dampak terapi dalam pemulihan kesehatan...
Post on 06-Feb-2018
251 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DAMPAK TERAPI RUQYAH SYAR’IYYAH DALAM
PEMULIHAN KESEHATAN MENTAL PASIEN DI RUMAH RUQYAH INDONESIA
CILILITAN JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Disusun Oleh:
MILLATY HANIFA
NIM:1111052000033
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2015 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya yang saya ajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Oktober 2015
Millaty Hanifa
ii
ABSTRAK
Dampak Terapi Ruqyah Syar’iyyah Dalam Pemulihan Kesehatan Mental
Pasien Di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur
Millaty Hanifa, NIM: 1111052000033
Dalam kehidupan ini, manusia pasti mengalami masalah yang datang silih
berganti, bahkan terkadang masalah yang datang sampai tumpang tindih. Masalah
yang datang bertubi-tubi inilah yang dapat mengganggu kejiwaaan serta fisik
seseorang. Seiring dihadapkannya pada masalah-masalah yang pelik, tidak
menutup kemungkinan hal tersebut akan mengganggu kestabilan mental
seseorang sehingga diperlukannya pemulihan kesehatan mental. Salah satu
caranya adalah dengan terapi ruqyah syar’iyyah.
Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur adalah salah satu
lembaga yang melayani terapi ruqyah untuk pemulihan penyakit psikis maupun
fisik. Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan, melaksanakan terapi dengan metode
ruqyah ini karena metode ini tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Terapi
ruqyah ini disebut dengan ruqyah syar’iyyah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana proses terapi
ruqyah syar’iyyah yang ada di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur
serta dampak yang terjadi terhadap mental pasien. Jenis penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif.
Sedangkan dalam pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara dan
observasi yang diperoleh langsung dari sumber yang berkaitan dengan penelitian.
Dalam hal ini, informan terdiri dari dua orang terapis dan empat orang pasien
yang terindikasi mengalami gangguan mental.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan
terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia merupakan terapi
ruqyah syar’iyyah. Karena pelaksanaannya sesuai dengan syari’at Islam yaitu
dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur’an atau hadis dan menggunakan bahasa
Arab yang fasih. Adapun dampak yang terjadi setelah melakukan terapi ruqyah
syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia adalah berdampak positif. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara, pasien yang sebelumnya mengalami gelisah,
cemas, emosional, tidak mampu menyelesaikan masalah, kaku pada bagian tubuh
yang disebabkan terlalu banyak beban pikiran berangsur membaik.
Kata kunci: Ruqyah Syar’iyyah, Pemulihan Kesehatan Mental
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
juga kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai kepada kita saat ini.
Skripsi yang berjudul “Dampak Terapi Ruqyah Syar’iyyah Dalam
Pemulihan Kesehatan Mental Di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta
Timur” ini disusun sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pada
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakutas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Dr. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, bersama Dr. Suparto, M.ed. Ph.D sebagai Wakil
Dekan Bidang Akademik, bersama Dr. Roudhonah, M.A sebagai
Wakil Dekan Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si sebagai
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
3. Ir. Noor Bekti Nugroho, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam.
iv
4. H. Fauzun Jamal, Lc., M.A sebagai dosen pembimbing skripsi yang
dengan sabar, tulus, ikhlas membimbing penulis dan memberikan
arahan serta motivasi selama penulis menyusun skripsi ini.
5. Prof. Dr. Daud Effendi selaku dosen penasehat akademik yang
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
khususnya dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima
kasih atas semua ilmu yang telah diberikan, semoga ilmunya selalu
bermanfaat.
7. Ustadz Achmad Junaedi, Lc, MHi sebagai Pimpinan Rumah Ruqyah
Indonesia. Terima kasih telah membantu saya memberikan data dan
informasi dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kedua orang tua (Ahmad Muslih S.Pd.I dan Susilawati), terima kasih
atas pengorbanan, kasih sayang, perhatian, dukungan, serta doanya
yang terus mengalir tiada henti kepada penulis.
9. Sahabat seperjuangan penulis Shifa Amalia yang telah meluangkan
waktunya untuk menemani penulis wawancara ke Rumah Ruqyah
Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Wirda, Tiara Izzati, Iis Nadia Alim,
dan Roisatunnisa terima kasih atas perhatian dan dukungannya kepada
penulis. Kenangan bersama yang telah kita ukir kurang lebih empat
tahun akan selalu penulis kenang. Semoga persahabatan kita tak akan
v
lekang termakan zaman dan kita semua menjadi orang yang
bermanfaat.
10. Teman-teman BPI 2011, kenangan selama 4 tahun silam tidak akan
penulis lupakan.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak
mengurangi rasa hormat kepada Anda semua, penulis mengucapkan banyak
terima kasih. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik kepada kita semua.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada umumnya, dan mahasiswa Bimbingan dan
Penyuluhan Islam pada khususnya.
Ciputat, 07 Oktober 2015
Penulis
Millaty Hanifa
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 8
D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ........................................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 13
A. Dampak ............................................................................. 13
B. Ruqyah Syar’iyyah ............................................................ 14
1. Pengertian Ruqyah Syar’iyyah ................................... 14
2. Dasar-dasar Terapi Ruqyah ........................................ 17
3. Syarat-syarat Ruqyah Syar’iyyah ............................... 19
C. Kesehatan Mental .............................................................. 20
1. Pengertian Kesehatan Mental ..................................... 20
2. Ciri-ciri Mental Yang Sehat Dan Tidak Sehat ........... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 32 A. Pendekatan Penelitian ........................................................ 32
B. Jenis Penelitian .................................................................. 32
C. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................ 34
1. Observasi .................................................................... 34
2. Wawancara ................................................................. 35
3. Dokumentasi ............................................................... 36
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 37
E. Subjek dan Objek Penelitian ............................................. 37
F. Teknik Analisis Data ......................................................... 37
G. Teknik Penulisan ............................................................... 38
H. Sumber Data ...................................................................... 39
BAB IV PROFIL LEMBAGA DAN ANALISIS DATA ...................... 40
A. Gambaran Umum Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Jakarta Timur ..................................................................... 40
1. Sejarah dan Perkembangan ........................................ 40
2. Visi dan Misi .............................................................. 41
3. Pelayanan ................................................................... 41
4. Struktur Pengurus ....................................................... 43
5. Prosedur Penanganan Pasien ...................................... 44
6. Mekanisme Pelaksanaan Terapi Ruqyah .................... 45
7. Sarana dan Prasarana .................................................. 46
vii
8. Pengalaman Rumah Ruqyah Indonesia ...................... 47
B. Temuan dan Analisis Data ................................................ 48
1. Karakteristik Informan ............................................... 58
2. Intensitas Kunjungan .................................................. 52
3. Latar Belakang Penyakit ............................................ 54
C. Proses Pelaksanaan Terapi Ruqyah di Rumah
Ruqyah Indonesia ............................................................... 56
D. Analisis Dampak Terapi Ruqyah Syar’iyyah dalam
Pemulihan Kesehatan Mental Pasien ................................. 61
BAB V PENUTUP .................................................................................. 65
A. Kesimpulan ........................................................................ 65
B. Saran .................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 67
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia menghendaki hidup dan kehidupan yang tentram
dan bahagia, walaupun tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut dapat
tercapai. Karena dalam kehidupan ini, manusia tidak ada hentinya mengalami
suatu masalah yang datang silih berganti. Bahkan masalah tersebut terkadang
sampai tumpang tindih, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Menurut Sahilun,
permasalahan yang datang bertubi-tubi ini bisa mengganggu kejiwaan dan
badaniah seseorang. Tidak jarang orang yang menderita sakit badaniah lebih
disebabkan karena faktor-faktor kejiwaan yang lebih dikenal dengan
psychosomatic. Secara medis, sebetulnya orang itu tidak sakit, tapi kenyataannya
menderita sakit.1 Seperti semakin kurus, sukar tidur, kadang-kadang berperilaku
aneh, gelisah, dan lain-lain.
Menurut Zakiah Daradjat, perasaan resah-gelisah, risau dan kelabu sering
menyerang manusia. Kadang bercampur dengan rasa takut dan cemas, sehingga
manusia tidak mampu menghadapi serta mengatasinya, terasa dirinya ditimbun
oleh tumpukan kesulitan. Keadaan yang demikian akan mempengaruhi kesehatan
jasmaninya, bahkan mungkin menyerang kesehatan rohaninya (jiwanya), lebih
jauh, juga dapat mengganggu hubungan sosialnya.2
1Sahilun A dan Nasir, M.Pd. Problematika Kehidupan dan Pemecahannya: Suatu
Pendekatan Psyeo-Religious, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), h. 25. 2Zakiah Daradjat, Doa Menunjang Semangat Hidup, (Jakarta: Ruhama, 1996), cet. Ke-6,
h.20.
2
Kegoncangan batin yang diperkirakan akan melanda umat manusia ini
barangkali akan mempengaruhi kehidupan psikologis manusia. Kehidupan
manusia yang semakin kompleks menuntut adanya pencerahan spiritual. Pada
kondisi ini, manusia akan mencari penentram batin, antara lain agama. Hal ini
pula barangkali yang menyebabkan munculnya ramalan fotorolog bahwa di era
globalisasi agama akan mempengaruhi jiwa manusia.3
Seringnya manusia dihadapkan pada persoalan-persoalan pelik dalam
kehidupan ini, tidak menutup kemungkinan akan mengganggu kestabilan jiwa
manusia itu sendiri. Sehingga diperlukan kekuatan yang besar agar manusia
sanggup menghadapi hambatan dan rintangan tersebut. Kekuatan ini hanya bisa
diperoleh di dalam aqidah dan keimanan pada Allah.4
Kesehatan mental yang terganggu berpengaruh buruk terhadap
kesejahteraan dan kebahagiaan. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh gangguan
atau penyakit mental tersebut antara lain dapat dilihat dari perasaan, pikiran,
tingkah laku dan kesehatan badan. Dan dari segi perasaan, gejalanya antara lain
menunjukkan rasa gelisah, iri, dengki, sedih, kecewa, putus asa, bimbang dan rasa
marah. Dari segi pikiran dan kecerdasan, gejalanya antara lain lupa dan tidak
mampu mengkonsentrasikan pikiran dan suatu pekerjaan karena kemampuan
berfikir menurun. Dari segi tingkah laku sering menunjukkan tingkah laku yang
tidak terpuji, seperti suka menganggu lingkungan, mengambil milik orang lain,
menyakiti dan memfitnah. Apalagi keadaan buruk ini berlarut-larut dan tidak
mendapatkan penyembuhan, besar kemungkinan penderita akan mengalami
3Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 197.
4Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan. Terjemah Jaziratul Islamiyah,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Cet. ke-3, 2000, h. 27.
3
psikosomatik atau penyakit jasmani yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan,
seperti hipertensi (darah tinggi), lumpuh, gangguan pencernaan dan lemah syaraf.5
Karakteristik kualitas hidup seseorang merupakan bagian dari kesehatan
mental. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik, tidak mungkin apabila
seseorang mengabaikan kesehatan mentalnya. Sebaliknya, kualitas hidup
seseorang dapat dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan pada kesehatan
mentalnya. Prinsip ini menegaskan bahwa kualitas hidup seseorang ditunjukkan
oleh kesehatan mentalnya.6
Manusia yang sehat secara psikis akan menyadari bahwa dirinya menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari lingkungannya, dan harus terus menerus
berkomunikasi dengan dunia luar agar dia bisa menjadi manusia yang normal.7
Oleh karena itu, mewujudkan mental yang sehat adalah sebuah keharusan agar
bisa menjadi manusia yang normal dan dapat meningkatkan kualitas hidup.
Terwujudnya kesehatan mental yaitu dengan adanya keserasian yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri
antara manusia dengan diri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan
ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di
dunia dan akhirat.8
Menurut Muhammad Mahmud Abd al-Qadir, seorang ulama dan ahli
biokimia, ada hubungannya antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan
5A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Gunung Agung,
1993), h. 33. 6Mulyono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental (Konsep dan Penerapan),
(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), h. 27. 7Ibid.,h. 27.
8Jalaluddin dan Dr. Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia,
1993), h. 77.
4
antara hubungan agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa. Agama dapat
memberi dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia, termasuk dalam
kesehatan. Ini terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu
kekuasaan yang Maha Tinggi. Sikap pasrah ini memberikan sikap optimis pada
diri seseorang sehingga muncul perasaan positif.9
Orang pertama yang mengemukakan pentingnya terapi keagamaan atau
keimanan adalah William James, seorang filosof dan ahli jiwa dari Amerika
Serikat. Ia mengatakan bahwa:
“Gelombang lautan yang menggelora sama sekali tidak membuat keruh
ketenangan relung yang dalam dan membuat resah, demikian hanya
individu yang keimanannya mendalam, ketenangan tidak akan terkeruhkan
oleh gejolak seperti rel yang sementara sifatnya. Sebab inividu yang
religius akan terlindungi dari keresahan dan selalu terjaga
keseimbangannya serta selalu siap untuk menghadapi segala petaka yang
terjadi.”10
Jadi, tidak diragukan lagi terapi terbaik bagi kesehatan adalah keimanan
kepada Tuhan, sebab individu yang benar-benar religius akan selalu siap
menghadapi apapun yang akan terjadi.
A g a m a s e j a k d a h u l u d e n g a n
k e t e n t u a n d a n h u k u m n y a t e l a h d a p a t
m e m b e n d u n g t e r j a d i n y a g a n g g u a n
k e j i w a a n , y a i t u d e n g a n d i l a h i r k a n n y a
s e g a l a k e m u n g k i n a n - k e m u n g k i n a n
s i k a p , p e r a s a a n d a n p e r i l a k u y a n g
m e m b a w a p a d a k e g e l i s a h a n , j i k a t e r j a d i
9Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) Cet. ke 7, h. 152.
10M. Utsman Najati, al-Quran wa al-Nafs, Penerjemah Rof’i Usmani (Bandung: Pustaka,
1997), h. 283.
5
k e s a l a h a n y a n g p a d a a k h i r n y a
m e m b a w a p e n y e s a l a n p a d a o r a n g y a n g
b e r s a n g k u t a n , m a k a a g a m a a k a n
m e m b e r i j a l a n u n t u k m e n g e m b a l i k a n
k e t e n a n g a n b a t i n i a h d e n g a n m e m i n t a
a m p u n a n k e p a d a T u h a n .11
Sesungguhnya banyak penyakit di dunia ini yang dialami oleh manusia,
serta berbagai macam pula faktor penyebabnya. Namun semua itu ternyata dapat
disembuhkan melalui terapi iman yaitu dengan bersuci dan berzikir (shalat), serta
menerapkan tuntunan Allah dalam kehidupan sehari-hari.12
Jika manusia mau
mendalami al-Quran bisa menjadi obat ataupun pencegah penyakit. Ibadah dalam
agama Islam banyak yang berkaitan dengan keadaan tubuh, sebagaimana Allah
berfirman:
Artinya: “Dan kami turunkan dari alquran suatu yang jadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S Al-
Israa: 82)
11
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dan Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Masagung,
1994), h. 7. 12
Syekh Muhammad as-Shayim, Kisah-kisah Nyata Raja Jin, Penerjemah Bahrun Abu
Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), h. 5.
6
Ayat tersebut menegaskan bahwa semua kandungan al-Quran merupakan
obat. Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan adanya dua pendapat ulama
tentang penyakit yang bisa disembuhkan oleh al-Quran. Pendapat pertama bahwa
al-Quran itu menyembuhkan hati dari penyakit kebodohan dan keraguan.
Pendapat kedua menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani dengan cara ruqyah,
taawudz dan sejenisnya.13
Masih ada dalam masyarakat yang mempunyai persepsi yang kurang benar
tentang ruqyah. Mereka beranggapan bahwa ruqyah hanya digunakan untuk
mengusir jin saja. Kesalahan persepsi tersebut boleh jadi karena sering diadakan
ruqyah massal untuk mengusir jin yang ada dalam diri manusia. Jarang para
peruqyah menjelaskan lebih luas penggunaan metode ruqyah tersebut untuk
penyembuhan fisik dan psikis.
Ruqyah syar’iyyah dalam prakteknya dapat dimaknai secara operasional
adalah suatu upaya penyembuhan yang dilakukan seorang muslim dengan
memohon kepada Allah akan kesembuhan baik untuk dirinya sendiri atau orang
lain dengan cara membaca ayat-ayat al-Quran yang shahih yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Pengertian ini sejalan dengan firman Allah SWT:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu dari Rabbmu dan
penyembuh (penawar) dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
13
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al Anshari Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkam Al
Qur’an. (Kairo: T.pn., 1940) juz 10, h. 316.
7
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus:
57)
Begitu juga dalam hadits Nabi SAW:
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan menurunkan pula
obatnya” (HR Bukhori: 5678)14
Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur merupakan suatu
lembaga yang melayani terapi ruqyah yang tidak hanya untuk para penderita
gangguan jin saja. Terapi dengan metode ruqyah yaitu terapi yang digunakan
untuk menyembuhkan penyakit, baik yang diduga terkena gangguan jin ataupun
sejenisnya. Pada zaman dahulu di negeri Arab, terapi ruqyah ini sangat populer
yang dipakai sebagai pengobatan alternatif dalam mengobati suatu penyakit.
Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur menerapkan terapi
dengan metode ruqyah ini karena metode yang diterapkan tidak bertentangan
dengan syari’at Islam dan juga merujuk pada petunjuk Rasulullah SAW. Oleh
karena itu, terapi ruqyah tersebut dinamakan ruqyah syar’iyyah. Metode
pengobatan alternatif terapi ruqyah dengan pendekatan syar’iyyah merupakan
pengobatan yang begitu besar manfaatnya dalam mengobati segala macam
penyakit. Metode pengobatan terapi ruqyah pada era sekarang terus
dikembangkan tidak hanya terfokus pada pengobatan untuk gangguan jin, akan
tetapi dikembangkan untuk mengobati gangguan-gangguan psikologis yang
lainnya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
14
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, Mukhtasor Ad-Da’wa, Terapi Penyakit Rohani. Terjemah
Salafudin Abu Sayyid (Solo: Arafah, 2005), Cet. ke-1, h. 14.
8
Jakarta Timur. Oleh karena itu, pengobatan dengan terapi ruqyah ini penulis rasa
sangat menarik untuk diteliti hubungannya dengan kesehatan mental.
Berdasarkan latar belakang dan pokok pemikiran di atas, maka penulis
ingin melakukan penelitian secara mendalam dan sekaligus menjadikan
pembahasan skripsi dengan judul “DAMPAK TERAPI RUQYAH SYAR’IYYAH
DALAM PEMULIHAN KESEHATAN MENTAL PASIEN DI RUMAH
RUQYAH INDONESIA CILILITAN JAKARTA TIMUR”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur ini memiliki
berbagai macam layanan seperti ruqyah syar’iyyah, bekam/hijamah,
konsultasi masalah keluarga dan agama, iridiologi, acupressure, obat-obatan
herbal serta ceramah dan pelatihan ruqyah/bekam, maka penulis membatasi
hanya pada pelayanan terapi ruqyah syar’iyyah. Penelitian ini hanya
membatasi pada dampak dari terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan
mental pasien di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.
2. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana proses pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah
Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.
b. Apa dampak yang terjadi pada mental pasien setelah melakukan terapi
ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dan menganalisa proses pelaksanaan terapi ruqyah
syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.
b. Untuk mengetahui dan menganalisa dampak yang terjadi pada mental
pasien setelah melakukan terapi ruqyah syar’iyyah di Rumah Ruqyah
Indonesia Cililitan Jakarta Timur.
2. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara akademis
Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan mahasiswa
Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya dan mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai terapi ruqyah
dan dampaknya bagi kesehatan mental. Penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan pengaruh positif terhadap terapi Islam khususnya
terapi ruqyah yang selama ini dianggap hanya untuk mengusir jin saja.
b. Secara praktis
1) Dapat memberikan wawasan baru tentang adanya dampak terapi
ruqyah terhadap kesehatan mental.
10
2) Sebagai bahan evaluasi untuk Rumah Terapi Ruqyah Indonesia
dalam proses pelaksanaan terapi ruqyah.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, sebelumnya penulis menelaah skripsi-skripsi
terdahulu yang mempunyai masalah hampir sama dan berhubungan dengan
masalah yang diteliti penulis. Adapun skripsi yang berhubungan dengan masalah
yang penulis teliti adalah:
a. Arief, NIM: 102052025633, jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2006, dengan judul “Pelaksanaan Bimbingan Islam Melalui
Terapi Ruqyah di Pesantren Yatama Depok”. Dalam penelitian ini
menjelaskan tentang korelasi bimbingan Islam dengan terapi ruqyah di
Pesantren Yatama Depok. Sedangkan penelitian yang penulis teliti
menjelaskan tentang dampak terapi ruqyah syar’iyyah dalam pemulihan
kesehatan mental pasien.
b. Ana Noviana, NIM: 106052001949, jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2010, dengan judul “Pelaksanaan Terapi
Ruqyah Syar’iyyah Bagi Penderita Gangguan Emosi di Bengkel Rohani
Ciputat”. Dalam penelitian ini membahas tentang proses pelaksanaan
terapi ruqyah syar’iyyah dalam menangani pasien yang menderita
11
gangguan emosi di Bengkel Rohani. Berbeda dengan yang penulis teliti,
penelitian penulis memfokuskan pada kesehatan mental.
c. Aan Anwarudin, NIM: 100070020095, jurusan Psikologi, Fakultas
Psiko,ogi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009, dengan judul
“Terapi Ruqyah dalam Konteks Individu yang Mengalami Kesurupan
(Studi Kasus pada Pasien Bengkel Rohani)”. Dalam penelitian ini
menjelaskan metode ruqyah yang dilaksanakan di Bengkel Rohani
Ciputat. Subjek dalam penelitian ini yaitu individu yang mengalami
kesurupan. Sedangkan penelitian yang penulis teliti subjek penelitiannya
adalah kesehatan mental pasien.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis
membuat sistematika berdasarkan hubungan dan kesamaan yang ada. Skripsi
ini terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Mengemukakan tentang dampak, ruqyah syar’iyyah, pengertian
ruqyah, jenis-jenis ruqyah, dan syarat-syarat ruqyah dan peruqyah.
Selain itu juga mengemukakan tentang kesehatan mental,
12
pengertian kesehatan mental dan ciri-ciri mental yang sehat dan
yang tidak sehat.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang pendekatan penelitian, jenis
penelitian, instrument dan cara pengumpulan data, waktu dan
tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik analisis data,
dan sumber data.
BAB IV PROFIL DAN ANALISIS DATA
Bab ini menjelaskan tentang gambaran profil Rumah Ruqyah
Indonesia, sejarah singkat, visi dan misi, struktur kepengurusan,
pengalaman, dan kegiatan-kegiatan yang ada di Rumah Ruqyah
Indonesia. Analisis proses terapi ruqyah syar’iyyah yang dilakukan
di Rumah Ruqyah Indonesia. Analisis dampak terapi ruqyah
syar’iyyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien. Analisis
hasil wawancara.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dampak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dampak adalah “pengaruh kuat
yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif)”.1 Secara sederhana,
dampak juga bisa diartikan sebagai “pengaruh atau akibat”. Pengaruh adalah suatu
keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa
yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. Dampak juga bisa merupakan
proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan.
Dari penjelasan di atas, maka dampak dapat terbagi ke dalam dua
pengertian, yaitu:
1. Dampak positif
Dampak positif yaitu pengaruh kuat yang mendatangkan akibat yang
positif. Positif adalah keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui
usaha-usaha yang sadar bila sesuatu terjadi pada dirinya agar tidak
membelokkan fokus mental seseorang pada yang negatif.
2. Dampak negatif
Dampak negatif adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif.2
Negatif adalah pengaruh buruk yang lebih besar daripada pengaruh positifnya.
Terapi ruqyah syar‟iyyah merupakan salah satu layanan yang diberikan
kepada pasien oleh Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Dengan
1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 234. 2Ibid., h. 234.
14
adanya layanan terapi ruqyah ini diharapkan dapat memberikan dampak yang
positif terhadap pasien terutama dalam pembinaan mentalnya.
B. Ruqyah Syar’iyyah
1. Pengertian Ruqyah Syar’iyyah
Ruqyah adalah pengobatan dengan cara membaca al-Quran dan doa-doa
ma‟suraat (yang diambil dari al-Quran dan hadis).3 Ruqyah adalah pembacaan
beberapa kalimat untuk seseorang dengan harapan atas kesembuhan atau
kesengsaraannya. Ruqyah bisa berupa kumpulan ayat-ayat al-Quran, dzikir atau
doa para Nabi yang dibacakan oleh seseorang untuk dirinya sendiri ataupun orang
lain selain dirinya.4
Makna ruqyah secara terminologi menurut Saad Muhammad Shadiq
dalam “Shira‟bainal haq wal bathil” sebagaimana yang dikutip oleh Kholilul
Rohim bahwa “Ruqyah pada hakekatnya adalah berdoa dan tawassul untuk
memohon kepada Allah kesembuhan bagi orang yang sakit dan hilangnya
gangguan dari badannya.” Ruqyah menurut para ulama adalah suatu bacaan dan
doa yang dibacakan dan ditiupkan untuk mencari kesembuhan.5
Menurut I b n u T i n , ruqyah a d a l a h k a l i m a t
p e r l i n d u n g a n a t a u a s m a A l l a h y a n g
m e r u p a k a n o b a t r o h a n i a h . K a l a u
d i u c a p k a n m e l a l u i l i s a n o r a n g s a l e h ,
n i s c a y a a k a n m e n d a t a n g k a n k e s e m b u h a n
3Said Abdul Azhim, Bebas Penyakit dengan Ruqyah, (Depok: Qultum Media Cetakan I,
2006), h. 169. 4M. Izzudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, (Jakarta: Gema
Insani Press Cetakan I, 2006), h. 397. 5Ibid., h. 44.
15
d e n g a n i z i n A l l a h . S e d a n g k a n m e n u r u t
I b n u M a s ’ u d ruqyah a d a l a h t i n d a k a n
m e m b a c a m a n t e r a - m a n t e r a , d a n t i n d a k a n
t e r s e b u t d i p e r b o l e h k a n a p a b i l a t i d a k
m e m i l i k i j e j a k s y i r i k . 6
Pengertian ruqyah dilihat dari sudut kebahasaan adalah jampi atau mantra.
Sedangkan, istilah ini sering diartikan sebagai segala macam bacaan atau doa
yang dilafalkan adalah ayat-ayat al-Quran atau bersumber dari ajaran Rasulullah,
ruqyah semacam ini disebut ruqyah syar‟iyyah. Sebaliknya jika mantra yang
dibaca selain dari keduanya (al-Quran dan doa dari Rasulullah) disebut ruqyah
syirkiyyah, yakni yang dilarang oleh syariat karena mengandung unsur-unsur
penyekutuan terhadap Allah SWT.7
Ruqyah secara umum terbagi menjadi dua macam, pertama ruqyah
syar‟iyyah yang diperbolehkan oleh syariah Islam yaitu terapi ruqyah yang seperti
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kedua, ruqyah syirkiyyah yang tidak
diperbolehkan oleh syariah Islam. Yaitu ruqyah yang dilakukan dengan
menggunakan bahasa yang tidak dipahami maknanya, atau ruqyah yang
mengandung unsur kesyirikan.8
Ruqyah syar‟iyyah termasuk salah satu dari terapi Islam. Terapi adalah
melakukan sesuatu secara teratur, terprogram dengan baik dan berulang-ulang
6Majdi Muhammad Asy-Syahawi, Menjelajah Alam Jin dan Cara Mengatasi
Gangguannya berdasarkan Syariat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 178 7Kholilul Rohim, Terapi Juz Amma: Ragam Manfaat Surah-surah Pendek juz ke-30 untuk
Kesehatan dan Keselamatan Hidup Dunia-Akhirat, (Jakarta: PT Mizan Publika Cetakan I, 2008),
h. 44. 8Hanis Syam, dkk., Ruqyah dan Doa: Terapi Gangguan Jin dan Sihir sesuai Syariat
Islam, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,2006), h. 28.
16
untuk tujuan memperbaiki diri agar menjadi lebih sehat dan memperoleh
kehidupan yang lebih baik.9 Terapi Islam mempunyai beberapa fungsi,
sebagaimana yang dirumuskan oleh Hamdani Bakran antara lain:
a. Fungsi pencegahan (prevention), dengan mempelajari, memahami dan
mengaplikasikan ilmu (agama Islam) maka akan dapat menimbulkan
potensi preventif sebagaimana telah diberikan Allah kepada hambanya
yang dikehendaki-Nya.
b. Fungsi penyembuhan dan perawatan (treatment). Terapi Islam (dzikir,
shalat, doa, membaca shalawat Nabi) akan membantu seseorang
melakukan pengobatan penyakit khususya terhadap gangguan mental,
spiritual dan kejiwaan.
c. Fungsi pensucian atau pembersihan. Terapi Islam melakukan
pensucian diri dari bekas-bekas dosa dengan pensucian najis,
pensucian dari yang kotor (mandi), pensucian yang bersih (wudhu),
pensucian yang suci atau fitri (shalat taubat), dan pensucian yang
Maha suci (Dzikrullah mentauhidkan Allah).10
Mungkin terlintas di dalam benak bahwa ruqyah dikhususkan untuk
pengobatan penyakit yang ditimbulkan oleh „ain, sihir, atau kerasukan jin, serta
tidak mempunyai efek penyembuhan penyakit jasmani, rohani ataupun hati.
Pandangan semacam ini tidak benar dan merupakan kesalahan persepsi tentang
ruqyah yang harus diluruskan, agar dapat mengambil manfaat dari ruqyah dalam
9Lukman Hakim, Terapi Qurani untuk Kesembuhan dan Rizki yang tak Terduga (Jakarta:
Link Consulting, 2012), h. 13. 10
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaki, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2002), h.270-271.
17
mengobati semua penyakit yang menimpa kita, baik penyakit secara maknawi
ataupun penyakit yang terindera.
Agar penggunaan ruqyah tidak melenceng dari tuntunan agama, maka para
ulama menetapkan tiga syarat sahnya ruqyah. Tentang hal ini, Ibnu Hajar berkata,
“Para ulama telah berkonsensus tentang bolehnya ruqyah jika telah memenuhi
syarat berikut:
a. Menggunakan kalam Allah (ayat-ayat al-Quran), asmaul husna, dan
sifat-sifat-Nya.
b. Menggunakan bahasa Arab.
c. Diyakini bahwa ruqyah tidak memberikan pengaruh dengan
sendirinya, tapi justru dengan ketentuan Allah.11
2. Dasar-dasar Terapi Ruqyah Syar’iyyah
Dasar-dasar terapi ruqyah terdapat di dalam al-Quran maupun as-Sunnah.
Dasar-dasar tersebut antara lain12
:
a. Di dalam surat Al-Israa’ ayat 82, Allah berfirman:
Artinya: “Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang jadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian.”(QS. Al-
Israa: 82)
11
Yusuf Al-Qardhawi, “Mauqif al-Islam” dalam Khoirul Amru Harahap dan Reza Pahlevi
Dalimunthe, Dahsyatnya Doa dan Zikir, (Jakarta: Qultum Media, 2008), h. 155. 12
M. Darojat Ariyanto, Terapi Ruqyah Terhadap Penyakit Fisik, (Yogyakarta: SUHUF,
2007), h.49.
18
b. Di dalam beberapa hadis disebutkan:
Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah SAW.
bersabda:”sebaik-baik pengobatan adalah (dengan) al-Quran.” (H.R
Ibnu Majah)13
c. Dari Muslim meriwayatkan:
Dari Abi Sa‟id Al Khudri, ia berkata: Bahwasannya Jibril datang
kepada Nabi SAW, lalu berkata: “Ya Muhammad! Sakitkah engkau?”
Nabi berkata: “ya” maka Jibril berkata: “dengan nama Allah, aku
mohonkan ruqyah untukmu dari setiap penyakit yang menimpamu dan
juga dari setiap jiwa maupun mata orang yang dengki. Allah akan
menyembuhkan engkau. Dengan nama Allah, aku akan melakukan
ruqyah untukmu.” (H.R. Muslim)14
13
Sholih Ahmad Syami, Al-Mawahibud Diniyah bil Minahil Muhammadiyah, (T.tp.: Al-
Maktabu Islamiyyah, 1991), h. 421. 14
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2005), h. 179.
19
3. Syarat-syarat Ruqyah Syar’iyyah
a. Syarat-syarat ruqyah
Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi dalam ruqyah yang
dibolehkan adalah:
1) Hendaklah ruqyah dilakukan dengan kalamullah (al-Quran) atau
atas nama-Nya atau sifat-sifat-Nya atau doa-doa shahih yang
diriwayatkan dari Rasulullah SAW pada penyakit tersebut.
2) Harus dilakukan dengan bahasa Arab.
3) Hendaklah diucapkan dengan makna yang jelas dan dapat
dipahami.
4) Tidak boleh ada sesuatu yang haram dalam kandungan ruqyah itu.
Misalnya, memohon pertolongan kepada selain Allah, berdoa
kepada selain Allah, menggunakan nama jin atau raja-raja jin dan
semacamnya.
5) Tidak bergantung kepada ruqyah dan tidak menganggapnya
sebagai penyembuh.
6) Harus yakin bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan kekuatan
sendiri, tetapi hanya dengan izin Allah.15
b. Syarat Peruqyah
Syarat yang harus dimiliki seorang peruqyah atau muallij (orang yang
meruqyah dengan cara syar‟i) adalah:
15
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah „Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, (Bogor:
Pustaka Imam Syafi’i, 2006), h. 47-48.
20
1) Harus beraqidah lurus seperti salafush shalih (orang-orang
terdahulu yang shalih) yang bersih, jernih, benar dan terbebas dari
syirik dan bid‟ah.
2) Harus mewujudkan tauhid yang murni dalam perkataan dan
perbuatan.
3) Harus yakin bahwa al-Quran dan as-Sunnah punya pengaruh besar
pada jin dan setan.
4) Harus mengetahuui perihal jin dan setan, jerat-jeratnya,
kegemarannya melalui hadis Rasulullah SAW.
5) Mengetahui pintu-pintu masuk setan pada manusia.
6) Dianjurkan dengan sangat, sudah menikah supaya bisa menjaga
suasana hati.
7) Menjauhi hal-hal yang diharamkan, dosa kecil maupun dosa-dosa
besar.
8) Senantiasa berdzikir kepada Allah, introspeksi dan bertaubat, serta
menjaga keikhlasan dan sabar.
9) Mengetahui ilmu-ilmu hati agar tidak mudah terperdaya oleh jin
dan setan.16
C. Kesehatan Mental
1. Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental berasal dari dua kata, yaitu kesehatan dan mental.
Adapun kesehatan berasal dari kata “sehat” yang diberi awalan ke- dan –an dalam
16
Perdana Akhmad, Ruqyah Syar‟iyyah vs Ruqyah Gadungan (Syirkiyyah), (T.tp.:
Quranic Media Pustaka, t.t.), h.18-19.
21
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit/waras).17
Pengertian mental menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah yang
menyangkut batin, watak manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga.18
Adapun kata mental berasal dari mens, mentis yang berarti nyaman,
sukma, roh, semangat. Dengan demikian, pengertian mental ialah hal-hal yang
berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku
individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak-gerik individu merupakan dorongan
dan cerminan dari kondisi (suasana) mental.19
Istilah mental mempunyai arti ganda, ada yang mengartikannya sebagai
jiwa, nyawa, sukma, roh tetapi ada pula yang mengartikannya semangat. Istilah
mental bisa meliputi masalah pikiran, akal, ingatan, atau proses-proses yang
berasosiasi dengan ketiganya.20
Secara terminologi, para ahli kejiwaan maupun ahli psikologi mempunyai
perbedaan dalam mendefinisikan “mental”. Salah satunya sebagaimana yang
dikemukakan oleh Al-Quusy (1970) yang dikutip oleh Hasan Langgulung, yakni
mental adalah paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi psikologis
dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis psikologis yang menimpa manusia
17
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976), h. 645. 18
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) h.794. 19
Kartini Kartono dan Jenny Andrani. Hygiene Mental dan Kesehatan dalam Islam,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), h.3. 20
MIF Baihaqi, M.Si, dkk., Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2005), h.3.
22
yang dapat berpengaruh terhadap emosi dan dari emosi ini akan mempengaruhi
pada kondisi mental.21
Kondisi individu kelihatan gembira, sedih, bahkan sampai hilangnya
gairah untuk hidup ini semua tergantung pada kapasitas mental dan kejiwaannya.
Mereka yang tidak memiliki sistem pertahanan mental yang kuat dalam
menghadapi segala problematika kehidupan atau tidak memiliki sistem pertahanan
diri yang kuat untuk mengendalikan jiwanya, maka individu akan mengalami
berbagai gangguan-gangguan kejiwaan, yang berpengaruh pada kondisi
kepribadian yang bisa mendorong pada perilaku-perilaku pathologies.22
Dengan
demikian mental ialah hal-hal yang berada dalam diri seseorang atau individu
yang terkait dengan psikis atau kejiwaan yang dapat mendorong terjadinya
tingkah laku dan membentuk kepribadian, begitu juga sebaliknya mental yang
sehat akan melahirkan tingkah laku maupun kepribadian yang sehat pula.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis bisa merumuskan bahwa mental
adalah suatu hal yang berkaitan dengan batin dan watak berupa unsur-unsur
psikologis termasuk pikiran, emosi, perasaan dan sikap yang tidak bisa dilihat
oleh panca indera, melainkan hanya gejalanya saja yang tampak sebagai corak
tingkah laku.
Kesehatan mental menurut Yusak Burhanudin ditinjau dari segi
terminologis adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
21
Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992),
h. 30. 22
Kartini Kartono dan Jenny Andrani. Hygiene Mental dan Kesehatan dalam Islam,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 6-7.
23
menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat, dan
lingkungannya.23
Zakiah Daradjat mendefinisikan kesehatan mental adalah sebagai berikut:
Kesehatan mental merupakan pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan
untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan
pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada
kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindarnya dari gejala-gejala
gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psikose).24
Selain itu, di dalam buku Jalaludin yang berjudul “Pengantar Ilmu Jiwa
Agama”, Zakiah Daradjat juga mengartikan kesehatan mental yaitu:
Terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan, dan
sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan biasa,
dilanjutkan dengan adanya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan (tidak
ada konflik) serta mampu menyesuaikan diri dan merasa dirinya berharga,
serta dapat menggunakan potensi yang ada padanya seoptimal mungkin,
dengan berlandaskan keimanan dan ketaqwaan untuk mencapai hidup
yang bermakna dan bahagia di dunia maupun akhirat.25
Dari uraian di atas tentang pengertian kesehatan mental, maka dapat
dipahami bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya dari gejala-gejala
gangguan jiwa dan penyakit jiwa serta terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi masalah-masalah yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif
kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
2. Ciri-ciri mental yang sehat dan yang tidak sehat
Kondisi mental sangat menentukan dalam hidup ini, hanya orang yang
sehat mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia, berguna dan sanggup
menghadapi rintangan atau kesulitan dalam hidup. Apabila kesehatan mentalnya
23
Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 10-12. 24
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1995), h. 21. 25
Jalaluddin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 76.
