37_tiara fahrani_d3_naskah b.doc

29
DAFTAR ISI DAFTAR ISI................................................ 1 BAB I PENDAHULUAN......................................... 2 A. Latar Belakang........................................2 B. Perumusan Masalah.....................................3 C. Tujuan Penelitian....................................3 D. Manfaat Peneltian....................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................5 A. Lanjut Usia (Lansia)..................................5 B. Penyakit Pada Lansia..................................9 C. Mini Nutritional Assessment (MNA)...................12 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL .................................................................... 14 A. Kerangka Konsep......................................14 B. Hipotesis............................................14 C. Definisi Operasional................................14 BAB IV METODE PENELITIAN.................................15 A. Jenis Penelitian.....................................15 B. Waktu dan Tempat Peneltian...........................15 C. Populasi dan Sampel.................................15 D. Jenis Data.......................................... 16 1

Upload: astri-nova-imelja

Post on 22-Dec-2015

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................2

A. Latar Belakang............................................................................................2

B. Perumusan Masalah...................................................................................3

C. Tujuan Penelitian........................................................................................3

D. Manfaat Peneltian.......................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................5

A. Lanjut Usia (Lansia)....................................................................................5

B. Penyakit Pada Lansia..................................................................................9

C. Mini Nutritional Assessment (MNA)..........................................................12

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL...14

A. Kerangka Konsep......................................................................................14

B. Hipotesis....................................................................................................14

C. Definisi Operasional..................................................................................14

BAB IV METODE PENELITIAN...........................................................................15

A. Jenis Penelitian.........................................................................................15

B. Waktu dan Tempat Peneltian....................................................................15

C. Populasi dan Sampel................................................................................15

D. Jenis Data.................................................................................................16

E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................16

F. Instrumen Peneltian...................................................................................17

G. Pengolahan Data......................................................................................17

H. Analisis Data.............................................................................................18

1

Page 2: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

2

Page 3: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Lansia............................................9

3

Page 4: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umur harapan hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di suatu negara, seiring dengan membaiknya kondisi sosial ekonomi, pemeliharaan kesehatan dan lingkungan (Soetardjo dkk, 2011). Menurut Badriah (2011) menyatakan bahwa dengan adanya peningkatan taraf kesehatan pada masyarakat di Indonesia, berakibat usia harapan hidup meningkat sehingga usia lanjut bertambah jumlahnya. Peningkatan proporsi usia tua (di atas 60 tahun) telah terjadi diseluruh dunia. Indonesia sebagai salah satu negara yang mengalami peningkatan populasi lanjut usia dari 4,48% pada tahun 1971 menjadi 9,77% pada tahun 2010. Bahkan pada tahun 2020 diprediksikan sebesar 11,34% (Makmur, 2006 dalam Fatmah, 2010). Fenomena pertambahan penduduk lansia juga tampak di Kalimantan Barat. Pada tahun 2006 jumlah penduduk lansia di Kalimantan Barat 227.739 jiwa, kemudian menjadi 266.632 jiwa pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 diperkirakan bertambah lagi menjadi 290.400 jiwa (Panggabean, 2011).

Transisi epidemiologi yaitu perubahan pola kematian yaitu akibat infeksi, angka fertilitas total, umur harapan hidup penduduk dan meningkatnya penyakit tidak menular. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan hipertensi (Kompasiana.com).

Penyakit degeneratif terjadi akibat kemunduran fungsi organ tubuh akibat proses penuaan (Handajani, dkk, 2009). Penyakit atau gangguan kesehatan pada orang lanjut usia umumnya seperti penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus), keropos tulang (osteroporosis), kepikunan (demensial), gangguan jantung, gangguan penglihatan, gangguan pengunyahan dan sebagainya. Di Indonesia penyakit - penyakit infeksi akut juga masih sering terjadi pada lansia, misalnya saluran napas atas (radang tenggorokan, influenza) atau infeksi saluran napas bawah (pneumonia, tbc), infeksi saluran kencing, infeksi kulit (Rahardjo, et al., 2009 dalam Panggabean, 2011).

