bakteri patogen ppoa pdf
Post on 05-Jul-2015
818 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAKTERI PATOGEN(Laporan Praktikum Parasit dan Penyakit Organisme Akuatik)
OlehAan Pratama1114111001
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit yang disebabkan bakteri
banyak menimbulkan banyak
kematian. Kebanyakan agen penyakit
bakteri merupakan bagian dari
mocroflora normal dilingkungan
perairan dan umumnya dianggap
sebagai pathogen sekunder atau
oportunistik (bersifat pathogen ketika
kondisinya memungkinkan). Hanya
sedikit bakteri yang bersifat
pathogen obligat (bersifat pathogen
pada kondisi apapun).
Derajat keganasan pathogen
(patogenisistas) disebut dengan
virulensi. Virulensi bakteri dapat
ditentukan dengan menghitung nilai
LD50 (dosis bakteri yang mampu
membunuh 50% populasi ikan).
Semakin rendah nilai LD50 maka
bakteri semakin virulen (ganas),
begitu juga sebaliknya.
Tidak semua bakteri yang ditemukan
didalam tubuh ikan yang sakit adalah
bakteri pathogen. Untuk mengetahui
apakah bakteri tersebut sebagai
penyebab penyakit atau bukan perlu
dilakukan pengujian dengan postulat
koch. Koch (seorang ahli
bakteriologi dari jerman, 1891)
menyebutkan hubungan sebab akibat
antara organism dan penyakit
spesifik, mengemukakan sebuah
postulat (dalil) suatu bakteri
dianggap sebagai pathogen:
1. Organisme harus ditemukan
dalam setiap kasus penyakit, dan
persebarannya didalam tubuh
harus menurut gejala luka yang
diamati.
2. Organisme harus bisa dikultur
diluar tubuh inang dalam kultur
murni untuk beberapa generasi.
3. Organisme yang dikultur harus
bisa menyebabkan penyakit
ketika diinfeksikan ke hewan
yang cocok.
4. Organisme harus bisa diisolasi
kembali dari hewan percobaan
yang diinfeksi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat keganasan
baktri pathogen pada ikan
sampel.
2. Mengetahui cara pemurnian
kultur bakteri.
3. Mengetahui gejala klinis dari
ikan sampel yang diinfeksi
bakteri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri dan Bakteri Pathogen
Bakteri (dari kata Latinbacterium;
jamak: bacteria) adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki
membran inti sel. Organisme ini
termasuk ke dalam domain
prokariota dan berukuran sangat
kecil (mikroskopik), serta memiliki
peran besar dalam kehidupan di
bumi. Beberapa kelompok bakteri
dikenal sebagai agen penyebab
infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan
manfaat dibidang pangan,
pengobatan, dan industri. Struktur sel
bakteri relatif sederhana: tanpa
nukleus/inti sel, kerangka sel, dan
organel-organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas. Hal inilah
yang menjadi dasar perbedaan antara
selprokariot dengan sel eukariot yang
lebih kompleks.
Bakteri dapat ditemukan di hampir
semua tempat: di tanah, air, udara,
dalam simbiosis dengan organisme
lain maupun sebagai agen parasit
(patogen), bahkan dalam tubuh
manusia. Pada umumnya, bakteri
berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada
bakteri tertentu yang dapat
berdiameter hingga 700 μm, yaitu
Thiomargarita. Mereka umumnya
memiliki dinding sel, seperti sel
tumbuhan dan jamur, tetapi dengan
bahan pembentuk sangat berbeda
(peptidoglikan). Beberapa jenis
bakteri bersifat motil (mampu
bergerak) dan mobilitasnya ini
disebabkan oleh flagel (wikipedia,
2013).
Bakteri tidak selalu merugikan,
terdapat bakteri yang membantu
fiksasi nitrogen dari udara yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Bakteri juga berperan dalam
pembusukan bahan organik
(dekomposisi). Di dalam tubuh
(saluran pencernaan) bakteri juga
berperan dalam supali vitamin K.