24
terganggu, akan tampak gejalanya dalam aspek kehidupan, misalnya perasaan,
pikiran, kelakuan dan kesehatan.
Setiap orang senantiasa memiliki mental yang sehat pada umumnya,
namun ada sebagian orang yang memiliki mental yang tidak sehat dikarenakan
suatu hal. Orang yang mentalnya tidak sehat, tidak dapat memperoleh ketenangan
hidup karena jiwa mereka sering terganggu sehingga menimbulkan stress dan
konflik batin. Kondisi mental dapat digolongkan dalam dua bentuk, yaitu kondisi
mental yang sehat dan kondisi mental yang tidak sehat. Para ahli psikologi telah
membagi manusia ke dalam dua golongan, yaitu yang sehat mentalnya dan yang
tidak sehat mentalnya. El-Quusiy mengatakan bahwa:
“Kesehatan mental sama saja dengan kesehatan jasmani, dimana
keserasian yang sempurna antara bermacam-macam fungsi jasmani hampir
tidak ada. Hanya derajat keserasian itulah yang menunjukkan keadaan
sehat atau sakit. Demikian juga dengan fungsi-fungsi kejiwaan, hampir
tidak ada yang betul-betul serasi. Hanya derajat keserasian yang dapat
membedakan antara sehat dan tidaknya seseorang.”26
Menurut Kartini Kartono, ada tiga faktor yang menyebabkan timbulnya
kekalutan mental, yaitu:
1. Predisposisi struktur biologis/jasmaniah, dan mental atau kepribadian
yang lemah.
2. Konflik-konflik sosial dan konflik-konflik kultural yang
mempengaruhi diri manusia.
26
Abdul Aziz Al-Quussy, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, Terj. Zakiah Daradjat,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), H. 35-36.
25
3. Pemasakan batin (internalisasi) dari pengalaman oleh diri si subjek
yang salah.27
Berkenaan dengan mental yang sehat, Maslow dan Mittlemenn dalam
karangannya yang berjudul Principles of Abnormal Psychology, sebagaimana
dikutip oleh Moeljono Notosoedirjo, memberikan ciri-ciri mental yang sehat
sebagai berikut:
a. Memiliki rasa aman (sense of security) yang tepat, mampu
berhubungan dengan orang lain dalam bidang kerja, pergaulan dan
dalam lingkungan kerja.
b. Memiliki penilaian (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional
dengan harga diri tidak berlebihan, memiliki kesehatan secara moral,
tidak dihinggapi rasa bersalah. Selain itu juga dapat menilai perilaku
yang asosial dan tidak manusiawi sebagai gejala perilaku yang
menyimpang.
c. Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien, tanpa ada fantasi
dan angan-angan berlebihan. Pandangan hidupnya realitas dan cukup
luas. Dia sanggup menerima segala cobaan hidup, kejutan-kejutan
mental serta nasib buruk lainnya dengan besar hati.
d. Memiliki tujuan hidup yang tepat, wajar dan realitas sehingga bisa
dicapai dengan kemampuan sendiri serta memiliki keuletan dalam
27
Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam, (Bandung:
Mandar Maju, 1989), h. 241.
26
mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat bagi diri sendiri maupun
bagi masyarakat pada umumnya.28
Organisasi kesehatan dunia (WHO, 1959) memberikan kriteria jiwa atau
mental yang sehat sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. dr. Dadang Hawari,
psikiater, sebagai berikut:
a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun
kenyataan itu buruk baginya.
b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling
memuaskan.
f. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk di
kemudian hari.
g. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.29
Sedangkan menurut Supratiknya ciri-ciri pribadi sehat berdasarkan aspek
penyesuaian dirinya sebagai berikut:
28
Moeljono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan,
(Malang: UMM Press, 2002), h. 28-29. 29
Dadang Hawari, Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental, (PT. Dana
Bhakti Primayasa, Yogyakarta, 1999), h. 12-13.
27
a. Ditinjau dari aspek terhadap diri sendiri.
Ciri perilakunya: menunjukkan penerimaan diri, memiliki jati diri yang
memadai (positif), memiliki penilaian yang realistik terhadap berbagai
kelebihan dan kekurangan.
b. Ditinjau dari aspek realitas
Ciri perilakunya: memiliki pandangan yang realistik terhadap diri
sendiri dan terhadap dunia, orang, maupun benda di sekelilingnya.
c. Ditinjau dari aspek integrasi
Ciri perilakunya: berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflik batin
yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik terhadap stress.
d. Ditinjau dari aspek kompetensi
Memiliki kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional dan
sosial yang memadai untuk mengatasi berbagai problem hidup.
e. Ditinjau dari aspek otonomi
Ciri perilakunya: memiliki kemandirian, tanggung jawab, dan
peentuan diri yang memadai disertai kemampua cukup untuk
membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial.
f. Ditinjau dari aspek pertumbuhan aktualisasi diri
Menunjukkan kecenderungan ke arah menjadi semakin matang,
semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan mencapai
pemenuhan diri sebagai pribadi.30
30
MIF Baihaqi, Sunardi,Riksma N. Rinalti A., & Euis Heryati, Psikiatri (Konsep Dasar
dan Gangguan-gangguan), Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, h. 19.
28
Peranan ajaran Islam demikian dapat membantu orang dalam mengobati
jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi
kesehatan mental. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam
orang dapat pula memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa atau kesehatan
mental.
Berikut ini indikasi-indikasi kesehatan jiwa dalam Islam:
a. Sisi spiritualitas: adanya keimanan kepada Allah, konsisten dalam
melaksanakan ibadah kepada-Nya, menerima takdir dan ketetapan
yang telah digariskan oleh-Nya, selalu merasakan kedekatan kepada
Allah, memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan cara yang halal
dan selalu berdzikir kepada Allah.
b. Sisi sosial: cinta kepada orang tua, anak dan pasangan hidup, suka
membantu orang-orang yang membutuhkan amanah, berani
mengatakan kebenaran, menjauhi segala hal yang dapat menyakiti
manusia dan mampu bertanggung jawab sosial.
c. Sisi biologis: terhindarnya tubuh dari segala bentuk penyakit dan juga
cacat fisik dengan adanya pemahaman akan selalu menjaga kesehatan
tubuh dengan tidak membebaninya dengan suatu tugas yang tidak
sesuai dengan kemampuannya.31
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas mengenai mental
yang sehat yaitu keharmonisan dalam fungsi jiwa serta tercapainya kemampuan
untuk menghadapi permasalahan sehari-hari, sehingga merasakan kebahagiaan
31
Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, Penerjemah Sari Marulita, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2005), h. 450.
29
dan kepuasan dalam dirinya. Seseorang yang kurang sehat mentalnya yaitu orang
yang merasa terganggu mental dan ketentraman hatinya. Gangguan adalah hal-hal
yang menyebabkan ketidakwarasan atau ketidakwajaran terhadap kesehatan
mental atau jiwa.32
Menurut Kartini Kartono (1989), yang disebut gangguan mental adalah
bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang
disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi
kejiwaan terhadap stimulus ekstern dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul
gangguan fungsi atau gangguan struktur dari satu bagian atau lebih dari sistem
kejiwaan.33
Seorang individu yang terganggu kesehatan mentalnya dapat dilihat dari
tindakannya, tingkah lakunya atau ekspresi perasaannya. Karena seseorang atau
individu yang terganggu kesehatan mentalnya ialah apabila terjadi kegoncangan
emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya.34
Pada dasarnya tidaklah mudah
mengukur atau memeriksa seseorang atau individu untuk mengetahui apakah
sehat mentalnya atau tidak (terganggu mentalnya) dengan alat-alat seperti halnya
pada penyakit jasmani. Namun, yang menjadi ukuran adalah merasakan diri sudah
sejauh mana kondisi perasaan, apakah sudah melampaui batas kewajaran atau
tidak, seperti merasa sedih, kecewa, pesimis, rendah diri, dan sebagainya. Gejala-
gejala umum yang kurang sehat mentalnya dapat dilihat dalam beberapa segi,
antara lain:
32
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 202. 33
Kartini Kartono dan Jeny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam,
(Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 80-81. 34
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 16.
30
a) Perasaan
Orang yang kurang sehat mentalnya akan selalu merasa gelisah
karena kurang mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya.
b) Pikiran
Adapun kondisi pikiran yang sehat yaitu mampu berfikkir secara
cepat, tepat, akurat dan sistematis, realistis, mampu berkonsentrasi,
tidak merasa lelah dan merasa gundah dan kacau (distorsi).35
Pada
umumnya orang yang kurang sehat mentalnya tampak pada kelakuan-
kelakuannya yang tidak baik dan segala yang bersifat negatif.
c) Emosi
Kondisi kejiwaan yang dapat mempengaruhi mental disamping
perasaan dan pikiran juga dipengaruhi oleh emosi. Emosi merupakan
penyesuaian organis yang timbul secara otomatis dalam diri seseorang
setiap menghadapi peristiwa-peristiwa tertentu, jadi emosi digerakkan
dengan kondisi gejolak psikis. Gejalanya bisa diperoleh dari faktor
dasar yakni watak, karakter, hereditas, dan atau dipengaruhi oleh
lingkungan.36
Disamping pengertian tersebut, yang dimaksud dengan
emosi adalah suatu kondisi perasaan yang melebihi batas, terkadang
tidak mampu menguasai diri dan menjadikan hubungan pribadi dengan
dunia luar menjadi terputus. Ketidakmampuan untuk mengendalikan
35
William Gladstone, Apakah Mental Anda Sehat, terj. Jeanette M, dkk, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1994), h. 20-21. 36
Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah Surabaya, 1993), h. 50.
31
perasaan tersebut terhadap setiap problem akan melahirkan sikap
emosional yang cenderung negatif.
Sikap emosional yang ada dalam diri manusia yang didasarkan pada arah
aktivitas tingkah laku emosionalnya itu ada empat bentuk, yaitu:
1. Marah, yakni orang bergerak menentang sumber frustasi.
2. Takut, yakni orang bergerak meninggalkan sumber frustasi.
3. Cinta, yakni orang bergerak menuju sumber kesenangan.
4. Depresi, yakni orang menghentikan respon-respon terbukanya dan
mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri.37
Secara fitrah pada dasarnya setiap manusia memiliki sifat emosional, jadi
emosi tidak bisa dibunuh, akan tetapi emosi harus disalurkan dengan cara yang
baik.
37
M. Dimyati Mahmud, Psikologi: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
1990), h. 166.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian merupakan salah satu cara kerja untuk memahami objek
penelitian dalam rangka menemukan, menguji suatu kebenaran atau pengetahuan.
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexi J. Moleong adalah prosedur sebuah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa dengan kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.1 Dalam hal ini penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penulis telah meneliti bagaimana proses terapi ruqyah syar’iyyah yang
dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur serta bagaimana
dampaknya terhadap kesehatan mental pasien yang melakukan terapi ruqyah di
Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Penelitian kualitatif deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata,
gambar, bukan angka-angka.2 Penelitian deskriptif yaitu usaha mengungkap suatu
1Lexi J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), Cet ke-15, h.3. 2Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi Presentasi dan
Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial,
Pendidikan dan Humaniora, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.3.
33
masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat
sekedar untuk mengungkapkan fakta.3
Jadi penelitian ini berusaha mendeskripsikan atau menginterpretasikan
suatu kondisi proses yang berlangsung akibat atau efek yang terjadi atau tentang
kecenderungan yang tengah berlangsung.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan
dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat
alamiah karena orientasinya demikian, maka sifat naturalistik dan mendasar atau
bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus
terjun di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini disebut dengan field
study.4
Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya
deskriptif, seperti wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman, video dan
lain sebagainya.5 Adapun desain penelitiannya menggunakan jenis penelitian
desain deskriptif yaitu metode yang bertujuan membuat gambaran, lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan yang
diteliti.
3Hadari Hawari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), cet. ke-11, h.31. 4Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), h. 159.
5E. Kristi Poerwandari, Fakultas Psikologi UI Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi
(LPSP3) UI, 1998), h. 36.
34
C. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
Untuk memperoleh ketetapan data dan keakuratan informasi yang
mendukung dalam penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data melalui:
1. Observasi
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti
mengumpulkan data langsung dari lapangan. Metode observasi merupakan
metode pengumpulan data primer dengan memperoleh secara langsung dari
sumber lapangan penelitian. Pengumpulan data atau informasi dan fakta secara
langsung tersebut biasanya melalui wawancara secara lisan dengan
memerlukan adanya kontak secara tatap muka antara peneliti dengan
respondennya.6
Tujuan observasi adalah memahami aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
menjelaskan siapa saja orang-orang yang terlibat di dalam suatu aktivitas,
memahami maksud dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting yang
terjadi pada suatu aktivitas. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan
langsung untuk memperoleh data tentang cara proses terapi ruqyah syar’iyyah
di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur.
Dengan kata lain, observasi yaitu melakukan kunjungan langsung ke
tempat penelitian serta mengamati pasien dan proses terapi ruqyah itu
dilaksanakan. Peneliti telah melakukan observasi sebanyak tiga kali. Observasi
atau kunjungan langsung ke tempat penelitian tersebut bertujuan untuk
6Rosady Ruslan, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h. 22.
35
memperoleh data yang lebih akurat tentang proses terapi ruqyah syar’iyyah
yang dilakukan di Rumah Ruqyah Indonesia.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan.7
Menurut Kerlinger (1986) dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif
yang ditulis oleh Imam Gunawan, wawancara adalah situasi peran antarpribadi
berhadapan muka (face to face), ketika seseorang (yakni pewawancara)
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh
jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang
yang diwawancarai atau informan.8
Jadi, dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan suatu kegiatan
tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara
(interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang
diteliti dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola
piker dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Tujuan wawancara adalah mengumpulkan data atau informasi (keadaan,
gagasan/pendapat, sikap/tanggapan, keterangan dan sebagainya) dari suatu
7Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), h. 135. 8Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013), h.162.
36
pihak tertentu.9 Pengumpulan data atau informasi dengan wawancara
(interview) ini dilakukan secara langsung dengan tanya jawab kepada empat
orang pasien yaitu Astrid, Fera, Dwi, dan Lili serta dua orang terapis yaitu
ustadz Achmad Junaedi, Lc., MHi dan ustadz Abu Azzam.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang
tertulis.10
Dokumentasi adalah pekerjaan mengumpul, menyusun dan
menyebarkan dokumen dari segala macam jenis dalam seluruh lapangan
aktivitas manusia.11
Menurut Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd,. dalam bukunya
Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Renier menjelaskan istilah
dokumen ke dalam tiga pengertian: (1) dalam arti luas, yaitu meliputi semua
sumber, baik sumber tertulis maupun sumber lisan; (2) dalam arti sempit, yaitu
yang meliputi semua sumber tertulis saja; dan (3) dalam arti spesifik, yaitu
hanya meliputi surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat
perjanjian, undang-undang, konsesi, hibah dan sebagainya.12
Dapat
disimpulkan bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk
melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, gambar, yang semuanya
itu memberikan informasi bagi proses penelitian.
Dokumentasi ini merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan
9Arief Subiyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta:
Andi Offset, 2007), h.97. 10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), h. 149. 11
R.O. Simatupang, dkk. Dokumen,(t.: Soeroengan, 1959), h. 13. 12
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013), h.176.
37
pengumpulan data yang didapat di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta
Timur dengan masalah yang diteliti.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Rumah Ruqyah Indonesia
yang beralamatkan di Jl. Kelurahan Lama (Jl. Raya Bogor) No. 56 Rt. 04 Rw. 015
Cililitan Kramat Jati Jakarta Timur. Adapun waktu penelitian telah dilakukan
yaitu pada bulan April sampai bulan Agustus 2015.
E. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pembimbing ruqyah (terapis)
serta empat orang pasien ruqyah yang ada di Rumah Ruqyah Indonesia
Cililitan Jakarta Timur.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah dampak terapi ruqyah syar’iyyah dalam
pemulihan kesehatan mental pasien di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Jakarta Timur.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses menata, menyetrukturkan, dan memaknai
data yang tidak beraturan.13
Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data
menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat
dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian.
13
Christine Daymon dan Immy Holloway, Riset Kualitatif dalam Public Relations &
Marketing Communications. Penerjemah Cahya Wiratama (T.tp: PT Bentang Pusaka, 2008) h.
368.
38
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan
lapangan, dokumen dan sebagainya kemudian di deskripsikan sehingga dapat
memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas.14
Dengan
menggambarkan hasil temuan di lapangan mengenai proses terapi ruqyah
syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Penulis mencoba
memaparkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Pengelolaan data yang dilakukan dengan pendekatan
deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggunakan data secara verbal dan kualifikasi
bersifat teoritis. Hal itu itu bertujuan untuk menggambarkan dampak terapi
ruqyah syar’iyyah dalam pemulihan kesehatan mental pasien Rumah Ruqyah
Indonesia Cililitan Jakarta Timur.
G. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada
Pedoman Akademik Program Strata 1 yang diterbitkan oleh Biro Administrasi
Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013-2014.
14
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 66.
39
H. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumbernya, diperoleh melalui
wawancara mendalam, observasi, tanya jawab secara langsung atau tatap
muka dengan informan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung seperti
dokumen-dokumen dan catatan yang diambil peneliti sebagai literature, buku-
buku maupun internet yang berhubungan dengan masalah penelitian.
40
BAB IV
PROFIL LEMBAGA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur
Nama : Rumah Ruqyah Indonesia
Alamat : Jalan Kelurahan Lama (Jalan Raya Bogor) No. 56, Rt. 04 Rw.
15, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur
No. Telp : 021-80872602/085105035459
Website : www.rumahruqyah.com
1. Sejarah dan Perkembangan
Rumah Ruqyah Indonesia didirikan oleh Ustadz Achmad Junaedi, Lc dan
Ustadz Akhmad Sadzali, Lc. Rumah Ruqyah Indonesia berdiri tahun 2009
beraktenotaris. Ustadz Ustadz Achmad Junaedi, Lc adalah salah satu sidang
redaksi majalah ghoib sejak berdirinya majalah ghoib tahun 2002, kemudian
beliau lebih menekuni ruqyah dengan nama ghoib ruqyah syar’iyyah dari tahun
2002-2009. Pada awalnya Rumah Ruqyah Indonesia hadir dengan menggunakan
nama Ghoib Ruqyah Syar‟iyyah kepanjangan dari majalah ghoib yang berdiri
sejak tahun 2002. Dengan diterbitkannya majalah ghoib, pada saat itu banyak
mencerahkan masyarakat akan pengetahuan terkait dunia ghoib secara syariat
Islam.
Rumah Ruqyah Indonesia merupakan lembaga dakwah Islamiyah yang
bergerak dan mengkhususkan diri pada pemurniain tauhid melalui pelayanan
41
ruqyah syar’iyyah dan kajian keislaman. Kini dengan nama baru dan pengukuhan
di yayasan, kian mengukuhkan Rumah Ruqyah Indonesia untuk berdakwah tauhid
di Indonesia.
