perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...
Post on 28-Apr-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran
Ada banyak model atau strategi belajar yang dapat digunakan
dalam pembelajaran dan dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan hasil belajar peserta didik. Diantaranya adalah model
pembelajaran kontekstual atau yang sering disebut dengan istilah
Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam uraian ini akan kita
bahas dulu secara singkat tentang model Contextual Teaching and
Learning atau sering disebut dengan model kontekstual.
Model kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan untuk menolong para peserta didik melihat makna didalm materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-
subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka
yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya. Untuk mencapai
tujuan ini systemnya meliputi beberapa komponen sebagai berikut: (a)
berpikir kritis dan kreatif, (b) membuat keterkaitan-keterkaitan yang
bermakna, (c) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (d) membantu
individu tumbuh dan berkembang, (e) melakukan kerja sama, (f)
melakukan pekerjaan yang berarti, (g) mencapai standar yang tinggi, (h)
dan menggunakan penilaian yang autentik (Elaine Johnson B, 2011: 67).
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengertian lain dari Contextual Teaching and Learning adalah
merupakan suatu proses pembelajaran holistik untuk membelajarkan
peserta didik dalam memahami materi pelajaran secara bermakna yang
dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, berkaitan juga dengan
lingkungan pribadinya, agama, ekonomi, sosial, budaya/kultural. Sehingga
peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat
diaplikasikan dari satu konteks permasalahan ke permasalah yang lain
(Hanafiah, 2010:67). Dalam pendekatan kontekstual proses belajar
memiliki karakteristik antara lain: 1) belajar tidak akan menghafal, akan
tetapi mengalami dan harus mengkonstruksikan pengetahuan, 2) ilmu
pengetahuan merupakan kumpulan fakta-fakta atau proposisi yang integral
dan sekaligus dapat dijadikan keterampilan yang dapat diaplikasikan, 3)
peserta didik memiliki sikap yang berbeda dalam mengahdapi situasi baru
dan dibiasakan belajar menemukan sesuatu, memecahkan masalah dalam
kehidupan, 4) belajar secara kontinyu dapat membangun struktur otak
sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan keterampilan yang
diterima.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching dan Learning) merupakan konsep
belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan dunia nyata peserta didik. Dalam hal ini guru
mendorong siswa untuk menghubungkan antara ilmu pengetahuan yang
dimilikinya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Dengan konsep
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seperti itu hasil pembelajaran diharapkan akan dapat lebih bermakna bagi
peserta didik. Proses pembelajaran langsung secara alamiah, siswa bekerja
bukan saja sekedar mentransfer ilmu dari gurunya. Dalam hal ini strategi
pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil (Depdiknas, 2003:1).
Metode Inkuiri adalah metode yang berada dibawah naungan
model Contextual Teaching and Learning (CTL). Jadi pada prinsipnya
adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam
pembahasan metode inkuiri ini akan kita ketengahkan pengertian metode
inkuiri dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan strategi inkuiri adalah pengajaran yang
menempatkan siswa kedalam situasi yang mana mereka harus serta dalam
operasi intelektual yang terdapat didalamnya. (Barry K. Beyer, 1999 : 6).
Selanjutnya menurut Nanang Hanafiah dalam bukunya konsep strategi
pembelajaran disebutkan macam-macam metode Inkuiri yaitu : 1)
Discovery dan Inkuiri terpimpin yaitu pelaksanaan Inkuiri dalaksanakan
atas petunjuk dari guru. Guru mengajukan berbagai pertanyaan yang
melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ketitik
kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya siswa melakukan percobaan
untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya, 2) Discovery dan
Inkuiri bebas yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas
sebagaimana seorang ilmuwan, antara lain masalah dirumuskan sendiri
dan kesimpulan diperoleh sendiri, 3) Discovery dan Inkuiri bebas yang
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dimodifikasi yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah
dipahami peserta didik, maksudnya untuk membuktikan kebenaran.
Inkuiri membantu siswa untuk melakukan observasi langsung
dalam rangka penemuan, mengajukan pertanyaan selama pengamatan,
mengajukan dengan dugaan atau hipotesa mencari data untuk
membuktikan dugaan tersebut dan menarik kesimpulan. Pembelajaran
dengan Inkuiri dapat menghubungkan dan mengaplikasikan pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya dan dapat mengembangkan intelektual siswa
(Hasan dalam Heri Porda Nugraha, 2007:27).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode
inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang digunakan untuk mencari
dan menemukan sendiri permasalahan yang muncul. Pembelajaran
semacam ini ialah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau
student center yaitu peserta didik diberi peluang untuk belajar aktif dan
kreatif serta inovatif dalam proses pembelajaran (Cucu Suhana, 2010:63).
Kata kunci dari metode inkuiri ini adalah peserta didik menemukan sendiri
permasalahan dalam proses pembelajaran.