Keguaan komersialnnya pun
beragam, dalam pembuatan yogurt,
sour cream, fermentasi, penghasil
insulin dan belakangan ini ditemukan
bakteri yang dapat memakan minyak
pada makanan yang diolah dengan
digoreng.
Bakteri memiliki dinding sel,
membram sel dan sitoplasma.
Bakteri berukurn kecil dan
uniseluler. Bakteri tidak memiliki
organel dan bersifat haploid. Bersifat
haploid artinya, bakteri hanya
melakukan pembelahan miosis
sehingga jumlah kromosom
induknya sama dengan kromosom
anak (anonim, 2013).
B. Taksonomi dan Biologis Ikan
1. Mas Koki
Berbeda dengan ikan karper, mas
koki tidak dimakan sebagai ikan
konsumsi. Mas koki seratus persen
dimanfaatkan untuk ikan hias. Ini
karena bentuk dan warna mas koki
yang aneh dan menarik.
Penampilannya menciptakan pesona
yang sangat indah. Bentuk luar
(morfologi) mas koki hampir
menyerupai karper. Keduanya sama-
sama mempunyai sirip lengkap
seperti sirip punggung, sirip dada,
sirip perut, sirip dubur, dan sirip
ekor. Selain itu juga mempunyai
sisik yang berderet rapi. Walau
tampaknya mirip, ternyata mas koki
dan karper itu berbeda.
Perbedaannya terletak pada bentuk
badan, bentuk kepala, bentuk sisik,
dan bentuk mata. Bentuk badan mas
koki pendek dan gempal sehingga
lucu kalau bergerak. Mata mas koki
ada yang mempunyai balon. Sirip
mas koki berfungsi sebagai alat
gerak. Sirip perut dan sirip dada yang
bekerja sama dengan gelembung
udara, berfungsi sebagai kontrol
terhadap gerakan ke atas dan ke
bawah. Jika gelembung udara penuh
udara, sirip dada akan bergerak,
otomatis mas koki akan muncul ke
permukaan air. Sebaliknya jika
gelembung udara kosong dan
mengecil, sirip perut yang bergerak,
dan mas koki pun menyelam ke
bagian yang lebih dalam. Selain
bentuk siripnya menarik, keelokkan
mas koki banyak dipengaruhi oleh
deretan sisik-sisik yang rapih seperti
genteng penutup atap rumah. Di
bawah deretan sisik terdapat kelenjar
lendir yang berfungsi sebagai
pelindung. Lendir mencegah tubuh
dari luka karena gesekan dan
melidungi luka dari infeksi. Sisik-
sisiknya yang gelap mengandung
sejenis kristal guanine (C5H5N5O),
yang terdapat di dalamnya. Bahan itu
membentuk warna, misalnya merah
pada sisik mas koki ras Wakin dan
Ryukin. Jika tidak mengandung
guanine, sisik menjadi transparan
(tidak berwarna), misalnya
transparan pada mas koki ras Calico
dan Shubunkin. Umumnya sisik mas
koki memiliki warna dasar hitam,
merah, kuning dan putih. Masing-
masing warna dasar dan pola
warnanya sangat tergantung pada
masing-masing ras mas koki.
Keindahan pola dan kecemerlangan
warna mas koki sangat tergantung
pada ketersediaan bahan pemantul
yang terdapat dalam lapisan sisik.
Itulah sebabnya ada mas koki
berwarna kuning pucat atau merah.
Selain faktor-faktor tersebut di atas,
keindahan warna mas koki juga
dipengaruhi oleh kadra bahan kimia
dalam air, cahaya, suhu air, pakan,
dan genetik. Bentuk kepala mas koki
sangat menarik. Ada yang lucu
bentuk kepalanya seperti yang
terdapat pada ras Ranchu, Oranda,
dan Pompon. Kepala Ranchu dan
Oranda (Spenser) ditutupi jaringan
daging yang menebal di kepala dan
pipi. Pada Ranchu penebalan
jaringan hampir menutupi seluruh
bagian kepala sehingga tampak
seperti singa, itulah sebabnya
Ranchu juga sering disebut “si
Kepala Singa”. Oranda memilki
kepala berjambul . Pompon
mempunyai tambahan hidung yang
menyembul keluar. Mata mas koki
memiliki iris mata yang tidak dapat
membuka dan menutup. Lensa
matanya tidak dapat berkontraksi
luas. Jarak pandangnya sangat dekat
dan terbatas. Ketika mencari makan,
mas koki lebih mengandalkan
penciuman daripada penglihatan.
