Strauss, 2014).
Pada analisis wacana kritis, wacana dipandang sebagai sesuatu yang
memiliki tujuan untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, dan
mempertahankan kekuasaan yang diekspresikan secara sadar dan terkontrol yang
mana diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada konteks tertentu, seperti
partisipan wacana, latar, situasi, peristiwa, dan kondisi dari wacana tersebut serta
konteks yang mengikutinya, mengapa wacana dikembangkan sedemikian rupa dan
pemilihan bahasa yang digunakan (Fairclough, Van Dijk, Wodak, dikutip dari
Eriyanto, 2001; Blommaert & Bulcaen, 2000).
Kekuasaan dalam masyarakat modern bekerja secara tidak terlihat melalui
penetapan aturan moral dan agama yang mengontrol individu modern tanpa
disadari, semakin individu merasa bebas, semakin individu tersebut masuk dalam
kekuasaan yang mengontrol dirinya (Eriyanto, 2001). Kekuasaan dalam hal ini
berarti berhubungan dengan kontrol mental yang dilakukan oleh kelompok
dominan, yang mana lebih memiliki akses pengetahuan, uang, dan pendidikan
dengan membangun ideologi yang merupakan seperangkat kategori untuk
mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka dalam bentuk wacana dominan
yang kemudian memunculkan batasan-batasan bagaimana suatu objek harus
dibaca dan dipahami serta menyebabkan wacana lain menjadi terpinggirkan dan
akhirnya diterima oleh masyarakat sebagai sebuah kebenaran (Fairclough, Van
Dijk, Wodak, dikutip dari Eriyanto, 2001; Fiske, dikutip dari Eriyanto, 2001;
Wodak & Meyer, 2001; Van Dijk, 1995).
Analisis wacana kritis tidak memiliki kesatuan kerangka teoritis atau
metodologi tertentu untuk menganalisis bahasa-bahasa tubuh, ucapan, lambang,
dan gambar visual, sehingga tergantung pada pemusatan pemikiran dan
keterampilan-keterampilan yang berguna untuk menganalisis teks yang didasari
latar belakang ilmu pengetahuan (Darma, 2009). Selain itu, analisis wacana kritis
seharusnya diterapkan bersama dengan disiplin-disiplin ilmu dan pendekatan
lainnya dan berfokus pada isu sosial yang berkaitan dengan peran wacana dalam
produksi dan reproduksi penyalahgunaan kekuasaan dan dominasi (Wodak &
Meyer, 2001; Van Dijk, 1993, 1995).
Metode analisis wacana kritis digunakan oleh peneliti bernama Lale Dara
Nisrina (2016) yang berasal dari Universitas Brawijaya Malang untuk
menganalisis wacana kesehatan reproduksi perempuan di radio. Lale
menggunakan metode analisis wacana Sara Mills untuk mencari tahu bagaimana
konsep penggunaan bahasa perempuan, bagaimana konsep kesehatan perempuan
diatur oleh pekerja media dan sejauh mana posisi perempuan dalam wacana
kesehatan reproduksi. Penelitian dilakukan di Radio Kosmonita 95,4 FM Malang
pada empat edisi program Only For Mom bertema kesehatan reproduksi
perempuan yang disiarkan setiap hari Rabu pukul 16.00 – 17.00 WIB periode
Desember 2015 – Januari 2016. Hasil yang diperoleh dari penelitian Lale
menunjukkan bahwa adanya kekuasaan ideologi patriarki melalui cara
penyampaian informasi dari transkrip yang menempatkan perempuan cenderung
disalahkan dan dirugikan sedangkan bahasa yang digunakan sebagai alat untuk
menindas perempuan dalam bentuk kalimat tertentu (Nisrina, 2016). Peneliti
sama-sama menggunakan pendekatan kritis melalui metode analisis wacana
terhadap wacana kesehatan, tetapi peneliti tidak menggunakan pemikiran Sara
Mills yang berfokus pada bagaimana posisi aktor dalam teks, melainkan
menggunakan pemikiran Teun A. Van Dijk untuk mengetahui bagaimana kognisi
pengguna bahasa menempatkan wacana tubuh yang sehat dalam media yang lebih
komersial, yaitu iklan televisi.
Selanjutnya, peneliti dari Denmark bernama Kirsten Jaeger (2013)
melakukan penelitian mengenai asumsi terkait kebudayaan dalam wacana
kesehatan suku minoritas di Denmark. Jaeger menggunakan analisis wacana
Foucoault (Foucauldian Discoursse Analysis) yang lebih berfokus pada level
makro dengan cara memahami hubungan pernyataan dalam konteks yang berbeda
baik itu terkait kebijakan maupun opini dari praktisi kesehatan, kemudian
menyelidiki perkembangan wacana kesehatan suku minoritas pada periode
tertentu, dan memperhatikan bagaimana rencana pengembangan kritik terhadap
wacana yang bersangkutan untuk meneliti bagaimana konsep budaya disebarkan
dalam teks. Jaeger melakukan analisis pada lima jurnal Danish Nurses
Organization, ‘Sygeplejersken’ periode 2000 – 2009 yang dipilih berdasarkan
criteria bahwa jurnal tersebut harus memuat tentang budaya (suku minoritas) dan
kesehatan (kepercayaan dan perilaku), diantaranya Danish Lifstyle causes
Diabetes among Immigrants (Kristensen, 2001), Are Infant Able to See and Hear?
(Hansen & Hedegaard, 2002), Knowledge & Change (Henrikson, dkk., 2005),
Include The Health Beliefs of Ethnic Minorities (Rutkaer, 2007), dan Health
Professionals in A Multicultural World (Beinholdt, 2007). Berdasarkan latar
belakang bahwa suku minoritas menunjukkan angka yang tinggi terkait dengan
perilaku yang dianggap berisiko terhadap kesehatan telah menjadi masalah
kesehatan publik maka penelitian ini menghasilkan bahwa budaya
direpresentasikan sebagai kumpulan kepercayaan dan perilaku yang bertentangan
dengan kondisi kehidupan masyarakat Denmark pada umumnya yang tercermin
dalam perilaku kesehatan suku minoritas dan tujuan pada saat itu adalah berusaha
membuat masing-masing pasien yang berasal dari suku minoritas dapat
dikendalikan untuk menerapkan kebijakan gaya hidup seperti masyarakat
Denmark pada umumnya (Jaeger, 2013). Apabila dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Jaeger maka peneliti tidak mengesampingkan level mikro
(gramatik) dalam menganalisis wacana kesehatan pada iklan televisi dengan
menggunakan pemikiran Teun A. Van Dijk.
2.4.1 Analisis Wacana Kritis: Teun A. Van Dijk
Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan pemikiran mereka
mengenai analisis wacana kritis, yang mana dalam penelitian ini mengacu
pada pendekatan Teun A. Van Dijk yang sering disebut sebagai pendekatan
kognisi sosial (Eriyanto, 2001). Van Dijk mengatakan walaupun
pendekatannya disebut sebagai pendekatan kognisi sosial, bukan berarti
penelitian hanya terbatas pada analisis sosial dan kognitif saja, karena label
kognisi sosial hanya menggambarkan ketertarikan pribadi Van Dijk terhadap
kognisi sosial dalam analisis wacana (Wodak & Meyer, 2001).
Analisis wacana kritis pada dasarnya melibatkan banyak hal
kompleks, oleh karena itu sebenarnya tidak ada analisis wacana kritis yang
utuh atau lengkap. Jadi peneliti dapat melihat dan memilih salah satu
struktur wacana (paraverbal, visual, fonologi, sintaktik, semantik, retorika,
pragmatik) yang paling sesuai dengan bahasan penelitian (Wodak & Meyer,
2001).
Van Dijk tidak melakukan analisis hanya terhadap teks melainkan
juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan
yang ada di dalam masyarakat serta bagaimana kognisi atau pikiran dan
kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tersebut. Van
Dijk menggambarkan wacana memiliki tiga dimensi, yaitu dimensi teks,
kognisi sosial, dan konteks sosial (Eriyanto, 2001).
Bagan 2.1 Model Analisis Van Dijk
Sumber: Eriyanto, 2001
2.4.1.1 Teks (Discourse)
Dimensi teks meneliti struktur dan teks yang memanfaatkan
analisis linguistik mengenai kosakata, kalimat, proposisi, dan
paragraf, untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Van Dijk
melihat suatu teks terdiri dari tiga tingkatan yang saling
mendukung satu sama lain, yaitu struktur makro, superstruktur, dan
struktur mikro (Eriyanto, 2001).
KONTEKS SOSIAL
KOGNISI SOSIAL
TEKS
Bagan 2.2 Struktur Teks
Sumber: Eriyanto, 2001
Pemakaian kata tertentu, kalimat, gaya tidak dipandang
hanya sebagai cara berkomunikasi, tetapi sebagai politik
berkomunikasi untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan
dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkan penentang.
Analisis terhadap struktur wacana merupakan cara efektif untuk
melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika
seseorang menyampaikan pesan (Eriyanto, 2001). Berikut adalah
penjelasan elemen-elemen yang dapat diamati dalam struktur
wacana:
a. Tematik
Elemen tematik merujuk pada gambaran umum atau
gagasan utama dari suatu teks. Topik menggambarkan
apa yang ingin diungkapkan oleh pengguna bahasa
dalam wacananya serta menunjukkan konsep dominan,
sentral, dan yang paling penting dari isi suatu wacana
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik
atau tema yang diangkat oleh suatu teks
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,
penutup, dan kesimpulan
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan
kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks
(Eriyanto, 2001). Teks tidak hanya didefinisikan
mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik
tertentu, melainkan suatu pandangan umum yang
koheren. Van Dijk menyebutnya sebagai koherensi
global yang mana bagian-bagian dalam teks merujuk
pada suatu titik gagasan umum serta subtopik-subtopik
lain yang saling mendukung satu sama lain tuntuk
menggambarkan topik umum tersebut (Wodak &
Meyer, 2001). Gagasan Van Dijk ini didasarkan pada
pandangan bahwa pengguna bahasa memandang suatu
masalah didasarkan pada suatu mental atau kognisi
tertentu. Topik dipahami sebagai mental atau kognisi
pengguna bahasa dan subtopik dipandang sebagai
bagian dari strategi untuk mendukung topik yang ingin
ditekankan dalam wacana (Eriyanto, 2001).
b. Skematik
Teks atau wacana umumnya memiliki skema atau alur
dari pendahuluan sampai akhir yang menunjukkan
bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan
diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Menurut
Van Dijk, skematik adalah strategi pengguna bahasa
untuk mendukung topik tertentu yang ingin
disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan
urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana
yang didahulukan dan bagian mana yang kemudian
disembunyikan dengan menempatkan di bagian akhir
agar terkesan kurang menonjol (Eriyanto, 2001).
c. Semantik
Semantik digunakan untuk mempelajari hubungan
antara tanda-tanda linguistik dengan sesuatu yang
ditandainya (Cahyono, 1994, dikutip dari Jazeri, 2012).
Pengamatan elemen semantik dapat dilakukan dengan
melihat beberapa hal seperti latar, detail, maksud, dan
pra-anggapan. Latar merupakan bagian dari teks yang
dapat mempengaruhi makna (semantik) yang ingin
ditampilkan. Latar umumnya ditampilkan di awal
sebelum pendapat pengguna bahasa yang sebenarnya
muncul dengan maksud mempengaruhi khalayak dan
memberi kesan bahwa pendapat pengguna bahasa
sangat beralasan (Eriyanto, 2001).
Kemudian elemen detail diartikan sebagai strategi
pengguna bahasa untuk mengekspresikan sikapnya
dengan cara yang implisit, bagian mana yang diuraikan
secara panjang lebar dan bagian mana yang diuraikan
dengan detail yang sedikit. Detail yang lengkap dan
panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan
secara sengaja untuk menciptakan makna tertentu bagi
khalayak (Eriyanto, 2011).
Berikutnya, elemen maksud. Elemen maksud
menggunakan praktik bahasa tertentu untuk
menguraikan informasi yang menguntungkan secara
eksplisit dan jelas, sebaliknya informasi yang
merugikan akan diuraikan secara tersamar dan
tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah khalayak hanya
disajikan informasi yang menguntungkan pengguna
bahasa (Eriyanto, 2011).
Selanjutnya, elemen wacana pra-anggapan merupakan
pernyataan untuk mendukung makna suatu teks melalui
pemberian premis agar dipercaya kebenarannya. Pra-
anggapan ini merupakan fakta yang belum terbukti
kebenarannya, tetapi dijadikan dasar untuk mendukung
maksud pengguna bahasa (Eriyanto, 2001).
d. Sintaksis
Sintaksis digunakan untuk mempelajari pengaturan dan
hubungan kata-kata dalam membentuk frase, klausa,
dan kalimat (Faraba, Setyaningrum, & Sumarlam,
2017). Hubungan tersebut dapat dilihat melalui
koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti. Koherensi
merupakan elemen wacana yang menggambarkan
bagaimana peristiwa dihubungkan atau dipandang
saling terpisah oleh pengguna bahasa. Koherensi ini
secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata
hubung (konjungsi) yang dipakai untuk
menghubungkan fakta. Apakah dua fakta dipandang
sebagai memiliki hubungan kausal (sebab-akibat),
hubungan keadaan, waktu, kondisisional, maupun
hubungan pembeda (Eriyanto, 2011).
Lalu, bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang
berhubungan dengan logika kausalitas, yaitu susunan
subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang
diterangkan). Bentuk kalimat bukan hanya persoalan
teknis kebenaran tata bahasa, tetapi juga menentukan
makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Misalnya,
dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi
subjek dalam pernyataannya, sedangkan dalam kalimat
pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.
Selanjutnya, kata ganti merupakan elemen yang dipakai
untuk memanipulasi bahasa dan menunjukkan posisi
seseorang dalam wacana (Eriyanto, 2001).
e. Stilistik
Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana
pengguna bahasa melakukan pemilihan kata dari
berbagai kemungkinan kata yang tersedia untuk
menggambarkan suatu fakta atau peristiwa dalam
wacana (Eriyanto, 2001).
f. Retoris merupakan gaya seseorang berbicara atau
menulis melalui penggunaan kata yang berlebihan atau
bertele-tele. Retoris mempunyai fungsi persuasif dan
berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu
disampaikan kepada khalayak. Pemakaiannya meliputi
penggunaan gaya repetisi, aliterasi, ekspresi, grafis,
gambar, tabel dan metafora yang ada dalam wacana
yang bersangkutan (Sobur, 2012).
Grafis merupakan elemen untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan oleh pengguna bahasa yang
dapat diamati dari teks melalui pemakaian huruf tebal,
huruf miring, garis bawah, grafik, gambar, atau tabel
agar khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian
tersebut. Melalui foto, tabel, penempatan teks, tipe
huruf, dan elemen grafis lain, dapat memanipulasi
secara tidak langsung pendapat ideologis yang muncul.
Serta pemakaian angka-angka, jumlah, dan ukuran-
ukuran statistik bukan semata bagian dari jurnalistik
melainkan juga menyugestikan presisi dari apa yang
hendak dikatakan dalam teks (Eriyanto, 2001).
Metafora dipakai oleh pengguna bahasa secara strategis
sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas
gagasan tertentu terhadap khalayak. Pengguna bahasa
menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan
sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-
kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari
ayat-ayat suci untuk memperkuat pesan utama atau
sebagai analogi yang tidak dapat diartikan secara
langsung (Eriyanto, 2001; Kriyantono, 2006; Wahab,
dikutip dari Miseno, 2014).
2.4.1.2 Kognisi Sosial (Cognition)
Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada
struktur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi, karena
struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan
sejumlah makna, pendapat, dan ideologi (Eriyanto, 2001). Van
Dijk menawarkan suatu analisis yang disebut sebagai kognisi sosial
yang mana dalam membongkar makna tersembunyi dari teks
dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial (Eriyanto,
2001). Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks
tidak memiliki makna, melainkan makna itu dihasilkan melalui
proses kesadaran mental, prasangka, dan pengetahuan dari
pengguna bahasa (Wodak & Meyer, 2001). Oleh karena itu,
analisis wacana harus menyertakan bagaimana reproduksi
kepercayaan yang menjadi landasan bagaimana pengguna bahasa
menciptakan suatu wacana tertentu (Eriyanto, 2001). Ada beberapa
skema atau model yang dapat digambarkan oleh Augoustinos &
Walker (dikutip dari Eriyanto, 2001), meliputi skema person,
skema diri, skema peran, dan skema peristiwa.
Bagan 2.3 Skema
Sumber: Augoustinos & Walker dalam Eriyanto, 2001
Van Dijk mengonseptualisasikan skema sebagai struktur mental
yang mencakup bagaimana kita memandang manusia, peranan
sosial, dan peristiwa. Skema digunakan untuk menyeleksi dan
memproses informasi yang datang dari lingkungan sekaligus
membantu menjelaskan realitas dunia yang kompleks (Queen,
2016).
2.4.1.3 Analisis Sosial (Society)
Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial.
Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam
masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis
intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal
diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat (Eriyanto, 2001).
Skema Person (Person Schemas)
Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan
dan memandang orang lain.
Skema Diri (Self Schemas)
Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang,
dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.
Skema Peran (Role Schemas)
Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang
dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati orang
dalam masyarakat
Skema Peristiwa (Event Schemas)
Skema ini barangkali yang paling banyak dipakai karena hampir
setiap hari kita selalu melihat dan mendengar peristiwa yang lalu
lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam
skema tertentu.
Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini
terdapat dua poin penting, yaitu kekuasaan dan akses (Eriyanto,
2001).
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai
kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya),
satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari
kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada
kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang,
status, dan pengetahuan (Eriyanto, 2001). Selain berupa kontrol
yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh Van
Dijk, juga berbentuk peruasif, yaitu tindakan seseorang untuk
secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi
kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan
(Eriyanto, 2001).
Analisis wacana Van Dijk memberi perhatian yang besar
pada akses, bagaimana akses di antara masing-masing kelompok
dalam masyarakat (Eriyanto, 2001). Kelompok elit memiliki akses
yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak
berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai
kesempatan lebih besar untuk mempunyai akses pada media, dan
kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak
(Eriyanto, 2001). Akses yang lebih besar bukan hanya memberi
kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar,
tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat
disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak (Eriyanto, 2001).
Khalayak yang tidak mempunyai akses bukan hanya akan menjadi
konsumen dari diskursus yang telah ditentukan, tetapi juga
berperan dalam memperbesar lewat reproduksi, apa yang mereka
terima dari kelompok yang lebih tinggi tersebut disebarkan lewat
pembicaraan dengan keluarga, teman sebaya, dan sebagainya
(Eriyanto, 2001).
2.5 Kerangka Pemikiran
Bagan 2.4 Kerangka Pemikiran
Sumber: Diolah Peneliti
Tayangan Iklan Televisi
Produk Multivitamin
Daya Tahan Tubuh
Wacana Kesehatan di
Indonesia
Analisis Wacana Kritis
Teun A. Van Dijk
Representasi Tubuh
Yang Sehat
Iklan Televisi
Komersial
Ideologi Pemilik Modal
Kognisi Sosial Copywriter
Hegemoni Tubuh yang Sehat
1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mana realitas
dipandang sebagai produk konstruksi sosial yang dinamis. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang berupaya untuk menelaah dan memahami sikap,
pandangan, perasaan, dan perilaku dengan melibatkan berbagai metode yang ada.
Permasalahan yang diangkat oleh peneliti bersifat tentatif yang masih akan
berkembang setelah peneliti berada di lapangan (Kriyantono, 2006; Sugiyono,
2013). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang mana peneliti
diharapkan mampu mengemukakan data secara rinci dan jelas serta mampu
mengidentifikasi masalah, konteks, dan praktik-praktik tertentu yang
bersangkutan (Hasan, 2002; Kriyantono, 2006). Penelitian ini nantinya akan
menghasilkan data yang bersifat subjektif dan menekankan pada makna, serta data
yang dihasilkan nantinya berupa data deskriptif seperti tulisan atau kutipan-
kutipan data dari hasil wawancara, catatan sejarah, catatan lapangan, teks, video,
dokumen pribadi, dan memo (Kriyantono, 2006; Sugiyono, 2013; Moleong,
2012).
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif karena peneliti
bertujuan untuk mengetahui representasi tubuh yang sehat yang dikonstruksi
dalam iklan televisi multivitamin daya tahan tubuh. Peneliti menggunakan
pendekatan kritis karena peneliti ingin melakukan pembongkaran kekuasaan
wacana kesehatan yang dikonstruksi dalam iklan televisi multivitamin daya tahan
tubuh yang kemudian diterima sebagai realitas tubuh yang sehat.
3.2 Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, fokus digunakan untuk membatasi
pembahasan masalah atau untuk mempertajam penelitian agar membantu peneliti
untuk menyeleksi data yang dibutuhkan, dan memperoleh data yang efisien dan
spesifik (Sugiyono, 2013). Peneliti menetapkan fokus penelitian wacana tubuh
yang sehat yang direpresentasikan hanya pada teks, dialog, monolog dan audio
visual dalam tayangan iklan televisi multivitamin daya tahan tubuh yang dapat
dilihat dari beberapa elemen yang telah disusun oleh peneliti setelah melakukan
pengamatan data.
3.3 Unit Analisis Data
Unit analisis data merupakan satuan dari objek yang diteliti, yang dapat
berupa individu, kelompok, benda, maupun suatu latar peristiwa sosial (Hamidi,
2005). Unit analisis data pada penelitian ini dalam tiap tahapannya meliputi teks,
dialog, monolog, audio, dan gambar dalam video tayangan iklan televisi
multivitamin daya tahan tubuh dianalisis dengan melihat latar, detil, maksud,
leksikon, bentuk kalimat, dan metafora dalam struktur mikro, lalu teks disajikan
secara skematik dalam superstruktur, kemudian yang terakhir struktur makro.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data sesuai
dengan permasalahan penelitian (Sugiyono, 2013; Kriyantono, 2006). Peneliti
menggunakan teknik dokumentasi yang mendapatkan data melalui dokumentasi
empat video tayangan iklan multivitamin daya tahan tubuh sejumlah dua produk,
yaitu Enervon-C (versi Ashraf Sinclair dan versi Ashraf Sinclair & Bunga Citra
Lestari) serta Hemaviton C1000 (versi C1000 dan versi C1000+Collagen) dalam
channel Youtube resmi Darya-Varia dan Hemaviton sebagai data primer.
Selanjutnya data sekunder diperoleh peneliti melalui literatur berupa jurnal, buku,
e-book, dan skripsi yang terkait dengan penelitian ini, seperti mengenai
komunikasi kesehatan, multivitamin, paradigma kritis, iklan komersial, analisis
wacana, model analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk, serta artikel di internet
yang menunjang data-data literatur.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan proses menyusun data yang diperoleh
secara sistematis dari hasil pengumpulan data untuk menjawab rumusan masalah
yang telah dirumuskan dalam proposal penelitian, sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Nasution
mengatakan bahwa tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk melakukan
analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasa cocok
dengan penelitiannya (Sugiyono, 2013). Teknik analisis data utama dalam
penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk,
karena dalam model penelitian ini peneliti dapat mendiskripsikan kognisi sosial
copywriter dan pemilik modal terkait video tayangan iklan multivitamin daya
tahan tubuh produk Enervon-C (versi Ashraf Sinclair dan versi Ashraf Sinclair &
Bunga Citra Lestari) serta Hemaviton C1000 (versi C1000 dan versi
C1000+Collagen).
Jadi, setelah melakukan pengamatan pada empat tayangan video iklan
multivitamin daya tahan tubuh, peneliti mengidentifikasi elemen-elemen analisis
yang ada dalam konten video berkaitan dengan fokus penelitian untuk membantu
peneiti dalam pengelompokan data, yaitu ‘elemen peran multivitamin daya tahan
tubuh’ terhadap kondisi individu secara fisik dan sosial, elemen ‘stereotype sakit’
kondisi individu secara fisik dan sosial, dan elemen ‘wacana tubuh yang sehat’
yang berusaha ditanamkan oleh para pemilik modal melalui iklan komersial
televisi. Elemen-elemen analisis tersebut diaplikasikan pada setiap tayangan video
iklan multivitamin daya tahan tubuh yang dianalisis menggunakan tiga elemen
wacana Teun A. Van Dijk meliputi analisis teks, analisis kognisi sosial, dan
analisis konteks sosial.
STRUKTUR
WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik
Tema atau topik yang
dikedepankan dalam suatu
teks
Topik
Superstruktur Skematik
Bagaimana bagian dan urutan
peristiwa diskemakan dalam
teks
Skema
Struktur
Mikro
Semantik
Makna yang ingin ditekankan
dalam teks
Latar, Detail, Maksud, Pra-
anggapan
Sintaksis
Bagaimana kalimat (bentuk
dan susunan) yang dipilih
Bentuk kalimat, Koherensi,
Kata Ganti
Stilistik
Bagaimana pilihan kata yang
dipakai dalam teks
Leksikon
Retoris
Bagaimana dan dengan cara
penekanan dilakukan
Grafis, Metafora
Tabel 3.1 Struktur Elemen Wacana dalam Analisis Teks
Sumber: Eriyanto, 2001
Peneliti melakukan uji keabsahan data dengan uji kredibilitas (validitas internal)
hanya dengan melakukan peningkatan ketekunan. Seperti yang diungkapkan oleh
Sugiyono (2013) peneliti membaca berbagai referensi jurnal, buku, dan artikel
terkait dengan hasil yang ditemukan sehingga memperluas dan mempertajam
wawasan peneliti untuk memeriksa bahwa data yang diperoleh dapat dipercaya.
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Produk Enervon-C dan Hemaviton C1000 dalam
Iklan Televisi
Peneliti menggunakan empat tayangan iklan televisi dari dua produk
multivitamin yang dipilih berdasarkan tingkat konsumsi tertinggi dalam
penghargaan Top Brand Award periode tahun 2015-2017, yaitu Enervon-C dan
Hemaviton. Top Brand Award merupakan penghargaan yang diselenggarakan
oleh Majalah Marketing dan Frontier Consulting Group yang diberikan kepada
brands terbaik pilihan konsumen Indonesia (Top Brand Index) berdasarkan hasil
riset (top of mind share, top of market share, top of commitment share) dari
Frontier Consulting Group di 11 kota besar Indonesia, meliputi Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Pekanbaru, Balikpapan, Denpasar,
Palembang, dan Samarinda (Top Brand Award, n.d).
