a. pengantar - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara...

16
1 BELAJAR DENGAN ARSIP oleh: Langgeng Sulistyo Budi 1 A. PENGANTAR Sudah tidak disangsikan lagi bagi banyak kalangan, sejarah sudah dianggap sebagai sarana untuk mengurangi kekhawatiran terhadap hal yang tidak kita ketahui. Sejarah tidak pernah berulang, namun pengalaman sejarah bisa dipakai untuk menghadapi masalah atau krisis yang terjadi dewasa ini. Prof. Sartono menyatakan bahwa dengan perspektif sejarah, kejadian atau krisis masa kini bisa dipahami dengan membandingkannya dengan kejadian atau krisis sejenis yang terjadi di masa lampau. Sejarah adalah jawaban terhadap persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat kontemporer. Untuk menuliskan sejarah, peneliti membutuhkan dokumen (atau yang kemudian dengan lebih khusus dikenal dengan arsip) sebagai sumber utama. Bisa jadi, arsip berlimpah jumlahnya, dan untuk menghadapi permasalahan ini seorang peneliti atau sejarawan harus bisa menyiapkan kerangka berpikir untuk menyeleksi, membatasi, dan menyiapkan konsepsi terhadap subyek penelitiannya. Upaya menemukan sumber-sumber penelitian inilah yang disebut dengan heuristik. Dengan demikian peneliti menjadi penentu sumber-sumber mana yang sesuai dengan tema penelitiannya. 2 Dari sisi pencipta, dalam hal ini pemerintah, pada awalnya arsip hanya boleh digunakan oleh pemerintah sendiri. Namun, akibat revolusi Perancis muncul kesadaran akan hak-hak individu dari warga negara untuk menggunakan arsip. Dasarnya adalah: arsip merupakan bukti pertanggungjawaban pemerintah dan sekaligus milik masyarakat. Di Hindia Belanda sendiri, pada tanggal 28 Januari 1892 secara resmi pemerintah Hindia Belanda membentuk lembaga kearsipan, Landsarchief, oleh Gubernur Jenderal di Batavia. Sebelumnya lembaga kearsipan merupakan lembaga pelengkap dari Algemeene 1 Penulis adalah: staf di Direktorat Kearsipan Pusat, ANRI-Jakarta 2 Disarikan dari A. Sartono Kartodirdjo, “Arti dan Fungsi Pengetahuan Sejarah dan Peranan Dokumentasi di dalamnya”, dalam Arsip dan Sejarah (Jakarta: Arsip Nasional R.I, 1979), hlm. 27-40

Upload: tranhanh

Post on 19-Mar-2019

257 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

1

BELAJAR DENGAN ARSIP

oleh:

Langgeng Sulistyo Budi1

A. PENGANTAR

Sudah tidak disangsikan lagi bagi banyak kalangan, sejarah sudah dianggap

sebagai sarana untuk mengurangi kekhawatiran terhadap hal yang tidak kita ketahui.

Sejarah tidak pernah berulang, namun pengalaman sejarah bisa dipakai untuk

menghadapi masalah atau krisis yang terjadi dewasa ini. Prof. Sartono menyatakan

bahwa dengan perspektif sejarah, kejadian atau krisis masa kini bisa dipahami dengan

membandingkannya dengan kejadian atau krisis sejenis yang terjadi di masa lampau.

Sejarah adalah jawaban terhadap persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat kontemporer.

Untuk menuliskan sejarah, peneliti membutuhkan dokumen (atau yang kemudian

dengan lebih khusus dikenal dengan arsip) sebagai sumber utama. Bisa jadi, arsip

berlimpah jumlahnya, dan untuk menghadapi permasalahan ini seorang peneliti atau

sejarawan harus bisa menyiapkan kerangka berpikir untuk menyeleksi, membatasi, dan

menyiapkan konsepsi terhadap subyek penelitiannya. Upaya menemukan sumber-sumber

penelitian inilah yang disebut dengan heuristik. Dengan demikian peneliti menjadi

penentu sumber-sumber mana yang sesuai dengan tema penelitiannya.2

Dari sisi pencipta, dalam hal ini pemerintah, pada awalnya arsip hanya boleh

digunakan oleh pemerintah sendiri. Namun, akibat revolusi Perancis muncul kesadaran

akan hak-hak individu dari warga negara untuk menggunakan arsip. Dasarnya adalah:

arsip merupakan bukti pertanggungjawaban pemerintah dan sekaligus milik masyarakat.