Ada empat tipe mata mas koki yang
lazim dikenal, yaitu normal (seperti
lazimnya mata ikan karper), mata
teleskop (terdapat pada mas koki
teleskop), mata teleskop yang
mengarah ke atas seperti pada ikan
Celestial; dan mata yang berbentuk
balon. Ikan betina dapat matang telur
pada umur satu tahun sedang pada
yang jantan lebih muda lagi.
Telurnya berukuran 0,7-1,5 mm dan
melekat pada benda lain di dalam air,
misalnya rumput atau tanama air
yang lain. Pakan mas koki macam-
macam. Ikan ini tidak memilih-milih
pakan. Selain doyan pakan alami
seperti plankton dan organisme dasar
perairan, ikan ini juga gemar
menyantap pelet buatan manusia.
Para ahli biologi menggolongkan
mas koki ke dalam ikan omnivor
(http://kuliah-ikan.blogspot.com/,
2013).
2. Ikan Komet (Carasius auratus)
Menurut Goenarso (2005),
identifikasi dan taksonomi ikan
komet sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Chpriniformes
Famili : Chyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
Bentuk tubuh ikan komet agak
memanjang dan memipih tegak
(compresed) dimana mulutnya
terletak di ujung tengah dan dapat
disembulkan. Bagian ujung mulut
memiliki dua pasang sungut. Diujung
dalam mulut terdapat gigi
kerongkongan yang tersusun atas
tiga baris dan gigi geraham secara
umum. Hampir seluruh tubuh ikan
komet ditutupi oleh sisik kecuali
beberapa varietas yang memiliki
beberapa sisik. Sisik ikan komet
termasuk sisik sikloid dan kecil.
Sirip punggung memanjang dan pada
bagian belakangnya berjari keras.
Letak sirip punggung bersebrangan
dengan sirip perut. Garis rusuk atau
line literalis pada ikan mas komet
tergolong lengkap berada di
pertengahan tubuh dan melentang
dari tutup insang sampai ke ujung
belakang pangkal ekor.
C. Penyakit yang Disebabkan
Bakteri
Bakteri dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit yang tidak selalu
mudah untuk dideteksi. Berikut
macam-macam penyakit yang
disebabkan bakteri:
1.Vitiligo
Vitiligo disebabkan oleh bakteri
berbeda. Dapat dikenali dengan
adanya noda putih berkabut pada
sirip atau kulit ikan. Selaput lendir
terbuka sehingga daerah tak bersisik
menjadi kelihatan. Hal ini bisa
menyebabkan kulit ikan akan hancur
atau terkelupas.
2. Fin Rot
fin rot disebabkan oleh bakteri yang
ada di dalam aquarium. Ikan yang
sehat tidak akan terkena bakteri ini
karena sistem pertahanan yang cukup
terhadap bakteri ini. Bakteri ini akan
menyerang ikan yang tidak sehat,
ikan yang mengalami stress atau
kelebihan populasi dalam sebuah
aquarium. Fin rot juga bisa terjadi
karena adanya penyakit yang lain
seperti columnaris, populasi jamur
yang berlebihan, luka, parasit dan
kondisi air yang tidak higienis.Ekor
ikan membusuk pada ujungnya dan
menyebar terus sampai ke pangkal
ekor. Dengan pemberian obat ikan
yang baik ekor ikan akan dapat
tumbuh normal kembali
3. Bacterial Gill Rot
Bacterial Gill rot timbul ketika
selaput lendir sensitif pada insang
telah diserang parasit. Bagian dalam
insang yang telah mati diserang
bakteri berwarna putih keabu-abuan.
4. Columnaris
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri
columnaris ditandai dengan adanya
seperti jaringan halus berwarna putih
pada mulut, sirip, ekor dan sisik
ikan.Pada tahap selanjutnya pada
ekor dan sirip kadang-kadang
mengalami pembusukan.Pisahkan
ikan yang terkena bakteri ini dan
lakukan pengobatan.