2. Visi dan Misi
Adapun Visi dan Misi dari Rumah Ruqyah Indonesia adalah:
a. Memberikan pemahaman yag benar mengenai fenomena keghoiban
sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah.
b. Memberikan pemahaman yang benar tentang ruqyah syar’iyyah.
c. Memberikan penyadaran tentang bahaya kolaborasi manusia dengan
jin dan syaitan.
d. Memberikan pemahaman tentang kehidupan yang lebih baik dengan
syari‟at Islam.
e. Mengenalkan pengobatan Islami dan alami seperti ruqyah syar’iyyah,
bekam atau al-hijamah dan herbal.
3. Pelayanan
Adapun pelayanan yang disediakan oleh Rumah Ruqyah Indonesia
berbasis pengobatan Islami, antara lain:
a. Ruqyah Syar’iyyah
Pelayanan ruqyah yang diberikan oleh Rumah Ruqyah Indonesia
tidak hanya diberikan langsung di tempat, tetapi Rumah Ruqyah
Indonesia juga menyediakan pelayanan ruqyah online. Adapun ruqyah
online yaitu ruqyah jarak jauh dengan menggunakan sarana telepon.
42
Pasien yang menghubungi akan mendengarkan pembacaan ayat-ayat
ruqyah, dzikir, dan doa yang disyari‟atkan oleh Rasulullah SAW.
Adanya pelayanan ruqyah online ini dikarenakan banyaknya
permintaan penanganan ruqyah ke daerah-daerah. Hal tersebut menjadi
kendala mengenai waktu, jarak, dan biaya. Oleh karena itu, Rumah
Ruqyah Indonesia menghadirkan layanan ruqyah online sebagai solusi
ruqyah untuk pasien nun jauh disana.
b. Bekam/hijamah
Bekam/hijamah adalah metode pengobaan dengan cara
mengeluarkan darah statis yang mengandung toksin dari dalam tubuh
manusia.
c. Konsultasi
Pelayanan konsultasi yang disediakan oleh Rumah Ruqyah
Indonesia, yaitu:
1) Konsultasi masalah keluarga
2) Konsultasi masalah agama
3) Konsultasi masalah anak dan remaja
d. Iridiologi, Acupressure
e. Obat-obatan herbal
Obat-obatan herbal yang disediakan di Rumah Ruqyah Indonesia
antara lain seperti madu, habbatussauda, minyak zaitun, dan lain-lain.
f. Ceramah dan pelatihan ruqyah/bekam
43
4. Struktur Pengurus
Tabel 1
Struktur Pengurus Rumah Ruqyah Indonesia
Keterangan:
Pembina : KH. Muhammad Arifin Ilham
Ketua : Achmad Junaedi, Lc
Sekretaris : Imam Royani
Bagian Ruqyah : Aris Fathoni, S.Pd.I
Bagian Bekam : Anang Sofyan, S.Pd.I
Bagian Umum : Sugeng
Pembina:
KH. Arifin Ilham
:uda
Ketua:
Achmad Junaedi, Lc
:uda
Sekretaris:
Imam Royani
Bagian Ruqyah:
Aris Fathoni, S.Pd.I
Bagian Bekam:
Anang Sofyan,
S.Pd.I
Bagian Umum:
Sugeng
44
5. Prosedur Penanganan Pasien
a. Bagian registrasi
1) Menerima pendaftaran
2) Mengatur penempatan pasien:
a) Pasien baru:
- Melakukan registrasi,
- Presentasi,
- Ke ruang terapi untuk ditangani ustadz yang ditunjuk
bagian pendaftaran dengan membawa buku mukatabah.
b) Pasien lama:
- Melakukan daftar ulang
- Kemudian ke ruang terapi.
c) Ketentuan yang lain
Untuk menjaga privasi pasien dan efektifitas penanganan,
maka ditetapkan beberapa hal berikut ini:
- Pasien hanya ditangani oleh satu ustadz, kecuali dalam
kondisi darurat.
- Pasien baru diwajibkan mengikuti presentasi kemudian
setelah itu masuk ke ruang terapi untuk ditangani ustadz
yang telah ditentukan sebelumnya oleh bagian pendaftaran.
- Pasien lama disarankan untuk konfirmasi jadwal ustadz
yang telah ditentukan sebelum datang ke Rumah Ruqyah
Indonesia.
45
6. Mekanisme Pelaksanaan Terapi Ruqyah
Setelah melalui pengamatan dan diskusi yang panjang, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan pada konsumen dan efektifitas waktu pelayanan,
maka ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Berkenaan dengan ruqyah
1) Tidak ada ruqyah massal
2) Adanya rekam ruqyah (status pasien)
3) Ustadz berada di ruang ruqyah yang ditentukan
4) Pasien ditangani oleh satu ustadz, kecuali dalam keadaan darurat
b. Berkenaan dengan absen
Dalam rangka meningkatkan mutu dan semangat kerja, maka
insyaallah absensi kehadiran akan menggunakan sistem komputer.
c. Kewajiban karyawan
- Datang tepat waktu (berlaku untuk semua karyawan)
- Ustadz standby diruang masing-masing (disediakan meja kecil,
berlaci, dan air minum)
- Ustadz tidak diperkenankan berada di ruang kendali selama tugas
- Ustadz tetap berada di ruang masing-masing selama jam tugas
meskipun tidak ada pasien
- Ketika tidak ada pasien, para ustadz diharapkan muroja’ah hafalan
atau membaca buku-buku yang berkaitan dengan ruqyah
- Melakukan tugas sesuai dengan job desk masing-masing
- Mengisi status pasien
46
d. Jam kerja karyawan
Adapun jam kerja karyawan yang ditetapkan di Rumah Ruqyah
Indonesia yaitu pukul 08.30-16.30.
Tabel 2
Jam Kerja Karyawan
SESSI JAM/SHIFT I ISTIRAHAT SESSI JAM/SHIFT
II
ISTIRAHAT
I 08.30-10.15 10.15-10.30 III dan IV 14.00-15.15 15.15-15.45
II 10.30-11.45 11.45-12.45 V 15.45-17.45 17.45-18.45
III 12.45-14.30 14.30-14.45 VI 18.45-19.15 19.15-19.30
IV 14.45-15.15 14.45-15.15 Lanjutan 19.30-22.00 Pulang
V 15.45-16.30 Pulang - - -
7. Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebuah lembaga pengobatan,
maka Rumah Ruqyah Indonesia memiliki sarana dan prasarana yang harus
diadakan agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancer. Adapun sarana dan
prasarana yang terdapat di Rumah Ruqyah Indonesia mencakup:
a. Meja resepsionis untuk pendaftaran pasien
b. Ruang konsultasi yang digunakan untuk mengidentifikasi keluhan
pasien
c. Ruang bekam, yang terdiri dari 2 ruang untuk ikhwan dan akhwat
d. Ruang terapi ruqyah
e. Ruang refleksi
47
f. Mushola
8. Pengalaman Rumah Ruqyah Indonesia
Sebagai lembaga yang berdiri hampir 13 tahun, begitu banyak pengalaman
yang Rumah Ruqyah Indonesia dapatkan sebagai lembaga dakwah Islamiyah
yang bergerak dan mengkhususkan diri pada pemurnian tauhid melalui pelayanan
ruqyah syar’iyyah dan kajian keislaman, antara lain:
a. Rumah Ruqyah Indonesia adalah pelayanan terapi ruqyah syar’iyyah
yang pertama di Indonesia yang terlembaga dan melakukan kegiatan
secara Nasional dan Internasional.
b. Tim ruqyah menjadi narasumber pada acara sentuhan qolbu metafisika
di stasiun televisi TRANS TV tahun 2003.
c. Banyak pasien yang diterapi di Rumah Ruqyah Indonesia menjadi
narasumber di kolom kesaksian majalah ghoib.
d. Kisah nyata pasien ruqyah diangkat ke layar kaca pada stasiun televisi
“LATIVI” di acara “Kehebatan Ruqyah” pada tahun 2005.
e. Mengisi acara siraman rohani di berbagai instansi dengan berbagai
tema keghoiban dan ketauhidan serta terapi ruqyah.
f. Tim ruqyah memberikan ceramah, tausiyah, dan ruqyah syar’iyyah
kepada masyarakat dan bekerjasama dengan Majelis Ta‟lim dan
Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) se-Jabodetabek.
g. Tim ruqyah memberikan ceramah, tausiyah, dan ruqyah syar’iyyah
kepada masyarakat dan bekerjasama dengan Majelis Ta‟lim dan
Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di luar Jabodetabek, seperti:
48
1) Daerah Jawa Tengah meliputi Semarang dan Cepu.
2) Daerah Jawa Barat meliputi Banten, Tasikmalaya, Garut,
Sukabumi, Bandung, Karawang, dan Cirebon.
3) Daerah Jawa Timur meliputi Probolinggo, Pasuruan, dan
Bojonegoro.
4) Daerah Sumatera meliputi Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung,
Belitung Timur, Jambi, Batam, Pekanbaru, Padang, dan Medan.
5) Bekerjasama dengan komunitas muslim Indonesia di Australia
dalam acara seminar dan terapi ruqyah syar’iyyah pada tahun
2006.
B. Temuan dan Analisis Data
Dalam rangka pengungkapan hasil penelitian ini, penulis telah
menentukan jumlah informan yang akan menjadi subjek penelitian, informan yang
dimaksud tersebut adalah dua orang terapis ruqyah dan empat orang pasien.
Klasifikasi ini diambil berdasarkan pertimbangan dan hasil dari pengamatan
penulis selama observasi.
1. Karakteristik Informan
a) Ustadz Achmad Junaedi, Lc
Beliau adalah pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia sekaligus
terapis di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur. Beliau
sekarang berusia 43 tahun. Beliau sekarang tinggal di Jalan Raya
Bogor 56 Rt 04 Rw 15 Cililitan, Jakarta Timur.
49
Ustadz Achmad Junaedi, Lc., MHi mendirikan Rumah Ruqyah
Indonesia sejak tahun 2002 yang dulu dinamakan dengan nama ghoib
ruqyah.
“Saya pendiri sekaligus pimpinan dari Rumah Ruqyah
Indonesia dari tahun 2002 sampai saat ini. Dulu awalnya
dengan nama ghoib ruqyah atau majalah ghoib kemudian
karena majalahnya sudah ngga ada, kemudian tahun 2009 kita
mengajukan ke notaris membuat akta notaris yayasan dengan
nama Rumah Ruqyah Indonesia.”1
b) Ustadz Abu Azzam
Beliau merupakan salah satu terapis yang menangani ruqyah di
Rumah Ruqyah Indonesia. Saat ini beliau tinggal di Taman Wisma
Asri Blok P No. 121-122 Teluk Pucung Bekasi Utara. Beliau mulai
bergabung di Rumah Ruqyah Indonesia pada tahun 2012.
“Saya bergabung di Rumah Ruqyah Indonesia ini sekitar 3
tahunan lah, dari tahun 2012, sampai sekarang.”2
Selain menjadi terapis di Rumah Ruqyah Indonesia, Ustadz
Abu Azzam juga menjadi terapis di rumahnya yaitu di Taman Wisma
Asri Blok P No. 121-122 Teluk Pucung Bekasi Utara.
c) Astrid
Ibu Astrid adalah seorang single parent yang berusia 35 tahun,
dikaruniai seorang putri yang berusia 5 tahun. Ibu Astrid tinggal di
daerah Sentul, Nanggewer. Alasan Ibu Astrid ingin melakukan terapi
1Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015. 2Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia
pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
50
ruqyah karena ia mempunyai penyakit yang menurutnya tidak wajar.
Berikut penuturan dari Ibu Astrid:
“Yaa.. punya pengalaman sih sebelumnya memang ya
wallahua’lam sebelumnya saya pernah punya penyakit yang
menurut saya mungkin ga wajar, trus begitu saya ruqyah
yaudah sembuh.”3
Berdasarkan penuturan Ibu Astrid di atas, alasannya untuk
melakukan terapi ruqyah sebagai upaya pengobatan penyakit tidak
wajar yang ada pada dirinya, dan setelah melakukan terapi ruqyah ia
merasa sembuh dari penyakitnya.
d) Dwi
Dwi adalah seorang karyawan swasta yang berusia 27 tahun.
Dwi tinggal di daerah Purworejo, Jawa Tengah. Alasan Dwi
Melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan karena
menurutnya, ruqyah merupakan metode penyembuhan penyakit non
medis. Sebagaimana penuturan dari Dwi sebagai berikut:
”Ruqyah ini bisa mengatasi gangguan ghoib, metode
penyembuhan penyakit yang bukan medis. Karna yang saya
rasakan bukan medis, soalnya pernah di cek medis ga ada
hasilnya. Tapi sakitnya kerasa gitu.”4
Berdasarkan penuturan Dwi diatas, penyakit yang ia alami
merupakan penyakit yang dialaminya bukanlah penyakit medis karena
setelah ia melakukan cek medis tidak ditemukan penyakit, namun ia
masih merasakan sakit. Setelah melakukan terapi ruqyah, ia merasa
3Wawancara dengan Ibu Astrid di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni
2015. 4Wawancara dengan Dwi di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015.
51
normal kembali dan banyak efek positif yang dirasakan setelah
melakukan terapi ruqyah seperti lebih tenang saat berkomukasi dengan
lawan bicara, kebiasaan buruk merokoknya sedikit berkurang, dan
tidak lagi merasa emosi yang berlebihan.
e) Fera
Fera adalah seorang karyawati swasta yang berusia 27 tahun,
lulusan salah satu perguruan tinggi swasta di daerah Depok. Fera
tinggal di daerah Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Alasan Fera
ingin melakukan terapi ruqyah karena ia ingin sehat dan terbebas dari
gangguan-gangguan yang ia rasakan. Berikut penuturan dari Fera:
“Saya sih kepengen sehat dan terbebas dari gangguan-
gangguan, setau saya sih ruqyah itu kayak pengobatan.”5
Berdasarkan penuturan dari Fera di atas, karenanya menurut
Fera, ruqyah itu pengobatan maka Fera melakukan terapi ruqyah agar
ia sehat dan terbebas dari gangguan-gangguan yang ia rasakan.
f) Lili
Lili adalah seorang karyawan swasta yang berusia 27 tahun, ia
baru saja menyelesaikan studinya di salah satu perguruan tinggi swasta
di Jakarta. Alasan Lili melakukan terapi ruqyah karena ia merasa
badannya tiba-tiba kaku dan sulit untuk digerakkan. Berikut adalah
penuturan dari Lili:
“Saya sih kepengen sembuh. Awal saya kepengen diruqyah
gara-gara kepikiran skripsi saya, saya juga resign dari tempat
kerja saya, kepikiran kakak saya yang mau di operasi. Abis itu
5Wawancara dengan Fera di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015.
52
tiba-tiba badan saya kaku, ga bisa digerakkin. Pas saya coba
baca doa sama wudhu agak mendinganan tuh.”6
Berdasarkan penuturan Lili diatas, ia tiba-tiba merasakan
badannya kaku dan tidak bisa digerakkan. Gejala tersebut disebut
dengan kejang hysteria. Kejang hysteria terjadi akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi kesukaran-kesukaran, tekanan
perasaan, kegelisahan, kecemasan, dan pertentangan batin. Begitu juga
halnya dengan Lili, dia merasakan kaku pada badannya dan sulit
digerakkan disebabkan oleh beban pikiran yang ia rasakan tak kunjung
terselesaikan.
2. Intensitas Kunjungan
Kriteria pasien yang dijadikan subjek dalam penelitian ini yaitu pasien
yang sebelumnya pernah melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi setelah melakukan terapi
ruqyah.
a. Astrid
Ibu Astrid telah melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia
ini lebih dari lima kali. Sebagaimana yang ia ungkapkan dalam
wawancara:
“Saya ngeruqyah disini sering Mba, 5 kali mah lebih, begitu saya
ruqyah yaudah sembuh.”7
6Wawancara dengan Lili di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015.
7Wawancara pribadi dengan Ibu Astrid di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10
Juni 2015.
53
Berdasarkan wawancara diatas, sebelum diruqyah Ibu Astrid
mengalami hal-hal yang menurutnya tidak wajar. Namun setelah
melakukan lima kali terapi ruqyah, Ibu Astrid merasakan sembuh total.
b. Dwi
Dwi telah empat kali melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah
Indonesia. Sebagaimana yang ia ungkapkan pada saat wawancara:
“Sudah empat kali saya ruqyah disini, kalo sebelum diruqyah saya
masih merasa sakit, tapi abis diruqyah mendingan.”8
Berdasarkan wawancara diatas, setelah melakukan terapi ruqyah
sebanyak empat kali, Dwi yang mengalami penyakit non medis merasakan
penyakit yang dialaminya berangsur membaik.
c. Fera
Fera telah tiga kali melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah
Indonesia. Sebagaimana yang ia ungkapkan pada saat wawancara:
“Saya sudah tiga kali melakukan terapi ruqyah disini. Sebelum ruqyah
saya ngerasa murung, pengen menyendiri aja. Setelah diruqyah sih jadi
mendingan deh.”9
Berdasarkan wawancara diatas, sebelum diruqyah Fera merasa
murung, ingin selalu menyendiri. Namun, setelah melakukan tiga kali
terapi ruqyah, Fera merasa lebih baik dari sebelum ia melakukan terapi
ruqyah.
8Wawancara pribadi dengan Dwi di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jum‟at,7
Agustus 2015. 9Wawancara pribadi dengan Fera di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07
Agustus 2015.
54
d. Lili
Lili telah melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia
sebanyak dua kali. Berikut adalah penuturan Lili pada saat wawancara:
“Saya sudah dua kali diruqyah mba, saya sih kepengen sembuh.
Sebelum diruqyah perasaan saya berat aja gitu. Tapi setelah diruqyah
jadi entengan aja trus kata orang tua saya, saya hampir 100 persen
berubah”10
Berdasarkan wawancara diatas, sebelum melakukan terapi ruqyah Lili
merasakan perasaannya yang berat. Sebagaimana penuturan Lili yang
sebelumnya, ia mengemukakan bahwa ia menghadapi masalah yang tak
kunjung terselesaikan. namun, setelah dia melakukan dua kali terapi
ruqyah ia merasakan perubahan yang ada pada dirinya.
3. Latar Belakang Penyakit
Semua penyakit fisik maupun non fisik, medis maupun non medis bisa
diruqyah karena pada hakekatnya yang menyembuhkan segala jenis penyakit
adalah Allah SWT. Dalam pengobatan menggunakan metode ruqyah, kita berdoa
kepada Allah SWT untuk kesembuhan penyakit yang kita rasakan. Sebagaimana
dengan firman Allah SWT:
Artinya: “Dan kami turunkan dari alquran suatu yang jadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S Al-
Israa: 82)
10
Wawancara pribadi dengan Lili di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07
Agustus 2015.
55
Berikut adalah gambaran latar belakang penyakit pasien yang menjadi
subjek penelitian di Rumah Ruqyah Indonesia.
