analisis perbandingan prestasi perusahaan … · dua data tidak berpasangan (uji t), (4)...
Post on 28-May-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN PRESTASI
PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH
KRISIS MONETER
“Studi kasus pada P.T. Gudang Garam Tbk”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
AGUS HARIYANTO
NIM : 022214038
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
ANALISIS PERBANDINGAN PRESTASI
PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH
KRISIS MONETER
“Studi kasus pada P.T. Gudang Garam Tbk”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
AGUS HARIYANTO
NIM : 022214038
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
i
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk : 1. Tuhan Yesus yang selalu mengasihiku tanpa syarat
2. Bapak Ibu ku yang dengan sangat sabar selalu mendukungku dengan doa dan
nasehat
3. Adik Wahyuni Hariyanto, You are my inspiration
4. Om Rusmaji dan Om Rusdiyanto yang selalu mejagaku
5. Suci Sukmawati ku yang selalu memberi dorongan dan semangat untuk segera
lulus kuliah
6. Teman-temanku Whelly W, Agustinus E, Anton D, Anton S, Johan, Erik K,
Heribertus E, Ika-Ikun, Ditya K, Windi, Febri T, Lusi, mbak Susan, Arum,
Agus dan semua teman-teman yang lain yang telah memberi banyak andil
dalam proses pengerjaan skripsi ini
iv
MOTTO
“ Tuhan Engkaulah gembalaku “
v
ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN PRESTASI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER
STUDI KASUS PADA P.T. GUDANG GARAM TBK,
AGUS HARIYANTO 022214038
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kondisi
keuangan PT Gudang Garam Tbk sebelum dan sesudah krisis moneter tahun
1998. Penelitian yang dilakukan adalah studi kasus pada PT Gudang Garam Tbk.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Teknik analisis
yang digunakan adalah : (1) menghitung rasio rasio-rasio keuangan perusahaan
terhadap laporan keuangan PT Gudang Garam Tbk, (2) menganalisis
perkembangan nilai-nilai rasio, (3) menguji dengan alat uji statistik beda rata-rata
dua data tidak berpasangan (Uji T), (4) menganalisis perbedaan yang ada dari
hasil uji statistik.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diketahui bahwa :
ditemukan adanya lonjakan atau perubahan naik turunnya nilai rasio-rasio
keuangan yang dapat dilihat dari tabel-tabel dan grafik-grafik hasil penghitungan
rasio keuangan terutama pada tahun 1999 dan 2000.
Kemudian di uji dengan uji statistik uji beda dua mean di ketemukan
bahwa 14 rasio dari 18 rasio yang di uji menunjukkan tidak ada perbedaan yang
siknifikan, dan 4 rasio diantaranya menunjukkan ada perbedaan yang siknifikan
pada paska krisis moneter tahun 1998, yaitu Debt to Asset ratio, Debt to Equity
ratio, Equity multiplier, dan Earning per Share.
viii
ABSTRACT
THE COMPARISON OF FINANCIAL PERFORMANCE BEFORE AND AFTER INDONESIAN MONETARY CRISIS.
A case Study at P.T. Gudang Garam Tbk
AGUS HARIYANTO
022214038
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
The research aimed to identity the differences of “P.T. Gudang Garam Tbk”
financial performance, before and after the monetary crisis in 1998 based on
Company’s Financial Report. Analytical technique applied were as follows : (1)
Calculates company's finance ratios from the financial statements “P.T. Gudang
Garam Tbk”, (2) analyses development of ratio values, (3) statistical tests in two
independent sample (T-Test), (4) analyse the difference from statistic test result.
The result of the research indicated that 14 out of 18 ratio had no difference
before and after the Indonesian monetary crisis, and the other 4 ratios had
significant differences before and after the Indonesian monetary crisis, Those 4
ratios were Debt to Asset ratio, Debt to Equity ratio, Equity multiplier, and
Earning per Share.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas segala berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ANALISIS
PERBANDINGAN PRESTASI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH
KRISIS MONETER”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari pihak lain, oleh karena itu dengan
ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma
2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., MBA. selaku Ketua Program Studi
Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Diah Utari, BR., M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar
telah berkenan memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan dari awal
sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Aloysius Triwanggono, M.S selaku Dosen Pembimbing I yang
dengan sabar telah berkenan memberikan pengarahan, bimbingan dan
masukan sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Gregorius Hendra Poerwanto M.Si., selaku dosen yang telah
berkenan untuk sering meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan penulis
x
6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
yang telah memberikan banyak hal yang sangat berharga kepada penulis.
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah banyak memberikan dukungan baik moral
maupun spiritual dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas doa,
perhatian dan cinta yang tak pernah berhenti aku terima. Dukunganmu adalah
motivasi terbesarku untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman di kampus yang masih kuliah atau pun yang sudah lulus, yang
selalu memberi semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Yogyakarta, Maret 2009
Penulis
Agus Hariyanto
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………..…………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …….………………………………..……. iv
MOTTO ……………………………………………………………………. v
PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………………….. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN ……………………………………….. vii
ABSTRAK ……………………………………………………………….. viii
ABSTRACT ……………………………………………………………….. ix
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xvi
DAFTAR KURVA ……………………………………………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………….. 4
1.3. Batasan Masalah …………………………………………………….. 4
1.4. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 4
1.5. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 4
1.6. Sistematika Penulisan …………………………………………………. 5
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………. 6
2.1. Laporan Keuangan …………………………………………………… 6
2.1.1. Pengertian …………………………..……………………………. 6
2.1.2. Sifat Laporan Keuangan …………….…………………………….. 6
2.1.3. Komponen Laporan Keuangan …….……………………………… 8
2.1.3.1. Neraca atau balance sheet …………………..……….………. 9
xii
2.1.3.2. Laporan rugi laba atau incame statement ………...…………. 10
2.1.3.3. Laporan arus kas atau cash flow …………..……..………….. 10
2.1.3.4. Laporan perubahan ekuitas ………………….……………….. 10
2.1.4. Tujuan laporan keuangan …………………….………..………….. 11
2.1.5. Karakteristik kualitatif laporan keuangan ………….……………... 11
2.1.6. Pemakai laporan keuangan …………………….…………………. 12
2.1.7. Keterbatasan Laporan Keuangan …………….….……..………….. 13
2.2. Prestasi Perusahaan ……………………………………………………. 15
2.2.1. Pengertian ………………………………………………………… 15
2.2.2. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan ………………………….. 16
2.2.3. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan ………….…………………… 17
2.3. Analisis Laporan Keuangan …………………………………………… 18
2.3.1. Pengertian ………………………………….……………………… 18
2.3.2. Metode dan Teknik Analisis Keuangan ……….…………………. 19
2.3.2.1. Prosedur Analisis ………………….…………………………. 19
2.3.2.2. Metode Analisis ……………………..…..…………………… 19
2.3.2.3. Teknik Analisis …………………….…………………………. 20
2.3.2.4. Analisis Rasio Keuangan …………………..…………………. 22
2.3.3 Rasio-rasio Likuiditas …………………………………………… 23
2.3.3.1. Rasio-rasio Solvabilitas atau Daya Ungkit ……………….…. 24
2.3.3.2. Rasio-rasio Profitabilitas ………………..…………..……… 26
2.3.3.3. Rasio-rasio Aktivitas ……………………..………..……….. 29
2.4. Rewiev Penelitian Terdahulu …………………………….……….……. 31
2.5. Hipotesis ………………………………………………………………. 31
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………….. 32
3.1. Jenis Penelitian ……………………………………………………….. 32
3.2. Lokasi dan waktu penelitian ………………………………………… 32
3.3. Subyek dan obyek penelitian ……………………………………….. 32
3.4. Variabel penelitian dan pengukuran …………………………………. 32
3.5. Jenis dan sumber data ………………………………………………… 33
3.6. Teknik pengumpulan data …………………………………………….. 34
xiii
3.7. Populasi dan Sampel ……………………………………………… 34
3.8. Metode dan Teknik analisis data ………………………………………. 38
3.8.1. Metode analisis ………………….…..……………..……………… 35
3.8.2. Teknik analisis …………….………………..…….………………. 35
3.8.2.1.Analisis Rasio …………………………..…………………….. 35
3.8.2.2. Uji Statistik ………………….……………………………… 37
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN …………………….. 39
4.1. Riwayat singkat perseroan ………………..…………….……………. 39
4.2. Produksi ………………………………..………………..…………… 41
4.2.1. Bahan-bahan Produksi ……………….………….…..…………… 41
4.2.1.1. Tembakau …………….………….……………..…………… 41
4.2.1.2. Cengkeh ………………………..……………………………. 41
4.2.1.3. Saus dan bahan-bahan pembantu lainnya …….…………….. 42
4.2.2. Proses Produksi …………….………………………..……………. 42
4.2.2.1. Pra produksi ………………………..………………………. 42
4.2.2.2. Produksi …………………………..………………………… 42
4.2.2.3. Pengepakan ………………………..………………………… 43
4.2.3. Detail Produk ……………………………..………..…………….. 43
4.3. Pemasaran …………………………………….……..…..……………. 46
4.4. Data pokok keuangan ………………………….……………………… 46
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……………………… 49
5.1. Analisis Rasio …………………………………………………………. 50
5.1.1. Rasio Likuiditas ……………………..……………………………. 50
5.1.2. Rasio Solvabilitas ………………………………………………… 55
5.1.3. Rasio Profitabilitas ……………….……………………………….. 60
5.1.4. Rasio Aktivitas …………………..…….………………………….. 71
5.2. Analisis Uji Beda ……………………………………………………… 78
5.2.1. Rasio Likuiditas ……………………..……………………………. 79
5.2.2. Rasio Solvabilitas ………………………………………………… 82
5.2.3. Rasio Profitabilitas …………………….………………………….. 85
xiv
5.2.4. Rasio Aktivitas ……………………………..…………………….. 89
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN …………… 94
6.1. Kesimpulan …………………………….……………………………… 94
6.2. Keterbatasan …………………………………………………………. 95
6.3. Saran …………………………………………………………………… 96
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 97
LAMPIRAN
xv
Daftar Tabel Tabel V.1. Penghitungan Current Ratio ………………………………………. 50
Tabel V.2. Penghitungan Quick Test Ratio ………………….……………….. 51
Tabel V.3. Penghitungan Net Working Capital ……………….……………… 53
Tabel V.4. Penghitungan Debt to Assets Rratio……………………..…………….. 55
Tabel V.5. Penghitungan Debt to Equity Ratio ………………….……………. 56
Tabel V.6. Penghitungan Equity Multiplier ……………………..………… 58
Tabel V.7. Penghitungan Interest Coverage ……………………..……….. 59
Tabel V.8. Penghitungan Gross Profit Margin …………………….……… 60
Tabel V.9. Penghitungan Net Profit Margin ……………………………… 62
Tabel V.10. Penghitungan Return on Asset ……………………………… 63
Tabel V.11. Penghitungan Return on Equity ……………..……….……… 65
Tabel V.12. Penghitungan Earning per Share ………………….………… 66
Tabel V.13. Penghitungan Payout Ratio ………………………..………… 68
Tabel V.14. Penghitungan Retention Ratio …………………….………… 69
Tabel V.15. Penghitungan Rata-rata Umur piutang ……………………… 71
Tabel V.16. Penghitungan Inventory Turn Over ………………………… 72
Tabel V.17. Penghitungan Lama persediaan Mengendap ……………… 74
Tabel V.18. Penghitungan Total Assets Turn Over ………….…………… 75
Tabel V.19. Tabel Rekapitulasi Nilai Rasio Keuangan ………………… 77
Tabel V.20. Penghitungan Uji Beda pada Current Ratio ……………..…. 79
Tabel V.21. Penghitungan Uji Beda pada Quick Test Ratio ………….….. 80
Tabel V.22. Penghitungan Uji Beda pada Net Working Capital ………..… 81
Tabel V.23. Penghitungan Uji Beda pada Debt to Aset Ratio …………..….. 82
Tabel V.24. Penghitungan Uji Beda pada Debt to Equity Ratio …………. 82
Tabel V.25. Penghitungan Uji Beda pada Equity Multiplier ………….… 83
Tabel V.26. Penghitungan Uji Beda pada Interest Coverage ………..….. 84
Tabel V.27. Penghitungan Uji Beda pada Gross Profit Margin ……….… 85
Tabel V.28. Penghitungan Uji Beda pada Net Profit Margin …………… 85
Tabel V.29. Penghitungan Uji Beda pada Return on Asset …………..… 86
xvi
Tabel V.30. Penghitungan Uji Beda pada Return on Equity ………….… 87
Tabel V.31. Penghitungan Uji Beda pada Earning per Share …………… 87
Tabel V.32. Penghitungan Uji Beda pada Payout Ratio ……………..… 88
Tabel V.33. Penghitungan Uji Beda pada Retention Ratio ……………… 89
Tabel V.34. Penghitungan Uji Beda pada Rata-rata Umur piutang ………. 90
Tabel V.35. Penghitungan Uji Beda pada Inventory Turn Over …………. 90
Tabel V.36. Penghitungan Uji Beda pada Lama persediaan Mengendap .. 91
Tabel V.37. Penghitungan Uji Beda pada Total Assets Turn Over………… 92
Tabel V.38. Tabel Rekapitulasi Uji Beda ……………………………… 93
xvii
xvii
Daftar Kurva
Grafik V.1 Penghitungan Current Ratio ………………………………………. 50
Grafik V.2 Penghitungan Quick Test Ratio ………………………………….. 52
Grafik V.3 Penghitungan Net Working Capital ……………………………… 53
Grafik V.4 Penghitungan Debt to Assets Ratio………………………………….. 55
Grafik V.5 Penghitungan Debt to Equity Ratio ………………………………. 57
Grafik V.6 Penghitungan Equity Multiplier …………………………… 58
Grafik V.7 Penghitungan Interest Coverage …………………………….. 59
Grafik V.8 Penghitungan Gross Profit Margin …………………………… 61
Grafik V.9 Penghitungan Net Profit Margin …………………………… 62
Grafik V.10 Penghitungan Return on Asset …………………………… 64
Grafik V.11 Penghitungan Return on Equity …………………………… 65
Grafik V.12 Penghitungan Earning per Share …………………………… 67
Grafik V.13 Penghitungan Payout Ratio …………………………… 68
Grafik V.14 Penghitungan Retention Ratio …………………………… 70
Grafik V.15 Penghitungan Rata-rata Umur piutang ……………………… 71
Grafik V.16 Penghitungan Inventory Turn Over ………………………… 73
Grafik V.17 Penghitungan Lama persediaan Mengendap ………………… 74
Grafik V.18 Penghitungan Total assets turn Over …………………….… 76
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa negara kita tergolong negara
berkembang atau negara miskin atau negara ketiga, yang mana keadaan
perekonomian cenderung tidak stabil, dimana salah satu penyebabnya karena
sistem politik yang tidak stabil berimbas pada perekonomian, serta pengaruh
perubahan yang terjadi di negara yang lebih maju seperti Amerika Serikat. Hal ini
dapat terlihat jelas karena tidak stabilnya (fluktuatif) nilai tukar Rupiah terhadap
Dolar AS sangat berpengaruh terhadap perekonomian negeri ini, inflasi mencapai
puncaknya pada saat krisis moneter tahun 1998.
