aplikasi manajemen di rumah sakit.docx
Post on 06-Feb-2016
65 Views
Preview:
TRANSCRIPT
APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT
Oleh : dr. Rahmawaty Dai, MARS
BAB I. PENDAHULUAN
“Health is not everything but without health everything is nothing”. Sehat adalah dambaan setiap
manusia. Bagi suatu bangsa kesehatan rakyatnya menjadi modal yang besar. Bagaimana nasib suatu
negara jika kesehatan penduduknya tidak menjadi prioritas utama pembangunan? Kualitas hidup
masyarakatnya akan menurun , masyarakat menjadi kurang produktif dan para wanita akan melahirkan
generasi-generasi yang tidak berkualitas. Dibanyak negara , sektor kesehatan merupakan bagian penting
dalam perekonomian negara. Beberapa negara mengumpamakannya seperti sponge, sektor kesehatan
mengabsorbsi banyak sumber daya nasional untuk membayar para pekerja kesehatan. Negara lain
melihat sektor kesehatan sebagai driver perekonomian, dengan melakukan inovasi dan investasi tehnologi
bio-medikal atau memproduksi dan menjual obat-obat farmasi, atau mencipakan masyarakat yang sehat
yang produktif dibidang ekonomi. Bagaimana kondisi di negara kita?
Bangsa Indonesia menempati urutan ke-3 di Asia dan ke- 4 di dunia dalam besarnya penduduk
setelah China (1,3 Milyar), India (1,14 Milyar) dan Amerika (303 juta). Di bulan juni 2008 tercatat
penduduk Indonesia berjumlah 237,5 juta dengan laju pertambahan penduduk berkisar 1,2 atau 1,3%.
Diperkirakan penduduk Indonesia akan berjumlah 337 juta jiwa di tahun 2050. Penduduk yang besar,
sehat dan produktif akan merupakan potensi dan kekuatan efektif bangsa. Namun sebaliknya jika
penduduk yang besar jumlahnya tidak terjamin kesehatannya, tidak sehat dan tidak produktif yang akan
menjadi beban bagi negara.
Di Indonesia pembangunan kesehatan merupakan bagian integrasi dari pembangunan nasional
secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 – 2025, pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran , kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Penyelenggaraan pembangunan
kesehatan harus didukung dengan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, dokter
praktek, apotek, laboratorium klinik, serta puskesmas dan jaringannya. Pada tahun 2007 jumlah rumah
sakit pemerintah dan swasta ada 1.319 buah dengan kunjungan rawat inap di rumah sakit tahun 2005
sebanyak 562.000 kasus, meningkat menjadi 1,5 juta kasus ditahun 2006 dan sebanyak 1,91 juta kasus di
tahun 2007. Jumlah rumah sakit yang banyak dan mudah dijangkau oleh masyarakat belum menjamin
kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan jumlah rumah sakit dan kunjungan ini harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sehingga masyarakat benar-benar mendapatkan
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 1
jaminan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Untuk itu diperlukan pengelolaan
rumah sakit melalui sistem manajemen yang optimal dan berkesinambungan.
BAB II
KONSEP DASAR MANAJEMEN
Pengertian Manajemen
Kata “manajemen” sudah sering kita dengar. Manajemen erat kaitannya dengan konsep
organisasi. Menurut Grifin (2002) organisasi adalah a group of people working together in a structured
and coordinated fashion to achieve a set of goals. Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja
sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Tujuan setiap
organisasi berbeda-beda tergantung karakteristik/ jenis organisasi tersebut.
Bagaimana kerjasama dapat dilakukan dalam suatu kelompok jika orang-orang dalam kelompok
tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda, didorong oleh motif yang berbeda-beda dan latar belakang
yang berbeda-beda dapat diarahkan untuk mencapai satu tujuan organisasi? Selain orang –orang yang
berbeda-beda, di dalam suatu organisasi ada berbagai sumber daya yang berbeda-beda misalnya
peralatan, system, perlengkapan, dana/finansial dan lain-lain.
Menurut Griffin paling tidak suatu organisasi memiliki sumber daya seperti sumber daya manusia
(human resources), sumber daya alam (natural resources), sumber daya dana(financial resources) dan
keuangan (funds),serta sumber daya informasi( information resources). Bagaimana keseluruhan sumber
daya ini dapat dikelola melalui kerjasama dari orang-orang yang berbeda sehingga tujuan organisasi dapat
dicapai? Disinilah peran manajemen diperlukan. Jadi manajemen diperlukan saat terdapat sekumpulan
orang (yang pada umumnya memiliki karakter yang berbeda) dan sejumlah sumber daya yang harus
dikelola agar tujuan organisasi dapat tercapai. Dari pernyataan tersebut kita sudah dapat mengetahui apa
yang dimaksud dengan manajemen. (Erni Tristawati Sule; ,Kurniawan Saefullah 2009)
Secara klasik manajemen didefinisikan sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Efektif menurut Peter F. Drucker adalah “mengerjakan pekerjaan yang benar”(doing the
right thing).Sedangkan efisien adalah “ mengerjakan pekerjaan dengan benar”( doing things right).
Seni bersifat dinamis, tidak berpola tunggal dan menuntut adanya kreativitas dan keterlibatan
didalamnya. Sains cenderung statis, berpola tunggal berdasarkan pembuktian ilmiah dan menuntut adanya
tahapan-tahapan yang sistematis. Memadukan keduanya diperlukan bakat dan keahlian. Manajemen
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 2
sebagai seni dapat di dilatih melalui intuisi dan pengalaman dalam menghadapi kasus-kasus dan sebagai
sains bisa dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan.
Sejarah Ilmu Manajemen
Sesungguhnya bukti tentang adanya manajemen telah lama ada, beratus-ratus tahun lalu.
Beberapa bukti peninggalan masa lalu menunjukkan hal tersebut seperti adanya Piramida di Mesir,
benteng raksasa yang berdiri sepanjang ribuan kilometer di Cina dan bangunan Ka’bah yang berdiri
megah di tanah suci Makkah. Adanya bangunan –bangunan megah ini menunjukkan bahwa pada zaman
dahulu kala telah ada serangkaian kegiatan yang diatur sedemikian rupa,mengikuti tahapan-tahapan
tertentu yang telah disiapkan hingga bangunan – banguanan megah itu bisa berdiri.
Manajemen secara keilmuan baru terumuskan kurang lebih di akhir abad 19 Masehi. Diantara
tokoh-tokoh yang mula-mula memperkenalkan manajemen secara keilmuan adalah Robert Owen (1771)
dan Charles Babbage (1792- 1871). Owen, seorang pembaharu dan industrialis dari Inggris menyatakan
perlunya sumber daya manusia di dalam organisasi dan perlunya kesejahteraan pegawai. Sedangkan
Babbage seorang ahli matematika dari Inggris adalah orang yang pertama kali berbicara tentang
pentingnya efisiensi dalam proses produksi.
Dalam perkembangannya, ilmu manajemen dibagi dalam tiga kelompok pemikiran, yaitu :
1. Kelompok Perspektif Manajemen Klasik
Perspektif ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu mereka yang memandang manajemen sebagai
sebuah proses saintifik (scientific management) dan manajemen sebagai sebuah kegiatan administrasi
(administration management)
a. Scientific management
Tokoh-tokoh dalam kelompok ini adalah Frederich Winslow Taylor (1856-1915) yang
karena kontributornya dikenal sebgai Bapak Manajemen Ilmiah (Father of Scientific
Management), Frank Gilbert (1868-1924) dan Lilian Gilbert (1878-1972). Kontributor yang
pernah diberikan oleh Taylor adalah Time and Motion Studies atau studi mengenai penetapan
standar kerja yang didasarkan pada perhitungan waktu. Ide ini berangkat dari kenyataan bahwa
para pekerja di perusahaan tempat Taylor bekerja menurutnya bekerja di bawah standar dari apa
yang sebenarnya mereka bias kerjakan sehingga output yang dihasilkan terutama output yang
memenuhi standar tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat padahal modal tersedia dengan
mudah.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 3
Untuk meningkatkan profit perusahaan maka produktivitas perlu ditingkatkan di mana
produktifitas ini diukur dari tingkat output dan prestasi kerja. Dan untuk meningkatkan prestasi
kerja perlu diberikan upah insentif yang diberikan agar motivasi pekerja meningkat. Upah
insentif ini oleh Taylor dinamakan upah insentif diferensial (piecework pay system) . Selain itu
Taylor juga merumuskan dan memperkenalkan konsep desain pekerjaan dan cuti untuk
pemulihan produktivitas kerja dengan meyakinkan mereka untuk mengikuti langkah-langkah
yang dikenal sebagai 4 prinsip dasar manajemen ilmiah dari Taylor yaitu :
1. Pengembangan metode ilmiah dalam manajemen agar metode terbaik dalam pengerjaan
tugas dapat ditentukan
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan agar dalam pemberian tugasnya sesuai dengan kualifikasinya