Tabel 3
Gambaran Latar Belakang Penyakit Pasien
No. Nama Jenis
kelamin
Penyakit Umur Keterangan
diruqyah
1. Astrid P Emosional, putus asa,
cemas, ketakutan,
selalu berpikiran
negatif, males sholat,
pikiran kacau
35 tahun 5 kali
2. Dwi L Nafas terasa berat,
cemas, tegang, tidak
percaya diri, emosi
berlebihan
27 tahun 4 kali
3. Fera P Merasa murung,
ingin selalu
menyendiri, gelisah
27 tahun 3 kali
4. Lili L Banyak pikiran,
badan kaku, takut dan
gelisah, jarang sholat
27 tahun 2 kali
56
Hasil pasien yang melakukan terapi ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia
merasa kondisinya semakin membaik setelah melakukan terapi ruqyah, namun
masih terus melakukan terapi ruqyah dalam upaya pemulihan mental yang sehat.
C. Proses Pelaksanaan Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia
Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan di Rumah Ruqyah Indonesia,
adapun proses pelaksanaan terapi ruqyah yang dilakukan berlandaskan nilai-nilai
keislaman, bacaannya terdiri dari kalam Allah (al-Quran) atau dengan doa-doa
Rasulullah, bacaannya dari bahasa Arab serta yakin bahwa ruqyah hanyalah
sarana karena yang menyembuhkan adalah Allah SWT. Berikut penuturan Ustadz
yang juga menjadi pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia saat sedang diwawancara:
“Prosesnya pertama pasien datang kemudian melakukan pendaftaran dulu,
administrasi dan sebagainya. Kemudian ada penjelasan singkat tentang
ruqyah bagi yang belum tau, disarankan untuk berwudhu bagi yang tidak
berhalangan setelah itu masuk ke ruangan ruqyah, Ustadz menanyakan
keluhannya apa, diawali dengan membaca istighfar bertobat kepada Allah
dengan harapan agar doa diijabah oleh Allah. Kemudian baca surat al-
Fatihah trus sampe nanti surat an-Nas seperti yang ada pada buku ruqyah
itu. Biasanya ditengah-tengah bacaan itu ada yang bereaksi, misalnya
kayak kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak. Biasanya terjadi dialog
kemudian kita arahkan jinnya kita ajak dialog kita ajak bertaubat.”11
Dari ungkapan ustadz Achmad Junaedi, Lc di atas, dapat disimpulkan
sebelum melakukan terapi ruqyah, pasien diberi penjelasan singkat tentang
ruqyah agar pasien tidak salah persepsi mengenai ruqyah. Pasien pun diajak
istighfar untuk diajak bertobat kepada Allah dengan harapan doa-doanya diijabah.
11
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015.
57
Ayat-ayat ruqyah yang dibacakan adalah ayat-ayat yang ada di al-Quran seperti
al-Fatihah, an-Nas, dan lain-lain.
Hal lain juga diungkapkan oleh ustadz Abu Azzam yang juga seorang
terapis/muallij, berikut penuturan beliau saat sedang diwawancara:
“Kalau saya pribadi, jadi untuk ruqyah itu saya ajak pasien untuk
meluruskan tujuannya dulu, jadi ruqyah itu bukan hanya sekedar „image‟
sekarang tentang ruqyah kan mengeluarkan jin dalam tubuh manusia,
menyembuhkan orang dari santet atau sebagainya. Disunnahkan untuk
berwudhu.”12
Dari ungkapan ustadz Abu Azzam diatas, dapat disimpulkan bahwa beliau
mengajak pasien untuk meluruskan tujuannya agar si pasien tidak hanya
memandang ruqyah sebagai pengobatan untuk mengeluarkan jin dari dalam tubuh
manusia, menyembuhkan orang dari santet saja.
Langkah-langkah terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Persiapan terapi
Hal yang utama sebelum melakukan terapi ruqyah adalah tekad bulat
untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang diridhoi Allah kemudian
membersihkan akidahnya dari hal-hal yang berbau syirik. Adapun hal-hal
lain yang harus dipersiapkan sebelum melakukan terapi ruqyah adalah
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan tempat pengobatan supaya malaikat mau masuk
dengan membuang lukisan-lukisan, menghancurkan jimat-jimat,
patung-patung, rajah-rajah, sikep, dan keris.
12
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia
pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
58
b. Membersikan dari pelanggaran syari’at, seperti laki-laki memakai
emas dan sutera, perempuan yang tidak menutup aurat.
c. Mengajarkan pemahaman aqidah yang benar kepada penderita dan
keluarganya, supaya mereka hanya bergantung kepada Allah SWT.
d. Dianjurkan bagi yang hadir untuk berwudhu dan memperbanyak
dzikrullah.
e. Jika penderita adalah perempuan, maka harus ditemani dengan
muhrimnya, harus menutup aurat, tidak memakai wangi-wangian
dan lipstick, dan lain-lain yang menganggu saat terapi.
2. Pelaksanaan terapi
a. Interview/diagnose penderita
Sebelum melakukan terapi ruqyah syar’iyyah seorang terapis
menanyakan kepada penderita (pasien) tentang keluhan yang dirasakan
apakah sesuai dengan indikasi-indikasi adanya gangguan jin atau sihir.
b. Terapi ruqyah syar’iyyah
Sebelum melakukan terapi ruqyah, terapis/muallij memberikan
penjelasan singkat tentang ruqyah, sebagaimana yang dikemukakan
oleh ustadz Achmad Junaedi, Lc., MHi :
“Proses pertama pasien datang kemudian melakukan pendaftaran
dulu, administrasi, dan sebagainya. Kemudian ada penjelasan
singkat tentang ruqyah bagi yang belum tau.”13
Terapis membacakan ayat-ayat dan doa-doa ruqyah. Adapun ayat-
ayat ruqyah yang dibacakan yaitu: al-Fatihah, ayat kursi, al-Ikhlas, al-
13
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015.
59
Falaq, an-Nas, surat al-Baqarah (ayat 1-5, 102-103, 284-286), surat Ali
Imran ayat 18-19, surat al-Araf ayat (54-56, 117-122), surat Yunus
ayat 81-82, surat Taha ayat 69, surat al-Mukminun ayat 115-118, surat
as-Shaffat ayat 1-10, surat al-Ahqaf ayat 29-32, surat ar-Rahman ayat
33-36, surat al-Hasyr ayat 21-24, dan surat al-Jin ayat 1-9.
Terdapat perbedaan dalam pembacaan ayat-ayat ruqyah terhadap
pasien yang terkena gangguan jin dan pasien yang menderita gangguan
psikis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Abu Azzam pada
saat wawancara:
“Ada ayat-ayat tambahan yang beda untuk yang terkena gangguan
jin, jadi biasanya standar al-Fatihah, ayat kursi kemudian ada
misalnya tentang sihir, kita bacakan ayat-ayat tentang sihir. Kalo
masalah psikis biasanya ayat tentang kehidupan.”14
Apabila saat dibacakan atau setelah mendengar ayat-ayat dan doa-
doa yang dibacakan, biasanya penderita (pasien) mengalami tiga hal,
yakni:
1) Tidak ada reaksi sama sekali
2) Reaksi ringan seperti gemetar badannya atau terasa panas,
merasa kantuk yang berlebihan, sakit pada bagian tubuh
tertentu, mata bergerak tidak teratur dan berkedip-kedip,
menangis, merasakan pusing, mual atau muntah-muntah.
3) Reaksi berat seperti marah atau berteriak keras, mengeluarkan
gerakan seperti jurus silat. Hal tersebut menunjukkan adanya
14
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia
pada hari Rabu, 10 Juni 2015.
60
jin yang mengganggu dan bereaksi terhadap ayat-ayat dan doa-
doa matsur yang dibacakan.
Seperti yang dikemukakan oleh ustadz Achmad Junaedi, Lc
tentang reaksi yang terjadi pada saat proses terapi ruqyah:
“Biasanya ditengah-tengah bacaan itu ada yang bereaksi, misalnya
kayak kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak. Biasanya terjadi
dialog kemudian kita arahkan jinnya, kita ajak dialog, kita ajak
bertaubat.”15
c. Memberi saran dan nasihat
Setelah melakukan terapi ruqyah syar’iyyah, terapis/muallij
memberikan saran dan nasehat kepada penderita (pasien) untuk
melaksanakan syari’at Islam dan melaksanakan dengan benar. Pasien
dianjurkan untuk melakukan:
1) Mendengarkan ayat-ayat al-Quran minimal satu juz setiap hari.
2) Tadarus al-Quran.
3) Menjaga shalat lima waktu, apabila laki-laki berjamaah di
masjid.
4) Mengamalkan dzikir/wirid pagi dan petang seperti yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW.
5) Menjauhkan maksiat kepada Allah terutama syirik, bid’ah, dan
dosa besar.
6) Menjalankan sunnah-sunnah harian, seperti doa masuk dan
keluar kamar mandi, doa berpergian, doa hendak tidur, dan
15
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015
61
bangun tidur, membaca basmalah ketika hendak melakukan hal
yang baik, makan dan minum dengan tangan kanan, dan lain-
lain.
D. Analisis Dampak Terapi Ruqyah dalam Pemulihan Kesehatan Mental
Pasien
Berdasarkan uraian diatas tentang pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah di
Rumah Ruqyah Indonesia, mempunyai dampak yang positif dalam pembinaan
mental pasien.
“..Baik sekali, ada pasien kita yang mengalami keterbelakangan mental,
stress. Setelah dibacakan al-Quran itu respon positif itu selalu terjadi dan
selalu ada.”16
Tidak jauh berbeda dengan pandangan ustadz Achmad Junaedi tentang
terapi ruqyah dalam pemulihan mental mental pasien. Sebagaimana yang beliau
ungkapkan dalam wawancara:
“Sangat-sangat bagus sekali, itu harus digalakkan karena membangun
mental ini ya harus dibarengi dengan kekuatan tauhid kita kepada Allah
SWT. Kalo spiritualnya kuat insyaallah mentalnya tahan banting. karna
ruqyah sendiri itu ketergantungan kita kepada Allah.”17
Berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz Achmad Junaedi dan ustadz
Abu Azzam, dapat disimpulkan bahwa doa mengandung kekuatan spiritual yang
dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimis yang keduanya merupakan
hal yang mendasar bagi penyembuhan suatu penyakit. Melakukan terapi ruqyah
16
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia
pada hari Rabu, 10 Juni 2015 17
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015
62
secara teratur adalah salah satu manifestasi dari menjalani kehidupan secara
religius dan banyak mengandung aspek psikologis di dalamnya. Bahkan tidak
hanya sebagai amal ibadah, terapi ruqyah juga menjadi obat dan penawar bagi
seseorang yang gelisah jiwanya dan tidak sehat secara mental.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa terapi ruqyah yaitu terapi dengan
membacakan ayat-ayat al-Quran atau doa-doa yang matsur. Suara yang masuk ke
dalam otak melalui telinga dan suara merupakan ungkapan dari getaran, dan
ketika pasien mendengarkan ayat-ayat al-Quran maka getaran yang sampai ke
otak memiliki dampak positif pada sel-sel yang ada dalam tubuh. Oleh karena itu,
terapi ruqyah sangat berpengaruh terhadap mental seseorang.
“Ruqyah itu kan membacakan ayat-ayat atau doa-doa yang terdapat di
dalam al-Quran dan as-Sunnah. Ayat dan doa tersebut sangat berpengaruh
terhadap penyembuhan gangguan psikis dan sudah dapat diterima
keefektifannya terhadap mental seseorang.”18
Menurut ustadz Achmad Junaedi, ruqyah sangat berpengaruh terhadap
penyembuhan gangguan psikis dan efektif terhadap mental seseorang. Hal ini
berkaitan dengan penyakit yang dialami oleh Ibu Astrid, sebagaimana yang ia
ungkapkan:
“Ya.. pada saat sebelum ruqyah itu ngalamin hal yang menurut saya di
luar logika Mba, seperti bawaannya emosi trus kaya putus asa trus juga
kayak ngerasa cemas, ketakutan, trus juga negatifnya berlebihan
bawaannya emosional lah, pokoknya males sholat gitu, trus juga ya
pikirannya kacau yang ga konsen ga fokus setelah di ruqyah jadi enakan
aja mba, sembuh total.”19
18
Wawancara dengan Ustadz Achmad Junaedi, Lc di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari
Rabu, 10 Juni 2015 19
Wawancara dengan Ibu Astrid di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Rabu, 10 Juni
2015
63
Hal yang dialami oleh Ibu Astrid merupakan gejala gangguan psikis
dimana ia merasakan emosi yang berlebihan, putus asa, cemas, ketakutan, selalu
berpikiran negatif, dan juga malas untuk melakukan ibadah sholat. Namun,
setelah melakukan terapi ruqyah, Ibu Astrid merasa kondisinya lebih enak dari
yang sebelumnya dan sembuh total.
Ustadz Abu Azzam juga mengungkapkan pada saat wawancara, bahwa
doa-doa yang dibacakan pada saat terapi ruqyah dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang baik fisik maupun mental, berikut ungkapannya:
“Sekitar 70 persenan lah, karna tubuh manusia itu sebagian besar terdiri
atas air. Ketika air tersebut diberikan doa-doa, maka hal tersebut dapat
mengubah struktur molekul-molekul yang terdapat didalamnya. Perubahan
struktur tersebut dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, baik fisik
maupun mentalnya.”20
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ustadz Abu Azzam,
maka dapat disimpulkan tingkat bahwa tingkat perubahan pasien setelah
melakukan terapi ruqyah sekitar 70 persen, karena doa-doa yang dibacakan pada
saat terapi ruqyah dapat mengubah struktur molekul-molekul di dalam tubuh
manusia yang sebagian besarnnya terdiri atas air.
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, terapi ruqyah tidak terbatas pada
gangguan jin, tetapi juga mencakup terapi fisik dan gangguan mental/jiwa. Lili
merupakan salah satu pasien yang mengalami gangguan mental yaitu hysteria. Ia
mengira bahwa penyakit yang ia alami dikarenakan gangguan jin. Berikut ini
ungkapan Lili pada saat diwawancara:
20
Wawancara dengan Ustadz Abu Azzam (Terapis Ruqyah) di Rumah Ruqyah Indonesia
pada hari Rabu, 10 Juni 2015
64
“Saya sih kepengen sembuh. Awal saya kepengen diruqyah gara-gara
kepikiran skripsi saya, saya juga resign dari tempat kerja saya, kepikiran
kakak saya yang mau di operasi. Abis itu tiba-tiba badan saya kaku, ga
bisa digerakkin. Pas saya coba baca doa sama wudhu agak mendinganan
tuh. Sebelum diruqyah juga perasaan saya berat aja gitu. Tapi setelah
diruqyah jadi entengan aja trus juga kata orang tua saya, saya hampir 100
persen berubah dari sifat-sifat buruk saya yang dulu.”21
Lili mengalami gangguan mental yang bernama hysteria. Hysteria
merupakan gangguan mental yang timbul dari kecemasan yang berlebihan.
Hysteria terjadi akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi kesukaran-
kesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan, dan pertentangan batin.
Adapun salah satu gejala hysteria yang merupakan gejala fisik adalah kejang
hysteria. Kejang hysteria ditandai dengan seluruh badan terasa kaku, tidak sadar
akan diri, kadang-kadang sangat keras, disertai dengan teriakan-teriakan dan
keluhan, tapi tidak mengeluarkan air mata.
Selain itu dampak positif ruqyah dalam pembinaan mental pasien juga
dirasakan oleh Fera. Sebelum melakukan terapi ruqyah, Fera menghadapi suatu
masalah, namun ia tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahannya tersebut.
Sebagaimana yang ia ungkapkan pada saat wawancara:
“Sebelum ruqyah saya ngerasa murung, pengen menyendiri aja. Gelisah
gak tenang gitu. Boro-boro saya bisa nyelesein masalah. Saya diem aja
dikamar. Setelah diruqyah sih jadi mendingan deh. Ruqyah efeknya baik
banget, Alhamdulillah saya bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi.”22
Terapi ruqyah sangat efektif dalam menjaga kesehatan jiwa, selain itu
ruqyah juga dapat mempengaruhi ketenangan dan ketentraman jiwa seseorang.
21
Wawancara dengan Lili di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07 Agustus 2015 22
Wawancara pribadi dengan Fera di Rumah Ruqyah Indonesia pada hari Jumat, 07
Agustus 2015
65
Dari zaman Rasulullah sampai sekarang metode terapi ruqyah banyak berhasil
setiap digunakan dalam mengobati penyakit, terlebih akibat gangguan jin.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis selama 4 bulan di
Rumah Ruqyah Indonesia yang meneliti tentang dampak terapi ruqyah syar’iyyah
dalam pemulihan kesehatan mental pasien, penulis menyimpulkan:
1. Dalam proses pelaksanaan terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah
Ruqyah Indonesia merupakan terapi ruqyah syar’iyyah. Karena
pelaksanaannya sesuai dengan syari’at Islam, yaitu:
a. Menggunakan ayat-ayat al-Quran atau hadis dengan tidak
mengubah susunan kalimatnya.
b. Menggunakan bahasa Arab yang fasih, dibaca dengan jelas,
sehingga tidak mengubah makna aslinya.
c. Meyakini bahwa bacaan ayat-ayat al-Quran dan hadis tersebut
hanyalah merupakan sarana atau wasilah untuk penyembuhan,
sedangkan yang menyembuhkan pada hakikatnya adalah Allah
SWT.
2. Dampak yang terjadi setelah pasien melakukan terapi ruqyah
syar’iyyah di Rumah Ruqyah Indonesia berdasarkan hasil observasi
dan wawancara adalah berdampak positif. Karena berdasarkan hasil
observasi dan wawancara, pasien yang sebelumnya merasakan gelisah,
cemas, emosional, tidak mampu menyelesaikan masalahnya, terlalu
66
banyak beban pikiran sehingga mengakibatkan kaku pada bagian
tubuhnya berangsur sembuh.
3. Terapi ruqyah dengan kesehatan mental sangatlah erat hubungannya,
karena sesuai dengan penjelasan diatas bahwa tekanan psikis yang
sangat kuat dan menyebabkan gangguan-gangguan psikis yang
dipengaruhi oleh ruhaniyah seseorang yang tidak seimbang.
Melakukan terapi ruqyah secara teratur merupakan salah satu
manifestasi dari menjalani kehidupan secara religius dan banyak
mengandung aspek psikologis di dalamnya. Bahkan tidak hanya
sebagai amal ibadah, terapi ruqyah juga menjadi obat dan penawar
bagi seseorang yang gelisah jiwanya dan tidak sehat secara mental.
B. Saran
Adapun saran untuk Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur,
yaitu:
1. Terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan Jakarta Timur
memang sudah cukup baik, tapi semoga bisa menjadi lebih baik lagi.
2. Sosialisasi tentang ruqyah terhadap kesehatan mental lebih
ditingkatkan lagi, agar tidak terjadi kesalahan persepsi masyarakat
tentang ruqyah yang selama ini diketahui sebagai pengobatan terhadap
gangguan jin/sihir saja.
