bab iv hasil penelitian dan pembahasanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2528/5/lappen...30 bab...
Post on 22-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran
pelaksanaan pembelajaran dengan metode problem-based learning, deskripsi kemampuan
berpikir kritis dan deskripsi kemampuan menyelesaikan soal cerita yang diperoleh mahasiswa
serta bagaimana pengaruh pelaksanaan pembelajaran dengan metode problem-based learning
dalam perkuliahan Pemecahan Masalah Matematika.
A. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Problem-Based Learning
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam lima kali pertemuan. Materi yang dibahas
tentang aritmatika dan geometri bangun datar. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan
mengacu pada tahapan pembelajaran yang sudah dikembangkan dalam delapan tahapan kegiatan.
Tahapan kegiatan dan keterlaksanaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1 Tahapan Pembelajaran dan Keterlaksanaanya
No Langkah Pembelajaran Keterlaksanaan Aktivitas Pengajar (Ya/Tidak) Pert.1 Pert.2 Pert.3 Pert.4 Pert.5
1 Memberikan masalah utama kepada mahasiswa terkait dengan konsep yang dipelajari sebagai stimulus
Ya Ya Ya Ya Ya
2 Mengorganisasikan mahasiswa dalam kelompok untuk mengidentifikasi masalah dan menggali informasi yang relevan dengan masalah yang diberikan
Ya Ya Ya Ya Ya
3 Memberi kesempatan kepada mahasiswa mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka tidak mengerti terkait dengan masalah yang diberikan
Ya Ya Ya Ya Ya
4 Mengarahkan mahasiswa dalam kelompok untuk memprioritaskan beberapa alternatif solusi masalah
Ya Ya Ya Ya Ya
5 Mengarahkan mahasiswa dalam kelompok untuk mengintegrasikan pendapat
Ya Ya Ya Ya Ya
31
No Langkah Pembelajaran Keterlaksanaan Aktivitas Pengajar (Ya/Tidak) Pert.1 Pert.2 Pert.3 Pert.4 Pert.5
untuk menyeleksi solusi masalah
6 Mendampingi mahasiswa dalam kelompok Memecahkan masalah dengan solusi masalah yang sudah dipilih dan disepakati bersama
Ya Ya Ya Ya Ya
7 Meminta perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil pemecahan masalah kelompok lain memberikan tanggapan
Ya Ya Ya Ya Ya
8 Membimbing mahasiswa melakukan refleksi diri terkait dengan materi dan kebermanfaatkan materi pelajaran dengan kehidupan mereka sehari-hari
Ya Ya Ya Ya Ya
Meskipun semua tahapan pembelajaran terlaksana dalam lima kali pertemuan, tetapi masih
ada kekuranga dari beberapa aspek khususnya pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pada bagian
tahapan ke-2 yaitu mengorganisasikan mahasiswa dalam memahami masalah dan mencari
inforamasi pemecahan masalah dan tahapan ke-4 yaitu Mengarahkan mahasiswa dalam
kelompok untuk memprioritaskan beberapa alternatif solusi masalah, mahasiswa masih
mengalami kesulitan karena belum terbiasa dan masih cenderung individual.Tetapi kondisi ini
mulai teratasi untuk pertemuan berikutnya. Mahasiswa sudah mulai dapat menikmati
pembelajaran sehingga prosesnya dapat berjalan dengan baik.
B. Deskripsi Data Amatan
1. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Untuk melihat kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebagai acuan penentuan
kategori keberadaan kondisi kemampuan mereka dalam berpikir kritis maka mereka diberi tes.
Tes yang diberikan kepada mereka berupa tes uraian yang dikembangkan berdasarkan aspek-
aspek yang terdapat dalam berpikir kritis. Hal ini harapannya soal tes ini benar-benar dapat
dijadikan dasar untuk membuat kategori kemampuan berpikir kristis mereka. Dari hasil ini
nanti maka kemampuan berpikir kritis mahasiswa akan digolongan menjadi tiga yaitu tinggi
32
(skor ≥78), sedang (skor antara 54 - 77), dan rendah (skor antara 30 – 53). Berikut adalah hasil
pengkategorian kemampuan berpikir kritis yang diperoleh dari hasil tes.