Hal ini tentu sangat berdampak langsung terhadap kinerja perusahaan-
perusahaan lokal, lebih lagi jika perusahaan yang dalam operasinya berorientasi
nasional atau bahkan internasional. Misal jika bahan baku atau peralatan yang
dibutuhkan harus di impor maka harus dibayar dalam mata uang Dolar AS.
Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS sangat berkaitan erat
dengan inflasi, yang berakibat dinaikkannya suku bunga BI, dengan serta-merta
diikuti oleh bank-bank umum, harga kebutuhan pokok naik, turunnya daya beli
masyarakat. Sehingga dapat menurunkan likuiditas perusahaan (disebabkan bunga
pinjaman naik), perusahaan harus mengefisiensikan sumber daya yang dimiliki,
bahkan ada perusahaan terpaksa harus merumahkan sebagian pegawainya demi
kelangsungan hidup perusahaan atau bahkan harus dilikuidasi oleh pemerintah.
1
2
Salah satu dari sekian banyak industri yang bertahan hidup paska krisis
adalah industri rokok, industri rokok merupakan industri yang unik, karena
perusahaan rokok selain dimusuhi tetapi juga dibutuhkan. Rokok dianggap
sebagai musuh oleh WHO serta banyak negara didunia termasuk indonesia,
karena masalah kesehatan, menurut para ahli, rokok mengandung banyak zat yang
berbahaya bagi kesehatan manusia diantaranya Nikotin dan Tar. Sehingga
perusahaan rokok mendapat banyak halangan dari segi peraturan pemerintah,
perusahaan rokok dikenakan pajak yang sangat besar selain PPN juga dikenai
cukai tembakau = 36%+Rp35/btg (sumber label cukai rokok, pada kemasan rokok
P.T. Gudang Garam Tbk, tahun 2008), selain itu adanya peraturan pembatasan
dalam periklanan.
Akan tetapi industri rokok juga dibutuhkan pemerintah, karena sebagai
penyuplai pajak dan penyedia lapangan kerja yang sangat besar. Industri rokok di
Indonesia menyerap tenaga kerja sekitar 500.000 karyawan, yang bekerja
langsung pada pabrik dan pada seluruh level struktur organisasi (Swasembada,
1999: 44)
Beberapa alasan mengapa penulis ingin memilih perusahaan rokok
khususnya P.T. Gudang Garam Tbk, adalah karena :
1. P.T. Gudang Garam Tbk, adalah perusahaan nasional yang merupakan
pemain lama dalam industri rokok, perusahaan rokok raksasa dengan pangsa
pasar lokal sangat besar yaitu lebih dari 35%, khususnya tahun 2000 (sumber
GAPRI).
3
2. P.T. Gudang Garam Tbk, merupakan perusahaan yang dapat menyerap
tenaga kerja sangat banyak, langsung maupun tidak langsung (orang yang
pekerjaan berhubungan dengan perusahaan tetapi berada diluar perusahaan
misal: petani tembakau, petani cengkeh, pedagang pengecer). apalagi banyak
perusahaan yang gulungtikar paska krisismoneter. Menurut Direktur Produksi
P.T. Gudang Garam Tbk,. Rinto Harno jumlah karyawan tetap sebanyak
38.000 orang, sumber kompas Senin, 08 Oktober 2007, dan
3. P.T. Gudang Garam Tbk, merupakan salah satu penyumbang pajak yang
sangat besar bagi pendapatan pemerintah dari pajak. “Pada 30 Juni 2006, nilai
PPN yang harus dibayarkan Rp 2,6 triliun, sementara untuk periode yang
sama tahun 2007 telah naik menjadi Rp 3,6 triliun” sumber kompas Senin, 08
Oktober 2007.
Untuk itu peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari inflasi
atau krisis moneter terhadap prestasi kinerja perusahaan rokok P.T. Gudang
Garam Tbk, apakah peristiwa krisis moneter berdampak negatif bagi perusahaan,
yang mana akan tercermin dalam dalam laporan keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian yang akan dilakukan
adalah “ANALISIS PERBANDINGAN PRESTASI PERUSAHAAN SEBELUM
DAN SESUADAH KRISIS MONETER” Studi kasus pada P.T. Gudang Garam
Tbk
4
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan Prestasi Perusahaan rokok P.T. Gudang Garam Tbk,
pada periode sebelum dan sesudah krisis ekonomi, dari sudut pandang
laporan keuangan ?
1.3. Batasan Masalah
1) Perusahaan yang diteliti adalah P.T. Gudang Garam Tbk,
2) Masa sebelum krisis adalah dari tahun 1993 sampai dengan 1997, masa
sesudah krisis adalah tahun 1999 sampai dengan 2003, tahun 1998
sebagai masa puncak terjadinya krisis moneter,. Sebagai titik nol
3) Penelitian yang akan dilakukan adalah lima tahun sebelum dan lima
tahun sesudah krisis moneter
4) Melihat prestasi kerja dari sudut pandang laporan keuangan
5) Sumber data dari pojok BEJ, media massa di internet
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apa ada perbedaan prestasi P.T. Gudang Garam Tbk,
sebelum dan sesudah krisis moneter
1.5. Manfaat Penelitian
1) Bagi Peneliti : Untuk memperluas pengetahuan bagi peneliti dan untuk
dapat menerapkan teori-teori yang telah didapat selama kuliah.
2) Bagi Perusahaan : Sebagai masukan informasi dan bahan pertimbangan
manajer dalam pengambilan keputusan.
3) Bagi Universitas : Sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya yang
terkait dan sebagai tambahan kajian pustaka.
5
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab ini membahaas latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II Landasan teori
Bab ini menguraikan teori-teori yang mendukung sebagai dasar
untuk menganalisa data-data yang mempunyai keterkaitan dengan
permasalahan yang ada, Serta pembahasan penelitian terdahulu.
Hipotesis
H0 : tidak ada perbedaan prestasi perusahaan dilihat dari laporan
keuangan sebelum dan sesudah krisis moneter
H1 : ada perbedaan
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, data yang
dibutuhkan, teknik pengumpulan data, waktu dan tempat penelitian,
subyek dan obyek penelitian,
BAB IV Gambaran umum, Analisis Data, dan Pembahasan
Bab ini berisi analisis data dari hasil penelitian yang dilakukan
beserta pembahasan dari permasalahan yang dikemukakan.
BAB V Kesimpulan, Saran, dan Keterbatasan
Bab ini menguraikan kesimpulan, saran, dan keterbatasan dalam
penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Laporan Keuangan
2.1.1. Pengertian
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut.
Menurut Myer yang tercantum dalam bukunya Financial statement
Analysis (Munawir, 2004:5) Laporan keuangan adalah :
“ Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba ditahan)”.
Menurut Darsono dan Ashari (2005:46)
“ Laporan keuangan dapat dijadikan jendela untuk melihat kondisi didalam perusahaan. Dengan melihat dari jendela akan ditemukan tanda-tanda permasalahan dan kondisi umum perusahaan.”
Menurut Fabozzi dan Peterson (2003:125)
“Financial statements are summaries of the operating, Financing, and investment activities of a business”.
2.1.2. Sifat Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004:6) Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat
dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress
6
7
Report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan, jadi
laporan keuangan bersifat Historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress
report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu
kombinasi antara :
1. Fakta yang telah dicatat (Recorded fact),
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting
convention and postulate),
3. Pendapat Pribadi (Personal Judgment)
Fakta-Fakta yang telah dicatat, berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat
atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia
dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan
barang dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.
Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa
yang terjadi dimasa lampau, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos
itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut (at
original cost). Kita tidak mencoba menaksir berapa jumlah yang harus
dikorbankan jika kita akan menggantikan aktiva tersebut atau dengan kata lain
kita akan mencoba menaksir nilai realisasi atau nilai ganti aktiva tersebut (current
market value atau replacement value)
Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi, berarti data
yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu
yang merupakan prinsip-prinsip akutansi yang lazim (General Accepted
8
Accounting Principles); hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan
(expediensi) atau untuk keseragaman.
Pendapat Pribadi (Personal judgment) dimaksudkan bahwa, walaupun
pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar
yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi standar parktek pembukuan, namun
penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung dari pada
akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Judgment atau pendapat
ini tergantung kepada kemampuan atau integritas pembuatnya yang
dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalil-dalil dasar
akuntansi yang telah disetujui akan digunakan didalam beberapa hal. Misalnya
cara-cara atau metode untuk menaksir piutang yang tidak akan dapat ditagih, dan
penentuan beban penyusutan serta penentuan umur dari suatu aktiva tetap akan
sangat tergantung pada pendapat pribadi manajemennya dan berdasarkan
pengalaman masa lalu.
2.1.3. Komponen Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1. yang
tercantum dalam bukunya Darsono dan Ashari (2005:17) Laporan keuangan
terdiri dari :
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Catatan atas laporan keuangan
9
2.1.3.1. Neraca atau Balance sheet
Menurut Munawir (2004:13)
“ Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan pada suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut Balance sheet “
Menurut Fabozzi dan Peterson (2003:127)
“balance sheet is a summary of the assets, liabilities, and equity of a business at a particular point in time, usually the end of the firm's fiscal year”
Menurut Darsono dan Ashari (2005:18)
“Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca. Jadi, kondisi yang dijelaskan dalam neraca adalah kondisi dalam tanggal tertentu. Artinya saldo pada tanggal tertentu. Biasanya neraca dibuat per 31 Desember, atau tiap akhir bulan. Pada perusahaan tertentu sudah dapat menyajikan neraca harian”
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) komponen Neraca adalah :
(Darsono dan Ashari 2005:18)
1. Aktiva (asset) yang terdiri atas Aktiva lancar, Aktiva Tetap, dan Aktiva lain-lain;
2. Kewajiban (liability) dan Ekuitas (equity). Kewajiban yang terdiri atas Kewajiban jangka pendek dan Kewajiban jangka panjuang. Ekuitas adalah hak pemilik baik dari setoran modal ataupun laba yang belum dibagi.
10
2.1.3.2. Laporan laba rugi atau Income statement
Menurut Munawir (2004:26) Laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode
tertentu.
Menurut Darsono dan Ashari (2005:20) Laporan laba rugi merupakan
akumulasi aktifitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama peride
waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan
2.1.3.3. Laporan Arus Kas atau Cash Flow
Laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama
periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan
Laporan Arus kas terdiri atas :
1. Kas dari/untuk kegiatan operasional
2. kas dari/untuk kegiatan investasi
3. kas dari/untuk kegiatan pendanaan
2.1.3.4. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Change of Equity)
Menurut Darsono dan Ashari (2005:24) Laporan Perubahan Ekuitas
menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio/disagio. Laporan ini
menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada
perusahaan.
11
2.1.4. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia tujuan laporan keuangan adalah Menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan (wikipedia)
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen
atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Bagi pemakai laporan keuangan digunakan sebagai acuan membuat
keputusan yang akan dibuat. Misalnya keputusan untuk menahan atau menjual
investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali
atau mengganti manajemen.
Selain itu menurut Darsono dan Ashari (2005:13) laporan keuangan juga
bermanfaat untuk mengurangi kesenjangan informasi antara direksi atau
manajemen perusahaan dengan pemilik atau kreditor yang berada diluar
perusahaan.
2.1.5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok yaitu :
1. Dapat Dipahami
2. Relevan
3. Keandalan
4. Dapat diperbandingkan
12
2.1.6. Pemakai Laporan Keuangan
Selain sebagai alat pertanggungjawaban manajemen, laporan keuangan
juga sebagai salah satu acuan bagi pengguna laporan dalam pengambilan
keputusan ekonomi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Pengguna laporan keuangan dan kebutuhan informasi keuangannya dapat
dikelompokkan sebagai berikut : (Darsono dan Ashari 2005:11)
1. Investor atau Pemilik
Menurut Pemilik perusahaan menanggung resiko atas harta yang ditempatkan
pada perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah
perusahaan memiliki kemampuan membayr deviden. Selain itu sebagai
perrtimbangan apakah investasi tetap dipertahankan atau dijual.
2. Pemberi Pinjaman (kreditur)
Bagi kreditur adalah untuk menilai apakah perusahaan mampu membayar
angsuran pokok, bunga, dan melunasi hutang pada jatuh tempo
3. Pemasok atau kreditur lainnya
Untuk menentukan besarnya penjualan kredit kepada perusahaan dan
kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar pada saat jatuh tempo.
4. Pelanggan
Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang
dengan peruhaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan
perusahaan yang akan melakukan kerjasama.
13
5. Karyawan
Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai
kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya.
Dalam hal ini, karyawan membutuhkan informasi untuk menilai kelangsungan
hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya.
6. Pemerintah
Informasi keuangan bagi pernerintah digunakan untuk menentukan kebijakan
dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak, pungutan,
serta bantuan.
7. Masyarakat
Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, analisis, serta informasi
trend dan kemakmuran.
2.1.7. Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004: 9-10) Dengan memperhatikan sifat-sifat
laporan keuangan tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan
keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya
sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Karena. itu semua
jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalarn laporan keuangan tidak
menunjukkan nilai likwidasi atau realisasi dimana dalam interim report ini
14
terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi (personal judgment) yang telah
dilakukan oleh Akuntan atau Management yang bersangkutan.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan
standard nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan
dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan
akan berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis
atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap
tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena. itu angka yang tercantum
dalarn laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum
tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan
atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli
(purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang
dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit
yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga
jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga.
Jadi suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tahun tanpa
membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh
kesimpulan yang keliru (misleading).
15
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang (dikwantifisir); misalnya
reputasi dan prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat
dipenuhi atau adanya kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah
disetujui, kemampuan serta integritas manajernya dan sebagainya.
2.2. Prestasi Perusahaan
2.2.1. Pengertian
Prestasi perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang
dibuat secara terus menerus oleh manajemen (Helfert 1993: 52)
Menurut Helfert dalam menilai prestasi kerja perusahaan yang dinilai
adalah kinerja manajemen yang mana dapat tercermin dalam laporan keuangan,
yang dilaporkan dalam suatu periode tertentu. Karena laporan keuangan adalah
“kartu skor” periodik yang memuat hasil investasi, operasi dan pembelanjaan
perusahaan.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu
tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi, agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diharapkan. kebijakan manajemen atau rencana formal dapat dituangkan dalam
bentuk anggaran.