Di Hindia Belanda sendiri, pada tanggal 28 Januari 1892 secara resmi pemerintah

Hindia Belanda membentuk lembaga kearsipan, Landsarchief, oleh Gubernur Jenderal di

Batavia. Sebelumnya lembaga kearsipan merupakan lembaga pelengkap dari Algemeene

1 Penulis adalah: staf di Direktorat Kearsipan Pusat, ANRI-Jakarta 2 Disarikan dari A. Sartono Kartodirdjo, “Arti dan Fungsi Pengetahuan Sejarah dan Peranan Dokumentasi di dalamnya”, dalam Arsip dan Sejarah (Jakarta: Arsip Nasional R.I, 1979), hlm. 27-40

Page 2: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

2

Secretarie, yang merupakan unit sekretariat dari kantor Gubernur Jenderal, atau dengan

kata lain Algemeene Secretarie merupakan unit administrasi pusat pemerintahan Hindia

Belanda sejak 1819. Pada saat itu juga dikukuhkan jabatan landsarchivaris melalui

Staatsblad 1892 No. 34.3

Inventaris arsip pertama diterbitkan oleh J.A. van der Chijs pada tahun 1882.

Judul lengkapnya adalah Inventaris van ‘s Landsarchief te Batavia: 1602-1816.

Disamping itu juga diterbitkan pula sumber-sumber sejarah yang sudah lama menjadi

tradisi di Eropa, khususnya Belanda. Khasanah Algemeene Secretarie tidak mungkin

disusun dalam bentuk buku inventaris, sebab penataan arsipnya berbeda dengan arsip

VOC.

Arsip yang berbentuk dokumen tertulis tidak pernah dengan sengaja diciptakan

untuk kepentingan sejarah.4 Tidak ada sistematika, seperti: “daftar isi”, kecuali jika arsip

tersebut merupakan laporan atau nota keterangan. Arsip dikatakan sebagai sumber

“primer”, sebab:

1. Diciptakan sejaman;

2. Dekat dengan kejadian, sehingga subyektivitasnya kecil;

3. Sebagai “firsthand knowledge”, kredibilitasnya bisa diandalkan.

B. MENCOBA MENELUSURI ARSIP

Tip-tip Penelitian5

Seperti telah disebutkan di depan, arsip merupakan sumber informasi untuk melakukan

penelitian, dan beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Dimulai dengan memikirkan sebuah daftar lembaga-lembaga pemerintah yang mungkin

telah menciptakan atau menerima berbagai dokumen yang terkait dengan tema anda

(Penelitian awal tentang sumber sekunder mungkin akan membantu)

b. Tentukan jumlah arsip dari lembaga-lembaga yang sudah didaftar pada langkah “a”

dengan menggunakan daftar yang ada.

3 Bagian ini disarikan dari Arsip Nasional Republik Indonesia Dalam Gerak Langkah 50 Tahun Indonesia Merdeka, (Jakarta: Arsip Nasional R.I., 1996) 4 Bagian ini disarikan dari Mona Lohanda, “Arsip sebagai Bahan Penelitian Ilmu Sosial”, dalam Mona Lohanda, Sumber Sejarah dan Penelitian Sejarah, (Jakarta: PUSLIT Kemasyarakatan dan Budaya, Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1998), hlm. 3-13. 5 Disarikan dari http://www.archives.gov/

Page 3: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

3

c. Bacalah panduan khasanah arsip yang ada dan coba cari arsip-arsip yang sudah didaftar

sebelumnya (hasil dari langkah “b”).

