aakkkuunnntttaaabbbiiilliitttaaasss n...

68
L LA AP P O O R R A AN N A A K K U U N NT TA A B B I I L L I I T TA A S S K K I I N NE E R RJ J A A I I N NS S T TA A N NS S I I P P E EM M E ER R I I N N T TA A H H T TA A H HU U N N 2 2 0 0 1 1 6 6 BPTP Balitbangtan Sumatera Barat Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2017

Upload: truongkhue

Post on 08-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

LLLAAAPPPOOORRRAAANNN AAAKKKUUUNNNTTTAAABBBIIILLLIIITTTAAASSS KKKIIINNNEEERRRJJJAAA IIINNNSSSTTTAAANNNSSSIII PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

TTTAAAHHHUUUNNN 222000111666

BPTP Balitbangtan Sumatera Barat

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian

2017

Page 2: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

LLAAPPOORRAANN AAKKUUNNTTAABBIILLIITTAASS KKIINNEERRJJAA IINNSSTTAANNSSII PPEEMMEERRIINNTTAAHH

TTAAHHUUNN 22001166

BPTP Balitbangtan Sumatera Barat

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian

2017

Page 3: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP ) Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Sumatera Barat sebagai salah satu instansi penerintah

disusun sebagai pertanggung jawaban terhadap akuntabilitas kinerjanya sesuai

dengan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan pengelolaan sumberdaya yang

ditetapkan sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan Inpres No. 7 tahun 1999 yang mengamanatkan tentang setiap instansi

pemerintah wajib menyusun LAKIP setiap akhir tahun anggaran, sesuai keputusan Kepala Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian No. 161/2006, BB Pengkajian mengemban mandate membina dan

mengkoordinasikan pelaksanaan , pengembangan, dan perakitan teknologi spesifik lokasi yang dilakukan

Balai/Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (B/LPTP) Oleh karena itu, BB Pengkajian juga berkewajiban

untuk melaporkan Akuntabilitas Kinerja BPTP secara keseluruhan.

Kepada semua pihak yang telah beradaptasi dan berkontribusi dalam penyusunan laporan ini

disampaikan terima kasih. Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi BB

Pengkajian dan BPTP dalam perbaikan kinerja kedepan.

Solok, Januari 2017

Kepala Balai,

Dr. Ir. Chandra Indrawanto, M.Sc

NIP. 19640218 198903 1 001

Page 4: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

IKHTISAR EKSEKUTIF

LAKIP ini dibuat dan disampaikan setelah selesainya pelaksanaan kegiatan penelitian,

pengkajian, dan diseminasi tahun anggaran 2016 sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat sebagai instansi pemerintah.

Pada tahun anggaran 2016, kegiatan penelitian, pengkajian, dan diseminasi yang dilaksanakan

BPTP Sumatera Barat mendapat dukungan pendanaan APBN melalui DIPA BPTP Sumatera Barat; DIPA

BBP2TP dan DIPA Badan Litbang Pertanian.

Kegiatan yang telah dilaksanakan terdiri dari satu program utama, yaitu: Penciptaan Teknologi

dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan, dengan sub program Pengkajian dan Percepatan

Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian dengan 8 kegiatan utama, yaitu: (1) Pengkajian teknologi

unggulan spesifik lokasi; (2) Teknologi diseminasi yang didistribusikan ke pengguna; (3) Kegiatan

strategis nasional/ Daerah yang memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan dapat mencapai

target sasarannya; (4) Kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian; (5)

Rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian; (6) Dukungan pengkajian dan percepatan

diseminasi inovasi teknologi pertanian; (7) Jumlah Produksi Benih Sumber; (8) Model Pengembangan

Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri.

Persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) masukan (input) Sumber Daya Manusia

(SDM) yang terlibat dalam kegiatan penelitian, pengkajian, diseminasi, dan kegiatan lain adalah sebesar

100%, sedangkan realisasi keluaran output secara keseluruhan mencapai 108,41%. Sedangkan

persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) realisasi keuangan termasuk relatif tinggi, yaitu

mencapai (90,90%).

Tercapainya realisasi ini disebabkan antara lain: (1) Kerjasama yang baik antara pene liti,

penyuluh, litkayasa, dan seluruh staf administrasi/ keuangan BPTP Sumatera Barat; (2) Kegiatan

monitoring dan evaluasi secara terus menerus dan berkala; (3) Terintegrasinya beberapa kegiatan

seperti pendampingan dan pengawalan UPSUS, pendampingan pengembangan kawasan pertanian

nasional komoditi hortikultura, komoditi sapi potong, dan tanaman pangan (4) Kerjasama yang terjalin

baik dengan dinas/instansi terkait baik ditingkat pusat maupun daerah; dan (5) Perhatian dan dukungan

yang tinggi dari Kepala BPTP Sumatera Barat.

Page 5: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kata Pengantar Kata Pengantar

Kata Pengantar

Ikhtisar Eksekutif

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Bab I. Pendahuluan

1.1. Visi dan misi

1.2. Kebijakan dan program

1.3. Strategi

1.4. Tugas pokok dan fungsi

1.5. Struktur organisasi

Bab II. Sumberdaya Manusia

Bab III. Sarana dan Prasarana

3.1 . Sarana

3.2. Anggaran

BAB IV. Program dan Evaluasi

BAB V. Sinopsis Hasil Litkaji dan Diseminasi

5.1. Hasil Litkaji

5.2. Diseminasi

5.3. Kerjasama

Bab IV. Penutup

Page 6: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis Kandungan Bioetanol Bahan Baku

16

Tabel 2. Jenis, Varietas dan Jumlah Tanaman Buah yang Dilakukan Pemeliharaan dan Penanaman Baru pada Lokasi KP Sukarami, 2015

21

Tabel 3. KTI yang Telah Dihasilkan pada Tahun 2015 22

Tabel 4. Jumlah Petani Peserta Pelatihan Budidaya Padi Teknologi Salibu

pada 8 Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, Tahun 2015

26

Tabel 5. Hasil Padi Salibu di Kecamatan Pariangan, Lima Kaum dan Sungai

Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Tahun 2015

27

Tabel 6. Pembuatan dan Perbanyakan Ulang Media Informasi (Leaflet,

Brosur, Banner, Poster dan DVD Teknologi

29

Tabel 7. Kegiatan Diseminasi Tahun 2015, Melalui Promosi dan Partisipasi Pameran dalam Berbagai Iven Tingkat Daerah dan Nasional

30

Tabel 8. Kegiatan Peningkatan Kapasitas Peyuluh 34

Tabel 9. Hasil Perbanyakan Benih Sumber Padi Tahun 2015 70

Tabel 10. Perkiraan Jumlah Benih Yang Akan Diperoleh dari Pertanaman yang

Masih Berada di Lapangan

76

Tabel 11. Anggaran Perjenis Belanja BPTP Sumatera Barat dari TA 2015 85

Tabel 12. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) BPTP Sumbar per

Desember 2015

86

Tabel 13. Sarana Bangunan dan Tanah BPTP Sumatera Barat 88

Tabel 14. Sarana Kendaraan Bermotor BPTP Sumatera Barat 89

Tabel 15. Perkembangan Kerjasama BPTP Sumbar TA 2015 92

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Temu Lapang dan Pelatihan Budidaya Jagung dan Kedelai 7

Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung dan Kacang Tanah 7

Gambar 3 Peta Administrasi Kabupaten Solok Selatan 9

Gambar 4 Peta satuan Lahan Analisis Kabupaten Solok selatan 9

Gambar 5 Peta Operasional Lapangan Kabupaten Solok Selatan 9

Gambar 6 Peta Tanah Semi Detail Kabupaten Solok Selatan 10

Gambar 7 Peta Zona Agroekologi Kabupaten Solok Selatan 10

Gambar 8 Peta Satuan Lahan Analisis Kabupaten Padang Pariaman 11

Gambar 9 Peta Operasional Lapangan Kabupaten Padang Pariaman 11

Gambar 10 Peta Tanah Semi Detail Kabupaten Padang Pariaman 12

Gambar 11 Peta Zona Agroekologi Kabupaten Padang Pariaman 12

Gambar 12 Peta Administrasi Kota Pariaman 12

Gambar 13 Peta Tanah Semi Detail Kota Pariaman 13

Gambar 14 Peta Zona Agroekologi Kota Pariaman 13

Gambar 15 Peta Administrasi Kota Padang 14

Gambar 16 Peta Satuan Lahan Analisis Kota Padang 14

Gambar 17 Peta Operasional Lapangan Kota Padang 15

Page 7: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar 18 Suasana Industri Keripik Ganepo 16

Gambar 19 Kulit Umbi Ubikayu 17

Gambar 20 Pengeringan Kulit Umbi Ubikayu 17

Gambar 21 Onggok ( Limbah Olahan Tepung Tapioka ) 17

Gambar 22 Hidrolisis Onggok 17

Gambar 23 Jeruk sunkis 18

Gambar 24

Keragaan Koleksi Tanaman Jeruk di KP Sukarami 19

Gambar 25

Keragaan Koleksi Tanaman 20

Gambar 26

Kondisi Tanaman Berumur 3 Minggu Untuk Kegiatan Pengkajian 21

Gambar 27

Persiapan dan Operasional Alat Tanam Indo Jarwo Transplanter 24

Gambar 28

Sapi Pesisir di Lapangan yang Digunakan di Kandang KP Sitiung 25

Gambar 29

Pembuatan Pakan dan Kompos di Kandang KP Sitiung 25

Gambar 30

Sosialisasi Padi Teknologi Padi Salibu di Tingkat Kabupaten dan

Kecamatan

26

Gambar 31

Kondisi Awal Lahan Yang Baik untuk Penerapan Teknologi SALIBU

Pertumbuhan Awal Tanaman Salibu ( umur 21 hsp )

27

Gambar 32

Pameran dalam Rangka Pameran Gelar Teknologi Pangan Nusantara

di Padang dan Hari Pangan Sedunia, di Palembang

30

Gambar 33

Partisipasi dalam Raker Badan Litbang Pertanian dan 30

Gambar 34

Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan UPSUS, Pengembangan

Kawasan Horti, Pengembangan Klaster Sayuran Antara Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Prov. Sumbar, Dinas Pertanian Kota Payakumbuh dan Bank Indonesia

31

Gambar 35

Kondisi Tanaman Agro Inovasi BPTP Sumatera Barat 33

Gambar 36

Sosialisasi Kegiatan Diseminasi Inovasi Teknologi Budidaya Bawang

Merah di BPK Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman

35

Gambar 37

Sekolah Lapangan Pengolahan Lahan, Pemupukan Dasar dan

Penanaman Bawang Merah

35

Gambar 38

Diskusi dan Bimbingan di Lapangan Pada Stadia Berbunga Sitiung 37

Gambar 39

Diskusi Bersama Keapala BPTP Sumbar dan Rouging di Sitiung 37

Gambar 40

Monev dari Puslitbangtan dan Rouging di Sijunjung 37

Gambar 41

Kegiatan Pelaksanaan Baseline Survai dan Pelatihan Teknologi pada

Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi Sawah dalam Kawasan

Pengembangan Padi sawah Kabupaten Dharmasraya

39

Gambar 42

Keragaan Displai VUB Inpari 30 pada Kegiatan Pendampingan GP-

PTT Padi Sawah dalam Kawasan Pengembangan Padi Sawah di Kabupaten Dharmasraya

39

Gambar 43 Temu Lapang dan Panen Perdana Kegiatan Pendampingan GP-PTT 39

Page 8: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Padi sawah di Kaupaten Dharmasraya yang Dihadiri Oleh Bupati

Gambar 44

Kabupaten Pasaman Barat ( Kecamatan Talu ) 40

Gambar 45

Kabupaten Pasaman Barat ( Kecamatan Luhak Nan Duo ) 41

Gambar 46

Kabupaten 50 Kota ( Kecamatan Akabiluru ) 41

Gambar 47

Kota Padang panjang ( Kecamatan Padang Panjang Barat ) 41

Gambar 48

Kabupaten Solok ( Kecamatan Danau Kembar ) 42

Gambar 49

Kota Padang ( Kecamatan Koto Tangah ) 42

Gambar 50

Kabupaten Tanah Datar ( Kecamatan Tanjung Baru ) 42

Gambar 51

Pertumbuhan dan Saat Panen Bawang Merah pada Demplot di

Kabupaten Agam

44

Gambar 52

Kegiatan Temu Lapang 44

Gambar 53

Penimbangan Ternak Sapi pada Kelompok Amanah Bunda ( Non BLP),

Kabupaten Agam dan Kelompok Ternak Sapi Pada Kelompok Setia

Karya ( BLP ) Kabupaten Pasaman Barat

45

Gambar 54

Kondisi Awal Sebelum Dilakukan Pendampingan di Kabupaten

Sijunjung, Terlihat Kotoran Kerbau Hanya Menjadi Limbah yang

Mengotori Lingkungan

45

Gambar 55

Pelatihan Pengolahan Pupuk Organik Didampingi oleh Tim BPTP

Sumatera Barat

46

Gambar 56

Hasil Pelatihan dari Pengolahan Kotoran Menjadi Pupuk Organik,

Terlihat Anggota KWT Ranah Bingkuang Menimbang Hasil Olahan sebelum Dikemas

46

Gambar 57

Koordinasi Upsus Swasembada Pangan yang Dihadiri Menteri

Pertanian dan Gubernur Sumbar serta Penyerahan Benih Inpari 21

Batipuah oleh Menteri Pertanian

48

Gambar 58

Kegiatan Koordinasi Pendampingan dan Pengawalan Program UPSUS

Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat

49

Gambar 59

Kegiatan Tanam Perdana dan Apel Akbar Penyuluh Sumatera Barat Dalam Program Pendampingan dan Pengawalan Program UPSUS

Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat

50

Gambar 59

Kegiatan Monev Program Pendampingan dan Pengawalan Program

Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Kabupaten

Padang Pariaman

51

Gambar 60

Kegiatan Pemberdayaan Petani Terpadu Melalui Gerakan Tanaman

Serentak Oleh Bapak Menteri Pertanian oleh Kepala Badan SDMP

Pertanian, Gubernur sumbar di Kecamatan Batang Anai Kabupaten

Padang Pariaman

52

Gambar 61

Kegiatan Rapat Koordinasi di kabupaten / Kota Program

Pendampingan dan Pengawalan UPSUS Mendukung Percepatan

Swasembada Pangan di Sumatera Barat

53

Gambar 62

Kegiatan Pencanangan Perbaikan Jaringan Irigasi Tingkat Provinsi Sumbar dan Kabupaten/Kota Pelaksana Program Pendampingan dan

54

Page 9: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Pengawalan Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di

Sumatera Barat

Gambar 63

Keragaan demplot VUB dan sistem tanam jajar legowo di Kota

Pariaman dan Kota Payakumbuh

55

Gambar 64

Foto Kegiatan GP-PTT Padi Sawah Pendampingan dan Pengawalan

Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat

56

Gambar 65

Kegiatan Perbaikan Jaringan Irigasi Pendampingan dan Pengawalan

Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat

57

Gambar 66

Kegiatan Pelatihan inovasi teknologi padi sawah untuk PPL dan

buruh tanam di Kota Padang

58

Gambar 67

Kegiatan Pelatihan inovasi teknologi padi sawah untuk PPL dan buruh

tanam di Kota Payakumbuh

59

Gambar 68

Kegiatan Panen dan Penyerahan Caplak Sistem Tanam Jajar Legowo

dan Benih Unggul Inpari 21-Batipuah Dari Kepala BPTP Sumbar

Kepada Walikota Sawahlunto

60

Gambar 69

Kegiatan Panen dan Penyerahan Caplak Sistem Tanam Jajar Legowo

dan Benih Unggul Inpari 21-Batipuah Dari Kepala BPTP Sumbar

Kepada Walikota Sawahlunto

62

Gambar 70

Revitalissai kelompok dasa Wisma Melati (KRPL) RawangKota Padang 62

Gambar 71

Keragaan KBD Dasawisma Korong Gadang Kota Padang 63

Gambar 72

Keragaan KBD KWT Rawang Kota Padang 63

Gambar 73

Keragaan pekarangan anggota yang ditanami sayuran 63

Gambar 74

Penampilan sebagian Kawasan Display Teknologi TTP Guguk,

Kabupaten Lima Puluh Kota setelah dilakukan penanaman dan

penataan.