2. Pembelajaran Sejarah
Dalam pembahasan akan diuraikan dulu tentang hakekat belajar yang
didalamnya diantaranya akan dibahas tentang pentingnya belajar serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian pengertian sejarah itu
sendiri, barulah tentang pembelajaran sejarah dan seberapa penting
pembelajaran sejarah.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Hakekat belajar
Dalam buku belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Slameto, 1995:2) disebutkan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku disini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
(a) perubahan terjadi secara sadar dikarenakan seseorang yang
belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-
kurangnya merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam
dirinya. Misalnya dia menyadari pengetahuannya bertambah,
kecakapannya juga bertambah. (b) perubahan dalam belajar
bersifat kontinyu dan fungsional adalah sebagai hasil belajar
perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar selanjutnya. Misalnya seseorang
belajar mengenal huruf abjad, maka aka mengalami perubahan dari
tidak mengenal huruf abjad akan menjadi mengenal, dan perubahan
ini akan terjadi terus-menerus. (c) perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif. Perubahan seperti ini senantiasa bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya, makin banyak usaha belajar maka makin banyak pula
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perubahan yang didapatnya. Sedangkan perubahan yang bersifat
aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan karena usaha dirinya sendiri. Misalnya perubahan
tingkah laku karena usaha orang yang bersangkutan. (d) perubahan
dalam belajar bukan perubahan yang sementara artinya perubahan
semacam ini yang terjadi dalam proses belajar bersifat menetap
atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam
memainkan gitar setelah belajar tidak akan hilang begitu saja
melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang
kalau terus dipergunakan atau dilatih terus. (e) perubahan dalam
belajar tertuju atau terarah yaitu perubahan tingkah laku karena ada
tujuan yang ingin dicapai misalnya seseorang yang belajar
mengetik sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin
dicapai dengan belajar mengetik atau tingkat kecakapan mana yang
aka dicapai, sehingga perbuatan belajar akan selalu terarah kepada
tingkah laku yang telah ditetapkan. (f) perubahan mencakup
seluruh aspek tingkah laku yaitu seseorang belajar sesuatu sebagai
hasilnya dia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan
sebagainya.
Sedangkan mengajar adalah membantu seseorang (siswa) untuk
belajar mengerjakan sesuatu, memberikan pengajaran,
membimbing pembelajaran, memberikan pengajaran agar
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengetahui atau memahami. Landasan filosofis pembelajaran
kontekstual adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi
merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan
keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proporsi yang mereka
alami dalam kehidupannya.
b. Pengertian sejarah
Kalau kita membicarakan tentang sejarah maka kita akan berbicara
tentang peristiwa yang berkaitan dengan manusia dan yang telah
terjadi pada masa lampau. Banyak sekali dari ahli-ahli sejarah yang
memberikan batasan tentang pengertian sejarah. Sedangkan
menurut kamus bahasa Indonesia kontemporer (1991:1351),
sejarah adalah:
1. Silsilah, Asal usul
2. Kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau
3. Pengetahuan yang mencatat dan menguraikan secara
kronologis peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang
benar-benar terjadi pada masa lampau. Menurut Kuntowijoyo
(2001:1) memberi batasan bahwa kata sejarah berasal dari
bahasa arab yaitu Syajara yang berarti terjadi, Syajarah yang
berarti pohon, syajarah anasah berarti pohon silsilah,
kemudian dalam bahasa inggrisnya history adalah cerita,
bahasa latin dan yunani historia yang berarti orang pandai.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selanjutnya Kuntowijoyo (2001:18) mengatakan bahwa sejarah
adalah rekonstruksi masa lalu. Dalam pengertia lain sejarah
adalah sebagai kisah atau peristiwa masa lampau manusia.
Sejarah sebagai kisah atau cerita merupakan makna yang
subyektif, yakni peristiwa masa lampau yang telah menjadi
pengetahuan manusia, sedangkan peristiwa sejarah dikatakan
sebagai suatu kenyataan obyektif sebab masih diluar
pengetahuan manusia (Abdurrahman D,1999:1)
Sedangkan menurut JV Bryce dalam bukunya The Studi Of
America History menyatakan bahwa sejarah adalah it is the
record of what man has thought, said and done. Sejarah adalah
catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat
oleh manusia.
Dari berbagai pengertian atau definisi sejarah tersebut dapat
disimpulkan bahwa sejarah adalah segala sesuatu yang
menyangkut kehidupan manusia di masa lampau. Jadi kalu kita
sudah paham apa itu sejarah maka sebagai seorang guru sejarah
pandai-pandai berinovasi untuk bisa membawa masa lampau
kepada diri peserta didik dan itu sangat tidak mudah sehingga
harus dibutuhkan keterampilan khusus.
c. Hakekat pembelajaran sejarah
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa bicara
tentang sejarah adalah tentang peristiwa yang berhubungan dengan
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
manusia dan yang telah terjadi pada masa lampau. Bagaimana
kaitannya dengan pembelajaran sejarah. Secara otomatis kita akan
membicarakan peristiwa masa lampau dan akan kita bawa kedalam
kelas kemudian untuk kita samapikan kepada peserta didik kita.
Karena peristiwa sejarah tidak bisa kita amati secara langsung
sehingga hal ini sangat tidak mudah dan membutuhkan
keterampilan khusus. Sedangkan pembelajaran sendiri pada
hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perilaku kearah yang lebih baik (E
Mulyasa, 2007:255). Dalam tugas mengajar guru mempunyai tugas
utama yaitu mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Bagaiamana kaitannya dengan pembelajaran sejarah. Karena
suatu peristiwa perlu dipahami oleh peserta didik melalui
pendekatan analistis melalui pendekatan kausalitas ( Sartono
Kartodirjo, 1992:72). Peristiwa sejarah harus mengandung unsur 5
W dan 1 H, yaitu Why, What, When, Where, Who And How.
Rumusan Why adalah unsur yang melatih siswa atau peserta didik
untuk berpikir kritis dan analitis dari pada sekedar merumuskan
pertanyaan what, where,when dan pertanyaan how lebih melatih
keterampilan deskripif siswa/peserta didik. Dengan cara ini tujuan
untuk mengaktualisasikan proses belajar mengajar (learning)
penalaran (reasoning) dalam pengajaran sejarah akan terwujud.