d. Setelah bisa ditemukan cobalah mencari informasi yang lebih detil tentang arsip,

termasuk di dalamnya sejarah lembaga yang menciptakan dan mendeskripsikan arsip,

ukuran kelompok arsip, jenis arsip dalam kelompok tersebut (tekstual, foto, film, dan

lain-lain), daftar jalan masuk yang ada, arsip-arsip yang berkaitan dengan penelitian, dan

mungkin lokasi arsip.

e. Akan ditemui beberapa hal yang terkait langsung dengan arsip:

1. Berapa jumlah arsip?

2. Jenis apa arsip yang ditemukan?

3. Arsip-arsip apa yang terkait dengan penelitian?

Pertama kali para pengguna arsip seringkali terkejut ketika harus menggunakan arsip.

Dugaan mereka tentang arsip hampir sama dengan studi kepustakaan di perpustakaan. Panduan

ini dimaksudkan untuk memberikan pengantar tentang kebiasaan yang ada di lembaga kearsipan.

Arsip dan Perpustakaan: Perbedaan

Ada beberapa perbedaan antara lembaga kearsipan dan perpustakaan terkait dengan: sifat

dasar bahan-bahan yang disimpan di lembaga kearsipan berbeda dengan yang ditemukan di dalam

perpustakaan. Perpustakaan mengumpulkan bahan-bahan publikasi, yang juga dikenal dengan

sumber-sumber primer. Koleksi sebuah perpustakaan mungkin saja duplikasi keseluruhan atau

sebagian dari koleksi yang lain. Apabila sebuah buku hilang atau dicuri mungkin saja bisa

digantikan.

Arsip mengumpulkan bahan-bahan asli yang tidak dipublikasi atau sumber-sumber

primer. Arsip yang disimpan oleh arsip nasional adalah: unik dan tidak bisa tergantikan. Oleh

karena sifatnya, bahan-bahan kearsipan mudah rusak oleh karena penanganan yang tidak benar.

Apabila sebuah arsip hilang, dicuri, atau tidak bisa diperbaiki karena kerusakannya, informasi

yang ada di dalamnya akan hilang selamanya.

Sifat unik arsip mengharuskan kita semua menyiapkan prosedur pengamanan yang ketat.

Peneliti tidak bisa membaca seluruh tumpukan arsip seperti di perpustakaan, dan bahan-bahan

arsip hanya bisa dikonsultasikan di bawah pengawasan petugas ruang baca. Peraturan-peraturan

yang ada biasanya dipaparkan sebagai bagian dari perijinan.

Page 4: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

4

Bahasa dan kebiasaan yang ada di dalam arsip

Arsip berkaitan dengan “fonds” – semua dokumen yang diciptakan dan/atau diakumulasi

dan digunakan oleh seseorang, keluarga, lembaga-lembaga pemerintah, atau badan hukum yang

berkaitan dengan aktivitas dan fungsi penciptanya. Sejak lembaga-lembaga kearsipan

memperoleh dokumen dalam berbagai media, format koleksinya mungkin berbagai macam,

seperti: berbagai surat dan catatan harian, foto, peta, gambar arsitektur, pita komputer, video, dan

kaset audio. Ukuran sebuah koleksi dari dokumen tunggal sampai beratus-ratus atau bahwa

sampai beribu-ribu meter panjangnya.

Arsiparis sering kali memfokuskan pekerjaannya pada kelompok arsip dan kelompok

manuskrip. Sebuah kelompok arsip akan terdiri dari berbagai media yang diciptakan sebagai

bagian dari aktivitas yang dilakukan oleh sebuah lembaga pemerintah. Arsip nasional dan

lembaga kearsipan lainnya memiliki bagian-bagian yang terpisah, yang bertanggung-jawab

terhadap arsip-arsip yang diciptakan oleh lembaga pemerintah dan arsip-arsip tekstual yang

diciptakan oleh sumber-sumber swasta. Selanjutnya, profesi kearsipan (khususnya di Canada)

menggunakan istilah “fonds” daripada “koleksi” untuk merujuk arsip-arsip atau kertas-kertas

milik lembaga atau organisasi atau perorangan (dengan kriteria khusus). Sebuah “fonds” akan

berisi informasi tentang berbagai macam topik dan, tidak seperti perpustakaan, tidak bisa diatur

secara fisik berdasarkan “subyek”.