Gambar 4.1 Top Brand Award Kategori Multivitamin Periode 2015-2017
Sumber: www.topbrand-award.com
Kemudian peneliti berfokus pada varian multivitamin daya tahan tubuh
dari kedua brand tersebut, meliputi Enervon-C dan Hemaviton C1000. Berikut
adalah gambaran umum empat tayangan iklan periode 2015-2017 produk
multivitamin daya tahan tubuh Enervon-C versi Ashraf Sinclair dan versi Ashraf
Sinclair & Bunga Citra Lestari serta Hemaviton C1000 versi C1000 dan
C1000+Collagen.
4.1.1 Iklan Produk Enervon-C
Enervon-C merupakan produk multivitamin produksi PT.
Mediafarma Laboratories, Cimanggis, Depok, Indonesia dan dipasarkan
oleh PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk. yang digunakan sebagai
multivitamin untuk membantu menjaga daya tahan tubuh. Kandungan
yang terdapat dalam Enervon-C terdiri dari kombinasi vitamin C dan B
kompleks yang diperlukan tubuh agar daya tahan tubuh tetap terjaga
dengan anjuran konsumsi satu butir tablet setiap hari (Farmasi-id, 2015).
Peneliti mengidentifikasi dua versi tayangan iklan iklan produk
multivitamin Enervon-C berdasarkan pemeran utamanya periode 2015-
2017, yaitu versi Ashraf Sinclair dan versi Ashraf Sinclair & Bunga Citra
Lestari. Iklan versi Ashraf Sinclair diperankan oleh salah seorang artis asal
Malaysia bernama Ashraf Sinclair dengan durasi 30 detik. Tayangan iklan
diawali dengan cuplikan aktivitas yang dilakukan Ashraf Sinclair sehari-
hari dilanjutkan dengan penjelasan produk multivitamin daya tahan tubuh
Enervon-C kemudian diakhiri dengan adegan-adegan saat Ashraf
melakukan berbagai aktivitas tersebut.
Gambar 4.2 Iklan Produk Multivitamin Daya Tahan Tubuh Enervon-C Versi
Ashraf Sinclair
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Iklan versi kedua diperankan oleh Ashraf Sinclair dan istrinya yang
merupakan salah satu artis Indonesia bernama Bunga Citra Lestari dengan
durasi 30 detik. Diawali dengan adegan Ashraf yang memberikan kejutan
berupa tiket konser pada Bunga Citra Lestari dan temannya, kemudian
teman tersebut tidak dapat ikut nonton konser karena dalam kondisi tidak
enak badan, dilanjutkan dengan penjelasan produk multivitamin daya
tahan tubuh Enervon-C dan diakhiri dengan adegan Ashraf dan Bunga
Citra Lestari bersenang-senang dalam konser.
Gambar 4.3 Iklan Produk Multivitamin Daya Tahan Tubuh Enervon-C Versi
Ashraf Sinclair & Bunga Citra Lestari
Sumber: Dokumentasi Peneliti
4.1.2 Iklan Produk Hemaviton C1000
Produk Hemaviton C1000 merupakan produksi PT. Tempo Scan
Pacific Tbk. yang dikemas sebagai multivitamin daya tahan tubuh dengan
menonjolkan kandungan vitamin C 1000 mg yang kemudian dikembangkan
dengan inovasi kandungan kolagen yang selain berfungsi meningkatkan
daya tahan tubuh juga menjaga elastisitas kulit agar kenyal dan kencang
(Kurniawan, 2016). Peneliti mengidentifikasi dua versi tayangan iklan
televisi Hemaviton C1000 berdasarkan varian produknya, yaitu versi
C1000 dan versi C1000+Collagen.
Gambar 4.4 Iklan Produk Multivitamin Hemaviton C1000
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Tayangan iklan versi Hemaviton C1000 berdurasi 30 detik
menunjukkan adegan seorang perempuan yang mengonsumsi Hemaviton
dengan kandungan vitamin C 1000 mg untuk menghadapi berbagai macam
musim, seperti musim lari meski terik matahari, musim sale walau lawan
1000 pesaing, musim bola meski besok harus kerja, hingga musim
pancaroba. Selanjutnya iklan versi Hemaviton C1000+Collagen dengan
durasi 30 detik memperlihatkan aktivitas seorang artis perempuan asal
Indonesia yang bernama Raline Shah yang mengonsumsi Hemaviton
dengan varian C1000+Collagen untuk menunjang daya tahan tubuh dan
kecantikan kulit.
Gambar 4.5 Iklan Produk Multivitamin Daya Tahan Tubuh Hemaviton C1000
versi C1000+Collagen
Sumber: Dokumentasi Peneliti
4.2 Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Pada Iklan Multivitamin Daya
Tahan Tubuh
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada konten empat
tayangan iklan multivitamin daya tahan tubuh, peneliti mengidentifikasi tiga
elemen analisis yang dapat membantu peneliti mengetahui representasi tubuh
yang sehat dalam iklan multivitamin. Elemen-elemen tersebut meliputi elemen
peran multivitamin daya tahan tubuh, elemen stereotype sakit, dan elemen wacana
tubuh yang sehat. Pada setiap elemen analisis dilakukan tiga tahap analisis wacana
kritis Teun A. Van Dijk, yaitu analisis teks, analisis kognisi sosial, dan analisis
konteks sosial.
4.2.1 Analisis Elemen Peran Multivitamin Daya Tahan Tubuh
Elemen analisis yang pertama, yaitu elemen peran multivitamin
daya tahan tubuh digunakan untuk membantu peneliti mengidentifikasi
gambaran kondisi tubuh yang ingin dicapai melalui konten peran
multivitamin daya tahan tubuh dalam tayangan iklan multivitamin
Enervon-C (versi Ashraf Sinclair dan versi Asraf Sinclair&Bunga Citra
Lestari) dan Hemaviton C1000 (versi C1000 dan versi C1000+Collagen).
4.2.1.1 Analisis Teks Peran Multivitamin Daya Tahan Tubuh
a. Analisis Iklan Multivitamin Enervon-C versi Ashraf Sinclair
Topik merupakakan gambaran umum atau gagasan utama dari teks
konten iklan multivitamin Enervon-C yang didukung oleh elemen-elemen
wacana lain seperti skema, semantik, sintaksis, dan retoris. Topik peran
multivitamin daya tahan tubuh pada iklan multivitamin Enervon-C versi
Ashraf Sinclair adalah multivitamin Enervon-C sebagai multiproteksi saat
multiberaktivitas. Skema atau alur iklan tersebut merupakan bagian dari
strategi pembuat iklan untuk mendukung topik. Di awali dengan
menampilkan ‘kondisi individu diperankan oleh Ashraf Sinclair yang
melakukan banyak aktivitas sehingga tubuhnya memerlukan perlindungan
lebih’ untuk menarik perhatian dan memunculkan kebutuhan bagi
khalayak yang memilik kondisi serupa. Dilanjutkan dengan menampilkan
‘keputusan Ashraf Sinclair untuk mengonsumsi multivitamin Enervon-C
setiap hari yang mengandung vitamin C 500 mg dan vitamin B kompleks
untuk membantu menjaga daya tahan tubuh saat multiberaktivitas’ untuk
memberikan solusi kebutuhan perlindungan kesehatan tubuh lebih bagi
khalayak dengan kondisi serupa. Diakhiri dengan menampilkan
‘keuntungan yang diperoleh Ashraf Sinclair setelah mengonsumsi
multivitamin Enervon-C setiap hari berupa dapat melakukan beragam
aktivitas dengan lancar’ dan menampilkan ‘kemasan produk dalam
berbagai bentuk beserta tagline Enervon-C, Multivitaminku Setiap Hari’
untuk semakin meyakinkan khalayak agar mengonsumsi multivitamin
Enervon-C.
Latar merupakan bagian dari teks konten iklan multivitamin
Enervon-C yang ditujukan sebagai alasan pembenar dari topik yang
disampaikan. Apabila dilihat dari alur tayangan iklan tersebut, latar yang
ditampilkan berupa tubuh individu diperankan oleh Ashraf Sinclair yang
dalam kesehariannya memiliki tingkat tuntutan aktvitas tinggi memerlukan
perlindungan yang dapat membantu menjaga kondisi tubuhnya saat
melakukan semua aktivitas tersebut. Topik tidak hanya didukung oleh
latar, melainkan juga oleh penyampaian infromasi tertentu secara detail
yang dapat sekaligus menyamarkan informasi lainnya. Penguraian secara
detail terkait informasi tertentu pada iklan memuat informasi-informasi
yang menguntungkan pemilik modal atau produsen. Pada tayangan iklan
tersebut informasi mengenai manfaat multivitamin Enervon-C
ditampilkan secara detail melalui tampilan ‘kandungan vitamin di
dalamnya berupa vitamin C 500 mg, vitamin B1, B2, B6, dan B12 yang
dapat membantu menjaga daya tahan tubuh saat multiberaktivitas’ dan
tampilan ‘beragam aktivitas yang dijalani Ashraf Sinclair dengan lancar
berupa aktivitas shooting saat hujan, aktivitas olahraga, dan aktivitas
peresmian bisnis’. Sedangkan informasi mengenai anjuran konsumsi
multivitamin Enervon-C ditampilkan secara singkat berupa teks “*bila
perlu” berukuran kecil. Daya tahan tubuh merupakan sistem pertahanan
yang melindungi tubuh dari semua jenis organisme yang cenderung
merusak jaringan dan organ tubuh. Kinerja daya tahan tubuh dapat
menurun disebabkan karena peningkatan hormon kortisol dan adrenalin
akibat stress dan asupan nutrisi yang tidak seimbang sehingga dapat
membuat tubuh individu akan rentan terserang penyakit (Sugianto, 2012).
Maka asupan vitamin C dan vitamin B kompleks diperlukan sebagai upaya
untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Kusuma, 201; Web Kesehatan,
n.d.). Sehingga pada iklan multivitamin Enervon-C khalayak diarahkan
untuk mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap hari karena
mengandung vitamin C 500mg dan B kompleks yang membantu menjaga
daya tahan tubuh agar tidak mengalami penurunan saat multiberaktivitas.
Selanjutnya akan timbul pra-anggapan bahwa apabila individu
mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap hari maka saat
multiberaktivitas daya tahan tubuhnya akan selalu mendapatkan
perlindungan, karena dalam tablet multivitamin Enervon-C yang dapat
dikonsumsi secara praktis kapan saja dan di mana saja sudah mengandung
vitamin C 500 mg dan vitamin B kompleks yang bermanfaat bagi
peningkatan daya tahan tubuh.
Bentuk kalimat berstruktur aktif “Multitasking jadikan tubuh
perlu multiproteksi, karena itu aku minum multivitamin Enervon-C setiap
hari” menempatkan individu sebagai subjek yang bertanggungjawab atas
konsekuensi padatnya aktivitas yang dijalani terhadap kondisi tubuhnya
sehingga mengonsumsi multivitamin Enervon-C yang ditempatkan sebagai
objek yang dimanfaatkan oleh individu untuk membantu menjaga daya
tahan tubuhnya saat multiberaktivitas. Selain itu, posisi proposisi dalam
kalimat tersebut menempatkan peristiwa multitasking sebagai peristiwa
yang menyebabkan individu dalam kondisi berisiko sehingga individu
perlu mengambil tindakan proteksi setiap hari dengan mengonsumsi
multivitamin Enervon-C. Sedangkan pada kalimat aktif selanjutnya
“Dengan vitamin C 500 mg dan B kompleks, bantu menjaga daya tahan
tubuh saat multiberaktivitas” menerangkan bahwa vitamin C dan vitamin
B kompleks yang terkandung dalam multivitamin Enervon-C ditempatkan
pada posisi sebaliknya, yaitu sebagai subjek yang membantu individu
melindungi objek, yaitu daya tahan tubuhnya. Sehingga, khalayak
diarahkan untuk meyakini bahwa keputusan mengonsumsi multivitamin
Enervon-C yang mengandung vitamin C 500 mg dan vitamin B kompleks
merupakan keputusan yang tepat karena dapat membantu individu untuk
memberikan perlindungan terhadap daya tahan tubuhnya sendiri saat
multiberaktivitas. Koherensi pada kalimat “Multitasking jadikan tubuh
perlu multiproteksi, karena itu aku minum multivitamin Enervon-C setiap
hari” terdapat penggunaan kata hubung “karena”. Kata hubung “karena”
digunakan untuk menghubungkan peristiwa sebagai peristiwa sebab-akibat
(Eriyanto, 2001), jadi, peristiwa ‘multitasking memerlukan multiproteksi’
yang menyebabkan peristiwa ‘minum multivitamin Enervon-C setiap hari’.
Sehingga memberi kesan bahwa perilaku individu sendirilah yang
menyebabkan daya tahan tubuhnya memerlukan bantuan perlindungan dan
bantuan tersebut dapat diberikan oleh multivitamin Enervon-C yang
dikonsumsi setiap hari. Kata ganti pada kalimat “Multitasking jadikan
tubuh perlu multiproteksi, karena itu aku minum multivitamin Enervon-C
setiap hari” yaitu penggunaan kata ganti orang pertama tunggal “aku” dan
kata ganti kepemilikan “-ku” pada kalimat “Enervon-C, multivitaminku
setiap hari”. Eriyanto (2001) mengatakan bahwa penggunaan kata ganti
orang pertama tunggal merupakan upaya penggambaran bahwa sikap dan
tindakan yang diambil oleh komunikator (dalam konteks iklan ini adalah
Ashraf Sinclair) merupakan semata-mata kehendaknya sendiri dan
penggunaan kata ganti kepemilikan –ku merupakan bentuk konstruksi
posesif (Utama, 2012). Sehingga khalayak diarahkan untuk mengambil
tindakan yang sama dengan Ashraf Sinclair dengan menjadikan
multivitamin Enervon-C sebagai pilihan multivitamin milik masing-
masing individu untuk membantu melindungi daya tahan tubuhnya.
Leksikon atau pemilihan kosa kata “multi” pada kalimat
“Multitasking jadikan tubuh perlu multiproteksi, karena itu aku minum
multivitamin Enervon-C setiap hari” merujuk pada upaya pembuat iklan
untuk menghubungkan kondisi yang dialami individu dengan produk yang
diiklankan, berupa penggunaan kata “multi” yang berarti lebih dari satu
atau banyak terkait dengan banyaknya aktivitas (multiaktivitas) yang
dijalani dan banyaknya perlindungan (multiproteksi) yang diperlukan
sehingga memerlukan bantuan asupan banyak vitamin untuk membantu
melindungi daya tahan tubuh individu saat multiberaktivitas yaitu
multivitamin daya tahan tubuh Enervon-C yang mengandung vitamin C
500 mg dan vitamin B kompleks (B1, B2, B6, B12). Selanjutnya yang
terakhr, pada grafis atau gambar 4.5 menggunakan efek cahaya yang
terlihat seperti cahaya matahari yang dapat menggiring perhatian khalayak
pada tokoh Ashraf Sinclair yang sedang meminum multivitamin Enervon-
C. Penggunaan efek cahaya tersebut juga dapat menggambarkan tindakan
proteksi dengan mengonsumsi multivitamin merupakan tindakan yang
modern dan rasional, karena Barret (1997) menyebut modernitas sebagai
masa pencerahan yang identik dengan cahaya dan multivitamin merupakan
produk hasil ilmu pengetahuan dan logika yang diagung-agungkan di era
modernisme. Selain itu, tanda asteris yang memuat informasi tambahan
terkait seberapa perlu tubuh membutuhkan perlindungan multivitamin
daya tahan tubuh di tempatkan di bagian sudut bawah dengan ukuran font
kecil dan warna putih yang tidak kontras dengan warna background agar
khalayak tidak menyadari anjuran konsumsi multivitamin yang sebenarnya
demi keuntungan pemilik modal atau produsen. Berikutnya, pada gambar
4.6 terdapat visualisasi angka dosis vitamin C 500 mg yang terkandung di
dalam multivitamin Enervon-C. Eriyanto (2001) mengatakan bahwa
penggunaan angka dapat dikatakan sebagai upaya pengguna bahasa (dalam
konteks penelitian ini yaitu pembuat iklan) untuk mendukung keakuratan
topik yang disampaikan. Sehingga dapat menimbulkan kepercayaan semu,
yakni semakin beragam kandungan vitamin dan semakin tinggi dosisnya
maka semakin besar manfaatnya bagi tubuh individu (Kusuma, 2016).
Penggunaan warna pada gambar 4.6 dan 4.7 terlihat dominan oranye yang
mudah menarik perhatian khalayak sekaligus melambangkan kesuksesan,
percaya diri, kekuatan, dan daya tahan (Basuki, n.d; Fadli, 2016). Sehingga
penggunaan kedua warna tersebut secara dominan baik dalam visualisasi
kreatif tayangan iklan dan dalam kemasan maupun tablet produk
multivitamin Enervon-C dapat dikatakan merupakan penguat brand image
yang ditampilkan pada khalayak (Monica & Luzar, 2011) berupa individu
yang mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap hari merupakan
individu yang penuh percaya diri, memiliki daya tahan kuat, sehingga
berpotensi meraih kesuksesan.
Gambar 4.5 Adegan Ashraf Sinclair Minum Multivitamin Enervon-C
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.6 Visualisasi Kandungan Multivitamin Enervon-C
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.7 Visualisasi Kreatif Tablet Multivitamin Enervon-C
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Multivitamin Enervon-C sebagai
multiproteksi saat multiberaktivitas
Superstruktur Skematik
Skema : Padatnya aktivitas dan tuntutan peran
individu ditampilkan pada 16 detik pertama
kemudian khalayak ditampilkan dalam kondisi
yang menguntungkan mereka setelah
mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap
hari di akhir tayangan iklan.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Khalayak diposisikan sebagai individu
yang disibukkan dengan tuntutan aktivitas yang
semakin tinggi sehingga memerlukan
multivitamin Enervon-C setiap hari.
Detail : Informasi mengenai proteksi lebih yang
dapat diperoleh individu dengan mengonsumsi
multivitamin Enervon-C sehari-hari ditampilkan
secara detail. Sedangkan informasi mengenai
petunjuk penggunaan hanya disampaikan
dengan sedikit detail.
Maksud : Iklan ini secara eksplisit
menyampaikan bahwa individu perlu
mengambil tindakan proteksi terhadap daya
tahan tubuhnya yang beraktivitas ekstra dengan
mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap
hari.
Pra-anggapan : Apabila individu mengonsumsi
multivitamin Enervon-C setiap hari maka setiap
saat multiberaktivitas daya tahan tubuhnya akan
selalu mendapatkan perlindungan lebih.
Sintaksis
Bentuk kalimat: Monolog yang diucapkan
Ashraf Sinclair “Multitasking jadikan tubuh
perlu multiproteksi, karena itu aku minum
multivitamin Enervon-C setiap hari”
merupakan kalimat berstruktur aktif yang
menempatkan individu sebagai subjek dan
multivitamin Enervon-C selaku objek.
Sedangkan, monolog “Dengan vitamin C 500
mg dan B kompleks, bantu menjaga daya
tahan tubuh saat multiberaktivitas” merupakan kalimat berstruktur aktif yang
menempatkan Enervon-C pada posisi subjek.
Koherensi : Pada kalimat “Multitasking jadikan
tubuh perlu multiproteksi, karena itu aku
minum multivitamin Enervon-C setiap hari”
terdapat penggunaan kata hubung “karena”
yang menghubungkan peristiwa ‘multitasking
memerlukan multiproteksi’ dan ‘minum
multivitamin Enervon-C setiap hari’.
Kata Ganti : Pada kalimat “Multitasking
jadikan tubuh perlu multiproteksi, karena itu
aku minum multivitamin Enervon-C setiap
hari” terdapat penggunaan kata ganti orang
pertama tunggal “aku” dan kata ganti
kepemilikan “-ku” pada kalimat “Enervon-C,
multivitaminku setiap hari”.
Stilistik
Leksikon : Pemilihan kosa kata “multi” pada
kalimat “Multitasking jadikan tubuh perlu
multiproteksi, karena itu aku minum
multivitamin Enervon-C setiap hari” merujuk
pada banyaknya aktivitas yang dijalani dan
banyaknya perlindungan yang diperlukan
dengan mengonsumsi banyak vitamin yang
terkandung dalam multivitamin Enervon-C.
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 55 – 57
Kata kunci : multivitamin, multiproteksi, multiaktivitas
Tabel 4.1 Analisis Teks Peran Multivitamin Daya Tahan Tubuh Pada Iklan Multivitamin
Enervon-C Versi Ashraf Sinclair
Sumber: Diolah Peneliti
b. Analisis Iklan Multivitamin Enervon-C versi Ashraf Sinclair & Bunga
Citra Lestari (BCL)
Topik peran multivitamin daya tahan tubuh pada iklan
multivitamin Enervon-C versi Ashraf Sinclair dan BCL dilihat dari
manfaat yang ditampilkan pada keseluruhan tayangan iklan tersebut, yaitu
multivitamin Enervon-C untuk persiapkan kondisimu. Skema pada
tayangan iklan tersebut diawali dengan tampilan konsekuensi yang dialami
individu akibat tidak menjaga kondisi tubuh setiap hari berupa gejala
menurunnya daya tahan tubuhnya pada enam detik pertama untuk menarik
perhatian khalayak yang mengalami kondisi yang sama dan agar melihat
tindakan lebih lanjut yang dapat menghindarkan mereka dari konsekuensi
tersebut, kemudian dimunculkan solusinya berupa multivitamin Enervon-
C beserta manfaat kandungan vitamin di dalamnya yang dikonsumsi satu
kali sehari pada 15 detik berikutnya dan diakhiri dengan menampilkan
kesenangan yang dapat dirasakan oleh Ashraf Sinclair dan BCL dari hasil
mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali sehari sebagai upaya
mempersiapkan kondisi tubuh setiap hari. Alur tersebut disusun untuk
mengarahkan khalayak agar melihat dampak negatif yang dapat terjadi
pada tubuh mereka apabila mereka tidak mempersiapkannya sehari-hari
sehingga memunculkan kebutuhan konsumsi produk yang dapat
menghindarkan mereka dari kondisi tersebut, yaitu dengan mengonsumsi
multivitamin Enervon-C satu kali sehari untuk membantu menjaga daya
tahan tubuh sebagai upaya mempersiapkan kondisi tubuh menghadapi
beragam aktivitas yang dapat terjadi sehari-hari.
Di awal tayangan terdapat latar yang membenarkan pilihan Ashraf
Sinclair dan BCL untuk mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap hari,
berupa tampilan individu yang tidak diuntungkan dengan kondisi tubuh
yang tidak dipersiapkan setiap hari karena dalam kehidupan sehari-hari
terdapat banyak aktivitas yang dapat terjadi tanpa direncanakan dengan
matang, salah satunya berhasil mendapatkan tiket konser yang
diselenggarakan di hari yang sama. Sehingga, individu harus
mempersiapkan kondisi tubuhnya terhadap segala kemungkinan yang
terjadi dengan cara mengonsumsi Enervon-C satu kali sehari supaya daya
tahan tubuh terjaga. Didukung dengan detail informasi mengenai
kemampuan yang dapat dilakukan individu dengan mengonsumsi
multivitamin Enervon-C berupa memperkuat situasi-situasi tidak terduga
yang dapat terjadi, yaitu berhasil mendapatkan tiket menonton konser pada
malam hari dengan beribu penonton hingga menonton konser dalam
kondisi basah. Situasi tersebut diuraikan secara detail daripada situasi
buruk yang dapat terjadi pada tubuh individu yang hanya diuraikan secara
singkat pada lima detik di awal tayangan berupa adegan menyentuh bagian
leher dengan ekspresi tidak nyaman dan ungkapan sedih tidak dapat ikut
nonton konser. Penguraian tersebut ditujukan untuk menonjolkan nilai
kepuasan pada khalayak berupa rasa senang memiliki tubuh yang dapat
ikut serta dalam berbagai situasi karena daya tahan tubuhnya selalu terjaga
sehingga mendorong khalayak untuk mengonsumsi multivitamin Enervon-
C satu kali sehari. Iklan ini juga menyamarkan informasi anjuran
penggunaan multivitamin dengan hanya menyertakan teks “bila perlu”
beserta tanda asteris (*) yang berukuran kecil di sudut kiri bawah. Maksud
iklan ini secara eksplisit menyampaikan bahwa individu harus memiliki
daya tahan tubuh yang terjaga agar selalu siap menghadapi berbagai
aktivitas yang tidak terduga, sehingga tidak melewatkan momen-momen
berharga. Dengan menampilkan kondisi individu yang selalu siap
menghadapi aktivitas apapun karena daya tahan tubuh terjaga dengan
mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali sehari maka timbul pra-
anggapan bahwa apabila individu mengonsumsi multivitamin Enervon-C
satu kali sehari maka kondisi individu akan selalu siap menjalani aktivitas
apapun karena daya tahan tubuh terjaga.