3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan
4. Kerja sama yang baik antara manajemen dengan tenaga kerja.
b. Administration management
Berbeda dengan kelompok manajemen ilmiah, kelompok manajemen administrasi
berpandangan bahwa peningkatan produktivitas harus dilakukan melalui upaya perubahan
produktivitas secara menyeluruh dalam sebuah organisasi bukan hanya meningkatkan
produktivitas individu. Kontibutor kelompok ini adalah Henry Fayol ( 1841-1925) sebagai
kontibutor utama, Lyndall Urwick ( 1891-1983) dan Max Weber ( 1864 – 1920).
Menurut Fayol manajemen sangat memerlukan proses pengarahan yang dilakukan secara
sistematis di antara pekerja dan manajer agar produktivitas organisasi secara keseluruhan dapat
meningkat. Fayol juga termasuk tokoh yang pertama kali memperkenalkan kegiatan-kegiatan
operasioanl dari sebuah perusahaan termasuk diantaranya kegiatan manajerial yang terdiri dari
fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaa, pengorganisasian, pemberian
perintah,pengorganisasian serta pengawasan dan pengendalian yang menurut Fayol keseluruhan
fungsi manajemen ini merupakan inti dari kegiatan manajemen. Untuk dapat menjalankan
keseluruhan fungsi manajemen ini Fayol memperkenalkan 14 prinsip manajemen ( principles of
management) atau prinsip organisasi (principles of organization) .
1. Pembagian kerja, Prinsip ini sama dengan “pembagian kerja” Adam Smith. Spesialisasi
menambah hasil kerja dengan cara membuat para pekerja lebih efisien.
2. Wewenang, Manajer harus dapat member perintah. Wewenang memberikan hak ini
kepadanya.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 4
3. Disiplin, harus ada respek dan ketaatan dalam peranan-peranan dan tujuan organisasi
4. Kesatuan perintah, bahwa setiap pekerja hanya menerima instruksi dari seorang atasan
5. Kesatuan pengarahan, kegiatan operasional dalam organisasi yang mempunyai tujuan yang
sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana,
6. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan individu.
7. Balas jasa/Remunarasi, Para pekerja harus digaji sesuai dengan jasa yang mereka berikan.
8. Sentralisasi, adanya keseimbangan antara pendekatan sentralisasi dengan desentralisasi
9. Garis wewenang (scalar System) , adanya garis wewenang dan perintah yang jelas
10. Order , sumber daya organisasi termasuk manusia harus ada pada waktu dan tempat yang
tepat.
11. Keadilan, perlakuan yang sama tanpa ada disriminasi
12. Stabilitas staf dalam organisai dalam menjalankan organisasi
13. Inisiatif,setiap pekerja harus diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan diberi
kebebasan untuk merencakan dan menjalankan tugasnya secara kreatif
14. Esprit de corps (semangat korps), prinsip ini menekankan bahwa pada dasarnya kesatuan
adalah sebuah kekuatan.
Selain Fayol tokoh lainnya adalah Max Weber (1841-1925) , seorang sosoiolog dari
Jerman yang memperkenalkan pentingnya birokrasi dan prosedur dalam kegiatan manajemen.
Birokrasi merupakan alat untuk mengintegrasikan keseluruhan struktur dalam sebuah organisasi.
Weber memberikan beberapa ciri birokrasi, yaitu: (1) hirarki otoritas, (2) hubungan impersonal ,
(3) peraturan tertulis, (4) promosi berdasarkan prestasi, (5) pembagian kerja, dan (6), efisiensi.
2. Kelompok Perspektif Manajemen Perilaku
Kelemahan perspektif manajemen klasik adalah tidak terlalu mememntingkan faktor
manusia dalam system manajemen dimana tugas manajer adalah untuk melakukan kontrol atas para
pekerja melalui standarisasi dan menyesuaikan dengan mekanisme kerja organisasi. Organisasi
diibaratkan sebagai sebuah mesin dimana manusia dianggap sebagai bensin atau komponen lainnya
yang bekerja menggerakkan mesin. Berbeda dengan kelompok manajemen klasik, kelompok
manajemen perilaku (Behavior School) justru menekankan pada pentingnya manajemen
memperhatikan perilaku dan kebiasaan individu manusia yang bekerja dalam organisasi dan penting
bagi pihak manajer melakukan perubahan perilaku dan kebiasaan manusia dalam organisasi agar
organisasi dapat berjalan dengan baik. Perspektif ini banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep
psikologi. Kontributor kelompok ini antara lain Hugo Munstberg (1863-1916) seorang Psikolog
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 5
Jerman yang dikenal sebagai the Father of Industrial Psychology. Menurut Munstberg upaya untuk
mengidentifikasi perilaku dan kebiasaan pekerja adalah hal penting , demikian juga kegiatan
memotivasi para pekerja sangat diperlukan agar perilaku dan kebiasaan para pekerja yang berbeda-
beda ini dapat diarahkan kepada pencapaian tujuan organisasi.
Tokoh lainnya adalah Mary Parket Follet dengan definisnya tentang manajemen sebagai seni
dalam menyelesaikan pekerjaaan melalui orang lain, menunjukkkan bahwa tugas manajer tidak saja
melakukan kegiatan sistematis dalam pencapaian tujuan tetapi merupakan seni memahami perilaku
orang lain sehingga dapat diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Kontributor besar dalam kelompok ini adalah studi yang dilakukan oleh perusahaan Western
Electric di Howthorne tahun 1927 – 1932 yang dikenal sebagai the Howthorne Studies yang
dilakukan oleh Elton Mayo dan rekan-rekannya. Salah satu eksperimen dalam studi ini adalah
dengan membagi pekerja dalam dua kelompok, salat satu kelompok diberi penerangan yang baik
sedangkan kelompok lain diberi penerangan yang berubah-rubah namun diberikan perhatian dan
diawasi. Ternyata hasilnya cukup menarik, kelompok kedua menunjukkan hasil yang sama dengan
kelompok pertama bahkan cenderung meningkatkan. Berdasarkan hal tersebut studi ini mengambil
kesimpulan bahwa bukan tingkat penerangan yang menentukan produktivitas pekerja tapi perasaan
diawasi dan diperhatikan dalam proses melakukan pekerjaan.
Pada perkembangan selanjutnya lahir teori relasi manusia yang berargumentasi bahwa pada
dasarnya manusia selalu melakukan respon terhadap konteks sosial dimanapun dia berada. Asumsi
dasarnya adalah bahwa perhatian manajer atau pimpinan terhadap bawahannya akan meningkatkan
penerimaan dan sekaligus tingkat kepuasan dari bawahan , sehingga tingkat penerimaan dan
kepuasan ini akan mendorong tercapainya peningkatan produktivitas.
3. Kelompok Perspektif Manajemen Kuantitatif
Kelompok ini mulai tumbuh dan berkembang setelah perang dunia ketiga. Perspektif
kelompok ini melakukan adopsi pendekatan matematika dalam menjalankan prinsip-prinsip
manajemen terdahulu misalnya seperti yang diperkenalkan Frederick W. Taylor dan diterapkan
dalam pengendalian logistik militer Amerika Serikat. Kelompok ini memberikan kontribusi berharga
bagi peningkatan produktivitas organisasi, terutama yang terkait dengan model pengambilan
keputusan dan peningkatan efisiensi. Tetapi sebagai sebuah pendekatan model, perspektif ini
memiliki berbagai keterbatasan, terutama jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa perilaku manusia
dalam organisasi tidak mudah untuk dipahami dan dikuantifikasi. (Erni Trisnawati Sule 2005)
Fungsi manajemen
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 6
Agar manajemen yang dilakukan dapat mengarah kepada kegiatan yang efektif dan efisien, maka
pada penerapanannya harus berdasarkan fungsi-fungsi manajemen ( manajerial function). Fungsi-fungsi
manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam kegiatan manajemen berdasarkan
fungsinya masing-masing dan mengikuti suatu tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Sabagaimana
disebutkan sebelumnya fungsi manajemen ini pertama kali diperkenalkan oleh Henry Fayol yang
disebutnya sebagai inti kegiatan manajemen.