Pekerjaan penataan bahan-bahan kearsipan didasarkan pada dua prinsip, yaitu:

“provenance” (lembaga pencipta) dan pengakuan terhadap “aturan asli”. Dalam “principle of

provenance” mewajibkan untuk tidak mencampur arsip-arsip sebuah lembaga atau perorangan

dengan arsip-arsip yang lain, dan hal ini merupakan wujud pengakuan terhadap sumber atau

pencipta. Sedangkan “principle of original order” mewajibkan bahwa arsip-arsip dipelihara

menurut aturan yang sama dengan ketika arsip-arsip itu diciptakan. Aturan asli adalah yang

paling jelas dalam arsip kelembagaan, dimana organisasi dan kebutuhan untuk penemuan kembali

yang mudah merupakan sesuatu yang diutamakan untuk diperhatikan dalam penciptaannya dan

penggunaannya. Aturan asli merupakan sesuatu yang lebih fleksibel dibandingkan dengan

“provenance”.

”Jalan masuk”

Kita semua sudah akrab dengan kartu katalog, indeks subyek yang merupakan alat utama

untuk mengakses bahan pustaka di perpustakaan. Jalan masuk (finding aids) merupakan alat

untuk menyediakan akses terhadap arsip. Jenis dan tingkat kecanggihan jalan masuk dalam

Page 5: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

5

menemukan arsip akan tergantung pada sumber-sumber yang ada di dalam lembaga yang

bersangkutan.

Sebelum peneliti menggunakan arsip, hendaknya pekerjaan tertuju pada inventaris arsip,

ataupun daftar arsip. Inventaris bersifat deskriptif merupakan bentuk yang paling biasa dari “jalan

masuk” yang akan ditemui oleh para peneliti. Inventaris menyediakan informasi yang rinci

tentang organisasi dan aktivitas sebuah lembaga atau perorangan yang menciptakan arsip dan

tingkat perkembangan, cakupan kronologis, dan isi subyek arsip. Daftar box dan judul berkas,

dan deskripsi materi juga termasuk di dalamnya.

Merencanakan penelitian

Apakah anda seorang peneliti atau mahasiswa, ahli genealogi, atau sejarawan,

keberhasilan menggunakan arsip tergantung pada sebuah perencanaan penelitian yang hati-hati.

Strategi anda harus mempertimbangkan waktu yang cukup untuk latar-belakang penelitian,

menentukan khasanah arsip mana yang dibutuhkan, dan termasuk sebuah jadwal kerja.

Kajian pustaka harus menjadi tahap pertama sebelum menuju lembaga kearsipan.

Keberhasilan anda menggunakan bahan-bahan kearsipan sangat tergantung pada pemahaman

anda terhadap sumber-sumber sekunder yang tersedia untuk subyek penelitian anda. Informasi-

informasi itu bisa didapatkan dari ensiklopedi, buku-buku, dan jurnal atau artikel.

Sumber-sumber sekunder membantu anda mengembangkan parameter terhadap proyek

anda dan menyediakan “konteks” untuk menilai sumber-sumber primer yang anda gunakan.

Seperti yang anda mendapatkan sebuah pengetahuan umum dari topik anda sendiri, akan

mengembangkan sebuah pengertian dari bidang-bidang yang sudah cakup dan aspek-aspek itu

yang dibutuhkan untuk kajian lebih lanjut. Anda akan memulai dengan menyusun pertanyaan dan

ide-ide yang akan menyediakan fokus untuk pekerjaan anda di lembaga kearsipan. Nama, tempat,

peristiwa, dan tanggal yang sudah anda “sisihkan” dari membaca akan menjadi sesuatu yang

penting untuk melakukan akses terhadap sumber-sumber primer. Apabila arsip-arsip yang anda

harapkan untuk digunakan disusun secara kronologis dan anda tidak mengetahui tanggal-tanggal

“kunci”, anda tidak akan bisa menggunakannya.