Bentuk kalimat posisi proposisi dalam kalimat “Tuh kan, minum
Enervon-C satu kali sehari supaya daya tahan tubuh terjaga, kaya kita
berdua” menempatkan ‘konsumsi multivitamin Enervon-C satu kali sehari’
sebagai hal yang menyebabkan ‘daya tahan tubuh terjaga’ seperti yang
telah dilakukan oleh Ashraf Sinclair dan BCL. Didukung dengan kalimat
“Enervon-C mengandung vitamin C dan B kompleks bantu jaga daya
tahan tubuh untuk persiapkan kondisimu” dan tagline “Enervon-C, bantu
jaga daya tahan tubuh” yang berstruktur aktif menempatkan Enervon-C
sebagai subjek. Dalam kajian Bahasa Indonesia, posisi subjek berarti
berperan sebagai pelaku yang secara aktif melakukan tindakan pada objek
(Kelas Indonesia, n.d.). Maka multivitamin Enervon-C berperan aktif
terhadap kondisi objek yang berupa daya tahan tubuh individu. Kemudian
koherensi pada kalimat “Tuh kan, minum Enervon-C satu kali sehari
supaya daya tahan tubuh terjaga, kaya kita berdua” terdapat kata hubung
“supaya” yang menjadikan peristiwa ‘minum Enervon-C satu kali sehari’
sebagai penyebab peristiwa ‘daya tahan tubuh terjaga’. Jadi dengan
mengesankan bahwa konsumsi multivitamin Enervon-C satu kali seharilah
yang menyebabkan daya tahan tubuh terjaga, khalayak diarahkan untuk
mempercayai kemampuan multivitamin Enervon-C yang bermanfaat
membantu menjaga daya tahan tubuh untuk mempersiapkan kondisi
tubuhnya. Berlanjut pada penggunaan kata ganti pada kalimat “Tuh kan,
minum Enervon-C satu kali sehari supaya daya tahan tubuh terjaga, kaya
kita berdua” kata ganti orang pertama jamak “kita”. Eriyanto (2001)
mengatakan bahwa penggunaan kata ganti “kita” dapat menciptakan
perasaan bersama yang dapat menumbuhkan solidaritas dan perhatian
khalayak karena sikap atau tindakan komunikator (dalam konteks iklan ini
yaitu Ashraf Sinclair dan BCL) seolah-olah juga merupakan perwakilan
dari sikap atau tindakan khalayak. Sehingga tindakan Ashraf Sinclair dan
BCL mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali sehari yang seolah-
olah mewakili tindakan khalayak digunakan untuk mempengaruhi
khalayak agar mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali sehari.
Seperti, pada kalimat “Enervon-C mengandung vitamin C dan B kompleks
bantu jaga daya tahan tubuh untuk persiapkan kondisimu” terdapat
penggunaan kata ganti kepemilikan “-mu” yang menunjukkan kepemilikan
bahwa kondisi tubuh merupakan tanggung jawab milik masing-masing
individu yang pada akhirnya diarahkan pada kebutuhan tindakan tertentu
oleh pembuat iklan, yaitu mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali
sehari sebagai menjaga daya tahan tubuh untuk mempersiapkan kondisi
tubuh setiap hari.
Leksikon atau pemilihan kosa kata “surprise” pada kalimat
“Surprise! Dapet nih tiketnya!”. “Surprise” merupakan kata dalam Bahasa
Inggris yang berarti “kejutan” dalam Bahasa Indonesia. “Kejutan” dalam
Bahasa Indonesia berarti suatu hal yang menyebabkan kaget atau terjadi
secara tidak terduga. Sehingga peristiwa berhasil mendapatkan tiket konser
dimaknai sebagai peristiwa yang terjadi tanpa diduga sebelumnya dan
kondisi tubuh harus selalu dipersiapkan untuk menghadapi berbagai
peristiwa semacam itu. Didukung dengan pemilihan kata “bantu” dan
“persiapkan” dalam kalimat “Enervon-C mengandung vitamin C dan B
kompleks bantu jaga daya tahan tubuh untuk persiapkan kondisimu”. Kata
“bantu” dalam Bahasa Indonesia berarti memberi sokongan dalam bentuk
apapun dan kata “persiapkan” berarti proses menjadikan siap. Jadi, untuk
menjadikan kondisi tubuh individu siap menghadapi aktivitas-aktivitas
yang tidak terduga maka individu memerlukan sokongan dari multivitamin
Enervon-C berupa menjaga daya tahan tubuh individu. Pada grafis atau
gambar 4.8, 4.9, 4.10 khalayak diarahkan untuk memberikan perhatian
pada ekspresi Ashraf dan BCL dengan penggunaan efek cahaya berbentuk
setengah lingkaran yang melingkupi mereka. Karena pada gambar 4.8, 4.9,
dan 4.10 terdapat peralihan ekspresi yang menggambarkan kondisi Ashraf
Sinclair dan BCL. Diawali dari ekspresi diam saat kandungan multivitamin
Enervon-C belum masuk dalam tubuh Ashraf Sinclair dan BCL kemudian
beralih ke ekspresi penuh semangat setelah kandungan multivitamin
Enervon-C masuk dalam tubuh dan diakhiri dengan ekspresi bersenang-
senang yang menggambarkan keberhasilan mempersiapkan kondisi tubuh
untuk menjalani aktivitas-aktivitas tidak terduga. Sehingga ketiga gambar
tersebut menggambarkan kinerja multivitamin Enervon-C yang dapat
dikonsmsi secara praktis dan bereaksi dengan cepat untuk mempersiapkan
kondisi tubuh menghadapi berbagai aktivitas yang tidak terduga. Pada
ketiga gambar tersebut walaupun logo multivitamin Enervon-C diletakkan
di sisi sudut kiri bawah, tetapi dengan warna merah pada logo, perhatian
khalayak tetap bisa mengarah pada logo karena warna merah merupakan
warna yang dapat dengan mudah dilihat dengan jelas (eye cathcing)
sekaligus melambangkan energi dan kegembiraan (Basuki, n.d; Fadli,
2016) yang memperkuat brand image (Monica & Luzar, 2011)
multivitamin Enervon-C.
Gambar 4.8 Visualisasi Ashraf Sinclair dan BCL sebelum minum Enervon-C
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.9 Visualisasi Ashraf Sinclair dan BCL setelah minum Enervon-C
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.10 Adegan Ashraf Sinclair dan BCL nonton konser
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Multivitamin Enervon-C untuk
persiapkan kondisimu
Superstruktur Skematik
Skema : Konsekuensi yang dialami tubuh
yang tidak dijaga setiap hari didahulukan pada
enam detik pertama kemudian dimunculkan
solusinya berupa multivitamin Enervon-C
pada 15 detik berikutnya dan diakhiri dengan
menampilkan nilai kesenangan sebagai hasil
dari mengonsumsi multivitamin Enervon-C
setiap hari.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Khalayak diposisikan sebagai individu
yang tidak diuntungkan dengan kondisi tubuh
yang tidak dipersiapkan setiap hari karena
dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak
aktivitas yang dapat terjadi tanpa direncanakan
dengan matang.
Detail : Informasi mengenai kemampuan yang
dapat dilakukan individu dengan
mengonsumsi multivitamin Enervon-C
digambarkan detail daripada situasi buruk
yang dapat terjadi pada tubuh individu yang
hanya diuraikan secara singkat pada lima detik
di awal tayangan.
Maksud : Iklan ini secara eksplisit
menyampaikan bahwa individu harus memiliki
daya tahan tubuh yang selalu siap untuk
senantiasa beraktivitas tanpa henti termasuk
menghadapi berbagai aktivitas yang tidak
terduga.
Pra-anggapan : Apabila individu
mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu
kali sehari maka kondisi individu akan selalu
siap menjalani aktivitas apapun karena daya
tahan tubuh terjaga.
Sintaksis
Bentuk kalimat: Posisi proposisi dalam
dialog yang diucapkan oleh Ashraf Sinclair
dan Bunga Citra Lestari “Tuh kan, minum
Enervon-C satu kali sehari supaya daya
tahan tubuh terjaga, kaya kita berdua” menempatkan konsumsi multivitamin
Enervon-C satu kali sehari sebagai hal yang
menyebabkan daya tahan tubuh terjaga.
Didukung dengan kalimat “Enervon-C
mengandung vitamin C dan B kompleks
bantu jaga daya tahan tubuh untuk
persiapkan kondisimu” dan tagline
“Enervon-C, bantu jaga daya tahan tubuh” yang berstruktur aktif yang menempatkan
Enervon-C sebagai subjek dan daya tahan
tubuh individu sebagai objek.
Koherensi : Pada kalimat “Tuh kan, minum
Enervon-C satu kali sehari supaya daya tahan
tubuh terjaga, kaya kita berdua” terdapat kata
hubung “supaya” memiliki hubungan sebab
akibat.
Kata Ganti : Pada kalimat “Tuh kan, minum
Enervon-C satu kali sehari supaya daya tahan
tubuh terjaga, kaya kita berdua” terdapat
penggunaan kata ganti orang pertama jamak
“kita”. Pada kalimat “Enervon-C mengandung
vitamin C dan B kompleks bantu jaga daya
tahan tubuh untuk persiapkan kondisimu”
terdapat penggunaan kata ganti kepemilikan “-
mu”.
Stilistik
Leksikon : Pemilihan kata “surprise” pada
kalimat “Surprise! Dapet nih tiketnya!”
menunjukkan bahwa berhasil mendapatkan
tiket konser dimaknai sebagai peristiwa yang
terjadi tanpa diduga sebelumnya jadi kondisi
tubuh harus selalu dipersiapkan dengan
bantuan multivitamin Enervon-C satu kali
sehari.
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 63 – 65
Kata kunci : multivitamin, siap, terjaga
Tabel 4.2 Analisis Teks Peran Multivitamin Daya Tahan Tubuh Pada Iklan Multivitamin
Enervon-C Versi Ashraf Sinclair dan BCL
Sumber: Diolah Peneliti
c. Analisis Iklan Multivitamin Hemaviton C1000 versi C1000
Topik peran multivitamin daya tahan tubuh pada iklan
multivitamin Hemaviton C1000 diambil dari tagline “Jaga Daya Tahan
Tubuh, Hadapi 1000 Musim, dengan multivitamin Hemaviton C1000”.
Tagline biasanya terdapat di akhir tayangan iklan berfungsi untuk
menyederhanakan pesan periklanan agar menjadi ringkas, dapat diulang,
dan mudah diingat oleh konsumen (Lestari, 2013). Maka keseluruhan
konten tayangan iklan yang diringkas di akhir tayangan dapat dikatakan
sebagai gagasan utama dalam tayangan tersebut. Skema iklan tersebut
diawali dengan gambaran mengenai berbagai macam musim yang dapat
dihadapi oleh individu dengan minum multivitamin Hemaviton C1000
setiap sebelum braktivitas ditampilkan selama 22 detik pertama untuk
menarik perhatian khalayak dengan menawarkan kemampuan lebih yang
dapat diperoleh individu secara praktis kemudian diakhiri dengan tampilan
kemasan produk multivitamin Hemaviton C1000 beserta tagline-nya. Alur
tersebut mengarahkan khalayak pada kondisi yang belum tentu diperlukan
khalayak, tetapi seolah-olah apabila khalayak mampu mencapai kondisi
tersebut maka khalayak akan memperoleh kemenangan karena tubuhnya
dapat bertahan dalam kondisi-kondisi tersebut. Kemudian untuk mencapai
kondisi tersebut pembuat iklan mengarahkan khalayak untuk
mengonsumsi Hemaviton C1000 setiap sebelum beraktivitas.
Latar pada iklan tersebut menampilkan alasan tindakan tokoh
utama mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000 saat beraktivitas agar
ia mampu melakukan menghadapi beragam aktivitas yang sedang tren saat
itu dalam tuntutan kondisi tertentu, berupa musim lari meski terik
matahari, musim sale walau melawan seribu pesaing, musim bola meski
besok harus kerja, hingga musim pancaroba. Detail informasi terkait
kemampuan individu dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang sedang
tren dalam kondisi tertentu emampuan lebih yang mampu dilakukan
individu dengan mengonsumsi multivitamin C1000 digambarkan melalui
adegan lari di tengah terik matahari, berebut diskon walaupun melawan
banyak pesaing, begadang nonton bola walaupun hari kerja, dan tetap
sehat di musim pancaroba. Penguraian tersebut secara implisit dilakukan
untuk menarik perhatian individu yang menyukai tren aktivitas yang sama
agar mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000 agar tetap dapat
melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dalam tuntutan kondisi tertentu.
Maksud iklan ini secara eksplisit menyampaikan bahwa individu dapat
memiliki daya tahan tubuh yang kuat untuk menghadapi berbagai macam
tren aktivitas dan perubahan cuaca sehari-hari dengan selalu mengonsumsi
multivitamin Hemaviton C1000. Sehingga muncul pra-anggapan apabila
individu mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000 maka individu
akan mampu menghadapi berbagai macam tren aktivitas dan perubahan
cuaca sehari-hari.
Bentuk kalimat “Aku minum Hemaviton C1000 untuk hadapi
musim lari meski terik matahari, musim sale walau lawan 1000 pesaing,
musim bola meski besok harus kerja hingga musim pancaroba” aktif
menempatkan individu sebagai subjek yang berperan aktif dalam
mengambil pilihan terkait kondisi tubuhnya dengan memanfaatkan
Hemaviton C1000 sebagai objek yang dapat membantu individu
menghadapi berbagai macam tren aktivitas dan perubahan cuaca sehari-
hari. Sehingga terkesan bahwa individu sendirilah yang memutuskan untuk
tetap melakukan beragam tren aktivitas tersebut dalam tuntutan kondisi
tertentu, dan mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000 untuk
membantu menjaga daya tahan tubuhnya dalam menghadapi aktivitas-
aktivitas tersebut. Koherensi pada kalimat “Aku minum Hemaviton
C1000 untuk hadapi musim lari meski terik matahari, musim sale walau
lawan 1000 pesaing, musim bola meski besok harus kerja hingga musim
pancaroba” terdapat kata hubung “meski” dan “walau” yang
menghubungkan dua peristiwa antara ‘musim lari’ dengan ‘terik matahari’,
‘musim sale’ dengan ‘seribu pesaing’, dan ‘musim bola’ dengan ‘besok
harus kerja’. Tujuannya untuk membuat kesan berlawanan sehingga
memperkuat peran multivitamin Hemaviton C1000 yang dapat membuat
individu mampu berada dalam dua peristiwa yang berlawanan. Kata ganti
pada kalimat “Aku minum Hemaviton C1000 untuk hadapi musim lari
meski terik matahari, musim sale walau lawan 1000 pesaing, musim bola
meski besok harus kerja hingga musim pancaroba” adalah penggunaan
kata ganti orang pertama tunggal “aku” yang menggambarkan bahwa
tindakan mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000 untuk menghadapi
berbagai macam tren aktivitas seolah-olah merupakan keputusan individu
yang bebas menentukan pilihan tanpa adanya pemaksaan dari pihak
tertentu. Padahal tren aktivitas-aktivitas tersebut bukan merupakan
aktivitas wajib yang harus dilakukan individu, tetapi demi keuntungan
pihak pemilik modal atau produsen, pembuat iklan menjadikan aktivitas-
aktivitas tersebut sebagai kebutuhan yang layak dicapai dengan
mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000.
Leksikon atau pemilihan kata “seribu” yang ditampilkan dalam
nominal angka 1000 dalam kalimat “Jaga daya tahan tubuh, hadapi 1000
musim dengan Hemaviton C1000” merupakan bentuk strategi pembuat
iklan untuk mengasosiasikan produk yang diiklankan terkait kandungan
vitamin C 1000 mg dalam multivitamin Hemaviton C1000 dengan kondisi
yang dapat dihadapi konsumen sekaligus sebagai bentuk hiperbola atau
gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan agar
menunjukkan kesan bahwa dengan kandungan vitamin C 1000 mg dalam
Hemaviton C1000 mampu menghadapi lebih banyak aktivitas dan
perubahan cuaca sehari-hari bahkan seribu musim. Pada grafis atau
gambar 4.11 perhatian khalayak dibagi menjadi dua dengan penempatan
yang seimbang di sisi kanan terdapat produk multivitamin Hemaviton
C1000 dan di sisi kiri terdapat teks tagline. Tetapi perhatian khalayak lebih
diarahkan menuju gambar produk dengan bantuan perpaduan warna
oranye dan merah pada kemasan produk yang sama-sama mudah menarik
perhatian (Basuki, n,d; Fadli, 2016). Kemudian peran produk ditampilkan
dengan penempatan teks “Jaga Daya Tahan Tubuh” dengan ukuran font
cukup besar menggunakan huruf kapital berwarna putih yang serasi
dengan warna background dan didukung dengan penempatan teks “Hadapi
1000 Musim” di bawah teks sebelumnya dengan ukuran font yang lebih
kecil yang menunjukkan bahwa peran utama multivitamin Hemaviton
C1000 adalah untuk menjaga daya tahan tubuh individu.
Gambar 4.11 Visualisasi Produk Hemaviton C1000
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Multivitamin Hemaviton C1000 untuk
hadapi 1000 musim
Superstruktur Skematik
Skema : Gambaran mengenai berbagai macam
musim yang dapat dihadapi oleh individu
dengan minum multivitamin Hemaviton
C1000 ditampilkan selama 22 detik pertama
kemudian diakhiri dengan tampilan produk
multivitamin Hemaviton C1000.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Khalayak diarahkan untuk
mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000
karena individu diposisikan harus mampu
melakukan aktivitas yang sedang tren.
Detail : Kemampuan individu untuk
menghadapi tren aktvitas dengan
mengonsumsi multivitamin C1000
digambarkan secara detail.
Maksud : Iklan ini secara eksplisit
menyampaikan bahwa individu harus memiliki
daya tahan tubuh yang kuat untuk menghadapi
berbagai macam tren aktivitas dan perubahan
cuaca sehari-hari dengan selalu mengonsumsi
multivitamin Hemaviton C1000.
Pra-anggapan : Apabila individu
mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000
maka individu akan mampu menghadapi
berbagai macam aktivitas dan perubahan cuaca
sehari-hari.
Sintaksis
Bentuk kalimat: Pada monolog “Aku
minum Hemaviton C1000 untuk hadapi
musim lari meski terik matahari, musim
sale walau lawan 1000 pesaing, musim bola
meski besok harus kerja hingga musim
pancaroba” terdapat struktur kalimat aktif
yang menempatkan individu sebagai subjek
dan Hemaviton C1000 sebagai objek.
Koherensi : Pada kalimat “Aku minum
Hemaviton C1000 untuk hadapi musim lari
meski terik matahari, musim sale walau lawan
1000 pesaing, musim bola meski besok harus
kerja hingga musim pancaroba” terdapat kata
hubung “meski” dan “walau” yang
menghubungkan dua peristiwa untuk membuat
kesan berlawanan.
Kata Ganti : Pada kalimat “Aku minum
Hemaviton C1000 untuk hadapi musim lari
meski terik matahari, musim sale walau lawan
1000 pesaing, musim bola meski besok harus
kerja hingga musim pancaroba” terdapat
penggunaan kata ganti orang pertama tunggal
“aku”.
Stilistik
Leksikon : Pemilihan kata “seribu” yang
ditampilkan dalam nominal angka 1000 dalam
kalimat “Jaga daya tahan tubuh, hadapi 1000
musim dengan Hemaviton C1000” merupakan
bentuk asosiasi terhadap produk sekaligus
bentuk hiperbola.
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 71
Kata kunci : multivitamin, hadapi, musim
Tabel 4.3. Analisis Teks Peran Multivitamin Daya Tahan Tubuh Pada Iklan Multivitamin
Hemaviton C1000
Sumber: Diolah Peneliti
d. Analisis Iklan Multivitamin Hemaviton C1000 versi C1000+Collagen
Topik peran multivitamin daya tahan tubuh dalam iklan ini
sekaligus merupakan tagline dalam iklan ini, yaitu “Multivitamin
Hemaviton C1000+Collagen untuk sehat cantikmu” karena
keseluruhan konten menerangkan hal tersebut. Skema iklan ini
dimulai dengan tampilan hubungan antara daya tahan tubuh dan
kesehatan kulit disampaikan pada 11 detik pertama untuk
mengarahkan pemikiran khalayak bahwa sehat dan cantik merupakan
satu kesatuan penting yang harus dijaga oleh khalayak perempuan,
dilanjutkan dengan penyampaian multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen sebagai pilihan praktis yang mampu membuat
khalayak meraih daya tahan tubuh kuat sekaligus kulit terawat yang
penting untuk bisa menjalani hari.
Latar pada iklan ini berupa pengarahan khalayak perempuan
untuk mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000+Collagen karena
mereka disimbolkan dengan sosok perempuan yang memiliki daya
tahan tubuh kuat sekaligus kulit yang terawat sehingga kecantikannya
dapat terus terjaga untuk menjalani tuntutan aktivitas sehari-hari.
Kemudian detail penggambaran kecantikan seorang perempuan
dengan kulit yang terawat ditampilkan melalui fokus pengambilan
gambar pada penampilan kulit Raline Shah sebagai artis terkenal
dalam melakukan berbagai macam aktivitas, seperti saat melakukan
yoga, persiapan berangkat menuju lokasi pemotretan, saat berada di
backstage, dan pada saat pemotretan berlangsung. Penggambaran
tersebut secara implisit menunjukkan bahwa khalayak diarahkan untuk
mendamba penampilan kulit seperti milik Raline Shah yang
berimplikasi pada peningkatan penjualan produk Hemaviton
C1000+Collagen dengan inovasi kandungan kolagen 1000 mg.
Maksud iklan ini secara eksplisit menyampaikan bahwa hal penting
bagi perempuan yang harus dijaga adalah kecantikannya, yaitu dengan
cara mengonsumsi Hemaviton C1000+Collagen yang mengandung
multivitamin sekaligus kolagen 1000 mg yang tidak hanya mampu
menjaga kesehatan tetapi juga dapat merawat kecantikan kulit. Dengan
menonjolkan kecantikan Raline Shah yang dijaga melalui konsumsi
multivitamin Hemaviton C1000+Collagen maka timbul pra-anggapan
apabila seorang perempuan mengonsumsi multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen maka ia tidak hanya akan mendapatkan daya tahan
tubuh yang kuat melainkan juga kulit terawat yang penting bagi
kecantikannya untuk menjalani hari.
Bentuk kalimat “Aku percaya daya tahan tubuh perlu kujaga
setiap hari seperti merawat kesehatan kulit” terdapat struktur kalimat
aktif yang menempatkan individu sebagai subjek yang kepercayaannya
berperan aktif dalam tindakan terkait kondisi tubuhnya. Kemudian
selanjutnya kepercayaan individu tersebut diarahkan dengan kalimat
“Hemaviton C1000+Collagen, vitamin C 1000mg dan multivitamin
bantu jaga daya tahan tubuh plus kolagen 1000mg bantu rawat
kesehatan kulitku, agar aku bisa jalani hariku” yang menempatkan
Hemaviton C1000+Collagen sebagai subjek yang menggantikan peran
aktif individu dalam menjaga kecantikannya sekaligus kesehatan
tubuhnya. Sehingga lagi-lagi individu seolah-olah diposisikan
memiliki hak penuh terkait kondisi tubuhnya tanpa sadar hal tersebut
diarahkan pada pilihan-pilihan tertentu yang menguntungkan pihak
pemilik modal atau produsen. Koherensi pada kalimat “Hemaviton
C1000+Collagen, vitamin C 1000mg dan multivitamin bantu jaga daya
tahan tubuh plus kolagen 1000mg bantu rawat kesehatan kulitku, agar
aku bisa jalani hariku” terdapat penggunaan kata hubung “agar” yang
ditujukan untuk memberi kesan bahwa ‘daya tahan tubuh yang terjaga
serta kulit yang terawat’ merupakan peristiwa yang menyebabkan
‘individu mampu menjalani hari’ sehingga individu memerlukan
bantuan multivitamin Hemaviton C1000+Collagen yang merupakan
pilihan praktis untuk mencapai kondisi tersebut. Kata ganti pada
keseluruhan monolog “Tubuh sehat dan daya tahan tubuh yang kuat
penting untuk kecantikanku. Aku percaya daya tahan tubuh perlu
kujaga setiap hari seperti merawat kesehatan kulit. Hemaviton
C1000+Collagen, vitamin C 1000mg dan multivitamin bantu jaga daya
tahan tubuh plus kolagen 1000mg bantu rawat kesehatan kulitku, agar
aku bisa jalani hariku. Hemaviton C1000+Collagen, dua kebaikan
untuk sehat cantikmu” yang diucapkan oleh Raline Shah terdapat
penggunaan kata ganti orang pertama tunggal “aku”, serta kata ganti
kepemilikan “-ku” dan “-mu” yang menunjukkan seolah-olah
kepercayaan dan keputusan terkait kondisi tubuh individu merupakan
hak individu sepenuhnya tanpa menyadari bahwa hal tersebut
merupakan kepercayaan yang telah dimanipulasi oleh pembuat iklan.
Leksikon atau pemilihan kata “sehat cantikmu” pada kalimat
tagline “Hemaviton C1000+Collagen, dua kebaikan untuk sehat
cantikmu” menunjukkan strategi pembuat iklan untuk memudahkan
konsumen dalam mengingat produk yang diiklankan, yaitu Hemaviton
C1000+Collagen yang bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan
karena mengandung vitamin C 1000 mg yang berfungsi meningkatkan
daya tahan tubuh dan kolagen 1000 mg untuk merawat kesehatan kulit.
Sehingga pemaknaan baru yang diarahkan oleh pembuat iklan bagi
kondisi tubuh perempuan yang perlu dijaga yaitu tidak hanya sehat
karena daya tahan tubuh kuat tetapi juga cantik karena kulitnya terawat
sehingga menimbulkan kepercayaan bagi khalayak perempuan bahwa
Hemaviton C1000+Collagen merupakan produk kebaikan yang
membantu mereka dapat mencapai kondisi yang lebih dari sekedar
sehat, yaitu sehat dan cantik.
Pada grafis atau gambar 4.12 perhatian khalayak diarahkan
pada tampilan wajah Raline Shah secara close up dengan tata rias dan
pencahayaan yang menonjolkan kecantikan kulit Raline Shah agar
khalayak berpikir bahwa produk multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen berperan aktif bagi kecantikan kulit mereka.
Didukung dengan penempatan produk serta teks informasi kandungan
multivitamin Hemaviton C1000+Collagen yang mudah dibaca oleh
khalayak. Selanjutnya produk multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen divisualisasikan di akhir tayangan pada gambar 4.13
untuk mengarahkan khalayak agar terfokus pada produk multivitamin
Hemaviton C1000+Collagen dengan penempatan produk di tengah
dengan background berwarna putih dan komposisi warna oranye dan
merah pada produk yang menyedot seluruh perhatian khalayak.
Kemudian ditambahkan dengan warna merah muda pada kemasan
produk yang identik dengan perempuan (Basuki, n.d; Fadli, 2016)
untuk menandakan bahwa produk ditujukan bagi khalayak perempuan.
Kemudian informasi pendukung divisualisasikan dengan ukuran yang
kecil, seperti logo halal, kandungan produk, tagline, dan logo tempat
perbelanjaan yang menyediakan produk multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen agar perhatian khalayak cepat tertuju pada produk
terlebih dahulu.