Usia lanjut memiliki risiko malnutrisi yang tinggi karena terjadi penurunan asupan makanan yang disebabkan oleh perubahan fungsi usus, metabolisme yang tidak efektif, kegagalan homeostatis dan defek utilisasi nutrien (Thomas, 2003 dalam Zulaekah, dkk, 2009). Pada pasien usia lanjut yang sakit, malnutrisi meningkatkan komplikasi penyakit dan membutuhkan waktu penyembuhan yang lama.

Penapisan (skrining) malnutrisi pada lansia penting dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pola makan dan berat badannya (Kompas.com). Menurut Permatasari (2007) The Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan alat penapisan yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko malnutrisi pada lansia. Penilaian status gizi dengan The Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan multiparameter screening sekaligus assessment

4

Page 5: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

terjadinya malnutrisi pada pasien usia lanjut. Kuesioner The MNA terbagi dalam empat komponen yaitu penilaian antropometri, penilaian asupan makanan, penilaian secara umum mengenai gaya hidup dan penilaian secara subjektif (Agustina, 2007). The Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan skrining yang murah untuk mendeteksi kecendrungan berkembangnya komplikasi yang disebabkan oleh malnutrisi (Gazzotti, 2000). Hasil penelitian Covinsky et al (1999) menyatakan bahwa skor The Mini Nutritional Assessment (MNA) untuk memprediksi angka mortalitas dimana penderita geriatri yang mempunyai skor The MNA kurang dari 17 (malnutrisi) mempunyai angka mortalitas yang tinggi dibandingkan yang mempunyai status gizi baik. Hal itu juga didukung dengan penelitian pada 1145 lansia di rumah sakit di Swiss yang menunjukkan skor The MNA rendah berhubungan dengan peningkatan mortalitas pasien lansia di rumah sakit (Infopenyakitdalam.com).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Pendaftaran Register Pasien Rawat Jalan Poli Penyakit Dalam di RSUD Dr. Soedarso Pontianak tercatat rata-rata jumlah kunjungan pasien berumur 60 tahun keatas adalah 20-30 pasien dalam satu hari.

Sehubungan hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ""Hubungan Lama Sakit dan Komplikasi Penyakit dengan Skor The Mini Nutritional Assessment (MNA) Pada Pasien Lansia di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak".

B. Perumusan Masalah

Penuaan tidak dapat dicegah dan sering disertai dengan adanya peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh yang dapat menyebabkan malnutrisi. Malnutrisi tersebut dapat meningkatkan komplikasi penyakit degeneratif pada lansia seperti penyakit jantung, diabetes melitus dan hipertensi. Pada pasien usia lanjut yang sakit, malnutrisi meningkatkan komplikasi penyakit dan membutuhkan waktu penyembuhan yang lama. Pengkajian status gizi pada lansia penting dilakukan untuk mengidentifikasi risiko malnutrisi pada lansia salah satunya dengan menggunakan The Mini Nutritional Assesment (MNA) ¬yang cepat, mudah dan efisien. Sehubungan dengan itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang "Hubungan Lama Sakit dan Komplikasi Penyakit dengan Skor The Mini Nutritional Assessment (MNA) Pada Pasien Lansia di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak".

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan lama sakit dan komplikasi penyakit dengan skor The Mini Nutritional Assesment (MNA) pada pasien lansia di poli penyakit dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

5

Page 6: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan lama sakit dengan skor The Mini Nutritional Assessment (MNA)

pada pasien lansia di poli penyakit dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

b. Mengetahui hubungan komplikasi penyakit dengan skor The Mini Nutritional

Assessment (MNA) pada pasien lansia di poli penyakit dalam RSUD Dr. Soedarso

Pontianak

D. Manfaat Peneltian

1. Bagi RSUD Dr. Soedarso

Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan bagi instansi dalam pengkajian status gizi pada lansia penderita komplikasi penyakit.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama pendidikan baik teori maupun praktek khususnya mengenai masalah gizi pada lanjut usia yang kemudian dikembangkan dalam suatu penelitian ilmiah.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya memperhatikan status gizi dan kesehatan lansia.