Tabel 2 Deskripsi Kemampuan berpikir kritis kedua kelompok
N Tinggi
(skor ≥78 Sedang (54-77)
Rendah (30-53)
KELAS KONTROL 34 7 21% 13 38% 14 41%
KELAS ESPERIMEN 35 12 34% 14 40% 9 26%
2. Deskripsi Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Berikut adalah kondisi awal kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan soal cerita
yang terdisi atas enam soal.
Tabel 3 Deskripsi Kondisi Awal Kemampuan Menyelesaikan soal cerita kedua kelompok
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation Variance
KELAS KONTROL 34 24 92 2211 65.03 21.072 444.029 KELAS ESPERIMEN 35 24 90 2284 65.26 18.200 331.255
Berdasarkan perhitungan skor nilai pada tabel 1 terlihat bahwa rata-rata untuk kedua
kelompok sama. Untuk lebih menguatkan data ini maka berikut adalah uji homogenitas dari
data kedua kelompok untuk menunjukkan bahwa kedua data memiliki varian yang sama
sehingga kedua kelompok dapat dinyatakan setara.
Tabel 4 Homogenitas data kemampuan menyelesaikan
soal cerita kondisi awal
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.193 1 67 .143
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3 di atas maka didapatkan data kedua
kelompok homogen karena nilai signifikansi =0,143 lebih besar dari 0,005 (0,143> 0,05).
Untuk melihat pengaruh dari pembelajaran yang dilakukan maka perlu dilihat hasil tes
akhir dari kedua kelompok memalui postes. Berikut data yang diperoleh dari hasil tes akhir
33
untuk melihat kemampuan akhir setelah kelompok eksperimen mendapat perlakuan dengan
pembelajaran dengan metode problem-based learning.
C. Normalitas dan Homogenitas Data Amatan
D. Uji Hipotesa Penelitian
Untuk menentukan pengaruh dari pembelajaran yang dilakukan maka perlu melihat
kembali tentang rumusan hipotesis yang dijadikan dasar untuk menentukan keputusan. Karena
desain penelitian menggunakan desain faktorial maka perumusan hipotesis juga menggunakan
aturan desain faktorial. Berikut rumusan hipotesis dengan analsis varian desain faktorial. Pada
analisis varian desain faktorial ini dapat dirumuskan 4 macam hipotesis pokok.
1) Efek Gabungan (Bersama-sama)
Hipotesis gabungan (bersama-sama) merupakan hipotesis yang menyatakan tentang efek
perlakuan secara bersama antara variabel bebas satu (metode pembelajaran) dan
variabel bebas lainnya (kemampuan berpikir kritis). Hipotesis yang dapat dirumuskan untuk
menyatakan efek gabungan antara lama belajar dan tingkat kemampuan awal sbb.
Ho = Tidak ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara pembelajaran
dengan metode problem-based learning dan metode ekspositori dan antara kemampuan
berpikir kritis secara bersama
H1 = Terdapat perbedaan perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
pembelajaran dengan metode problem-based learning dan metode ekpositori dan antara
kemampuan berpikir kritis secara bersama
2) Efek Perlakuan Metode Pembelajaran (problem-based learning dan ekpositori)
Hipotesis tentang efek metode pembelajaran yang digunakan untuk menyatakan ada
tidaknya perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita yang diakibatkan oleh metode
pembelajaran tanpa memperhatikan perlakuan lainnya. Hipotesis yang dapat dirumuskan untuk
menyatakan efek metode pembelajaran terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita dapat
dinyatakan berikut ini.
Ho = Tidak ada kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan
metode problem-based learning dengan metode ekspositori.
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar
dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori.
3) Efek Perlakuan Kemampuan Berpikir Kritis (Tinggi, Sedang, dan Rendah)
Hepotesis tentang efek kemampuan berpikir kritis digunakan untuk menyatakan ada
tidaknya perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita yang diakibatkan oleh
34
perlakuan kemampuan berpikir kritis (tinggi, sedang, dan rendah)
tanpa memperhatikan perlakuan lainnya. Hipotesis yang dapat dirumuskan berikut ini.