Gambar 4.12 Adegan Raline Shah Minum Multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.13 Visualisasi Produk Multivitamin Hemaviton C1000+Collagen
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen untuk sehat cantikmu
Superstruktur Skematik
Skema : Hubungan antara daya tahan tubuh dan
kesehatan kulit disampaikan pada 11 detik
pertama, dilanjutkan dengan penyampaian
multivitamin Hemaviton C1000+Collagen
sebagai solusi praktis.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Khalayak perempuan diarahkan untuk
mengonsumsi multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen karena mereka disimbolkan
dengan sosok perempuan yang memiliki daya
tahan tubuh kuat sekaligus kulit yang terawat
sehingga kecantikannya dapat terus terjaga
untuk menjalani tuntutan aktivitas sehari-hari.
Detail : Penggambaran kecantikan seorang
perempuan dengan kulit yang terawat
ditampilkan lebih detail.
Maksud : Iklan ini secara eksplisit
menyampaikan bahwa hal penting bagi
perempuan yang harus dijaga adalah
kecantikannya, yaitu dengan cara mengonsumsi
Hemaviton C1000+Collagen.
Pra-anggapan : Apabila seorang perempuan
mengonsumsi multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen maka ia tidak hanya akan
mendapatkan daya tahan tubuh yang kuat
melainkan juga kulit terawat yang penting bagi
kecantikannya untuk menjalani hari.
Sintaksis
Bentuk kalimat: Pada kalimat “Aku percaya
daya tahan tubuh perlu kujaga setiap hari
seperti merawat kesehatan kulit” terdapat
struktur kalimat aktif yang menempatkan
individu sebagai subjek. Kemudian pada
kalimat “Hemaviton C1000+Collagen,
vitamin C 1000mg dan multivitamin bantu
jaga daya tahan tubuh plus kolagen 1000mg
bantu rawat kesehatan kulitku, agar aku bisa
jalani hariku” menempatkan Hemaviton
C1000+Collagen sebagai subjek.
Koherensi : Pada kalimat “Hemaviton
C1000+Collagen, vitamin C 1000mg dan
multivitamin bantu jaga daya tahan tubuh plus
kolagen 1000mg bantu rawat kesehatan kulitku,
agar aku bisa jalani hariku” terdapat
penggunaan kata hubung “agar”.
Kata Ganti : Pada keseluruhan monolog yang
diucapkan oleh Raline Shah terdapat
penggunaan kata ganti orang pertama tunggal
“aku”, serta kata ganti kepemilikan “-ku” dan “-
mu”.
Stilistik
Leksikon : Pemilihan kata “sehat cantikmu”
pada kalimat tagline “Hemaviton
C1000+Collagen, dua kebaikan untuk sehat
cantikmu” menunjukkan bahwa terdapat
pemaknaan baru, yaitu tidak hanya sehat karena
daya tahan tubuh kuat tetapi juga cantik.
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 77 – 78
Kata kunci : multivitamin, sehat, cantik
Tabel 4.4 Analisis Teks Peran Multivitamin Daya Tahan Tubuh Pada Iklan Multivitamin
Hemaviton C1000+Collagen
Sumber: Diolah Peneliti
Berdasarkan analisis teks elemen peran multivitamin daya
tahan tubuh pada empat tayangan iklan produk multivitamin Enervon-
C dan Hemaviton C1000, diperoleh hasil sebagai berikut. Multivitamin
daya tahan tubuh diposisikan sebagai objek sekaligus subjek dalam
upaya individu mencapai kesehatan yang terjaga. Multivitamin daya
tahan tubuh sebagai objek berperan sebagai alat bantu individu untuk
menjaga dan melindungi daya tahan tubuh agar selalu kuat dan
terhindar dari rasa khawatir terhadap risiko gangguan kesehatan karena
mengandung vitamin C dan B kompleks yang berperan dalam
peningkatan daya tahan tubuh. Lalu sebagai subjek, multivitamin daya
tahan tubuh terkesan berperan menggantikan individu yang seharusnya
berperan aktif dalam menjaga daya tahan tubuhnya dengan percaya
pada kemampuan tubuhnya sendiri untuk menjaga keseimbangannya
(homeostatis) dan kemampuan tubuh untuk melawan hampir semua
jenis organisme yang bersifat merusak. Peran tersebut dilakukan oleh
multivitamin daya tahan tubuh yang menjadi pilihan praktis individu
untuk menjaga kondisi tubuhnya sendiri. Hal tersebut terkesan
demikian karena peran sesungguhnya dari multivitamin sebagai
suplemen (tambahan) yang diperlukan dalam kondisi tertentu hanya
disampaikan dengan menempatkan teks “*bila perlu” secara singkat
dan tidak menonjol. Pada keempat tayangan iklan tersebut
menonjolkan anjuran konsumsi setiap hari demi keuntungan yang
khalayak kira membutuhkannya (Toolan, 2001). Lebih jauh lagi,
multivitamin daya tahan tubuh diciptakan dengan inovasi kandungan
tambahan seperti kolagen. Kolagen merupakan protein berserat larut
yang menciptakan elastisitas dan kelembapan kulit (Turangan, 2016),
sehingga dapat menjadikan khalayak perempuan meraih kondisi
cantik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Eriyanto (2001) yang
menganggap bahwa pada awalnya individu ditempatkan sebagai subjek
yang memiliki kebebasan untuk melakukan tindakan maupun pilihan
apapun terkait dengan kondisi tubuhnya, tetapi pada akhirnya individu
justru masuk ke dalam situasi yang mengontrol dirinya untuk
mengambil tindakan tertentu.
4.2.1.2 Analisis Kognisi Sosial Peran Multivitamin Daya Tahan
Tubuh
Penggambaran peran multivitamin daya tahan tubuh oleh para
pembuat iklan yang disetujui oleh pihak perusahaan PT. Medifarma
Laboratories sebagai produsen Enervon-C dan PT. Darya Varia
Laboratoria Tbk. sebagai pemasar produk Enervon-C serta PT. Tempo
Scan Pacific Tbk. sebagai produsen produk Hemaviton C1000 dalam
dapat dilihat melalui pembentukan tokoh dalam keempat tayangan
iklan televisi produk yang bersangkutan (Eriyanto, 2001), segmentasi
produk, serta klasifikasi produk-produk lain yang diproduksi bagi
individu. Pertama, melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan sedemikian
rupa dengan segala pikiran serta kesadaran copywriter dalam keempat
tayangan iklan televisi produk Enervon-C dan Hemaviton C1000,
individu yang ditampilkan merupakan individu aktif berusia produktif
dan digambarkan sebagai sosok dengan tingkat tuntutan aktivitas
tinggi yang tidak hanya meliputi aktivitas terkait profesi individu
melainkan juga aktivitas hiburan yang terkesan tidak boleh
terlewatkan, seperti berolahraga, berbelanja, menonton pertandingan
bola, hingga menonton pergelaran konser musik. Idealnya, individu
digambarkan harus mampu melakukan semua perannya dengan baik
kemudian individu ditempatkan dalam risiko kondisi ketahanan tubuh
dalam memenuhi tuntutan yang ada. Maka para pemilik modal
menciptakan multivitamin sebagai alat yang mampu membantu
individu menjaga daya tahan tubuhnya dan oleh pembuat iklan
dikemas dengan peran yang dapat memberikan perlindungan dan
penjagaan terhadap daya tahan tubuh yang berada dalam kondisi
berisiko tersebut.
Iklan komersial dibuat untuk tujuan persuasif, sehingga
kontennya direkayasa sedemikian rupa demi memperoleh keuntungn
sebanyak-banyaknya (Miseno, 2014). Sehingga multivitamin
diperlihatkan oleh pembuat iklan sebagai alat yang seolah membuat
individu tidak berhenti beraktivitas dan membebaskan individu dari
rasa khawatir akan kondisi tubuhnya yang dapat menurun sewaktu-
waktu sehingga dapat menghambat rutinitasnya agar calon konsumen
dapat terus melakukan pembelian berulang demi mencapai kondisi
yang ditawarkan. Dimulai dari multivitamin Enervon-C yang dapat
memberikan multiproteksi bagi individu dengan tuntutan aktivitas
tinggi dan membantu mempersiapkan kondisi individu dalam
menghadapi aktivitas yang tidak terduga. Lalu Hemaviton C1000
diproduksi sebagai produk kompetitor dari merek YOU C1000 yang
telah diproduksi lebih dulu di tahun 2004. Apabila dilihat dari data
penjualan produk YOU C1000 mulai tahun 2004 hingga tahun 2006,
terus mengalami peningkatan sekitar 10%, tetapi di tahun 2007 saat
produk Hemaviton C1000 muncul, penjualan produk YOU C1000
mengalami penurunan penjualan sebesar 5,5% (Nugroho, 2009),
dengan demikian produk Hemaviton C1000 melakukan pemasaran
produk sebagai produk multivitamin untuk memberi kekuatan bagi
individu untuk menghadapi perubahan cuaca yang tidak menentu.
Kemudian mengeluarkan inovasi multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen sebagai upaya diferensiasi dari produk vitamin C
baik dari varian sebelumnya atau dari produk lain yang membuat
individu khususnya perempuan dapat mencapai sehat dan cantik
sekaligus (Kurniawan, 2016). Selain itu, tiga dari keempat iklan
tersebut menampilkan perempuan sebagai tokoh utama yang
membutuhkan bantuan multivitamin daya tahan tubuh untuk menjaga
kondisi tubuhnya saat beraktivitas. Karena perempuan memang lebih
cepat memproses informasi lima kali lipat dibandingkan laki-laki juga
peran-peran khas yang dijalani oleh perempuan di struktur sosial
menyebabkan perempuan lebih mudah dipengaruhi (Pratiwi, 2017;
Herdiana, 2011). Walaupun pada kenyataannya, Dr. Kyle Sue dari
Memorial University of Newfoundland Canada menemukan bahwa
perempuan cenderung memiliki imunitas tubuh yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (Putri, 2017).
Selajutnya, dilihat dari varian produk obat-obatan yang
diproduksi oleh para pemilik modal, PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk.
yang memiliki misi perusahaan sebagai pemasar produk Enervon-C
yang memasarkan multivitamin untuk membangun Indonesia yang
lebih sehat, mereka memproduksi multivitamin sehari-hari seperti
Enervon-C dan Supertin agar terhindar dari gangguan kesehatan
sehingga mempermudah individu dalam beraktivitas sehari-hari. Selain
itu, individu juga diberikan berbagai pilihan solusi obat-obatan seperti
Biogesic, Decolgen, Decolsin untuk mengatasi gejala flu dan batuk,
demam, alergi serta nyeri, serta Vicee untuk memenuhi kebutuhan
vitamin C, terutama pada masa pemulihan dan mencegah gusi berdarah
yang dapat mempersulit individu dalam beraktivitas (Medifarma, n.d.;
Darya Varia, n.d.).
Selanjutnya, multivitamin bagi PT. Tempo Scan Pacific Tbk.
merupakan produk yang didedikasikan untuk mencapai kepuasan
pelanggan dengan memberikan nilai-nilai di dalamnya (Tempo Scan
Group, n.d.). Multivitamin membantu individu sejak usia dini untuk
mengatasi keterbatasan fisik dan mental yang menghalangi mereka
untuk mencapai potensi penuh dalam hidup. Selain Hemaviton C1000
dan Hemaviton C1000+Collagen, terdapat beberapa multivitamin yang
diproduksi oleh PT. Tempo Scan Pacific Tbk. yaitu Vidoran yang
merupakan multivitamin untuk memperbaiki kualitas hidup anak
dengan menjaga daya tahan tubuh mereka, memaksimalkan
kemampuan belajar, menambah nafsu makan dan membantu tumbuh
kembang anak usia 1-12 tahun (Tempo Scan Group, n.d.).
Berdasarkan data yang telah diuraikan terdapat persamaan pada
kedua pemilik modal dan pembuat iklan bahwa multivitamin
diproduksi beserta nilai-nilai di dalamnya yang berperan aktif untuk
membuat individu dapat mencapai kondisi prima, mampu beraktivitas
tanpa batas dan bebas rasa khawatir terhadap gangguan keterbatasan
fisik dan mental baik sebelum beraktivitas maupun selama beraktivitas
serta dari ancaman cuaca ekstrim.
4.2.1.3 Analisis Konteks Sosial Peran Multivitamin Daya Tahan
Tubuh
Multivitamin pertama kali diproduksi di Indonesia sekitar
tahun 1960. Multivitamin pada masa itu bermerek Bekamine 10
produksi Perusahaan Negara (PN) Farmasi dan Alat Kesehatan
“Bhineka Kina Farma”. Pada masa itu Indonesia mengalami pergantian
kekuasaan politik Orde Lama ke Orde Baru di bawah pemerintahan
Soeharto. Soeharto berusaha memperbaiki kondisi perpolitikan dan
perekonomian yang melemah pada masa pemerintahan Soekarno
dengan fokus terhadap rencana pembangunan ekonomi. Pembentukan
negara yang kuat dihubungkan dengan pentingnya kesehatan
masyarakat Indonesia oleh Bhineka Kina Farma untuk mengiklankan
Bekamine 10 sebagai multivitamin dengan tagline “Rakjat Sehat,
Negara Kuat!” (Trieha, 2015). Berlanjut hingga tahun 1969
pembangunan ekonomi direalisasikan melalui program PELITA
(Pembangunan Lima Tahun) I sebagai landasan awal pembangunan
orde baru yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat
(Martaningrum, 2013; Poer, 2016). Sehingga beberapa perusahaan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk memasarkan produknya, salah
satunya adalah PT. Medifarma Laboratories yang memasarkan produk
multivitamin Enervon-C yang berasal dari Filipina dengan tagline
“Menjaga Daya Tahan Tubuh Agar Tidak Gampang Sakit” (Djadjoeri,
2005). Jadi, dapat dikatakan bahwa pada masa itu multivitamin
diproduksi sebagai alat yang memperkuat kesehatan masyarakat yang
dapat memperkuat pembentukan negara.
Beralih ke masa-masa berikutnya, ketika pemerintah berhasil
dalam manajemen makroekonomi yang mempengaruhi kondisi
perekonomian Indonesia sehingga mengalami perkembangan yang
signifikan hingga tahun 2007. Walaupun di sisi lain pada tahun 2007
beberapa daerah di Indonesia mengalami kekeringan (Brodjonegoro,
2017; Fealy, n.d.). Cuaca ekstrim yang melanda Indonesia pada saat
itulah yang menyebabkan kekeringan di beberapa daerah dan memicu
terjadinya beberapa bencana alam sepanjang tahun 2007, meliputi
banjir bandang di Jakarta pada Februari 2007, banjir dan tanah longsor
di Manggarai, NTT serta gempa bumi di Sumatera Barat pada Maret
2007, erupsi Gunung Gamkonora Halmahera Barat Maluku Utara,
serta bajir dan tanah longsor di Morowali, Sulawesi Tengah pada Juli
2007, gempa bumi di pesisir selatan Sumatera, Jambi, dan pesisir
Sumatera Barat pada September 2007, erupsi Gunung Kelud Jawa
Timur pada Oktober 2007, gempa bumi di Sumbawa NTB pada
November 2007, juga banjir bandang di Aceh Utara, Aceh Timur dan
Jakarta pada Desember 2007 (OCHA, 2007; Fealy, n.d.). Sehingga
bertepatan pada saat itu PT. Tempo Scan Pacifik Tbk. meluncurkan
produk multivitamin Hemaviton C1000 dengan tagline “Bantu Jaga
Daya Tahan Tubuh” (Aji, 2015) yang dapat dikatakan membantu
masyarakat Indonesia menghadapi tantangan cuaca ekstrim yang
terjadi di Indonesia. Multivitamin Hemaviton C1000 terus berproduksi
hingga pada sekitar tahun 2015 mengeluarkan iklan komersial di
televisi dan meraih posisi dua besar dalam penghargaan Top Brand
Award. Pada iklan tersebut, multivitamin Hemaviton C1000
menggunakan tagline “Jaga Daya Tahan Tubuh, Hadapi 1000 Musim
dengan Hemaviton C1000” dan menampilkan gaya hidup tertentu.
Seperti pada kondisi musim pancaroba atau peralihan dari musim
hujan ke musim kemarau yang ditandai dengan cuaca panas terik,
kenaikan suhu udara, dan terjadi hujan lebat secara tiba-tiba dengan
durasi singkat sekitar 30 – 60 menit yang dapat menyebabkan tubuh
menjadi mudah lelah, daya tahan tubuh menurun, dehidrasi, dan
mudah terserang penyakit demam dan flu (Gumilang, 2015).
Kemudian peningkatan kesadaran untuk hidup sehat pada masyarakat
Indonesia saat itu yang tidak diikuti dengan perilaku hidup sehat, salah
satunya kurang tidur atau begadang (Pernando, 2015) terutama dengan
adanya pertandingan bola yang menarik antusias masyarakat Indonesia
yang digelar sepanjang tahun 2015 mulai dari pertandingan Piala Asia,
Trofeo Persija, SCM Cup, Piala Afrika, SEA Games, Piala Dunia U-
20, dan Piala AFF U-19 (Hermanto, 2015). Ditambah dengan hasil
riset Nielsen Home Panel terhadap perubahan perilaku belanja, bahwa
pengeluaran untuk kategori kesehatan dan gaya hidup meningkat sejak
tahun 2009. Bagi kalangan masyarakat menengah ke atas, mereka
cenderung mencari produk yang menjawab kebutuhan gaya hidup,
kenyamanan, dan kesehatan mereka, seperti produk-produk yang
menawarkan kepraktisan (Zoel, 2011).
Diikuti oleh multivitamin Enervon-C yang juga mengeluarkan
iklan komersial televisi di tahun yang sama sekaligus meraih
penghargaan dua besar Top Brand Award sebagai produk multivitamin
dengan konsumsi tertinggi di Indonesia, multivitamin Enervon-C
merupakan multivitamin daya tahan tubuh dapat menjadi pilihan
produk kesehatan yang menjaga kinerja tubuh mereka tanpa proses
yang rumit, terutama bagi para pekerja yang mengutamakan
produktivitas mereka serta para aktivis muda yang juga
memperhatikan kebutuhan akan eksistensi diri dengan mengutamakan
aktivitas bersama teman-teman (Zoel, 2011).
Melangkah pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia
dinilai semakin membaik didukung oleh konsumsi rumah tangga,
perbaikan kinerja investasi, dan peningkatan ekspor (Segara, 2017).
Masyarakat Indonesia dapat dikatakan sudah mampu memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari sehingga prioritas kebutuhan mereka naik
pada level sekunder. Seperti perhatian masyarakat Indonesia
khususnya perempuan kini mengarah pada keinginan untuk tampil
awet muda yang mulai meningkat sejak dua tahun terakhir, sehingga
meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk kolagen.
Seorang konsultan antipenaan, dr. Ariana Suryadewi mengungkapkan
bahwa kolagen memerlukan vitamin C untuk memudahkannya diserap
oleh tubuh secara optimal, sehingga dapat membuat kulit tetap kenyal
dan kencang (Kurniawan, 2016). Sehingga pada tahun 2016
Hemaviton C1000 mengeluarkan inovasi kandungan kolagen 1000 mg
dalam varian produk baru Hemaviton C1000+Collagen untuk
menjawab kebutuhan perawatan kesehatan kulit terutama bagi
perempuan Indonesia. Didukung oleh data Years In Search 2016 yang
dirilis Google berisi berbagai pencarian terpopuler, termasuk di
Indonesia topik bagaimana cara merawat kulit masuk dalam 10
pencarian teratas (Hestianingsih, 2016).
Berdasarkan kondisi perekonomian masyarakat Indonesia yang
semakin meningkat hingga tahun 2017 (Fauzi, 2017) didukung dengan
tingkat konsumsi tertinggi pada kategori multivitamin Enervon-C dan
Hemaviton C1000 (Top Brand Award, n.d.) menunjukkan bahwa
multivitamin daya tahan tubuh berperan dalam kelangsungan hidup
masyarakat Indonesia sehari-hari. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, perekonomian yang baik meningkatkan perhatian
masyarakat pada kebutuhan sekunder yang dianggap menjadi primer.
Jika sebelumnya upaya memenuhi kebutuhan kesehatan primer
masyarakat Indonesia meliputi meluangkan waktu untuk berolahraga
dan memilih menu makanan yang lebih bergizi, kini kebutuhan
tersebut meningkat menjadi kebutuhan akan produk yang dapat
dikonsumsi dengan praktis dan nyaman karena masyarakat Indonesia
semakin disibukkan dengan aktivitas terkait profesi dan eksistensi diri
(Zoel, 2011). Berdasarkan data konteks sosial yang melingkupi
munculnya multivitamin daya tahan tubuh dapat disimpulkan bahwa
produk multivitamin daya tahan tubuh muncul tidak hanya
menawarkan nilai kesehatan tetapi juga nilai-nilai kepraktisan,
kenyamanan, kesuksesan, serta kecantikan bagi perempuan untuk
menjawab kebutuhan konsumen golongan tertentu dengan gaya hidup
tertentu, seperti individu berusia produktif yang memiliki tuntutan
aktivitas yang tinggi.
4.2.2 Analisis Elemen Stereotype Sakit
Elemen analisis yang kedua adalah elemen stereotype sakit yang
digunakan untuk mengetahui gambaran pandangan umum terhadap
kondisi tubuh yang harus dihindari oleh individu dengan bantuan
multivitamin daya tahan tubuh. Pada setiap elemen analisis terdapat tiga
tahap analisis wacana Teun A. Van Dijk meliputi analisis teks, analisis
kognisi sosial, dan analisis konteks sosial.
4.2.2.1 Analisis Teks Stereotype Sakit
a. Analisis Iklan Multivitamin Enervon-C versi Ashraf Sinclair
Topik stereotype sakit pada iklan ini diambil dari upaya pembuat
iklan menghindari suatu kondisi terkait konsumsi produk multivitamin
Enervon-C, yaitu sakit merupakan kondisi individu yang tidak mampu
melakukan perannya dengan baik karena multivitamin Enervon-C
digambarkan dapat membantu individu mencapai kondisi sebaliknya.
Skema iklan ini berawal dari pernyataan Ashraf Sinclair yang menyatakan
bahwa rutinitasnya membutuhkan perlindungan lebih kemudian Ashraf
Sinclair memilih untuk mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap hari
yang dapat membuat kondisi tubuhnya terlindungi sehingga mampu
menjalankan seluruh perannya dengan baik. Alur tersebut mengarahkan
khalayak agar melakukan tindakan perlindungan dari kondisi yang dapat
mengganggu rutinitasnya sehari-hari sehingga tidak mampu menjalankan
perannya dengan baik.
Latar pada iklan ini ditunjukkan melalui gambaran multivitamin
Enervon-C dapat membantu menjaga daya tahan tubuh saat
multiberaktivitas, khalayak diarahkan untuk mencegah gangguan pada
tubuh yang dapat mengganggu aktivitasnya sehari-hari dengan
mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap hari. Dengan menampilkan
detail kesuksesan pada peran Ashraf Sinclair sebagai aktor dan pengusaha
dalam bentuk adegan proses shooting lancar, mampu berolahraga bersama
teman, dan adegan peresmian bisnisnya menunjukkan secara implisit
bahwa khalayak dibuat senang dengan kesuksesan dan diarahkan untuk
melindungi kesuksesan tersebut dari kondisi sebaliknya. Maksud iklan ini
menyampaikan bahwa individu harus mencegah tubuhnya berada dalam
kondisi tanpa bantuan proteksi dari multivitamin Enervon-C saat
beraktivitas yang dapat menghambatnya untuk menjalani peran dengan
baik. Iklan ini sekaligus tidak menampilkan penggambaran kondisi sakit
secara jelas tetapi memberikan batasan-batasan kondisi yang harus dicapai
agar dapat dikatakan sehat. Dengan menunjukan bahwa multivitamin
Enervon-C merupakan multiprotektor bagi kesibukan individu maka
timbul pra-anggapan apabila individu tidak mengonsumsi multivitamin
Enervon-C setiap hari maka kondisi tubuh individu akan berada dalam
kondisi yang tidak terlindungi sehingga tidak mampu menjalankan semua
perannya sehari-hari.
Leksikon atau pemilihan kata “multiproteksi” dan “menjaga” pada
kalimat “Multitasking jadikan tubuh perlu multiproteksi, karena itu aku
minum multivitamin Enervon-C setiap hari. Dengan vitamin C 500mg dan
B kompleks, bantu menjaga daya tahan tubuh saat multiberaktivitas”
berarti menggunakan kata “multiproteksi” yang bermakna perlindungan
lebih dan kata “menjaga” yang bermakna memberikan perlindungan
sehingga disimplkan menjadi melakukan perlindungan lebih terhadap
kondisi tubuh yang dapat mengganggu kelancaran aktivitas sehari-hari,
sehingga menunjukkan pemaknaan bahwa kondisi sakit merupakan
kondisi yang ditakuti sehingga diperlukan adanya tindakan proteksi. Hal
tersebut berarti bahwa kondisi sakit ditakuti karena dapat menghambat
peran individu yang juga berdampak pada kesuksesan individu, maka
multiproteksi berarti melindungi tubuh individu sekaligus produktivitas
individu. Pada grafis atau gambar 4.14 yang terdiri dari tiga gambaran
kesuksesan yang dicapai Ashraf Sinclair dapat terlihat tiga kondisi
sebaliknya yang seolah berusaha dicegah oleh multivitamin Enervon-C
agar tidak terjadi pada tubuh individu, yaitu tidak mampu berolahraga
bersama teman-teman yang berhubungan dengan hubungan sosial individu
serta, tidak mampu sukses dalam urusan bisnis, dan tidak mampu
melakukan tuntutan profesi dengan baik yang berhubungan dengan
produktivitas individu.
Gambar 4.14 Adegan Aktivitas Ashraf Sinclair
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Sakit merupakan kondisi individu yang
tidak mampu melakukan perannya dengan baik.
Superstruktur Skematik
Skema : Berawal dari pernyataan Ashraf
Sinclair yang menyatakan bahwa aktivitas-
aktivitasnya membutuhkan perlindungan lebih.