5. Aeromonas
Pendarahan pada sebagian area pada
kulit ikan, pendarahan pada anus dan
ekor dan sirip merupakan ciri-ciri
infeksi yang terjadi karena bakteri
Aeromonas dan Pseudomonas.
6. Dropsy
Ikan terlalu lama stress dapat
menyebabkan melemahnya sistem
kekebalan pada ikan dengan begitu
memudahkan bakteri
menginfeksi.Bakteri menginfeksi
usus ikan sehingga ikan malas untuk
makan karena adanya gangguan di
pencernaan.Pada tahap selanjutnya
selaput pada usus akan lepas
menempel pada anus berwarna putih
dan panjang seperti berak putih.
Sehingga makanan tidak dapat lagi
dicerna karena organ didalam sudah
tidak dapat bekerja dengan baik.Pada
tahap akhir karena kerusakan organ
hati ikan atau kerusakan organ urin.
Akhirnya cairan berkumpul di
rongga pada tubuh ikan, pada bagian
dalam sisik atau pada mata ikan. Hal
ini menyebabkan bengkak pada sisik
dan pada mata ikan (pop eyes).
7.Erythrodermatitis
Menyerang ikan-ikan dalam kolam
disebabkan oleh bakteri genus
Aeromonas (anonim, 2013).
D. Postulat Koch
Postulat Koch atau Postulat Henle-
Koch ialah 4 kriteria yang
dirumuskan Robert Koch pada 1884
dan disaring dan diterbitkannya pada
1890. Menurut Koch, keempatnya
harus dipenuhi untuk menentukan
hubungan sebab-musabab
antaraparasit dan penyakit. Ia
menerapkannyauntuk menentukan
etiologiantraks dan tuberkulosis,
namun semuanya telah diterapkan
pada penyakit lain.
Isi postulat Koch adalah:
• Organisme (parasit) harus
ditemukan dalam hewan yang
sakit, tidak pada yang sehat.
• Organisme harus diisolasi dari
hewan sakit dan dibiakkan dalam
kultur murni.
• Organisme yang dikulturkan
harus menimbulkan penyakit
pada hewan yang sehat.
• Organisme tersebut harus
diisolasi ulang dari hewan yang
dicobakan tersebut
Bagaimanapun, harus diperhatikan
bahwa Koch mengabaikan bagian
kedua dari postulat pertama
(organisme penyakit tidak ditemukan
pada hewan sehat), ketika ia
menembukan karier asimtomatik
atau tak bertanda pada kolera.
Kemudian karier asimtomatik
bertambah seiring ditemukannya
virus seperti polio, herpes simpleks,
HIV dan hepatitis C. Postulat
ketiganya pun tidak selalu terjadi.
Postulat Koch berkembang pada
abad ke-19 sebagai panduan umum
untuk mengidentifikasi patogen yang
dapat diisolasikan dengan teknik
tertentu. Walaupun dalam masa
Koch, dikenal beberapa penyebab
infektif yang memang bertanggung
jawab pada suatu penyakit dan tidak
memenuhi semua postulatnya. Usaha
untuk menjalankan postulat Koch
semakin kuat saat mendiagnosis
penyakit yang disebabkan virus pada
akhir abad ke-19. Pada masa itu virus
belum dapat dilihan atau diisolasi
dalam kultur. Hal ini merintangi
perkembangan awal dari virologi.
Kini, beberapa penyebab infektif
diterima sebagai penyebab penyakit
walaupun tidak memenuhi semua isi
postulat. Oleh karena itu, dalam
penegakkan diagnosis mikrobiologis
tidak diperlukan pemenuhan
keseluruhan postulat (Koch R.,
1884).
III. PROSEDUR KERJA
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat
pelaksanaan praktikum ini adalah
pada 5 april 2013 pukul 13.00 s.d
15.00 WIB di Gedung K,
Laboratorium Budidaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum ini berupa sampel
ikan atau udang yang sakit, alat
bedah ikan lengkap, media TSA,
mikroskop, media TSB,
spektrofotometer, aquarium, jarum
suntik, alkohol.