6

Page 7: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia (Lansia)

Menua merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo R. Boedhi dan Hadi Martono, 1999 dalam Fatmah, 2010). Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi "Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas" (Efendi, 2009). Departemen Kesehatan RI (2006) dalam Fatmah, 2010) memberikan batasan lansia sebagai berikut :

1. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakan kematangan

jiwa (usia 55 - 59 tahun).

2. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini

(usia 60 - 64 tahun).

3. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia diatas 65

tahun).

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Adriani, dkk (2009) batasan - batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut :

7

Page 8: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

1. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi tiga kriteria yaitu

lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat

tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

2. Menurut Subhankandir, usia lanjut dibagi menjadi tiga kriteria yaitu young old ialah usia

70-75 tahun, old ialah usia 75-80 tahun, very old ialah usia lebih dari 80 tahun.

3. Menurut kedokteran olahraga, tahapan lansia dibagi menjadi tiga kriteria yaitu umur 50-

60 tahun, umur 61-70 tahun, umur 71 tahun ke atas.

4. Menurut Malik, tahapan usia lanjut dibagi menjadi tiga subtahap yaitu tahap awal tua

ialah usia 53-63 tahun, tahap pertengahan ialah usia 65-70 tahun, tahap tua akhir ialah

usia 70 tahun keatas.

Pengertian lansia dibedakan atas 2 macam, yaitu lansia kronologis (kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui dan dihitung, sedangkan lansia biologis berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya (Fatmah, 2010).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia :

8

Page 9: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

1. Perubahan - perubahan fisik meliputi perubahan sel, sistem pernafasan, sistem

pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur

tubuh, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem genitourinaria, sistem endokrin,

sistem kulit dan sistem muskuloskletal. Perubahan yang terjadi pada bentuk dan fungsi

masing - masing.

2. Perubahan - perubahan mental meliputi perubahan - perubahan mental pada lansia

berkaitan dengan dua hal yaitu kenangan dan intelegensia. Lansia akan mengingat

kenangan masa terdahulu namun sering lupa pada masa yang baru, sedangkan

intelegensia tidak berubah namun terjadi perubahan dalam gaya membayangkan

(Nugroho, 2000).

3. Perubahan - perubahan psikososial yaitu pensiun dimana lansia mengalami kehilangan

finansial, kehilangan status, kehilangan teman, dan kehilangan pekerjaan, kemudian

akan merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup, penyakit kronik

dan ketidakmampuan, gangguan gizi akibat kehilangan jabatan dan hilangnya kekuatan

dan ketegapan fisik yaitu perubahan terdapat konsep diri dan gambaran diri (Nugroho,

2000).

4. Perkembangan spiritual meliputi agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya (Maslow, 1970 dalam Nugroho, 2000).

5. Perubahan minat dimana terdapat hubungan yang erat antar jumlah keinginan dan

minat orang pada seluruh tingkat usia dan keberhasilan penyesuaian mereka. Keinginan

tertentu mungkin di anggap sebagai tipe keinginan dan minat pribadi, minat untuk

berekreasi keinginan sosial, keinginan yang bersifat keagamaan dan keinginan untuk

mati (Hurlock, 1999).

Kebutuhan energi secara umum menurun seiring bertambahnya usia karena terjadinya perubahan komposisi tubuh, penurunan angka metabolisme basal, dan pengurangan aktivitas fisik (Frary dan Johnson, 2004). Menurut Krinke (2003) gizi lansia adalah

9

Page 10: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk menunjang gizi lansia. Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk lansia adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Lansia

Zat GiziPria

(berat badan) = 62 kg)

Wanita(berat badan =

54 kg)Energi

(kkal)2050 1600

Protein (g)

60 45

Vitamin A (RE)

600 500

Vitamin D (g)

15 15

Vitamin E (mg)

15 15

Vitamin K (mg)

65 55

Tiamin (mg)

1,0 0,8

Riboflavin (mg)

1,3 1,1

Niasin (mg)

1,6 1,4

Vitamin B12 (mg)