Sebagai catatan, bergeraklah dari yang umum ke yang khusus, dari survey yang luas

tentang sebuah topik atau periode menuju pekerjaan yang mengeksplorasi tema-tema khusus.

Referensi kepustakaan akan membantu anda bekerja.

Seberapa banyak bahan bacaan yang harus anda baca? Jawabannya adalah “unik” untuk

setiap proyek. Peneliti harus memiliki kemampuannya memahami metode penelitian, seharusnya

sama bagus ketika meminta saran kepada para pustakawan, arsiparis, dan kolega. Sumber-sumber

Page 6: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

6

sekunder akan menyediakan sebuah “batu ujian”. Anda akan butuh kembali kepada sumber-

sumber ini setelah mendapatkan sumber-sumber primer, untuk pengembangan pelacakan sumber

dan pengembangan teori yang anda miliki.

Catatan di atas bisa dijadikan panduan bagi peneliti yang akan memulai proyek

penelitiannya dengan memanfaatkan arsip. Bagi yang baru memulai penelitian agaknya perlu

ketekunan ekstra, sebab peneliti harus menyiapkan kerangka referensi yang cukup. Kerangka

referensi ini akan membantunya membatasi penelitiannya.

C. SEBUAH CONTOH

Di bawah ini disajikan bagaimana sebuah upaya untuk menggali sumber (arsip)

tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya

penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post (4-5 Juli 1989), yang

mengkisahkan kiprah seorang penerbang berkebangsaan Amerika Serikat yang bekerja untuk

kepentingan RI. Artikel itu didasarkan oleh kesaksian mantan co-pilot-nya yang berkebangsaan

Indonesia. Timbul rasa ingin tahu dan melacak lebih jauh lagi catatan sejarah yang terkait dengan

peristiwa tersebut. Penelitian kearsipan dilakukan di Arsip Nasional R.I, Jakarta, sampai akhirnya

melalui inventaris Arsip “Djogja Documenten” ditemukan bundel arsip yang berkaitan dengan

Bob Freeberg.

Catatan detil tentang arsip-arsip yang terkait dengan kisah itu adalah: berdasarkan

sumber-sumber yang masih bisa ditemukan diketahui bahwa nama asli Bob Freeberg

adalah Bobby Earl Freeberg. Sebelum menerbangkan pesawat Dakota RI-002, dia dikenal

sebagai pilot tempur yang bertugas di kawasan Pasifik melawan Jepang. Setelah Perang

Dunia (PD) II, dia bekerja di perusahaan penerbangan swasta di Filipina, Commercial

Airlines Incorporated (CALI).

Sejak tahun 1947 Bob bekerja untuk kepentingan RI dan berstatus sebagai pilot

bayaran. Beberapa tugas penerbangannya antara lain adalah:

1. Menerjunkan Soedjono dan Soekotjo di sekitar Bukittinggi pada bulan Maret

1947;

2. Menerjunkan 12 orang anggota AURI bersenjata lengkap ke Kalimantan pada

bulan Oktober 1947;

3. Bulan Oktober 1947 menerbangkan satuan kecil pasukan RI ke Madura;

Page 7: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

7

4. Menerbangkan delegasi RI ke konferensi ECAFE di Filipina pada bulan

Desember 1947;

5. Menerbangkan Presiden Soekarno ke beberapa kota di Sumatera, seperti: Tanjung

Karang, Jambi, Pekanbaru, Bukittinggi, dan Kotaraja (Banda Aceh).

Berbagai misi penerbangan Bob dan beberapa awaknya yang berkebangsaan Indonesia

memang tidak banyak diketahui atau bahkan dicatat dalam sejarah perjuangan bangsa

Indonesia, karena seringkali penerbangannya merupakan penerbangan “gelap”. Berbagai

penyelundupan untuk kepentingan perjuangan RI ke Singapura, misalnya, sering

melibatkan Bob bersama pesawat dan timnya.