Fungsi manajemen sebagaimana diterangkan oleh Nickels, McHugh and McHugh (1997), terdiri
dari empat fungsi yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC):
1. Perencanaan atau Planning
Yaitu proses menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang
akan datang dan menentukan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan
organisasi.
2. Pengorganisasian atau Organizing
Yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam
perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, system dan
lingkungan organisasi yang konduktif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi
bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
3. Pengimplementasian atau Directing
Yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta
proses untuk memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan
penuh kesadaran dan produktivitas tinggi.
4. Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling
Yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun
berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
Beberapa literature mengemukakan pengertian yang berbeda-beda. Misalnya Griffin dan james
AF Stoner mengemukakan bahwa fungsi –fungsi manajemen adalah planning, organizing, leading, dan
controlling, Luther Gullick, Koontz & O’Donnel, dan Ernest Dale menambahkan staffing setelah
organizing. Ernest Dale juga menambahkan inovasi dan representing sebagai salah satu fungsi
manajemen. Sekalipun para ahli manajemen memiliki perbedaan pandangan dalam melihat fungsi-fungsi
manajemen akan tetapi esensinya tetap yaitu terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari tahapan-tahapan
tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi dan setiap tahapan memiliki keterkaitan satu
sama lain dalam pencapaian tujuan organisasi.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 7
Planning & Desicion making
Organizing
Directing
Controling
Pada pelaksanaannya fungsi-fungsi manajemen yang dijalankan menurut tahapan tertentu akan
sangat berbeda – beda jika didasarkan pada fungsi operasionalnya. Secara operasioanl fungsi perencanaan
untuk sumber daya manusia akan sangat berbeda dengan fungsi perencanaan untuk sumber daya fisik /
alam atau untuk keuangan. Fungsi operasional ini tergantung ruang lingkup kegiatan organisasi atau
bidang yang ditekuni organisasi tersebut. Misalnya fungsi operasioanl manajemen bisnis terdiri dari
manajemen SDM, produksi, pemasaran dan keuangan.
Pendekatan system dalam manajemen
Pendekatan system dalam manajemen dikembangkan sejak awal tahun 1960 untuk memenuhi
kebutuhan perubahan lingkungan manajemen persektif system merupakan salah satu konsep penting
dalam ilmu manajemen.
Sistem didefinisikan sabagai kesatuan elemen-elemen dalam organisasi yang memiliki fungsi
masing-masing, terintegrasi satu sama lain secara menyeluruh dan melalui sebuah proses diarahkan untuk
mencapai suatu tujuan. Adapun yang termasuk dalam elemen-elemen tersebut dikenal sebagai subsistem
yang mempunyai fungsi dan peran yang spesifik
Setiap sistem mempunyai sifat dan karakteristik (cara pendekatan-paradigma) dan keberlakuan
yang spesifik Sistem dalam suatu organisasi satu sama lainnya saling berkaitan, sehingga jika kita
mengabaikan atau jika ada hambatan pada salah satu sistem tersebut akan berakibat pada sistem yang
lain dan bisa berdampak pada keseluruhan organisasi.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 8
Sumber Daya Organisasi: Sumber daya manusia Modal Sumber daya
fisik/alam informasi
Tujuan Organisasi Efektif Efisien
Generik sebuah sistem adalah input, process dan output. Effect dan outcome adalah bagian dari
output yang terkait dengan lingkungan. Pendekatan system digunakan oleh manajer untuk mengantisipasi
perubahan lingkungan manajemen secara holistik dan komprehensif.
Peran manajer
Dalam setiap organisasi,seorang manajer bertugas untuk memastikan bahwa keseluruhan tujuan
organisasi dapat diwujudkan melalui rangkaian kegiatan manajemen baik yang bersifat fungsional
maupun operasional.
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran
yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke
dalam tiga kelompok, yaitu peran antarpribadi, peran informasional, dan peran pengambilan keputusan.
Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer
adalah berinteraksi dengan orang lain.
1. Peranan Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Role).
Pada peranan ini, menyangkut hal-hal tentang pengembangan antar pribadi. contoh dari
pengembangan dirinya adalah eksistensi manajer itu sendiri dengan dunia sekitarnya. Dalam peranan
ini dibagi lagi atas tiga peranan, yaitu peranan sebagai :
- Peran sebagai tokoh (figurehead role),
- Peran sebagai pemimpin (leader role),
- Peran sebagai pejabat perantara/penghubung (laison role)
2. Peranan yang Berhubungan Dengan Informasi (Informational Role) .
Manajer berhubungan langsung dengan informasi. Pada peranan ini dibagi menjadi tiga peranan,
yaitu peranan sebagai :
- Pemantau (monitor role), mengawasi, memantau, mengikuti, mengumpulkan dan merekam
kejadian atau peristiwa yang terjadi baik didapat secara langsung maupun tidak langsung.
- Peran selaku penyebar (disseminator role), menyebar informasi yang didapat kepada para orang-
orang dalam organisasi
- Peran selaku juru bicara (spokesman role), mewakili unit yang dipimpinnya kepada pihak luar
3. Pembuat Keputusan (Decission Role)
Pengambilan keputusan adalah proses interaksi dari berbagai keahlian yang paling krusial. Hal ini
yang merupakan persepsi umum bahwa proses memutuskan adalah sebagai inti dari administrasi atau
inti dari kepemimpinan dan seluruh kegiatan administrasi harus tergantung pada yang satu ini.
Persoalan pengambilan keputusan harus mendapat perhatian pada aspek proses yang akan sangat
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 9
menentukan pada kualitas keputusan itu sendiri. Peranan ini membuat manajer harus terlibat dalam
suatu proses pembuatan strategi. Peran pembuat keputusan diperinci menjadi :
- Peran sebagai wiraswastawan (entrepreneur role), membuat ide dan kreasi yang kreatif dan
inovatif untuk meningkatkan kinerja unit kerja.
- Peran sebagai penghalau/penanggulangan gangguan (disturbande handler role), mencari jalan
keluar dan solusi terbaik dari setiap persoalan yang timbul.
- Peran sebagai pembagi sumber daya (resources allocator of role), menentukan siapa yang
menerima sumber daya serta besar sumber dayanya.
- Peran sebagai perunding (negotiator role), melakukan negosiasi dengan pihak dalam dan luar
untuk kepentingan unit kerja atau perusahaan
Untuk dapat menjalankan perannya seorang manajer memerlukan beberapa keahlian manajerial
yang meliputi :
1. Keahlian tehnis (technical skills), yaitu keahlian yang diperlukan untuk menlakukan
pekerjaan spesifik tertentu
2. Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat (human relation skills), yaitu
keahlian memahami dan melakukan interaksi dengan berbagai jenis orang di masyarakat.
3. Keahlian konsepsual (conseptual skills), yaitu keahlian dalam berpikir secara
abstrak,sistematis termasuk di dalamnya mendiagnosis dan menganalisis berbagai masalah
dalam situasi yang berbeda-beda dan keahlian memprediksi masa depan.
4. Keahlian dalam pengambilan keputusan (decision making skills), yaitu keahlian untuk
mengidentifikasikan masalah sekaligus menawarkan berbagai alternatif solusi atas
permasalahan yang dihadapi.
5. Keahlian dalam mengelola waktu ( time management skills), yaitu keahlian dalam
memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif.
Agar dapat menghadapi persaingan dan tantangan global di zaman ini, selain empat keahlian dasar
tersebut, seorang manajer perlu juga memiliki keahlian manajemen global (global management skills) dan
keahlian dalam bidang tekhnologi (technological skills)
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 10
BAB III
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit menurut WHO adalah suatu usaha yang menyediakan pemondokan yang
memberikan jasa pelayanan medik jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan
observasi, diagnostik, terapeutik, dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan
untuk mereka yang mau melahirkan. Dalam Undang – Undang Nomor 44/2009 tentang Rumah sakit
Pasal 1 yang dimaksud rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat
darurat.
