abortus jadi
Post on 23-Jul-2015
147 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan pasal 17 UU RI No 30 tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi kesehatan
anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan untuk peningkatan kesehatan anak dalam
kandungan (UU Kesehatan RI tahun 1992). Peningkatan kesehatan anak dalam kandungan untuk
memperoleh suatu kehamilan yang sehat sampai dengan lahirnya anak yang sehat tanpa ada
kelainan. Kesehatana
anak dalam kandungan dapat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : gizi, keadaan
ekonomi, status kesehatan ibu dan sosial budaya. Apabila factor-faktor tadi tidak diperhatikan
maka dapat menganggu pertumbuhan janin dan kesehatan ibu, misalnya berat badan lahir rendah,
kelainan congenital dan abortus yang dapat mengancam ibu. Abortus adalah merupakan keadaan
terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus, berat fetus
antara 400 –1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 29 minggu (Mochtar Rustam, 1998).
Abortus sangat mengancam jiwa ibu karena dapat mengakibatkan beberapa komplikasi antara lain
perdarahan, infeksi dan tetanus serta dapat pula terjadi syock.
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena banyak abortus yang tidak dilaporkan kecuali
terjadi komplikasi. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15 % (Wiknjosastro H,
1997), menurut Royston Erica, 1994 tingkat kematian ibu diperkirakan sekitar antara 450 per
100.000 kelahiran hidup, kematian maternal disebabkan oleh sepsis puerperalis, perdarahan,
gistosis toksemia gravidarum, perlukaan kelahiran serta angka kematian maternal karena trombo-
embolismus dan arena sebab-sebab di luar kehamilan seperti penyakit jantung. Dari pengertian
abortus diatas salah satu macam abortus adalah abortus iminens. Abortus immines yaitu
perdarahan per vagina pada kehamilan kurang dari 20 minggu tanpa ada dilatai servik yang
meningkat (Kapita Selekta Kedokteran, 1999).
1
Pada kasus abortus tidak menutup kemungkinan terjadinya perdarahan. Dengan adanya
perdarahan tersebut menyebabkan deficit volume cairan yang terjadi karena banyaknya
perdarahan itu sendiri. Selain itu penderita abortus imminens juga akan mengalami perubahan
aktivitas karena adanya perdarahan sehingga tubuh kekurangan cairan yang akan berakibat pada
kelemahan fisik dan akhirnya terjadi gangguan pola aktifitas. Dari masalah diatas maka peran
perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan. Dari fenomena-fenomena diatas
maka penulis tertarik membuat makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Abortus Imminens ”.
A. Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut;
1. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai abortus imminens.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah pengalaman dalam menghadapi
masalah serta cara penyelesaian dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan abortus imminens
3. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dengan kenyataan dalam memberikan asuhan
keperawatan abortus imminens.
B. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk menyusun makalah ini adalah metode
deskriptif, yaitu pengumpulan data berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh pada waktu aktifitas
dilakukan. Adapun tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah;
1. Study Kepustakaan Yaitu dengan mencari data-data mengenai abortus imminens
yang diperoleh dari buku-buku cetak, diktat, dan catatan kuliah. Observasi Partisipasi
Aktif Ikut mengadakan pengamatan langsung kepada pasien serta memberikan askep
selama pasien berada dirumah sakit.
2. Tehnik Wawancara Mengadakan Tanya jawab dengan dokter dan perawat ruangan,
pasien sendiri serta keluarga mengenai penyebab terjadinya abortus imminens serta
hal-hal yang berhubungan dengan abortus tersebut.
2
3. Study dokumentasi Dengan mempelejari catatan medik dan perawatan serta hasil
pemeriksaan lain mengenai permasalahan klien.
D. Sistematika Penulisan
Susunan makalah ini dijabarkan secara sistematika menjadi beberapa bab dan sub bab yaitu;
Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan
serta sistematika penulisan.
Bab II : Konsep dasar teori yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi,
patofisiologi, pathways, masalah keperawatan dan focus intervensi abortus imminens.
Bab III : Tinjauan kasus yang menguraikan data pasien, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
Bab IV : Pembahasan kasus dengan membandingkan antara teori dan kenyataan yang
dihadapi.
