bab i ii iii
Post on 31-Oct-2014
135 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROPOSAL
” PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE TIPE STAD PADA PENGAJARAN PKN SD
KELAS V SDN MALANG KECAMATAN MAOSPATI
KABUPATEN MAGETAN ”
Dosen Pengampu : : Drs Edy Siswanto, M.Pd
Disusun oleh
SATRIYO AGUNG NUGROHO
( 09141196 )
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas penelitian dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Koopetarif
Dengan Metode Tipe STAD Pada Pengajaran PKn SD Kelas V SDN Malang
Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan”.
Selama penulisan tugas penelitian ini banyak pihak yang telah
membantu penulis sehingga penulis dapat melaksanakan penulisan tugas
penelitian ini sampai dengan selesai. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu
penulis, terutama kepada:
1. Bapak Drs Edy Siswanto, M.Pd
2. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan tugas penelitian ini.
Saran dan kritik dari semua pihak selalu penulis tunggu demi perbaikan
dan kesempurnaan penelitian ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat
diterima dan memberi manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Besar harapan penulis semoga penelitian ini menjadikan amal sholeh
dan menambah khasanah ilmu pengetahuan kita, Amin.
Madiun, 17 - 01 - 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………. 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………... 4
1.4 Kegunaan Penelitian……………………………….. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTISIS PENELITIAN. 6
2.1 Kajian Pustaka…………………………………….. 6
2.2 Kerangka Pemikiran…………………………….... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………….. 24
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……………………... 24
3.2 Subyek Penelitian………………………………….. 25
3.3 Metode dan Desain Penelitian……………………... 25
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel. 29
3.5 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian...….. 31
3.6 Analisis Data………………………………………. 34
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………... 37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan sebagai salah satu pengembangan SDM yang
bermakna sangat penting bagi pembangunan nasional. Bahkan dapat dikatakan
masa depan bangsa bergantung pada ke beradaan pendidikan yang berkualitas
yang berlangsung dimasa kini. Oleh karena itu, upaya peningkatan sekolah
merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas demi
terciptanya SDM yang berkualitas dan ber – IMTAQ serta berbudi pekerti
luhur.
Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, dunia
pendidikan di Indonesia pun harusnya mengalami kemajuan. Dan kemajuan
yang akan dicapai dalam pendidikan dapat diwujudkan melalui suatu
perubahan, pengembangan, penyempurnaan, dan inovasi terhadap kurikulum
pendidikan. Di dalam kurikulum pendidikan itu sendri memuat bahan atau
materi ajar, pola pengajaran atau pengelolaan (metode pembelajaran, model
pembelajaran, dan media pembelajaran sebagai pendekatan proses belajar
mengajar), serta penilaian sebagai bentuk evaluasi pendidikan yakni tolak
ukur keberhasilan pendidikan.
Di dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas, sehingga tercipta
SDM yang berkualitas dan ber – IMTAQ serta berbudi pekerti luhur tidak
lepas dari PKn. Di dalam hal ini PKn memiliki peran penting yaitu di dalam
pembentukan watak atau karakteristik, moral, nilai, sikap dan perilaku peserta
didik sebagai warga negara yang baik. Serta memiliki kepribadian, IMTAQ
dan berbudi pekerti yang luhur di dalam kehidupannya sebagai warga negara.
Karena itulah, PKn sangat penting untuk diberikan sejak usia dini yaitu di
tingkat SD.
Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran PKn, menurut Mulyasa
(2007) yaitu untuk menjadikan siswa:
1. Mampu berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.
2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan
bertanggung jawab sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua
kegiatan.
3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup
bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta
mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik.
Menurut KTSP PKn di SD terdiri dari 24 standart kompetensi yang
dijabarkan dalam 53 kompetensi dasar, secara umum meliputi 8 aspek yaitu :
(1) Persatuan dan kesatuan, (2) Norma hukum dan peraturan, (3) HAM, (4)
Kebutuhan warga negara, (5) Konstitusi negara, (6) Kekuasaan politik, (7)
Kedudukan pancasila, dan (8) Globalisasi. Dan kesemua materi ini harus
dikuasai dengan atau secara baik dan tuntas oleh siswa SD dengan memahami
dan menguasai kesemua materi tersebut.