65

Gambar 75

Beberapa gambar dan kegiatan penerapan teknologi di lahan petani

dalam proses pelaksanaan Taman teknologi Pertanian Guguk

Kabupaten Limapuluh Kota, tahun 2015

65

Gambar 76

Proses penyelesaian bangunan yang diadakan dalam pelaksanaan TTP

Guguk Kabupaten Limapuluh Kota, tahun 2015

65

Gambar 77

Sosialisasi dan rapat dalam upaya pembentukan Kelembagaan

Petani mitra pelaksana Taman Teknologi Pertanian Guguk,

Kabupaten Lima Puluh Kota, tahun 2015

66

Gambar 78

Diskusi penjajakan kerjasama dengan Politani Payakumbuh, Bappeda

dan DPRD Provinsi Sumatera Barat.

66

Gambar 79

Lokasi verifikasi (a) Tabek Palah, Kabupaten Solok; (b) Koto lua,Kota

Padang; (c) Pekan Sinayan, Kabupaten Agam; (d) Sungei Pasak, Kota Pariaman; dan (e) Sitakuak, kabupaten Tanah Datar

68

Gambar 80

Penampilan pertanaman dan tongkol tanaman jagung pada kegiatan

produksi benih hibrida di KP Sukarami

74

Gambar 81

Penampilan fisik tanaman dan calon benih pada perbanyakan di kebun

BBI Ladang Laweh

74

Gambar 82

Penampilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan perbanyakan benih

jagung di KP Rambatan, KP Sukarami dan KP Sitiung, Desember 2015

75

Gambar 83

Keragaan tanaman jagung kegiatan budidaya dalam upaya

peningkatan produktivitas jagug hibrida

77

Page 10: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar 84

Keragaan jagung hibrida kegiatan perbanyakan benih jagung hibrida

Bima 19-URI dan Bima 20-URI.

78

Gambar 85

Keragaan ternak sapi dan pakan sapi dari fermentasi batang dan daun

jagung

78

Gambar 86

Pelatihan budidaya jagung dan pembuatan silase batang dan daun

jagung untuK pakan ternak sapi

79

Gambar 87

Temu lapang dan panen perdana jagung hibrida Bima 19-URI dan

Bima 20-URI

79

Gambar 88

Pelatihan pembuatan kompos ampas kempaan daun gambir 82

Gambar 89

Pelatihan pengemasan teh daun gambir dan pembuatan permen jelly

gambir

83

Gambar 90

Sumberdaya BPTP Sumatera Barat berdasarkan Jenjang Pendidikan 87

Gambar 91

Trend Jumlah Pegawai Lingkup BPTP Sumatera Barat, 2010-2014

88

Page 11: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Lapoaran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan pertanggung

jawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi pada tahun anggaran tahun 2016 dan alat kendali

serta alat pemacu peningkatan kinerja setiap organisai di lingkingan pemerintah. Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPTP Sumatera Barat (Sumbar) Tahun 2016 merupakan

LAKIP tahun pertama Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Tahun 2015-2019, yang merupakan tahun awal penuntasan kinerja tahun 2015-2019.

LAKIP BPTP Sumbar yang disusun mengacu pada peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006

tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden No. Tahun

1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden No. 5 Tahun

2004 Tantang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta Rencana Strategis Badan Litbang

Pertanian. Fungsi LAKIP antar lain adalah sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai

wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi BPTP Sumbar menuju terwujudnya good

governance dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Inpres

No. 7 Tahun 1999 pada dasarnya mengamanatkan kepada seluruh Instansi Pemerintah sebagai

unsur penyelenggara manajemen pemerintahan wajib membuat laporan LAKIP pada setiap akhir

tahun anggaran. Inpres ini diperbarui dengan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara

No.239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah dan PERMENPAN dan RB No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman

Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Petunjuk Teknis dari Inpres tersebut adalah Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi

Negara (LAN) No. 239 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penyusunan Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah.

Dalam pelaksanaannya kinerja instansi suatu pemerintahan juga perlu dilakukan evaluasi.

Evaluasi merupakan suatu aplikasi penilaian yang sistematis terhadap konsep, desain,

implementasi, dan manfaat aktifitas dan program suatu instansi pemerintah. Evaluasi juga

dilakukan untuk menilai dan meningkatkan cara-cara dan kemampuan berinteraksi instansi

pemerintah yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya. Evaluasi yang dilakukan untuk

Page 12: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

mengukur kinerja dari instansi pemerintah adalah Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP). Evaluasi ini merupakan perkembangan dari suatu review atas

kinerja organisasi dengan dukungan informasi dan pengumpulan data melalui riset terapan

(applied research) sehinnga hasil evaluasi akan lebih komprehensif untuk melihat organisasi dan

kontribusinya pada peningkatan kinerja pemerintahan secara keseluruhan.Pola pendekatan yang

demikian akan mendukung simpulan hasil evaluasi yang lebih menyeluruh (makro) sehingga

dapat menghindari resiko bias yang lebih besar. Dalam pengukuran kinerja dilakukan

perbandingan antara kinerja yang sesungguhnya pada periode atau pada saat pengukuran

dilakukan dengan suatu pembanding tertentu, misalnya, dibandingkan dengan, rencana, standar,

atau bencmarch tertentu. Sedangkan evaluasi berupaya lebih jauh untuk menemukan penjelasan-

penjelasan atas outcome yang di observasi dan memahami logika- logika di dalam intervensi

publik. System pengukuran kinerja yang di desain dengan baik, sering diidentifikasikan sebagai

salah satu dari bentuk evaluasi.

Menurut Rider Dale (2004), evaluasi dari kinerja suatu pekerjaan dapat dilaksanakan

selama pelaksanaan program atau setelah program itu selesai dilaksanakan, tergantung dari

tujuan evaluasi. Secara keseluruhan, evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja program

yang dievaluasi melalui pembelajaran dari pengalaman yang diperoleh. Sementara evaluasi

sumatif dilakukan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan atau evaluasi dari suatu program secara

keseluruhan.Adapun LAKIP adalah suatu kegiatan untuk menilai konsep dari suatu program

serta desain manajemen. Dalam pelaksanaannya dilakukan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik

yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi dan berorientasi pada

pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Menurut Azwar

Abubakar, bahwa SAKIP merupakan integrasi dari suatu perencanaan, system penganggaran dan

system pelaporan kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan system Akuntabilitas Keuangan.

Output SAKIP adalah LAKIP, yang menggambarkan Kinerja yang dicapai oleh suatu Instansi

Pemerintah atas pelaksnaan program dan kegiatan yang di biayai oleh APBN/APBD.

Evaluasi untuk penilaian LAKIP meliputi 5 komponen yaitu adalah perencanaan kinerja

yang terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan penetapan (kinerja bobot 35), pengukuran

kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi

Page 13: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

pengukuran (bobot 20), pelaporan kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari

pemenuhan pelaporan, penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja (bobot

15), evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, serta pemanfaaatan

hasil evaluasi (bobot 10), dan pencapain kinerja terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan

outcome), dan kinerja lainnya (bobot 20), nilai tertinggi dari evaluasi LAKIP adalah AA

(memuaskan) skor 85-100, sedangkan A (sangat baik) skor 75-85, B(baik) skor 65-75, CC

(cukup baik) skor 50-65, C (agak kurang) skor 30-50, D (kurang) skor 0-30.

I.2 Tugas, Fungsi dan Organisasi Balai Pengkajian Teknologi dan Pertanian Sumatera

Barat.

BPTP Sumatera Barat merupakan lembaga pengkajian regional yang mempunyai tugas pokok

melaksanakan kegiatan penelitian, pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat

guna spesifik lokasi. Sedangkan fungsinya adalah: (1) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi

kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (2) Pelaksanaan pengkajian dan perakitan

teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi

hasil pengkajian, serta perakitan materi penyuluhan pertanian; (4) Pelaksanaan administrasi kerjasama,

diseminasi, promosi, dan dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil -hasil penelitian

dan pengkajian spesifik lokasi; (5) Pemberian pelayanan terhadap kegiatan pengkajian, perakitan, dan

pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; dan (6) Pelaksanaan urusan Tata Usaha

dan Rumah Tangga Balai.

Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) tersebut, BPTP Sumatera Barat bertugas

menyediakan teknologi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan dalam mendukung pembangunan

pertanian daerah. Teknologi pertanian tepat guna yang dihasilkan bersifat spesifik lokasi, dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam secara dinamis, dan dapat memanfaatkan sumberdaya

pertanian secara efektif dan efisien, serta berdaya saing tinggi.

Struktur Organisai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah diatur berdasarkan

Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/OT.140/3/2013 Tanggal 11 Maret 2013, tentang

Organisai dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Pimpinan tertinggi adalah

Kepala Balai, membawahi Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU), Kepala Seksi

Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP), Kasubag TU membawahi urusan Kepegawaian,

Rumahtangga dan Perlengkapan, Pengkajian, Kasubsie Monev Pelaporan, Kasubsie

Page 14: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Perpustakaan, Website dan Publikasi, sementara itu Koordinasi Program dan Kelompok Jabatan

Fungsional berada langsung di bawah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat saat ini mengelola 184 pegawai.

Menurut jenjang pendidikan masih didominasi oleh tingkat SLTA sebesar 49%, sedangkan diurutan

selanjutnya adalah S1 sebesar 27 %, S2 sebesar 15 %, S3 sebesar 4%, SLTP/SD sebesar 3% dan D3

sebesar 2%

Gambar 90. Sumberdaya BPTP Sumatera Barat berdasarkan Jenjang Pendidikan

Pada tahun 2014 jumlah jabatan fungsional peneliti mencapai 33 orang dan penyuluh 14 orang,

dan 2 orang Pustakawan. Secara umum jumlah sumberdaya manusia kurang proporsional antara peneliti

dan penyuluh dengan non peneliti. Kebijakan Badan Litbang Pertanian, Balai besar Pengkajian dan BPTP

Balitbangtan Sumatera Barat secara bertahap, telah mengarahkan dan memfasilitasi bagi calon peneliti/

Penyuluh untuk segera menjadi menjadi pejabat peneliti melalui pembinaan, pendidikan dan pelatihan

dasar fungsional. Kedepan, pengembangan sumberdaya manusia sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja pengkajian dan diseminasi, mesti mempertimbangkan trend pertumbuhan SDM

yang tampak sebagai berikut.

Page 15: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar 91. Trend Jumlah Pegawai Lingkup BPTP Sumatera Barat, 2010-2014

I.3 Tujuan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)

yang berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, dengan

tujuan sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi, mengkarakterisasi dan menghasilkan teknologi pemanfaatan potensi

sumberdaya tanah/lahan, air dan agroklimat secara optimal mendukung sistem pertanian

industrial daerah.

2. Menghasilkan dan mendesiminasikan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi dan strategis

untuk meningkatkan efisiensi usaha dan daya saing produk unggulan pertanian daerah.

3. Mengeksplorasi, mengidentifikasi, mengkarakterisasi, mengkonservasi dan meningkatkan

manfaat potensi sumberdaya genitik pertanian spesifik lokasi.

4. Menghasilkan rekomendasi kebijakan sosial, ekonomi, dan rekayasa kelembagaan dalam

rangka mendukung pengembangan agribisnis dan pembangunan daerah.

5. Merancang dan membangun model pengembangan agribisnis berbasis komoditas

agroekosistem dan atau wilayah yang didukung dengan teknologi dan strategi.

6. Meningkatkan kualitas, kapasitas dan profesionalisme sumberdaya manusia, ketersediaan dan

pemberdayaan sarana/prasarana serta budaya kerja inovatif dan beroreientasi bisnis.

Page 16: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

II. PERENCANAAN KINERJA

1. Perencanaan Strategis

Renstra merupakan acuan dan arahan bagi Unit Kerja di lingkup Balitbangtan

dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian pertanian

periode 2015 – 2019 secara menyeluruh terintegrasi, dan sinergis, baik di dalam maupun antar

sub- sektor terkait. Penyusunan renstra Balitbangtan mengacu kepada: 1) Undang-undang

nasional, 2) Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang (RPJP) 2005 – 2025, 3) Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019, dan 4) Renstra

Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019.

Inovasi pertanian merupakan komponen kunci dalam pembangunan pertanian, teruta ma

dalam menghadapi kondisi sumberdaya yang semakin terbatas serta perubahan iklim global.