Bab V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer Arif, 1999)
Abortus imminens adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama
kehamilan. (Williams Obstetri,1995)
Abortus imminens adalah keadaan dimana perdarahan berasal dari intra uteri yang timbul
sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu, dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa hasil
pengeluaran hasil konsepsi dan tanpa dilatasi serviks. (Ben-zion Taber, 1992)
Abortus imminens adalah keguguran yang membakat dan akan terjadi keluarnya fetus yang maih
dapat dicegah. (Mochtar Rustam, 1998)
Abortus dapat dibagi atas dua golongan;
1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Abortus ini dapat dibagi menjadi;
a. Abortus imminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi, keluarnya fetus masih dapat
dicegah.
b. Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan
ketuban sudah teraba. Kehamilan sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
c. Abortus inkompletus adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang
tertinggal adalah desidua dan plasenta.
d. Abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga
rongga rahim kosong
4
e. Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim
dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
f. Abortus habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut
3 kali atau lebih.
2. Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja baik dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat.
a. Abortus medisinalis (abortus therapeutika) adalah abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan aindikasi
medis)
b. Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
(Mochtar Rustam, 1998)
B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:
a. Kelainan kromosom
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus obat-obatan, tembakau dan alkohol.
2. Kelainan pada plasenta.
3. Faktor maternal
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi servik (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
(Mansjoer Arief, 1999)
5
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari abortus imminens adalah:
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20minggu
2. Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih berada
dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.
3. Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
4. Uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, tes kehamilan
positif.
5. Perdarahan implitasi biasanya sedikit warnanya merah dan cepat berhenti dan tidak
disertai mules-mules. (Wiknjosastro, 1997)
D. Komplikasi
Adapun komplikasi dari abortus adalah
1. Perdarahan
Apabila perdarahan dari jalan lahir tidak segera diatasi atau pertolongan tidak diberikan tepat pada
waktunya maka akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
2. Syock
Berkurangnya volume darah yang disebabkan oleh adanya perdarahan
3. Infeksi
Hal ini seharusnya jarang terjadi jika memakai tehnik asepsis dengan cermat.
E. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan abortus imminens dipakai cara konservatif, meliputi:
1. Istirahat baring
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.
2. Coitus dilarang selama 2 minggu setelah perdarahan berhenti
3. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. Berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
4. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
6
5. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas dan tiap empat
jam bila pasien panas.
6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
7. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan
USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
(Mansjoer Arif, 1999)
F. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus, kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, Villi korialis belum menembus desidua secara dalam. Jadi
hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan
sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dulu dari pada plasenta.
Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus papi raseus.
Pada abortus imminens peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis
abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya
kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat
terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadipembuahan. Hal
ini disebaban oleh penembusan villi korialis kedalam desidua, pada saat implantasi ovum.
Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah dan cepat berhenti mules-mules.
7
G. Diagnosa Keperawatan
Dari alur masalah yang tertulis diatas maka dapat ditemukan masalah keperawatan diantaranya.
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2. Resiko kehilangan berhubungan dengan ancaman abortus.
3. Cemas berhubungan dengan ancaman abortus.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan otot ektremitas sekunder terhadap
bedrest.
H. Fokus intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
Tujuan: Nyeri berkurang/ hilang setelah dilaksanakan tindakan keperawatan
Kriteria:
- Nyeri daerah perut hilang atau berkurang
- Ekspresi wajah tenang, tanda-tanda vital dalam batas normal TD: 120/80 N: 84 S: 37 RR: 20
Intervensi:
a) Kaji Nyeri, Karakteristik, kualitas, frekuensi, lokasi dan intensitasnya.
b) Monitor tanda-tanda vital
c) Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
d) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan atur posisi yang nyaman.
e) Berikan informasi penyebab terhadap rasa nyeri
2. Resiko kehilangan berhubungan dengan ancaman abortus
Tujuan: Mengenal tanda ancaman aborsi
Kriteria:
-Kehilangan tidak terjadi
- Perdarahan pervagina tidak ada
intervensi:
a) Awasi Perdarahan pervagina
8
b) Berikan informasi yang jelas tentang abortus
c) Berikan lingkungan yang terbuka untuk diskusi pada pasien dan keluarga tentang
penerimaan kehilangan tanda kehamilan.
d) Kaji tanda emosional pasien
e) Terima respon pasien terhadap kehilangan dengan tenang dan tidak menghakimi
f) Kolaborasi untuk pemeriksaan USG.