16
2.2.2. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Helfert (1994:67) terdapat berbagai teknik analisis keuangan
yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kinerja keuangan sebuah
perusahaan, salah satunya adalah rasio keuangan,. Akan tetapi, perlu disadari
bahwa teknik yang berbeda akan sesuai untuk tujuan yang berbeda, untuk itu
sebelum suatu analisis dilakukan, analis harus mendefinisikan secara jelas unsur-
unsur berikut ini:
- Sudut pandang yang diambil
- Tujuan analisis
- Standar perbandingan yang potensial
Berdasarkan sudut pandang yang diambil, terdapat beberapa individu dan
kelompok yang berbeda yang berkepentingan atas keberhasilan dan kegagalan
suatu perusahaan tertentu. Beberapa kelompok paling utama adalah :
- Pemilik (investor)
- Manajer
- Pemberi pinjaman (kreditur)
- Karyawan
- Organisasi pekerja
- Agen pemerintah
- Masyarakat umum (publik)
Pihak yang paling dekat bertanggung jawab atas kinerja perusahaan
adalah pihak manajemen, dimana manajer bertanggung jawab atas efisiensi
operasi profitabilitas jangka pendek dan panjang, serta penggunaan yang efektif
17
atas modal, upaya manusia, dan sumber daya lainnya.
Selanjutnya adalah pemilik perusahaan, khususnya yang berkepentingan
dengan profitabilitas jangka pendek dan jangka panjang dari investasi modal yang
mereka tanamkan. Umumnya mereka mengharapkan laba dan deviden yang
meningkat, yang akan membawa pertumbuhan pada nilai ekonomi dari modal
mereka
2.2.3. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan
Menurut S. Munawir (2004:31), tujuan dari analisis kinerja keuangan
perusahaan adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi
keuangan jangka pendek dan jangka panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk
melakukan usaha dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan
kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya
termasuk membayar kembali pokok hutang tepat pada waktunya serta
kemampuan membayar dividen secara teratur kepada pemegang saham tanpa
mengalami hambatan atau krisis keuangan.
18
Bagi pihak manajemen perusahaan, tujuan penilaian kinerja dapat
digunakan untuk:
1. Memberikan dorongan dan motivasi kepada manajer puncak dalam
menentukan kebijaksanaan perusahaan yang telah ditetapkan.
2. Sebagai penilaian terhadap mutu perusahaan dimana dana yang dipunyai
diinvestasikan.
3. Sebagai penentu langkah selanjutnya dalam menginvestasikan dananya pada
perusahaan yang lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja perusahaan berguna untuk
mengevaluasi adanya perubahan-perubahan sumber daya yang dimiliki
perusahaan, apakah menunjukkan kenaikan, statis ataukah penurunan. Selanjutnya
dengan informasi mengenai perubahan yang terjadi, manajer dapat mengetahui
kelebihan dan kelemahan perusahaan yang dikelolanya, kelebihan perusahaan
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, sedangkan
kelemahannya harus segera diperbaiki agar kelangsungan hidup perusahaan dapat
terjamin
2.3. Analisis Laporan Keuangan
2.3.1. Pengertian
Menurut Hanafi dan Halim (2007:5)
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan
19
Peranan :
1. Untuk mengidentifikasi keadaan ekonomi dan kondisi bisnis yang terjadi.
2. Untuk mengidentifikasi strategi perusahan dalam memilih bisnis yang
bersaing.
3. Memahami pentingnya konsep dan prinsip laporan keuangan yang digunakan
untuk menghitung rasio keuangan.
Tujuan : Mengetahui kondisi dan prestasi yang telah dicapai perusahaan yang
digambarkan melalui catatan-catatan laporan keuangan.
2.3.2. Metode dan Teknik Analisis Keuangan.
2.3.2.1. Prosedur Analisis
1. Memahami tabel data keuangan perusahaan.
2. Memahami kondisi yang berpengaruh pada perusahaan.
3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan.
4. Menganalisis laporan keuangan.
2.3.2.2. Metode Analisa
Menurut Munawir (2004 : 36) ada dua metode analisa yang digunakan
oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu:
1. Analisa Horisontal
Analisis Horisontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan laporan
keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat. Sehingga akan diketahui
perkembangannya, metode ini disebut juga metode dinamis.
20
2. Analisis Vertikal
Analisis Vertikal apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu
periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antar pos yang
satu dengan pos yang lainnya dalam dalam laporan keuangan tersebut,
sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat
itu saja. Metode ini disebut juga metode analisa statis karena kesimpulan yang
diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya
2.3.2.3. Teknik Analisa
Menurut Munawir (2004:36), Teknik analisa yang biasa digunakan dalam
analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisa
dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau
lebih, dengan menunjukkan :
1) data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah,.
2) kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah,
3) kenaikan atau penurunan dalam prosentase,
4) perbandingan yang dinyatakan dengan rasio.
5) prosentase dari total
2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode
atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
21
3. Laporan dengan persentase perkomponen atau common size statement, adalah
suatu metide analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-
masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan
jumlah penjualannya .
4. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisa untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas (Cash flow statement analisys), adalah
suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode
tertentu
6. Analisa Ratio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisa Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari
suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor sautu periode
dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisa Break-Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan
yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak
menderit kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa
22
break-even ini juga juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau
kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
2.3.3. Analisis Rasio Keuangan
Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analis
keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap
kesehatan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah rasio keuangan. Dalam
analisis rasio, ada dua jenis perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan
internal dan perbandingan ekstemal. Perbandingan internal yaitu membandingkan
rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan
yang sama. Sedangkan perbandingan eksternal adalah membandingkan rasio
keuangan perusahaan dengan rasio perusahaan lain yang sejenis atau dengan
rata-rata industri pada titik yang sama.
Penggolongan jenis-jenis analisis rasio keuangan menurut Darsono dan
Ashari (2005:51) yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah
rasio Neraca (likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi (profitabilitas), rasio
neraca aktivitas.
Menurut Hanafi dan Halim (2007:76) Rasio-rasio keuangan pada
dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-angka di dalam atau
antara laporan laba-rugi dan neraca, rasio-rasio keuangan menghilangkan
pengaruh ukuran dan membuat ukuran bukan dalam angka absolut, tetapi dalam
angka relatif
23
2.3.3.1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek.
Rasio likuiditas meliputi:
1) Rasio Lancar (current ratio), yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang
dimiliki.
Rasio Lancar (CR)LancarKewajiban
Lancar Aktiva …........................(Darsono 2004:52)
Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar
yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber
likuiditas, Dalam menganalisis adalah current ratio antara 100% s.d. 200%.
Di atas 200% berarti banyak aktiva menganggur.
2) Rasio Quick atau Quick test ratio (QTR), yaitu kemampuan aktiva lancar
minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar. Rasio ini memberikan
indikator yang lebih baik dalam melihat likuiditas perusahaan dibandingkan
dengan rasio lancar. Penghilangan persediaan, karena persediaan memerlukan
jangka waktu yang agak lama untuk dikonversi menjadi kas. Rumusnya
adalah: (Aktiva Lancar – Persediaan) dibagi kewajiban lancar
Rasio QuickLancar Hutang
Persediaan -Lancar Aktiva ……………..…(Hanafi 2007:77)
24
3. Modal kerja bersih atau Net Working Capital (NWC), Rasio modal kerja
bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban
lancar.
LancarKewajiban
Lancar Kewajiban -Lancar Aktiva NWC ………….....(Darsono 2004:52)
2.3.3.2. Rasio-rasio Solvabilitas atau Daya Ungkit
Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan
perusahaan dalam meminjam uang.
Rasio Solvabilitas/Leverage meliputi:
1. Debt to Asset Ratio (DAR);
Yaitu rasio total kewajiban terhadap aset. Rasio ini menekankan pentingnya
pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan
yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang
kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva
akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai
rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa
ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dari
pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran
bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen
Aktiva Total
Kewajiban TotalDAR ……………………..…….. (Darsono, 2004:54)
25
2. Debt to Equity Ratio;
Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham
terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan
perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif
kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan
semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjang.
Ekuitas Total
Kewajiban Total DER ……………………….……... (Darsono, 2004:55)
3. Equity multiplier (EM).
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan
ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai berapa porsi
dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Semakin kecil
rasio ini, berarti porsi pemegang saham akan semakin besar, sehingga
kinerjanya semakin baik, karena persentase untuk pembayaran bunga semakin
kecil.
Ekuitas Total
Aktiva Total EM …………………….………………... (Darsono, 2004:55)
4. Interest Coverage (IC) atau Times Interest Earned (TIE).
Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam membayar biaya
bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditur lebih menyukai rasio
yang tinggi karena rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari
investasi yang dilakukan.
26
Bunga Biaya
EBIT IC ……………………………………... (Darsono, 2004:55)
2.3.3.3. Rasio-rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas meliputi:
1. Gross Profit Margin (GPM).
Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor dicari dengan
penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih.
Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap
barang yang dijual. Jadi dengan mengetahui rasio ini, kita bisa tahu bahwa
untuk setiap satu barang yang terjual, perusahaan memperoleh keuntungan
kotor sebesar x rupiah. Kelemahan dari rasio ini adalah hanya menyediakan
keuntungan kotor dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukkan struktur
biaya yang ada pada perusahaan.
BersihPenjualan
HPP) -bersih (Penjualan GPM ……………..……... (Darsono, 2004:56)
2. Net Profit Margin (NPM).
Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh
perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini tidak
menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh
perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya
non operasional. Kelemahan dari rasio ini adalah memasukkan pos atau item
yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas penjualan seperti biaya
bunga untuk pendanaan, dan biaya pajak penghasilan.
27
BersihPenjualan
Bersih Laba NPM ……………………………... (Darsono, 2004:56)
3. Return on Asset (ROA)
Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien
dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.
Rata-rata total aktiva diperoleh dari total aktiva awal tahun ditambah total
aktiva akhir tahun dibagi dua. Return on asset bisa diperoleh dari Net profit
margin dikalikan asset turn over. Asset turn over adalah penjualan bersih
dibagi rata-rata total aktiva. Return on asset disebut juga Earning power
menurut sistem Du Pont. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan.
Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien
dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio
ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan
karena menunjukkan efektlvitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pendapatan.
Aktiva Total
Bersih Laba ROA …………………………...………... (Darsono, 2004:57)
4. Return on Equity (ROE).
Rasio ini berguna untuk mengetahui besamya kembalian yang diberikan oleh
perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Laba bersih dibagi Modal
Saham atau Ekuitas.
Saham Modal
Bersih Laba ROE ………………………….....………... (Hanafi, 2007:57)
28
Rasio ini menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat
kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik
karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang
saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas
risiko, misalkan suku bunga sertifikat bank Indonesia.
5. Earning Per Share (EPS).
Alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar saham
adalah earning per share yang dicari dengan laba bersih dibagi saham yang
beredar. Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap
satu lembar saham. Investor biasanya lebih tertarik dengan ukuran
profitabilitas dengan menggunakan dasar saham yang dimiliki.
Beredar yang SahamJumlah
Bersih Laba EPS ………………….…... (Darsono, 2004:58)
6. Payout Ratio (PR).
Dividen kas dibagi laba bersih. Rasio ini menggambarkan persentase dividen
kas yang diterima oleh pemegang saham terhadap laba bersih yang diperoleh
perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran yang lebih baik terhadap
keuntungan yang diperoleh pemegang saham dibandingkan dengan
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio akan semakin
menguntungkan bagi pemegang saham karena semakin besar tingkat
kembalian atas saham yang dimiliki.
Bersih Laba
KasDividen PR ………………………..…………….... (Darsono, 2004:58)
29
7. Retention Ratio (RR).
Rasio ini menggambarkan persentase laba bersih yang digunakan untuk
penambahan modal perusahaan.
Bersih LabaBerjalan Tahun
Ditahan Laba RR …………………..…... (Darsono, 2004:58)
2.3.3.4. Rasio-rasio Aktivitas
Rasio aktivitas ini terdiri dari:
1. Rata-rata Umur Piutang .
Jumlah hari dalam setahun (365) dibagi perutaran piutang . Dengan melihat
rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa
diubah menjadi kas atau ditagih.
Perputaran piutang Piutang
Penjualan
Rata-rata umur piutang = piutang Perputaran
365
Atau dengan rumus yang lebih singkat
Rata-rata umur piutang = 365Penjualan/
Dagang Piutang…... (Hanafi, 2007:57)
Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian
bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur.
2. Perputaran Persediaan atau Inventory Turn Over (ITO).
Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan
diubah menjadi penjualan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa mengetahui
30
likuiditas dari persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio
maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan.
Persediaan
Penjulan Pokok Harga ITO ………………..………..... (Hanafi, 2007:79)
Rasio perputaran persediaan yang terlalu rendah menunjukkan lambatnya
penjualan atau terlalu banyaknya persediaan yang ada ditangan. Sebaliknya,
rasio perputaran persediaan yang terlalu tinggi bisa menunjukkan kondisi
persediaan yang habis sehingga bisa mengakibatkan ketidakpuasan.
3. Lama Persediaan Mengendap (LPM).
Rasio ini berguna untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di
gudang perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin
likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang menganggur terlalu
lama.
TurnoverInventory
365 LPM ………………………….... (Darsono, 2004:60)
4. Perputaran Total Aktiva atau Total Asset Turn Over (TATO)
Rasio ini menghitung efektifitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi
biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah
harus membuat manajement mengevaluasi strategi, pemasarannya dan
pengeluaran modalnya (investasi).
Perputaran Total Aktiva = AktivaTotal
Penjualan ….... (Hanafi, 2007:79)
31
2.4. Review Panelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu dengan judul skripsi “ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN DARI TINGKAT
LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS, DAN KECUKUPAN ARUS
KAS” Studi Kasus Pada P.T. Gudang Garam Tbk, dan PT HM Sampoerna TBK
tahun 1995 sampai dengan 1999 oleh Cicilia Febriaji Rini Artha, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta 2002 .
Meneliti kinerja P.T. Gudang Garam Tbk, dan PT HM Sampoerna Tbk
dengan memperbandingkan kedua perusahaan tersebut menggunakan tingkat rasio
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan kecukupan arus kas masing-masing
perusahaan selama lima tahun dari tahun 1995 sampai dengan 1999.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini meneliti Laporan Keuangan P.T. Gudang Garam Tbk, selama
10 tahun, yaitu 5 tahun sebelum dan sesudah tahun 1998, yaitu dari 1993
sampai dengan 1997 dan dari tahun 1999 sampai dengan 2003
2. Tujuan penelitian ini untuk mencari tahu apakah ada perbedaan yang
signifikan akibat krisis moneter 1998, yang bermanfaat sebagai evaluasi
prestasi kinerja perusahaan dalam menghadapi krisis moneter.