Dinamika tersebut, ditambah dengan perubahan lingkungan strategis serta respon terhadap

perubahan strategi pembangunan pertanian nasional, menuntut ketersediaan inovasi pertanian

yang semakin meningkat. Dengan demikian BPTP Sumatera Barat sebagai institusi yang

mendapatkan tugas untuk melaksanakan pengkajian teknologi pertanian, memiliki ruang yang

besar untuk berkiprah dalam mendukung pembangunan pertanian.

Merespon tantangan di atas, serta memperhatikan tumbuh kembangnya institusi lingkup

BPTP Sumatera Barat, diperlukan arahan untuk lebih memfokuskan perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan pengkajian dan diseminasi teknologi spesifik lokasi, khususnya pada

periode tahun 2015-2019.

Prioritas program Badan Litbang Pertanian dalam mendukung Rencana Pembangunan

Jangka Menengah 2015-2019 Kementan, maka pembangunan pertanian diarahkan untuk dapat

menjamin ketahanan pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional. Secara umum

arah kebijakan pembangunan pertanian dalam RPJMN 2015-2019 antara lain:

1. Meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal

pertanian.

2. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian.

3. Meningkatkan produksi dan diversifikasi sumber daya pertanian.

4. Pengelolaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati.

5. Memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

Dalam spektrum yang lebih luas, penajaman Renstra ini juga merespon kebijakan

pembangunan pemerintah yang tertuang dalam Perpres RI Nomor 32 tahun 2011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI ini

merupakan upaya percepatan pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2011–2025. Fokus dari pengembangan MP3EI, ini meliputi 8 program utama, yaitu pertanian,

pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan

kawasan strategis, yang kemudian dirinci ke dalam 22 kegiatan ekonomi utama, dimana lima

diantaranya terkait dengan pertanian, yaitu sub sektor pertanian pangan, sub sektorkelapa sawit,

kakao, karet, dan sub sektor peternakan. Pendekatan MP3EI merupakan integrasi dari

Page 17: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi

keunggulannya. BPTP Sumatera dapat berperan lebih besar dengan penyediaan inovasi teknologi

dan diseminasi teknologi spesifik lokasi untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan

dalam kawasan ekonomi khusus tersebut. Peningkatan peran BPTP Sumatera Barat tersebut

memerlukan arah dan kebijakan, serta strategi pencapaian sasaran.

Penajaman Rencana strategis ini tetap berpegang pada koridor tugas pokok dan fungsi

utama yang diemban BPTP Sumatera Barat untuk melaksanakan pengkajian, perakitan dan

pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi seperti tertuang dalam Peraturan

Menteri Pertanian No. 20/Permentan OT.140/3/2013. Implementasi Tupoksi BPTP Sumatera

Barat ini didukung oleh penerapan Reformasi Birokrasi, yang salah satunya melalui penerapan

ISO 9001:2008. Sesuai dengan semangat reformasi dan perubahan birokrasi, maka dituntut

untuk memiliki standar performance sesuai standar mutu dalam pelayanan terhadap masyarakat,

mempunyai konsistensi dan komitmen terhadap mutu manajemen dalam pelaksanaan tupoksi dan

fungsi organisasi dengan baik. Lebih lanjut, Renstra diarahkan demi terlaksananya pemanfaatan

sumberdaya spesifik wilayah yang berbasis inovasi dengan kualitas produk pertanian yang

optimal dan bernilai tambah, serta bermuara pada tercapainya kesejahteraan petani. Pada tahap

berikutnya, rencana kinerja yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan,

strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan pembangunan pertanian yang

akan dilaksanakan oleh BPTP Sumatera Barat ini dituangkan dalam sebuah penetapan kinerja

antara Kepala BPTP Sumatera Barat dengan Kepala BBP2TP dalam bentuk dokumen Pernetapan

Kinerja (PK) sebagai acuan penilaian terhadap akuntabilitas pelaksana kegiatan lingkup

Balitbangtan.

2. Tata Nilai

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya BPTP Sumatera Barat menganut beberapa

tata nilai yang menjadi pedoman dalam pola kerja dan mengikat seluruh komponen yang ada di

Balitbangtan. Tata nilai tersebut antara lain:

1. Balitbangtan adalah lembaga yang terus berkembang dan merupakan Fast Learning

Organization.

2. Dalam melaksanakan pekerjaan selalu mengedepankan prinsip efisiensi dan efektivitas

kerja.

3. Menjunjung tinggi integritas lembaga dan personal sebagai bagian dari upaya

mewujudkan corporate management yang baik.

4. Selalu bekerja secara cerdas, keras, ikhlas, tuntas dan mawas

3. Sasaran Strategis

Sasaran strategis Balitbangtan adalah:

1. Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing dengan

memanfaatkan advanced technology dan bioscience.

2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen, dan prototipe alsintan berbasis

bioscience dan bioenjinering dengan memanfaatkan advanced techonology, seperti teknologi

nano, bioteknologi, iradiasi, bioinformatika dan bioprosesing yang adaptif.

Page 18: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian (lahan, air, iklim, dan sumberdaya

genetik) berbasis bio- informatika dan geo-spasial dengan dukungan IT.

4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian, kelembagaan, dan rekomendasi

kebijakan pembangunan pertanian.

5. Tersedia dan terdistribusinya produk inovasi pertanian (benih/bibit sumber, prototipe, peta,

data, dan informasi) dan materi transfer teknologi.

6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga litbang pertanian

yang handal dan terkemuka serta meningkatkan HKI.

4. Indikator Kinerja Utama

Tabel 12. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Balitbangtan 2015-2019

No Sasaran Indikator Kinerja Utama

1. Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing dengan memanfaatkan

advanced technologydan bioscience

1. Jumlah varietas dan galur/klon unggul baru

2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen, danprototipe alsintan berbasis bioscience danbioenjineringdengan memanfaatkanadvanced techonology, seperti teknologi nano, bioteknologi, iradiasi, bioinformatika dan bioprosesing yang adaptif

1. Jumlah teknologi pengelolaan lahan, air, agroklimat, dan sumberdaya genetik

2. Jumlah teknologi budidaya, 3. Jumlah teknologi spesifik

lokasi 4. Jumlah prototipe alsintan 5. Jumlah teknologi pasca

panen dan pengolahan

3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian (lahan, air, iklim dan sumberdaya genetik)berbasis bio-informatika dan geo-spasial

dengan dukungan IT

1. Jumlah peta tematik sumberdaya lahan dan genetik

4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian, dan rekomendasi kebijakan

pembangunan pertanian

1. Jumlah model pengembangan inovasi pertanian bio-industri spesifik lokasi

2. Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian

5. Tersedianya dan terdistribusinya produk inovasi pertanian (benih/bibit sumber, prototipe, peta, data, dan informasi) dan materi transfer

teknologi

1. Jumlah benih/bibit sumber tanaman/ternak

2. Jumlah teknologi yang diseminasikan ke pengguna

6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga litbang pertanian yang handal dan terkemuka serta

1. Jumlah kerja sama 2. Jumlah HKI

Page 19: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

No Sasaran Indikator Kinerja Utama

meningkatkan HKI

4. Perencanaan Kinerja

BPTP Sumbar sebagai institusi pemerintah yang bersentuhan langsung dengan pengguna

dan pemangku kepentingan di berbagai level terutama di daerah, dituntut untuk berperan secara

nyata apa, bagaimana, serta dimana kegiatan tersebut telah dilaksanakan, termas uk hasil-hasil

kegiatan pengkajian dan diseminasi lingkup BB Pengkajian. Berbagai program yang dilakukan

oleh BPTP Sumbar untuk mendukung empat sukses Kementerian Pertanian yaitu: a) Pencapaian

swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) Peningkatan diversifikasi pangan, c)

Peningkatan nilai tambah dan daya saing ekspor, dan d) Peningkatan kesejahteraan petani.

Sejalan dengan mekanisme perencanaan seperti tertuang dalam Undang-undang Nomor

25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Rencana Kinerja

merupakan penjabaran dari rencana kerja (Renja). Renja merupakan rencana kerja tahunan di

tingkat kementerian atau lembaga yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Sementara RKP merupakan rencana kerja pemerintah tahunan (annual plan) yang merupakan

bagian integral dari perencanaan pembangunan Kementerian jangka menengah (RPJM

Kementerian), yang terdokumentasikan dalam Renstra.

Program Badan Litbang periode 2015-2019 adalah Penciptaan teknologi dan

Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, sesuai dengan

anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja Anggaran Kementerian dan Lembaga

(RKA-KL) pada Tahun 2016, lingkup BPTP Sumbar telah mengimplementasikan Kegiatan

Prioritas Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian melalui

beberapa kegiatan utama dan indikator kinerja, yang berdasarkan RKA-KL dan POK (Petunjuk

Operasional Kinerja) lingkup BPTP Sumbar Tahun 2016, telah disusun Rencana Kinerja

Tahunan (RKT) 2016. Penyusunan Rencana kinerja kegiatan tersebut diselaraskan dengan

sasaran Renstra BPTP Sumbar 2015-2019. Rencana Kinerja tersebut memuat sasaran strategis

kegiatan yang akan dilaksanakan; Indikator Kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara

terukur, efektif, efisien, dan akuntabel; serta target yang akan dihasilkan. Selanjutnya RKT yang

telah disusun ditetapkan menjadi Penetapan Kinerja (PK) guna mendorong pengembangan

menuju Good Government. Adapun matriks RKT kegiatan Balai Pengkajian Teknologi

Sumatera Barat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 13. Rencana Kinerja Tahunan BPTP Sumatera Barat Tahun 2016

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Tersedianya teknologi

pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi spesifik lokasi 4

Teknologi

2. Terdiseminasikannya

inovasi teknologi

pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi diseminasi yang

didistribusikan ke pengguna

7

Teknologi

Page 20: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

3. Terlaksananya kegiatan

strategis nasional/Daerah

melalui pendampingan

oleh BPTP

Jumlah laporan kegiatan strategis

nasional/Daerah melalui

pendampingan oleh BPTP dan

dapat mencapai target sasarannya

6 Laporan

4. Terlaksananya kerjasama

pengkajian,

pengembangan dan

pemanfaatan inovasi

pertanian

Jumlah laporan kerjasama

pengkajian, pengembangan dan

pemanfaatan inovasi pertanian

1 Laporan

5. Dihasilkannya rumusan

rekomendasi kebijakan

mendukung

pembangunan pertanian

Jumlah rekomendasi kebijakan

mendukung pembangunan pertanian

1

Rekomen

dasi

Kebijakan

Spesifik

Lokasi

6. Dihasilkannya sinergi

operasional serta

terciptanya manajemen

pengkajian dan

pengembangan inovasi

pertanian unggul spesifik

lokasi

Dukungan pengkajian dan

percepatan diseminasi inovasi

teknologi pertanian

12 Bulan

7. Tersedianya Benih

sumbermendukung sistem

perbenihan

Jumlah produksi benih sumber 49 Ton

8. Tersedianya Model

Pengembangan Inovasi

Teknologi Pertanian

Bioindustri

Jumlah Model Pengembangan

Inovasi Teknologi Pertanian

Bioindustri

2 Model

Jumlah anggaran:

Kegiatan Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian: Rp.

38.804.383.000,-

Sukarami, Januari 2017

Kepala BPTP Sumatera Barat

Page 21: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Dr.Chandra Indrawanto,MSc

NIP. 19640218 198903 1 001

5. Penetapan Kinerja

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan

akuntabel, Balai Besar Pengkajian terus berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja yang

meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran

(output), dan outcome. Sejalan dengan dinamika kebijakan perencanaan yang ditetapkan dengan

melihat kebutuhan stakeholder (bottom up) serta program di level pusat (top down), maka umpan

balik (feedback) yang diperoleh dari proses perencanaan dan operasionalisasi program/kegiatan

di BB Pengkajian disesuaikan dengan tuntutan dan dinamika yang ada serta a lokasi

penganggaran yang tertuang dalam DIPA. Dengan demikian, Rencana Kinerja yang telah

ditetapkan kemudian disahkan menjadi kontrak Kinerja BPTP Sumbar untuk Tahun 2016

melalui Penetapan Kinerja Tahunan, yang merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja

sebagai tolok ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja Balai Besar Pengkajian.

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2016

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIANSUMATERA BARAT

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1

Tersedianya teknologi

pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi spesifik lokasi

komoditas strategis

3 Teknologi

Jumlah teknologi spesifik lokasi

komoditas lainnya

1 Teknologi

2 Tersedianya Model

Pengembangan Inovasi

Jumlah Model Pengembangan

Inovasi Pertanian Bioindustri

2 Model

Page 22: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Teknologi Pertanian

Bioindustri

Spesifik Lokasi

3

Terdiseminasikannya

inovasi teknologi

pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi komoditas

strategis yang terdiseminasi ke

pengguna

6 Teknologi

Jumlah teknologi komoditas

lainnya yang terdiseminasi ke

pengguna

2 Teknologi

4 Tersedianya benih sumber

mendukung sistem

perbenihan

Jumlah Produksi Benih Sumber 49 Ton

5 Tersedianya Taman Sains

Pertanian (TSP) dan

Taman Teknologi

Pertanian (TTP)

Jumlah Kabupaten lokasi TSP

dan TTP

2 Kabupaten

6 Dihasilkannya rumusan

rekomendasi kebijakan

mendukung desentralisasi

rencana aksi

(Decentralized Action

Plan/DAP)

Jumlah Rekomendasi kebijkan

pembangunan pertanian wilayah

1 Rekomendasi

7 Dihasilkannya sinergi

operasional serta

terciptanya manajemen

pengkajian dan

pengembangan inovasi

pertanian unggul spesifik

lokasi

Jumlah Dukungan pengkajian

dan percepatan diseminasi

inovasi teknologi pertanian

12 Bulan

Tabel 14. Anggaran Kegiatan berdasar Sasaran Strategis

Kegiatan Anggaran

Kegiatan pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian

Rp 38.804.383.000,-

1. Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas

strategis Rp 1.295.505.000,-

2. Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas Rp 150.000.000,-

Page 23: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

lainnya

3. Jumlah Model pengembangan Inovasi teknologi

pertanian Bioindustri Rp 700.000.000,-

4. Jumlah teknologi diseminasi yang didistribusikan

ke pengguna komoditas strategis Rp 3.051.528.000,-

5. Jumlah teknologi diseminasi yang didistribusikan

ke pengguna komoditas lainnya Rp 1.300.000.000,-

6. Jumlah rekomendasi kebijakan Rp 194.570.000,-

7. Jumlah Produksi benih sumber Rp 1.033.583.000,-

8. Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian (gaji, operasional

perkantoran, modal)

Rp 20.615.097.000,-

9. Jumlah TSP Rp 7.500.000.000,-

10.Jumlah TTP Rp 2.964.100.000,-

Tabel 15. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi

No Jenis Teknologi Jumlah Teknologi

1 Teknologi Spesifik Lokasi Padi 1

2 Teknologi Spesifik Lokasi Jagung 1

3 Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung

Swasembada Daging 1

4 Teknologi Plasma Nutfah Spesifik Lokasi

(komoditas strategis dan lainnya) 1

Total 4

Tabel 16. Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

No Komoditas Jumlah Model

1 Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Pangan

1

2 Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Perkebunan

1

Page 24: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Total 2

Tabel 17. Jumlah Teknologi Diseminasi yang Didistribusikan ke Pengguna

No Jenis Teknologi yang didiseminasikan Jumlah Materi

Diseminasi

1 Teknologi Tanaman Pangan 2

2 Teknologi Hortikultura 2

3 Teknologi Peternakan 1

4 Diseminasi teknologi 1

5 Teknologi diseminasi yang didistribusikan ke pengguna mendukung komoditas lainnya

1

Total 7

Tabel 18. Jumlah Rekomendasi Kebijakan

No Jenis Rekomendasi Jumlah rekomendasi

1 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Responsif dan Antisipatif

1

Total 1

Tabel 19. Produksi Benih

Padi (ton) Kedelai (ton) Jagung (ton)

FS SS FS SS FS SS

13 26 0 0 10 0 Total 39 Total 0 Total 10

Tabel 20. Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian selama 12 bulan layanan.