67
DAFTAR PUSTAKA
A, Shahilun H. Drs, dan Nasir M.Pd. (2003). Problematika Kehidupan dan
Pemecahannya (Suatu Pendekatan Psyco-Religious), Jakarta: Kalam Mulia
Ad-Dzaky, Bakran, Hamdani, M. (2002) Konseling dan Psikoterapi Islam,
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru
Adz-Dzaky, Hamdani M. (2004) Konseling, dan Psikoterapi Islam,
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Akhmad, Perdana. Ruqyah Syar’iyyah Vs Ruqyah Gadungan (Syirkiyyah),
Quranic Media Pustaka
Al-Albani, Nashiruddin, Muhammad. (2005). Ringkasan Shahih Muslim,
Jakarta: Gema Insani
Al-Jauziyyah, Qoyyim, Ibnu. (2005), Terapi Penyakit Rohani, Solo:
Arafah
Ardani, Tristiadi Ardi. (2008) Psikiatri Islam, Yogyakarta: UIN-Malang
Press
Arikunto, Suharsimi. (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ariyanto, Darojat, M. (2007) Terapi Ruqyah Terhadap Penyakit Fisik,
Yogyakarta: SUHUF
As-Shayim, Muhammad. (2002) Kisah-kisah Nyata Raja Jin, Penerjemah
Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Asy-Syahawi, Muhammad, Majdi. (2003) Menjelajah Alam Jin Dan Cara
Mengatasi Gangguannya Berdasarkan Syari’at Islam, Bandung: Pustaka Setia
Azhim, Abdul, Said. (2006) Bebas Penyakit Dengan Ruqyah, Depok:
Qultum Media
Aziz Ahyudi, Abdul. (1991) Psikologi Agama. Bandung: Sinar Bintang,
cet. ke-1.
Az-Zaghul, Abdurrahim, Imad. (2004) Psikologi Militer, Jakarta: Khalifa
Az-Zahrani, Said bin Musfir. (2005) Konseling Terapi, Jakarta: Gema
Insani
Baihaqi, MIF. (2005) Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan,
Bandung: PT. Refika Aditama
Bakar, Abu, Bahrun. (2002). Kisah Izzah Nyata Raja Jin, Bandung: Sinar
Baru Algesindo
Basri, Hasan. (2005). Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah. Jakarta: Ghoib
Pustaka
Burhanudin, Yusak. (1999). Kesehatan Mental, Bandung: CV. Pustaka
Setia
Cahyono, B. Suharjo, J.B, (2011) Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri
yang Tak Terbatas, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Daradjat, Zakiah. (1975) Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental,
Jakarta: Bulan Bintang
_____________. (1990) Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Masagung
_____________. (1994) Peranan Agama dan Kesehatan Mental, Jakarta:
CV. Masagung
_____________. (1996) Doa Menunjang Semangat Hidup, Jakarta:
Ruhama
68
_____________. (2002) Psikoterapi Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang
Daymon, Christine dan Immy Holloway. (2008). Riset Kualitatif dalam
Public Relations & Marketing Communications, Jakarta: PT. Bentang Pustaka
Denim, Suwardan. (2000) Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan
Metodologi Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan
Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Depdikbud. (1998) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus Jilid 6, Jakarta: PT. Ichtiyar Baru Van
Hoevoe
Gladstone, William. (1994) Apakah Mental Anda Sehat, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Gunawan, Imam. (2013) Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik,
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hakim, Lukman. (2012) Terapi Qurani Untuk Kesembuhan dan Rizki
Yang Tak Terduga, Jakarta: Link Consulting
Hawari, Dadang. (1999) al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
Mental, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa
Hawawi, Hadari. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Jaelani, A.F. (1993) Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, Jakarta: CV.
Gunung Agung
Jalaluddin. (1998) Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia
_________. (2003) Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada
_________. (2000). Psikologi Agama (Edisi Revisi), Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Jawas, Qadir, Abdul bin Yazid. (2006) Syarah ‘Aqidah Ahlussunnah Wal
Jamaah, Bogor: Pustaka Imam Syafi’i
Kafie, Jamaludin. (1993) Psikologi Dakwah, Surabaya: Surabaya Indah
Kartono, Kartini dan Jenny Andrani. (1989) Hygiene Mental dan
Kesehatan dalam Islam, Bandung: Mandar Maju
Langgulung, Hasan. (1992) Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta:
Pustaka Al-Husna
Mahmud, Dimyati, M. (1990) Psikologi: Suatu Pengantar, Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta
Maskawaih, Ibn. Terjemahan Helmi Hidayat (1994) Menuju
Kesempurnaan Akhlak, Bandung: Mizan
Moleong, J. Lexy. (2001) Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Muhammad, Abdullah, Abu. (1940), Al Jami’ Li Ahkam Al Quran, Kairo
Najati, Utsman, M. (1997) Alquran dan Ilmu Jiwa, Bandung: Pustaka
Nazir, Muhammad. (1986). Metode Penelitian, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Notosoedirjo, Mulyono dan Latipun. (2002). Kesehatan Mental (Konsep
dan Penerapan), Universitas Muhammadiyah Malang
Poerwadarminta, W.J.S. (1976) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka
69
Poerwandari, Kristi, E. (1998) Fakultas Psikologi UI Pendekatan Kualitatif
dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran
dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2007) Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Qardhawi, Yusuf, Dr., (2000). Merasakan Kehadiran Tuhan, Terjemahan
Jaziratul Islamiyah, Yogyakarta: Mitra Pustaka
__________________. Dahsyatnya Doa dan Dzikir, Jakarta: Qultum
Media
Quusiy, Aziz, Abdul, Dr. Prof., (1974). Pokok-pokok Kesehatan Jiwa atau
Mental, Jakarta: PT. Bulan Bintang
Rohim, Kholilul. (2008) Terapi Juz Amma: Ragam Manfaat Surah-Surah
Pendek Juz Ke-30 Untuk Kesehatan Dan Keselamatan Hidup Dunia Akhirat,
Jakarta: PT. Mizan Publika
Ruslan, Rosady. (2008) Metode Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Semiawan, R. Conny, Dr. Prof., Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana
Semiun, Yustinus. (2010). Kesehatan Mental 3, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Simatupang, R.O. (1959) Dokumen, Soeroengan
Solihin, M. (2004) Terapi Sufistik: Penyembuhan Penyakit Kejiwaan
Perspektif Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia
Subiyantoro, Arif dan FX. Suwarto. (2007) Metode dan Teknik Penelitian
Sosial, Yogyakarta: Andi Offset
Sudarto. (1997) Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafinndo
Persada
Syam, Hanis. (2006) Ruqyah dan Doa: Terapi Gangguan Jin dan Sihir
Sesuai Syari’at Islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka
Syami, Ahmad, Sholih. (1991), Al-Mawahibud Diniyah bil Minahil
Muhammadiyah, T.tp: Al-Maktabu Islamiyah
Taufiq, Izzudin, M. (2006) Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam,
Jakarta: Gema Insani Press
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2001) Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia. (1989) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
_________________, Depdikbud. (1994) Jakarta: Balai Pustaka
Yunus, Mahmud. (1973) Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan
Penafsiran al-Quran
PEDOMAN WAWANCARA
Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini?
2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah?
3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah?
4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah?
5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah?
6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah?
7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda?
8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik?
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik?
10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik?
11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?
PEDOMAN WAWANCARA
Terapis Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
1. Sejak kapan Ustadz menjadi terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia?
2. Bagaimana proses terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah ini?
3. Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan?
4. Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja?
5. Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang
mengalami gangguan psikis?
6. Bagaimana pandangan ustadz tentang terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan mental
pasien?
7. Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap mental pasien?
8. Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani
terapi ruqyah?
HASIL WAWANCARA
Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Nama : Astrid
Usia : 35 tahun
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini?
Jawab : Sering, 5 kali lebih.
2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Yaa.. punya pengalaman sih sebelumnya memang yaa wallahu a’lam
sebelumnya saya pernah punya penyakit yang menurut saya mungkin ga wajar, trus
begitu saya ruqyah yaudah sembuh.
3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah?
Jawab : Ruqyah ya semacam pengobatan non medis.
4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Ya.. pada saat sebelum ruqyah itu ngalamin hal yang menurut saya di luar
logika Mba, seperti bawaannya emosi trus kaya putus asa trus juga kayak ngerasa
cemas, ketakutan, trus juga negatifnya berlebihan bawaannya emosional lah, pokoknya
males sholat gitu, trus juga ya pikirannya kacau yang ga konsen ga fokus setelah di
ruqyah sembuh total.
5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah?
Jawab : Iya.. bawaannya ketakutan aja gitu.
6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah?
Jawab : Iya, sekarang Alhamdulillah ngga begitu ngerasa cemas lagi.
7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda?
Jawab : Waktu itu saya lebih ngurung diri aja, ga tau harus ngapain.
8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik?
Jawab : Iya, setelah diruqyah saya jadi lebih tau apa yang harus saya perbuat.
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Pokoknya sebelum diruqyah, bawaannya males aja mau sholat.
10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Iya.. jadi lebih ada kemauan untuk sholat dari yang sebelumnya saya males
aja bawaannya buat sholat.
11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?
Jawab : Jadi enakan aja Mba.
HASIL WAWANCARA
Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Nama : Fera
Usia : 26 tahun
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini?
Jawab : Sudah tiga kali.
2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Saya sih kepengen sehat sama terbebas dari gangguan-gangguan.
3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah?
Jawab : Ruqyah itu kayak pengobatan setau saya sih.
4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Sebelum ruqyah saya ngerasa murung, pengen menyendiri aja. Setelah
diruqyah sih jadi mendingan deh.
5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah?
Jawab : Iya, Gelisah gak tenang gitu.
6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah?
Jawab : Iya, jadi agak tenangan deh.
7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda?
Jawab : Boro-boro saya bisa nyelesein masalah. Saya diem aja dikamar.
8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik?
Jawab : Ya.. Alhamdulillah, saya jadi paham cara nyelesein masalah yang baik.
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Yaa.. kadang ngelaksanain kadang juga ngga. Bolong-bolong gitu.
10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Alhamdulillah, lumayan deh udah ngga bolong-bolong lagi.
11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?
Jawab : Efeknya baik banget, Alhamdulillah saya bisa jadi pribadi yang lebih baik
lagi.
HASIL WAWANCARA
Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Nama : Lili
Usia : 27 tahun
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini?
Jawab : Sudah dua kali Mba.
2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Saya sih pengen sembuh mba, awalnya saya kepikiran skripsi saya, saya
juga abis resign dari tempat kerja saya, abis itu saya juga kepikiran kaka saya mau
operasi. Setelah itu tiba-tiba badan saya kaku. Ga bisa digerakin. Pas saya coba baca
doa sama wudhu agak mendinganan tuh.
3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah?
Jawab : Yang saya tau ruqyah itu semacem pengobatan Mba.
4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah?
Jawab : Sebelum diruqyah perasaan saya berat aja gitu. Tapi setelah diruqyah jadi
enteng aja trus juga kata orang tua saya, saya hampir 100 persen berubah dari sifat-sifat
buruk saya yang dulu.
5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah?
Jawab : Iya, takut sama gelisah.
6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah?
Jawab : Iya, Alhamdulillah Mba mendingan deh Mba.
7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda?
Jawab : Dulu saya ga tau harus ngapain Mba.
8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik?
Jawab : Alhamdulillah Mba, sekarang saya kalo ada masalah lebih berikhtiar aja
sama Allah.
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Engga, jujur aja dulu saya jarang banget sholat mba. Terakhir sholat pas
ada masalah aja. Hehe..
10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : Ya, jadi kepengen sholat. Dulu mah boro-boro. Hehe..
11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?
Jawab : Badan saya berasa entengan deh. Ga kayak dulu rasanya berat aja
bawaannya.
HASIL WAWANCARA
Pasien Terapi Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Nama : Dwi
Usia : 27 tahun
1. Berapa kali Anda terapi ruqyah disini?
Jawab : sudah empat kali.
2. Mengapa Anda ingin melakukan terapi ruqyah?
Jawab : ruqyah ini bisa mengatasi gangguan ghoib, metode penyembuhan penyakit
yang buka medis, soalnya saya pernah di cek medis ga ada hasilnya. Tapi saya sakitnya
kerasa gitu.
3. Apa yang anda ketahui tentang ruqyah?
Jawab : metode pengobatan.
4. Apa yang anda rasakan sebelum dan sesudah melakukan terapi ruqyah?
Jawab : kalo sebelum diruqyah saya masih merasa sakit, tapi abis diruqyah
mendingan. Yang tadinya saya punya kebiasaan buruk jadi ga ada lagi. Kebiasaan
buruknya kayak ngeroko, saya ngeroko kuat sekali. Tapi setelah diruqyah saya ga
kepengen ngeroko lagi. Pernapasan yang tadinya berat banget jadi enteng sehabis
diruqyah.
5. Sebelum diruqyah, apakah anda sering merasa tegang/cemas, dan gelisah?
Jawab : cemas iya, minder, ga percaya diri, kalo ada sesuatu tegang.
6. Setelah diruqyah, apa anda terbebas dari rasa tegang/cemas dan gelisah?
Jawab : Iya, saya merasa normal
7. Sebelum diruqyah, bagaimana Anda menyelesaikan masalah yang menimpa Anda?
Jawab : emosi, saya acuhkan kalo masalahnya semakin berat saya emosinya
berlebihan
8. Setelah diruqyah, apakah Anda mampu menyelesaikan masalah dengan baik?
Jawab : iya, kan tadinya emosi, jadi biasa aja.
9. Sebelum diruqyah, apakah Anda menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : kalo ibadah gitu ga ada keinginan, ogah-ogahan.
10. Setelah diruqyah, apakah Anda bisa menjalankan ibadah dengan baik?
Jawab : kalo abis diruqyah ya ada keinginan
11. Apa efek yang Anda rasakan setelah diruqyah?
Jawab : kalo bicara sama orang ya luluh, tadinya kan tegang, gelisah. Bicara kayak
gini dulu mata melotot, alis naik ke atas, mau pergi aja gitu. Abis diruqyah banyak efek
positif yang ada di diri saya.
HASIL WAWANCARA
Terapis Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Nama : Achmad Junaedi, Lc.
Usia : 43 tahun
Jabatan : Pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia
1. Sejak kapan Ustadz menjadi terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia?
Jawab : Saya pendirinya dari tahun 2002.
2. Bagaimana proses terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah ini?
Jawab : Prosesnya pertama pasien datang kemudian melakukan pendaftaran dulu,
administrasi dan sebagainya. Kemudian ada penjelasan singkat tentang ruqyah bagi
yang belum tau, disarankan untuk berwudhu bagi yang tidak berhalangan setelah itu
masuk ke ruangan ruqyah, Ustadz menanyakan keluhannya apa, diawali dengan
membaca istighfar bertobat kepada Allah dengan harapan agar doa diijabah oleh Allah.
Kemudian baca surat al-Fatihah trus sampe nanti surat an-Nas seperti yang ada pada
buku ruqyah itu. Biasanya ditengah-tengah bacaan itu ada yang bereaksi, misalnya
kayak kesemutan, muntah-muntah, teriak-teriak. Biasanya terjadi dialog kemudian kita
arahkan jinnya kita ajak dialog kita ajak bertaubat.
3. Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan?
Jawab : Yaa.. kurang lebih 30 menit sampe 1 jam.
4. Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja?
Jawab : Terapi ruqyah ini tidak hanya terbatas untuk gangguan jin saja, akan tetapi
ruqyah ini juga mencakup terapi fisik dan psikis.
5. Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang
mengalami gangguan psikis?
Jawab : Ada ayat-ayat tambahan yang beda untuk yang terkena gangguan jin, jadi
biasanya standar al-Fatihah ayat kursi kemudian ada misalnya ini kok tentang sihir, kita
baca ayat-ayat-ayat tentang sihir. Kalo masalah psikis biasanya ayat tentang kehidupan.
6. Bagaimana pandangan ustadz tentang terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan mental
pasien?
Jawab : Sangat-sangat bagus sekali, itu harus digalakkan karena membangun mental
ini ya harus dibarengi dengan kekuatan tauhid kita kepada Allah SWT. Kalo spiritualnya
kuat insyaallah mentalnya tahan banting.karna ruqyah sendiri itu ketergantungan kita
kepada Allah.
7. Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap kesehatan mental pasien?
Jawab : Ruqyah itu kan membacakan ayat-ayat atau doa-doa yang terdapat di dalam
al-Quran dan as-Sunnah. Ayat dan doa tersebut sangat berpengaruh terhadap
penyembuhan gangguan psikis dan sudah dapat diterima keefektifannya terhadap mental
seseorang.
8. Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani
terapi ruqyah?
Jawab : 85 persen perubahan positif. Pertama 50 persen itu reaksi, si pasien sadar
bahwa dirinya terkena gangguan jin.
HASIL WAWANCARA
Terapis Ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia Cililitan
Nama : Abu Azzam
Usia : 35 tahun
Jabatan : Terapis/Muallij
1. Sejak kapan Ustadz menjadi terapis ruqyah di Rumah Ruqyah Indonesia?
Jawab : Kalau saya disini sekitar 2012, jadi kurang lebih 3 tahun.
2. Bagaimana proses terapi ruqyah yang dilakukan di Rumah Ruqyah ini?
Jawab : Kalau saya pribadi, jadi untuk ruqyah itu saya ajak pasien untuk meluruskan
tujuannya dulu, jadi ruqyah itu bukan hanya sekedar ‘image’ sekarang tentang ruqyah
kan mengeluarkan jin dalam tubuh manusia, menyembuhkan orang dari santet atau
sebagainya. Disunnahkan untuk berwudhu.
3. Berapa lama proses terapi ruqyah itu dilaksanakan?
Jawab : Tergantung keluhannya ya, kalo seandainya normal tidak ada keluhannya
tidak terlalu banyak reaksi yang berarti sekitar 45 menit, kadang 30 menit sudah selesai.
Tapi kalau ada reaksi kadang bisa sampai 2 jam.
4. Apakah terapi ruqyah ini hanya untuk mengobati pasien yang terkena gangguan jin saja?
Jawab : Tidak, ruqyah ini juga bisa untuk mengobati penyakit fisik maupun psikis.
5. Apakah ada perbedaan meruqyah pasien yang terkena gangguan jin dengan pasien yang
mengalami gangguan psikis?
Jawab : Secara umum sama, hanya saja kita harus memilah memilih ayat-ayat al-
Quran itu seperti ayat ancaman itu seperti apa jangan sampai jin yang harus kita ancam
kita bacakan ayat surga misalkan, kan kurang cocok ya..
6. Bagaimana pandangan Ustadz tentang terapi ruqyah dalam pemulihan kesehatan mental
pasien?
Jawab : Baik sekali, ada pasien kita yang mengalami keterbelakangan mental, stress.
Setelah dibacakan al-Quran itu respon positif itu selalu terjadi dan selalu ada.
7. Bagaimana pengaruh ruqyah terhadap mental pasien?
Jawab : Pengaruhnya pasti ada, ketika dibacakan ayat ruqyah respon positif dalam
tubuh kita pasti ada, makanya ayat suci al-Quran kalo kita mau mendalami merupakan
metode pengobatan yang sangat luar biasa.
8. Menurut Ustadz bagaimana tingkat perubahan yang ditunjukkan pasien setelah menjalani
terapi ruqyah?
Jawab : Sekitar 70 persen lah, karna tubuh manusia itu sebagian besar terdiri atas
air. Ketika air tersebut diberikan doa-doa, maka hal tersebut dapat mengubah struktur
molekul-molekul yang terdapat didalamnya. Perubahan struktur tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang, baik fisik maupun mentalnya.
Page 1
Nama : Astrid
Usia : 35 tahun
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/JAWABAN
KATA KUNCI
HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI
REFLEXI
1.
Berapa kali Anda terapi ruqyah
disini?
Jawab: sering, 5 kali lebih.