2.5. Hipotesis
H0 : tidak ada perbedaan prestasi perusahaan sebelum dan sesudah krisis
moneter
H1 : ada perbedaan prestasi perusahaan sebelum dan sesudah krisis
moneter.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, yang hanya memusatkan
pada satu obyek penelitian tertentu dengan mempelajari data-data perusahaan.
Hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh hanya akan berlaku pada P.T.
Gudang Garam Tbk, dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan rokok P.T. Gudang Garam Tbk,,
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data yang diperlukan diperoleh di Pojok
Bursa Efek Jakarta (BEJ) Universitas Sanata Dharma Jogjakarta
Waktu penelitian tahun 2008
3.3. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek Penelitian : P.T. Gudang Garam Tbk,
Obyek Penelitian : Laporan keuangan yang diterbitkan dari tahun 1993
sampai dengan 2003
3.4. Variabel Penelitian dan pengukuran
Prestasi kinerja keuangan dari sebelum dan sesudah krisis moneter, ditinjau
dari laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan arus
kas dari tahun 1993 sampai dengan 2003
32
33
3.5. Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan jenisnya, menurut Sekaran (2006:7) data dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Data kualitatif, yaitu yang dihasilkan dari jawaban yang luas terhadap
pertanyaan spesifik dalam wawancara, atau dari respon terhadap pertanyaan
terbuka dalam kuesioner, lewat observasi, atau dari informasi dari berbagai
sumber yang telah ada sebelumnya.
2. Data kuantitatif, yaitu yang umumnya diperoleh melalui pertanyaan
terstruktur.
Sedangkan berdasarkan sumber perolehannya, menurut Uma Sekaran
(2006:77) dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual
terjadinya peristiwa, misal mengamati peristiwa, orang, dan obyek; atau
dengan menyebarkan kuesioner.
2. Data sekunder, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri
oleh peneliti, beberapa sumber data sekunder antara lain buletin statistik,
informasi yang dipublikasikan atau tidak dipiblikasikan dari dalam atau luar
perusahaan, studi kasus dan dokumen kepustakaan, data online, situs web dan
internet.
Berdasarkan sumbernya data sekunder dibagi dua yaitu (Boedijoewono, 2001:18)
1. Sumber data sekunder yang dipublikasikan (publised source)
1) laporan-laporan dari badan-badan International, seperti : Perserikatan
Bangsa-Bangsa, International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia dan
34
lain-lainnya
2) Laporan instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, seperti : Bank
Indonesia, Badan Pusat Statistik, Departemen dan lembaga pemerintah
lainnya.
3) Publikasi dari instansi semi pemerintah
4) Publikasi hasil penelitian individual.
2. Sumber data sekunder yang tidak dipublikasikan (unpublised source)
Dapat berupa arsip pemerintah, data pada lembaga-lembaga penelitian baik
pemerintah maupun data perusahaan-perusahaan swasta
3.6. Teknik Pengumpulan Data.
Untuk mendapatkan data yang sama dengan masalah yang akan dianalisa,
maka pengumpulan data yang digunakan adalah studi lapangan dengan teknik
dokumentasi, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara mencatat dari
laporan keuangan perusahaan yang terdapat di BEJ yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang
dipublikasikan
3.7. Populasi dan Sampel
Populasi adalah laporan keuangan tahunan P.T. Gudang Garam Tbk. Dari
tahun 1991 sampai tahun 2007.
Sampel adalah laporan keuangan dari tahun 1993, 1994, 1995, 1996,
1997, 1999, 2000, 2001, 2002, dan 2003; sampel dari tahun 1993 sampai dengan
tahun 1997 adalah mewakili masa sebelum krisis. Tahun 1999 sampai dengan
35
tahun 2003 adalah mewakili masa setelah krisis, dan tahun 1997 masa krisis
sebagai titik nol
3.8. Metode dan Teknik Analisis Data
3.8.1. Metode Analisis
1. Analisis Horisontal
Analisis Horisontal adalah analisis untuk mengadakan perbandingan
laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat.
2. Analisis Vertikal
Analisis yang dilakukan dengan memperbandingkan antar pos yang satu
dengan pos yang lainnya dalam dalam laporan keuangan dalam satu
periode.
3.8.2. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
3.8.2.1. Analisis Rasio
Analisa rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan
dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Jenis-jenis analisis rasio keuangan akan digunakan untuk menganalisis
kinerja perusahaan adalah rasio Neraca (likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi
(profitabilitas), rasio neraca aktivitas. (Darsono dan Ashari, 2005:51)
36
1. Rasio Likuiditas:
1) Rasio Lancar (Current ratio),
2) Quick test ratio (QTR),
3) Net Working Capital (NWC)
2. Rasio Solvabilitas
1) Debt to Asset Ratio (DAR);
2) Debt to Equity Ratio;
3) Equity multiplier (EM).
4) Interest Coverage (IC) atau Times Interest Earned.
3. Rasio Profitabilitas
1) Gross Profit Margin (GPM).
2) Net Profit Margin (NPM).
3) Return on Asset (ROA)
4) Return on Equity (ROE).
5) Earning Per Share (EPS).
6) Payout Ratio (PR).
7) Retention Ratio (RR).
4. Rasio Aktivitas
1) Rata-rata umur Piutang
2) Inventory Turn Over (ITO).
3) Lama Persediaan Mengendap (LPM).
4) Total Asset Turn Over (TATO).
37
3.8.2.2. Uji Statistik (T-Test)
Langkah-langkah :
1. Teknik deskriptif yaitu menyajikan data dari hasil penelitian mengenai nilai
dari rasio-rasio tahunan yang dihitung dari laporan keuangan perusahaan
2. Teknik anilisis beda rata-rata dua kelompok data yaitu dengan
membandingkan data-data rasio keuangan sebelum dan sesudah krisis moneter
dengan menggunakan statistik uji
Penentuan uji statistik yang digunakan adalah adalah uji t atau t test atau
student distribution karena menggunakan sampel kecil, sampel yang digunakan
kurang dari 30, dengan taraf nyata (significant level) 5% karena lazim dibidang
ekonomi, (Boedijoewono 2007:226) dalam distribusi T, dengan pengujian dua
sisi, Maka akan digunakan uji t sebagai berikut :
rumus
2121
222
211
21
11
2
)1()1(
nnx
nn
SnSn
XXt ………….…. Subagyo (2004:118)
dengan deviasi standar sampel
rumus s )1(
)( 2
n
XX i ……………..…………………… Subagyo (2004:20)
Kriteria Pengujian :
= 5%
Degrees of Freedom = 5 + 5 - 2 = 8
Karena 2 sisi maka dicari t 0,025 sebesar 2,306
38
H0 = diterima (Hipotesa diterima)
Jika -2,306 < t hitung < 2,306 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata rasio keuangan
sebelum dan sesudah krisis moneter.
H1 = H0 ditolak atau Hipotesa alternatif diterima
Jika -2,306 > t hitung > 2,306 sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata rasio
keuangan sebelum dan sesudah krisis moneter.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Riwayat Singkat Perseroan
P.T. Gudang Garam Tbk, merupakan salah satu produsen rokok kretek
terkemuka yang menguasai pangsa pasar terbesar di Indonesia, memproduksi
lebih dari 70 miliar batang rokok pada tahun 2001 dan dikenal sebagai produsen
rokok kretek yang bermutu tinggi.
Dilihat dari asset yang dimiliki, nilai penjualan, pembayaran pita cukai dan
pajak kepada Pemerintah Indonesia serta jumlah karyawan, P.T. Gudang Garam
Tbk, merupakan perusahaan terbesar dalam industri rokok kretek di Indonesia.
P.T. Gudang Garam Tbk, telah mencatatkan sebagian saham-sahamnya di lantai
bursa.
Pada tanggal 26 Juni 1958, Bapak Surya Wonowidjojo memulai usaha
membuat rokok kretek dengan merek dagang "Gudang Garam" dengan bercirikan
industri rumah tangga yang hanya menggunakan alat tradisional sederhana. Pada
saat itu jumlah tenaga kerjanya hanya sekitar 50 orang dan menempati lahan
sewaan seluas 1000 m2 yang berlokasi di jalan Semampir II/1 Kediri. P.T.
Gudang Garam Tbk, memulai produksi perdananya, berupa Sigaret kretek Klobot
(SKL) dan Sigaret Kretek Tangan (SKT), dengan hasil produksi hanya sekitar 50
juta batang pada tahun 1958. Pada mulanya pemasaran hasil produksi hanya
meliputi sekitar daerah Kediri (Karesidenan Kediri).
39
40
Setelah menjalankan usaha selama 10 tahun P.T. Gudang Garam Tbk,
menjadi semakin terkenal sehingga pendirinya mempertimbangkan untuk
memperluasusaha. Pada tahun 1969, perusahaan beralih status menjadi sebuah
Firma guna mengikuti perkembangan dunia usaha. P.T. Gudang Garam Tbk, juga
mendapat dukungan dari BNI 1946 untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang
berawal dari hanya jumlah jutaan rupiah hingga menjadi milyaran rupiah.
Kemudian pada tahun 1971, status perusahaan berubah menjadi Perseroan
Terbatas (PT). Dengan status Perseroan Terbatas, PT. Perusahaan Rokok Tjap
Gudang Garam semakin berkembang, baik dari segi kualitas produksi, menejemen
maupun teknologi, sehingga pada tahun 1979 mulai memproduksi Sigaret Kretek
Mesin (SKM). Produksi sigaret kretek mesin ini tidak merubah sifat PT. Gudang
Garam sebagai perusahaan yang menganut sistem padat karya, bahkan semakin
memperluas kesempatan kerja
Untuk memperkuat struktur permodalan dan posisi keuangan perusahaan,
maka pada tahun 1990 P.T. Gudang Garam Tbk, melakukan penawaran umum
untuk menjual sebagian saham perusahaan kepada masyarakat melalui bursa
effek.
Pada tahun 1991, perusahaan mengembangkan usaha di bidang kertas
industri melalui PT Surya Pamenang, berkedudukan di Kediri. Prosentase
pemilikan saham P.T. Gudang Garam Tbk,. pada PT Surya Pamenang saat ini
adalah 100% kurang 1 (satu) saham. Salah satu tujuan pengembangan bidang
usaha ini adalah untuk menjamin kesinambungan akan pasok bahan pengepakan
bermutu tinggi, yang sebelumnya kebutuhan bahan pengepakan berkualitas
41
tertentu masih harus diimpor. PT Surya Pamenang akan ikut serta memenuhi
kebutuhan pasar di Indonesia dan di luar negeri di samping juga untuk memenuhi
kebutuhan kertas kemasan P.T. Gudang Garam Tbk,. sendiri.
4.2. Produksi
4.2.1. Bahan-bahan Produksi
Rokok kretek sebenarnya merupakan ramuan dan perpaduan dari berbagai
jenis tembakau, cengkeh, saus dan bahan-bahan pembantu pilihan lainnya
4.2.1.1. Tembakau
Proses pembelian tembakau menuntut ketelitian yang tinggi dan
penghayatan yang mendalam dari para ahli tembakau (grader), baik tentang
aroma, rasa maupun ciri-ciri fisiknya. Daun tembakau kering, sebelum siap untuk
dijadikan bahan baku rokok, memerlukan proses pengolahan yang panjang dan
rumit, yaitu dimulai dari pemisahan gagang-gagang, pembersihan benda-benda
asing, perajangan, untuk menjaga aspek hygienis-nya hingga akhirnya dikemas
dalam kemasan khusus untuk disimpan dalam gudang dengan suhu dan
kelembaban tertentu.
4.2.1.2. Cengkeh
Cengkeh yang mempunyai nama latin "Eugenia Caryophyllus" (Eugenia
aromatica O.K.) sebagai bahan utama bagi rokok kretek seperti halnya tembakau,
juga memerlukan teknik pemilihan, pemrosesan dan penyimpanan yang rumit.
Sejak tahap pembelian masalah pengendalian mutu sudah merupakan bagian yang
penting. Cengkeh dengan kualitas tinggi yang dibeli akan mengalami proses
42
pembersihan, perajangan dan pengeringan terlebih dahulu sebelum disimpan
dalam silo-silo stainless demi menjaga aspek hygienis-nya
4.1.2.3. Saus dan bahan-bahan pembantu lainnya.
Ibarat masakan yang lezat memerlukan bumbu, garam dan penyedap
masakan, maka campuran tembakau dan cengkeh dengan kualitas setinggi apapun
masih belum dapat menghasilkan rokok yang baik (baca: harum, gurih, nikmat)
apabila tidak disertai dengan saus yang pas. Ketiga komponen pokok (tembakau,
cengkeh dan saus) ini hanya dapat menghasilkan rokok enak dan berkualitas
tinggi bila ditangani oleh "juru masak" yang benar, benar ahli dan menghayati
pekerjaannya.
Bahan pembantu yang juga mempunyai andil terhadap rasa rokok adalah
filter dan kertas sigaret (ambri).
4.2.2. Proses Produksi
Dalam garis besarnya, proses produksi rokok dibagi dalam 3 (tiga ) tahap
kegiatan utama, yaitu :
4.2.2.1. Pra-produksi
Setelah melalui proses seleksi yang ketat pada saat pembelian, Bahan
baku utama yang telah diproses kemudian dicampur dengan saus hingga siap
dibuat menjadi rokok.
4.2.2.2. Produksi
Rokok yang dihasilkan ada tiga jenis utama, yaitu klobot dan Sigaret
Kretek Tangan (SKT) sebagai hasil kreasi tangan-tangan wanita yang trampil
43
dengan menggunakan alat giling dari kayu serta Sigaret Kretek Mesin (SKM)
yang diproses dengan mesin-mesin otomatis berkecepatan tinggi
4.2.2.3. Pengepakan
Batangan-batangan rokok yang telah jadi, membutuhkan beberapa lapis
kemasan dengan berbagai ukuran sesuai jenis produk, isi serta keperluan
distribusinya. Fungsi pengemasan disini selain berguna untuk mempertahankan
mutu rokok. Proses pengepakan rokok menjalani beberapa tahap pengemasan
secara berlapis. Kemasan lapisan pertama adalah kertas kaca untuk jenis rokok
SKT dan kertas yang berlapis alluminium foil untuk jenis rokok SKM. Lapisan
kedua adalah pembungkus (etiket) yang telah mengalami proses cetak terlebih
dahulu. Pengemasan ketiga dalam bentuk press atau slof, kemasan keempat dalam
bentuk bal (corrugated)
4.2.3. Detail Produk
1. Sigaret Kretek Klobot Manis
Rokok yang pertama diproduksi oleh P.T. Gudang Garam Tbk,. Kekhasan
racikan tembakau dan cengkeh dengan balutan kulit jagung tetap
dipertahankan sebagai simbol sejarah kretek asli Indonesia. Saat ini, Rokok
Klobot ditawarkan dalam 2 pilihan rasa yaitu Manis dan Tawar. Tersedia
dalam kemasan 6 batang.
