budidaya jamur tirambudidaya jamur tiram ala http ... · setelah seluruh proses inokulasi...
Post on 24-Apr-2019
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
61
BAB IV
REKAYASA PENURUNAN GENERASI BIBIT INDUK F1
KE BIBIT TEBAR F2
4.1. Bibit Tebar F2
Bibit tebar F2 adalah bibit yang digunakan sebagai inokulan pada proses pembuatan media tanam baglog jamur tiram. Pada umumnya bibit tebar F2 menggunakan media
jagung, gabah, kacang kedelai, sorgum, dan media campur gergajian.
Yang akan dibahas pada bab ini adalah rekayasa pembuatan bibit tebar F2
menggunakan media jagung. Media jagung ini dipilih seperti juga pada bibit induk F1 karena kualitas bibit F2 yang dihasilkan sangat baik. Jagung juga dipilih karena pada umumnya mudah didapatkan dan harganya pun cukup murah.
Dalam pembuatan bibit tebar F2, penyiapan bahan dan peralatan sama persis dengan pada pembuatan bibit induk F1, hanya saja, pada langkah inokulasi, bibit inokulan
yang digunakan adalah bibit induk F1.
4.2. Bahan Yang Diperlukan Untuk Pembuatan Bibit Tebar F2
Untuk membuat bibit Induk F2 bisa menggunakan biji-bijian jagung. Adapun beberapa persyaratan bahan yang baik untuk dibuat bibit tebar F2 sama juga dengan bibit induk
F1 adalah sebagai berikut:
• Masih baru. Kondisi jagung yang akan dipakai tidak boleh sudah terlalu lama
dari pemanenan. • Pilih dengan benar kualitas jagung, kalau bisa hanya sedikit saja jagung yang
rusak/pecah, usahakan sebagian besar utuh.
• Tidak terdapat kontaminasi dari jamur atau yang lain • Tidak terdapat hama seperti ulat dan lainnya
• Secara visual kondisi jagung yang berkualitas akan tampak kuning, utuh.
4.3. Peralatan yang diperlukan Dalam membuat bibit tebar F2 diperlukan peralatan-peralatan yang cukup mudah untuk didapatkan. Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah :
• Botol bekas saus
• Kompor Bunzen • Stik atau batang yang terbuat dari stainless steel agar steril • Kotak pembibitan sederhana (seperti yang dijelaskan pada Bab II pada proses
pembuatan bibit PDA) • Karet pentil / karet gelang yang ukuran kecil saja
• Koran yang dipotong kurang lebih 7cm x 7 cm • Ember plastik untuk merendam jagung • Tempayan bambu yang digunakan pada proses penirisan
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
62
• Autoclav atau panci bertekanan
4.4. Tatacara Rekayasa Pembuatan Bibit Tebar F2 Media Jagung
Untuk membuat bibit tebar media jagung, tatacaranya hampir sama dengan pembuatan bibit induk F1. Namun pada langkah inokulasi, bibit yang dimasukkan sebagai inokulan adalah bibit induk F1.
Adapun langkah-langkahnya sepeti yang telah dibahas pada bab 3.4 adalah sebagai berikut:
1. Mencuci jagung untuk membersihkan dan memisahkan jagung yang kurang baik kualitasnya.
2. Merendam jagung selama kurang lebih 48 jam yang berfungsi memberikan kadar air optimal dari jagung yang keras. Biasanya jagung yang dibeli di pasar kondisinya kering dan keras.
3. Merebus jagung. Hasil rendaman jagung tersebut dicuci kembali, lalu direbus dengan air mendidih selama kurang lebih 15-20 menit. Ukuran waktu dalam
merebus jagung ini tidak ada ketentuannya. Yang paling penting adalah selalu memeriksa kondisi jagung dalam keadaan sudah cukup lunak, namun belum pecah merekah. Tiap karakter dan ukuran jagung berbeda-beda. Untuk jagung
ukuran besar, biasanya proses perebusan lebih singkat daripada jagung berukuran kecil.
4. Menirisan jagung hasil rebusan. Fungsinya hanya mengurangi kandungan air agar tidak terlalu basah ketika dimasukkan ke dalam botol.
5. Memasukkan jagung ke dalam botol, lalu diikat plastik tebal. 6. Melakukan proses sterilisasi di dalam autoclav yang berfungsi untuk
mensterilkan atau menghilangkan bakteri yang terkandung di dalam jagung.