Menurut penemuan di lapangan bahwa antusiasme siswa SD terhadap
mata pelajaran PKn sangatlah rendah. Hal ini disebabkan begitu banyaknya
materi yang harus diserap dan dikuasai oleh siswa. Siswa menguasai materi ini
dengan bersusah payah memahami, menghafal bahkan mengingat materi yang
ada di dalam 8 aspek yang disebutkan di atas. Sehingga mata pelajaran PKn
sepertinya berubah menjadi momok atau hal yang menakutkan kedua setelah
mata pelajaran matematika bagi siswa SD. Hal ini didorong juga oleh kinerja
guru yang mengajarkan atau menyampaikan materi PKn terkesan monoton,
yakni dengan cara penyampaian materi selalu menggunakan ceramah, tanya
jawab, diskusi yang sifatnya klasikal tanpa adanya variasi yang mampu
menarik minat siswa untuk mengikuti atau mempelajainya. Sehingga mata
pelajaran PKn oleh siswa dianggap sebagi mata pelajaran yang
“membosankan”. Bila ini dibiarkan terjadi terus – menerus maka yang ada
adalah kegagalan penanaman konsep dan penamaman nilai – nilai luhur
kepada siswa hanya tinggal menunggu waktu.
Dengan demikian, sebagai guru perlu mengambil langkah dan inisiatif
untuk senantiasa membenahi dan melakukan berbagai inovasi dalam
pembelajarannya. Dan aspek yang perlu dibenahi dan dikembangkan
meliputi: materi ajar, media pembelajaran, metode pembelajaran, model
pembelajaran, pendekatan dan penilaian (evaluasi) dalam pembelajaran PKn
di SD.
Berdasarkan penjelasan di atas kami (peneliti) akan melakukan
penelitian tentang sejauh mana pengembangan pembelajaran PKn di SD
dilakukan. Sehingga, kami mengangkat judul penelitian “Pengembangan
Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Tipe STAD Pada Pengajaran
PKn SD Kelas V SDN Malang Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Model pembelajaran seperti apa yang telah digunakan / dikembangkan
dalam pembelajaran PKn di SDN Kelas V Malang Kecamatan Maospati
Kabupaten Magetan?
2. Bagaimanakah pengaruh pengembangan model pembelajaran yang telah
digunakan dengan pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD
yang ditawarkan terhadap hasil prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
PKn di SDN Malang Kec. Maospati Kab. Magetan ?
3. Adakah upaya – upaya pengembangan model pembelajaran yang lain.
Selain yang telah digunakan untuk peningkatan hasil prestasi belajar siswa
pada pembelajaran PKn di SDN Malang Kec. Maospati Kab. Magetan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan model
pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD pada pengajaran PKn SD
kelas V SDN Malang Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti, siswa dan sekolah.
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan penelitian dalam membekali diri sebagai
calon guru SD yang memperoleh pengalaman meneliti secara ilmiah agar
kelak dapat dijadikan model dalam mengajar.
b. Bagi Guru
Merancang model pembelajaran PKn yang kreatif sebagai upaya
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi Siswa
1. Meningkatkan kretifitas siswa dalam proses pembelajaran.
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Siswa dapat terpacu lebih bersemangat untuk belajar.
d. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam rangka pengembangan proses belajar mengajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD khususnya mata
pelajaran PKn dan mata pelajaran lainnya dengan memperhatikan metode-
metode yang dipergunakan secara tepat dan baik untuk meningkatkan
prestasi belajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui
penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap
anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan
pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam
sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menyelesaikan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras,
budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,
tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus
yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif
berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan
kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar
anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan
membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain :
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal.
a. Menggunakan kesepakatan.
b. Menghargai kontribusi.
c. Mengambil giliran dan berbagai tugas.
d. Berada dalam kelompok.
e. Berada dalam tugas.
f. Mendorong partisipasi.
g. Mengundang orang lain untuk berbicara.
h. Menyelesaikan tugas pada waktunya.
i. Menghormati perbedaan individu.