2. Sigaret Kretek Klobot Tawar
Klobot Tawar tersedia dalam kemasan isi 6 dan isi 12.
44
3. GG Merah King Size (Soft Pack)
Rokok kretek buatan tangan dikenal dengan nama Gudang Garam Merah,
merek rokok ini tersedia dalam pilihan kemasan 12 dan 16 batang.
Bungkusnya yang terbuat dari kertas tebal atau tipis juga disesuaikan dengan
kebutuhan pasar masing-masing.
4. GG Merah King Size (Hard Pack)
Isi 12 batang
5. GG Merah King Size (Hard Pack)
Isi 16 batang
6. GG Djaja
Rokok kretek buatan tangan dikenal juga dengan sebutan Djaja Hijau, sesuai
dengan warna bungkusnya. Merek rokok ini tersedia dalam kemasan isi 12
batang.
7. Taman Sriwedari Lurik
Rokok kretek buatan tangan, walaupun tidak menyandang nama Gudang
Garam pada mereknya, tetapi rasa dan aroma khas Gudang Garam
8. Taman Sriwedari Biru Lurik
Taman Sriwedari ditawarkan dalam 2 pilihan rasa yaitu Taman Sriwedari
Lurik dan Taman Sriwedari Biru Lurik. Keduanya tersedia dalam kemasan isi
12 batang.
45
9. GG Special de Luxe
Rokok kretek ini merupakan cerminan kualitas premium hasil ciptaan tangan
manusia. Kemasan berwarna emas dengan isi 16 batang mempertegas tampilan
eksklusif dari rokok ini.
10. GG Tanda Mata
Rokok kretek buatan tangan ini diciptakan dengan ukuran batang dan kemasan
yang unik. Gudang Garam Tanda Mata ini ditawarkan dengan isi 12 batang.
11. GG Filter International Merah
Rokok kretek filter ini adalah rokok dengan penjualan tertinggi,. Tersedia
dalam kemasan 12 batang dan 50 batang.
12. GG Filter International Merah
Kemasan isi 50 Batang ini menggunakan kaleng eksklusif.
13. GG Filter International Coklat
Tersedia dalam kemasan 12 Batang
14. GG Filter Surya
Rokok filter Citarasa campuran tembakau dan cengkeh yang berkualitas dalam
kemasan yang modern. Tersedia dalam kemasan 12 batang.
15. GG Filter Surya
Surya 16 adalah merek rokok filter premium Tersedia dalam kemasan 16
batang.
16. GG Filter Surya Profesional
16 Batang - Dipasarkan di Singapore, Malaysia, Lengkawi, Brunei Darusalam,
Taiwan, Korea Selatan, Saudi Arabia, Perancis, Jerman dan Belanda.
46
4.3. Pemasaran
Perseroan memiliki jaringan pemasaran yang cukup luas didalam maupun
diluar negeri, berikut tiga distributor utama yaitu
1. PT. Surya Jaya Bhakti
Jl. Jenderal A. Yani 79 Jakarta – 10510.
2. PT. Surya Kerta Bhakti
Jl. Raya Palur, Kotak Pos 138. Surakarta 57771.
3. PT. Surya Bhakti Utama
Jl. Pengenal 7 – 15. Surabaya – 60174.
Kantor Perwakilan di luar negeri
Malaysia, Brunei Darussalam, Japan, Taiwan, United Arab Emirates, California,
Australia, Germany, Netherland, France, Switzerland (sumber website P.T.
Gudang Garam Tbk, 2002)
4.4. Data pokok keuangan
P.T. Gudang Garam Tbk, tahun penjualan dari tahun 2000 sampai
dengan tahun 2002, diambil dari IndoExchange.com
1. Total Penjualan bersih (lokal dan Ekspor) menunjukkan dari tahun 2000
sampai dengan 2002 menunjukkan peningkatan setiap tahunnya
2. Laba, laba kotor dan laba usaha mengalami kenaikan pertahun akan tetapi laba
bersih mengalami penurunan
3. Saham dalam peredarannya, tidak mengalami penambahan, laba persaham
menunjukkan penurunan.
4. Neraca, semua komponen neraca menunjukkan kenaikan
47
5. Analisa laba dan Rasio
a. Margin laba kotor atau Gross Profit Margin (GPM)
GPM menunjukkan penurunan dari semula tahun 2000, sebesar 27.58%
turun menjadi 23.07% pada tahun 2002, GPM tahun 2000 sebesar 27,58%
berarti bahwa setiap penjualan neto Rp 1,00 menghsilkan laba kotor
sebesar Rp 0,275. dalam perkembangannya rasio GPM mengalami
penurunan ini berarti perusahaan dalam keadaan kurang baik
b. Marjin laba bersih atau Net Profit Margin (NPM)
NPM dari tahun 2000 sampai dengan 2002 menunjukkan penurunan, dari
semula 14,99% (tahun 2000) menjadi 9,97% (tahun 2002). Hal ini
menunjukkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan setiap
penjualan pertahun mengalami penurunan
c. Rasio lancar
Rasio lancar perusahaan selama tiga tahun berada di atas 200% berarti
perusahaan dalam kondisi sehat, Rsio lancar pada tahun 2000 sebesar
200,13% berarti setiap hutang lancar sebesar Rp.1,00 dijamin oleh aktiva
lancar sebesar Rp.2,00.
d. Rentabilitas rata-rata ekuitas atau (DER),
DER dari tahun 2000 sampai dengan 2002 menunjukkan penurunan dari
77,43% menjadi 59,15%, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam
kondisi baik, karena semakin rendah DER berarti semakin beasr
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.
48
e. Rentabilitas rata-rata aktiva atau (DAR),
DAR dari tahun 2000 sampai dengan 2002 menunjukkan penurunan dari
43,64% menjadi 37,16%, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam
kondisi baik, karean resiko bagi kreditur karena ketidakmampuan
perusahaan dalam membayar semua kewajiban menurun.
6. Pangsa pasar
Pada tahun 2000 pangsa pasar mencapai 35,67%, pada tahun 2001 mencapai
33,76% dan tahun 2002 mencapai 34%
Pangsa pasar Penjualan lokal mengalami penurunan, pada tahun 2000 jumlah
penjualan mencapai 70.312 juta batang, pada tahun 2001 turun menjadi 66.338
juta batang dan pada tahun 2002 turun menjadi 61.405 juta batang
Penjualan Ekport mengalami kenaikan dari tahun 2000 sebesar 3.739 juta
batang menjadi 3.844 juta batang pada tahun 2001 dan pada tahun 2002 naik
lagi menjadi 4.134 juta batang
Berdasarkan jenis rokok yaitu, sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret kretek
mesin (SKM) dari tahun 2000 sampai dengan 2002, keduanya mengalami
penurunan penjualan
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis data dan pembahasan, data
yang akan dianalisis adalah data sekunder yaitu laporan keuangan konsolidasi
yang dilaporkan oleh P.T. Gudang Garam Tbk, yang telah diaudit, laporan
keauangan yang akan dianalisis adalah neraca konsolidasi, laporan laba-rugi
konsolidasi, dan laporan saldo laba konsolidasi dari tahun 1993 sampai dengan
2003.
Langkah pertama dalam analisis ini adalah dengan menggunakan
perhitungan analisis rasio keuangan, analisis rasio keuangan dipilih karena rasio
keuangan menghasilkan suatu prosentase dimana jika menggunakan nilai nominal
rupiah akan sulit untuk melihat perkembangan keauangan secara proporsional,
ketika terjadi krisis moneter nilai nominal uang terhadap nilai tukar barang akan
berubah, sehingga akan lebih obyektif jika menggunakan analisis rasio, serta
disertai dengan kurva guna memudahkan melihat pergerakan nilai rasio dari tahun
ketahun.
Langkah kedua menggunakan uji statistik uji beda rata-rata data tidak
berpasangan pada sampel kecil, dengan taraf nyata 5%, dua tail dan degree of
freedom 8. untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang significant antara
prestasi kerja sebelum dan sesudah krisis moneter tahun 1998.
49
50
5.1. Analisis Rasio
5.1.1. Rasio Likuiditas
1. Current Ratio atau Rasio Lancar
LancarKewajiban
Lancar Aktiva CR
Tabel V.1 Penghitungan Current Ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Aktiva lancar (Jutaan Rp)
Kewajiban lancar (Jutaan Rp)
Current ratio (%)
1993 2.181.916 1.417.932 153,88 1994 2.703.452 1.797.718 150,38 1995 2.999.593 1.671.387 179,47 1996 3.292.979 1.624.914 202,66 1997 4.029.331 2.135.223 188,71 1998 5.101.774 2.402.020 212,40 1999 6.677.242 2.145.788 311,18 2000 9.130.444 4.562.345 200,13 2001 11.123.218 5.058.526 219,89 2002 11.491.018 5.527.058 207,90 2003 11.923.663 6.057.693 196,84
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
Grafik V.1 Grafik Current Ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai tahun 1993 sampai dengan 2003
0
50
100
150
200
250
300
350
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
51
Nilai rasio lancar mengindikasikan kemampuan aktiva lancar
perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar, dari perhitungan tahun 1993
diperoleh rasio lancar sebesar 153,88%. Nilai ini dapat diintrepetasikan
bahwa untuk setiap satu rupiah kewajiban jangka pendek dijamin dengan 1,53
rupiah aktiva lancar. Pada tahun-tahun berikutnya rasio lancar perusahaan
naik mendekati angka 2, yaitu nilai rasio dimana setiap satu rupiah kewajiban
lancar dijamin dengan 2 rupiah aktiva lancar atau 2 kali. Kecuali pada tahun
1999 nilai rasio lancar perusahaan mencapai 3,11 hal ini kemungkinan
sebagai imbas dari krisis moneter tahun 1998 dimana perusahaan berusaha
menjaga keamanan likuiditas perusahaan.
2. Quick Test Ratio Atau Rasio Cepat
Rasio QuickLancar Hutang
Persediaan -Lancar Aktiva
Tabel V.2 Penghitungan Quick Test Ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Aktiva Lancar
(Jutaan Rp)
Persediaan (Jutaan Rp)
Kewajiban Lancar
(Jutaan Rp)
Quick test ratio (%)
1993 2.181.916 1.889.113 1.417.932 20,65 1994 2.703.452 2.253.209 1.797.718 25,05 1995 2.999.593 2.327.965 1.671.387 40,18 1996 3.292.979 2.455.187 1.624.914 51,56 1997 4.029.331 3.252.588 2.135.223 36,38 1998 5.101.774 3.467.864 2.402.020 68,02 1999 6.677.242 4.250.502 2.145.788 113,09 2000 9.130.444 7.197.500 4.562.345 42,37 2001 11.123.218 9.103.779 5.058.526 39,92 2002 11.491.018 9.381.700 5.527.058 38,16 2003 11.923.663 9.528.579 6.057.693 39,54
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
52
Grafik V.2 Grafik Quick Test Ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai tahun 1993 sampai dengan 2003
0
20
40
60
80
100
120
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio Cepat atau Quick test Ratio Adalah hampir sama dengan rasio
lancar akan tetapi pada aktiva lancar dikurangi persediaan. Rasio ini
memberikan indikator yang lebih baik dalam melihat likuiditas perusahaan
dibandingkan dengan rasio lancar. Penghilangan persediaan, karena
persediaan memerlukan jangka waktu yang agak lama untuk dikonversi
menjadi kas. Dari perhitungan tahun 1993 diperoleh rasio cepat sebesar
20,65% Nilai ini dapat diintrepetasikan bahwa untuk setiap satu rupiah
hutang lancar dijamin dengan 0,2 rupiah aktiva cepat. Pada tahun-tahun
berikutnya aktiva cepat mengalami kenaikan, dengan kenaikan tertinggi pada
tahun 1999 sebesar 1,13 atau 113% rasio cepat. Hal ini menunjukkan pada
tahun 1999 perusahaan sangat menjaga keamanan likuiditas kemungkinan
untuk menjaga kepercayaan kreditur karena ketika itu sedang terjadi krisis
moneter.
53
3. Net Working Capital atau modal kerja bersih
LancarKewajiban
Lancar Kewajiban -Lancar Aktiva NWC
Tabel V.3 Penghitungan Net Working Capital
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Aktiva Lancar
(Jutaan Rp)
Kewajiban Lancar
(Jutaan Rp)
Net Working Capital
NWC (%)
1993 2.181.916 1.417.932 0,5388 53,88
1994 2.703.452 1.797.719 0,5038 50,38
1995 2.999.593 1.671.388 0,7947 79,47
1996 3.292.979 1.624.914 1,0266 102,66
1997 4.029.331 2.135.223 0,8871 88,71
1998 5.101.774 2.402.020 1,1240 112,40
1999 6.677.242 2.145.788 2,1118 211,18
2000 9.130.444 4.562.345 1,0013 100,13
2001 11.123.218 5.058.526 1,1989 119,89
2002 11.491.018 5.527.058 1,0790 107,90
2003 11.923.663 6.057.693 0,9684 96,84 Sumber : Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
Grafik V.3 Grafik Net Working Capital
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai tahun 1993 sampai dengan 2003
0
50
100
150
200
250
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
54
Modal kerja bersih atau Net Working Capital (NWC), Rasio modal
kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap
kewajiban lancar, atau menunjukkan seberapa besar modal kerja bersih yang
dimiliki perusahaan dibandingkan dengan kewajiban lancar. Dari perhitungan
tahun 1993 diperoleh rasio modal kerja bersih sebesar 53,88%. Ini berarti
modal kerja bersih perusahaan sebesar 53,88% dari kewajiban lancar, atau
juga bisa bilang bahwa modal kerja bersih P.T. Gudang Garam Tbk, tahun
1993 sebesar separuh dari total kewajiban jangka pendeknya.
Seperti halnya rasio likuiditas yang lain rasio ini dari tahun 1993
sampai dengan tahun 2003 mengalami kecenderungan mendekati angka 1
atau 100% kecuali pada tahun 1999 mencapai angka 2,11 atau 211,18%.
Modal kerja bersih yang terlalu besar menunjukkan bahwa manajemen
kurang efisien dalam mengelola sumber-sumber keuangan dengan banyaknya
akiva yang menganggur.
55
5.1.2. Rasio Solvabilitas atau Daya Ungkit atau Leverage
1. Penghitungan Debt to aset ratio (DAR)
Aktiva Total
Kewajiban TotalDAR
Tabel V.4 Penghitungan Debt to aset ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Total
Kewajiban (Jutaan Rp)
Total Aktiva (Jutaan Rp)
Debt to Aset Ratio
DAR (%)
1993 1.433.771 3.029.737 0,4732 47,32 1994 1.797.719 3.567.791 0,5039 50,39 1995 1.879.018 3.914.547 0,4800 48,00 1996 1.767.894 4.314.323 0,4098 40,98 1997 2.135.224 5.299.850 0,4029 40,29 1998 2.402.023 6.532.916 0,3677 36,77 1999 2.283.363 8.076.917 0,2827 28,27 2000 4.732.082 10.843.195 0,4364 43,64 2001 5.249.932 13.448.124 0,3904 39,04 2002 5.742.994 15.452.703 0,3716 37,16 2003 6.368.018 17.338.899 0,3673 36,73
Sumber : Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
Grafik V.4 Grafik Debt to aset ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai tahun 1993 sampai dengan 2003
0
10
20
30
40
50
60
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Dari
56
perhitungan tahun 1993 diperoleh rasio DAR sebesar 47,32% maksudnya
bahwa pada tahun 1993 presentasi aktiva yang didanai dari hutang 47,32%.