Kisah perjalanan Bob di wilayah udara Indonesia berakhir pada tanggal 1 Oktober

1948, ketika pihak AURI kehilangan kontak dengan dia. Sejak tanggal 30 September

1948, RI-002 melayani penerbangan dari Yogyakarta menuju Bukittinggi. Muncul

dugaan Bob dan pesawatnya disergap oleh Angkatan Udara Belanda dalam penerbangan

dari Tanjung Karang menuju Bengkulu terus ke Bukittinggi. Pesawat lepas landas dari

Tanjung Karang menuju Bengkulu jam 14.00, dan sampai jam 00.05 pesawat belum

sampai Bengkulu.

Tidak banyak informasi bagaimana nasib Bob bersama pesawat dan awak

pesawatnya. Sampai tahun 1951, tepatnya sampai orang tua Bob, W.R. Freeberg, menulis

surat kepada Presiden Soekarno, belum ada kepastian nasib Bob Freeberg.

Kisah kehidupan dan karier Bob Freeberg di Indonesia pada periode 1947-1948

masih bisa dilacak dalam beberapa berkas arsip yang sampai sekarang tersimpan rapi di

ANRI. Paling tidak ada dua nomor berkas arsip yang berasal dari dua khasanah atau

koleksi, yang berisi informasi tentang kasus Bob Freeberg, yaitu: dalam Arsip Djogja

Documenten dan Arsip Kabinet Presiden R.I 1950-1959.

A. Arsip Djogja Documenten

Informasi tentang segala hal yang terkait dengan Bob Freeberg dan aktivitasnya di

Indonesia bisa dibaca dalam berkas arsip bernomor 333. Judul berkasnya adalah:

“Peristiwa RI-002: Untuk P.J.M. Wk. Presiden-Menteri Pertahanan” (Incident RI-002-

Bundel Hatta). Isi berkasnya adalah:

Page 8: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

8

1. Copy “Certificate of Registration of Aircraft” yang dikeluarkan oleh Directorate

of Civil Aviation Republic of Indonesia tanggal 12 April 1948;

2. Copy “LICENSE” untuk pesawat RI-002, yang dikeluarkan oleh Directorate of

Civil Aviation Republic of Indonesia tanggal 12 April 1948.

3. Copy “Certificate of Airworthiness-Licence of Aircraft No. 031” kepada Bobby E.

Freeberg pemilik pesawat RI-002, yang dikeluarkan oleh Directorate of Civil

Aviation, Republic of Indonesia tanggal 16 April 1948 (date of expiration: May

1st, 1949).

4. Foto-foto:

a. Pesawat RI-002

b. Reproduksi: (1) The Port Sanitary Statement and Quarantine Clearance;

(2) Quarduplicate of the Export Entry

c. Bobby Earl Freeberg (captain-pilot RI-002)

d. Bambang Saptoadji (1st co-pilot RI-002)

e. R. Santosa (2nd co pilot RI-002)

f. Sumadi (acting opsir udara III)

5. Daftar Penumpang dan Barang pesawat tanggal 17 September 1948 jam 18.30

yang datang dari Manilla (Philipina), yang terdiri dari:

Awak Pesawat;

a. Bob Freeberg (pilot)

b. Suparto (co-pilot)

c. F. Apolonario (radio operator)

d. Lee (flight enginer)

e. C. Baldwin (navigator)

Barang

a. Cotton textiles untuk RI sebanyak 9.000 yds

b. Tires and tubes: (1) 50 band dalam; (2) 50 band luar. Berat 1.500 kg.

c. Auto spare parts: 4 peti;

d. Motor oil: 1 drum berat 500 kg.

6. “Laporan Perdjalanan (Vluchtrapport)” pesawat RI-002 di Pangkalan Udara

Maguwo tanggal 16 September 1948 untuk perjalanan (opdracht) Manilla-Jogja.