2,4 2,4

Asam Folat (g)

400 400

Piridoksin (mg)

1,7 1,5

Vitamin C (mg)

90 75

Kalsum (mg)

800 800

Fosfor (mg)

600 600

Besi (mg)

13 12

Zinc (mg)

13,4 9,8

Iodium (mg)

150 150

10

Page 11: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

Selenium (mg)

30 30

(WNPG, 2004 dalam Fatmah, 2010)Proses penuaan pada lansia merupakan proses fisiologis dalam siklus kehidupan

manusia yang dialami setiap orang, kejadiannya sangat bervariasi dan tidak sama pada setiap individu yang berumur 60 tahun atau lebih. Lansia terjadi akibat penurunan fungsi organ-organ tubuh sehingga kemampuan tubuh untuk beradaptasi terbatas, metabolisme yang terjadi didalam sel untuk menghasilkan energi bagi kehidupan juga menghasilkan zat toksin yang dianggap berbahaya bagi tubuh yang terakumulasi bertahun-tahun sehingga merusak sel dan mengganggu fungsi organ. Kondisi ini mendorong timbulnya penyakit degeneratif seperti stroke, diabetes melitus (DM), kanker dan lain-lain (Badriah, 2011).

Perubahan status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun faali dan status kesehatan mereka. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degeneratif maupun non degeneratif yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminum para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya (Kurniasari, 2012).

B. Penyakit Pada Lansia

Banyak penyakit yang terjadi pada lansia yang dipengaruhi oleh proses penuaan, usia, status pekerjaan, makanan dan aktivitas fisik adalah hipertensi, diabetes melitus, kardiovaskuler dan penyakit rematik (Anonim, 2012).

Emma (2000) dan Setiati (2001) dalam Badriah (2011) menegaskan bahwa gejala dan tanda tidak khas pada lansia yang mengalami gangguan kesehatan atau penyakit, gejala yang sering muncul adalah hilangnya nafsu makan, kelemahan umum dan jatuh. Menurut Nugroho (2009) penyakit yang sering dijumpai pada lansia di Indonesia meliputi penyakit sistem persarafan, penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah, penyakit pencernaan makanan, penyakit urogenital, penyakit gangguan metabolik, penyakit persendian dan tulang, penyakit-penyakit akibat keganasan. Penyakit yang sering diderita lansia adalah :

1. Gangguan Sistem Persarafan

a. Stroke

Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker (Pinzon, 2009 dalam Yenni, 2011). Berdasarkan hasil RISKESDAS, 2007 terdapat 72,3% kasus stroke di masyarakat sudah terdiagnosis. Umur merupakan salah satu faktor resiko stroke yang tidak dapat diubah (Anonim, 2010). Stroke terjadi karena ketidakmampuan jantung dan pembuluh darah menyuplai darah ke otak, stroke dapat terjadi biasanya karena trombosit cerebral, emboli cerebral atau pendarahan. Stroke menganggu kebutuhan oksigen dan nutrisi otak. Diet yang dianjurkan untuk menjaga stabilitas tekanan darah ialah mencegah obesitas dan hindari intake alkohol (Badriah, 2011)

b. Alzeimer

Terjadinya gangguan kognitif (dimensia) dan kerusakan yang terjadi pada memori. Alzeimer adalah suatu kondisi atropi otak, hilangnya memori, perubahan kepribadian

11

Page 12: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

dan tingkah laku serta berkurangnya kemampuan berfikir. Gangguan kognitif disebabkan kerusakan otak oleh tumor, kerusakan pembuluh darah dan gangguan neurologis. Nutrisi lansia dengan alzeimer diberikan tinggi energi, vitamin E, vitamin C, selenium, choline dan vitamin B. Pemberian nutrisi harus dijamin karena lansia tidak mempunyai kontrol yang baik yaitu tidak dapat mengingat saatnya untuk makan bila tidak diingatkan (Badriah, 2011).