3. Cemas berhubungan dengan hasil. kehamilan dan ketidak pastian untuk kehamilan
mendatang Tujuan: Meminimalkan kecemasan
Kriteria:
- Pasien mau mengungkapkan perasaannya.
- Pasien tidak gelisah
Intervensi:
a) Kaji tingkat kecemasan pasien
b) Dorong pasien untuk mengungkapkan tentang kehilangan janinnya.
c) Sediakan lingkungan yang kondusif tempat pasien sehingga dapat merasa aman untuk
mengungkapkan perasaannya.
d) Jaga frekuensi kontak dengan pasien sebagai bentuk kepedulian
e) Tingkat dukungan terhadap keluarga.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan: memperhatikan normalitas volume darah
Kriteria:
- Tanda-tanda vital normal
-Turgor kulit normal, membran mukosa lembab
Intervensi:
a) Monitor tanda-tanda vital dan kondisi pasien
b) Kaji perdarahan pasien tiap jam, catat warna perdarahan, jumlah pembalut yang digunakan
c) Monitor input dan output cairan
d) Monitor nilai Hb, Ht dan trombosit
e) Kolaborasi pemberian anti koagulan
9
hubungan seksual yang berlebihan ,trauma.
Kelainan ovumGangguan sirkulasi plasentakelainan pada ibu
Kelainan kromosom, lingkungan, teratogenik, kongenital, penyakit pada ibu
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan otot ekstremitas sekunder terhadap
bedrest. Tujuan: Kebutuhan aktivitas terpenuhi
Kriteria:
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain
- Pasien dapat melakukan perawatan diri tanpa dibantu
Intervensi:
a) Anjurkan klien mengikuti aktiftias dengan istirahat yang cukup
b) Anjurkan isitrahat yang adekuat dan penggunaan posisi miring kanan dan miring kiri.
c) Anjurkan klien memodifikasi dan menghilangkan segala jenis aktifitas dan ajarkan
aktifitas di tempat tidur.
d) Tekankan pentingnya aktifitas hiburan yang tenang.
e) Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi/komplit sesuai indikasi
(Doengoes, 2001)
WOC ABORTUS
10
BAB 3
ANALISA KASUS
3.1 Kasus
Ny. R usia 20 tahun, sudah menikah dan hamil pertama usia 20 minggu. Beberapa hari lalu Ny.
R merasa kram di perut, nyeri dan tiba-tiba mengalami perdarahan kemudian Tn. R melarikan
Ny. R ke RSCM. Sesampainya di RS, diagnosa Ny. R adalah abortus. Anamnesa Ny. R
menunjukkan suhu 39o, tekanan darah 60/40 mmHg, Nadi 50x/menit dan lemah, Ny. R juga
11
mengalami syok, dengan akral dingin, CRT > 2 detik. Dari hasil laboratorium diketahui kadar
Hb 5 gr/dL, leukosit 15.000.
3.2. Analisis Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 S : -
O :
- suhu 39o, hb 5 gr/dl
- Px mengeluarkan
banyak darah
- Darah yang keluar + 1
liter
Perdarahan
hipovolemik
syok
Resiko syok
hemorrhagic
2 S : px merasa lemas
O :
- nadi lemah (50 x/menit),
pasien terlihat pucat
Perdarahan
Anemia
Kelemahan
Gangguan aktivitas
Gangguan aktivitas
3 S : px mengeluh nyeri di
perut
Px merintih kesaki
O :
P= aborsi
Q= severe pain
R= abdomen
S=(skala ± 8)
Keguguran janin
Rangsangan pada uterus
Prostaglandin
Dilatasi serviks
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
12
T=current Nyeri
4 S : -
O : leukosit 15.000,
Suhu 39oC
Keguguran janin
Lepasnya buah kehamilan
dari implantasinya
Terputusnya pembuluh darah
ibu
Perdarahan
Resiko terjadi infeksi
Resiko Tinggi
infeksi
5 S : px mengatakan
ketakutan tidak bias
memberi keturunan
O : px. Terlihat gelisah,
akral dingin
Keguguran janin
Terganggunya psikologis ibu
Kecemasan
Cemas
3.3. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Abortus Immitens
3.3.1. Pemonitoran
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu hamil pada usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya.