Page 9: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

9

Copy “Rentjana Flight RI-002”.

7. Copy Daftar Penumpang-2 dan Barang-2 pesawat untuk tanggal 30 September

1948 jam 15.00 untuk rute Bukittinggi via Banten, dengan perincian:

Awal pesawat:

a. B. Freeberg (pilot)

b. Santosa (co-pilot)

c. Soerjatman (radio operator)

Penumpang dan barang:

a. 14 orang

b. Untuk Gorda seberat 1540 kg dan untuk Bukittinggi seberat 100 kg.

8. “Laporan Perdjalanan (Vluchtrapport) Pesawat No. RI-002-Pangkalan Udara

Maguwo tanggal 30-9-1948”. Awak pesawat:

a. Bob Freeberg (penerbang I)

b. Bambang Saptoadji (penerbang II)

c. Santoso (navigator)

d. Surjatman (radio telegrafis)

Jumlah penumpang: 12 orang. Berat barang 2500 kg, dari Siliwangi dan

sebagian dari AURI untuk Banten dan Bukittinggi.

9. “Laporan Keadaan Fuel RI-002” yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertahanan

Seksi Angkatan Udara.

10. “Lapuran Perhubungan Radio RI-002 waktu flight pada tanggal 30-9-1948 dan 1-

10-1948, yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertahanan Seksi Angkatan Udara

Djawatan Perhubungan pada tanggal 23 Oktober 1948.

11. “Overzichtkaart: Ichtisar Tg. Karang-Bengkulen-Djambi” dengan skala 1:

1.500.000.

12. Salinan “Weather Condition” tanggal 1 Oktober 1948 jam 07.30-19.30 yang

dikeluarkan oleh Kementrian Pertahanan Seksi Angkatan Udara Djawatan Meteo

Pusat.

13. Laporan tentang “Peristiwa Pesawat Republik Indonesia Reg. No. RI-002” yang

dikeluarkan oleh Kementrian Pertahanan Seksi Angkatan Udara.

Page 10: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

10

14. Tiga buah kutipan berita “Antara” tanggal 8,11,13 Oktober 1948 tentang

hilangnya RI-002.

15. Surat dari Kepala Staf Angkatan Udara: S. Suryadarma kepada Ketua Delegasi

Indonesia melalui Menteri Pertahanan tentang “pelanggaran truce” tentang

hilangnya pesawat RI-002.

16. Kutipan “Lapuran Harian” Kementrian Pertahanan Seksi Angkatan Udara

Djawatan Perhubungan tanggal 30 September 1948 dan tanggal 1 Oktober 1948.

B. Arsip Kabinet Presiden R.I. 1950-1959

Di dalam berkas nomor 2039 akan bisa diperoleh informasi tentang pertanyaan

keluarga Bob Freeberg kepada pemerintah RI tentang status dan nasib Bob Freeberg dan

pesawatnya. Di samping itu dalam berkas ini akan diperoleh informasi lain yang

berkaitan dengan Bob, yaitu:

1. Surat dari Direktur Kabinet Presiden kepada Komodore Suryadarma (Kepala Staf

AURI) tertanggal 20 Maret 1951 tentang penyelidikan kasus hilangnya pesawat

RI-002 dan awak pesawatnya, termasuk Bob Freeberg;

2. Surat dari orang tua Bob Freeberg, yaitu: Mr. dan Mrs. W.R. Freeberg kepada

Presiden Soekarno tanggal 22 Februari 1951 yang berisi pertanyaan kepada pihak

pemerintah Indonesia tentang nasib Bob Freeberg (asli);

3. Surat dari Kepala Staf Angkatan Udara, S. Suryadarma, kepada Direktur Kabinet

Presiden tanggal 26 April 1951 tentang hasil/laporan sementara penyelidikan atas

hilangnya pesawat RI-002 dan Bob Freeberg. Laporan ini ditulis oleh Kepala

Bahagian Luar Negeri-Departemen Pertahanan;

4. Surat dari pemerintah Indonesia melalui Sekretaris Presiden kepada Mr.W.R.

Freeberg tanggal 29 Mei 1951 yang berisi jawaban pemerintah Indonesia tentang

proses penyelidikan atas hilangnya pesawat RI-002 dan pilotnya: Bob Freeberg

(surat dalam bahasa Inggris).