C. Cara Kerja
1. Postulat Koch
a. Diambil sampel ikan atau udang
yang sakit dengan gejala luka-
luka atau borok
b. Diamati gejala eksternal dan
internal
c. Diisolasi bakteri dari bagian
tubuh yang luka dan dari ginjal
kedalam medium TSA
d. Diinkubasi selama 24 jam dalam
suhu ruang
e. Bakteri dimurnikan dengan
kultur bakteri
f. Bakteri diidentifikasi (cat gram,
bentuk koloni, motilitas, dsb)
g. Dikultur dalam media cair (TSB
atau NB)
h. Dihitung kepadatan bakteri
dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 625 nm
i. Diinfeksikan ke ikan yang sama
dengan sampel dosis 107 sel/ikan
2. Pengujian LD50
Uji LD50 dilakukan dengan cara
menyuntikan bakteri A. salmonicida
pada ikan dengan konsentrasi
berbeda yaitu 103, 104, 105, 106, 107,
108 cfu/ml/ekor ikan masing-masing
sebanyak 5 ekor ikan tiap perlakuan.
Konsentrasi tiap bakteri yang
digunakan dengan teknik
pengenceran berseri. Sebagai
pembanding disediakan kontrol yaitu
penyuntikan ikan dengan larutan
PBS steril. Penyuntikan dilakukan
secara intramuskular sebanyak 0,1
ml per ikan. Pengamatan dilakukan
selama 15 hari dengan menghitung
jumlah ikan yang mati. Perhitungan
LD50 berdasarkan Reed dan Muench
(1938) sebagai berikut:
Selang proporsi =
50% − 5050% − 50%Log negatif LD50 =
Log negatif konsentrasi diatas 50%+ selang proporsi
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Pengamatan
Tabel. 1 Hasil Pengamatan
Jenis
ikansampel
Organ
yang
diambil
Gejala Waktu
Ikan Mas I Ginjal
Ikan terlihat lemas dan nafsu makan
menurun
Minggu, 7
April 2013
pukul
14.00 WIB
Satu ekor ikan berenang miring Minggu, 7
April 2013
pukul
18.00 WIB
Satu ekor ikan pingsan Minggu, 7
April 2013
pukul
19.00 WIB
Satu ekor ikan berenang kepermukaan Minggu, 7
April 2013
pukul
22.00 WIB
Satu ekor ikan terlihat warnanya mulai
pucat
Minggu, 7
April 2013
pukul
22.30 WIB
Satu ekor ikan pingsan Minggu, 7
April 2013
pukul
23.00 WIB
Tiga ekor ikan sisiknya mulai terkelupas Senin, 8
April 2013
pukul
03.00 WIB
Ikan mengalami pembengkakan pada
intramuscular, ikan mengeluarkan feses
dan memiliki nafsu makan
Senin, 8
April 2013
pukul
04.00 WIB
Ikan mengalami lethargic Senin, 8
April 2013
pukul
05.00 WIB
Timbul bercak-bercak putih pada sisik Senin, 8
April 2013
pukul
10.00 WIB
Ikan mulai kehilangan nafsu makan Senin, 8
April 2013
pukul
10.30 WIB
Sisik ikan mengelupas Senin, 8
April 2013
pukul
12.00 WIB
Ikan terlihat memiliki luka pada tubuhnya Senin, 8
April 2013
pukul
13.00 WIB
Ikan Mas IILuka
Tubuh
Ikan terlihat lemas dan nafsu makan
menurun
Minggu, 7
April 2013
pukul
14.00 WIB
Ikan mengeluarkan feses Minggu, 7
April 2013
pukul
15.30 WIB
Satu ekor ikan sirip caudalnya rusak dan
dua ekor ikan sisiknya mengelupas
Minggu, 7
April 2013
pukul
21.00 WIB
Ikan berenang dengan tidak stabil Minggu, 7
April 2013
pukul
22.30 WIB
Satu ekor ikan sisiknya terlihat kehitaman
dan tiga ekor ikan sisiknya mengalami
perubahan warna
Senin, 8
April 2013
pukul
02.00 WIB
Semua ikan sisiknya terlihat kehitaman Senin, 8
April 2013
pukul
03.00 WIB