Pendidikan dan pekerjaan yang semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.
b. Keluhan utama
13
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada umumnya adalah
rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi
yang terjadi.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik),
riwayat pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami(misal :
hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian
obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas sehari – hari.
3.3.2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
- RR= 18 x/menit
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
b. B2 (Blood)
- Tekanan darah : 60/40 mmHg
- Nadi : 50x/menit
- Suhu : 39o C
- Hb : 5 gr/Dl
- Leukosit : 15.000
- Golongan darah : A
- Akral dingin
- CRT > 2 detik
c. B3 (Brain)
- Stupor, tidak mengalami gangguan tidur
d. B4 (Bladder) : -
e. B5 (Bowel)
- Nyeri di daerah perut
- Penurunan nafsu makan
- Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat
f. B6 (Bone)
14
- Turgor kulit baik
- Pergerakan dalam batas normal
g. Psikologis
- Ansietas
h. Sosial
Hubungan dengan suami dan keluarga : baik
3.3.3. Pemeriksaan laboratorium
a. darah : leukosit naik15.000
Hb : 5 gr/dL
3.3.4. Diagnosa keperawatan
a. Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan
b. Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
d. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
e. Cemas b.d kurang pengetahuan
3.3.5. Rencana asuhan keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko syok
hemorrhagic
b.d Perdarahan
Tidak
terjadi
devisit
volume
cairan,
seimbang
antara
Mandiri :
1. Cek Airway,
Breathing, and
Circulation
2.Penderita
dibaringkan dalam
posisi trendelenburg,
1. Sebagai pertolongan
pertama pada keadaan syok
2. Mencegah gangguan
perfusi serebral dan untuk
auto transfusi
15
intake dan
output baik
jumlah
maupun
kualitas
yaitu posisi telentang
biasa dengan kaki
sedikit tinggi 30
derajat
3.. Monitor kondisi
TTV tiap 2 jam
4. Monitor input dan
output cairan
Kolaborasi :
1. Berikan sejumlah
cairan pengganti
harian(NaCl 0.9%,
RL, Dekstran),
plasma dan transfusi
darah
2. Evaluasi status
hemodinamika
3. Setelah kebebasan
3. Pengeluaran cairan
pervaginal sebagai akibat
abortus memiliki karekteristik
bervariasi
4. Jumlah cairan ditentukan
dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal
1. Tranfusi mungkin
diperlukan pada kondisi
perdarahan massif
2. Penilaian dapat dilakukan
secara harian melalui
pemeriksaan fisik
3. untuk mencegah atau
menanggulangi asidosis
16
jalan nafas terjamin
untuk meningkatkan
oksigenasi dapat
diberi oksigen 100%
kira- kira 5 liter pm
melalui jalan nafas
dan bila perlu
penderita diberi
cairan bikarbonat
natricus
2 Gangguan
Aktivitas b.d
kelemahan,
penurunan
sirkulasi
Klien dapat
melakukan
aktivitas
tanpa
adanya
komplikasi
Mandiri :
1. pantau tingkat
kemampuan klien
untuk beraktivitas
2. Monitor pengaruh
aktivitas terhadap
kondisi
uterus/kandungan
3. Bantu klien untuk
memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari
1. Mungkin klien tidak
mengalami perubahan berarti,
tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah
kondisi klien lebih buruk.