2. Gangguan Sistem Kardiovaskuler

a. Hipertensi

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan seperti arteri kehilangan elastisitasnya sehingga dapat menyebabkan peningkatan nadi dan tekanan diastolik darah (Tortora dan Anagnostakos, 1990 dalam Watson, 2003). Tekanan darah 140/90 mmHg dikatakan hipertensi menurut NHANES III. Penelitian Framingham menunjukkan bahwa penderita hipertensi terdapat kenaikan mortalitas total dua kali dan mortalitas kardiovaskular tiga kali lebih tinggi dari normotensi dan hal ini lebih signifikan pada wanita setelah berusia lebih dari 65 tahun (Adriani, 2012). Prevalensi lansia mengidap hipertensi meningkat pada usia 75 tahun dengan komposisi 64% laki-laki dan 77% wanita. Hipertensi yang lama menyebabkan gagal ginjal. Diet yang dianjurkan ialah mempertahankan berat badan ideal, mengurangi intake sodium atau garam (Badriah, 2011).

b. Jantung koroner

Penyakit jantung koroner ini terjadi jika ada penyempitan pembuluh darah jantung oleh timbunan lemak (plak) sehingga jantung kekurangan oksigen. Faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah usia (lebih dari 60 tahun), jenis kelamin, serta riwayat keluarga. Faktor resiko yang biasa dimodifikasi antara lain kebiasaan merokok, dislipidemia, kurang gerak, kegemukan, diabetes melitus, stress, infeksi, serta gangguan pada darah (Adriani, 2012). Diet yag dianjurkan hampir sama dengan penyakit jantung lainnya dengan mengurangi konsumsi garam, kolesterol dan tinggi serat (Badriah, 2011).

3. Gangguan Sistem Metabolik

a. Diabetes Melitus (DM)

Penyakit diabetes melitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan metabolisme dalm tubuh dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Anonim, 2010). Pada tahun 2020 diperkirakan akan ada sekitar 8,2 juta penderita Diabetes Melitus (Handajani dkk., 2009). Diet yang dianjurkan adaah dengan mempertahankan kadar gula normal dengan menyeimbangkan nutrisi, latihan dan insulin, menjaga berat badan dengan stabil karena kelebihan berat badan berisiko untuk beberapa penyakit, vitamin dan mineral suplemen sesuai kebutuhan dengan memperhatikan komposisi karbohidrat, lemak, serat dan cairan karena sensitif terhadap diabetes melitus (Badriah, 2011).

b. Gagal Ginjal

Gagal ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak dapat berfungsi atau fungsi ginjal menurun, urine tidak dapat diproduksi atau jumlahnya sedikit, lemas, anoreksia, mual,

12

Page 13: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

pucat, sesak nafas. Biasanya merupakan komplikasi dari penyakit kardiovaskuler, DM, hipertensi, kanker, batu ginjal. Nutrisi yang diajurkan adalah rendah protein, kurangi garam, rendah lemak, konsumsi banyak sayur dan buah, hindari minuman beralkohol dan merokok (Badriah, 2011).

4. Gangguan Malnutrisi

a. Gizi Lebih (obesitas)

Obesitas adalah kondisi BMI 30 atau lebih. Untuk lansia obesitas dikategorikan BMI > 25, lebih banyak terjadi pada usia di atas 60 tahun. Kondisi ini akan menjadi faktor resiko terhadap beberapa penyakit seperti DM, jantung, osteoporosis dan lain-lain. Hal yang harus diperhatikan pada lansia dengan obesitas ini adalah intake nutrisinya. Prinsip diet yang diberikan ialah rendah kalori, banyak serat termasuk sayur dan buah-buahan, aktivitas fisik juga ditingkatkan, dianjurkan sesuai dengan kemampuan (Badriah, 2011). Obesitas akan meningkatkan risiko menderita penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus dan penyakit empedu (Adriani, 2012).

b. Gizi Kurang

Lansia mengalami gizi kurang BMI < 18,5 kg/m2 pasien yang mengalami anoreksia dan cachesia (sangat kurus). Gizi kurang dalam waktu yang lama sampai 6 bulan dan hilangnya berat badan sampai 10% dari berat badan normal akan meningkatkan angka kematian, kondisi seperti itu sering disebabkan oleh insiden penyakit yang diderita, penyebab lainnya karena asupan gizi yang kurang dipengaruhi keadaan ekonomi (kemiskinan). Lansia yang mengalami gizi kurang sangat berisiko untuk menderita penyakit karena imunitas tubuh yang rendah. Nutrisi yang dianjurkan adalah tinggi kalori dan protein 1,5 gr/kgbb/hari. Suplemen makanan yang yang sangat dibutuhkan, minuman yang bernutrisi dan bermanfaat disamping untuk memenuhi kebutuhan intake cairan (Badriah, 2011).