Dari perhitungan dari tahun 1993 sampai dengan 2003 DAR perusahaan rata-
rata berada di atas 35% kecuali pada tahun 1999 DAR berada pada titik
terendah di posisi 28% atau dibawah rata-rata pada tahun-tahun sebelum dan
sesudahnya dan terlihat mempunyai kecenderungan menurun. Semakin
rendah nilai rasio berarti semakin sedikit presentase aktiva yang didukung
oleh hutang, dan mengakibatkan adanya penurunan biaya bunga pinjaman,
sehingga semakin sedikit rasio DAR maka perusahaan semakin sehat.
2. Penghitungan Debt to Equity Ratio (DER)
Ekuitas Total
Kewajiban Total DER
Tabel V. 5 Penghitungan Debt to Equity Ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Total
Kewajiban (Jutaan Rp)
Total Ekuitas (Jutaan Rp)
Debt To Equity Ratio
DER (%)
1993 1.433.771 1.595.966 0,8984 89,84 1994 1.797.719 1.770.072 1,0156 101,56 1995 1.879.018 2.035.529 0,9231 92,31 1996 1.767.894 2.546.427 0,6943 69,43 1997 2.135.224 3.164.626 0,6747 67,47 1998 2.402.023 4.130.893 0,5815 58,15 1999 2.283.363 5.793.549 0,3941 39,41 2000 4.732.082 6.111.108 0,7743 77,43 2001 5.249.932 8.198.192 0,6404 64,04 2002 5.742.994 9.709.701 0,5915 59,15 2003 6.368.018 10.970.871 0,5804 58,04
Sumber : Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
57
Tabel V. 5 Penghitungan Debt to Equity Ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0
20
40
60
80
100
120
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang
saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, maka semakin
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham Dari
hasil perhitungan di atas dan yang disajikan dalam bentuk kurva dapat dilihat
bahwa pergerakan rasio bergerak menurun kecuali pada tahun 2000 ada
pergerakan naik, pada tahun 1993 DER sebesar 89,84%. Maksud rasio
tersebut bahwa presentase aktiva yang didanai oleh hutang adalah 89,84%
Secara keseluruhan dari penyajian data di atas dapat diartikan bahwa
dari tahun 1993 sampai tahun 2004 rasio mengalami kecenderungan menurun
sehingga dari tahun ke tahun semakin menurun rasio pendaaan aktiva dari
hutang dan semakin tingginya pendanan untuk dari dalam perusahaan atau
pemegang saham. Rasio yang semakin kecil juga mengakibatkan pembayaran
bunga yang kecil sehingga semakin sehat bagi perusahaan.
58
3. Penghitungan Equity Multiplier
Ekuitas Total
Aktiva Total EM
Tabel V.6 Penghitungan Equity Multiplier
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Total Aktiva (Jutaan Rp)
Total Ekuitas (Jutaan Rp)
Equity Multiplier
1993 3.029.737 1.595.966 1,8984 1994 3.567.791 1.770.072 2,0156 1995 3.914.547 2.035.529 1,9231 1996 4.314.323 2.546.427 1,6943 1997 5.299.850 3.164.626 1,6747 1998 6.532.916 4.130.893 1,5815 1999 8.076.917 5.793.549 1,3941 2000 10.843.195 6.111.108 1,7743 2001 13.448.124 8.198.192 1,6404 2002 15.452.703 9.709.701 1,5915 2003 17.338.899 10.970.871 1,5804
Sumber : Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
Tabel V.6 Penghitungan Equity Multiplier
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mendayagunakan ekuitas pemegang saham, semakin rendah rasio, semakin
bagus kinerja perusahaan dari pengelolaan ekuitas. Dari penyajian data di
atas dapat di baca bahwa rasio ini berada pada range antara 1,4 sampai
dengan 2,0 dan ada gejolak pada tahun 1999 dan 2000
59
4. Penghitungan Interest Coverage
Bunga Biaya
EBIT IC
Tabel V.7 Penghitungan Interest Coverage
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun EBIT
(Jutaan Rp) Biaya Bunga (Jutaan Rp)
Interest Coverage
1993 324.822 86.878 3,7388 1994 497.351 108.923 4,5661 1995 669.766 140.325 4,7730 1996 1.024.404 90.511 11,3181 1997 1.364.258 59.026 23,1127 1998 1.968.654 152.432 12,9150 1999 3.012.395 47.021 64,0649 2000 3.254.663 91.016 35,7592 2001 3.389.977 384.106 8,8256 2002 3.455.030 442.351 7,8106 2003 2.930.647 338.744 8,6515
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
Grafik V.7 Grafik Interest Coverage
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0
10
20
30
40
50
60
70
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Interest Coverage menunjukkan kemampuan laba kotor dalam menutup
biaya bunga, rasio tahun 1993 sebesar 3,73 menunjukkan bahwa keuntungan
kotor yang tersedia 3,7 kali dari jumlah biaya bunga yang harus dibayar.
60
Interest Coverage P.T. Gudang Garam Tbk, dihitung dengan membagi laba
kotor di bagi biaya bunga kotor.
Pada tahun 1999 dan 2000 menunjukkan angka rasio yang sangat
tinggi hal ini disebabkan karena adanya ketidak laziman, kalau pada tahun-
tahun sebelumnya P.T. Gudang Garam Tbk, pos beban bunga lebih besar dari
pendapatan bunga, akan tapi mulai tahun 1999 P.T. Gudang Garam Tbk,
memperoleh pendapatan bunga sebesar 163,97 milyar rupiah dan beban bunga
sebesar 47,02 milyar rupiah yang tercantum dalam laporan keuangan tahun
1999. Surplus bunga hanya terjadi pada tahun 1999 dan tahun 2000, selain
tahun itu beban bunga lebih besar dari pada pendapatan bunga.
5.1.3. Rasio Profitabilitas
1. Penghitungan Gross profit margin
BersihPenjualan
HPP) -bersih (Penjualan GPM
Tabel V.8 Penghitungan Gross profit margin
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Penjualan Bersih
(Jutaan Rp) HPP
(Jutaan Rp) Gross Profit
Margin 1993 3.874.452 3.287.158 0,1516 1994 4.783.722 3.956.400 0,1729 1995 5.594.578 4.547.480 0,1872 1996 6.558.296 5.032.419 0,2327 1997 7.517.909 5.610.554 0,2537 1998 9.973.172 7.352.019 0,2628 1999 12.694.605 8.943.319 0,2955 2000 14.964.674 10.837.213 0,2758 2001 17.970.450 13.519.452 0,2477 2002 20.939.084 16.108.007 0,2307 2003 23.137.376 18.615.630 0,1954
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
61
Grafik V.8 Grafik Gross profit margin
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0
5
10
15
20
25
30
35
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari
setiap barang yang dijual, dari perhitungan di atas GPM tahun 1993 sebesar
0,15 ini berarti bahwa setiap satu rupiah penjualan, perusahaan mendapatkan
keuntungan kotor sebesar 0,15 rupiah. Pada kurva di atas GPM terbesar
terjadi pada tahun 1999 dan 2000, hal ini bisa dibaca bahwa krisis moneter
tidak mempengaruhi keuntungan kotor perusahaan.
62
2. Penghitungan Net Profit Margin
BersihPenjualan
Bersih Laba NPM
Tabel V.9 Penghitungan Net Profit Margin
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Laba Bersih (Jutaan Rp)
Penjualan Bersih (Jutaan Rp)
Net Profit Margin
1993 158.961 3.874.452 0,0410 1994 248.665 4.783.722 0,0520 1995 366.472 5.594.578 0,0655 1996 655.205 6.558.296 0,0999 1997 905.812 7.517.909 0,1205 1998 1.110.792 9.973.172 0,1114 1999 2.276.632 12.694.605 0,1793 2000 2.243.215 14.964.674 0,1499 2001 2.087.361 17.970.450 0,1162 2002 2.086.891 20.939.084 0,0997 2003 1.838.673 23.137.376 0,0795 Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
Grafik V.9 Grafik Net Profit Margin
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio ini menggambarkan besarnya prosentase keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan karena
memasukkan semua unsur pendapatan dan biaya. Berdasarkan hasil
63
perhitungan diperoleh rasio NPM tahun 1993 sebesar 4,1% yang berarti
untuk setiap seratus rupiah penjualan, perusahaan mendapatkan keuntungan
bersih sebesar 4,1 rupiah. Pada kurva NPM mempunyai bentuk mirip dengan
kurva NPM, dimana pada tahun 1999 menunjukkakan nilai NPM yang paling
tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa P.T. Gudang Garam Tbk,
memperoleh laba kotor tertinggi pada tahun 1999.
3. Penghitungan Return On Asset
Aktiva Total
Bersih Laba ROA
Tabel V.10 Penghitungan Return On Asset
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Laba Bersih (Jutaan Rp)
Total Aktiva (Jutaan Rp)
Return On Asset
1993 158.961 3.029.737 0,0525 1994 248.665 3.567.791 0,0697 1995 366.472 3.914.547 0,0936 1996 655.205 4.314.323 0,1519 1997 905.812 5.299.850 0,1709 1998 1.110.792 6.532.916 0,1700 1999 2.276.632 8.076.917 0,2819 2000 2.243.215 10.843.195 0,2069 2001 2.087.361 13.448.124 0,1552 2002 2.086.891 15.452.703 0,1351 2003 1.838.673 17.338.899 0,1060
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
64
Grafik V.10 Grafik Return On Asset
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0
5
10
15
20
25
30
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan bersih dari setiap satu rupiah aset yang digunakan.
Untuk menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya
dalam kegiatan operasional perusahaan. Dari perhitungan di atas diperoleh
ROA tahun 1993 sebesar 5,25% hal ini dapat diartikan bahwa setiap seratus
rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan, perusahaan mendapatkan keuntungan
bersih sebesar 5,25 rupiah. Pada kurva terlihat bahwa pada tahun 1999 ROA
berada pada puncak tertinggi dengan 28,19% berarti setiap seratus rupiah
aktiva yang dimiliki perusahaan, perusahaan mendapatkan keuntungan bersih
sebesar 28,19 rupiah.
65
4. Penghitungan Return On Equity
Saham Modal
Bersih Laba ROE
Tabel V.11 Penghitungan Return On Equity
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Laba Bersih (Jutaan Rp)
Total Ekuitas (Jutaan Rp)
Return On Equity (%)
1993 158.961 1.595.966 0,0996 1994 248.665 1.770.072 0,1405 1995 366.472 2.035.529 0,1800 1996 655.205 2.546.427 0,2573 1997 905.812 3.164.626 0,2862 1998 1.110.792 4.130.893 0,2689 1999 2.276.632 5.793.549 0,3930 2000 2.243.215 6.111.108 0,3671 2001 2.087.361 8.198.192 0,2546 2002 2.086.891 9.709.701 0,2149 2003 1.838.673 10.970.871 0,1676
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
Grafik V.11 Grafik Return On Equity
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0
10
20
30
40
50
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya pengembalian setiap
rupiah modal dari pemilik. Dari perhitungan diperoleh nilai ROE tahun 1993
sebesar 9,96% yang berarti untuk seratus rupiah investasi pemegang saham,
66
perusahaan memberikan kembalian sebesar 9,96 rupiah. Nilai ROE ini bisa
digunakan sebagai acuan untuk membandingkan dengan jika berinvestasi
dengan bentuk lain misalkan jika didepositokan, jika bunga deposito lebih
rendah dengan ROE perusahaan, maka bagi investor akan lebih
menguntungkan jika menginvestasikan dananya ke perusahaan.
Dari sajian kurve di atas ROE mencapai puncaknya pada tahun 1999
yaitu sebesar 39,3% tentunya dengan nilai ROE yang tinggi ini investor
sangat diuntungkan
5. Penghitungan Earning Per Share
Beredar yang SahamJumlah
Bersih Laba EPS
Tabel V.12 Penghitungan Earning Per Share
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Laba Bersih (Jutaan Rp)
Jmlh Saham yang Beredar
(Jutaan lembar)
Earning Per Share
1993 158.961 481,022 330,47 1994 248.665 481,022 516,95 1995 366.472 481,022 761,86 1996 655.205 1.924,088 340,53 1997 905.812 1.924,088 470,77 1998 1.110.792 1.924,088 577,31 1999 2.276.632 1.924,088 1.183,23 2000 2.243.215 1.924,088 1.165,86 2001 2.087.361 1.924,088 1.084,86 2002 2.086.891 1.924,088 1.084,61 2003 1.838.673 1.924,088 955,61
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
67
Grafik V.12 Grafik Earning Per Share
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap
satu lembar saham. Dari hasil perhitungan diperoleh EPS tahun 1993 sebesar
330,47 berarti untuk setiap satu lembar saham, laba yang diperoleh adalah
Rp330,47. dari kurva terlihat bahwa nilai rupiah laba per saham ada kenaikan
sesudah krisis moneter tahun 1998, pada tahun 1996 terjadi penurunan EPS
hal ini terjadi karena perusahaan melakukan stock split atau pemecahan
saham, dari semula 481.022.000 saham menjadi 1.924.088.000 saham.
Kenaikan nilai EPS paska tahun 1998 belum bisa mengindikasikan adanya
kenaikan dua kali lipat keuntungan bersih karena paska tahun 1998 terjadi
penurunan nilai tukar nominal uang terhadap barang atau inflasi.
68
6. Penghitungan Payout Ratio
Bersih Laba
KasDividen PR
Tabel V.13
Penghitungan Payout Ratio P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Deviden Kas (Jutaan Rp)
Laba Bersih (Jutaan Rp)
Payout Ratio (%)
1993 72.153 158.961 45,39 1994 74.558 248.665 29,98 1995 101.015 366.472 27,56 1996 144.307 655.205 22,02 1997 288.613 905.812 31,86 1998 230.891 1.110.792 20,79 1999 500.263 2.276.632 21,97 2000 1.924.088 2.243.215 85,77 2001 0 2.087.361 00,00 2002 577.227 2.086.891 27,66 2003 577.227 1.838.673 31,39
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
Grafik V.13 Grafik Payout Ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0
20
40
60
80
100
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio ini menggambarkan persentase deviden kas yang diterima oleh
pemegang saham terhadap laba bersih yang diperoleh perusahaan. Dari hasil
69
perhitungan bahwa nilai untuk tahun 1993 adalah sebesar 0,4539 berarti
bahwa 45,39% dari laba bersih perusahaan dibagikan sebagai dividen kas,
sedangkan 54,61% digunakan sebagai tambahan ekuitas atau modal usaha.