Tampak kehitaman pada bagian belakang
operculum
Senin, 8
April 2013
pukul
03.030
WIB
Ikan terlihat menggosokkan tubuhnya
kedasar aquarium, pembengkakan pada
tubuh ikan, pendarahan pada sirip dan
tubuh ikan, dan feses panjang
Senin, 8
April 2013
pukul
04.00 WIB
Ikan berenang dengan tidak normal Senin, 8
April 2013
pukul
07.00 WIB
Ikan terlihat memiliki luka di tubuhnya Senin, 8
April 2013
pukul
08.00 WIB
Ikan berenang dengan tidak normal dan
mulai ditumbuhi jamur
Senin, 8
April 2013
pukul
09.30 WIB
Sisik ikan mulai mengelupas dan masih
memiliki nafsu makan
Senin, 8
April 2013
pukul
12.30 WIB
Nafsu makan menurun Senin, 8
April 2013
pukul
13.00 WIB
Ikan Mas
KometGinjal
Ikan terlihat lemas dan nafsu makan
menurun
Minggu, 7
April 2013
pukul
14.00 WIB
Ikan mengeluarkan feses Minggu, 7
April 2013
pukul
15.00 WIB
Ikan terlihat berenang miring Minggu, 7
April 2013
pukul
16.00 WIB
Respon ikan terhadap kejutan lambat Minggu, 7
April 2013
pukul
18.30 WIB
Warna ikan terlihat pucat Minggu, 7
April 2013
pukul
22.30 WIB
Satu ekor ikan sisiknya mengelupas Senin, 8
April 2013
pukul
02.00 WIB
Satu ekor ikan pingsan Senin, 8
April 2013
pukul
03.00 WIB
Feses panjang Senin, 8
April 2013
pukul
04.00 WIB
Satu ekor terlihat berenang dengan tidak
seimbang
Senin, 8
April 2013
pukul
05.00 WIB
Satu ekor ikan mati dan mengalami
hemorhagic, ikan yang lain mengalami
luka dekat operculum
Senin, 8
April 2013
pukul
07.30 WIB
Ikan mengeluarkan feses panjang Senin, 8
April 2013
pukul
08.00 WIB
Ikan berenang dengan tidak normal Senin, 8
April 2013
pukul
09.30 WIB
Sisik ikan mengelupas Senin, 8
April 2013
pukul
12.00 WIB
Terdapat jamur dan nafsu makan turun Senin, 8
April 2013
pukul
13.00 WIB
Ikan Mas
Koki
Luka
Tubuh
Ikan berenang aktif dan memiliki nafsu
makan
Minggu, 7
April 2013
pukul
14.00 WIB
Ikan mengeluarkan feses Minggu, 7
April 2013
pukul
15.30 WIB
Nafsu makan ikan terlihat menurun Minggu, 7
April 2013
pukul
17.30 WIB
Ikan mengeluarkan feses bewarna hitam Minggu, 7
April 2013
pukul
22.00 WIB
Ikan berenang dengan tidak stabil dengan
kepala kepermukaan air
Minggu, 7
April 2013
pukul
22.30 WIB
Satu ekor ikan warna sisik daerah kanan
sirip dorsal memudar
Senin, 8
April 2013
pukul
03.30 WIB
Pendarahan pada bagian ekor dan feses
panjang
Senin, 8
April 2013
pukul
04.00 WIB
Ikan mengalami dropsy Senin, 8
April 2013
pukul
05.00 WIB
Ikan berenang dengan tidak normal Senin, 8
April 2013
pukul
08.00 WIB
Pada tubuh ikan ditumbuhi jamur Senin, 8
April 2013
pukul
09.30 WIB
Satu ekor pingsan di dasar aquarium Senin, 8
April 2013
pukul
10.00 WIB
Ikan memiliki luka pada punggung Senin, 8
April 2013
pukul
10.30 WIB
Memiliki nafsu makan Senin, 8
April 2013
pukul
13.00 WIB
B. Pembahasan
1. Gejala klinis ikan sampel
Gejala yang ditimbulkan dari injeksi
bakteri terhadap ikan sampel sangat
beragam diantaranya ada ikan yang
terlihat lemas dan nafsu makannya
menurun, ada juga yang berenangnya
miring, warna tubuh nampak pucat,
bahkan pingsan. Ikan yang pingsan
terjadi pada tanggal 7 april 2013
tepatnya pada pukul 19.00 WIB.