2. Aktivitas merangsang
peningkatan vaskularisasi dan
pulsasi organ reproduksi
3. Mengistiratkan klilen
secara optimal
4. Mengoptimalkan
kondisi klien, pada abortus
imminens, istirahat mutlak
sangat diperlukan
5. Menilai kondisi umum
klien
17
4. Bantu klien untuk
melakukan tindakan
sesuai dengan
kemampuan / kondisi
klien
5. Evaluasi
perkembangan
kemampuan klien
melakukan aktivitas
3 Gangguan rasa
nyaman :
Nyeri b.d
Kerusakan
jaringan
intrauteri
Klien dapat
beradaptasi
dengan
nyeri yang
dialami
Mandiri :
1. Monitor kondisi
nyeri yang dialami
klien
Edukasi:
1. Terangkan nyeri
yang diderita klien
dan penyebabnya
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian analgetika
1.Pengukuran nilai ambang
nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun deskripsi
1. Meningkatkan koping klien
dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
1. Mengurangi onset
terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian
analgetika oral maupun
sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
4 Resiko tinggi
Infeksi b.d
perdarahan,
kondisi vulva
lembab
Tidak
terjadi
infeksi
selama
perawatan
Mandiri :
1. Monitor kondisi
keluaran/dischart
yang keluar; jumlah,
warna, dan bau
1. Perubahan yang terjadi
pada dishart dimonitor setiap
saat dischart keluar. Adanya
warna yang lebih gelap
disertai bau tidak enak
18
perdarahan 2. Lakukan
perawatan vulva
Edukasi:
1. 1. Terangkan
pada klien pentingnya
perawatan vulva
selama masa
perdarahan
2. 2. Terangkan
pada klien cara
mengidentifikasi
tanda infeksi
3. 3. Anjurkan
pada suami untuk
tidak melakukan
hubungan senggama
selama masa
perdarahan
mungkin merupakan tanda
infeksi
2. Inkubasi kuman pada
area genital yang relatif cepat
dapat menyebabkan infeksi
1. Infeksi dapat timbul akibat
kurangnya kebersihan genital
2. Berbagai manivestasi
klinik dapat menjadi tanda
nonspesifik infeksi; demam
dan peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakan gejala
infeksi
3. 3. Pengertian pada
keluarga sangat penting
artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi
perdarahan dapat
memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi
pada pasanganyang lebih luar
1. Berbagai kuman dapat
teridentifikasi melalui dischart
19
Kolaborasi:
1. Lakukan
pemeriksaan biakan
pada dischart
5 Cemas b.d
kurang
pengetahuan
Tidak
terjadi
kecemasan,
pengetahuan
klien dan
keluarga
terhadap
penyakit
meningkat
Mandiri :
1. Monitor
tingkat pengetahuan/
persepsi klien dan
keluarga terhadap
penyakit.
2. Monitor
derajat kecemasan
yang dialami klien.
3. Bantu klien
mengidentifikasi
penyebab kecemasan
4. Asistensi
klien menentukan
tujuan perawatan
1.Ketidaktahuan dapat
menjadi dasar peningkatan
rasa cemas
1. Kecemasan yang
tinggi dapat menyebabkan
penurunan penialaian objektif
klien tentang penyakit.
2. Kelibatan klien secara
aktif dalam tindakan
keperawatan merupakan
support yang mungkin
berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri
klien.
3. Peningkatan nilai
objektif terhadap masalah
berkontibusi menurunkan
kecemasan.
1. Konseling bagi klien sangat
diperlukan bagi klien untuk
meningkatkan pengetahuan
dan membangun support
system keluarga; untuk
mengurangi kecemasan klien
20
bersama.
Edukasi :
1. Terangkan hal-hal
seputar aborsi yang
perlu diketahui oleh
klien dan keluarga
dan keluarga
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus Teori
- usia kehamilan yang kurang dari 20
minggu
- adanya perdarahan selama beberapa
hari
- Darah yang keluar + 1 liter
- nyeri berat pada perut.
- kram di perut
- suhu 39o, tekanan darah 60/40 mmHg,
Nadi 50x/menit dan lemah
- Terlambat haid atau amenore kurang
dari 20minggu
- Perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih
berada dalam uterus, tanpa adanya dilatasi
serviks.