Ho = Tidak ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa
yang tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah.
H1 = Terdapat perbedaan ada perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa yang tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah.
4) Efek Interaksi antara Metode Mengajar dengan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis
Hipotesis tentang Interaksi antara metode mengajar dengan tingkat kemampuan berpikir
kritis digunakan untuk menyatakan ada tidaknya interaksi yang signifikan antara metode
mengajar dengan tingkat kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hipotesis dapat dirumuskan
berikut ini.
Ho = Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode belajar dengan tingkat
kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
H1 = Terdapat interaksi yang signifikan antara metode belajar dengan tingkat kemampuan
berpikir kritis mahasiswa.
Untuk menguji keempat hipotesis maka digunakan hasil ouput olahan SPSS 15.0 tentang
analisis varian desain faktorial.
Kriteria Pengujian:
(1) Menggunakan koefisien Sig., dengan ketentuan
Jika nilai sig. Hitung (probabilitas) < 0,05 maka tolak Ho.
Jika nilai sig. Hitung (probabilitas) > 0,05 maka terima Ho.
(2) Menggunakan koefisien F hitung, dengan ketentuan.
Jika koefisien F Hitung > F tabel maka tolak Ho.
Jika koefisien F Hitung < F tabel maka terima Ho.
Tabel yang dapat digunakan adalah Tests of Between Subjects Effects dengan tampilan berikut
ini.
Tabel 5 Hasil output tests of between-subjects effects
No Hipotesis df F hitung F tabel Sig. Keputusan
1 Gabungan (Model) 6 836,081 5,99 .000 Ho ditolak 2 Efek Metode Pembelajaran 2 2408,265 18.51 .000 Ho ditolak 3 Efek Kemampuan Berpikir Kritis 2 97,677 18,51 .000 Ho ditolak 4 Efek Interaksi Metode Pembelajaran
dengan Kemampuan Berpikir Kritis 2 2,301 18,51 .109 Ho diterima
35
Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel 4 maka dapat dibuat sebuah
keputusan bahwa:
1. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara pembelajaran dengan
metode problem-based learning dan metode ekpositori dan antara kemampuan berpikir
kritis secara bersama-sama.
2. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar
dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori.
3. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang tingkat
kemampuan berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah.
4. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode belajar dengan tingkat
kemampuan berpikir kritis mahasiswa
Hasil uji hipotesis ini hanya menyatakan tentang perbedaan perkomponen, baik komponen
metode pembelajaran (metode problem-based learning dan Ekspositori), maupun komponen
kemampuan berpikir kritis mahasiswa (tinggi, sedang dan rendah). Untuk melihat perbedaan
rerata (mean) per pasangan antara subkomponen metode mengajar dengan sub komponen
kemampuan berpikir kritis serta pengaruh sub komponen kemampuan berpikir kritis terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita maka perlu dilakuka uji lanjutan menggunakan analisis
anova satu jalur (One Way Anova).
Untuk melakukan analisis tersebut maka perlu dirumuskan hipotesis terlebit dahulu.
Rumusan hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
Hipotesis 1
Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode
ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi
H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode
ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi
Hipotesis 2
Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode
ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis sedang
H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode
ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis sedang
36
Hipotesis 3
Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode
ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis rendah
H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode
ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis rendah
Hipotesis 4
Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang yang diajar dengan
metode problem-based learning
H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang yang diajar dengan
metode problem-based learning
Hipotesis 5
Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah yang diajar dengan
metode problem-based learning
H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah yang diajar dengan
metode problem-based learning
Hipotesis 6
Ho = Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang dan rendah yang diajar dengan
metode problem-based learning
H1 = Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang dan rendah yang diajar dengan
metode problem-based learning
Proses Pengujian Hipotesis 1
Berikut hasil output data untuk mahasiswa yang mempunyai kemampuan berpikir kritis
dangan pembelajaran dengan metode problem-based learning dan ekpositori.