Kemudian Ashraf Sinclair memilih untuk
mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap
hari yang dapat membuat kondisi tubuhnya
terlindungi.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Dengan menunjukkan bahwa
multivitamin Enervon-C dapat membantu
menjaga daya tahan tubuh saat
multiberaktivitas, khalayak diarahkan untuk
mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap
hari.
Detail : Dengan menampilkan detail kesuksesan
pada peran Ashraf Sinclair sebagai aktor dan
pengusaha khalayak dibuat senang dengan
kesuksesan dan diarahkan untuk melindungi
kesuksesan tersebut dari kondisi tubuhnya
sendiri.
Maksud : Iklan ini menyampaikan bahwa
individu harus mencegah tubuhnya berada
dalam kondisi tanpa bantuan proteksi dari
multivitamin Enervon-C saat beraktivitas.
Pra-anggapan : Apabila individu tidak
mengonsumsi multivitamin Enervon-C setiap
hari maka kondisi tubuh individu akan berada
dalam kondisi yang tidak terlindungi sehingga
tidak mampu menjalankan semua perannya
sehari-hari.
Sintaksis
-
Stilistik
Leksikon : Pemilihan kata “multiproteksi” dan
“menjaga” pada kalimat “Multitasking jadikan
tubuh perlu multiproteksi, karena itu aku
minum multivitamin Enervon-C setiap hari.
Dengan vitamin C 500mg dan B kompleks,
bantu menjaga daya tahan tubuh saat
multiberaktivitas” menunjukkan pemaknaan
bahwa kondisi sakit merupakan kondisi yang
ditakuti sehingga diperlukan adanya tindakan
proteksi.
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 93
Kata kunci : sakit, tidak terjaga, tidak mampu
Tabel 4.5 Analisis Teks Stereotype Sakit Pada Iklan Multivitamin Enervon-C Versi
Ashraf Sinclair
Sumber: Diolah Peneliti
b. Analisis Iklan Multivitamin Enervon-C versi Ashraf Sinclair &
Bunga Citra Lestari (BCL)
Topik stereotype sakit dalam iklan ini diambil dari ungkapan
individu yang merasakan kondisi tersebut, yaitu sakit merupakan kondisi
yang nggak banget. Ungkapan tersebut dijadikan topik stereotype sakit
karena ungkapan tersebut menerangkan konten yang menggambarkan
kondisi sakit. Skema pada iklan ini berawal dari saat Ashraf Sinclair tiba-
tiba datang mengabarkan bahwa ia berhasil memperoleh tiket konser
malam itu, kemudian BCL dengan penuh semangat menyatakan
keikutsertaannya sementara temannya bereaksi dengan lesu menyatakan
ketidakikutsertaannya sehingga menunjukkan bahwa khalayak diarahkan
untuk tidak menyukai kondisi sakit karena dapat membuat mereka tidak
nyaman dan melewatkan momen bersenang-senang, kemudian diakhiri
dengan menampilkan multivitamin Enervon-C yang mendukung kondisi
Ashraf Sinclair dan BCL sehingga siap menghadapi situasi apapun dengan
penuh semangat.
Latar ditampilkan dengan menunjukkan rasa tidak suka dan tidak
nyaman terhadap kondisi sakit bahkan pada tahap gejalanya, menunjukkan
bahwa kondisi sakit dipandang sebagai kondisi yang menghambat individu
untuk ikut serta dalam aktivitas karena rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan. Penggambaran kondisi sakit hanya ditampilkan dengan
sedikit detail pada awal tayangan berupa perilaku tidak nyaman yaitu
menyentuh bagian leher, ekspresi tidak nyaman dan lesu, serta ungkapan
“lagi nggak banget” yang ditunjukkan oleh tokoh perempuan teman
Ashraf Sinclair dan BCL. Sehingga khalayak menganggap bahwa pada
tahap munculnya gejala sakit walaupun hanya sedikit, mereka sudah
diarahkan untuk segera mengambil tindakan pencegahan. Maksud iklan
ini menyampaikan bahwa khalayak harus mencegah terjadinya gangguan
kesehatan pada tubuhnya yang dapat menghalangi mereka beraktivitas
dengan mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali sehari. Dengan
menunjukkan kondisi individu yang tidak dipersiapkan setiap hari dengan
ungkapan “lagi nggak banget” maka timbul pra-anggapan apabila individu
tidak mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali sehari maka individu
akan berada dalam kondisi yang nggak banget.
Leksikon atau pemilihan kata “lagi nggak banget” dalam kalimat
“Nggak bisa ikutan nih, lagi nggak banget” berarti menggunakan kata-kata
yang tidak baku dalam Bahasa Indonesia, yang bermakna sedang merasa
sangat tidak nyaman akibat gangguan tertentu sehingga menunjukkan
pemaknaan terhadap gangguan kesehatan berupa ketidaksiapan tubuh
dalam menghadapi berbagai macam aktivitas merupakan kondisi yang sulit
diterima dan tidak seharusnya terjadi pada individu. Didukung dengan
pemilihan kata “tuh kan” pada kalimat “Tuh kan, minum Enervon-C satu
kali sehari supaya daya tahan tubuh terjaga, kaya kita berdua” yang
merupakan ungkapan tidak baku dalam Bahasa Indonesia yang merujuk
pada ungkapan yang digunakan seseorang pada lawan bicaranya sebagai
bentuk lain dari ungkapan “lihatlah apa yang telah kau alami atau kau
perbuat” sehingga menunjukkan bahwa kondisi ketidaksiapan tubuh dalam
menghadapi berbagai aktivitas merupakan sebuah kesalahan yang tidak
seharusnya terjadi. Pada grafis atau gambar 4.15 perhatian khalayak
diarahkan pada sisi kanan yang menampilkan individu yang tidak
mengonsumsi multivitamin Enervon-C. Tokoh yang mengalami gejala
menurunnya ketahanan tubuh ditampilkan dominan di sisi kanan dengan
tata rias dan busana yang terkesan pucat dan tidak segar didukung dengan
ekspresi dan gerak-gerik tubuh menyentuh leher yang menandakan sedang
merasa terganggu dan diungkapkan dengan kata-kata “lagi nggak banget”.
Di sisi kiri terlihat dari ekspresi BCL yang menanggapi kondisi tersebut
dengan ekspresi yang sulit menerima bahwa kondisi tersebut dapat terjadi
pada temannya di saat mereka berencana bersenang-senang bersama.
Sehingga, kondisi yang berusaha dicegah oleh multivitamin Enervon-C
merupakan kondisi munculnya gejala sakit yang membuat individu merasa
nggak banget karena membuatnya tidak nyaman dan menghambatnya
beraktivitas.
Gambar 4.15 Adegan Kondisi Lagi Nggak Banget
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Sakit merupakan kondisi yang nggak
banget
Superstruktur Skematik
Skema : Berawal dari saat Ashraf Sinclair tiba-
tiba datang mengabarkan bahwa ia berhasil
memperoleh tiket konser malam itu, kemudian
BCL dengan penuh semangat menyatakan
keikutsertaannya sementara temannya bereaksi
dengan lesu menyatakan ketidakikutsertaannya.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Dengan menunjukkan rasa tidak suka
dan tidak nyaman terhadap kondisi sakit bahkan
pada tahap gejalanya, mengarahkan khalayak
untuk mengonsumsi multivitamin Enervon-C
satu kali sehari agar kondisi tubuh menjadi siap
menghadapi aktivitas apapun.
Detail : Penggambaran kondisi sakit hanya
ditampilkan dengan sedikit detail pada awal
tayangan.
Maksud : Iklan ini menyampaikan bahwa
khalayak harus mencegah terjadinya gangguan
kesehatan pada tubuhnya yang dapat
menghalangi mereka beraktivitas dengan
mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali
sehari.
Pra-anggapan : Apabila individu tidak
mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali
sehari maka individu akan berada dalam kondisi
yang nggak banget.
Sintaksis
-
Stilistik
Leksikon : Pemilihan kata “lagi nggak banget”
dalam kalimat “Nggak bisa ikutan nih, lagi
nggak banget” menunjukkan pemaknaan
terhadap gangguan kesehatan. Didukung dengan
pemilihan kata “tuh kan” pada kalimat “Tuh
kan, minum Enervon-C satu kali sehari supaya
daya tahan tubuh terjaga, kaya kita berdua”
yang menunjukkan bahwa kondisi ketidaksiapan
tubuh dalam menghadapi berbagai aktivitas
merupakan sebuah kesalahan yang tidak
seharusnya terjadi.
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 97
Kata kunci : sakit, tidak siap, nggak banget
Tabel 4.6 Analisis Teks Stereotype Sakit Pada Iklan Multivitamin Enervon-C Versi
Ashraf Sinclair dan BCL
Sumber: Diolah Peneliti
c. Analisis Iklan Multivitamin Hemaviton C1000 versi C1000
Topik stereotype sakit pada iklan ini diambil berdasarkan kondisi
kebalikan dari kondisi yang dapat dicapai oleh individu dengan
mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000, yaiu sakit merupakan
kondisi tubuh individu yang sulit beradaptasi dengan situasi di sekitarnya.
Skema pada iklan ini diawali dengan menampilkan beberapa aktivitas
yang harus dijalani oleh individu dalam situasi yang berat berupa lari di
tengah terik matahari, berbelanja barang diskon dengan banyak orang,
begadang menonton pertandingan sepak bola di hari kerja, dan tetap sehat
di musim pancaroba yang digunakan untuk menarik perhatian khalayak
bahwa mereka bisa sekuat itu dengan mengonsumsi multivitamin
Hemaviton C1000 setiap sebelum beraktivitas dan mereka sekaligus dapat
terhindar dari kondisi sakit yang menurunkan kinerja mereka sehari-hari
pada akhir tayangan berupa tampilan beberapa individu yang menderita
gejala menurunnya daya tahan tubuh seperti menggigil, bersin-bersin, dan
lemah lesu.
Latar ditampilkan dengan penggambaran kondisi sehat yang
dominan dan lebih menguntungkan individu mengarahkan khalayak untuk
mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000 agar terhindar dari kondisi
sakit yang terkesan tertinggal dan terpinggirkan. Penggambaran kondisi
tubuh yang tidak mampu menghadapi banyaknya aktivitas serta perubahan
cuaca ditampilkan dengan detail sedikit berupa perilaku gejala-gejala
menurunnya daya tahan tubuh seperti menggigil kedinginan, bersin-bersin,
dan lemah lesu ditayangkan pada bagian akhir tayangan iklan yang secara
implisit mengesankan bahwa kondisi tersebut sebaiknya dihindari
walaupun hanya sekedar gejala menurunnya daya tahan tubuh. Maksud
iklan ini menyampaikan bahwa kondisi tubuh yang tidak mampu
beradaptasi dengan pergantian cuaca dengan aktivitas yang tinggi berupa
munculnya gejara menurunnya daya tahan tubuh merupakan kondisi yang
harus dicegah terjadi dengan mengonsumsi multivitamin Hemaviton
C1000 setiap ssebelum beraktivitas. Iklan ini sekaligus mengabaikan
kondisi munculnya gejala menggigil, bersin-bersin, dan lemah lesu
merupakan upaya tubuh mempertahankan diri sekaligus memberi signal
pada individu untuk memperbaiki pola hidup dan memberikan kesempatan
pada tubuh untuk memulihkan diri (self healing), bukan dipaksa pulih
tanpa memperbaiki penyebabnya. Dengan menampilkan perbandingan
kondisi individu yang mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000
dengan individu yang tidak mengonsumsi maka timbul pra-anggapan
apabila individu tidak mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000 maka
ia tidak akan mampu menghadapi beragam aktivitas dalam berbagai
situasi.
Pada grafis atau gambar 4.16 perhatian khalayak diarahkan pada
dua kondisi yang kontras. Perhatian pertama tertuju pada sisi kiri yang
terdapat tokoh utama dengan pemilihan properti payung berwarna kuning
menandakan bahwa ia berada dalam kondisi terlindungi dan merasa
bahagia (Basuki, n.d; Fadli, 2016). Sebaliknya, sekelompok individu di sisi
kanan ditampilkan dengan tata busana berwarna gelap didukung dengan
gerakan tubuh menggigil kedinginan, bersin-bersin dan ekspresi yang tidak
bergairah menandakan bahwa kondisi tersebut menempatkan individu
dalam kondisi yang tertinggal dan terpinggirkan. Sehingga khalayak
semakin terdorong untuk mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000.
Gambar 4.16 Adegan Musim Pancaroba
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Sakit merupakan kondisi tubuh individu
yang sulit beradaptasi dengan situasi di sekitarnya
Superstruktur Skematik
Skema : Diawali dengan menampilkan
beberapa aktivitas yang harus dijalani oleh
individu dalam situasi yang berat dan pada akhir
tayangan ditampilkan beberapa individu yang
menderita gejala menurunnya daya tahan tubuh.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Penggambaran kondisi sehat yang
dominan dan lebih menguntungkan individu
mengarahkan khalayak untuk mengonsumsi
multivitamin Hemaviton C1000 agar terhindar
dari kondisi sakit.
Detail : Penggambaran kondisi tubuh yang tidak
mampu menghadapi banyaknya aktivitas serta
perubahan cuaca ditampilkan dengan detail
sedikit.
Maksud : Iklan ini menyampaikan bahwa
kondisi tubuh yang tidak mampu beradaptasi
dengan pergantian cuaca dengan aktivitas yang
tinggi merupakan kondisi yang harus dicegah
terjadi dengan mengonsumsi multivitamin
Hemaviton C1000 setiap ssebelum beraktivitas.
Pra-anggapan : Apabila individu tidak
mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000
maka ia tidak akan mampu menghadapi
beragam aktivitas dalam berbagai situasi.
Sintaksis
-
Stilistik
-
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 100 – 101
Kata kunci : sakit, gejala
Tabel 4.7 Analisis Teks Stereotype Sakit Pada Iklan Multivitamin Hemaviton C1000
Versi C1000
Sumber: Diolah Peneliti
d. Analisis Iklan Multivitamin Hemaviton C1000 versi
C1000+Collagen
Topik stereotype sakit pada iklan ini diambil dari perilaku
yang ditnjukkan oleh individu yang mengalami kondisi tersebut, yaitu
sakit merupakan kondisi individu yang merasa terganggu dengan
kondisi tubuh. Skema iklan ini diawali dengan adegan Raline Shah
dengan satu perempuan lain sedang melakukan persiapan di backstage
tiba-tiba perempuan tersebut terlihat terganggu dengan kondisi
tenggorokannya yang menunjukkan bahwa ketahanan tubuh dapat
menurun secara tiba-tiba dan memunculkan gangguan rasa tidak
nyaman pada bagian tubuh tertentu, kemudian Raline Shah
memberikan multivitamin Hemaviton C1000+Collagen untuk
dikonsumsi sehingga dapat kembali beraktivitas tanpa rasa terganggu
untuk menjadikan multivitamin Hemaviton C1000+Collagen sebagai
solusi praktis bagi perempuan aktif agar terhindar dari gangguan rasa
tidak nyaman yang menghambat aktivitasnya. Latar ditunjukkan
dengan individu tidak dapat memprediksi gangguan yang terjadi pada
tubuhnya sehingga mendorong individu untuk menjaga kondisi
tubuhnya setiap hari dengan mengonsumsi multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen agar aktivitasnya tidak terganggu. Penggambaran
kondisi tubuh tokoh perempuan ditampilkan dengan sedikit detail
berupa perilaku menyentuh leher dengan ekspresi tidak nyaman.
Sehingga secara implisit menunjukkan bahwa sedikit saja gejala
menurunnya daya tahan tubuh dapat menimbulkan rasa terganggu yang
menghambat kinerja individu sehingga harus cepat ditangani dengan
mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000+Collagen. Maksud
iklan ini menyampaikan kondisi tubuh harus dijaga dari gangguan
kesehatan yang dapat muncul kapan saja dan harus segera ditangani
agar tidak menghambat aktivitas sehari-hari dengan mengonsumsi
multivitamin Hemaviton C1000+Collagen. Dengan menunjukkan
multivitamin Hemaviton C1000+Collagen dapat mengatasi kondisi
daya tahan tubuh yang menurun dengan cepat maka timbul pra-
anggapan apabila individu tidak mengonsumsi multivitamin
Hemaviton C1000+Collagen maka ia tidak akan terjaga dari gangguan
kesehatan yang dapat muncul sewaktu-waktu.
Pada grafis atau gambar 4.17 perhatian khalayak difokuskan
pada kondisi tubuh perempuan yang kondisi tubuhnya tiba-tiba
mengalami gangguan pada tenggorokan yang ditunjukkan dengan
ekspresi terganggu dan tidak nyaman. Pemilihan tata rias dan busana
yang berwarna cerah menunjukkan bahwa kondisi gangguan kesehatan
dapat muncul kapan saja dan di mana saja secara tiba-tiba, bahkan
pada saat individu merasa baik-baik saja. Sehingga dapat mendorong
khalayak untuk memilih mengonsumsi multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen yang dapat diandalkan secara praktis.
Gambar 4.17 Adegan Kondisi Tubuh Terganggu
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Sakit merupakan kondisi individu yang
merasa terganggu dengan kondisi tubuh
Superstruktur Skematik
Skema : Diawali dengan adegan Raline Shah
dengan satu perempuan lain sedang melakukan
persiapan di backstage tiba-tiba perempuan
tersebut terlihat terganggu dengan kondisi
tenggorokannya, kemudian Raline Shah
memberikan multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen untuk dikonsumsi sehingga
dapat kembali beraktivitas tanpa rasa terganggu.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Dengan menunjukkan bahwa individu
tidak dapat memprediksi gangguan yang terjadi
pada tubuhnya sehingga mendorong individu
untuk menjaga kondisi tubuhnya setiap hari
dengan mengonsumsi multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen.
Detail : Penggambaran kondisi tubuh tokoh
perempuan ditampilkan dengan sedikit detail.
Maksud : Iklan ini menyampaikan kondisi
tubuh harus dijaga dari gangguan kesehatan
yang dapat muncul kapan saja dan harus segera
ditangani agar tidak menghambat aktivitas
sehari-hari dengan mengonsumsi multivitamin
Hemaviton C1000+Collagen.
Pra-anggapan : Apabila individu tidak
mengonsumsi multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen maka ia tidak akan terjaga dari
gangguan kesehatan yang dapat muncul
sewaktu-waktu.
Sintaksis
-
Stilistik
-
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 104
Kata kunci : sakit, mengganggu, tiba-tiba
Tabel 4.8 Analisis Teks Stereotype Sakit Pada Iklan Multivitamin Hemaviton C1000
Versi C1000+Collagen
Sumber: Diolah Peneliti
Berdasarkan data analisis teks elemen stereotype sakit pada
empat tayangan iklan multivitamin daya tahan tubuh produk Enervon-
C dan Hemaviton C1000 menghasilkan bahwa pandangan umum
terhadap kondisi sakit cenderung dianggap merugikan individu dengan
melebih-lebihkan kondisi munculnya gejala ringan gangguan
kesehatan yang dianggap serius. Munculnya gejala seperti bersin-
bersin, menggigil, gangguan tenggorokan, dan lemah lesu sudah
dianggap mengganggu aktivitas individu dalam menjalankan perannya
dan perlu dilakukan tindakan penanganan dengan segera untuk
mencegah kondisi tubuh semakin menurun yang dapat membuat
individu berada dalam kondisi yang lebih dirugikan.
4.2.2.2 Analisis Kognisi Sosial Stereotype Sakit
Pemaknaan para pemilik modal terhadap kondisi sakit dapat
dilihat melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) yang
merupakan bentuk tanggung jawab filantropis perusahaan terhadap
kualitas hidup masyarakat terkait produk-produk mereka (Carrol,
2016) yang berorientasi kesehatan. PT. Medifarma Laboratories
menyelenggarakan beberapa program CSR tahunan berupa pengobatan
gratis bagi masyarakat sekitar yang bekerjasama dengan unit kesehatan
setempat. Selain itu, perusahaan juga menyelenggarakan tes kesehatan
tahunan bagi karyawan internal yang ditujukan untuk memperbaiki
kualitas kesehatan karyawan yang nantinya dapat meningkatkan
kinerja karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas
perusahaan (Medifarma, n.d.).
Selanjutnya, PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk.
menyelenggarakan program CSR rutin berkoordinasi dengan
Kementrian Kesehatan Indonesia yang menyasar pada 1000 First Days
of Children Life. Perusahaan melakukan pendekatan terhadap para ibu
dalam kegiatan Posyandu untuk memberikan pengenalan kesehatan
mengenai asupan makanan sehat pada bayi. Selain itu, perusahaan juga
menyelenggarakan perawatan kesehatan gratis tahunan, donor darah,
dan pendonasian obat-obatan dan vitamin bagi para korban bencana
alam (Darya Varia, n.d.).
Tidak berbeda dengan kedua perusahaan sebelumnya, PT.
Tempo Scan Pacific Tbk. juga menyelenggarakan program CSR
tahunan yang meliputi PSIT (Program Sosial Indonesia Tersenyum)
yang menyediakan bantuan kesehatan bagi anak-anak penderita
kelainan fisik yang membutuhkan tindakan operasi, BRC (Bodrex
Reaksi Cepat) yang menyediakan akses pada perawatan kesehatan
khususnya bagi para korban bencana alam dan masyarakat tidak
mampu, Kiss For Life yang khusus memberikan bantuan medis bagi
perempuan Indonesia penderita Lupus melalui Yayasan Lupus
Indonesia, Viva Glam yang merupakan kampanye rutin penyuluhan
mengenai kanker payudara, serta Tempo Life Savers yang memberikan
bantuan obat-obatan dan perawatan kesehatan bagi para penderita
penyakit kronis (Tempo Scan Group, n.d.).
Berdasarkan data program CSR yang telah dilakukan oleh para
pemilik modal produk multivitamin daya tahan tubuh secara rutin di
atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan memandang kondisi sakit
sebagai kondisi lemah dan membutuhkan bantuan. Ketiganya
mengadakan bantuan medis dan pengobatan gratis bagi masyarakat
sehingga menunjukkan bahwa kondisi sakit dapat meningkatkan
kebutuhan tertentu yang membutuhkan biaya lebih yang sulit untuk
dipenuhi oleh sebagian besar penderita. Sedangkan program CSR tes
kesehatan tahunan bagi karyawan internal perusahaan menunjukkan
bentuk tanggung jawab ekonomis yang berorientasi profit sehingga
perusahaan dapat terus produktif (Carrol, 2016). Jadi, kondisi sakit
harus terdeteksi sedini mungkin untuk mengurangi kemungkinan
kerugian yang dapat terjadi.
4.2.2.3 Analisis Konteks Sosial Stereotype Sakit
Tantangan pembangunan kesehatan Indonesia semakin tahun
semakin meningkat, dari double burden menjadi triple burden yang
meliputi tingginya penyakit akibat infeksi, meningkatnya penyakit
tidak menular dan munculnya penyakit-penyakit yang sudah teratasi
(Tresnady & Nodia, 2016). Berdasarkan data Global Burden of
Disesase 2010 dan Health Sector Review 2014 penyakit tidak menular
(PTM) menempati peringkat pertama penyebab kematian yang
mengancam bangsa Indonesia, khususnya mengancam usia produktif
dengan jumlah besar dengan gangguan derajat kesehatan oleh PTM
(Penyakit Tidak Menular) dan perilaku hidup yang tidak sehat
sehingga tidak mampu memberikan kontribusi pada pembangunan
negara (Tresnady & Nodia, 2016).
Rendahnya kesadaran diri masyarakat Indonesia terhadap
permasalahan kesehatan yang terjadi sehingga berdampak pada kondisi
tubuh di kemudian hari. Permasalahan tersebut didukung oleh prioritas
peningkatan kualitas hidup melalui kinerja dan produktivitas sehari-
hari menyebabkan pola hidup dan pola makan yang tidak teratur
dengan tingkat aktivitas yang tinggi dan pilihan hidup praktis (Zoel,
2011) sehingga tidak mengurangi beban PTM di Indonesia. Ditambah
lagi dengan perilaku masyarakat golongan menengah ke bawah yang
dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan budaya cenderung tidak
memprioritaskan kesehatan dengan alasan biaya dan waktu sehingga
memilih self medication dan alternative medicine yang diragukan
kebersihan dan efektivitasnya (Hafidhah, 2014).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa stereotype kondisi sakit
yang cenderung merugikan muncul karena perilaku gaya hidup
masyarakat Indonesia yang berorientasi pada produktivitas ekonomi
sehingga berbeda dengan pendapat Jegede (2002) dan Soejoeti (2008)
yang mengabaikan gangguan kesehatan ringan seperti gejala
menurunnya daya tahan tubuh selama individu masih mampu untuk
menjalankan perannya dan beraktivitas sehari-hari, kondisi sakit
bahkan pada tahap gejala yang paling ringan dianggap kondisi yang
merugikan individu karena dapat menimbulkan gangguan pada
individu dan kebutuhan-kebutuhan baru serta keterbatasan tertentu
sehingga mengurangi kinerja individu hingga ketidakmampuan
individu untuk bekerja dan menghasilkan secara ekonomi.
4.2.3 Analisis Elemen Wacana Tubuh yang Sehat
Elemen analisis yang terakhir adalah elemen wacana tubuh yang
sehat digunakan untuk mengetahui gambaran kondisi tubuh yang berusaha
ditanamkan oleh pemilik modal pada individu yang harus dicapai setiap
hari dengan bantuan multivitamin daya tahan tubuh. Pada setiap elemen
analisis terdapat tiga tahap analisis wacana Teun A. Van Dijk, meliputi
analisis teks, analisis kognisi sosial, dan analisis konteks sosial.
4.2.3.1 Analisis Teks Wacana Tubuh yang Sehat
a. Analisis Iklan Multivitamin Enervon-C versi Ashraf Sinclair
Topik wacana tubuh yang sehat dalam iklan ini diambil dari tujuan
peran multivitamin daya tahan tubuh yang telah dianalisis sebelumnya,
yaitu tubuh yang sehat merupakan tubuh yang mampu melakukan
multiaktivitas. Skema pada iklan ini berupa sejak awal tayangan, Ashraf
Sinclair ditampilkan memiliki banyak kesibukan dan memilih untuk
mengonsumsi multivitamin daya tahan tubuh Enervon-C setiap hari dan
diikuti dengan penayangan Ashraf Sinclair yang melakukan berbagai
aktivitas dengan tubuh yang segar tanpa terganggu.