- Perdarahan melalui ostium uteri
eksternum
- Uterus membesar sebesar tuanya
22
- Ny. R juga mengalami syok, dengan
akral dingin, CRT > 2 detik. Dari hasil
laboratorium diketahui kadar Hb 5 gr/dL,
leukosit 15.000.
kehamilan, serviks belum membuka, tes
kehamilan positif.
- Perdarahan implitasi biasanya sedikit
warnanya merah dan cepat berhenti dan tidak
disertai mules-mules.
Diagnosa Keperawatan kasus Diagnosa Keperawatan teori
- Resiko syok hemorrhagic b.d
perdarahan
- Gangguan aktivitas b.d
kelemahan, penurunan sirkulasi
- Gangguan rasa nyaman : nyeri
b.d kerusakan jaringan intrauteri
- Resiko tinggi infeksi b.d
perdarahan, kondisi vulva lembab
- Cemas b.d kurang pengetahuan
- Nyeri berhubungan dengan kontraksi
uterus
- Resiko kehilangan berhubungan dengan
ancaman abortus.
- Cemas berhubungan dengan ancaman
abortus.
- Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan
- Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan penurunan otot ektremitas sekunder
terhadap bedrest
Pada kasus Ny. R dapat digolongkan pada abortus imitens. Hal ini dapat dilihat dari Ny. R
berusia 20 tahun tergolong dalam perempuan yang masih muda dalam suatu kehidupan rumah
tangga. Setelah mengalami pemeriksaan yang lebih spesifik pada Ny. R di dapatkan data-data
obyektif berupa suhu tubuh diatas normal sebesar 39o, jumlah leukosit lebih dari 10.000,
hipotensi, dan nadi 50x/menit menunjukkan salah satu permasalahan Ny. R yaitu infeksi.
Permasalahan lainnya yaitu syok hipovolemik. Data yang mendukung permasalahan ini adalah
akral Ny. R dingin, CRT > 2 detik dan juga perdarahan yang dialami oleh Ny. R yang tidak
kunjung berhenti menyebabkan kadar Hb turun dari normal sebesar 8 gr/dL. Selain itu, keadaan
Ny. R juga kemungkinan besar mengalami kelemahan secara fisik karena jumlah darah yang
23
keluar dari tubuh sangat banyak. Kondisi ini akan membatasi aktivitas Ny. R. Secara psikologis
Ny. R juga beresiko mengalami anxietas, disebabkan keguguran dari kehamilan pertamanya.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan masalah keperawatan yang diperoleh dari kasus
Ny. R antara lain : devisit volume cairan, gangguan aktivitas, gangguan rasa nyaman atau nyeri,
resiko tinggi infeksi, dan cemas.
24
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang kami temukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:
1) Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum), terutama pada
trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung mengalami
gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan
sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan bayinya
dapat dipertahankan.
2) Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara
komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan spiritual karena kenyamanan
psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandungnya.
3) Dalam masa kehamilan sebaiknya Ibu selalu melakukan konsultasi kepada dokter
kandungan terkait dengan perkembangan janin dan nutrisi serta aktifitas yang boleh dan tidak
boleh dilakukan selama masa kehamilan. Hal ini bisa mengurangi terjadinya abortus.
3.2 Saran
1) Sebagai seorang perawat hendaknya memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan
benar sesuai dengan konsep teori keperawatan.
2) Penuhi asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan pada masa kehamilan karena nutrisi
berperan penting dalm pembentukan dan perkembangan janin.
3) Berikan edukasi yang benar tentang abortus kepada masyarakat, sehingga bisa
memperkecil angka terjadinya abortus.
25
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta :
EGC
Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC: Jakarta.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius : Jakarta.
Marylin E. D. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Tridasa Printer : Jakarta
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Volume 2. Jakarta ; EGC.
Normahendi, W.A. 2007. Abortus. http://fkuii.org/tiki download_wiki_attachment.php?
attId=964&page=Wulan%20Asih%20Normahendri. 23 September 2009 pada pukul 14.27
-------.2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien Abortus. http://mediadankomputer.co.cc//?p=424
23 September 2009 pada pukul 14.30
26
top related