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Untuk menjalankan tugas ini rumah sakit mempunyai beberapa fungsi sepeti yang disebutkan dalam Pasal
4 UU RI Nomor 44/2009 yaitu :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna
tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan;
Type dan Klasifikasi Rumah sakit
Berdasarkan jenis pelayanan dan pengeloaannya rumah sakit dibagi menjadi rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang sedangkan rumah sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin umur, golongan umur, organ,jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 11
Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan
maka rumah sakit umum dan rumah skit khusus diklasifikasikan lagi berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan rumah sakit:
Rumah Sakit Umum diklasifikasikan dalam 4 type/ kelas yaitu Kelas A, Kelas B, Kelas C dan
Kelas D. Sedang rumah sakit khusus diklasifikan dalam3 kelas yaitu Kelas A, kelas B dan Kelas C.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan Pelayanan, Sumber Daya Manusia, Peralatan,
Sarana dan Prasarana dan Administrasi dan Manajemen.
Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.
Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas.
Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik dasar yaitu Penyakit Dalam, Bedah, Kandungan dan Kesehatan Anak.
Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik dasar.
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala
minimal tiga tahun sekali yang dilakukan oleh lembaga independet baik dari dalam maupun luar negeri
berdasarkan standar akreditasi yang terjadi.
Struktur organisasi rumah sakit
Untuk rumah sakit tipe A struktur organisasi rumah sakit diatur dalam SK Menkes N0
543/VI/1994 adalah sebagai berikut :
a. Direktur
b. Wakil Direkturyang terdiri dari :
1. Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan
2. Wadir Penunjang Medik dan Instalasi
3. Wadir Umum dan Keuangan
4. Wadir Komite Medik
Tiap-tiap Wadir diberikan tanggung jawab dan wewenang mengatur beberapa bidang/bagian
pelayanan dan keperawatan serta instalasi. Instalasi RS diberikan tugas untuk menyiapkan fasilitas agar
pelayanan medik dan keperawatan dapat terlaksana dengan baik. Instalasi RS dipimpin oleh seorang
kepala yang diberikan jabatan non struktural. Beberapa jenis instalasi RS yang ada pada RS kelas A
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 12
adalah instalasi rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, rawat intensif, bedah sentral, farmasi, patologi
klinik, patologi anatomi, gizi, laboratorium, perpustakaan, pemeliharaan sarana rumah sakit (PSRS),
pemulasaran jenazah, sterilisasi sentral, pengamanan dan ketertiban lingkungan, dan binatu.
Untuk RS kelas A jumlah SMF yang dimiliki minimal 15 buah yakni(1) Bedah (2) Kesehatan
Anak (3) Kebidanan dan Penyakit Kandungan (4) Penyakit Dalam (5) Penyakit Saraf (6) Penyakit Kulit
dan Kelamin (7) THT (8) Gigi dan Mulut (9) Mata (10) Radiologi (11) Patologi Klinik (12) Patologi
Anatomi (13) Kedokteran Kehakiman (14) Rehabilitasi Medik (15) Anestesi.
Masing-masing Wadir juga dilengkapi sekretariat khusus dan bidang-bidang yang dibagi lagi
menjadi subbagian dan seksi ( sesuai dengan SK Menkes No. 134). Susunan RSU kelas B hampir sama
dengan kelas A. Bedanya hanya terletak pada jumlah dan jenis-jenis masing-masing SMF. Untuk RSU
kelas B tidak ada subspesialisasinya.
Susunan organisasi RS kelas C dan D lebih sederhana jika dibandingkan dengan kelas A dab B.
Di sini tidak ada wakil direktur, tetapi dilengkapi dengan staf khusus yang mengurus administrasi.
Kondisi ini berpengaruh pada jenis pelayanan medis dan jumlah staf profesional (medis dan paramedis)
yang dipekerjakan pada tiap-tiap RS ini. Secara umum, jenis kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan juga akan ikut menentukan peningkatan kelas sebuah RS di suatu wilayah, terutama yang
berlokasi di ibu kota provinsi.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 13
BAB IV
APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai kespesifikan dalam hal
SDM, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Sering rumah sakit dikatakan sebagai organisasi yang
padat modal, padat sumber daya manusia, padat tehnologi dan ilmu pengetahuan serta padat regulasi.
Padat modal karena rumah sakit memerlukan investasi yang tinggi untuk memenuhi persyaratan yang
ada. Padat sumberdaya manusia karena didalam rumah sakit pasti terdapat berbagai profesi dan jumlah
karyawan yang banyak. Padat tehnologi dan ilmu pengetahuan karena di dalam rumah sakit terdapat
peralatan-peralatan canggih dan mahal serta kebutuhan berbagai disiplin ilmu yang berkembang dengan
cepat. Padat regulasi karena banyak regulasi/peraturan-peraturan yang mengikat berkenaan dengan syarat-
syarat pelaksanaan pelayanan di rumah sakit
Perubahan paradigma pembangunan kesehatan di Indonesia yang telah beralih menjadi
paradigma sehat, menitikberatkan pembangunan kesehatan pada upaya pembinaan kesehatan melalui
promotif dan prefentif dan bukan sekedar menyembuhkan penyakit. Untuk mendukung terselenggaranya
paradigma sehat tersebut, pelayanan kesehatan rumah sakit saat ini tidak hanya bersifat kuratif dan
rehabilitatif. Dengan demikian sasaran pelayanan kesehatan bukan hanya untuk individu pasien , tetapi
juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum dengan tetap menjaadikan pasien yang
datang atau dirawat sebagai fokus utama pelayanan. Atas dasar sikap itu, pelayanan kesehatan di rumah
sakit merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komprehensif dan holistik).
Manajemen adalah seni dan sains tentang mengelola sumber daya organisasi. Rumah sakit
memiliki beberapa sumber daya yang harus dikelola secara rasional efektif dan efisien dalam suatu
kegiatan manajemen dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Seperti halnya perusahaan industri, dibidang kesehatan juga dikenal berbagai jenis manajemen
sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan sumber daya yang dikelolanya. Ada bidang yang mengurus
personalia (manajemen personalia), tenaga dan pekerja kesehatan (manajemen SDM), logistic obat
(manajemen logistik), operasionalrumah sakit (manajemen Operasional, kualitas pelayanan (manajemen
mutu), pemasaran (manajemen pemasaran) dan sebagainya.
Penerapan manajemen pada unit pelaksana teknis seperti di rumah sakit merupakan upaya untuk
memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang dimiliki untuk diarahkan mencapai tujuan organisasi
rumah sakit.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 14
Keunikan Rumah Sakit
Hal apakah yang spesial dalam mengelola pelayanan kesehatan seperti rumah sakit ? Manajemen
pelayanan kesehatan memiliki berbagai karaktersitik yang membedakannnya dari bentuk manajemen
lainnya. Karakteristik ini termasuk pengetahuan tentang pelayanan rumah sakit dan kesehatan, nilai dan
budaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Seorang manajer kesehatan harus dibekali pengetahuan lapangan
tentang pelayanan kesehatan, memahami nilai-nilai dan budaya/kultur organisasi pelayanan kesehatan
Pengetahuan Lapangan yaitu pengetahuan tentang masalah dan isu-isu pelayanan kesehatan yang
berkembang dan pengetahuan tentang hal-hal tehnik dalam pelayanan kesehatan sangat membantu proses
pemahaman dan perencanaan. Seorang manajer rumah sakit selain harus memiliki pengetahuan dibidang
kesehatan juga harus memiliki pengetahuan finansial dan manajemen.