Proses sterilisasi di dalam autoclav tidak boleh terlalu lama yang akan menyebabkan jagung tersebut menjadi gosong atau menghitam. Proses sterilisasi yang terlalu lama ini bisa merusak struktur nutrisi yang terkandung di
dalam jagung untuk penumbuhan bibit tebar F2. 7. Setelah proses sterilisasi di dalam botol selesai dilakukan, dinginkan terlebih
dahulu botol dan media jagung selama kurang lebih 5-6jam hingga kondisi jagung pada kisaran suhu 35oC. Kondisi suhu saat inokulasi ini sangat penting untuk diperhatikan, karena jika suhu masih terlalu tinggi justru akan mematikan
spora yang diharapkan akan tumbuh menjadi hifa miselium pada media jagung tersebut.
8. Langkah inokulasi atau pemberian bibit induk F1 pada bibit tebar F2. Langkah ini adalah langkah terpenting selama proses pembuatan bibit tebar F2. Pada semua langkah inokulasi pada rekayasa pembuatan bibit, persyaratannya adalah
kebersihan dan sterilnya tempat inokulasi, sterilnya peralatan yang digunakan, dan juga kebersihan tangan yang melakukan proses inokulasi. Walaupun proses
inokulasi F2 bisa dilakukan di ruang inokulasi biasa, namun ada baiknya untuk meningkatkan prosentase keberhasilannya, lakukan proses ini di kotak pembibitan sederhana.
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
63
Visualisasi dari langkah inokulasi ini adalah sebagai berikut:
Persiapan / Preparasi
Pada langkah ini disiapkan segala
sesuatu yang diperlukan dalam
proses inokulasi di dalam kotak
pembibitan sederhana.
Masukkan botol berisi media
jagung yang telah melalui proses
sterilisasi di dalam autoclav. Lalu
nyalakan api bunzen. Sebelumnya
jangan lupa menyemprotkan
alkohol.
Biarkn nyala api bunzen selama
kurang lebih 15 menit yang juga
berfungsi mematikan sisa-sisa
bakteri yang ada di dalam kotak
pembibitan.
Semprotkan tangan juga dengan
menggunakan alkohol agar
dipastikan kebersihan dan sterilnya
tangan.
Hati-hati ketika memasukkan
tangan ke dalam kotak pembibitan,
hendaknya tangan sudah agak
kering dari cairan alkohol, karena
jika tidak, api dari bunzen dapat
membakar alkohol yang masih
basah di tangan kita..
Jangan lupa berdoa memohon
kepada Allah SWT untuk
keberhasilan proses inokulasi ini.
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
64
Panaskan batang stainless yang
akan digunakan untuk
mengambil bibit induk F1 yang
akan di inokulasikan ke dalam
media jagung pada bibit tebar
F2.
Panaskan seluruh batang
stainless menggunakan api
bunzen secara merata untuk
memastikan ke sterilan dari alat
tersebut.
Siapkan bibit induk F1 yang akan
diturunkan ke bibit tebar F2.
Buka tutupnya lalu panaskan
sejenak saja mulut botol bibit
induk F1 pada api bunzen.
Proses ini perlu dilakukan juga
untuk menjamin tingkat sterilitas
dari seluruh proses inokulasi.
Karena proses inilah hendaknya
dalam pembuatan bibit induk F1,
media jagung jangan terlalu
penuh hinga mulut botol.
Hendaknya pengisian media
jagung di sekitar leher botol
atau kurang lebih 3-4cm dari
mulut botol
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
65
Proses Inokulasi bibit induk F1 ke bibit tebar F2
Buka tutup plastik pada botol bibit F2 yang telah kita siapkan, lalu segera masukkan biji-biji jagung dari
bibit induk F1 ke dalamnya.
Selama proses ini harus dekat sekali dengan nyala api pada botol bunzen sehingga menjamin tingkat
sterilitas atau mematikan bakteri pengganggu dalam proses inokulasi.
Jumlah biji jagung yang dimasukkan ke dalam botol bibit tebar F2 kira-kira sejumlah 5-6 biji jagung. Jika
dihitung secara rata-rata, untuk biji jagung ukuran normal, dari satu botol bibit induk F1, InsyaAllah dapat
meng inokulasi sekitar 50-70 botol bibit tebar F2 media jagung.