Operasional Perkantoran Sakter BPTP

Tabel 21. Taman Sains Pertanian (TSP) dan Taman Teknologi Pertanian (TTP)

Taman Teknologi Pertanian (TTP) TTP terdapat di kabupaten Limapuluh Kota Taman Sain Pertanian (TSP)

Jumlah TTP 1 Kabupaten Jumlah TSP 1 Provinsi

Bogor, Maret 2016 Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat,

Abdul Basit Hardiyanto

III. AKUNTABILITAS KINERJA

Page 25: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

A. Akuntabilitas Kinerja BPTP Sumbar

Dalam tahun anggaran 2016, BPTP Sumbar telah menetapkan lima sasaran strategis

yang akan dicapai yaitu: Sasaran Strategis yang ingin dicapai pada periode 2015-2019 yaitu:

1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

2. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi;

3. Terlaksananya kegiatan strategis nasional/ Daerah melalui pendampingan oleh BPTP;

4. Terlaksananya kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi

pertanian

5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian

6. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan

pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

7. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan

8. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Selanjutnya, delapan sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 8indikator kinerja

output berupa: 1) Jumlah teknologi spesifik lokasi; 2) Jumlah teknologi diseminasi yang

didistribusikan ke pengguna; 3) Jumlah laporan kegiatan strategis nasional/ daerah yang

memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan dapat mencapai target sasarannya; 4)

Jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian; 5)

Jumlah rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian; 6) Dukungan pengkajian

dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian; 7) Jumlah Produksi Benih Sumber; 8)

Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri.

B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2016

Pengukuran kinerja terhadap keberhasilan Instansi Pemerintah dapat dilakukan dengan

cara membandingkan antara hasil aktual yang dicapai dengan sasaran dan tujuan strategis.

Pengukuran kinerja juga didifinisikan sebagai suatu metode untuk menilai kemajuan yang selalu

dicapai dibandingkan dengan tujuan yang selalu ditetapkan.Pengukuran keberhasilan kinerja

suatu Instansi Pemerintah diperlukan indikator sebagai tolok ukur pengukuran.Pengertian

indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Sesuatu yang dapat dijadikan

indikator kinerja yang berlaku untuk semua kelompok kinerja harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut: (1) Spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif baik yang bersifat

Page 26: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

kuantitatif maupun kualitatif, (3) harus relevan, (4) dapat dicapai, penting dan harus berguna

untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan dampak, (5)

harus fleksibel dan sensitif dan (6) efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator dapat

dikumpulkan, diolah dan dianalisis. Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi

yaitu (1) dapat memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan (2)

membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja unit kerja.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTP Sumbar diawali dengan perencanaan

dengan menyusun penggunaan sarana, sumber daya manusia, melalui suatu proses,

menghasilkan suatu teknologi dan memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat.Oleh

karena itu faktor yang dapat dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara

rencana yang telah ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna.Adapun kriteria

keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang dilaksanakan,

serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.

C. Analisis Capaian Kinerja

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 BPTP Sumbar dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Sasaran.

1

Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlahteknologi

spesifik lokasi

4 4 100

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2016 telah tercapai

sebesar 100 persen, atau terealisasi 4teknologi dari target 4 teknologi.Sehingga dapat

dikatakan berhasil.

Adapun rincian output serta outcome yang telah dicapai dari kegiatan ini diuraikan

sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi

No KEGIATAN/SUB KEGIATAN Jumlah

Page 27: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Teknologi

1 Kajian teknologi padi 2

2 Jagung 1

3 Plasma Nutfah 1

Total 4

Paket Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Strategis

Pada tahun 2016, BPTP Sumbar menghasilkan teknologi budidaya tanaman pangan padi

spesifik lokasi sebagai berikut:

1. Kajian Inovasi Teknologi Salibu Mendukung Ketahanan Pangan di Sumatera

Barat

Upaya peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan perluasan areal tanam dan

areal panen. Perluasan areal tanam dilakukan dengan pencetakan lahan sawah baru,

tetapi biayanya relatif sangat mahal. Peningkatan produktiv itas sumberdaya lahan

diantaranya melalui peningkatan intensitas pertanaman, khususnya pada lahan sawah

beririgasi teknis. Upaya lain yang sangat potensial untuk meningkatkan produksi dan

indeks panen padi sawah adalah dengan penerapan teknologi padi salibu, karena

rentang waktu produksi menjadi lebih pendek.

Padi salibuadalah suatu teknologi budidaya dengan memanfaatkan batang bawah padi

setelah panen sebagai penghasil tunas/anakan padi yang akan

dipelihara/dibudidayakan. Tunas ini berfungsi sebagai pengganti bibit pada sistem

tanam pidah. Teknologi padi salibu adalah salah satu inovasi untuk memacu

peningkatan produksi padi dan produktiv itas lahan melalui peningkatan produksi per

satuan waktu dan peningkatkan indeks panen per tahun. Kajian inovasi teknologi Padi

salibu telah dilaksanakan di Nagari Sintuk, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten

Padang Pariaman pada tahun 2016. Komponen teknologi yang diterapkan disajikan pada

Tabel 4.

Page 28: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Tabel 4. Komponen teknologi Padi Salibuyang diterapkan pada kajian di Nagari Sintuk,

Kecamatan Sintuk Toboh Gadang tahun 2016.

No. Komponen Teknologi Uraian

1. Panen tanaman MT-1 Lebih awal 8-10 hari

2. Persiapan lahan Membersihkan lahan dari gulma

3. Pemotongan batang sisa

panen

Pemotong batang sisa panen

dilakukan saat 7 -10 hari setelah

panen

4. Penjarangan umur 15-20 hari setelah

pemotongan jerami

5. Penyisipan umur 15-20 hari setelah

pemotongan jerami

6. Pemupukan Sesuai rekomendasi

7. Penyiangan pertama dan

pembenaman jerami

Lebih awal (umur 20-25 hari

setelah pemotongan batang)

8. Penyiangan kedua Umur 40-45 hari

9. Pengendalian hama dan

penyakit

Standar PHT

10. Umur panen Lebih awal 10-15 hari.

Hasil kajian menunjukkan bahwa masing-masing sistem tanam menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap hasil gabah kering panen (GKP). Persentase peningkatan hasil

gabah kering panen sistem tanam jajar legowo pada tanam pindah berkisar 11,81-

24,41% sedangkan pada teknologi Padi Salibu persentase peningkatan hasil berkisar

1,56-19,01%, dibandingkan dengan sistem tanam tegel. Terdapat perbedaan hasil GKP

antara tanam pindah dengan teknologi Padi Salibu sebesar 18% (Tabel 5).

Dibandingkan dengan teknologi tanam pindah, pada teknologi Padi Salibu terjadi

penurunan hasil, hal ini disebabkan karena serangan hama tikus pada fase primordia.

Akan tetapi, keuntungan usahatani dengan penerapan teknologi Padi Salibu (Rp.

15.805.000) lebih tinggi dibanding sistem tanam pindah (Rp. 15.443.000) (Tabel 6). Hal

ini dimungkinkan karena penerapan teknologi Padi Salibu dapat menekan biaya

usahatani sebesar 31,29% dibandingkan tanam pindah.

Tabel 5. Hasil GKP (t/ha) teknologi Tanam Pindah dan teknologi Padi Salibu di Nagari

Sintuk, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, tahun 2016.

Sistem Tanam Tanam Teknologi Perbedaan

Page 29: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Pindah Salibu

Hasil

Jajar legowo 2:1 5,81 ab 5,32

a

0,09

Jajar legowo 4:1 Tipe 2 6,32 a 4,92

b

0,28

Jajar legowo 4:1 Tipe 1 5,68 b 4,54

b

0,25

Tegel 5,08 c 4,47

b

0,13

Rataan 5,72 4,81 0,18

Tabel6.Analisis Usahatani Teknologi Tanam Pindah dan Teknologi Padi Salibu di Kabupaten

Padang Pariaman, tahun 2016.

No Uraian Jumlah (Rp.)

Tanam Pindah Teknologi

Salibu

A Biaya Upah

1 Membajak 1.000.000 -

2 Menggaru 250.000 -

3 Menyemai 225.000 -

4 Cabut bibit 300.000 -

5 Tanam 1.575.000 -

6 Memotong sisa batang

panen

- 600.000

7 Penyisipan tanaman - 375.000

8 Menyiang I dan II 1.500.000 1.500.000

9 Memupuk I dan II 300.000 300.000

10 Panen 4.017.000 3.640.000

Jumlah ……… ….. …..

B Biaya Saprodi

1 Benih 300.000 -

2 Pupuk Urea 900.000 1.200.000

3 Pupuk SP-36 350.000 350.000

4 Pupuk KCl 520.000 520.000

5 Rodentisida 100.000 -

- 150.000

Jumlah ………….. 2.170.000 2.220.000

C. Total Pengeluaran 11.337.000 8.635.000

Penerimaan

Padi Tanam Pindah 26.780.000 -

Padi Salibu - 24.440.000

D. Keuntungan bersih 15.443.000 15.805.000

B/C Ratio 1,36 1,83

R/C Ratio 2,36 2,83

Page 30: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar … Pemotongan batang padi sesudah panen untuk budidaya Padi Salibu (kiri)

dan penampilan padi salibu pada fase generatif (kanan).

2. Pengelolaan Dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Tanaman Pangan Dan Hortikultura

Lokal Sumbar.

Keragaman plasma nutfah merupakan kekayaan yang sangat berharga untuk kemajuan

pertanian. Pada spesies-spesies lokal yang ada kita dapat menggali potensi yang dimiliki

plasmanutfah tersebut untuk dimanfaatkan sebagai sumber tetua atau sumber bahan gen

dalam perakitan varietas baru yang memiliki daya saing tinggi.Di samping sebagai sumber gen,

plasma nutfah yang memiliki sifat-sifat agronomis unggul juga dapat digunakan secara

langsung melalui upaya pemutihan atau pemurnian.

Agroekosistem di Provinsi Sumatera Barat sangat beragam, dari dataran rendah sampai

dataran tinggi. Kondisi ini menimbulkan keragaman plasma nutfah yang cukup luas. Namun

demikian, tekanan lingkungan, pertambahan jumlah penduduk, dan meluasnya penggunaan

varietas-varietas baru mendorong terjadinya kehilangan tanaman yang memiliki karakter

berguna (erosi gen). Untuk menghindari hal ini, maka kekayaan plasma nutfah yang tersedia

perlu dikelola dengan baik. Dengan banyaknya kasus spesies-spesies lokal yang punah, maka

konservasi sumber daya genetik indijenes merupakan isu yang penting dewasa ini.

Pada tanaman pangan padi, keragaman varietas unggul yang memenuhi preferensi

konsumen Sumatera Barat (rasa nasi pera) relatif masih sempit. Hal ini adalah karena mayoritas

varietas unggul tanaman padi yang dihasilkan berbagai lembaga penelitian lebih dominan

memiliki tekstur nasi pulen. Dengan rendahnya jenis padi yang nasinya bersifat pera, maka

peran aktiv itas inventarisasi, eksplorasi serta pelestarian varietas padi lokal menjadi sangat

Page 31: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

tinggi.

Dari kegiatan pada tahun 2016 telah dideskripsi 13 asesiubi kayu dan 11 asesianggrek.

Uji potensi padi lokal secara organik telah dilakukan pada 2 lokasi, yaitu di Kasang, Kecamatan

Lembah Anai (Kabupaten Pariaman) serta di Lubuak Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara

(Kabupaten Tanah Datar). Telah dilakukan pula proses awal pendaftaran 2 varietas tanaman

padi lokal (Mundam Putiah dan Pulau Batu) dan 1 varietas ubi kayu lokal (Roti). Pada kebun

koleksi telah ditanam berbagai jenis tanaman lokal seperti kedondong, mangga, belimbing,

rambutan, jambu air (jambu jambak), duku, kayumanis, dan asam gelugur.

3. Percepatan Penyebaran VUB Jagung Hibrida Melalui Pemberdayaan Kelompok

Penangkar Benih.

Di Sumatera Barat, sebagian besar petani jagung (>95%) menggunakan benih jagung

hibrida yang diproduksi oleh swasta. Hanya sebagian kecil yang memakai benih komposit.