Rumah sakit dan layanan kesehatan beroperasi dalam sistem nilai mutahir yang tidak
memperhatikan perbedaan agama, ras, pemerintah, teman dan musuh. Nilai utamanya humanistik yaitu,
bahwa perawatan terbaik ditawarkan kepada semua yang membutuhkan. Nilai ini memiliki perbedaan
yang fundamental dibanding dunia bisnis dan pasar, dimana nilai esensi yang mereka miliki adalah
kompetisi dan survival. Secara praktis, nilai utama dari pelayanan kesehatan adalah kepercayaan bahwa
pasien adalah yang utama. Dokter dan perawat dikondisikan untuk tujuan ini , dengan demikian
perawatan yang mereka berikan tidak memperhitungkan segi biaya, waktu atau energi yang diberikan,
sebagai konsekuensi terhadap komunitas mereka (pihak manajer) harus mengeluarkan biaya ekstra. Hal
ini dapat menyebabkan timbulnya dilema yang besar pada seorang manajer layanan kesehatan atau rumah
sakit. Disatu pihak hal ini baik untuk mendorong komitmen dan pengabdian staf, dipihak lain harus
mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan yang mendesak untuk mempertahankan agar rumah sakit atau
klinik tetap berjalan.
Budaya atau kultur organisasi pelayanan kesehatan sangat sulit dideskipsikan, dan hal ini disadari
oleh semua pekerja rumah sakit. Karakteristik ini terlihat dimana para staf bergabung dalam suatu
kelompok-kelompok spesial tertentu. Kultur ini terbentuk dalam suatu hirarki dan strata sosial yaitu
dokter berada dalam posisi teratas, kedua para perawat, para terapis dan peneliti , selanjutnya, bagian
katering dan cleaning servis.
Keunikan yang dimiliki Rumah sakit sebagai organisasi layanan kesehatan (health services) yang
membedakannya dengan tipe organisasi lain terutama organisasi industri jasa antara lain :
1. Penetapan dan pengukuran output lebih sulit dilakukan
2. Melibatkan pekerjaan yang lebih bervariasi dan sangat kompleks
3. Banyak pekerjaan yang bersifat emergensi (darurat) dan tidak dapat ditunda pelaksaaannya
4. Pekerjaan yang dilakukan memiliki batas toleransi yang sedikit dalam hal kesalahan atau
keragu-raguan
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 15
5. Aktivitas kegiatan memiliki ketergantungan yang tinggi, membutuhkan tingkat koordinasi yang
tinggi antar kelompok profesional sejenis
6. Pekerjaan menuntut tingkat spesialisasi yang sangat tinggi
7. Partisipan organisasi sangat professional, dan mereka lebih loyal terhadap profesionalitas
mereka daripada organisasi
8. Kontrol organisasi dan manajerial kurang efektif, ada kelompok yang memiliki lebih banyak
tanggung jawab dalam mengurus penghasilan dan pendapatan, yaitu para dokter
9. Adanya dua otoritas (dualisme kepemimpinan) menimbulkan masalah koordinasi, akuntabilitas
dan kebingungan.
Perubahan disadari telah terjadi dalam rumah sakit. Fakta dilapangan dan sejarah rumah sakit
menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran dari suatu system yang berpijak pada dasar kemanusiaan
menjadi sebuah lembaga usaha yang mempunyai misi social. Dalam hal ini para pengelola rumah sakit
diharapkan mampu memahami ilmu manajemen dan juga mampu menrapkan prinsip usaha.
Peran Manajer Rumah Sakit
Kebanyakan manajemen rumah sakit dan pelayanan kesehatan dikendalikan oleh orang-orang
dengan latar belakang pendidikan klinik seperti dokter, perawat, fisioterapis, dan sebagainya. Sebagai
orang klinik kebanyakan dari mereka masih memprioritaskan kesehatan individual pasien dan
menempatkan kepentingan organisasi setelah kepentingan individual pasien. Selain itu,orang-orang klinik
memiliki beberapa kekhawatiran , pertama tentang bagaimana mengelola keuangan (termasuk keuangan
mereka sendiri), kedua tentang bagaimanan mengelola manusia /managing people ( mereka takut
kehilangan teman dan kolega karena kebijakan manajemen yang mereka ambil). Oleh karena itu perlu
adanya pembentukan dan pengembangan tim manajemen yang terdiri dari orang-orang yang selain
memiliki pengetahuan lapangan tentang rumah sakit dan pelayanan kesehatan juga memiliki pengetahuan
manajerial dan financial.
Masalah-masalah manajemen yang memerlukan keputusan misalnya penetapan tarif dan produk,
keputusan untuk membuat atau membeli, mencari tehnik produksi yang paling efisien , persediaaan
logistik, rekruitmen pegawai dan pengembangan tenaga hingga masalah investasi dan pendanaan seperti
pembelian alat kedokteran yang harganya relatif mahal,keputusan untuk menaikkan jasa medis para
dokter, pembangunan bangsal atau VIP, sampai masalah kebocoran anggaran dapur.
Geoffrey Prideaux adalah direktur sebuah program edukasi manajemen pelayanan kesehatan
yang berhasil di Melbourne, Australia. Beliau memberikan gambaran pendapat dari Mintzberg’ work
dan menambahkannya dengan studi mayor Boyatzis dan dengan beberapa studi kompetensi dalam
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 16
manager kesehatan. Pekerjaannya menghasilkan kesimpulan tentang basic skill yang diperlukan oleh
seorang manager pelayanan kesehatan adalah :
1. Leadership skills (keterampilan memimpin)
2. Skills in interacting with peers (keterampilan berinteraksi dengan teman kerja)
3. Conflict – Resolution Skill (keterampilan memecahkan/menyelesaikan konflik )
4. Resource- allocation skills (keterampilan mengalokasikan sumber daya)
5. Skills in decision making and in understanding ambiguity (keterampilan dalam mengambil
keputusan dan memahami ambiguitas/kebingungan)
6. Skills in goal – setting and action management (ketrampilan dalam menetapkan tujuan dan
tindakan manajemen
7. Skills in directing subordinates and in the use of power and authority (keterampilan dalam
mengatur bawahan dan dalam menggunakan kekuasaan dan otoritas
8. Skills in managing human resources, including managing group processes (ketrampilan dalam
mengelola sumber daya manusia, termasuk mengelola proses kelompok
Selain ketrampilan dasar tersebut, manager pelayanan kesehatan yang sukses perlu
mengembangkan ketrampilan strategik yang canggih dan ketrampilan perencanaan pelayanan.
Perencanaan strategik merupakan bagian dari manajemen strategik. Perencanaan strategik lebih berfokus
pada bagaimana manajemen puncak menentukan visi,misi, falsafah dan strategi untuk mencapai tujuan
dengan mempertimbangkan kemungkinan perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal seperti
perubahan politik, ekonomi dan demografi, dan disertai dengan pengembangan ilmiah. Perencanaan
mengacu pada persiapan untuk jangka panjang dan dikembangkan sebagai prinsip-prinsip dan bukan
sebagai rincian saja. Ketrampilan perencanaan pelayanan mengacu pada pengembangan konsep, kerangka
organisasi, sumber daya, staf dan kebutuhan untuk layanan kesehatan tertentu, seperti usia lanjut.
Untuk memahami apa yang harus dilakukan oleh seorang manajer pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit , sangat penting untuk melakukan beberapa pengamatan yaitu :
a. Penting untuk mengetahui bahwa manajer yang efektif tidak selalu melakukan apa yang para ahli
sarankan. Kesenjangan antara deskripsi dan pra-skripsi manajemen didokumentasikan dengan baik.
b. Kesesuaian tentang apa yang manajer lakukan tergantung pada situasi tempat mereka bekerja.
Manajemen pada dasarnya adalah proses adaptasi, tergantung pada banyak faktor, termasuk jenis
organisasi, tahap pembangunannya dan posisinya dalam sistem, akses ke sumber daya, dukungan
sosial dan peluang unik dan kendala yang dihadapi .
c. Para manajer pada tingkat yang berbeda dalam organisasi memiliki tingkat respon yang berbeda
Manajer senior dituntut untuk lebih strategis, politik dan berorientasi kepada kebijakan dibanding
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 17
manajer tingkat menengah, yang bertanggung jawab terhadap pengawasan staff dan pengawasan
kepatuhan terhadap kebijakan yang ada.
d. Fokus manajemen mengalami perubahan dalam waktu dan situasi yang berbeda. Dalam beberapa
situasi tertentu, manager perlu untuk mengelola diri mereka sendiri, mengelola fungsi, mengelola
para relasi, mengelola organisasi dan atau yang sangat penting saat ini dan pada abad ini adalah
mengelola perubahan.