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan singkat dikatakan bahwa guru sejarah dalam
menyampaikan pelajaran bersifat abstrak, oleh karena itu guru
sejarah perlu mengembangkan cara-cara pendekatan mengajar
yang bisa membantu peserta didik menagkap peristiwa sejarah
secara lebih bermakna (I Gde Widja, 1989:97). Guru sejarah
memang sudah seharusnya memandang peristiwa sejarah adalah
benar-benar terjadi dan pengajaran sejarah perlu ditekankan arti
serta makna edukatif dari sejarah yaitu usaha memproyeksikan
masa lampau kemasa kini, sebab dalam kemasakinianlah masa
lampau itu bisa menjadi masa lampau yang bermakna, sebagai
mana yang dikatakan oleh Roeslan Abdulgani dalam I Gde Widja
(1989: 99) bahwa hendaknya tugas setiap ahli sejarah jangan hanya
terkungkung oleh zaman lampau saja, melainkan menarik terus
garis zaman lampau itu sejauh mungkin kemasa depan,
pembelajaran sejarah sering dikonotasikan dengan cerita hafalan
karena apa yang akan disampaikan sudah terjadi sehingga ada cara
tersendiri untuk menyampaikan kepada peserta didik. Sejarah
merupakan produk inkuiri yang hanya dapat dimengerti dengan
menganalisis data/fakta yang ada, ditinjau dari berbagai dimensi
dan kemudian dirangkai dalam hubungan sebaab akibat. Jadi
peserta didik tidak cukup hanya diberi tahu “apa” tetapi lebih
mengacu kepada “mengapa” dan “bagaimana” (Mulyoto dalam
Dwijawarta, 1999:95), peserta didik akan mengerti secara
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendalam jika sejarah dikaji lewat proses bertanya dan kemudian
mencari jawabannya sendiri.
3. Situs Sejarah
1) Pengertian Situs Sejarah
Berdasarkan UU no 11 tahun 2010 pasal 9 ayat 1 dan 2 situs
sejarah dalam kaitannya dengan peninggalan sejarah atau warisan
budaya yang disebut dengan situs cagar budaya adalah lokasi yang
mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau
struktur cagar budaya dan menyimpan informasi kegiatan manusia
pada masa lalu. Undang – undang Republik Indonesia no 5 tahun 1992
tentang cagar budaya menyebutkan :
a. Bahwa cagar budaya merupakan kekayaan bangsa yang
penting artinya bagi pemahaman dan pengembngan sejarah,
ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi
dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa
dan kepentingan nasional.
b. Bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya
diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan,
penemuan, pencarian, pengelolaan, pemanfaatan dan
pengawasan benda cagar budaya. Dari penjelasan tersebut
dengan jelas dilindungi secara hukum, artinya siapa yang
merusak, mengambil, menyimpan akan dikenai dengan
sanksi hukumnya.
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Undang-undang cagar budaya pasal 9 suatu tempat
dikatakan memiliki nilai sejarah antara lain : a). ditempat itu terdapat
benda atau peninggalan bersejarah, b). merupakan tempat kelahiran,
kemangkatan dan makam tokoh penting, atau c). merupakan ajang
dimana peristiwa penting tertentu terjadi (peristiwa sejarah), yang
dalam disiplin sejarah disebut dengan peristiwa pada masa lampau
yang memiliki signifikansi sosial.
Narasi sebuah situs sebagai narasi sejarah lokal mutlak dan
sangat diperlukan.Sebab, sejarah tidak hanya memiliki narasi besar
(mayor) yang berkisah tentang tokoh-tokoh dengan seluruh tindakan
historisnya. Sejarah juga mengandung banyak serpihan yang
mengandung narasi kecil (minor) tentang bangunan dengan seluruh
pernik-perniknya, kisah manusia di dalam kemelut persoalan politik,
sosial, budaya dan hal-hal lain yang layak diketahui sebagai referensi
bagi generasi muda bangsa ini. Dalam konteks tersebut, situs-situs
bersejarah merupakan tanda secara semiotik dan faktual dapat dibaca
untuk mengenali sosok sebuah kekuasaan dan tokohnya secara
komprehensif, (Tranggono,2008:38)
Situs-situs bersejarah yang mampu memberikan makna pada
kehidupan masa kini adalah situs sejarah yang lingkungan alamnya
dan benda-benda purbakalanya tetap berada dalam satu kawasan.
Keutuhan antara lingkungan alam dan benda-benda purbakala itulah
yang justru memungkinkan situs-situs bersejarah diserap oleh generasi
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masa kini sebagai sumber inspirasi demi mewujudkan peradaban baru
yang adiluhung (bermutu tinggi).
“Upaya pelestarian budaya sebagai aset jati diri dan identitas bagi
sebuah masyarakat di dalam sebuah komunitas budaya menjadi bagian
yang penting ketika mulai dirasakan semakin kuatnya arus globalisasi
yang berwajah modernisasi ini. Pembangunan sektor kebudayaan
selanjutnya juga akan menjadi bagian yang integral dengan sektor lain
untuk mewujudkan kondisi yang kondusif ditengah masyarakat”
(Joharnoto, 2005:1)
2) Jenis – jenis Situs
Menurut Ahfas Muntohar (2007:3) situs purbakala dapat terbagi
menjadi beberapa macam menurut periodesasi peninggalannya, antara
lain : (1) periodesasi masa pra sejarah terdiri dari situs peninggalan
paliolitik, mesolitik, neolitik, dan megalithic. (2) masa Hindu-Budha
(klasik) berupa bangunan candi, pura, gapura, benteng, lingga, yoni.