5. Penyakit Keganasan

a. Kanker

Kanker adalah suatu kondisi akibat tidak terkontrolnya pertumbuhan sel atau abnormalitas sel yang biasanya terjadi dengan rentang waktu yang lama antara 10-30 tahun. Kasus kanker meningkat pada usia 65 tahun ke atas yang berhubungan dengan proses penuaan atau replikasi DNA dan yang banyak terjadi adalah kanker prostat. Pengobatan pada penyakit kanker mempunyai akibat yang luas termasuk intake nutrisi pada pasien lansia yang menderitanya. Biasanya terdapat keluhan mulut kering, aroma pada makanan berkurang, nafsu makan menurun, gangguan kembung dan absorpsi makanan dan daya tahan tubuh menurun. Faktor nutrisi pada penderita kanker adalah menjaga daya tahan tubuh, status nutrisi yang maksimal, mencegah kehilangan berta badan dan dehidrasi yang disebabkan oleh penyakit dan efek dari pengobatan seperti mual, muntah, diare, konstipasi, menurunkan daya tahan tubuh, disamping pemberian nutrisi yang adekuat. Konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran bisa mengurangi risiko kanker karena mengandung antioksidan. Sayur dan buah-buahan ini terutama mengurangi risiko kanker mulut, esofagus, stomach, dan paru-paru (Badriah, 2011).

13

Page 14: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

C. Mini Nutritional Assessment (MNA)

Menurut Almatsier (2004) status gizi adalah keadaaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang,baik dan lebih.

Sedangkan menurut NICE (2006) malnutrisi adalah keadaan kekurangan gizi - baik protein, energi atau mikro - yang menyebabkan kerugian terukur untuk komposisi tubuh, fungsi dan hasil klinis.

Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Menurut Supariasa (2001) ada empat bentuk malnutrisi, yaitu :

1. Under Nutrition merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau

absolut untuk periode tertentu.

2. Specific Defficiency merupakan kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan

vitamin A, yodium, Fe, dan lain - lain.

3. Over Nutrition merupakan kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

4. Imbalance, karena disporposi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena tidak

seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL

(Very Low Density Lipoprotein).

Skrining adalah proses mengidentifikasi karakteristik yang diketahui berhubungan dengan masalah gizi. Hasil penilaian status gizi terhadap sseseorang kemudian dibandingkan dengan cut off point (batas resiko) nilai normal (Soetardjo, dkk, 2011).

Skrining nutrisi dapat dilakukan dalam klinik gizi atau sebagai kegiatan pada perkumpulan penyandang penyakit metabolik/degeneratif/vaskuler seperti perkumpulan diabetes, stroke dan lain-lain yang dibina oleh klinik gizi. Tujuan skrining adalah menilai status gizi pada orang yang berisiko, baik secara individual maupun berkelompok sehingga dapat dilakukan upaya preventif untuk mencegah agar seseorang yang masih sehat tidak menderita permasalahan gizi atau kesehatan, menghindari komplikasi lebih lanjut jika seseorang sudah menderita suatu penyakit dan jika komplikasi sudah terjadi dapat menjaga agar komplikasi tersebut tidak bertambah parah (Hartono, 1997).

The Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan alat penapisan yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko malnutrisi pada lansia (Permatasari, 2007). The Mini Nutritonal Assessment (MNA) dikembangkan oleh Nestlé and Leading International Geriatricians terkemuka dan menjadi salah satu alat skrining beberapa divalidasi untuk orang tua. The Mini Nutritonal Assessment (MNA) adalah alat skrining untuk membantu mengidentifikasi pasien lansia yang kurang gizi atau beresiko malnutrisi. The Mini Nutritonal Assessment (MNA) menyediakan metode yang sederhana dan cepat untuk mengidentifikasi orang-orang tua yang

14

Page 15: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

beresiko untuk malnutrisi, atau yang sudah kekurangan gizi. Ini mengidentifikasi risiko kekurangan gizi yang parah sebelum perubahan tingkat protein berat badan atau serum terjadi.

Penilaian status gizi dengan The Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan multiparameter screening sekaligus assessment terjadinya malnutrisi pada pasien usia lanjut. Kuesioner The Mini Nutritonal Assessment (MNA) terdiri atas 18 pertanyaan yang terbagi dalam empat komponen: penilaian antropometri, penilaian asupan makanan, penilaian secara umum mengenai gaya hidup dan penilaian secara subjektif ( Agustina, 2007).

Dari hasil penelitian Zulaekah dkk, (2009) diketahui dari 67 lansia dirumah sakit yang digolongkan manutrisi berdasarkan skor The MNA kurang dari 17 poin berjumlah 26 orang (38,80%), risiko malnutrisi berdasarkan skor MNA 17 - 23 poin berjumlah 33 orang (49,25%) dan hanya berjumlah 8 orang (11,95%) untuk lansia yang digolongkan gizi baik berdasarkan skor The MNA 24 - 30 poin. Penilaian status gizi dengan menggunakan skala The MNA untuk penderita geriatri merupakan cara yang dianjurkan di rumah sakit karena merupakan skrining yang mudah, murah dan dapat digunakan untuk mendeteksi kecendrungan berkembangnya komplikasi yang disebabkan karena malnutrisi, dapat memprediksi outcome mortalitas penderita.

Penelitian lain yang dilakukan Hardini (2005) diketahui bahwa dari 104 lansia yang digolongkan malnutrisi berdasarkan skor The MNA kurang dari 17 poin berjumlah 38 orang (36,5%), risiko malnutrisi berdasarkan skor The MNA 17-23 poin berjumlah 46 orang (44,3%) dan 20 orang (19,2%) untuk lansia yang digolongkan gizi baik berdasarkan skor The MNA 24-30. The MNA (Mini Nutritional Assessment) didesain dan telah dibuktikan bagus sebagai alat kajian tunggal dan cepat untuk menilai status gizi penderita rawat jalan, penderita yang dirawat di rumah sakit dan nursing home.

15

Page 16: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependenGambar 1. Kerangka Konsep Peneltian

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara lama sakit dengan skor The Mini Nutritional Assessment (MNA)

pada pasien lansia di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

2. Ada hubungan antara komplikasi penyakit dengan skor The Mini Nutritional Assessment

(MNA) pada pasien lansia di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

C. Definisi Operasional

1. Lama sakit adalah lama waktu lansia menderita penyakit dalam tahun yang diperoleh

melalui wawancara .

Skala ukur : OrdinalAlat ukur ; KuesionerHasil ukur :a. < 5 tahun jika < 5 tahunb. ? 5 tahun jika ? 5 tahun

2. Komplikasi penyakit adalah penyakit yang diderita lansia dimana lebih dari satu jenis

penyakit yang didapat dari hasil rekam medik pasien.

Skala ukur : NominalAlat Ukur : KuesionerHasil Ukur :a. Ada jika lansia memiliki lebih dari satu jenis penyakit.b. Tidak ada jika lansia memiliki satu penyakit.3. Skor The Mini Nutritional Assessment (MNA) adalah alat yang digunakan

untuk menilai status gizi dengan cepat dan efisien pada lansia, dihitung menggunakan jumlah skor yang didapat dari kuesioner The Mini Nutritional Assessment (MNA).

Skala ukur : OrdinalAlat ukur : Kuesioner The MNAHasil ukur : a. Gizi normal, jika nilai skor The MNA yang diperoleh 24 -30 poin.b. Risiko malnutrisi, jika nilai skor The MNA yang diperoleh 17-23,5 poin.