Dimasa depan penggunaan konsep ekonomi / manajemen akan semakin relevan diperhatikan
karena terjadinya kecenderungan dalam rumah sakit yaitu :
1. Keterbatasan subsidi untuk rumah sakit
2. Struktur pasar rumah sakit yang semakin kompetitif
3. Adanya kebijakan desentralisasi pelayanan kesehatan dan otonomi rumah sakit
Fungsi Manajemen di Rumah sakit
Manajemen dirumah sakit dilaksanakan dalam tahap-tahap berdasarkan fungsi manajemen yaitu
mulai dari proses perencanaan sampai fungsi kontrol dalam suatu siklus yang berkesinambungan.
1. Fungsi Perencanaan (planning)
Perencanaan memegang peranan stategis untuk keberhasilan pelayanan rumah sakit. Dengan
menerapkan sistem perencanaan yang baik manajer rumah sakit sudah memecahkan sebagian masalah
pelayanan yang dihadapi rumah sakit karena upaya pengembangan rumah sakit sudah didasarkan pada
kebutuhan pengguna jasa pelayanan kesehatan.
Dengan meningkatnya investasi untuk pembangunan rumah sakit, persaingan antar rumah sakit
memperebutkan pasar juga akan semakin ketat. Jika rumah sakit ingin tetap berkembang menghadapi
persaingan, rencana strategi rumah sakit harus disusun. Visi dan misi rumah sakit sebagai pedoman kerja
pengembangan rumah sakit harus jelas dan dipahami oleh semua orang yang bekerja di rumah sakit dan
harus dapat mengarahkan penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit yang bermutu.
Dalam proses perencaan beberapa tahap yang harus dilakukan oleh seorang manajer yaitu :
1. Memutuskan apa yang harus dilakukan.
Penentuan arah didasarkan pada analisis apa yang mungkin terjadi. Manajer diharapkan dapat
merespon masalah-masalah yang dirasakan, juga disarankan untuk dapat mengidentifikasi dan
memanfaatkan peluang yang mungkin ada.
2. Mengumpulkan informasi dan analisis situasi saat ini.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 18
Dalam menganalisa situasi, penting untuk memiliki pandangan yang luas. Bahaya paling besar jika
seorang manajer melakukan seluruh perencanaan dari belakang meja saja dengan hanya berdasarkan
pada informasi yang terbatas yang diberikan oleh orang-orang yang berpihak kepadanya. Untuk
mengerti peluang dan kendala-kendala yang melekat pada setiap situasi, manajer harus melihat dari
sudut pandang yang berbeda.
3. Menetapkan prioritas.
Mengingat keterbatasan rumah sakit maka tidak semua masalah dapat diselesaikan dalam waktu
yang bersamaan sehingga harus ditentukan prioritas masalah yang akan diselesaikan dengan tidak
mengabaikan masalah lainnya. Prioritas ini ditentukan berdasarkan besarnya masalah, bagaimana
dampak masalah tersebut terhadap kelangsungan organisasi, urgensi masalah dan kemampuan
organisasi untuk menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan analisis sumber daya yang dimiliki
rumah sakit.
4. Menetapkan tujuan jangka pendek sampai jangka panjang.
Setelah menetapkan prioritas masalah , dalam perencanaan sangat penting untuk menyusun tujuan
dan target-target yang ingin dicapai. Rencana jangka panjang disusun dalam periode waktu tertentu
dan disesuaikan dengan pelayanan secara menyeluruh. Dalam menetapkan tujuan ini manajer rumah
sakit harus memperhatikan beberapa hal yaitu :
a. Menyiapkan laporan ringkas apakah proyek/ kegiatan yang direncanakan ini dapat dicapai dalam
jangka waktu spesifik,
b. Gambaran yang jelas apakah proyek ini menguntungkan atau tidak,
c. Estimasi yang akurat jumlah penerima manfaat,
d. Bagaimana mereka menerima manfaat tersebut dan kapan mereka bisa menerimanya,
e. Membuat pernyataan tentang tujuan yang dapat dengan mudah dipahami oleh semua pihak yang
terkait dan
f. Format pernyataan tujuan tersebut memungkinkan untuk dilakukan evaluasi, sehingga
progresifitas kegiatan tersebut dapat diukur.
5. Mengembangkan rencana
Kegiatan ini disebut juga rencana aksi atau strategik, disusun dalam perencanaan jangka menengah .
Saat mempersiapkan rencana strategik manajer sebaiknya melakukan beberapa hal antara lain
berdiskusi dengan rekan-rekan tentang keberhasilan dan kegagalan suatu strategik di daerah atau
diorganisasi lain, berhati-hati dengan melibatkan seluruh anggota staf, mempertimbangkan ide-ide
inovatif yang dapat diuji dalam suatu proyek dengan skala kecil, mengadaptasi keberhasilan yang
dicapai oleh rumah sakit, klinik atau negara lain, rencana pengembangan kedepan pada lokasi yang
sama, mengembangkan jadwal pelaksanaan kegiatan
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 19
Jenis perencanaan di rumah sakit antara lain perencanaan ketenagakerjaan, perencanaan logistik
dan obat, jenis pelayanan dan pengembangan pelayanan, rencana strategik dan sebagainya. Perencanaan
ketenagakerjaan (staff development) disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan pelayanan yang diberikan
oleh rumah sakit, sifat pekerjaan , perkiraan beban tugas masing-masing pekerjaan tersebut, perkiraan
kapasitas pegawai yang mampu ditampung serta jenis dan jumlah perawatan medis yang tersedia.
Perencanaan logistik dan obat-obatan berdasakan pada pola konsumsi dan pola epidemiologi.
2. Fungsi pengorganisasian (organization)
Point penting dalam menilai kinerja seorang manajer adalah kemampuannya menngorganisasikan
stafnya, bagaimana kemampuannya menepatkan staf pada posisi yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi dan kemampuan kerjanya. Langkah-langkah yang diambil pihak manajemen rumah sakit
adalah menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan dan jenis pelayanan
dirumah sakit, menetapkan siapa yang bertanggung jawab, berwewenang dan melaksanakan setiap jenis
pelayanan, menetapkan tugas pokok, job description, menetapkan wewenang dan
pelimpahan/pendelegasian wewenang dan kegiatan pengorganisasian lainnya. Seluruh staf rumah sakit
harus memahami tujuan yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan pelayanan. Langkah-langkag yang
ditempuh dalam pengorganisasian adalah sebagai berikut :
a. Tujuan organisasi, visi dan misi rumah sakit dipahami oleh semua staf dan ada komitmen bersama
untuk mewujudkan tujuan organisasi
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok misalnya melalui pengembangan
bidang, seksi-seksi sesuai kebutuhan rumah sakit.
c. Menggolongkan kegiatan pokok dalam kegiatan praktis (elemen kegiatan ) sehingga lebih mudah
untuk dilaksanakan dan untuk setiap elemen kegiatan ditetapkan tugas pokok, prosedur sebagai acuan
dan penentuan staf yang berwewenang dan bertanggung jawab terhadap setiap elemen kegiatan
tersebut.
d. Menetapkan kewajiban setiap staf untuk setiap elemen kegiatan dan menyediakan fasilitas, alat-alat
kerja, alat kesehatan,logistik dan sebagainya yang dibutuhkan oleh staf dalam rangka pelaksanaan
kegiatannya.
e. Menempatkan personel yang berkompetensi sesuai bidang dan disiplin ilmu yang dimilikinya.
f. Pendelegasian wewenang baik tenaga fungsional (antara dokter dan perawat/tenaga medis lainnya)
maupun struktural (antara pimpinan dan staf manajerial) harus diatur berdasarkan kesepakatan dengan
mengacu pada peraturan atau ketentuan yang berlaku.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 20
Seorang manajer bukan hanya menjalankan organisasi agar mencapai tujuan dan tetap survival
tapi juga harus mengembangkan organisasi yang dikelolanya. Pengembangan rumah sakit adalah upaya
pihak manajer untuk mengembangkan stafnya dengan harapan dapat meningkatkan kapasitas rumah sakit,
dapat dilakukan melalui kegiatan mengefektifkan gaya kepemimpinan nabajer, menjalin hubungan
harmonis antara pimpinan dan staf, antara pihak manajemen dengan fungsional rumah sakit,
meningkatkan kepuasan kerja dan semangat kerja tim dan sebagainya.