Permasalahannya, mahalnya harga benih hibrida yang diproduksi swasta menyebabkan

menurunnya pendapatan petani. Malah ditemukan juga dibeberapa daerah petani yang

menanam turunan hibrida (F1) kembali akibat kekurangan biaya untuk membeli benih. Pada

hal, bila petani dapat memproduksi sendiri benih hibrida maka pengeluaran usahatani dari

benih dapat ditekan. Balitbangtan, khususnya Balitsereal mengembangkan program terbaru

jagung, yaitu JURI (Jagung Untuk Rakyat Indonesia). Program ini dilatarbelakangi dengan

mahalnya harga benih hibrida yang diproduksi oleh swasta yang mencapai Rp.80.000 per kg

(Rp.1,6 juta/ha). Melalui program ini, harga benih dapat ditekan sampai lebih separonya, sekitar

Rp.30.000 per kg (Rp.0,6 juta/ha).

Kegiatan ini merupakan diseminasi hasil teknologi pertanian yang dikemasdalam bentuk

kegiatan “demonstrasi plot dan pelatihan”. Dilaksanakan pada Kelompok Tani Karya Sepakat di

Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar, seluas 1,0 hektare pada bulan Maret sampai

September 2016.Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memperkuat sistem perbenihan dan

penangkar benih jagung hibrida di Provinsi Sumatera Barat. Secara terperinci, tujuan dari

pelaksanaan kegiatan ini antara lain untuk: (a) Membina satu kelompok penangkar benih; dan (b)

Memproduksi benih jagung hibrida sebanyak 2 ton oleh kelompok penangkar.

Hasil kegiatan menyimpulkan, antara lain: (1) Telah dilaksanakan pembinaan

penangkaran benih jagung hibrida pada Kelompok Tani Karya Sepakat Kecamatan Rambatan

Kabupaten Tanah Datar, seluas 1,0 hektare. Pemberdayaan kelompok tani dimulai dari

Page 32: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

penguatan kapasitas kelompok, teknologi perbanyakan benih di lapangan, dan sertifikasi benih,

serta packing benih; (2) Sosialisasi dan pelatihan penangkaran benih jagung hibrida selain

dilakukan pada keltan kooperator, juga keltan penangkar se Kabupaten Tanahdatar; (3) Jumlah

benih yang dihasilkan sebanyak 2.140 kg, lebih tinggi dari target sebanyak 2.000 kg atau lebih

tinggi 7% dibanding target hasil yang telah ditetapkan; dan (4) Benih jagung hibrida sebanyak

2.140 kg ini setara dengan harga Rp.64.200.000 dan dapat memenuhi kebutuhan pertanaman

jagung seluas 107 hektare. Jika petani menggunakan benih jagung hibrida yang dihasilkan oleh

swasta, diperlukan dana sebanyak Rp.171.200.000,-. Artinya, pengeluaran untuk pembelian

benih dapat dihemat sebanyak Rp.107.000.000,-.

4. Pengkajian Integrasi Ternak-Tanaman Di Kp Sitiung, Sumatera Barat

Kajian ini memperlihatkan bahwa hasil ikutan tanaman sawit (silase hijauan sawit dan BIS)

berpotensi digunakan sebagai salah satu sumber utama pakan ternak lokal, khususnya

sapi Pesisir di Sumatera Barat.

Komposisi silase pelepah sawit terdiri dari 80% pelepah sawit, 10% bungkil inti sawit, 5%

molasses dan 5% dedak padi yang diberikan sebanyak 5 kg/ekor/hari, disamping 1 kg

jerami padi dan 2,5 kg rumput segar/ekor/hari memberi hasil pertumbuhan ternak yang

cukup memuaskan.

Pengukuran hasil buah sawit selama bulan Januari-Juni memperlihatkan bahwa

pemberian pupuk organic memberi hasil yang hampir sama, hal ini diduga belum ada

pengaruh yang signifikan dari pemberian tambahan pupuk organic sebanyak 25; 50 dan

75 kg/pohon. Diprediksi bahwa pengaruh pemberian pupuk organic baru akan terlihat

setelah beberapa waktu ke depan.

Pemeliharaan ternak terus dilanjutkan sampai akhir tahun, seperti pemberian pakan

berbasis tanaman sawit, pengamatan terhadap pertumbuhannya dan aspek reproduksi.

Page 33: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar. Sapi Pesisir di lapangan dan yang digunakan di Kandang KP Sitiung

Gambar. Pembuatan pakan dan kompos di kandang KP. Sitiung

Capaian kinerja BPTP Sumatera Barat TA 2015-2019.

Tabel 10.Capaian -Jumlah Kinerja Teknologi Spesifik Lokasi BPTP Sumatera Barat 20152019.

SASARAN INDIKATOR

KINERJA Realisasi (%)

2015 2016 2017 2018 2019 Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Jumlah teknologi spesifik lokasi

140 100

Sasaran2 Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri

Page 34: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Spesifik Lokasi.

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah teknologi yang didesiminasikan

kepada pengguna. Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut :

Indikator kinerja Target Realisasi %

Jumlah Teknologi Model

pengembangan inovasi pertanian

bioindustri spesifik lokasi

2

2

100

Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi :

1. Implementasi Model Bioindustri Berbasis Gambir Mendukung Pengembangan Gambir di Sumatera Barat

Tanaman gambir (Uncaria gambir Hunte Roxb) komoditas spesifik Sumatera Barat,

dimana tanaman ini tumbuh dan berkembang secara baik di daerah Sumbar dan merupakan

mata pencaharian pokok serta memegang peranan penting dalam pendapatan masyarakat.

Gambirdiusahakan masyarakat secara konvensional, denganjumlah petani mengusahakan

125.000 rumah tangga petani (RTP) dengan luas garapan 1-2,0 ha/RTP. Tahun 2012 luas

pertanaman gambir 21.412 ha dengan produksi 14.220 ton dan produktivitas rata-rata 0,72 t/ha,

sedangkan potensi produksi gambir bisa mencapai rata-rata 2100 kg/ha. Implementasi model

bioindustri gambir diharapkan tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi peningkatan nilai

tambah menjadi sangat penting karena jika hanya dari produksi getah gambir pada masa

tertentu petani akan collaps karena getah gambir merupakan komoditas ekspor, harga jual

sangat berfluktuatif tergantung negara pengimpor. Oleh karena itu perlu dicari inovasi teknologi

guna meningkatkan nilai tambah dan antisipasi turunnya harga jual getah gambir.Pengkajian

dilaksanakandi tanah petani Kecamatan Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota, pelaksanaan

kegiatan merupakan tahun kedua yang dilaksanakan Januari sampai Desember 2016.Kegiatan

bertujuan antara lain: (a) Memanfaatkan ampas kempaan daun gambir menjadi teknologi

terbarukan menghasilkan produk bernilai tambah, (b) Membangun industri olahan teh celup

sebagai demplot percontohan, dan (c) Membangun sistem dan mekanisme (desain) pertanian

bioindustri gambir spesifik lokasi serta penguatan kapasitas SDM. Pengkajian dilakukan dengan

pendekatan: (a) Demplot implementasi inovasi teknologi bioindustri gambir, (b) Penumbuhan

embrio industri olahan melalui pelatihan kelompok tani, dan (c) Penumbuhan mitra

kelembagaan bioindustri gambir. Hasil pengkajian sebagai berikut: (a) Implementasi model

bioindustri gambir dapat meningkatkan produksi gambir dari 545 kg gambir kering/ha dengan

Page 35: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

cara petani meningkat menjadi 1.022 kg/ha dengan inovasi teknologi pemupukan NPK 150 kg +

5 ton kompos ampas kempaan gambir, (b) Penumbuhan embrio industri olahan teh celup daun

gambir dan permen jelly sudah berhasil dilakukan di KWT Sambal dan KWT Simpang Tigo dan

sudah mulai dipromosikan dan dipasarkan serta produknya telahmemiliki PIRT, dan (c)

Kemitraan dengan Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota dan SKPD terkait telah terlaksana yang

dibuktikan dengan ada program pembibitan gambir dan Dinas Koperindag membantu

pemasaran produk olahan gambir diantaranya dengan mengikuti pameran-pameran dan

membantu launching dan bantuan dari Bupati sebanyak Rp.50.000.000 untuk pengembangan

olahan teh celup dan permen jelly daun gambir, dan nagari Mungka menerima dana sebesar

Rp.25.000.000 untuk pengembangan kawasan gambir, (d) Kegiatan SL dapat meningkatkan

pengetahuan peserta dari nol sebelum SL menjadi 42,86% setelah SL. Lounching produk

diversifikasi olahan gambir telah dilaksanakan oleh Bupati Kabupaten Lima puluh Kota dihadiri

OPD terkait, pemilik swalayan, pelaku usaha, dan asosiasi gambir dan peneliti BPTP Sumbar.

Bupati meminta kepada OPD terkait agar mempersiapkan anggaran untuk tahun 2017 untuk

membantu pengembangan olahan dan pemasaran produk dari tanaman gambir. Model

bioindustri gambir mampu meningkatkan penerimaan pelaku usaha dari Rp. 8.272.500,-

/ha/tahun secara tradisional menjadi Rp.27.660.000/ha/ tahun

GambarPelatihan Keamanan Pangan oleh Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota dalam

rangka pengurusan P-IRT produk teh gambir

Page 36: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar kegiatan penguatan kelembagaan

Gambar Pelatihan pembuatan kompos ampas kempaan daun gambir

Page 37: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar produksi olahan gambir

Gambar lounching produk olahan gambir

2. Implementasi Model Bio Industri Berbasis Tanaman Jagung di Sumbar

Bio industri merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya

saing, pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan konsep bio-industri

Page 38: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

(zero waste) seluruh komponen dari komoditi harus menjadi produk yang mempunyai nilai jual,

sehingga penggunaan sumber daya menjadi efisien dan dapat menekan biaya produksi.Salah

satu implementasi kegiatan bioindustri dikembangkan adalah bioindustri jagung integrasi

dengan ternak di Kabupaten Tanah Datar. Pengelolaan secara terpaduusahatani tanaman

jagung dan ternak sapidiharapkan mampu memberikan kontribusi peningkatan pendapatan,

meningkatkanbahan organik tanah yang nantinya dapatmengurangi ketergantungan

penggunaanpupuk anorganik, sedangkan limbahtanaman berupa jerami jagung dapatdigunakan

sebagai pakan ternak yangpotensial. Melalui pengelolaan tanamanjagung-sapi yang tepat akan

diperolehpeningkatan produktiv itas tanaman danternak secara berkesinambungan. Kegiatan

penelitian dilaksanakan di KP. Rambatan dan TP. Rambatan Kabupaten Tanah Datar dari bulan

Januari s/d Desember 2016. Kegiatan bertujuan: (a) Meningkatkan produktiv itasjagung dan

bobot badan sapi minimal dan efisiensi penggunaan input untuk tanaman jagung dan pakan

ternak berbasis bio-industri, (b) Meningkatkan nilai tambah pengolahan limbah jagung untuk

pengembangan bio-industri, (c) Meningkatkan adopsi inovasi teknologi budidaya dan

penggunaan benih unggul jagung hibrida oleh petani dalam upaya peningkatan produksi

jagung, dan (d) Menumbuhkan dan pembinaan lembaga kemitraan pengelolaan bioindustri

jagung. Ruang lingkup kegiatan meliput i: (1) Produksi Benih Jagung Hibrida Bima 20-URI, (2)

Perbaikan dan penerapan budidaya jagung optimal dalam peningkatan produktiv itas, (3) Sistem

Integrasi Tanaman dan Ternak, (4) Pengembangan dan penerapan teknologi biogas dari

kotoran sapi, (5) Pengolahan dan pemanfaatan limbah jagung untuk pakan ternak dan kompos

tanaman, dan (6) Pengolahan limbah kotoran sapi untuk pupuk tanaman jagung. Hasil kegiatan

implementasi bioindustri jagung sbb: (a) Produksi benih jagung hibida Bima 20-URI seberat

3.000 kg/ha, dimana sebagian produksi benih telah didiseminasikan ke petani sekitar lokasi

penelitian dengan hasil 5,4 s/d 6,5 t per ha. Setoran PNBP sebesar 8,7 juta dari hasil sebagian

produksi benih dan budidaya optimal jagung hibrida, (b) Pemberian pupuk kompos kotoran sapi

7 ton per ha dan pemberian 50% pupuk buatan (NPK-Phonska) untuk VUB Bima 19-URI,

Lamuru dan Bima 20-URI memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

pemberian kompos dengan varietas unggul lainnya, (b) Dengan pemberian 50% silase dan

50% HMT serta pemberian 75% silase dan 25% HMT untuk pakan ternak sudah cukup

memberikan peningkatan berat badan sapi, (c)Kotoran padat sapi telah diolah menjadi bio-

kompos plus dan telah dimanfaatkan untuk budidaya jagung serta urine sapi telah diolah

menjadi bio-urine, kedua produk ini telah dipacking dan siap untuk dipasarkan. Pengolahan

Page 39: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

kotoran sapi telah diolah menjadi biogas, (d) Pelatihan telah dilakukan dengan materi inovasi

teknologi budidaya optimal jagung, teknologi pengolahan silase biomas jagung dan teknologi

pengolahan kotoran sapi untuk biogas untuk 50 orang anggota kelompok tani sekitar lokasi

penelitian bioindustri jagung, (e)Dari 6 (enam) ekor induk sapi Simnetal telah melahirkan 2

(dua) ekor, (f) Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan mitra (Asosiasi kelompok

bioindustri Amanah Tanah Datar) telah dilaksanakan dan pembinaan pada anggota kelompok

tani sekitar lokasi peneltian tersebar pada 7 (tujuh) kelompok tani, serta juga dilakukan

pembinaan untuk kemitraan dengan kelembagaan lainnya.

Foto keragaan Bima 19-URI dan 20-URI pada kegiatan

implementasi bioindustri jagung

Page 40: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Bio-kompos plus dan bio-urine produksi bioindustri jagung BPTP Sumbar

yang telah dipasarkan.

Foto instalasi pengolahan kotiran sapi menjadi biogas

Page 41: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Foto kegiatan pelatihan teknologi budidaya optimal, pembuatan silase

dan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas.

Foto keragaan pemeliharaan sapi dengan pemberian pakan silase jagung dan anak sapi jenis Simental di KP. Rambatan

Page 42: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Capaian kinerja BPTP Sumatera BaratTA 2015-2019.

Tabel.Capaian Model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi BPTP

Sumatera Barat 2015-2019.

SASARAN INDIKATOR KONERJA

Realisasi (%) 2015 2016 2017 2018 2019

Model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi.