(3) periodesasi Islam (Indonesia Madya), (4) periodesasi Kolonial
(XVI-XIX) situs peninggalan dari zaman Belanda. (5) masa
kemerdekaan (1945-1949).
Sedangkan menurut Topo Triyoko (2010:1) dalam pengelolaan
benda cagar budaya di Indonesia, perlu di identifikasi jenis-jenis situs
berdasarkan masanya atau periode waktunya yang meliputi: (1) Situs
Prasejarah, (2) Situs Klasik (Hindu-Budha), (3) Situs Islam, (4) Situs
Kolonial.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa situs
purbakala dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu berdasarkan
bentuk fisik bangunan dan bedasarkan periodesasi mulai dari zaman
prasejarah, Hindu-Budha, Islam, Kolonial, dan masa kemerdekaan RI.
3) Manfaat situs sejarah sebagai materi pembelajaran sejarah
Situs sejarah merupakan bagian dari budaya lokal perlu
dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah lokal dan IPS sejarah karena
pemanfaatan khasanah sumber daya budaya lokal dalam pembelajaran
disekolah dapat berfungsi sebagai titik tolak untuk upaya pembentukan
jati diri bangsa melalui kesadaran sejarah dan kesadaran budaya.
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya budaya untuk
peningkatan kualitas pembelajaran sejarah lokal dan IPS sejarah para
guru dapat memanfaatkan sumber daya budaya melalui warisan
budaya yang antara lain dalam bentuk situs-situs dan peninggalan
sejarah. Para guru dapat memanfaatkan situs-situs sejarah sebagai
sumber belajar, buku-buku pelajaran sejarah lokal dan IPS sejarah
termasuk didalam yang tidak selalu dilengkapi dengan gambar-gambar
ilustrasi yang relevan dan ketiadaan alat peraga sebagai media
pembelajaran sejarah dan IPS disekolah sehingga mengakibatkan
peserta didik kurang mendapatkan gambaran yang jelas tentang materi
yang di ajarkan.
Menurut (Rohani, 2004:78) mengatakan situs sejarah merupakan
salah satu media atau sumber belajar sejarah lokal maupun IPS sejarah.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber belajar yaitu segala sesuatu daya lingkungan atau pengalaman
yang dapat digunakan untuk mendukung proses atau kegiatan belajar
mengajar secara efektif dan efisien dan juga dapat memudahkan untuk
pencapaian tujuan belajar, baik yang langsung maupun tidak langsung
dan sumber belajar memiliki fungsi :
a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran
b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang bersifat
individual
c. Memberikan dasar yang ilmiah terhadap pembelajaran
dengan cara:
1. Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh
penelitian
2. Perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis
d. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas,
dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas
geografis.
Fungsi-fungsi diatas sekaligus menggambarkan tentang alasan
dan arti penting sumber atau media belajar untuk kepentingan proses
dan pencapaian hasil pembelajaran peserta didik, kunjungan ke
museum atau situs-situs peninggalan sejarah selain dapat membantu
untuk mendaptkan pemahaman yang lebih gamblang tentang materi
pembelajaran disekolah juga akan dapat menambah wawasan
kesejarahan dan wawasan budaya bagi peserta didik. Langkah ini perlu
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan agar proses pembelajaran berlangsung tidak monoton atau
lebih bervariasi, selain itu untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Peserta didik dapat diberikan tugas untuk menuliskan
salah satu aspek yang menjadi fokus perhatian atau ketertaikannya
ketika mengunjungi situs-situs peninggalan sejarah kemudian
mendiskusikannya di kelas, (Sedyawati, 2006:230-231). Dengan
demikian proses pembelajaran dikelas yang dialogis dan komunikatif
dapat tercipta. Secara garis besar terdapat dua jenis sumber atau media
pembelajaran yaitu:
a. Sumber atau media belajar yang dirancang (learning
resources by design), yakni sumber atau media belajar yang
secara khusus di rancang dan dikembangkan sebagai
komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas
belajar yang terarah dan bersifat formal.
b. Sumber atau media belajar yang dimanfaatkan (learning
resources by utilization), yaitu sumber atau media belajar
yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran
dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran, termasuk situs-
situs sejarah dalam jenis ini.
Dalam kaitannya dengan sumber atau media belajar lingkungan
merupakan sumber atau media belajar yang efektif dalam
pengembangan kompetensi sejarah bagi siswa atau peserta didik. Guru
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sejarah berada di bawah tekanan keras untuk membuat relevansi
tentang apa yang terjadi berabad-abad yang lalu. Guru harus
merekonstruksi masa lampau yang terselubung dalam ketidakjelasan.
Penjelasan-penjelasan lisan belaka tidak dapat membuat sejarah
menjadi hidup, gamblang dan relevan dengan kehidupan para pelajar
yang berorientasi masa kini atau masa depan.
Ada 2 macam cara menggunakan lingkungan sebagai sumber
atau media belajar yaitu:
a. Membawa siswa atau peserta didik dalam lingkungan atau
masyarakat untuk keperluan pelajaran (karyawisata, service
project, school camping, interview, survei).
b. Membawa sumber atau media dari masyarakat ke dalam kelas
untuk kepentingan pelajaran (resource persons, benda-benda,
seperti pameran atau koleksi).