3. Fungsi penggerakan dan pelaksanaan (Actuating)
Manajemen rumah sakit hampir sama dengan manajemen hotel yang produk utamanya adalah
jasa, yang membedakannya adalah pengunjungnya. Pengunjung rumah sakit adalah orang yang sedang
sakit dan keluarganya yang umumnya mempunyai beban sosial-psikologis akibat penyakit yang diderita.
Kompleksitas fungsi actuating di sebuah rumah sakit dipengaruhi oleh dua aspek yaitu :
a. Sifat pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan (customer
services) . Rumah sakit sebagai penghasil jasa pelayanan tidak dapat memberikan jaminan
kesembuhan penyakit pasien, tetapi hanya sebatas memberikan perawatan dan pengobatan secara
maksimal sesuai kemampuan rumah sakit. Hasil perawatan pasien sebagai customer rumah sakit ada 3
kemungkinan yaitu sembuh, cacat atau meninggal. Apapun hasilnya kualitas pelayanan harus
diarahkan untuk kepuasan pasien dan keluarga pasien.
b. Cukup kompleks karena tenaga yang bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis profesi, sehingga
menuntuk kepemimpinan yang bersifat partisipatif.
Beberapa penelitian tentang pengaruh kepemimpinan partisipatif menunjukkan dampak positif
model kepemimpinan panajerial ini. Sebuah studi di Amerika serikat tahun 2007 dilakukan oleh Ingo
Angermeier dkk yang menganalisa dampak penerapan manajemen partisipatif terhadap 4 outcome
petugas yaitu layanan petugas terhadap pelanggan, medical error, kelelahan petugas dan keinginan
pindah tugas dengan sampel penelitian ini adalah 2.555 petugas kesehatan dari 312 organisasi kesehatan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan manajemen partisipatif berpengaruh terhadap 4 dimensi
layanan pelanggan, kesalahan medik,kelelahan petugas dan keinginan pindah tugas. Dibandingkan
dengan manajemen Autocratic Layanan pelanggan 14 % lebih tinggi, Medical error 26% lebih rendah,
kelelahan petugas 79% lebih rendah dan keinginan untukpindah kerja 61% lebih rendah.
Shane S. Blake,Lucy Kester dan James K. Stoller melakukan penelitian di Nebraska tahun 2004
tentang sikap para Terapis Pernafasan (Respratoty Therapists /RTs) terhadap kepuasan kerja,persepsi
mereka tentang gaya/cara pengambilan keputusan para manager, dan gaya pengambilan keputusan mana
yang mereka inginkan untuk diterapkan oleh pihak manajer. Hasil study ini menunjukkan bahwa (1) RT
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 21
lebih suka pengambilan keputusan delegatif dan konsultatif manajerial, (2) kepuasan kerja tertinngi di
depatemen yang telah mempraktekkan pengambilan keputusan partisipatif.
Studi Mustafa Fedai dan Yeter (2008) terhadap perawat di Turkish State Hospital menunjukkan
bahwa faktor psikologis metupakan faktor penting yang mempengaruhi emosional,kelelahan dan presetasi
perawat, dimana hasilini mendukung temuan DeCicco. Laschinger dan Kerr (2006). Kelelahan perawat
menurun pada mereka yang merasa mempunyai wewenang atau diberi kekuasaan. Penelitian Mustafa
Fedai dan Yeter (2008) terhadap perawat di Turkish State Hospitals menyajikan hasil bahwa psikologis
merupakan faktor penting yang mempengaruhi emosional, kelelahan dan prestasi pribadi. Hasil ini
mendukung temuan DeCicco, Laschinger dan Kerr (2006). Kelelahan ini kurang ditemukan pada mereka
yang merasa memiliki diberikan kekuasaan kekuasaan dan pada merekayang bekerja dalamlingkungan
yang partisipatif.
Di Indonesia ada beberapa penelitian tentang pengaruh manajemen dan kepemimpinan
partisipatif terhadap kinerja dan kepuasan kerja. Penelitian Anni Aryani dan Puput Rahmawaty yang
dilakukan pada industri rumah sakit di Jawa Tengah, tahun 2009. Studi ini menemukan bahwa partisipasi
dalam pengembangan ukuran kinerja yang digunakan dalam proses evaluasi kinerja berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial. Partisipasi juga ditemukan positif mempengaruhi persepsi kewajaran ukuran
kinerja yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja manajerial. Penelitian Nova Nurmawilis di RS Rokan
Hulu Riau menunjukkan hasil signifikan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pegawai
dimana gaya kepemimpinan berorientasi karyawan yang tinggi menghasilkan kinerja yang tinggi
dibanding gaya kepemimpinan lainnya. Penelitian Widaryanto (2005) di Rumah sakit Karyadi Semarang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan kepemimpinan terhadap perilaku
pelayanan.
Peranan dokter spesialis sangat besar pengaruhnya di dalam penerapan fungsi actuating ini. Sifat
otonomi profesi di tiap SMF (Staf Medik Fungsional) harus diatur agar tidak menjadi hambatan
penerapan fungsi ini. SMF adalah salah satu subsistem sebuah rumah sakit, hambatan kinerja SMF akan
mempengaruhi fungsi rumah sakit sebagai suatu sistem, oleh karena itu intensitas dan frekuensi
komunikasi antara pimpinan, manajer dan staf harus berlangsung dinamis. Dalam hal ini harus
diterapkan suatu pendekatan sistem. Jika pendekatan ini kurang dipahami oleh pihak manajemen rumah
sakit dan pimpinan SMF, budaya kerja yang berorientasi kepada mutu pelayanan tidak akan berkembang,
karena mereka cenderung bertindak sendiri dan sering timbul arogansi profesi, merasa profesinya lebih
banyak kontribusinya terhadap rumah sakit. Oleh karena itu kepemimpinan , komunikasi dan koordinasi
sangat dibutukan dalam pengembangan fungsi actuating.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 22
4. Fungsi pengawasan (controling)
Fungsi ini berkaitan dengan fungsi lainnya terutama fungsi perencanaan. Pengawasan yang
dilakukan sebelumnya harus disosialisasikan sehingga dapat dipahami oleh seluruh staf dan hasilnya
harus dapat diukur. Melalui fungsi ini dapat diketahui sejauh mana kegiatan program pelayanan yang
telah dilakukan oleh staf dan apakah pelayanan yang diberikan telah sesuai standar yang ditetapkan
sebelumnya.
Pengawasan manajerial dapat dilakukan dengan mengembangkan tiga langkah penting yaitu
mengukur hasil atau prestasi yang telah dicapai, membandingkan hasil yang telah dicapai dengan standar
yang telah ditetapkan dan memperbaiki penyimpangan. Penyimpangan yang terjadi dan sebab-sebab
terjadinya penyimpangan seperti ketidakpuasan pasien dan keluarga pasien terhadap mutu pelayanan di
rumah sakit dapat diketahui dan di evaluasi dalam proses actuating ini.
Pendekatan Sistem di Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai suatu organisasi secara manajerial dapat dikelola melalui suatu pendekatan sistem.