Pada saat pengamatan, gejala klinis
yang paling sering terlihat adalah
menurunnya nafsu makan ikan yang
kemungkinan besar hal ini
dipengaruhi oleh peran bakteri
pathogen yang telah diinjeksikan
sebelumnya. Selain menurunnya
nafsu makan, terdapat berbagai
gejala klinis yang ditunjukkan oleh
ikan sampel, diantaranya ikan selalu
berenang kepermukaan,
mengeluarkan feses yang bervariasi,
sisiknya terkelupas, warna tubuhnya
pucat, luka, adanya jamur ditubuh
ikan, pendarahan, dropsy, sisik yang
berwarna kehitaman dll.
2. Perbandingan hasil praktikum
dengan Postulat Koch
Berdasarkan hasil praktikum yang
diperoleh, dapat dilihat bahwa
bakteri yang diinjeksikan kedalam
tubuh ikan adalah bakteri-bakteri
yang bersifat pathogen seperti pada
saat awal bakteri tersebut diisolasi
pada ikan sampel yang sakit
sehingga dapat disimpulkan bahwa
teori Postulat Koch cenderung benar
karena bakteri-bakteri yang diisolasi
dan yang telah diinjeksikan ketubuh
ikan dapat menyebabkan penyakit
seperti halnya pada inang bakteri
sebelumnya.
3. Keberhasilan/kegagalan
praktikum
Praktikum bakteri pathogen ini dapat
dikatakan berhasil, karena metode
yang digunakan memiliki hasil yang
baik dan cenderung berhasil. Setelah
dibandingkan dengan teori Postulat
Koch, hasil pengamatan
menunjukkan bahwa data-data yang
dihasilkan mendekati kebenaran dari
teori Postulat Koch dimana bakteri
yang diisolasi pada ikan yang sakit
dapat menyebabkan penyakit pula
ketika diinjeksikan ke tubuh ikan
yang masih sehat. Gejala-gejala
klinis yang ditimbulkannya pun
memilki kesamaan dengan gejala
ikan sampel yang sakit, sehingga
dapat disimpulkan bahwa praktikum
ini berhasil.
V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bakteri yang diinjeksikan ke
tubuh ikan sampel dapat
menyebabkan penyakit yang
sama dengan inangnya.
2. Gejala-gejala klinis yang sering
terlihat adalah kurangnya nafsu
makan pada ikan yang diinjeksi
bakteri.
3. terdapat berbagai gejala klinis
yang ditunjukkan oleh ikan
sampel, diantaranya ikan selalu
berenang kepermukaan,
mengeluarkan feses yang
bervariasi, sisiknya terkelupas,
warna tubuhnya pucat, luka,
adanya jamur ditubuh ikan,
pendarahan, dropsy, sisik yang
berwarna kehitaman dll.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat praktikan
berikan adalah ketika praktikum
dimulai hendaknya para praktikan
diberi penjelasan mengenai jalannya
praktikum secara intensif, kemudian
jika ada praktikan yang tidak bekerja
pada saat praktikum dimulai harap
segera ditegur dan diberi peringatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013.
http://www.google.com/klasif
ikasi ikan mas koki/ (diakses
pada April 2013 pukul 17.00
WIB)
Anonim, 2013.
http://www.wikipedia.com/m
orfologi ikan komet/ (diakses
pada April 2013 pukul 17.00
WIB)
Anonim, 2013.
http://www.google.com/peny
akit bakteri pada ikan/
(diakses pada april 2013,
pukul 17.00 WIB)
Sachlan, M., 2002. Penyakit Ikan.
IPB-Press.Bogor
L
A
M
P
I
R
A
N
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan pada praktikum Bakteri adalah:
top related