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
66
Menutup botol bibit tebar F2
Setelah proses inokulasi dilakukan, segera tutup mulut botol dengan menggunakan kertas koran. Kertas
koran yang digunakan hendaknya telah disterilkan dengan memasukkannya ke dalam plastik lalu
disterilkan pula pada autoclav.
Sebelum proses inokulasi berlangsung, ada baiknya semprot dahulu pula kertas koran dengan
menggunakan alkohol hingga agak basah. Semua proses ini hanya untuk menjamin tingkat sterilnya alat
dan bahan yang digunakan. Jangan sampai kegagalan terjadi hanya dari hal-hal sepele seperti ini. Karena
jika hanya menggunakan kertas koran yang belum disterilkan, tentunya masih banyak kotoran dan
bakteri yang tidak terlihat, sehingga akan memicu timbulnya kontaminasi.
Untuk menutup botol F2 tidak selalu harus menggunakan kertas koran, bisa juga menggunakan kertas
lilin coklat yan biasa digunakan sebagai pembungkus makanan. Jika menggunakan kertas ini, bisa
langsung digunakan tanpa harus disterilkan dahulu. Bisa juga dalam menutup botol menggunakan kapas
steril.
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
67
Penyimpanan bibit tebar F2
Setelah seluruh proses inokulasi dilakukan, simpan bibit tebar F2 di dalam tempat yang bersih
dan steril pula. Jangan lupa untuk menyemprot tempat penyimpanan menggunakan alkohol
terlebih dahulu.
Pada foto tampak contoh bibit F2 media jagung yang ditutup menggunakan kertas coklat yang
biasa digunakan untuk membungkus makanan.
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
68
4.5. Tips dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan F2
Media yang digunakan dalam pembuatan bibit tebar F2 dalam pembahasan ini adalah media jagung. Karena media tersebut sama dengan media yang digunakan pada bibit
induk F1, maka tips nya pun kurang lebih sama dengan pada pembuatan bibit induk F1
Tips-tips tersebut antara lain adalah :
• Pemilihan jagung yang digunakan sebagai media F1, Jagung yang dipilih hendaknya berkualitas bagus dan dalam kondisi masih baru.
• Proses pembersihan jagung harus selalu dilakukan sebelum melakukan
perendaman.
• Dalam merebus jagung, periksa terus tingkat kematangan/ tingkat kelunakan
dari jagung tersebut.
• Pada proses penirisan, hendaknya tidak terlalu lama maksimal 10 menit..
• Pada proses sterilisasi, jika menggunakan panci presto biasa, karena tidak ada
alat pengukur tekanannya, bisa diasumsikan tingkat tekanan yang ada adalah sekitar 0,75Bar. Lama sterilisasi jika menggunakan panci presto biasa adalah
kurang lebih 30-40menit. Jika menggunakan autoclav, sterilisasi dilakukan pada tekanan 1,5 – 2BAR selama kurang lebih 20menit. Media jagung adalah media dengan nutrisi murni (bukan campuran), dan pada saat sterilisasi, kondisinya
sudah lunak, jika terlalu lama pada autoclav maka akan merusak struktur nutrisi dan kandungan kadar air pada jagung. Hasil jagung setelah proses sterilisasi
adalah masih berwarna kuning kecoklatan, Namun bukan coklat gosong.
• Pada saat inokulasi, pastikan kondisi jagung sudah cukup mendingin, yaitu
kurang lebih selama 4-5jam sejak dikeluarkan dari autoclav
• Proses inokulasi harus dilakukan di dalam kotak pembibitan sederhana atau di dalam laminar air flow.
• Penyimpanan bibit induk F2 setelah inokulasi haruslah di tempat yang bersih dan steril.
• Pada saat inokulasi, setelah melakukan pemasukan butiran jagung dari bibit induk F1, hentakkan satu kali atau dua kali botol berisi media jagung F2 yang telah diinokulasi tersebut dengan tujuan agar biji jagung F1 yang terdapat di
dalamnya bisa menyatu dengan media jagung F2.
• Jika penutupan botol F2 media jagung menggunakan kertas koran yang telah
disterilkan, biasanya jalannya miselium bisa lebih cepat, karena oksigen masih bisa menembus sedikit melalui kertas koran. Memang kondisi pengembangan miselium adalah kondisi semi anaerob, dimana masih butuh sedikit oksigen.