Sebuah sistem secara sederhana terdiri dari input, proses dan output.input untuk sistem pelayanan rumah
sakit meliputi sumber daya (SDM, peralatan, dana, dan sebagainya). Proses meliputi keseluruhan kegiatan
dalam rumah sakit, kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan interaksi secara
profesional di lingkungan rumah sakit sesuai dengan tugas pokok rumah sakit. baik tidaknya pelaksanaan
proses pelayanan rumah sakit dapat diukur dalam tiga aspek yaitu relevansi, efektivitas dan kualitas
proses. Outcome adalah hasil akhir dari kegiatan di rumah sakit yang dilakukan oleh dokter dan tenaga
profesi lainnya di rumah sakit. Untuk menilai outcome sebuah rumah sakit digunakan beberapa pedoman
mutu asuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Penilaian Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 23
INPUTSDM RSMANAJERIALMETODE SARANA/PRASARANAMATERIALTEHNOLOGI
PROSES MANAJEMEN KEGIATAN DI RSPERENCANAANPENGORGANISASIANPENGGERAKANPELAKSANAANPENGAWASANEVALUASI
OUTPUTPRODUK RS (MIS HASIL LAB)JASA PELAYANANPROFITKEPUASAN PERKEMBANGAN RSSIM RSDLL
Mutu asuhan pelayanan sebuah rumah sakit dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana
pelayanan di masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi rumah sakit. Ada beberepa indikator yang
ditentukan dalam menilai mutu sebuah rumah sakit sebagai berikut :
1. Indikator mutu pelayanan medis:
a. Angka Infeksi Nosokomial
b. Angka Kematian Kasar (GDR),
c. Kematian Pascabedah,
d. Maternal Death Rate (MDR),
e. Infant Death Rate ( IDR) ,
f. Net Death Rate di atas 48 jam (NDR),
g. Anasthesia Death Rate (ADR)
h. PODR (Post Operation Death Rate)
i. POR (Post Operative Infection Rate)
2. Indikator mutu pelayanan tingkat efisiensi rumah sakit
a. Unit cost untuk rawat jalan
b. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
c. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
d. Bed Acupancy Ratio (BOR)
e. Bed Turn Over (BTO)
f. Turn Over Interval (TOI)
g. Average Length of Stay (ALOS)
h. Normal Tissue Removal Rate
3. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur berdasarkan j umlah
keluhan pasien/keluarganya, surat pembaca di koran, surat kaleng, surat masuk kotak saran, atau
melalui survey kepuasan pasien
4. Indikator cakupan pelayanan rumah sakit, terdiri dari :
a. Jumlah kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak Rumah sakit dan asal pasien
b. Jumlah pelayanan dan tindakan medik : jumlah tindakan bedah dan kunjungan SMF
Spesialis
c. Pemanfaatan oleh masyarakat : Contrak rate, Hospitalization Rate, Out Patient Rate dan
Emergency Out Patient Rate
Rekam Medik
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 24
Rekam Medik (RM) rumah sakit merupakan komponen penting dalam pelaksanaan kegiatan
manajemen rumah sakit. Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud
dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis
dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan
kesehatan. Ini menunjukan pengaturan rekam medis pada UU Praktik Kedokteran lebih luas, berlaku baik
untuk sarana kesehatan maupun di luar sarana kesehatan.
Sesuai UU Praktik Kedokteran, berkas rekam medis menjadi milik dokter, dokter gigi, atau
sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis dan lampiran dokumen menjadi milik pasien.
Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi dan pimpinan sarana
kesehatan. Batas waktu lama penyimpanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan paling lama 5 tahun
dan resume rekam medis paling sedikit 25 tahun.
Manfaat Rekam Medis adalah sebagai berikut :
1. Pengobatan Pasien. Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan
menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus
diberikan kepada pasien.
2. Peningkatan Kualitas Pelayanan. Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran
dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan
untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Pendidikan dan Penelitian Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis
penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi
perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
4. Pembiayaan. Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai
sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
5. Statistik Kesehatan. Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya
untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita
pada penyakit-penyakit tertentu.
6. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik. Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama,
sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik Kepemilikan Rekam
Medis. (Sjamsuhidajat dan Alwy 2006)
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 25
RMRS harus mampu menyajikan informasi lengkap tentang proses pelayanan medis dan
kesehatan di rumah sakit, baik dimasa lalu, masa kini maupun perkiraan dimasa mendatang tentang apa
yang akan terjadi. Aspek hukum peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang pengisian RM dapat
memberikan sanksi hukum bagi pihak rumah sakit.
BAB V
PENUTUP
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai kespesifikan , sering rumah
sakit dikatakan sebagai organisasi yang padat modal, padat sumber daya manusia, padat tehnologi dan
ilmu pengetahuan serta padat regulasi. Selain itu rumah sakit sebagai organisasi memiliki banyak
keunikan yang membedakannya dengan organisasi atau industri penghasil jasa lainnya antara lain karena
melibatkan pekerjaan yang lebih bervariasi dan sangat kompleks dengan output yang sulit untuk
ditentukan. Rumah sakit sebagai penghasil jasa pelayanan tidak dapat memberikan jaminan kesembuhan
penyakit pasien, tetapi hanya sebatas memberikan perawatan dan pengobatan secara maksimal sesuai
kemampuan rumah sakit. Dilain pihak sebagai organisasi yang produk utamanya adalah jasa, rumah sakit
dituntut untuk memenuhi permintaan dan harapan konsumen yaang dinilai dari kepuasan pasien dan
keluarganya.
Kualitas jasa merupakan bagian penting dari organisasi penyedia jasa seperti rumah sakit.
Pengemasan kualitas jasa yang dihasilkan harus menjadi salah satu strategi dalam pemasaran rumah sakit
agar organisasi ini dapat tumbuh dan berkembang. Penerapan manajemen pada unit pelaksana teknis
seperti di rumah sakit mutlak diperlukan, terutama untuk mengelola berbagai keunikan yang dimiliki
rumah sakit dan menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi dalam rumah sakit dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan kepada konsumen rumah sakit. Aplikasi manajemen
di rumah sakit ini merupakan upaya untuk memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang dimiliki
rumah sakit secara rasional, efektif dan efisien dan mengarahkannya untuk mencapai tujuan organisasi
rumah sakit.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 26
DAFTAR PUSTAKA
All about Indonesia, 10 peringkat Indonesia di Dunia. Jakarta: http://wilayahindonesia.blogdetik.com, 2010.
At, Ayuning Mustika. Macam-macamperan yang dimiliki oleh pemimpin. Jakarta: Scribd Inc, 2010.
Erni Tristawati Sule; ,Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Fedai, Mustafa, dan Yeter. “The Impacts of Structural and Psychological.” CANADİAN SOCİAL SCİENCE, 2010: 63-72.
Indar, H. Etika dan Hukum Kesehatan. Makassar: Lembaga Penerbitan Unhas, 2010.
Ingo Angermeier, Bnejamin B Dunford, Alan D. BOs, R. Wayne Boss. “The impact of participative management perceptions on customer service, medical errors, burnout, and turnover intentions.” Journal of Healthcare Management, 2009.
Kogoya, Jhosin. Birokrasi Menurut Max Weber dan Hegel. Blog, Jakarta: yosin.wordpress.com, 2009.
Kurniawan, Hery. Indikator-Indikator Pelayanan Rumah Sakit. blog, Jakarta: www.heryant.web.ugm.ac.id, 2007.
Lawson, James S., Arie Rotem, dan Philip W. Bates. From Clinician to Manager. Sydney: McGraw - Hill Book Company, 2000.
Muninjaya, A.A Gde. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.
Nurmawilis, Nova. Pengaruh gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan di RUSD Rokan Hulu Propinsi Riau. Tesis, Medan: USU Repository, 2008.
Rahmawati, Anni Aryani1 and Puput. “The Effects of Participation in the Development of Performance Measures on Managerial Performance with Fairness Perception as a Mediating Variable: (An Empirical Study of Hospital Industry in Central Java, Indonesia).” Journal of Business and Policy Research, 2010: 197 – 216.
RI, Departemen Kesehatan. Sistem Kesehatan Nasional . Jakarta: Departemen Kesehatan RI , 2008.
Rosemarie, S. “Pengambilan Keputusan Menentukan Kelangsunagn Hidup Organisasi.” Journal Manajemen Vol 2 No 2 (www.majour.maranatha.edu), 2009: 219.
Salimah, Siti. Model & P pada manajemen pelayanan Rumah Sakit. http://indosdm.com, 2009.
Shane S Blake, Lucy Kester, James K. Stoller. “Respiratory Therapists' Attitudes about Participative Decision - Making style and Job Satisfaction.” Respiratory Care Journal, 2004: 917-925.
Sjamsuhidajat, dan Sabir Alwy. Manual Rekam Medik. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia, 2006.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 27
Stephan M. Shortell, Arnold DD. Kaluzny. Health Care Management Organization Design and Behavior. California: Delmar Thomson Learning, 2000.
Tunggal, Hadi Setia. Himpunan Undang-Undang Kesehatan dan Rumah Sakit. Jakarta: Harvarindo, 2010.
Umar, Husein. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Widaryanto. Analisis strategi peningkatan kinerja rumah sakit melalui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pelayanan. Tesis, Semarang: Universitas Diponegoro, 2005.
Aplikasi Manajemen di Rumah Sakit Page 28
top related