Sering
Lebih dari 5
kali
Pada butir ke-2, astrid
mengemukakan alasan
ia ingin melakukan
terapi ruqyah karena
sebelumnya ia punya
penyakit yang
menurutnya tidak
wajar, kemudian
setelah diruqyah
penyakit tersebut
sembuh. Hal ini
berkaitan pada butir
ke-3, yaitu pengertian
astrid tentang ruqyah
adalah semacam
pengobatan.
Sebelum melakukan
terapi ruqyah, Astrid
merasakan hal-hal yang
diluar logika
menurutnya kemudian
Menurut Saad Muhammad
Shadiq, ruqyah secara
terminologi dalam
“Shira’bainal haq wal
bathil” sebagaimana yang
dikutip oleh Kholilul
Rohim bahwa “Ruqyah
pada hakekatnya adalah
berdoa dan tawassul untuk
memohon kepada Allah
kesembuhan bagi orang
yang sakit dan hilangnya
gangguan dari badannya.”
Menurut Prof. Dr. dr.
Dadang Hawari, psikiater,
bahwa kriteria jiwa atau
mental yang sehat yaitu
secara relatif bebas dari
rasa tegang dan cemas,
dapat menyesuaikan diri
secara konstruktif pada
Berdasarkan hasil
wawancara kepada Astrid,
alasan Astrid melakukan
terapi ruqyah karena ia
merasakan hal yang
menurutnya tidak wajar
dan diluar logika. Astrid
juga merasakan emosinya
tidak stabil, cemas,
ketakutan, selalu berpikiran
negatif, dan merasa putus
asa terhadap masalah yang
ia hadapi. Sebelum
melakukan terapi ruqyah
pun dia lebih mengurung
diri dikamar dan tidak tau
harus berbuat apa terhadap
masalah yang ia hadapi.
Astrid pun malas untuk
melakukan ibadah sholat.
Setelah ia melakukan terapi
2.
Mengapa Anda ingin melakukan
terapi ruqyah?
Jawab: Yaa.. punya pengalaman
sih sebelumnya memang yaa
wallahu a’lam sebelumnya saya
pernah punya penyakit yang
menurut saya mungkin ga wajar,
trus begitu saya ruqyah yaudah
sembuh.
Punya
penyakit
yang ga
wajar
Setelah
ruqyah
sembuh
3.
Apa yang anda ketahui tentang
ruqyah?
Jawab: Ruqyah ya semacam
pengobatan non medis.
Pengobatan
non medis
4.
Apa yang anda rasakan sebelum
dan sesudah melakukan terapi
Mengalami
hal diluar
Page 2
ruqyah?
Jawab: Ya.. pada saat sebelum
ruqyah itu ngalamin hal yang
menurut saya di luar logika Mba,
seperti bawaannya emosi trus
kaya putus asa trus juga kayak
ngerasa cemas, ketakutan, trus
juga negatifnya berlebihan
bawaannya emosional lah,
pokoknya males sholat gitu, trus
juga ya pikirannya kacau yang
ga konsen ga fokus setelah di
ruqyah sembuh total.
logika
Bawaannya
emosi, putus
asa, cemas,
ketakutan,
berpikiran
negatif,
emosional
Males sholat,
pikiran
kacau
Setelah
diruqyah
sembuh total
ia juga merasakan
emosi, putus asa,
cemas, ketakutan,
selalu berpikiran
negatif serta emosional
sebagaimana yang ia
kemukakan pada butir
ke-4 dan ke-5, dalam
butir ke-6 Astrid
mengalami perubahan
setelah melakukan
terapi ruqyah yaitu ia
sudah tidak merasakan
cemas lagi seperti
sebelumnya yang ia
rasakan.
Pada butir ke-7, Astrid
tidak mampu
menyelesaikan masalah
yang sedang menimpa,
ia mengemukakan
bahwa dia tidak tahu
harus berbuat apa dan
hanya mengurung diri.
pada butir ke-8, Astrid
jadi tahu harus berbuat
apa terhadap masalah
yang ia hadapi setelah
kenyataan meskipun
kenyataan itu buruk
baginya. Menurut Maslow
dan Mittlemenn dalam
karangannya yang berjudul
Principles of Abnormal
psychology berkenaan
dengan mental yang sehat
yaitu sanggup menerima
segala cobaan-cobaan
hidup serta nasib buruk
lainnya dengan besar hati.
ruqyah, ia merasa sembuh
total dari penyakit yang
menurutnya tidak wajar.
Rasa cemas, putus asa,
ketakutan, dan emosinya
yang labil pun sudah tidak
ia rasakan setelah
melakukan terapi ruqyah.
Astrid merasa lebih baik
lagi dari sebelumnya
setelah sering melakukan
terapi ruqyah.
5.
Sebelum diruqyah, apakah Anda
sering merasa tegang/cemas dan
gelisah?
Jawab: Iya.. bawaannya
ketakutan aja gitu.
Iya,
bawaannya
ketakutan
6.
Setelah diruqyah, apa anda
terbebas dari rasa tegang/cemas
dan gelisah?
Jawab: Iya, sekarang
Alhamdulillah ngga begitu
ngerasa cemas lagi.
Iya,
alhamdulilla
h ngga
cemas lagi
7. Sebelum diruqyah, bagaimana Mengurung
Page 3
Anda menyelesaikan masalah
yang menimpa Anda?
Jawab: Waktu itu saya lebih
ngurung diri aja, ga tau harus
ngapain.
diri
Ga tau harus
berbuat apa
ia melakukan terapi
ruqyah berbeda dengan
sebelumnya.
Astrid mengemukakan
bahwa ia merasakan
malas untuk
menjalankan ibadah
terutama sholat
sebelum ia melakukan
terapi ruqyah pada
butir ke-9, namun
setelah melakukan
terapi ruqyah, Astrid
jadi memiliki kemauan
untuk melakukan
sholat seperti yang ia
kemukakan pada butir
ke-10.
Efek ruqyah yang
dirasakan Astrid
menunjukkan efek
yang positif
berdasarkan pada butir
ke-11, ia mengatakan
bahwa efek yang ia
rasakan setelah
diruqyah jadi enakan
8.
Setelah diruqyah, apakah Anda
mampu menyelesaikan masalah
dengan baik?
Jawab: Iya, setelah diruqyah
saya jadi lebih tau apa yang
harus saya perbuat.
Lebih tau
apa yang
harus
diperbuat
9.
Sebelum diruqyah, apakah Anda
menjalankan ibadah dengan
baik?
Jawab: Pokoknya sebelum
diruqyah, bawaannya males aja
mau sholat.
Males sholat
10.
Setelah diruqyah, apakah Anda
bisa menjalankan ibadah dengan
baik?
Jawab: Iya.. jadi lebih ada
kemauan untuk sholat dari yang
sebelumnya saya males aja
bawaannya buat sholat.
Ada
kemauan
untuk sholat
Page 4
11.
Apa efek yang Anda rasakan
setelah diruqyah?
Jawab: Jadi enakan aja Mba.
Jadi enakan
yang berkaitan dengan
butir ke-4 bahwa
setelah diruqyah ia
merasa sembuh total.
Page 5
Nama : Fera
Usia : 26 tahun
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/JAWABAN
KATA KUNCI
HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI
REFLEXI
1.
Berapa kali Anda terapi ruqyah
disini?
Jawab: Sudah tiga kali.
Tiga kali
Pada butir ke-2, Fera
mengemukakan bahwa
alasan ia ingin
melakukan terapi
ruqyah karena ia ingin
sehat dan terbebas dari
gangguan. Hal ini
berkaitan dengan butir
ke-3 bahwa Fera
mengetahui ruqyah
adalah suatu
pengobatan.
Pada butir ke-4,
sebelum Fera
melakukan terapi
ruqyah ia merasa
murung, ingin
menyendiri. Namun
setelah diruqyah ia
merasa menjadi lebih
baik. Hal ini berkaitan
dengan butir ke-2
Menurut Zakiah Daradjat,
pembinaan mental
memiliki beberapa tujuan
antara lain sebagai berikut:
Menumbuhkan mental
yang sehat, yaitu yang
iman dan taqwa kepada
Allah SWT serta yang
tidak merasa terganggu
ketentraman hatinya.
Terwujudnya pribadi
yang memiliki
kepribadian beragama
yang baik sehingga
akan dapat
mengendalikan
kelakuan, tindakan, dan
sikap dalam hidup
Menanamkan
ketentuan-ketentuan
moral yang berlaku
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Fera,
alasan Fera untuk
melakuka terapi ruqyah
karena ia ingin sehat
kembali dan terbebas dari
gangguan-gangguan yang
ia rasakan. Selain itu juga
Fera merasakan murung,
ingin selalu
menyendiri,mengurung diri
dikamar, gelisah dan jarang
melakukan ibadah. Setelah
menjalani terapi ruqyah,
dia merasa jadi lebih baik
dari sebelumnya. Dulu dia
tidak mampu
menyelesaikan masalahnya
dengan baik. Namun
setelah diruqyah, dia
menjadi tahu dan mampu
untuk menyelesaikan
2.
Mengapa Anda ingin melakukan
terapi ruqyah?
Jawab: Saya sih kepengen sehat
sama terbebas dari gangguan-
gangguan.
Kepengen sehat
Terbebas dari
gangguan
3.
Apa yang anda ketahui tentang
ruqyah?
Jawab: Ruqyah itu kayak
pengobatan setau saya sih.
Pengobatan
4.
Apa yang anda rasakan sebelum
dan sesudah melakukan terapi
ruqyah?
Jawab: Sebelum ruqyah saya
ngerasa murung, pengen
menyendiri aja. Setelah diruqyah
sih jadi mendingan deh.
Ngerasa
murung
Menyendiri
Jadi mendingan
Page 6
sebagaimana
pernyataan Fera
bahwa ia ingin
sembuh.
Pada butir ke-5,
sebelum diruqyah Fera
juga sering merasa
gelisah dan tidak
tenang. Ketika ia
melakukan terapi
ruqyah ia merasa lebih
tenang sebagaimana
halnya pada butir ke-
6.
Pada butir ke-7, Fera
merasa tidak mampu
menyelesaikan
masalah yang
menimpanya, yang ia
lakukan hanya
berdiam diri di kamar.
Setelah melakukan
terapi ruqyah, Fera
menjadi mengerti
bagaimana cara
dalam linngkungan
seseorang hidup.
Membangun mental
yang datap
memanfaatkan ilmu
dan pengetahuan yang
dimiliki dengan cara
yang membawa kepada
kebahagiaan dan
ketentraman umat
manusia.
Mental yang sehat menurut
Maslow dan Mittlemenn
dalam karangannya yang
berjudul Principles of
Abnormal Psychology
adalah sebagai berikut:
Memiliki rasa yang
aman (sense of
security) yang tepat,
mampu berhubungan
dengan orang lain
dalam bidang kerja,
pergaulan, dan dalam
lingkungan kerja.
masalah yang menimpanya
dengan baik. Menurut
Maslow dan Mittleman,
salah satu dari mental yang
sehat yaitu Dia sanggup
menerima segala cobaan
hidup, kejutan-kejutan
mental serta nasib
buruknya dengan besar
hati.
Dalam hal ini, setelah Fera
melakukakn terapi ruqyah,
ia menjadi mampu untuk
menyelesaikan masalahnya
dengan baik. Efek ruqyah
yang dirasakan oleh Fera
sangat baik. Ia merasa
menjadi pribadi yang lebih
baik lagi dari sebelumnya.
5.
Sebelum diruqyah, apakah anda
sering merasa tegang/cemas dan
gelisah?
Jawab: Iya, Gelisah gak tenang
gitu.
Iya, gelisah
Ga tenang
6.
Setelah diruqyah, apa anda
terbebas dari rasa tegang/cemas
dan gelisah?
Jawab: Iya, jadi agak tenangan
deh.
Iya, agak
tenangan
7.
Sebelum diruqyah, bagaimana
Anda menyelesaikan masalah
yang menimpa Anda?
Jawab: Boro-boro saya bisa
nyelesein masalah. Saya diem
aja dikamar.
Diem dikamar
Page 7
8.
Setelah diruqyah, apakah Anda
mampu menyelesaikan masalah
dengan baik?
Jawab: Ya.. Alhamdulillah, saya
jadi paham cara nyelesein
masalah yang baik.
Alhamdulillah,
paham
Menyelesaikan
masalah yang
baik
menyelesaikan
masalah yang baik, hal
itu berkaitan dengan
butir ke-8.
Fera juga merasakan
malas dalam
menjalankan ibadah,
ia hanya
melakukannya jarang-
jarang seperti yang ia
kemukakan pada butir
ke-9 yang berkaitan
juga dengan poin ke-
10 setelah melakukan
terapi ruqyah, ia mulai
mau melaksanakan
ibadah dan tidak
bolong-bolong lagi
Fera mengemukakan
pada butir ke-10
bahwa efek yang ia
rasa setelah
melakukan terapi
ruqyah sangat baik, ia
merasa menjadi
pribadi yang lebih
baik lagi. Hal ini
berkaitan dengan butir
Memiliki penilaian
(self evaluation) dan
wawasan diri yang
rasional dengan harga
diri tidak berlebihan,
memiliki kesehatan
moral, tidak dihinggapi
rasa bersalah. Selain itu
juga dapat menilai
perilaku yang asosial
dan tidak manusiawi
sebagai gejala perilaku
yang menyimpang.
Mempunyai kontak
dengan realitas secara
efisien, tanpa ada
fantasi dan angan-
angan berlebihan.
Pandangan hidupnya
realitas dan cukup luas.
Dia sanggup menerima
segala cobaan hidup,
kejutan-kejutan mental
serta nasib buruknya
dengan besar hati.
Memiliki tujuan hidup
yang tepat, wajar, dan
realitas sehinggga bisa
9.
Sebelum diruqyah, apakah anda
menjalankan ibadah dengan
baik?
Jawab: Yaa.. kadang
ngelaksanain kadang juga ngga.
Bolong-bolong gitu.
Kadang
ngelaksanain
Bolong-bolong
10.
Setelah diruqyah, apakah anda
bisa menjalankan ibadah dengan
baik?
Jawab: Alhamdulillah, lumayan
deh udah ngga bolong-bolong
lagi.
Alhamdulillah,
lumayan
Udah ngga
bolong-bolong
11.
Apa efek yang anda rasakan
setelah diruqyah?
Jawab: Ruqyah efeknya baik
banget, Alhamdulillah saya bisa
jadi pribadi yang lebih baik lagi.
Efeknya baik
Jadi pribadi
lebih baik lagi
Page 8
ke-3, sebagaimana
yang ia kemukakan
bahwa ruqyah adalah
pengobatan.
dicapai dengan
kemampuan sendiri
serta memiliki keuletan
dalam mengejar tujuan
hidupnya agar
bermanfaat bagi diri
sendiri maupun bagi
masyarakat pada
umumnya.
Page 9
Nama : Lili
Usia : 27 tahun
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/JAWABAN
KATA KUNCI
HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI
REFLEXI
1.
Berapa kali Anda terapi ruqyah
disini?
Jawab: Sudah dua kali Mba.
Dua kali
Pada butir ke-2 alasan
Lili ingin melakukan
terapi ruqyah yaitu
karena ia ingin sembuh
dari penyakit yang ia
rasakan. Pernyataan ini
berkaitan pada butir
ke-5, dimana pada
butir ke-5, Lili
mengemukakan bahwa
sebelum diruqyah ia
sering merasakan
tegang/cemas/gelisah
sampai dia merasakan
kaku pada seluruh
badannya.
Pada butir ke-3, Lili
mengetahui bahwa
ruqyah adalah sebagai
pengobatan.
Pernyataan Lili ini
saling berkaitan
dengan butir ke-2,
Hysteria merupakan suatu
kompleks neurosa
mengambil bentuk yang
bervariasi. Biasanya
gangguannya ditandai oleh
ketidakstabilan emosional,
represi, dissosiasi dan
sugestibilitas. Hysteria
juga terjadi akibat
ketidakmampuan seseorang
menghadapi kesukaran-
kesukaran, tekanan
perasaan, kegelisahan,
kecemasan dan
pertentangan batin. Salah
satu gejala-gejala hysteria
yang berhubungan dengan
fisik yaitu kejang hysteria.
Kejang hysteria adalah
dimana badan seluruhnya
menjadi kaku tidak sadar
akan diri, kadang sangat
keras, disertai dengan
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Lili,
dapat terlihat sebelum
melakukan terapi ruqyah
mengalami gejala
gangguan mental. Lili
merasakan
tegang/cemas/gelisah
sampai pada puncaknya ia
merasakan kaku pada
seluruh badan. Hal itu
terjadi karena Lili terlalu
berlarut dengan beban
masalah yang ia hadapi,
sehingga ia merasakan
kaku pada seluruh
badannya. Lili juga jarang
melakukan ibadah sholat,
terakhir ia melakukan
ibadah sholat ketika ia
tertimpa masalah.
Namun, setelah melakukan
terapi ruqyah, Lili
2.
Mengapa Anda ingin melakukan
terapi ruqyah?
Jawab: Saya sih kepengen
sembuh. Awal saya kepengen
diruqyah gara-gara kepikiran
skripsi saya, saya juga resign
dari tempat kerja saya, kepikiran
abis itu saya juga kepikiran
kakak saya yang mau di operasi.
Setelah itu tiba-tiba badan saya
kaku, ga bisa digerakkin. Pas
saya coba baca doa sama wudhu
agak mendinganan tuh.
Pengen
sembuh
3.
Apa yang anda ketahui tentang
ruqyah?
Jawab: Yang saya tau ruqyah itu
semacem pengobatan Mba.
Pengobatan
Page 10
4.
Apa yang anda rasakan sebelum
dan sesudah melakukan terapi
ruqyah?
Jawab: Sebelum diruqyah
perasaan saya berat aja gitu. Tapi
setelah diruqyah jadi entengan
aja trus juga kata orang tua saya,
saya hampir 100 persen berubah
dari sifat-sifat buruk saya yang
dulu.
Perasaan berat
Hampir 100
persen berubah
dari sifat
buruk
dimana Lili ingin
melakukan terapi
ruqyah karena ingin
penyakit yang
dialaminya sembuh.
Pada butir ke-4,
terlihat perubahan yang
terjadi pada saat
sebelum dan sesudah
melakukan terapi
ruqyah. Hal ini
berkaitan dengan butir
ke-5, ke-7 dan ke-9,
Lili mengalami
tegang/cemas dan
gelisah, tidak mampu
menyelesaikan masalah
yang menimpa, dan
tidak menjalankan
ibadah dengan baik
sebelum melakukan
terapi ruqyah. Setelah
melakukan terapi
ruqyah, Lili mengalami
perubahan yang
berkaitan dengan butir
ke-6, ke-8 dan ke-10.
Efek yang dirasakan
teriakan-teriakan dan
keluhan, namun air mata
tidak keluar.
Ruqyah adalah pembacaan
beberapa kalimat untuk
seseorang dengan harapan
atas kesembuhan atau
kesengsaraannya. Ruqyah
bisa berupa kumpulan ayat-
ayat al-Quran, dzikir atau
doa para Nabi yang
dibacakan oleh seseorang
untuk dirinya sendiri
ataupun orang lain selain
dirinya.
merasakan perubahan pada
dirinya. Ia sudah tidak
merasa
cemas/tegang/gelisah,
sudah mampu
menyelesaikan masalah
dengan baik dan lebih
berikhtiar kepada Allah
terhadap masalah-masalah
yang menimpanya, dan ada
keinginan juga untuk
melakukan ibadah sholat,
berbeda dengan dulu
sebelum melakukan terapi
ruqyah.
5.