Latar menampilkan Ashraf Sinclair yang menjalani rutinitas padat
dan berbagai peran dengan penuh semangat karena mengonsumsi
multivitamin Enervon-C setiap hari, khalayak diarahkan untuk mencapai
kondisi tubuh yang mampu melakukan berbagai aktivitas dan menjalani
semua perannya tanpa rasa khawatir karena daya tahan tubuhnya sudah
terlindungi oleh multivitamin Enervon-C setiap hari. Penggambaran tubuh
yang melakukan multiaktivitas ditampilkan dengan detail ekspresi senang,
kepuasan, dan kebanggaan yang secara eksplisit menunjukkan bahwa
tubuh yang sehat adalah tubuh yang mampu melakukan berbagai aktivitas
tanpa rasa terganggu. Dengan mengemas Enervon-C sebagai multivitamin
yang dapat memberikan perlindungan ekstra pada individu dengan
multiaktivitas menyampaikan bahwa maksud dari iklan ini adalah tubuh
yang sehat yang dapat dicapai oleh multivitamin Enervon-C adalah tubuh
dengan daya tahan kuat dan terlindungi dari gangguan kesehatan yang
dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Dengan menunjukan ekspresi
senang saat multiberaktivitas karena mengonsumsi multivitamin Enervon-
C setiap hari maka timbul pra-anggapan tubuh yang sehat merupakan
tubuh yang mampu mencapai produktivitas tinggi dan dapat meraih
kesuksesan.
Kata ganti pada kalimat “Multitasking jadikan tubuh perlu
multiproteksi, karena itu aku minum multivitamin Enervon-C setiap hari”
dan “Enervon-C multivitaminku setiap hari” terdapat penggunaan kata
ganti orang pertama tunggal “aku” dan kata ganti kepemilikan “-ku” yang
menunjukkan bahwa tubuh yang sehat merupakan kondisi yang harus
dicapai oleh individu itu sendiri dengan melakukan tindakan dan pilihan
tertentu. Leksikon atau pemilihan kata “multiproteksi” pada kalimat
“Multitasking jadikan tubuh perlu multiproteksi” menggambarkan bahwa
tubuh yang sehat dapat dicapai dengan melakukan tindakan perlindungan
lebih dari perlindungan pada uumnya sesuai dengan kesibukan sehari-hari.
Lalu pemilihan kata pada kalimat “Dengan vitamin C 500mg dan B
kompleks, bantu menjaga daya tahan tubuh saat multiberaktivitas”
mengesankan bahwa kesehatan tubuh yang penting untuk dijaga adalah
pada saat beraktivitas, sehingga tubuh yang sehat penting untuk menjaga
produktivitas.
Pada grafis atau gambar 4.18 khalayak difokuskan pada tubuh
Ashraf Sinclair yang terlihat tegap dan bugar serta dikelilingi oleh cahaya
berwarna keemasan yang identik dengan kejayaan dan energi, didukung
dengan background berwarna oranye yang melambangkan kekuatan,
ketahanan, dan kesuksesan (Basuki, n.d.; Fadli, 2016) sehingga terkesan
bahwa multivitamin Enervon-C dapat membuat tubuh individu menjadi
kuat dan berenergi serta siap untuk meraih kesuksesan seperti yang terlihat
pada gambar 4.19. Khalayak diarahkan untuk melihat ketiga potongan
adegan aktivitas Ashraf Sinclair dengan penggunaan tata rias yang segar
dan tata busana sesuai konteks situasi masing-masing. Sehingga khalayak
dapat menganggap bahwa memiliki tubuh sehat yang terlindungi oleh
multivitamin Enervon-C dapat membuat mereka mampu melakukan
berbagai peran sekaligus dengan lancar.
Gambar 4.18 Adegan Tubuh Ashraf Sinclair yang Terlindungi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.19 Adegan Aktivitas Ashraf Sinclair
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Tubuh yang sehat merupakan tubuh yang
mampu melakukan multiaktivitas
Superstruktur Skematik
Skema : Sejak awal tayangan, Ashraf Sinclair
ditampilkan memiliki banyak kesibukan dan
memilih untuk mengonsumsi multivitamin daya
tahan tubuh Enervon-C setiap hari dan diikuti
dengan penayangan Ashraf Sinclair yang
melakukan berbagai aktivitas dengan tubuh
yang segar tanpa terganggu.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Khalayak diarahkan untuk mencapai
kondisi tubuh yang mampu melakukan berbagai
aktivitas dan menjalani semua perannya tanpa
rasa khawatir karena daya tahan tubuhnya sudah
terlindungi oleh multivitamin Enervon-C setiap
hari.
Detail : Penggambaran tubuh yang melakukan
multiaktivitas ditampilkan dengan detail.
Maksud : Tubuh yang sehat yang dapat dicapai
oleh multivitamin Enervon-C adalah tubuh
dengan daya tahan kuat dan terlindungi dari
gangguan kesehatan yang dapat menghambat
aktivitas sehari-hari.
Pra-anggapan : Ttubuh yang sehat merupakan
tubuh yang mampu mencapai produktivitas
tinggi dan dapat meraih kesuksesan.
Sintaksis
Kata Ganti : Pada kalimat “Multitasking
jadikan tubuh perlu multiproteksi, karena itu
aku minum multivitamin Enervon-C setiap
hari” dan “Enervon-C multivitaminku setiap
hari” terdapat penggunaan kata ganti orang
pertama tunggal “aku” dan kata ganti
kepemilikan “-ku”.
Stilistik
Leksikon : Pemilihan kata “multiproteksi” pada
kalimat “Multitasking jadikan tubuh perlu
multiproteksi” menggambarkan bahwa tubuh
yang sehat dapat dicapai dengan melakukan
tindakan perlindungan lebih sesuai dengan
kesibukan sehari-hari. Lalu pemilihan kata pada
kalimat “Dengan vitamin C 500mg dan B
kompleks, bantu menjaga daya tahan tubuh
saat multiberaktivitas” mengesankan bahwa
kesehatan tubuh yang penting untuk dijaga
adalah pada saat beraktivitas, sehingga tubuh
yang sehat penting untuk menjaga produktivitas.
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 112
Kata kunci : sehat, multiaktivitas, sukses
Tabel 4.9 Analisis Teks Wacana Tubuh yang Sehat Pada Iklan Multivitamin Enervon-C
Versi Ashraf Sinclair
Sumber: Diolah Peneliti
b. Analisis Iklan Multivitamin Enervon-C versi Ashraf Sinclair &
Bunga Citra Lestari (BCL)
Topik wacana tubuh yang sehat pada iklan ini juga diambil dari
hasil yang diperoleh dengan mengonsumsi multivitamin Enervon-C, yaitu
tubuh yang sehat merupakan tubuh yang siap menghadapi aktivitas apapun
Skema pada iklan ini berawal dari situasi mendadak yang dialami oleh
Ashraf Sinclair dan BCL berupa menonton acara konser musik. Ashraf
Sinclair dan BCL langsung siap untuk menghadiri acara tersebut
sedangkan teman mereka tidak bisa ikut hadir karena merasa tidak sehat.
Kemudian BCL menganjurkan untuk mengikuti kebiasaan dia dan Ashraf
Sinclair mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali sehari agar selalu
siap menghadapi situasi apapun. Sehingga khalayak diarahkan untuk
mengikuti sikap Ashraf Sinclair dan BCL yang sejak awal hingga akhir
tayangan selalu siap menghadapi situasi mendadak tanpa rasa khawatir
terhambat oleh gangguan kondisi daya tahan tubuh dengan mengonsumsi
multivitamin Enervon-C satu kali sehari.
Latar iklan ini berupa tampilan kesenangan yang lebih banyak
diperoleh Ashraf Sinclair dan BCL daripada teman mereka dengan
mengonsumsi multivitamin Enervon-C satu kali sehari mengarahkan
bahwa tubuh yang sehat merupakan kondisi yang membawa kesenangan
bagi individu karena tubuh selalu siap menghadapi aktivitas apapun..
Kondisi tubuh yang sehat digambarkan dengan detail ekspresi rasa
semangat dan rasa senang yang ditunjukkan oleh Ashraf Sinclair dan BCL
dalam bentuk antusiasme terhadap konser musik dan bersenang-senang
hingga malam hari menunjukkan bahwa tubuh yang sehat mendominasi
tubuh yang sakit karena tubuh selalu siap menghadapi apapun tanpa
terganggu risiko menurunnya daya tahan tubuh dengan mengonsumsi
multivitamin Enervon-C satu kali sehari. Dengan menampilkan Ashraf
Sinclair dan BCL yang siap menghadapi situasi mendadak karena
mempersiapkan kondisi tubuhnya setiap hari iklan ini bermaksud
menyampaikan bahwa tubuh yang sehat harus terus sehat dan dipersiapkan
setiap hari untuk menghadapi aktivitas apapun dengan mengonsumsi
multivitamin Enervon-C. Dengan menunjukkan gejala menurunnya daya
tahan tubuh dapat menghambat individu dalam beraktivitas maka timbul
pra-anggapan bahwa tubuh yang sehat adalah tubuh yang bebas dari rasa
tidak nyaman akibat gangguan kesehatan agar siap menghadapi aktivitas
apapun. Koherensi pada kalimat “Tuh kan, minum Enervon-C satu kali
sehari, supaya daya tahan tubuh terjaga kaya kita berdua” terdapat kata
hubung “supaya” yang menempatkan multivitamin Enervon-C sebagai
pembentuk ketahanan tubuh yang sehat yang dirasa dibutuhkan oleh
khalayak setiap hari untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Kata ganti
pada kalimat “Tuh kan, minum Enervon-C satu kali sehari supaya daya
tahan tubuh terjaga, kaya kita berdua” terdapat penggunaan kata ganti
orang pertama jamak “kita” yang mengesankan bahwa individu yang
memiliki tubuh yang sehat tidak sendirian atau dianggap lebih banyak
individu yang memiliki kondisi yang sama dan bangga akan kondisi
tersebut.
Leksikon atau pemilihan kata dan pengulangan yang terdapat
dalam dialog “Tuh kan, minum Enervon-C satu kali sehari supaya daya
tahan tubuh terjaga, kaya kita berdua” dan monolog “Enervon-C
mengandung vitamin C dan B kompleks bantu jaga daya tahan tubuh
untuk persiapkan kondisimu” dan tagline “Enervon-C, bantu jaga daya
tahan tubuh” menunjukkan strategi pembuat iklan untuk meningkatkan
penerimaan khalayak mengenai gambaran kondisi tubuh yang sehat yaitu
bahwa tubuh yang sehat adalah tubuh dengan ketahanan yang terjaga.
Sehingga khalayak diarahkan untuk mengambil tindakan pertahanan diri
ekstra dari multivitamin Enervon-C setiap hari agar terhindar dari risiko
menurunnya daya tahan tubuh yang dapat menghambat dan membatasi
individu dalam beraktivitas.
Pada grafis atau gambar 4.20 perhatian khalayak diarahkan pada
sosok Ashraf Sinclair dan BCL yang ditempatkan di tengah dan
ditampilkan dengan tata rias yang segar serta tata busana berwarna oranye
dan putih yang melambangkan ketahanan, kesuksesan, serta keberhasilan
(Basuki, n.d.). Didukung dengan cahaya yang melingkupi Ashraf Sinclair
dan BCL serta logo produk Enervon-C pada sudut kiri bawah yang
melambangkan bahwa tubuh mereka terlindungi oleh multivitamin
Enervon-C sehingga mereka berdua berekspresi penuh suka cita. Secara
keseluruhan, gambar 4.20 menunjukkan bahwa tubuh yang sehat adalah
tubuh yang ketahanannya selalu terlindungi dan dapat beraktivitas meraih
kesenangan.
Gambar 4.20 Adegan Ashraf Sinclair & BCL Nonton Konser Musik
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Tubuh yang sehat merupakan tubuh yang
siap menghadapi aktivitas apapun
Superstruktur Skematik
Skema : Berawal dari situasi mendadak yang
dialami oleh Ashraf Sinclair dan BCL berupa
menonton acara konser musik. Ashraf Sinclair
dan BCL langsung siap untuk menghadiri acara
tersebut sedangkan teman mereka tidak bisa ikut
hadir karena merasa tidak sehat. Kemudian
BCL menganjurkan untuk mengikuti kebiasaan
dia dan Ashraf Sinclair mengonsumsi
multivitamin Enervon-C satu kali sehari agar
selalu siap menghadapi situasi apapun.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Dengan menampilkan kesenangan yang
lebih banyak diperoleh Ashraf Sinclair dan BCL
daripada teman mereka dengan mengonsumsi
multivitamin Enervon-C satu kali sehari
mengarahkan bahwa tubuh yang sehat
merupakan kondisi yang membawa kesenangan
bagi individu karena tubuh selalu siap
menghadapi aktivitas apapun..
Detail : Kondisi tubuh yang sehat digambarkan
dengan detail ekspresi rasa semangat dan rasa
senang yang ditunjukkan oleh Ashraf Sinclair
dan BCL dalam bentuk antusiasme terhadap
konser musik dan bersenang-senang hingga
malam hari menunjukkan bahwa tubuh yang
sehat mendominasi tubuh yang sakit karena
tubuh selalu siap menghadapi apapun tanpa
terganggu risiko menurunnya daya tahan tubuh
dengan mengonsumsi multivitamin Enervon-C
satu kali sehari.
Maksud : Iklan ini menyampaikan bahwa tubuh
yang sehat harus terus sehat dan dipersiapkan
setiap hari untuk menghadapi aktivitas apapun
dengan mengonsumsi multivitamin Enervon-C.
Pra-anggapan : Tubuh yang sehat adalah tubuh
yang bebas dari rasa tidak nyaman akibat
gangguan kesehatan agar siap menghadapi
aktivitas apapun.
Sintaksis
Koherensi : Pada kalimat “Tuh kan, minum
Enervon-C satu kali sehari, supaya daya tahan
tubuh terjaga kaya kita berdua” terdapat kata
hubung “supaya” yang menempatkan
multivitamin Enervon-C sebagai pembentuk
ketahanan tubuh yang sehat yang dirasa
dibutuhkan oleh khalayak setiap hari untuk
mendukung aktivitas sehari-hari.
Kata Ganti : Pada kalimat “Tuh kan, minum
Enervon-C satu kali sehari supaya daya tahan
tubuh terjaga, kaya kita berdua” terdapat
penggunaan kata ganti orang pertama jamak
“kita” yang mengesankan bahwa individu yang
memiliki tubuh yang sehat tidak sendirian atau
dianggap lebih banyak individu yang memiliki
kondisi yang sama dan bangga akan kondisi
tersebut.
Stilistik
Leksikon : Pemilihan kata dan pengulangan
yang terdapat dalam dialog “Tuh kan, minum
Enervon-C satu kali sehari supaya daya tahan
tubuh terjaga, kaya kita berdua” dan monolog
“Enervon-C mengandung vitamin C dan B
kompleks bantu jaga daya tahan tubuh untuk
persiapkan kondisimu” dan tagline “Enervon-C,
bantu jaga daya tahan tubuh” menunjukkan
bahwa tubuh yang sehat adalah tubuh dengan
ketahanan yang terjaga.
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 116 – 117
Kata kunci : sehat, siap, senang
Tabel 4.10 Analisis Teks Wacana Tubuh yang Sehat Pada Iklan Multivitamin Enervon-C
Versi Ashraf Sinclair dan BCL
Sumber: Diolah Peneliti
c. Analisis Iklan Multivitamin Hemaviton C1000 versi C1000
Topik wacana tubuh yang sehat dalam iklan ini juga diambil dari
tjuan peran multivitamin Hemaviton C1000, yaitu tubuh yang sehat
merupakan tubuh yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap
berbagai situasi Skema pada iklan ini sebagai berikut, pemeran utama
selalu mengawali semua aktivitasnya dengan mengonsumsi multivitamin
Hemaviton C1000 sehingga ia mampu beraktivitas tanpa batas. Hal
tersebut menunjukkan bahwa khalayak diarahkan untuk memiliki tubuh
yang mampu terus beraktivitas dan terus melindunginya dengan
mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000 setiap sebelum beraktivitas.
Latar menampilkan kemampuan tubuh dalam menghadapi
aktivitas berat seperti lari di cuaca terik matahari, berbelanja barang diskon
dengan pengunjung lainnya, begadang menonton pertandingan bola di hari
kerja dengan mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000 dapat
mendorong khalayak untuk menganggap tubuh yang sehat dapat membuat
mereka mampu terus beraktivitas dalam situasi apapun dengan ikut
mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000. Kondisi tubuh sehat yang
dapat dicapai dengan mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000
digambarkan dengan detail berupa kebugaran tubuh saat berlari di terik
matahari, kemenangan saat bersaing dengan banyak orang, dan ketahanan
tubuh saat begadang di hari kerja serta saat musim pancaroba.
Penggambaran tersebut secara implisit menunjukkan bahwa tubuh yang
sehat merupakan tubuh yang mampu bersaing dengan banyak orang dan
menghadapi berbagai macam aktivitas dalam berbagai situasi tanpa
khawatir terganggu risiko menurunnya daya tahan tubuh. Dengan
menampilkan multivitamin Hemaviton C1000 yang dikonsumsi setiap
sebelum beraktivitas iklan ini bermaksud menyampaikan bahwa tubuh
yang sehat tidak dapat diperoleh dengan begitu saja apalagi dengan
tuntutan aktivitas yang tinggi dalam berbagai situasi sehingga individu
membutuhkan bantuan multivitamin Hemaviton C1000 untuk beraktivitas
tanpa hambatan. Dengan menampilkan berbagai macam aktivitas yang
tetap berjalan walaupun dalam situasi yang berat maka timbul pra-
anggapan bahwa tubuh yang sehat adalah tubuh yang memiliki ketahanan
kuat sehingga mampu beradaptasi dengan cepat terhadap situasi yang
terjadi.
Bentuk kalimat “Aku minum Hemaviton C1000 untuk hadapi
musim lari meski terik matahari, musim sale walau lawan seribu pesaing,
musim bola meski besok harus kerja, hingga musim pancaroba”
merupakan kalimat aktif yang memposisikan individu sebagai subjek
dengan tuntutan predikat yang menurut individu harus dipenuhi sehingga
memerlukan bantuan multivitamin Hemaviton C1000 sebagai objek agar
tetap beraktivitas dengan semestinya tanpa sadar bahwa objeklah yang
menuntut subjek untuk menjalani predikat-predikat tertentu. Koherensi
atau penggunaan kata hubung pada kalimat “Aku minum Hemaviton
C1000 untuk hadapi musim lari meski terik matahari, musim sale walau
lawan seribu pesaing, musim bola meski besok harus kerja, hingga musim
pancaroba” menggambarkan bahwa tubuh yang sehat merupakan tubuh
yang mampu menghadapi berbagai kondisi yang bertentangan dan
beraktivitas tanpa hambatan. Penggunaan kata ganti orang pertama
tunggal “aku” pada kalimat “Aku minum Hemaviton C1000 untuk hadapi
musim lari meski terik matahari, musim sale walau lawan seribu pesaing,
musim bola meski besok harus kerja, hingga musim pancaroba”
menandakan bahwa tubuh yang sehat merupakan pilihan yang dapat
dicapai oleh setiap individu dengan batasan-batasan kondisi yang tanpa
sadar diterima begitu saja oleh individu.
Leksikon atau pemilihan kata pada kalimat “Jaga daya tahan tubuh
hadapi seribu musim dengan Hemaviton C1000” menunjukkan bahwa
tubuh yang sehat merupakan tubuh yang ketahanannya diarahkan untuk
menghadapi berbagai situasi dan dijaga oleh multivitamin Hemaviton
C1000. Perhatian khalayak dibagi pada empat potongan adegan
penggambaran kondisi tubuh setelah mengonsumsi multivitamin
Hemaviton C1000 pada grafis atau gambar 4.21. Keempat potongan
adegan tersebut terlihat cahaya kuning keemasan yang melingkupi tubuh
individu sehingga terkesan bahwa tubuh yang sehat merupakan tubuh yang
penuh dengan energi (Basuki, n.d) yang terlindungi serta pemilihan tata
busana yang berwarna cerah menjadikan tubuh yang sehat membawa
keceriaan dan kebahagiaaan bagi individu.
Gambar 4.21 Gambaran Tubuh Yang Sehat Hemaviton C1000
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Tubuh yang sehat merupakan tubuh yang
mampu beradaptasi dengan cepat terhadap
berbagai situasi
Superstruktur Skematik
Skema : Pemeran utama selalu mengawali
semua aktivitasnya dengan mengonsumsi
multivitamin Hemaviton C1000 sehingga ia
mampu beraktivitas tanpa batas..
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Dengan menampilkan kemampuan
tubuh dalam menghadapi aktivitas berat dengan
mengonsumsi multivitamin Hemaviton C1000
dapat mendorong khalayak untuk menganggap
tubuh yang sehat dapat membuat mereka
mampu terus beraktivitas dalam situasi apapun.
Detail : Kondisi tubuh sehat yang dapat dicapai
dengan mengonsumsi multivitamin Hemaviton
C1000 digambarkan dengan detail.
Maksud : Tubuh yang sehat tidak dapat
diperoleh dengan begitu saja apalagi dengan
tuntutan aktivitas yang tinggi dalam berbagai
situasi sehingga individu membutuhkan bantuan
multivitamin Hemaviton C1000 untuk
beraktivitas tanpa hambatan.
Pra-anggapan : Tubuh yang sehat adalah tubuh
yang memiliki ketahanan kuat sehingga mampu
beradaptasi dengan cepat terhadap situasi yang
terjadi.
Sintaksis
Bentuk Kalimat : “Aku minum Hemaviton
C1000 untuk hadapi musim lari meski terik
matahari, musim sale walau lawan seribu
pesaing, musim bola meski besok harus kerja,
hingga musim pancaroba” merupakan kalimat
aktif yang memposisikan individu sebagai
subjek dengan tuntutan predikat yang menurut
individu harus dipenuhi.
Koherensi : Penggunaan kata hubung pada
kalimat “Aku minum Hemaviton C1000 untuk
hadapi musim lari meski terik matahari, musim
sale walau lawan seribu pesaing, musim bola
meski besok harus kerja, hingga musim
pancaroba” menggambarkan bahwa tubuh yang
sehat merupakan tubuh yang mampu
menghadapi berbagai kondisi yang bertentangan
dan beraktivitas tanpa hambatan.
Kata Ganti : Penggunaan kata ganti orang
pertama tunggal “aku” pada kalimat “Aku
minum Hemaviton C1000 untuk hadapi musim
lari meski terik matahari, musim sale walau
lawan seribu pesaing, musim bola meski besok
harus kerja, hingga musim pancaroba”.
Stilistik
Leksikon : Pemilihan kata pada kalimat “Jaga
daya tahan tubuh hadapi seribu musim dengan
Hemaviton C1000” menunjukkan bahwa tubuh
yang sehat merupakan tubuh yang ketahanannya
diarahkan untuk menghadapi berbagai situasi
dan dijaga oleh multivitamin Hemaviton C1000.
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 121 – 122
Kata kunci : sehat, keberhasilan, ceria
Tabel 4.11 Analisis Teks Wacana Tubuh yang Sehat Pada Iklan Multivitamin Hemaviton
C1000 Versi C1000
Sumber: Diolah Peneliti
d. Analisis Iklan Multivitamin Hemaviton C1000 versi
C1000+Collagen
Sama seperti topik pada ketiga iklan sebelumya, topik wacana
tubuh yang sehat pada iklan ini diambil dari tujuan peran multivitamin
Hemaviton C1000+Collagen, yaitu tubuh yang sehat bagi perempuan
adalah tubuh dengan daya tahan kuat, kulit terawat, dan cantik. Skema
pada iklan ini diawali dengan tampilan adegan Raline Shah sedang
melakukan yoga, kemudian bersiap menuju lokasi pemotretan,
sesampainya di lokasi Raline Shah bersiap di ruangan backstage dan
diakhiri dengan adegan proses pemotretan. Hal tersebut mengarahkan
khalayak untuk menangkap gambaran tubuh yang sehat bagi perempuan
ialah tubuh yang aktif, berdaya tahan kuat dan memiliki kecantikan
yang terjaga untuk dapat terus menjalani hari.
Latar pada iklan ini berupa dengan menonjolkan kecantikan
seorang perempuan yang terjaga disertai dengan ketahanan tubuh yang
kuat dapat membuat individu mampu menjalani harinya. Khalayak
diarahkan untuk mengadopsi pilihan yang sama untuk berada dalam
kondisi sehat itu juga cantik dengan multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen. Detail lebih banyak diarahkan pada perempuan aktif
yang sukses menjalani hari karena memiliki kecantikan yang diexpose
saat Raline Shah melakukan yoga, persiapan berangkat menuju lokasi
pemotretan, saat turun dari kendaraan, saat berada di ruang backstage,
dan terutama saat pemotretan berlangsung, didukung dengan menjaga
daya tahan tubuh serta mengonsumsi multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen yang berfungsi ganda bagi kesehatan tubuh sekaligus
kecantikan. Dengan menonjolkan manfaat kandungan kolagen dalam
varian Hemaviton C1000+Collagen bagi kecantikan kulit perempuan
iklan ini bermaksud menyampaikan bahwa tubuh yang sehat bagi
seorang perempuan ditunjukkan dengan kecantikan yang tampak pada
kulit individu yang terawat. Dengan menunjukkan bahwa kecantikan
merupakan hal penting yang harus dijaga setiap hari bagi kesehatan
perempuan maka timbul pra-anggapan bahwa tubuh yang sehat bagi
perempuan adalah tubuh yang cantik.