• Jika penutupan botol F2 menggunakan kertas coklat (untuk bungkus makanan) hendaknya jagung tidak terlalu padat dan banyak, karena kertas tersebut
terdapat lapisan lilin, jadi oksigen lebih sedikit bisa menembus. Jika terlalu
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
69
padat, biasanya pada saat kondisi miselium 85%, perkembangan miselium akan
terhenti karena ke bawahnya lagi tidak dapat ditembus oleh oksigen.
• Pembuatan bibit F2 media jagung (seperti juga pada bibit induk F1) hanya
menggunaan jagung saja, dan dalam proses perendaman juga hanya menggunakan air saja. Tidak perlu ditambahkan zat atau aditif apapun.
• Jika pada beberapa metoda dalam perendaman ada yang menggunakan
campuran sedikit kapur untuk pengaturan ph, hal tersebut bisa juga dilakukan, namun secara umum dengan proses yang telah dijelaskan dan tanpa
menggunakan tambahan apapun, InsyaAllah sudah dapat menghasilkan bibit tebar F2 dan bibit induk F1 dengan kualitas yang baik.
• Jangan menambahkan gula atau air gula di dalam campuran atau selama proses
pembuatan media jagung, karena sepanjang pengalaman kami, penambahan itu malah memicu timbulnya kegagalan dan kontaminasi.
4.6. Kegagalan dalam pembuatan bibit tebar F2 dan antisipasinya
Analisa kegagalan pada bibit tebar F2 ini hampir sama dengan analisa kegagalan pada bibit induk F1, hal ini dikarenakan media yang digunakan sama yaitu media biji-bijian jagung.
Beberapa analisa kegagalan tersebut yang paling sering adalah disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
• Kualitas jagung yang kurang baik. Sebaiknya selalu memilih jagung dengan kualitas baik dan dalam kondisi baru. Hindari memilih jagung yang sudah tertimbun lama dan sudah banyak kutu nya. Pilih jagung yang utuh, jangan
yang banyak mengandung jagung pecah dan berlubang.
• Kurangnya perendaman. Lama perendaman setelah proses pencucian sebaiknya
minimal 2x24jam. Fungsi perendaman ini adalah untuk menambah kadar air pada media jagung. Jika jagung langsung dilakukan perebusan tanpa merendam terlebih dahulu, biasanya masih kurang mengandung kadar air. Kadar air yang
kurang menyebabkan penjalaran miselium kurang sempurna dan menimbulkan kontaminasi pada akhirnya.
• Terlalu lama dalam perebusan sehingga banyak jagung yang kondisinya pecah dan terbuka. Atau sebaliknya kurang lama merebus, sehingga masih terlalu keras.
• Proses sterilisasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, bisa jadi sterilisasi kurang, sehingga belum cukup mematikan bakteri yang ada, atau malah sterilisasi pada
autoclav yang berlebihan yang menyebabkan jagung menjadi gosong sehingga struktur nutrisi pada jagung untuk penumbuhan miselium menjadi kurang baik.
• Pada proses inokulasi jagung masih terlalu panas, sehingga bibit induk F1 yang
diinokulasikan miseliumnya menjadi rusak.
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
70
• Bibit induk F1 yang digunakan mengandung kontaminan. Terkadang dalam
pembentukan miselium pada bibit induk F1, terdapat kontaminasi kecil yang tidak sampai menyebabkan kegagalan secara total pada botol. Namun
kandungan jagung yang terkontaminasi tersebut terselimuti lagi oleh miselium. Biji-biji jagung yang mengandung kontaminan inilah yang bisa memicu timbulnya kegagalan pada proses pembuatan bibit tebar F2. Untuk
mengantisipasinya, ada baiknya pada proses pengembangan miselium, selalu diperhatikan kondisi jagung yang ada. Segera pisahkan bibit induk F1 yang
terlihat mengandung kontaminan hijau, walau hanya sedikit saja.
• Proses inokulasi yang kurang steril. Untuk itu selalu perhatikan tingkat kebersihan tempat, bahan, dan alat yang digunakan pada proses inokulasi bibit
tebar F2 untuk tingkat keberhasilannya.
• Tempat penyimpanan / storage bibit F2 yang kurang memadai. Dalam
menyimpan bibit tebar F2 hendaknya pada tempat yang bersih dan steril pula. Jika terdapat kontaminasi pada satu atau beberapa botol bibit F2, segera pisahkan dan dibuang, karena jika dibiarkan, biasanya dapat menular ke botol
bibit F2 lainnya.