Jumlah dividen yang dibayarkan pada pemegang saham ini nantinya
akan digunakan sebagai dasar untuk menghitung berapa sebenarnya harga
saham perusahaan. Sedangkan untuk tahun 2001 tidak ada pembagian dividen
kas.
7. Penghitungan Retention Ratio
Bersih Laba
Berjalan Tahun Ditahan Laba RR
Tabel V.14 Penghitungan Retention Ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Laba Ditahan Th Berjalan (Jutaan Rp)
Laba Bersih (Jutaan Rp)
Retention Ratio (%)
1993 86.808 158.961 54,61 1994 174.107 248.665 70,02 1995 265.457 366.472 72,44 1996 510.898 655.205 77,98 1997 618.199 905.812 68,25 1998 879.901 1.110.792 79,21 1999 1.776.369 2.276.632 78,03 2000 319.127 2.243.215 14,23 2001 2.087.361 2.087.361 100 2002 1.509.664 2.086.891 72,34 2003 1.261.446 1.838.673 68,61
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
70
Grafik V.14 Grafik Retention Ratio
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0
20
40
60
80
100
120
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Retention ratio (RR) adalah laba ditahan dibagi laba bersih, RR
ditambah payout ratio sama dengan satu. Rasio ini menggambarkan
persentase laba bersih yang digunakan untuk penambahan modal perusahaan.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai RR untuk tahun 1993 adalah
54,61%, berarti bahwa 45,39% dari total laba bersih digunakan untuk
penambahan modal. sedangkan pada tahun 2001 RR bernilai 1, yang berarti
dari total laba bersih semua digunakan untuk penambahan modal.
71
5.1.4. Rasio Aktivitas
1. Penghitungan Rata-rata umur piutang
Rata-rata umur piutang = 365Penjualan/
Dagang Piutang
Tabel V.15 Penghitungan Rata-rata umur piutang
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Penjualan
Bersih (Jutaan Rp)
Piutang Dagang
(Jutaan Rp)
1 tahun = 365 Hari
Rata-Rata Umur
Piutang
1993 3.874.452 198.163 365 18,6683 1994 4.783.722 325.176 365 24,8111 1995 5.594.578 399.719 365 26,0784 1996 6.558.296 501.237 365 27,8962 1997 7.517.909 627.177 365 30,4499 1998 9.973.172 965.548 365 35,3373 1999 12.694.605 1.194.404 365 34,3419 2000 14.964.674 1.642.503 365 40,0619 2001 17.970.450 1.607.293 365 32,6459 2002 20.939.084 1.441.422 365 25,1262 2003 23.137.376 1.687.062 365 26,6140
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
Grafik V.15 Grafik Rata-rata umur piutang
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0
10
20
30
40
50
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Dengan melihat rasio ini, kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari
piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih. Rata-rata penerimaan
72
piutang untuk tahun 1993 adalah 19 hari sedangkan pada tahun 1994 selama
25 hari. Semakin cepat rata-rata penerimaan piutang akan semakin baik
kinerja perusahaan dalam mengelola piutang. Pertimbangan lain dalam
manajemen piutang adalah mengenai pengaruh dari kebijakan pemberian
piutang terhadap peningkatan penjualan.
2. Penghitungan Inventory Turn Over
Persediaan
Penjulan Pokok Harga ITO
Tabel V. 16 Penghitungan Inventory Turn Over
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Harga Pokok
Penjualan (Jutaan Rp)
Persediaan Barang
(Jutaan Rp)
Inventory Turn Over
1993 3.287.158 1.889.113 1,7401 1994 3.956.400 2.253.209 1,7559 1995 4.547.480 2.327.965 1,9534 1996 5.032.419 2.455.187 2,0497 1997 5.610.554 3.252.588 1,7250 1998 7.352.019 3.467.864 2,1200 1999 8.943.319 4.250.502 2,1041 2000 10.837.213 7.197.500 1,5057 2001 13.519.452 9.103.779 1,4850 2002 16.108.007 9.381.700 1,7170 2003 18.615.630 9.528.579 1,9537
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
73
Grafik V.16 Grafik Inventory Turn Over
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan
diubah menjadi penjualan. Rasio Inventory turn over (ITO) untuk tahun 1993
adalah 1,74 yang berarti dalam satu tahun persediaan diubah menjadi
penjualan sebanyak 1,74 kali, sedangkan untuk tahun 1998 adalah 2,12 kali.
Semakin tinggi rasio maka semakin cepat persediaan diubah menjadi
penjualan. Rasio yang terlalu tinggi berisiko terjadinya kekurangan
persediaan yang mengakibatkan larinya pelanggan, sedangkan rasio yang
terlalu rendah menyebabkan banyaknya persediaan yang menganggur yang
mengakibatkan aktiva menganggur terlalu banyak.
74
3. Penghitungan Lama Persediaan Mengendap
OverTurn Inventory
365 LPM
Tabel V.17 Penghitungan Lama Persediaan Mengendap
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Inventory Turn Over
(Jutaan Rp) Lama Persediaan
Mengendap
1993 1,7401 209,7636 1994 1,7559 207,8711 1995 1,9534 186,8523 1996 2,0497 178,0741 1997 1,7250 211,6002 1998 2,1200 172,1664 1999 2,1041 173,4740 2000 1,5057 242,4136 2001 1,4850 245,7851 2002 1,7170 212,5850 2003 1,9537 186,8286 Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
Grafik V.17 Grafik Lama Persediaan Mengendap
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0
50
100
150
200
250
300
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Jumlah hari dalam setahun (365) dibagi inventory turn over. Semakin
cepat persediaan dikonversi menjadi penjualan (semakin tinggi rasio), maka
semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang
75
menganggur terlalu lama. Lama persediaan mengendap untuk tahun 1993
adalah 209 hari sedangkan tahun 1994 adalah 207 hari. Semakin tinggi nilai
rasio menunjukkan terlalu lama persediaan ada di gudang, padahal persediaan
merupakan beban bagi perusahaan.
4. Penghitungan Total Asset turn over
Perputaran Total Aktiva = AktivaTotal
Penjualan
Tabel V.18 Penghitungan Total Asset turn over
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
Tahun Penjualan Bersih
(Jutaan Rp) Total Aktiva (Jutaan Rp)
Total Asset Turn Over
1993 3.874.452 3.029.737 1,2788 1994 4.783.722 3.567.791 1,3408 1995 5.594.578 3.914.547 1,4292 1996 6.558.296 4.314.323 1,5201 1997 7.517.909 5.299.850 1,4185 1998 9.973.172 6.532.916 1,5266 1999 12.694.605 8.076.917 1,5717 2000 14.964.674 10.843.195 1,3801 2001 17.970.450 13.448.124 1,3363 2002 20.939.084 15.452.703 1,3550 2003 23.137.376 17.338.899 1,3344
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
76
Grafik V.18 Grafik Total Asset turn over
P.T. Gudang Garam Tbk, mulai dari tahun 1993 sampai dengan 2003
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Dengan melihat rasio ini kita bisa mengetahui efektivitas penggunaan
aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dari hasil perhitungan tahun 1993
diperoleh rasio Total asset turn over sebesar 1,27 yang berarti untuk setiap
satu rupiah aktiva, perusahaan menghasilkan 1,27 rupiah penjualan.
Total asset turn over P.T. Gudang Garam Tbk, dari tahun 1993
sampai dengan tahun 2003 rata-rata mendekati di level 1,5 hal ini
menunjukkan manajemen sudah cukup efektif dalam menggunakan aktiva
yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan karena Total asset turn over
bagi perusahaan yang produktif harus di atas satu.
77
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
RASIO LIKUIDITAS Current Ratio % 153,88 150,38 179,47 202,66 188,71 212,40 311,18 200,13 219,89 207,90 196,84 Quick test ratio % 20,65 25,05 40,18 51,56 36,38 68,02 113,09 42,37 39,92 38,16 39,54 Net Working Capital % 53,88 50,38 79,47 102,66 88,71 112,40 211,18 100,13 119,89 107,90 96,84
RASIO SOLVABILITAS debt to aset ratio % 47,32 50,39 48,00 40,98 40,29 36,77 28,27 43,64 39,04 37,16 36,73 debt to equity ratio % 89,84 101,56 92,31 69,43 67,47 58,15 39,41 77,43 64,04 59,15 58,04 Equity multiplier 1,8984 2,0156 1,9231 1,6943 1,6747 1,5815 1,3941 1,7743 1,6404 1,5915 1,5804 Interest Coverage 3,7388 4,5661 4,7730 11,3181 23,1127 12,9150 64,0649 35,7592 8,8256 7,8106 8,6515
RASIO PROFITABILITAS Gross Profit Margin % 15,16 17,29 18,72 23,27 25,37 26,28 29,55 27,58 24,77 23,07 19,54 Net Profit Margin % 4,10 5,20 6,55 9,99 12,05 11,14 17,93 14,99 11,62 9,97 7,95 Return On Asset % 5,25 6,97 9,36 15,19 17,09 17,00 28,19 20,69 15,52 13,51 10,60 Return On Equity % 9,96 14,05 18,00 25,73 28,62 26,89 39,30 36,71 25,46 21,49 16,76 Earning per Share (Rp) 330,47 516,95 761,86 340,53 470,77 577,31 1.183,23 1.165,86 1.084,86 1.084,61 955,61 Payout Ratio % 45,39 29,98 27,56 22,02 31,86 20,79 21,97 85,77 0,00 27,66 31,39 Retention Ratio % 54,61 70,02 72,44 77,98 68,25 79,21 78,03 14,23 100,00 72,34 68,61
RASIO AKTIVITAS Rata-rata Umur Piutang (hari) 18,67 24,81 26,08 27,90 30,45 35,34 34,34 40,06 32,65 25,13 26,61 Inventory turn over 1,7401 1,7559 1,9534 2,0497 1,7250 2,1200 2,1041 1,5057 1,4850 1,7170 1,9537 Lama Persediaan Mengendap 209,76 207,87 186,85 178,07 211,60 172,17 173,47 242,41 245,79 212,58 186,83 Total Asset Turn Over 1,2788 1,3408 1,4292 1,5201 1,4185 1,5266 1,5717 1,3801 1,3363 1,3550 1,3344
TABEL V. 19
REKAPITULASI NILAI RASIO KEUANGAN
P.T. GUDANG GARAM TBK, DARI TAHUN 1993 SAMPAI DENGAN 2003
78
5.2. Analisis Uji Beda
Langkah kedua dalam analisis ini adalah dengan menggunakan uji
statistik, uji beda, dalam hal ini adalah Uji hipotesis perbedaan dua mean dengan
sampel kecil, Penentuan uji statistik yang digunakan adalah adalah uji t atau t test
atau student distribution karena untuk sampel kecil dengan taraf nyata (significant
level) 5% dalam kurva normal (umum digunakan dalam penelitian ekonomi),
dengan pengujian dua sisi, untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang
signifikkan antara prestasi kerja sebelum krisis moneter dan sesudah krisis
moneter, yang mana yang diuji adalah data rasio-rasio keuangan. Maka akan
digunakan uji t sebagai berikut :
Rumus uji t,
2121
222
211
21
11
2
)1()1(
nnx
nn
SnSn
XXt
Deviasi standar sampel, S)1(
)( 2
n
XX i
Kriteria Pengujian :
= 5%
Degrees of Freedom = 5 + 5 - 2 = 8
Karena 2 sisi maka dicari t 0,025 sebesar 2,306
79
- Hipotesis diterima apabila = -2,306 < t hitung < 2,306
- Hipotesis ditolak apabila = -2,306 > t hitung > 2,306
5.2.1 Uji Statistik pada rasio Likuiditas
1. Uji Beda, uji T untuk Current Ratio sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.20
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Current Ratio
CR sebelum (X1) CR sesudah (X2) 1993 153,88 1999 311,18 1994 150,38 2000 200,13 1995 179,47 2001 219,89 1996 202,66 2002 207,90 1997 188,71 2003 196,84
MEAN 175,0186 227,1871 STDEV 22,4987 47,7840
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
47,7840)15(22,4987)15(
227,19 - 175,0222
x
t
T hitung = -2,2087
80
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji -2,2087 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
2. Uji Beda, uji T untuk Quick Test Ratio sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.21
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Quick Test Ratio
QTR sebelum (X1) QTR sesudah (X2) 1993 20,65 1999 113,09 1994 25,05 2000 42,37 1995 40,18 2001 39,92 1996 51,56 2002 38,16 1997 36,38 2003 39,54
MEAN 34,7632 54,6167 STDEV 12,3259 32,7245
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
7245,32)15(2,32591)15(
54,62 - 34,7622
x
t
T hitung = -1,2695
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji -1,2695 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
81
3. Uji Beda, uji T untuk Net Working Capital sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.22
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Net Working Capital
NWC sebelum (X1) NWC sesudah (X2) 1993 53,88 1999 211,18 1994 50,38 2000 100,13 1995 79,47 2001 119,89 1996 102,66 2002 107,90 1997 88,71 2003 96,84
MEAN 75,0186 127,1871 STDEV 22,4987 47,7840
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
7840,47)15(4987,22)15(
127,19 - 75,0222
x
t
T hitung = -2,2087
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji -2,2087 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
82
5.2.2 Uji Statistik pada rasio Solvabilitas
1. Uji Beda, uji T untuk Debt to Assets Ratio sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.23 Penghitungan MEAN dan STDEV pada Debt to Assets Ratio
DAR sebelum (X1) DAR sesudah (X2) 1993 47,32 1999 28,27 1994 50,39 2000 43,64 1995 48,00 2001 39,04 1996 40,98 2002 37,16 1997 40,29 2003 36,73
MEAN 45,3955 36,9683 STDEV 4,5007 5,5804
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
,58045)15(,50074)15(
36,97-45,4022
x
t
T hitung = 2,6284
Kesimpulan
H0 = Ditolak
H1 = Diterima
Hasil statistik uji 2,6284 adalah lebih besar dari 2,306 sehingga ada
perbedaan yang significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis
moneter, sehingga hipotesa (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (H1) Diterima
2. Uji Beda, uji T untuk Debt to Equity Ratio sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.24 Penghitungan MEAN dan STDEV pada Debt to Equity Ratio
DER sebelum (X1) DER sesudah (X2) 1993 89,84 1999 39,41 1994 101,56 2000 77,43 1995 92,31 2001 64,04 1996 69,43 2002 59,15 1997 67,47 2003 58,04
MEAN 84,1216 59,6151 STDEV 14,9756 13,6741
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
83
5
1
5
1
255
,574113)15(,975614)15(
59,62-84,1222
x
t
T hitung = 2,7022
Kesimpulan
H0 = Ditolak
H1 = Diterima
Hasil statistik uji 2,7022 adalah lebih besar dari 2,306 sehingga ada
perbedaan yang significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis
moneter, sehingga hipotesa (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (H1) Diterima
3. Uji Beda, uji T untuk Equity Multiplier sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.25
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Equity Multiplier
EM sebelum (X1) EM sesudah (X2) 1993 1,8984 1999 1,39411994 2,0156 2000 1,77431995 1,9231 2001 1,64041996 1,6943 2002 1,59151997 1,6747 2003 1,5804
MEAN 1,8412 1,5962 STDEV 0,1498 0,1367
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
7136,0)15(9814,0)15(
1,5962-1,841222
x
t
T hitung = 2,7022
Kesimpulan
H0 = Ditolak
H1 = Diterima
Hasil statistik uji 2,7022 adalah lebih besar dari 2,306 sehingga ada
perbedaan yang significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis
84
moneter, sehingga hipotesa (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (H1)
Diterima.