Sebelum diruqyah, apakah Anda
sering merasa tegang/cemas dan
gelisah?
Jawab: Iya, takut sama gelisah.
Iya, takut
sama gelisah
6.
Setelah diruqyah, apa Anda
terbebas dari rasa tegang/cemas
dan gelisah?
Jawab: Iya, Alhamdulillah Mba
mendingan deh Mba.
Iya,
Alhamdulillah
mendingan
7.
Sebelum diruqyah, bagaimana
Anda menyelesaikan masalah
yang menimpa Anda?
Jawab: Dulu saya ga tau harus
ngapain Mba.
Ga tau
Page 11
8.
Setelah diruqyah, apakah Anda
mampu menyelesaikan masalah
dengan baik?
Jawab: Alhamdulillah Mba,
sekarang saya kalo ada masalah
lebih berikhtiar aja sama Allah.
Alhamdulillah
Ikhtiar sama
Allah
setelah melakukan
terapi ruqyah, menurut
Lili sangat baik,
sebagaimana yang
diungkapkan Lili pada
butir ke-11. Ia
merasakan badannya
menjadi lebih enteng
dari sebelumnya. 9.
Sebelum diruqyah, apakah Anda
menjalankan ibadah dengan
baik?
Jawab: Engga, jujur aja dulu
saya jarang banget sholat mba.
Terakhir sholat pas ada masalah
aja. Hehe..
Jarang sholat
10.
Setelah diruqyah, apakah Anda
bisa menjalankan ibadah dengan
baik?
Jawab: Ya, jadi kepengen
sholat. Dulu mah boro-boro.
Hehe..
Jadi kepengen
sholat
11.
Apa efek yang Anda rasakan
setelah diruqyah?
Jawab: Badan saya berasa
entengan deh. Ga kayak dulu
rasanya berat aja bawaannya.
Berasa
entengan
Dulu rasanya
berat
Page 12
Nama : Dwi Ryan R
Usia : 27 tahun
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/JAWABAN
KATA KUNCI
HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI
REFLEXI
1.
Berapa kali Anda terapi ruqyah
disini?
Jawab: Sudah empat kali
Empat kali
Pada butir ke-2 alasan
Dwi ingin melakukan
terapi ruqyah yaitu
karena ia ingin sembuh
dari penyakit non
medis yang ia rasakan.
Sebelumnya Dwi
pernah melakukan cek
medis, namun tidak
ada hasilnya dan Dwi
masih merasakan sakit.
Pernyataan ini
berkaitan pada butir
ke-3, dimana pada
butir ke-3, Dwi
mengetahui bahwa
ruqyah adalah suatu
metode pengobatan.
Pada butir ke-4,
sebelum melakukan
terapi ruqyah, Dwi
mempunyai kebiasaan
Skizofrenia adalah
gangguan jiwa dengan
gejala utama berupa
waham (keyakinan salah
dan tidak dapat dikoreksi)
dan halusinasi (seperti
mendengar dan melihat
sesuatu yang sebenarnya
itu tidak ada).
Berdasarkan pengertian
skizofrenia tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan
skizofrenia adalah suatu
ppenyakit yang
mempengaruhi otak
sebagai bentuk dari psikosa
fungsional, menyebabkan
timbulnya pikiran,
persepsi, emosi, gerakan,
perilaku yang aneh dan
terganggu serta disharmoni
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Dwi
Ryan R, dapat terlihat
sebelum melakukan terapi
ruqyah menderita penyakit
ganguan pernapasan dan
mengalami gejala
gangguan mental.
Gangguan pernapasan yang
dialami oleh Dwi
disebabkan karena ia
terlalu sering untuk
merokok. Sedangkan gejala
gangguan mental yang
dialami oleh Dwi yaitu
cemas, tidak percaya diri,
tegang, emosi yang
berlebihan. Bahkan
sebelum Dwi melakukan
terapi ruqyah ia merasa
ada suatu dorongan dalam
dirinya untuk membuat
2.
Mengapa Anda ingin melakukan
terapi ruqyah?
Jawab: ruqyah ini bisa
mengatasi gangguan ghoib,
metode penyembuhan penyakit
yang bukan medis. Karna yang
saya rasakan sakit bukan medis,
soalnya saya pernah di cek medis
ga ada hasilnya. Tapi saya
sakitnya kerasa gitu.
Ruqyah
mengatasi
gangguan
ghoib
metode
penyembuha
n bukan
medis
di cek medis
ga ada hasil
tapi merasa
sakit
3. Apa yang anda ketahui tentang Pengobatan
Page 13
ruqyah?
Jawab: metode pengobatan
buruk yaitu merokok
yang sangat kuat,
pernapasan yang
sangat berat akibat
terlalu sering merokok.
Pernyataan Dwi ini
saling berkaitan
dengan butir ke-2,
dimana Lili ingin
melakukan terapi
ruqyah karena ingin
penyakit yang
dialaminya sembuh.
Pada butir ke-4,
terlihat perubahan yang
terjadi pada saat
sesudah melakukan
terapi ruqyah. Dwi
yang mempunyai
kebiasaan buruk dan
pernapasan terasa
berat, menjadi lebih
baik setelah diruqyah.
Hal ini berkaitan
dengan butir ke-2, dan
ke-3, ruqyah sebagai
metode penyembuhan.
Sebelum diruqyah, Dwi
(keretakan kepribadian)
antar proses pikir, afek atau
emosi, kemauan dan
psikomotor disertai distorsi
kenyataan, terutama karena
waham dan halusinasi,
asosiasi terbagi-bagi
sehingga timbul
inkoherensi.
Ruqyah adalah pembacaan
beberapa kalimat untuk
seseorang dengan harapan
atas kesembuhan atau
kesengsaraannya. Ruqyah
bisa berupa kumpulan ayat-
ayat al-Quran, dzikir atau
doa para Nabi yang
dibacakan oleh seseorang
untuk dirinya sendiri
ataupun orang lain selain
dirinya.
masalah seperti ingin
menyakiti orang lain secara
fisik. Ia juga sering
merasakan seperti ada
bisikan-bisikan, namun
setelah Dwi melakuakn
terapi ruqyah, Dwi
merasakan banyak efek
positif yang ada pada
dirinya seperti kebiasaan
buruk yang perlahan
berkurang, merasa normal
kembali dari rasa cemas,
tegang dan emosi berlebih,
ada keinginan untuk
melakukan ibadah, dapat
melakukan komunikasi
dengan baik berbeda
dengan sebelumnya yang
tidak bisa berkomunikasi
dengan baik, seperti mata
melotot, acuh tak acuh
dengan lawan bicara.
4.
Apa yang anda rasakan sebelum
dan sesudah melakukan terapi
ruqyah?
Jawab: kalo sebelum diruqyah
saya masih merasa sakit, tapi
abis diruqyah mendingan. yang
tadinya saya punya kebiasaan
buruk jadi ga ada lagi. Kebiasaan
buruknya kayak ngeroko, saya
ngeroko kuat sekali. Tapi setelah
diruqyah saya ga kepengen
ngeroko lagi. Pernapasan yang
tadinya berat banget jadi enteng
sehabis diruqyah.
Merasa sakit
Punya
kebiasaan
buruk ngeroko
Ga kepengen
ngeroko lagi
Pernapasan
berat
Jadi enteng
5.
Sebelum diruqyah, apakah Anda
sering merasa tegang/cemas dan
gelisah?
Jawab: cemas iya, minder, ga
percaya diri, kalo ada sesuatu
tegang
Cemas
Tegang
Page 14
6.
Setelah diruqyah, apa Anda
terbebas dari rasa tegang/cemas
dan gelisah?
Jawab: Iya, saya merasa normal
Iya, merasa
normal
merasa cemas, minder
dan merasa tegang jika
ia dihadapkan sesuatu
hal. Emosi yang
berlebihan jika masalah
semakin berat. Yang ia
kemukakan pada butir
ke-5 dan ke-7. hal
tersebut berkaitan
dengan butir ke-6 dan
ke-8, setelah
melakukan terapi
ruqyah, Dwi merasa
normal kembali dan
yang sebelumnya
merasa emosi yang
berlebihan menjadi
biasa kembali.
Efek positif dirasakan
oleh Dwi setelah
melakukan terapi
ruqyah, sebagaimana
yang diungkapkan Dwi
pada butir ke-11. Ia
mengemukakan bahwa
banyak efek positif
yang ada dalam dirinya
setelah melakukan
7.
Sebelum diruqyah, bagaimana
Anda menyelesaikan masalah
yang menimpa Anda?
Jawab: emosi, saya acuhkan
kalo masalahnya semakin berat
saya emosinya berlebihan
Emosi
Mengacuhkan
8.
Setelah diruqyah, apakah Anda
mampu menyelesaikan masalah
dengan baik?
Jawab: iya, kan yang tadinya
emosi jadi biasa aja
Iya
Jadi biasa aja
9.
Sebelum diruqyah, apakah Anda
menjalankan ibadah dengan
baik?
Jawab: kalo ibadah gitu ga ada
keinginan, ogah-ogahan.
Ga ada
keinginan
Ogah-ogahan
Page 15
terapi ruqyah. Hal ini
berkaitan dengan butir
ke-9 dan ke-10,
sebelum melakukan
terapi ruqyah, Dwi
merasa tidak ada
keinginan untuk
melakukan ibadah dan
setelah diruqyah ia
mempunyai keinginan
untuk melakukan
ibadahh
10.
Setelah diruqyah, apakah Anda
bisa menjalankan ibadah dengan
baik?
Jawab: kalo abis di ruqyah ya
ada keinginan
Ada
keinginan
11.
Apa efek yang Anda rasakan
setelah diruqyah?
Jawab: kalo bicara sama orang
ya luluh, tadinya kan tegang,
gelisah. Bicara kayak gini dulu
mata melotot, alis naik keatas,
mau pergi aja gitu. Abis
diruqyah banyak efek positif
yang ada di diri saya.
Luluh
Efek positif
Page 16
Nama : Achmad Junaedi, Lc.
Usia : 43 tahun
Jabatan : Pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/JAWABAN
KATA KUNCI
HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI
REFLEXI
1.
Sejak kapan Ustadz menjadi
terapis ruqyah di Rumah Ruqyah
Indonesia?
Jawab: Saya pendirinya dari
tahun 2002.
Pendiri dari
tahun 2002
Ruqyah syar’iyyah
termasuk salah satu dari
terapi Islam. Sebagaimana
yang dirumuskan oleh
Hamdani Bakran, terapi
Islam ini mempunyai
beberapa fungsi, salah satu
diantaranya adalah fungsi
penyembuhan dan
perawatan. Terapi Islam
(dzikir, sholat, doa, dan
membaca shalawat Nabi)
akan membantu seseorang
melakukan pengobatan
penyakit khususnya
terhadap gangguan mental,
spiritual dan kejiwaan.
Menurut Saad Muhammad
Shadiq ruqyah pada
hakekatnya adalah berdoa
dan tawassul untuk
2.
Bagaimana proses terapi ruqyah?
Jawab: Prosesnya pertama
pasien datang kemudian
melakukan pendaftaran dulu,
administrasi dan sebagainya.
Kemudian ada penjelasan
singkat tentang ruqyah bagi yang
belum tau, disarankan untuk
berwudhu bagi yang tidak
berhalangan setelah itu masuk ke
ruangan ruqyah, Ustadz
menanyakan keluhannya apa,
diawali dengan membaca
istighfar bertobat kepada Allah
dengan harapan agar doa
Pasien
melakukan
pendaftaran
Pasien
diberikan
penjelasan
tentang
ruqyah
Pasien
disarankan
berwudhu
Menanyakan
keluhan
pasien
Mengajak
Page 17
diijabah oleh Allah. Kemudian
baca surat al-Fatihah trus sampe
nanti surat an-Nas seperti yang
ada pada buku ruqyah itu.
Biasanya ditengah-tengah bacaan
itu ada yang bereaksi, misalnya
kayak kesemutan, muntah-
muntah, teriak-teriak. Biasanya
terjadi dialog kemudian kita
arahkan jinnya kita ajak dialog
kita ajak bertaubat.
bertobat
kepada Allah
Reaksi yang
terjadi pada
proses
pelaksanaan
ruqyah
memohon kepada Allah
kesembuhan bagi orang
yang sakit dan hilangnya
gangguan dari badannya.
3.
Berapa lama proses terapi
ruqyah itu dilaksanakan?
Jawab: Yaa.. kurang lebih 30
menit sampe 1 jam.
30 menit
sampai 1 jam
4.
Apakah terapi ruqyah ini hanya
untuk mengobati pasien yang
terkena gangguan jin saja?
Jawab: Terapi ruqyah ini tidak
hanya terbatas untuk gangguan
jin saja, akan tetapi ruqyah ini
juga mencakup terapi fisik dan
psikis.
Tidak terbatas
gangguan jin
Mencakup
terapi fisik
dan psikis
Page 18
5.
Apakah ada perbedaan meruqyah
pasien yang terkena gangguan jin
dengan pasien yang mengalami
gangguan psikis?
Jawab: Ada ayat-ayat tambahan
yang beda untuk yang terkena
gangguan jin, jadi biasanya
standar al-Fatihah ayat kursi
kemudian ada misalnya ini kok
tentang sihir, kita baca ayat-ayat-
ayat tentang sihir. Kalo masalah
psikis biasanya ayat tentang
kehidupan.
Ada, ayat
tambahan
untuk yang
terkena
gangguan jin
6.
Bagaimana pandangan ustadz
tentang terapi ruqyah dalam
pembinaan mental pasien?
Jawab: Sangat-sangat bagus
sekali, itu harus digalakkan
karena membangun mental ini ya
harus dibarengi dengan kekuatan
tauhid kita kepada Allah SWT.
Kalo spiritualnya kuat insyaallah
mentalnya tahan banting. karna
ruqyah sendiri itu
ketergantungan kita kepada
Allah.
Sangat bagus
Ruqyah itu
ketergantunga
n kita kepada
Allah
Page 19
7.
Bagaimana pengaruh ruqyah
terhadap mental pasien?
Jawab: Ruqyah itu kan
membacakan ayat-ayat atau doa-
doa yang terdapat di dalam al-
Quran dan as-Sunnah. Ayat dan
doa tersebut sangat berpengaruh
terhadap penyembuhan
gangguan psikis dan sudah dapat
diterima keefektifannya terhadap
mental seseorang.
Ruqyah
membacakan
ayat atau doa
Sangat
berpengaruh
Efektif
terhadap
mental
seseorang
8.
Menurut Ustadz bagaimana
tingkat perubahan yang
ditunjukkan pasien setelah
menjalani terapi ruqyah?
Jawab: 85 persen perubahan
positif. Pertama 50 persen itu
reaksi, si pasien sadar bahwa
dirinya terkena gangguan jin.
85 persen
merupakan
perubahan
positif
50 persen
reaksi sadar
terkena
gangguan jin
Page 20
Nama : Abu Azzam
Usia : 35 tahun
Jabatan : Terapis/Muallij
NOMOR
BUTIR
PERTANYAAN/JAWABAN
KATA KUNCI
HUBUNGAN ANTAR
KATA KUNCI
TEORI
REFLEXI
1.
Sejak kapan Ustadz menjadi
terapis ruqyah di Rumah Ruqyah
Indonesia?
Jawab: Kalau saya disini sekitar
2012, jadi kurang lebih 3 tahun.
Kurang lebih 3
tahun
Ruqyah syar’iyyah
termasuk salah satu dari
terapi Islam. Sebagaimana
yang dirumuskan oleh
Hamdani Bakran, terapi
Islam ini mempunyai
beberapa fungsi, salah satu
diantaranya adalah fungsi
penyembuhan dan
perawatan. Terapi Islam
(dzikir, sholat, doa, dan
membaca shalawat Nabi)
akan membantu seseorang
melakukan pengobatan
penyakit khususnya
terhadap gangguan mental,
spiritual dan kejiwaan.
Menurut Saad Muhammad
2.
Bagaimana proses terapi ruqyah?
Jawab: Kalau saya pribadi, jadi
untuk ruqyah itu saya ajak
pasien untuk meluruskan
tujuannya dulu, jadi ruqyah itu
bukan hanya sekedar „image‟
sekarang tentang ruqyah kan
mengeluarkan jin dalam tubuh
manusia, menyembuhkan orang
dari santet atau sebagainya.
Disunnahkan untuk berwudhu.
Meluruskan
tujuan
Disunnahkan
berwudhu
Page 21
3.
Berapa lama proses terapi
ruqyah itu dilaksanakan?
Jawab: Tergantung keluhannya
ya, kalo seandainya normal tidak
ada keluhannya tidak terlalu
banyak reaksi yang berarti
sekitar 45 menit, kadang 30
menit sudah selesai. Tapi kalau
ada reaksi kadang bisa sampai 2
jam.
Tergantung
keluhan
Tidak terlalu
banyak reaksi
30-45 menit
Ada reaksi bisa
sampai 2 jam
Shadiq ruqyah pada
hakekatnya adalah berdoa
dan tawassul untuk
memohon kepada Allah
kesembuhan bagi orang
yang sakit dan hilangnya
gangguan dari badannya.
4.
Apakah terapi ruqyah ini hanya
untuk mengobati pasien yang
terkena gangguan jin saja?
Jawab: Tidak, ruqyah ini juga
bisa untuk mengobati penyakit
fisik maupun psikis.
Tidak, bisa
mengobati
penyakit fisik
dan psikis
5.
Apakah ada perbedaan meruqyah
pasien yang terkena gangguan jin
dengan pasien yang mengalami
gangguan psikis?
Jawab: Secara umum sama,
hanya saja kita harus memilah
memilih ayat-ayat al-Quran itu
seperti ayat ancaman itu seperti
apa jangan sampai jin yang harus
kita ancam kita bacakan ayat
Sama, hanya
saja harus
memilih ayat
yang tepat
Page 22
surga misalkan, kan kurang
cocok ya..
6.
Bagaimana pandangan ustadz
tentang terapi ruqyah dalam
pembinaan mental pasien?
Jawab: Baik sekali, ada pasien
kita yang mengalami
keterbelakangan mental, stress.
Setelah dibacakan al-Quran itu
respon positif itu selalu terjadi
dan selalu ada.
Baik sekali,
selalu ada
respon positif
7.
Bagaimana pengaruh ruqyah
terhadap mental pasien?
Jawab: Pengaruhnya pasti ada,
ketika dibacakan ayat ruqyah
respon positif dalam tubuh kita
pasti ada, makanya ayat suci al-
Quran kalo kita mau mendalami
merupakan metode pengobatan
yang sangat luar biasa.
Ada pengaruh
Ada respon
positif
Metode
pengobatan
yang sangat
luar biasa
Page 23
8.
Menurut Ustadz bagaimana
tingkat perubahan yang
ditunjukkan pasien setelah
menjalani terapi ruqyah?
Jawab: Sekitar 70 persen lah,
karna tubuh manusia itu sebagian
besar terdiri atas air. Ketika air
tersebut diberikan doa-doa, maka
hal tersebut dapat mengubah
struktur molekul-molekul yang
terdapat didalamnya. Perubahan
struktur tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan
seseorang, baik fisik maupun
mentalnya.
70 persen
Air yang diberi
doa-doa dapat
merubah
struktur
molekul
Perubahan
struktur dapat
mempengaruhi
kesehatan
seseorang
DOKUMENTASI
Meja Pendaftaran Ruangan Terapi Ruqyah
Buku bacaan untuk pasien Wawancara dengan pasien (Lili)
top related