37
Tabel 6 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis tinggi
Data pada tabel 6 menunjukkan mean kelas eksperimen sebesar 88,25 dengan nilai
maksimal 100 dan terendah 67. Mean kelas kontrol sebesar 85,57 dengan nilai maksimal 90 dan
terendah 82. Untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka untuk melihat perdedaan mean kelas
kotrol dan kelas eksperimen antara mahasiswa yang mempunyai kemampuan berikir kritis tinggi
maka perlu melihat uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas.
Tabel 7 Hasil uji normalitas
untuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya tinggi
Tabel 8
Hasil uji homogenitas untuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya tinggi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.931 1 17 .105 Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas tabel 7 dan 8 maka dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal dan homogen karena nilai signifikasinya > 0,05.
Tabel 9 Hasil uji anova satu jalur
untuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya tinggi
Sum of Squares df Mean Square F hitung F tabel Sig. Keputusan
Between Groups 31.720 1 31.720 .518 4.45 .482 Ho
diterima Within Groups 1041.964 17 61.292 Total 1073.684 18
SKOR KBK TINGGI
7 85.57 3.155 1.192 82.65 88.49 82 9012 88.25 9.450 2.728 82.25 94.25 67 10019 87.26 7.723 1.772 83.54 90.99 67 100
7.829 1.796 83.47 91.051.796a 64.44a 110.08a -3.344
KELAS KONTROLKELAS EKSPERIMENTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper Bound
95% Confidence Interval forMean
MinimumMaximum
Between-Component
Variance
Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this random effects measure.a.
Tests of Normality
.208 7 .200* .909 7 .389
.171 12 .200* .907 12 .195
KELAS KONTROLDAN EKSPERIMENKELAS KONTROLKELAS EKSPERIMEN
SKOR KBK TINGGIStatistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
38
Hasil ini menjukkan bahwa nilai F hitung < F tabel dan nilai signikansinya 0,482 > 0,05
maka keputusan dari rumusan hipotesis 1 adalah Ho diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat
diambil keputusan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan
soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode
ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi.
Proses Pengujian Hipotesis 2
Tabel 10 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis sedang
Rerata (mean) untuk mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang untuk kedua
kelas didapatkan 65,54 untuk kelas kontrol dan 70,93 untuk kelas eksperimen . Nilai maksimal
dan minimal untuk kelas kontrol sebesar 78 dan 53. Kelas eksperimen nilai maksimal 85 dan
minimal 62.
Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa kedua data baik kelas kontrol
maupun kelas eksperimen memiliki distribusi normal dan homogeny seperti terlihat pada tabel
11 dan tabel 12.
Tabel 11 Uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov
KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SKOR KBK SEDANG
KELAS KONTROL .144 13 .200* .954 13 .658 KELAS EKSPERIMEN .243 14 .240* .917 14 .798
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
SKOR KBK SEDANG
13 65.54 7.709 2.138 60.88 70.20 53 7814 70.93 6.580 1.759 67.13 74.73 62 8527 68.33 7.524 1.448 65.36 71.31 53 85
7.145 1.375 65.50 71.172.696 34.08 102.59 10.740
KELAS KONTROLKELAS EKSPERIMENTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N MeanStd. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper Bound
95% Confidence Interval forMean
MinimumMaximum
Between-Component
Variance
39
Tabel 12 Uji homogenitas data untuk skor kemampuan
berpikir kritis sedang
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.199 1 25 .660
Tabel 13 Hasil uji anova satu jaluruntuk mahasiswa yang
kemampuan berpikir kritisnya sedang
Sum of Squares df Mean Square F hitung F Tabel Sig. Keputusan
Between Groups 195.841 1 195.841 8.837 4,24 .031 Ho ditolak Within Groups 1276.159 25 51.046 Total 1472.000 26
Berdasarkan hasil uji anova satu jalur pada tabel 13 maka hasil keputusan untuk hipotesis
2 adalah terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori
dengan tingkat kemampuan berpikir kritis sedang.