Jumlah Teknologi Pada Model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi

100 100

Sasaran

3

Teknologi komoditas strategis yang

terdesiminasi ke pengguna

Jumlah teknologi komoditas

strategis yang terdesiminasi

ke pengguna

Target

7

Realisasi

7

%

100

3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hortikultura

Dalam lima tahun terakhir produksi cabai di Provinsi Sumatera Barat menunjukkan

tendensi peningkatan yang tajam dari tahun ke tahun. Sementara itu, produktiv itas cabai

terlihat tendensi meningkat pada tahun 2009-2012 dan selanjutnya menurun, yaitu: 6,25 t/ha,

6,74 t/ha, 7,42 t/ha, 8,63 t/ha, dan 8,18 t/ha, berturut-turut dari tahun 2009 sampai 2013.

Pada daerah sentra produksi cabai, produktiv itas ini sangat bervariasi antara 5,23-12,71 t/ha).

Produktiv itas ini jauh lebih rendah dibanding potensi cabaidapat mencapai 20 t/ha. Tujuan

kegiatanadalah: (a) Melakukan pendampingan dalam rangka meningkatkan kemampuan

dan kemauan petani untuk penerapan inovasi teknologi PTT cabai; dan (2) Meningkatkan

produktiv itas dan mempercepat penerapan inovasi teknologi PTT cabai. Kegiatan ini merupakan

diseminasi hasil teknologi yang dikemasdalam bentuk kegiatan “demplot dan pelatihan”.

Kegiatan demplot PTT cabai dan pelatihan dilaksanakan di Kecamatan SungayangKenagarian

Page 43: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Minang Kabau Kabupaten Tanah Datar, Nagari Gantiang Kota Padang Panjang, Nagari

Lambuang Bukiik Kota Padang, dan Nagari Bayang Kabupaten Pesisir Selatan sedangkan

kegiatan pelatihan PTT cabai dilaksanakan dimasing-masing BPK Sungayang Kabupaten Tanah

Datar, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Kota Padang,

dan Padang Panjangpada bulan Januari sampai Desember 2016.Dari hasil kegiatan

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian nasional hortikultura komoditas cabaisampai

laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Telah dilaksanakan sebanyak enam kali

pertemuan dalam bentuk pelatihan dan diskusi lapang pada enam kabupaten/kota yang

melibatkan sekitar 220 orang, dengan topik “Inovasi teknologi budidaya cabai”; dan “Penyakit

virus Kuning Cabai dan Cara Pengendaliannya“, (2) Setelah selesai pelatihan petani dibekali

dengan leaflet Teknologi Budidaya Tanaman Cabai Merah dan leaflet Penyakit Virus Kuning dan

Pengendaliannya, (3)Pada lokasi demplot telah dilakukan bimbingan mulai dari persemaian,

tanam dan pemeliharaan tanaman cabai,(4) Variertas yang digunakan adalah varietas Kencana

dari BALITSA dan varietas cabai lokal setempat, pada demplot Kabupaten Pesisir Selatan

menggunakan 3 varietas yaitu varietas Kencana, Varietas lokal dan varietas cabai yang bersal

dari Panah Merah,dan (5) Pertumbuhan tanaman terbaik adalah Lokasi di Nagari Minang

Kabau Kabupaten Tanah Datar, baik varietas lokal maupun varietas Kencana, dengan jumlah

hasil panen varietas Kencana43,4 kg, dengan jumlah tanaman260 batang, sedangkan hasil

panen varietas lokal sebanyak 439,8 Kg dengan jumlah tanaman 900 batang dengan frekwensi

panen sebanyak 18 X kali panen (2 x dalam 1 minggu).

Page 44: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman
Page 45: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar Keragaan demplot budidaya cabai dan pendampingan pengembangan

kawasan hortikultura di Sumatera Barat

4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan

Meningkatnya kebutuhan konsumsi daging dalam negeri mendorong adanya permintaan

impor yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan rendahnya produktiv itas ternak dalam

negeri yang diindikasikan oleh rendahnya pertumbuhan dan lambatnya perkembangan populasi

ternak. Untuk meningkatkan produktiv itas sapi dan kerbau secara cepat makapemerintah telah

mencanangkan pelaksanaan “Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK)”.

Program ini mengupayakan peningkatan produksi ternak lokal yang optimal melalui perbaikan

pada berbagai lini termasuk perbaikan penyediaan pakan pembibitan ternak, dan meningkatkan

kelahiran anak setiap tahunnya di atas kebutuhan pemotongan ternak yaitu sekitar 3,0 juta

ekor/tahun. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan angka kelahiran anak sapi

dari hanya 21% dari populasi menjadi minimal 75%/tahun. Jarak kelahiran anak yang relatif

panjang (18-21 bulan) harus diperpendek menjadi 12-15 bulan. Kegiatan Pendampingan

Pengembangan Kawasan Peternakan Sapi Potong dan Kerbau di Sumatera Barat telah

dilakukan di Kabupaten Pasaman Barat, dan Sijunjung. Kegiatan bertujuan untuk: (1)

Diseminasi 2 (dua) inovasi teknologi budidaya ternak ruminansia besar (ternak sapi dan kerbau)

di Kabupaten terpilih (2). Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok ternak sapi

dan kelompok ternak kerbau di Sumatera Barat. Kegiatan Pendampingan dilaksanakan pada

bulan Januari sampai dengan Desember 2016 Pengkajian dilaksanakan dengan metode survei

pada awal, dan akhir pelaksanaan pengkajian dan pelaksanaan diseminasi dengan metode yaitu

(1) Demplot pembuatan dan pemberian pakan pelepah daun sawit sebagai pakan ternak sapi,

(2) Demplot pengolahan kotoran sapi menjadi kompos dan demplot pembuatan biogas dari

kotoran sapi pada kelompok tani Tanjung Keramat dan Sepakat Jaya. Inovasi teknologi berupa

pelatihan dan sekolah lapang adalah peternak sapi dan petani sawit sebanyak 60 orang anggota

kelompok tani. Kegiatan untuk ternak kerbau antara lain : (1) Menganalisa kondisi awal lokasi

kegiatan baik peternak dan sumberdaya alam dengan menggunakan kuisioner dan indept

interview, (2) Mengupayakan peningkatan tingkat reproduksi ternak melalui perbaikan pakan

dan sistem pemeliharaan, dan (3) Pengolahan kotoran kerbau menjadi kompos pada kelompok

tani Ranah Bingkuang dan Koto Tinggi. Data yang dikumpulkan antara lain: (1) Pertambahan

Page 46: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

berat badan sapi, (2) Tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak sapi dan kerbau di

Kabupaten terpilih. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi dengan ukuran persentase dan

rata-rata. Hasil kegiatan pendampingan menunjukkan:(1) Pembuatan dan pemberian pakan

silase pelepah sawit 5 kg ditambah rumput lapang 10 kg dan ternak sapi digembalakan dapat

meningkatkan pertambahan berat badan sapi sebanyak 0,52 kg/ekor/hari, (2) Inovasi teknologi

pengolahan limbah ternak mulai berkembang menjadi usaha ekonomi di kelompok tani

pelaksana, dan tidak ada lagi kotoran ternak ruminansia besar yang menumpuk di sekitar

kandang karena telah dimanfaatkan untuk pembuatan kompos dan biogas.

Gambar Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan di Sumatera Barat.

Page 47: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

5. Pendampingan dan Pengawalan Program Uspus Mendukung Swasembada Pangan di Sumbar

Pemerintah Republik Indonesia telah menentukan 7 (tujuh) komoditas strategis pertanian

(padi, jagung, kedelai, cabei, bawang merah, tebu dan daging sapi), dimana komoditas utama

tersebut ditargetkan mencapai peningkatkan produksi, bahkan menargetkan bahwa dalam 3

(tiga) tahun kedepan (2017) Indonesia harus mencapai swasembada untuk komoditas padi dan

jagung. Mendukung program tersebut Kementerian Pertanian melaksanakan program Upaya

Khusus (UPSUS) percepatan peningkatan produktivitas padi sawah dan jagung, cetak sawah

baru, padi organik, dan bantuan sarana produksi pertanian seperti: benih, pupuk dan alat

pengolah tanah (Hand Traktor) serta alat panen pada kelompok tani. Disamping itu tahun 2017

Pemerintah menargetkan 4 juta lahan sawah mendapatkan saluran irigasi, untuk itu pada tahun

2016 dilakukan identifikasi sumberdaya air untuk tujuan air irigasi padi sawah. Tujuan dari

kegiatan pendampingan dan pengawalan UPSUS antara lain adalah: (1)

Meningkatkanproduktiv itaspadi dan jagung dan meningkatkan pemanfaatan inovasi teknologi

padi dan jagung di Sumatera Barat; (2) Meningkatkan sumberdaya pendamping dan petani

dalam mengadopsi inovasi teknologi padi dan jagung di Sumatera Barat; (3) Memonitor dan

mencatat luas tambah tanam (LTT) padi sawah pada 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Sumatera

Barat, (4) Memperbanyak dan menyebarkan 4 (empat) jenis inovasi teknologi melalui media

cetak dan terekam di Sumatera Barat. Pengkajian dilaksanakan pada 19 Kabupaten/Kota di

Sumatera Barat dari bulan Januari sampai dengan Desember 2016. Metodologi kegiatan

meliputi: (a) Supervisi, Pengawalan dan Pendampingan; (b) Koordinasi dan Sosialisasi; (c)

Pelatihan dan Narasumber Inovasi Teknologi; (d)Perbanyakan dan Pendistribusian Media Cetak;

(e) Temu Lapang dan Temu Teknis, dan (e) Identifikasi Sumber Daya Air Untuk Lahan Irigasi.

Hasil pengkajian menunjukkan antara lain: (1) Mendukung peningkatan produktiv itas padi

sawah dan jagung di Sumatera Barat telah dilakukan kegatan peningkatan produktiv itas padi

sawah dan jagung serta padi sawah oragnik; (2) Telah dilakukan pelatihan inovasi teknologi

padi sawah, jagung, sawah bukaan baru, budidaya salibu dan padi organik untuk PPL dan

anggota kelompok tani; (3) Monitoring dan pencatatan luas tambah tanam (LTT) padi sawah

pada 8 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat dilaksanakan dari bulan Januari sampai Desember

2016; (4) Telah diperbanyak dan disebarkan media cetak inovasi teknologi padi sawah dan

jagung untuk PPL dan petani serta stakeholder lainnya; (5)Untuk mendiseminasikan inovasi

teknologi telah dilakukan temu lapang dan temu teknis inovasi teknologi sawah bukaan baru,

Page 48: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

dan (6) Identifikasi sumberdaya air untuk irigasi telah dilakukan dimana di Sumatera Barat

tercatat seluas 24.456 ha dapat mengairi sawah.

Gambar. Pendampingan dan Pengawalan Program UPSUS Mendukung

Swasembada Pangan di Sumbar

6. Pendampingan kalender tanam terpadu padi sawah, jagung dan kedelai di

Sumatera Barat

Sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh berbagai fenomena cuaca dan iklim yang

terjadi baik dalam skala temporal singkat (harian) sampai skala temporal bulanan (musim).

Faktor cuaca dan iklim dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Dalam

Page 49: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

hal ini, salah satu contoh adalah pengaruh cuaca dan iklim terhadap perkembangan hama

dan penyakit tanaman yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses

produksi pertanian.Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor iklim berperan penting dalam

kegiatan budidaya pertanian terutama pada komoditas tanaman pangan. Dalam

antisipasinya diperlukan berbagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, dimana

Badan Litbang Kementan telah merilis peta kalender tanam terpadu (katam). Kegiatan

dilaksanakan dari Januari s/d Desember 2016 di Provinsi Sumatera Barat. Tujuan dari

kegiatan al: (a) Menyebarluaskan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ke stakeholder

serta mengumpulkan umpan balik; (b) Mendukung proses penyusunan Sistem Informasi

Kalender Tanam Terpadu, (c) Melaksanakan monitoring ancaman dan kejadian bencana

serta penerapan rekomendasi teknologi, dan (d) Melaksanakan analisis dan litkajibangrap

terkait dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Pendekatan kegiatan dilakukan

melalui: (a) Kegiatan verifikasi mengumpulkan data yang meliputi data luas baku sawah,

rencana luas tanam, produktivitas padi sawah pada tahun sebelumnya, penyebaran varietas,

dosis pemupukan, daerah rawan bencana, tingkat serangan OPT, kondis i eksisting disetiap

wilayah, (b) Sosialisasi Kalender Tanam Terpadu ke dinas terkait di Provins i dan Kabupaten/

Kota di Sumatera Barat sampai tingkat penyuluh dan gapoktan, dan (c) Membuat bahan

diseminasi berupa poster mengenai SI Katam Terpadu, bahan diseminasi tersebut segera

didistribusikan ke dinas terkait di Provinsi dan Kabupaten/kota. Hasil pengkajian meliputi: (a)

Kegiatan advokasi kepada mitra kerja BPTP dalam hal ini Staklim Sicincin dan Stasiun GAW

Bukit Koto Tabang telah dilakukan dan mendapat respon yang sangat baik. Namun, rencana

tindak lanjut dari diskusi belum terlaksana dikarenakan terjadi pergantin kepemimpina di dua

unit kerja tersebut, (b) Kegiatan pendampingan Katam untuk tanaman padi, jagung dan

kedelai tahun ini telah mensosialisasikan materi tersebut kepada stakeholder sebanyak tujuh

kali tatap muka. Masih banyak masukan dari peserta sosialisasi untuk perbaikan Katam ke

depan. Sementara success story katam telah dipresentasikan oleh perwakilan tim GT Katam

di Thailand, (c) Bahan diseminasi dicetak berupa poster sebanyak 250 buah terkait

memahami katam dan 250 buah mengenai cara mengakses. Posterini didistribusikan ke

Dinas Pertanian dan penyulihan di 18 Kabupaten/ Kota di Sumatera Barat, sert Dinas terkait

di provinsi. Sementara untuk FGD ke pusat telah dilaksanakan sebanyak 2 kali, dan (d)

Monitoring bencana tahun ini memonitor bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT di

Sumatera Barat. Dan daerah yang mengalami dampak banjir, kekeringan terluas yaitu

Page 50: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Kabupaten Limapuluh Kota. Sementara serangan OPT hampir selalu ada sepanjang tahun di

hampir semua daerah.