Usaha lain yang dapat dilakukan untuk melaksanakan prinsip
lingkungan diantaranya adalah:
a. Memberi pengetahuan tentang lingkungan terhadap siswa
atau peserta didik
b. Mengusahakan agar alat yang digunakan berasal dari
lingkungan yang dikumpulkan baik oleh guru maupun peserta
didik
c. Memberi kesempatan kepada siswa atau peserta didik untuk
melaksanakan penyelidikan sesuai dengan kemampuannya
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melalui bacaan-bacaan dan observasi, kemudian
mengekspresikan hasil penemuannya dalam bentuk
percakapan, karangan, gambar, pameran, perayaan dan
sebagainya, (Rohani, 2004:20).
4) Metode pembelajaran sejarah dalam memanfaatkan situs sejarah
Metode membentuk mata rantai yang paling penting di dalam
rantai belajar mengajar disatu sisi mempunyai tujuan dan sasaran, dan
disisi lain mempunyai hasil dan nilai. Metode adalah mata rantai
tengah yang menghubungkan tujuan dengan hasil atau nilai media
tersebut. medialah yang menentukan kualitas sebuah hasil. Guru
sejarah perlu memilih pengetahuan tentang jalan-jalan tersebut agar
dapat mengajarkan tentang kisah manusia kepada siswa secara efektif.
Metode pembelajaran sejarah yang baik menurut (Kochar, 2008:286)
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Membangkitkan minat yang besar dalam diri siswa atau
peserta didik
b. Menanamkan nilai-nilai yang diperlukan, perilaku yang
pantas, dan kebiasaan kerja diantara para siswa atau peserta
didik
c. Mengubah penekanannya dari pembelajaran yang secara lisan
dan penghafalan ke pembelajaran melalui situasi yang
bertujuan kongkret dan nyata
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Mengembangkan eksperimen guru dalam situasi kelas yang
sesungguhnya
e. Memiliki keleluasaan untuk aktivitas dan partisipasi siswa
atau peserta didik
f. Menstimulasi keinginan untuk melakukan studi dan eksporasi
lebih lanjut
g. Membangkitkan minat tentang materi dan teknik yang
digunakan oleh para sejarawan agar siswa atau peserta didik
dapat memahami “bagaimana kami menulis sejarah”.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam memanfaatkan
situs-situs sejarah, sama seperti metode dalam pembelajaran lainnya
antara lain:
a. Metode Buku Cetak
Buku cetak adalah buku ajar yang menjadi pegangan utama
dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh para siswa
atau peserta didik, (Sjamsuddin, 2007: 195). Metode buku
cetak merupakan dasar yang paling sering digunakan untuk
mengajarkan sejarah dimasa sekarang. Sejarah sebagai mata
pelajaran disekolah begitu kaya isinya dan sangat luas
penerapannya juga memerlukan buku cetak untuk
mengarahkan guru secara berkala pada cakupan materi yang
telah ditentukan, (Kochar, 2008: 288-289).
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara mengajar dalam bentuk
menuturkan atau menyampaikan cerita atau memberikan
penerangan secara lisan. Tujuan dari metode bercerita yaitu
melatih daya tangkap dan daya konsentrasi siswa atau anak
didik, melatih daya pikir dan fantasi anak didik,
mengembangkan kemampuan berbahasa dan menambah
perbendaharaan kata kepada siswa atau peserta didik dan
menciptakan suasana senang dikelas, (Roqib, 2009: 115).
c. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah merupakan cara mengajar yang
paling tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh guru.
Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai
metode belajar, merupakan suatu cara mengajar yang
digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi,
atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah
secara lisan, (Syaodah, 2003: 106).
d. Ekskursi dan Perjalanan
Ekskursi dan perjalanan dapat memberikan pengalaman
belajar yang tidak tersusun, terutama dalam pembelajaran
sejarah. Metode ini memberikan kesempatan untuk
melakukan observasi secara langsung dan mendapatkan
informasi baru yang memungkinkan para siswa atau peserta
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
didik bahwa sejarah bukan sekedar cerita. Metode ini dapat
menjadi bumbu dan menghilangkan kebosanan para peserta
didik dalam pembelajaran sejarah, cara ini sangat berguna
untuk membangun apresiasi mereka terhadap arsitektur, seni
pahat, lukisan, dan lain-lain. Melaui metode ini siswa atau
peserta didik diajak mengunjungi secara langsung tempat-
tempat bersejarah. Tempat-tempat yang akan dikunjungi dan
hal-hal yang perlu diamati telah direncanakan terlebih dahulu
dan setelah selesai melakukan kunjungan siswa atau peserta
didik diminta untuk membuat laporan dari hasil yang
dikunjungi pada tempat-tempat sejarah.
Selanjutnya situs purbakala memiliki manfaat bagi pembangunan
kebudayaan bangsa. Menurut Debdikbud (1993:58) pemanfaatan
benda cagar budaya yang terdapat pada situs dapat digunakan untuk
kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan,
dan atau kebudayaan dengan memperhatikan fungsi sosial dan
kelestarian benda cagar budaya.
Menurut Agus Wariyanto (2011:4) situs purbakala dapat
dimanfaatkan untuk berbagai segi kehidupan antara lain:
1) Keagamaan yaitu sebagai ritual keagamaan
2) Sosial kemasyarakatan, yaitu membina persatuan, kesatuan
dan kegotong royongan.
3) Pariwisata, yaitu untuk tempat wisata khususnya wisata religi
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Pendidikan, yaitu untuk media dan sumber pembelajaran
5) Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu sebagai
sarana penelitian sejarah, Arkeologi, dan Antropologi.