4.7. Memahami perkembangan miselium bibit tebar F2
Perkembangan miselium pada bibit tebar F2 penting untuk diperhatikan karena bibit
tebar F2 adalah bibit yang langsung digunakan dalam proses produksi pembuatan media tanam baglog jamur tiram putih.
Memahami proses perkembangan miselium pada bibit tebar F2 tujuannya agar
schedulle atau penjadualan kerja pada manajemen pembibitan dan manajemen pembuatan media tanam baglog jamur tiram putih bisa disusun dengan baik.
Perlu diketahui di sini, dalam proses budidaya jamur tiram putih, PDA, F1, F2 yang paling baik digunakan adalah pada saat kondisi miselium sudah mencapai 100% + 5hari. Untuk mendapatkan kondisi seperti ini, tentu harus diatur jadual kerja
pembuatan bibit dan media baglog berdasarkan durasi yang didapat dari masing-masing perkembangan miselium pada PDA, F1, F2.
Sebenarnya, mempelajari perkembangan miselium pada masing-masing media, kita akan melihat sebuah keajaiban, sebuah bukti kebesaran dan kasih sayang Allah SWT. Sebuah perkembangan yang sangat indah dari jejak-jejak spora, hifa, dan miselium
yang secara perlahan namun pasti menyelimuti media yang ada.
Dalam pengembangannya, yang dibutuhkan oleh hifa untuk pengembangan miselium
pada media adalah air, kandungan selulosa sebagai nutrisi yang dikonsumsi oleh pembelahan sel-sel dalam proses multiplikasinya dan juga sedikit oksigen. Jika kita mampu memperhatikan dengan baik, lalu sedikit memahami bagaimana miselium itu
merambat pada masing-masing media, maka InsyaAllah kita akan selalu menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah SWT dalam proses budidaya jamur tiram ini.
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
71
Visualisasi perkembangan miselium pada bibit tebar F2 dapat dilihat pada ilustrasi
berikut ini :
Pada pengembangan awal, biji-bijian jagung yang diinokulasikan akan terselimuti hifa-
hifa halus dalam waktu kurang lebih 48 jam setelah inokulasi.
Selanjutnya dari miselium yang terbentuk pada inokulan tersebut, akan merambat mislium pada media jagung bibit tebar F2
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
72
Dalam waktu kurang lebih 3 hari, perkembangan miselium biasanya mulai memasuki
fase penting, yaitu mulai terjadi perambatan pada media jagung pada bibit tebar F2.
Dalam foto di atas menarik sekali untuk dilihat bagaimana benang-benang halus pada inokulan bibit induk F1 mulai merambat ke media jagung pada bibit tebar F2. Fase ini
biasanya terjadi pada hari ke-3 dari proses inokulasi.
Benang-benang halus yang disebut hifa ini pada akhirnya akan menyelimuti media
jagung membentuk miselium. Pada Bab I sudah dijelaskan bahwa, perkembangan miselium ini mengkonsumsi kandungan zat hara dan air yang terkandung pada media rambatnya. Jadi tingkat kematangan jagung pada proses perebusan dan kandungan
kadar airnya akan sangat penting pada fase penjalaran miselium ini.
Budidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur TiramBudidaya Jamur Tiram ala http://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.comhttp://jamursekolahdolan.blogspot.com
PDA nya F1 nya F2 yg jagung F2 yg gergajian Baglog nya Jamur nya deh
Disusun oleh Fithrawan Satriyanto ,ST KARYA JAMUR PERSADA Jl. Bendungan Nawangan No. 4 Malang Jawa Timur – INDONESIA satriadafi@gmail.com fithrawan@gmail.com fithrawan76@yahoo.co.id
73
Dapat diperhatikan pula biasanya kegagalan terjadi karena kurangnya zat hara yang
akan dikonsumsi dan juga kurangnya kadar air.
Selanjutnya pada hari ke-5 sampai hari ke-7, proses pengembangan miselium akan
telah mencapai kurang lebih 30% dari media jagung dalam botol.
Jika miselium telah mencapai 40% miselium, InsyaAllah perkembangan akan sangat cepat, dan dalam waktu kurang lebih 14-20hari, miselium akan menyelimuti seluruh
media jagung pada bibit tebar F2.
Bibit F2 kondisi 1 hari, 8 hari, dan 14 hari
top related