Dari dua berkas yang berkaitan dengan peristiwa hilangnya Bob Freeberg di wilayah

udara Sumatera bagian selatan kita bisa mendapatkan kisah yang sedikit detil. Untuk

merekonstruksi peristiwa yang sebenarnya memang diperlukan proses penggalian sumber

yang lebih lengkap lagi.

Page 11: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

11

Dari berkas arsip yang ada di koleksi Djogja Documenten kita bisa memperoleh

informasi yang lengkap tentang Bob Freeberg dan pesawatnya, Dakota RI-002. Seperti

telah disebutkan di atas, tidak hanya arsip kertas yang ada dalam berkas itu, namun ada

beberapa foto (foto Bob dan awak pesawatnya pada saat penerbangan terakhirnya, dan

pesawat RI-002), dan peta Sumatra bagian selatan yang diduga menjadi jalur

penerbangan Bob. Di dalam berkas arsip yang ada dalam khasanah Arsip Kabinet

Presiden 1950-1959 kita bisa membaca surat asli orang tua Bob yang ditujukan kepada

Presiden Soekarno (dalam tulisan tangan berbahasa Inggris dan terjemahannya dalam

bahasa Indonesia), beberapa laporan tentang proses investigasi hilangnya Bob (laporan-

laporan itulah yang menjadi dasar penyusunan surat balasan pemerintah RI kepada orang

tua Bob), surat balasan pemerintah RI kepada orang tua Bob (dari bentuk draft sampai

surat balasan yang dikirimkan kepada orang tua Bob). Dari berkas yang terakhir inilah

kita bisa sedikit tahu tentang peristiwa sebenarnya yang menimpa Bob.

Paparan di atas merupakan hasil identifikasi beberapa berkas arsip yang terkait

langsung dengan kisah ”Sang Pilot Bayaran”. Di tahun 1999, penulis telah mencoba

menuliskan kisahnya yang sedikit lebih detil dengan bantuan literatur yang lain. Artikel

itu diterbitkan oleh Majalah ”Angkasa” terbitan akhir tahun 1999.

Page 12: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

12

Page 13: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

13

Surat dari orang tua Bob Freeberg, yang menanyakan nasib anaknya kepada Presiden RI, Ir. Soekarno. Sejak hilangnya Bob dan pesawatnya di tahun 1948 sampai tahun 1951 kedua orang tua Bob belum mendapat kepastian keadaan Bob di Indonesia. (Sumber: Arsip Kabinet Presiden 1950-1959 No. 2039, ANRI-Jakarta).

Page 14: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

14

Pihak Angkatan Perang R.I. mencoba mencari informasi tentang keberadaan dan peristiwa sebenarnya yang menimpa Bob Freeberg dan pesawat RI-002. Informasi inilah yang menjadi dasar pemerintah Indonesia membalas surat orang tua Bob Freeberg. (Sumber: Arsip Kabinet Presiden 1950-1959 No. 2039, ANRI-Jakarta)

Page 15: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

15

Balasan pemerintah Indonesia kepada orang tua Bob Freeberg. Sampai surat tersebut ditulis, pemerintah RI menduga bahwa Bob dan pesawatnya hilang karena disergap oleh pesawat udara Belanda di wilayah udara Sumatera bagian selatan. (Sumber: Arsip Kabinet Presiden 1950-1959 No. 2039, ANRI-Jakarta)

Page 16: A. PENGANTAR - anri.go.id · tentang sebuah peristiwa sejarah, khususnya dalam sejarah dirgantara Indonesia. Awalnya penulis menemukan artikel yang diterbitkan oleh the Jakarta Post

16