Gambar Kegiatan pendampingan kalender tanam terpadu di Sumatera Barat.

5. 5.1.5.Kajian Teknis dan Ekonomis Mini Combine (Mico) Harvester untuk Menekan

Susut Hasil Panen Padi di Sumatera Barat

Mahalnya upah tenaga kerja untuk usahatani padi merupakan salah satu kendala

mencapai dan mempertahankan swasembada padi. Untuk itu perlu masukan teknologi mekanis

Page 51: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

yang tepat guna, mampu menghemat tenaga kerja, biaya dan waktu, serta mudah untuk

diaplikasikan di tingkat petani maupun kelompok tani. Salah satu inovasi teknologi mekanis

mendukung usahatani padi adalah MINI COMBINE (MICO) HARVESTER hasil rekayasa Balai

Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP MEKTAN) Badan Litbang Pertanian.

Agar alsintan yang akan digunakan dan dikembangkan dapat menyebar di masyarakat,

maka perlu diuji lebih dahulu kinerja alat secara spesifik lokasi, dengan memperhatikan faktor

efisiensi yang bekaitan erat akan memberikan nilai tambah bagi petani dan pemakai alsintan.

Pengkajian untuk mengetahui kinerja teknis dan kelayakan ekonomis MINI COMBINE (MICO)

HARVESTER padi sawah telah dilakukan pada kawasan pengembangan padi sawah di Sumatera

Barat.Hasil pengkajian menunjukkan bahwa alat panen Mico Harvester mempunyai kapasitas

kerja pemanenan 0,0870 ha/jam di Kabupaten Sijunjung dan 0,0871 ha/jam di Kabupaten

Padang Pariaman. Efisiensi kerja alat adalah 71,90% di Kabupaten Sijunjung dan 72, 24% di

Kabupaten Padang Pariaman. Sedangkan biaya pokok pengoperasian Mico Harvester sebesar

Rp. 355.700/ha di Kabupaten Sijunjung dan Rp. 456.025/ha di Kabupaten Padang Pariaman.

Gambar .Minicombine harvester dan demonstrasi pemakaiannya di Kabupaten Sijunjung dan

Kabupaten Padang Pariaman.

Page 52: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Sasaran

4

Rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian

komoditas strategis

Target

1

Realisasi

1

%

100

7. Analisis kebijakan mendukung swasembada pangan berkelanjutan di Sumatera

Barat.

Kebijakan untuk pengembangan padi sawah adalah (a) meningkatkan luas tanam

(percepatan tanam dan cetak sawah), (b) meningkatkan produktiv itas. Strateginya adalah (a)

menggerakkan petani melakukan percepatan tanam dengan indikator peningkatan indeks

pertanaman (IP); (b) Perbaikan sistem ketersediaan air (perbaikan jaringan irigasi desa,

fasilitasi pompanisasi, kincir air dan pembuatan embung); (c) Fasilitasi alsintan terutama hand

tarktor, alat tanam dan alat panen; (d) Menjaga ketersediaan pupuk dan termasuk bantuan

pupuk dan benih dalam areal terbatas, (e) Pengembangan inovasi teknologi terutama teknologi

varietas, pupuk berimbang spesifik lokasi dan cara tanam legowo; dan (f) Pengembangan

Asuransi Usahatani Padi Sawah (AUTP). Tujuan adalah mengidentifikasi potensi dan kelemahan

berbagai instrumen kebijakan mendukung swasembada pangan dengan lokasi utama 3

kawasan pengembangan padi yaitu di Kabupaten Limapuluh Kota, Pesisisr Selatan dan

Dharmasraya, Sumatera Barat pada tahun 2016. Pengkajian dilakukan melalui beberapa tahap

yang meliputi: (a) Koordinasi dengan dinas/instansi terkait; (b) Desk study: perkembangan luas

tanam, panen, provitas, peroduksi, ketersediaan sarana dan prasarana; (c) Identifikasi lapang

(nara sumber petani/kelompok tani dan petugas): Kondisi ketersediaan prasarana dan sarana

produksi, perencanaan saprodi, penerapan inovasi utama (varietas unggul, benih bermutu, cara

tanam legowo, pemupukan berimbang), kecukupan air, IP, jarak panen ke tanam berikutnya,

persepsi petani terhadap inovasi, pengeloaan alsintan, pelaksanaan AUTP dan aspek sosial

ekonomi lainnya. Pengumpulan data dengan alat bantu penuntun wawancara. (d)FGD

(kelompok tani, petugas, dinas/intansi terkait). Hasil kajian menunjukkan bahwa: (a) Varietas

unggul nasional dominan digunakan petani adalah Cisokan, IR-42, IR-64, IR-66, Batang

Piaman dan varietas unggul lokal yaitu Anak Daro dan Junjuang. Mutu benih dicurigai kurang

baik karena sebagian besar 50-60% diperoleh dari pertanaman padi petani musim sebelumnya,

Page 53: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

karena ketersediaan benih yang diinginkan terbatas dan bahkan tidak tersedia saat petani

membutuhkan. Kebutuhan benih umumnya tidak masuk dalam perencanaan kebutuhan sarana

produksi tingkat kelompok tani (RDKK); (b) Ketersediaan pupuk bersubsidi belum memenuhi

kebutuhan semua petani, karena perencanaan kebutuhan pupuk diusulkan melalui RDKK tidak

memasukan semua petani dalam WKPP penyuluh (ada petani anggota tidak aktif dan petani

tidak masuk anggota kelompok tani) dan juga tidak semua kelompok tani membuat RDKK.

Realisasi pupuk bersubsidi sesuai RDKK hanya rata-rata 75,0-85,0%. Persoalan lainnya adalah

waktu ketersediaan pupuk terlambat dan modal petani juga terbatas saat penagihan. Hal ini

mengakibatkan pupuk menumpuk di sebagian kios. Jumlah petani yang menerapkan

pemupukan berimbang relatif rendah, rata-rata hanya 50,0-85,0%. Bila membeli harga pupuk

non subsidi harganya mahal; (c) Penerapan inovasi cara tanam legowo oleh petani mulai

bekembang walaupun bervariasi antar kabupaten, seperti di Kabupaten Limapuluh Kota 20,0%,

Dharmasraya 40,0% dan di Pesisir Selatan 30,0%. Legowo diterapkan terutama pada kelompok

tani yang mendapat bantuan dari pemerintah. Kualitas tanam legowo rendah dan bervariasi

(6:1, 4:1, 2:1) antar petani dan antar kawasan, akibatnya manfaatnya belum terasa oleh

petani, terbukti tingkat keberlanjutannya rendah dengan berbagai alasan (repot, tambah tenaga

kerja dan peningkatan hasil tidak nyata). Tanpa disadari peningkatan hasil tidak nyata karena

luas garapan umumnya relatif sempit (<0,5ha/petani); (d) Jumlah alsintan terutama traktor

tangan relatif mencukupi dengan rasio luas tanam/traktor=32,0. Masalahnya distribusi tidak

merata antar kabupaten/kota. Manfaat fasilitasi traktor melalui kelompok sudah dimanfaatkan

oleh anggota, namun pengelolaan di kelompoktani kurang baik. Dari aspek teknis , ekonomis

dan sistem inevestasi berkelanjutan, kelompok tani belum menyisihkan sebagian sewa alat yang

diperhitungkan sebagai penyusutan agar pada saat umur ekonomis berakhir, kelompok bisa

membeli yang baru tanpa tergantung pada bantuan pemerintah; (e) Peningkatan luas tanam

dipengaruhi oleh ketersediaan air waku tanam dan kebiasaan petani jarak waktu antara panen

ke tanam berikutnya relatif lama. Pada sawah irigasi masa senggang antar MT 3-4 minggu dan

pada sawah tadah hujan 4 -16 minggu; (f) Asuransi pertanian tahun 2015/2016 merupakan

tahap pengenalan kepada masyarakat tani dengan sasaran utama adalah kelompok tani/petani

yang mendapat bantuan sarana/prasarana produksi dari pemerintah dalam kebijakan UPSUS;

(g) Luas tanam tahun 2016 turun 0,32% dibanding tahun 2015, luas panen tahun 2016 turun

0,85% dibanding tahun 2015, begitu juga rata-rata IP turun dari 216 tahun 2015 menjadi 215

tahun 2016; dan(h) Produksi tahun 2016 juga turun 0,86% karena luas panen turun 0,85%

Page 54: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

dibanding tahun 2015 dengan perkiraan produktifitas tetap (5,025 t/ha) seperti tahun

2015.Guna mendukung peningkatan produksi padi sawah, beberapa saran bagi pemangku

kepentingan: Paket I: (1) Perbaikan sistem dan distribusi pengadaan pupuk bersubsidi

memerlukan pengawalan yang ketat. Renana kebutuhan pupuk kelompok tani (RDKK) sesuai

anjuran setempat, agar diajukan oleh setiap kelompok dan memaqsukkan semua petani dan

luas sawah di wilayah kerja penyuluh (WKPP). Antisipasi lemah modal, agar semua kelompok

tani bmodal lain yang ada di Nagari/desa/kelurahan untuk mendapatkan pinjaman modal

usaha; (2) Perbaikan dan membangun jaringan irigasi terutama pada sawah tadah hujan seluas

44.426 ha dan wilayah dominan tadah hujan yaitu kabupaten Pesisir Selatan 9.397ha,

Limapuluh Kota 7.716 ha dan Sijunjung 4.035 ha. (3) Perlu ada aturan bagi kelompok tani

penerima bantuan fisik seperti traktor terutama pemeliharaan dan pengelolaan ke arah sistem

investasi berkelanjutan. Kelompok memperhitungkan nilai penyusutan alat dari sewa, guna

mendidik kelompok tani/petani mandiri tidak tergantung dari bantuan. Hal yang sama juga ada

aturan bagi petani pemakai air dalam kelembagaan P3A, terutama untuk pemeliharaan jaringan

irigasi desa. (4) Untuk keberlanjutan Jarwo, pelatihan tenaga tanam manual dan operator alat

tanam perlu ditingkatkan dengan pendampingan yang serius oleh PPL; (5) PPl perlu didorong

untuk mengembangkan inovasi teknologi utama (Jarwo, pupuk berimbang dan varietas unggul)

diikuti dengan target luas penerapan dan dijadikan sebagai indikator kinerja penyuluh. Paket II:

AUTP perlu dikembangkan dan pihak Jasindo memperkuat jejaring dengan penyuluh pertanian

lapangan dan PHP untuk meningkatkan sosialisasi guna memotivasi petani ikut sebagai peserta

AUTP mandiri dengan premi Rp. 180.000/ha/MT. Untuk mempermudah administrasi, jangka

waktu asuransi diperpanjang minimal 2 musim tanam (1 tahun) dengan besaran premi 2 kali

lipat dan klaim tetap per musim tanam, terutama bagi petani pada hamparan/kawasan beresiko

tinggi: (a) Sawah-sawah yang berada pada pinggiran kiri-kanan DAS, pengalaman petani

menunjukkan bahwa berpeluang terjadinya banjir. (b) Sawah-sawah endemik serangan hama-

hama tertentu seperti tikus, walang sangit dan wereng. (c) Wilayah/kawasan yang sering

terjadi kekeringan seperti: wilayah sawah tadah hujan, dan wilayah-wilayah dimana sesuai sifat

iklim di daerah tersebut pada bulan-bulan tertentu sering kekeringan, debit air sungai turun,

sumur kering sehingga meskipun ada jaringan irigasi, tetapi sumber air yang tidak mampu

mensuplai air, semuanya dianjurkan masuk asuransi.

Page 55: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Sasaran

5

Benih sumber padi, jagung dan kedelai

Benih sumber padi, jagung

dan kedelai

Target

49 ton

Realisasi

53,12 ton

%

108,41

1. Perbanyakan Benih Padi Dan Jagung

Realisasi produksi benih padi sawah TA 2016 mencapai 44.175 kg yang terdiri dari

kelas Benih Dasar (BD)9.885 kg, dan Benih Pokok(BP) 34.320 kg, capain produksi benih padi

tersebut lebih tinggi sebesar 5.175 kg atau 13,27% dari target output 39.000 kg. Sebanyak

42.975 kg dari produksi benih padi yang dihasilkan telah dikuasai oleh UPBS dengan kuantitas

kelas Benih Dasar9.885 kg masing-masing adalah varietas Inpari 21 Batipuah 4.400 kg dan

Batang Piaman 5.455 kg, serta Benih pokok sebanyak 33.120 kg masing-masing adalah

varietas Inpari 21 Batipuah 14.890 kg, Batang Piaman 12.180 kg, Junjuang2.850 kg dan

Saganggam Panuah 3.200 kg. Serta 1.200 kg masing-masing varietas Inpari 13 dan Inpari 30

sebanyak 600 kg dengan kelas Benih Pokok dihibahkan pada kelompok penangkar Benih Putri

Kembar di Nagari Padang Gelugur, Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman untuk diperbanyak

sehingga diperoleh benih sebar untuk dikembangan disekitar Kabupaten Pasaman dan

Pasaman Barat. Dari produksi benih padi 44.175 kg telah distribusi sebanyak 27.701 kg yang

terdiri dari 5.305 kg kelas BD dan 22.396 kg kelas BP dengan nilai PNBP sebesar Rp

184.072.000, sehingga stok benih sampai 31 Desember 2016 adalah 16.474 kg yang terdiri dari

4.556 kg kelas BD dan 11.924 kg kelas BP dan bila dinilai adalah sebesar Rp 163.778.000.

Produksi benih jagung yang telah dicapai yaitu 8.953 kg atau 89,53 % dari target ouput

MT 2016 dengan kelas Benih Dasar (BD)yang terdiri dari varietas Lamuru 2.640 kg dan

Sukmaraga 6.313 kg. Tidak terpenuhinya output sesuai dengan target hal ini disebabkan pada

stadia vegetatif tanaman terinfeksi penyakit bulai sehingga populasi tanaman berkurang. Dari

produksi benih jagung 8.953 kg telah didistibusikan sebanyak 235 kg dengan nilai PNBP adalah

Rp 3.262.000. Stok benih jagung yang ada sekarang adalah 8.718 kg dan bila dinilai adalah

sebesar Rp 122.052.000.