Proses Pengujian Hipotesis 3
Untuk menguji hipotesis 3 langkah yang dilakukan sama dengan pengujian hipotesis 1
dan hipotesis 2. Hasil analisis deskriptif didapatkan mean masing-masing kelas adalah 53,08
(kelas control) dan 47,56 (kelas eksperimen). Untuk nilai minimal untuk kelas control 36 dan
nilai maksimalnya 66. Sedangkan untuk kelas eksperimen nilai minimal 34 dan maksimal 62.
Secara manual ada sedikit perbedaan antara mean kelas kontrol dan kelas ekperimen yaitu
sebesar 5,52. Tetapi hal ini belumlah cukup dan perlu diuji lagi dengan uji anova satu jalur.
Tabel 14 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis sedang
SKOR KBK RENDAH
13 53.08 9.323 2.586 47.44 58.71 36 669 47.56 7.667 2.556 41.66 53.45 34 62
22 50.82 8.932 1.904 46.86 54.78 34 668.698 1.854 46.95 54.69
2.764 15.70 85.93 8.130
KELAS KONTROLKELAS EKSPERIMENTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper Bound
95% Confidence Interval forMean
MinimumMaximum
Between-Component
Variance
40
Sebelum uji anova satu jalur maka perlu dilakuka uji normalitas dan homogenitas untuk
kedua data. Tabel 15 dan tabel 16 menunjukkan bahwa kedua data dalam kondisi normal dan
homogeny karena nilai signifikasni kedua > 0,05.
Tabel 15
Uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov
KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. SKOR KBK RENDAH
KELAS KONTROL .189 13 .200* .937 13 .419
KELAS EKSPERIMEN .264 9 .071* .912 9 .330
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
Tabel 16 Uji homogenitas data untuk skor kemampuan
berpikir kritis rendah
Levene Statistic df1 df2 Sig.
SKOR KBK RENDAH Based on Mean .764 1 20 .393 Based on Median .559 1 20 .463 Based on Median and with adjusted df .559 1 19.555 .464
Based on trimmed mean .736 1 20 .401
Tabel 17 Hasil uji anova satu jaluruntuk mahasiswa yang
kemampuan berpikir kritisnya sedang
Sum of Squares df Mean Square F hitung F Tabel Sig. Keputusan
Between Groups 162.127 1 162.127 6.143 4,351 .016 Ho ditolak Within Groups 1513.145 20 75.657
Total 1675.273 21
Hasil analisi anova satu jalur didapatkan nilai F hitung (6,143) > F tabel (4,351) dan
signifikansi yang diperoleh (0,016) < 0,05 sehingga keputusannya adalah Ho ditolak dan H1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan
menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning
dengan metode ekspositori dengan tingkat kemampuan berpikir kritis rendah.
41
Proses Pengujian Hipotesis 4
Pengujian hipotesis 4 dimaksudkan untuk meilihat perbedaan mean untuk mahasiswa
dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang dan keduanya medapatkan pembelajaran
dengan metode problem-based learning. Data pad tabel 18 berikut akan memberikan gambaran
tentang kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang untuk kelompok eksperimen.
Tabel 18 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis tinggi
dan sedan untuk kelas eksperimen
Hasil deskripsi data ini menunjukkan adanya perbedaan mean untuk kedua kelompok
yaitu sebesar 17,32. Tetapi data ini harus didukung dengan analisis lanjut dengan analisis varian
untuk keduanya. Syarat yang dilakuka adalah data harus diuji kenormalannya dan
homogenitasnya.
Tabel 19 Uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov
KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PBL K TINGGI DAN SEDANG
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TINGGI
.171 12 .200* .907 12 .195
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SEDANG
.243 14 .240** .917 14 .198
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
Tabel 20 Uji homogenitas data untuk skor kemampuan
berpikir kritis tinggi dan sedang
Levene Statistic df1 df2 Sig.