Bentuk kalimat pada kalimat “Tubuh sehat dan daya tahan tubuh
yang kuat penting untuk kecantikanku”, kecantikan diposisikan sebagai
objek yang dipengaruhi oleh subjek berupa tubuh sehat dan kekuatan
daya tahan tubuh. Sehingga khalayak diarahkan untuk mencapai objek
dengan mengupayakan subjek. Kemudian setelah mengupayakan subjek
dan mencapai objek, khalayak diarahkan untuk menganggap kedua hal
tersebut merupakan faktor penting untuk menjalani hari, seperti yang
tersirat dari proposisi kalimat “Vitamin C 1000 mg dan multivitamin
bantu jaga daya tahan tubuh plus kolagen 1000 mg bantu rawat
kesehatan kulitku, agar aku bisa jalani hariku”. Koherensi atau
penggunaan kata hubung “dan” pada kalimat “tubuh sehat dan daya
tahan yang kuat penting untuk kecantikanku” menghubungkan kondisi
kesehatan tubuh dengan ketahanan tubuh sebagai hal penting untuk
kondisi cantik. Kemudian pada kalimat “Vitamin C 1000 mg dan
multivitamin bantu jaga daya tahan tubuh plus kolagen 1000 mg bantu
rawat kesehatan kulitku, agar aku bisa jalani hariku” terdapat
penggunaan kata hubung “agar” yang menghubungkan peran vitamin C
1000 mg, multivitamin, dan kolagen 1000 mg dalam membantu
menjaga daya tahan tubuh dan merawat kesehatan kulit dengan kondisi
individu yang menjalani harinya. Sehingga perempuan harus memiliki
tubuh yang sehat dengan ketahanan kuat yang penting untuk
kecantikannya agar ia mampu menjalani hari. Kata ganti pada kalimat
“Tubuh sehat dan daya tahan yang kuat penting untuk kecantikanku”
dan “Aku percaya daya tahan tubuh perlu kujaga setiap hari seperti
merawat kesehatan kulit” terdapat penggunaan kata ganti orang pertama
tunggal “aku” dan kata ganti kepemilikan “-ku” yang menandakan
kekuasaan atas kondisi tubuh seorang perempuan diletakkan pada
masing-masing individu tanpa terlihat bahwa kekuasaan tersebut
diarahkan oleh pihak yang lebih berkuasa pada pilihan dan target
tertentu, seperti sehat itu cantik.
Leksikon atau pemilihan kata pada keseluruhan kalimat
“Hemaviton C1000 plus kolagen, dua kebaikan untuk sehat cantikmu”
menggambarkan bahwa kondisi tubuh yang sehat kini semakin luas
mencakup penampilan kulit terawat yang menunjukkan kecantikan.
Sehingga khalayak diarahkan untuk menerima kandungan kolagen
dalam multivitamin daya tahan tubuh sebagai kelebihan yang
membantu individu mencapai kondisi sehat cantiknya.
Pada grafis atau gambar 4.22 halayak diarahkan untuk fokus pada
Raline Shah yang ditampilkan secara close up menonjolkan kecantikan
(Sebayang, 2017) wajahnya didukung dengan tata rias bernuansa merah
muda yang memperkuat kecantikannya sebagai perempuan dan tata
busana berwarna hitam yang melambangkan kekuatan serta background
berwarna biru muda yang melambangkan kesehatan (Basuki, n.d.).
Sehingga khalayak menangkap gambaran tubuh sehat yang dapat
dicapai dengan multivitamin Hemaviton C1000+Collagen adalah tubuh
yang aktif menjalani hari dengan ketahanan tubuh yang kuat dan
kecantikan yang terjaga.
Gambar 4.22 Adegan Pemotretan Raline Shah
Sumber: Dokumentasi Peneliti
STRUKTUR
WACANA
HAL YANG
DIAMATI ELEMEN
Struktur
Makro
Tematik Topik : Tubuh yang sehat bagi perempuan
adalah tubuh dengan daya tahan kuat, kulit
terawat, dan cantik.
Superstruktur Skematik
Skema : Pada awal tayangan ditampilkan
adegan Raline Shah sedang melakukan yoga,
kemudian bersiap menuju lokasi pemotretan,
sesampainya di lokasi Raline Shah bersiap di
ruangan backstage dan diakhiri dengan adegan
proses pemotretan.
Struktur
Mikro
Semantik
Latar : Dengan menonjolkan kecantikan
seorang perempuan yang terjaga disertai dengan
ketahanan tubuh yang kuat dapat membuat
individu mampu menjalani harinya. Khalayak
diarahkan untuk mengadopsi pilihan yang sama
untuk berada dalam kondisi sehat itu juga cantik
dengan multivitamin Hemaviton
C1000+Collagen.
Detail : Detail lebih banyak diarahkan pada
perempuan aktif yang sukses menjalani hari
karena memiliki kecantikan seperti Raline Shah
yang diexpose.
Maksud : Tubuh yang sehat bagi seorang
perempuan ditunjukkan dengan kecantikan yang
tampak pada kulit individu yang terawat.
Pra-anggapan : Tubuh yang sehat bagi
perempuan adalah tubuh yang cantik.
Sintaksis
Bentuk Kalimat : Pada kalimat “Tubuh sehat
dan daya tahan tubuh yang kuat penting untuk
kecantikanku”, kecantikan diposisikan sebagai
objek yang dipengaruhi oleh subjek berupa
tubuh sehat dan kekuatan daya tahan tubuh.
Koherensi : Penggunaan kata hubung “dan”
pada kalimat “tubuh sehat dan daya tahan yang
kuat penting untuk kecantikanku”
menghubungkan kondisi kesehatan tubuh
dengan ketahanan tubuh sebagai hal penting
untuk kondisi cantik.
Kata Ganti : Pada kalimat “Tubuh sehat dan
daya tahan yang kuat penting untuk
kecantikanku” dan “Aku percaya daya tahan
tubuh perlu kujaga setiap hari seperti merawat
kesehatan kulit” terdapat penggunaan kata ganti
orang pertama tunggal “aku” dan kata ganti
kepemilikan “-ku”.
Stilistik
Leksikon : Pemilihan kata pada kalimat
“Hemaviton C1000 plus kolagen, dua kebaikan
untuk sehat cantikmu” menggambarkan bahwa
kondisi tubuh yang sehat kini semakin luas
mencakup penampilan kulit terawat yang
menunjukkan kecantikan.
Retoris
Grafis :
Lihat halaman 126 – 127
Kata kunci : sehat, cantik, kuat
Tabel 4.12 Analisis Teks Wacana Tubuh yang Sehat Pada Iklan Multivitamin Hemaviton
C1000 Versi C1000+Collagen
Sumber: Diolah Peneliti
Berdasarkan data analisis teks wacana tubuh yang sehat dalam
empat tayangan iklan multivitamin daya tahan tubuh Enervon-C dan
Hemaviton C1000 diperoleh hasil sebagai berikut. Kondisi tubuh sehat
yang berusaha ditanamkan pada khalayak ditampilkan selalu
berdampingan dengan aktivitas, semakin kuat daya tahan tubuh
individu, semakin beragam pula tuntutan aktivitas yang ditampilkan.
Untuk itu, individu diposisikan sebagai individu yang bahagia dan
sukses apabila ia mampu menjalani tuntutan aktivitas tersebut setiap
hari. Dan untuk mencapai kondisi tersebut, ketahanan tubuh individu
ditampilkan membutuhkan bantuan peran vitamin C. Individu diarahkan
untuk mempercayai peran vitamin C yang didukung dengan vitamin B
kompleks untuk menjaga ketahanan tubuhnya sehari-hari. Semakin
tinggi dosis vitamin C yang dikonsumsi individu, semakin individu
percaya dapat melakukan lebih banyak aktivitas karena merasa daya
tahan tubuhnya lebih terjaga. Sehingga tanpa sadar individu diarahkan
pada pilihan tertentu agar tubuh mereka sehat dan yang menguntungkan
para pemilik modal. Padahal pada kenyataannya, dosis harian vitamin C
yang dibutuhkan orang dewasa hanya sekitar 75 – 90 mg saja yang
dapat dipenuhi dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayuran setiap
hari, misalnya satu buah Kiwi sudah mampu memenuhi kebutuhan
vitamin C harian individu (Kusuma, 2016).
4.2.3.2 Analisis Kognisi Sosial Wacana Tubuh yang Sehat
Berbicara mengenai kognisi pemilik modal yang tertuang
dalam iklan televisi berarti komunikasi yang terjadi dapat dipahami
sebagai tindakan satu arah. John R. Wenburg, William W. Wilmot,
Kenneth K. Sereno, dan Edward M. Bodaken (dikutip dari Mulyana,
2010) mengemukakan bahwa komunikasi sebagai proses searah adalah
penyampaian pesan dari seseorang atau suatu lembaga pada seseorang
atau sekelompok orang lainnya yang dapat melalui media seperti
televisi. Jadi, komunikasi dianggap sebagai tindakan menyampaikan
pesan dengan sengaja seperti untuk mempengaruhi khalayak untuk
melakukan tindakan tertentu melalui tayangan iklan. Terlebih lagi
dalam iklan komersial memuat pesan yang terdiri dari simbol, kata,
figur, grafik, suara, yang menurut Raymond S. Ross (dikutip dari
Mulyana, 2010) telah disortir sebelumnya dan dikemas sedemikian
rupa untuk mempengaruhi khalayak sesuai yang diinginkan pembuat
iklan.
Apabila dihubungkan dengan kajian kritis komunikasi
kesehatan dalam konteks iklan komersial televisi yang membahas
mengenai bagaimana komunikasi membingkai, mengemas, dan
memperkenalkan kesehatan pada khalayak maka kognisi para pemilik
modal sekaligus pembuat iklan produk multivitamin Enervon-C dan
Hemaviton C1000 yaitu PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk., dan PT.
Tempo Scan Pacific Tbk. dalam memandang tubuh yang sehat dapat
dilihat melalui penggambaran peran individu (Eriyanto, 2011) dengan
tubuh yang sehat dan melalui penggambaran hegemoni pemilik modal
melalui wacana tubuh yang sehat sehat dalam keempat iklan televisi
yang telah disebutkan sebelumnya. Pada keempat tayangan iklan
tersebut, kondisi sehat digambarkan dengan tubuh yang berdaya tahan
kuat dan terlindungi setiap hari dengan mengonsumsi multivitamin
daya tahan tubuh setiap hari. Sehingga kondisi tubuh yang sehat
cenderung digambarkan sebagai kondisi yang rentan karena tubuh
tidak lagi mendapat kepercayaan penuh untuk menjaga dan
memperbaiki dirinya sendiri yang justru menimbulkan rasa khawatir
pada individu bahwa tubuhnya harus dijaga dan dilindungi setiap hari
agar tidak sampai terganggu dengan pilihan yang telah disediakan,
yaitu multivitamin daya tahan tubuh. Kemudian individu dengan tubuh
yang sehat diposisikan sebagai individu yang aktif bekerja dan
multitasker. Jadi, individu tidak hanya dapat berperan aktif terhadap
produktivitas kerja sehari-hari, tetapi dengan tubuh yang sehat individu
jaga dapat berperan aktif dalam aktivitas lain yang mendukung
hubungan sosialnya bersama teman atau rekan kerja.
Selanjutnya, berdasarkan data produk lain produksi oleh PT.
Darya-Varia Laboratoria, Tbk. dan PT. Tempo Scan Pacific Tbk. yang
telah dibahas sebelumnya pada analisis kognisi sosial elemen peran
multivitamin daya tahan tubuh, hegemoni pemilik modal melalui
wacana tubuh yang sehat telah dilakukan bahkan pada orangtua yang
memiliki anak berusia mulai dari satu tahun. Melalui pengenalan
produk multivitamin Vidoran dengan enam varian produk yaitu,
Vidoran Total Care, Vidoran Smart, Vidoran Plus, Vidoran Guard,
Vidoran Grow, dan Vidoran Gummy (Tempo Scan Group, n.d.)
pemilik modal memproduksi kepercayaan bagi orang tua bahwa tubuh
yang sehat bagi anak berusia 1-12 tahun adalah tubuh dengan daya
tahan yang terpelihara, tumbuh dengan optimal, memiliki nafsu makan
yang baik, serta mampu belajar dengan maksimal dengan
mengandalkan formula multivitamin yang dikemas dalam bentuk yang
disukai anak-anak, seperti sirup rasa buah dan permen berbentuk tokoh
kartun. Tidak berhenti sampai disitu, anak usia 12 tahun ke atas hingga
dewasa tumbuh disertai dengan pilihan-pilihan obat yang mengatasi
berbagai macam gejala gangguan kesehatan yang diproduksi beserta
nilai-nilai di dalamnya yang menyenangkan khalayak, seperti tablet
hisap rasa buah, tanpa efek samping mengantuk, dan kandungan yang
aman bagi lambung. Sehingga khalayak tidak menyadari bahwa selama
mereka tumbuh, tubuh mereka dibatasi oleh pilihan-pilihan yang
menentukan kondisi sehat bagi mereka. Kesehatan harus dipelihara dan
dioptimalkan sejak dini serta harus dihindarkan dari berbagai macam
penyakit dengan segera mengonsumsi pilihan-pilihan obat yang
mampu mengatasi gejala-gejala gangguan kesehatan yang muncul
demi menjaga produktivitas ekonomi sehari-hari.
Pada akhirnya, khalayak cenderung tidak diberi kesempatan
untuk bertahan diri dari beragam virus yang mengancam tubuh
didukung dengan kebiasaan serba instan yang apabila muncul sedikit
saja gejala gangguan kesehatan, atau sedikit saja timbul rasa sakit yang
mengganggu kenyamanan, mereka langsung mencari solusi praktis
yang dapat membebaskan mereka dari kondisi tersebut. Khalayak
mungkin saja merasa merdeka dengan semua produk obat-obatan dan
multivitamin yang mempermudah mereka mencapai kondisi sehat,
tetapi mereka tidak sadar bahwa hal tersebut adalah batasan-batasan
yang dibuat oleh pihak yang lebih berkuasa dan yang lebih memiliki
akses terhadap media, terutama iklan komersial di televisi.
Selanjutnya, kesehatan dibawa lebih jauh lagi oleh para pemilik modal
seperti PT. Tempo Scan Pacific Tbk. yang berkuasa melalui media
iklan televisi bahwa ketika dewasa tubuh tidak cukup hanya terhindar
dari sakit dalam bentuk gejala apapun melainkan juga terhindar dari
rasa lelah dengan menghadirkan produk minuman berenergi dan
suplemen penambah stamina meliputi Hemaviton Jreng, Hemaviton
Energy Drink, Hemaviton Action, Hemaviton Stamina Plus, Hemaviton
Tea Blast, dan Hemaviton Energy Rhytm. Setelah khalayak diarahkan
untuk sehat dan tidak mudah lelah, mereka juga diarahkan untuk
terbebas dari rasa nyeri otot, sendi, maupun pegel linu dengan
memproduksi Neo-Rheumacyl (Tempo Scan Group, n.d.).
Pada dasarnya para pemilik modal hanya memproduksi barang
yang memuat nilai-nilai yang dapat diperoleh konsumen sehingga
muncul kebutuhan semu yang berimplikasi pada kepuasan konsumen
dan pembelian berulang sehingga menguntungkan perusahaan (Suhari,
Redjeki, & Handoko, 2012). Jadi, sekilas produk-produk tersebut
terlihat dapat membuat individu melakukan lebih banyak hal dengan
optimal sekaligus memperoleh keuntungan yang lebih banyak pula,
tanpa khalayak menyadari bahwa mereka diarahkan untuk memiliki
tubuh yang sehat untuk dapat terus produktif baik dalam profesi
masing-masing individu maupun di lingkungan sosial individu.
Semakin khalayak merasa bebas untuk dapat melakukan apapun dan
mampu melakukan lebih semakin khalayak masuk dalam kekuasaan
yang mengontrol dirinya untuk berada dalam batasan-batasan dari
pilihan-pilihan yang mereka ambil (Eriyanto, 2001), sedangkan
pilihan-pilihan tersebut ada karena diciptakan oleh pihak yang
berkuasa melalui media yang mana pihak-pihak tersebut juga
melakukan pertarungan kekuasaan dalam mengarahkan khalayak untuk
masuk dalam pertarungan tersebut. Seperti dosis kandungan vitamin C
dalam produk multivitamin daya tahan tubuh yang diperlihatkan seolah
semakin tinggi dosisnya semakin efektif pula produk tersebut dalam
membuat individu memperoleh lebih dan melakukan lebih banyak hal.
4.2.3.3 Analisis Konteks Sosial Wacana Tubuh yang Sehat
Di negara Indonesia, Hari Kesehatan Nasional diperingati pada
12 November setiap tahunnya untuk mendorong peningkatan
pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Awalnya kesehatan
dianggap sebagai kondisi yang didapatkan dengan usaha penyembuhan
penyakit yang diderita. Pemerintah melakukan upaya peningkatan
akses masyarakat terhadap obat dengan memperkenalkan obat generik
sebagai alternatif obat dengan harga lebih terjangkau. Selanjutnya
dalam program Indonesia Sehat 2010 pemerintah Indonesia melakukan
peralihan pada pelaksanaan upaya pencegahan penyakit untuk
membangun kesehatan nasional daripada hanya berfokus pada upaya
penyembuhan (Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan, 2014).
Didukung dengan pengadaan program jaminan kesehatan
masyarakat Indonesia berupa Jamkesmas (Jaminan Kesehatan
Masyarakat), Desa Siaga, BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), dan
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang kemudian semua program
dipadukan dan dikelola oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) Kesehatan pada Januari 2004 yang kemudian diperluas dengan
mengeluarkan KIS (Kartu Indonesia Sehat) untuk lebih menjangkau
masyarakat Indonesia yang selama ini tidak terjangkau oleh program-
program jaminan pelayanan kesehatan (Kementrian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, 2014). Pembangunan
kesehatan nasional terus dioptimalkan oleh pemerintah melalui
penerapan tiga pilar yang tercantum dalam Program Indonesia Sehat
periode 2015-2019 meliputi pertama, penerapan paradigma sehat
dengan melakukan strategi pengutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif, preventif, dan pemberdayaan
masyarakat, kemudian yang kedua, penguatan pelayanan kesehatan
dengan melakukan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan,
optimalisasi sistem rujukan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan,
penggunaan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis
risiko kesehatan, serta pilar ke-3 perluasan sasaran dan benefit juga
kendali mutu dan biaya pada JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Tidak cukup sampai di situ, saat ini pemerintah juga
menyelenggarakan program GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat)
karena perilaku hidup tidak sehat masih menjadi penyebab utama
masalah kesehatan masyarakat Indonesia. GERMAS merupakan upaya
penguatan pembangunan kesehatan yang mengedepankan upaya
promotif-preventif yang memasyarakatan kegiatan seperti melakukan
aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak
mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin,
membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Kegiatan-
kegiatan tersebut bertujuan untuk menurunkan beban penyakit,
mencegah terjadinya penurunan produktivitas penduduk, dan
menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena
meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Sehingga berdasarkan data wacana kesehatan yang diedarkan
oleh pemerintah Indonesia dapat disimpulkan bahwa konteks yang
melingkupi munculnya teks wacana tubuh yang sehat adalah bahwa
tubuh yang sehat merupakan kondisi yang terbebas dari penyakit
dengan melakukan upaya pengobatan yang aksesnya telah dipermudah
oleh pemerintah. Selanjutnya, setelah terbebas dari penyakit tubuh
yang sehat harus dicegah dari berbagai macam risiko gangguan
kesehatan dengan menerapkan gaya hidup sehat sehingga terhindar
dari ancaman penurunan produktivitas dan peningkatan beban biaya
pengeluaran kesehatan.
4.3 Representasi Tubuh yang Sehat dalam Iklan Televisi Produk
Multivitamin Daya Tahan Tubuh
Semakin hari tubuh individu tidak pernah menjadi seutuhnya milik pribadi
karena tubuh selalu berada dalam praktik kekuasaan tertentu melalui media massa,
terutama iklan komersial televisi yang dapat mempengaruhi khalayak mengadopsi
kebutuhan baru, khususnya terkait iklan produk kesehatan yang menawarkan
perilaku-perilaku yang dianggap benar terhadap tubuh (Baker, 2000; Synnott,
1992; Aprilia, 2005; Elliott, 2014). Pada penelitian ini, dalam iklan televisi
multivitamin daya tahan tubuh terdapat konten tentang wacana tubuh sehat yang
harus dicapai oleh khalayak. Proses iklan tersebut menggambarkan tubuh yang
sehat diawali dengan bagaimana peran multivitamin daya tahan tubuh, kondisi
sakit dan kondisi sehat dikemas dengan menggunakan seperangkat tanda dalam
iklan berupa dialog, monolog, backsound, tata rias, tata busana, gerakan, ekspresi,
tata cahaya, sudut pengambilan gambar, dan proses editing kemudian terbentuklah
target tubuh sehat yang diterima sebagai realitas oleh khalayak dengan
sebelumnya telah dihubungkan dengan ideologi-ideologi yang beredar di
masyarakat (John Fiske, dikutip dari Eriyanto, 2001). Pihak yang berkuasa, dalam
hal ini pemilik modal dibantu dengan copywriter membuat iklan dengan
kesadaran penuh yang membentuk konten dalam iklan tersebut, sehingga realitas
tubuh sehat yang hadir di media terbentuk dari berbagai kepentingan pembuat
iklan.
Berdasarkan data hasil analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk terhadap
iklan multivitamin daya tahan tubuh produk Enervon-C (versi Ashraf Sinclair dan
versi Ashraf Sinclair&BCL) dan Hemaviton C1000 (versi C1000 dan versi
C1000+Collagen) wacana tubuh yang sehat direpresentasikan sebagai tubuh yang
serba bisa, tubuh yang produktif, tidak berhenti bekerja, dan tubuh yang
bersenang-senang. Dilihat dari pemilik modal yang membuat iklan dengan
berorientasi keuntungan maka mereka mencoba mendekati khalayak juga dengan
daya tarik keuntungan. Tubuh yang sehat dapat melakukan lebih banyak aktivitas
dan berpotensi meraih kesuksesan dengan cara selalu menjaga daya tahan
tubuhnya mengonsumsi multivitamin setiap hari. Jadi keuntungan dapat diperoleh
dengan membuat khalayak melakukan pembelian berulang sehingga menjaga
tingkat produksi produk yang bersangkutan. Sebenarnya iklan tidak secara
gamblang menginformasikan pada khalayak bahwa mereka membutuhkan produk
yang diiklankan, tetapi justru mengarahkan khalayak untuk berpikir bahwa produk
yang diiklankan dapat membantu mereka mencapai suatu kondisi yang mereka
kira membutuhkannya (Toolan, 2001). Di sisi lain, kondisi sehat merupakan salah
satu bentuk pertarungan kekuasaan para pemilik modal, seperti kesehatan bagi
pemilik modal produk susu merupakan kondisi tubuh yang memiliki tulang dan
gigi yang kuat karena kebutuhan kalsium harian dapat terpenuhi oleh produk yang
bersangkutan. Sedangkan kesehatan bagi pemilik modal produk obat flu adalah
kondisi tubuh yang terbebas dari gejala flu seperti sakit kepala, bersin-bersin,
hidung tersumbat, dan demam.
Jadi di sinilah letak permasalahan pengenalan kesehatan melalui iklan
komersial televisi. Dengan tujuan membantu membangun kesehatan nasional,
pada kenyataannya beberapa iklan komersial produk kesehatan justru
menimbulkan risiko kesehatan yang lebih tinggi. Menurut Triwijanarko (2017)
walaupun saat ini terdapat banyak inovasi modern untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat, tetapi gaya hidup modern berdampak pada tingginya risiko
kesehatan yang mengarah pada PTM (Penyakit Tidak Menular). Hal tersebut
terjadi karena kesadaran masyarakat untuk bersikap kritis terhadap kondisi
kesehatan tubuhnya masih rendah, sehingga masyarakat sering mengadopsi
perilaku kesehatan yang belum tentu cocok bagi tubuhnya dan tidak melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk lebih mengetahui kondisi tubuhnya
(Triwijanarko, 2017). Iklan multivitamin daya tahan tubuh dapat mengarahkan
khalayak untuk berpikir bahwa mereka membutuhkan pola hidup serupa dengan
yang ditampilkan di televisi. Di dukung dengan strategi periklanan yang menyasar
pada para pekerja usia produktif yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
(dikutip dari Databoks, 2017) penduduk Indonesia didominasi oleh usia produktif
(15-64 tahun) perempuan yang terdiri dari usia sangat produktif (15-49) dan usia
produktif (50-64 tahun). Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk optimalisasi
pembangunan negara yang diperkirakan hingga tahun 2025-2030 sehingga
multivitamin dapat menjadi kebutuhan baru yang sulit untuk dihindari oleh
khalayak. Multivitamin daya tahan tubuh sebagai pilihan praktis menjaga daya
tahan tubuh agar individu memiliki tubuh sehat yang mampu terus beraktivitas
tanpa terganggu dapat mendorong individu untuk memprioritaskan aktivitasnya
sehari-hari dan hanya mengandalkan tablet multivitamin daya tahan tubuh untuk
mempertahankan kesehatannya tanpa meluangkan waktu untuk melakukan
pemeriksaan kesehatatan secara rutin.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tubuh yang sehat dalam iklan
multivitamin daya tahan tubuh direpresentasikan dengan konsep tubuh yang
memperoleh keuntungan disampaikan melalui bahasa dan seperangkat tanda
lainnya yang dipahami sebagai gambaran produktivitas, kesenangan, dan
kesuksesan. Pada akhirnya khalayak memiliki konsep tubuh yang sehat adalah
tubuh yang mampu terus bekerja, berproduksi, dan bersenang-senang serta
meyakininya dengan mengonsumsi multivitamin daya tahan tubuh setiap hari.
1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk secara
seksama pada keempat tayangan iklan televisi multivitamin daya tahan tubuh
produk Enervon C (versi Ashraf Sinclair dan versi Ashraf Sinclair&BCL) dan
produk Hemaviton C1000 (versi C1000 dan versi C1000+Collagen) peneliti dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut.
Mutivitamin daya tahan tubuh berperan sebagai objek yang membantu
individu menjaga daya tahan tubuhnya sekaligus sebagai subjek yang lebih
berpengaruh terhadap ketahanan tubuh individu daripada sistem kekebalan tubuh
individu itu sendiri. Pada dasarnya iklan multivitamin daya tahan tubuh dibuat
untuk mempengaruhi khalayak agar mengadopsi perilaku hidup sehat berupa
selalu menjaga daya tahan tubuh. Tetapi pada praktiknya, dalam konten iklan
tersebut kondisi sehat pada tubuh diarahkan untuk terus beraktivitas dan bekerja
secara ekonomi. Sehingga dapat memanipulasi pemikiran khalayak bahwa yang
penting tubuh sehat adalah tubuh yang mampu bergerak, beraktivitas, dan
produktif secara ekonomi.