6) Budaya, yaitu dimanfaatkan sebagai manifestasi budaya
masyarakat.
Belajar sejarah mempunyai manfaat yang sangat besar dalam
kehidupan suatu masyarakat atau bangsa. Salah satu yang dapat
dijadiakn sebagai sumber atau media pembelajaran sejarah adalah situs
sejarah (Badrika 2004:21).
Mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
tahun 1992 tentang benda cagar budaya dan peraturan pemerintah
Nomor 10 tahun 1993 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 5
tahun 1992 tentang benda cagar budaya. Benda Cagar Budaya adalah:
1. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang
berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-bagiannya atau
sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima
puluh tahun), atau mewakili gaya yang khas serta dianggap
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
2. Benda alam yang di anggap mempunyai nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1992 pasal 2
perlindungan Benda Cagar Budaya dan situs bertujuan melestarikan
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan memanfaatkannya untuk kemajuan kebudayaan nasional
Indonesia. Sedangkan manfaat situs sejarah adalah untuk kemajuan
kebudayaan nasional Indonesia, karena mempunyai nilai penting dan
tinggi bagi sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan, khususnya
untuk memupuk rasa kebanggaan nasional serta memperkokoh
kesadaran jati diri bangsa, oleh karena itu perlu dilestarikan. Situs yang
mengandung Benda Cagar Budaya yang tidak bergerak yng masih
digunakan atau dimanfaatkan sebagaimana fungsi semula disebut
living monument.
Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1992 Bab VI pasal 19
ayat 1, Situs sejarah yang mengandung Benda Cagar Budaya dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan,
ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Akan tetapi terdapat beberapa
ketentuan dalam pemanfaatannya, yaitu (Indra, 2005):
a) Tidak bertentangan dengan upaya perlindungan
b) Mencari keuntungan pribadi atau golongan, maksudnya situs
dimanfaatkan untuk pendidikan, ilmu pengetahuan sehingga
situs di fungsikan sebagai media atau sumber belajar sejarah
c) Karena keadaannya yang tidak memungkinkan dimanfaatkan
maka situs benda cagar budaya tertentu tidak boleh
dimanfaatkan
d) Terhadap situs benda cagar budaya yang masih dimanfaatkan
untuk kepentingan agama.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Situs purbakala dapat dimanfaatkan untuk ritual keagamaan,
sosial kemasyarakatan, pariwisata, pengembangan dunia pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta pelestarian
budaya bangsa.
4. Pemahaman Sejarah Lokal
Berbicara tentang konsep kebudayaan bisa dikatakan setua sejarah
manusia itu sendiri, baik manusia sebagai makhluk individual dan sosial
sekaligus. Kesimpulan ini tidak lebih dari konsekuensi logis dari
kenyataan bahwa manusia sebagai makhluk individual sekaligus makhluk
sosial. Manusia adalah makhluk yang membudaya dalam kebersamaan. Ini
dapat disaksikan sejak kehidupan masyarakat manusia purba yang ditandai
oleh kebutuhan dasar yang didorong oleh nalurinya, sampai dengan
tahapan kehidupan yang ditandai fungsi nuraninya (Fuad Hassan,1991:13)
Selanjutnya sepanjang sejarah manusia terjadi pengejawantahan
perilaku dan karya yang menjadi sumbangan pada terjadinya pada cara
hidup yang khas. Kelestarian karya manusia sangat ditentukan oleh “
jalannya kehidupan dan kondisi lingkungan serta kesuburan daya fantasi
manusia, menciptakan sejumlah besar potensi budaya yang menjadi
pegangan masyarakat” (Beneditc, 1966:19).
Sampai denga tahun 1871, istilah yang digunakan untuk
kebudayaan adalah civilization. Baru setelah Edward B. Taylor untuk
pertama kali menggunakan cultur dalam bukunya Primitive Cultur (1871)
istilah kebudayaan semakin banyak digunakana oleh para ilmuwan.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Secara etimologi istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa
inggris, berasal dari kata kerja dalam bahasa latin colere yang berarti
bercocok tanam (cultivation). (Hari Poerwanto, 2000, 51) dalam bahasa
Sansekerta “kebudayaan berasal dari kata buddhayah yaitu bentuk jamak
dari Buddhi yang berarti “budi” atau “akal” (Koentjaraningrat,2000:9).
Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan akal sebagai perkembangan kebudayaan dapat
diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal sebagi suatu
perkembangan dari budi-daya yang berarti “daya dari budi” manusia, yang
menyangkut cipta, rasa dan karsa. Akal yang dimiliki dapat dijadikan alat
untuk mengembangkan diri dan lingkungan, bahkan dapat membentuk
corak kebudayaan sendiri.
Definisi kebudayaan yang agak rinci dikemukakan Kluckhohn,
dikutip (Geertz, 1975:1-5) yaitu: (1) keseluruhan cara hidup masyarakat,
(2) warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya, (3) suatu
cara berfikir, merasa dan percaya, (4) suatu abstraksi dari tingkah laku, (5)
suatu teori antropologi tentang cara kelompok masyarakat bertingkah laku,
(6) seperangkat teknik untuk menyesesuaikan baik dengan lingkungan luar
maupu dengan orang lain. Inti dari penjelasan Geertz adalah bahwa
kebudayaan merupakan hasil dari tingkah laku manusia sebagai anggota
masyarakat yang diperoleh melalui belajar dalam hidup bermasyarakat.