PBL K TINGGI DAN SEDANG
Based on Mean .547 1 24 .467 Based on Median .660 1 24 .424 Based on Median and with adjusted df .660 1 23.043 .425
Based on trimmed mean .653 1 24 .427
PBL K TINGGI DAN SEDANG
12 88.25 9.450 2.728 82.25 94.25 67 100
14 70.93 6.580 1.759 67.13 74.73 62 85
26 78.92 11.805 2.315 74.16 83.69 62 1008.024 1.574 75.68 82.17
8.685 -31.43 189.27
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TINGGI
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SEDANG
TotalFixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std. DeviationStd. Error Lower BoundUpper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
42
Hasil uji normalitas dan homogenitas didapatkan bahwa data yang diperoleh normal dan
homogeny sehingga bisa dilajut pada uji selanjutnya. Berikut adalah hasil uji lanjutan untuk
memperoleh data apakah mean keduanya berbeda atau tidak.
Tabel 21 Hasil uji anova satu jaluruntuk mahasiswa yang
kemampuan berpikir kritisnya sedang
Sum of Squares df Mean
Square F hitung F tabel Sig. Keputusan
Between Groups 1938.668 1 1938.668 30.112 4,259 .000 Ho ditolak
Within Groups 1545.179 24 64.382 Total 3483.846 25 Perhitungan pada tabel 21 menunjukka bahwa nilai F hitung (30,112) > F tabel (4,259)
dengan nilai signifikansi (0,000) < 0,05 sehingga keputusannya Ho ditolak dan H1 diterima.
Sehingga keputusannya Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita
antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang yang diajar dengan
metode problem-based learning Proses Pengujian Hipotesis 5
Pengujian hipotesis 5 digunakan uji melihat apakah terdapat perbedaan mean antara
kelompok mahasiswa dengan kemampuan berpikir tinggi dengan rendah setelah mendapat
pembelajaran dengan metode problem-based learning. Data berikut akan merikan gambaran
umum tentang kondisi nilai kedua kelompok dan uji prasyarat untuk melakukan uji anova satu
jalur.
Tabel 22 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang
Untuk kelompok eksperimen
PBL K TINGGI DAN RENDAH
12 88.25 9.450 2.728 82.25 94.25 67 100
9 47.56 7.667 2.556 41.66 53.45 34 62
21 70.81 22.326 4.872 60.65 80.97 34 1008.743 1.908 66.82 74.80
20.550 -190.30 331.92
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TINGGI
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS RENDAH
TotalFixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
43
Tabel 23 Uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov
PROBLEM-BASED LEARNING Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. PBL K TINGGI DAN RENDAH
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TINGGI
.171 12 .200* .907 12 .195
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS RENDAH
.264 9 .071 .912 9 .330
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction Data deskripsi yang terdapat dalam tabel 23 menunjukkan adalah perbedaan mean
kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kristis dan
yang rendah. Uji lanjutan perlu dilakukan untuk memperkuat hasil ini dengan didahului dengan
uji normalitas dan homogenitas. Hasil yang diperoleh kedua data dalam keadaan normal dan
homogen.
Tabel 24 Uji homogenitas data untuk skor kemampuan
berpikir kritis tinggi dan rendah
Levene Statistic df1 df2 Sig.
PBL K TINGGI DAN RENDAH
Based on Mean .449 1 19 .511 Based on Median .488 1 19 .493 Based on Median and with adjusted df .488 1 18.804 .493
Based on trimmed mean .495 1 19 .490
Tabel 25 Hasil uji anova satu jalur untuk mahasiswa yang kemampuan berpikir kritisnya tinggi dan rendah
Sum of Squares df Mean Square F
hitung F tabel Sig. Keputusan
Between Groups 8516.766 1 8516.766 111.40
9 4,381 .000 Ho ditolak
Within Groups 1452.472 19 76.446 Total 9969.238 20
Berdasarkan hasil perhitungan analisis anova satu jalur didapatkan nilai F hitung (111,40)
> F tabel (4,381) dan signifikansi (0,000) < 0,05 sehingga keputusannya Ho ditolak dan H1
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan rerata (mean)
kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis
tinggi dan rendah yang diajar dengan metode problem-based learning.