4. Uji Bed h krisis
V.2
Penghitunga N DEV I overage
IC sebelum IC ah
a, uji T untuk Interest Coverage sebelum krisis dan sesuda
Tabel 6
n MEA dan ST pada nterest C
(X1) sesud (X2) 1993 3,7388 1999 64,06491994 4,5661 2000 35,75921995 4,7730 2001 8,82561996 11,3181 2002 7,81061997 23,1127 2003 8,6515
MEAN 9,5017 25,0224 STDEV 8,1928 24,8303
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5(
5
1
5
1
255
7136,0)15(9814,0)1
1,5962-1,841222
x
t
73
Hasil statistik uji -1,3273 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
T hitung = -1,32
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
85
5.2.3 Uji Statistik pada rasio Profitabilitas
1. Uji Beda, uji T untuk Gross Profit Margin sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.27
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Gross Profit Margin
GPM sebelum (X1) GPM sesudah (X2) 1993 15,16 1999 29,55 1994 17,29 2000 27,58 1995 18,72 2001 24,77 1996 23,27 2002 23,07 1997 25,37 2003 19,54
MEAN 19,9612 24,9030 STDEV 4,2402 3,9010
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
51
51
2553,9010)15(4,2402)15(
24,903019,961222
x
t
T hitung = -1,9179
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji -1,9179 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
2. Uji Beda, uji T untuk Net Profit Margin sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.28
Penghitungan MEAN dan STDEV pada
NPM sebelum (X1) NPM sesudah (X2) 1993 4,10 1999 17,93 1994 5,20 2000 14,99 1995 6,55 2001 11,62 1996 9,99 2002 9,97 1997 12,05 2003 7,95
MEAN 7,5781 12,4905 STDEV 3,3393 3,9894
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
86
5
1
5
1
255
3,9894)15(,33933)15(
4905,127,578122
x
t
T hitung = -2,1114
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji -1,9179 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
3. Uji Beda, uji T untuk Return on Asset sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.29
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Return on Assets
ROA sebelum (X1) ROA sesudah (X2) 1993 5,25 1999 28,19 1994 6,97 2000 20,69 1995 9,36 2001 15,52 1996 15,19 2002 13,51 1997 17,09 2003 10,60
MEAN 10,7712 17,7011 STDEV 5,1575 6,9209
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
9209,6)15(,15755)15(
7011,1710,771222
x
t
T hitung = -1,7953
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji -1,7953 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
87
4. Uji Beda, uji T untuk Return On Equity sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.30
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Return On Equity
ROE sebelum (X1) ROE sesudah (X2) 1993 9,96 1999 39,30 1994 14,05 2000 36,71 1995 18,00 2001 25,46 1996 25,73 2002 21,49 1997 28,62 2003 16,76
MEAN 19,2731 27,9434 STDEV 7,8224 9,7280
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
7280,9)15(,82247)15(
9434,2719,273122
x
t
T hitung = -1,5531
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji -1,5531 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
5. Uji Beda, uji T untuk Earning per Share sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.31
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Earning per Share
EPS sebelum (X1) EPS sesudah (X2) 1993 330,47 1999 1.183,231994 516,95 2000 1.165,861995 761,86 2001 1.084,861996 340,53 2002 1.084,611997 470,77 2003 955,61
MEAN 484,1160 1.094,8327 STDEV 175,0889 90,0636
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
88
5
1
5
1
255
0636,90)15(,0889175)15(
8327,094.1484,116022
x
t
T hitung = -6,9351
Kesimpulan :
H0 = Ditolak
H1 = Diterima
Kesimpulan :
Hasil statistik uji -6,9351 adalah lebih kecil dari -2,306 sehingga ada
perbedaan yang significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis
moneter, hipotesa (H0) ditolak dan hipotesa alternatif (H1) diterima.
6. Uji Beda, uji T untuk Payout Ratio sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.32
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Payout Ratio
PR sebelum (X1) PR sesudah (X2) 1993 45,39 1999 21,97 1994 29,98 2000 85,77 1995 27,56 2001 0,00 1996 22,02 2002 27,66 1997 31,86 2003 31,39
MEAN 31,3650 33,3602 STDEV 8,6683 31,7257
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
7257,31)15(6683,8)15(
3602,3331,365022
x
t
T hitung = -0,1357
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
89
Hasil statistik uji -0,1357 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
7. Uji Beda, uji T untuk Retention Ratio sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.33
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Retention Ratio
RR sebelum (X1) RR sesudah (X2) 1993 54,61 1999 78,03 1994 70,02 2000 14,23 1995 72,44 2001 100,00 1996 77,98 2002 72,34 1997 68,25 2003 68,61
MEAN 68,6572 66,6398 STDEV 8,6668 31,7257
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
7257,31)15(6683,8)15(
6398,6668,657222
x
t
T hitung = 0,1372
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji 0,1372 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
90
5.2.4 Uji Statistik pada rasio Aktivitas
1. Uji Beda, uji T untuk Rata-rata umur piutang sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.34
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Rata-rata umur piutang
RUP sebelum (X1) RUP sesudah (X2) 1993 18,67 1999 34,341994 24,81 2000 40,061995 26,08 2001 32,651996 27,90 2002 25,131997 30,45 2003 26,61
MEAN 25,5808 31,7580 STDEV 4,4071 6,0593
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
0593,6)15(4071,4)15(
7580,3125,580822
x
t
T hitung = -1,8435
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji -1,8435 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
2. Uji Beda, uji T untuk Inventory Turn Over sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.35
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Inventory Turn Over
ITO lum (X sebe (X1) ITO sesudah
2) 1993 1,7401 1999 2,10411994 1,7559 2000 1,50571995 1,9534 2001 1,48501996 2,0497 2002 1,71701997 1,7250 2003 1,9537
MEAN 1,8448 1,7531 STDEV 0,1475 0,2728
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
91
5
1
5
1
255
2728,0)15(1475,0)15(
7531,11,844822
x
t
T hitung = 0,6613
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji 0,6613 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
3. Uji Beda, uji T untuk Lama persediaan mengendap sebelum krisis dan
sesudah krisis
Tabel V.36
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Lama Persediaan Mengendap
LPM sebelum (X1) LPM sesudah (X2) 1993 209,76 1999 173,471994 207,87 2000 242,411995 186,85 2001 245,791996 178,07 2002 212,581997 211,60 2003 186,83
MEAN 198,8323 212,2172 STDEV 15,3186 32,3434
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
3434,32)15(3186,15)15(
2172,212198,832322
x
t
T hitung = -0,8363
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
92
Hasil statistik uji -0,8363 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah krisis moneter, hipotesa
(H0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
4. Uji Beda, uji T untuk Total Asset Turn Over sebelum krisis dan sesudah krisis
Tabel V.37
Penghitungan MEAN dan STDEV pada Total Assets Turn Over
TATO sebelum (X TATO sesuda1) h (X2)
1993 1,2788 1999 1,57171994 1,3408 2000 1,38011995 1,4292 2001 1,33631996 1,5201 2002 1,35501997 1,4185 2003 1,3344
MEAN 1,3975 1,3955 STDEV 0,0919 0,1002
Sumber: Data Sekunder tahun 1993 s/d 2003 yang telah diolah
5
1
5
1
255
1002,0)15(0919,0)15(
3955,11,397522
x
t
T hitung = 0,0325
isis moneter, hipotesa
0) dapat diterima dan hipotesa alternatif (H1) ditolak.
Kesimpulan :
H0 = Diterima
H1 = Ditolak
Hasil statistik uji 0,0325 adalah lebih besar dari -2,306 sehingga perbedaan
tidak significant antara rata-rata sebelum dan sesudah kr
(H
93
TABEL V.38
REKAPITULASI
Uji Statistik Beda Mean
No Jenis Analisis Berbeda /
Sama Keterangan
1 Current Ratio Sama - 2 Quick test Ratio Sama - 3 Net Working Capital Sama -
4 Debt to asset ratio Berbeda Lebih besar
Sebelum Krisis Moneter
5 Debt to equity ratio Berbeda Lebih besar
Sebelum Krisis Moneter
6 Equity multiplier Berbeda Lebih besar
Sebelum Krisis Moneter 7 Interest coverage Sama - 8 Gross profit margin Sama - 9 Net profit margin Sama - 10 Return on asset Sama - 11 Return on equity Sama -
12 Earning per share Berbeda Lebih besar
Sesudah Krisis Moneter 13 Payout ratio Sama - 14 Retention ratio Sama - 15 Rata-rata umur piutang Sama - 16 Inventori turn over Sama - 17 Lama persediaan mengendap Sama - 18 Total aset turn over Sama -
94
BAB VI
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai “analisis perbandingan prestasi perusahaan
sebelum dan sesudah krisis moneter, studi kasus pada P.T. Gudang Garam Tbk, ”
Dengan alat rasio keuangan dikemukan adanya lonjakan atau perubahan
naik turunnya nilai rasio-rasio keuangan yang dapat dilihat dari tabel-tabel dan
grafik-grafik hasil penghitungan rasio keuangan terutama pada tahun 1999 dan
2000.
Kemudian di uji dengan uji statistik uji beda dua mean di ketemukan
bahwa 14 rasio dari 18 rasio yang di uji menunjukkan tidak ada perbedaan yang
siknifikan, dan 4 rasio diantaranya menunjukkan ada perbedaan yang siknifikan
pada paska krisis moneter tahun 1998, yaitu Debt to Asset ratio, Debt to Equity
ratio, Equity multiplier, dan Earning per Share.
Pada Debt to Asset ratio (DAR) rata-rata nilai rasio sebelum krisis moneter
lebih tinggi dari pada sesudah krisis moneter, terjadi penurunan DAR terendah
pada tahun 1999 mencapai 28,27% sebagaimana diketahui dari hasil perhitungan
rata-rata DAR sebelum krisis 45,39% dan paska krisis 36,96%. hal ini
menunjukkan bahwa ketika terjadi krisis, perusahaan berusaha untuk menurunkan
resiko, dengan menekan presentase hutang terhadap aktiva yang dimiliki.
Pada Debt to Equity ratio rata-rata nilai rasio sebelum krisis moneter lebih
tinggi dari pada sesudah krisis moneter, terjadi penurunan DER terendah pada
95
tahun 1999 mencapai 39,41% dari hasil perhitungan diketahui rata-rata DER
sebelum krisis 84,12% dan paska krisis 59,61%. hal ini menunjukkan bahwa
ketika terjadi krisis, perusahaan berusaha untuk menurunkan resiko, dengan
menekan presentase hutang terhadap penyediaan dana oleh pemegang saham.
Equity multiplier rata-rata nilai rasio sebelum krisis moneter lebih tinggi
dari pada sesudah krisis moneter, sebelum krisis rata-rata EM 184% dan rata-rata
sesudah sebesar 159%, rasio EM terendah terjadi pada tahun 1999 sebesar 139%.
Walaupun total aktiva dan total ekuitas naik dari tahun ke tahun
dan Earning per Share rata-rata nilai rasio sebelum krisis moneter lebih
rendah dari pada sesudah krisis moneter, terjadi kenaikan EPS pada tahun 1999
hal ini terjadi karena perusahaan memperoleh laba Rp.2.276.632 (dalam juta
rupiah) dari semula tahun 1998 sebesar Rp1.110.792 (dalam juta rupiah).
Sehingga EPS naik dari semula tahun 1998 Rp 577,31 menjadi Rp 1.183,23 pada
tahun 1999.
Keterbatasan
Nilai rasio yang tinggi atau rendah tidak bisa mengindikasikan baik atau
buruknya kinerja perusahaan karena nilai yang baik atau buruk bagi perusahaan
sangat relatif.
Dengan alat uji satatistik uji beda dua mean yang dianalisis adalah nilai-
nilai rasio yang berbeda sebelum dan sesudah krisis moneter.
96
Saran
Strategi yang dilakukan perusahaan dalam rangka menghadapi terpaan
badai krisis moneter tahun 1998 sudah tepat dalam mengantisipasi pengaruh
negatif krisis moneter 1998, salah satu strategi yang dilakukan adalah mengurangi
resiko pada tahun 1999 (tercantum dalam neraca) dengan cara mengurangi hutang
jangka pendek dan adanya deposito jangka pendek sebesar 11.804 (dalam jutaan
rupiah), dan menurunnya biaya bunga yang harus dibayarkan perusahaan pada
tahun 1999 dan tahun 2000.
97
DAFTAR PUSTAKA
Boedijoewono, Noegroho. 2007. Pengantar Statistika Ekonomi dan Bisnis Jilid 2,
Edisi Revisi cetakan kedua. UPP STIM YKPN, Yogyakarta
Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan,
Penerbit Andi, Yogyakarta
Fabozzi, Frank J ; Peterson, Pamela P. 2003. Financial Management and
Analysis. Second Edition. John Wiley & Sons Inc; New Jersey
Hanafi, Mamduh M ; Halim, Abdul. 2007. Analisis Laporan Keuangan, Edisi
ketiga. UPP STIM YKPN, Yogyakarta
Helfert, Erich A. 1991. Analisis Laporan Keuangan, Terjemahan oleh Herman
Wibowo, 1993, Erlangga, Jakarta.
Munawir, S., 2004, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty,
Yogyakarta
Siregar, Syafaruddin. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian, Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta
Subagyo, Pangestu ; 2004, Statistika Terapan Aplikasi Pada Perencanaan dan
Ekonomi, BPFE, Yogyakarta
Tampubolon, Manahan P. 2005 Manajemen Keuangan: Konseptual, Problem dan
Studi Kasus, Ghalia Indonesia, Bogor
Uma Sekaran,. 2003. Research Method for Business 4Th Edition, USA: John
Willey & Sons Inc. Terjemahan oleh Kwan Men Yon, 2006, Salemba Empat,
Jakarta.
top related