Koentjaraningrat (2000) melihat bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya. Lebih lanjut
beliau mengatakan bahwa kebudayaan mempunyai unsur-unsur yang
universal Keontjaraningrat (2000:2) unsur-unsur kebudayaan adalah “ (1)
sistem religi dan upacara keagamaan, (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6)
sistem mata pencaharian hidup, (7) sistem teknologi dan peralatan.
Ketujuh unsur ini mencakup seluruh kebudayaan manusia dan
menunjukan ruang lingkup dari kebudayaan. Susunan dari unsur-unsur
kebudayaan diatas menggambarkan unsur mana yang paling sukar berubah
atau kena pengaruh budaya lain. Dengan demikian tata urut dari unsur-
unsur universal tercantum diatas menggambarkan continuum dari unsur-
unsur yang paling sukar berubah ke unsur-unsur yang lebih mudah
berubah” (Koentjaraningrat, 2000:3).
Usaha pembangunan bangsa Indonesia dihadapkan pada masalah
kebudayaan yang mana dalam proses pembaharuan kebudayaan untuk
menjawab tantangan kehidupan modern. Hal itu menimbulkan suatu
diskusi tentang perlunya mempertahankan kepribadian dalam
menghadapai perubahan-perubahan sosial, serta menhadapi pengaruh
kebudayaan dari luar dalam berbagai bentuk. Hal ini jualah kenapa peneliti
menggunakan situs-situs sejarah Bima sebagai materi pembelajaran
sejarah di MAN 2 Kota Bima untuk meningkatkan ketahanan budaya
lokal.
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Didalam masyarakat yang pluralistis seperti di Indonesia baik
dilihat dari suku bangsa , agama maupun daerah didalamnya terdapat
golongan-golongan yang ada tidak sama kemampuan untuk menyesuaikan
diri dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan baru. Bertitik tolak dari
keadaan seperti diatas itu diperlukan kreatifitas, karena kreatifitas
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Melalui kreatifitas yang dimilikinya manusia memberikan bobot dan
makna terhadap kehidupan. Secara mikro, kreatifitas diwujudkan dalam
produk kreatif individu, dan secara makro, kreatifitas dimanifestasikan
dalam kebudayaan dan peradaban (Dedi Supriadi, 1998:62)
Modal dasar kebudayaan nasional adalah budaya yang terdapat di
daerah-daerah di Indonesia. Penyelidikan pembinaan dan pengembangan
dari berbagai nilai budaya yang ada dapat membantu memperkuat
kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri, serta memperkuat jiwa
kesatuan nasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu daerah baik
potensi budaya yang bersifat rekonstruksi maupun kemungkinan
menciptakan potensi kebudayaan baru dari anggota masyarakat untuk
meningkatkan ketahanan budaya baik bagi daerah maupun bagi nasional
(Nasikun, 2002:9). Dalam wilayah Kota/Kabupaten Bima Propinsi Nusa
Tenggara Barat, yang diharapkan akan menjadi sumbangan bagi
pengembangan pariwisata dan pengembangan materi pengajaran dan
pembelajaran sejarah.
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang berkaitan
dengan penggunaan metode pembelajaran sejarah adalah salah satu contoh
sebagai berikut:
1. Judul: Penerapan metode Inkuiri melalui pengamatan Situs sejarah di kota
Surakarta untuk meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkembangkan
kecintaan pada bangunan bersejarah (pada siswa kelas XI IPS SMA Batik
1 Surakarta). Tesis pengarang Eko Targiyatmi, penerbit program studi
pendidikan sejarah, program pascasarjana UNS Surakarta, 2013.
Kesimpulan dari penelitian diatas adalah proses pelaksanaan
pembelajaran dengan penerapan metode Inkuiri melalui pengamatan situs
sejarah di Kota Solo yaitu dalam pelaksanaannya dapat mengaktifkan dan
mengefektifkan belajar siswa. Hal ini ditandai dengan hasil pengamatan
aktifitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. Dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam materi kerajaan-kerajaan
Islam.Serta dapat menumbuhkembangkan kecintaannya pada bangunan
bersejarah pada siswa dengan melihat hasil belajarnya.
2. Judul: Situs patiayam sebagai Alternatif sumber belajar sejarah bagi
peserta didik SMA (Studi kasus di SMA I Jekulo Kabupaten Kudus).
Tesis. Pengarang Sancaka Dwi Supani, Penerbit program studi pendidikan
sejarah, program pascasarjana UNS Surakarta,2009.
Kesimpulan dari penelitian tersebut diatas adalah bahwa pemanfaatan
lingkungan sekitar terutama Situs Sejarah sebagai Sumber Belajar, akan
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membawa dampak bagi proses pembelajaran. Disini dijelaskan
pemanfaatan situs patiayam sebagai alternatif sumber belajar dengan
lingkungannya dan menambah serta memperluas pemahaman ilmu
pengetahuan pada peserta didik.
3. Judul: Situs makam Kyai Ageng Pandanarang Sebagai sumber belajar
sejarah di Madrasah Aliyah Negeri Klaten. Tesis pengarang Siti
Komsiyatun, program studi pendidikan sejarah, program pascasarjana
UNS Surakarta,2011.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah dengan pemanfaatan situs
makam Kyia Ageng Pandanarang sebagai sumber belajar yaitu untuk
meningkatkan aktivitas belajar sejarah dan prestasi belajar sejarah serta
pemahaman sejarah kepada siswa Madrasah Aliyah Negeri Klaten dan
juga menanamkan nilai-nilai sejarah yang terkandung didalam Situs
Makam Kyia Ageng Pandanarang seperti nilai religi, nilai informatif, nilai
etika, nilai budaya, nilai nasionalisme, nilai kerja, nilai politik.