16

Page 17: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

c. Malnutrisi, jika nilai skor The MNA yang diperoleh berjumlah <17 poin.

17

Page 18: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan metode penelitian cross-sectional. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi suatu efek atau penyakit pada suatu waktu, oleh karena itu disebut juga dengan studi prevalensi. Prinsip penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen) melalui pengukuran sesaat yang diukur secara bersamaan pada waktu observasi (Sastroasmoro dan Ismael, 2008).

B. Waktu dan Tempat Peneltian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Juni - 5 Juli 2013 di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien lansia berusia 60 tahun keatas yang berkunjung ke Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien lansia yang berusia 60 tahun keatas dengan riwayat penyakit ada atau tanpa komplikasi yang melakukan kunjungan ke Poli Penyakit dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu yaitu selama 9 hari. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek peneltian pada populasi target dan populasi terjangkau (Sastroasmoro dan Ismael 2008). Adapun sampel yang termasuk dalam kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

18

Page 19: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

a. Pasien lansia dengan riwayat penyakit ada atau tanpa komplikasi yang melakukan

kunjungan ke poli penyakit dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

b. Pasien lansia berumur 60 tahun keatas.

c. Pasien yang bersedia menjadi responden untuk diwawancarai yang dibuktikan dengan

surat persetujuan.

d. Responden masih bisa berkomunikasi dengan baik.

e. Rumus pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

n = (Za)2 x P x Q d2 Keterangan :n = besar sampelp = proporsi suatu kasus terhadap populasiq = 1-pd = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 1% (0,01)

D. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :1. Data Primer

a. Identitas pasien diperoleh melalui wawancara dengan pasien dan melihat hasil rekam

medik.

b. Skor The Mini Nutritional Assessment (MNA).

2. Data Sekunder

a. Gambaran umum Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

19

Page 20: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

1. Identitas sampel meliputi nama, jenis kelamin dan alamat diperoleh melalui

wawancara dengan menggunakan lembar identitas responden.

2. Data lama sakit dan komplikasi penyakit diperoleh melalui wawancara dan hasil rekam

medik responden.

3. Data antropometri (tinggi badan, berat badan) dilakukan dengan cara pengukuran berat

badan menggunakan alat ukur berupa timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg

yang sudah ditera ulang, tinggi badan dengan menggunakan microtoice dengan

ketelitian 0,1 cm, ukuran LiLA dengan pita LiLA dan ukuran betis dengan metlin.

4. Skor The Mini Nutritional Assessment (MNA) yang dihitung menggunakan jumlah skor

yang didapat dari kuesioner The MNA.

F.   Instrumen Peneltian

Instrumen yang digunakan dalam peneltian adalah :1. Timbangan injak digital.

2. Microtoice.

3. Pita LiLA.

4. Metlin.

5. Lembar kuesioner The Mini Nutritional Assessment (MNA).

6. Perangkat lunak komputer untuk pengolahan data.

G. Pengolahan Data

Data diolah dengan menggunakan program komputer. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer meliputi :

20

Page 21: 37_TIARA FAHRANI_D3_naskah B.doc

1. Editing yaitu sebelum diolah data diteliti apabila ada kesalahan diteliti lagi dan

dibetulkan apabila masih ada kesalahan.

2. Coding yaitu data yang sudah dikumpulkan berupa angka, kalimat pendek

data tersebut diberi kode untuk memudahkan dalam mengelompokan data.

3. Entry yaitu proses pemasukan data yang telah diberi kode untuk diolah dengan bantuan

program komputer untuk lebih menghemat waktu dan memudahkan dalam mengolah

data.

4. Tabulating yaitu proses penyusunan data dalam bentuk tabel dengan bantuan program

komputer.

H. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat untuk menjelaskan dan menggambarakan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu variabel terikat maupun variabel bebas yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase.

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat untuk menjelaskan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas dengan melakukan uji Chi-Square.

New Topic (Press Shift-Enter to insert a line break. Press Enter to add a paragraph return.)

 

Copyright 2014 ([email protected] .)

21