Didukung dengan penggambaran kondisi sakit yang distereotype-kan
dengan ketidakmampuan, ketidaknyamanan, ketidaksiapan, yang berujung pada
kerugian. Pada kehidupan bermasyarakat pun sakit dikatakan sebagai kondisi
yang membutuhkan biaya pengobatan tinggi. Sehingga sakit menjadi kondisi yang
berupaya untuk dihindari oleh individu dan segera dilakukan tindakan pencegahan
sedini mungkin dan bahkan penyembuhan pada gejala ringan yang digambarkan
dengan cara melebih-lebihkan agar tampak gejala serius yang menyerang
produktivitas individu. Sehingga mau tidak mau khalayak khususnya golongan
usia produktif membutuhkan multivitamin daya tahan tubuh untuk menunjang
produktivitasnya. Ditambah lagi kebutuhan tersebut diarahkan untuk dikonsumsi
setiap hari. Padahal apabila ditelaah kembali ke dasar sistem kekebalan tubuh dan
sistem pertahanan diri masing-masing individu, individu cukup memberikan hak
tubuh untuk beristirahat cukup dan memperbaiki kualitas perilaku hidup sehat
sesuai yang tercantum dalam program-program pembangunan kesehatan
pemerintah Indonesia sehingga kebutuhan akan multivitamin daya tahan tubuh
tidak menyebabkan risiko gangguan kesehatan yang lebih tinggi.
Kesehatan diperkenalkan sebagai kondisi yang terbebas dari gangguan
maupun penderitaan penyakit yang mampu membuat individu tidak dapat
beraktivitas, tidak dapat bekerja, dan berujung kematian sehingga memperlemah
kondisi kesehatan nasional Indonesia. Kesehatan dianggap sebagai kekuatan
masyarakat untuk membangun Indonesia yang lebih kuat. Sehingga, tubuh yang
sehat dalam iklan televisi multivitamin daya tahan tubuh direpresentasikan dengan
konsep tubuh yang bekerja, tubuh yang produktif, dan tubuh yang senang melalui
bahasa dan seperangkat tanda lainnya yang dapat dipahami dan diterima oleh
khalayak sebagai realitas. Sehingga khalayak memiliki konsep yang sama dengan
konsep si pemilik modal mengenai tubuh yang sehat dengan mengadopsi perilaku
konsumsi multivitamin daya tahan tubuh setiap hari.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan maka peneliti memberikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi para pembuat iklan khususnya iklan produk kesehatan, baik
pemilik modal maupun copywriter sebaiknya lebih berhati-hati dalam
menyusun konten iklan sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa
produk mereka dapat membuat individu mampu mendapatkan lebih
melainkan produk yang bersangkutan hanyalah produk yang
membantu individu untuk memenuhi asupan tertentu yang memang
tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh.
2. Bagi khalayak, sebaiknya lebih meningkatkan pemikiran kritis
terhadap isu kesehatan yang ditayangkan melalui media agar tidak
menerima informasi yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan
ekonomi secara mentah-mentah. Selain itu, khalayak sebaiknya juga
meningkatkan kesadaran diri untuk berperilaku hidup sehat seperti
yang tercantum dalam program-program pembangunan kesehatan
nasional pemerintah Indonesia dan memprioritaskan kesehatan dengan
berupaya melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari risiko
yang lebih tinggi di kemudian hari.
3. Bagi peneliti selanjutya, khususnya dalam bidang kajian komunikasi
kesehatan, dapat memperkaya riwayat penelitian Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Brawijaya dengan memperluas perspektif
kritis kajian komunikasi kesehatan melalui berbagai macam konteks
penelitian, seperti bagaimana budaya merepresentasikan kesehatan,
bagaimana media menggiring opini khalayak terhadap kesehatan
melalui berita, atau bagaimana kesehatan dimaknai secara gender oleh
masyarakat Indonesia.
1
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Anabarja, S. (2011). Peran Televisi Lokal dalam Mempertahankan Identitas Lokal
di Era Globalisasi Informasi. Global & Strategis, Edisi Khusus, 261-270.
Aprilia, D. R. (2005). Iklan dan Budaya Popular: Pembentukan Identitas Ideologis
Kecantikan Perempuan Oleh Iklan (Analisis Semiotika Iklan Cetak WRP
Body Shape & Prolene). Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(2), 41-68.
Bajari A. & Susilawati, S. (2015). Kesehatan dalam Perspektif Antropologi,
Sosiologi, dan Komunikasi. Prosiding Simposium Nasional Komunikasi
Kesehatan Fikom Unpad, 30-39. Diakses 19 Januari 2017, dari situs
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
Baker, J. A. & Mullan, B. A. (2011). Health-related Content in Australian
Television Advertising. Nutrition & Food Science, 41(1), 54-62.
Blommaert, J. & Bulcaen, C. (2000). Critical Discourse Analysis. Annual Review
of Anthropology, 29, 447-466.
Boruchovitch, E. & Mednick, B. R. (2002). The Meaning of Health and Illness:
Some Considerations for Health Psychology. Psico-USF, 7(2).
Bungin, B. (2001). Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat
Kapitalistik. Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, 14(2), 51-64.
Carrol, A. B. (2016). Carrol’s Pyramid of CSR: Taking Another Look.
International Journal of Corporate Social Responsibility, 1(3), 1-8.
Crawford, R. (2006). Health as A Meaningful Social Practice. Health (London),
10(4), 401-420.
Dalyono, C. T. (2010). Pengaruh Media Massa dan Pengetahuan Tentang
Teknologi Informasi Terhadap Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Tingkat Modernitas Generasi Muda Kota Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 8(1), 86-95.
Elliott, C., D. (2014). Communication and Health: An Interrogation. Canadian
Journal of Communication, 39(2), 249-261.
Faerber, A. E. & Kreling, D. H. (2013). Content Analysis of False and Misleading
Claims in Television Advertising for Presccription and Nonprescription
Drugs. J Gen Intern Med 29(1), 110-118.
Faraba, K. S. A., Setyaningrum, N. & Sumarlam. (2017). Pelesapan Subjek dan
Predikat Pada Judul-Judul Berita Line News Populer. Jurnal Pena
Indonesia: Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia Serta Pengajarannya,
3(1), 1-15.
Freimuth, V. S. & Quinn, S. C. (2004). The Contributions of Health
Communication to Eliminating Health Disparities. American Journal of
Public Health. 94(12), 2053-2055.
Gnanasekaran, R. (2015). An Introduction to Derrida, Deconstruction and Post-
Structuralism. International Journal of English Literature and Culture,
3(7), 211-214.
Hanif, M. (2011). Studi Media dan Budaya Populer dalam Perspektif Modernisme
dan Postmodernisme. Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 5(2), 235-251.
Higgins, J. W. & Begoray, D. (2012). Exploring The Borderlan Between Media
and Health: Conceptualizing ‘Critical Media Health Literacy’. Journal of
Media Literacy Education, 4(2), 136-148.
Hobbs, R., Broder, S.. Pope H., & Rowe, J. (2006). How Adolescent Girls
Interpret Weight-Loss Advertising. Oxford Journals Medicine & Health,
21(5), 719-730.
Hodgetts, D. & Chamberlain, K. (1999). Medicalization and The Depiction of Lay
People in Television Health Documentary. Health, 3(3), 317-333.
Husain, W. (2011). Modernisasi dan Gaya Hidup. Jurnal Altajdid Stain Palopo,
1(2).
Hutagaol, E. E. & Agustin, H. (2012). Komunikasi Interpersonal Petugas
Kesehatan dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Siberut Kabupaten Mentawai. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
6(2), 104-112.
Irawan, R. E. (2015). Komodifikasi Program Kesehatan di Televisi Indonesia:
Studi Kasus Program Dr. Oz Indonesia di Trans TV. Prosiding
Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan Fikom Unpad, 788-798.
Diakses 19 Januari 2017, dari situs Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran.
Istanto, F. H. (2001). Jerat Budaya Bujuk-Rayu dalam Layar Kaca Desain
Komunikasi Visual. NIRMana, 3(2), 107-122.
Jaeger, K. (2013). Assumptions About Culture in Discourse on Ethnic Minority
Health. Communication & Medicine, 10(2), 141-151.
Jegede, A. S. (2002). The Yoruba Cultural Construction of Health and Illness.
Nordic Journal of African Studies, 11(3), 322-335.
Kreps, G. L. (2015). Health Communication Inquiry and Health Promotion: A
State of The Art Review. Journal of Nature and Science, 1(2), 1-12.
Kreps, G. L., Bonaguro, E. W., & Query, J. L. (n.d.). The History and
Development of Health Communication. Russian Journal of
Communication. Diakses 12 Januari 2017 dari http://www.russcomm.ru
Lukmantoro, T. (2015). Wacana Media Massa Tentang Penyakit - Penyakit Tidak
Menular yang Membahayakan Warga dalam Narasi Media. Prosiding
Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan Fikom Unpad, 813-828.
Diakses 19 Januari 2017, dari situs Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran.
Lupton, D. (1994). Toward The Development of Critical Health Communication
Praxis. Health Communication, 6(1), 55-67.
Mardjianto, L. D. (2013). Transformasi Fungsi Komunikator dan Fungsi
Konstruksi Akun Facebook Presiden SBY. Jurnal Ilmu Komunikasi,
10(2), 129-138.
Marhaeni, D. (n.d.). Representasi Anak-anak dalam Tayangan Iklan Komersial di
Media. Jurnal Ilmiah Komunikasi “MAKNA”, 1(1). 1-11.
Mirasari, E. (2012). Dekonstruksi Strategi Branding Iklan Fiesta: Perspektif Etika
Islam Terhadap Industri Budaya. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(1), 53-77.
Miseno. (2014). Penggunaan Metafora dalam Iklan Komersial di Media Online.
NOSI, 2(2), 49-59.
Monica & Luzar, L. C. (2011). Efek Warna dalam Dunia Desain dan Periklanan.
HUMANIORA, 2(2), 1084-1096.
Parmadie, B. (2015). Cultural Studies: Sudut Pandang Ruang Budaya Pop. Jurnal
Studi Kultural, 1(1), 48-54.
Purnomo, J. W. (2013). Persepsi Perempuan Kelurahan Loa Bakung Kota
Samarinda Mengenai Pesan Iklan Televisi Anlene One-A-Day. e-
Journal Ilmu Komunikasi, 1(2), 276-294.
Queen, D. S. (2016). Analisis Wacana Berita Konflik KPK vs Polri di Kaltim
Post: Edisi Bulan Januari 2015. eJournal Ilmu Komunikasi, 4(3), 112-
126.
Runtiko, A. G. (2009). Memetakan Komunikasi Kesehatan. Observasi. 7(1), 1-16.
Sahimi, N. N. (2009). Television and Media Literacy in Young Children: Issues
and Effects in Early Childhood. CSSE, 2(3).
Salisah, N. H. (2011). Komunikasi Kesehatan: Perlunya Multidisipliner dalam
Ilmu Komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(2), 169-193.
Samosir, C. B. H. & Prayoga, A. B. (2015). Jurnal Pengaruh Persepsi Harga dan
Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Produk Enervon-C.
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, 1(3).
Sebayang, C. M. (2017). Analisis Semiotika Representasi Kecantikan Pada Iklan
Pantene Total Damage Care 10 Versi Raline Shah di Media Televisi.
eJournal Ilmu Komunikasi, 5(2), 66-80.
Sjafirah, N. A. (2015). Telaah Mengenai Paradigma Penelitian dalam Kajian
Komunikasi Kesehatan. Prosiding Simposium Nasional Komunikasi
Kesehatan Fikom Unpad, 1128-1138. Diakses 19 Januari 2017, dari situs
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
Suhari, Y., Redjeki, R. S. A., & Handoko, W. T. (2012). Perilaku Konsumen
Online: Pengaruh Nilai, Kepuasan, dan Insersia Terhadap Loyalitas.
Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, 17(1), 46-58.
Syafrina, R. (2014). Analisis Dekonstruksi Terhadap Tiga Dongeng Grimms
Bersaudara: Rapunzel, Snow Drop, dan Ashputtel. Diglossia, 6(1), 34-
51.
Syaifulloh, M. & Iriani, S. S. (2013). Pengaruh Gaya Hidup Sehat dan Interactive
Marketing Terhadap Niat Beli Quaker Oats. Jurnal Ilmu Manajemen,
1(4), 1165-1175.
Synnott, A. (1992). Tomb, Temple, Machine and Self: The Social Construction of
The Body. The British Journal of Sociology, 43(1), 79-110.
Triwardani, R. (2011). Televisi dalam Ruang Keluarga: Menyoal Menonton
Televisi sebagai Praktik Konsumsi dalam Konfigurasi Ruang Domestik.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(2).
Vahabi, M. (2007). The Impact of Health Communication on Health-related
Decision Making. Health Education. 107(1), 27-41.
Van Dijk, T. A. (1993). Principles of Critical Discourse Analysis. Discourse and
Society, 4(2), 249-283.
Van Dijk, T. A. (1995). Aims of Critical Discourse Analysis. Japanese Discourse,
1, 17-27.
Widiastuti, T. (2012). Strategi Pesan Promosi Kesehatan Cegah Flu Burung.
Mimbar, 28(2), 163-172.
Yukari, S. (2013). Prescription TV: Therapeutic Discourse in The Hospital and at
Home. Canadian Journal of Communication, 38(3), 445-447.
Ziyaadatul, H. (2014). Influences of Television Toward Modern Society Reflected
in TV People by Haruki Murakami. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB, 4(1).
Zuhri, S. (2010). Tingkat Pengetahuan Pemirsa tentang Iklan Kesehatan “Cuci
Tangan” di Televisi (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Pemirsa
Tentang Iklan Kesehatan “Cuci Tangan” di Televisi). Ilmu Komunikasi,
2(1), 53-64.
Buku :
Badara, A. (2012). Analisis wacana: teori, metode, dan penerapannya pada
wacana media (ed. 1). Jakarta: Kencana.
Barker, C. (2000). Cultural studies: theory and practice. London: Sage
Publications.
Bungin, B. (2008). Konstruksi sosial media massa: kekuatan pengaruh media
massa, iklan televisi, dan keputusan konsumen serta kritik terhadap
Peter L. Berger & Thomas Luckmann. (ed. 1). Jakarta: Kencana.
Darma, Y. A. (2009). Analisis wacana kritis. Bandung: Yrama Widya.
Dewan Periklanan Indonesia. (2014). Etika pariwara Indonesia. Jakarta: Dewan
Periklanan Indonesia.
Eriyanto. (2001). Analisis wacana: pengantar analisis teks media. Yogyakarta:
LkiS.
Hall, S. (1997). Representation: cultural representations and signifying practices.
London: Sage Publications.
Hamidi. (2005). Metode penelitian kualitatif: aplikasi praktis pembuatan proposal
dan laporan penelitian. Malang, UMM Press.
Hasan, M. I. (2002). Pokok-pokok materi metodologi penelitian dan aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Jazeri, M. (2012). Semantik: teori memahami makna bahasa. Tulungagung:
STAIN Tulungagung Press.
Kriyantono, R. (2006). Teknis praktis riset komunikasi: disertai contoh praktis
riset media, public realtions, advertising, komunikasi organisasi,
komunikasi pemasaran (ed. 1). Jakarta: Kencana.
Lindlof, T. R. & Taylor, B. C. (2011). Qualitative communication research
methods (ed. 3). USA, Sage Publications.
Moleong, L. J. (2013). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, D. (2012). Cultures and communication: an Indonesian scholar’s
perspective. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sobur, A. (2012). Analisis teks media: suatu pengantar untuk analisis wacana,
analisis semiotik, dan analisis framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Strauss, S. G. (2014). Discourse analysis. New York: Routledge.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Wibowo, I. S. W. (2013). Semiotika komunikasi: aplikasi praktis bagi penelitian
dan skripsi komunikasi (ed. 2). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Wodak, R. & Meyer, M. (2001). Methods of critical discourse analysis. London:
Sage Publications.
Internet :
ACA Asuransi. (2015, Januari). Smart Lifestyle: Keluarga Sehat, Keluarga
Sejahtera. Diakses dari http://www.aca.co.id/download/majalah-
januari%25202015.pdf
Alo Dokter. (n.d.). Manfaat Vitamin C Ternyata Bisa Berbahaya Jika Berlebihan.
Diakses dari http://www.alodokter.com
Aprilia. R. (2016). Agar Tetap Bugar Selama Ibadah Haji. Viva News. Diakses
melalui http://m.viva.co.id
Aji, B. (2015). Daftar Slogan Iklan. Diakses melalui
http://www.serbubayu.blogspot.com
Barret, T. (1997). Modernism and Postmodern: An Overview with Art Examples.
Diakses dari http://terrybarrettosu.com/pdfs/B_PoMo_97.pdf
Basuki, A. (n.d.). Makna Warna Dalam Desain. Diakses dari
http://basuki.pens.ac.id
Berita Sepuluh. (2014). 10 Dampak Hipervitaminosis dan Overdiagnosis Vitamin.
Diakses dari https://beritasepuluh.com
Beydha, I. & Adila, K. P. (2013). Makna Slogan YouC1000 Terhadap Citra
Produk: Analisis Semiotika Iklan Makna Slogan YouC1000 “Healthy
Inside Fresh Outside” Versi Xinema Zavarrete Terhadap Citra Produk
di Televisi Swasta. Diakses dari http://jurnal.usu.ac.id
Blosser, F. (2009). Policy Shifts on Work Environment, Health Promotion,
Continued Research Needed to Maintain Healthy U.S. Workforce.
Diakses dari http://www.cdc.gov/niosh/updates/upd-12-01-09
Brodjonegoro, B. (2017). Perekonomian Indonesia 2007. Diakses dari
http://www.unisosdem.org
Darya Varia. (n.d.). Consumer Health All Products. Diakses dari
http://www.darya-varia.com
Databoks. (2017). Berapa Jumlah Wanita Usia Produktif di Indonesia?. Diakses
dari http://databoks.katadata.co.id
Djadjoeri, R. (2005). Siaran Pers Enervon-C Talk Show: Kiat Menjaga Daya
Tahan Tubuh dan Manfaat Suplemen Vitamin. Diakses dari
http://groups.yahoo.com
Fadli, G. (2016). 10 Arti Warna Dalam Psikologi Warna, Terpopuler Menurut
Para Ahli. Diakses dari http://gushaironfadli.com
Farmasi-id. (2015). Enervon C. Diakses dari https://www.farmasi-id.com
Fauzi, Y. (2017). BPS: Kuartal 1 2017 Pertumbuhan Ekonomi RI 5,01 Persen.
CNN Indonesia. Diakses dari http://m.cnnindonesia.com
Fealy, G. (n.d.). Indonesia in 2007. Diakses dari https://www.britanica.com
Gumilang, P. (2015). Kiat Khusus BMKG Masuki Musim Pancaroba. CNN
Indonesia. Diakses melalui http://m.cnnindonesia.com
Hafidhah, B. (2014). Kecenderungan Perilaku Sakit Masyarakat Menengah ke
Bawah. Diakses dari http://academia.edu
Herdiana, I. (2011). Perilaku Sosial Pria dan Wanita: Kajian Perilaku
Konformitas. Diakses dari http://ikeherdiana-fpsi.web.unair.ac.id
Hermanto, A. (2015). Daftar Kompetisi Sepak Bola 2015. Liputan 6. Diakses
melalui http://m.liputan6.com
Hidayat, R. (2016). Dari Jessica, Ahok Hingga LGBT: Lima Peristiwa Indonesia
Paling Menyita Tahun 2016. BBC Indonesia. Diakses melalui
http://www.bbc.com
Imanto, T. (n.d.). Pengaruh Iklan Televisi dalam Pencitraan Gaya Hidup. Diakses
dari http://www.esaunggul.ac.id/article/pengaruh-iklan-televisi-dalam-
pencitraan-gaya-hidup/
Kelas Indonesia. (n.d.). Pengertian Serta Contoh Kalimat Aktif dan Pasif Secara
Detail. Diakses dari http://www.kelasindonesia.com
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Pemerintah Canangkan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Diakses dari
http://www.depkes.go.id
Kementrian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. (2014).
50 Tahun Perjalanan Membangun Kesehatan. Diakses dari
https://www.kemenkopmk.go.id
Kurniawan, S. (2016). Demi Diferensiasi, Hemaviton Gabungkan Vitamin
C+Kolagen. Diakses dari http://marketeers.com
Kusuma, F. N. (2016). Flu, Vitamin C, dan Konsumsi Berlebihan. Tribun Jogja.
Diakses melalui http://farmasi.ugm.ac.id
Lestari, S. (2013). Kajian Ragam Bahasa Slogan Pada Papan Reklame di Kota
Medan: Kajian Sosiolinguistik.Diakses dari
http://www.download.portalgaruda.org
Luzar, L. C. (2015). Teori Konstruksi Realitas Sosial. BINUS SOD New Media.
Diakses dari http://dkv.binus.ac.id/2015/05/18/teori-konstruksi-realitas-
sosial/
Martaningrum, E. (2013). Politik Ekonomi Pada Masa Pemerintahan Soeharto
Tahun 1969-1989 Perspektif Fiqih Syasah. Diakses dari
http://digilib.uin-suka.ac.id
Medifarma. (n.d.). Core Bussiness Product. Diakses dari
http://www.medifarma.biz
Mjaavatn, P. E. (1999). Modern Lifestyle, A Threat to Young People’s Life.
Health & Medical Issues. Diakses dari
http://www.childreasearch.net/papers/health/1999_02
OCHA. (2007). Major Natural Disaster in Indonesia During 2007. Diakses dari
https://reliefweb.int
Pengen Sehat. (2011). 9 Bahaya Mengkonsumsi Vitamin C Terlalu Banyak.
Diakses dari http://www.pengensehat.com
Pernando, A. (2015). Hasil Survei: Kesadaran Hidup Sehat Masyarakat
Meningkat. Diakses dari http://m.bisnis.com
Poer. (2016). 6 Pelita (Pebangunan Lima Tahun) Pada Masa Orde Baru. Diakses
dari http://www.freedomsiana.com
Prasetio, A. (2014). Hedonisme dan Konsumtivisme dalam Media Massa. Diakses
dari http://ik.unikom.ac.id/new/artikel/view/3
Pratiwi, R. (2017). Perbedaan Cara Berpikir Perempuan dan Laki-Laki. Diakses
dari https://hellosehat.com
Putri, G. S. (2017). “Man Flu” Nyata, Kekebalan Tubuh Pria Lebih Rendah
Dibanding Wanita. Kompas. Diakses melalui
http://www.sains.kompas.com
Septania, R. C. (2015). Enervon-C Layani Konsumen Sesuai Segmen. Diakses dari
http://swa.co.id
Soejoeti, S. Z. (2008). Konsep Sehat, Sakit, dan Penyakit dalam Konteks Sosial
Budaya. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Diakses
melalui http://www.yuniawan.blog.unair.ac.id
Sugianto, E. (2012). Kekuatan Penyembuhan Diri yang Tak Terbatas. Quantum
Mind Technology Institute. Diakses melalui http://www.naqsdna.com
Supriyono. (n.d.). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anemia Gizi Besi Pada
Tenaga Kerja Wanita di PT. HM Sampoerna. Diakses dari
http://www.gizi.depkes.go.id
Suryanto. (2011). Peranan Pola Hidup Sehat Terhadap Kebugaran Jasmani.
Diakses dari http://www.staff.uny.ac.id
Tempo Scan Group. (n.d.). Products. Diakses dari http://thetempogroup.net
Triwijanarko, R. (2017). Kenapa Pola Hidup Sudah Sehat, Tapi Masih Kena
Penyakit?. Diakses dari http://marketeers.com
Toolan, M. J. (2001). Narrative: A Critical Linguistic Introduction. Diakses dari
https://books.google.co.id
Top Brand Award. (n.d.). Top Brand Award Result 2015 – 2017. Diakses dari
http://www.topbrand-award.com
Trieha, U. (2015). Bekamine 10: Multivitamin Indonesia yang Telah Diproduksi
Sejak Masa Kemerdekaan. Diakses dari http://ensiklo.com
Tresnady, T. & Nodia, F. (2016). Ini Tiga Jenis Penyakit yang Jadi Ancaman
Indonesia. Suara. Diakses melalui http://m.suara.com
Turangan, L. (2016). Manfaat Penting Kolagen Untuk Kulit Hingga Sendi.
Kompas. Diakses melalui http://ww.lifestyle.kompas.com
UNC School of Media and Journalism. (n.d.). Health Communication Research.
Diakses 14 Januari 2017 dari http://mj.unc.edu/Research-Content-
Items/Health-Communication-Research
Utama, H. (2012). Pemakaian Deiksis Persona dalam Bahasa Indonesia. Diakses
dari http://www.journal.unpad.ac.id
Viskayanesya. (2012). Pemahaman Khalayak Dewasa Awal Mengenai Informasi
Kesehatan di Media Konvensional dan Media Baru: Studi Pada
Mahasiswa dalam Memahami Informasi Gaya Hidup Sehat di Media.
Diakses dari http://lib.ui.ac.id
Web Kesehatan. (n.d.). Vitamin Untuk Meningkatkan Daya Tahan (Imun) Tubuh.
Diakses dari https://www.web.kesehatan.com
Zoel. (2011). Perilaku Belanja Konsumen Berubah. Diakses dari
https://marketing.co.id
Skripsi:
Nisrina, L. D. (2016). Wacana Kesehatan Reproduksi Perempuan di Program
Siaran Radio Kosmonita 95,4 FM Pada Periode Bulan Desember 2015 –
Januari 2016. Universitas Brawijaya.
Nugroho, T. W. (2009). Analisis Pengaruh Harga, Reputasi, Promosi,
Rekomendasi Terhadap Sikap, Niat Berpindah dan Pengalaman Masa
Lalu Pada Konsumen YOU C1000 di Giant Sun City Sidoarjo.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.