4. Fungsionalisasi Benda Cagar Budaya sebaagi sumber belajar dan
peningkatan kesatuan sejarah bangsa siswa sekolah menengah umum
kabupaten Boyolali, tesis oleh Neneng Dwi Setyowati. Program studi
pendidikan sejarah, program pascasarjana UNS Surakarta,2004.
Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah benda cagar
budaya sebagai sumber belajar dapat membantu meningkatkan kualitas
pembelajaran sejarah. Hasil penelitian fungsionalisasi benda cagar budaya
sebagai sumber belajar menghasilkan suatu kesimpulan bahwa benda
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cagar budaya dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah, dan
keanekaragaman peninggalan sejarah dan kebudayaan yang ada
dikabupaten Boyolali dapat dijadikan sebagai alat perekat persatuan dan
kesatuan bangsa. Hasil penelitian tersebut dapat menjadi bahan kajian
dalam memperbnayak kajian teori dan strategi pemanfaatan benda cagar
budaya dan/situs sebagai sumber pembelajaran sejarah.
C. Alur Penelitian dan Kerangka Pikir
Dari kondisi pembelajaran sejarah di kelas atau di Madrasah Aliyah
Negeri 2 Bima yang dilakukan selama ini membuat anak kurang bersemangat
bahkan cenderung bosan. Hal ini dikarenakan kurang aktifnya para
siswa/peserta didik. Pembelajaran sejarah selalu monoton karena sumber
belajar hanya sekitar guru dan buku teks mata pelajarannya saja. Akibatnya
dari proses pembelajaran yang demikian itu mengakibatkan hasil belajar
siswa/peserta didik rendah yang dibuktikan dengan setiap hasil ulangan selalu
dibawah standar ketuntasan
Dari kondisi tersebut guru berusaha mencari pemecahan sehingga
perlu diadakan suatu tindakan yaitu dengan pelaksanaan proses pembelajaran
yang tidak hanya dikelas saja akan tetapi akan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber atau materi pelajaran. Guru mencari metode yang tepat untuk
menigkatkan semangat belajar siswa, dengan membiarkan anak mencari
jawaban sendiri dengan tahapan merumuskan permasalahan, membuat
hipotesis, mencari data disekitar Kota/Kabupaten Bima, mengolah data dan
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membuat kesimpulan. Dengan demikian pembelajaran tidak hanya monoton di
dalam kelas saja dan didominasi guru saja aka tetapi siswa aktif mencari dan
guru hanya sebagai fasilitator saja.
Dari pelaksanaan pembelajaran sejarah berbasis situs-situs sejarah
Bima tersebut diharapkan para siswa/peserta didik lebih bersemangat dan
tidak bosan lagi karena siswa/peserta didik terlibat aktif sehingga hasil belajar
meningkat karena siswa/peserta didik terlibat secara langsung, baik secara
fisik maupun emosional sehingga dampak yang lain diharapkan siswa MAN 2
Kota Bima semakin memahami dan mencintai peninggalan sejarah yang
berada dilingkungan daerahnya sendiri yaitu di Kota/Kabupaten Bima dan
dapat meningkatkan pemahaman sejarah lokal.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun alur penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan alur penelitia
Kondisi Proses Belajar Mengajar
Guru Siswa
Mengajar terlalu monoton (teacher
center)
Semangat belajar sejarah kurang
Hasil akhir rendah Dicari pemecahan
Tindakan: Pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah bima (PSBSSB)
Langkah-langkah (Sintak)
Perumusan Masalah
Hipotesis
Pencarian Data
Pengolahan Data
Kesimpulan
Hasil Akhir (Diduga)
Meningkatkan Pemahaman Sejarah Lokal
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun alur kerangka berfikir penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 2. Bagan alur kerangka berpikir
Kondisi Awal Belum diterapkan model CTL dan metode Inkuiri dengan mengguanakan situs-situs sejarah Bima sebagai materi, sumber atau media pembelajaran sejarah
Hasil belajar dan minat belajar siswa dalam pembelajaran sejarah masih rendah
Tindakan Penerapan model CTL dan metode Inkuiri dengan menggunakan situs-situs sejarah Bima dalam pembelajaran sejarah
Siklus I melakukan diskusi kelompok dan presentase sesuai dengan sintak model CTL dan metode Inkuiri
Kondisi Akhir
Siklus berdaur ulang sampai berhasil dan hasil belajar diatas KKM serta siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya
Diduga dengan menggunakan model CTL dan metode Inkuiri pada pembelajaran sejarah berbasis situs-situs sejarah Bima dapat meningkatkan hasil belajar serta ketahanan budaya lokal daerah Bima pada siswa kelas XI IPS MAN 2 Kota bima
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Hipotesis Tindakan
Berbagai tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan
dapat membawa perubahan kearah perbaikan dan kualitas pembelajaran
sejarah khususnya pada materi situs-situs sejarah bima sebagai
peninggalan pada masa Hindu-Budha dan masa Islam. Dari pendapat
tersebut diatas, peneliti dapat menyusun menjadi sebuah hipotesis tindakan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah bima dapat meningkatkan
hasilbelajar siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bima.
2. Pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah bima dapat meningkatkan
pemahaman dan kesadaran sejarah pada siswa Madrasah Aliyah
Negeri 2 Kota Bima di daerah sekitar lingkungan belajarnya.
3. Pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah bimadapat meningkatkan
ketahanan budaya lokal.
54
top related