2. Keterampilan tingkat menengah.
a. Menunjukkan penghargaan.
b. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima.
c. Mendengarkan dengan aktif.
d. Membuat ringkasan.
e. Menafsirkan.
f. Mengatur dan mengorganisir.
g. Menerima tanggung jawab.
h. Mengurangi ketegangan.
3. Keterampilan tingkat mahir.
a. Mengelaborasi.
b. Memeriksa dengan cermat.
c. Menanyakan kebenaran.
d. Menetapkan tujuan.
e. Berkompromi.
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mempunyai 6 (enam)
langkah utama yaitu :
Fase 1. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar.
Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Fase 5. Evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari sehingga masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. tujuan
dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase 2. Menyajikan informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui
bahan bacaan.
Fase 6. Memberikan penghargaan baik secara kelompok maupun
individu.
b. Unsur - unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson dalam bukunya Lie
(2002:30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
sebagai perkembangan kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal,
ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu :
a. Saling ketergantungan yang positif
b. Saling interaksi tatap muka
c. Setiap individu bertanggungjawab
d. Adanya komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok
(Lie 2002 : 30)
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap
anggotanya, sehingga seluruh anggota diharapkan mampu untuk
memberikan peran aktif dalam kegiatan kelompok. Untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian
rupa sehingga pada akhirnya seluruh anggota kelompok bisa mencapai
tujuan mereka.
Dalam kegiatan kelompok setiap anggota kelompok, harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Dengan
menyatakan pendapat akan terbentuk sinergi positif yaitu adanya saling
menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masing-masing.
Pola penilaian dan penugasan dalam pembelajaran kooperatif,
membuat setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Kunci keberhasilan terletak pada persiapan dan penyusunan
tugas pembelajaran yang harus dilakukan oleh tiap-tiap anggota
kelompoksecara betanggung jawab, agar tugas selanjutnya dapat
dilaksanakan. Anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugas akan
diketahui dengan jelas dan mudah. Hal ini menimbulkan dorongan dari
teman-teman dalam satu kelompok untuk melaksanakan tugas agar tidak
menghambat yang lain.
Sebelum penugasan siswa, guru perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan
para anggota untuk saling mendengarkan dan mengeluarkan
pendapatnya. Evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama perlu
direncanakan oleh guru. Waktu evaluasi tidak perlu setiap kali ada kerja
kelompok, namun dapat dilakukan selang beberapa waktu setelah
beberapa kali pembelajaran.
c. Macam Model Pembelajaran Kooperatif
1. JIGSAW
Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di
mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar
dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah
mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan
menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin
diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi
sendirian.
2. Student Team Game Tournament (STAD)
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan
suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim
untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang
materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling
membantu.
3. Team Games Tournament (TGT)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
4. Kelompok Investigasi
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai
metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan
dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun
dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).
5. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan
kawan- kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan
pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada
penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen
ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah
mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh
Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif,
daripada penghargaan individual.
Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan
perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk
mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua
macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-
head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan
isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi
tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua
contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan
keterampilan sosial.
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Slavin (pembelajaran kooperatif model STAD, siswa
dikelompokkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat atau
lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik
yang berbeda,sehingga setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi
tinggi,sedang dan rendah.
Pada model STAD siswa dikelompokkan secara
heterogen,kemudian siswa yang pandai menjelaskan kepada anggota
yang lain sampai mengerti.
Model kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan yang
menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotifasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal.
e. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Karakteristik pembelajaran STAD ( Student Team
Achievement Division) antara lain :
1. Menyampaikan materi pelajaran
2. Membagi siswa dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4
atau 5 siswa
3. Menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok
4. Membimbing siswa dalam kerja kelompok
5. Menugasi siswa melaporkan hasil kerja kelompok
6. Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
1. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
2. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
3. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
4. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada
individu.
http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://www.sd-
binatalenta.com/arsipartikel/artikel_ina.pdf
f. Tahap – tahap Pembelajaran Tipe STAD
1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.
Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan
dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-
kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam
kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan
heterogenitas dapat berdasarkan pada :
a. Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) Yang
didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu
diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap
kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat
prestasi seimbang.
b. Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat
(pendiam dan aktif), dll.
2. Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada ha-hal berikut :
a. Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari
siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting
untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep
yang akan mereka pelajari.
b. Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang
akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar
untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan
diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah
memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
c. Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi
dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil
siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah
agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan
menyita waktu lama.
3. Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai
bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi
pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi
bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan
menjawab pertanyaan.
4. Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk
menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam
kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan
individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok
5. Penghargaan kelompok
Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada
prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti
kelompok baik, hebat dan super.
6. Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok
Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang
skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.
Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat
bekerja dengan teman yang lain.
Menurut salvin ( dalam Zainuris,2007:8)mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :
a. Guru menyampaikan materi pelajaran
b. Guru membentuk beberapa kelompok,setiap kelompok terdiri dari
empatsampai lima orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-
beda
c. Bahan atau materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam
kelompok untuk mencapai kompetensi dasar
d. Guru memfasilitasi siwa dalam bentuk
rangkuman,mengarahkan,dan memberikan penegasan pada pada
materi pelajaran yang telah dipelajari
e. Guru memberikan tes /kuis kepada siswa secara individu
f. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan
perolehan nilai hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya.
Nurasma (2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran
model STAD terdiri dari enam langkah yaitu :
a. Persiapan pembelajaran
b. Penyajian materi
c. Belajar kelompok
d. Tes
e. Penentuan skor peningkatan individual dan
f. Penghargaan kelompok.
g. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Tipe STAD
Landasan yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam
pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dengan bekerja sama
maka kelangsungan hidup dapat terpenuhi.
Sampai saat ini model pembelajaraan kooperatif belum banyak
diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan
untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Kagan
ataupun Slavin dalam bukunya Kauchak (1998:136,137) mengatakan
adanya masalah menetapkan strategi belajar bersama di kelas yaitu
ramai, gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan penggunaan
waktu yang tidak efektif.
Ramai, biasanya yang dihasilkan dalam interaksi siswa yang
produktif. Ketika menerapkan strategi belajar bersama, kita harus
berharap agar kelas lebih ramai sedikit karena siswa bekerja dan
berbicara dalam kelompok kecil. Namun sesuatu yang berkelebihan,
bagaimanapun akan mengganggu guru dan mengganggu fungsi
kelompok dan kelas lainnya.
Gagal untuk menyatu, biasanya terjadi pada siswa yang
terisolasi secara sosial. Dalam kegiatan belajar, siswa duduk diam
terisolir dari siswa-siswa lainnya. Belajar bersama mengharuskan
mereka berbicara, mendengarkan dan membantu lainya untuk belajar.
Proses biasanya dibuat lehih rumit oleh keheterogenan kelompok
tersebut. Perilaku yang salah, biasanya timbul karena adanya
ketidaktahuan siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam
pembelajaran kooperatif. Hal ini yang menimbulkan peningkatan
masalah manajemen pada siswa sehingga memerlukan solusi untuk
masalah potensial yang menantang, pemikiran lebih, penyusunan dan
pengawasan agenda dan pengawasan siswa dengan hati-hati.
Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa
yang bergurau dan bermain sendiri sedangkan siswa lainnya sibuk
melakukan aktivitas kelompok. Pengawasan guru yang tidak cermat
dalam mengawasi kinerja guru selama pembelajaran kelompok tidak
efektif. Selain masalah-masalah yang kemungkinan terjadi, menurut
disertasinya Soewarso (1998:23) kelemahan-kelemahan yang mungkin
terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak
dapat berlatih belajar mandiri.
c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga
target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.
d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran
secara cepat.
e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya
Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, menurut
disertasinya Soewarso (1998:22) pembelajaran kooperatif juga memiliki
keuntungan. Keuntungan ini meliputi:
a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran
yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa
dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,
belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang
tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan
teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD menurut Davidson
(dalam Nurasma,2006:26) :
a. Meningkatkan kecakapan individu
b. Meningkatkan kecakapan kelompok
c. Meningkatkan komitmen
d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
e. Tidak bersifat kompetitif
f. Tidak memiliki rasa dendam
Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin
(dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena
peran anggota yang pandai lebih dominan.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan
konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan
modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang
pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau
nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa
depan bersama di bawah satu negar yang sama walaupun warga
masyarakat tersebut berbeda-beda agama,ras,etnik,atau golongannya.
( Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI), Jakarta : Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1988)
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan
semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
perlu ditingkatkan secar terus menerus untuk memberikan pemahaman
yang mendalam tentang diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan
Bentuk Republik.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, termpil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
2.2 Kerangka Pemikiran
Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan, guru dengan
lingkungan. Dalam proses ini terjadi kegiatan belajar siswa dengan kegiatan
mengajar guru. Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan pada
individu yang mencangkup pengetahuan, perasaan, kognitif, afektif dan
psikomotor dalam jangka waktu yang relatif lama. Mengajar adalah
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai pengajar.
Dalam pembelajaran, mata pelajaran PKn memiliki tujuan agar siswa
mampu berfikir kritis, rasional, dan kreatif. Dengan demikian, sesuai dengan
tujuan mata pelajaran PKn peneliti berusaha untuk meneliti beberapa factor
yang dapat memberikan sumbangan positif agar tujuan mata pelajaran PKn
dapat terlaksana diantaranya melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Malang Kecamatan
Maospati, Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2012 / 2013”.
a. Peneliti memilih tempat ini karena ditempat ini menunjukkan
fenomena karakteristik masalah yang sedang diteliti.
b. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2012 pada semester gasal tahun
ajaran 2012/2013 dengan tahapan sebagai berikut :
Tahap I : Menyusun proposal untuk menyampaikan gambaran secara
singkat mengenai pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian.
Tabap II : Penentuan model, metode dan instrumen yang digunakan
untuk memperoleh data secara tepat sesuai dengan variabel
penelitian yang digunakan.
Tahap III : Pengambilan dan analisis data yang dilaksanakan pada
setiap siklus.
Tahap IV : Penarikan kesimpulan dan pembuktian hipotesis tindakan.
Penarikan kesimpulan dan hipotesis tindakan berdasarkan
atas semua data yang diperoleh dari kegiatan penelitian.
3.2 Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek adalah siswa-siswi kelas V
SDN Malang, Kecamatan maospati, Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran
2012/2013, dengan jumlah siswa 8 yang terdiri dari 5 laki-laki dan 3
perempuan.
3.3 Metode dan Desain penelitian
1. Metode
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti perlu menetapkan metode
yang tepat agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas
atau biasa disebut PTK.
Yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif,
suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha
seseorang untuk memenuhi apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam
sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993 dalam Suharsimi
Arikunto, 2006: 115). Penelitian tindakan kelas membantu seseorang
dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi
darurat dan membantu mencapai tujuan ilmu sosial dengan kerjasama
dalam rangka etika yang disepakati bersama. Penelitian tindakan kelas
adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi
praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Suharsimi Arikunto (2006: 3) menyatakan,
penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama. Berdasarkan metode tersebut,
penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklus terdapat
4 tahapan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (acting), (3)
pengamatan/observasi (observing), (4) refleksi (reflecting). Gambar dan
keterangan siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan Siklus :
1. Siklus pertama : Peneliti mengadakan observasi dan pengamatan di
SDN Malang, Kecamatan Maospati, Kabupaten
Magetan serta mewawancarai guru – guru SD
tersebut mengenai model – model pembelajaran yang
digunakan selama ini khususnya pada mata pelajaran
PKn. Selanjutnya, peneliti melihat hasil model
pembelajaran yang telah digunakan selama ini
dengan melihat hasil tugas dan ulangan harian,
kemudian peneliti merencanakan dengan
menawarkan model pembelajaran yang belum
digunakan selama ini untuk meningkatkan hasil
prestasi belajar siswa, yaitu dengan menawarkan
model pembelajaran kooperatif dengan metode tipe
STAD.