Page 56: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gabah dengan volume 5 kg disusun pada rak-rak

Gambar 7. Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP) dengan kantong ukuran 5

Kg

Sasaran

6

TSP (Taman Sains Pertanian)

TSP

Target

1 Prov

Realisasi

1 Prov

%

100

Page 57: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

9. Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains Pertanian (TSP)Lahan Kering

Dataran Tinggi Ikim Basah Sukarami Sumatera Barat

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015, Kementerian Pertanian

mendapat tugas untuk membangun lima (5) Taman Sains Pertanian (TSP) di areal Kebun

Percobaan milik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, salah satunya berlokasi di KP.

Sukarami BPTP Sumbar. TSP dilaksanakan pada lahan kering dataran tinggi iklim basah dengan

ketinggian 928 m dpl pada hamparan seluas lebih kurang 100 ha dengan tematik “Teknologi

Produksi Sayuran Organik Unggul”. Tujuan dari TSP Sukaram adalah: (a) Menginisiasi

pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana mendukung pelaksanaan kegiatan demplot

teknologi produksi sayuran organik unggul; (b) Menginisiasidemplot inovasi teknologi produksi

sayuran organik di lapangan; (c) Menginisiasi produksi pupuk organik dan bio-urin; (d)

Melaksanakan kegiatan diseminasi inovasi teknologi meliputi penulisan grand design, road map,

action plan, business plan, dan petunjuk teknis budidaya sayuran organik, sosialiasi, FGD

dengan stakeholder, serta melaksanakan pelatihan dan studi banding untuk budidaya sayuran

organik bagi pelaksana kegiatan penelitian, dan (e) Melaksanakan survei preferensi jenis

sayuran organik dan peluang pemasaran sayuran organik. Hasil penelitian menunukkan antara

lain: (1) Telah dilakukan pembangunan beberapa infrastruktur sarana dan prasarana

mendukung pembangunan dan pengembangan TSP Sukarami; (2) Telah dilakukan FGD,

sosialisasi dan penajaman kegiatan TSP Sukarami dengan Penanggung jawab dan tim teknis

kegiatan; (3) Telah dilakukan kegiatan diseminasi meliputi penyusunan dan perbanyakan grand

design, road map dan lainnya serta studi banding, pelatihan dan magang bagi pelaksana

kegiatan TSP Sukarami; (4) Telah dilakukan demplot budidaya sayuran organik di lapangan

dengan menerapkan model tumpangsari beberapa jenis sayuran seperti: wortel, bawang

merah, cabe, bawang daun, bayam, kangkung, caisin, selada, terung, tomat dan mentimun,

sebagian sayuran tersebut telah panen dan telah dipasarkan; (5) Pengolahan bio kompos dan

bio urin untuk media tanam budidaya sayuran organik juga telah dilakukan, dan (6) Survei

pasar sayuran organik menunjukkan bahwa terbuka peluang cukup besar untuk memasarkan

sayuran organik ke beberapa hotel berbintang dan rumah sakit di Padang dan Bukittinggi

dengan harga cukup kompetitif.

Page 58: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman
Page 59: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar bangunan fisik mendukung pelaksanaan kegiatan TSP Sukarami

Page 60: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar kegiatan pelaksanaan lapangan TSP Sukarami

Page 61: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar kegiatan refocusing kegiatan TSP Sukarami dan pelatihan teknologi budidaya sayuran organik

Sasaran

6

TTP (Taman Teknologi Pertanaian)

TTP

Target

1 Kab

Realisasi

1 Kab

%

100

8. Pembangunan dan Pengembangan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Guguak Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

Salah satu terobosan yang diperkirakan efektif adalah dengan membangun “Pusat

Pengembangan Informasi Inovasi dan Pemberdayaan Masyarakat”.Lembaga ini merupakan

penjabaran dari kegiatan pembangunan “Techno Park” yang dikemas oleh Kementerian Riset dan

Page 62: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Bappenas. Rencananya, dalam waktu dekat akan dibangun 100 Techno Park, termasuk Agro

Techno Park (Taman Teknologi Pertanian/TTP) diseluruh Indonesia. Salah satu TTP telah

dilaksanakan di Kabupaten Lima Puluh Kota.TTP dilaksanakan di desa, dikelola oleh masyarakat

desa (petani) dengan fasilitasi aparat pemerintah dan narasumber dari Balai Penelitian dan

Perguruan Tinggi serta swasta terkait. Lembaga ini harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang

dibutuhkan sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan. semua fasilitas tentu diadakan secara

bertahap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. Salah satu TTP dilaksanakan di Nagari

Sungai Talang Kecamatan Guguak Kabupaten Limapuluh Kota yang dilaksanakan mulai tahun

2015 sampai 2017.Komoditas utama yang dikembangkan adalah: kakao hulu hilir, produksi benih

jagung hibrida, sapi dan itik dengan pola keterpaduan antara komoditi. Tujuan dari TTP adalah:

(a) Membangun tambahan infrastruktur sarana dan prasarana mendukung pembangunan dan

pengembangan TTP Guguak; (b) Melaksanakan demplot inovasi teknologi komoditas unggulan;

(c) Melakukan pengembangan usahatani dan usaha produk olahan serta adopsi inovasi

teknologi komoditas unggulan mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan

masyarakat; (d) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan dan magang

imovasi teknologi komoditas unggulan, dan (e) Melakukan pembinaan aktifitas kelembagaan

mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ruang lingkup kegiatan sebagai berikut: FGD;

Pembangunan tambahan sarana dan prasarana serta peralatan yang dibutuhkan; Demplot

inovsi teknologi komoditas utama; Pengolahan produk olahan kakao; Peningkatan kualitas

sumberdaya manusia melalui pelatihan, magang dan penerbitan media cetak; Pembinaan

kelembagaan, dan Temu lapang. Haslil penelitian menunjukkan antara lain: (1) Kegiatan

tambahan sarana dan prasarana telah selesai dilaksanakan antara lain pemasukan Listrik PLN

dan tambahan sarana pendukung TTP lainnya telah selesai dilaksanakan; (2) Kegiatan FGD,

sosialisasi, pelatihan dan magang siswa SMK; (3) Kegiatan displai inovasi teknologi budidaya

kakao, jagung, itik dan sapi telah dilaksanakan pada lokasi displai ataupun pada lahan petani,

dimana dilakukan tumpangsari antara kakao dengan jahe; (4) Personil kelembagaan BUMNag

perlu diakukan reposisi kepengurusan untuk diharapkan kelembagaan tersebut bisa mandiri,

dan (5) Produk olahan kakao telah berjalan dan perlu dilakukan pengurusan PIRT dan BPOM

untuk dipasarkan.

Page 63: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar Bagunan fisik TTP Guguak tahun 2016

Page 64: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman
Page 65: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Gambar. Rangkaian kegiatan di TTP Guguak, keragaan kakao unggul BL-50 serta produk

olahan kakao dihasilkan oleh TTP Guguak

Sasaran

7

Dukungan manajen pengkajian dan percepatan

diseminasi inovasi teknologi pertanian

Target

8 kegiatan

Realisasi

8 kegiatan

%

100

1. Pengelolaan Kebun Percobaan Perbanyakan Tanaman Perkebunan, Pangan Dan

Hortikultura Di Kp Sitiung.

Dari pelaksanaan pembibitan batang bawah karet telah dilaksanakan dua tahap

pembibitan persemaian awal pendederan pada bulan Februari 2016 di rumah kawat sebanyak

5.000 biji yang berasal dari klon PB 260 dari Puslit Sungai Putih Medan dan telah berhasil

dipindahkan ke lapangan (pembibitan kedua) sebanyak 3.000 batang dan diharapkan

semuanya dapat diokulasi untuk dapat dijadikan bibit karet siap salur, dimana pertumbuhannya

Page 66: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

saat ini sangat baik dan telah mencapai tinggi rata-rata 322 cm dari permukaan tanah dan telah

memiliki lingkaran batang (untuk siap diokulasi) sekitar 5,6 cm.

Pertumbuhan duku unggul hasil penelitian DRN Balitbu Tropika Solok tahun 2011 yang

dikembangkan di KP Sitiung saat ini telah ditanam di lapangan sebanyak 400 batang dan telah

mempunyai ketinggian rata-rata 325,8 cm dengan diameter batang 20,8 cm.

Tanaman jeruk keprok tumbuh baik dan berkembang di KP Sitiung, yang saat ini telah

berumur 42 bulan dan rata-rata telah mencapai ketinggian 455 cm dari permukaan tanah

dengan lingkaran batang rata-rata 28,5 cm.

Pertumbuhan tanaman sawit TBM 1 lokasi integrasi sapi sawit di KP Sitiung saat ini

telah berumur 16 bulan. Pertumbuhan tanaman cukup baik dengan ketinggian rata-rata 230,6

cm dengan jumlah pelepah daun 27,8 helai/batang dan lingkaran pangkal batang bawah

(bonggol) sekitar 92,8 cm.

2. Pengelolaan Kebun Percobaan Rambatan

Kegiatan pengelolaan KPRambatan dengan penanaman dan pemeliharaan beberapa jenis

tanaman buah yaitu: Tanaman sirsak 525 batang,durian 2 batang,manggis 2 batang,jambu biji

15 batang, alpokat 20batang sudah di lakukan pemeliharaan dan pengendalian hama

penyakitnya, pada tahun 2016 ada penambahan tanaman buah yaitu: jagung manis, jeruk

gunung omeh 50 batang, buah naga 35 batang serta jeruk siam keprok 250 batang (revitalisasi

kebun).

3. Pengelolaan Kebun Percobaan Sukarami

Dari pelaksanaan kegiatan pemelihraan aset plasma nutfah (SDG) di KP. Sukarami tahun 2016

dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :

Bertambahnya koleksi SDG sebagai tempat pembelajaran bagi petani dan pengguna lainnya

secara berkesinambungan

Meningkatnya ketersediaan informasi inovasi teknologi tanaman buah-buahan, perkebunan,

tanaman pangan, hortikultura, tanaman hias,HMT dan ternak dalam bentuk percontohan di

lapangan kepada pengambil kebijakan, petani, pelaku agribisnis dan pengguna lainnya.

Meningkatnya hasil dari perbanyakan koleksi SDG yang mempunyai nilai jual sebagai

pendapatan kebun percobaan berupa PNBP, termasuk juga nilai jual dari limbah (produk

samping) berupa pupuk organik padat dan cair serta biogas.

Page 67: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Banyaknya gangguan dan ancaman terhadap aset SDG di KP. Sukarami menyebabkan

pemeliharaan belum bisa optimal.

IV. PENUTUP

Kegiatan penelitian, pengkajian dan diseminasi yang dilaksanakan pada tahun 2016 mendapat

dukungan pendanaan dari APBN. BPTP Balitbangtan Sumatera Barat pada tahun 2016 ini

mengacu kepada 14 program dalam Rencana Aksi BBP2TP. Program tersebut terdiri dari satu

program utama, yaitu: Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing, dengan sub

program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian dengan 14

kegiatan utama, yaitu: (1) Pengkajian teknologi unggulan spesifik lokasi; (2)Jumlah model

Pengembangan inovasi pertanian bio-industri spesifik lokasi; (3) Jumlah rekomendasi kebijakan

pembangan pertanian; (4) Jumlah teknologi yang didesiminasikan ke pengguna l;

(5)Pengembangan kerjasama nasional dan internasional dalam pengkajian dan pendayagunaan

inovasi pertanian; (6) Koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan

inovasi pertanian; (7) Penyediaan petunjuk pelaksanaan (juklak)/petunjuk teknis (juknis)

pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian; (8) Penguatan manajemen perencanaan dan

evaluasi kegiatan serta adminstrasi institusi; (9) Peningkatan kualitas manajemen institusi; (10)

Pengembangan kompetensi SDM; (11) Peningkatan pengelolaan Laboratorium; (12)

Peningkatan pengelolaan kebun percobaan; (13) Peningkatan penangkaran usaha pengelolaan

benih sumber; dan (14) Peningkatan pengelolaan website dan database.

Persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) masukan (input) Sumber Daya Manusia

(SDM) yang terlibat dalam kegiatan penelitian, pengkajian, diseminasi, dan kegiatan lain secara

keseluruhan adalah sebesar 102.71 %. Capaian tertinggi (133.33%) pada kegiatan

pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional, sedangkan realisasi keluaran

(output) dan hasil (outcomes) kurang dari target yang ditetapkan terjadi pada kegiatan

Produksi benih sumber (65,67%).. Hal ini disebabkan karena m asih ada beberapa kegiatan

yang belum panen karena ditanam ulang akibat tanaman pertama mengalami kekering.

Meskipun tidak mencapai realisasi 100%, persentase pencapaian rencana tingkat capaian

(target) realisasi keuangan termasuk relatif tinggi, yaitu mencapai (98,29 %).

Page 68: AAKKKUUNNNTTTAAABBBIIILLIITTTAAASSS N ...sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/Lakin2016Cover.-1.pdf · Badan Penelitian dan Pengembangan ... Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Tingginya capaian realisasi ini antara lain disebabkan bersinerginya peneliti, penyuluh, litkayasa,

dan staf administrasi/keuangan secara baik dan profesional sebagai penanggung jawab

kegiatan maupun sebagai anggota tim ataupun sebagai pelaksana administrasi/keuangan.

Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan oleh tim monev BPTP Sumatera

Barat secara berkala berupa monev ex-ante, on-going, dan ex-post juga merupakan salah satu

kunci tingginya capaian realisasi tersebut. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah

terintegrasinya beberapa kegiatan seperti pendampingan dan pengawalan program UPSUS,

(padi, jagung, dan ATP), PUAP, PSDS/K, dan Pengembangan Kawasan Hortikultura. Dukungan

yang cukup besar dari dinas/instansi terkait baik di pusat maupun di daerah juga merupakan

salah satu faktor penyebab keberhasilan capaian ini. Selain itu, besarnya perhatian dan

dukungan dari Kepala BPTP Balitbangtan Sumatera Barat dan unit kerja di lingkup BPTP

Balitbangtan Sumatera Barat kepada tim pelaksana kegiatan penelitian, pengkajian, dan

diseminasi mulai dari perencanaan kegiatan sampai pelaporan hasil kegiatan juga merupakan

faktor penting penyebab tingginya capaian ini. Kondisi yang kondusif ini perlu dipertahankan

dan ditingkatkan dimasa mendatang melalui konsistensi dalam menjalankan segala ketentuan,

komitmen, dan kebijakan yang telah disepakati bersama.