44
Proses Pengujian Hipotesis 6
Pengujian hipotesis yang terakhir (6) digunakan untuk melihat perbedaan mean
kemampuan menyelesaikan soal cerita bagi mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
metode problem-based learning. Berikut adalah gambaran tentang data kedua kelompok.Terlihat
pada tabel 26 bahwa mean mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang sebesar 70,93
dengan nilai minimal 62 dan nilai maksimal 85. Sedangkan mahasiswa dengan kemampuan
berpikir kristis rendah meannya 47,56 dengan nilai minimal 34 dan maksimal 62.
Hasil ini sudah membedaan adanya perbedaan mean antara kedua kelompok. Untuk lebih
menguatkan maka perlu dilakukan uji lanjutan dengan anova satu jalur berikut ini.
Tabel 26 Deskripsi rerata (mean) untuk skor kemampuan
berpikir kritis sedang dan rendah
Tabel 27 Uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov
PROBLEM-BASED LEARNING Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. PBL K SEDANG DAN RENDAH
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SEDANG
.243 14 .064 .917 14 .198
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS RENDAH
.264 9 .071 .912 9 .330
a Lilliefors Significance Correction
PBL K SEDANG DAN RENDAH
14 70.93 6.580 1.759 67.13 74.73 62 85
9 47.56 7.667 2.556 41.66 53.45 34 62
23 61.78 13.528 2.821 55.93 67.63 34 857.014 1.463 58.74 64.82
11.951 -90.06 213.63
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISSEDANG
PBL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISRENDAH
TotalFixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
45
Tabel 28 Uji homogenitas data untuk skor kemampuan
berpikir kritis sedang dan rendah
Levene Statistic df1 df2 Sig.
PBL K SEDANG DAN RENDAH
Based on Mean .027 1 21 .870 Based on Median .000 1 21 .986 Based on Median and with adjusted df .000 1 20.802 .986
Based on trimmed mean .018 1 21 .895 Karena data yang diperoleh normal dan homogeny maka dilakukan uji parametrik dengan
anova satu jalur. Hasil pengujian mendapatkan bahwa nilai F hitung (60,831) > F tabel (4,425)
dan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 maka Ho ditolah dan H1 diterima.
Tabel 29 Hasil uji anova satu jaluruntuk mahasiswa yang
kemampuan berpikir kritisnya sedang
Sum of Squares df Mean Square F hitung F tabel Sig. Keputusan
Between Groups 2992.762 1 2992.762 60.831 4,425 .000 Ho ditolak Within Groups 1033.151 21 49.198 Total 4025.913 22
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan
menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis sedang dan
rendah yang diajar dengan metode problem-based learning.
Keputusan Akhir
Berdasarkan hasil analisis signifikasi umum (menyatakan tentang perbedaan
perkomponen, baik komponen metode pembelajaran (metode problem-based learning dan
Ekspositori)) dan analisis perbedaan rerata (mean) per pasangan antara subkomponen metode
mengajar dengan sub komponen kemampuan berpikir kritis serta pengaruh sub komponen
kemampuan berpikir kritis terhadap kemampuan menyelesaikan soal ceritaanalisis maka dapat
diambil keputusan berikut ini.
1. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara pembelajaran dengan
metode problem-based learning dan metode ekpositori dan antara kemampuan berpikir kritis
secara bersama-sama.
2. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang diajar
dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori.
46
3. Terdapat perbedaan kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa yang tingkat
kemampuan berpikir kritis tinggi, sedang, dan rendah.
4. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode belajar dengan tingkat kemampuan
berpikir kritis mahasiswa
5. Tidak terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara
mahasiswa yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori
dengan tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi
6. Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa
yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan
tingkat kemampuan berpikir kritis sedang
7. Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa
yang diajar dengan metode problem-based learning dengan metode ekspositori dengan
tingkat kemampuan berpikir kritis rendah
8. Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa
dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan sedang yang diajar dengan metode problem-
based learning
9. Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa
dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah yang diajar dengan metode problem-
based learning
10. Terdapat perbedaan rerata (mean) kemampuan menyelesaikan soal cerita antara mahasiswa
dengan kemampuan berpikir kritis sedang dan rendah yang diajar dengan metode problem-
based learning
top related