2. Siklus Kedua : Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan
metode tipe STAD khususnya pada mata pelajaran
PKn. Kemudian melihat hasil prestasi belajar siswa
dengan melihat hasil tugas dan ulangan harian
selanjutnya membandingkannya dengan penggunaan
model pembelajaran sebelumnya, hasil prestasi belajar
yang telah dicapai akan terlihat jelas, baik
menggunakan metode sebelumnya ( ceramah ) atau
menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan
metode tipe STAD, dan peneliti mengharapkan dengan
penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan
metode tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran apapun dan mata pelajaran
PKn khususnya.
3. Siklus Ketiga : Urutan tindakan pada siklus III ini seperti tahap
sebelumnya. Meliputi planning, acting, observing, dan
reflecting. Tindakan yang dilakukan dari tindakan
sebelumnya dalam proses belajar mengajar yang
dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
hasil yang optimal.
2. Desain penelitian
Desain (design) penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat
oleh peneliti, sebagai ancar – ancar kegiatan yang akan dilaksanakan.
Desain penelitian ini merupakan kerangka atau perincian prosedur kerja
yang akan dilakukan pada waktu meneliti, sehingga diharapkan dapat
memberikan gambaran dan arah mana yang akan dilakukan dalam
melaksanakan penelitian tersebut, serta memberikan gambaran jika
penelitian itu telah jadi atau selesai penelitian tersebut diberlakukan.
Desain penelitian yang baik dapat memudahkan kita dalam melakukan
penelitian.
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain observasi untuk
mengumpulkan data dan peneliti dapat membuat beberapa catatan dari
sebuah data.
3.4 Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sample
1. Populasi
Populasi penelitian menurut Suharsimi (1998:115) adalah keseluruhan
subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1984:70) populasi
penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi
dan sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V SDN Malang,
Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, dengan jumlah siswa 8 yang
terdiri dari 5 laki-laki dan 3 perempuan.
2. Teknik Pengambilan Sample
Sampel penelitian menurut Suharsimi (1998:117) adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil
dengan menggunakan sampel random dengan sistem undian dengan
maksud agar setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel dalam penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi
gulungan kertas sejumlah kelas yang didalamnya tertulis nomor kelas,
sehingga didapatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok
kontrol
Sampel adalah sebagian (cuplikan) dari populasi yang masih
mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi dan mampu
mewakili keseluruhan populasi penelitian. Sampel dipergunakan ketika
jumlah seluruh anggota populasi terlalu banyak sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan penelitian terhadap populasi secara
keseluruhan, misalnya populasi penelitian adalah masyarakat pada suatu
kota tertentu. Sampel juga digunakan ketika jumlah populasi secara
keseluruhan tidak dapat ditentukan secara pasti, misalnya populasi
pengguna produk tertentu pada suatu kota.
Persyaratan utama adalah bahwa sampel harus mampu mewakili
populasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penentuan jumlah sampel
dan pengambilan sampel penelitian harus ditentukan secara sistematis agar
benar-benar mampu mewakili populasi secara keseluruhan. Secara garis
besar, metode penentuan jumlah sampel terdiri dari dua ciri, yaitu metode
acak (random sampling) dan tidak acak (non random sampling). Metode
acak adalah memberikan kesempatan kepada seluruh populasi penelitian
untuk menjadi sampel penelitian tanpa melihat struktur atau karakteristik
tertentu. Metode non random sampling dilakukan dengan memberikan
kesempatan kepada populasi dengan ciri atau karakteristik tertentu untuk
menjadi sampel penelitian, di mana ciri dan karakteristik tersebut harus
dikaitkan dengan tujuan penelitian.
3.5 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipakai adalah
pengamatan atau observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.
a. Pengamatan atau observasi
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam
melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam
penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi
pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dalam
kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan
terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar
pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain.
Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang
sedang dilakukan. Melalui observasi penganalisis dapat memperoleh
pandanganpandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan,
melihat langsung keterkaitan diantara para pembuat keputusan di
dalam organisasi, memahami pengaruh latar belakang fisik terhadap
para pembuat keputusan, menafsirkan pesan-pesan yang dikirim oleh
pembuat keputusan lewat tata letak kantor, serta memahami pengaruh
para pembuat keputusan terhadap pembuat keputusan lainnya.
Untuk mengamati perilaku para pembuat keputusan, penganalisis
sistem juga harus mengamati lingkungan di sekitar mereka. Beberapa
unsur konkret di lingkungan pembuat keputusan bisa diamati dan
diterjemahkan.
b. Wawancara
Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview.
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau
fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan
bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun,
bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon,
internet atau surat (wawancara tertulis).
Untuk menghasilkan sebuah berita yang baik sangat tergantung
dari hasil wawancara di lapangan. Sedikitnya data yang diperoleh di
lapangan, akan menyulitkan wartawan dalam menulis berita. Untuk
itu, dalam melakukan wawancara, upayakan mendapatkan data yang
selengkap-lengkapnya di lapangan, khususnya melalui proses
wawancara.
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini teknik dokumentasi diarahkan untuk
mendapatkan data skunder yang berkaitan dengan penelitian ini seperti
gambaran umum lokasi penelitian. Kondisi fisik bangunan, sarana,
media pendidikan dan kegiatan rutin sekolah.
Teknik dokumentasi ini dilakukan dalam kepentingan sebagai data
pembanding atau pendukung terhadap data secara keseluruhan dalam
rangka menghasilkan kesimpulan yang benar.
d. Tes
Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk
memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan
kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan pengukuran
(measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang
aspek yang diteliti. Pengumpulan data dari berupa hasil tes maupun tes
unjuk kerja yaitu dari hasil siswa mengerjakan tugas yang diberikan
dari guru
Keunggulan metode ini adalah lebih akurat karena tes berulang-
ulang direvisi dan instrument penelitian yang objektif. Sedangkan
kelemahan metode ini adalah hanya mengukur satu aspek data,
memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara
berulang-ulang, dan hanya mengukur keadaan siswa pada saat tes itu
dilakukan.
3.6 Analisis Data
Kegiatan menganalisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui aktivitas belajar siswa dan tingkat kemampuan siswa secara
individu maupun klasikal dan tingkat ketuntasan klasikal dalam pembelajaran
PKn. Untuk mencapai hal tersebut, penulis melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Menyusun data dalam bentuk tabel dengan teknik distribusi frekuensi.
2. Menentukan nilai rata-rata tiap siklus berdasarkan data pada tabel
distribusi frekuensi, dengan menggunakan rumus
mean sebagai berikut.
Keterangan
M = mean
fX = Jumlah skor
N = Jumlah siswa (Sutrisno Hadi, 1987:37)
3. Mencocokkan dengan patokan keberhasilan
Untuk penentuan kategori siswa ini peneliti dapat menggunakan
Penafsiran Acuan Patokan (PAP), yaitu penafsiran hasil dalam yang
bertumpu pada patokan atau kriteria itu ditentukan lebih dahulu. Patokan
(kriteria) yang ditentukan sebagai berikut.
Prosentase Penafsiran
90%-100% Baik Sekali
80%-89% Baik
65%-80% Cukup
55%-64% Kurang
<55% Kurang sekali
(Suyoto, 1997:921).
4. Setelah tiap-tiap siklus diketahui nilai rata-ratanya, dibandingkan antar
siklus. Jika makin tinggi grafik kenaikan, artinya ada peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
____________. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta
Sutopo, 1988. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Suyoto, 1997. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
http://sunartombs.wordpress.com/2009/06/15/pengertian-dan-penerapan-metode-
jigsaw/
http://www.trisnimath.blogspot.com/
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-
games-tournaments-tgt/
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-investigasi-kelompok-group-
investigation/
http://www.scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif
http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://www.sd-binatalenta.com/
arsipartikel/artikel_ina.pdf
top related